Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai jenis motivasi prososial dan faktor-faktor yang memengaruhi volunteer Komunitas Lapas Anak Berbagi, Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi deskriptif dengan teknik kuesioner terhadap 30 orang volunteer yang memenuhi karakteristik penelitian.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang disusun oleh peneliti berdasarkan jenis motivasi prososial dari Janus Reykowsky dan terdiri dari 15 buah skenario. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan content validity dimana diperiksakan kepada empat orang expert. Teknik penarikan sampel dengan purposive sampling.
Berdasarkan pengolahan data, didapatkan sebanyak 80% volunteer komunitas Lapas Anak Berbagi memiliki intrinsic motivation. Volunteer dengan intrinsic motivation dalam memberikan bantuan didasari motivasi untuk menyejahterakan anak-anak LPKA. Sebanyak 20% volunteer memiliki endocentric motivation. Volunteer dengan endocentric motivation dalam memberikan bantuan didasari motivasi untuk meningkatkan self-esteem.
viii
Universitas Kristen Maranatha Abstract
This study aims to give an overview concerning the type of prosocial motivation and factors influencing the volunteer of community Lapas Anak Berbagi in Bandung. This study used descriptive method and survey technique that was administered to a total of 30 volunteer who fulfilled the criteria.
Measurement used in this research is questionnaire made by researcher based on Janus Reykowsky’s Prosocial Motivation and it consists of 15 scenario. Validity and reliability was measured using content validity purposive sampling as sampling techniques.
Based on analysist data, there are 80% volunteer of community Lapas Anak Berbagi in Bandung have intrinsic prosocial motivation. The volunteer who has intrinsic prosocial motivation in themselves will help the children based on motivation to make the welfare of children in LPKA. The other 20% volunteer have endocentric motivation. The volunteer who has endocentric motivation in themselves will help the children just based on the motivation to improve of self-esteem.
DAFTAR ISI
Halaman Judul . . . .i
Pengesahan Pembimbing . . . .ii
Pernyataan Orisinalitas Laporan Penelitian. . . ..iii
Pernyataan Publikasi Laporan Penelitian. . . .iv
Kata Pengantar . . . .v
Abstrak. . . . .vii
Abstract. . . .viii
Daftar Isi . . . .ix
Daftar Tabel . . . . .xii
Daftar Bagan . . . .xiii
Daftar Lampiran . . . .. . . . .xiv
BAB I PENDAHULUAN . . . 1
1.1 Latar Belakang Masalah . . . 1
1.2 Identifikasi Masalah . . . 5
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian . . . .5
- 1.3.1 Maksud Penelitian . . . 5
- 1.3.2 Tujuan Penelitian . . . 6
1.4 Kegunaan Penelitian . . . 6
- 1.4.1 Kegunaan Teoritis . . . 6
- 1.4.2 Kegunaan Praktis . . . 6
1.5 Kerangka Pemikiran . . . 6
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. . . . 36
4.1 Gambaran Umum Responden. . . . . . 36
4.2 Gambaran Hasil Penelitian. . . .. . . .37
4.3 Pembahasan. . . .40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. . . 48
5.1 Kesimpulan . . . 48
5.2 Saran. . . 48
- 5.2.1 Saran Teoritis. . . 48
- 5.2.2 Saran Praktis. . . .. . . 49
DAFTAR PUSTAKA . . . 50
DAFTAR RUJUKAN . . . .51
LAMPIRAN 1. . . .52
xii
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
2.1 Tabel Perbandingan Tiga Mekanisme Motivasi Prososial
3.1 Tabel Indikator Alat Ukur
4.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
4.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia
4.3 Gambaran Hasil Penelitian Motivasi Prososial
4.4 Tabulasi Silang Motivasi Prososial Pada Aspek Kondisi Awal yang Memunculkan
4.5 Tabulasi Silang Motivasi Prososial Pada Aspek Kondisi Akhir yang Diantisipasi
4.6 Tabulasi Silang Motivasi Prososial Pada Aspek Kondisi yang Memfasilitasi
4.7 Tabulasi Silang Motivasi Prososial Pada Aspek Kondisi yang Menghambat
4.8 Tabulasi Silang Motivasi Prososial Pada Aspek Karakteristik Kualitas Dari Tingkah
Laku yang Tampil
4.9 Tabulasi Silang Motivasi Prososial Dengan Jenis Kelamin
4.10 Tabulasi Silang Motivasi Prososial Dengan Usia
4.11 Tabulasi Silang Motivasi Prososial dengan Pola Asuh dalam Keluarga
DAFTAR BAGAN
1.1 Bagan Kerangka Pemikiran
xiv
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner Motivasi Prososial
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan hasil Survey Penduduk tahun 2010, jumlah pemuda di Indonesia sekitar
62,3 juta jiwa atau 26,23 persen dari jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan yang
saat ini berjumlah 237,6 juta jiwa (Statistik Pemuda Indonesia, 2010). Dalam
undang-undang tentang kepemudaan Bab 1 Pasal 1 Poin 1 yang dimaksud dengan pemuda adalah
warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan
yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun. Pada poin 3 dikatakan bahwa
pembangunan kepemudaan adalah proses memfasilitasi segala hal yang berkaitan dengan
kepemudaan (Kemenpora.go.id, 2010).
