• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT RESILIENSI DALAM MENGHADAPI STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA UPI PERANTAU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT RESILIENSI DALAM MENGHADAPI STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA UPI PERANTAU."

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN

TINGKAT RESILIENSI DALAM MENGHADAPI STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA UPI PERANTAU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh GelarSarjana Psikologi

Jurusan Psikologi

Oleh:

Prima Seswita

0809247

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

Hubungan antara Dukungan Sosial

dengan Tingkat Resiliensi dalam

Menghadapi Stres Akademik pada

Mahasiswa UPI Perantau

Oleh Prima Seswita

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan

© Prima Seswita 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

Prima Seswita, 2013

(5)
(6)

v Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

ABSTRAK

Prima Seswita (0809247). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Tingkat Resiliensi dalam Menghadapi Stres Akademik pada Mahasiswa UPI Perantau. Skripsi. Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung (2013).

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat resiliensi dan stres akademik sebagai variabel mediator pada mahasiswa UPI perantau yang berasal dari luar Pulau Jawa. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode korelasional. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Dukungan Sosial yang diturunkan langsung oleh peneliti berdasarkan teori House, instrumen Stres Akademik yang diadaptasi dari Stress-Life Student Inventory oleh Gadzella dan instrumen Resiliensi yang diadaptasi dari Resilience Quotient oleh Reivich dan Shatte. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan sosial dengan tingkat resiliensi pada mahasiswa UPI perantau dengan nilai korelasi 0,450 dan stres akademik tidak memediasi hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat resiliensi pada mahasiswa UPI perantau. Kesimpulan dan saran untuk pihak jurusan, bidang kemahasiswaan UPI dan penelitian selanjutnya dibahas dalam penelitian ini.

(7)

ABSTRACT

Prima Seswita (0809247). Relationship between Social Support and the level of Resilience to cope Academic Stress among UPI’s sojourner students. Thesis. Department of Psychology, Faculty of Education, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung (2013).

The purpose of this study is to describe the relationship between social support with the level of resilience with academic stress as a mediator variable among UPI’s sojourner students who came from outside of Java. The approach used is based on quantitative research with correlation method. The sampling techique used in this study is purposive sampling technique. This study using Social Support instrument based on theory of House, Academic Stress instrument adapted from Student-Life Stress Inventory by Gadzella, and Resilience instrument adapted from Resilience Quotient by Reivich and Shatte. The results of this study indicate there is positive and significant relationship between social support with the level of resilience among UPI’s sojourner students with correlation score 0,450 and academic stres did not mediate the relationship between social support with the level of resilience among UPI’s sojourner students. Furthermore, conclusions and recommendations discussed in this study.

(8)

vii

Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

BAB II KONSEP RESILIENSI, STRES AKADEMIK DAN DUKUNGAN SOSIAL A. Resiliensi ... 15

1. Pengertian Resiliensi ... 16

2. Fungsi Resiliensi ... 18

3. Aspek-Aspek Resiliensi ... 20

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Resiliensi ... 24

B. Stres Akademik ... 25

1. Konsep Stres ... 25

2. Pengertian Stres... 26

(9)

4. Reaksi terhadap Stres ... 29

5. Penggolongan Stres ... 30

6. Faktor yang Mempengaruhi Stres ... 31

7. Pengertian Stres Akademik ... 32

8. Gejala-Gejala Stres Akademik ... 33

9. Faktor Penyebab Stres atau Stresor Akademik ... 34

C. Dukungan Sosial ... 35

1. Pengertian Dukungan Sosial ... 36

2. Sumber Dukungan Sosial ... 37

3. Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial ... 38

4. Dampak Dukungan Sosial ... 39

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 41

E. Kerangka Berpikir ... 43

F. Asumsi ... 47

G. Hipotesis ... 48

BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 49

B. Desain Penelitian ... 51

C. Metode Penelitian... 52

D. Definisi Operasional... 53

E. Instrumen Penelitian... 55

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 60

G. Teknik Pengumpulan Data ... 65

H. Analisis Data ... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 73

1. Gambaran Dukungan Sosial pada Mahasiswa UPI Perantau ... 74

(10)

ix

Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

3. Gambaran Tingkat Resiliensi pada Mahasiswa UPI

Perantau ... 87

4. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Stres Akademik

pada Mahasiswa UPI Perantau ... 94

5. Hubungan antara Stres Akademik dengan Tingkat Resililensi

pada Mahasiswa UPI Perantau ... 95

6. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Tingkat Resiliensi

pada Mahasiswa UPI Perantau ... 96

7. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Tingkat Resiliensi

pada Mahasiswa UPI Perantau dengan Stres Akademik

sebagai Variabel Mediator ... 97

B. Pembahasan ... 101

1. Gambaran Dukungan Sosial pada Mahasiswa UPI

Perantau ... 101

2. Gambaran Stres Akademik pada Mahasiswa UPI

Perantau ... 106

3. Gambaran Tingkat Resiliensi pada Mahasiswa UPI

Perantau ... 109

4. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Stres Akademik

pada Mahasiswa UPI Perantau ... 112

5. Hubungan antara Stres Akademik dengan Tingkat Resiliensi

pada Mahasiswa UPI Perantau ... 115

6. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Tingkat Resiliensi

pada Mahasiswa UPI Perantau ... 117

7. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Tingkat Resiliensi

pada Mahasiswa UPI Perantau dengan Stres Akademik

sebagai Variabel Mediator ... 120

(11)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 122

B. Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 126

(12)

xi

Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skor Pernyataan Instrumen Dukungan Sosial ... 56

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Dukungan Sosial ... 56

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Stres Akademik ... 57

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Resiliensi ... 59

Tabel 3.5 Skor Kategorisasi Reliabilitas ... 62

Tabel 3.6 Nilai Reliabilitas Instrumen Dukungan Sosial ... 63

Tabel 3.7 Nilai Reliabilitas Instrumen Student-Life Stress Inventory ... 63

Tabel 3.8 Nilai Reliabilitas Instrumen Resiliensi ... 63

Tabel 3.9 Hasil Pengembangan Instrumen Dukungan Sosial... 64

Tabel 3.10 Hasil Pengembangan Instrumen Student-Life Stress Inventory ... 64

Tabel 3.11 Hasil Pengembangan Instrumen Resiliensi ... 65

Tabel 3.12 Hasil Uji Normalitas Data ... 66

Tabel 3.13 Hasil Uji Linearitas Dukungan Sosial dengan Stres Akademik ... 67

Tabel 3.14 Hasil Uji Linearitas Dukungan Sosial dengan Resiliensi ... 68

Tabel 3.15 Hasil Uji Linearitas Stres Akademik dengan Resiliensi... 68

Tabel 3.16 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 69

Tabel 4.1 Gambaran Umum Dukungan Sosial pada Mahasiswa UPI Perantau ... 74

Tabel 4.2 Gambaran Dukungan Sosial pada Mahasiswa UPI Perantau Berdasarkan Angkatan... 75

Tabel 4.3 Gambaran Dukungan Sosial pada Mahasiswa UPI Perantau Berdasarkan Asal Daerah ... 77

Tabel 4.4 Gambaran Umum Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial pada Mahasiswa UPI Perantau ... 78

Tabel 4.5 Gambaran Umum Stres Akademik pada Mahasiswa UPI Perantau ... 80

(13)

