HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN
TINGKAT RESILIENSI DALAM MENGHADAPI STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA UPI PERANTAU
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh GelarSarjana Psikologi
Jurusan Psikologi
Oleh:
Prima Seswita
0809247
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Prima Seswita, 2013
Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau
Hubungan antara Dukungan Sosial
dengan Tingkat Resiliensi dalam
Menghadapi Stres Akademik pada
Mahasiswa UPI Perantau
Oleh Prima Seswita
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan
© Prima Seswita 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Prima Seswita, 2013
v Prima Seswita, 2013
Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau
ABSTRAK
Prima Seswita (0809247). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Tingkat Resiliensi dalam Menghadapi Stres Akademik pada Mahasiswa UPI Perantau. Skripsi. Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung (2013).
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat resiliensi dan stres akademik sebagai variabel mediator pada mahasiswa UPI perantau yang berasal dari luar Pulau Jawa. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode korelasional. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Dukungan Sosial yang diturunkan langsung oleh peneliti berdasarkan teori House, instrumen Stres Akademik yang diadaptasi dari Stress-Life Student Inventory oleh Gadzella dan instrumen Resiliensi yang diadaptasi dari Resilience Quotient oleh Reivich dan Shatte. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan sosial dengan tingkat resiliensi pada mahasiswa UPI perantau dengan nilai korelasi 0,450 dan stres akademik tidak memediasi hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat resiliensi pada mahasiswa UPI perantau. Kesimpulan dan saran untuk pihak jurusan, bidang kemahasiswaan UPI dan penelitian selanjutnya dibahas dalam penelitian ini.
ABSTRACT
Prima Seswita (0809247). Relationship between Social Support and the level of Resilience to cope Academic Stress among UPI’s sojourner students. Thesis. Department of Psychology, Faculty of Education, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung (2013).
The purpose of this study is to describe the relationship between social support with the level of resilience with academic stress as a mediator variable among UPI’s sojourner students who came from outside of Java. The approach used is based on quantitative research with correlation method. The sampling techique used in this study is purposive sampling technique. This study using Social Support instrument based on theory of House, Academic Stress instrument adapted from Student-Life Stress Inventory by Gadzella, and Resilience instrument adapted from Resilience Quotient by Reivich and Shatte. The results of this study indicate there is positive and significant relationship between social support with the level of resilience among UPI’s sojourner students with correlation score 0,450 and academic stres did not mediate the relationship between social support with the level of resilience among UPI’s sojourner students. Furthermore, conclusions and recommendations discussed in this study.
vii
Prima Seswita, 2013
Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau
BAB II KONSEP RESILIENSI, STRES AKADEMIK DAN DUKUNGAN SOSIAL A. Resiliensi ... 15
1. Pengertian Resiliensi ... 16
2. Fungsi Resiliensi ... 18
3. Aspek-Aspek Resiliensi ... 20
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Resiliensi ... 24
B. Stres Akademik ... 25
1. Konsep Stres ... 25
2. Pengertian Stres... 26
4. Reaksi terhadap Stres ... 29
5. Penggolongan Stres ... 30
6. Faktor yang Mempengaruhi Stres ... 31
7. Pengertian Stres Akademik ... 32
8. Gejala-Gejala Stres Akademik ... 33
9. Faktor Penyebab Stres atau Stresor Akademik ... 34
C. Dukungan Sosial ... 35
1. Pengertian Dukungan Sosial ... 36
2. Sumber Dukungan Sosial ... 37
3. Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial ... 38
4. Dampak Dukungan Sosial ... 39
D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 41
E. Kerangka Berpikir ... 43
F. Asumsi ... 47
G. Hipotesis ... 48
BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 49
B. Desain Penelitian ... 51
C. Metode Penelitian... 52
D. Definisi Operasional... 53
E. Instrumen Penelitian... 55
F. Proses Pengembangan Instrumen ... 60
G. Teknik Pengumpulan Data ... 65
H. Analisis Data ... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 73
1. Gambaran Dukungan Sosial pada Mahasiswa UPI Perantau ... 74
ix
Prima Seswita, 2013
Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau
3. Gambaran Tingkat Resiliensi pada Mahasiswa UPI
Perantau ... 87
4. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Stres Akademik
pada Mahasiswa UPI Perantau ... 94
5. Hubungan antara Stres Akademik dengan Tingkat Resililensi
pada Mahasiswa UPI Perantau ... 95
6. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Tingkat Resiliensi
pada Mahasiswa UPI Perantau ... 96
7. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Tingkat Resiliensi
pada Mahasiswa UPI Perantau dengan Stres Akademik
sebagai Variabel Mediator ... 97
B. Pembahasan ... 101
1. Gambaran Dukungan Sosial pada Mahasiswa UPI
Perantau ... 101
2. Gambaran Stres Akademik pada Mahasiswa UPI
Perantau ... 106
3. Gambaran Tingkat Resiliensi pada Mahasiswa UPI
Perantau ... 109
4. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Stres Akademik
pada Mahasiswa UPI Perantau ... 112
5. Hubungan antara Stres Akademik dengan Tingkat Resiliensi
pada Mahasiswa UPI Perantau ... 115
6. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Tingkat Resiliensi
pada Mahasiswa UPI Perantau ... 117
7. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Tingkat Resiliensi
pada Mahasiswa UPI Perantau dengan Stres Akademik
sebagai Variabel Mediator ... 120
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 122
B. Saran ... 124
DAFTAR PUSTAKA ... 126
xi
Prima Seswita, 2013
Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor Pernyataan Instrumen Dukungan Sosial ... 56
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Dukungan Sosial ... 56
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Stres Akademik ... 57
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Resiliensi ... 59
Tabel 3.5 Skor Kategorisasi Reliabilitas ... 62
Tabel 3.6 Nilai Reliabilitas Instrumen Dukungan Sosial ... 63
Tabel 3.7 Nilai Reliabilitas Instrumen Student-Life Stress Inventory ... 63
Tabel 3.8 Nilai Reliabilitas Instrumen Resiliensi ... 63
Tabel 3.9 Hasil Pengembangan Instrumen Dukungan Sosial... 64
Tabel 3.10 Hasil Pengembangan Instrumen Student-Life Stress Inventory ... 64
Tabel 3.11 Hasil Pengembangan Instrumen Resiliensi ... 65
Tabel 3.12 Hasil Uji Normalitas Data ... 66
Tabel 3.13 Hasil Uji Linearitas Dukungan Sosial dengan Stres Akademik ... 67
Tabel 3.14 Hasil Uji Linearitas Dukungan Sosial dengan Resiliensi ... 68
Tabel 3.15 Hasil Uji Linearitas Stres Akademik dengan Resiliensi... 68
Tabel 3.16 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 69
Tabel 4.1 Gambaran Umum Dukungan Sosial pada Mahasiswa UPI Perantau ... 74
Tabel 4.2 Gambaran Dukungan Sosial pada Mahasiswa UPI Perantau Berdasarkan Angkatan... 75
Tabel 4.3 Gambaran Dukungan Sosial pada Mahasiswa UPI Perantau Berdasarkan Asal Daerah ... 77
Tabel 4.4 Gambaran Umum Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial pada Mahasiswa UPI Perantau ... 78