Terdapat sebuah gerakan kepemudaaan yang diinisiasi oleh seorang pemuda
bernama Azwar Hasan pada tahun 2014 yang mendapatkan dukungan dari Kementerian
Pemuda dan Olah Raga bernama Gerakan Mari Berbagi (GMB). Gerakan Mari Berbagi
dimaksudkan untuk mendorong sikap mental dan perilaku untuk berbagi (g-mb.org, 2016).
Salah satu kegiatannya adalah Youth Adventure (YA) and Youth Leaders Forum (YLF) yang
diadakan tahun 2014 yang melibatkan 47 orang peserta dari berbagai kota di Indonesia
dimana setelah kegiatan tersebut, peserta harus membuat dan menjalankan program
pengabdian di daerah masing-masing (fis.uny.ac.id, 2014).
Dari 47 orang peserta, lima orang diantaranya berasal dari Kota Bandung. Kelima
orang tersebut mencari tahu permasalahan yang ada di Kota Bandung dan menemukan
bahwa angka kriminalitas setiap tahunnya meningkat. Seperti dari data Komisi Nasional
2
Universitas Kristen Maranatha kriminal anak usia sekolah. Jumlah itu kemudian meningkat di tahun 2011, yaitu sebanyak
2.508 kasus, kemudian pada empat bulan pertama tahun 2012 ada 2.008 kasus kriminalitas
yang dilakukan anak usia sekolah dan diperkirakan akan terus meningkat sepanjang tahun
(metro.news.viva.co.id, 2012).
Kemudian lima orang mahasiswa dari Kota Bandung tersebut menggagas untuk
membentuk komunitas bernama Lapas Anak Berbagi dan hingga saat ini menjadi
satu-satunya komunitas di Indonesia yang rutin dan konsisten memberikan bantuan kepada
anak-anak di Lapas Anak. Di Indonesia terdapat 20 Lapas Anak yang sejak Agustus 2015 disebut
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA), yang salah satunya adalah LPKA Kelas II yang
berada di Kota Bandung. Menurut data yang diperoleh dari Kepala LPKA, sampai dengan
tanggal 13 Agustus 2015 jumlah anak di LPKA Kelas II Bandung ini sudah mencapai 195
anak dengan perincian jumlah anak yang belum melalui proses sidang atau biasa disebut
Anak Bermasalah Hukum (ABH) sebanyak 3 orang dan jumlah Anak Didik (yang sudah
melalui proses sidang) sebanyak 192 orang.
Komunitas ini memiliki tujuan untuk memberikan program pendampingan
pembinaan melalui pengetahuan maupun keterampilan kepada anak-anak yang berada di
LPKA Kelas II Bandung agar siap untuk kembali ke masyarakat. Berdasarkan hasil
wawancara peneliti kepada salah satu penggagas komunitas ini, tujuan tersebut ditetapkan
karena sebagian besar anak-anak yang berada di LPKA merasa dirinya tidak berarti dan
mengalami kesulitan untuk beradaptasi maupun bersosialisasi dengan orang lain saat keluar
dari LPKA. Pada bulan Maret 2014 untuk pertama kalinya para volunteer melakukan
pendampingan pembinaan kepada anak-anak yang berada di LPKA.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada salah satu penggagas komunitas,
diketahui bahwa sampai saat ini, sudah dua kali diadakan perekrutan untuk volunteer
3
perekrutan yang kedua. Dari 55 orang tersebut, hanya satu orang yang sudah bekerja dan
yang lainnya adalah mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi yang ada di Kota Bandung.
Setelah perekrutan, volunteer akan dipecah berdasarkan divisi dan untuk selanjutnya akan
melaksanakan tugas sesuai dengan divisinya. Divisi yang ada yaitu sekretariat yang
bertugas mengenai hal kesekretariatan, bendahara mengenai hal keuangan yang berkaitan
juga dengan dana usaha, divisi program yang harus menentukan materi setiap minggunya,
divisi humas yang berhubungan dengan pihak luar misalnya menghubungi nara sumber, dan
divisi logistik yang mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan peralatan dan perlengkapan
yang akan digunakan setiap minggunya. Volunteer melakukan kunjungan rutin ke LPKA
setiap hari Sabtu selama dua jam untuk melakukan kegiatan yang sudah direncanakan
sebelumnya. Dalam setiap kegiatan, volunteer yang terlibat tidak mendapatkan imbalan
sama sekali dalam bentuk uang maupun barang, termasuk biaya transportasi. Contoh
kegiatan yang dilakukan oleh volunteer komunitas Lapas Anak Berbagi adalah seperti
pelatihan membuat sablon, membuat kerajinan tangan yang layak jual, pelatihan musik
modern dan tradisional, olahraga. Kegiatan yang dilakukan berbeda-beda tergantung
keputusan yang disepakati oleh seluruh volunteer yang hadir dalam rapat persiapan.
