• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA KEPALA SEKOLAH DAN PENGAWAS UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( GPAI ) PADA PENDIDIKAN MENENGAH : Studi Tentang Pengembangan Kemampuan Profesional Guru Pendidikan Agama Islam di SMUN Sekotamadya Cirebon.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA KEPALA SEKOLAH DAN PENGAWAS UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( GPAI ) PADA PENDIDIKAN MENENGAH : Studi Tentang Pengembangan Kemampuan Profesional Guru Pendidikan Agama Islam di SMUN Sekotamadya Cirebon."

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA KEPALA SEKOLAH DAN PENGAWAS

UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PROFESIONAL

GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( GPAI )

PADA PENDIDIKAN MENENGAH

(Studi Tentang Pengembangan Kemampuan Profesional

Guru Pendidikan Agama Islam di SMUN Sekotamadya Cirebon)

TESIS

Diajukan Untuk

Memenuhi

Sebahagian

Kewajiban dan

Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh

S U K L A N I

NIM.

959653/XXVII-19

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCA SARJANA IKIP

(2)

DISETUJUI DAN DISYAHKAN UNTUK MENEMPUH UJIAN TAHAP II

PembirfibiAig I

DR. H. ABIN SYAMSUDDIN, M.A

Perabimbing II

DR. H. DJAM'AN SATORI, M.A

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG

(3)

ABSTRAK

Keberhasilan pendidikan agama sebagian besar

tergantung dari faktor guru sebagai pelaksana kurikulum, Guru agama merupakan tenaga kependidikan yang berperan aktif dalam peningkatan keimanan dan ketaqwaan, oleh karena itu, guru agama dituntut memiliki wawasan

kegu-ruan yang tepat sesuai dengan kebijakan pendidikan yang

berlaku di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Departemen Agama. Wawasan keguruan tersebut pada dasar-nya meliputi wawasan yang menyangkut dengan materi agama dengan wawasan yang menyangkut metodologi penyampaiannya

yang sering disebut dengan wawasan kependidikan.

Dalam rangka meningkatkan wawasan kependidikan guru agama sejak tahun 1985 telah dilakukan kerja sama antara Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, secara operasional peningkatan wawasan kependi dikan tersebut dilakukan oleh Kepala Sekolah dan Penga

was PAI .

Atas dasar pemikiran tersebut, penulis tertarik

untuk meneliti tentang upaya kepala sekolah dan pengawas untuk mengembangkan kemampuan profesional guru pendi dikan agama Islam pada pendidikan menengah (SMU) dengan fokus penelitian " Sejauhmana kegiatan pengembangan guru melalui pembinaan kemampuan profesional guru pendidikan

agama Islam yang dilakukan oleh kepala sekolah dan

pengawas PAI di SMU Negeri se-Kotamadya Cirebon

Adapun hal-hal yang dibahas berkenaan dengan fokus penelitian tersebut, mencakup : Bagaimana persepsi kepala sekolah tentang tugasnya sebagai pembina kemam puan profesional guru di sekolahnya, bagaimana persepsi

(4)

pengawas tentang peranannya sebagai pembina kemampuan

guru pendidikan agama Islam NIP 13 yang diangkat

Mendik-bud dan NIP 15 yang diangkat oleh Menteri Agama dan bagaimana pula pelaksanaan pengembangan guru pendidikan

agama Islam tersebut.

Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode

deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif, popu-lasinya adalah kepala sekolah, pengawas PAI, GPAI, Kasi

Pendais Depag Kodya Cirebon, dan Kasi Binmudora Kandep-dikbud Kotamadya Cirebon, dengan menggunakan teknik snow

ball sampling.

Hasil penelitian mengungkapkan, bahwa para kepala sekolah memahami tentang tugas dan perannya sebagai

pelaksana pengembangan kemampuan profesional GPAI, la mengemukakan bahwa pengembangan kemampuan profesional

GPAI adalah merupakan salah faktor yang amat penting dalam upaya meningkatkan kualitas proses belajar menga-jar. Upaya pembinaan terhadap guru dilaksanakan secara rutin setelah apel tanggal 17, pemberian

informasi-informasi penting untuk semua tenaga kependidikan (Guru

dan tata usaha). Pembinaan terhadap GPAI oleh kepala sekolah mendapat prioritas utama, sebagai bukti bahwa

kepala sekolah selalu memberikan motivasi, peluang dan dukungan baik moril maupun materil dalam kegiatan

yang bersifat peningkatan mutu.

Begitu juga pengawas PAI memahami tentang tugasnya

sebagai orang yang diberi tugas dan tanggung jawab mem berikan pembinaan dan bimbingan terhadap GPAI di SLTP

dan SMU. Dalam meneliti masalah ini, terungkap beberapa

pernyataan kepala sekolah dan para GPAI diantaranya :

1. Adanya pengakuan dari para guru pendidikan agama

baik NIP 13 maupun NIP 15 bahwa mereka belum

menda-patkan pembinaan ke arah profesional secara

maksi-mal,

(5)

2. Salah satu akibat kurangnya pembinaan secara

siste-matis dan terprogram, maka terdapat pengakuan dari sebagian kecil GPAI NIP 13 bahwa dirinya tidak mempunyai hubungan dengan Departemen Agama,

3. Pembinaan kemampuan guru pendidikanagama Islam hanya dialami dengan mengikuti penataran PWKGAI di

tingkat propinsi itupun hanya sebagian kecil guru agama,

4. Semua pernyataan itu nampaknya bermuara pada satu persoalan yakni kurangnya koordinasi yang

sistema-tis antara instansi yang bertugas mengembangkan

kemampuan tenaga kependidikan tersebut serta belum jelasnya wewenang dan tanggung jawab pejabat fung-sional di lingkungan Departemen Agama dalam membina

GPAI di sekolah menengah umum.

Hasil penelitian lain yang berkaitan dengan bentuk-bentuk pengembangan kemampuan profesional guru agama Islam adalah penataran Peningkatan Wawasan Kepen didikan Agama Islam (PWKGAI) yang dilaksanakan di ting kat propinsi dan pelaksananya adalah pemimpin bagian proyek pembinaan pendidikan Pancasila Propinsi Jawa

Barat.

Dalam pelaksanannya ternyata terdapat beberapa permasalahan antara lain ialah: nampaknya penataran itu belum memberikan peluang secara merata terhadap GPAI,

hasil dari penataran itu belum bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh GPAI, terdapat pandangan yang kurang sehat

diantara para guru pendidikan agama Islam terhadap wadah kegiatan guru untuk mengembangkan kemampuan profesional serta tidak adanya dana untuk kegiatan dalam wadah itu, dan kesemuanya ini nampaknya bermuara pada masalah koordinasi yang lemah antara pengawas PAI, kepala seko lah dan personal-personal yang terkait dalam tugasnya.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar

i

Ucapan Terima Kasih

j_v

Abstrak v^^

Daftar Isi

x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B . Masalah g

C . Tujuan Penelitian 15

D. Kegunaan Penelitian 16

E. Paradigma Penelitian ig

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Tinjauan Teoritis 24

1. Strategi Pengembangan SDM 25

2. Peranan SMO dalam Pengembangan

SDM 27

3. Profesionalisasi Tenaga Kependi

-dikan 29

4. Tenaga Kependidikan Agama Islam.. 37 5. Pengembangan Personil Melalui Pem

binaan Kemampuan Profesional Guru 39 6. Peranan Kepala Sekolah sebagai Ad

ministrator, Supervisor dan Pemim

pin Pendidikan 50

7. Peranan Pengawas PAI dalam Super

visi Pengajaran 65

8.

Teknik-teknik Pembinaan Kemampuan

Guru 73

(7)

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian 81

B. Lokasi Penelitian 83

C. Subjek Penelitian 88

D. Teknik Pengumpulan Data 89

E. Pelaksanaan Pengumpulan Data 92 F. Memperoleh Tingkat Kepercayaan Hasil

Penelitian 96

G. Cara Analisis Data 100

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEHBAHASAN

A. Hasil Penelitian 103

1. Pola Kegiatan Kepala Sekolah tentang

Tugasnya sebagai Pembina Kemampuan

Profesional Guru 103

2. Pola Kegiatan Pengawas Pendidikan Agama Islam tentang Peranannya seba gai Pembina Kemampuan Profesional

GPAI NIP 13 dan NIP 15 114

3. Pola Kegiatan Pengembangan Kemampuan

Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI)

NIP 13 dan NIP 15 128

B. Pembahasan Temuan Penelitian 137

1. Pokok-pokok Temuan Penelitian 146 2. Pembahasan pokok-pokok Temuan Pene

-litian 148

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 166

B. Implikasi 171

B . Rekomendasi 186

DAFTAR KEPUSTAKAAN 190

DAFTAR LAMPIRAN

(8)

BAB I

P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang Masalah

Sektor pendidikan merupakan potensi yang strategik

untuk pembangunan masa depan yang lebih baik. Dalam era

tinggal landas, pembangunan nasional diarahkan kepada pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, oleh karena itu pembangunan di bidang pendidikan diarahkan untuk memper-siapkan manusia yang mampu membangun. Sehubungan dengan

hal tersebut tujuan pendidikan nasional dirumuskan

sebagai berikut :

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan

bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuh

nya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terha dap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UUSPN, No 2, 89).

Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam tujuan tersebut menunjukkan betapa pentingnya pendidikan agama Islam, karena pendidikan agama berperan secara langsung dalam pembentukan kualitas manusia yang

(9)

Rencana dan prioritas kedua pembangunan pendidikan dalam Program Jangka Panjang (PJP) II, adalah perbaikan mutu semua jenis dan jenjang pendidikan (Dasar, Menengah dan Tinggi) dengan memusatkan pada tiga faktor utama

yaitu :

1. Kecukupan sumber-sumber pendidikan untuk menun-jang proses pendidikan dalam arti kecukupan dalam penyediaan jumlah dan mutu guru, kecukupan penye-diaan buku teks bagi murid dan perpustakaan dan kecukupan penyediaan secara operasional peralatan dan laboratorium,

2. Sifat dari proses pendidikan itu sendiri dalam arti kurikulum dan keadaan dimana para siswa harus belajar,

3. Mutu output dari proses pendidikan dalam arti keterampilan dan pengetahuan yang telah diperoleh para siswa (Depdikbud, 1995:2).

Tujuan pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU) mengacu pada tujuan pendidikan menengah dan raengutamakan penyiapan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke

jenjang pendidikan tinggi dan pengkhususan yang

diwujud-kan pada tingkat akhir masa pendidikan (Kurikulum SMU,

1993). Peningkatan mutu pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU) mempunyai kaitan dengan mutu pendidikan pada

jenjang selanjutnya yaitu Perguruan Tinggi (PT). Secara

langsung juga mempunyai kaitan dengan peningkatan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk pembangunan nasional sebagai tenaga kerja (menengah). Oleh karena itu, kuali-tas pengelolaan sekolah menengah harus menjadi perhatian

(10)

Pengembangan kemampuan guru (khususnya GPAI), adalah merupakan salah satu tugas kepala sekolah, hal ini sebagaimana dijelaskan dalam PP 28 tahun 1990 bahwa " Kepala Sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan

tenaga kependidikan dan pendayagunaan serta pemeliharaan

sarana dan prasarana".

Kepala sekolah sebagai orang yang menduduki posisi

penting dan tertinggi di sekolah, mempunyai tugas mem-pengaruhi guru dan personil lainnya dalam menggerakkan

organisasi sekolah. Kemampuan guru dalam mengajar

turut menentukan keberhasilan proses pendidikan.

Sehu-bungan dengan hal tersebut di atas, Oteng Sutisna (1993:123) menyatakan bahwa :

Kualitas program pendidikan bergantung tidak saja konsep-konsep program yang eerdas, tapi juga pada personil pengajar yang mempunyai kesanggupan dan keinginan untuk berprestasi. Tanpa personil yang cakap dan efektif, program pendidikan yang dibangun di atas konsep-konsep yang eerdas serta dirancang dengan telitipun dapat tidak berhasil.

Berdasarkan pernyataan di atas, jelaslah bahwa personil, khususnya guru pendidikan agama Islam bagi

kepala sekolah merupakan partner yang tidak dapat

dia-baikan. Oleh karenanya dibutuhkan upaya kepala sekolah

(11)

Islam pada sekolah menengah yang berada dalam wewenang dan tanggung jawabnya.

Sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan pengembangan personil, maka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melalui kepala sekolah dan Departemen Agama melalui pengawas PAI memiliki program yang diarahkan kepada upaya pengembangan kemampuan profesional tenaga guru

pendidikan agama Islam. Hal tersebut penting untuk dilakukan agar para guru mampu melaksanakan fungsi, tugas dan tanggung jawabnya selaku pendidik pada jenjang

sekolah menengah umum. Lebih jauh melalui program

yang dilakukan, para tenaga guru mampu memahami tuntutan

organisasi dan mampu memberikan sumbangan kemampuan yang

(12)

GAMBAR 1.1

FAKTOR-FAKTOR YANG TERLIBAT DALAM PENGEMBANGAN PERSONIL

performa yang dibutuhkan

pengetahuan,keterampilan dan si kap yang dibutuhkan oleh perfor

m a

Kebutuhan

Pengembangan

peningkatan performa untuk

men-dukung eksistensi dan

menganti-sipasi keadaan

Sasaran Perfor m a

Rencana untuk memperkecil kesen

jangan antara performa yang

di-harapkan

Rencana Pengem bangan

Aktivitas yang direncanakan un tuk memperkecil kesenjangan

Unit Program Pengembangan

Pengalaman yang didesain untuk

menghubungkan rencana pengemba

ngan perencanaan

Evaluasi

Evaluasi hasil serta desain ulang

Adaptasi dari : William B Castetter (1981:322)

Involved in Personil Development.

(13)

Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa latar

belakang

dilaksanakannya program pengembangan

personil

adalah: 1) Kebutuhan akan performa personil, meliputi

pengetahuan,

keterampilan, sikap yang diperlukan

untuk

mencapai performa personil yang efektif, 2) Kebutuhan pengembangan personil, meliputi meningkatkan performa personil untuk mengantisipasi perannya, 3) Adanya sasar-an-sasaran performa, yaitu sebagai upaya untuk memperke cil kesenjangan antara harapan dengan kenyataan performa yang ditunjukkan, 4) Adanya rencana pengembangan, yaitu untuk memperkecil kesenjangan performa, 5) Adanya unit program pengembangan, yaitu upaya menciptakan pengalaman untuk mengkaitkan rencana pengembangan operasionalisasi

unit-unit dan rencana pola pengajaran dan 6) Evaluasi,

yaitu untuk mengetahui hasil yang digunakan serta

mende-sain kembali untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Dengan demikian, program pengembangan kemampuan profesional guru pendidikan agama Islam yang ber-NIP 13 (Guru Pendidikan Agama yang diangkat Dikbud) dan ber-NIP 15 {Guru Pendidikan Agama yang diangkat Depag) melalui program studi lanjut (SI) di STAIN dan STAI Islamic

Centre Cirebon, Penataran Peningkatan Wawasan Kependi dikan Guru Agama (PWKGA), Penataran Instruktur Pesantren

Kilat, Seminar yang dilaksanakan oleh Instansi lain dan

(14)

dikemukakan oleh William B Castetter tersebut di atas.

Program pengembangan tersebut secara khusus

seja

lan

dengan

berbagai

tuntutan

kemampuan

profesional

tenaga

guru sekolah menengah, yaitu

untuk

memperkecil

kesenjangan

antara kemampuan nyata (aktual) dan

kemam

puan

profesional yang diharapkan (Ideal)

dari

seorang

guru.

Dan

kemampuan yang

dimaksud

diharapkan

sesuai

dengan

konsep

yang

dikemukakan

oleh

T.

Raka

Joni

(1984:6) bahwa :

Kemampuan

digambarkan sebagai jalinan terpadu

yang

unik antara penguasaan bahan ajaran, prinsip,

stra-tegi dan teknologi keguruan kependidikan dan

peran-cangan program secara situasional serta penyesuaian

pelaksanaannya secara transaksional di dalam

menge-lola kegiatan belajar mengajar yang dilandasi

wawa

san

kependidikan yang mantap,

yang

kesemuanya

itu

ditampilkan di dalam perbuatan mengajar yang

mendi-dik.

Upaya

pengembangan

kemampuan

profesional

guru

pendidikan

agama Islam ber-NIP 13 dan Ber-NIP

15

yang

ditugaskan

di Sekolah Menengah Umum (SMU)

dilaksanakan

dengan melalui berbagai penataran,

studi lanjut,

seminar

serta pembinaan, pengawasan dan penilaian teknis Guru

Pendidikan

Agama

Islam yang dilakukan oleh

Depag

dan

Dikbud,

hal ini sesuai dengan Surat

Keputusan

Bersama

(SKB) dua Menteri antara menteri Pendidikan dan Kebu

dayaan

dan Menteri Agama Nomor : 0198/U/1985, Nomor

35

tahun 1985 yang menyatakan bahwa :

Pembinaan, pengawasan dan penilaian teknis edukatif

(15)

bekerja sama dengan Departemen Pendidikan dan Kebuda

dayaan.

Pembinaan, Pengawasan dan penilaian teknis adminis

trasi guru pendidikan agama dilakukan oleh

Departe

men Pendidikan dan Kebuadayaan dan Departemen Agama.

Dengan

adanya Surat Keputusan bersama

(SKB)

dua

Menteri,

bahwa pembinaan dan pengawasan yang

dilakukan

oleh aparat Depag yaitu pengawas PAI yang ditinjau

dari

administratif

kepegawaiannya pada sekolah

umum

dewasa

ini

terdapat

dua jebis guru

pendidikan

agama

Islam,

yaitu

GPAI

NIP 13 yang

administrattif

kepegawaiannya

bertanggung

jawab ke Kandepdikbud dan GPAI NIP 15

ber-tanggung jawab pada departemen Agama.