Tabel 4.7 Gambaran Stres Akademik pada Mahasiswa UPI Perantau

Berdasarkan Asal Daerah ... 82

Tabel 4.8 Gambaran Umum Sub Dimensi Stres Akademik pada Mahasiswa

UPI Perantau ... 84

Tabel 4.9 Gambaran Umum Tingkat Resiliensi pada Mahasiswa UPI

Perantau ... 87

Tabel 4.10 Gambaran Tingkat Resiliensi pada Mahasiswa UPI Perantau

Berdasarkan Angkatan... 88

Tabel 4.11 Gambaran Tingkat Resiliensi pada Mahasiswa UPI Perantau

Berdasarkan Asal Daerah ... 90

Tabel 4.12 Gambaran Umum Dimensi Resiliensi pada Mahasiswa UPI

Perantau ... 91

Tabel 4.13 Hasil Uji Korelasi antara Dukungan Sosial dengan Stres Akademik

pada Mahasiswa UPI Perantau ... 94

Tabel 4.14 Hasil Uji Korelasi antara Stres Akademik dengan Tingkat

Resiliensi pada Mahasiswa UPI Perantau ... 95

Tabel 4.15 Hasil Uji Korelasi antara Dukungan Sosial dengan Tingkat

Resiliensi pada Mahasiswa UPI Perantau ... 97

Tabel 4.16 Koefisien Regresi Dukungan Sosial terhadap Stres Akademik Pada

Mahasiswa UPI Perantau ... 98

Tabel 4.17 Koefisien Regresi Dukungan Sosial terhadap Tingkat Resiliensi

pada Mahasiswa UPI Perantau ... 99

Tabel 4.18 Koefisien Regresi Dukungan Sosial dan Stres Akademik terhadap

(14)

xiii

Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Gambaran Umum Dukungan Sosial pada Mahasiswa UPI

Perantau ... 74

Grafik 4.2 Gambaran Dukungan Sosial pada Mahasiswa UPI Perantau

Berdasarkan Angkatan... 75

Grafik 4.3 Gambaran Umum Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial pada

Mahasiswa UPI Perantau ... 79

Grafik 4.4 Gambaran Umum Stres Akademik pada Mahasiswa UPI

Perantau ... 80

Grafik 4.5 Gambaran Stres Akademik pada Mahasiswa UPI Perantau

Berdasarkan Angkatan... 81

Grafik 4.6 Gambaran Umum Sub Dimensi Stres Akademik pada Mahasiswa

UPI Perantau ... 87

Grafik 4.7 Gambaran Umum Tingkat Resiliensi pada Mahasiswa UPI

Perantau ... 88

Grafik 4.8 Gambaran Tingkat Resiliensi pada Mahasiswa UPI Perantau

Berdasarkan Angkatan... 89

Grafik 4.9 Gambaran Umum Aspek-Aspek Resiliensi pada Mahasiswa UPI

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Hubungan antara Dukungan Sosial dengan

Tingkat Resiliensi dalam Menghadapi Stres Akademik pada

Mahasiswa UPI Perantau ... 47

Gambar 3.1 Desain Penelitian Hubungan antara Dukungan Sosial dengan

(16)

xv

Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Administrasi Penelitian ... 134

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ... 139

Lampiran 3 Data Uji Reliabilitas ... 161

Lampiran 4 Data Penyekoran ... 179

Lampiran 5 Data Hasil Analisis Data ... 224

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menjadi mahasiswa merupakan idaman bagi setiap orang dalam meniti karir

di bidang pendidikan formal. Penguasaan ilmu pengetahuan dan pengalaman

selama di perguruan tinggi diharapkan dapat menjadi modal dasar dalam

mencapai cita-cita masa depan mereka. Untuk menempuh pendidikan tersebut,

tidak sedikit dari mahasiswa yang rela meninggalkan kampung halamannya untuk

menempuh pendidikan di perguruan tinggi di luar kota bahkan di luar pulau,

seperti halnya mahasiswa yang berasal dari Pulau Sumatera yang berkuliah di

Pulau Jawa.

Pulau Jawa menjadi salah satu tempat tujuan utama para mahasiswa yang

berasal dari daerah untuk melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi. Hal ini

disebabkan karena semua perguruan tinggi unggulan berada di Pulau Jawa seperti

Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Bandung dan

Universitas Pendidikan Indonesia. Selain itu jarang ditemukan perguruan tinggi

yang bermutus bagus di luar Pulau Jawa dan jurusan yang tersedia di Pulau Jawa

lebih banyak pilihannya. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh

4International Colleges and Universities (4ICU), Webometrics dan QS Top

(18)

2

Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

Indonesia terdapat di Pulau Jawa, yaitu Institut Teknologi Bandung, Universitas

(19)

Pendidikan Indonesia, Universitas Diponegoro, Universitas Sebelas Maret, Institut

Teknologi Sepuluh November, Universitas Airlangga dan Institut Pertanian Bogor

(Kompasiana, 2012). Hal ini sependapat dengan Hidajat (2000) yang menyatakan

bahwa banyak provinsi di Indonesia (terutama di luar Pulau Jawa) yang belum

memiliki cukup perguruan tinggi, baik dari kualitas maupun kuantitas.

Menurut situs Wikipedia (2012) di kota Bandung sendiri terdapat lebih dari

100 perguruan tinggi atau sejajar perguruan tinggi seperti akademi, sekolah tinggi

dan sebagainya, mulai dari negeri sampai dengan swasta. Salah satunya adalah

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Mahasiswa yang berkuliah di UPI tidak

hanya saja berasal dari kota Bandung atau Jawa Barat namun juga cukup banyak

yang berasal dari luar Jawa Barat bahkan luar Pulau Jawa.

Proses penyesuaian diri diperlukan ketika seseorang memasuki situasi dan

kondisi lingkungan yang baru, dan hal yang sama tentu saja akan dialami oleh

mahasiswa (Sobur, 2003). Brouwer (Alisjahbana, Sidharta & Brouwer, 1980)

mencatat beberapa masalah yang harus diperhatikan oleh mahasiswa ketika

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, antara lain masalah perbedaan

cara belajar, masalah perpindahan tempat, masalah yang berkaitan dengan

mencari teman baru dan hal-hal yang berkaitan dengan pergaulan, masalah

perubahan relasi, dan masalah pengaturan waktu serta masalah menyangkut

nilai-nilai hidup (Alisjahbana, Sidharta & Brouwer, 1980). Sebagian besar mahasiswa

mampu mengatasi permasalahan tersebut dan menyesuaikan diri dengan

lingkungan barunya, namun sebagian lainnya gagal untuk menyesuaikan diri

(20)

4

Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

bermusuhan sehingga mereka selalu dalam keadaan cemas, dan tidak tenang

(Sobur, 2003). Sejalan dengan pendapat yang dinyatakan oleh Sobur, Brouwer

mengemukakan bahwa jika mahasiswa gagal mengatasi permasalahan dan

tekanan-tekanan yang ada maka mahasiswa bersangkutan akan mengalami

gangguan dan hambatan yang pada akhirnya dapat menyebabkan depresi

(Alisjahbana, Sidharta & Brouwer, 1980).

Memasuki universitas merupakan waktu yang penuh tekanan (stressful) bagi

banyak mahasiswa karena mereka harus melalui proses adaptasi pada jenjang

pendidikan yang lebih tinggi dan lingkungan yang baru (Essandoh & Mori dalam

Misra & Castillo, 2004). Menurut Thawabieh dan Qaisy (2012) masa transisi dari

lingkungan sekolah ke lingkungan kampus dapat menyebabkan kekagetan

psikologis, akademik dan sosial bagi mahasiswa karena terdapat banyak

perbedaan sistem pendidikan antara lain cara mengajar, tuntutan akademik, bentuk

hubungan antara mahasiswa dan universitas dan hubungan antar mahasiswa itu

sendiri. Namun bagi mahasiswa perantau hal ini akan lebih menekan karena

mereka juga harus belajar perbedaan nilai-nilai budaya dan juga bahasa sebagai

persiapan akademik (Essandoh & Mori dalam Misra & Castillo, 2004).

Dalam artikel ilmiahnya yang berjudul “Experiencing Culture Shock in

College”, Balmer (2009) mewawancarai seorang siswa yang baru saja

menyelesaikan sekolah menengah dan mau melanjutkan ke universitas di luar

kota. Dari hasil wawancara diketahui bahwa untuk pertama kali dia akan bangga

dan mempersiapkan dirinya untuk bertemu dengan orang-orang baru, antusiasme

(21)

mahasiswa tersebut merasakan ketidaknyamanan sehingga menyebabkan

mahasiswa tersebut tidak ingin melanjutkan kuliahnya (Balmer, 2009).

Berdasarkan kasus tersebut diketahui bahwa mahasiswa tersebut tidak dapat

mengatasi ketidaknyamanannya dan gagal menyesuaikan diri hingga memutuskan

berhenti kuliah. Menurut Balmer (2009) kebiasaan-kebiasaan baru yang ditemui

di lingkungan baru dapat menyebabkan tekanan dan berakibat pada kompetensi

akademik siswa bahkan sampai memutuskan berhenti kuliah. Dampak negatif

yang dirasakan oleh mahasiswa tersebut akibat tuntutan lingkungan pendidikan

atau universitas disebut dengan stres akademik.