Volunteer juga mengadakan acara puncak berupa festival dimana anak-anak yang berada di
LPKA dapat melakukan penampilan di depan umum kepada para undangan, orang tua,
pihak kepolisisan, hingga pihak kementerian.
Volunteer yang terlibat dalam komunitas Lapas Anak Berbagi ini diharapkan dapat
menjalin relasi yang baik dengan anak-anak di LPKA maupun dengan petugas LPKA.
Selain pemberian pelatihan keterampilan, volunteer juga memiliki tugas untuk bisa
memberikan dukungan kepada anak-anak yang menjalani hukuman di LPKA, seperti ketika
anak-anak tidak dapat menerima dirinya dan menyalahkan dirinya sendiri, dalam keadaan
4
Universitas Kristen Maranatha menerima dan memaafkan dirinya. Dengan berinteraksi dengan para volunteer, diharapkan
dapat membantu anak-anak yang menjalani hukuman di LPKA untuk lebih percaya diri dan
lebih mampu dalam bersosialisasi dengan orang lain ketika keluar dari LPKA.
Tingkah laku menolong atau berbagi yang dilakukan oleh volunteer komunitas Lapas
Anak Berbagi merupakan tingkah laku prososial. Setiap tingkah laku prososial dipengaruhi
oleh motivasi prososial yang berbeda-beda. Motivasi prososial dapat dikatakan sebagai
keinginan, hasrat, tenaga penggerak, dan dorongan dari dalam diri individu yang
mengarahkan untuk melakukan tingkah laku dalam mencapai tujuan yaitu memberikan
perlindungan, pemeliharaan, atau peningkatan kesejahteraan objek sosial eksternal:
individu, kelompok, masyarakat secara keseluruhan, lembaga sosial, atau dalam hal
simbolis, misalnya, ideologi atau sistem atau moralitas (Reykowski dalam Eisenberg 1982).
Berdasarkan wawancara peneliti kepada 6 orang volunteer, sebanyak 16,7% (satu
orang) volunteer mengatakan bersedia terlibat menjadi volunteer dalam komunitas ini untuk
mengisi waktu luang karena sedang menyusun skripsi dan sudah tidak ada kuliah. Selain
itu juga, volunteer bergabung dalam komunitas ini dengan tujuan menambah pengalaman
dan menambah teman. Motivasi volunteer tersebut termasuk dalam Ipsocentric Motivation,
dimana tingkah laku volunteer didasarkan untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Sebanyak 33,3% (dua orang) volunteer mengatakan bergabung dalam komunitas ini
karena volunteer merasa bangga dapat terlibat dalam komunitas ini dan merasa sesuai
dengan dirinya yang memang menyukai organsisasi. Motivasi volunteer tersebut termasuk
dalam Endocentric Motivation, yang didasarkan pada peningkatan self-esteem.
Sebanyak 50% (tiga orang) volunteer mengatakan terlibat dalam komunitas ini
karena ada rasa senang ketika bisa berinteraksi dan membantu anak-anak di LPKA. Selain
itu volunteer juga menjadi bersemangat untuk datang setiap minggunya karena anak-anak
5
jumlah volunteer yang datang sedikit dan memiliki kesibukan lain, volunteer tersebut
mengatakan tetap akan mengusahakan untuk datang membantu anak-anak di LPKA dan
memprioritaskan waktu untuk kegiatan komunitas ini. Motivasi volunteer tersebut termasuk
dalam Intrinsic Prosocial Motivation, yang menunjukkan adanya kebutuhan sosial yang
dimiliki individu untuk dapat menyejahterakan orang lain. Volunteer dapat lebih totalitas
dalam memberikan bantuan karena memiliki ketertarikan pada kebutuhan anak-anak
LPKA.
Peneliti mendapatkan informasi dari salah satu penggagas komunitas Lapas Anak
Berbagi, bahwa tidak jarang ada individu yang sudah diterima menjadi volunteer berhenti
menjadi volunteer dan tidak dapat dihubungi. Dari jumlah awal volunteer yang direkrut,
yang bertahan hingga akhir hanya berkisar antara 15-20 orang setiap angkatannya. Hal
tersebut terkadang memberatkan volunteer yang lain karena jumlah anak-anak yang berada
di LPKA setiap minggunya tidak menentu dan ketika jumlah anak-anaknya tinggi, akan
cukup sulit untuk menangani anak-anak dengan jumlah volunteer terbatas. Menghilangnya
volunteer tidak diketahui alasan pastinya, namun diperkirakan karena individu tersebut
merasa hal lain lebih penting untuk dilakukan atau karena tidak mendapatkan keuntungan
dengan terlibat dalam komunitas ini.
Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran motivasi prososial apa
yang melandasi volunteer Komunitas Lapas Anak Berbagi di Kota Bandung.
1.2.Identifikasi Masalah
Bagaimana gambaran motivasi prososial pada volunteer Lapas Anak Berbagi di Kota
6
Universitas Kristen Maranatha
1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1. Maksud Penelitian
Untuk mengetahui motivasi prososial yang mendasari volunteer Lapas
Anak Berbagi di Kota Bandung.
1.3.2. Tujuan Penelitian
Untuk mendapatkan gambaran mengenai jenis motivasi prososial yang
dominan dan faktor-faktor yang memengaruhi volunteer Komunitas Lapas Anak
Berbagi.
1.4.Kegunaan Penelitian
1.4.1. Kegunaan Teoritis
Untuk disiplin ilmu Psikologi khususnya yang berkaitan dengan Psikologi
Sosial, diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan mengenai
motivasi prososial volunteer Komunitas Lapas Anak Berbagi
Dapat digunakan juga sebagai bahan pertimbangan maupun bahan referensi
untuk penelitian lain mengenai motivasi prososial.
1.4.2. Kegunaan Praktis
Diharapkan dapat menjadi informasi untuk volunteer dari komunitas Lapas
Anak Berbagi mengenai motivasi prososial dalam memberikan pelatihan
keterampilan anak-anak LPKA sehingga dapat mengevaluasi motivasinya
dalam kegiatan yang mereka lakukan.
Sebagai masukan untuk pengurus komunitas Lapas Anak Berbagi untuk
menyusun kegiatan bagi para volunteer yang motivasinya endocentric dan
7
1.5.Kerangka Pikir
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat (2008),
sukarelawan adalah orang yang melakukan sesuatu dengan sukarela (tidak karena
diwajibkan atau dipaksakan). Terdapat banyak sukarelawan dari berbagai komunitas yang
ada di Kota Bandung, salah satunya adalah komunitas Lapas Anak Berbagi. Sukarelawan
dalam komunitas ini lebih sering disebut volunteer. Tugas volunteer Komunitas Lapas
Anak Berbagi di Kota Bandung adalah memberikan bantuan kepada anak-anak LPKA
berupa pengetahuan maupun keterampilan tanpa mendapatkan imbalan serta tanpa
paksaan. Tingkah laku volunteer Komunitas Lapas Anak Berbagi tersebut dapat disebut
sebagai tingkah laku prososial.
Tingkah laku prososial menurut Reykowski (dalam Eisenberg, 1982) mencakup
berbagai fenomena seperti memberikan bantuan, berbagi, mengorbankan diri, dan
memerhatikan norma. Sebelumnya, ada motivasi prososial dalam diri individu yang
memunculkan tingkah laku prososial tersebut. Motivasi prososial adalah keinginan, hasrat,
tenaga penggerak, dan dorongan dari dalam diri individu yang mengarahkan untuk
melakukan tingkah laku dalam mencapai tujuan yaitu memberikan perlindungan,
pemeliharaan, atau peningkatan kesejahteraan objek sosial eksternal: individu, kelompok,
masyarakat secara keseluruhan, lembaga sosial, atau dalam hal simbolis, misalnya
ideology, sistem, atau moralitas.
Terdapat lima proses dalam proses regulasi yang membedakan motivasi individu
dalam melakukan tingkah laku prososial yaitu kondisi awal yang memunculkan, mengenai
alasan volunteer Lapas Anak Berbagi dalam melakukan tingkah laku prososial. Kedua
adalah kondisi akhir yang diantisipaso, mengenai apa yang akan diterima oleh volunteer
8
Universitas Kristen Maranatha memfasilitasi, mengenai keadaan/ kondisi yang mampu meningkatkan motivasi volunteer
Lapas Anak Berbagi dalam melakukan tingkah laku prososial. Keempat adalah kondisi
yang menghambat, mengenai keadaan/ kondisi yang mampu menurunkan motivasi
volunteer Lapas Anak Berbagi dalam melakukan tingkah laku prososial. Kelima adalah
karakteristik kualitas dari tingkah laku yang tampil, mengenai kualitas tindakan dari
tingkah laku prososial yang dilakukan volunteer Lapas Anak Berbagi.
Berdasarkan kelima aspek tersebut, Reykowski (1982) membedakan ketiga jenis
motivasi prososial. Motivasi prososial pertama adalah ipsocentric motivation, kedua
adalah endocentric motivation, dan ketiga adalah intrinsic prosocial motivation.
