KORELASI ANTARA PRESTASI BELAJAR, KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF,
DAN PENGETAHUAN TENTANG NATURE OF SCIENCE SISWA SMP DALAM
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINS
TEKNOLOGI MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Fisika
Oleh
NISA HERTINA
0905681
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Korelasi Antara Prestasi Belajar, Kemampuan Berpikir Kreatif, Dan Pengetahuan Tentang Nature Of Science
Siswa SMP Dalam Pembelajaran Fisika Dengan Menggunakan Pendekatan Sains
Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan” ini beserta seluruh isinya sepenuhnya karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak
sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini,
saya siap menanggung resiko / sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim
dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Juni 2013
Yang membuat pernyataan,
KORELASI ANTARA PRESTASI BELAJAR, KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF,
DAN PENGETAHUAN TENTANG NATURE OF SCIENCE SISWA SMP DALAM
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINS
TEKNOLOGI MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN
Oleh
Nisa Hertina
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Nisa Hertina 2013
Universitas Pendidikan indonesia
Juni 2013
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
KORELASI ANTARA PRESTASI BELAJAR, KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF,
DAN PENGETAHUAN TENTANG NATURE OF SCIENCE SISWA SMP DALAM
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN
Oleh :
Nisa Hertina
NIM. 0905681
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I,
Dr. Parsaoran Siahan M. Pd. NIP. 195803011980021002
Pembimbing II,
Drs. Iyon Suyana, M. Si.
NIP.196208241991030001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika
i
KORELASI ANTARA PRESTASI BELAJAR, KEMAMPUAN BERPIKIR
KREATIF, DAN PENGETAHUAN TENTANG NATURE OF SCIENCE
SISWA SMP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN
MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN
Nisa Hertina NIM. 0905681
Pembimbing I : Drs. Parsaoran Siahan, M.Pd. Pembimbing II: Drs. Iyon Suyana, M.Si. Jurusan Pendidikan Fisika, FPMIPA-UPI
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya prestasi belajar siswa serta asumsi adanya hubungan antara kemampuan berpikir Kreatif, pengetahuan siswa tentang Nature of Science (NOS) dan prestasi belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar, kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan siswa tentang NOS, serta pengetahuan siswa tentang NOS dan prestasi belajar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tes prestasi belajar berupa soal-soal berbentuk pilihan ganda, tes kemampuan berpikir kreatif serta tes pengetahuan tentang NOS dan lembar observasi keterlaksanaan pendekatan pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML). Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi phi. Hasil yang didapatkan adalah tidak ada korelasi yang signifikan antara kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar, kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan tentang NOS serta pengetahuan tentang NOS dan prestasi belajar. Selain itu dalam penelitian ini juga didapat peningkatan prestasi belajar dengan gain ternormalisasi sebesar 0,572 yang berada pada kategori sedang.
Kata kunci : Pendekatan Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML), Prestasi Belajar, Kemampuan Berpikir Kreatif, Pengetahuan Siswa Tentang Nature of Science (NOS).
ii Nisa Hertina, 2013
CORRELATION BETWEEN ACADEMIC ACHIEVEMENT,
CREATIVITY THINKING SKILLS, AND STUDENTS’ KNOWLEDGE
ABOUT NATURE OF SCIENCE IN SECONDARY SCHOOL ON PHYSICS LEARNING USING SCIENCE TECHNOLOGY SOCIETY
ENVIRONMENT
Nisa Hertina 0905681
Perceptor I : Drs. Parsaoran Siahan, M.Pd. Perceptor II : Drs. Iyon Suyana, M.Si.
ABSTRACT
This research is motivated by low academic achievement of student as well as the assumption of a relationship between creativity thinking skills, students' knowledge about the Nature of Science (NOS) and academic achievement. This study aimed to determine the correlation between creative thinking skills and academic achievement, creativity thinking skills and students' knowledge about NOS, as well as the students' knowledge about NOS and academic achievement. This study used correlation method. Data was collected by using an academic achievement test, creativity thinking test and students' knowledge about NOS test and observation sheets of Science Technology Society Environment (STSE) approach. Data was analyzed by phi correlation analysis. The results obtained that no significant correlations between creativity thinking skills and academic achievement, creativity thinking skills and students' knowledge about NOS and students' knowledge about NOS and academic achievement. In addition, this study also obtained an increase in student achievement with gain (0.572) which is in the medium category.
Keywords: Science Technology Society Environment (STSE) Approach, Academic Achievement, Creativity Thinking Skills, Students' Knowledge about Nature of Science (NOS).
Nisa Hertina, 2013 iii DAFTAR ISI
halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Hipotesis Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN TEORI ... 11
A. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Lingkungan (STML) ... 12
B. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 17
C. Nature of Science (NOS) ... 24
D. Prestasi Belajar ... 26
E. Kontribusi Pendekatan Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan Terhadap Prestasi Belajar Siswa dan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 29
F. Korelasi Prestasi Belajar, Sikap tentang Sains, dan Pengetahuan tentang NOS ... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33
A. Metode Penelitian ... 33
B. Desain Penelitian ... 33
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 34
D. Instrumen Penelitian ... 35
E. Teknik Pengumpulan Data ... 36
Nisa Hertina, 2013
Kolerasi Antara Prestasi Belajar, Kemampuan Berpikir Kreatif, Dan Pengetahuan Tentang Nature iv
G. Teknik Analisis Instrumen Penelitian ... 40
H. Teknik Pengolahan Data ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57
A. Hasil Prestasi Belajar Siswa ... 57
B. Hasil Pengetahuan Siswa tentang NOS ... 59
C. Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 61
D. Hasil Korelasi antara Pengetahuan Siswa tentang Nature of Science dan Prestasi Belajar ... 64
E. Hasil Korelasi antara Kemampuan Berpikir Kreatif dan Prestasi Belajar ... 64
F. Hasil Korelasi antara Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pengetahuan Siswa tentang Nature of Science ... 66
G. Keterlaksanakan Pendekatan Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Lingkungan ... 66
H. Pembahasan Hasil Penelitian ... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81
A. Kesimpulan ... 81
B. Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Lampiran A Perangkat Pembelajaran 2. Lampiran B Uji Coba Instrumen
3. Lampiran C Instrumen Penelitian 4. Lampiran D Analisis Hasil Penelitian 5. Lampiran E Dokumentasi Penelitian 6. Lampiran F format Isian
Nisa Hertina, 2013 v
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 2.1 Perbedaan Antara Pembelajaran dengan Pendekatan STML dan
Pembelajaran sains Non-STML ... 15
Tabel 2.2 Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif dan Indikator-indikatornya... 21
Tabel 3.1 One Group Pretest Posttest Design ... 34
