• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU DI LINGKUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN MA'ARIF NAHDLATUL ULAMA : Studi Deskriptif Analitik Guru SLTA di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma'rif NU Cabang Jepara Jawa Tengah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU DI LINGKUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN MA'ARIF NAHDLATUL ULAMA : Studi Deskriptif Analitik Guru SLTA di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma'rif NU Cabang Jepara Jawa Tengah."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU

DI LINGKUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN MA'ARIF

NAHDLATUL ULAMA

(Studi Deskriptif Analitik Guru SLTA

di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma'rif NU

Cabang Jepara Jawa Tengah)

TESIS

Diajukan untuk memenuhui

sebagian syarat memperoleh gelar Magister

Program Studi Administrasi Pendidikan

OLEH

MUKHAMAD SAEKAN. S. Ag

NIM 959660

PRGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BANDUNG

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

DISETUJUI UNTUK MENGIKUTI UJIAN TAHAP I OLEH

PEMBIMBING I

PROF. DR. H. SUPANDI

PEMBIMBING II

(3)

ABSTRAK

Pendidikan adalah sebuah sistem yang terdiri dari sub sistem tujuan, metode, Pendidik (guru), Peserta didik (siswa), alat, lingkungan. Dari berbagai komponen tersebut pendidik (guru) merupakan salah satu komponen yang memiliki • fungsi sebab akibat. Artinya kualitas pendidik akan mempengaruhi kualitas lembaga pendidikan.

Penelitian ini mengangkat permasalahan yang berkenaan dengan Pembinaan Kualitas Profesional Guru dengan judul Penelitian " SISTEM

PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU DI LINGKUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN

(LP) MA'ARIF NAHDLATUL ULAMA" Studi Deskriptif Analitik Guru SLTA Yang di Bawah Naungan LP. Maarif NU Cabang Jepara Jawa Tengah.

Maksud mengfokuskan pada lembaga pendidikan NU adalah (1) NU sebagai organisasi sosial keagamaan (jamiyyah diniyah) terbesar di Indonesia terasa belum memiliki peran secara optimal dalam sosio kultural, sehingga banyak lembaga pendidikan di bawah NU belum tertata secara profesional (2) Status LP. Maarif sebagai perangkat departementasi yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan belum berfungsi secara maksimal, sehingga peran LP. Maarif sebagai penyelenggara pendidikan secara baik dan profesional belum mampu dilaksanakan, akhirnya Status LP. Maarif baru sebatas sebuah lembaga yang hanya diakui sebagai lembaga penyelenggara pendidikan oleh warga NU akibat adanya persamaan kultural (3) Sebagai wujud partisipasi dalam memberikan masukan mengenai Sistem pembinaan kemampuan Profesional Guru di lingkungan LP. Maarif NU Kususnya cabang Jepara Jawa Tengah.

Sampel penelitian ini terdiri dari empat SLTA yang di bawah naungan LP. Maarif NU Cabang Jepara Jawa Tengah yakni (a) Madrasah Aliyah Walisongo Kecamatan Pecangaan (b) SMU Islam Al- Maarif

Kecamatan

Kota (c) Madrasah Aliyah Al-Maarif kecamatan Kota (d)

SMU

f-\

Islam Kecamatan Keling.

n

cvvl*~*-Masalah yang diteliti adalah berkenaan dengan (a)\Komponen terkait dalam pembinaan kemampuan profesional guru (b) pendekatan yang digunakan dalam sistem pembinaan (c) aspek yang menjadi penekanan dalam pembinaan (d) pembinaan yang sedang dilaksanakan (e) analisis faktyor pendukung, kelemahan, peluang dan tantangannya

(SWOT).

Dari penelitian ini ditemukan beberapa hal:

(4)

berperan secara optimal baik lembaga pendidikan dibawah Depag

maupun

Depdikbud.

SLTA yang dibawah Depag

komponen

y§M

belum

berperan

secara optimal adalah LP. Maarif NU, Masjid, (Dan) Depag

itu sendiri. Sedang SLTA di bawah Depdikbud, komponen yang belum berperan secara optimal adalah LP. Maarif, . Hal ini disebabkan perbedaan kualitas SDM yang ada di dalam lembaga pendidikan

tersebut.

2. Pendekatan yang digunakan dalam pembinaan merupakan hasil perpaduan dari pendekatan artistik dan klinis yang dikemas dengan nilai-nilai agama dan dilakukan dengan nuansa ibadah dan pengabdian secara tulus ihlas kepada Allah swt. Oleh sebab itu pendekatan yang digunakan adalah pendekatan NORMATIF RELIGIUS. 3. Aspek yang menjadi penekanan dalam pembinaan adalah aspek disiplin

kerja para guru. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa kedisiplinan kerja para guru dapat dijadikan modal dasar untuk mewujudkan kualitas pendidikan.

4. Pembinaan yang dilakukan masih terdapat beberapa kekurangan seperti, sistem seleksi, penentuan standar prestasi kerja dan pemberian kompensasi. Kompensasi hanya diberikan berupa material melalui tunjangan seperti tunjangan kepala sekolah, wakil kepala, wali kelas, ekstra kurikuler atau les. Sedangkan tunjangan moril seperti kesejahteraan keluarga, kesehatan belum dapat diwujudkan's— 5. Faktor yang menjadi pendukung, penghambat, peluang dan tantangan

dalam pembinaan justru berasal dari karakter pemimpin dan parawf)

guru

itu

sendiri. Jika kondisi SDM para pemimpin dan

para

guru-—^

sudah baik maka akan baik pula kualitas pendidikan di tubuh Oleh sebab itu peningkatan SDM perlu terus dikembangkan.

Obyek dan tehnik pembinaan yang dilakukan belum mengacu kepada nilai-nilai faham Ahlussunah wal-jamaah seperti tawasuth, tawazim dan

tasammuh. Untuk itu perlu dilakukan obyek dan tehnik yang jelas yang mengacu kepada nilai-nilai ASWAJA sehingga terdapat perbedaan antara

(5)

DAFTAR ISI

HALAMANJUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

ii

KATA PENGANTAR

Hi

DAFTAR ISI

v

ABSTRAK

vii

DAFTAR LAMPIRAN

ix

DAFTAR BAGAN

X

BAB

I

PENDAHULUAN

1

A. Latar Belakang Masalah

1

1. Fenomena Globalisasi 1

2. Peranan Pendidikan dalam Pembangunan Nasional....

4

3. Alasan Pentingnya Pembinaan Guru

8

4. Profil Guru dalam Konteks Budaya

10

5. Kenyataan dan Harapan Fungsi Sekolah Menengah se

bagai Lembaga Pendidikan Menengah

12

B. Permasalahan 14

C.Tujuan dan Kegunaan

16

D. Paradigma Penelitian

17

E. Sistematika Penulisan Tesis 19

BAB

II

TINJAUAN PUSTAKA

20

A. Pembinaan Kemampuan Profesional Guru sebagai bagian

dari Administrasi Pendidikan 20

1. Pengertian dan Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan 20

2. Pembinaan Kemampuan Profesional Guru sebagai

wu-jud dari Pembinaan Personil

23

B. Konsep dan Ruang Lingkup, Prinsip dan Pendekatan Pem

binaan Kemampuan Profesional Guru

29

1. Konsep dan Ruang Lingkup Pembinaan Kemampuan

Profesional Guru

29

(6)

3. Pendekatan Pembinaan Kemampuan Profesional

Guru

36

C. Kebijakan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru

45

1. Paradigma Kategori Guru

45

2. Strategi Pembinaan Kemampuan Profesional Guru

47

3. Kebijakan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru di

lingkunQ^ft4^mbaga_Pendidikan Ma'arif NU

49

D. Studi Terdahulu yang Relavan

55

BAB

III

nCTETOdOfcOQI PENELITIAN

...^^T^.-^^r.ZTZ'.:.