Ipsocentric motivation adalah keinginan, hasrat, tenaga penggerak, dan dorongan dari
dalam diri volunteer Lapas Anak Berbagi dalam meningkatkan kesejahteraan anak-anak
yang berada di Lembaga Pemasyarakatan yang didasarkan pada keuntungan atau
menghindari kerugian bila tidak melakukan tingkah laku prososial. Pada Ipsocentric
Motivation, kondisi awal yang memunculkan tingkah laku prososial adalah adanya harapan
individu bahwa dengan melakukan tingkah laku prososial akan mendapatkan social
reward (keuntungan pribadi, pujian) atau menghindari kerugian ketika tidak melakukan
tingkah laku prososial. Dalam hal ini, volunteer Lapas Anak Berbagi akan memerkirakan
apakah dengan melakukan hal tersebut, dapat memeroleh keuntungan pribadi seperti
mendapatkan pujian dari teman-temannya, menambah jumlah teman, menambah
pengalaman untuk dituliskan dalam CV. Motivasi ini juga difasilitasi adanya harapan
keuntungan yang diperoleh akan meningkat atau ketakutan kehilangan keuntungan bila
volunteer Lapas Anak Berbagi tidak melakukan tingkah laku tersebut. Selain itu, tingkah
laku menolong dapat pula dihambat apabila volunteer akan mengalami kerugian atau akan
mendapatkan keuntungan yang lebih apabila tidak melakukannya, seperti volunteer akan
9
Volunteer yang dilandasi oleh motivasi ini, ketika memberikan bantuan kurang sesuai
dengan kebutuhan anak-anak di LPKA karena minatnya lebih terarah pada keuntungan
pribadi. Volunteer juga akan memertimbangkan keuntungan yang akan diperoleh ketika
diberi tawaran melakukan tugas.
Endocentric motivation adalah keinginan, hasrat, tenaga penggerak, dan dorongan
dari dalam diri volunteer Lapas Anak Berbagi dalam meningkatkan kesejahteraan
anak-anak yang berada di LPKA yang didasarkan peningkatan self-esteem atau mencegah
menurunnya self-esteem, seperti menghindari rasa malu apabila tidak mengikuti kegiatan
yang diadakan komunitas. Pada Endocentric Motivation, kondisi awal yang memunculkan
tingkah laku prososial adalah adanya kesempatan volunteer untuk dapat
mengaktualisasikan norma yang relevan dengan dirinya seperti volunteer mengikuti
kegiatan yang diadakan komunitas karena materinya disukai oleh volunteer. Hasil akhir
yang diharapkan oleh volunteer adalah bahwa volunteer akan mengalami peningkatan
self-esteem atau mencegah menurunnya self-self-esteem dengan melakukan tingkah laku tersebut.
Hal tersebut dapat difasilitasi dengan adanya kesesuaian antara aspek-aspek dalam diri
volunteer dengan norma-norma prososial dan akan terhambat apabila volunteer fokus pada
aspek-aspek dalam diri yang tidak berhubungan dengan norma-norma prososial. Kualitas
pemberian bantuan pada volunteer dengan endocentric motivation sama seperti ipsocentric
motivation, yaitu kurang sesuai dengan kebutuhan anak-anak di LPKA karena volunteer
terfokus pada pengembangan dirinya sendiri, jadi kurang memerhatikan kemajuan
anak-anak yang diberikan bantuan.
Motivasi prososial yang ketiga adalah intrinsic prosocial motivation. Merupakan
keinginan, hasrat, tenaga penggerak, dan dorongan dari dalam diri volunteer Lapas Anak
Berbagi dalam meningkatkan kesejahteraan anak-anak yang berada di LPKA yang
10
Universitas Kristen Maranatha Kondisi akhir yang diharapkan adalah volunteer mendapatkan informasi bahwa anak-anak
LPKA benar-benar mendapatkan bantuan. Hal tersebut dapat difasilitasi ketika volunteer
memusatkan perhatian kepada kebutuhan yang dimiliki anak-anak di LPKA dan dihambat
ketika volunteer sadar bahwa anak-anak yang berada di LPKA mampu memenuhi
kebutuhannya sendiri dengan cara yang lain.
Volunteer dengan intrinsic prosocial motivation memiliki minat yang terfokus pada
kebutuhan anak-anak yang dibantu dan memiliki ketepatan pemberian bantuan sesuai yang
dibutuhkan anak-anak di LPKA. Bantuan yang diberikan oleh volunteer dengan jenis
motivasi ini dapat menjadi yang paling berkualitas dibandingkan kedua jenis motivasi yang
lain karena volunteer memiliki ketertarikan pada hal-hal yang benar-benar dibutuhkan oleh
anak-anak LPKA.
Terdapat dua faktor yang memengaruhi terbentuknya motivasi prososial pada
volunteer Lapas Anak Berbagi dalam memberikan pertolongan kepada orang lain, yaitu
faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang memengaruhi motivasi prososial
volunteer adalah usia dan jenis kelamin. Sedangkan faktor eksternal yang
memengaruhinya adalah pola asuh dalam keluarga dan lingkungan sosial.
