UPAYA KEPALA SEKOLAH DAN PENGAWAS
UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PROFESIONAL
GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( GPAI )
PADA PENDIDIKAN MENENGAH
(Studi Tentang Pengembangan Kemampuan Profesional
Guru Pendidikan Agama Islam di SMUN Sekotamadya Cirebon)
TESIS
Diajukan Untuk
Memenuhi
Sebahagian
Kewajiban dan
Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh
S U K L A N I
NIM.
959653/XXVII-19
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA IKIP
DISETUJUI DAN DISYAHKAN UNTUK MENEMPUH UJIAN TAHAP II
PembirfibiAig I
DR. H. ABIN SYAMSUDDIN, M.A
Perabimbing II
DR. H. DJAM'AN SATORI, M.A
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG
ABSTRAK
Keberhasilan pendidikan agama sebagian besar
tergantung dari faktor guru sebagai pelaksana kurikulum, Guru agama merupakan tenaga kependidikan yang berperan aktif dalam peningkatan keimanan dan ketaqwaan, oleh karena itu, guru agama dituntut memiliki wawasan
kegu-ruan yang tepat sesuai dengan kebijakan pendidikan yang
berlaku di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Departemen Agama. Wawasan keguruan tersebut pada dasar-nya meliputi wawasan yang menyangkut dengan materi agama dengan wawasan yang menyangkut metodologi penyampaiannya
yang sering disebut dengan wawasan kependidikan.
Dalam rangka meningkatkan wawasan kependidikan guru agama sejak tahun 1985 telah dilakukan kerja sama antara Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, secara operasional peningkatan wawasan kependi dikan tersebut dilakukan oleh Kepala Sekolah dan Penga
was PAI .
Atas dasar pemikiran tersebut, penulis tertarik
untuk meneliti tentang upaya kepala sekolah dan pengawas untuk mengembangkan kemampuan profesional guru pendi dikan agama Islam pada pendidikan menengah (SMU) dengan fokus penelitian " Sejauhmana kegiatan pengembangan guru melalui pembinaan kemampuan profesional guru pendidikan
agama Islam yang dilakukan oleh kepala sekolah dan
pengawas PAI di SMU Negeri se-Kotamadya Cirebon
Adapun hal-hal yang dibahas berkenaan dengan fokus penelitian tersebut, mencakup : Bagaimana persepsi kepala sekolah tentang tugasnya sebagai pembina kemam puan profesional guru di sekolahnya, bagaimana persepsi
pengawas tentang peranannya sebagai pembina kemampuan
guru pendidikan agama Islam NIP 13 yang diangkat
Mendik-bud dan NIP 15 yang diangkat oleh Menteri Agama dan bagaimana pula pelaksanaan pengembangan guru pendidikan
agama Islam tersebut.
Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode
deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif, popu-lasinya adalah kepala sekolah, pengawas PAI, GPAI, Kasi
Pendais Depag Kodya Cirebon, dan Kasi Binmudora Kandep-dikbud Kotamadya Cirebon, dengan menggunakan teknik snow
ball sampling.
Hasil penelitian mengungkapkan, bahwa para kepala sekolah memahami tentang tugas dan perannya sebagai
pelaksana pengembangan kemampuan profesional GPAI, la mengemukakan bahwa pengembangan kemampuan profesional
GPAI adalah merupakan salah faktor yang amat penting dalam upaya meningkatkan kualitas proses belajar menga-jar. Upaya pembinaan terhadap guru dilaksanakan secara rutin setelah apel tanggal 17, pemberian
informasi-informasi penting untuk semua tenaga kependidikan (Guru
dan tata usaha). Pembinaan terhadap GPAI oleh kepala sekolah mendapat prioritas utama, sebagai bukti bahwa
kepala sekolah selalu memberikan motivasi, peluang dan dukungan baik moril maupun materil dalam kegiatan
yang bersifat peningkatan mutu.
Begitu juga pengawas PAI memahami tentang tugasnya
sebagai orang yang diberi tugas dan tanggung jawab mem berikan pembinaan dan bimbingan terhadap GPAI di SLTP
dan SMU. Dalam meneliti masalah ini, terungkap beberapa
pernyataan kepala sekolah dan para GPAI diantaranya :
1. Adanya pengakuan dari para guru pendidikan agama
baik NIP 13 maupun NIP 15 bahwa mereka belum
menda-patkan pembinaan ke arah profesional secara
maksi-mal,
2. Salah satu akibat kurangnya pembinaan secara
siste-matis dan terprogram, maka terdapat pengakuan dari sebagian kecil GPAI NIP 13 bahwa dirinya tidak mempunyai hubungan dengan Departemen Agama,
3. Pembinaan kemampuan guru pendidikanagama Islam hanya dialami dengan mengikuti penataran PWKGAI di
tingkat propinsi itupun hanya sebagian kecil guru agama,
4. Semua pernyataan itu nampaknya bermuara pada satu persoalan yakni kurangnya koordinasi yang
sistema-tis antara instansi yang bertugas mengembangkan
kemampuan tenaga kependidikan tersebut serta belum jelasnya wewenang dan tanggung jawab pejabat fung-sional di lingkungan Departemen Agama dalam membina
GPAI di sekolah menengah umum.
Hasil penelitian lain yang berkaitan dengan bentuk-bentuk pengembangan kemampuan profesional guru agama Islam adalah penataran Peningkatan Wawasan Kepen didikan Agama Islam (PWKGAI) yang dilaksanakan di ting kat propinsi dan pelaksananya adalah pemimpin bagian proyek pembinaan pendidikan Pancasila Propinsi Jawa
Barat.
Dalam pelaksanannya ternyata terdapat beberapa permasalahan antara lain ialah: nampaknya penataran itu belum memberikan peluang secara merata terhadap GPAI,
hasil dari penataran itu belum bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh GPAI, terdapat pandangan yang kurang sehat
diantara para guru pendidikan agama Islam terhadap wadah kegiatan guru untuk mengembangkan kemampuan profesional serta tidak adanya dana untuk kegiatan dalam wadah itu, dan kesemuanya ini nampaknya bermuara pada masalah koordinasi yang lemah antara pengawas PAI, kepala seko lah dan personal-personal yang terkait dalam tugasnya.
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar
i
Ucapan Terima Kasih
j_v
Abstrak v^^
Daftar Isi
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B . Masalah g
C . Tujuan Penelitian 15
D. Kegunaan Penelitian 16
E. Paradigma Penelitian ig
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Tinjauan Teoritis 24
1. Strategi Pengembangan SDM 25
2. Peranan SMO dalam Pengembangan
SDM 27
3. Profesionalisasi Tenaga Kependi
-dikan 29
4. Tenaga Kependidikan Agama Islam.. 37 5. Pengembangan Personil Melalui Pem
binaan Kemampuan Profesional Guru 39 6. Peranan Kepala Sekolah sebagai Ad
ministrator, Supervisor dan Pemim
pin Pendidikan 50
7. Peranan Pengawas PAI dalam Super
visi Pengajaran 65
8.
Teknik-teknik Pembinaan Kemampuan
Guru 73
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian 81
B. Lokasi Penelitian 83
C. Subjek Penelitian 88
D. Teknik Pengumpulan Data 89
E. Pelaksanaan Pengumpulan Data 92 F. Memperoleh Tingkat Kepercayaan Hasil
Penelitian 96
G. Cara Analisis Data 100
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEHBAHASAN
A. Hasil Penelitian 103
1. Pola Kegiatan Kepala Sekolah tentang
Tugasnya sebagai Pembina Kemampuan
Profesional Guru 103
2. Pola Kegiatan Pengawas Pendidikan Agama Islam tentang Peranannya seba gai Pembina Kemampuan Profesional
GPAI NIP 13 dan NIP 15 114
3. Pola Kegiatan Pengembangan Kemampuan
Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI)
NIP 13 dan NIP 15 128
B. Pembahasan Temuan Penelitian 137
1. Pokok-pokok Temuan Penelitian 146 2. Pembahasan pokok-pokok Temuan Pene
-litian 148
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan 166
B. Implikasi 171
B . Rekomendasi 186
DAFTAR KEPUSTAKAAN 190
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang Masalah
Sektor pendidikan merupakan potensi yang strategik
untuk pembangunan masa depan yang lebih baik. Dalam era
tinggal landas, pembangunan nasional diarahkan kepada pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, oleh karena itu pembangunan di bidang pendidikan diarahkan untuk memper-siapkan manusia yang mampu membangun. Sehubungan dengan
hal tersebut tujuan pendidikan nasional dirumuskan
sebagai berikut :
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuh
nya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terha dap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UUSPN, No 2, 89).
Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam tujuan tersebut menunjukkan betapa pentingnya pendidikan agama Islam, karena pendidikan agama berperan secara langsung dalam pembentukan kualitas manusia yang
Rencana dan prioritas kedua pembangunan pendidikan dalam Program Jangka Panjang (PJP) II, adalah perbaikan mutu semua jenis dan jenjang pendidikan (Dasar, Menengah dan Tinggi) dengan memusatkan pada tiga faktor utama
yaitu :
1. Kecukupan sumber-sumber pendidikan untuk menun-jang proses pendidikan dalam arti kecukupan dalam penyediaan jumlah dan mutu guru, kecukupan penye-diaan buku teks bagi murid dan perpustakaan dan kecukupan penyediaan secara operasional peralatan dan laboratorium,
2. Sifat dari proses pendidikan itu sendiri dalam arti kurikulum dan keadaan dimana para siswa harus belajar,
3. Mutu output dari proses pendidikan dalam arti keterampilan dan pengetahuan yang telah diperoleh para siswa (Depdikbud, 1995:2).
Tujuan pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU) mengacu pada tujuan pendidikan menengah dan raengutamakan penyiapan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang pendidikan tinggi dan pengkhususan yang
diwujud-kan pada tingkat akhir masa pendidikan (Kurikulum SMU,
1993). Peningkatan mutu pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU) mempunyai kaitan dengan mutu pendidikan pada
jenjang selanjutnya yaitu Perguruan Tinggi (PT). Secara
langsung juga mempunyai kaitan dengan peningkatan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk pembangunan nasional sebagai tenaga kerja (menengah). Oleh karena itu, kuali-tas pengelolaan sekolah menengah harus menjadi perhatian
Pengembangan kemampuan guru (khususnya GPAI), adalah merupakan salah satu tugas kepala sekolah, hal ini sebagaimana dijelaskan dalam PP 28 tahun 1990 bahwa " Kepala Sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan
tenaga kependidikan dan pendayagunaan serta pemeliharaan
sarana dan prasarana".
Kepala sekolah sebagai orang yang menduduki posisi
penting dan tertinggi di sekolah, mempunyai tugas mem-pengaruhi guru dan personil lainnya dalam menggerakkan
organisasi sekolah. Kemampuan guru dalam mengajar
turut menentukan keberhasilan proses pendidikan.
Sehu-bungan dengan hal tersebut di atas, Oteng Sutisna (1993:123) menyatakan bahwa :
Kualitas program pendidikan bergantung tidak saja konsep-konsep program yang eerdas, tapi juga pada personil pengajar yang mempunyai kesanggupan dan keinginan untuk berprestasi. Tanpa personil yang cakap dan efektif, program pendidikan yang dibangun di atas konsep-konsep yang eerdas serta dirancang dengan telitipun dapat tidak berhasil.
Berdasarkan pernyataan di atas, jelaslah bahwa personil, khususnya guru pendidikan agama Islam bagi
kepala sekolah merupakan partner yang tidak dapat
dia-baikan. Oleh karenanya dibutuhkan upaya kepala sekolah
Islam pada sekolah menengah yang berada dalam wewenang dan tanggung jawabnya.
Sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan pengembangan personil, maka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melalui kepala sekolah dan Departemen Agama melalui pengawas PAI memiliki program yang diarahkan kepada upaya pengembangan kemampuan profesional tenaga guru
pendidikan agama Islam. Hal tersebut penting untuk dilakukan agar para guru mampu melaksanakan fungsi, tugas dan tanggung jawabnya selaku pendidik pada jenjang
sekolah menengah umum. Lebih jauh melalui program
yang dilakukan, para tenaga guru mampu memahami tuntutan
organisasi dan mampu memberikan sumbangan kemampuan yang
GAMBAR 1.1
FAKTOR-FAKTOR YANG TERLIBAT DALAM PENGEMBANGAN PERSONIL
performa yang dibutuhkan
pengetahuan,keterampilan dan si kap yang dibutuhkan oleh perfor
m a
Kebutuhan
Pengembangan
peningkatan performa untuk
men-dukung eksistensi dan
menganti-sipasi keadaan
Sasaran Perfor m a
Rencana untuk memperkecil kesen
jangan antara performa yang
di-harapkan
Rencana Pengem bangan
Aktivitas yang direncanakan un tuk memperkecil kesenjangan
Unit Program Pengembangan
Pengalaman yang didesain untuk
menghubungkan rencana pengemba
ngan perencanaan
Evaluasi
Evaluasi hasil serta desain ulang
Adaptasi dari : William B Castetter (1981:322)
Involved in Personil Development.
Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa latar
belakang
dilaksanakannya program pengembangan
personil
adalah: 1) Kebutuhan akan performa personil, meliputi
pengetahuan,
keterampilan, sikap yang diperlukan
untuk
mencapai performa personil yang efektif, 2) Kebutuhan pengembangan personil, meliputi meningkatkan performa personil untuk mengantisipasi perannya, 3) Adanya sasar-an-sasaran performa, yaitu sebagai upaya untuk memperke cil kesenjangan antara harapan dengan kenyataan performa yang ditunjukkan, 4) Adanya rencana pengembangan, yaitu untuk memperkecil kesenjangan performa, 5) Adanya unit program pengembangan, yaitu upaya menciptakan pengalaman untuk mengkaitkan rencana pengembangan operasionalisasi
unit-unit dan rencana pola pengajaran dan 6) Evaluasi,
yaitu untuk mengetahui hasil yang digunakan serta
mende-sain kembali untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Dengan demikian, program pengembangan kemampuan profesional guru pendidikan agama Islam yang ber-NIP 13 (Guru Pendidikan Agama yang diangkat Dikbud) dan ber-NIP 15 {Guru Pendidikan Agama yang diangkat Depag) melalui program studi lanjut (SI) di STAIN dan STAI Islamic
Centre Cirebon, Penataran Peningkatan Wawasan Kependi dikan Guru Agama (PWKGA), Penataran Instruktur Pesantren
Kilat, Seminar yang dilaksanakan oleh Instansi lain dan
dikemukakan oleh William B Castetter tersebut di atas.
Program pengembangan tersebut secara khusus
seja
lan
dengan
berbagai
tuntutan
kemampuan
profesional
tenaga
guru sekolah menengah, yaitu
untuk
memperkecil
kesenjangan
antara kemampuan nyata (aktual) dan
kemam
puan
profesional yang diharapkan (Ideal)
dari
seorang
guru.
Dan
kemampuan yang
dimaksud
diharapkan
sesuai
dengan
konsep
yang
dikemukakan
oleh
T.
Raka
Joni
(1984:6) bahwa :Kemampuan
digambarkan sebagai jalinan terpadu
yang
unik antara penguasaan bahan ajaran, prinsip,
stra-tegi dan teknologi keguruan kependidikan dan
peran-cangan program secara situasional serta penyesuaian
pelaksanaannya secara transaksional di dalam
menge-lola kegiatan belajar mengajar yang dilandasi
wawa
san
kependidikan yang mantap,
yang
kesemuanya
itu
ditampilkan di dalam perbuatan mengajar yang
mendi-dik.Upaya
pengembangan
kemampuan
profesional
guru
pendidikan
agama Islam ber-NIP 13 dan Ber-NIP
15
yang
ditugaskan
di Sekolah Menengah Umum (SMU)
dilaksanakan
dengan melalui berbagai penataran,
studi lanjut,
seminar
serta pembinaan, pengawasan dan penilaian teknis Guru
Pendidikan
Agama
Islam yang dilakukan oleh
Depag
dan
Dikbud,
hal ini sesuai dengan Surat
Keputusan
Bersama
(SKB) dua Menteri antara menteri Pendidikan dan Kebu
dayaan
dan Menteri Agama Nomor : 0198/U/1985, Nomor
35
tahun 1985 yang menyatakan bahwa :
Pembinaan, pengawasan dan penilaian teknis edukatif
bekerja sama dengan Departemen Pendidikan dan Kebuda
dayaan.Pembinaan, Pengawasan dan penilaian teknis adminis
trasi guru pendidikan agama dilakukan oleh
Departe
men Pendidikan dan Kebuadayaan dan Departemen Agama.
Dengan
adanya Surat Keputusan bersama
(SKB)
dua
Menteri,
bahwa pembinaan dan pengawasan yang
dilakukan
oleh aparat Depag yaitu pengawas PAI yang ditinjau
dari
administratif
kepegawaiannya pada sekolah
umum
dewasa
ini
terdapat
dua jebis guru
pendidikan
agama
Islam,
yaitu
GPAI
NIP 13 yang
administrattif
kepegawaiannya
bertanggung
jawab ke Kandepdikbud dan GPAI NIP 15
ber-tanggung jawab pada departemen Agama.