Stres akademik adalah hasil dari kombinasi berbagai hal yang berhubungan

dengan tuntutan akademik yang melebihi kapasitas adaptasi individu (Wilks

dalam Calaguas, 2011).

Banyak faktor yang menyebabkan seorang mahasiswa mengalami stres

akademik. Menurut Wilks (Calaguas, 2011) stres akademik banyak disebabkan

oleh masalah pengaturan waktu, beban keuangan, interaksi dengan pengajar,

tujuan pribadi, kegiatan sosial, penyesuaian dengan lingkungan kampus, dan

kurangnya dukungan. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa stres

akademik disebabkan oleh sistem semester, ruang kuliah yang padat, sumber daya

yang tidak adekuat untuk menyelesaikan tugas akademik (Agolla & Ongori dalam

Calaguas, 2011), tugas yang terus menerus, ketakutan dalam menghadapi ujian,

sistem ujian dan ekspektasi diri yang tinggi (Clift & Thomas, Kohlon, Berg &

(22)

6

Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa berbagai jurusan di UPI juga

menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi pemicu stres

akademik antara lain, mahasiswa cenderung mengalami kecemasan pada saat akan

menghadapi ujian lisan (Hermawati, 2008). Hubungan sosial mahasiswa dengan

dosen wali cenderung kurang baik sehingga menjadi salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi ketercapaian beban SKS (Priatna, 2008).

Selain itu faktor lain yang juga menjadi pemicu, yaitu mahasiswa cenderung

mendapat didikan yang keras dari orang tua agar memiliki prestasi yang baik

(Octaviana, 2012), 29,9% dari mahasiswa yang menjadi sampel penelitian

memiliki keyakinan yang rendah mampu melaksanakan berbagai aktivitas dalam

rangka memenuhi tuntutan akademik (Mustaqim, 2010), dan kondisi tempat kost

kurang baik dibandingkan dengan lingkungan rumah dalam menunjang

mahasiswa untuk menyelesaikan tugas kuliah (Maulana, 2012).

Menurut Cheng dkk. (Misra & Castillo, 2004) pemicu stres akademik pada

mahasiswa bukan perantau dan mahasiswa perantau pada dasarnya sama, namun

persepsi mengenai stres akademik dan strategi penangannya berbeda pada tiap

budaya. Ketika stres akademik ditanggapi secara negatif, mahasiswa dapat

mengalami gangguan fisik dan psikis (Murphy & Archer dalam Nandamuri & Ch,

2006). Richlin-Klonsky & Hoe (Busari, 2012) menambahkan bahwa jika stres

yang dialami berkelanjutan maka hal tersebut dapat menurunkan pretasi

akademik, menganggu kemampuan mahasiswa untuk ikut berpartisipasi di

lingkungan universitas, dan cenderung terjerumus pada perilaku yang merusak.

(23)

mahasiswa adalah tersedianya dukungan sosial. (Murphy & Archer dalam

Nandamuri & Ch, 2006).

Dukungan sosial adalah pertukaran interpersonal dimana salah seorang

memberikan bantuan atau pertolongan kepada yang lain (Taylor, 1995). Smet

(1994: 137-138) menjelaskan bahwa dukungan sosial melindungi individu dari

efek stres berat dengan cara yang berbeda dan dalam bentuk yang berbeda pula.

Menurut House (Smet, 1994: 136) dukungan sosial yang diberikan dapat berupa

dukungan emosional, dukungan perhargaan, dukungan instrumental dan dukungan

normatif.

Penelitian yang dilakukan oleh Macgeorge dkk. (Wilks, 2008: 107)

menjelaskan bahwa stres akademik dan depresi menurun sejalan dengan

meningkatnya dukungan informatif. Rospenda dkk. (1994) menemukan bahwa

dukungan sosial berfungsi sebagai penyangga potensial dalam menghadapi stres

akademik dan kekuatan potensial untuk performansi akademik mahasiswa.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Maslihah (2011) menemukan

bahwa semakin baik dukungan sosial orang tua yang dipersepsi siswa, semakin

baik prestasi akademik yang dicapai. Sejalan dengan pendapat Maslihah, Cutrona

dkk (dalam DeBerard dkk., 2012) juga menemukan bahwa dukungan sosial orang

tua berkorelasi positif dengan prestasi mahasiswa. Dukungan sosial orang tua dan

teman berkaitan dengan nilai akademis yang baik, berkurangnya perilaku buruk,

berkurangnya tekanan psikilogis dan berkurangnya kenakalan remaja yang

berdampak pada prestasi akademik (Silbereisen & Todt dalam Yasin & Dzulkifli,

(24)

8

Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

rendah stres yang dialami maka semakin baik prestasi akademik yang dicapai

(Alva & Reyes, Chung & Cheng dalam Glozah, 2012; Dziegielewski dkk., 2004).

Penelitian yang dilakukan oleh Baqutayan (2011) menemukan bahwa dukungan

sosial dapat membantu mahasiswa mengatasi stres akademik yang dialami dan

merasa puas dengan hasil akademik yang diperoleh.

Bagi mahasiswa perantau dukungan sosial merupakan faktor yang penting

dalam menyesuaikan diri di daerah baru sebagai mediator stres akademis (Jung

Bang, 2009). Karena berada jauh dari daerah asal, banyak mahasiswa perantau

tidak mendapatkan dukungan sosial yang tepat sehingga mengakibatkan

munculnya perasaan terisolasi di daerah yang baru dan menghambat mereka untuk

mendapatkan dukungan sosial itu sendiri (Pedersen, 1991; Poyrazli & Grahame,

2007 dalam Jun Bang, 2009). Untuk mendapat dukungan sosial tersebut

mahasiswa harus berinteraksi dengan orang lain. Selain orang tua, teman dapat

memberikan dukungan sosial yang dibutuhkan dan cenderung segera tersedia (di

lingkungan universitas), dapat menyediakan informasi yang relevan dengan

lingkungan universitas, serta diprediksikan dapat mengurangi tekanan psikologis

(Rodriguez dalam Crocket dkk., 2007; Chou, Clara dkk., Sarason dalam Whitney,

2010; Wilks, 2008).

Untuk melihat gambaran pada mahasiswa UPI, peneliti melakukan studi

awal pada bulan Desember 2012 dengan mewawancarai beberapa mahasiswa UPI

yang berasal dari luar Pulau Jawa. Hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian

besar subjek mengalami kesulitan ketika pertama kali tinggal di Bandung

(25)

mengeluhkan beratnya beban mata kuliah dan tugas-tugas yang banyak, kondisi

kelas yang kurang kondusif, dan sistem pembelajaran yang sangat berbeda

dibandingkan dengan di SMA. Kondisi tersebut menyebabkan subjek merasa

tertekan dan untuk mengatasi hal tersebut subjek menyibukkan diri dengan

kegiatan di luar kampus atau menceritakan permasalahannya kepada orang

terdekat atau teman.

Ketika mahasiswa juga memiliki tingkat resiliensi yang bagus maka mereka

dapat beradaptasi dengan stres akademik secara efektif sehingga dapat terhindar

dari konsekuensi psiko-sosial-emosional yang serius (Wilks, 2008). Wasoga dkk.

(Moleli, 2005) menambahkan bahwa keuntungan bagi mahasiswa baru yang

resilien adalah mereka dapat berfungsi dengan baik dalam mengatasi segala

tantangan yang ada di lingkungan untuk mencapai kesuksesan akademis.

Resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk bertahan, bangkit dan

menyesuaikan dengan kondisi yang sulit (Reivich & Shatte, 2002). Orang yang

resilien tahu bagaimana ia harus menghadapi suatu masalah dan dapat

menemukan cara penyelesaiannya. Mereka tetap berkembang meskipun

lingkungan berubah terus menerus karena mereka fleksibel, cerdas, kreatif, cepat

beradaptasi serta mau belajar dari pengalaman (Siebert, 2006). Resiliensi dapat

membantu mahasiswa agar berhasil secara akademik walaupun terdapat hambatan

yang menyulitkan mereka untuk berhasil (Bernard dalam Sarwar, 2010).