Tabel 3.2 Interpretasi Validitas Butir Soal ... 41
Tabel 3.3 Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Tes ... 41
Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 42
Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda... 43
Tabel 3.6 Hasil Uji Coba Daya Pembeda Instrumen Tes ... 44
Tabel 3.7 Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 45
Tabel 3.8 Hasil Uji Coba Tingkat Kesukaran Instrumen Tes ... 45
Tabel 3.9 Distribusi Soal Setiap Jenjang Kognitif ... 46
Tabel 3.10 Distribusi Soal Aspek Pengetahuan Siswa tentang NOS ... 46
Tabel 3.11 Distribusi Soal Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif ... 47
Tabel 3.12 Kriteria Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran ... 48
Tabel 3.13 Kategori Skor Gain yang Dinormalisasi ... 49
Tabel 3.14 Kategori untuk Prestasi Belajar, Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pengetahuan Siswa tentang NOS ... 51
Tabel 3.15 Kontingensi 2x2 ... 54
Tabel 3.16 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 56
Tabel 4.1 Kategori Skor posttes Prestasi Belajar Siswa ... 57
Tabel 4.2 Hasil Prestasi Belajar Siswa ... 57
Tabel 4.3 Rekapitulasi Skor Tes Prestasi Belajar Siswa ... 58
Nisa Hertina, 2013
Kolerasi Antara Prestasi Belajar, Kemampuan Berpikir Kreatif, Dan Pengetahuan Tentang Nature vi
Tabel 4.6 Kategori Pengetahuan Siswa tentang NOS ... 59
Tabel 4.7 Hasil Pengetahuan Siswa tentang NOS ... 60
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data Pengetahuan Siswa tentang NOS ... 60
Tabel 4.9 Kategori Kemampuan Berpikir Kreatif ... 62
Tabel 4.10 Hasil Kemampuan Berpikir kreatif ... 62
Tabel 4.11 Hasil Kemampuan Berpikir kreatif Siswa untuk Aspek Fluency ... 62
Tabel 4.12 Hasil Kemampuan Berpikir kreatif Siswa untuk Aspek Flexibility .. 63
Tabel 4.13 Hasil Kemampuan Berpikir kreatif Siswa untuk Aspek Originality . 63 Tabel 4.14 Hasil Kemampuan Berpikir kreatif Siswa untuk Aspek Elaboration 63 Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kreatif. ... 64
Tabel 4.16 Korelasi Antara Prestasi Belajar dan Pengetahuan Siswa Tentang Nature of Science ... 64
Tabel 4.17 Korelasi Antara Kemampuan Berpikir Kreatif dan Prestasi Belajar .. 65
Tabel 4.18 Korelasi Antara Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif dan Prestasi Belajar ... 65
Tabel 4.19 Korelasi Antara Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pengetahuan Siswa Tentang Nature of Science ... 66
Tabel 4.20 Persentase Keterlaksanaan Aktivitas Guru Dengan Menggunakan Pendekatan Pembelajaran STML ... 68
Tabel 4.21 Persentase Keterlaksanaan Aktivitas Siswa Dengan Menggunakan Pendekatan Pembelajaran STML ... 68
Tabel 4.22 Pengkategorian Prestasi Belajar dan Pengetahuan Siswa Tentang NOS ... 72
Tabel 4.23 Pengkategorian Prestasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif .. 75
Nisa Hertina, 2013 vii
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Keterkaitan Unsur-Unsur Sains teknologi Masyarakat dan
Lingkungan ... 13
Gambar 2.2 Implementasi Pengajaran Sains dengan Menggunakan Pendekatan
Pembelajaran STML ... 16
Gambar 2.3 Lima Domain Dalam Pembelajaran ... 32
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003).
Sejalan dengan pengertian pendidikan, masih dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun
2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Begitu pula
dengan prinsip pendidikan nasional butir keempat UU Sisdiknas No. 20 tahun
2003 pasal 4 yaitu Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,
membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam
proses pembelajaran.
Salah satu tujuan dan prinsip dari pendidikan adalah mengembangkan
kreativitas peserta didik melalui serangkaian proses pembelajaran. Hal ini
semakin diperkuat berdasarkan standar isi untuk mata pelajaran fisika salah
satunya adalah siswa dapat menunjukan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif,
dan inovatif serta siswa dapat menunjukan kemampuan menganalisis dan
memecahkan masalah kompleks dan kemampuan menganalisis alam dan sosial
(Permen No. 23 Tahun 2006). Standar isi mata pelajaran fisika menunjukan
bahwa dalam pembelajaran fisika diperlukan serangkaian proses seperti
melakukan observasi, mengajukan hipotesis terhadap masalah yang muncul, lalu
bereksperimen untuk menguji hipotesis dan menganalisis hasil yang didapat.
Setelah serangkaian proses tersebut terpenuhi siswa akan menghasilkan produk,
2
terhadap perkembangan teknologi. Namun, tidak menutup kemungkinan juga
bahwa teknologi akan memberikan sumbangsih juga terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan, seperti yang diungkapkan oleh Poedjiadi (2007 : 45) bahwa
perkembangan teknologi tidak terlepas dari adanya perkembangan dalam bidang
sains, perkembangan teknologi mengakibatkan perkembangan sains begitu pula
sebaliknya perkembangan sains mengakibatkan perkembangan teknologi.
Pembelajaran yang diharapkan oleh pemerintah khususnya dalam mata
pelajaran fisika berdasarkan uraian sebelumnya adalah pembelajaran yang
seyogyanya mengutamakan proses untuk mengembangkan kreativitas siswa,
sehingga dihasilkan produk yang diharapkan bermanfaat bagi masyarakat.
Ternyata keinginan pemerintah sejalan dengan aspek utama dalam Nature of
Science (NOS). Menurut National Science Teachers Association (2000) tiga spek
utama dalam NOS terdiri atas Pengetahuan Ilmiah (Scientific knowledge), Metode
Ilmiah (Scientific Method), serta interaksi antara sains dan teknologi maupun ilmu
– ilmu lain. Pengetahuan ilmiah (Scientific knowledge) merupakan produk dari sains yang dapat berupa fakta, hukum, asumsi, postulat, dll. Sedangkan metode
ilmiah (Scientific Method) merupakan proses dalam menghasilkan produk sains
yaitu observasi, berhipotesis, melakukan eksperimen, dll.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di kelas VII di beberapa Sekolah
Menengah Pertama mengenai prestasi belajar, kemampuan berpikir kreatif dan
pengetahuan siswa tentang Nature of Science menunjukan bahwa:
1. Berdasarkan hasil observasi didapatkan pembelajaran yang berlangsung dalam kelas belum berpusat pada siswa, sehingga siswa hanya
mendengarkan saja dan hanya beberapa siswa yang aktif, hal ini
mengakibatkan pembelajaran di kelas membosankan dan tidak ada
kebermaknaan dalam pembelajaran.
2. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran fisika didapatkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan lebih banyak metode ceramah
diskusi. Padahal berdasarkan hasil angket 80 % siswa di sekolah tersebut
menyatakan bahwa siswa lebih menyukai pembelajaran dengan demosntrasi
ataupun diskusi dibandingkan sekedar mendengarkan penjelasan guru.
3. Berdasarkan hasil tes studi pendahuluan didapat hanya 30 % siswa yang dapat menjawab soal pengetahuan tentang Nature of Science dengan nilai
diatas rata-rata dan hanya 45 % siswa yang lulus mata pelajaran Fisika
dengan nilai KKM 75. Rendahnya nilai tersebut ternyata bukan diakibatkan
karena motivasi belajar yang rendah, karena hampir 80% siswa menjawab
menyukai pelajaran fisika, bahkan 60 % siswa kelak dimasa akan datang
ingin bekerja di bidang fisika. Namun, hampir 75 % siswa menjawab netral
ketika ditanya apakah siswa mampu mengaplikasikan konsep fisika dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Hasil observasi dikelas menunjukan bahwa siswa belum dilatihkan soal-soal terkait kemampuan berpikir kreatif. Padahal dari hasil wawancara dengan
siswa didapat bahwa siswa lebih senang diberikan pertanyaan yang
melatihkan kemampuan berpikir kreatif.
