PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU
DI LINGKUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN MA'ARIF
NAHDLATUL ULAMA
(Studi Deskriptif Analitik Guru SLTA
di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma'rif NU
Cabang Jepara Jawa Tengah)
TESIS
Diajukan untuk memenuhui
sebagian syarat memperoleh gelar Magister
Program Studi Administrasi Pendidikan
OLEH
MUKHAMAD SAEKAN. S. Ag
NIM 959660PRGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
LEMBAR PENGESAHAN
DISETUJUI UNTUK MENGIKUTI UJIAN TAHAP I OLEH
PEMBIMBING I
PROF. DR. H. SUPANDI
PEMBIMBING II
ABSTRAK
Pendidikan adalah sebuah sistem yang terdiri dari sub sistem tujuan, metode, Pendidik (guru), Peserta didik (siswa), alat, lingkungan. Dari berbagai komponen tersebut pendidik (guru) merupakan salah satu komponen yang memiliki • fungsi sebab akibat. Artinya kualitas pendidik akan mempengaruhi kualitas lembaga pendidikan.
Penelitian ini mengangkat permasalahan yang berkenaan dengan Pembinaan Kualitas Profesional Guru dengan judul Penelitian " SISTEM
PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU DI LINGKUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN
(LP) MA'ARIF NAHDLATUL ULAMA" Studi Deskriptif Analitik Guru SLTA Yang di Bawah Naungan LP. Maarif NU Cabang Jepara Jawa Tengah.
Maksud mengfokuskan pada lembaga pendidikan NU adalah (1) NU sebagai organisasi sosial keagamaan (jamiyyah diniyah) terbesar di Indonesia terasa belum memiliki peran secara optimal dalam sosio kultural, sehingga banyak lembaga pendidikan di bawah NU belum tertata secara profesional (2) Status LP. Maarif sebagai perangkat departementasi yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan belum berfungsi secara maksimal, sehingga peran LP. Maarif sebagai penyelenggara pendidikan secara baik dan profesional belum mampu dilaksanakan, akhirnya Status LP. Maarif baru sebatas sebuah lembaga yang hanya diakui sebagai lembaga penyelenggara pendidikan oleh warga NU akibat adanya persamaan kultural (3) Sebagai wujud partisipasi dalam memberikan masukan mengenai Sistem pembinaan kemampuan Profesional Guru di lingkungan LP. Maarif NU Kususnya cabang Jepara Jawa Tengah.
Sampel penelitian ini terdiri dari empat SLTA yang di bawah naungan LP. Maarif NU Cabang Jepara Jawa Tengah yakni (a) Madrasah Aliyah Walisongo Kecamatan Pecangaan (b) SMU Islam Al- Maarif
Kecamatan
Kota (c) Madrasah Aliyah Al-Maarif kecamatan Kota (d)
SMU
f-\
Islam Kecamatan Keling.
n
cvvl*~*-Masalah yang diteliti adalah berkenaan dengan (a)\Komponen terkait dalam pembinaan kemampuan profesional guru (b) pendekatan yang digunakan dalam sistem pembinaan (c) aspek yang menjadi penekanan dalam pembinaan (d) pembinaan yang sedang dilaksanakan (e) analisis faktyor pendukung, kelemahan, peluang dan tantangannya
(SWOT).
Dari penelitian ini ditemukan beberapa hal:
berperan secara optimal baik lembaga pendidikan dibawah Depag
maupun
Depdikbud.
SLTA yang dibawah Depag
komponen
y§M
belum
berperan
secara optimal adalah LP. Maarif NU, Masjid, (Dan) Depag
itu sendiri. Sedang SLTA di bawah Depdikbud, komponen yang belum berperan secara optimal adalah LP. Maarif, . Hal ini disebabkan perbedaan kualitas SDM yang ada di dalam lembaga pendidikan
tersebut.
2. Pendekatan yang digunakan dalam pembinaan merupakan hasil perpaduan dari pendekatan artistik dan klinis yang dikemas dengan nilai-nilai agama dan dilakukan dengan nuansa ibadah dan pengabdian secara tulus ihlas kepada Allah swt. Oleh sebab itu pendekatan yang digunakan adalah pendekatan NORMATIF RELIGIUS. 3. Aspek yang menjadi penekanan dalam pembinaan adalah aspek disiplin
kerja para guru. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa kedisiplinan kerja para guru dapat dijadikan modal dasar untuk mewujudkan kualitas pendidikan.
4. Pembinaan yang dilakukan masih terdapat beberapa kekurangan seperti, sistem seleksi, penentuan standar prestasi kerja dan pemberian kompensasi. Kompensasi hanya diberikan berupa material melalui tunjangan seperti tunjangan kepala sekolah, wakil kepala, wali kelas, ekstra kurikuler atau les. Sedangkan tunjangan moril seperti kesejahteraan keluarga, kesehatan belum dapat diwujudkan's— 5. Faktor yang menjadi pendukung, penghambat, peluang dan tantangan
dalam pembinaan justru berasal dari karakter pemimpin dan parawf)
guru
itu
sendiri. Jika kondisi SDM para pemimpin dan
para
guru-—^
sudah baik maka akan baik pula kualitas pendidikan di tubuh Oleh sebab itu peningkatan SDM perlu terus dikembangkan.
Obyek dan tehnik pembinaan yang dilakukan belum mengacu kepada nilai-nilai faham Ahlussunah wal-jamaah seperti tawasuth, tawazim dan
tasammuh. Untuk itu perlu dilakukan obyek dan tehnik yang jelas yang mengacu kepada nilai-nilai ASWAJA sehingga terdapat perbedaan antara
DAFTAR ISI
HALAMANJUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
Hi
DAFTAR ISI
v
ABSTRAK
vii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
DAFTAR BAGAN
X
BAB
I
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
1. Fenomena Globalisasi 1
2. Peranan Pendidikan dalam Pembangunan Nasional....
4
3. Alasan Pentingnya Pembinaan Guru
8
4. Profil Guru dalam Konteks Budaya
10
5. Kenyataan dan Harapan Fungsi Sekolah Menengah se
bagai Lembaga Pendidikan Menengah
12
B. Permasalahan 14
C.Tujuan dan Kegunaan
16
D. Paradigma Penelitian
17
E. Sistematika Penulisan Tesis 19
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
20
A. Pembinaan Kemampuan Profesional Guru sebagai bagian
dari Administrasi Pendidikan 20
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan 20
2. Pembinaan Kemampuan Profesional Guru sebagai
wu-jud dari Pembinaan Personil
23
B. Konsep dan Ruang Lingkup, Prinsip dan Pendekatan Pem
binaan Kemampuan Profesional Guru
29
1. Konsep dan Ruang Lingkup Pembinaan Kemampuan
Profesional Guru
29
3. Pendekatan Pembinaan Kemampuan Profesional
Guru
36
C. Kebijakan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru
45
1. Paradigma Kategori Guru
45
2. Strategi Pembinaan Kemampuan Profesional Guru
47
3. Kebijakan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru di
lingkunQ^ft4^mbaga_Pendidikan Ma'arif NU
49
D. Studi Terdahulu yang Relavan
55
BAB
III
nCTETOdOfcOQI PENELITIAN
...^^T^.-^^r.ZTZ'.:.