Campbel-Sills dkk (Wilks, 2008) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa

resiliensi berkorelasi positif dengan task oriented atau problem focused coping.

(26)

10

Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

menggunakan strategi problem focused coping menunjukkan performansi

akademik yang lebih baik daripada mahasiswa yang menggunakan strategi

emotional focused coping. Selain itu, penelitian yang dilakukan Lee (2009) pada

siswa beresiko menemukan bahwa siswa yang memiliki tingkat resiliensi yang

tinggi, juga memiliki nilai akademis yang baik. Sejalan dengan Lee, Perez dkk

(2009) juga menemukan bahwa semakin tinggi faktor protektif resiliensi yang

dimiliki mahasiswa perantau maka semakin tinggi kesuksesan akademik yang

dicapai. Oleh karena itu, mahasiswa perantau yang resilien akan mampu

mengatasi stres akademik dan memperlihatkan performansi akademik yang baik.

Menurut Everall dkk. (2006) salah satu faktor yang mempengaruhi resiliensi

adalah dukungan dari orang tua. Sejalan dengan Everall, Vanbreda (2001) dan

Siantz (Perez dkk., 2009) mengatakan bahwa keluarga sebagai faktor pelindung

yang meningkatkan resiliensi individu. Penelitian yang dilakukan oleh Riddle dan

Romans (2012) menunjukkan bahwa dukungan sosial dari teman merupakan

prediktor paling kuat dalam resiliensi. Peneliti mengidentifikasi bahwa dukungan

sosial dari keluarga, teman sebaya, sekolah dan komunitas merupakan karateristik

penting dalam resiliensi siswa (Bernard, Wang dkk., Werner & Smith dalam Lee,

2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Wilks (2008) juga menemukan bahwa

dukungan dari teman dapat memberikan dampak positif dalam menghadapi stres

akademik dan menjadi faktor pelindung resiliensi. Perez dkk. (2009) menemukan

bahwa tingginya tingkat faktor personal dan lingkungan dalam resiliensi seperti

(27)

semakin tinggi keberhasilan akademis. Dengan kata lain, dukungan sosial yang

diterima mahasiswa perantau dapat berhubungan dengan resiliensinya dalam

menghadapi stres akademik.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti

“Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Tingkat Resiliensi dalam

Menghadapi Stres Akademik pada Mahasiswa UPI Perantau”.

B. Rumusan Masalah

Bagi banyak mahasiswa memasuki universitas merupakan waktu yang

penuh tekanan (stressful) karena mereka harus melalui proses adaptasi pada

jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan menghadapi permasalahan yang

muncul agar mereka dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru

seperti masalah perbedaan cara belajar, perpindahan tempat, masalah yang

berkaitan dengan teman baru dan relasi serta nilai-nilai hidup (Alisjahbana,

Sidharta & Brouwer, 1980). Namun, bagi mahasiswa perantau hal ini akan lebih

menekan karena mereka juga harus belajar perbedaan nilai-nilai budaya dan juga

bahasa sebagai persiapan akademik (Essandoh & Mori dalam Misra & Castillo,

2004). Jika mahasiswa gagal mengatasi permasalahan tersebut maka mereka

akan mengalami gangguan atau hambatan dan pada akhirnya dapat

menyebabkan depresi. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh tuntutan

lingkungan pendidikan atau universitas disebut dengan stres akademik.

Banyak faktor yang memicu terjadinya stres akademik antara lain

(28)

12

Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

lingkungan yang tidak mendukung dan keyakinan diri mahasiswa yang rendah

mampu melaksanakan berbagai aktivitas dalam rangka memenuhi tuntutan

akademik. Pemicu stres akademik pada mahasiswa bukan perantau dan

mahasiswa perantau pada dasarnya sama, namun persepsi mengenai stres

akademik dan strategi penangannya berbeda pada tiap budaya (Cheng dkk.

dalam Misra & Castillo, 2004). Bagi mahasiswa perantau dukungan sosial

merupakan faktor yang penting dalam menyesuaikan diri di daerah baru sebagai

mediator stres akademis (Jun Bang, 2009).

Ketika mahasiswa gagal mengatasi stres akademik dengan efektif, maka

akan menghasilkan konsekuensi psiko-sosial-emosional yang serius. Namun

bagi mahasiswa yang memiliki tingkat resiliensi yang bagus, mereka dapat

beradaptasi dengan stres akademik secara efektif (Wilks, 2008). Salah satu

faktor yang mempengaruhi resiliensi adalah dukungan sosial (Holaday &

McPhearson, 1997) terutama dukungan orang tua dan keluarga yang dapat

meningkatkan resiliensi individu serta dukungan dari teman dapat memberikan

dampak positif dalam menghadapi stres akademik dan menjadi faktor pelindung

resiliensi.

Berdasarkan penjelasan di atas maka, rumusan masalah umum dalam

penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan

tingkat resiliensi pada mahasiswa UPI perantau?”. Adapun pertanyaan spesifik

untuk menjawab rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah gambaran dukungan sosial pada mahasiswa UPI perantau?

(29)

3. Bagaimanakah gambaran tingkat resiliensi pada mahasiswa UPI perantau?

4. Apakah terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan stres akademik

pada mahasiswa UPI perantau?

5. Apakah terdapat hubungan antara stres akademik dengan tingkat resiliensi

pada mahasiswa UPI perantau?

6. Apakah terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat

resiliensi pada mahasiswa UPI perantau?

7. Apakah stres akademik memediasi hubungan antara dukungan sosial

dengan tingkat resiliensi pada mahasiswa UPI perantau?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan

dukungan sosial dengan tingkat resiliensi dalam menghadapi stres akademik pada

mahasiswa UPI perantau. Secara khusus tujuan penelitian ini dapat dijabarkan

sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan gambaran dukungan sosial dalam menghadapi stres

akademik pada mahasiswa UPI perantau.

2. Mendeskripsikan gambaran stres akademik pada mahasiswa UPI perantau.

3. Mendeskripsikan gambaran tingkat resiliensi dalam menghadapi stres

akademik pada mahasiswa UPI perantau.

4. Mendeskripsikan data-data empiris mengenai hubungan antara dukungan

(30)

14

Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

5. Mendeskripsikan data-data empiris mengenai hubungan antara stres

akademik dengan tingkat resiliensi pada mahasiswa UPI perantau.

6. Mendeskripsikan data-data empiris mengenai hubungan antara dukungan

sosial dengan tingkat resiliensi pada mahasiswa UPI perantau.

7. Mendeskripsikan data-data empiris mengenai stres akademik sebagai

variabel mediator dalam hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat

resiliensi pada mahasiswa UPI perantau.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Manfaat penelitian ini khususnya ilmu Psikologi terutama dalam

setting klinis adalah menambah wawasan dan pengetahuan mengenai

gambaran dan sejauh mana hubungan antara dukungan sosial dan resiliensi

dalam menghadapi stres akademik dan dalam setting sosial yaitu sejauh

mana dukungan sosial berperan dalam menghadapi stres akademik bagi

mahasiswa UPI perantau.

2. Manfaat Praktis

Manfaaat penelitian ini secara praktis yakni bagi mahasiswa yang

berasal dari luar Pulau Jawa memberikan gambaran mengenai bagaimana

dukungan sosial dapat mempengaruhi tingkat resiliensi dalam menghadapi

(31)

diharapakan dapat menjadi masukan dan pertimbangan untuk pihak

universitas terutama bagian kemahasiswaan agar dapat memberikan

perhatian berupa dukungan sosial pada mahasiswa yang berasal dari luar

Pulau Jawa dengan harapan agar mahasiswa dapat melaksanakan kegiatan

perkuliahan dengan lancar.

E. Struktur Penulisan

Struktur penulisan dalam skripsi adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi, hipotesis dan

metode penelitian.

BAB II Berisi kajian teori dan kerangka berpikir.

BAB III Metode penelitian yang memuat tentang lokasi dan sampel penelitian,

desain penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses

pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, serta analisis

data penelitian.