Tabel 4.5 Gambaran Umum Stres Akademik pada Mahasiswa UPI Perantau ... 80
Tabel 4.7 Gambaran Stres Akademik pada Mahasiswa UPI Perantau
Berdasarkan Asal Daerah ... 82
Tabel 4.8 Gambaran Umum Sub Dimensi Stres Akademik pada Mahasiswa
UPI Perantau ... 84
Tabel 4.9 Gambaran Umum Tingkat Resiliensi pada Mahasiswa UPI
Perantau ... 87
Tabel 4.10 Gambaran Tingkat Resiliensi pada Mahasiswa UPI Perantau
Berdasarkan Angkatan... 88
Tabel 4.11 Gambaran Tingkat Resiliensi pada Mahasiswa UPI Perantau
Berdasarkan Asal Daerah ... 90
Tabel 4.12 Gambaran Umum Dimensi Resiliensi pada Mahasiswa UPI
Perantau ... 91
Tabel 4.13 Hasil Uji Korelasi antara Dukungan Sosial dengan Stres Akademik
pada Mahasiswa UPI Perantau ... 94
Tabel 4.14 Hasil Uji Korelasi antara Stres Akademik dengan Tingkat
Resiliensi pada Mahasiswa UPI Perantau ... 95
Tabel 4.15 Hasil Uji Korelasi antara Dukungan Sosial dengan Tingkat
Resiliensi pada Mahasiswa UPI Perantau ... 97
Tabel 4.16 Koefisien Regresi Dukungan Sosial terhadap Stres Akademik Pada
Mahasiswa UPI Perantau ... 98
Tabel 4.17 Koefisien Regresi Dukungan Sosial terhadap Tingkat Resiliensi
pada Mahasiswa UPI Perantau ... 99
Tabel 4.18 Koefisien Regresi Dukungan Sosial dan Stres Akademik terhadap
xiii
Prima Seswita, 2013
Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Gambaran Umum Dukungan Sosial pada Mahasiswa UPI
Perantau ... 74
Grafik 4.2 Gambaran Dukungan Sosial pada Mahasiswa UPI Perantau
Berdasarkan Angkatan... 75
Grafik 4.3 Gambaran Umum Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial pada
Mahasiswa UPI Perantau ... 79
Grafik 4.4 Gambaran Umum Stres Akademik pada Mahasiswa UPI
Perantau ... 80
Grafik 4.5 Gambaran Stres Akademik pada Mahasiswa UPI Perantau
Berdasarkan Angkatan... 81
Grafik 4.6 Gambaran Umum Sub Dimensi Stres Akademik pada Mahasiswa
UPI Perantau ... 87
Grafik 4.7 Gambaran Umum Tingkat Resiliensi pada Mahasiswa UPI
Perantau ... 88
Grafik 4.8 Gambaran Tingkat Resiliensi pada Mahasiswa UPI Perantau
Berdasarkan Angkatan... 89
Grafik 4.9 Gambaran Umum Aspek-Aspek Resiliensi pada Mahasiswa UPI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Hubungan antara Dukungan Sosial dengan
Tingkat Resiliensi dalam Menghadapi Stres Akademik pada
Mahasiswa UPI Perantau ... 47
Gambar 3.1 Desain Penelitian Hubungan antara Dukungan Sosial dengan
xv
Prima Seswita, 2013
Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Administrasi Penelitian ... 134
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ... 139
Lampiran 3 Data Uji Reliabilitas ... 161
Lampiran 4 Data Penyekoran ... 179
Lampiran 5 Data Hasil Analisis Data ... 224
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menjadi mahasiswa merupakan idaman bagi setiap orang dalam meniti karir
di bidang pendidikan formal. Penguasaan ilmu pengetahuan dan pengalaman
selama di perguruan tinggi diharapkan dapat menjadi modal dasar dalam
mencapai cita-cita masa depan mereka. Untuk menempuh pendidikan tersebut,
tidak sedikit dari mahasiswa yang rela meninggalkan kampung halamannya untuk
menempuh pendidikan di perguruan tinggi di luar kota bahkan di luar pulau,
seperti halnya mahasiswa yang berasal dari Pulau Sumatera yang berkuliah di
Pulau Jawa.
Pulau Jawa menjadi salah satu tempat tujuan utama para mahasiswa yang
berasal dari daerah untuk melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi. Hal ini
disebabkan karena semua perguruan tinggi unggulan berada di Pulau Jawa seperti
Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Bandung dan
Universitas Pendidikan Indonesia. Selain itu jarang ditemukan perguruan tinggi
yang bermutus bagus di luar Pulau Jawa dan jurusan yang tersedia di Pulau Jawa
lebih banyak pilihannya. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh
4International Colleges and Universities (4ICU), Webometrics dan QS Top
2
Prima Seswita, 2013
Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau
Indonesia terdapat di Pulau Jawa, yaitu Institut Teknologi Bandung, Universitas
Pendidikan Indonesia, Universitas Diponegoro, Universitas Sebelas Maret, Institut
Teknologi Sepuluh November, Universitas Airlangga dan Institut Pertanian Bogor
(Kompasiana, 2012). Hal ini sependapat dengan Hidajat (2000) yang menyatakan
bahwa banyak provinsi di Indonesia (terutama di luar Pulau Jawa) yang belum
memiliki cukup perguruan tinggi, baik dari kualitas maupun kuantitas.
Menurut situs Wikipedia (2012) di kota Bandung sendiri terdapat lebih dari
100 perguruan tinggi atau sejajar perguruan tinggi seperti akademi, sekolah tinggi
dan sebagainya, mulai dari negeri sampai dengan swasta. Salah satunya adalah
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Mahasiswa yang berkuliah di UPI tidak
hanya saja berasal dari kota Bandung atau Jawa Barat namun juga cukup banyak
yang berasal dari luar Jawa Barat bahkan luar Pulau Jawa.
Proses penyesuaian diri diperlukan ketika seseorang memasuki situasi dan
kondisi lingkungan yang baru, dan hal yang sama tentu saja akan dialami oleh
mahasiswa (Sobur, 2003). Brouwer (Alisjahbana, Sidharta & Brouwer, 1980)
mencatat beberapa masalah yang harus diperhatikan oleh mahasiswa ketika
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, antara lain masalah perbedaan
cara belajar, masalah perpindahan tempat, masalah yang berkaitan dengan
mencari teman baru dan hal-hal yang berkaitan dengan pergaulan, masalah
perubahan relasi, dan masalah pengaturan waktu serta masalah menyangkut
nilai-nilai hidup (Alisjahbana, Sidharta & Brouwer, 1980). Sebagian besar mahasiswa
mampu mengatasi permasalahan tersebut dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan barunya, namun sebagian lainnya gagal untuk menyesuaikan diri
4
Prima Seswita, 2013
Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau
bermusuhan sehingga mereka selalu dalam keadaan cemas, dan tidak tenang
(Sobur, 2003). Sejalan dengan pendapat yang dinyatakan oleh Sobur, Brouwer
mengemukakan bahwa jika mahasiswa gagal mengatasi permasalahan dan
tekanan-tekanan yang ada maka mahasiswa bersangkutan akan mengalami
gangguan dan hambatan yang pada akhirnya dapat menyebabkan depresi
(Alisjahbana, Sidharta & Brouwer, 1980).
Memasuki universitas merupakan waktu yang penuh tekanan (stressful) bagi
banyak mahasiswa karena mereka harus melalui proses adaptasi pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi dan lingkungan yang baru (Essandoh & Mori dalam
Misra & Castillo, 2004). Menurut Thawabieh dan Qaisy (2012) masa transisi dari
lingkungan sekolah ke lingkungan kampus dapat menyebabkan kekagetan
psikologis, akademik dan sosial bagi mahasiswa karena terdapat banyak
perbedaan sistem pendidikan antara lain cara mengajar, tuntutan akademik, bentuk
hubungan antara mahasiswa dan universitas dan hubungan antar mahasiswa itu
sendiri. Namun bagi mahasiswa perantau hal ini akan lebih menekan karena
mereka juga harus belajar perbedaan nilai-nilai budaya dan juga bahasa sebagai
persiapan akademik (Essandoh & Mori dalam Misra & Castillo, 2004).
Dalam artikel ilmiahnya yang berjudul “Experiencing Culture Shock in
College”, Balmer (2009) mewawancarai seorang siswa yang baru saja
menyelesaikan sekolah menengah dan mau melanjutkan ke universitas di luar
kota. Dari hasil wawancara diketahui bahwa untuk pertama kali dia akan bangga
dan mempersiapkan dirinya untuk bertemu dengan orang-orang baru, antusiasme
mahasiswa tersebut merasakan ketidaknyamanan sehingga menyebabkan
mahasiswa tersebut tidak ingin melanjutkan kuliahnya (Balmer, 2009).