60
A. Prosedur Penelitian 60
1. Data yang diperlukan
60
2. Populasi dan Sampel
61
B. Metode Penelitian 61
C. Tahap Pelaksanaan Penelitian
62
D. Teknik Pengumpulan Data
63
E. Analisis Data 64
BAB
IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
66
A. Komponen yang terkait dalam Sistem Pembinaan
66
B. Pendekatan dalam Sistem Pembinaan 71
C. Aspek Penekanan dalam Sistem Pembinaan
74
D. Pembinaan yang dilakukan
78
E. Analisis SWOT 86
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 98
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
1. Fenomena Globalisasi
Globalisasi
yang " dipandegani"
oleh negara maju
dengan
sifat
materialisme,
kapitalisme,dan
liberalisme
semakin
gencar memasuki wilayah negara
diseluruh
dunia,
termasuk Indonesia.
Materialisme
memunculkan perkembangan teknologi yang
sedemikian pesat
sehingga memunculkan citra
modernitas
yang
sedemikian
ramai
dikota-kota.
Kapitalisme
memunculkan
etos
kapitalis. Akan
tetapi
karena
sistem
budaya kita, menurut Kuntowijoyo (1994) cenderung dibangun
pada
sistem
"Agromanagerial State"
maka
yang
muncul
kapitalisme semu (Erzats Capitalist). Kapitalisme
seperti
ini menjadi besar bukan disebabkan oleh etos kerja tinggi,
melainkan
disebabkan
adanya
kemudahan
yang
diperoleh
akibat
kedekatan
dengan kekuasaan.
Liberalisme
merunyakkan
"
sistem masyarakat yang
dibangun
sangat
kuat oleh sistem nilai budaya tradisi. Masyarakatpun mulai
mempertanyakan
sistem yang selama ini diyakininya.
Dalam
proses mempertanyakan sistem
tersebut
terjadi "split"
kesadaran
karena
sistem
nilai
yang
bertemu
memiliki
karakteristik
yang
berbeda bahkan
dalam
batas-batas
tertentu bertentangan.
Ciri
lain dari globalisasi adalah
munculnya
suatu
masyarakat "Hiperindustrial" yaitu komunitas masyarakat
di mana "service are transformed into mass-produced
consumer goods". Muculnya masyarakat "Hiperindustrial" ini
akan merambah keseluruh budaya kehidupan manusia.
Berdasarkan fenomena globalisasi tersebut di atas ada
beberapa perubahan yang dialami oleh masyarakat antara
lain :
Pertama, di era globalisasi masyarakat dituntut hidup dan
bekerja dengan informasi. Masyrakat harus tahu segala
informasi dan informasi tentang apa saja serta bagaimana
cara untuk memperoleh informasi. Kondisi masyarakat
seperti itu hanya akan didapat oleh manusia yang memiliki
motivasi belajar sangat tinggi.
Kedua, di era globalisasi masyarakat akan penuh dengan persaingan dalam segala hal seperti persaingan dalam
memperoleh pekerjaan, menjual barang dan jasa, memperoleh
modal, mempopulerkan karya dan diri sendiri. Kondisi seperti itu kunci yang paling utama dalam memperoleh
keberhasilan adalah kualitas /mutu manusia. Manusia yang
tidak berkualitas sudah barang pasti akan terlindas dan
tidak mampu melakukan persaingan guna memperoleh keberha
silan.
Ketiga, di era globalisasi masyarakat dituntut dan bahkan harus memiliki kemampuan intelektual yang bersifat dasar
seperti, penguasaan bahasa, pengetahuan alam dan
pengetahuan sosial. Di samping itu masyarakat juga ditun
teknologi moderen seperti komputer, mengolah data,
menyu-sun
rencana fisik mengajar dll. Persyarakat
seperti
ini
disebut
"
science
and
tecnology
literacy
"
(Muchtar
Buchori ,1995:208).
Selanjutnya Muchtar Buchori menjelaskan, agar masyar
akat
tetap
"survive"
maka
perlu
memiliki
persyaratan
seperti berikut ini.
a. Masyarakat
harus memiliki kemampuan belajar
(learning
capability),
yaitu
kemampuan
untuk
belajar
dalam
tatanan-tatanan formal, non formal dan informal;
b. Masyarakat
harus memiliki pengetahuan
dan
penguasaan
terhadap
ilmu pengetahuan dan teknologi
(science
and
tehnology literacy;
c. Masyarakat harus memiliki jiwa berusaha atau wiraswasta
(entrepreneurship);
d. Masyarakat
harus
memiliki
etos
kerja
yang
dapat
dihandalkan.
Berdasarkan
persyaratan
di atas
maka
muncul
persoalan,
apakah keempat persyaratan di
atas
diajarkan
dan dapat diperoleh siswa didalam pendidikan ?.
Kaitannya
pengertian
pendidikan
adalah
proses
pembinaan
manusia
melalui
bimbingan
dan latihan
agar, dapat
menyesuaikan
dengan
lingkungan,
maka
lembaga
pendidikan
memiliki
tanggung jawab sangat besar dalam mewujudkan manusia
yang
berkualitas
dan lebih kusus lagi mampu
mewujudkan
empat
Lembaga
pendidikan perlu segera melakukan
reformasi
dalam
segala bidang seperti kurikulum,
sarana
prasarana
dan
secara
terus
menerus
melakukan
pembinaan
tenaga
pengajar,
sebab
tanpa
dibarengi
tenaga
pengajar
yang
berkualitas
mustahil akan mampu menghadapi derasnya
arus
globalisasi.
Untuk mengantisipasi ciri globalisasi tersebut
diperlukan
suatu
strategi
untuk
meningkatkan
kualitas
sumber
daya
manusia kususnya sumber daya
manusia
dalam
lembaga pendidikan.
2. Peranan Pendidikan Dalam Pembangunan Nasional
Manusia
berkualitas
hanya dapat
diberikan
dengan
strategi
yang
disebut
proses
pembangunan
(building
proces).
Pembangunan
pada
dasarnya
merupakan
proses
perubahan
kearah
tercapainya
kemajuan
atau
bentuk
kualitas
hidup yang lebih baik. Sebagai
upaya
perubahan
kualitatif,
proses
pembangunan
tidak
diarahkan
kepada
perubahan
sektor
perekonomian,
yang
menyangkut
kebutuhan
material
finansial semata,
seperti
pemenuhan
kebutuhan
sandang,
pangan dan
papan
serta
pemerataan
pendapatan
dan
kesempatan kerja,
namun
juga
diarahkan
kepada sektor kehidupan yang lebih kompleks,
yaitu
sektor
ideologi, agama, sosial budaya,
keamanan, yang
tergantung
kepada
tingkat kebutuhan masyarakat atau
negara.
Proses
pembangunan di suatu negara, secara
sosio kultural
acap-kali
berbeda
dengan
proses pembangunan
di
negara
serta prioritas kehidupan yang ditempuh.
Tujuan dan orientasi pembangunan nasional
Indonesia, adalah mewujudkan suatu masyarakay adil dan
makmur yang merata material dan spiritual. Dengan kata
lain,pembangunan diorientasikan untuk meningkatkan
kualitas hidup pada segenap sektor mencakup ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya, hankam dengan sasaran
strategis seperti dicanangkan dalam GBHN tahun 1993 dalam
upaya membentuk manusia seutuhnya.