BAB IV Memuat hasil analisis data dan pembahasan.

(32)

49

Prima Seswita, 2013

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Sebagai suatu populasi, kelompok subjek penelitian harus memiliki ciri-ciri

atau karakteristik-karakteristik bersama yang membedakannya dari kelompok

subjek yang lain (Azwar, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa

UPI perantau. Mahasiswa UPI perantau dalam penelitian ini adalah mahasiswa

yang berasal dari luar Pulau Jawa yang secara kultur berbeda, lalu mereka

menetap di Bandung dalam jangka waktu tertentu untuk menyelesaikan

pendidikannya di UPI. Berdasarkan data berupa dokumen softfile yang diperoleh

dari Bagian Sistem Informasi UPI pada tahun 2013 diketahui bahwa jumlah

populasi mahasiswa UPI perantau dari luar Pulau Jawa adalah sekitar 447 orang.

Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik pemilihan

nonprobabilitas sampling yaitu purposive sampling, pengambilan sampel yang

dilakukan dengan dengan memilih secara sengaja menyesuaikan dengan tujuan

penelitian sehingga tidak setiap anggota populasi mempunyai peluang terpilih

menjadi sampel (Purwanto, 2012). Pilihan atas teknik porposive sampling karena

peneliti menguji pertimbangan-pertimbangan untuk memasukkan unsur atau

subjek yang dianggap khusus dari suatu populasi. Pemilihan sampel berdasarkan

penilaian atas karakteristik sampel akan memberikan data yang sesuai dengan

maksud penelitian (Silalahi, 2010).

Karakteristik sampel yang dibutuhkan yaitu terdaftar sebagai mahasiswa

(33)

-1. Terdaftar sebagai mahasiswa reguler program S1 UPI yang masih aktif di

Kampus Bumi Siliwangi.

2. Berasal dari luar Pulau Jawa

Bagi mahasiswa perantau memasuki universitas akan lebih menekan

karena selain harus melalui proses adaptasi pada jenjang pendidikan yang

lebih tinggi, mereka juga harus belajar perbedaan budaya dan bahasa

sebagai persiapan akademik (Essandoh dan Mori dalam Misra & Castillo,

2004). Berdasarkan pendapat tersebut maka diasumsikan bahwa lokasi

UPI yang terletak di Pulau Jawa tepatnya Jawa Barat akan menyebabkan

mahasiswa perantau yang berasal dari luar Pulau Jawa akan lebih

merasakan perbedaan budaya dibandingkan dengan mahasiswa yang

berasal dari Pulau Jawa.

3. Memiliki uang bulanan ≥ Rp 700.000,-

Banyak faktor yang memicu stres akademik dan pada umumnya

dipicu oleh hal-hal yang berkaitan dengan akademik yaitu pengaturan

waktu, interaksi dengan pengajar, penyesuaian dengan lingkungan

kampus, sistem semester, tugas yang terus menerus, ketakutan dalam

menghadapi ujian, penyesuaian dengan lingkungan kampus dan kurangnya

dukungan (Wilks, Agolla & Ongori dalam Calaguas, 2011; Kadapatti &

Vijayalaxmi, 2012). Berdasarkan pendapat tersebut maka diasumsikan

bahwa stres akademik banyak dipicu oleh masalah yang berkaitan dengan

akademik. Selain itu, berdasarkan survei yang dilakukan oleh peneliti

(34)

51

yang berkisar antara Rp 700.000,- sampai dengan > Rp 1.000.00,-. Oleh

karena itu, peneliti memilih subjek penelitian yang memiliki uang bulanan

≥ Rp 700.000,- dengan pertimbangan bahwa stres akademik yang dialami

oleh mahasiswa perantau cenderung disebabkan oleh permasalahan

akademik tanpa dibebani dengan masalah keuangan.

Berdasarkan penjelasan teknik pengambilan sampel dan karakteristik sampel

diatas maka peneliti menentukan sebanyak 211 orang mahasiswa UPI perantau

diambil sebagai sampel penelitian.

Lokasi penelitian dilakukan di Kampus Bumi Siliwangi, Universitas

Pendidikan Indonesia (UPI) Jl. Dr. Setiabudi No. 229 Bandung. Pemilihan lokasi

ini didasarkan pada pertimbangan efisiensi waktu, tenaga dan biaya. Selain itu,

Kampus Bumi Siliwangi sebagai kampus pusat UPI diasumsikan sudah dapat

mewakili populasi mahasiswa UPI perantau secara keseluruhan.

B. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel utama yaitu dukungan sosial

sebagai varibel independen dan resiliensi sebagai variabel dependen. Selain itu,

terdapat stres akademik sebagai variabel mediator. Variabel mediator (intervening

atau mediating variable) adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi

hubungan antara variabel independen dengan dependen menjadi hubungan yang

tidak langsung, tidak dapat diamati dan diukur (Sugiyono, 2008). Hubungan

antara ketiga variabel akan diteliti masing-masing dan peran stres akademik dalam

memediasi hubungan antara dukungan sosial dan resiliensi. Teknik analisis data

(35)

Product Moment untuk menguji hipotesis hubungan antara satu variabel

independen dengan satu variabel dependen (Sugiyono, 2008), dan metode Causal

Steps untuk menguji model mediasi. Berikut adalah bagan desain penelitian.

Gambar 3.1

Desain Penelitian Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Tingkat Resiliensi dan Stres Akademik sebagai Mediator

C. Metode Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

Peneliti memilih pendekatan kuantitatif didasarkan pada pertimbangan bahwa

masalah dalam penelitian yang telah dipaparkan pada bab 1 dianggap sudah jelas

dan peneliti juga ingin mendapatkan informasi mengenai dukungan sosial, stres

akademik dan resiliensi pada suatu populasi yaitu mahasiswa UPI perantau

dengan mengambil sampel yang telah ditentukan dan pengumpulan data melalui

penyebaran kuesioner dukungan sosial, stres akademik, dan resiliensi.

Metode korelasional digunakan untuk mencari hubungan antara dukungan

sosial, stres akademik dan tingkat resiliensi. Metode korelasional bertujuan

menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada

satu atau lebih variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2012: 8).

Dukungan Sosial Tingkat Resiliensi

(36)

53

Dalam menghubungkan sejumlah variabel tersebut, peneliti tidak perlu melakukan

manipulasi terhadap variabel yang ada (D’amato dalam Latipun, 2010).

D. Definisi Operasional

Dalam pelaksanaan penelitian batasan atau definisi suatu variabel tidak

dapat dibiarkan ambigu karena pengukuran yang valid hanya dapat dilakukan

terhadap atribut yang sudah didefinisikan secara tegas dan operasional (Azwar,

2012). Berikut adalah definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini.

1. Dukungan Sosial

Secara konseptual, dukungan sosial adalah informasi atau nasehat verbal

dan/atau non verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang diberikan oleh

keakraban sosial atau di dapat karena kehadiran mereka, dan mempunyai

manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima (Gottlieb dalam

Rustiana, 2006).

Dukungan sosial dalam penelitian ini adalah tinggi rendahnya bantuan

yang diterima mahasiswa UPI perantau berupa informasi atau nasehat verbal

dan atau nonverbal dari orang lain dan mempunyai manfaat emosional atau

efek perilaku dalam menghadapi stres akademik. Hal ini dapat dilihat dari total

skor yang diperoleh dalam kuesioner dukungan sosial. Dukungan sosial terbagi

atas empat bentuk yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan,

dukungan instrumental, dan dukungan informatif. Semakin tinggi skor

keseluruhan yang diperoleh maka semakin tinggi dukungan sosial yang

(37)

diperoleh maka semakin rendah dukungan sosial yang diterima oleh mahasiswa

UPI perantau.

2. Stres akademik

Secara konseptual, menurut Gupta dan Khan (Kadapatti & Vijalakmi,

2012) stres akademik merupakan tekanan mental sehubungan dengan rasa

frustrasi yang berkaitan dengan kegagalan akademik, ketakutan, dan kesadaran

akan memperoleh kegagalan akademik.