Berdasarkan
temuan sementara,
bahwa
permasalahan
yang
dihadapi sampai saat ini adalah
tentang
petunjuk
pelaksanaan dari keputusan bersama belum dapat
diwujud-kan,
sehingga
belum diperoleh kejelasan
arah
tentang
batas golongan pejabat fungsional di lingkungan Departe
men
Agama
khususnya
dalam
tugas
supervisi
terhadap
pelaksanaan
tugas
guru pendidikan agama Islam
NIP
13
pada sekolah umum.
Selain dari pada itu guru
pendidikan
agama
Islam NIP 13 menganggap tidak mempunyai
hubungan
dengan Departemen Agama,
karena penilaian DP3 nya
dila
kukan oleh Kepala Sekolah dan akibatnya wewenang
penga
was
pendidikan
agama Islam kurang
dominan,
sehingga
terdapat
kesulitan beberapa pengawas
pendidikan
agama
Islam
dalam
menghadapi tugas supervisi
terhadap
guru
Berangkat dari kondisi tersebut, melalui peneli tian ini akan diungkapkan bagaimana upaya pengembangan
kemampuan profesional guru pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Umum (SMU) se-Kotamadya Cirebon. Pene
litian ini diharapkan bukan saja mampu memberikan sum-bangan dalam peningkatan kemampuan profesi guru pendi dikan agama Islam, melainkan dalam mengembangkan sumber daya manusia bidang-bidang yang lain sehingga di
ling-kungan Departemen Agama dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
B. M a s a l a h
1. Ident.ifika.si Masalah
Menurut Undang-undang Nomor 2 tahun 1989, pengelo-laan sistem pendidikan nasional adalah tanggung jawab Menteri Pendidikan dan kebudayaan, namun dalam penye
lenggaraannya dapat dilakukan kerja sama dengan instansi pemerintah lainnya. Pembinaan terhadap pendidikan agama
Islam adalah tanggung jawab Menteri Agama, akan tetapi
dalam penyelenggaraannya selalu ada keterpaduan instansi
lain diantaranya yaitu : keterpaduan antara Departemen
Agama dengan departemen pendidikan dan kebvudayaan dalam
10
Beberapa isu permasalahan sehubungan dengan
usaha
peningkatan mutu melalui pembinaan kemampuan profesional
guru pendidikan agama Islam di SMU se-Kotamadya
Cirebon
dikelompokka atas isu pihak guru pendidikan agama Islam,
kepala
sekolah dan pengawas PAI, maka
dari
penelitian
pendahuluan
dapat ditemukan beberapa gejala yang
meng-arah kepada hal-hal seperti berikut ini :
Pertama,
masih terdapat sebagian guru
pendidikan
agama
Islam
(GPAI) NIP 13
belum
mendapat
kesempatan
untuk
mengembangkan
diri
(meningkatkan
kemampuannya
dalam melaksanakan tugas), terdapat juga guru pendidikan
agama
Islam
yang mengajar tidak
sesuai
dengan
latar
belakang
pendidikannya atau sering terjadi tugas
rang-kap.
Kedua,
hubungan antar manusia (GPAI NIP 13
dengan
GPAI NIP 15) belum terjalin secara baik, hal ini
sering
menjadikan
salah satu kendala dalam
peningkatan
hasil
proses belajar mengajar.
Ketiga,
wawasan guru pendidikan agama Islam
ten
tang
pengetahuan
umum
terutama
bidang
exakta
masih
dirasakan
minim, sehingga guru pendidikan
agama
belum
dapat memadukan antara pengetahuan umum dengan
pengeta
huan agama.
Keempat,
pandangan dan pemahaman pengawas
pendi
11
dalam
pelaksanaan
supervisi
pengajaran
pada
sekolah
menengah umum dirasakan masih kurang.
Kelima,
pemahaman kepala sekolah tentang
peranan
pengawas pendidikan agama Islam dalam melaksankan super
visi pengajaran pada Sekolah Menengah Umum di
Kotamadya
Cirebon
dirasakan masih kurang sehingga sering
terjadi
kekeliruan dalam penilaian DP 3 guru pendidikan agama.
Kondisi
di atas, menunjukkan
adanya
kesenjangan
antara
kebijakan yang dikeluarkan oleh
Menteri
Pendi
dikan
dan Kebudayaan dengan menteri Agama
tentang
pe
ngembangan
sumber daya manusia, khususnya
pengembangan
tenaga
pengajar dan kemampuan profesional empiris
yang
dimiliki, kebijakan tersebut yaitu pembinaan, pengawasan
dan penilaian teknis edukatif tenaga kependidikan
dila
kukan
oleh
Departemen Pendidikan
dan
Kebudayaan
dan
Departemen Agama.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah
dike
mukakan di atas, maka dalam melaksanakan penelitian ini,
peneliti
berpijak pada PP RI Nomor 29 tahun 1990 Bab
I
pasal 1 ayat (2) yang menjelaskan " Pendidikan
menengah
umum adalah pendidikan pada jenjang pendidikan
menengah
yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan
peningkatan
12
dijelaskan tentang tujuan pendidikan menengah :
(1) Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan
perkem-bangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
(2) Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota
masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam
sekitarnya.
Sekolah Menengah Umum, merupakan salah satu jen jang pendidikan yang berfungsi sebagai unit pelaksana
teknis pendidikan formal, harus dapat memberikan
sum-bangan formal yang berarti bagi pencapaian tujuan pendi dikan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, kepala sekolah sebagai pengelola tertinggi dalam organisasi
sekolah harus dapat mengelola kegiatannya secara
kese-luruhan.
Dalam PP RI Nomor 29 tahun 1990 tentang Pendidikan
menengah, Bab VI pasal 14 ayat (1) disebutkan :
Kepala sekolah dari sekolah menengah yang diseleng-garakan oleh pemerintah bertanggung jawab kepada Menteri lain yang terkait atas penyelenggaraan : (1) kegiatan pendidikan, (2) administrasi sekolah, (3) pembinaan tenaga kependidikan lainnya, (4)
pendaya-gunaan sarana dan prasarana.
Selain dari pada itu, dalam pasal 25 ayat (6) dikemukakan bahwa " penyelenggaraan sekolah menengah berkewajiban untuk menilai dan membina keseluruhan kegiatan pendidikan di bawah naungannya ".
dan pengawas adalah membina atau mengembangkan kemampuan
guru.
Pengembangan
kemampuan
dapat
dilakukan
dengan
berbagai
cara sesuai dengan situasi dan kondisi
daerah
serta
keadaan
sekolah. PP RI Nomor 29 tahun
1990
Bab
XIII,
pasal
32,
ayat 1,2 dan
3 menyebutkan
sebagai
berikut :
(1) Pengembangan
meliputi
perbaikan,
perluasan
pendalaman,
dan penyesuaian pendidikan
melalui
peningkatan
mutu baik penyelenggaraan
kegiatan
ros
Pe"dldlkan maupun pencatatan penunjangnya,
(2) Pada
sekolah menengah dapat dilakukan uji
coba
gagasan baru yang diperlukan dalam rangka pendi
dikan menengah,(3) Kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan
ayat
2 dilaksanakan
tidak
dengan
mengurangi
kelangsungan
penyelenggaraan
pendidikan
pada
sekolah yang bersangkutan.
Pengembangan kemampuan guru pendidikan agama Islam
khususnya
di Sekolah Menengah Umum (SMU)
di
Kotamadya
Cirebon
merupakan tanggung jawab kepala
sekolah,
baik
sebagai
administrator maupun sebagai
supervisor.
Oleh
karenanya
dituntut
usaha kepala sekolah
dan
pengawas
dalam meningkatkan kemampuan profesional guru (khususnya
guru pendidikan agama Islam) dengan usaha tersebut
GPAI
dapat meningkatkan kemampuan profesionalnya.
Berdasarkan latar belakang
masalah di atas,
maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Sejauhmana
kegiatan pengembangan guru melalui
upaya
pembinaan
kemampuan profesional Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI)
14
Sekolah Menengah Umum Negeri se-Kotamadya Cirebon ?.
Secara lebih rinci permasalahan tersebut
dirumus-kan dalam bentuk pertanyaan penelitian seperti berikut
ini :
1. Bagaimana pola kegiatan kepala sekolah dalam tugasnya
sebagai pembina kemampuan profesional guru di
seko-lahnya ?,
2. Bagaimana pola kegiatan pengawas pendidikan agama
Islam dalam peranannya sebagai pembina kemampuan
profesional guru pendidikan agama Islam NIP 13 dan
NIP 15 ?,
3. Bagaimana pola pengembangan kemampuan profesional
guru pendidikan agama Islam NIP 13 dan NIP 15.
Pertanyaan ini dirinci lebih lanjut seperti berikut
ini :
(1) Bentuk kegiatan apa yang dilakukan dalam proses
pengembangan kemampuan profesional guru pendi
dikan agama Islam,
(2) Apa tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan
pengembangan guru pendidikan agama Islam,
(3) Materi apa yang diberikan dalam kegiatan pengem
bangan kemampuan profesional guru pendidikan
agama Islam tersebut,
(4) Metode apa yang digunakan dalam kegiatan pengem
agama Islam,
(5) Bagaimana mengevaluasi keberhasilan kegiatan pengembangan kemampuan profesional guru pendi dikan agama Islam, dan
(6) Faktor apa yang menjadi penunjang dan penghambat baik yang dirasakan oleh kepala sekolah, pengawas dan guru dalam kegiatan pengembangan kemampuan
tersebut.
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran nyata tentang kerjasama
antara Departemen Pendidikan dan kebudayaan melalui para
kepala sekolahnya dan Departemen Agama melalui pengawas
PAI dalam upaya pengembangan kemampuan profesional guru pendidikan agama Islam NIP 13 dan NIP 15, serta ingin mengetahui pula respon guru pendidikan agama Islam
terhadap pegembangan kemampuan profesional yang dilaku
kan oleh kepala sekolah dan pengawas PAI tersebut.
2. Tujuan Khusus
Bertitik tolak pada tujuan umum di atas, maka
tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mendes-kripsikan, menganalisis dan mencari makna terhadap
16
supervisor pendidikan dan usaha pengawas PAI sebagai
supervisor dalam mengembangkan kemampuan profesional GPAI khususnya di SMUN se-Kotamadya Cirebon. Adapun hal-hal yang dideskripsikan dan dianalisis adalah seperti
berikut ini:
(1) Pola kegiatan kepala sekolah dalam tugasnya
sebagai pembina kemampuan profesional guru di
sekolahnya,
(2) Pola kegiatan pengawas pendidikan agama Islam dalam perannya sebagai pembina kemampuan profe
sional GPAI NIP 13 dan NIP 15 di Sekolah Menengah
Umum,
(3) Pola kegiatan pengembangan personil bagi guru pendidikan agama Islam NIP 13 dan NIP 15 yang ditugaskan di SMU Negeri se-Kotamadya Cirebon.
D. Kegunaan penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analitis yang sasaran utamanya adalah tentang pengemba
ngan personalia melalui upaya pembinaan kemampuan profe sional guru pendidikan agama Islam (GPAI) NIP 13 dan NIP 15 yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan dan Kebu dayaan melalui para kepala sekolah dan Departemen Agama
melalui pengawas PAI dengan harapan guru agama mampu
17
dan teknologi dewasa ini.
Sasaran lainnya adalah untuk mengetahui tentang
implementasi kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
dan Menteri Agama tentang kerja sama dalam pembinaan
guru pendidikan agama Islam.
Penelitian yang bersifat deskriptif ini dapat
mengungkapkan makna-makna baru yang berguna bagi pe ningkatan dan penyempurnaan kegiatan administrasi per
sonil dan supervisi pengajaran di sekolah dalam bentuk pembinaan profesional terhadap guru-guru pendidikan
agama Islam di sekolah menengah umum di Kotamadya Cire
bon. Disaraping itu sebagai masukan bagi pihak yang berwenang dalam usaha mengembangkan kemampuan gurudalam melaksanakan tugasnya. Kegunaan penelitian ini dapat dilihat dari dua segi, yaitu kegunaan teoritis dan
praktis.
1. Kegunaan Teoritis
Dalam penelitian ini dikaji dan dianalisis
penge-lolaan Sekolah Menengah Umum sebagai lembaga pendidikan
formal oleh kepala sekolah. Pelaksanaan tugas kepala sekolah sebagai administrator dan supervisor pendidikan
di sekolah, baikditinjau dari segi pengadaan, pelaksa
naan dan penjalinan hubungan kerja sama dalam penilaian
pelaksanaan pekerjaan guru pendidikan agama Islam,
kemampuannya. Selain itu dapat pula diketahui program
yang dilaksanakan oleh pengawas pendidikan agama Islam
Kanwil Departemen Agama Propinsi Jawa Barat dalam mem berikan pengetahuan dan keterampilan serta dorongan pada guru-guru pendidikan agama Islam untuk meningkatkan
kemampuannya.
Demikian juga penelitian ini dapat memberikan masukan untuk mengembangkan personalia tenaga kependi
dikan, khususnya sebagai langkah untuk mempersiapkan guru pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Umum
yang profesional.
2. Kegunaan Praktis
Dipandang dari aspek ini, maka masalah yang dite
liti dapat memberikan gambaran yang jelas tentang kerja sama antara departemen Pendidikan dan kebudayaan melalui
para kepala sekolahnya dan Departemen Agama melalui para pengawasnya dalam upaya mengembangkan kemampuan profe
sional guru pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah
Umum (SMU).
Dalam kedudukannya kepala sekolah sebagai adminis trator dan supervisor pengajaran di sekolah, hasil
19
profesional, yang pada akhirnya guru tersebut mampu melaksanakan tugasnya serta mampu mengatasi permasalahan yang dianggap mengganggu dalam melaksanakan tugasnya.
Kedua, Sebagai masukan bagi pengawas pendidikan agama Islam Kanwil Departemen Agama propinsi Jawa Barat dalam rangka penyempurnaan dan perbaikan pelayanan pemberian
bantuan dan bimbingan kepada guru pendidikan agama Islam
agar dapat meningkatkan kemampuan profesional pada masa
yang akan datang.
Ketiga, sebagai masukan bagi pemerintah (instansi terkait) sebagai penanggung jawab teknis penilaian tenaga edukatif dan pengawasan materi pendidikan agama Islam, Kakandepag dan Kakandepdikbud Kotamadya Cirebon dalam penyempurnaan kegiatan koordinasi yang efektif dan
penyempurnaan kegiatan-kegiatan pembinaan profesional
guru pendidikan agama Islam khususnya.
Kedua segi kegunaan tersebut perlu dikaji dan ditelaah secarailmiah dalam mencapai sasaran yang diha
rapkan dapat menunjang terlaksananya administrasi dan
supervisi sekolah.
E. Paradigna Penelitian
Permasalahan pengembangan sumber daya manusia
20
sumber daya manusia menjadi masalah yang sifatnya uni
versal dan kompleks karena melibatkan berbagai pihak dan kepentingan. Kebutuhan dan pengembangan personalia organisasi ini erat hubungannya dengan tuntutan kebutu
han organisasi sendiri baik yang sifatnya internal
maupun eksternal.
Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) NIP 13 dan NIP 15 yang ditugaskan di Sekolah Menengah Umum dituntut untuk dapat menguasai kemampuan profesional tertentu yang sejalan dengan tujuan institusi tersebut. kepala sekolah dan pengawas sebagai pejabat yang berwenang
untuk melaksanakan tugas pengembangan kemampuan guru
PENGAWAS
PAI
SIFAT
KEPRIBA-DIAN GPAI DAN LANDASAN KE PENDIDIKAN
IMPLIKASI
GAMBAR 1.2
PARADIGMA PENELITIAN
DEVELOPMENT
(PENGEMBANGAN)
PENDIDIKAN
DALAM JABATAN
KEPALA SEKOLAH
LANDASAN KEPENDIDIKAN
GPAI
PROFESIONAL REKOMENDASI
Paradigma penelitian tersebut, berangkat dari konsep fungsi administrasi personil yang dikemukakan
oleh William B Castetter (1981:49) diantaranya adalah
Development atau pengembangan.
Pengawas (dalam hal ini adalah Pengawas PAI) adalah sebagai tenaga profesional yang telah
dipersiap-kan untuk dapat membantu kepala sekolah yang secara
operasional
bertanggung jawab atas terlaksananya
kegi
atan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru (PAI)
dengan peserta didik dalam kelas.
Guru adalah faktor yang dominan dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar itu, oleh karenanya keberhasilan itu akan dicapai apabila guru tersebut
mempunyai kemampuan dalam kegiatan proses belajar
menga-jarnya.
Kerjasama antara pengawas PAI dengan kepala seko lah dapat melahirkan beberapa bentuk kegiatan dalam upaya pengembangan kemampuan profesional guru (khususnya
GPAI) dalam penelitian ini ingin diketahui bentuk-bentuk
pengembangan apa yang dilaksanakan oleh Depdikbud yang didelegasikan kepada kepala sekolah dan Departemen Agama yang didelegasikan kepada pengawas PAI, tujuan apa yang
ingin
dicapai,
materi apa yang diberikan,
metode
dan
tehnik evaluasi apa yang digunakan, faktor penunjang dan
kepala sekolah, pengawas dan guru pendidikan agama Islam terhadap upaya pengembangan kemampuan profesional itu. Bagaimana output dari proses pengembangan itu dapat
menyumbangkan terhadap guru dalam melaksanakan tugasnya. Secara ideal kemampuan profesional guru pendidikan
agama Islam adalah seseorang yang memiliki sifat-sifat
kepribadian sebagai muslim yang bertakwa kepada Allah SWT dan sebagai warga negara Indonesia, serta cendekia, menguasai landasan-landasan kependidikan dan mampu
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
Dalam bab ini disajikan uraian tentang hal-hal
yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian dalam rangka penulisan tesis ini, yaitu metode penelitian,
lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, pelaksanaan pengumpulan data, tingkat kepercayaan
penelitian dan cara analisis data.
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif. Proses
penelitian berlangsung dalam latar belakang alamiah, dimana peneliti merupakan sebagian instrumen utamanya dan analisis data dilakukan dengan induktif kualitatif. Penggunaan metode dan pendekatan ini berangkat dari tujuan pokok penelitian yaitu mendeskripsikan dan menga nalisis pelaksanaan kegiatan pengembangan kemampuan profesional guru pendidikan agama Islam pada pendidikan menengah se-Kotamadya Cirebon yang dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas pendidikan agama Islam
(Waspendais).
Metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada
r:
pengumpulan data saja, tetapi meliputi analisis dan
interpretasi tentang arti data itu, membandingkan
persa-maan dan perbedaan penomena tertentu (Winarno
Surarakh-mad, 1980:138).
Penelitian kualitatif sering disebut metode
etnografik, metode fenomenologis atau metode naturalis-tik. Metode penelitian semacam ini mempunyai karakteristik seperti yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen (1982 : 27-29) seperti berikut ini :
(1) Data diambil langsung dari setting alami,
(2) Penen tuan sampel sec ara purposive, (3) Peneliti sebagai instrumen pokok,
(4) Lebih menekankan pada proses dari pada produk
sehingga bersifat deskriptif analitik,
(5) Analisis data secara induktif atau interpretasi
bersifat idiografik, dan
(6) mengutamakan makna di balik data.
Dengan demikian karakteristik-karakteristik itulah
yang dijadikan acuan bagi seluruh proses penelitian ini.
Pernyataan
di atas didukung oleh tulisan
Lexy
Moleong
(1990), yang menyatakan penelitian kualitatif berakar
pada latar belakang alamiah sebagai keutuhan,
mengandal-kan .manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode
kualitatif, dan mengadakan analisis data secara induk
tif. Sasaran penelitian diarahkan kepada usaha menemukan
teori-teori dasar. Penelitian bersifat deskriptif lebih
mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi
memeriksa keabsahan data dan hasil penelitian disepakati
oleh kedua pihak yakni peneliti dan subjek penelitian.
Dari uraian di atas, maka dalam penelitian ini,
peneliti berfungsi sebagai instrumen penelitian dan peneliti mengkonsentrasikan perhatian dalam memahami
perilaku, sikap, pendapat, persepsi dan sebagainya
berdasarkan pandangan subjek yang diteliti tersebut. Oleh karena itu, pengumpulan data dan informasi dilaku
kan melalui kontak langsung dengan subjek yang diteliti dengan cara mendeskripsikan dasar dan kebijaksanaan
usaha pengembangan atau pembinaan yang dilaksanakan oleh
kepala sekolah dan pengawas pendidikan agama Islam untuk
mengembangkan kemampuan profesional guru pendidikan agama Islam (secara khusus).
B. Lokasi Penelitian
Seperti dijelaskan pada bab I bahwa penelitian ini
akan meneliti tentang upaya yang dilakukan oleh kepala
sekolah dan pengawas pendidikan agama Islam dalam mengembangkan kemampuan profesional GPAI di SMU
se-Kotamadya Cirebon. Adapun lokasi penelitian dapat dije
laskan sebagai berikut :
1. Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa Barat Bidang Dikmenum.
pendi-84
dikan secara keseluruhan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 0173/0/1983, maka Bidang Dikmenum
mempunyai tugas membina dan mengurus sekolah. Pada
Bidang Dikmenum diminta data dan informasi . tentang perkembangan pendidikan , usaha-usaha, dan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam membina kemampuan profe sional guru sekolah menengah. Kemudian pada pengawas diminta informasi dan data tentang pelaksanaan tugasnya dalam membantu guru meningkatkan kemampuan profesionalnya, dan hambatan yang dihadapi pengawas dalam pelaksanaan tugasnya di lokasi penelitian.
2. Kantor Depdikbud Kotamadya Cirebon.
Kantor ini merupakan kantor yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas kantor wilayah. Kantor ini berfungsi sebagai koordinator bagi SMU. Di kantor ini diminta juga informasi dan data tentang kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan, dan hal-hal apa saja serta usaha bagaimana telah dilakukan dalam kegiatan
pengembangan kemampuan profesional guru, sesuai dengan
tujiian penelitian.
3. Pengawas Pendidikan Agama Islam Kanwil Depag Propinsi
Jawa Barat
Pembinaan, pengawasan dan penilaian teknis Guru
keberhasilan pendidikan agama Islam ditentukan oleh mutu guru agama, maka meningkatkan kemampuan profesional sebagai tenaga pengajar sesuai dengan tuntutan dan
perkembangan ilmu pengetahuan serta pembangunan bangsa
merupakan upaya yang harus dilaksanakan secara terus menerus, yaitu kegiatan pendidikan dan pelatihan, pena
taran, diskusi dan seminar tentang peningkatan kualitas
belajar.
Pengawas Pendidikan Agama Islam mempunyai tanggung
jawab terhadap guru pendidikan agama Islam dalam hal mengadakan pembinaan yang meliputi :
a. Membimbing, mengarahkan dan membina guru pendidikan
agama pada SMU,
b. Membantu memperlancar pelaksanaan pendidikan agama
Islam di Sekolah Menengan Umum,
c. Membantu mengatasi hambatan yang ditemui guru agama
dan mencarikan jalan keluarnya,
d. Mengembangkan profesional Guru Pendidikan Agama Islam dengan cara meningkatkan pengetahuan dan
wawasan mengenai kepengawasan (PPPAI:1996).
Dari pengawas ini diminta informasi tentang persepsi tentang dirinya sebagai pembina, pengawas dan
penilai tentang kemampuan guru pendidikan agama Islam, informasi tentang kerja sama dengan kepala sekolah dalam upaya meningkatkan kemampuan profesional guru serta kegiatan-kegiatan apa saja yang telah dilakukan dalam
peningkatan kemampuan profesional guru pendidikan agama
4. Kantor Departemen Agama Kotamadya Cirebon.
Kantor ini merupakan kantor yang menmpunyai tugas
sebagian tugas kantor wilayah Depag Propinsi Jawa Barat
dalam bidang agama. Dalam hal ini Departemen Agama mempunyai wewenang untuk mengawasi pelaksanaan tugas
guru pendidikan agama Islam di sekolah menengah umum
baik yang ber-NIP 13 dan ber-NIP 15 hal yang diawasinya adalah seperti berikut ini :
a. Sikap profesional Guru Pendidikan Agama Islam,
b. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar,
c. Pelaksanaan bimbingan Pendidikan Agama Islam,
d. Pelaksanaan evaluasi Pendidikan Agama Islam,
e. Hubungan kerja sama Guru Pendidikan Agama Islam.
Dalam hal ini Kantor Departemen Agama Kotamadya Cirebon melalui Kepala seksi Pendidikan Agama Islam dalam melaksanakan sebagian tugasnya bekerja sama dengan
Kepala Sekolah dan aparat Departemen Pendidikan dan
kebudayaan Kotamadya Cirebon. Kepada aparat Departemen
Agama ini dimintai informasi tentang penempatan Guru Agama di Sekolah Menengah Umum, Kegiatan Pembinaan Guru
Pendidikan Agama, Kerjasama antara kasi Pendais dengan
Waspendais dalam pembinaan guru agama Islam serta
kordi-nasi antara Departemen Agama dengan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan dalam mengembangkan
kemampuan
5. Sekolah
Menengah
Umum Negeri
(SMUN)
di
Kotamadya
Cirebon.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP-RI) No. 29 tahun 1990, pasal 14, tentang pendidikan menengah dinyatakan bahwa kepala sekolah mempunyai tanggung jawab dalam hal penyelenggaraan kegiatan pendi
dikan,
administrasi
sekolah,
pembinaan
tenaga
kependidikan
lainnya dan pendayagunaan sarana dan
pra-sarana. Sekolah menengah yang dijadikan lokasi peneli tian adalah SMU Negeri yang ada di Kotamadaya Cirebon.