Dalam konteks pembangunan nasional tersebut,
pendidikan yang pada dasarnya merupakan proses pencerdasan
kehidupan bangsa dan pengembangan manusia Indonesia
seutuhnya memiliki posisi sangat strategis dalam meraih
keberhasilan pembangunan.
Secara spesifik, dalam bidang pembangunan ekonomi,
pendidikan memiliki nilai strategis dan determinatif
dalam pencapaian kesejahteraan hidup masyarakat. Di sini
pendidikan merupakan salah satu alat efektif untuk meraih kesejahteraan ekonomi masyarakat. Melalui upaya pendidikan
suatu proses peralihan pengetahuan, pengalihan ketrampilan, atau pembentukan sikap dan etos kerja
individu dapat diwujudkan, sehingga lulusan akan relatif
mudah memperoleh lapangan pekerjaan atau menciptakan
lapangan pekerjaan, yang pada gilirannya akan diperoleh
penghasilan yang dapat dipergunakan untuk memenuhi
ekonomi
secara
lebih
tegas
sebagai
proses
investasi.
Pengetahuan
dan
ketrampilan
hasil
pendidikan
dinilai
sebagai "Human Capital" yang
kemudian
dapat
dijadikan
sebagai alat produksi, baik untuk kepentingan pribadi atau
kepentingan
sosial
dalam konteks
lebih
luas.
Melalui
investasi pendidikan, manusia melakukan proses
sedemikian
rupa
sehingga memiliki pengetahuan dan
ketrampilan
yang
sesuai dengan
harapan
produktivitas
yang
dirancangn-ya.
Berdasarkan
penelitian
dibanyak
negara,
misalkan
Kanada,
Selandiabaru
dsb.
Blaugh
menyimpulkan
bahwa
pertumbuhan
ekonomi yang biasanya diukur
dengan
tingkat
pertumbuhan
pendapatan nasional (GNP) sangat
dipengaruhi
oleh faktor pendidikan.
Dalam
bidang
sosial
politik,
pendidikan
sebagai
proses
sosialisasi juga memiliki nilai
kontributif
yang
besar dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional.
Lewat
pendidikan,
sosialisasi
nilai-nilai
kehidupan
politik,
bersosial, atau proses pembentukan budaya berpolitik dapat
diselenggarakan dalam rangka pembentukan sikap
masyarakat
terhadap masalah-masalah dasar tentang sistem politik yang
dianut oleh negaranya
(Tom Brennan, 1981:19).
Dengan
kata
lain,
melalui
pendidikan
dilakukan
suatu
proses
sosialisasi
nilai
dan norma kepada
masyarakat
sehingga
mereka
memahami dan menghayati hak
kewajibannya
sebagai
warga negara secara memadahi.
Dalam
bidang
sosial
budaya yang
lebih
menekankan
peran penting dalam pembangunan. Secara lebih luas
Zeffreys (1972: 6) mengartikan pendidikan sebagai upaya
pelestarian . Sebagai upaya pelestarian, pendidikan bukan hanya merupakan alat pelestari, pemelihara, tetapi juga
merupakan proses bagaimana nilai-nilai kultural yang
positif dan kontruktif bagi manusia kini dan mendatang
tetap dipertahankan dari kepunahan dan bencana. Pendidikan
mengupayakan terbentuknya nilai-nilai pola perilaku
yang adaptatif dengan kebutuhan yang ada dalam masyarakat.
Dalam bidang pendidikan diharapkan dihasilkan manusia yang cerdas dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara dengan ciri-ciri: beriman, bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, memiliki
pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta memiliki rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UUSPN
Honor 2 : 1989).
Proses pendidikan terutama pendidikan formal
menyangkut berbagai faktor antara lain pendidik (guru), peserta didik (siswa), sarana prasarana, metode, tujuan,
dan lingkungan. Dari beberapa faktor tersebut gurulah yang
memegang peranan penting dalam proses pendidikan dalam arti mencapai kualitas pendidikan Hartono Kasmadi dalam
mimbar pendidikan (1990 : 13) mengatakan :
Bahwa apapun yang akan diperbaharuhi pada gilirannya faktor pendidik (guru) yang banyak nenentukan,
3. Alasan Pentingnya Pembinaan Guru
Titik
berat
pembangunan
pendidikan
pada
kurun
repelita
VI
ditekankan
pada
peningkatan
mutu.
Konsekuensinya,
perlu ditingkatkan
keseluruhan
komponen
sistem
pendidikan,
baik yang bersifat
"Human
resources"
maupun yang
bersifat
"material resources".
Peningkatan
keseluruhan
komponen
sistem pendidikan
yang
brsifat
"human resources" dan "material resources" tersebut
dapat
diartikan
dari
segi
kuantitasnya
maupun
kualitasnya.
Berbagai
upaya peningkatan kualitas komponen sistem
pen
didikan
secara
keseluruhan
mengarah kepada pencap
aian tujuan pendidikan.
Disadari
sepenuhnya,
bahwa
peningkatan
kualitas
komponen-komponen
sistem
pendidikan
terbukti
lebih
berpengaruh
terhadap peningkatan mutu
pendidikan
adalah
komponen
yang bersifat "Human resources". Hal
ini
dapat
dipahami
dari
kenyataan, bahwa
komponen
yang
bersifat
"material
resources" tidak dapat bermanfaat tanpa
adanya
komponen yang bersifat "Human resources".
Diantara
komponen-komponen sistem
pendidikan
yang
bersifat "human
resources" yang selama ini
mendapatkan
perhatian
lebih
banyak adalah
tenaga
guru.
Besarnya
perhatian terhadap tenaga guru, antara lain dapat
dilihat
dari
banyaknya
kebijaksanaan
kusus
seperti
:
adanya
kenaikan
pangkat
otomatis
bagi
guru,adanya
tunjangan
fungsional bagi guru dan lahirnya Surat Keputusan
Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) nomor 26
/MENPAN/1989 yang memberikan peluang bagi guru untuk naik
pangkat sampai dengan golongan ruang IV/e.
Dominannya perhatian pemerintah, dalam hal ini
adalah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, terhadap guru
sebenarnya didasarkan atas suatu anggapan, bahwa ditangan
gurulah mutu pendidikan kita banyak bergantung. Hal
ini dapat dipahami dari kenyataan, tidak berdayanya
sekolah-sekolah kita bila tidak ada gurunya. Guru
dipandang sebagai faktor kunci, karena ia yang
berinteraksi secara langsung dengan muridnya dalam proses belajar mengajar di sekolah. Perhatian yang demikian besar
terhadap guru, sangat ditampakkan oleh Daoed Joesouf
ketika menjabat Mendikbud yaitu dengan mengusahakan
penciptaan lagu Hymne Guru dan menggolongkan guru sebagai
jabatan profesi.
Strategi peranan guru dalam meningkatkan mutu
pendidikan dapat dipahami dari hakekat guru yang selama
ini dijadikan sebagai Asumsi Programatik pendidikan guru.