5. Berdasarkan pada observasi yang dilaksanakan ketika Program Pengenalan Lapangan (PPL) di sebuah Sekolah Menengah Pertama di Kota Bandung
Tahun 2012, didapat bahwa siswa kurang dapat mengekspresikan
kemampuan kreativitasnya saat pembelajaran, karena pembelajaran yang
telah dilaksanakan berorientasi bahwa siswa hanya cukup untuk dapat
menjawab soal tanpa melibatkan kemampuan kreativitasnya.
Hasil studi pendahuluan tersebut menunjukan terdapat permasalahan pada
prestasi belajar, kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan tentang Nature of
Science siswa Sekolah Menengah Pertama. Rendahnya kemampuan berpikir
kreatif siswa mengindikasikan rendahnya prestasi belajar. Begitu pula rendahnya
pengetahuan tentang Nature of Science mengindikasikan rendahnya prestasi
belajar. Indikasi tersebut berdasarkan adanya hubungan antara prestasi belajar,
kemampuan berpikir kreatif, dan pengetahuan tentang NOS, seperti yang
4
Relationship of Creative Thinking with the Academic Achievements of Secondary
School Students menyatakan hasil penelitiannya bahwa terdapat korelasi antara
kemampuan berpikir kreatif (creativity thinking ) dan prestasi belajar (academic
achievement) pada siswa SMP. Selain itu Kaboodi (2012) dalam jurnalnya yang
berjudul Creativity and Academic Achievement: Comparison between Cognitive
and Trait Creativity menyatakan hasil penelitiannya bahwa terdapat hubungan
antara kemampuan berpikir kreatif dengan prestasi belajar.
Sedangkan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sahin (2009) dalam
jurnalnya yang berjudul Exploring Scientific Creativity Of 7th Grade Students
menunjukan bahwa terdapat hubungan antara kreativitas siswa dalam sains dan
Nature of Science. Sahin mengungkapkan bahwa dalam Nature of Science
terdapat aspek kreativitas, sehingga dapat dikatakan bahwa kreativitas merupakan
bagian dari NOS. Dengan kata lain terdapat hubungan antara kreativitas dan NOS.
Kreativitas yang dimaksud dalam penelitian Sahin adalah kemampuan berpikir
kreatif dalam menyelesaikan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran
sains. Selain itu hasil penelitian Hu (2002) dalam jurnalnya yang berjudul A
scientific creativity test for secondary school students menyatakan bahwa
kemampuan berpikir kreatif ilmiah berhubungan dengan Nature of Science. Di sisi
lain Parker (2010) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul The Relationship
Between Nature of Science Understandings And Science Self-Efficacy Beliefs Of
Sixth Grade Students mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa secara tidak
langsung terdapat hubungan antara Nature of Science dan prestasi belajar
Hubungan antara prestasi belajar, kemampuan berpikir kreatif dan
pengetahuan tentang NOS diungkapkan juga oleh Enger & Yager (2001: 2)
dalam bahwa terdapat lima domain pembelajaran yaitu domain konsep, proses,
kreativitas, sikap dan aplikasi yang kemudian ditambah dengan satu domain baru
yaitu domain Nature of Science. Keenam domain tersebut menurut Yager saling
berhubungan. Dengan kata lain terdapat hubungan antara prestasi belajar yang
diwakilkan dari domain konsep, kemampuan berpikir kreatif (domain kreativitas),
Untuk menunjang penelitian mengenai korelasi antara prestasi belajar,
kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan tentang Nature of Science
digunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML).
Pendekatan STML dipilih karena sesuai dengan harapan pemerintah terhadap
pembelajaran sains di SMP yaitu mengembangkan pemahaman tentang berbagai
macam gejala alam, konsep dan prinsip sains yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, meningkatkan kesadaran untuk berperan
serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya
alam, meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan. Selain itu dari temuan studi pendahuluan terkait
pembelajaran Salingtemas didapat bahwa pembelajaran sains khususnya fisika
masih belum mengkaitkan lingkungan sebagai media siswa untuk belajar, padahal
lingkungan akan sangat membatu siswa dalam menemukan masalah dan
menemukan jawaban dari permasalahan yang terkait materi pelajaran.
Pemilihan pendekatan STML juga dipilih karena menurut Rosario,
Bernadete (2009) Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan dapat
memberikan suasana belajar yang unik dengan metodologi yang digunakan yang
dapat mempengaruhi kinerja akademik, perspektif ilmu lingkungan ketercapaian
diri terhadap tugas dan sosiokultural dari siswa. Hal ini berarti bahwa pendekatan
ini memang cocok diterapkan terlebih di negara yang menjadi objek kemajuan
teknologi yang pesat. Siswa akan mencari sendiri masalah yang ditemui di
lingkungan sekitar mereka sebagai dampak dari teknologi atau dengan kata lain
lingkungan menjadi media bagi siswa untuk belajar kemudian siswa sendirilah
yang akan mencari solusinya, sehingga siswa yang aktif dalam pembelajaran.
Bernadete juga mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa dengan aktivitas
pembelajaran Sains, Teknologi, Masyarakat dan Lingkungan yaitu topik
pembelajaran berasal dari lingkungan sekitar siswa serta suasana belajar yang
unik ternyata mampu meningkatkan prestasi akademik siswa dan
6
Selain itu Yager & Akcay dalam jurnal yang berjudul ”What Result Indicate Concerning the Successes with STS Instruction”. Vol. 16, no. 1, tahun 2007 mengungkapkan bahwa siswa yang diterapkan pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat yang ditambah dengan unsur Lingkungan lebih baik dalam
mendemonstrasikan kreativitasnya dan lebih cermat memandang sejarah dan
filosofi sains dibandingkan siswa yang tidak diterapkan pembelajaran STML.
Dari uraian latar belakang di atas maka akan dilakukan suatu penelitian
yang berjudul “ Korelasi Antara Prestasi Belajar, Kemampuan Berpikir
Kreatif, dan Pengetahuan Tentang Nature of Science Siswa SMP Dalam
Pembelajaran Fisika Dengan Menggunakan Pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat dan Lingkungan.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, berikut ini
masalah yang teridentifikasi yaitu:
1. Pembelajaran belum memenuhi harapan pemerintah akan tercapainya
pembelajaran Salingtemas (Sains, Teknologi, Masyarakat dan Lingkungan )
2. Rendahnya prestasi belajar siswa, kemampuan berpikir kreatif dan
pengetahuan tentang Nature of Science pada tingkat Sekolah Menengah
Pertama
3. Pembelajaran di tingkat SMP belum menghubungkan antara kemampuan
berpikir kreatif dan prestasi belajar siswa
4. Pembelajaran di tingkat SMP belum menghubungkan antara kemampuan
berpikir kreatif dan pengetahuan siswa tentang Nature of Science
5. Pembelajaran di tingkat SMP belum menghubungkan antara pengetahuan
siswa tentang Nature of Science dan prestasi belajar.
Berdasarkan identifikasi masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian
fisika dengan menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan
Lingkungan”
Rumusan masalah di atas diuraikan menjadi pertanyaan-pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika
setelah menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan
Lingkungan?
2. Bagaimanakah kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran fisika
setelah menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan
Lingkungan?
3. Bagaimanakah pengetahuan siswa tentang Nature of Science dalam
pembelajaran fisika setelah menggunakan pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat dan Lingkungan?
4. Apakah terdapat korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dan prestasi
belajar dalam pembelajaran fisika setelah menggunakan pendekatan Sains
Teknologi Masyarakat dan Lingkungan?
5. Apakah terdapat korelasi antara Pengetahuan siswa tentang Nature of Science
dan prestasi belajar dalam pembelajaran fisika setelah menggunakan
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan?