Faktor internal yang pertama adalah usia. Penelitian mengenai motivasi prososial dan
usia memberikan fokus indikatornya pada kedermawanan dan kemurahan hati, selain itu
juga tingkah laku pemberian bantaun dan menghibur (Buckley,dkk., 1979; Green &
Schneider, 1974; Eisenberg & Hand, 1979; Radke-Yarrow&Zahn Waxier, 1976).
Penelitian Staub (dalam Eisenberg,1982;29) memaparkan bahwa kecenderungan anak
untuk menjadi penengah dalam perkelahian timbul sejak usia anak pra-sekolah (TK),
kemudian meningkat ketika pertengahan SD, hingga ketika berada di kelas 6 SD.
Penelitian Staub menunjukkan bahwa kecenderungan individu ingin menjadi penengah
11
pada masa anak-anak. Hal tersebut diperoleh dari adanya peningkatan kepekaan
perkembangan dari Concrete Operational ke Formal Operational, dapat membuat
semakin cekatan ketika memberikan respon dalam situasi tertentu. Sehingga semakin
besar usia volunteer, kemampuan kognitif yang dimiliki oleh volunteer akan lebih
berkembang, terutama dalam kemampuan mengolah kondisi diri, maupun lingkungan. Hal
ini memberikan peluang kepada volunteer untuk melakukan tindakan prososial dengan
intrinsic prosocial motivation.
Faktor internal yang kedua adalah jenis kelamin. Dalam penelitiannya (Doland &
Adelberg, 1967; Harris & Siebel, 1975; Mc Guire & Thomas, 1975; Midlarsky & Bryan,
1972; Moore, Underwood & Rosenhan, 1973; Rise & Grusec, 1975; Sawin, Underwood,
Weaver, & Mostyn, 1980; Skarin & Moely, 1976; White, 1972 dalam Eisenberg, 1982:
40), telah dibuktikan bahwa pria memiliki generosity yang lebih rendah dibandingkan
wanita. Penelitian lain membuktikan bahwa dalam helpfulness-comforting wanita lebih
tinggi daripada pria (Friedrich & Stein, 1975; O’Bryant & Brophy, 1976; Whiting &
Whiting, 1975, dalam Eisenberg, 1982; 40). Raven-Rubin (dalam Eisenberg, 1982) dalam
penelitiannya, memberikan hasil yang menarik berkaitan dengan jenis kelamin dan
motivasi prososial. Pada perempuan, motivasi prososial akan lebih merujuk pada intrinsic
prosocial motivation dibandingkan pada pria. Generosity, helpfulness, dan comforting
memiliki hubungan moral judgement, dimana moral judgement tersebut dapat
berhubungan dengan intrinsic prosocial motivation. Oleh karena itu, volunteer komunitas
Lapas Anak Berbagi di Kota Bandung dengan jenis kelamin perempuan dalam
memberikan bantuan kepada anak-anak yang berada di LPKA cenderung dapat merujuk
kepada intrinsic prosocial motivation dibandingkan volunteer pria karena perempuan lebih
12
Universitas Kristen Maranatha ketenangan atau penghiburan dibandingkan dengan laki-laki (Darlev dan Latane dalam
Eisenberg, 1982).
Selain faktor internal yang disebutkan di atas, terdapat pula faktor eksternal yang
memengaruhi motivasi prososial volunteer komunitas Lapas Anak Berbagi di Kota
Bandung. Faktor eksternal yang pertama adalah pola asuh dalam keluarga. Konchanska
(1980) dalam Eisenberg (1982; 390) mengungkapkan bahwa individu yang dibesarkan
dalam keluarga dimana orang tuanya mengajarkan melakukan tingkah laku prososial
dengan menggunakan reward eksternal akan menumbuhkan ipsocentric motivation. Di sisi
lain, individu yang diajarkan melakukan tingkah laku prososial untuk meningkatkan
self-esteem atau agar sesuai dengan moral, akan mengembangkan endocentric motivation.
Sedangkan, individu yang dibesarkan dalam keluarga yang mengajarkan dengan
memberikan informasi atau pemahaman mengenai efek dari tingkah laku yang dilakukan
seperti keluarga memberi tahu apabila menolong orang lain, maka orang yang menerima
pertolongan tersebut akan merasa terbantu karena kebutuhannya terpenuhi, akan
mengembangkan intrinsic motivation. Volunteer komunitas Lapas Anak Berbagi yang
dibesarkan dalam keluarganya yang mengajarkan untuk memberikan bantuan kepada
orang lain dengan pemberian hadiah yang bersifat materi atau dengan pujian akan
menumbuhkan ipsocentric motivation. Volunteer komunitas Lapas Anak Berbagi yang
dibesarkan dalam keluarganya dimana diajarkan untuk memberikan bantuan kepada orang
lain untuk meningkatkan self-esteem atau karena sesuai dengan moral, akan memunculkan
endocentric motivation. Di sisi lain, volunteer komunitas Lapas Anak Berbagi yang
dibesarkan dalam keluarganya yang mengajarkan untuk memberikan bantuan kepada
orang lain tanpa pemberian hadiah, tetapi diberikan informasi atau penjelasan mengenai
dampak dari membantu atau menolong orang lain, akan menumbuhkan intrinsic prosocial
13
Faktor eksternal lain yang memengaruhi motivasi prososial adalah lingkungan sosial.