Stres akademik dalam penelitian ini adalah tinggi rendahnya tekanan

tekanan mental sehubungan dengan rasa frustrasi yang berkaitan dengan

kegagalan akademik, ketakutan, dan kesadaran akan memperoleh kegagalan

akademik yang dialami oleh mahasiswa UPI perantau. Hal ini dapat dilihat dari

skor total yang diperoleh dari kuesioner stres akademik. Indikator perilaku

dalam stres akademik dibagi menjadi dua aspek yaitu stressor dan reaksi

terhadap stres. Stressor terdiri atas lima kategori yaitu frustrasi, konflik,

tekanan, perubahan, dan self imposed, sedangkan reaksi terhadap stress terdiri

atas empat kategori yaitu fisiologis, emosional, perilaku dan penilaian kognitif.

Semakin tinggi skor keseluruhan yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat

stres akademik yang dialami oleh mahasiswa UPI perantau. Semakin rendah

skor keseluruhan yang diperoleh maka semakin rendah tingkat stres akademik

(38)

55

3. Resiliensi

Secara konseptual, resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk

bertahan, bangkit dan menyesuaikan dengan kondisi yang sulit (Reivich &

Shatte, 2002).

Resiliensi dalam penelitian ini adalah tinggi rendahnya kemampuan

mahasiswa UPI perantau untuk bertahan, bangkit, dan menyesuaikan diri

dalam menghadapi stres akademik. Hal ini dapat dillihat dari total skor yang

diperoleh dari kuesioner resiliensi. Indikator perilaku dari mahasiswa UPI

perantau yang resilien terdiri atas tujuh dimensi yaitu regulasi emosi, kontrol

terhadap impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati,

efikasi diri, dan pencapaian. Semakin tinggi skor keseluruhan yang diperoleh

maka semakin tinggi tingkat resiliensi mahasiswa UPI perantau dalam

menghadapi stres akademik. Semakin rendah skor keseluruhan yang diperoleh

maka semakin rendah tingkat resiliensi mahasiswa UPI perantau dalam

menghadapi stres akademik.

E. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa skala psikologi. Beberapa

instrumen yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkap

dukungan sosial, resiliensi dan stres akademik pada mahasiswa UPI perantau.

1. Instrumen Dukungan Sosial

Instrumen yang digunakan untuk mengukur dukungan sosial mahasiswa

UPI perantau merupakan instrumen berupa kuesioner yang dibuat berdasarkan

(39)

dengan menggunakan pendekatan summated rating atau skala likert. Skala

Likert adalah skala yang memusatkan kepada subyek atau orang (Ihsan, 2009).

Dalam instrumen ini disedikan lima pilihan jawaban untuk tiap pernyataan.

Instrumen terdiri atas pernyaataan favorable dan unfavorable. Berikut skor

pernyataan instrumen dukungan sosial.

Tabel 3.1 Skor Pernyataan Instrumen Dukungan Sosial

Item Nilai Pernyataan

STS TS N S SS

Favorable 1 2 3 4 5

Unfavorable 5 4 3 2 1

Berikut kisi-kisi instrumen dukungan sosial sebelum uji coba.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Dukungan Sosial

No Dimensi Indikator Item Jumlah ungkapan empati dari orang lain dalam menghadapi stres akademik.

2, 8, 26 14, 22 5 item

Mahasiswa UPI perantau menerima ungkapan kepedulian dan perhatian dari orang lain dalam menghadapi stres akademik. orang lain dalam menghadapi stres akademik.

9, 24 34, 35, 37 5 item

Mahasiswa UPI perantau menerima ungkapan dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaannya dari orang lain dalam menghadapi stres akademik.

10, 25, 39 17, 40 5 item

3. Dukungan instrumental

Mahasiswa UPI perantau menerima bantuan jasa atau waktu dari orang lain dalam menghadapi stres akademik.

(40)

57

2. Instrumen Stres Akademik

Instrumen yang digunakan untuk mengukur stres akademik dalam

penelitian ini adalah Student-life Stress Inventory dari Gadzella (1991) yang

diadaptasi oleh Fitri (2012). Instrumen ini terdiri atas dua bagian yaitu stresor

dan reaksi terhadap stres. Stresor terdiri atas 23 item dan reaksi terhadap stres

terdiri atas 31 item. Terdapat lima pilihan jawaban untuk setiap pernyataan

mulai dari angka 1 sampai 5. Angka 1 mewakili jawaban tidak pernah, angka 2

mewakili jawaban jarang, angka 3 mewakili jawaban kadang-kadang, angka 4

mewakili jawaban sering dan angka 5 mewakili jawaban selalu. Pengukuran

stres akademik pada tiap subjek merupakan skor keseluruhan dari 45

pernyataan. Berikut kisi-kisi instrumen stres akademik.

Tabel 3.3: Kisi-Kisi Instrumen Stres Akademik

No. Dimensi Sub Dimensi Indikator Item Jumlah

Item

1. Stresor Frustrasi Keterlambatan mencapai tujuan 1 1 item

Kesulitan sehari-hari 2 1 item

Kurangnya sumber daya 3 1 item

Gagal mencapai tujuan 4 1 item

Tidak diterima lingkungan sosial 5 1 item

Mahasiswa UPI perantau menerima bantuan barang atau uang dari orang lain dalam menghadapi stres nasihat/ saran dari orang lain dalam menghadapi stres akademik.

5, 21, 33 13, 32 5 item

Mahasiswa UPI perantau menerima petunjuk atau informasi dari orang lain dalam menghadapi stres akademik.

16, 20, 29 3, 6 5 item

(41)

Kekecewaan dalam berpacaran 6 1 item

Melewatkan kesempatan 7 1 item

Konflik Dua pilihan yang menyenangkan 8 1 item

Dua pilihan yang tidak menyenangkan 9 1 item Tujuan yang memiliki efek positif dan

negatif

10 1 item

Tekanan Kompetisi 11 1 item

Deadline 12 1 item

Aktivitas yang berlebihan 13 1 item

Hubungan interpersonal 14 1 item

Perubahan Pengalaman tidak menyenangkan 15 1 item

Perubahan dalam waktu yang sama 16 1 item

Terganggunya hidup dan tujuan 17 1 item

Self-imposed Keinginan untuk berkompetisi 18 1 item

Dicintai semua orang 19 1 item

Khawatir berlebihan 20 1 item

Prokrastinasi 21 1 item

Solusi permasalahan 22 1 item

Kecemasan menghadapi ujian 23 1 item

2. Reaksi terhadap stres

Fisiologis Berkeringat 24 1 item

Gagap 25 1 item

Gemetar 26 1 item

Bergerak dengan cepat 27 1 item

Kelelahan 28 1 item

Gangguan pencernaan 29 1 item

Gangguan pernapasan 30 1 item

Sakit punggung 31 1 item

Reaksi pada kulit 32 1 item

Sakit kepala 33 1 item

Radang sendi 34 1 item

Demam 35 1 item

Berat badan berkurang 36 1 item

Berat badan bertambah 37 1 item

Sulit tidur 38 1 item

(42)

59

Merusak diri sendiri 46 1 item

Merokok secara berlebihan 47 1 item

Cepat marah terhadap orang lain 48 1 item

Mekanisme pertahanan 49 1 item

Berusaha bunuh diri 50 1 item

Menyendiri 51 1 item

Penilaian kognitif

Menganalisis situasi yang penuh tekanan 52 1 item Penggunaan strategi yang tepat untuk

mengatasi situasi yang penuh tekanan

53 1 item

Instrumen resiliensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Resilience Quotient Test dari Reivich dan Shatte yang diadaptasi oleh Putri

(2013). Instrumen ini terdiri atas tujuh aspek yaitu yaitu regulasi emosi, kontrol

terhadap impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati,

efikasi diri, dan pencapaian. Instrumen ini memiliki 56 pernyataan yang terdiri

atas pernyataan favorable dan unfavorable. Terdapat lima pilihan jawaban

yaitu angka 1 mewakili jawaban tidak sesuai sama sekali, angka 2 mewakili

jawaban kadang-kadang sesuai, angka 3 mewakili jawaban cukup sesuai, angka

4 mewakili jawaban sesuai dan angka 5 mewakili jawaban sangat sesuai.

Pengukuran resiliensi pada tiap subjek merupakan skor keseluruhan dari 56

pernyataan. Berikut kisi-kisi instrumen resiliensi sebelum uji coba.