Berdasarkan

temuan sementara,

bahwa

permasalahan

yang

dihadapi sampai saat ini adalah

tentang

petunjuk

pelaksanaan dari keputusan bersama belum dapat

diwujud-kan,

sehingga

belum diperoleh kejelasan

arah

tentang

batas golongan pejabat fungsional di lingkungan Departe

men

Agama

khususnya

dalam

tugas

supervisi

terhadap

pelaksanaan

tugas

guru pendidikan agama Islam

NIP

13

pada sekolah umum.

Selain dari pada itu guru

pendidikan

agama

Islam NIP 13 menganggap tidak mempunyai

hubungan

dengan Departemen Agama,

karena penilaian DP3 nya

dila

kukan oleh Kepala Sekolah dan akibatnya wewenang

penga

was

pendidikan

agama Islam kurang

dominan,

sehingga

terdapat

kesulitan beberapa pengawas

pendidikan

agama

Islam

dalam

menghadapi tugas supervisi

terhadap

guru

(16)

Berangkat dari kondisi tersebut, melalui peneli tian ini akan diungkapkan bagaimana upaya pengembangan

kemampuan profesional guru pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Umum (SMU) se-Kotamadya Cirebon. Pene

litian ini diharapkan bukan saja mampu memberikan sum-bangan dalam peningkatan kemampuan profesi guru pendi dikan agama Islam, melainkan dalam mengembangkan sumber daya manusia bidang-bidang yang lain sehingga di

ling-kungan Departemen Agama dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

B. M a s a l a h

1. Ident.ifika.si Masalah

Menurut Undang-undang Nomor 2 tahun 1989, pengelo-laan sistem pendidikan nasional adalah tanggung jawab Menteri Pendidikan dan kebudayaan, namun dalam penye

lenggaraannya dapat dilakukan kerja sama dengan instansi pemerintah lainnya. Pembinaan terhadap pendidikan agama

Islam adalah tanggung jawab Menteri Agama, akan tetapi

dalam penyelenggaraannya selalu ada keterpaduan instansi

lain diantaranya yaitu : keterpaduan antara Departemen

Agama dengan departemen pendidikan dan kebvudayaan dalam

(17)

10

Beberapa isu permasalahan sehubungan dengan

usaha

peningkatan mutu melalui pembinaan kemampuan profesional

guru pendidikan agama Islam di SMU se-Kotamadya

Cirebon

dikelompokka atas isu pihak guru pendidikan agama Islam,

kepala

sekolah dan pengawas PAI, maka

dari

penelitian

pendahuluan

dapat ditemukan beberapa gejala yang

meng-arah kepada hal-hal seperti berikut ini :

Pertama,

masih terdapat sebagian guru

pendidikan

agama

Islam

(GPAI) NIP 13

belum

mendapat

kesempatan

untuk

mengembangkan

diri

(meningkatkan

kemampuannya

dalam melaksanakan tugas), terdapat juga guru pendidikan

agama

Islam

yang mengajar tidak

sesuai

dengan

latar

belakang

pendidikannya atau sering terjadi tugas

rang-kap.

Kedua,

hubungan antar manusia (GPAI NIP 13

dengan

GPAI NIP 15) belum terjalin secara baik, hal ini

sering

menjadikan

salah satu kendala dalam

peningkatan

hasil

proses belajar mengajar.

Ketiga,

wawasan guru pendidikan agama Islam

ten

tang

pengetahuan

umum

terutama

bidang

exakta

masih

dirasakan

minim, sehingga guru pendidikan

agama

belum

dapat memadukan antara pengetahuan umum dengan

pengeta

huan agama.

Keempat,

pandangan dan pemahaman pengawas

pendi

(18)

11

dalam

pelaksanaan

supervisi

pengajaran

pada

sekolah

menengah umum dirasakan masih kurang.

Kelima,

pemahaman kepala sekolah tentang

peranan

pengawas pendidikan agama Islam dalam melaksankan super

visi pengajaran pada Sekolah Menengah Umum di

Kotamadya

Cirebon

dirasakan masih kurang sehingga sering

terjadi

kekeliruan dalam penilaian DP 3 guru pendidikan agama.

Kondisi

di atas, menunjukkan

adanya

kesenjangan

antara

kebijakan yang dikeluarkan oleh

Menteri

Pendi

dikan

dan Kebudayaan dengan menteri Agama

tentang

pe

ngembangan

sumber daya manusia, khususnya

pengembangan

tenaga

pengajar dan kemampuan profesional empiris

yang

dimiliki, kebijakan tersebut yaitu pembinaan, pengawasan

dan penilaian teknis edukatif tenaga kependidikan

dila

kukan

oleh

Departemen Pendidikan

dan

Kebudayaan

dan

Departemen Agama.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah

dike

mukakan di atas, maka dalam melaksanakan penelitian ini,

peneliti

berpijak pada PP RI Nomor 29 tahun 1990 Bab

I

pasal 1 ayat (2) yang menjelaskan " Pendidikan

menengah

umum adalah pendidikan pada jenjang pendidikan

menengah

yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan

peningkatan

(19)

12

dijelaskan tentang tujuan pendidikan menengah :

(1) Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan

perkem-bangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

(2) Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota

masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam

sekitarnya.

Sekolah Menengah Umum, merupakan salah satu jen jang pendidikan yang berfungsi sebagai unit pelaksana

teknis pendidikan formal, harus dapat memberikan

sum-bangan formal yang berarti bagi pencapaian tujuan pendi dikan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, kepala sekolah sebagai pengelola tertinggi dalam organisasi

sekolah harus dapat mengelola kegiatannya secara

kese-luruhan.

Dalam PP RI Nomor 29 tahun 1990 tentang Pendidikan

menengah, Bab VI pasal 14 ayat (1) disebutkan :

Kepala sekolah dari sekolah menengah yang diseleng-garakan oleh pemerintah bertanggung jawab kepada Menteri lain yang terkait atas penyelenggaraan : (1) kegiatan pendidikan, (2) administrasi sekolah, (3) pembinaan tenaga kependidikan lainnya, (4)

pendaya-gunaan sarana dan prasarana.

Selain dari pada itu, dalam pasal 25 ayat (6) dikemukakan bahwa " penyelenggaraan sekolah menengah berkewajiban untuk menilai dan membina keseluruhan kegiatan pendidikan di bawah naungannya ".

(20)

dan pengawas adalah membina atau mengembangkan kemampuan

guru.

Pengembangan

kemampuan

dapat

dilakukan

dengan

berbagai

cara sesuai dengan situasi dan kondisi

daerah

serta

keadaan

sekolah. PP RI Nomor 29 tahun

1990

Bab

XIII,

pasal

32,

ayat 1,2 dan

3 menyebutkan

sebagai

berikut :

(1) Pengembangan

meliputi

perbaikan,

perluasan

pendalaman,

dan penyesuaian pendidikan

melalui

peningkatan

mutu baik penyelenggaraan

kegiatan

ros

Pe"dldlkan maupun pencatatan penunjangnya,

(2) Pada

sekolah menengah dapat dilakukan uji

coba

gagasan baru yang diperlukan dalam rangka pendi

dikan menengah,

(3) Kegiatan

sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan

ayat

2 dilaksanakan

tidak

dengan

mengurangi

kelangsungan

penyelenggaraan

pendidikan

pada

sekolah yang bersangkutan.

Pengembangan kemampuan guru pendidikan agama Islam

khususnya

di Sekolah Menengah Umum (SMU)

di

Kotamadya

Cirebon

merupakan tanggung jawab kepala

sekolah,

baik

sebagai

administrator maupun sebagai

supervisor.

Oleh

karenanya

dituntut

usaha kepala sekolah

dan

pengawas

dalam meningkatkan kemampuan profesional guru (khususnya

guru pendidikan agama Islam) dengan usaha tersebut

GPAI

dapat meningkatkan kemampuan profesionalnya.

Berdasarkan latar belakang

masalah di atas,

maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Sejauhmana

kegiatan pengembangan guru melalui

upaya

pembinaan

kemampuan profesional Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI)

(21)

14

Sekolah Menengah Umum Negeri se-Kotamadya Cirebon ?.

Secara lebih rinci permasalahan tersebut

dirumus-kan dalam bentuk pertanyaan penelitian seperti berikut

ini :

1. Bagaimana pola kegiatan kepala sekolah dalam tugasnya

sebagai pembina kemampuan profesional guru di

seko-lahnya ?,

2. Bagaimana pola kegiatan pengawas pendidikan agama

Islam dalam peranannya sebagai pembina kemampuan

profesional guru pendidikan agama Islam NIP 13 dan

NIP 15 ?,

3. Bagaimana pola pengembangan kemampuan profesional

guru pendidikan agama Islam NIP 13 dan NIP 15.