Berdasarkan kasus tersebut diketahui bahwa mahasiswa tersebut tidak dapat
mengatasi ketidaknyamanannya dan gagal menyesuaikan diri hingga memutuskan
berhenti kuliah. Menurut Balmer (2009) kebiasaan-kebiasaan baru yang ditemui
di lingkungan baru dapat menyebabkan tekanan dan berakibat pada kompetensi
akademik siswa bahkan sampai memutuskan berhenti kuliah. Dampak negatif
yang dirasakan oleh mahasiswa tersebut akibat tuntutan lingkungan pendidikan
atau universitas disebut dengan stres akademik.
Stres akademik adalah hasil dari kombinasi berbagai hal yang berhubungan
dengan tuntutan akademik yang melebihi kapasitas adaptasi individu (Wilks
dalam Calaguas, 2011).
Banyak faktor yang menyebabkan seorang mahasiswa mengalami stres
akademik. Menurut Wilks (Calaguas, 2011) stres akademik banyak disebabkan
oleh masalah pengaturan waktu, beban keuangan, interaksi dengan pengajar,
tujuan pribadi, kegiatan sosial, penyesuaian dengan lingkungan kampus, dan
kurangnya dukungan. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa stres
akademik disebabkan oleh sistem semester, ruang kuliah yang padat, sumber daya
yang tidak adekuat untuk menyelesaikan tugas akademik (Agolla & Ongori dalam
Calaguas, 2011), tugas yang terus menerus, ketakutan dalam menghadapi ujian,
sistem ujian dan ekspektasi diri yang tinggi (Clift & Thomas, Kohlon, Berg &
6
Prima Seswita, 2013
Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau
Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa berbagai jurusan di UPI juga
menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi pemicu stres
akademik antara lain, mahasiswa cenderung mengalami kecemasan pada saat akan
menghadapi ujian lisan (Hermawati, 2008). Hubungan sosial mahasiswa dengan
dosen wali cenderung kurang baik sehingga menjadi salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi ketercapaian beban SKS (Priatna, 2008).
Selain itu faktor lain yang juga menjadi pemicu, yaitu mahasiswa cenderung
mendapat didikan yang keras dari orang tua agar memiliki prestasi yang baik
(Octaviana, 2012), 29,9% dari mahasiswa yang menjadi sampel penelitian
memiliki keyakinan yang rendah mampu melaksanakan berbagai aktivitas dalam
rangka memenuhi tuntutan akademik (Mustaqim, 2010), dan kondisi tempat kost
kurang baik dibandingkan dengan lingkungan rumah dalam menunjang
mahasiswa untuk menyelesaikan tugas kuliah (Maulana, 2012).
Menurut Cheng dkk. (Misra & Castillo, 2004) pemicu stres akademik pada
mahasiswa bukan perantau dan mahasiswa perantau pada dasarnya sama, namun
persepsi mengenai stres akademik dan strategi penangannya berbeda pada tiap
budaya. Ketika stres akademik ditanggapi secara negatif, mahasiswa dapat
mengalami gangguan fisik dan psikis (Murphy & Archer dalam Nandamuri & Ch,
2006). Richlin-Klonsky & Hoe (Busari, 2012) menambahkan bahwa jika stres
yang dialami berkelanjutan maka hal tersebut dapat menurunkan pretasi
akademik, menganggu kemampuan mahasiswa untuk ikut berpartisipasi di
lingkungan universitas, dan cenderung terjerumus pada perilaku yang merusak.
mahasiswa adalah tersedianya dukungan sosial. (Murphy & Archer dalam
Nandamuri & Ch, 2006).
Dukungan sosial adalah pertukaran interpersonal dimana salah seorang
memberikan bantuan atau pertolongan kepada yang lain (Taylor, 1995). Smet
(1994: 137-138) menjelaskan bahwa dukungan sosial melindungi individu dari
efek stres berat dengan cara yang berbeda dan dalam bentuk yang berbeda pula.
Menurut House (Smet, 1994: 136) dukungan sosial yang diberikan dapat berupa
dukungan emosional, dukungan perhargaan, dukungan instrumental dan dukungan
normatif.
Penelitian yang dilakukan oleh Macgeorge dkk. (Wilks, 2008: 107)
menjelaskan bahwa stres akademik dan depresi menurun sejalan dengan
meningkatnya dukungan informatif. Rospenda dkk. (1994) menemukan bahwa
dukungan sosial berfungsi sebagai penyangga potensial dalam menghadapi stres
akademik dan kekuatan potensial untuk performansi akademik mahasiswa.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Maslihah (2011) menemukan
bahwa semakin baik dukungan sosial orang tua yang dipersepsi siswa, semakin
baik prestasi akademik yang dicapai. Sejalan dengan pendapat Maslihah, Cutrona
dkk (dalam DeBerard dkk., 2012) juga menemukan bahwa dukungan sosial orang
tua berkorelasi positif dengan prestasi mahasiswa. Dukungan sosial orang tua dan
teman berkaitan dengan nilai akademis yang baik, berkurangnya perilaku buruk,
berkurangnya tekanan psikilogis dan berkurangnya kenakalan remaja yang
berdampak pada prestasi akademik (Silbereisen & Todt dalam Yasin & Dzulkifli,
8
Prima Seswita, 2013
Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau
rendah stres yang dialami maka semakin baik prestasi akademik yang dicapai
(Alva & Reyes, Chung & Cheng dalam Glozah, 2012; Dziegielewski dkk., 2004).
Penelitian yang dilakukan oleh Baqutayan (2011) menemukan bahwa dukungan
sosial dapat membantu mahasiswa mengatasi stres akademik yang dialami dan
merasa puas dengan hasil akademik yang diperoleh.
Bagi mahasiswa perantau dukungan sosial merupakan faktor yang penting
dalam menyesuaikan diri di daerah baru sebagai mediator stres akademis (Jung
Bang, 2009). Karena berada jauh dari daerah asal, banyak mahasiswa perantau
tidak mendapatkan dukungan sosial yang tepat sehingga mengakibatkan
munculnya perasaan terisolasi di daerah yang baru dan menghambat mereka untuk
mendapatkan dukungan sosial itu sendiri (Pedersen, 1991; Poyrazli & Grahame,
2007 dalam Jun Bang, 2009). Untuk mendapat dukungan sosial tersebut
mahasiswa harus berinteraksi dengan orang lain. Selain orang tua, teman dapat
memberikan dukungan sosial yang dibutuhkan dan cenderung segera tersedia (di
lingkungan universitas), dapat menyediakan informasi yang relevan dengan
lingkungan universitas, serta diprediksikan dapat mengurangi tekanan psikologis
(Rodriguez dalam Crocket dkk., 2007; Chou, Clara dkk., Sarason dalam Whitney,
2010; Wilks, 2008).
Untuk melihat gambaran pada mahasiswa UPI, peneliti melakukan studi
awal pada bulan Desember 2012 dengan mewawancarai beberapa mahasiswa UPI
yang berasal dari luar Pulau Jawa. Hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian
besar subjek mengalami kesulitan ketika pertama kali tinggal di Bandung
mengeluhkan beratnya beban mata kuliah dan tugas-tugas yang banyak, kondisi
kelas yang kurang kondusif, dan sistem pembelajaran yang sangat berbeda
dibandingkan dengan di SMA. Kondisi tersebut menyebabkan subjek merasa
tertekan dan untuk mengatasi hal tersebut subjek menyibukkan diri dengan
kegiatan di luar kampus atau menceritakan permasalahannya kepada orang
terdekat atau teman.
Ketika mahasiswa juga memiliki tingkat resiliensi yang bagus maka mereka
dapat beradaptasi dengan stres akademik secara efektif sehingga dapat terhindar
dari konsekuensi psiko-sosial-emosional yang serius (Wilks, 2008). Wasoga dkk.