Kepala sekolah yang salah satu kegiatannya membina tenaga kependidikan (guru) supaya mempunyai kemampuan
profesional
dan
guru pendidikan
agama
Islam
sebagai
pendukung
kegiatan
itu
dimintai
informasi
tentang
kegiatan
yang telah diperolehnya,
faktor penunjang
dan
penghambat dalam kegiatan itu, dan bentuk evaluasi
yang
digunakan.
Adapun
Sekolah Menengah Umum Negeri yang
menjadi
lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri
1 Kotamadya
Cire
bon .
1) Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 4 Kotamadya
Cire
bon .
2) Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 6 Kotamadya
Cire
3) Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 7 Kotamadya Cire
bon .
4) Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 8 Kotamadya Cire
bon .
C. Subjek Penelitian
Penelitian ini memusatkan perhatian pada kegiatan kepala sekolah dan pengawas dalam mengembangkan kemam puan profesional guru pendidikan agama Islam pada pendi
dikan menengah dan menggunakan pendekatan kualitatif.
Maka untuk memperoleh data dalam penelitian ini, subjek
atau responden utama ialah kepala sekolah dan pengawas
pendidikan agama Islam yang ditugaskan di wilayah Kota
madya Cirebon.
Informasi lain penulis ambil dari guru pendidikan agama Islam, kepala seksi pendidikan agama Islam Depag Kotamadya Cirebon, dan aparat yang terkait di lingkungan kantor Departemen Pendidikan dan kebudayaan Kotamadya Cirebon, dekumen sekolah, meliputi data kepegawaian
guru, aktivitas sekolah dan administrasi guru agama.
Dalam penelitian kualitatif jumlah responden tidak ditentukan sebelumnya, yang penting dimulai dengan asumsi bahwa konteks lebih penting dari pada jumlah. hal ini sesuai dengan pendapat Subino Hadisubroto
dengan
menghitung dan memperkirakan banyaknya
populasi
dan
kemudian
menghitung
proporsi
sampelnya
sehingga
dipandang sebagai yang telah representatif. Sedangkan S. Nasutuion (1992:32-33) bahwa untuk memperoleh informasi tertentu sampling dapat diteruskan sampai dicapai taraf
redudancy, ketuntasan atau kejenuhan, artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan
tidak lagi diperoleh tambahan
informasi baru yang berar
ti".
Dari kedua pendapat di atas, dapatlah disimpulkan bahwa ketentuan besarnya sampel bergantung dari informa
si yang diberikan responden. Apabila informasi sudah
dianggap
cukup memadai,
respondennya tidak
perlu
lagi
diperbesar, dengan demikian kepala sekolah, guru,
penga
was dan fasilitas yang dipilih sebagai subjek penelitian
yaitu mereka yang dianggap dapat memberikan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan oleh peneliti sen
diri. Peneliti
langsung terjun ke lapangan untuk
mengum-pulkan sejumlah informasi yang dibutuhkan berkenaan
dengan
upaya kepala sekolah dan pengawas untuk
mengem
bangkan
kemampuan
profesional
guru
pendidikan
agama
90
dapat memahami kenyataan yang terjadi di lapangan sesuai konteksnya. Dalam hal ini S. Nasution (1992:9-10)
menga-takan "salah satu ciri penelitian naturalistik adalah
mengutamakan data langsung atau "first hand". Untuk itu peneliti sendiri terjun ke lapangan untuk mengadakan
observasi atau wawancara".
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah pengamatan (observasi), wawancara dan studi dekumentasi. Ketiga teknik tersebut digunakan dengan harapan dapat saling melengkapi untuk memperoleh data yang diperlukan. Sedangkan sumber data yang diper
lukan diklasifikasikan menjadi data primer dan data
sekunder.
Data primer bersumber dari wawancara dan observasi dengan kepala sekolah, pengawas serta guru pendidikan agama Islam yang telah menerima pembinaan. Data primer
ini
didukung
oleh informasi dari berbagai
pihak
yang
terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung
melalui pelaksanaan pengembangan kemampuan profesional guru Pendidikan Agama Islam. Adapun data sekunder
di-ambil dari berbagai dekumen, seperti jumlah guru agama
di
tiap-tiap SMU,
jumlah guru yang mendapat
kesempatan
penataran atau pembinaan serta kegiatan-kegiatan sekolah
lainnya
yang berhubungan dengan materi penelitian
yang
91
1. Observasi (Pengamatan)
Teknik ini digunakan untuk mengamati secara lang sung kondisi sekolah, seperti situasi personil di seko lah, kehadiran personil, fasilitas sekolah, penataan, keberhasilan, sarana dan prasarana keagamaan, kegiatan ekstra kurikuler, ruang perpustakaan, ruang UKS dan
laboratorium.
2. Wawancara
Teknik ini digunakan untuk menggali dan memperoleh data atau informasi yang lebih mendalam yang relevan dengan masalah yang diteliti. Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah, pengawas pendidikan agama Islam, guru pendidikan agama Islam, Kepala seksi pendidikan agama Islam dan Kepala seksi pembinaan generasi muda Depdikbud Kotamadya Cirebon. Teknik wawancara pada dasarnya dilak
sanakan dalam dua bentuk, yaitu wawancara berstruktur
dan wawancara tak berstruktur (S. Nasution, 1992:72).
3. Studi Dekumentasi
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dan
informasi tentang pelaksanaan tugas kepala sekolah dan
pengawas tentang usahanya melaksanakan pembinaan kemam
puan profesional guru, seperti program kerja dari kepala
sekolah dan pengawas pendidikan agama Islam, kerja sama
antara kepala sekolah dan pengawas dalam kegiatan
Islam dan dokumen-dokumen lain yang ada kaitannya dengan kegiatan pengembangan tersebut.
E. Pelaksanaan Pengumpulan Data
1. Tahap Orientasi
Pada tahap ini, langkah pertama yang penulis lakukan adalah pemahaman literatur terhadap langkah-langkah peningkatan mutu pendidikan melalui upaya pen gembangan kemampuan profesional guru. Peneliti terlebih dahulu mengadakan konsultasi dengan Pengawas Pendidikan Agama Islam, Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam Depar temen Agama Kotamadya DT. II Cirebon tentang upaya pengembangan kemampuan profesional guru pendidikan agama
Islam dengan beberapa permasalahannya.
Langkah berikutnya adalah penulis mencoba mendeskripsikannya dalam desain penelitian kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, peneliti
dimin-takan untuk mempertajam permasalahan tersebut yang
ditinjau dari sudut pandang administrasi pendidikan. Dan
masalah penelitiannya dibatasi pada pembinaan yang
dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas untuk mening katkan kemampuan profesional guru (pendidikan agama
Islam) khususnya.
Setelah mengumpulkan berbagai teori yang
input-input berbagai studi dekumentasi yang berkaitan dengan karakteristik yang diteliti, maka peneliti menyu-sun pradesain penelitian. Dan setelah seminar desain yang dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 1997, penulis mengadakan konsultasi secara langsung dengan dosen pembimbing secara intensif dari bulan April 1997 sampai
tanggal 26 Juni 1997.
Setelah itu penulis diperkenankan terjun ke lapangan dengan surat izin dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan- Kantor Wilayah Propinsi Jawa Barat No:
5406/102/P1/97 dan pada akhir bulan Agustus peneliti memulai kegiatan penelitian di lapangan.
2. Tahap Eksplorasi
Setelah melakukan kegiatan orientasi, peneliti melanjutkan dengan kegiatan pengumpulan data. Pelaksa naan pengumpulan data berdasarkan ijin dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kantor Wilayah propinsi Jawa Barat dimulai sejak tanggal 5 Agustus sampai dengan tanggal 5 Nopember 1997. Adapun pengumpulan data yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut :
1) Melakukan wawancara dengan kepala sekolah, guru bidang studi pendidikan agama Islam yang ber-NIP 13 dan ber-NIP 15. Fokus wawancara adalah tentang upaya
agama Islam, fasilitas yang disediakan, peluang yang
diberikan dan hambatan yang dihadapi dalam kegiatan
tersebut. Kepada guru ditanyakan tentang bentuk
kegiatan yang diberikan oleh kepala sekolah dalam
mengembangkan kemampuan profesional guru, fasilitas , kesempatan dan hubungan antara kepala sekolah dengan guru bidang studi pendidikan agama Islam.
2) Melakukan wawancara dengan Pengawas Pendidikan Agama Islam (Waspendais) untuk mendapatkan informasi ten tang tugasnya, persepsi dirinya sebagai pengawas, kegiatan yang dilakukan dalam meningkatkan kemampuan profesional guru pendidikan agama Islam dan hubungan antara pengawas dengan kepala dan hubungan antara pengawas dengan guru pendidikan agama Islam ber-NIP
13 dan ber-NIP 15.
3) Melakukan wawancara dengan Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam (Kasi Pendais) Kantor Departemen Agama Kotamadya Cirebon sebagai petugas yang mempunyai
tanggung jawab dalam perkembangan pendidikan agama Islam baik di sekolah yang berciri khas keagamaan maupun di sekolah umum.
4) Melakukan wawancara dengan Kepala seksi Binmudora, sebagai salah satu seksi yang ada Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan yang mempunyai tugas dalam
dilakukan dengan Departemen Agama (Pengawas
Pendidikan Agama Islam) kepadanya diminta informasi tentang bentuk kegiatan-kegiatan yang dilakukan, tujuan yang ditetapkan, materi yang diberikan, metode dan evaluasi yang digunakan.
5) Selain wawancara, peneliti melakukan pengamatan secara langsung untuk melihat tentang kegiatan guru pendidikan agama Islam, dan melihat dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan pengembangan kemampuan guru pendidikan agama Islam, baik dokumen itu di
pihak kepala sekolah maupun di pihak pengawas ataupun di pihak guru. Selanjutnya agar pengumpulan data itu dapat berjalan lancar, maka peneliti menggunakan pedoman wawancara dan observasi, tape recorder dan sejumlah dekumen sekolah yang berkaitan dengan pokok permasalahan penelitian ini.
3. Tahap Member Check
Kegiatan member check dilakukan dengan maksud dapat menguji validitas, reliabilitas dan objektivitas data yang diperoleh melalui tahap eksplorasi. Data-data
yang telah terkumpul dipelajari dan telah ditulis dalam
bentuk laporan lapangan, kemudian dikomunikasikan kepada
responden untuk dibaca dan diteliti kesesuaiannya dengan
informasi yang diberikan atau kenyataan yang ada. Untuk
mencheck keabsahan data dengan sumber aslinya. Pada
pengolahan data lebih lanjut, senantiasa dilakukan trianggulasi untuk mendapatkan ketepatan penafsiran.
F. Memperoleh Tingkat Kepercayaan Hasil Penelitian
Terdapat empat pokok permasalahan yang harus diperhatikan dan dilakukan para peneliti dalam melakukan
penelitian kualitatif untuk menguji /memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian dan sekaligus menjadi kriteria mengenai keabsahan temuan penelitian, yaitu
kridibilitas (validitas internal), transferabilitas
(validitas eksternal), dependabilitas (reliabilitas) dan
konfirmabilitas (Objektivitas) (S. Nasution: 1992:111).
1. K r e d i b i 1 i t a s data
Pemeriksaan kredibilitas terhadap temuan peneli tian berarti mempersoalkan tentang seberapa jauh suatu temuan peneliti itu memiliki kebenaran yang dapat
diper-caya. Lincoln dan Guba (1985:296) menyatakan bahwa
temuan penelitian memenuhi kriteria kredibilitas apabila temuan penelitian tersebut mampu menggambarkan secara
kuat terhadap konstruksi realita yang multipal, yaitu
suatu rekonstruksi yang dapat diyakini kebenarannya di
97
yang diucapkan, dilakukan dan dirasakan responden).
Cara
yang
lain dilakukan
peneliti
dalam
upaya
mengetahui kebenaran hasil penelitian atau kredibiltas
data, adalah sebagai berikut :
1) Peneliti melakukan pengamatan secara kontinu, rinci
dan mendalam. Peneliti berusaha membedakan dan men yimpulkan hal-hal yangbermakna dan tidak bermakna dalam memahami gejala-gejala tertentu,
2) Mengadakan trianggulasi, yaitu mencocokan kebenaran data dengan sumber lain,
3) Melakukan member check, yaitu melakukan penilaian
kembali terhadap kebenaran hasil observasi dan wawan
cara dengan informan dan mengecek kembali dengan informasi yang lain.
2. Transferabilitas
Transferabilitas temuan penelitian mempersoalkan sampai sejauhmana hasil penelitian dapat diaplikasikan
atau digunakan dalam situasi lain. (S. Nasution,
1992:114) mengemukakan bahwa bagi peneliti naturalistik,
transferability tergantung pada sipemakai, yakni hingga
manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam
konteks
dan
situasi
tertentu. Berdasarkan
kutipan
di
atas dapat disimpulkan bahwa dapat atau tidaknya peneli
bukan-98
lah urusan peneliti, tetapi tergantung pada pihak-pihak
lain yang akan menerapkannya. Sehubungan penelitian ini menyangkut kegiatan kepala sekolah dan pengawas dalam mengembangkan kemampuan profesional GPAI, maka pengapli-kasian hasil penelitian ini tergantung kepada para kepala sekolah menengah umum dan pengawas pendidikan agama Islam serta instansi lain yang terkait yang mem
punyai tanggung jawab dalam pengembangan personil.
3. Dependabilitas dan Konfirmabilitas
Dependabilitas mempersoalkan kualitas pelaksanaan suatu penelitian. Sedangkan konfirmabilitas mempersoal kan tentang hasil yang diperoleh dalam penelitian (Lincoln dan Guba, 1985:318; Sanapiah Faisal, 1990:32). Artinya, dalam kedua kegiatan ini dilakukan pengujian
dan penilaian tentang benar salahnya peneliti dalam mengkonseptualisasikan apa yang diteliti.
Berdasarkan uraian di atas, temuan penelitian dapat dikatakan memenuhi kriteria dependabilitas dan konfirmabilitas apabila memiliki keterhandalan dalam
pelaksanaan penelitian dan hasil temuannya memiliki nilai kepastian, artinya benar-benar ada terjadi di
lapangan.
Selanjutnya, agar diperoleh temuan pnelitian yang
dibutuhkan adanya kegiatan "audit trail" berkenaan
dengan hal-hal atau kegiatan yang terkait dalam pelaksa naan dan temuan penelitian (Lincoln dan Guba, 1985:318). Audit trail ini dapat dilakukan secara bersama-sama, artinya setelah dilakukan uji dependabilitas dilanjutkan dengan uji konfirmabilitas. Oleh karena itu, peneliti diharapkan menyediakan sejumlah bahan yang dapat diguna kan untuk audit trail, yaitu data mentah, reduksi data
dan hasil-hasil analisis, rekonstruksi data dan
hasil-hasil sintesa, catatan proses, material yang berkenaan dengan intensitas dan disposisi, dan informasi perkem
bangan instrumen (Halpern dalam Lincoln dan Guba, 1985:319).
Sehubungan dengan penelitian ini, cara yang dila kukan peneliti adalah mendiskusikan dan meminta pertim-bangan kepada para dosen pembimbing untuk menilai dan mengoreksi, memberi saran perbaikan. Namun demikian, sebelum pada proses audit trail peneliti terlebih dahulu
menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk melakukan penelitian, seperti; rancangan instrumen, deskripsi
data, hasil interpertasi data, kesimpulan sementara dan
rambu-rambu kegiatan yang akan dilakukan peneliti, baik dalam tahap orientasi, eksplorasi maupun dalam
10;
G. Cara Analisis Data
Analisis adalah proses menyusun data agar dapat
ditafsirkan.
Menyusun
data
berarti
menggolongkannya
dalam pola, thema atau kategori (S.
Nasution,
1992:126).
Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Moleong (1990:103)
bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan
data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan
satuan
uraian dasar. Berdasarkan dua
pendapat
diatas,
bahwa dalam menganalisis data kualitatif sangat diperlu
kan
daya kreatif dari seorang peneliti
untuk
mengolah
data tersebut sehingga mempunyai makna.
Pada hakekatnya dalam penelitian kualitatif belum
ada
prosedur
yang sudah baku untuk
dijadikan
pedoman
dalam
menganalisis
data.
Hal ini
sesuai
dengan
yang
dikemukakan oleh Subino Hadisubroto (1988:20) bahwa
:
... dalam analisis data kuantitatif itu metodenya
sudah jelas dan pasti, sedangkan dalam analisis data kualitatif metode seperti belum tersedia.
Peneliti-lah berkewajiban menciptakannya sendiri. Oleh karena itu ketajaman dan ketepatan analisis data kualitatif
ini sangat tergantung ketajaman melihat data oleh
peneliti serta kekayaan pengalaman serta pengetahuan .yang telah dimiliki oleh peneliti.
Berdasarkan kutipan di atas, maka
langkah-langkah
yang peneliti lakukan dalam proses analisis data adalah
seperti berikut ini :
1.
Menganalisis
setiap
informasi atau
data
yang
di
101
studi dekumentasi,
2. Di dalam setiap penganalisisan dilakukan, diikuti interpertasi data untuk menemukan makna yang terkan-dung di dalaranya,
3.
Membuat
kategorisasi
data, agar
data
mentah
yang
terkumpul dapat ditransformasikan dengan sistematis, kemudian peneliti menjelaskan hubungan satu sama
lainnya sehingga tidak kehilangan konteksnya.
4. Melakukan triangulasi, yaitu peneliti berusaha untuk menchek dan membandingkan kebenaran informasi atau
data yang diperoleh melalui berbagai teknik dan berbagai responden.
5. Mengadakan "member check" dengan kepala sekolah dan
waspendais, kasi binmudora sebagai sumber informasi
yang primer. Kegiatan ini peneliti lakukan pada
setiap selesai mengadakan observasi dan wawancara dengan responden. Adapun kegiatan member check
terak-hir dilakukan setelah selesai pengumpulan data secara keseluruhan.
6.
Melakukan diskusi dengan orang yang telah
mengetahui
permasalahan yang diteliti, seperti Kabid Pendais
Kanwil
Depag
Propinsi Jawa Barat,
Kepala
Kandepag
Kotamadya
Cirebon,
Kasi
Pendais
Depag
Kotamadya
102
Kepala Seksi Binmudora Dikbud Kotamadya Cirebon dan
para Kepala sekolah yang dijadikan responden dalam
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
1. Pengembangan kemampuan profesional guru secara umum telah dilaksanakan secara rutin, misalnya: setelah
apel tiap tanggal 17 selalu diadakan rapat,
pember-ian informasi penting dan pembinaan secara langsung dari kepala sekolah terhadap guru-guru dan tenaga
tata usaha.
Pengembangan kemampuan Guru pendidikan Agama
Islam
secara khusus oleh kepala sekolah mendapat priori tas utama dan tidak dibedakan dengan guru bidang
studi yang lain,
kepala sekolah memberikan
motiva
si,
peluang
dan
dukungan
moril
maupun
materil
apabila
terdapat kegiatan-kegiatan
yang
bersifat
meningkatkan kemampuan guru pendidikan agama
Islam
seperti
: mengikutsertakan penataran
PWKGAI
yang
- dilaksanakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebu
dayaan
di Tingkat Propinsi maupun Tingkat
Daerah,
mengikutsertakan dalam kegiatan seminar atau disku
si
ilmiah
yang
diselenggarakan
oleh
instansi-instansi lain, memberikan izin untuk mengikuti studi lanjut dan bentuk-bentuk kegiatan lainnya
yang bersifat pengembangan atau peningkatan mutu.
Dan adanya pengakuan dari kepala sekolah bahwa pengawas pendidikan agama Islam dalam membina para GPAI nampaknya belum dilaksanakan secara kontinyu,
hal ini didasarkan kepada kehadiran pengawas ke sekolah binaannya hanya pada waktu-waktu tertentu seperti tahun ajaran baru, waktu tes sumatif (catur
wulan) dan waktu pelaksanaan evaluasi belajar tahap
akhir (ebta).
Pembinaan kemampuan guru pendidikan agama Islam
yang sering dilakukan adalah kunjungan ke sekolah,
mendiskusikan permasalahan pengajaran agama Islam
dengan GPAI dan kepala sekolah dan sewaktu-waktu menjadi instruktur dalam kegiatan penataran / pela
tihan .
Para pengawas memahami terhadap tugasnya sebagai
supervisor pengajaran yang diberi tugas dan tang gung jawab memberikan pembinaan dan bimbingan
terhadap para guru agama yang bertugas di SLTP,
SMU, Pembinaan secara administratif dan edukatif terhadap para guru di sekolah-sekolah tingkat. menengah dan atas yang berada di lingkungan Depar
temen Agama.
Hasil yang lain dari penelitian tentang kegiatan
pengawas PAI dalam pembinaan kemampuan GPAI antara
1 A R
a. Secara ideal harapan para pengawas, bahwa para guru pendidikan agama selain menguasai
landasan-landasan kependidikan, juga diharapkan dapat
memiliki sifat-sifat kepribadian sebagai muslim yang bertakwa kepada Allah SWT dan sebagai warga negara Indonesia serta cendekia dan mampu
me-ngembangkannya.
b. Adanya pengakuan dari para guru pendidikan agama
ber-NIP 13 dan NIP 15 bahwa mereka belum
menda-patkan pembinaan secara maksimal dari para pengawas PAI yang ditugaskan di wilayah Kotama dya Cirebon. Para guru agama mengaku merasa
dibina dan dibesarkan oleh kepala sekolah.
c. Salah satu akibat dari kurang adanya pembinaan secara sistematis dan kontinu dari pengawas PAI, maka terdapat pengakuan dari sebagian GPAI NIP
13 bahwa dirinya tidak mempunyai hubungan dengan
Departemen Agama.
d. Para Guru agama yang ditugaskan di SMU negeri termasuk yang ber-NIP 15 mengakui bahwa kegiatan pengembangan kemampuan GPAI mereka ikuti melalui penataran PWKGI yang dilaksanakan di tingkat propinsi maupun di daerah, seminar dan diskusi yang berkaitan dengan pengajaran agama Islam
1.69
secara pribadi dan ada sebagian yang mengikuti
studi lanjut.
e. Para pengawas nampaknya belum membuat program secara matang dalam memberikan pelayanan dan pembinaan terhadap GPAI, sehingga kehadiran
pengawas ke sekolah yang dibinanya seakan-akan pada saat ada permasalahan yang dihadapi oleh
GPAI.
f. Permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini nampaknya bermuara pada : koordi
nasi antara instansi-instansi yang terkait dalam peningkatan mutu GPAI belum maksimal, dan belum
jelasnya batas dan wewenang pejabat fungsional di lingkungan Departemen Agama dalam melaksana kan supervisi terhadap GPAI NIP 13 di
sekolah-sekolah umum.
3. Bentuk-bentuk pengembangan guru pendidikan Agama
Islam telah dilakukan ialah : penataran Peningkatan
Wawasan Kependidikan Agama Islam (PWKGAI) di ting kat propinsi yang diselenggarakan oleh pemimpin bagian proyek pembinaan pendidikan pancasila Jawa
Barat dan di daerah berdasarkan SK kepala kantor
170
Cirebon dan instansi-instansi lainnya, penataran
instruktur pesantren kilat yang dilaksanakan Peme rintah Daerah, melalui pengembangan pribadi dan
studi lanjut (program D 3).
Dari hasil penelitian pula ditemukan beberapa
permasalahan GPAI sebagai berikut :
a. Bahwa pengembangan GPAI melalui penataran PWKGAI tingkat propinsi yang nampaknya secara rutin
dilaksanakan belum memberikan peluang kepada semua. GPAI, sehingga utusan yang diberangkatkan
ke penataran hanya orang-orang tertentu saja yang pada akhirnya mereka tidak mampu untuk
mentransformasikan pengalamannya ke guru-guru
ag am a y an g lain.
b. Keinginan dari hasil penataran PWKGAI diharapkan
dapat terbentuk satu wadah guru yang dapat
mengembangkan kemampuan profesionalnya, namun
sampai saat ini wadah seperti MGMP PAI dan KKG
belum bisa dimanfaatkan secara maksimal seperti
guru bidang studi yang lain dengan alasan faktor
dana yang menjadi penghambatnya.
c. Terdapat pandangan yang berbeda dalam memahami
wadah aktivitas guru seperti MGMP tersebut,
sehingga menimbulkan persaingan yang kurang
171
d. Merasa tidak punya hubungan dengan kantor Depar
temen Agama yang secara langsung sebagai penga was dan pengembangan materi pendidikan agama Islam. Karena mereka (GPAI NIP 13) merasa dibina dan dikembangkan di lingkungan Departemen Pendi
dikan dan kebudayaan.
e. Kesemua masalah-masalah tersebut di atas nam paknya sebagai akibat dari koordinasi yang kurang mantap antara pengawas PAI, pihak Depag
dan Depdikbud dalam proses pengembangan kemam
puan profesional GPAI.
B. Implikasi
Pengembangan kemampuan profesional Guru Pendi dikan Agama Islam di Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) se-Kotamadya Cirebon, berdasarkan hasil wawan cara. dengan kepala sekolah, pengawas PAI, Kepala Seksi
Pendidikan Agama Islam Kandepag Kotamadya Cirebon dan
para guru agama yang ber-NIP 13 dan NIP 15 dapat
dikatakan kurang baik. Khususnya tentang pembinaan
yang dilakukan oleh Pengawas PAI dan koordinasi antar Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan Departemen
Agama Kotamadya Cirebon.
unjuk kerja yang sama, menguasai prosedur kerja yang
sama, (misalnya: menguasai teknik kerja yang sama,
menguasai prosedur kerja yang sama, dapat memecahkan masalah-masalah teknis dalam bidang kerjanya), tetapi
seorang pekerja profesional dituntut mempunyai visi yang mendasari keter-ampilannya yang menyangkut wawasan filosofis, pertimbangan rasional, dan memiliki sikap yang positif dalam melaksanakan serta.