Tabel 3.4: Kisi-Kisi Instrumen Resiliensi

No. Dimensi Indikator Item Jumlah tetap tenang dalam menghadapi stres akademik.

13, 25, 26, 56

(43)

2. Kontrol akan menjadi lebih baik, mempunyai harapan terhadap masa depan dan percaya bahwa mereka dapat perasaan dan emosi orang lain.

10, 34, bahwa ia mampu dan dapat mengatasi stres akademik yang

F. Proses Pengembangan Instrumen

Untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran instrumen dapat dipercaya

dan sejauh mana ketepatan dan kecermatan instrumen dalam mengukur fungsi

(44)

61

selanjutnya diolah dengan bantuan software SPPS 15.0 for Windows untuk

dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu

alat ukur atau instrumen dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2010).

Suatu instrumen dapat dikatakan memiliki tingkat validitas yang tinggi apabila

dapat memberikan hasil ukur yang tepat sesuai dengan tujuan pengukuran dan

kecermatan dalam mendeteksi perbedaan-perbedaan kecil yang terdapat pada

atribut yang diukur (Azwar, 2010). Uji validitas yang dilakukan adalah

validitas isi.

Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian

terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement.Hal

ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana item-item alat ukur mewakili

komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang hendak

diukur (aspek representasi) dan sejauh mana item-item alat ukur mencerminkan

ciri perilaku yang hendak diukur (aspek relevansi) (Azwar, 2010).

Peneliti melakukan validitas isi kepada tiga orang ahli di bidang

Psikologi yaitu Siti Chotidjah, MA, Psi., Helli Ihsan, M.Si dan Diah Zaleha W.,

Msi. Dari ketiga instrumen yang telah dianalisis oleh para ahli, terdapat

beberapa item yang harus diperbaiki dari segi bahasa dan kesesuaian item

dengan tujuan pengukuran. Setelah dilakukan perbaikan item-item pada ketiga

instrumen selanjutnya peneliti melakukan uji coba pada 60 orang mahasiswa

(45)

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya

(Azwar, 2010). Sebuah tes dapat dikatakan reliabel atau dipercaya jika

memberikan hasil yang sama dalam atribut ukur yang di dapat dari

pengukuran, peserta dan tes yang sama. Reliabilitas berkaitan erat dengan

kesalahan pengukuran. Semakin tinggi koefisien realibilitas maka

kemungkinan kesalahan pengkuran semakin kecil (Ihsan, 2009).

Pengukuran reliabilitas dapat diketahui dengan menggunakan metode

statistik, salah satunya adalah Alpha Cronbach. Teknik Alpha Cronbach dapat

digunakan untuk data dikotomi atau multikotomi. Semakin tinggi koefisien

reliabilitas mendekati 1,00 maka semakin tinggi reliabilitasnya dan semakin

rendah koefisien reliabilitas mendekati 0 maka semakin rendah reliabilitasnya.

Berikut tabel skor reliabilitas (Arikunto, 2002).

Tabel 3.5 Skor Kategorisasi Reliabilitas

α Interpretasi

0 – 0,2 Sangat rendah ≥ 0,2 – < 0,4 Rendah

≥ 0,4 – < 0,7 Cukup/ Sedang ≥ 0,7 – < 0,9 Tinggi

≥ 0, 9 – < 1 Sangat tinggi

Berdasarkan pada skor kategorisasi reliabilitas tersebut, diperoleh

kesimpulan bahwa ketiga instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

memiliki nilai reliabilitas yang sangat tinggi sehingga hasil pengukuran ketiga

instrumen dapat dipercaya. Berikut hasil pengujian reliabilitas ketiga instrumen

(46)

63

Tabel 3.6 Nilai Reliabilitas Instrumen Dukungan Sosial Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.919 29

Pada tabel 3.8 diketahui bahwa nilai reliabilitas instrumen dukungan

sosial sebesar 0,919. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur dukungan sosial

memiliki reliabilitas yang sangat tinggi dan dapat digunakan.

Tabel 3.7 Nilai Reliabilitas Student-Life Stres Inventory Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.908 34

Pada tabel 3.7 diketahui bahwa nilai reliabilitas Student-Life Stres

Inventory sebesar 0,908. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur Student-Life

Stres Inventory memiliki reliabilitas yang sangat tinggi dan dapat digunakan.

Tabel 3.8 Nilai Reliabilitas Instrumen Resiliensi Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.925 35

Pada tabel 3.8 diketahui bahwa nilai reliabilitas instrumen resiliensi

sebesar 0,925. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur resiliensi memiliki

reliabilitas yang sangat tinggi dan dapat digunakan.

Selain itu, untuk menentukan item mana yang harus dihapus dan

(47)

nilai item- total correlation untuk menentukan suatu item harus dihapus dan

dipertahankan adalah sebesar 0,30 (Ihsan, 2009). Setelah dilakukan uji

validitas dan reliabilitas terdapat beberapa item yang harus dibuang dan tidak

dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian. Berikut hasil

pengembangan instrumen penelitian.

Tabel 3.9 Hasil Pengembangan Instrumen Dukungan Sosial

Tabel 3.10 Hasil Pengembangan Student- Life Stress Inventory

No. Dimensi No Item yang Layak No Item yang

Tidak Layak 1. Dukungan emosional 2, 7, 8, 22, 36 1, 14, 15, 26, 27

2. Dukungan penghargaan 10, 17, 24, 25, 35, 37, 39 9, 34, 40

3. Dukungan instrumental 11, 12, 18, 19, 23, 30,

(48)

65

Tabel 3.11 Hasil Pengembangan Instrumen Resiliensi

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan

kuesioner (angket). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2008). Pemilihan kuesioner

sebagai teknik pengumpulan data berdasarkan pertimbangan bahwa jumlah

responden penelitian yang cukup besar. Pemberian kuesioner secara langsung

kepada responden dapat menghemat waktu dan menciptakan suatu kondisi yang

cukup baik sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data obyektif

dan cepat.

No. Dimensi No Item yang Layak No Item yang

Tidak Layak

1. Regulasi emosi (Emotional

Regulation) 13, 25, 26, 56 2, 7, 23, 31

2. Kontrol terhadap impuls

(Impulse Control) 11, 15, 36, 42, 47 4, 38, 55

3. Optimisme (Optimism) 18, 27, 32, 53 3, 33, 39, 43

4. Kemampuan menganalisis

masalah (Causal Analysis) 12, 19, 21, 48, 52 1, 41, 44

5. Empati (Empathy) 10, 24, 50, 54 30, 34, 37, 46

6. Efikasi diri (Self Efficacy) 5, 9, 17, 20, 28, 29, 49 22

(49)

H. Analisis Data

1. Uji Asumsi Statistik

Pengujian asusmsi statistik dilakukan untuk menganalisis data dalam

menjawab hipotesis penelitian dan menentukan pendekatan statistik yang

digunakan. Penggunaan statistik parametris dan non parametris tergantung

pada asumsi dan jenis data yang yang akan dianalisis. Apabila asumsi statistik

terpenuhi, maka pendekatan statistik yang digunakan adalah parametris.

Namun, jika asumsi statistik tidak terpenuhi maka data akan diolah melalui

pendekatan non parametris (Sugiyono, 2008). Uji asumsi statistik ini akan

dilakukan dengan bantuan Software SPSS 15.0 for Windows.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data yang

dianalisis berdistribusi normal. Suatu data akan berdistribusi normal apabila

signifikansi >0,05, namun jika signifikansi <0,05 maka data berdistribusi

tidak normal (Sugiyono, 2008). Uji normalitas menggunakan uji One

Sample Kolmogrov-Smirnov yang pengolahan datanya dibantu dengan

Software SPSS 15.0.for Windows.

Tabel 3.12. Hasil Uji Normalitas Data

(50)

67

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi dari

variabel dukungan sosial, stres akademik dan resiliensi masing-masing

sebesar 0.656, 0.833 dan 0.785. Ketiga variabel memiliki nilai signifikansi >

0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data dari ketiga variabel

berdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan variabel

bebas (X) dan variabel terikat (Y) membentuk garis lurus (linear) atau tidak.

Hubungan linear adalah hubungan yang menunjukkan perubahan yang

terjadi pada satu variabel akan diikuti perubahan dengan besaran yang

sejajar dengan variabel lainnya. Hubungan linier dapat bersifat positif atau

negatif. Jika signifikasi < 0,05 maka terdapat hubungan yang linear namun

jika signifikansi > 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang linear.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan Software SPSS 15.0 for

Windows.

Tabel 3.13 Hasil Uji Linearitas Dukungan Sosial dengan Stres Akademik

Berdasarkan tabel 3.13 diketahui bahwa nilai Sig. Linearity sebesar

0,001. Nilai signifikansi 0,001 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

hubungan antara dukungan sosial dan stres akademik linear.

ANOVA Table

(51)

Tabel 3.14 Hasil Uji Linearitas Dukungan Sosial dengan Resiliensi

Berdasarkan tabel 3.14 diketahui bahwa nilai Sig. Linearity sebesar

0,000. Nilai signifikansi 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

hubungan antara dukungan sosial dan resiliensi linear.

Tabel 3.15 Hasil Uji Linearitas Stres Akademik dengan Resiliensi

Berdasarkan tabel 3.14 diketahui bahwa nilai Sig. Linearity sebesar

0,000. Nilai signifikansi 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

hubungan antara stres akademik dan resiliensi linear.

2. Uji Korelasi

Setelah dilakukan uji normalitas dan linearitas, diketahui bahwa data dari

ketiga variabel berdistribusi normal dan memiliki hubungan yang linear

sehingga analisis data dilakukan menggunakan statistika parametrik yaitu uji

korelasi Product Moment. Uji korelasi digunakan untuk mengetahui apakah ANOVA Table

Squares df Mean Square F Sig.

ANOVA Table

(52)

69

tidak. Menurut Sugiyono (2008) kriteria kuat lemahnya korelasi adalah sebagai

berikut :

Tabel 3.16 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Rumus yang digunakan dalam korelasi Product Moment (Arikunto,

2002) adalah sebagai berikut.

Keterangan :

r = Koefisien korelasi Product Moment antara variabel X dan variabel Y

n = Jumlah Individu dalam sampel

X = Angka mentah untuk variabel X

Y = Angka mentah untuk variabel Y

Korelasi memiliki dua arah yaitu negatif dan positif (Arikunto, 2002).

Korelasi bernilai positif menunjukan hubungan yang searah, artinya apabila

semakin besar nilai variabel bebas maka semakin besar pula nilai variabel

(53)

artinya apabila semakin kecil nilai variabel bebas maka semakin besar nilai

variabel terikat, begitu pula sebaliknya.

3. Uji Signifikansi

Untuk mengetahui apakah hubungan kedua variabel dapat berlaku untuk

seluruh populasi maka perlu dilakukan uji signifikansi (Sugiyono, 2008).

Apabila nilai signifikansi hubungan kedua variabel < 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa koefisien korelasi tersebut signifikan yang berarti

hubungan kedua variabel dapat berlaku untuk seluruh populasi (H1 diterima).

4. Uji Deteksi Pengaruh Mediasi

Untuk mengetahui apakah suatu variabel dapat disebut sebagai variabel

mediator maka perlu dilakukan uji deteksi pengaruh mediasi. Mediasi terjadi

jika variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara tidak

langsung melalui paling tidak satu variabel intervening atau variabel mediator.

Hipotesis mediasional umumnya diuji dengan dua cara atau strategi yaitu

causal step berdasarkan ketentuan dari Baron dan Kenny (1986) dan strategi

perkalian product of coefficient yang didasarkan pada pengujian signifikansi

pengaruh tidak langsung atau indirect effect (MacKinnon, 2008; Wuensch,

2007; Larsma, 2006; Preacher dkk., 2007).

Dalam pengujian dengan causal steps, peneliti harus mengestimasi tiga

persamaan regresi berikut (Baron & Kenny, 1986).

1. Persamaan regresi sederhana variabel mediator (M) pada variabel

(54)

71

2. Persamaan regresi sederhana variabel dependen (Y) pada variabel

independen (X)

3. Persamaan regresi berganda variabel dependen (Y) pada kedua variabel

independen (X) dan mediator (M)

Berdasarkan hasil estimasi ketiga model regresi tersebut, ada beberapa

persyaratan yang harus dipenuhi untuk tercapainya mediasi. Pertama, variabel

independen harus signifikan mempengaruhi variabel mediator pada persamaan

pertama (a ≠ 0); kedua, variabel independen harus signifikan mempengaruhi variabel dependen pada persamaan kedua (c ≠ 0) dan ketiga, variabel mediator harus signifikan mempengaruhi variabel dependen pada persamaan ketiga (b ≠ 0). Mediasi terjadi jika pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen lebih rendah pada persamaan ketiga (c’) dibandingkan pada persamaan kedua (c) (Baron and Kenny, 1986).

Strategi kedua untuk pengujian mediasional adalah product of coefficient,

yang menguji signifikansi pengaruh tidak langsung atau indirect effect.

Indirect effect dihitung dengan cara mengalikan efek langsung atau direct effect

variabel independen terhadap variabel mediator (a) dengan direct effect

variabel mediator dengan variabel dependen (b) atau ab. Uji signifikansi

terhadap koefisien indirect effect diakui memberikan pengujian yang lebih

langsung terhadap hipotesis mediasional dibandingkan dengan

pendekatan causal step (Preacher & Hayes, 2004; Preacher dkk, 2007). Uji

signifikansi indirect effect ab dilakukan berdasarkan rasio antara

(55)

nilai z statistik (z-value). Rumus lengkap untuk menghitung signifikansi

koefisien indirect effect adalah sebagai berikut (Baron & Kenny, 1986;

Preacher & Leonardelli, 2006; Preacher dkk., 2007; Preacher & Hayes, 2004).

� � �=

2� 2+ 2� 2+� 2� 2

Keterangan:

a : koefisien direct effect independen (X) terhadap mediator (M) b : koefisien direct effect mediator (M) terhadap dependen (Y)

ab : koefisien indirect effet yang diperoleh dari perkalian antara direct

effect a dan b

Sa : standard error dari koefisien a

Sb : standard error dari koefisien b

Jika z-value dalam harga mutlak > 1,96 atau tingkat signifikansi z

(p-value) < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa indirect effect atau pengaruh

tidak langsung variabel independen terhadap variabel dependen melalui

mediator, signifikan pada taraf signifikansi 0,05 (Preacher & Hayes, 2004).

Untuk menghitung z-value beserta nilai probabilitasnya (p-value) dapat

menggunakan Excel atau alat hitung interaktif dari Kris Preachers yang

Gambar

Grafik 4.1  Gambaran Umum Dukungan Sosial pada Mahasiswa UPI
Gambar 3.1   Desain Penelitian Hubungan antara Dukungan Sosial dengan
Gambar 3.1 Desain Penelitian Hubungan antara Dukungan Sosial
Tabel 3.1 Skor Pernyataan Instrumen Dukungan Sosial
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan stres kerja. 2) mengetahui tingkat stres pada pramuniaga. 3) mengetahui tingkat

Mahasiswa dengan kepercayaan diri tinggi memiliki kecemasan yang rendah saat menghadapi; (2) Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial dengan

Akan tetapi dalam sebuah penelitian lain yang dilakukan oleh Diaz (2012) terkait hubungan antara dukungan sosial dengan resiliensi memiliki perbedaan hasil

Hasil dari penelitian ini juga mengatakan bahwa dukungan sosial memiliki hubungan positif dengan resiliensi pada wanita yang tidak memiliki anak.. Hasil dari penelitian

Data tersebut menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara kepercayaan diri dan dukungan sosial dengan kemandirian pada mahasiswa perantau di fakultas

Hasil penelitian tentang hubungan dukungan sosial teman sebaya terhadap tingkat resiliensi remaja di panti asuhan yang dilakukan di Panti Asuhan Al Hidayah, Panti

Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara variabel dukungan sosial orangtua dengan variabel prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW,

KESIMPULAN Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara tiga bentuk dukungan sosial dengan resiliensi keluarga pada warga