Pertanyaan ini dirinci lebih lanjut seperti berikut

ini :

(1) Bentuk kegiatan apa yang dilakukan dalam proses

pengembangan kemampuan profesional guru pendi

dikan agama Islam,

(2) Apa tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan

pengembangan guru pendidikan agama Islam,

(3) Materi apa yang diberikan dalam kegiatan pengem

bangan kemampuan profesional guru pendidikan

agama Islam tersebut,

(4) Metode apa yang digunakan dalam kegiatan pengem

(22)

agama Islam,

(5) Bagaimana mengevaluasi keberhasilan kegiatan pengembangan kemampuan profesional guru pendi dikan agama Islam, dan

(6) Faktor apa yang menjadi penunjang dan penghambat baik yang dirasakan oleh kepala sekolah, pengawas dan guru dalam kegiatan pengembangan kemampuan

tersebut.

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran nyata tentang kerjasama

antara Departemen Pendidikan dan kebudayaan melalui para

kepala sekolahnya dan Departemen Agama melalui pengawas

PAI dalam upaya pengembangan kemampuan profesional guru pendidikan agama Islam NIP 13 dan NIP 15, serta ingin mengetahui pula respon guru pendidikan agama Islam

terhadap pegembangan kemampuan profesional yang dilaku

kan oleh kepala sekolah dan pengawas PAI tersebut.

2. Tujuan Khusus

Bertitik tolak pada tujuan umum di atas, maka

tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mendes-kripsikan, menganalisis dan mencari makna terhadap

(23)

16

supervisor pendidikan dan usaha pengawas PAI sebagai

supervisor dalam mengembangkan kemampuan profesional GPAI khususnya di SMUN se-Kotamadya Cirebon. Adapun hal-hal yang dideskripsikan dan dianalisis adalah seperti

berikut ini:

(1) Pola kegiatan kepala sekolah dalam tugasnya

sebagai pembina kemampuan profesional guru di

sekolahnya,

(2) Pola kegiatan pengawas pendidikan agama Islam dalam perannya sebagai pembina kemampuan profe

sional GPAI NIP 13 dan NIP 15 di Sekolah Menengah

Umum,

(3) Pola kegiatan pengembangan personil bagi guru pendidikan agama Islam NIP 13 dan NIP 15 yang ditugaskan di SMU Negeri se-Kotamadya Cirebon.

D. Kegunaan penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analitis yang sasaran utamanya adalah tentang pengemba

ngan personalia melalui upaya pembinaan kemampuan profe sional guru pendidikan agama Islam (GPAI) NIP 13 dan NIP 15 yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan dan Kebu dayaan melalui para kepala sekolah dan Departemen Agama

melalui pengawas PAI dengan harapan guru agama mampu

(24)

17

dan teknologi dewasa ini.

Sasaran lainnya adalah untuk mengetahui tentang

implementasi kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

dan Menteri Agama tentang kerja sama dalam pembinaan

guru pendidikan agama Islam.

Penelitian yang bersifat deskriptif ini dapat

mengungkapkan makna-makna baru yang berguna bagi pe ningkatan dan penyempurnaan kegiatan administrasi per

sonil dan supervisi pengajaran di sekolah dalam bentuk pembinaan profesional terhadap guru-guru pendidikan

agama Islam di sekolah menengah umum di Kotamadya Cire

bon. Disaraping itu sebagai masukan bagi pihak yang berwenang dalam usaha mengembangkan kemampuan gurudalam melaksanakan tugasnya. Kegunaan penelitian ini dapat dilihat dari dua segi, yaitu kegunaan teoritis dan

praktis.

1. Kegunaan Teoritis

Dalam penelitian ini dikaji dan dianalisis

penge-lolaan Sekolah Menengah Umum sebagai lembaga pendidikan

formal oleh kepala sekolah. Pelaksanaan tugas kepala sekolah sebagai administrator dan supervisor pendidikan

di sekolah, baikditinjau dari segi pengadaan, pelaksa

naan dan penjalinan hubungan kerja sama dalam penilaian

pelaksanaan pekerjaan guru pendidikan agama Islam,

(25)

kemampuannya. Selain itu dapat pula diketahui program

yang dilaksanakan oleh pengawas pendidikan agama Islam

Kanwil Departemen Agama Propinsi Jawa Barat dalam mem berikan pengetahuan dan keterampilan serta dorongan pada guru-guru pendidikan agama Islam untuk meningkatkan

kemampuannya.

Demikian juga penelitian ini dapat memberikan masukan untuk mengembangkan personalia tenaga kependi

dikan, khususnya sebagai langkah untuk mempersiapkan guru pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Umum

yang profesional.

2. Kegunaan Praktis

Dipandang dari aspek ini, maka masalah yang dite

liti dapat memberikan gambaran yang jelas tentang kerja sama antara departemen Pendidikan dan kebudayaan melalui

para kepala sekolahnya dan Departemen Agama melalui para pengawasnya dalam upaya mengembangkan kemampuan profe

sional guru pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah

Umum (SMU).

Dalam kedudukannya kepala sekolah sebagai adminis trator dan supervisor pengajaran di sekolah, hasil

(26)

19

profesional, yang pada akhirnya guru tersebut mampu melaksanakan tugasnya serta mampu mengatasi permasalahan yang dianggap mengganggu dalam melaksanakan tugasnya.

Kedua, Sebagai masukan bagi pengawas pendidikan agama Islam Kanwil Departemen Agama propinsi Jawa Barat dalam rangka penyempurnaan dan perbaikan pelayanan pemberian

bantuan dan bimbingan kepada guru pendidikan agama Islam

agar dapat meningkatkan kemampuan profesional pada masa

yang akan datang.

Ketiga, sebagai masukan bagi pemerintah (instansi terkait) sebagai penanggung jawab teknis penilaian tenaga edukatif dan pengawasan materi pendidikan agama Islam, Kakandepag dan Kakandepdikbud Kotamadya Cirebon dalam penyempurnaan kegiatan koordinasi yang efektif dan

penyempurnaan kegiatan-kegiatan pembinaan profesional

guru pendidikan agama Islam khususnya.

Kedua segi kegunaan tersebut perlu dikaji dan ditelaah secarailmiah dalam mencapai sasaran yang diha

rapkan dapat menunjang terlaksananya administrasi dan

supervisi sekolah.

E. Paradigna Penelitian

Permasalahan pengembangan sumber daya manusia

(27)

20

sumber daya manusia menjadi masalah yang sifatnya uni

versal dan kompleks karena melibatkan berbagai pihak dan kepentingan. Kebutuhan dan pengembangan personalia organisasi ini erat hubungannya dengan tuntutan kebutu

han organisasi sendiri baik yang sifatnya internal

maupun eksternal.

Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) NIP 13 dan NIP 15 yang ditugaskan di Sekolah Menengah Umum dituntut untuk dapat menguasai kemampuan profesional tertentu yang sejalan dengan tujuan institusi tersebut. kepala sekolah dan pengawas sebagai pejabat yang berwenang

untuk melaksanakan tugas pengembangan kemampuan guru

(28)

PENGAWAS

PAI

SIFAT

KEPRIBA-DIAN GPAI DAN LANDASAN KE PENDIDIKAN

IMPLIKASI

GAMBAR 1.2

PARADIGMA PENELITIAN

DEVELOPMENT

(PENGEMBANGAN)

PENDIDIKAN

DALAM JABATAN

KEPALA SEKOLAH

LANDASAN KEPENDIDIKAN

GPAI

PROFESIONAL REKOMENDASI

(29)

Paradigma penelitian tersebut, berangkat dari konsep fungsi administrasi personil yang dikemukakan

oleh William B Castetter (1981:49) diantaranya adalah

Development atau pengembangan.

Pengawas (dalam hal ini adalah Pengawas PAI) adalah sebagai tenaga profesional yang telah

dipersiap-kan untuk dapat membantu kepala sekolah yang secara

operasional

bertanggung jawab atas terlaksananya

kegi

atan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru (PAI)

dengan peserta didik dalam kelas.

Guru adalah faktor yang dominan dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar itu, oleh karenanya keberhasilan itu akan dicapai apabila guru tersebut

mempunyai kemampuan dalam kegiatan proses belajar

menga-jarnya.

Kerjasama antara pengawas PAI dengan kepala seko lah dapat melahirkan beberapa bentuk kegiatan dalam upaya pengembangan kemampuan profesional guru (khususnya

GPAI) dalam penelitian ini ingin diketahui bentuk-bentuk

pengembangan apa yang dilaksanakan oleh Depdikbud yang didelegasikan kepada kepala sekolah dan Departemen Agama yang didelegasikan kepada pengawas PAI, tujuan apa yang

ingin

dicapai,

materi apa yang diberikan,

metode

dan

tehnik evaluasi apa yang digunakan, faktor penunjang dan

(30)

kepala sekolah, pengawas dan guru pendidikan agama Islam terhadap upaya pengembangan kemampuan profesional itu. Bagaimana output dari proses pengembangan itu dapat

menyumbangkan terhadap guru dalam melaksanakan tugasnya. Secara ideal kemampuan profesional guru pendidikan

agama Islam adalah seseorang yang memiliki sifat-sifat

kepribadian sebagai muslim yang bertakwa kepada Allah SWT dan sebagai warga negara Indonesia, serta cendekia, menguasai landasan-landasan kependidikan dan mampu

(31)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

Dalam bab ini disajikan uraian tentang hal-hal

yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian dalam rangka penulisan tesis ini, yaitu metode penelitian,

lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, pelaksanaan pengumpulan data, tingkat kepercayaan

penelitian dan cara analisis data.