H. Paspalanowa (1979) menyatakan dalam teknik peer-nomination bahwa dalam
bertingkah laku, ada ketergantungan individu pada harapan kelompoknya, sehingga
mereka cenderung akan melakukan hal yang diharapkan oleh kelompoknya. Demikian
pula pada volunteer komunitas Lapas Anak Berbagi, volunteer cenderung akan melakukan
tingkah laku menolong dengan intrinsic prososial motivation kepada anak-anak yang
berada di LPKA apabila teman-teman dalam komunitas Lapas Anak Berbagi
15
1.6.Asumsi
1. Volunteer Komunitas Lapas Anak Berbagi di Kota Bandung memiliki motivasi
prososial yang bervariasi yaitu Ipsocentric Motivation, Endocentric Motivation, dan
Intrinsic Motivation.
2. Dari ketiga motivasi prososial tersebut, ada satu motivasi yang dominan.
3. Motivasi Prososial pada volunteer Komunitas Lapas Anak Berbagi di Kota Bandung,
dipengaruhi oleh faktor internal yaitu usia dan jenis kelamin, serta faktor eksternal
48
Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan hasil yang diperoleh maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebagian besar volunteer komunitas Lapas Anak Berbagi memiliki motivasi
prososial intrinsic dan yang lainnya memiliki motivasi prososial endocentric.
2. Sebagian besar volunteer dengan kondisi yang menghambat endocentric memiliki
jenis motivasi prososial intrinsic.
3. Faktor usia dan jenis kelamin memiliki kecenderungan keterkaikatan dengan jenis
motivasi prososial pada volunteer komunitas Lapas Anak Berbagi.
4. Tidak terdapat kecenderungan keterkaikatan faktor pola asuh dalam keluarga,
lingkungan sosial, dan lama menjadi volunteer terhadap motivasi prososial.
5.2Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, maka peneliti mengajukan
beberapa saran, yaitu:
5.2.1 Saran Teoritis
1. Pada penelitian serupa mengenai motivasi prososial disarankan untuk mengambil
data dengan usia yang lebih beragam agar dapat terlihat perbedaan motivasi
49
2. Disarankan bagi peneliti selanjutnya di bidang sosial untuk meneliti lebih lanjut
mengenai hubungan faktor pola asuh dalam keluarga dan faktor lingkungan sosial
terhadap motivasi prososial.
5.2.2 Saran Praktis
1. Untuk volunteer komunitas Lapas Anak Berbagi agar mempertahankan motivasinya
saat ini yaitu tetap memberikan bantuan kepada anak-anak dengan tujuan untuk
menyejahterakan anak-anak di LPKA.
2. Untuk pengurus komunitas Lapas Anak Berbagi agar memberikan sebuah kegiatan
penyuluhan kepada volunteer yang memiliki motivasi prososial endocentric, agar
motivasinya dalam memberikan bantuan kepada anak-anak terfokus pada
kesejahteraan anak-anak LPKA bukan karena melaksanakan kewajibannya sebagai
volunteer saja. Pengurus juga dapat memberikan penegasan kepada calon volunteer
mendatang bahwa anak-anak LPKA benar-benar membutuhkan bantuan dan
pemberian keterampilan yang dilakukan komunitas Lapas Anak Berbagi adalah
i
STUDI DESKRIPTIF MENGENAI MOTIVASI PROSOSIAL PADA
VOLUNTEER KOMUNITAS LAPAS ANAK BERBAGI DI BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Maranatha
Oleh:
KRISTIN KERINA
NRP: 1130077
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN
Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Kristin Kerina
NRP : 1130077
Fakultas : Psikologi
Menyatakan bahwa laporan penelitian ini adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan duplikasi dari orang lain.
Apabila di masa mendatang diketahui bahwa pernyataan ini tidak benar adanya, saya bersedia menerima sanksi yang diberikan dnegan segala konsekuensi sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 17 Tahun 2010.
Demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Bandung, 23 Mei 2016
iv
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN
Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Kristin Kerina NRP : 1130077 Fakultas : Psikologi
menyatakan bahwa:
1. Demi pengembangan ilmu pengetahuan menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Kristen Maranatha Hak Bebas Royalti Non –Ekslusif (Non- Exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
“Studi Deskriptif Mengenai Motivasi Prososial Pada Volunteer
Komunitas Lapas Anak Berbagi, Bandung”
2. Universitas Kristen Maranatha Bandung berhak menyimpan, mengalihmediakan/ mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), mendistribusikannya dan menampilkan/ mempublikasikannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta.