Yang dimaksud dengan asumsi programatik pendidikan
guru adalah asumsi-asumsi yang dijadikan sebagai pedoman
dalam mengembangkan program pendidikan guru. Asumsi-asumsi tersebut guru adalah :
(1) Agen pembaharuan;
(2) Berperan sebagai fasilitator yang memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi subjek didik untuk belajar;
(3) Bertanggung jawab atas terciptanya hasil belajar subjek didik;
(5) Bertanggung
jawab
secara
profesional
meningkatkan
kemampuannya;
(6) Menjunjung
tinggi
kode
etik
profesionalnya
(
Ali
Imron, 1995:4).
Sebagai
orang yang bertugas mengajar
dan
mendidik
guru akan melaksanakan berbagai kegiatan demi
tercapainya
tujuan
yang
telah dirumuskan.
Untuk
mencapai
tujuan
tersebut
guru
harus
memainkan
fungsinya
sebagai
pembimbing,
pembaharu,
model atau contoh,
penyelidik,
konselor,
pencipta,
yang mengetahui
sesuatu,
pembangkit
pandangan,
pembawa
cerita dan seorang aktor
(Olivia
F,
Peter 1989:10).
Demikian
besarnya
peranan
guru
dalam
upaya
meningkatkan
mutu
pendidikan,
sehingga'
para
pakar
dan
pengembang LPTK senantiasa mencari bentuk baru dalam
mengembangkan
kurikulumnya.
Pembinaan
kemampuan
profesional
guru
dalam segala bidang
termasuk
LPM
NU
perlu mendapat perhatian yang seksama.
4.
Profil Guru Dalam Konteks Budaya
Piet
Suhartian
(1994:21-22)
mengemukakan
bahwa
profil
guru dalam konteks budaya dibedakan
menjadi
tiga
macam yakni Guru di desa, Guru di kota dan Guru di daerah
i n d u s t r i .
Pertama, Guru di Desa
Guru di desa masih terpandang.
la dipandang sebagai
orang
yang punya kelebihan.
Dalam konteks ini belum banyak
kaum
intelek yang
bermukim di desa. Guru dipandang
sebagai
orang
yang lebih banyak tahu dan terpandang.
Guru
lebih
dihormati semua tugas dan beban pendidikan yang menyangkut
kehidupan
masyarakat,
guru yang tampil
sebagai
pemeran
utama. Di samping menjadi guru, mereka dapat juga
sebagai
ketua
karang taruna, ketua LKMD,
ketua
perkumpulan
olah
raga, pemimpin pramukadll.
Pada satu
sisi
mereka
dipandang
terhormat, pada sisi lain memiliki
beban
yang
berat
dan
terlalu
banyak.
Terlalu
banyak
harapan
digantungkan
pada
guru. Akibatnya
bila
sedikit
saja
kesalahan yang dibuat, maka mereka menjadi kambing
hitam.
Selayaknya
guru
jangan
terlalu banyak
diberi
beban
kemasyarakatan agar mereka dapat melakukan tugas pokok dan
tugas profesional di sekolah dengan lebih siap.
Kedua, Guru di kota.
Di kota guru itu sibuk bukan sekedar untuk pengabdian
kepada
masyarakat,
tetapi mereka
sibuk
berjuang
untuk
mempertahankan tingkat kehidupan yang secara ekonomi lebih
tinggi dari di desa. Menjadi Guru harus berusaha
menambah
pendapatannya agar mereka dapat mempertahankan status
dan
tingkat kehidupan ekonominya.
Sejak pagi mereka pergi dan sampai malam hari baru
pulang
kerumah.
Mereka
harus membuat persiapan
untuk
mengajar
keesokan
paginya dan
dilakukan secara
tergesa-gesa.
akibatnya
kegairahan/
dorongan
mengajar
dan
tanggung
jawabnya nampak
mengalami gangguan psikologis, seperti
sering
terlambat,
suka membolos dengan
berbagai
alasan
yang
masuk
akal. Semuanya merupakan
refleksi
moral
kerja
yang
rendah.
Moral kerja
adalah
reaksi
mental
terhadap tugas yang dikerjakan.
Ketiga, Guru di daerah industri
Di daerah industri guru memperoleh gaji yang relatif
cukup.
Namun
demikian ada sisi lain yang
menimbulkan
masalah
psikologis.
Siswa
sekolah
di
daerah
industri
berasal dari orang tua yang terpelajar. Sering kali
murid-nya dipandang memiliki pengetahuan yang lebih mantap
dari
gurunya
sendiri, karena
mereka dari keluarga
terpelajar
dan
terdidik.
Para siswa datang dengan bus
sekolah
dan
sering
dengan
mobil pribadi orang
tua,
sementara
guru
memakai
sepeda biasa atau berjalan kaki.
Sering
terjadi
faktor psikologis berpengaruh terhadap kinerja guru.
Semua
gambaran di atas menunjukkan
profil
seorang
guru.
Sekarang orang mulai melihat jabatan
guru
sebagai
jabatan
yang
tidak menarik. Seorang
sosiolog
pernah
mengemukakan faktor - faktor yang menyebabkan status
guru
dianggap
lebih
rendah bila dibandingkan
dengan
jabatan
lain,
seperti dokter atau hakim. Peranan
guru
dipandang
kurang
utama
dan
kurang
dinamis
walaupun
kegiatan
mengajar dan mendidik dipandang sangat vital.
5.
Kenyataan
dan harapan fungsi sekolah menengah
sebagai
lembaga pendidikan menengah
Dalam UUSPN pasal 15 : 2 maupun praktek
pelaksanaan
sistem pendidikan yang berlaku sampai sekarang menunjukkan
bahwa
sistem
pendidikan menengah di
Indonesia
meliputi
pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan keagamaan
dan
pendidikan kedinasan. Walaupun jenis dan
variasi
pendidikan
menengah
kejuruan
demikian
banyak,
jumlah
lulusan sekolah lanjutan atas ,
perimbangan lulusannya
menunjukkan
bahwa
lebih dari 60
%,
yaitu
648.003
lulusan dari 974.471 lulusan SLTA adalah lulusan SMU. Dari
jumlah
lulusan
ini,
kurang ..dari 10 %
yang
diterima
di
Perguruan
Tinggi negeri.
Hampir 50 % tidak melanjutkan
pendidikan
ke
Perguruan Tinggi.
Inilah
kenyataan
yang
dihadapi.
Kenyataan
besar di atas
mengandung
makna
bahwa; (1) sebagian besar yang masuk SMU tidak memiliki
dasar
akademik yang memadahi untuk
mengikuti
pendidikan
akademik
tingkat universitas;
(2) sebagian besar
lulusan
SMU
tidak
dapat
melanjutkan
pendidikannya
kejenjang
pendidikan tinggi.
Kenyataan lain yang kita saksikan adalah bahwa
kurikulum
SMU
disusun
sebagai
kurikulum
pendidikan
akademik
dan berlaku sama untuk semua peserta didik
yang
memasuki
SMU,
dimanapun
mereka
berada
dan
apapun
kemampuan akademik para peserta didik. Jadi kalau kita
menilai
hasil
pendidikan
SMU
hanya
dari
keberhasilan
mereka
menyerap
materi kurikulum SMU
yang
orientasinya
akademik
tanpa
memperhatikan
apakah
semua
memiliki
kemampuan dasar akademik yang memadai.
Apakah karena
kita
mempersepsikan SMU sebagai lembaga pendidikan akademik
persiapan kependidikan universitas.
Kenyataan di atas
mengandung makna bahwa masyarakat
melihat
SMU
sebagai sekolah yang
program
pendidikannya
dapat
diikuti
oleh
semua peserta
didik
yang
telah
mengikuti
pendidikan
SMP,
sedangkan
dunia
pendidikan
tinggi memandang SMU sebagai lembaga pendidikan untuk
menyiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan
tinggi. Inilah dilemanya eksistensi pendidikan menengah
bangsa Indonesia kususnya SMU-.
B. Permasalahan
Pengertian pembinaan sangat luas, namun konsep
pembinaan dapat dibagi dalam tiga gugus yakni (1) penerimaan, pemeliharaan dan pemapanan; (2) perbaikan; (3) peningkatan mutu (pelanjutan) (Willistm B. Castetter, 1981:45).
Pengertian pembinaan dalam konteks pertama adalah upaya memelihara dalam konteks perbaikan mengacu kepada
suatu aktivitas konstruktif yang bertujuan membentuk
/menciptakan kualitas sesuatu. Pengertian kedua adalah proses restrukturisasi kualitatif suatu hal yang dinilai kurang memadahi menjadi sesuatu yang memadahi. Pengertian
ketiga adalah merujuk kepada aktivitas peningkatan kualitas sesuatu agar mencapai bentuk kualitas lebih baik
(memuaskan).
Pembinaan dalam konteks pembinaan profesional adalah
sebagai aktivitas pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan profesional guru. Dapat juga diartikan suatu sistem
bantuan profesional yang berfungsi untuk meningkatkan
kemampuan profesional guru sehingga mereka mampu
merencanakan, melaksanakan dan menilai Proses Belajar
mengajar (Tangyong, 1989:65). Lebih jauh Jam'an Satori
(1989) mengartikan pembinaan profesional guru ialah suatu
usaha
yang
sifatnya membantu,
mendorong
dan
memberi
kesempatan
kepada
pegawai untuk
meningkatkan
kemampuan
profesionalnya
agar
mereka
dapat
melaksanakan
tugas
utamanya yang lebih baik yakni memperbaiki PBM dan
meningkatkan mutunya.
Pembinaan profesional dalam penelitian ini adalah
suatu upaya memelihara kemampuan guru yang memadahi,
memenuhi
kekurangan
agar sesuai dengan tuntutan profesi,
di samping menambah dan meningkatkan mutu profesional agar
lebih
memadahi.
Penelitian ini diarahkan
untuk
mengubah
perilaku
menyangkut pengetahuan,
ketrampilan,
maupun
sikap guru supaya sesuai dengan tuntutan profesi.
Untuk
memperoleh kualitas guru baik yang
menyangkut
perilaku,
pengetahuan dan
ketrampilan yang sesuai
dengan
tuntutan profesinya maka perlu dilakukan suatu SISTEMPEMBINAAN
KEMAMPUAN
PROFESIONAL GURU
dengan
pertanyaan
permasalahan seperti berikut ini.
1.
Komponen
apa saja yang terkait dalam
sistem
pebinaan
kemampuan
profesional
guru SLTA dibawah
naungan
LP.
Ma'arif Cabang Jepara Jawa Tengah.
2.
Pendekatan
apa
yang tepat dalam
pembinaan
kemampuan
profesional guru SLTA di bawah qaungan LP. Ma'arif
cabanng Jepara Jawa Tengah.
3.
Aspek apa saja
yang menjadi penekanan dalam
pembinaan
kemampuan
profesional
guru SLTA dibawah
naungan
LP.
Ma'arif NU Cabang Jepara Jawa Tengah.
4. Bagaimana bentuk
pembinaan profesional guru SLTA di
bawah naungan LP. Ma'arif NU Cabang Jepara Jawa Tengah.
5. Apa
penunjang,
kelemahan,
kesempatan
dan
tantangan
dalam
pembinaan
kemampuan
profesional
guru
SLTA
dibawah
naungan
LP.Ma'arif
NU
Cabang
Jepara
Jawa
Tengah.
C. Tujuan Dan Kegunaan
Tujuan penelitian ini adalah berusaha untuk
mendesk-ripsikan
dan
menganalisis
tentang
upaya
pembinaan
kemampuan
profesional
guru dilingkungan LPM
NU
Cabang
Jepara yang berkenaan dengan
:
(1) Komponen
yang
terkait
dalam
pembinaan
kemampuan
profesional
guru
SLTA dibawah
naungan
LP.
Ma'arif
cabang Jepara Jawa Tengah;
(2) Pendekatan
yang
tepat
untuk
melakukan
pembinaan
kemampuan
profesional guru SLTA
dibawah naungan
LP.
Ma'arif Cabang jepara Jawa Tengah;
(3) Aspek-aspek
yang
menjadi penekanan
dalam
melakukan
pembinaan kemampuan
profesional guru SLTA di
bawah
naungan LP. Ma'arif NU Cabang
Jepara Jawa Tengah;
(4) Bentuk pembinaan profesional guru SLTA dibawah naungan
LP.
Ma'arif Cabang Jepara Jawa Tengah;
(5) Kekuatan,
kelemahan,
kesempatan dan
tantangan
dalam
pembinaan
kemampuan
profesional
guru
SLTA
dibawah
naungan LP.
Ma'arif Cabang Jepara Jawa Tengah.
Kegunaan penelitian ini :
(1) Sebagai
pengembangan
khasanah
ilmu
pengetahuan
kususnya di bidang ilmu Administrasi Pendidikan;
(2) Dapat menemukan konsep atau bentuk pembinaan
kemampuan profesional guru di lingkungan organisasi
Nahdlatul Ulama yang menyangkut pendekatan, aspek
pembinaan, proses pembinaan serta hal-hal yang
menyangkut dengan SWOT;
(3) Sebagai bahan masukan kepada organisasi Nahdlatul
Ulama kususnya LPM NU Cabang Jepara dalam proses
pembinaan kemampuan profesional guru;
(4) Kusus bagi peneliti, dapat menambah dan meningkatkan
pengetahuan secara ilmiah kususnya dalam ilmu
pembinaan kemampuan profesional guru.
D. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian dimaksudkan sebuah alur
penelitian yang akan dilalui /ditempuh sehingga dapat
diketahui secara jelas apa yang diharapkan dan diperoleh.
Penelitian ini dimulai dengan memahami, menghayati
dan menganalisa konsep Ahlussunah waljama'ah (ASWAJA),
perangkat yuridis NU dan LPM NU dan undang-undang SPN.
Untuk memenuhi harapan yang tertera dalam ASWAJA, LPM NU
dan UUSPN maka diperlukan suatu proses meningkatkan SDM
yang disebut Proses Pendidikan.
Proses pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti pendidik (guru), peserta didik (siswa), tujuan,
metode, sarana prasarana dan lingkungan. Dari sekian
banyak faktor pendidik merupakan faktor yang perlu
memperoleh perhatian lebih besar.
Untuk memperoleh kualitas guru yang baik diperlukan
pembinaan
yang terencana,
sistematis dan
relevan
dengan
situasi dan kondisi. Pembinaan yang akan dilakukan dalampenelitian
ini
meliputi pendekatan, aspek
yang
menjadi
penekanan
dan proses pembinaan yang terdiri dari
langkah
persiapan, perbaikan dan peningkatan kualitas sertaa n a l i s i s SWOT.
Jika
diilustrasikan maka akan terlihat seperti
pada
bagan di bawah ini.Bagan 1 Padigma Penelitian
Kerangka dasar Faham ASWAJA Acuan Teoritis Analisis Kualitatif (Deskriptif Analitik)
AD/ART NU & LPM
UUSPN NO 2 th '89 PP NO 29 th 1990 PP NO 38 th 1992
PERMASALAHAN Sistem Pembinaan
Kemampuan Profe
sional Guru SLTA
di Bawah Naungan
LP. Ma'arif NU Cab. Jepara * Komponen Yang
Terkait
* Pendekatan Yang Digunakan
* Aspek Penekanan * Pembinaan Yang
Dilakukan * Analisis SWOT
18
Pelaksa
E. Sistematika Penulisan Tesis
Tesis ini terdiri dari lima Bab dengan rincian
sebagai berikutini.
Bab
I PENDAHULUAN.
Bab ini terdiri dari
Latar
belakang
masalah, Perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian,
paradigma
penelitian dan sistematika penulisan tesis.
Bab
II TINJAUAN PUSTAKA.
Bab ini terdiri dari
empat
hal
yakni
(a)
Pembinaan Kemampuan profesional
guru
sebagai
bagian dari administrasi pendidikan,
(b) Konsep dan
ruang
lingkup,
prinsip
dan
pendekatan
pembinaan
kemampuan
profesional guru (c) Pembinaan kemampuan profesional
guru
di lingkungan LPM-NU,
(d) Studi pendahuluan yang relevan.
Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini terdiri dari data
yang
diperlukan, populasi dan sampel, metode
peneletian,
tahap
pelaksanaan penelitian, tehnik pengumpulan
data
dan analisis data.
Bab
IV
ANALISIS DATA PENELITIAN.
Bab
ini
terdiri
dari
analisis
tentang
Pendekatan
pembinaan
kemampuan
profesional,
aspek
yang
menjadi
penekanan,
proses
pembinaan, dan analisis SWOT.
Bab V PENUTUP. Bab ini terdiri dari kesimpulan, saran dan
rekomendasi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. PROSEDUR PENELITIAN
1. Data yang diperlukan
Data yang diperlukan dalam penelitian
ini adalah
sebagai berikut :(a) Dokumen
atau aturan yang bersikap yuridis di
LPM
NU
antara lain ; Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga
(AD/ART)
LPM
Nahdlatul Ulama, Program kerja
LPM
NU
Cabang
Jepara periode tahun 1993-1998, Dokumen
hasil
kesepakatan LPM NU cabang Jepara yang dijadikan
dasar
menjalankan program kerja;
(b) Keadaan tenaga kependidikan (GURU) SLTA yang berada di
SMU Islam Ma'arif Kec. Jepara, SMU Islam Kec.
Keling,
MA
Walisongo Kec. Pecangaan dan MA.
Al-Ma'arif
Kec.
Jepara Kota.Latar belakang kependidikan dan pengalaman
mengajarnya,
Pandangan
atau persepsi
guru
terhadap
keberadaan LPM NU, Performance guru yang sesuai dengan
misi
dan
fungsi
LPM
dalam
mengelola
lembaga
pendidikan;
(c) Pembinaan profesional guru dilingkungan LPM NU
Cabang
Jepara
meliputi;
pembinaan
yang
sudah
dan
sedang
dilaksanakan
oleh
LPM NU Cabang
Jepara,
Pendekatan
yang tepat dalam melakukan pembinaan profesional guru,
Aspek yang ditekankan dalam pembinaan profesional guru
dan
proses pembinaan yang dilakukan
terdiri
dari
pemeliharaan,
perbaikan dan peningkatan mutu.
2. POPULASI DAN SAMPEL
Populasi dan sampel dalam penelitian ini
meliputi
semua
subyek yang memiliki
karakteristik
yang
berkaitan
dengan pembinaan profesional guru
dilingkungan
LPM NU Cabang Jepara.
Oleh karena itu populasi dan
sampel
dalam penelitian adalah sampling porpusif, menurut S.
Nasution
dalam buku
" Metode
Research"
sampling
porpusif
dilakukan
dengan
mengambil
orang-orang
yang
terpilih
sesuai dengan ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh
sampel
tersebut ( 1987:128),
yang termasuk
populasi
dan
sampel dalam penelitian ini adalah semua pengelola satuan
pendidikan
(SMU dan MA) yang ada di bawah naungan LPM
NU
Cabang
Jepara
dan
Guru
- Guru
SLTA
yang
ada
Di
MA
Walisongo, SMU Islam Al- Maarif , SMU Islam Kelet dan MA
Al-Ma'arif.
B. METODE PENELITIAN
Untuk
penelitian
ini
digunakan
metode
deskriptif
analisis yaknio dengan cara mendeskripsikan dasar dan
kebijakan
pembinaan profesional guru di lingkungan LPM
NU
Cabang
Jepara;
Pendekatan pembinaan profesional
guru, aspek yang menjadi penekanan dalam pembinaan
profesional guru, dan proses pembinaan yang terdiri dari
pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan mutu.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis sesuai dengan
pedoman
analisis
untuk menemukan sebuah konsep
pembi
naan
profesional guru dilingkungan LPM NU Cabang
Jepara.
Penelitian ini bukan menguji hipotesis, melainkan
mendeskripsikan dan menganalisis data yang diperoleh
sehingga dapat ditemukan konsep pembinaan profesional
guru dilingkungan LPM NU Cabang Jepara, oleh karena itu
penelitian ini dikatakan sebagai penelitian kualita
tif.
Ciri-ciri penelitian kualitatif seperti yang telah
disintesakan dari pendapat dan peneliti Bogdan dan Binklen
(1982:
22-27) dan
Lincoln dan Guba (1985:39-44) Oleh
Lexy
J. Moleong dalam metodologi penelitian kualitatif
(1989:4-9) adalah sebagai berikut :
(a) Penelitian kualitatif memiliki latar alamiah (Natural setting)-,
(b) Manusia sebagai alat atau instrumen
penelitian,
sehingga
memungkinkan
adaptabilitas;(c) Menggunakan metode kualitatif;
(d) Analisa data secara induktif;
(e) Teori dari dasar (Grounded teory) melalui analisis secara induktif;
(f) Laporan bersifat deskriptif;
(g) Adanya batas yang ditentukan oleh fokus
penelitian;
(h) Lebih mementingkan proses dari pada hasil;
(i) Adanya kreteria kusus untuk keabsahan data» (j) Disain bersifat sementara;
(k) Hasil
penelitian
dirundingkan
dan
disepakati
bersama.
C. TAHAP PELAKSANAAN PENELITITIAN
Penelitian
ini
meliputi
tahap
orientasi,
eksplorasi dan member check (Nasution 1983, 33-34).
Tahap
orientasi
peneliti pengadakan observasi
dan
pembicaraan
dengan
pimpinan LPM NU Cabang Jepara dan pimpinan
Satuan
pendidikan
yang menjadi sampel penelitian. Setelah
pra
disain
diseminarkan dan disetuji
oleh pembingbing
maka
peneliti melakukan konsultasi secara intensif guna
memperoleh data secara akurat dalam proses
penelitian. Tahap Eksplorasi, peneliti mulai
mengumpulkan data dokumentasi yang berkaitan dengan
pembinaan profesional guru dilingkungan LPM NU Cabang
Jepara selanjutnya peneliti melakukan wawancara langsung
dengan pihak terkait yang memiliki relevansi
karakteristik dengan pembinaan profesional guru. Tahap
Member check, tahap ini peneliti membuat laporan mengenai
hasil informasi yang telah diperoleh pada tahap eksplorasi
secara sementara, kemudian peneliti melakukan cheking
terhadap kebenaran subjek peneliti supaya benar-benar
relevan dengan fokus permasalahan dalam penelitian. Dengan
demikian dapat dikatakan tahap member check adalah menguji
validitas,
reliabilitas
dan
obyektivitas
data
yang
diperoleh.
D. TEHNIK PENGUMPULAN DATA
Data akan dikumpulkan dengan tehnik pengumpulan data
yang berupa wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
1. Wawancara
Tehnik
ini
digunakan untuk
menggali
dan
memperoleh
informasi
yang
lebih mendalam tentang
latar
belakang
dan substansi permasalahan.
Wawancara dilakukan
dengan
Pimpinan Nahdlatul Ulama Cabang Jepara, Pimpinan LP.
Ma'arif
NU Cabang Jepara,
Pimpinan
satuan
pendidikan
SLTA di bawah naungan LP. Ma'arif NU Cabang Jepara dan
para guru yang memiliki karakteristik sesuai dengan
substansi permasalahan.
2. Observasi
Tehnik ini dipergunakan untuk mengamati secara langsung
proses pelaksanaan pembinaan kemampuan profesional guru
SLTA di bawah naungan LP. Ma'arif NU Cabang Jepara
Jateng yang meliputi komponen yang terkait, pendekatan
yang digunakan, aspek yang menjadi penekanan dan faktor
penunjang, kelemahan, peluang dan tantangannya.
3. Studi Dokumentasi
Tehnik ini dipergunakan untuk memperoleh data dari
berbagai dokumen seperti, AD/ART NU dan AD/ART LP.
Ma'arif, Sistem Pendidikan Nahdlatul Ulama (SPNU),
Program kerja Sekolah atau Madrasah dan dokumen lain
yang digunakan dasar pijakan penyelenggaraan
sekolah/Madrasah.
E. ANALISIS DATA
Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur
secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan
dan bahan-bahan lain yang telah dihimpun untuk menambah pemahaman mengenai data yang ditemukan untuk dilaporkan kepada pihak lain (Bogdan dan Biklen, 1990:189).
Sedang Lexy J. Moleong (1995:103) analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
seperti yang disarankan oleh data. Dengan demikian
sis data adalah pengorganisasian data, mengurutkan data
dan membentuknya kedalam pola, kategori, dan uraian dasar
untuk pemberian makna atau pemahaman.
Analisis data dilakukan pada waktu masih berada dilapangan dan analisis yang dilakukan setelah proses
pengumpulan data atau setelah peneliti meninggalkan kancah
penelitian.
Analisis pada saat penelitian dilakukan dengan cara
merekam data lapangan, melakukan member check kepada
sampel penelitian, melakukan trianggulasi dalam rangka
memperoleh keabsahan data dan melakukan penyempurnaan
analisis, kemudian menyusun kecenderungan-kecenderungan
yang timbul sesuai dengan proses dan jenis data yang
didapatkan untuk menangkap makna yang terkandung di da
lamnya .
Analisis data setelah peneliti meninggalkan lapangan
dan data telah terkumpul dilakukan dengan cara mereduksi
data, menunjukkan data sehingga hubungan data akan terli
hat sehingga membentuk kesatuan yang utuh dan menarik
kesimpulan.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan data dan pembahasan, maka terungkap
beberapa kesimpulan seperti berikut ini.
1. Komponen yang terkait dalam sistem pembinaan kemampuan
profesional
guru SLTA di bawah naungan LP. Ma'arif
NU
Cabang Jepara Jawa Tengah belum mampu berfungsi secara seimbang . LP. Ma'arif yang nota benenya sebagai penye lenggara pendidikan belum mampu berperan secara efektifsebagai salah satu komponen dalam pembinaan kemampuan
profesional guru SLTA.
2. Pendekatan dalam pembinaan kemampuan profesional guru SLTA di bawah naungan LP. Ma'arif NU Cabang Jepara Jawa
Tengah adalah pendekatan normatif religius, yaitu suatu pendekatan yang lebih menitik beratkan pada misi pen gabdian dan ibadah kepada Allah swt yang diimplementa-sikan melalui jalinan kekeluargaan, kebersamaan dan
kesejawatan.
3. Aspek yang menjadi penekanan dalam pembinaan kemampuan profesional guru SLTA di bawah naungan LP. Ma'arif NU Cabang Jepara Jawa Tengah adalah disiplin kerja para guru. Hal ini didasari oleh suatu anggapan bahwa disi
plin kerja merupakan landasan dasar untuk mencapai kemampuan profesional para guru SLTA di bawah naungan
LP. Ma'arif NU Cabang Jepara Jawa Tengah.
4. Yang menjadi pendukung, penghambat, peluang dan tan
tangan dalam proses pembinaan kemampuan profesional
guru SLTA di bawah naungan LP. Ma'arif NU Cabang Jepara
Jawa
Tengah berasal dari kondisi sumber
daya
manusia
warga NU itu sendiri. Oleh sebab itu jika SDM warga
NU
sudah
baik
maka
kondisi
pendidikan
akan
baik
dan
berkualitas.
B. REKOMENDASI/SARAN
1.
Kepada LP.
Ma'arif NU Cabang Jepara Jawa Tengah
Dalam rangka
lebih mengfungsikan LP.
Ma'arif NU
Cabang
Jepara
Jawa
Tengah
sebagai
lembaga
penyelenggara
pendidikan
dalam
tubuh NU , maka
LP.
Ma'arif
harus
selalu melakukan konsolidasi dan revitalisasi
kelembagaan
dengan cara melakukan jalinan
kerja
sama
lebih intensif dengan Depdikbud dan Depag untuk
merumuskan strategi pembinaan lembaga pendidikan.
Keberadaan LP. Ma'arif dalam konstelasi sistem
pembinaan
kemampuan
profesional
guru
baru
sebatas
lembaga
yang di akui warga NU yang
disebabkan
adanya
persamaam
kultur
yang harus
segera
dirubah
menjadi
lembaga
yang
benar-benar
sebagai
penyelenggara
pendidikan
ditubuh NU seperti yang
diamanatkan
dalam
AD/ART NU dan AD/ART LP. Ma'arif. 2. Kepada Pemimpin Satuan Pendidikan
Pendekatan dalam pembinaan kemampuan profesional guru
SLTA di bawah naungan LP. Ma'arif NU cabang Jepara jawa
Tengah
perlu diperluas kepada pendekatan ilmiah
yaitu
dengan
cara menggiatkan pelaksanaan
penelitian
dalam
masalah-masalah esensial pendidikan. Keaktifan
penelitian
yang
dilakukan para tenaga
pengajar
akan
dapat meningkatkan sumber daya para guru yang juga akan
meningkatkan
kualitas pendidikan. Pendekatan
normatif
relegius
yang
selama ini
dilakukan
perlu
diimbangi
dengan
kompensasi materi, sebab jika
tidak
diimbangi
dengan
materi akan sudah menimbulkan
rasa
kejenuhan,
dan lemahnya motivasi dalam menjalankan tugas.
3. Kepada para Guru/tenaga pengajar
Guru adalah komponen yang dapat menentukan dalam Proses
belajar
Mengajar(PBM).
Keaktivan dan
kerajinan
guru
akan berpengaruh positif dalam PBM dan sebaliknya. Oleh
sebab
itu
guru harus benar-benar mampu
memahami
dan
memanfaatkan kebebasan yang diberikan oleh pemimpin
satuan pendidikan.
Kebebasan terkendali yang
diberikan
henaknya
harus digunakan untuk mewujudkan
kreativitas
sehingga tercapai efektivitas dan efisiensi kerja dalam
lembaga
pendidikan
kususnya
dan
diluar
lembaga
pendidikan pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Siddiq, (1979), Nuansa Fiqih Sosial, Lembaga Kaian
Islam dan Sosial (LKIS), Yogyakarta.
Ali Imron, (1995) Pembinaan Guru Di Indonesia, Pustaka
Jaya, Jakarta, 1995.
A. Samana, (1994) Profesionalisme Keguruan, Kanisius,
Yogyakarta, 1994.
Blaugh, Mark, (1973), An Intruduction To The Economics In
Education, London, Penguin Books Ltd.
Bs. Mardiatmadja, (1986) Tantangan dunia pendidikan,
Kanisius Yogyakarta.
Coombs, Philip H. Alih bahasa Istiwidaryati, (1989), What
i s Education Planning, Jakarta: Bharata karya aksara dan Unesco.
Castetter, William B. (1981), The Personal Function in Education Administreation, Ed. 3 New York : Macmilan Publishing Co. Inc.
Depdikbud (1983), Strategi Dasar Pembinaan Dan
Pengembangan Pendidikan Guru. Jakarta, Depdikbud Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Tennis.
(1986) Kurikulum Sekolah Dasar, Pedoman Pembinaan Guru, Depdikbud, Jakarta.
Djajadisastra, Joesoef, (1976), Pengantar Administrasi
Pendidikan, Depsikbud, Jakarta.
Elton, Lewis (1987), Teaching i s Higher Education Apprai
sal and Trainning. Great britain: Cogan page Ltd. Engkoswara, (1987) Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan,
Jakarta, Dirjen Dikti, P2LPTK.
Emmy Fakry Gaffar, (1992), Pengelolaan Pengendalian Mutu
dalam Proses Pendidikan di IKIP Bandung, Tesis,
Tidak diterbitkan. PPS. IKIP Bandung.
Fajrul Falakh (1994). Majalah Taswirul Afkar, dalam artikel berjudul Jam'iyyah Nahdlatul Ulama, Kini, Lampau dan mendatang, Edisi NO. 1 tahun 1994, Jakarta.
Flippo, E. B. (1990) Menegemen Personalia (Mohamad Masud
Nasution. S. (1987) Metodologi Research (penelitian
ilmiah) edisi 2 , Jermears, Bandung.
Nick Cowel dan Roy Gardner (1995). Tehnik Mengembangkan
Guru dan Siswa. PT. Gramedia. Jakarta.
Oliva. F. Peter, (1989) Supervision for To Day School,
Second Edition, Longman, NY.
Raka Joni, (1975), Wawasan Kependidikan Guru, Depdikbud, Jakarta.
Roestiyah NK, (1992) Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, Jakarta, Bina Aksara.
Sergiovanni, Robert J Startt, (1974), Supervisi Human Perspektif, New York : Mc Grow - Hill Book Co.
Suhartian A. Piet. (1994). Profil Pendidik Profesional, Andi Ofset. Yogyakarta.
Sistem Pendidikan Nahdlatul Ulama (SPNU) tahun 1993.
Saefuddin Zuhri, (tt) KH. Wahab Hasbullah Bapak Pendiri NU. Cet, Ke dua - Yogyakarta.
Slamet Efendi Yusuf, (1983), NU dan Asal Usulnya, Majalah Warta), tahun 1983.
Tangyong AF, Wahyudi dan Jam'an Satori, (1989), CBSA, Bagaimana Membina Guru Secara Profesional, Balitbang Dikbud, Pusat Pengembangan Kurikulum, Jakarta.
TB. Silalahi, (1994), Pembinaan Profesional Para Pegawai (Makalah), Depdagri, Jakarta.
Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 1989
Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1990 tentang pendidikan menengah.
William N. Dunn, (1981) Public Policy Analisis,
Gibson, James L, J.M. Ivancevich and James H. Donelly Yr, (1985), Organization : Behavior, Structure And
Process, Texas, Busines Publications, Inc.
H.A.R. Tilaar (1994) Menejemen Pendidikan Nasional, Remaja
rosda karya, Bandung.
Hadari Nawawi, (1995), Bimbingan dan Konseling Islam, CV.
Gunung Agung, Jakarta.
Hartono Kasmadi, (1990), Mimbar Pendidikan (Majalah), IKIP
Semarang.
Mohammad Fakkry Gaffar (1987), Perencanaan Pendidikan.
Bandung. PPS. IKIP Bandung.
H. Aboe Bakar, (1953), Wahid Hasyim dan Karangan Tersiar, Panitia Peringatan Aim. KH. Wahid Hasyim, Jakarta.
Hasibuan Malayu (1990), Menejemen Sumberdaya Manusia. Jakarta : H. Masagung.
Hoyle Eric (1980), World Year Book ofd education 1980:
Profesional development of teacher. London: Kogan Page, New York: Nicolas Publishing Company.
Imron Arifin, (1992), Kepemimpinan Kiai, Kasus Pondok Pesantren Tebuireng, Kalimasada Pres, Malang. Jeffreys, M.VC, (1972) The Aims of Educations, Canada
Pismanand Sons.
Ingridwati Kurnia. (1991) Pengembangan Profesional Tenaga Pengajar Tetap FKIP Atmajaya Jakarta. Tesis, Tidak diterbitkan. PPS. IKIP Bandung.
Johnston, D. J. (1971) Teacher in-service education. Oxford : Pergamon press.
Jam an Satori, (1989), Pengembangan Model Supervisi Sekolah Dasar (Desertasi), Fakultas Pascasarjana, IKIP Bandung.
Kumpulan Keputusan Musyawarah Kerja LP. Maarif tahun 1993, Semarang Jawa tengah.
Loekman Sutrisno, (1996), Dinamika Masyarakat Menghadapi
Abad 21, (Makalah), Serpong Jawa Barat.
Made Pidarta, (1988) Menejemen Pendidikan Indonesia, Bina Aksara, Jakarta.