• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN MA ARIF NAHDLATUL ULAMA DI KECAMATAN BENDOSARI, KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN MA ARIF NAHDLATUL ULAMA DI KECAMATAN BENDOSARI, KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF

NAHDLATUL ULAMA DI KECAMATAN BENDOSARI,

KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 1950-1971

Deni Setia Adji C0505019

Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Abstract

The establishment of Ma’arif Nahdlatul Ulama in Bendosari Subdistrict was based on two important factors, the development of Nahdlatul Ulama tenet in Sukoharjo encouraged the Nahdlatul Ulama community of Bendosari Subdistrict to declare the Ma’arif Nahdlatul Ulama Education Institution in 1955, in its development, the organizational structure of Ma’arif did not change much. The education units established were the real manifestation of the role of Ma’arif Nahdlatul Ulama of Bendosari in education sector, while in religion sector, this institution gave religious guidance to the community of Bendosari Subdistrict.

The dynamic development of Ma’arif successfully established education unit, and was an organizational structure of Ma’arif Nahdlatul Ulama Education Institution Subsidiary Representative located in Bendosari Subdistrict, Sukoharjo. On January 1, 1956, Ma’arif Nahdlatul Ulama of Bendosari established Madrasah Ibtidaiyah Walisongo of Kalangan, Madrasah Menengah Pertama Nahdlatul Ulama education unit in 1957, Madrasah Ibtidaiyah Walisongo Cabean and Madrasah Ibtidaiyah Walisongo Jagan in 1965, and then Madrasah Ibtidaiyah Walisongo Manisharjo in 1971. The establishment of those education units was the real manifestation of Ma’arif’s role in education sector

Keyword :Dynamic, Education, Nahdlatul Ulama. 1

(2)

Pendahuluan

Nahdlatul Ulama merupakan organisasi sosial keagamaan Islam yang bertujuan tidak saja memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah, tetapi juga memperhatikan masalah-masalah sosial, ekonomi, perdagangan dan sebagainya dalam rangka pengabdian kepada bangsa, negara dan umat manusia. Dalam rangka pengabdian kepada bangsa, negara dan umat manusia tersebut Nahdlatul Ulama berusaha membangun semangat nasionalisme, salah satunya melalui kegiatan pendidikan. Pada muktamar ke-13 di Menes, Banten pada tanggal 11-16 Juni 1938, Nahdlatul Ulama memutuskan membentuk badan otonom yang bertugas mengembangkan pendidikan Nahdlatul Ulama dan badan tersebut di beri nama “Ma’arif Nahdlatul Ulama” yang dalam perkembangan berikutnya lebih di kenal sebagai Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama.

Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama bertujuan untuk mewujudkan cita-cita pendidikan Nahdatul Ulama, karena menurut Nahdlatul Ulama pendidikan menjadi pilar utama yang harus di tegakkan demi mewujudkan masyarakat yang mandiri. Khusus dibidang pendidikan Nahdlatul Ulama berusaha memperbanyak madrasah diberbagai daerah, salah satunya di Kecamatan Bendosari.

Kecamatan Bendosari merupakan bagian wilayah administrasi Kabupaten Sukoharjo yang berada di sebelah Timur Laut. Kecamatan Bendosari terbagi atas 14 desa, yaitu Jombor, Sidorejo, Gentan, Bendosari, Mertan, Kojorejo,

(3)

Paluhombo, Puhgugur, Toriyo, Sugihan, Mulur, Jagan, Manisharjo, dan Cabean. Adapun batas-batas Kecamatan Bendosari adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Grogol, Kecamatan Mojolaban. Sebelah Selatan : Kecamatan Nguter.

Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo. Sebelah Timur : Kecamatan Polokarto

Masyarakat Kecamatan Bendosari mayoritas umat muslimnya sebagai golongan abangan.1 Golongan abangan di Kecamatan Bendosari merupakan umat muslim yang dirasa kurang taat dalam menjalankan ibadah agama sesuai syariat. Golongan abangan tersebut secara formal mengaku muslim tetapi dalam prakteknya tetap setia berpegang teguh kepada kebudayaan Jawa sebelum masuknya Islam.