3. Saya bersedia menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Universitas Kristen Maranatha Bandung, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.
Demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Bandung, 23 Mei 2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
kasih-Nya yang besar, peneliti mampu menyelesaikan tugas akhir Mata Kuliah Usulan
Penelitian, Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Adapun judul dari tugas akhir
ini adalah “Studi Deskriptif Mengenai Motivasi Prosisial Pada Volunteer Komunitas Lapas
Anak Berbagi di Kota Bandung”.
Peneliti menyadari bahwa tugas akhir yang telah disusun ini belum sempurna. Oleh
karena itu, peneliti mengharapkan pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan penelitian tugas akhir ini. Dalam melakukan penyusunan tugas akhir ini,
peneliti menerima bantuan, bimbingan, serta dorongan dari berbagai pihak.
Peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan
bantuan dan dukungan selama pengerjaan tugas akhir ini. Ucapan terima kasih peneliti
sampaikan kepada:
1. Dr. Yuspendi, M.Psi., M.Pd., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen
Maranatha.
2. Dra. Sumiarti Soemarno, Psik., selaku pembimbing utama yang selalu
meluangkan waktunya untuk memberikan dukungan serta arahan kepada peneliti
agar tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan sebaik mungkin.
3. Cindy Maria, M.Psi., Psik., selaku pembimbing kedua sekaligus dosen wali yang
vi
4. Volunteer Komunitas Lapas Anak Berbagi Kota Bandung, yang sudah
menginspirasi dan memberikan bantuan dalam banyak hal.
5. Orang tua yang luar biasa, yang sudah menjadi semangat sehingga peneliti bisa
menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Mikaela Jelis, Junita Simbolon, Maria Oktavia Simarmata, Marz Wera, Ariandi
Darmawan, Joko Noviyanto dan semua anggota di PMKRI Cabang Bandung,
terima kasih untuk semangat dan dorongan yang sudah diberikan di saat peneliti
hampir menyerah.
7. Fransiska Yurika, Erni Irawati, Helena Linda, kakak senior dan adik junior di
Legio Maria Paroki Santo Mikael, terima kasih atas nasihat dan semangat yang
diberikan.
8. Petronella A. Da Costa, Leni Dwi Handini, Theofanny, Rahel Violin, Kennaldy,
terima kasih atas dukungan dan saran yang sudah diberikan kepada peneliti.
9. Teman-teman mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha
angkatan 2011, terimakasih atas bantuan, saran, dan dorongannya kepada peneliti.
Akhir kata peneliti berharap tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
pihak-pihak yang memerlukan.
Bandung, Mei 2016
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2010). Statistik Pemuda Indonesia Tahun 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Bar-Tal, Daniel. (1976). Prosocial Behavior Theory & Research. Washington: Hemisphere Publishing Coorporation.
Eisenberg, N. (1982). The Development of Prosocial Behavior. New York: Academic Press.
Eisenberg, S. (1970). The Development of Prosocial Behavior. New York: Academic Press.
Fakultas Psikologi. (2015). Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.
Nazir, M. (2003). Metodologi Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Sugiono, D. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
51
DAFTAR RUJUKAN
Alamsyah, A. R. (2014). Studi deskriptif mengenai jenis motivasi prososial pada sukarelawan panti rehabilitasi narkoba di Bandung (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha: Bandung.
Batlolone, V. (2014). Mendagri Pastikan Jumlah Penduduk 254 Juta. (http://sinarharapan.co/news/read/140916057/mendagri-pastikan-jumlah-penduduk-254-juta-span-span-, diakses 21 Maret 2015).
Genetika, A. (2014). Studi deskriptif mengenai motivasi prososial pada mahasiswa pendonor darah di Universitas “X” Kota Bandung (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha: Bandung.
G-mb. (2016). About GMB.
(http://www.g-mb.org/about-gmb.html, diakses 18 Mei 2016)
Janu. (2014). Dua Mahasiswa UNY Ikut YA dan YLF 2014.
(http://fis.uny.ac.id/berita/dua-mahasiswa-uny-ikuti-ya-ylf-2014, 18 Mei 2016)
Kemenpora. (2010). Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tentang Kepemudaan. (http://kemenpora.go.id/index/preview/perundangan/3, diakses 18 Mei 2016)
Pamungkas, F. T. (2014). Studi deskriptif mengenai motivasi prososial pada asisten mahasiswa di Fakultas Psikologi Di Universitas “X” Di Bandung (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha: Bandung.
Sistem Database Pemasyarakatan. (2015). Data Terakhir Jumlah Penghuni Perkanwil. (http://smslap.ditjenpas.go.id/public/grl/current/monthly, diakses 21 Maret 2015).