6. Apakah terdapat korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dan Pengetahuan
siswa tentang Nature of Science dalam pembelajaran fisika setelah
menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan?
“Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiono, 2008: 38). Jadi,
berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan
Lingkungan, Prestasi Belajar, Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pengetahuan
8
Beberapa istilah perlu didefinisikan agar diperoleh penegasan-penegasan
serta gambaran yang jelas dan tepat yang berkaitan dengan variabel-variabel
penelitian sebagai berikut:
1. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML) adalah
pendekatan yang memungkinkan siswa belajar dengan topik yang berasal dari
lingkungan di sekitar siswa, topik tersebut terkait permasalahan lingkungan
yang ditimbulkan oleh perkembangan teknologi dan mempengaruhi kehidupan
masyarakat. Dalam pendekatan ini siswalah yang akan menemukan sendiri
topik atau masalah yang didapat dari lingkungan disekitarnya, setelah itu
siswa akan melakukan eksperimen untuk menganalisis permasalahan tersebut
dengan konsep yang diketahuinya. Siswa akan membangun konsepnya sendiri
dibantu oleh guru sebagai fasilitator. Setelah masalah tersebut dianalisis, guru
akan menyamakan konsep yang diketahui siswa dengan konsep yang benar
agar tidak terjadi kekeliruan konsep. Pendekatan sains Teknologi masyarakat
merupakan suatu pendekatan yang melibatkan unsur sains, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat. Dalam penelitian ini keterlaksanaan pendekatan
STML dapat dikur dari format observasi.
2. Kemampuan Berpikir Kreatif merupakan kemampuan seseorang untuk
menghasilkan sesuatu yang baru secara orisinal dalam suatu gagasan ataupun
karya yang nyata yang tidak sama dengan karya yang dimiliki orang lain
ataupun karya yang telah ada sebelumnya serta melibatkan seluruh perasaan,
kehendak dan pribadi individu tersebut. kemampuan berpikir kreatif seseorang
tentunya akan berbeda bergantung pengamat yang mengamatinya, untuk itu
terdapat empat aspek seseorang dikatakan kreatif yaitu aspek Keaslian
(originality), Keluwesan (Fleksibilitity), Kelancaran (Fluency), dan
Penguraian (Elaborasi). Dalam penelitian ini tes kemampuan berpikir kreatif
siswa dilakukan setelah diberikan perlakuan (treatment). Soal tes kemampuan
berpikir kreatif yang diberikan mengacu pada soal test kemampuan berpikir
kreatif yang dikembangkan oleh Wallace and Kogan (1965).
3. Pengetahuan Siswa Tentang Nature of Science merupakan pengetahuan
dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam yang diketahui
melalui seluruh panca indra. Nature of Science tersusun atas pengetahuan
ilmiah (Scientific knowledge), Metode ilmiah (Scientific method), Cara kerja
ilmuwan dan organisasinya, Interaksi antara sains dan teknologi serta ilmu –
ilmu lain, dan Sejarah ide-ide ilmiah. Dalam penelitian ini tes Pengetahuan
Siswa Tentang Nature of Science siswa dilakukan setelah diberikan perlakuan
(treatment). Soal tes Pengetahuan Siswa Tentang Nature of Science yang
diberikan diadopsi dari buku the Iowa assessment handbook.
4. Prestasi Belajar merupakan hasil berupa nilai dari serangkaian stimulus yang
diberikan selama kegiatan pembelajaran. Prestasi belajar hanya mencakup
aspek kognitif saja karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi.
Prestasi belajar siswa ditunjukan dan dibuktikan melalui nilai hasil evaluasi
yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ujian yang ditempuh
siswa. Prestasi belajar siswa diukur melalui instrument tes berupa soal pilihan
ganda yang dilakukan sebelum pembelajaran (pretest) dan setelah
pembelajaran (postest). Ada atau tidaknya peningkatan terhadap prestasi
belajar siswa dilihat dari rata-rata skor gain ternormalisasi.
C. Tujuan Penelitian
Setelah diberikan perlakuan (treatment) berupa penggunaan pendekatan
Sains Teknologi Masyarakat Lingkungan dalam pembelajaran Fisika di salah satu
Sekolah Menengah pertama di Kota Bandung, diharapkan hasil penelitian ini
dapat mencapai beberapa tujuan yaitu:
1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa Sekolah Menengah Pertama
dalam pembelajaran Fisika.
2. Memperoleh informasi korelasi antara Kemampuan Berpikir Kreatif dan
Prestasi Belajar di Sekolah Menengah Pertama
3. Memperoleh informasi korelasi antara Prestasi Belajar dan Pengetahuan
10
4. Memperoleh informasi korelasi antara Kemampuan Berpikir Kreatif dan
Pengetahuan Siswa Tentang Nature of Science di Sekolah Menengah
Pertama.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini yaitu penggunaan pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat Lingkungan diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif Pendekatan
Pembelajaran fisika khususnya di SMP dalam rangka meningkatkan prestasi
belajar, kemampuan berpikir kreatif, dan pengetahuan siswa tentang Nature of
Science.
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Terdapat hubungan antara kemampuan berpikir kreatif dan prestasi
belajar siswa
2. Terdapat hubungan antara kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan
siswa tentang Nature of Science
3. Terdapat hubungan antara pengetahuan siswa tentang Nature of Science
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Arikunto
(2010: 76). Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
korelasional.
Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk
mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa
ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat
manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen, 2008:328). Dalam penelitian ini,
peneliti ingin mengatahui hubungan antara prestasi belajar, kemampuan berpikir
kreatif dan pengetahuan siswa tentang NOS. Jenis penelitian ini biasanya
melibatkan ukuran statistik/tingkat hubungan yang disebut dengan korelasi (Mc
Millan dan Schumacher, dalam Syamsuddin dan Vismaia, 2009:25).
B. Desain Penelitian
Penentuan desain penelitian bergantung pada tujuan penelitian itu sendiri.
Berdasarkan tujuan dan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu tentang
bagaimana korelasi antara prestasi belajar, kemampuan berpikir kreatif dan
pengetahuan siswa tentang Nature of Science pada pembelajaran Fisika dengan
menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML)
dan dikarenakan subjek penelitiannya hanya ada kelompok eksperimen saja dan
tidak ada kelompok kontrol maka desain penelitian dalam jenis penelitian korelasi
ini hanya mengumpulkan skor dua variabel dari kelompok subjek yang sama dan
kemudian menghitung koefisien korelasinya. Oleh karena itu, dalam penelitian
ini, pertama-tama peneliti menentukan sepasang variabel yang akan diselidiki
tingkat hubungannya. Pemilihan kedua variabel tersebut didasarkan pada teori,
asumsi, hasil penelitian yang mendahului, atau pengalaman bahwa keduanya
34
mengetahui juga peningkatan prestasi belajar siswa maka desain penelitian yang
digunakan lebih dari satu. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar
digunakan one group pretest-posttest design. Untuk one group pretest-posttest
design, Pretest dilaksanakan sebelum subjek penelitian diberi treatment
(perlakuan) dan posttest dilaksanakan setelah subjek penelitian diberi treatment
(perlakuan). Desian penelitian ini pernah digunakan oleh Yager & Akcay (2010)
dalam jurnalnya yang berjudul The Impacts Of A Science/Technology/Society
Approach On Student Understanding In Five Domains. Berikut merupakan tabel
3.1 desain penelitian one group pretest posttest design (Sugiono, 2008: 111).
Tabel 3.1 Tabel One Group Pretest Posttest Design
Keterangan:
S1 = pretest (tes awal),
X = treatment (perlakuan) dengan menggunakan pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat dan Lingkungan,
S2 = posttest (tes akhir).