60

A. Prosedur Penelitian 60

1. Data yang diperlukan

60

2. Populasi dan Sampel

61

B. Metode Penelitian 61

C. Tahap Pelaksanaan Penelitian

62

D. Teknik Pengumpulan Data

63

E. Analisis Data 64

BAB

IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

66

A. Komponen yang terkait dalam Sistem Pembinaan

66

B. Pendekatan dalam Sistem Pembinaan 71

C. Aspek Penekanan dalam Sistem Pembinaan

74

D. Pembinaan yang dilakukan

78

E. Analisis SWOT 86

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 98

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

1. Fenomena Globalisasi

Globalisasi

yang " dipandegani"

oleh negara maju

dengan

sifat

materialisme,

kapitalisme,dan

liberalisme

semakin

gencar memasuki wilayah negara

diseluruh

dunia,

termasuk Indonesia.

Materialisme

memunculkan perkembangan teknologi yang

sedemikian pesat

sehingga memunculkan citra

modernitas

yang

sedemikian

ramai

dikota-kota.

Kapitalisme

memunculkan

etos

kapitalis. Akan

tetapi

karena

sistem

budaya kita, menurut Kuntowijoyo (1994) cenderung dibangun

pada

sistem

"Agromanagerial State"

maka

yang

muncul

kapitalisme semu (Erzats Capitalist). Kapitalisme

seperti

ini menjadi besar bukan disebabkan oleh etos kerja tinggi,

melainkan

disebabkan

adanya

kemudahan

yang

diperoleh

akibat

kedekatan

dengan kekuasaan.

Liberalisme

merunyakkan

"

sistem masyarakat yang

dibangun

sangat

kuat oleh sistem nilai budaya tradisi. Masyarakatpun mulai

mempertanyakan

sistem yang selama ini diyakininya.

Dalam

proses mempertanyakan sistem

tersebut

terjadi "split"

kesadaran

karena

sistem

nilai

yang

bertemu

memiliki

karakteristik

yang

berbeda bahkan

dalam

batas-batas

tertentu bertentangan.

Ciri

lain dari globalisasi adalah

munculnya

suatu

(8)

masyarakat "Hiperindustrial" yaitu komunitas masyarakat

di mana "service are transformed into mass-produced

consumer goods". Muculnya masyarakat "Hiperindustrial" ini

akan merambah keseluruh budaya kehidupan manusia.

Berdasarkan fenomena globalisasi tersebut di atas ada

beberapa perubahan yang dialami oleh masyarakat antara

lain :

Pertama, di era globalisasi masyarakat dituntut hidup dan

bekerja dengan informasi. Masyrakat harus tahu segala

informasi dan informasi tentang apa saja serta bagaimana

cara untuk memperoleh informasi. Kondisi masyarakat

seperti itu hanya akan didapat oleh manusia yang memiliki

motivasi belajar sangat tinggi.

Kedua, di era globalisasi masyarakat akan penuh dengan persaingan dalam segala hal seperti persaingan dalam

memperoleh pekerjaan, menjual barang dan jasa, memperoleh

modal, mempopulerkan karya dan diri sendiri. Kondisi seperti itu kunci yang paling utama dalam memperoleh

keberhasilan adalah kualitas /mutu manusia. Manusia yang

tidak berkualitas sudah barang pasti akan terlindas dan

tidak mampu melakukan persaingan guna memperoleh keberha

silan.

Ketiga, di era globalisasi masyarakat dituntut dan bahkan harus memiliki kemampuan intelektual yang bersifat dasar

seperti, penguasaan bahasa, pengetahuan alam dan

pengetahuan sosial. Di samping itu masyarakat juga ditun

(9)

teknologi moderen seperti komputer, mengolah data,

menyu-sun

rencana fisik mengajar dll. Persyarakat

seperti

ini

disebut

"

science

and

tecnology

literacy

"

(Muchtar

Buchori ,1995:208).

Selanjutnya Muchtar Buchori menjelaskan, agar masyar

akat

tetap

"survive"

maka

perlu

memiliki

persyaratan

seperti berikut ini.

a. Masyarakat

harus memiliki kemampuan belajar

(learning

capability),

yaitu

kemampuan

untuk

belajar

dalam

tatanan-tatanan formal, non formal dan informal;

b. Masyarakat

harus memiliki pengetahuan

dan

penguasaan

terhadap

ilmu pengetahuan dan teknologi

(science

and

tehnology literacy;

c. Masyarakat harus memiliki jiwa berusaha atau wiraswasta

(entrepreneurship);

d. Masyarakat

harus

memiliki

etos

kerja

yang

dapat

dihandalkan.

Berdasarkan

persyaratan

di atas

maka

muncul

persoalan,

apakah keempat persyaratan di

atas

diajarkan

dan dapat diperoleh siswa didalam pendidikan ?.

Kaitannya

pengertian

pendidikan

adalah

proses

pembinaan

manusia

melalui

bimbingan

dan latihan

agar, dapat

menyesuaikan

dengan

lingkungan,

maka

lembaga

pendidikan

memiliki

tanggung jawab sangat besar dalam mewujudkan manusia

yang

berkualitas

dan lebih kusus lagi mampu

mewujudkan

empat

(10)

Lembaga

pendidikan perlu segera melakukan

reformasi

dalam

segala bidang seperti kurikulum,

sarana

prasarana

dan

secara

terus

menerus

melakukan

pembinaan

tenaga

pengajar,

sebab

tanpa

dibarengi

tenaga

pengajar

yang

berkualitas

mustahil akan mampu menghadapi derasnya

arus

globalisasi.

Untuk mengantisipasi ciri globalisasi tersebut

diperlukan

suatu

strategi

untuk

meningkatkan

kualitas

sumber

daya

manusia kususnya sumber daya

manusia

dalam

lembaga pendidikan.

2. Peranan Pendidikan Dalam Pembangunan Nasional

Manusia

berkualitas

hanya dapat

diberikan

dengan

strategi

yang

disebut

proses

pembangunan

(building

proces).

Pembangunan

pada

dasarnya

merupakan

proses

perubahan

kearah

tercapainya

kemajuan

atau

bentuk

kualitas

hidup yang lebih baik. Sebagai

upaya

perubahan

kualitatif,

proses

pembangunan

tidak

diarahkan

kepada

perubahan

sektor

perekonomian,

yang

menyangkut

kebutuhan

material

finansial semata,

seperti

pemenuhan

kebutuhan

sandang,

pangan dan

papan

serta

pemerataan

pendapatan

dan

kesempatan kerja,

namun

juga

diarahkan

kepada sektor kehidupan yang lebih kompleks,

yaitu

sektor

ideologi, agama, sosial budaya,

keamanan, yang

tergantung

kepada

tingkat kebutuhan masyarakat atau

negara.

Proses

pembangunan di suatu negara, secara

sosio kultural

acap-kali

berbeda

dengan

proses pembangunan

di

negara

(11)

serta prioritas kehidupan yang ditempuh.