Perkembangan masyarakat Kecamatan Bendosari dalam bidang agama sangat dipengaruhi karakter masyarakat yang masih tradisional, dengan memegang teguh tradisi-tradisi lokal yang berkembang dalam masyarakat Kecamatan Bendosari. Hal tersebut juga berpengaruh terhadap perkembangan Nahdlatul Ulama di Kecamatan Bendosari, karena sejalan dengan identitas Nahdlatul Ulama sebagai organisasi keagamaan tradisional yang menyatakan aspirasi tradisi yang berkembang dalam masyarakat, kemudian mengisinya dengan jiwa dan semangat ajaran Islam.

Keterbatasan jumlah lembaga pendidikan di Kecamatan Bendosari berpengaruh terhadap keterbatasan akses informasi dan jaringan, sehingga

1

(4)

membuat masyarakat Kecamatan Bendosari masih tertinggal dalam bidang pendidikan. Kondisi masyarakat Kecamatan Bendosari yang masih jauh dari moralitas agama berpengaruh terhadap tingkat kesadaran pentingnya pendidikan dalam kehidupan masyarakat Kecamatan Bendosari. Kondisi masyarakat Kecamatan Bendosari yang masih jauh dari moralitas agama dapat terlihat dengan banyaknya tindakan kemaksiatan yang dilakukan masyarakat seperti perjudian, penipuan, pencurian, dan minum-minuman keras.2

Perjudian merupakan kegiatan permainan yang bertujuan memperoleh uang tanpa bekerja dan hanya mengandalkan faktor spekulasi. Kebiasaan berjudi akan membentuk seseorang tumbuh menjadi pribadi yang cenderung emosional, tidak sabaran, tidak mampu berpikir logis dan pemalas. Pada waktu itu telah terjadi banyak penipuan terhadap timbangan, contohnya penjual kedelai yang mencampurkan krikil (batu kecil) dalam timbangan, dengan tujuan menambah berat timbangan kedelai tersebut. Bahkan kegiatan penipuan tersebut semakin membudaya, sehingga muncul penjual krikil (batu kecil) khusus untuk para penjual kedelai tersebut.3

Secara umum kondisi pendidikan di Kecamatan Bendosari masih tertinggal dengan daerah lain di Kabupaten Sukoharjo, hal tersebut dapat terlihat masih sedikitnya jumlah lembaga pendidikan dan kurangnya kesadaran masyarakat Kecamatan Bendosari tentang pentingnya pendidikan. Keterbatasan

2

Wawancara dengan Sunaryo Budi Suwarjono pada tanggal 25 September 2012.

(5)

jumlah lembaga pendidikan (sekolah dasar) di Kecamatan Bendosari dapat terlihat pada tabel berikut.

Tabel 1

Jumlah Sekolah Dasar di Kecamatan Bendosari Tahun 1960 No Desa / Kelurahan Jumlah

Negeri Swasta 1 Jombor _ _ 2 Sidorejo _ _ 3 Gentan 1 _ 4 Bendosari 1 _ 5 Mertan 1 _ 6 Mojorejo _ _ 7 Paluhombo _ _ 8 Puhgogor _ _ 9 Toriyo 1 1 10 Sugihan _ _ 11 Mulur 1 1 12 Jagan 1 _ 13 Manisharjo 1 1 14 Cabeyan _ _ JUMLAH 7 3

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo 1965.

Tabel diatas menunjukan jumlah sekolah dasar di Kecamatan Bendosari yang masih terbatas. Setiap desa atau kelurahan tidak semua memiliki sekolah dasar, sehingga setiap masyarakat yang akan menyekolahkan anaknya harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk dapat bersekolah ke desa lain. Semangat berjuang dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam bidang pendidikan di Kecamatan Bendosari, mendorong Jama’ah Nahdlatul Ulama di Kecamatan Bendosari secara gotong-royong mendirikan Lembaga Pendidikan

(6)

Ma’arif Nahdlatul Ulama di Kecamatan Bendosari, sekaligus mewujudkan cita-cita pendidikan Nahdlatul Ulama.

Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode sejarah. Metode sejarah terbagi menjadi empat tahap yang saling berkaitan satu sama lain, tahap yang pertama adalah heuristik yaitu suatu proses pengumpulan sumber-sumber sejarah. Salah satu proses pengumpulan sumber sejarah yaitu dengan wawancara. Wawancara adalah salah satu cara memperoleh informasi secara lisan dari informan yang memenuhi kriteria sesuai dengan objek penelitian. Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan informan yang tahu dan paham mengenai Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Kecamatan Bendosari, seperti : Sunaryo Budi Suwarjono (Mantan Ketua Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Kecamatan Bendosari).

Tahap kedua adalah kritik sumber yang bertujuan mencari keaslian data-data yang di peroleh melalui kritik ekstern dan kritik intern. Kritik sumber yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis artinya menggambarkan suatu fenomena beserta ciri-cirinya yang terdapat dalam fenomena tersebut berdasarkan fakta-fakta yang tersedia.

Tahap ketiga adalah interpretasi yaitu penafsirkan keterangan yang saling berhubungan dengan fakta yang di peroleh, dan kemudian merangkainya.

Tahap terakhir adalah historiografi yang merupakan hasil dari penelitian. Data-data yang telah diseleksi dan diuji kebenarannya adalah fakta-fakta yang

(7)

akan diuraikan dan dihubungkan sehingga menjadi kesatuan yang harmonis, berupa kisah sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.4

Pembahasan

Perkembangan Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo dimulai dari perkembangan Jammi’ah Nahdlatul Ulama di Kabupaten Sukoharjo. Perkembangan Nahdlatul Ulama di Kabupaten Sukoharjo dipengaruhi oleh peranan tokoh-tokoh masyarakat, yaitu orang-orang yang memiliki latar belakang pendidikan formal maupun para santri yang menimba ilmu agama di pondok pesantren. Latar belakang pendidikan pesantren yang dimiliki oleh para santri yang berasal dari Kabupaten Sukoharjo menjadikan perkembangan Nahdlatul Ulama sangat mudah berkembang di Kabupaten Sukoharjo. Selama menimba ilmu di pesantren secara tidak langsung jiwa Nahdlatul Ulama telah tumbuh ke dalam diri para santri tersebut.5

Perkembangan Nahdlatul Ulama di Kabupaten Sukoharjo dimulai pada tahun 1950 oleh seorang jama’ah Nahdlatul Ulama yang bernama Slamet Kamaludin yang berasal dari Madura. Selama tinggal di Kabupaten Sukoharjo, Slamet Kamaludin menjabat sebagai Kepala Departemen Agama Kabupaten Sukoharjo. Hubungan kekerabatan dan ikatan batin diantara para santri terjalin karena kesamaan sumber ilmu, meskipun dari pesantren yang berbeda. Oleh

4

Nugroho Notosusanto, Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Indayu), hlm. 36.

(8)

karena pada umumnya kyai pesantren selalu menanamkan sikap dan sifat pada santrinya untuk tidak puas terhadap ilmu yang diperoleh disuatu pesantren tertentu. Setiap santri yang sudah selesai menuntut ilmu dan hendak pamit pulang untuk mendirikan pesantren sendiri, kyai yang bersangkutan senantiasa mencegahnya sebelum sang santri itu menambah ilmunya di pesantren lain yang lebih mashyur.6

Perkembangan Nahdlatul Ulama di Kabupaten Sukoharjo sangat berpengaruh terhadap perkembangan Nahdlatul Ulama di Kecamatan Bendosari. Seperti halnya tokoh masyarakat di Kabupaten Sukoharjo, Kecamatan Bendosari juga memiliki tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki latar belakang pendidikan pesantren, tokoh tersebut antara lain Mualif Jati Atmaja, Kyai Haji Moh Husni, dan Kyai Abdul Mukti. Ketiga tokoh masyarakat tersebut memiliki peran yang sangat penting dalam penyebaran ajaran Nahdlatul Ulama yang berhaluan