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam suatu penelitian, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
dari objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan
(Sugiyono, 2008 : 80). Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki populasi tersebut (Sugiyono, 2008).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri
di Kota Bandung. Sedangkan sampel yang dijadikan dalam penelitian adalah kelas
VII di salah satu SMP di Kota Bandung yang terdiri dari 30 siswa.
Pretest Treatment Posttest
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat untuk memperoleh data hasil
penelitian. Arikunto (2010:130) mengungkapkan bahwa instrumen penelitian
digolongkan menjadi dua macam yaitu instrumen tes dan non tes. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan permasalahan dan variabel-variabel
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Instrumen Tes
Instrumen tes yang digunakan untuk memperoleh data prestasi
belajar berbentuk soal pilihan ganda sebanyak 22 soal yang memuat empat
jenjang kognitif yaitu C1 , C2, C3 dan C4. Tes ini dilakukan dua kali yaitu
sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Data pengetahuan siswa tentang
Nature of Science didapat dari instrumen soal berbentuk pilihan ganda
sebanyak 14 soal yang memuat tiga aspek yaitu pengetahuan ilmiah
(scientific knowledge), metode ilmiah (scientific method) dan Teknologi
(Technology). Instrumen tes yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan
siswa tentang NOS diadopsi dari buku The IOWA Assasment Handbook
(1998). Sedangkan untuk memperoleh data kemampuan berpikir kreatif
digunakan instrumen tes kreativitas yang dikembangkan oleh Wallace and
Kogan (1965), soal tes kemampuan berpikir kreatif terdiri dari 2 soal, setiap
soal memuat 4 aspek kreativitas yaitu Keaslian (originality), Keluwesan
(flexibility), kelancaran (fluency), dan Penguraian (Elaboration). Untuk Tes
pengetahuan siswa tentang Nature of Science dan kemampuan berpikir kreatif
hanya dilakukan satu kali saja yaitu setalah perlakuan.
2. Instrumen Non Tes
Instrumen non tes ini adalah gambaran aktivitas guru dan siswa selama
proses pembelajaran dengan diterapkannya pendekatan pembelajaran Sains
Teknologi Masyarakat dan Lingkungan. Instrumennya berupa lembar
observasi partisipasi pengamat yaitu dengan menggunakan tanda checklis pada
kolom susunan aktivitas serta terdapat kolom yang memuat saran-saran
36
E. Teknik Pengumpulan Data
Riduwan (2012:69) mengungkapkan bahwa teknik pengumpulan data
merupakan teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data penelitian. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data
yang digunakan ialah tes, angket, observasi dan wawancara.
1. Angket
Angket digunakan untuk mengumpulkan data ketika studi pendahuluan.
Angket disebarkan kepada siswa guna memperkuat data studi pendahuluan yang
telah diperoleh sebelumnya.
2. Observasi
Untuk mengetahui keterlaksanaan setiap tahap pendekatan pembelajaran
STML digunakan lembar observasi. Lembar observasi ini berisi aktivitas siswa
dan aktivitas guru yang terjadi dalam proses pembelajaran. Lembar observasi
dibuat dalam bentuk checklist, yang berisi pernyataan “ya” atau “tidak” dan
disertai dengan keterangan jawaban.
3. Tes
Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah
ditentukan (Arikunto, 2010: 53). Instrumen tes yang digunakan untuk
memperoleh data prestasi belajar berbentuk soal pilihan ganda sebanyak 22 soal
yang memuat empat jenjang kognitif yaitu C1 , C2, C3 dan C4. Dan untuk
mengetahui pengetahuan siswa tentang Nature of Science didapat dari instrumen
soal berbentuk pilihan ganda sebanyak 14 soal yang memuat tiga aspek yaitu
pengetahuan ilmiah (scientific knowledge), metode ilmiah (scientific method) dan
Teknologi (Technology). Sedangkan untuk memperoleh data kemampuan
berpikir kreatif digunakan instrumen tes kreativitas yang dikembangkan oleh
wallace and kogan (1965), soal tes kemampuan berpikir kreatif terdiri dari 2 soal,
setiap soal memuat 4 aspek kreativitas yaitu Keaslian (originality), Keluwesan
4. Wawancara
Wawancara digunakan dalam penelitian untuk mengetahui respon siswa
terhadap pembelajaran dengan pendekatan STML, selain itu wawancara juga
dilakukan kepada siswa yang memiliki hasil yang rendah dalam prestasi belajar,
kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuannya tentang Nature of Science.
F. Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi
menjadi empat tahapan, yaitu:
a. Tahap Persiapan
1. Melakukan studi pendahuluan yaitu menyebarkan angket dan
melakukan observasi kelas, studi pendahuluan ini dilakukan untuk
menegaskan temuan permasalahan yang telah ditemui sebelumnya
2. Melakukan studi literatur yaitu mengkaji teori yang melandasi
penelitian
3. Merumuskan masalah penelitian berdasarkan hasil studi pendahuluan.
4. Melakukan studi kurikulum yaitu untuk menganalisis materi pada
kurikulum, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran
fisika mengenai pokok bahasan yang akan dijadikan penelitian
5. Menyusun perangkat pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, alat – alat percobaan serta bahan ajar yang sesuai
dengan pendekatan pembelajaran STML
6. Menyusun instrumen penelitian dan format observasi keterlaksanan
pendekatan pembelajaran STML
7. Mengkonsultasikan dan menjudjment instrumen penelitian kepada dua
orang dosen dan satu guru mata pelajaran fisika yang ada di sekolah
tempat penelitian akan dilaksanakan
8. Membuat surat ijin penelitian dan surat ijin uji instrument penelitian
9. Melakukan uji coba instrumen penelitian yang telah di-judgment
10.Menganalisis hasil uji coba instrumen penelitian, kemudian
38
b. Tahap Pelaksanaan
1. Memberikan tes awal (pretest) untuk mengukur prestasi belajar siswa
sebelum diberi perlakuan (treatment)
2. Memberikan treatment kepada sampel berupa penggunaan pendekatan
pembelajaran STML
3. Selama proses pembelajaran berlangsung, observer melakukan
observasi terhadap keterlaksanaan pendekatan pembelajaran STML
4. Memberikan tes akhir (posttest) untuk mengetahui peningkatan
preastasi belajar setelah diterapkannya model pembelajaran STML
5. Memberikan tes kepada sampel untuk mengetahui kemampuan
berpikir kreatif dan pengetahuan siswa tentang Nature of Science
c. Tahap Akhir
1. Mengolah data hasil pretest dan posttest untuk mengetahui
peningkatan prestasi belajar siswa
2. Mengolah data hasil tes kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan
siswa tentang Nature of Science (NOS)
3. Menganalisis data hasil peningkatan prestasi belajar
4. Menganalisis data hasil kemampuan berpikir kreatif
5. Menganalisis pengetahuan siswa tentang NOS
6. Membuat korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dan prestasi
belajar
7. Membuat korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan
siswa tentang NOS
8. Membuat korelasi antara prestasi belajar dan pengetahuan siswa
tentang NOS
9. Menganalisis korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dan prestasi
belajar
10.Menganalisis korelasi antara prestasi belajar dan pengetahuan siswa
tentang NOS
11.Menganalisis korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dan prestasi
12.Memberikan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil yang diperoleh
dari pengolahan data
13.Memberikan rekomendasi dari hasil penelitian yang dilakukan
14.Membuat laporan penelitian
Untuk lebih jelasnya, alur penelitian yang akan dilakukan dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian
Menyusun instrumen penelitian
Menyusun RPP serta bahan ajar
Judgement Instrumen Penelitian
Analisis uji
coba instrumen Revisi
Penentuan sampel
Uji coba instrumen Studi literatur tentang
pendekatan STML Studi pendahuluan
melalui angket dan observasi kelas
Pretest Treatment / Pembelajaran STML Posttest
Analisis data korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar
Laporan
Analisis data korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan NOS
40
G. Teknik Analisis Instrumen Penelitian
Untuk dapat mengatakan instrumen yang dibuat baik dan memenuhi
persyaratan perlu dilakukan analisis uji instrumen terlebih dahulu. Karena untuk
mendapatkan data yang baik, yaitu data yang menggambarkan kemampuan subjek
penelitian dengan tepat, maka diperlukan instrument yang baik pula. Instrumen
dapat dikatakan baik atau memenuhi syarat dapat dipertanggungjawabkan dari
segi validitasnya, reliabilitasnya, objektivitasnya, praktikabilitasnya, ekonomisnya
serta taraf kesukarannya dan daya pembedanya (Arikunto, 2010: 58).