Tujuan dan orientasi pembangunan nasional

Indonesia, adalah mewujudkan suatu masyarakay adil dan

makmur yang merata material dan spiritual. Dengan kata

lain,pembangunan diorientasikan untuk meningkatkan

kualitas hidup pada segenap sektor mencakup ideologi,

politik, ekonomi, sosial budaya, hankam dengan sasaran

strategis seperti dicanangkan dalam GBHN tahun 1993 dalam

upaya membentuk manusia seutuhnya.

Dalam konteks pembangunan nasional tersebut,

pendidikan yang pada dasarnya merupakan proses pencerdasan

kehidupan bangsa dan pengembangan manusia Indonesia

seutuhnya memiliki posisi sangat strategis dalam meraih

keberhasilan pembangunan.

Secara spesifik, dalam bidang pembangunan ekonomi,

pendidikan memiliki nilai strategis dan determinatif

dalam pencapaian kesejahteraan hidup masyarakat. Di sini

pendidikan merupakan salah satu alat efektif untuk meraih kesejahteraan ekonomi masyarakat. Melalui upaya pendidikan

suatu proses peralihan pengetahuan, pengalihan ketrampilan, atau pembentukan sikap dan etos kerja

individu dapat diwujudkan, sehingga lulusan akan relatif

mudah memperoleh lapangan pekerjaan atau menciptakan

lapangan pekerjaan, yang pada gilirannya akan diperoleh

penghasilan yang dapat dipergunakan untuk memenuhi

(12)

ekonomi

secara

lebih

tegas

sebagai

proses

investasi.

Pengetahuan

dan

ketrampilan

hasil

pendidikan

dinilai

sebagai "Human Capital" yang

kemudian

dapat

dijadikan

sebagai alat produksi, baik untuk kepentingan pribadi atau

kepentingan

sosial

dalam konteks

lebih

luas.

Melalui

investasi pendidikan, manusia melakukan proses

sedemikian

rupa

sehingga memiliki pengetahuan dan

ketrampilan

yang

sesuai dengan

harapan

produktivitas

yang

dirancangn-ya.

Berdasarkan

penelitian

dibanyak

negara,

misalkan

Kanada,

Selandiabaru

dsb.

Blaugh

menyimpulkan

bahwa

pertumbuhan

ekonomi yang biasanya diukur

dengan

tingkat

pertumbuhan

pendapatan nasional (GNP) sangat

dipengaruhi

oleh faktor pendidikan.

Dalam

bidang

sosial

politik,

pendidikan

sebagai

proses

sosialisasi juga memiliki nilai

kontributif

yang

besar dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional.

Lewat

pendidikan,

sosialisasi

nilai-nilai

kehidupan

politik,

bersosial, atau proses pembentukan budaya berpolitik dapat

diselenggarakan dalam rangka pembentukan sikap

masyarakat

terhadap masalah-masalah dasar tentang sistem politik yang

dianut oleh negaranya

(Tom Brennan, 1981:19).

Dengan

kata

lain,

melalui

pendidikan

dilakukan

suatu

proses

sosialisasi

nilai

dan norma kepada

masyarakat

sehingga

mereka

memahami dan menghayati hak

kewajibannya

sebagai

warga negara secara memadahi.

Dalam

bidang

sosial

budaya yang

lebih

menekankan

(13)

peran penting dalam pembangunan. Secara lebih luas

Zeffreys (1972: 6) mengartikan pendidikan sebagai upaya

pelestarian . Sebagai upaya pelestarian, pendidikan bukan hanya merupakan alat pelestari, pemelihara, tetapi juga

merupakan proses bagaimana nilai-nilai kultural yang

positif dan kontruktif bagi manusia kini dan mendatang

tetap dipertahankan dari kepunahan dan bencana. Pendidikan

mengupayakan terbentuknya nilai-nilai pola perilaku

yang adaptatif dengan kebutuhan yang ada dalam masyarakat.

Dalam bidang pendidikan diharapkan dihasilkan manusia yang cerdas dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara dengan ciri-ciri: beriman, bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, memiliki

pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani,

kepribadian yang mantap dan mandiri serta memiliki rasa

tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UUSPN

Honor 2 : 1989).

Proses pendidikan terutama pendidikan formal

menyangkut berbagai faktor antara lain pendidik (guru), peserta didik (siswa), sarana prasarana, metode, tujuan,

dan lingkungan. Dari beberapa faktor tersebut gurulah yang

memegang peranan penting dalam proses pendidikan dalam arti mencapai kualitas pendidikan Hartono Kasmadi dalam

mimbar pendidikan (1990 : 13) mengatakan :

Bahwa apapun yang akan diperbaharuhi pada gilirannya faktor pendidik (guru) yang banyak nenentukan,

(14)

3. Alasan Pentingnya Pembinaan Guru

Titik

berat

pembangunan

pendidikan

pada

kurun

repelita

VI

ditekankan

pada

peningkatan

mutu.

Konsekuensinya,

perlu ditingkatkan

keseluruhan

komponen

sistem

pendidikan,

baik yang bersifat

"Human

resources"

maupun yang

bersifat

"material resources".

Peningkatan

keseluruhan

komponen

sistem pendidikan

yang

brsifat

"human resources" dan "material resources" tersebut

dapat

diartikan

dari

segi

kuantitasnya

maupun

kualitasnya.

Berbagai

upaya peningkatan kualitas komponen sistem

pen

didikan

secara

keseluruhan

mengarah kepada pencap

aian tujuan pendidikan.

Disadari

sepenuhnya,

bahwa

peningkatan

kualitas

komponen-komponen

sistem

pendidikan

terbukti

lebih

berpengaruh

terhadap peningkatan mutu

pendidikan

adalah

komponen

yang bersifat "Human resources". Hal

ini

dapat

dipahami

dari

kenyataan, bahwa

komponen

yang

bersifat

"material

resources" tidak dapat bermanfaat tanpa

adanya

komponen yang bersifat "Human resources".

Diantara

komponen-komponen sistem

pendidikan

yang

bersifat "human

resources" yang selama ini

mendapatkan

perhatian

lebih

banyak adalah

tenaga

guru.

Besarnya

perhatian terhadap tenaga guru, antara lain dapat

dilihat

dari

banyaknya

kebijaksanaan

kusus

seperti

:

adanya

kenaikan

pangkat

otomatis

bagi

guru,adanya

tunjangan

fungsional bagi guru dan lahirnya Surat Keputusan

Menteri

(15)

Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) nomor 26

/MENPAN/1989 yang memberikan peluang bagi guru untuk naik

pangkat sampai dengan golongan ruang IV/e.

Dominannya perhatian pemerintah, dalam hal ini

adalah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, terhadap guru

sebenarnya didasarkan atas suatu anggapan, bahwa ditangan

gurulah mutu pendidikan kita banyak bergantung. Hal

ini dapat dipahami dari kenyataan, tidak berdayanya

sekolah-sekolah kita bila tidak ada gurunya. Guru

dipandang sebagai faktor kunci, karena ia yang

berinteraksi secara langsung dengan muridnya dalam proses belajar mengajar di sekolah. Perhatian yang demikian besar

terhadap guru, sangat ditampakkan oleh Daoed Joesouf

ketika menjabat Mendikbud yaitu dengan mengusahakan

penciptaan lagu Hymne Guru dan menggolongkan guru sebagai

jabatan profesi.

Strategi peranan guru dalam meningkatkan mutu

pendidikan dapat dipahami dari hakekat guru yang selama

ini dijadikan sebagai Asumsi Programatik pendidikan guru.

Yang dimaksud dengan asumsi programatik pendidikan

guru adalah asumsi-asumsi yang dijadikan sebagai pedoman

dalam mengembangkan program pendidikan guru. Asumsi-asumsi tersebut guru adalah :

(1) Agen pembaharuan;

(2) Berperan sebagai fasilitator yang memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi subjek didik untuk belajar;

(3) Bertanggung jawab atas terciptanya hasil belajar subjek didik;

(16)

(5) Bertanggung

jawab

secara

profesional

meningkatkan

kemampuannya;

(6) Menjunjung

tinggi

kode

etik

profesionalnya

(

Ali

Imron, 1995:4).

Sebagai

orang yang bertugas mengajar

dan

mendidik

guru akan melaksanakan berbagai kegiatan demi

tercapainya

tujuan

yang

telah dirumuskan.

Untuk

mencapai

tujuan

tersebut

guru

harus

memainkan

fungsinya

sebagai

pembimbing,

pembaharu,

model atau contoh,

penyelidik,

konselor,

pencipta,

yang mengetahui

sesuatu,

pembangkit

pandangan,

pembawa

cerita dan seorang aktor

(Olivia

F,

Peter 1989:10).

Demikian

besarnya

peranan

guru

dalam

upaya

meningkatkan

mutu

pendidikan,

sehingga'

para

pakar

dan

pengembang LPTK senantiasa mencari bentuk baru dalam

mengembangkan

kurikulumnya.

Pembinaan

kemampuan

profesional

guru

dalam segala bidang

termasuk

LPM

NU

perlu mendapat perhatian yang seksama.

4.

Profil Guru Dalam Konteks Budaya

Piet

Suhartian

(1994:21-22)

mengemukakan

bahwa

profil

guru dalam konteks budaya dibedakan

menjadi

tiga

macam yakni Guru di desa, Guru di kota dan Guru di daerah

i n d u s t r i .

Pertama, Guru di Desa

Guru di desa masih terpandang.

la dipandang sebagai

orang

yang punya kelebihan.

Dalam konteks ini belum banyak

kaum

intelek yang

bermukim di desa. Guru dipandang

sebagai

orang

yang lebih banyak tahu dan terpandang.

Guru

lebih

dihormati semua tugas dan beban pendidikan yang menyangkut

(17)

kehidupan

masyarakat,

guru yang tampil

sebagai

pemeran

utama. Di samping menjadi guru, mereka dapat juga

sebagai

ketua

karang taruna, ketua LKMD,

ketua

perkumpulan

olah

raga, pemimpin pramukadll.

Pada satu

sisi

mereka

dipandang

terhormat, pada sisi lain memiliki

beban

yang

berat

dan

terlalu

banyak.

Terlalu

banyak

harapan

digantungkan

pada

guru. Akibatnya

bila

sedikit

saja

kesalahan yang dibuat, maka mereka menjadi kambing

hitam.

Selayaknya

guru

jangan

terlalu banyak

diberi

beban

kemasyarakatan agar mereka dapat melakukan tugas pokok dan

tugas profesional di sekolah dengan lebih siap.

Kedua, Guru di kota.

Di kota guru itu sibuk bukan sekedar untuk pengabdian

kepada

masyarakat,

tetapi mereka

sibuk

berjuang

untuk

mempertahankan tingkat kehidupan yang secara ekonomi lebih

tinggi dari di desa. Menjadi Guru harus berusaha

menambah

pendapatannya agar mereka dapat mempertahankan status

dan

tingkat kehidupan ekonominya.

Sejak pagi mereka pergi dan sampai malam hari baru

pulang

kerumah.

Mereka

harus membuat persiapan

untuk

mengajar

keesokan

paginya dan

dilakukan secara

tergesa-gesa.

akibatnya

kegairahan/

dorongan

mengajar

dan

tanggung

jawabnya nampak

mengalami gangguan psikologis, seperti

sering

terlambat,

suka membolos dengan

berbagai

alasan

yang

masuk

akal. Semuanya merupakan

refleksi

moral

kerja

yang

rendah.

Moral kerja

adalah

reaksi

mental

terhadap tugas yang dikerjakan.

(18)

Ketiga, Guru di daerah industri

Di daerah industri guru memperoleh gaji yang relatif

cukup.

Namun

demikian ada sisi lain yang

menimbulkan

masalah

psikologis.

Siswa

sekolah

di

daerah

industri

berasal dari orang tua yang terpelajar. Sering kali

murid-nya dipandang memiliki pengetahuan yang lebih mantap

dari

gurunya

sendiri, karena

mereka dari keluarga

terpelajar

dan

terdidik.

Para siswa datang dengan bus

sekolah

dan

sering

dengan

mobil pribadi orang

tua,

sementara

guru

memakai

sepeda biasa atau berjalan kaki.

Sering

terjadi

faktor psikologis berpengaruh terhadap kinerja guru.

Semua

gambaran di atas menunjukkan

profil

seorang

guru.

Sekarang orang mulai melihat jabatan

guru

sebagai

jabatan

yang

tidak menarik. Seorang

sosiolog

pernah

mengemukakan faktor - faktor yang menyebabkan status

guru

dianggap

lebih

rendah bila dibandingkan

dengan

jabatan

lain,

seperti dokter atau hakim. Peranan

guru

dipandang

kurang

utama

dan

kurang

dinamis

walaupun

kegiatan

mengajar dan mendidik dipandang sangat vital.

5.

Kenyataan

dan harapan fungsi sekolah menengah

sebagai

lembaga pendidikan menengah

Dalam UUSPN pasal 15 : 2 maupun praktek

pelaksanaan

sistem pendidikan yang berlaku sampai sekarang menunjukkan

bahwa

sistem

pendidikan menengah di

Indonesia

meliputi

pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan keagamaan

dan

pendidikan kedinasan. Walaupun jenis dan

variasi

pendidikan

menengah

kejuruan

demikian

banyak,

jumlah

(19)

lulusan sekolah lanjutan atas ,

perimbangan lulusannya

menunjukkan

bahwa

lebih dari 60

%,

yaitu

648.003

lulusan dari 974.471 lulusan SLTA adalah lulusan SMU. Dari

jumlah

lulusan

ini,

kurang ..dari 10 %

yang

diterima

di

Perguruan

Tinggi negeri.

Hampir 50 % tidak melanjutkan

pendidikan

ke

Perguruan Tinggi.

Inilah

kenyataan

yang

dihadapi.

Kenyataan

besar di atas

mengandung

makna

bahwa; (1) sebagian besar yang masuk SMU tidak memiliki

dasar

akademik yang memadahi untuk

mengikuti

pendidikan

akademik

tingkat universitas;

(2) sebagian besar

lulusan

SMU

tidak

dapat

melanjutkan

pendidikannya

kejenjang

pendidikan tinggi.

Kenyataan lain yang kita saksikan adalah bahwa

kurikulum

SMU

disusun

sebagai

kurikulum

pendidikan

akademik

dan berlaku sama untuk semua peserta didik

yang

memasuki

SMU,

dimanapun

mereka

berada

dan

apapun

kemampuan akademik para peserta didik. Jadi kalau kita

menilai

hasil

pendidikan

SMU

hanya

dari

keberhasilan

mereka

menyerap

materi kurikulum SMU

yang

orientasinya

akademik

tanpa

memperhatikan

apakah

semua

memiliki

kemampuan dasar akademik yang memadai.

Apakah karena

kita

mempersepsikan SMU sebagai lembaga pendidikan akademik

persiapan kependidikan universitas.

Kenyataan di atas

mengandung makna bahwa masyarakat

melihat

SMU

sebagai sekolah yang

program

pendidikannya

dapat

diikuti

oleh

semua peserta

didik

yang

telah

mengikuti

pendidikan

SMP,

sedangkan

dunia

pendidikan

(20)

tinggi memandang SMU sebagai lembaga pendidikan untuk

menyiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan

tinggi. Inilah dilemanya eksistensi pendidikan menengah

bangsa Indonesia kususnya SMU-.

B. Permasalahan

Pengertian pembinaan sangat luas, namun konsep

pembinaan dapat dibagi dalam tiga gugus yakni (1) penerimaan, pemeliharaan dan pemapanan; (2) perbaikan; (3) peningkatan mutu (pelanjutan) (Willistm B. Castetter, 1981:45).

Pengertian pembinaan dalam konteks pertama adalah upaya memelihara dalam konteks perbaikan mengacu kepada

suatu aktivitas konstruktif yang bertujuan membentuk

/menciptakan kualitas sesuatu. Pengertian kedua adalah proses restrukturisasi kualitatif suatu hal yang dinilai kurang memadahi menjadi sesuatu yang memadahi. Pengertian

ketiga adalah merujuk kepada aktivitas peningkatan kualitas sesuatu agar mencapai bentuk kualitas lebih baik

(memuaskan).

Pembinaan dalam konteks pembinaan profesional adalah

sebagai aktivitas pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan profesional guru. Dapat juga diartikan suatu sistem

bantuan profesional yang berfungsi untuk meningkatkan

kemampuan profesional guru sehingga mereka mampu

merencanakan, melaksanakan dan menilai Proses Belajar

mengajar (Tangyong, 1989:65). Lebih jauh Jam'an Satori

(1989) mengartikan pembinaan profesional guru ialah suatu

(21)

usaha

yang

sifatnya membantu,

mendorong

dan

memberi

kesempatan

kepada

pegawai untuk

meningkatkan

kemampuan

profesionalnya

agar

mereka

dapat

melaksanakan

tugas

utamanya yang lebih baik yakni memperbaiki PBM dan

meningkatkan mutunya.

Pembinaan profesional dalam penelitian ini adalah

suatu upaya memelihara kemampuan guru yang memadahi,

memenuhi

kekurangan

agar sesuai dengan tuntutan profesi,

di samping menambah dan meningkatkan mutu profesional agar

lebih

memadahi.

Penelitian ini diarahkan

untuk

mengubah

perilaku

menyangkut pengetahuan,

ketrampilan,

maupun

sikap guru supaya sesuai dengan tuntutan profesi.

Untuk

memperoleh kualitas guru baik yang

menyangkut

perilaku,

pengetahuan dan

ketrampilan yang sesuai

dengan

tuntutan profesinya maka perlu dilakukan suatu SISTEM

PEMBINAAN

KEMAMPUAN

PROFESIONAL GURU

dengan

pertanyaan

permasalahan seperti berikut ini.

1.

Komponen

apa saja yang terkait dalam

sistem

pebinaan

kemampuan

profesional

guru SLTA dibawah

naungan

LP.

Ma'arif Cabang Jepara Jawa Tengah.

2.

Pendekatan

apa

yang tepat dalam

pembinaan

kemampuan

profesional guru SLTA di bawah qaungan LP. Ma'arif

cabanng Jepara Jawa Tengah.

3.

Aspek apa saja

yang menjadi penekanan dalam

pembinaan

kemampuan

profesional

guru SLTA dibawah

naungan

LP.

Ma'arif NU Cabang Jepara Jawa Tengah.

4. Bagaimana bentuk

pembinaan profesional guru SLTA di

(22)

bawah naungan LP. Ma'arif NU Cabang Jepara Jawa Tengah.

5. Apa

penunjang,

kelemahan,

kesempatan

dan

tantangan

dalam

pembinaan

kemampuan

profesional

guru

SLTA

dibawah

naungan

LP.Ma'arif

NU

Cabang

Jepara

Jawa

Tengah.

C. Tujuan Dan Kegunaan

Tujuan penelitian ini adalah berusaha untuk

mendesk-ripsikan

dan

menganalisis

tentang

upaya

pembinaan

kemampuan

profesional

guru dilingkungan LPM

NU

Cabang

Jepara yang berkenaan dengan

:

(1) Komponen

yang

terkait

dalam

pembinaan

kemampuan

profesional

guru

SLTA dibawah

naungan

LP.

Ma'arif

cabang Jepara Jawa Tengah;

(2) Pendekatan

yang

tepat

untuk

melakukan

pembinaan

kemampuan

profesional guru SLTA

dibawah naungan

LP.

Ma'arif Cabang jepara Jawa Tengah;

(3) Aspek-aspek

yang

menjadi penekanan

dalam

melakukan

pembinaan kemampuan

profesional guru SLTA di

bawah

naungan LP. Ma'arif NU Cabang

Jepara Jawa Tengah;

(4) Bentuk pembinaan profesional guru SLTA dibawah naungan

LP.

Ma'arif Cabang Jepara Jawa Tengah;

(5) Kekuatan,

kelemahan,

kesempatan dan

tantangan

dalam

pembinaan

kemampuan

profesional

guru

SLTA

dibawah

naungan LP.

Ma'arif Cabang Jepara Jawa Tengah.

Kegunaan penelitian ini :

(1) Sebagai

pengembangan

khasanah

ilmu

pengetahuan

kususnya di bidang ilmu Administrasi Pendidikan;

(23)

(2) Dapat menemukan konsep atau bentuk pembinaan

kemampuan profesional guru di lingkungan organisasi

Nahdlatul Ulama yang menyangkut pendekatan, aspek

pembinaan, proses pembinaan serta hal-hal yang

menyangkut dengan SWOT;

(3) Sebagai bahan masukan kepada organisasi Nahdlatul

Ulama kususnya LPM NU Cabang Jepara dalam proses

pembinaan kemampuan profesional guru;

(4) Kusus bagi peneliti, dapat menambah dan meningkatkan

pengetahuan secara ilmiah kususnya dalam ilmu

pembinaan kemampuan profesional guru.

D. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian dimaksudkan sebuah alur

penelitian yang akan dilalui /ditempuh sehingga dapat

diketahui secara jelas apa yang diharapkan dan diperoleh.

Penelitian ini dimulai dengan memahami, menghayati

dan menganalisa konsep Ahlussunah waljama'ah (ASWAJA),

perangkat yuridis NU dan LPM NU dan undang-undang SPN.

Untuk memenuhi harapan yang tertera dalam ASWAJA, LPM NU

dan UUSPN maka diperlukan suatu proses meningkatkan SDM

yang disebut Proses Pendidikan.

Proses pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti pendidik (guru), peserta didik (siswa), tujuan,

metode, sarana prasarana dan lingkungan. Dari sekian

banyak faktor pendidik merupakan faktor yang perlu

memperoleh perhatian lebih besar.

Untuk memperoleh kualitas guru yang baik diperlukan

(24)

pembinaan

yang terencana,

sistematis dan

relevan

dengan

situasi dan kondisi. Pembinaan yang akan dilakukan dalam

penelitian

ini

meliputi pendekatan, aspek

yang

menjadi

penekanan

dan proses pembinaan yang terdiri dari

langkah

persiapan, perbaikan dan peningkatan kualitas serta

a n a l i s i s SWOT.

Jika

diilustrasikan maka akan terlihat seperti

pada

bagan di bawah ini.

Bagan 1 Padigma Penelitian

Kerangka dasar Faham ASWAJA Acuan Teoritis Analisis Kualitatif (Deskriptif Analitik)

AD/ART NU & LPM

UUSPN NO 2 th '89 PP NO 29 th 1990 PP NO 38 th 1992

PERMASALAHAN Sistem Pembinaan

Kemampuan Profe

sional Guru SLTA

di Bawah Naungan

LP. Ma'arif NU Cab. Jepara * Komponen Yang

Terkait

* Pendekatan Yang Digunakan

* Aspek Penekanan * Pembinaan Yang

Dilakukan * Analisis SWOT

18

Pelaksa

(25)

E. Sistematika Penulisan Tesis

Tesis ini terdiri dari lima Bab dengan rincian

sebagai berikutini.

Bab

I PENDAHULUAN.

Bab ini terdiri dari

Latar

belakang

masalah, Perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian,

paradigma

penelitian dan sistematika penulisan tesis.

Bab

II TINJAUAN PUSTAKA.

Bab ini terdiri dari

empat

hal

yakni

(a)

Pembinaan Kemampuan profesional

guru

sebagai

bagian dari administrasi pendidikan,

(b) Konsep dan

ruang

lingkup,

prinsip

dan

pendekatan

pembinaan

kemampuan

profesional guru (c) Pembinaan kemampuan profesional

guru

di lingkungan LPM-NU,

(d) Studi pendahuluan yang relevan.

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini terdiri dari data

yang

diperlukan, populasi dan sampel, metode

peneletian,

tahap

pelaksanaan penelitian, tehnik pengumpulan

data

dan analisis data.

Bab

IV

ANALISIS DATA PENELITIAN.

Bab

ini

terdiri

dari

analisis

tentang

Pendekatan

pembinaan

kemampuan

profesional,

aspek

yang

menjadi

penekanan,

proses

pembinaan, dan analisis SWOT.

Bab V PENUTUP. Bab ini terdiri dari kesimpulan, saran dan

rekomendasi.

(26)
(27)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. PROSEDUR PENELITIAN

1. Data yang diperlukan

Data yang diperlukan dalam penelitian

ini adalah

sebagai berikut :

(a) Dokumen

atau aturan yang bersikap yuridis di

LPM

NU

antara lain ; Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga

(AD/ART)

LPM

Nahdlatul Ulama, Program kerja

LPM

NU

Cabang

Jepara periode tahun 1993-1998, Dokumen

hasil

kesepakatan LPM NU cabang Jepara yang dijadikan

dasar

menjalankan program kerja;

(b) Keadaan tenaga kependidikan (GURU) SLTA yang berada di

SMU Islam Ma'arif Kec. Jepara, SMU Islam Kec.

Keling,

MA

Walisongo Kec. Pecangaan dan MA.

Al-Ma'arif

Kec.

Jepara Kota.Latar belakang kependidikan dan pengalaman

mengajarnya,

Pandangan

atau persepsi

guru

terhadap

keberadaan LPM NU, Performance guru yang sesuai dengan

misi

dan

fungsi

LPM

dalam

mengelola

lembaga

pendidikan;

(c) Pembinaan profesional guru dilingkungan LPM NU

Cabang

Jepara

meliputi;

pembinaan

yang

sudah

dan

sedang

dilaksanakan

oleh

LPM NU Cabang

Jepara,

Pendekatan

yang tepat dalam melakukan pembinaan profesional guru,

Aspek yang ditekankan dalam pembinaan profesional guru

dan

proses pembinaan yang dilakukan

terdiri

dari

pemeliharaan,

perbaikan dan peningkatan mutu.

(28)

2. POPULASI DAN SAMPEL

Populasi dan sampel dalam penelitian ini

meliputi

semua

subyek yang memiliki

karakteristik

yang

berkaitan

dengan pembinaan profesional guru

dilingkungan

LPM NU Cabang Jepara.

Oleh karena itu populasi dan

sampel

dalam penelitian adalah sampling porpusif, menurut S.

Nasution

dalam buku

" Metode

Research"

sampling

porpusif

dilakukan

dengan

mengambil

orang-orang

yang

terpilih

sesuai dengan ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh

sampel

tersebut ( 1987:128),

yang termasuk

populasi

dan

sampel dalam penelitian ini adalah semua pengelola satuan

pendidikan

(SMU dan MA) yang ada di bawah naungan LPM

NU

Cabang

Jepara

dan

Guru

- Guru

SLTA

yang

ada

Di

MA

Walisongo, SMU Islam Al- Maarif , SMU Islam Kelet dan MA

Al-Ma'arif.

B. METODE PENELITIAN

Untuk

penelitian

ini

digunakan

metode

deskriptif

analisis yaknio dengan cara mendeskripsikan dasar dan

kebijakan

pembinaan profesional guru di lingkungan LPM

NU

Cabang

Jepara;

Pendekatan pembinaan profesional

guru, aspek yang menjadi penekanan dalam pembinaan

profesional guru, dan proses pembinaan yang terdiri dari

pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan mutu.

Data yang diperoleh kemudian dianalisis sesuai dengan

pedoman

analisis

untuk menemukan sebuah konsep

pembi

naan

profesional guru dilingkungan LPM NU Cabang

Jepara.

(29)

Penelitian ini bukan menguji hipotesis, melainkan

mendeskripsikan dan menganalisis data yang diperoleh

sehingga dapat ditemukan konsep pembinaan profesional

guru dilingkungan LPM NU Cabang Jepara, oleh karena itu

penelitian ini dikatakan sebagai penelitian kualita

tif.

Ciri-ciri penelitian kualitatif seperti yang telah

disintesakan dari pendapat dan peneliti Bogdan dan Binklen

(1982:

22-27) dan

Lincoln dan Guba (1985:39-44) Oleh

Lexy

J. Moleong dalam metodologi penelitian kualitatif

(1989:4-9) adalah sebagai berikut :

(a) Penelitian kualitatif memiliki latar alamiah (Natural setting)-,

(b) Manusia sebagai alat atau instrumen

penelitian,

sehingga

memungkinkan

adaptabilitas;

(c) Menggunakan metode kualitatif;

(d) Analisa data secara induktif;

(e) Teori dari dasar (Grounded teory) melalui analisis secara induktif;

(f) Laporan bersifat deskriptif;

(g) Adanya batas yang ditentukan oleh fokus

penelitian;

(h) Lebih mementingkan proses dari pada hasil;

(i) Adanya kreteria kusus untuk keabsahan data» (j) Disain bersifat sementara;

(k) Hasil

penelitian

dirundingkan

dan

disepakati

bersama.

C. TAHAP PELAKSANAAN PENELITITIAN

Penelitian

ini

meliputi

tahap

orientasi,

eksplorasi dan member check (Nasution 1983, 33-34).

Tahap

orientasi

peneliti pengadakan observasi

dan

pembicaraan

dengan

pimpinan LPM NU Cabang Jepara dan pimpinan

Satuan

pendidikan

yang menjadi sampel penelitian. Setelah

pra

disain

diseminarkan dan disetuji

oleh pembingbing

maka

(30)

peneliti melakukan konsultasi secara intensif guna

memperoleh data secara akurat dalam proses

penelitian. Tahap Eksplorasi, peneliti mulai

mengumpulkan data dokumentasi yang berkaitan dengan

pembinaan profesional guru dilingkungan LPM NU Cabang

Jepara selanjutnya peneliti melakukan wawancara langsung

dengan pihak terkait yang memiliki relevansi

karakteristik dengan pembinaan profesional guru. Tahap

Member check, tahap ini peneliti membuat laporan mengenai

hasil informasi yang telah diperoleh pada tahap eksplorasi

secara sementara, kemudian peneliti melakukan cheking

terhadap kebenaran subjek peneliti supaya benar-benar

relevan dengan fokus permasalahan dalam penelitian. Dengan

demikian dapat dikatakan tahap member check adalah menguji

validitas,

reliabilitas

dan

obyektivitas

data

yang

diperoleh.

D. TEHNIK PENGUMPULAN DATA

Data akan dikumpulkan dengan tehnik pengumpulan data

yang berupa wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

1. Wawancara

Tehnik

ini

digunakan untuk

menggali

dan

memperoleh

informasi

yang

lebih mendalam tentang

latar

belakang

dan substansi permasalahan.

Wawancara dilakukan

dengan

Pimpinan Nahdlatul Ulama Cabang Jepara, Pimpinan LP.

Ma'arif

NU Cabang Jepara,

Pimpinan

satuan

pendidikan

SLTA di bawah naungan LP. Ma'arif NU Cabang Jepara dan

(31)

para guru yang memiliki karakteristik sesuai dengan

substansi permasalahan.

2. Observasi

Tehnik ini dipergunakan untuk mengamati secara langsung

proses pelaksanaan pembinaan kemampuan profesional guru

SLTA di bawah naungan LP. Ma'arif NU Cabang Jepara

Jateng yang meliputi komponen yang terkait, pendekatan

yang digunakan, aspek yang menjadi penekanan dan faktor

penunjang, kelemahan, peluang dan tantangannya.

3. Studi Dokumentasi

Tehnik ini dipergunakan untuk memperoleh data dari

berbagai dokumen seperti, AD/ART NU dan AD/ART LP.

Ma'arif, Sistem Pendidikan Nahdlatul Ulama (SPNU),

Program kerja Sekolah atau Madrasah dan dokumen lain

yang digunakan dasar pijakan penyelenggaraan

sekolah/Madrasah.

E. ANALISIS DATA

Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur

secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan

dan bahan-bahan lain yang telah dihimpun untuk menambah pemahaman mengenai data yang ditemukan untuk dilaporkan kepada pihak lain (Bogdan dan Biklen, 1990:189).

Sedang Lexy J. Moleong (1995:103) analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data

kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga

dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja

seperti yang disarankan oleh data. Dengan demikian

(32)

sis data adalah pengorganisasian data, mengurutkan data

dan membentuknya kedalam pola, kategori, dan uraian dasar

untuk pemberian makna atau pemahaman.

Analisis data dilakukan pada waktu masih berada dilapangan dan analisis yang dilakukan setelah proses

pengumpulan data atau setelah peneliti meninggalkan kancah

penelitian.

Analisis pada saat penelitian dilakukan dengan cara

merekam data lapangan, melakukan member check kepada

sampel penelitian, melakukan trianggulasi dalam rangka

memperoleh keabsahan data dan melakukan penyempurnaan

analisis, kemudian menyusun kecenderungan-kecenderungan

yang timbul sesuai dengan proses dan jenis data yang

didapatkan untuk menangkap makna yang terkandung di da

lamnya .

Analisis data setelah peneliti meninggalkan lapangan

dan data telah terkumpul dilakukan dengan cara mereduksi

data, menunjukkan data sehingga hubungan data akan terli

hat sehingga membentuk kesatuan yang utuh dan menarik

kesimpulan.

(33)
(34)

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan data dan pembahasan, maka terungkap

beberapa kesimpulan seperti berikut ini.

1. Komponen yang terkait dalam sistem pembinaan kemampuan

profesional

guru SLTA di bawah naungan LP. Ma'arif

NU

Cabang Jepara Jawa Tengah belum mampu berfungsi secara seimbang . LP. Ma'arif yang nota benenya sebagai penye lenggara pendidikan belum mampu berperan secara efektif

sebagai salah satu komponen dalam pembinaan kemampuan

profesional guru SLTA.

2. Pendekatan dalam pembinaan kemampuan profesional guru SLTA di bawah naungan LP. Ma'arif NU Cabang Jepara Jawa

Tengah adalah pendekatan normatif religius, yaitu suatu pendekatan yang lebih menitik beratkan pada misi pen gabdian dan ibadah kepada Allah swt yang diimplementa-sikan melalui jalinan kekeluargaan, kebersamaan dan

kesejawatan.

3. Aspek yang menjadi penekanan dalam pembinaan kemampuan profesional guru SLTA di bawah naungan LP. Ma'arif NU Cabang Jepara Jawa Tengah adalah disiplin kerja para guru. Hal ini didasari oleh suatu anggapan bahwa disi

plin kerja merupakan landasan dasar untuk mencapai kemampuan profesional para guru SLTA di bawah naungan

LP. Ma'arif NU Cabang Jepara Jawa Tengah.

4. Yang menjadi pendukung, penghambat, peluang dan tan

tangan dalam proses pembinaan kemampuan profesional

(35)

guru SLTA di bawah naungan LP. Ma'arif NU Cabang Jepara

Jawa

Tengah berasal dari kondisi sumber

daya

manusia

warga NU itu sendiri. Oleh sebab itu jika SDM warga

NU

sudah

baik

maka

kondisi

pendidikan

akan

baik

dan

berkualitas.

B. REKOMENDASI/SARAN

1.

Kepada LP.

Ma'arif NU Cabang Jepara Jawa Tengah

Dalam rangka

lebih mengfungsikan LP.

Ma'arif NU

Cabang

Jepara

Jawa

Tengah

sebagai

lembaga

penyelenggara

pendidikan

dalam

tubuh NU , maka

LP.

Ma'arif

harus

selalu melakukan konsolidasi dan revitalisasi

kelembagaan

dengan cara melakukan jalinan

kerja

sama

lebih intensif dengan Depdikbud dan Depag untuk

merumuskan strategi pembinaan lembaga pendidikan.

Keberadaan LP. Ma'arif dalam konstelasi sistem

pembinaan

kemampuan

profesional

guru

baru

sebatas

lembaga

yang di akui warga NU yang

disebabkan

adanya

persamaam

kultur

yang harus

segera

dirubah

menjadi

lembaga

yang

benar-benar

sebagai

penyelenggara

pendidikan

ditubuh NU seperti yang

diamanatkan

dalam

AD/ART NU dan AD/ART LP. Ma'arif. 2. Kepada Pemimpin Satuan Pendidikan

Pendekatan dalam pembinaan kemampuan profesional guru

SLTA di bawah naungan LP. Ma'arif NU cabang Jepara jawa

Tengah

perlu diperluas kepada pendekatan ilmiah

yaitu

dengan

cara menggiatkan pelaksanaan

penelitian

dalam

masalah-masalah esensial pendidikan. Keaktifan

(36)

penelitian

yang

dilakukan para tenaga

pengajar

akan

dapat meningkatkan sumber daya para guru yang juga akan

meningkatkan

kualitas pendidikan. Pendekatan

normatif

relegius

yang

selama ini

dilakukan

perlu

diimbangi

dengan

kompensasi materi, sebab jika

tidak

diimbangi

dengan

materi akan sudah menimbulkan

rasa

kejenuhan,

dan lemahnya motivasi dalam menjalankan tugas.

3. Kepada para Guru/tenaga pengajar

Guru adalah komponen yang dapat menentukan dalam Proses

belajar

Mengajar(PBM).

Keaktivan dan

kerajinan

guru

akan berpengaruh positif dalam PBM dan sebaliknya. Oleh

sebab

itu

guru harus benar-benar mampu

memahami

dan

memanfaatkan kebebasan yang diberikan oleh pemimpin

satuan pendidikan.

Kebebasan terkendali yang

diberikan

henaknya

harus digunakan untuk mewujudkan

kreativitas

sehingga tercapai efektivitas dan efisiensi kerja dalam

lembaga

pendidikan

kususnya

dan

diluar

lembaga

pendidikan pada umumnya.

(37)
(38)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Siddiq, (1979), Nuansa Fiqih Sosial, Lembaga Kaian

Islam dan Sosial (LKIS), Yogyakarta.

Ali Imron, (1995) Pembinaan Guru Di Indonesia, Pustaka

Jaya, Jakarta, 1995.

A. Samana, (1994) Profesionalisme Keguruan, Kanisius,

Yogyakarta, 1994.

Blaugh, Mark, (1973), An Intruduction To The Economics In

Education, London, Penguin Books Ltd.

Bs. Mardiatmadja, (1986) Tantangan dunia pendidikan,

Kanisius Yogyakarta.

Coombs, Philip H. Alih bahasa Istiwidaryati, (1989), What

i s Education Planning, Jakarta: Bharata karya aksara dan Unesco.

Castetter, William B. (1981), The Personal Function in Education Administreation, Ed. 3 New York : Macmilan Publishing Co. Inc.

Depdikbud (1983), Strategi Dasar Pembinaan Dan

Pengembangan Pendidikan Guru. Jakarta, Depdikbud Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Tennis.

(1986) Kurikulum Sekolah Dasar, Pedoman Pembinaan Guru, Depdikbud, Jakarta.

Djajadisastra, Joesoef, (1976), Pengantar Administrasi

Pendidikan, Depsikbud, Jakarta.

Elton, Lewis (1987), Teaching i s Higher Education Apprai

sal and Trainning. Great britain: Cogan page Ltd. Engkoswara, (1987) Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan,

Jakarta, Dirjen Dikti, P2LPTK.

Emmy Fakry Gaffar, (1992), Pengelolaan Pengendalian Mutu

dalam Proses Pendidikan di IKIP Bandung, Tesis,

Tidak diterbitkan. PPS. IKIP Bandung.

Fajrul Falakh (1994). Majalah Taswirul Afkar, dalam artikel berjudul Jam'iyyah Nahdlatul Ulama, Kini, Lampau dan mendatang, Edisi NO. 1 tahun 1994, Jakarta.

Flippo, E. B. (1990) Menegemen Personalia (Mohamad Masud

(39)

Nasution. S. (1987) Metodologi Research (penelitian

ilmiah) edisi 2 , Jermears, Bandung.

Nick Cowel dan Roy Gardner (1995). Tehnik Mengembangkan

Guru dan Siswa. PT. Gramedia. Jakarta.

Oliva. F. Peter, (1989) Supervision for To Day School,

Second Edition, Longman, NY.

Raka Joni, (1975), Wawasan Kependidikan Guru, Depdikbud, Jakarta.

Roestiyah NK, (1992) Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, Jakarta, Bina Aksara.

Sergiovanni, Robert J Startt, (1974), Supervisi Human Perspektif, New York : Mc Grow - Hill Book Co.

Suhartian A. Piet. (1994). Profil Pendidik Profesional, Andi Ofset. Yogyakarta.

Sistem Pendidikan Nahdlatul Ulama (SPNU) tahun 1993.

Saefuddin Zuhri, (tt) KH. Wahab Hasbullah Bapak Pendiri NU. Cet, Ke dua - Yogyakarta.

Slamet Efendi Yusuf, (1983), NU dan Asal Usulnya, Majalah Warta), tahun 1983.

Tangyong AF, Wahyudi dan Jam'an Satori, (1989), CBSA, Bagaimana Membina Guru Secara Profesional, Balitbang Dikbud, Pusat Pengembangan Kurikulum, Jakarta.

TB. Silalahi, (1994), Pembinaan Profesional Para Pegawai (Makalah), Depdagri, Jakarta.

Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 1989

Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1990 tentang pendidikan menengah.

William N. Dunn, (1981) Public Policy Analisis,

(40)

Gibson, James L, J.M. Ivancevich and James H. Donelly Yr, (1985), Organization : Behavior, Structure And

Process, Texas, Busines Publications, Inc.

H.A.R. Tilaar (1994) Menejemen Pendidikan Nasional, Remaja

rosda karya, Bandung.

Hadari Nawawi, (1995), Bimbingan dan Konseling Islam, CV.

Gunung Agung, Jakarta.

Hartono Kasmadi, (1990), Mimbar Pendidikan (Majalah), IKIP

Semarang.

Mohammad Fakkry Gaffar (1987), Perencanaan Pendidikan.

Bandung. PPS. IKIP Bandung.

H. Aboe Bakar, (1953), Wahid Hasyim dan Karangan Tersiar, Panitia Peringatan Aim. KH. Wahid Hasyim, Jakarta.

Hasibuan Malayu (1990), Menejemen Sumberdaya Manusia. Jakarta : H. Masagung.

Hoyle Eric (1980), World Year Book ofd education 1980:

Profesional development of teacher. London: Kogan Page, New York: Nicolas Publishing Company.

Imron Arifin, (1992), Kepemimpinan Kiai, Kasus Pondok Pesantren Tebuireng, Kalimasada Pres, Malang. Jeffreys, M.VC, (1972) The Aims of Educations, Canada

Pismanand Sons.

Ingridwati Kurnia. (1991) Pengembangan Profesional Tenaga Pengajar Tetap FKIP Atmajaya Jakarta. Tesis, Tidak diterbitkan. PPS. IKIP Bandung.

Johnston, D. J. (1971) Teacher in-service education. Oxford : Pergamon press.

Jam an Satori, (1989), Pengembangan Model Supervisi Sekolah Dasar (Desertasi), Fakultas Pascasarjana, IKIP Bandung.

Kumpulan Keputusan Musyawarah Kerja LP. Maarif tahun 1993, Semarang Jawa tengah.

Loekman Sutrisno, (1996), Dinamika Masyarakat Menghadapi

Abad 21, (Makalah), Serpong Jawa Barat.

Made Pidarta, (1988) Menejemen Pendidikan Indonesia, Bina Aksara, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan (pembinaan) kemampuan profesional GPAI dimungkinkan adanya keikutsertaan dalam pendidikan, penataran-penataran, seminar-seminar dan fasilitas- fasilitas yang

Maka untuk memudahkan dalam penelitian, peneliti perlu membatasi masalah yang akan diteliti, yaitu: implementasi pendekatan individual dalam pengembangan persepsi diri dan

“ Persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan supervisi klinis dengan pendekatan kolaboratif dan pendekatan keagamaan dalam meningkatkan kompetensi profesional

Tingkat kemampuan mengajar guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA/MA dalam Kota Ende dari 20 guru yang diteliti berkemampuan sedang dengan re-rata skor yang

Masalah yang diteliti adalah kinerja sekolah banyak yang tidak kondusif serta personil sekolah yang ada tidak dilengkapi dengan kemampuan keterampilan yang optimal dan

Penelitian ini adalah penelitian lapangan ( field research ). Artinya, data yang digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini diperoleh di lapangan dengan menggunakan metode

Nahdlatul Ulama Kota Mataram sebagai organisasi masyarakat sipil memiliki aspek dalam bidang usaha pendidikan, agama, sosial, dan budaya yang dapat mampu mempengaruhi

Strategi kebudayaan tersebut berujud kemampuan untuk menangani masalah-masalah yang terkait dengan aspek : (a) fenomena anthrophos, dicakup dalam Pengembangan