Ahlussunnah Wal Jama’ah dengan segala amaliyah-amaliyahnya.7

Penyebaran ajaran-ajaran Nahdlatul Ulama di Kecamatan Bendosari dilakukan melalui pengajian-pengajian. Pengajian tersebut dilakukan dari rumah ke rumah, dan dari kampung ke kampung. Setiap hari ketiga tokoh masyarakat tersebut berkeliling ke seluruh wilayah Kecamatan Bendosari untuk mengajak masyarakat belajar mengaji dengan tujuan mendidik masyarakat agar memiliki pengertian tentang Islam yang benar dan memiliki akidah yang kuat.

6

Choirul Anam, Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdlatul Ulama, (Solo: Jatayu Sala,1985), hlm. 10.

(9)

Pengajian-pengajian tersebut mampu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan masyarakat Kecamatan Bendosari dalam menjalankan ibadah. Akibatnya perkembangan ajaran Nahdlatul Ulama mudah diterima dan mengalami kemajuan, terlihat dari jumlah jama’ah Nahdlatul Ulama dari waktu ke waktu semakin bertambah.

Peranan pendidikan dalam menyiapkan sumber manusia yang berkualitas, mendorong jama’ah Nahdlatul Ulama di Kecamatan Bendosari untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat Kecamatan Bendosari, dimana kebiasaan masyarakat Kecamatan Bendosari yang masih sering berbuat maksiat harus segera ditinggalkan. Jama’ah Nahdlatul Ulama di Kecamatan Bendosari kemudian mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang berkualitas dan bernafaskan Islam namun tetap dengan biaya yang dapat dijangkau oleh semua golongan masyarakat.

Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama di Kecamatan Bendosari dalam struktur dan perangkat Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama merupakan Pimpinan Majelis Wakil Cabang Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama yang berkedudukan di Kecamatan Bendosari. Setiap Pimpinan Majelis Wakil Cabang Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama, sekurang-kurangnya harus mempunyai sebuah Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ), dan sebuah Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar. Hal tersebut juga dilaksanakan Pimpinan Majelis Wakil Cabang Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama di Kecamatan Bendosari dengan mendirikan Raidlatul Atfhal dan Madrasah Ibtidaiyah. Kepengurusan Pimpinan Majelis Wakil Cabang Lembaga Pendidikan

(10)

Ma’arif Nahdlatul Ulama disusun dan disahkan oleh Pengurus Majelis Wakil Cabang Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama dan dikukuhkan dengan Surat Keputusan Pimpinan Cabang Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama.8

Bagan I

Struktur kepengurusan Pimpinan Majelis Wakil Cabang Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama

Sumber : Arsip Majelis Wakil Cabang Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo.

Jama’ah Nahdlatul Ulama di Kecamatan Bendosari mendeklarasikan berdirinya Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Kecamatan Bendosari pada tahun 1955. Setelah mendeklarasikan Lembaga Pendidikan Ma’arif, Jama’ah

8 Tata Tertib AD/ART Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama 1970. PENASEHAT

Kordinasi Bidang Pimpinan Harian Pengurus

Bendahara Sekretaris Ketua Wakil Bendahara Wakil Sekretaris Wakil Ketua

(11)

Nahdlatul Ulama Kecamatan Bendosari mulai mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Walisongo Kalangan di Desa Mulur Kecamatan Bendosari, Madrasah Ibtidaiyah Walisongo Kalangan resmi berdiri pada tanggal 1 Januari 1956, awalnya bernama Madrasah Dinniyah. Madrasah Dinniyah adalah suatu bentuk madrasah yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama (diniyah). Madrasah tersebut dimaksudkan sebagai lembaga pendidikan agama yang disediakan bagi siswa yang belajar di sekolah umum.9

Tanggal 1 Juli 1957, Majelis Wakil Cabang Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Bendosari mendirikan Sekolah Menengah Tingkat Pertama yang diberi nama Madrasah Menengah Pertama Nahdlatul Ulama (MMPNU) di Desa Mulur Kecamatan Bendosari. Berdirinya MMPNU bertujuan menampung siswa lulusan sekolah dasar terutama siswa lulusan Madrasah Ibtidaiyah Walisongo Kalangan yang ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat pertama.10 Madrasah Menengah Pertama Nahdlatul Ulama (MMPNU) dalam perkembangannya berganti nama menjadi MTsN Bendosari yang dinegrikan statusnya oleh pemerintah melalui Departemen Agama Republik Indonesia tanggal 1 Juli 1968. Hal tersebut disebabkan keberadaan Madrasah Menengah Pertama Nahdlatul Ulama (MMPNU) yang sangat penting bagi masyarakat Kecamatan Bendosari, dan Madrasah Menengah Pertama Nahdlatul Ulama (MMPNU) menjadi satu-satunya lembaga pendidikan tingkat pertama yang ada di Kecamatan Bendosari.

9 Haidar Putra Daulay, Historisitas dan Eksistensi : Pesantren Sekolah dan Madrasah.

( Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001), hlm. 62.

(12)

Perkembangan Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Kecamatan Bendosari sedikit mengalami hambatan pada saat terjadinya peristiwa G 30 September 1965. Hal ini dikarenakan adanya provokasi komunisme yang disebarkan Partai Komunis Indonesia dengan tujuan meningkatkan dominasi komunisme terhadap masyarakat Kecamatan Bendosari. Meskipun dampak yang terjadi setelah peristiwa G 30 September 1965 di Bendosari tidak terlalu berpengaruh, berbeda dengan tempat lain yang banyak terjadi pembantaian para kader Partai Komunis Indonesia.11 Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Kecamatan Bendosari selalu berusaha meningkatkan kualitas pendidikan bagi masyarakat Kecamatan Bendosari. Usaha tersebut diwujudkan dengan mendirikan dua madrasah ibtidaiyah sekaligus pada tahun yang sama, yaitu tanggal 15 Juni 1965 mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Walisongo Cabeyan dan pada tanggal 17 Juni 1965 mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Walisongo Jagan.

Pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk manusia yang menyadari dan melaksanakan tugas-tugas kekhalifahan dan memperkaya diri dengan khasanah ilmu pengetahuan tanpa mengenal batas, namun tetap menyadari bahwa hakekat keseluruhan hidup dan pemilikan ilmu pengetahuan tersebut tetap bersumber dan bermuara pada Allah SWT12. Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Bendosari mewujudkan peran penting dalam bidang pendidikan yaitu mendirikan satuan-satuan pendidikan.

11

Wawancara dengan Sunaryo Budi Suwarjono, pada tanggal 5 September 2012.

12

Muslih Usa (ed), Pendidikan Islam di Indonesia, Antara Cita dan Fakta (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991), hlm. 9.

(13)

Tabel 2

Satuan Pendidikan di Bawah Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Kecamatan Bendosari Tahun 1971

N0 Satuan Pendidikan Berdiri

1 Madrasah Ibtidaiyah Walisongo Kalangan 1 Januari 1956 2 Madrasah Menengah Pertama Nahdlatul Ulama 1 Juli 1957 3 Madrasah Ibtidaiyah Walisongo Cabeyan 15 Juni 1965 4 Madrasah Ibtidaiyah Walisongo Jagan 17 Juni 1965 5 Madrasah Aliyah Agama Islam NU 1 Juni 1969 6 Madrasah Ibtidaiyah Walisongo Manisharjo 1 Januari 1971

Sumber : Arsip akte pendirian satuan pendidikan dibawah Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Kecamatan Bendosari.

Peranan Lembaga Pendidikam Ma’arif Nahdlatul Ulama Bendosari dalam meningkatkan pendidikan di Kecamatan Bendosari dapat terlihat dari tingkat pendidikan masyarakat Kecamatan Bendosari berdasarkan lulusan/ijazahnya. Keberadaan Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Kecamatan Bendosari akan pendidikan yang bernafaskan Islam. Tabel dibawah ini dapat menunjukan tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Bendosari.

(14)

Tabel 3

Tingkat Pendidikan Penduduk Kecamatan Bendosari

N0 Pendidikan Jumlah Prosentase (%)

1 Tidak Tamat SD 140 8,5

2 Tamat SD 534 29,5

3 Tamat SMP 630 35,4

4 Tamat SMA 232 14,6

5 Tamat Perguruan Tinggi 180 10

Sumber : Monografi Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo Tahun 1971. Tabel diatas menunjukan pendidikan masyarakat Kecamatan Bendosari yang tamat SMP dan tamat SD lebih dominan daripada yang lain. Artinya keberadaan Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama berhasil meningkatkan taraf pendidikan bagi masyarakat Kecamatan Bendosari, baik pendidikan tingkat dasar maupun pendidikan menengah tingkat pertama .

Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama adalah suatu lembaga pendidikan yang lahir, tumbuh, dan berkembang dalam masyarakat. Kedudukan antara Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama dan masyarakat adalah sangat erat. Masyarakat yang membentuk, membina dan mengembangkannya. Berdirinya Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama di Kecamatan Bendosari tidak dapat dilepaskan dari dukungan masyarakat terutama tokoh-tokoh masyarakat Kecamatan Bendosari. Kebutuhan akan pendidikan umum maupun agama bagi anak-anak usia sekolah di Kecamatan Bendosari merupakan faktor yang dominan mengalirnya dukungan dari masyarakat.

(15)

Kebutuhan masyarakat Kecamatan Bendosari terhadap pendidikan yang bernafaskan Islam dapat terpenuhi dengan adanya Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama di Kecamatan Bendosari. Masyarakat dapat menyekolahkan anaknya tanpa harus ke luar Kecamatan Bendosari. Kesediaan masyarakat Kecamatan Bendosari sebagai donatur bagi pembangunan dan perkembangan Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama di Kecamatan Bendosari membuat masyarakat mempunyai ikatan yang kuat dengan Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Bendosari.

Ikatan tersebut muncul disebabkan bertemunya dua kepentingan, kepentingan pertama adalah hasrat yang kuat dari masyarakat Kecamatan Bendosari untuk berperan serta dalam pendidikan. Kepentingan kedua adalah motivasi keagamaan, yakni keinginan agar anak-anak mendapatkan pendidikan agama yang baik disamping pendidikan umum. Kepentingan tersebut merupakan potensi dan kekuatan Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Bendosari, dalam arti rasa memiliki dan rasa tanggung jawab masyarakat terhadap Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Bendosari sangat tinggi. Hal tersebut merupakan faktor penting untuk menjamin kelangsungan hidup Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Bendosari sebagai lembaga pendidikan.

Kesimpulan

Sejarah perkembangan pendidikan Islam di Indonesia erat hubungannya dengan masuknya agama Islam di Indonesia. Hal tersebut ditandai dengan

(16)

pertumbuhan lembaga-lembaga pendidikan Islam. Munculnya lembaga pendidikan tersebut secara bertahap, mulai dari yang sederhana, sampai pada tahap yang modern dan lengkap.

Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama merupakan salah satu bagian penting organisasi Nahdlatul Ulama, yang bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama dalam bidang pendidikan dan pengajaran formal. Dalam perkembangannya, Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama secara aktif melibatkan diri dalam proses-proses pengembangan pendidikan di Indonesia. Berdirinya Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama di kecamatan Bendosari dilatarbelakangi oleh dua faktor penting, yaitu Perkembangan Nahdlatul Ulama di Kabupaten Sukoharjo dan kebiasaan masyarakat Kecamatan Bendosari yang masih jauh dari moralitas agama.

Peran serta Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Bendosari terhadap masyarakat di Kecamatan Bendosari dalam bidang pendidikan adalah mendirikan satuan pendidikan dari tingkat dasar, tingkat pertama, maupun tingkat atas, dengan tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat Kecamatan Bendosari akan pentingnya pendidikan dalam sendi kehidupan. Masyarakat Kecamatan Bendosari dapat terangkat aspek pendidikannya melalui berbagai amal usaha Lembaga Pendidika Ma’arif Nahdlatul Ulama dalam bidang pendidikan.

Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Bendosari merupakan lembaga pendidikan Islam yang berakar kuat dari partisipasi masyarakat selaras dengan identitas negara kesatuan dalam keragaman berdasarkan Ketuhanan Yang

(17)

Maha Esa. Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama berkembang di masyarakat sebagai upaya masyarakat miskin di pedesaan untuk memperoleh pendidikan, hingga sekarang Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Bendosari terus menyediakan pendidikan berbasis masyarakat sebagai alternatif dari pendidikan umum.

Keberadaan Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama dapat meningkatkan kesadaran masyarakat Kecamatan Bendosari akan pentingnya pendidikan dalam sendi kehidupan, hal tersebut dapat terlihat dengan meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat Kecamatan Bendosari baik yang tamat sekolah dasar, tamat sekolah pertama, maupun tamat sekolah menengah.

Daftar Pustaka

1. Arsip

Arsip akte pendirian satuan pendidikan dibawah Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Kecamatan Bendosari.

Arsip Majelis Wakil Cabang Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo.

Tata Tertib Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama 1970.

2. Buku

Abudin Nata, ed. 2001. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan

Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.

Choirul Anam. 1985. Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdlatul Ulama, Solo: Jatayu Sala.

(18)

Dawan Raharjo, M. 1998. Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta: LP3ES

Haidar Putra Daulay. 2007. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan

Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Muslih Usa (ed). 1991. Pendidikan Islam di Indonesia, Antara Cita dan Fakta. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Nugroho Notosusanto. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer. Jakarta: Yayasan Indayu.

Daftar Informan

1. Nama : Sunaryo Budi Suwarjono

Usia : 68 Tahun

Pekerjaan : Pensiunan PNS/ Mantan Ketua Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Kecamatan Bendosari

Alamat : Desa Mulur, Kecamatan Bendosari

2. Nama : Maksum Maladi

Usia : 65 Tahun

Pekerjaan : Pengurus Majelis Wakil Cabang Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Kecamatan Bendosari.

Alamat : Desa Manisharjo, Kecamatan Bendosari

3. Nama : Mudzakir

Usia : 50 Tahun

Pekerjaan : Kepala Madrasah Ibtidaiyah Walisongo Jagan Alamat : Desa Ringanom, Kecamatan Bendosari.

Gambar

Tabel  diatas  menunjukan  jumlah  sekolah  dasar  di  Kecamatan  Bendosari  yang  masih  terbatas
Tabel  diatas  menunjukan  pendidikan  masyarakat  Kecamatan  Bendosari  yang  tamat  SMP  dan  tamat  SD  lebih  dominan  daripada  yang  lain

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan tentang pengertian ekstrakurikuler juga terdapat dalam SK Dirjen Dikdasmen Nomor 226/C/ Kep 1992 yang menyatakan bahwa ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar

Strategi pembinaan siswa yang dilaksanakan di SDIT Insan Sejahtera Kabupaten Sumedang secara terintegrasi, terpadu, dan komprehensif, melalui (1) pengintergrasian ke dalam

Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RSUP H.Adam Malik Medan, yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis

"Persepsi Peserta Didik tentang Kompetisi Mahasiswa PPLBK Sekolah (Studi di Kelas VIII SMP Negeri I Sutera Pesisir Selatan).".. Fitria Kasih,

Membantu Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan serta Pengawas Teknis Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bulungan dalam melaksanakan tugas dan kewaji bannya

Persepsi mahasiswa terhadap pengelolaan laboratorium pendidikan biologi pada mata kuliah botani dan zoologi untuk indikator perencanaan 4,02 (kategori baik), indikator penataan

pemrograman yang menawarkan Integrated Development Environment (IDE) visual untuk membuat program perangkat lunak berbasis sistem operasi Microsoft Windows dengan menggunakan

Tabel 4 dan Gambar 4 memperlihatkan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada ranah psikomotorik dari siklus I ke siklus II yaitu dari 12,22 menjadi 15,58 yang