a. Validitas
Validitas item dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki
oleh sebutir item (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sebagai
suatu totalitas) dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item
tersebut (Sudijono, 2007: 182). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika
hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil
tes tersebut dengan kriterium. Teknik yang digunakan untuk mengetahui
kesejajaran adalah teknik product moment yang dikemukakan oleh Pearson.
Dalam penelitian ini, besarnya koefisien kolerasi antara dua variabel
dirumuskan:
Nilai rxy yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan
Tabel 3.2 Interpretasi Validitas Butir Soal
Nilai rxy Interpretasi
0,80 – 1,00 Sangat tinggi
0,60 – 0,80 Tinggi
0,40 – 0,60 Cukup
0,20 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah
(Arikunto, 2010: 75)
Berdasarkan pengolahan data hasil uji coba, validitas untuk tiap-tiap butir
soal dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3 Hasil Uji Coba Validitas Instrument Tes
Kriteria Validitas Jumlah Nomor Butir Soal
Tidak Valid 1 24
Sangat Rendah 3 16,18,26
Rendah 5 6,7,8,9,10
Sedang 11 1,2,4,5,11,12,15,17,22,25,29
Tinggi 8 3,13,14,19,20,21,27,28
Sangat Tinggi 1 23
b. Reliabilitas
Reabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Arikunto
(2010:86) menyatakan bahwa suatu tes dikatakan mempunyai taraf
kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.
Maka reabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes.
Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni
sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg
/konsisten (tidak berubah-ubah). Tes yang reliabel atau dapat dipercaya adalah
42
diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Untuk mengetahui reliabilitas tes
secara keseluruhan digunakan rumus Alpha, yaitu:
= jumlah varians skor tiap-tiap item
2
t
= varians total
n = jumlah item
Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen yang
diperoleh, maka digunakan tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
0,872 mengindikasikan bahwa reliabititas soal ada pada kategori tinggi.
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang termasuk kelompok tinggi dengan siswa yang termasuk
kelompok rendah (Munaf, 2001: 63). Angka yang menunjukan besarnya daya
pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D (d kapital). Untuk
menghitung daya pembeda tiap item soal, seluruh peserta tes dikelompokan
menjadi 2 kelompok terlebih dahulu yaitu kelompok tinggi dan kelompok
rendah terlebih dahulu. Bagi suatu soal yang dapat dijawab benar oleh siswa
kelompok atas maupun siswa kelompok bawah, maka soal itu tidak baik
karena tidak mempunyai daya pembeda. Demikian pula jika semua siswa
baik kelompok atas maupun kelompok bawah tidak dapat menjawab dengan
benar, soal tersebut juga dikatakan tidak baik karena tidak mempunyai daya
pembeda. Daya pembeda dihitung dengan menggunakan rumus:
∑ ∑ ... (3.3)
(Surapranata, 2006: 31)
dengan : D = indek daya pembeda item satu butir soal tertentu
∑ A = Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok atas
∑ B = Jumlah peserta tes yang menjawab pada kelompok bawah
n = Jumlah peserta tes (kelompok atas atau kelompok
bawah)
Untuk menginterpretasikan nilai Daya Pembeda yang diperoleh,
maka digunakan tabel 3.5 berikut:
Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda
Nilai D Interpretasi
Bertanda negative Semuanya tidak baik, sebaiknya
dibuang saja
0,00 – 0,20 Jelek (poor)
0,20-0,40 Cukup (satisfactory)
0,40- 0,70 Baik (good)
44
(Arikunto, 2010: 218)
Berdasarkan pengolahan data hasil uji coba, daya pembeda untuk
tiap-tiap butir soal dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6 Hasil Uji Coba Daya Pembeda Instrument Tes
Kriteria Daya Pembeda Jumlah Nomor Butir Soal
Jelek 5 6,16,18,24,26
Cukup 9 1,7,8,9,10,15,17,22,23
Baik 14 2,3,4,5,11,12,13,14,19,20,21,25,27,29
Sangat Baik 1 28
d. Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar (Arikunto, 2010 : 207). Soal yang terlalu mudah tidak merangsang
siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang
terlalu sukar akan menyebabkan siswa putus asa dan tidak mempunyau
semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.
Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal disebut
dengan indeks kesukaran. Besarny indeks kesukaran antara 0, 00- 1, 00.
Indeks kesukaran di beri simbol P. Soal dengan indeks kesukaran 0,00
menunjukan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukan
soalnya terlalu mudah. Dalam mengembangkan soal, sebaiknya tingkat
kesukaran meningkat dari soal-soal yang mudah sampai pada soal-soal yang
sukar serta tingkat kesukaran butir-butir soal tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sukar.
Indeks kesukaran item dapat diperoleh dengan menggunakan rumus
berikut ini:
p =
(Arikunto, 2010: 208)
dengan : p = Indeks tingkat kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Untuk menginterpretasikan nilai tingkat kesukaran yang diperoleh,
maka digunakan tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.7 Interpretasi Tingkat Kesukaran
Nilai P Interpretasi
0,00 – 0,30 Sukar
0,30 – 0,70 Sedang
0,70 – 1,00 Mudah
(Arikunto, 2010: 210)
Berdasarkan pengolahan data hasil uji coba, tingkat kesukaran untuk
tiap-tiap butir soal dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut.
Tabel 3.8 Hasil Uji Coba Tingkat Kesukaran Instrument Tes
Kriteria Tingkat Kesukaran Jumlah Nomor Butir Soal
Mudah 9 1,4,6,7,9,14,18,22
Sedang 17 2,3,5,10,11,12,15,16,17,19,20,21,23,
25,27,28,29
Sukar 3 13,24,26
Selanjutnya mengenai objektivitas, ekonomis dan praktikabilitas jarang
dijadikan sebagai syarat instrumen oleh para peneliti sebelumnya. Ketiga
syarat tersebut biasanya disesuaikan dengan situasi serta kondisi penelitian
yang dilakukan.
Berdasarkan pengolahan dan analisis data hasil uji coba instrument tes
yang terdiri dari uji validitas butir soal, uji reliabilitas instrumen tes, uji daya
pembeda dan uji tingkat kesukaran diperoleh 22 soal yang memenuhi kriteria
kelayakan instrumen penelitian dari 29 soa, karena dari hasil validitas,
46
memiliki kategori validitas yang rendah, daya pembedanya jelek dan tingkat
kesukaran soal sukar dan terlalu mudah. Namun dari segi reliabilitasnya
tergolong kategori tinggi artinya soal yang telah dibuat sudah Reliabel.