(Moleli, 2005) menambahkan bahwa keuntungan bagi mahasiswa baru yang
resilien adalah mereka dapat berfungsi dengan baik dalam mengatasi segala
tantangan yang ada di lingkungan untuk mencapai kesuksesan akademis.
Resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk bertahan, bangkit dan
menyesuaikan dengan kondisi yang sulit (Reivich & Shatte, 2002). Orang yang
resilien tahu bagaimana ia harus menghadapi suatu masalah dan dapat
menemukan cara penyelesaiannya. Mereka tetap berkembang meskipun
lingkungan berubah terus menerus karena mereka fleksibel, cerdas, kreatif, cepat
beradaptasi serta mau belajar dari pengalaman (Siebert, 2006). Resiliensi dapat
membantu mahasiswa agar berhasil secara akademik walaupun terdapat hambatan
yang menyulitkan mereka untuk berhasil (Bernard dalam Sarwar, 2010).
Campbel-Sills dkk (Wilks, 2008) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
resiliensi berkorelasi positif dengan task oriented atau problem focused coping.
10
Prima Seswita, 2013
Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau
menggunakan strategi problem focused coping menunjukkan performansi
akademik yang lebih baik daripada mahasiswa yang menggunakan strategi
emotional focused coping. Selain itu, penelitian yang dilakukan Lee (2009) pada
siswa beresiko menemukan bahwa siswa yang memiliki tingkat resiliensi yang
tinggi, juga memiliki nilai akademis yang baik. Sejalan dengan Lee, Perez dkk
(2009) juga menemukan bahwa semakin tinggi faktor protektif resiliensi yang
dimiliki mahasiswa perantau maka semakin tinggi kesuksesan akademik yang
dicapai. Oleh karena itu, mahasiswa perantau yang resilien akan mampu
mengatasi stres akademik dan memperlihatkan performansi akademik yang baik.
Menurut Everall dkk. (2006) salah satu faktor yang mempengaruhi resiliensi
adalah dukungan dari orang tua. Sejalan dengan Everall, Vanbreda (2001) dan
Siantz (Perez dkk., 2009) mengatakan bahwa keluarga sebagai faktor pelindung
yang meningkatkan resiliensi individu. Penelitian yang dilakukan oleh Riddle dan
Romans (2012) menunjukkan bahwa dukungan sosial dari teman merupakan
prediktor paling kuat dalam resiliensi. Peneliti mengidentifikasi bahwa dukungan
sosial dari keluarga, teman sebaya, sekolah dan komunitas merupakan karateristik
penting dalam resiliensi siswa (Bernard, Wang dkk., Werner & Smith dalam Lee,
2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Wilks (2008) juga menemukan bahwa
dukungan dari teman dapat memberikan dampak positif dalam menghadapi stres
akademik dan menjadi faktor pelindung resiliensi. Perez dkk. (2009) menemukan
bahwa tingginya tingkat faktor personal dan lingkungan dalam resiliensi seperti
semakin tinggi keberhasilan akademis. Dengan kata lain, dukungan sosial yang
diterima mahasiswa perantau dapat berhubungan dengan resiliensinya dalam
menghadapi stres akademik.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
“Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Tingkat Resiliensi dalam
Menghadapi Stres Akademik pada Mahasiswa UPI Perantau”.
B. Rumusan Masalah
Bagi banyak mahasiswa memasuki universitas merupakan waktu yang
penuh tekanan (stressful) karena mereka harus melalui proses adaptasi pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan menghadapi permasalahan yang
muncul agar mereka dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru
seperti masalah perbedaan cara belajar, perpindahan tempat, masalah yang
berkaitan dengan teman baru dan relasi serta nilai-nilai hidup (Alisjahbana,
Sidharta & Brouwer, 1980). Namun, bagi mahasiswa perantau hal ini akan lebih
menekan karena mereka juga harus belajar perbedaan nilai-nilai budaya dan juga
bahasa sebagai persiapan akademik (Essandoh & Mori dalam Misra & Castillo,
2004). Jika mahasiswa gagal mengatasi permasalahan tersebut maka mereka
akan mengalami gangguan atau hambatan dan pada akhirnya dapat
menyebabkan depresi. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh tuntutan
lingkungan pendidikan atau universitas disebut dengan stres akademik.
Banyak faktor yang memicu terjadinya stres akademik antara lain
12
Prima Seswita, 2013
Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau
lingkungan yang tidak mendukung dan keyakinan diri mahasiswa yang rendah
mampu melaksanakan berbagai aktivitas dalam rangka memenuhi tuntutan
akademik. Pemicu stres akademik pada mahasiswa bukan perantau dan
mahasiswa perantau pada dasarnya sama, namun persepsi mengenai stres
akademik dan strategi penangannya berbeda pada tiap budaya (Cheng dkk.
dalam Misra & Castillo, 2004). Bagi mahasiswa perantau dukungan sosial
merupakan faktor yang penting dalam menyesuaikan diri di daerah baru sebagai
mediator stres akademis (Jun Bang, 2009).
Ketika mahasiswa gagal mengatasi stres akademik dengan efektif, maka
akan menghasilkan konsekuensi psiko-sosial-emosional yang serius. Namun
bagi mahasiswa yang memiliki tingkat resiliensi yang bagus, mereka dapat
beradaptasi dengan stres akademik secara efektif (Wilks, 2008). Salah satu
faktor yang mempengaruhi resiliensi adalah dukungan sosial (Holaday &
McPhearson, 1997) terutama dukungan orang tua dan keluarga yang dapat
meningkatkan resiliensi individu serta dukungan dari teman dapat memberikan
dampak positif dalam menghadapi stres akademik dan menjadi faktor pelindung
resiliensi.
Berdasarkan penjelasan di atas maka, rumusan masalah umum dalam
penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan
tingkat resiliensi pada mahasiswa UPI perantau?”. Adapun pertanyaan spesifik
untuk menjawab rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah gambaran dukungan sosial pada mahasiswa UPI perantau?
3. Bagaimanakah gambaran tingkat resiliensi pada mahasiswa UPI perantau?
4. Apakah terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan stres akademik
pada mahasiswa UPI perantau?
5. Apakah terdapat hubungan antara stres akademik dengan tingkat resiliensi
pada mahasiswa UPI perantau?
6. Apakah terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat
resiliensi pada mahasiswa UPI perantau?
7. Apakah stres akademik memediasi hubungan antara dukungan sosial
dengan tingkat resiliensi pada mahasiswa UPI perantau?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan
dukungan sosial dengan tingkat resiliensi dalam menghadapi stres akademik pada
mahasiswa UPI perantau. Secara khusus tujuan penelitian ini dapat dijabarkan
sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan gambaran dukungan sosial dalam menghadapi stres
akademik pada mahasiswa UPI perantau.
2. Mendeskripsikan gambaran stres akademik pada mahasiswa UPI perantau.
3. Mendeskripsikan gambaran tingkat resiliensi dalam menghadapi stres
akademik pada mahasiswa UPI perantau.
4. Mendeskripsikan data-data empiris mengenai hubungan antara dukungan
14
Prima Seswita, 2013
Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau
5. Mendeskripsikan data-data empiris mengenai hubungan antara stres
akademik dengan tingkat resiliensi pada mahasiswa UPI perantau.
6. Mendeskripsikan data-data empiris mengenai hubungan antara dukungan
sosial dengan tingkat resiliensi pada mahasiswa UPI perantau.
7. Mendeskripsikan data-data empiris mengenai stres akademik sebagai
variabel mediator dalam hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat
resiliensi pada mahasiswa UPI perantau.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Manfaat penelitian ini khususnya ilmu Psikologi terutama dalam
setting klinis adalah menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
gambaran dan sejauh mana hubungan antara dukungan sosial dan resiliensi
dalam menghadapi stres akademik dan dalam setting sosial yaitu sejauh
mana dukungan sosial berperan dalam menghadapi stres akademik bagi
mahasiswa UPI perantau.
2. Manfaat Praktis
Manfaaat penelitian ini secara praktis yakni bagi mahasiswa yang
berasal dari luar Pulau Jawa memberikan gambaran mengenai bagaimana
dukungan sosial dapat mempengaruhi tingkat resiliensi dalam menghadapi
diharapakan dapat menjadi masukan dan pertimbangan untuk pihak
universitas terutama bagian kemahasiswaan agar dapat memberikan
perhatian berupa dukungan sosial pada mahasiswa yang berasal dari luar
Pulau Jawa dengan harapan agar mahasiswa dapat melaksanakan kegiatan
perkuliahan dengan lancar.
E. Struktur Penulisan
Struktur penulisan dalam skripsi adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi, hipotesis dan
metode penelitian.
BAB II Berisi kajian teori dan kerangka berpikir.
BAB III Metode penelitian yang memuat tentang lokasi dan sampel penelitian,
desain penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses
pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, serta analisis
data penelitian.
BAB IV Memuat hasil analisis data dan pembahasan.
49
Prima Seswita, 2013
Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Sebagai suatu populasi, kelompok subjek penelitian harus memiliki ciri-ciri
atau karakteristik-karakteristik bersama yang membedakannya dari kelompok
subjek yang lain (Azwar, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa
UPI perantau. Mahasiswa UPI perantau dalam penelitian ini adalah mahasiswa
yang berasal dari luar Pulau Jawa yang secara kultur berbeda, lalu mereka
menetap di Bandung dalam jangka waktu tertentu untuk menyelesaikan
pendidikannya di UPI. Berdasarkan data berupa dokumen softfile yang diperoleh
dari Bagian Sistem Informasi UPI pada tahun 2013 diketahui bahwa jumlah
populasi mahasiswa UPI perantau dari luar Pulau Jawa adalah sekitar 447 orang.
Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik pemilihan
nonprobabilitas sampling yaitu purposive sampling, pengambilan sampel yang
dilakukan dengan dengan memilih secara sengaja menyesuaikan dengan tujuan
penelitian sehingga tidak setiap anggota populasi mempunyai peluang terpilih
menjadi sampel (Purwanto, 2012). Pilihan atas teknik porposive sampling karena
peneliti menguji pertimbangan-pertimbangan untuk memasukkan unsur atau
subjek yang dianggap khusus dari suatu populasi. Pemilihan sampel berdasarkan
penilaian atas karakteristik sampel akan memberikan data yang sesuai dengan
maksud penelitian (Silalahi, 2010).
Karakteristik sampel yang dibutuhkan yaitu terdaftar sebagai mahasiswa
-1. Terdaftar sebagai mahasiswa reguler program S1 UPI yang masih aktif di
Kampus Bumi Siliwangi.
2. Berasal dari luar Pulau Jawa
Bagi mahasiswa perantau memasuki universitas akan lebih menekan
karena selain harus melalui proses adaptasi pada jenjang pendidikan yang
lebih tinggi, mereka juga harus belajar perbedaan budaya dan bahasa
sebagai persiapan akademik (Essandoh dan Mori dalam Misra & Castillo,
2004). Berdasarkan pendapat tersebut maka diasumsikan bahwa lokasi
UPI yang terletak di Pulau Jawa tepatnya Jawa Barat akan menyebabkan
mahasiswa perantau yang berasal dari luar Pulau Jawa akan lebih
merasakan perbedaan budaya dibandingkan dengan mahasiswa yang
berasal dari Pulau Jawa.
3. Memiliki uang bulanan ≥ Rp 700.000,-
Banyak faktor yang memicu stres akademik dan pada umumnya
dipicu oleh hal-hal yang berkaitan dengan akademik yaitu pengaturan
waktu, interaksi dengan pengajar, penyesuaian dengan lingkungan
kampus, sistem semester, tugas yang terus menerus, ketakutan dalam
menghadapi ujian, penyesuaian dengan lingkungan kampus dan kurangnya
dukungan (Wilks, Agolla & Ongori dalam Calaguas, 2011; Kadapatti &
Vijayalaxmi, 2012). Berdasarkan pendapat tersebut maka diasumsikan
bahwa stres akademik banyak dipicu oleh masalah yang berkaitan dengan
akademik. Selain itu, berdasarkan survei yang dilakukan oleh peneliti
51
yang berkisar antara Rp 700.000,- sampai dengan > Rp 1.000.00,-. Oleh
karena itu, peneliti memilih subjek penelitian yang memiliki uang bulanan
≥ Rp 700.000,- dengan pertimbangan bahwa stres akademik yang dialami
oleh mahasiswa perantau cenderung disebabkan oleh permasalahan
akademik tanpa dibebani dengan masalah keuangan.
Berdasarkan penjelasan teknik pengambilan sampel dan karakteristik sampel
diatas maka peneliti menentukan sebanyak 211 orang mahasiswa UPI perantau
diambil sebagai sampel penelitian.
Lokasi penelitian dilakukan di Kampus Bumi Siliwangi, Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) Jl. Dr. Setiabudi No. 229 Bandung. Pemilihan lokasi
ini didasarkan pada pertimbangan efisiensi waktu, tenaga dan biaya. Selain itu,
Kampus Bumi Siliwangi sebagai kampus pusat UPI diasumsikan sudah dapat
mewakili populasi mahasiswa UPI perantau secara keseluruhan.
B. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel utama yaitu dukungan sosial
sebagai varibel independen dan resiliensi sebagai variabel dependen. Selain itu,
terdapat stres akademik sebagai variabel mediator. Variabel mediator (intervening
atau mediating variable) adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi
hubungan antara variabel independen dengan dependen menjadi hubungan yang
tidak langsung, tidak dapat diamati dan diukur (Sugiyono, 2008). Hubungan
antara ketiga variabel akan diteliti masing-masing dan peran stres akademik dalam
memediasi hubungan antara dukungan sosial dan resiliensi. Teknik analisis data
Product Moment untuk menguji hipotesis hubungan antara satu variabel
independen dengan satu variabel dependen (Sugiyono, 2008), dan metode Causal
Steps untuk menguji model mediasi. Berikut adalah bagan desain penelitian.
Gambar 3.1
Desain Penelitian Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Tingkat Resiliensi dan Stres Akademik sebagai Mediator
C. Metode Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.
Peneliti memilih pendekatan kuantitatif didasarkan pada pertimbangan bahwa
masalah dalam penelitian yang telah dipaparkan pada bab 1 dianggap sudah jelas
dan peneliti juga ingin mendapatkan informasi mengenai dukungan sosial, stres
akademik dan resiliensi pada suatu populasi yaitu mahasiswa UPI perantau
dengan mengambil sampel yang telah ditentukan dan pengumpulan data melalui
penyebaran kuesioner dukungan sosial, stres akademik, dan resiliensi.
Metode korelasional digunakan untuk mencari hubungan antara dukungan
sosial, stres akademik dan tingkat resiliensi. Metode korelasional bertujuan
menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada
satu atau lebih variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2012: 8).
Dukungan Sosial Tingkat Resiliensi
53
Dalam menghubungkan sejumlah variabel tersebut, peneliti tidak perlu melakukan
manipulasi terhadap variabel yang ada (D’amato dalam Latipun, 2010).
D. Definisi Operasional
Dalam pelaksanaan penelitian batasan atau definisi suatu variabel tidak
dapat dibiarkan ambigu karena pengukuran yang valid hanya dapat dilakukan
terhadap atribut yang sudah didefinisikan secara tegas dan operasional (Azwar,
2012). Berikut adalah definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini.
1. Dukungan Sosial
Secara konseptual, dukungan sosial adalah informasi atau nasehat verbal
dan/atau non verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang diberikan oleh
keakraban sosial atau di dapat karena kehadiran mereka, dan mempunyai
manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima (Gottlieb dalam
Rustiana, 2006).
Dukungan sosial dalam penelitian ini adalah tinggi rendahnya bantuan
yang diterima mahasiswa UPI perantau berupa informasi atau nasehat verbal
dan atau nonverbal dari orang lain dan mempunyai manfaat emosional atau
efek perilaku dalam menghadapi stres akademik. Hal ini dapat dilihat dari total
skor yang diperoleh dalam kuesioner dukungan sosial. Dukungan sosial terbagi
atas empat bentuk yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan,
dukungan instrumental, dan dukungan informatif. Semakin tinggi skor
keseluruhan yang diperoleh maka semakin tinggi dukungan sosial yang
diperoleh maka semakin rendah dukungan sosial yang diterima oleh mahasiswa
UPI perantau.
2. Stres akademik
Secara konseptual, menurut Gupta dan Khan (Kadapatti & Vijalakmi,
2012) stres akademik merupakan tekanan mental sehubungan dengan rasa
frustrasi yang berkaitan dengan kegagalan akademik, ketakutan, dan kesadaran
akan memperoleh kegagalan akademik.
Stres akademik dalam penelitian ini adalah tinggi rendahnya tekanan
tekanan mental sehubungan dengan rasa frustrasi yang berkaitan dengan
kegagalan akademik, ketakutan, dan kesadaran akan memperoleh kegagalan
akademik yang dialami oleh mahasiswa UPI perantau. Hal ini dapat dilihat dari
skor total yang diperoleh dari kuesioner stres akademik. Indikator perilaku
dalam stres akademik dibagi menjadi dua aspek yaitu stressor dan reaksi
terhadap stres. Stressor terdiri atas lima kategori yaitu frustrasi, konflik,
tekanan, perubahan, dan self imposed, sedangkan reaksi terhadap stress terdiri
atas empat kategori yaitu fisiologis, emosional, perilaku dan penilaian kognitif.
Semakin tinggi skor keseluruhan yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat
stres akademik yang dialami oleh mahasiswa UPI perantau. Semakin rendah
skor keseluruhan yang diperoleh maka semakin rendah tingkat stres akademik
55
3. Resiliensi
Secara konseptual, resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk
bertahan, bangkit dan menyesuaikan dengan kondisi yang sulit (Reivich &
Shatte, 2002).
Resiliensi dalam penelitian ini adalah tinggi rendahnya kemampuan
mahasiswa UPI perantau untuk bertahan, bangkit, dan menyesuaikan diri
dalam menghadapi stres akademik. Hal ini dapat dillihat dari total skor yang
diperoleh dari kuesioner resiliensi. Indikator perilaku dari mahasiswa UPI
perantau yang resilien terdiri atas tujuh dimensi yaitu regulasi emosi, kontrol
terhadap impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati,
efikasi diri, dan pencapaian. Semakin tinggi skor keseluruhan yang diperoleh
maka semakin tinggi tingkat resiliensi mahasiswa UPI perantau dalam
menghadapi stres akademik. Semakin rendah skor keseluruhan yang diperoleh
maka semakin rendah tingkat resiliensi mahasiswa UPI perantau dalam
menghadapi stres akademik.
E. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen berupa skala psikologi. Beberapa
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkap
dukungan sosial, resiliensi dan stres akademik pada mahasiswa UPI perantau.
1. Instrumen Dukungan Sosial
Instrumen yang digunakan untuk mengukur dukungan sosial mahasiswa
UPI perantau merupakan instrumen berupa kuesioner yang dibuat berdasarkan
dengan menggunakan pendekatan summated rating atau skala likert. Skala
Likert adalah skala yang memusatkan kepada subyek atau orang (Ihsan, 2009).
Dalam instrumen ini disedikan lima pilihan jawaban untuk tiap pernyataan.
Instrumen terdiri atas pernyaataan favorable dan unfavorable. Berikut skor
pernyataan instrumen dukungan sosial.
Tabel 3.1 Skor Pernyataan Instrumen Dukungan Sosial
Item Nilai Pernyataan
STS TS N S SS
Favorable 1 2 3 4 5
Unfavorable 5 4 3 2 1
Berikut kisi-kisi instrumen dukungan sosial sebelum uji coba.
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Dukungan Sosial
No Dimensi Indikator Item Jumlah ungkapan empati dari orang lain dalam menghadapi stres akademik.
2, 8, 26 14, 22 5 item
Mahasiswa UPI perantau menerima ungkapan kepedulian dan perhatian dari orang lain dalam menghadapi stres akademik. orang lain dalam menghadapi stres akademik.
9, 24 34, 35, 37 5 item
Mahasiswa UPI perantau menerima ungkapan dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaannya dari orang lain dalam menghadapi stres akademik.
10, 25, 39 17, 40 5 item
3. Dukungan instrumental
Mahasiswa UPI perantau menerima bantuan jasa atau waktu dari orang lain dalam menghadapi stres akademik.
57
2. Instrumen Stres Akademik
Instrumen yang digunakan untuk mengukur stres akademik dalam
penelitian ini adalah Student-life Stress Inventory dari Gadzella (1991) yang
diadaptasi oleh Fitri (2012). Instrumen ini terdiri atas dua bagian yaitu stresor
dan reaksi terhadap stres. Stresor terdiri atas 23 item dan reaksi terhadap stres
terdiri atas 31 item. Terdapat lima pilihan jawaban untuk setiap pernyataan
mulai dari angka 1 sampai 5. Angka 1 mewakili jawaban tidak pernah, angka 2
mewakili jawaban jarang, angka 3 mewakili jawaban kadang-kadang, angka 4
mewakili jawaban sering dan angka 5 mewakili jawaban selalu. Pengukuran
stres akademik pada tiap subjek merupakan skor keseluruhan dari 45
pernyataan. Berikut kisi-kisi instrumen stres akademik.
Tabel 3.3: Kisi-Kisi Instrumen Stres Akademik
No. Dimensi Sub Dimensi Indikator Item Jumlah
Item
1. Stresor Frustrasi Keterlambatan mencapai tujuan 1 1 item
Kesulitan sehari-hari 2 1 item
Kurangnya sumber daya 3 1 item
Gagal mencapai tujuan 4 1 item
Tidak diterima lingkungan sosial 5 1 item
Mahasiswa UPI perantau menerima bantuan barang atau uang dari orang lain dalam menghadapi stres nasihat/ saran dari orang lain dalam menghadapi stres akademik.
5, 21, 33 13, 32 5 item
Mahasiswa UPI perantau menerima petunjuk atau informasi dari orang lain dalam menghadapi stres akademik.
16, 20, 29 3, 6 5 item
Kekecewaan dalam berpacaran 6 1 item
Melewatkan kesempatan 7 1 item
Konflik Dua pilihan yang menyenangkan 8 1 item
Dua pilihan yang tidak menyenangkan 9 1 item Tujuan yang memiliki efek positif dan
negatif
10 1 item
Tekanan Kompetisi 11 1 item
Deadline 12 1 item
Aktivitas yang berlebihan 13 1 item
Hubungan interpersonal 14 1 item
Perubahan Pengalaman tidak menyenangkan 15 1 item
Perubahan dalam waktu yang sama 16 1 item
Terganggunya hidup dan tujuan 17 1 item
Self-imposed Keinginan untuk berkompetisi 18 1 item
Dicintai semua orang 19 1 item
Khawatir berlebihan 20 1 item
Prokrastinasi 21 1 item
Solusi permasalahan 22 1 item
Kecemasan menghadapi ujian 23 1 item
2. Reaksi terhadap stres
Fisiologis Berkeringat 24 1 item
Gagap 25 1 item
Gemetar 26 1 item
Bergerak dengan cepat 27 1 item
Kelelahan 28 1 item
Gangguan pencernaan 29 1 item
Gangguan pernapasan 30 1 item
Sakit punggung 31 1 item
Reaksi pada kulit 32 1 item
Sakit kepala 33 1 item
Radang sendi 34 1 item
Demam 35 1 item
Berat badan berkurang 36 1 item
Berat badan bertambah 37 1 item
Sulit tidur 38 1 item
59
Merusak diri sendiri 46 1 item
Merokok secara berlebihan 47 1 item
Cepat marah terhadap orang lain 48 1 item
Mekanisme pertahanan 49 1 item
Berusaha bunuh diri 50 1 item
Menyendiri 51 1 item
Penilaian kognitif
Menganalisis situasi yang penuh tekanan 52 1 item Penggunaan strategi yang tepat untuk
mengatasi situasi yang penuh tekanan
53 1 item
Instrumen resiliensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Resilience Quotient Test dari Reivich dan Shatte yang diadaptasi oleh Putri
(2013). Instrumen ini terdiri atas tujuh aspek yaitu yaitu regulasi emosi, kontrol
terhadap impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati,
efikasi diri, dan pencapaian. Instrumen ini memiliki 56 pernyataan yang terdiri
atas pernyataan favorable dan unfavorable. Terdapat lima pilihan jawaban
yaitu angka 1 mewakili jawaban tidak sesuai sama sekali, angka 2 mewakili
jawaban kadang-kadang sesuai, angka 3 mewakili jawaban cukup sesuai, angka
4 mewakili jawaban sesuai dan angka 5 mewakili jawaban sangat sesuai.
Pengukuran resiliensi pada tiap subjek merupakan skor keseluruhan dari 56
pernyataan. Berikut kisi-kisi instrumen resiliensi sebelum uji coba.
Tabel 3.4: Kisi-Kisi Instrumen Resiliensi
No. Dimensi Indikator Item Jumlah tetap tenang dalam menghadapi stres akademik.
13, 25, 26, 56
2. Kontrol akan menjadi lebih baik, mempunyai harapan terhadap masa depan dan percaya bahwa mereka dapat perasaan dan emosi orang lain.
10, 34, bahwa ia mampu dan dapat mengatasi stres akademik yang
F. Proses Pengembangan Instrumen
Untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran instrumen dapat dipercaya
dan sejauh mana ketepatan dan kecermatan instrumen dalam mengukur fungsi
61
selanjutnya diolah dengan bantuan software SPPS 15.0 for Windows untuk
dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
1. Uji Validitas Instrumen
Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
alat ukur atau instrumen dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2010).
Suatu instrumen dapat dikatakan memiliki tingkat validitas yang tinggi apabila
dapat memberikan hasil ukur yang tepat sesuai dengan tujuan pengukuran dan
kecermatan dalam mendeteksi perbedaan-perbedaan kecil yang terdapat pada
atribut yang diukur (Azwar, 2010). Uji validitas yang dilakukan adalah
validitas isi.
Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian
terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement.Hal
ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana item-item alat ukur mewakili
komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang hendak
diukur (aspek representasi) dan sejauh mana item-item alat ukur mencerminkan
ciri perilaku yang hendak diukur (aspek relevansi) (Azwar, 2010).
Peneliti melakukan validitas isi kepada tiga orang ahli di bidang
Psikologi yaitu Siti Chotidjah, MA, Psi., Helli Ihsan, M.Si dan Diah Zaleha W.,
Msi. Dari ketiga instrumen yang telah dianalisis oleh para ahli, terdapat
beberapa item yang harus diperbaiki dari segi bahasa dan kesesuaian item
dengan tujuan pengukuran. Setelah dilakukan perbaikan item-item pada ketiga
instrumen selanjutnya peneliti melakukan uji coba pada 60 orang mahasiswa
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya
(Azwar, 2010). Sebuah tes dapat dikatakan reliabel atau dipercaya jika
memberikan hasil yang sama dalam atribut ukur yang di dapat dari
pengukuran, peserta dan tes yang sama. Reliabilitas berkaitan erat dengan
kesalahan pengukuran. Semakin tinggi koefisien realibilitas maka
kemungkinan kesalahan pengkuran semakin kecil (Ihsan, 2009).
Pengukuran reliabilitas dapat diketahui dengan menggunakan metode
statistik, salah satunya adalah Alpha Cronbach. Teknik Alpha Cronbach dapat
digunakan untuk data dikotomi atau multikotomi. Semakin tinggi koefisien
reliabilitas mendekati 1,00 maka semakin tinggi reliabilitasnya dan semakin
rendah koefisien reliabilitas mendekati 0 maka semakin rendah reliabilitasnya.
Berikut tabel skor reliabilitas (Arikunto, 2002).
Tabel 3.5 Skor Kategorisasi Reliabilitas
α Interpretasi
0 – 0,2 Sangat rendah ≥ 0,2 – < 0,4 Rendah
≥ 0,4 – < 0,7 Cukup/ Sedang ≥ 0,7 – < 0,9 Tinggi
≥ 0, 9 – < 1 Sangat tinggi
Berdasarkan pada skor kategorisasi reliabilitas tersebut, diperoleh
kesimpulan bahwa ketiga instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
memiliki nilai reliabilitas yang sangat tinggi sehingga hasil pengukuran ketiga
instrumen dapat dipercaya. Berikut hasil pengujian reliabilitas ketiga instrumen
63
Tabel 3.6 Nilai Reliabilitas Instrumen Dukungan Sosial Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.919 29
Pada tabel 3.8 diketahui bahwa nilai reliabilitas instrumen dukungan
sosial sebesar 0,919. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur dukungan sosial
memiliki reliabilitas yang sangat tinggi dan dapat digunakan.
Tabel 3.7 Nilai Reliabilitas Student-Life Stres Inventory Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.908 34
Pada tabel 3.7 diketahui bahwa nilai reliabilitas Student-Life Stres
Inventory sebesar 0,908. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur Student-Life
Stres Inventory memiliki reliabilitas yang sangat tinggi dan dapat digunakan.
Tabel 3.8 Nilai Reliabilitas Instrumen Resiliensi Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.925 35
Pada tabel 3.8 diketahui bahwa nilai reliabilitas instrumen resiliensi
sebesar 0,925. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur resiliensi memiliki
reliabilitas yang sangat tinggi dan dapat digunakan.
Selain itu, untuk menentukan item mana yang harus dihapus dan
nilai item- total correlation untuk menentukan suatu item harus dihapus dan
dipertahankan adalah sebesar 0,30 (Ihsan, 2009). Setelah dilakukan uji
validitas dan reliabilitas terdapat beberapa item yang harus dibuang dan tidak
dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian. Berikut hasil
pengembangan instrumen penelitian.
Tabel 3.9 Hasil Pengembangan Instrumen Dukungan Sosial
Tabel 3.10 Hasil Pengembangan Student- Life Stress Inventory
No. Dimensi No Item yang Layak No Item yang
Tidak Layak 1. Dukungan emosional 2, 7, 8, 22, 36 1, 14, 15, 26, 27
2. Dukungan penghargaan 10, 17, 24, 25, 35, 37, 39 9, 34, 40
3. Dukungan instrumental 11, 12, 18, 19, 23, 30,
65
Tabel 3.11 Hasil Pengembangan Instrumen Resiliensi
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan
kuesioner (angket). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2008). Pemilihan kuesioner
sebagai teknik pengumpulan data berdasarkan pertimbangan bahwa jumlah
responden penelitian yang cukup besar. Pemberian kuesioner secara langsung
kepada responden dapat menghemat waktu dan menciptakan suatu kondisi yang
cukup baik sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data obyektif
dan cepat.
No. Dimensi No Item yang Layak No Item yang
Tidak Layak
1. Regulasi emosi (Emotional
Regulation) 13, 25, 26, 56 2, 7, 23, 31
2. Kontrol terhadap impuls
(Impulse Control) 11, 15, 36, 42, 47 4, 38, 55
3. Optimisme (Optimism) 18, 27, 32, 53 3, 33, 39, 43
4. Kemampuan menganalisis
masalah (Causal Analysis) 12, 19, 21, 48, 52 1, 41, 44
5. Empati (Empathy) 10, 24, 50, 54 30, 34, 37, 46
6. Efikasi diri (Self Efficacy) 5, 9, 17, 20, 28, 29, 49 22
H. Analisis Data
1. Uji Asumsi Statistik
Pengujian asusmsi statistik dilakukan untuk menganalisis data dalam
menjawab hipotesis penelitian dan menentukan pendekatan statistik yang
digunakan. Penggunaan statistik parametris dan non parametris tergantung
pada asumsi dan jenis data yang yang akan dianalisis. Apabila asumsi statistik
terpenuhi, maka pendekatan statistik yang digunakan adalah parametris.
Namun, jika asumsi statistik tidak terpenuhi maka data akan diolah melalui
pendekatan non parametris (Sugiyono, 2008). Uji asumsi statistik ini akan
dilakukan dengan bantuan Software SPSS 15.0 for Windows.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data yang
dianalisis berdistribusi normal. Suatu data akan berdistribusi normal apabila
signifikansi >0,05, namun jika signifikansi <0,05 maka data berdistribusi
tidak normal (Sugiyono, 2008). Uji normalitas menggunakan uji One
Sample Kolmogrov-Smirnov yang pengolahan datanya dibantu dengan
Software SPSS 15.0.for Windows.
Tabel 3.12. Hasil Uji Normalitas Data
67
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi dari
variabel dukungan sosial, stres akademik dan resiliensi masing-masing
sebesar 0.656, 0.833 dan 0.785. Ketiga variabel memiliki nilai signifikansi >
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data dari ketiga variabel
berdistribusi normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan variabel
bebas (X) dan variabel terikat (Y) membentuk garis lurus (linear) atau tidak.
Hubungan linear adalah hubungan yang menunjukkan perubahan yang
terjadi pada satu variabel akan diikuti perubahan dengan besaran yang
sejajar dengan variabel lainnya. Hubungan linier dapat bersifat positif atau
negatif. Jika signifikasi < 0,05 maka terdapat hubungan yang linear namun
jika signifikansi > 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang linear.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan Software SPSS 15.0 for
Windows.
Tabel 3.13 Hasil Uji Linearitas Dukungan Sosial dengan Stres Akademik
Berdasarkan tabel 3.13 diketahui bahwa nilai Sig. Linearity sebesar
0,001. Nilai signifikansi 0,001 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
hubungan antara dukungan sosial dan stres akademik linear.
ANOVA Table
Tabel 3.14 Hasil Uji Linearitas Dukungan Sosial dengan Resiliensi
Berdasarkan tabel 3.14 diketahui bahwa nilai Sig. Linearity sebesar
0,000. Nilai signifikansi 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
hubungan antara dukungan sosial dan resiliensi linear.
Tabel 3.15 Hasil Uji Linearitas Stres Akademik dengan Resiliensi
Berdasarkan tabel 3.14 diketahui bahwa nilai Sig. Linearity sebesar
0,000. Nilai signifikansi 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
hubungan antara stres akademik dan resiliensi linear.
2. Uji Korelasi
Setelah dilakukan uji normalitas dan linearitas, diketahui bahwa data dari
ketiga variabel berdistribusi normal dan memiliki hubungan yang linear
sehingga analisis data dilakukan menggunakan statistika parametrik yaitu uji
korelasi Product Moment. Uji korelasi digunakan untuk mengetahui apakah ANOVA Table
Squares df Mean Square F Sig.
ANOVA Table
69
tidak. Menurut Sugiyono (2008) kriteria kuat lemahnya korelasi adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.16 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Rumus yang digunakan dalam korelasi Product Moment (Arikunto,
2002) adalah sebagai berikut.
Keterangan :
r = Koefisien korelasi Product Moment antara variabel X dan variabel Y
n = Jumlah Individu dalam sampel
X = Angka mentah untuk variabel X
Y = Angka mentah untuk variabel Y
Korelasi memiliki dua arah yaitu negatif dan positif (Arikunto, 2002).
Korelasi bernilai positif menunjukan hubungan yang searah, artinya apabila
semakin besar nilai variabel bebas maka semakin besar pula nilai variabel
artinya apabila semakin kecil nilai variabel bebas maka semakin besar nilai
variabel terikat, begitu pula sebaliknya.
3. Uji Signifikansi
Untuk mengetahui apakah hubungan kedua variabel dapat berlaku untuk
seluruh populasi maka perlu dilakukan uji signifikansi (Sugiyono, 2008).
Apabila nilai signifikansi hubungan kedua variabel < 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa koefisien korelasi tersebut signifikan yang berarti
hubungan kedua variabel dapat berlaku untuk seluruh populasi (H1 diterima).
4. Uji Deteksi Pengaruh Mediasi
Untuk mengetahui apakah suatu variabel dapat disebut sebagai variabel
mediator maka perlu dilakukan uji deteksi pengaruh mediasi. Mediasi terjadi
jika variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara tidak
langsung melalui paling tidak satu variabel intervening atau variabel mediator.
Hipotesis mediasional umumnya diuji dengan dua cara atau strategi yaitu
causal step berdasarkan ketentuan dari Baron dan Kenny (1986) dan strategi
perkalian product of coefficient yang didasarkan pada pengujian signifikansi
pengaruh tidak langsung atau indirect effect (MacKinnon, 2008; Wuensch,
2007; Larsma, 2006; Preacher dkk., 2007).
Dalam pengujian dengan causal steps, peneliti harus mengestimasi tiga
persamaan regresi berikut (Baron & Kenny, 1986).
1. Persamaan regresi sederhana variabel mediator (M) pada variabel
71
2. Persamaan regresi sederhana variabel dependen (Y) pada variabel
independen (X)
3. Persamaan regresi berganda variabel dependen (Y) pada kedua variabel
independen (X) dan mediator (M)
Berdasarkan hasil estimasi ketiga model regresi tersebut, ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi untuk tercapainya mediasi. Pertama, variabel
independen harus signifikan mempengaruhi variabel mediator pada persamaan
pertama (a ≠ 0); kedua, variabel independen harus signifikan mempengaruhi variabel dependen pada persamaan kedua (c ≠ 0) dan ketiga, variabel mediator harus signifikan mempengaruhi variabel dependen pada persamaan ketiga (b ≠ 0). Mediasi terjadi jika pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen lebih rendah pada persamaan ketiga (c’) dibandingkan pada persamaan kedua (c) (Baron and Kenny, 1986).
Strategi kedua untuk pengujian mediasional adalah product of coefficient,
yang menguji signifikansi pengaruh tidak langsung atau indirect effect.
Indirect effect dihitung dengan cara mengalikan efek langsung atau direct effect
variabel independen terhadap variabel mediator (a) dengan direct effect
variabel mediator dengan variabel dependen (b) atau ab. Uji signifikansi
terhadap koefisien indirect effect diakui memberikan pengujian yang lebih
langsung terhadap hipotesis mediasional dibandingkan dengan
pendekatan causal step (Preacher & Hayes, 2004; Preacher dkk, 2007). Uji
signifikansi indirect effect ab dilakukan berdasarkan rasio antara
nilai z statistik (z-value). Rumus lengkap untuk menghitung signifikansi
koefisien indirect effect adalah sebagai berikut (Baron & Kenny, 1986;
Preacher & Leonardelli, 2006; Preacher dkk., 2007; Preacher & Hayes, 2004).
� � �=
2� 2+ 2� 2+� 2� 2
Keterangan:
a : koefisien direct effect independen (X) terhadap mediator (M) b : koefisien direct effect mediator (M) terhadap dependen (Y)
ab : koefisien indirect effet yang diperoleh dari perkalian antara direct
effect a dan b
Sa : standard error dari koefisien a
Sb : standard error dari koefisien b
Jika z-value dalam harga mutlak > 1,96 atau tingkat signifikansi z
(p-value) < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa indirect effect atau pengaruh
tidak langsung variabel independen terhadap variabel dependen melalui
mediator, signifikan pada taraf signifikansi 0,05 (Preacher & Hayes, 2004).
Untuk menghitung z-value beserta nilai probabilitasnya (p-value) dapat
menggunakan Excel atau alat hitung interaktif dari Kris Preachers yang