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif. Proses

penelitian berlangsung dalam latar belakang alamiah, dimana peneliti merupakan sebagian instrumen utamanya dan analisis data dilakukan dengan induktif kualitatif. Penggunaan metode dan pendekatan ini berangkat dari tujuan pokok penelitian yaitu mendeskripsikan dan menga nalisis pelaksanaan kegiatan pengembangan kemampuan profesional guru pendidikan agama Islam pada pendidikan menengah se-Kotamadya Cirebon yang dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas pendidikan agama Islam

(Waspendais).

Metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada

(32)

r:

pengumpulan data saja, tetapi meliputi analisis dan

interpretasi tentang arti data itu, membandingkan

persa-maan dan perbedaan penomena tertentu (Winarno

Surarakh-mad, 1980:138).

Penelitian kualitatif sering disebut metode

etnografik, metode fenomenologis atau metode naturalis-tik. Metode penelitian semacam ini mempunyai karakteristik seperti yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen (1982 : 27-29) seperti berikut ini :

(1) Data diambil langsung dari setting alami,

(2) Penen tuan sampel sec ara purposive, (3) Peneliti sebagai instrumen pokok,

(4) Lebih menekankan pada proses dari pada produk

sehingga bersifat deskriptif analitik,

(5) Analisis data secara induktif atau interpretasi

bersifat idiografik, dan

(6) mengutamakan makna di balik data.

Dengan demikian karakteristik-karakteristik itulah

yang dijadikan acuan bagi seluruh proses penelitian ini.

Pernyataan

di atas didukung oleh tulisan

Lexy

Moleong

(1990), yang menyatakan penelitian kualitatif berakar

pada latar belakang alamiah sebagai keutuhan,

mengandal-kan .manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode

kualitatif, dan mengadakan analisis data secara induk

tif. Sasaran penelitian diarahkan kepada usaha menemukan

teori-teori dasar. Penelitian bersifat deskriptif lebih

mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi

(33)

memeriksa keabsahan data dan hasil penelitian disepakati

oleh kedua pihak yakni peneliti dan subjek penelitian.

Dari uraian di atas, maka dalam penelitian ini,

peneliti berfungsi sebagai instrumen penelitian dan peneliti mengkonsentrasikan perhatian dalam memahami

perilaku, sikap, pendapat, persepsi dan sebagainya

berdasarkan pandangan subjek yang diteliti tersebut. Oleh karena itu, pengumpulan data dan informasi dilaku

kan melalui kontak langsung dengan subjek yang diteliti dengan cara mendeskripsikan dasar dan kebijaksanaan

usaha pengembangan atau pembinaan yang dilaksanakan oleh

kepala sekolah dan pengawas pendidikan agama Islam untuk

mengembangkan kemampuan profesional guru pendidikan agama Islam (secara khusus).

B. Lokasi Penelitian

Seperti dijelaskan pada bab I bahwa penelitian ini

akan meneliti tentang upaya yang dilakukan oleh kepala

sekolah dan pengawas pendidikan agama Islam dalam mengembangkan kemampuan profesional GPAI di SMU

se-Kotamadya Cirebon. Adapun lokasi penelitian dapat dije

laskan sebagai berikut :

1. Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa Barat Bidang Dikmenum.

(34)

pendi-84

dikan secara keseluruhan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 0173/0/1983, maka Bidang Dikmenum

mempunyai tugas membina dan mengurus sekolah. Pada

Bidang Dikmenum diminta data dan informasi . tentang perkembangan pendidikan , usaha-usaha, dan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam membina kemampuan profe sional guru sekolah menengah. Kemudian pada pengawas diminta informasi dan data tentang pelaksanaan tugasnya dalam membantu guru meningkatkan kemampuan profesionalnya, dan hambatan yang dihadapi pengawas dalam pelaksanaan tugasnya di lokasi penelitian.

2. Kantor Depdikbud Kotamadya Cirebon.

Kantor ini merupakan kantor yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas kantor wilayah. Kantor ini berfungsi sebagai koordinator bagi SMU. Di kantor ini diminta juga informasi dan data tentang kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan, dan hal-hal apa saja serta usaha bagaimana telah dilakukan dalam kegiatan

pengembangan kemampuan profesional guru, sesuai dengan

tujiian penelitian.

3. Pengawas Pendidikan Agama Islam Kanwil Depag Propinsi

Jawa Barat

Pembinaan, pengawasan dan penilaian teknis Guru

(35)

keberhasilan pendidikan agama Islam ditentukan oleh mutu guru agama, maka meningkatkan kemampuan profesional sebagai tenaga pengajar sesuai dengan tuntutan dan

perkembangan ilmu pengetahuan serta pembangunan bangsa

merupakan upaya yang harus dilaksanakan secara terus menerus, yaitu kegiatan pendidikan dan pelatihan, pena

taran, diskusi dan seminar tentang peningkatan kualitas

belajar.

Pengawas Pendidikan Agama Islam mempunyai tanggung

jawab terhadap guru pendidikan agama Islam dalam hal mengadakan pembinaan yang meliputi :

a. Membimbing, mengarahkan dan membina guru pendidikan

agama pada SMU,

b. Membantu memperlancar pelaksanaan pendidikan agama

Islam di Sekolah Menengan Umum,

c. Membantu mengatasi hambatan yang ditemui guru agama

dan mencarikan jalan keluarnya,

d. Mengembangkan profesional Guru Pendidikan Agama Islam dengan cara meningkatkan pengetahuan dan

wawasan mengenai kepengawasan (PPPAI:1996).

Dari pengawas ini diminta informasi tentang persepsi tentang dirinya sebagai pembina, pengawas dan

penilai tentang kemampuan guru pendidikan agama Islam, informasi tentang kerja sama dengan kepala sekolah dalam upaya meningkatkan kemampuan profesional guru serta kegiatan-kegiatan apa saja yang telah dilakukan dalam

peningkatan kemampuan profesional guru pendidikan agama

(36)

4. Kantor Departemen Agama Kotamadya Cirebon.

Kantor ini merupakan kantor yang menmpunyai tugas

sebagian tugas kantor wilayah Depag Propinsi Jawa Barat

dalam bidang agama. Dalam hal ini Departemen Agama mempunyai wewenang untuk mengawasi pelaksanaan tugas

guru pendidikan agama Islam di sekolah menengah umum

baik yang ber-NIP 13 dan ber-NIP 15 hal yang diawasinya adalah seperti berikut ini :

a. Sikap profesional Guru Pendidikan Agama Islam,

b. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar,

c. Pelaksanaan bimbingan Pendidikan Agama Islam,

d. Pelaksanaan evaluasi Pendidikan Agama Islam,

e. Hubungan kerja sama Guru Pendidikan Agama Islam.

Dalam hal ini Kantor Departemen Agama Kotamadya Cirebon melalui Kepala seksi Pendidikan Agama Islam dalam melaksanakan sebagian tugasnya bekerja sama dengan

Kepala Sekolah dan aparat Departemen Pendidikan dan

kebudayaan Kotamadya Cirebon. Kepada aparat Departemen

Agama ini dimintai informasi tentang penempatan Guru Agama di Sekolah Menengah Umum, Kegiatan Pembinaan Guru

Pendidikan Agama, Kerjasama antara kasi Pendais dengan

Waspendais dalam pembinaan guru agama Islam serta

kordi-nasi antara Departemen Agama dengan Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan dalam mengembangkan

kemampuan

(37)

5. Sekolah

Menengah

Umum Negeri

(SMUN)

di

Kotamadya

Cirebon.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP-RI) No. 29 tahun 1990, pasal 14, tentang pendidikan menengah dinyatakan bahwa kepala sekolah mempunyai tanggung jawab dalam hal penyelenggaraan kegiatan pendi

dikan,

administrasi

sekolah,

pembinaan

tenaga

kependidikan

lainnya dan pendayagunaan sarana dan

pra-sarana. Sekolah menengah yang dijadikan lokasi peneli tian adalah SMU Negeri yang ada di Kotamadaya Cirebon.

Kepala sekolah yang salah satu kegiatannya membina tenaga kependidikan (guru) supaya mempunyai kemampuan

profesional

dan

guru pendidikan

agama

Islam

sebagai

pendukung

kegiatan

itu

dimintai

informasi

tentang

kegiatan

yang telah diperolehnya,

faktor penunjang

dan

penghambat dalam kegiatan itu, dan bentuk evaluasi

yang

digunakan.

Adapun

Sekolah Menengah Umum Negeri yang

menjadi

lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri

1 Kotamadya

Cire

bon .

1) Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 4 Kotamadya

Cire

bon .

2) Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 6 Kotamadya

Cire

(38)

3) Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 7 Kotamadya Cire

bon .

4) Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 8 Kotamadya Cire

bon .

C. Subjek Penelitian

Penelitian ini memusatkan perhatian pada kegiatan kepala sekolah dan pengawas dalam mengembangkan kemam puan profesional guru pendidikan agama Islam pada pendi

dikan menengah dan menggunakan pendekatan kualitatif.

Maka untuk memperoleh data dalam penelitian ini, subjek

atau responden utama ialah kepala sekolah dan pengawas

pendidikan agama Islam yang ditugaskan di wilayah Kota

madya Cirebon.

Informasi lain penulis ambil dari guru pendidikan agama Islam, kepala seksi pendidikan agama Islam Depag Kotamadya Cirebon, dan aparat yang terkait di lingkungan kantor Departemen Pendidikan dan kebudayaan Kotamadya Cirebon, dekumen sekolah, meliputi data kepegawaian

guru, aktivitas sekolah dan administrasi guru agama.

Dalam penelitian kualitatif jumlah responden tidak ditentukan sebelumnya, yang penting dimulai dengan asumsi bahwa konteks lebih penting dari pada jumlah. hal ini sesuai dengan pendapat Subino Hadisubroto

(39)

dengan

menghitung dan memperkirakan banyaknya

populasi

dan

kemudian

menghitung

proporsi

sampelnya

sehingga

dipandang sebagai yang telah representatif. Sedangkan S. Nasutuion (1992:32-33) bahwa untuk memperoleh informasi tertentu sampling dapat diteruskan sampai dicapai taraf

redudancy, ketuntasan atau kejenuhan, artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan

tidak lagi diperoleh tambahan

informasi baru yang berar

ti".

Dari kedua pendapat di atas, dapatlah disimpulkan bahwa ketentuan besarnya sampel bergantung dari informa

si yang diberikan responden. Apabila informasi sudah

dianggap

cukup memadai,

respondennya tidak

perlu

lagi

diperbesar, dengan demikian kepala sekolah, guru,

penga

was dan fasilitas yang dipilih sebagai subjek penelitian

yaitu mereka yang dianggap dapat memberikan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan oleh peneliti sen

diri. Peneliti

langsung terjun ke lapangan untuk

mengum-pulkan sejumlah informasi yang dibutuhkan berkenaan

dengan

upaya kepala sekolah dan pengawas untuk

mengem

bangkan

kemampuan

profesional

guru

pendidikan

agama

(40)

90

dapat memahami kenyataan yang terjadi di lapangan sesuai konteksnya. Dalam hal ini S. Nasution (1992:9-10)

menga-takan "salah satu ciri penelitian naturalistik adalah

mengutamakan data langsung atau "first hand". Untuk itu peneliti sendiri terjun ke lapangan untuk mengadakan

observasi atau wawancara".

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah pengamatan (observasi), wawancara dan studi dekumentasi. Ketiga teknik tersebut digunakan dengan harapan dapat saling melengkapi untuk memperoleh data yang diperlukan. Sedangkan sumber data yang diper

lukan diklasifikasikan menjadi data primer dan data

sekunder.

Data primer bersumber dari wawancara dan observasi dengan kepala sekolah, pengawas serta guru pendidikan agama Islam yang telah menerima pembinaan. Data primer

ini

didukung

oleh informasi dari berbagai

pihak

yang

terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung

melalui pelaksanaan pengembangan kemampuan profesional guru Pendidikan Agama Islam. Adapun data sekunder

di-ambil dari berbagai dekumen, seperti jumlah guru agama

di

tiap-tiap SMU,

jumlah guru yang mendapat

kesempatan

penataran atau pembinaan serta kegiatan-kegiatan sekolah

lainnya

yang berhubungan dengan materi penelitian

yang

(41)

91

1. Observasi (Pengamatan)

Teknik ini digunakan untuk mengamati secara lang sung kondisi sekolah, seperti situasi personil di seko lah, kehadiran personil, fasilitas sekolah, penataan, keberhasilan, sarana dan prasarana keagamaan, kegiatan ekstra kurikuler, ruang perpustakaan, ruang UKS dan

laboratorium.

2. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk menggali dan memperoleh data atau informasi yang lebih mendalam yang relevan dengan masalah yang diteliti. Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah, pengawas pendidikan agama Islam, guru pendidikan agama Islam, Kepala seksi pendidikan agama Islam dan Kepala seksi pembinaan generasi muda Depdikbud Kotamadya Cirebon. Teknik wawancara pada dasarnya dilak

sanakan dalam dua bentuk, yaitu wawancara berstruktur

dan wawancara tak berstruktur (S. Nasution, 1992:72).

3. Studi Dekumentasi

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dan

informasi tentang pelaksanaan tugas kepala sekolah dan

pengawas tentang usahanya melaksanakan pembinaan kemam

puan profesional guru, seperti program kerja dari kepala

sekolah dan pengawas pendidikan agama Islam, kerja sama

antara kepala sekolah dan pengawas dalam kegiatan

(42)

Islam dan dokumen-dokumen lain yang ada kaitannya dengan kegiatan pengembangan tersebut.

E. Pelaksanaan Pengumpulan Data

1. Tahap Orientasi

Pada tahap ini, langkah pertama yang penulis lakukan adalah pemahaman literatur terhadap langkah-langkah peningkatan mutu pendidikan melalui upaya pen gembangan kemampuan profesional guru. Peneliti terlebih dahulu mengadakan konsultasi dengan Pengawas Pendidikan Agama Islam, Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam Depar temen Agama Kotamadya DT. II Cirebon tentang upaya pengembangan kemampuan profesional guru pendidikan agama

Islam dengan beberapa permasalahannya.

Langkah berikutnya adalah penulis mencoba mendeskripsikannya dalam desain penelitian kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, peneliti

dimin-takan untuk mempertajam permasalahan tersebut yang

ditinjau dari sudut pandang administrasi pendidikan. Dan

masalah penelitiannya dibatasi pada pembinaan yang

dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas untuk mening katkan kemampuan profesional guru (pendidikan agama

Islam) khususnya.

Setelah mengumpulkan berbagai teori yang

(43)

input-input berbagai studi dekumentasi yang berkaitan dengan karakteristik yang diteliti, maka peneliti menyu-sun pradesain penelitian. Dan setelah seminar desain yang dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 1997, penulis mengadakan konsultasi secara langsung dengan dosen pembimbing secara intensif dari bulan April 1997 sampai

tanggal 26 Juni 1997.

Setelah itu penulis diperkenankan terjun ke lapangan dengan surat izin dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan- Kantor Wilayah Propinsi Jawa Barat No:

5406/102/P1/97 dan pada akhir bulan Agustus peneliti memulai kegiatan penelitian di lapangan.

2. Tahap Eksplorasi

Setelah melakukan kegiatan orientasi, peneliti melanjutkan dengan kegiatan pengumpulan data. Pelaksa naan pengumpulan data berdasarkan ijin dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kantor Wilayah propinsi Jawa Barat dimulai sejak tanggal 5 Agustus sampai dengan tanggal 5 Nopember 1997. Adapun pengumpulan data yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut :

1) Melakukan wawancara dengan kepala sekolah, guru bidang studi pendidikan agama Islam yang ber-NIP 13 dan ber-NIP 15. Fokus wawancara adalah tentang upaya

(44)

agama Islam, fasilitas yang disediakan, peluang yang

diberikan dan hambatan yang dihadapi dalam kegiatan

tersebut. Kepada guru ditanyakan tentang bentuk

kegiatan yang diberikan oleh kepala sekolah dalam

mengembangkan kemampuan profesional guru, fasilitas , kesempatan dan hubungan antara kepala sekolah dengan guru bidang studi pendidikan agama Islam.

2) Melakukan wawancara dengan Pengawas Pendidikan Agama Islam (Waspendais) untuk mendapatkan informasi ten tang tugasnya, persepsi dirinya sebagai pengawas, kegiatan yang dilakukan dalam meningkatkan kemampuan profesional guru pendidikan agama Islam dan hubungan antara pengawas dengan kepala dan hubungan antara pengawas dengan guru pendidikan agama Islam ber-NIP

13 dan ber-NIP 15.

3) Melakukan wawancara dengan Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam (Kasi Pendais) Kantor Departemen Agama Kotamadya Cirebon sebagai petugas yang mempunyai

tanggung jawab dalam perkembangan pendidikan agama Islam baik di sekolah yang berciri khas keagamaan maupun di sekolah umum.

4) Melakukan wawancara dengan Kepala seksi Binmudora, sebagai salah satu seksi yang ada Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan yang mempunyai tugas dalam

(45)

dilakukan dengan Departemen Agama (Pengawas

Pendidikan Agama Islam) kepadanya diminta informasi tentang bentuk kegiatan-kegiatan yang dilakukan, tujuan yang ditetapkan, materi yang diberikan, metode dan evaluasi yang digunakan.

5) Selain wawancara, peneliti melakukan pengamatan secara langsung untuk melihat tentang kegiatan guru pendidikan agama Islam, dan melihat dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan pengembangan kemampuan guru pendidikan agama Islam, baik dokumen itu di

pihak kepala sekolah maupun di pihak pengawas ataupun di pihak guru. Selanjutnya agar pengumpulan data itu dapat berjalan lancar, maka peneliti menggunakan pedoman wawancara dan observasi, tape recorder dan sejumlah dekumen sekolah yang berkaitan dengan pokok permasalahan penelitian ini.

3. Tahap Member Check

Kegiatan member check dilakukan dengan maksud dapat menguji validitas, reliabilitas dan objektivitas data yang diperoleh melalui tahap eksplorasi. Data-data

yang telah terkumpul dipelajari dan telah ditulis dalam

bentuk laporan lapangan, kemudian dikomunikasikan kepada

responden untuk dibaca dan diteliti kesesuaiannya dengan

informasi yang diberikan atau kenyataan yang ada. Untuk

(46)

mencheck keabsahan data dengan sumber aslinya. Pada

pengolahan data lebih lanjut, senantiasa dilakukan trianggulasi untuk mendapatkan ketepatan penafsiran.

F. Memperoleh Tingkat Kepercayaan Hasil Penelitian

Terdapat empat pokok permasalahan yang harus diperhatikan dan dilakukan para peneliti dalam melakukan

penelitian kualitatif untuk menguji /memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian dan sekaligus menjadi kriteria mengenai keabsahan temuan penelitian, yaitu

kridibilitas (validitas internal), transferabilitas

(validitas eksternal), dependabilitas (reliabilitas) dan

konfirmabilitas (Objektivitas) (S. Nasution: 1992:111).

1. K r e d i b i 1 i t a s data

Pemeriksaan kredibilitas terhadap temuan peneli tian berarti mempersoalkan tentang seberapa jauh suatu temuan peneliti itu memiliki kebenaran yang dapat

diper-caya. Lincoln dan Guba (1985:296) menyatakan bahwa

temuan penelitian memenuhi kriteria kredibilitas apabila temuan penelitian tersebut mampu menggambarkan secara

kuat terhadap konstruksi realita yang multipal, yaitu

suatu rekonstruksi yang dapat diyakini kebenarannya di

(47)

97

yang diucapkan, dilakukan dan dirasakan responden).

Cara

yang

lain dilakukan

peneliti

dalam

upaya

mengetahui kebenaran hasil penelitian atau kredibiltas

data, adalah sebagai berikut :

1) Peneliti melakukan pengamatan secara kontinu, rinci

dan mendalam. Peneliti berusaha membedakan dan men yimpulkan hal-hal yangbermakna dan tidak bermakna dalam memahami gejala-gejala tertentu,

2) Mengadakan trianggulasi, yaitu mencocokan kebenaran data dengan sumber lain,

3) Melakukan member check, yaitu melakukan penilaian

kembali terhadap kebenaran hasil observasi dan wawan

cara dengan informan dan mengecek kembali dengan informasi yang lain.

2. Transferabilitas

Transferabilitas temuan penelitian mempersoalkan sampai sejauhmana hasil penelitian dapat diaplikasikan

atau digunakan dalam situasi lain. (S. Nasution,

1992:114) mengemukakan bahwa bagi peneliti naturalistik,

transferability tergantung pada sipemakai, yakni hingga

manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam

konteks

dan

situasi

tertentu. Berdasarkan

kutipan

di

atas dapat disimpulkan bahwa dapat atau tidaknya peneli

(48)

bukan-98

lah urusan peneliti, tetapi tergantung pada pihak-pihak

lain yang akan menerapkannya. Sehubungan penelitian ini menyangkut kegiatan kepala sekolah dan pengawas dalam mengembangkan kemampuan profesional GPAI, maka pengapli-kasian hasil penelitian ini tergantung kepada para kepala sekolah menengah umum dan pengawas pendidikan agama Islam serta instansi lain yang terkait yang mem

punyai tanggung jawab dalam pengembangan personil.

3. Dependabilitas dan Konfirmabilitas

Dependabilitas mempersoalkan kualitas pelaksanaan suatu penelitian. Sedangkan konfirmabilitas mempersoal kan tentang hasil yang diperoleh dalam penelitian (Lincoln dan Guba, 1985:318; Sanapiah Faisal, 1990:32). Artinya, dalam kedua kegiatan ini dilakukan pengujian

dan penilaian tentang benar salahnya peneliti dalam mengkonseptualisasikan apa yang diteliti.

Berdasarkan uraian di atas, temuan penelitian dapat dikatakan memenuhi kriteria dependabilitas dan konfirmabilitas apabila memiliki keterhandalan dalam

pelaksanaan penelitian dan hasil temuannya memiliki nilai kepastian, artinya benar-benar ada terjadi di

lapangan.

Selanjutnya, agar diperoleh temuan pnelitian yang

(49)

dibutuhkan adanya kegiatan "audit trail" berkenaan

dengan hal-hal atau kegiatan yang terkait dalam pelaksa naan dan temuan penelitian (Lincoln dan Guba, 1985:318). Audit trail ini dapat dilakukan secara bersama-sama, artinya setelah dilakukan uji dependabilitas dilanjutkan dengan uji konfirmabilitas. Oleh karena itu, peneliti diharapkan menyediakan sejumlah bahan yang dapat diguna kan untuk audit trail, yaitu data mentah, reduksi data

dan hasil-hasil analisis, rekonstruksi data dan

hasil-hasil sintesa, catatan proses, material yang berkenaan dengan intensitas dan disposisi, dan informasi perkem

bangan instrumen (Halpern dalam Lincoln dan Guba, 1985:319).

Sehubungan dengan penelitian ini, cara yang dila kukan peneliti adalah mendiskusikan dan meminta pertim-bangan kepada para dosen pembimbing untuk menilai dan mengoreksi, memberi saran perbaikan. Namun demikian, sebelum pada proses audit trail peneliti terlebih dahulu

menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk melakukan penelitian, seperti; rancangan instrumen, deskripsi

data, hasil interpertasi data, kesimpulan sementara dan

rambu-rambu kegiatan yang akan dilakukan peneliti, baik dalam tahap orientasi, eksplorasi maupun dalam

(50)

10;

G. Cara Analisis Data

Analisis adalah proses menyusun data agar dapat

ditafsirkan.

Menyusun

data

berarti

menggolongkannya

dalam pola, thema atau kategori (S.

Nasution,

1992:126).

Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Moleong (1990:103)

bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan

data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan

satuan

uraian dasar. Berdasarkan dua

pendapat

diatas,

bahwa dalam menganalisis data kualitatif sangat diperlu

kan

daya kreatif dari seorang peneliti

untuk

mengolah

data tersebut sehingga mempunyai makna.

Pada hakekatnya dalam penelitian kualitatif belum

ada

prosedur

yang sudah baku untuk

dijadikan

pedoman

dalam

menganalisis

data.

Hal ini

sesuai

dengan

yang

dikemukakan oleh Subino Hadisubroto (1988:20) bahwa

:

... dalam analisis data kuantitatif itu metodenya

sudah jelas dan pasti, sedangkan dalam analisis data kualitatif metode seperti belum tersedia.

Peneliti-lah berkewajiban menciptakannya sendiri. Oleh karena itu ketajaman dan ketepatan analisis data kualitatif

ini sangat tergantung ketajaman melihat data oleh

peneliti serta kekayaan pengalaman serta pengetahuan .yang telah dimiliki oleh peneliti.

Berdasarkan kutipan di atas, maka

langkah-langkah

yang peneliti lakukan dalam proses analisis data adalah

seperti berikut ini :

1.

Menganalisis

setiap

informasi atau

data

yang

di

(51)

101

studi dekumentasi,

2. Di dalam setiap penganalisisan dilakukan, diikuti interpertasi data untuk menemukan makna yang terkan-dung di dalaranya,

3.

Membuat

kategorisasi

data, agar

data

mentah

yang

terkumpul dapat ditransformasikan dengan sistematis, kemudian peneliti menjelaskan hubungan satu sama

lainnya sehingga tidak kehilangan konteksnya.

4. Melakukan triangulasi, yaitu peneliti berusaha untuk menchek dan membandingkan kebenaran informasi atau

data yang diperoleh melalui berbagai teknik dan berbagai responden.

5. Mengadakan "member check" dengan kepala sekolah dan

waspendais, kasi binmudora sebagai sumber informasi

yang primer. Kegiatan ini peneliti lakukan pada

setiap selesai mengadakan observasi dan wawancara dengan responden. Adapun kegiatan member check

terak-hir dilakukan setelah selesai pengumpulan data secara keseluruhan.

6.

Melakukan diskusi dengan orang yang telah

mengetahui

permasalahan yang diteliti, seperti Kabid Pendais

Kanwil

Depag

Propinsi Jawa Barat,

Kepala

Kandepag

Kotamadya

Cirebon,

Kasi

Pendais

Depag

Kotamadya

(52)

102

Kepala Seksi Binmudora Dikbud Kotamadya Cirebon dan

para Kepala sekolah yang dijadikan responden dalam

(53)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Pengembangan kemampuan profesional guru secara umum telah dilaksanakan secara rutin, misalnya: setelah

apel tiap tanggal 17 selalu diadakan rapat,

pember-ian informasi penting dan pembinaan secara langsung dari kepala sekolah terhadap guru-guru dan tenaga

tata usaha.

Pengembangan kemampuan Guru pendidikan Agama

Islam

secara khusus oleh kepala sekolah mendapat priori tas utama dan tidak dibedakan dengan guru bidang

studi yang lain,

kepala sekolah memberikan

motiva

si,

peluang

dan

dukungan

moril

maupun

materil

apabila

terdapat kegiatan-kegiatan

yang

bersifat

meningkatkan kemampuan guru pendidikan agama

Islam

seperti

: mengikutsertakan penataran

PWKGAI

yang

- dilaksanakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebu

dayaan

di Tingkat Propinsi maupun Tingkat

Daerah,

mengikutsertakan dalam kegiatan seminar atau disku

si

ilmiah

yang

diselenggarakan

oleh

instansi-instansi lain, memberikan izin untuk mengikuti studi lanjut dan bentuk-bentuk kegiatan lainnya

yang bersifat pengembangan atau peningkatan mutu.

(54)

Dan adanya pengakuan dari kepala sekolah bahwa pengawas pendidikan agama Islam dalam membina para GPAI nampaknya belum dilaksanakan secara kontinyu,

hal ini didasarkan kepada kehadiran pengawas ke sekolah binaannya hanya pada waktu-waktu tertentu seperti tahun ajaran baru, waktu tes sumatif (catur

wulan) dan waktu pelaksanaan evaluasi belajar tahap

akhir (ebta).

Pembinaan kemampuan guru pendidikan agama Islam

yang sering dilakukan adalah kunjungan ke sekolah,

mendiskusikan permasalahan pengajaran agama Islam

dengan GPAI dan kepala sekolah dan sewaktu-waktu menjadi instruktur dalam kegiatan penataran / pela

tihan .

Para pengawas memahami terhadap tugasnya sebagai

supervisor pengajaran yang diberi tugas dan tang gung jawab memberikan pembinaan dan bimbingan

terhadap para guru agama yang bertugas di SLTP,

SMU, Pembinaan secara administratif dan edukatif terhadap para guru di sekolah-sekolah tingkat. menengah dan atas yang berada di lingkungan Depar

temen Agama.

Hasil yang lain dari penelitian tentang kegiatan

pengawas PAI dalam pembinaan kemampuan GPAI antara

(55)

1 A R

a. Secara ideal harapan para pengawas, bahwa para guru pendidikan agama selain menguasai

landasan-landasan kependidikan, juga diharapkan dapat

memiliki sifat-sifat kepribadian sebagai muslim yang bertakwa kepada Allah SWT dan sebagai warga negara Indonesia serta cendekia dan mampu

me-ngembangkannya.

b. Adanya pengakuan dari para guru pendidikan agama

ber-NIP 13 dan NIP 15 bahwa mereka belum

menda-patkan pembinaan secara maksimal dari para pengawas PAI yang ditugaskan di wilayah Kotama dya Cirebon. Para guru agama mengaku merasa

dibina dan dibesarkan oleh kepala sekolah.

c. Salah satu akibat dari kurang adanya pembinaan secara sistematis dan kontinu dari pengawas PAI, maka terdapat pengakuan dari sebagian GPAI NIP

13 bahwa dirinya tidak mempunyai hubungan dengan

Departemen Agama.

d. Para Guru agama yang ditugaskan di SMU negeri termasuk yang ber-NIP 15 mengakui bahwa kegiatan pengembangan kemampuan GPAI mereka ikuti melalui penataran PWKGI yang dilaksanakan di tingkat propinsi maupun di daerah, seminar dan diskusi yang berkaitan dengan pengajaran agama Islam

(56)

1.69

secara pribadi dan ada sebagian yang mengikuti

studi lanjut.

e. Para pengawas nampaknya belum membuat program secara matang dalam memberikan pelayanan dan pembinaan terhadap GPAI, sehingga kehadiran

pengawas ke sekolah yang dibinanya seakan-akan pada saat ada permasalahan yang dihadapi oleh

GPAI.

f. Permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini nampaknya bermuara pada : koordi

nasi antara instansi-instansi yang terkait dalam peningkatan mutu GPAI belum maksimal, dan belum

jelasnya batas dan wewenang pejabat fungsional di lingkungan Departemen Agama dalam melaksana kan supervisi terhadap GPAI NIP 13 di

sekolah-sekolah umum.

3. Bentuk-bentuk pengembangan guru pendidikan Agama

Islam telah dilakukan ialah : penataran Peningkatan

Wawasan Kependidikan Agama Islam (PWKGAI) di ting kat propinsi yang diselenggarakan oleh pemimpin bagian proyek pembinaan pendidikan pancasila Jawa

Barat dan di daerah berdasarkan SK kepala kantor

(57)

170

Cirebon dan instansi-instansi lainnya, penataran

instruktur pesantren kilat yang dilaksanakan Peme rintah Daerah, melalui pengembangan pribadi dan

studi lanjut (program D 3).

Dari hasil penelitian pula ditemukan beberapa

permasalahan GPAI sebagai berikut :

a. Bahwa pengembangan GPAI melalui penataran PWKGAI tingkat propinsi yang nampaknya secara rutin

dilaksanakan belum memberikan peluang kepada semua. GPAI, sehingga utusan yang diberangkatkan

ke penataran hanya orang-orang tertentu saja yang pada akhirnya mereka tidak mampu untuk

mentransformasikan pengalamannya ke guru-guru

ag am a y an g lain.

b. Keinginan dari hasil penataran PWKGAI diharapkan

dapat terbentuk satu wadah guru yang dapat

mengembangkan kemampuan profesionalnya, namun

sampai saat ini wadah seperti MGMP PAI dan KKG

belum bisa dimanfaatkan secara maksimal seperti

guru bidang studi yang lain dengan alasan faktor

dana yang menjadi penghambatnya.

c. Terdapat pandangan yang berbeda dalam memahami

wadah aktivitas guru seperti MGMP tersebut,

sehingga menimbulkan persaingan yang kurang

(58)

171

d. Merasa tidak punya hubungan dengan kantor Depar

temen Agama yang secara langsung sebagai penga was dan pengembangan materi pendidikan agama Islam. Karena mereka (GPAI NIP 13) merasa dibina dan dikembangkan di lingkungan Departemen Pendi

dikan dan kebudayaan.

e. Kesemua masalah-masalah tersebut di atas nam paknya sebagai akibat dari koordinasi yang kurang mantap antara pengawas PAI, pihak Depag

dan Depdikbud dalam proses pengembangan kemam

puan profesional GPAI.

B. Implikasi

Pengembangan kemampuan profesional Guru Pendi dikan Agama Islam di Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) se-Kotamadya Cirebon, berdasarkan hasil wawan cara. dengan kepala sekolah, pengawas PAI, Kepala Seksi

Pendidikan Agama Islam Kandepag Kotamadya Cirebon dan

para guru agama yang ber-NIP 13 dan NIP 15 dapat

dikatakan kurang baik. Khususnya tentang pembinaan

yang dilakukan oleh Pengawas PAI dan koordinasi antar Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan Departemen

Agama Kotamadya Cirebon.

(59)

unjuk kerja yang sama, menguasai prosedur kerja yang

sama, (misalnya: menguasai teknik kerja yang sama,

menguasai prosedur kerja yang sama, dapat memecahkan masalah-masalah teknis dalam bidang kerjanya), tetapi

seorang pekerja profesional dituntut mempunyai visi yang mendasari keter-ampilannya yang menyangkut wawasan filosofis, pertimbangan rasional, dan memiliki sikap yang positif dalam melaksanakan serta.

Referensi

Dokumen terkait

Artinya modeling partisipan juga dapat dipergunakan untuk mengurangi perasaan dan perilaku menghindar pada diri seseorang yang dikaitkan dengan aktivitas atau

Jika sebelumnya fuzzy logic digunakan untuk melihat emosi dan dikaitkan dengan suasana hati tertentu, maka pada aplikasi ini dirancanglah fuzzy logic untuk

Metode Simple Additive Weighting (SAW) dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan berdasarkan beberapa kriteria, dimana setiap kriteria diberikan nilai bobot

Dengan demikian, kemungkinan gagal bayar (probability of default) dari seluruh kelompok konsumen cukup akurat untuk memperhitungkan potensi kerugian yang terjadi dan metode

Penelitian ini bertujuan pertama Mengetahui Toleransi Antar Umat Beragama Di SMA N 1 Bolangitang Barat kedua Bagaimana Upaya Guru PAI Dalam Menanamkan Nilai-Nilai

Pemberian ransum dengan ekstrak daun murbei yang difermentasi dengan cairan rumen (0,06% dan 0,12%) mampu mengurangi pengaruh negatif senyawa DNJ dalam menghambat

Kertas kerja inventarisasi (barang kondisi kurang baik dan rusak berat) adalah kertas kerja yang digunakan untuk mencatat barang milik daerah yang ada pada SKPD / UPB

 Mjejxn) Mjejxn)aj jad kjkjxjcja j pjdrlju ajad ijmhj jx hjad mjdjx aj ununnad ijhljp pj}j j aj jad kjkjxjcja j pjdrlju ajad ijmhj jx hjad mjdjx aj