Semua soal tersebut dirancang kembali untuk penelitian, hanya saja ada
beberapa soal yang sedikit direvisi. Rekapitulasi distribusi soal untuk setiap
jenjang kognitif pada soal prestasi belajar ditunjukkan dalam tabel 3.9 berikut.
Tabel 3.9 Distribusi Soal Setiap Jenjang Kognitif
Jenjang Kognitif Nomor soal Jumlah Soal
C1 1,5,29 3
C2 2,4,8,12,13,14,15,19,20,21,22,23 12
C3 3,10,11,17,28 5
C4 25,27 2
Komposisi persebaran soal prestasi belajar tidak merata untuk setiap
jenjangnya. Soal prestasi belajar paling banyak mengetes siswa pada jenjang
kognitif C2 (memahami). Hal ini dikarenakan pada penelitian yang dilakukan
juga disesuaikan dengan kondisi siswa di tempat penelitian tersebut. Selain itu
pemilihan komposisi persebaran soal juga disesuaikan dengan izin guru mata
pelajaran yang sebelumnya mengajar di kelas tempat penelitian berlangsung.
Meskipun demikian soal juga mengetes jenjang kognitif C4 karena
disesuaikan dengan tuntutan kompetensi dasar.
Sedangkan untuk soal pengetahuan siswa tentang Nature of Science
tidak dilakukan uji instrumen hanya dilakukan judgment oleh dosen ahli saja.
Rekapitulasi distribusi soal untuk setiap aspek pada soal pengetahuan siswa
tentang NOS ditunjukkan dalam tabel 3.10 berikut
Tabel 3.10 Distribusi Soal Aspek Pengetahuan Siswa Tentang NOS
Aspek Nature of Science Nomor Soal Jumlah Soal
Sama halnya dengan pengetahuan siswa tentang Nature of Science,
untuk kemampuan berpikir kreatif juga tidak dilakukan uji instrumen hanya
dilakukan judgment oleh dosen ahli saja. Rekapitulasi distribusi soal untuk
setiap aspek pada kemampuan berpikir kreatif ditunjukkan dalam tabel 3.11
berikut.
Tabel 3.11 Distribusi Soal Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif
Aspek kemampuan
Berpikir Kreatif Nomor soal Jumlah Soal
Fluency 1,2 2
Flexibility 1,2 2
Originality 1,2 2
Elaboration 1,2 2
H. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perhitungan data
statistik. Data yang diperoleh terdiri dari empat jenis data yaitu data prestasi
belajar, kemampuan berpikir kreatif, dan pengetahuan siswa tentang Nature of
Science dan data observasi aktivitas guru dan siswa pada pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran STML. Pengolahan data ini bertujuan
untuk mengetahui keterlaksanaan pendekatan pembelajaran STML, korelasi
antara prestasi belajar; kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan siswa tentang
NOS dan peningkatan terhadap prestasi belajar siswa.
1. Analisis Keterlaksanaan Pendekatan Pembelajaran STML
Untuk mengetahui Keterlaksanaan Pendekatan pembelajaran STML dilihat
dari data hasil observasi yang telah diisi oleh observer. Setiap kolom yang
berisikan fase pembelajaran, jika terlaksana diberikan tanda checklist (√) yang bernilai skor satu, dan jika tidak terlaksana maka kolom dikosongkan sebagai
tanda skor nol. Data yang diperoleh dari lembar observasi diolah dan hasilnya
dinyatakan dalam bentuk persentase yang dihitung dengan menggunakan rumus:
= ∑
∑ ... (3.5)
Kemudian untuk mengetahui kriteria keterlaksanaan pembelajaran pada
48
Tabel 3.12 Kriteria Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran
KM (%) Kriteria
KM = 0 Tak satu aktivitas pun terlaksana
0 < KM < 25 Sebagian kecil aktivitas terlaksana 25 < KM < 50 Hampir setengah aktivitas terlaksana
KM = 50 Setengah aktivitas terlaksana
50 < KM < 75 Sebagian besar aktivitas terlaksana 75 < KM < 100 Hampir seluruh aktivitas terlaksana
KM = 100 Seluruh aktivitas terlaksana
(Budiarti dalam Yudhayana, 2010: 40) (dalam Hakim, 2012)
2. Analisis Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
a. Pemberian Skor
Skor yang diberikan untuk jawaban benar adalah satu, sedangkan
untuk jawaban salah adalah nol. Semua jawaban pretest dan posttest siswa
diberi skor. Skor total dihitung dari banyaknya jawaban yang cocok
dengan kunci jawaban.
b. Menghitung Rata-Rata Skor Pretest dan Posttest
Nilai rata-rata (mean) dari skor tes baik pretest maupun posttest
dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
̅ = ………. (3.6)
(Sudijono, 2009: 81)
dengan : ̅ = nilai rata-rata yang kita cari dalam hal ini skor pretest maupun posttest
N =Number of Cases banyaknya skor-skor itu sendiri
c. Menghitung Rerata Skor Gain yang Dinormalisasi
Besarnya skor gain yang dinormalisasi ditentukan dengan
persamaan yang dirumuskan oleh Hake (1998):
=
... (3.7)
dengan: = Rerata skor gain yang dinormalisasi
Sf = Skor posttest Si = Skor pretest
Skor gain yang dinormalisasi ini diinterpretasikan untuk
menyatakan kategori peningkatan prestasi belajar siswa.
Tabel 3.13 Kategori Skor Gain yang Dinormalisasi
Rentang <g> Kategori 0.7 < (<g>) ≤1,0 Tinggi
0.3 < (<g>) ≤0.7 Sedang
(<g>) ≤ 0.3 Rendah
(Hake, 1998) (dalam Maharshak dan Pundak, 2004: 408)
3. Analisis Kemampuan Berpikir kreatif Siswa
a. Pemberian Skor
Soal kemampuan Beripikir Kreatif merupakan soal dengan bentuk
jawaban uraian tak terbatas. Soal ini diadopsi dari soal kreativitas yang
dikembangkan oleh Wallace and Kogan (1965) yang kemudian soal dibuat
dengan mempertimbangkan juga materi yang sedang dipelajari. Instrumen
soal kreativitas terdiri dari empat aspek yaitu Keaslian (originality),
Keluwesan (flexibility), kelancaran (fluency), dan Penguraian
(Elaboration). Pemberian skor pada Aspek Originality yaitu Siswa
mendapat skor 2 apabila jawaban yang diberikan hanya siswa tersebut
yang menjawab (unik) dan siswa mendapat skor 1 apabila jawaban yang
50
disebut tidak biasa (unusual). Pemberian skor pada aspek flexibility yaitu
skor yang didapat siswa berdasarkan jumlah perbedaan kategori, Misalkan
siswa menjawab benda yang bergerak adalah kucing, burung, mobil, motor.
Meskipun ada empat jawaban, tetapi hanya ada dua kategori yaitu hewan
dan alat transportasi. Sehingga siswa hanya mendapat skor dua.
Pemberian skor pada aspek Elaboration yaitu skor yang didapat siswa
berdasarkan kedetailan jawaban yang diberikan. Dan untuk aspek yang
keempat Fluency yaitu skor yang didapat siswa berdasarkan jumlah
jawaban siswa. Misal siswa menjawab 3 poin maka siswa mendapat skor
tiga. Skor yang diberikan tidak ada batasannya, sehingga tidak ada skor
aktual yang ada hanya skor faktual saja. Dalam tes kreativitas tidak ada
skor maksimum, yang ada hanya skor yang tertinggi dari sejumlah peserta
yang mengikuti tes.
b. Menghitung Rata-Rata Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dan
Pengetahuan Siswa Tentang Nature of Science
Nilai rata-rata (mean) dari skor Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
dan pengetahuan tentang NOS dihitung dengan menggunakan rumus
berikut:
̅ = ………. (3.8)
(Sudijono, 2009: 81)
dengan : ̅ = nilai rata-rata yang kita cari dalam hal ini
skor kemampuan berpikir kreatif siswa dan pengetahuan
tentang NOS
X = Jumlah dari skor-skor (nilai-nilai ) yang ada
N =Number of Cases banyaknya skor-skor itu sendiri
c. Menghitung Simpangan Baku Data Kemampuan Berpikir Kreatif
Simpangan Baku atau Standar Deviasi (SD) dihitung dengan
√
∑ ̅………. (3.9)
(Sudjana, 2005: 93)
dengan: S = Simpangan Baku
= Nilai
̅ = Nilai rata-rata = banyaknya data
d. Mengelompokan Sampel Ke Dalam Tiga Rangking
Untuk mengelompokkan sampel ke dalam tiga rangking yaitu
rangking atas (kelompok sampel yang tergolong tinggi ), Rangking tengah
(kelompok sampel yang tergolong sedang), dan rangking bawah (kelompok
sampel yang tergolong rendah) menggunakan patokan pada tabel 3.
berikut.
Tabel 3. 14 Kategori Untuk Prestasi Belajar, Kemampuan Berpikir Kreatif
dan Pengetahuan Siswa Tentang NOS
Nilai Kategori
̅ Tinggi (Rangking Atas)
̅ ̅ Sedang (Rangking Tengah)
̅ Rendah (Rangking Bawah)
4. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat bahwa data yang diperoleh dari
populasi berdistribusi normal atau tidak. Pengujian ini menggunakan uji liliefors
(Sudjana, 2005 : 466). Langkah-langkah dalam penyelesainya adalah sebagai
52
a. Pengamatan , , .... dijadikan bilangan baku , , .... dengan
menggunakan rumus :
………. (3.10)
X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku dari
sampel
b. Menggunakan daftar distribusi normal baku untuk tiap bilangan baku ini
c. Selanjutnya dihitung proporsi , , .... yang lebih kecil atau sama
dengan . Jika proporsi dinyatakan oleh S , maka :
S
………. (3.11)
d. Hitung selisih F
kemudian tentukan harga mutlaknya.
e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut,
sebutlah harga tersebut
f. Kriteria hipotesis adalah ditolak nol bahwa populasi berdistribusi normal
jika yang diperoleh dari data pengamatan melebihi dari daftar.
Dalam hal ini hipotesis diterima.
5. Teknik Korelasi Phi (Phi Coefficient Correlation)
Teknik korelasi phi adalah salah satu teknik analisis korelasional yang
dipergunakan apabila data yang dikorelasikan adalah data yang benar-benar
dikotomik (Sudijono, 2009:243). Apabila variabelnya bukan merupakan variabel
diskrit dan kita ingin menganalisis data tersebut dengan menggunakan teknik
menjadi variabel diskrit. Langkah-langkah dalam penyelesainya adalah sebagai
berikut:
a. Variabel yang akan di korelasikan dibuat menjadi variabel diskrit terlebih
dahulu.
Untuk mengubah skor prestasi belajar, pengetahuan siswa tentang NOS
dan kemampuan berpikir kreatif agar menjadi variabel diskrit (kelompok
positif dan kelompok negatif), digunakan teknik mean (rata-rata). Siswa
termasuk kelompok positif, apabila nilai skor prestasi belajar, pengetahuan
siswa tentang NOS dan kemampuan berpikir kreatif diatas skor rata-rata.
Sebaliknya, siswa termasuk kelompok negative, apabila nilai skor prestasi
belajar, pengetahuan siswa tentang NOS dan kemampuan berpikir kreatif
di bawah skor rata-rata.
b. Menentukan variabel yang akan dikorelasikan.
Dalam penelitian ini varibel yang dikorelasikan adalah korelasi antara
prestasi belajar dengan pengetahuan siswa tentang NOS, prestasi belajar
dengan kemampuan berpikir kreatif dan antara pengetahuan siswa tentang
NOS dengan kemampuan berpikir kreatif.
c. Merumuskan hipotesis
1. Korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar
Hipotesis Nol ( H0) : Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara
54
Hipotesis nol diterima apabila <
Hipotesis Kerja ( H1) : Terdapat korelasi yang signifikan antara
kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar siswa
Hipotesis kerja diterima apabila >
2. Korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan siswa
tentang NOS
Hipotesis Nol ( H0) : Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara
kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan siswa tentang NOS
Hipotesis nol diterima apabila <
Hipotesis Kerja ( H1) : Terdapat korelasi yang signifikan antara
kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan siswa tentang NOS
Hipotesis kerja diterima apabila >
3. Korelasi antara pengetahuan siswa tentang NOS dan prestasi belajar
Hipotesis Nol ( H0) : Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara
pengetahuan siswa tentang NOS dan prestasi belajar
Hipotesis nol diterima apabila <
Hipotesis Kerja ( H1) : Terdapat korelasi yang signifikan antara
pengetahuan siswa tentang NOS dan prestasi belajar
Hipotesis kerja diterima apabila >
d. Membuat tabel Kontingensi 2X2 seperti terlihat pada tabel 3.
Tabel 3.15 Kontingensi 2X2
Kelompok Positif Kelompok Negatif
Kelompok
Positif
A B A+B
Kelompok
negative
C D C+D
Total A+C B+D A+B+C+D
Keterangan:
X = Varibel yang akan dikorelasikan (prestasi belajar, pengetahuan
siswa tentang NOS dan kemampuan berpikir kreatif)
Y = Variabel selain variabel X yang akan dikorelasikan dengan
Variabel X prestasi belajar, pengetahuan siswa tentang NOS dan
kemampuan berpikir kreatif)
A = Banyaknya siswa yang memiliki skor variabel X dan variabel Y
yang positif, memiliki nilai 1 (satu)
B = Banyaknya siswa yang memiliki skor variabel X yang positif
atau memiliki nilai 1 (satu) dan variabel Y yang negatif atau memiliki
nilai 0 (nol)
C = Banyaknya siswa yang memiliki skor variabel X yang negatif
atau memiliki nilai 0 (nol) dan variabel Y yang negative atau memiliki
nilai 1 (satu)
D = Banyaknya siswa yang memiliki skor variabel X dan variabel Y
56
e. Menghitung nilai korelasi Phi Coefficient. Berikut adalah persamaan uji
korelasi Phi Coefficient :
√ ... ( 3.12)
(Sudijono, 2009 : 244)
dengan:
= Korelasi Phi Coefficient
f. Mengkonsultasikan nilai korelasi hasil perhitungan dengan nilai korelasi
r yang terdapat pada tabel dengan taraf signifikasi tertentu.
Jika lebih besar dari , maka dapat disimpulkan bahwa Ho
diterima. Hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan antara kedua variabel tersebut.
Untuk mengetahui kriteria nilai koefisien korelasi, nilai koefisien korelasi hasil
perhitungan dapat diinterpretasikan dengan tabel 3. 16
Tabel 3. 16 Interpretasi koefisien korelasi
Nilai r Interpretasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,000 Sangat Tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Cukup
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah