• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Efikasi Diri, Kemandirian Belajar Dan Motivasi Berprestasi Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa COVER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Efikasi Diri, Kemandirian Belajar Dan Motivasi Berprestasi Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa COVER"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Kemandirian Belajar a. Pengertian

Kemandirian belajar merupakan kesiapan dari individu yang mau dan mampu untuk belajar dengan inisiatif sendiri, dengan atau tanpa bantuan pihak lain dalam hal penentuan tujuan belajar, metoda belajar, dan evaluasi hasil belajar (Tahar dan Enceng, 2006).

Zimmerman (2002) mendefinisikan kemandirian belajar (self

regulated learning) sebagai suatu proses dimana seorang peserta didik

mengaktifkan dan mendorong kognisi (cognition), perilaku

(behaviours) dan perasaannya (affect) secara sistematis dan berorientasi

pada pencapaian tujuan belajar.

Menurut Winne (Santrock, 2007) kemandirian belajar (self

regulated learning) adalah kemampuan untuk memunculkan dan

(2)

memperluas pengetahuan dan menjaga motivasi, menyadari keadaan emosi mereka dan punya strategi untuk mengelola emosinya, secara periodik memonitor kemajuan ke arah tujuannya, menyesuaikan atau memperbaiki strategi berdasarkan kemajuan yang mereka buat, dan mengevaluasi halangan yang mungkin muncul dan melakukan adaptasi yang diperlukan.

Berdasarkan hal tersebut maka kemandirian belajar adalah proses aktif dan konstruktif siswa dalam menetapkan tujuan untuk proses belajarnya dan berusaha untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku, yang kemudian semuanya diarahkan dan didorong oleh tujuan dan mengutamakan konteks lingkungan. Siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi adalah siswa yang secara metakognitif, motivasional, dan behavioral merupakanpeserta aktif dalam proses belajar.

(3)

Kemandirian belajar (self regulated learning) menekankan pentingnya tanggungjawab personal dan mengontrol pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang diperoleh (Zimmerman, 2002). Regulasi diri dalam belajar juga membawa siswa menjadi master (ahli/menguasai) dalam belajarnya. Perspektif kemandirian belajar dalam belajar dan prestasi belajar tidak sekedar istimewa tetapi juga berimplikasi pada bagaimana seharusnya guru berinteraksi dengan siswa, serta bagaimana seharusnya sekolah diorganisir (Zimmerman, 1990).

Kemandirian belajar menuntut tanggung jawab yang besar pada diri peserta ajar sehingga peserta ajar berusaha melakukan berbagai kegiatan untuk tercapainya tujuan belajar. Kemandirian belajar sebagai bentuk belajar yang memiliki tanggung jawab utama untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi usahanya. Kemandirian belajar perlu diberikan kepada peserta ajar supaya mereka mempunyai tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya dalam mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan sendiri. Di samping tanggung jawab, motivasi yang tinggi dari peserta ajar sangat diperlukan dalam kemandirian belajar.

Tiga karakteristik yang termuat dalam pengertian kemandirian belajar dalam Nuraeni, dkk (2012) adalah:

(4)

2) Individu memilih strategi dan melaksanakan rancangan belajarnya: kemudian

3) Individu memantau kemajuan belajarnya sendiri, mengevaluasi hasil belajarnya dan dibandingkan dengan standar tertentu

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar

Cobb (2003) menyatakan bahwa kemandirian belajar (self

regulated learning) dipengaruhi olehbanyak faktor, diantaranya adalah

self efficacy, motivasi dan tujuan.

1) Self efficacy

Self efficacy merupakan penilaian individu terhadap

kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, atau mengatasi hambatan dalam belajar (Bandura dalam Cobb, 2003). Bandura dalam (Santrock, 2007) mengatakan bahwa efikasi diri berpengaruh besar terhadap perilaku. Misalnya, seorang murid yang efikasi diri-nya rendah mungkin tidak mau berusaha belajar untuk mengerjakan ujian karena tidak percaya bahwa belajar akan bisa membantunya mengerjakan soal.

Self efficacy dapat mempengaruhi peserta didik dalam memilih

(5)

tugas akan lebih siap untuk berpartisipasi, bekerja keras, lebih ulet dalam menghadapi kesulitan, dan mencapai level yang lebih tinggi. 2) Motivasi

Menurut Cobb (2003), motivasi yang dimiliki peserta didik secara positif berhubungan dengan self regulated learning. Motivasi dibutuhkan peserta didik untuk melaksanakan strategi yang akan mempengaruhi proses belajar. Peserta didik cenderung akan lebih efisien mengatur waktunya dan efektif dalam belajar apabila memiliki motivasi belajar. Motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang (intrinsic) cenderung akan lebih memberikan hasil positif dalam proses belajar dan meraih prestasi yang baik. Motivasi ini akan lebih kuat dan lebih stabil/menetap bila dibandingkan dengan motivasi yang berasal dari luar diri (extrinsic). Walaupun demikian bukan berarti motivasi dari luar diri (extrinsic) tidak penting. Kedua jenis motivasi ini sangat berperan dalam proses belajar. Peserta didik kadang termotivasi belajar oleh keduanya, misalnya mereka mengharapkan pemenuhan kepuasan atas keingintahuannya dengan belajar giat, namun mereka juga mengharapkan ganjaran (reward)

dari luar atas prestasi yang mereka capai.

Bandura dalam Adicondro dan Purnamasari (2011) mengemukakan beberapa dimensi dari efikasi diri, yaitu magnitude,

generality, dan strength. Magnitude, berkaitan dengan tingkat

(6)

bidang tugas, seberapa luas individu mempunyai keyakinan dalam melaksanakan tugas-tugas. Strength, berkaitan dengan kuat lemahnya keyakinan seorang individu.

Efikasi diri menurut Alwisol (2005) dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan atau diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi empat sumber, yakni pengalaman menguasai sesuatu prestasi

(performance accomplishment), pengalaman (experiences), persuasi

sosial (social persuation) dan pembangkitan emosi

(emotional/physiological states). Pengalaman performansi adalah

prestasi yang pernah dicapai pada masa yang telah lalu. Pengalaman diperoleh melalui hubungan sosial. Persuasi sosial adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi, dan sifat realistik dari apa yang dipersuasikan.

Efikasi diri mempengaruhi self regulated learning. Orang yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan memiliki keyakinan mengenai kemampuannya dalam mengorganisasi dan menyelesaikan suatu tugas yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu dalam berbagai bentuk dan tingkat kesulitan. Hal ini berdampak self regulated

learning juga akan tinggi. Ia akan mampu mengelola mengelola

(7)

dengan kurangnya informasi tentang kemampuan para siswa untuk yakin pada dirinya sendiri dalam mengerjakan tugas yang diberikan kepada mereka (Adicondro dan Purnamasari, 2011).

3) Tujuan (goals)

Menurut Cobb (2003) goal merupakan penetapan tujuan apa yang hendak dicapai seseorang. Goal merupakan kriteria yang digunakan peserta didik untuk memonitor kemajuan mereka dalam belajar. Goal memiliki dua fungsi dalam self regulated learning

yaitu menuntun peserta didik untuk memonitor dan mengatur usahanya dalam arah yang spesifik. Selain itu goal juga merupakan kriteria bagi peserta didik untuk mengevaluasi performansi mereka.

Efek dari goal tergantung atas hasil (outcomes) yang diharapkan. Hasil ini dapat dikategorikan menjadi dua orientasi yaitu : orientasi pada pembelajaran (learning) dan orientasi pada penampilan (performance) (Meece dalam Cobb, 2003). Orientasi pada pembelajaran (learning goals) fokus pada proses pencapaian kemampuan dan pemahaman betapapun sulitnya usaha yang harus dilakukan untuk mencapai goal tersebut. Sedangkan orientasi pada penampilan (performance goal) fokus pada pencapaian penampilan yang baik di pandangan orang lain atau penghindaran penilaian negatif dari lingkungan. Menurut Cobb (2003) learning goals

(8)

penggunaan strategi self regulated learning melalui proses informasi yang mendalam (deep).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan Self regulated

learning adalah proses aktif dan konstruktif siswa dalam

menetapkan tujuan untuk proses belajarnya dan berusaha untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku, yang kemudian semuanya diarahkan dan didorong oleh tujuan dan mengutamakan konteks lingkungan (Santrock, 2007). Cobb (2003) menyatakan bahwa self regulated learning dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah self efficacy, motivasi, dan tujuan.

Berdasarkan kajian terhadap berbgai teori tentang kemandirian belajar mahasiswa maka Hidayati dan Listyani (2010) dalam penelitiannya merumuskan enam indikator kemandirian belajar mahasiswa yaitu : (1) Ketidaktergantungan terhadap orang lain, (2) Memiliki kepercayaan diri, (3) Berperilaku disiplin, (4) Memiliki rasa tanggung jawab, (5) Berperilaku berdasarkan inisiatif sendiri, dan (6) Melakukan kontrol diri.

2. Efikasi Diri a. Pengertian

(9)

seseorang bahwa dirinya mampu menangani tugas tertentu dengan efektif (Woolfolk, 2009).

Efikasi diri merupakan keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk memobilisasi motivasi, sumber daya kognitif dan tindakan-tindakan yang diperlukan atas situasi-situasi yang dihadapi (Bandura dalam Riani dan Farida, 2006).

Self efficacy sebagai perasaan seseorang terhadap kompetensi

dirinya untuk berhasil. Self efficacy merupakan keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk memobilisasi motivasi, sumber daya kognitif (cognitive resources), dan tindakan-tindakan yang diperlukan atau situasi-situasi yang dihadapi oleh seseorang (Meyers dalam Riani dan Farida, 2006)

(10)

terhadap lingkungan disertai kecemasan, adanya keinginan menghindari interaksi interpersonal serta cenderung lebih depresi (Bandura, 1997). b. Komponen Self Efficacy

Bandura (1997) mengungkapkan bahwa perbedaan efikasi diri pada setiap individu terletak pada tiga komponen, yaitu magnitude,

strength dan generality. Masing-masing mempunyai implikasi penting

di dalam performansi, yang secara lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Magnitude atau tingkat kesulitan

Hal ini berdampak pada pemilihan perilaku yang akan dicoba atau dikehendaki berdasarkan pengharapan pada tingkat kesulitan tugas

(level of difficulty). Individu akan mencoba perilaku yang dirasakan

mampu untuk dilakukan. Sebaliknya ia akan menghindari situasi dan perilaku yang dirasa melampaui batas kemampuannya.

2) Generality atau luas bidang perilaku

Hal ini berkaitan dengan seberapa luas bidang perilaku yang diyakini untuk berhasil dicapai oleh individu. Beberapa pengharapan terbatas pada bidang perilaku khusus, sedangkan beberapa pengharapan mungkin menyebar pada berbagai bidang perilaku.

3) Strength atau tingkat kekuatan

(11)

menyerah, ulet dalam meningkatkan usahanya walaupun menghadapi rintangan, dibandingkan dengan individu dengan efikasi diri rendah.

c. Faktor yang mempengaruhi self efficacy

Menurut Bandura (1997) faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan efikasi diri seseorang antara lain :

1) Pencapaian secara aktif

Faktor ini merupakan faktor yang sangat penting sebagai sumber pembentukan efikasi seseorang karena hal ini berdasarkan kepada kenyataan keberhasilan seseorang dapat menjalankan suatu tugas atau ketrampilan tertentu akan meningkatkan efikasi diri dan kegagalan yang berulang akan mengurangi efikasi diri.

2) Pengalaman tidak langsung

(12)

3) Persuasi verbal

Persuasi verbal sering digunakan untuk meyakinkan seseorang tentang kemampuannya sehingga dapat memungkinkan dia meningkatkan usahanya untuk mencapai yang ditujunya. Persuasi verbal ini akan berlangsung efektif bila berdasarkan realita dan memiliki alasan untuk meyakinkan dirinya bahwa ia dapat mencapai apa yang ditujukannya melalui tindakan nyata. Namun tidak efektif bila tidak berdasarkan alasan yang kuat dan realita. Persuasi akan meningkatkan dan menguatkan efikasi diri seseorang sehingga mengarahkan untuk berusaha keras mencapai tujuan. Dalam hal ini pengaruh persuasi pada seseorang berlangsung untuk meningkatkan perkembangan keterampilan dan efikasi dirinya.

4) Keadaan fisiologis

(13)

unjuk kerjanya. Hal ini akan berpengaruh terhadap efikasi dirinya, sehingga unjuk kerjanya menjadi tidak optimal.

d. Karakteristik individu yang memiliki self efficacy tinggi dan self

efficacy rendah

Karakteristik individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi adalah ketika individu tersebut merasa yakin bahwa mereka mampu menangani sesecara efektif peristiwa dan situasi yang mereka hadapi, tekun dalam menyelesaikan tugas-tugas, percaya pada kemampuan diri yang mereka miliki, memandang kesulitan sebagai tantangan bukan ancaman dan suka mencari situasi baru, menetapkan sendiri tujuan yang menantang dan meningkatkan komitmen yang kuat terhadap dirinya, menanamkan usaha yang kuat dalam apa yang dilakuakanya dan meningkatkan usaha saat menghadapi kegagalan, berfokus pada tugas dan memikirkan strategi dalam menghadapi kesulitan, cepat memulihkan rasa mampu setelah mengalami kegagalan, dan menghadapi stressor atau ancaman dengan keyakinan bahwa mereka mampu mengontrolnya (Bandura, 1997).

(14)

konsekuensi dari kegagalanya, serta lambat untuk memulihkan kembali perasaan mampu setelah mengalami kegagalan (Bandura, 1997).

e. Faktor-faktor yang memperngaruhi self efficacy

Menurut Bandura (1997) tinggi rendahnya efikasi diri seseorang dalam tiap tugas sangat bervariasi. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang berpengaruh dalam mempersepsikan kemampuan diri individu. Menurut Bandura (1997) ada beberapa yang mempengaruhi efikasi diri (self efficacy), antara lain:

1) Jenis kelamin

(15)

wanita, begitu juga sebaliknya wanita unggul dalam beberapa pekerjaan dibandingkan dengan pria.

2) Usia

Efikasi diri terbentuk melalui proses belajar sosial yang dapat berlangsung selama masa kehidupan. Individu yang lebih tua cenderung memiliki rentang waktu dan pengalaman yang lebih banyak dalam mengatasi suatu hal yang terjadi jika dibandingkan dengan individu yang lebih muda, yang mungkin masih memiliki sedikit pengalaman dan peristiwa-peristiwa dalam hidupnya. Individu yang lebih tua akan lebih mampu dalam mengatasi rintangan dalam hidupnya dibandingkan dengan individu yang lebih muda, hal ini juga berkaitan dengan pengalaman yang individu miliki sepanjang rentang kehidupannya.

3) Tingkat pendidikan

(16)

4) Pengalaman

Efikasi diri terbentuk melalui proses belajar yang dapat terjadi pada suatu organisasi ataupun perusahaan dimana individu bekerja. Efikasi diri terbentuk sebagai suatu proses adaptasi dan pembelajaran yang ada dalam situasi kerjanya tersebut. Semakin lama seseorang bekerja maka semakin tinggi self efficacy yang dimiliki individu tersebut dalam pekerjaan tertentu, akan tetapi tidak menutup kemungkinann bahwa self efficacy yang dimiliki oleh individu tersebut justru cenderung menurun atau tetap. Hal ini juga sangat tergantung kepada bagaimana individu menghadapai keberhasilan dan kegagalan yang dialaminya selama melalukan pekerjaan.

3. Motivasi Berprestasi a. Pengertian

Pembahasan tentang motivasi merupakan salah satu hal yang penting dalam rangka pengembangan sumber daya manusia, yang dalam hal ini berkaitan erat dengan kinerja atau prestasi. Motivasi adalah proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan (Samsudin, 2006).

(17)

Komponen luar ialah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah lakunya. Jadi komponen dalam adalah kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipuaskan, sedangkan komponen luar adalah tujuan yang hendak dicapai (Sutrisno, 2009).

Atkinson menyatakan bahwa motivasi berprestasi adalah dorongan untuk mengatasi hambatan dan berusaha melakukan suatu pekerjaan yang sulit dengan baik dan secepat mungkin (Djaali, 2011). Usman (2006) motivasi berprestasi adalah dorongan dari dalam diri untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan sebagai upaya untuk mencapai tujuan. Sukmadinata (2005) mengartikan motivasi berprestasi sebagai motif untuk berkompetisi baik dengan dirinya atau dengan orang lain dalam mencapai prestasi tertinggi. Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi harapan suksesnya mampu mengalahkan rasa takut akan kegagalan.

Dari beberapa teori diatas dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi berprestasi adalah daya dorong yang terdapat dalam diri seseorang untuk mengatasi hambatan, dan berusaha mencapai tujuan dengan predikat unggul (excellent) demi kepuasan pribadinya. Dorongan tersebut dapat berasal dari dalam dirinya atau berasal dari luar dirinya (internal dan eksternal).

b. Karakteristik Individu dengan Motivasi Berprestasi Tinggi

(18)

1) Selalu berusaha, tidak mudah menyerah dalam mencapai suatu kesuksesan maupun dalam berkompetisi, dengan menentukan sendiri standard bagi prestasinya dan yang memiliki arti.

2) Secara umum tidak menampilkan hasil yang lebih baik pada tugas-tugas rutin, tetapi biasanya menampilkan hasil yang lebih baik pada tugas-tugas khusus yang memiliki arti bagi mereka.

3) Cenderung mengambil resiko yang wajar (bertaraf sedang) dan diperhitungkan. Tidak akan melakukan hal-hal yang dianggapnya terlalu mudah ataupun terlalu sulit.

4) Dalam melakukan suatu tindakan tidak didorong atau dipengaruhi oleh rewards (hadiah atau uang).

5) Mencoba memperoleh umpan balik dari perbuatanya. Mencermati lingkungan dan mencari kesempatan/peluang.

6) Bergaul lebih baik memperoleh pengalaman.

7) Menyenangi situasi menantang, dimana mereka dapat memanfaatkan kemampuannya.

8) Cenderung mencari cara-cara yang unik dalam menyelesaikan suatu masalah.

9) Kreatif.

10)Dalam bekerja atau belajar seakan-akan dikejar waktu. c. Aspek-Aspek Motivasi Berprestasi

(19)

didalamnya yaitu harapan untuk sukses atau berhasil ( motif of success)

dan juga ketakutan akan kegagalan (motive to avoid failure). Seseorang dengan harapan untuk berhasil lebih besar daripada ketakutan akan kegagalan dikelompokkan kedalam mereka yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, sedangkan seseorang yang memiliki ketakutan akan kegagalan yang lebih besar daripada harapan untuk berhasil dikelompokkan kedalam mereka yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi

McClelland (dalam Sukadji, 2005) menjelaskan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap motif berprestasi, yaitu:

1) Harapan orang tua terhadap anaknya

Orangtua yang mengharapkan anaknya bekerja keras dan berjuang untuk mencapai sukses akan mendorong anak tersebut untuk bertingkah laku yang mengarah kepada pencapaian prestasi. Dari penilaian diperoleh bahwa orangtua dari anak yang berprestasi melakukan beberapa usaha khusus terhadap anaknya.

2) Pengalaman pada tahun-tahun pertama kehidupan

(20)

3) Latar belakang budaya tempat seseorang dibesarkan

Apabila dibesarkan dalam budaya yang menekankan pada pentingnya keuletan, kerja keras, sikap inisiatif dan kompetitif, serta suasana yang selalu mendorong individu untuk memecahkan masalah secara mandiri tanpa dihantui perasaan takut gagal, maka dalam diri seseorang akan berkembang hasrat untuk berprestasi tinggi.

4) Peniruan tingkah laku,

Melalui “observational learning” anak mengambil atau meniru banyak karateristik dari model, termasuk dalam kebutuhan untuk berprestasi, jika model tersebut memiliki motif tersebut dalam derajat tertentu.

5) Lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung

Iklim belajar yang menyenangkan, tidak mengancam, memberi semangat dan sikap optimisme bagi siswa dalam belajar, cenderung akan mendorong seseorang untuk tertarik belajar, memiliki toleransi terhadap suasana kompetisi dan tidak khwatir akan kegagalan. Sedangkan menurut Winkel (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi, diantaranya adalah :

1) Faktor internal

a) Inteligensi

(21)

untuk mencapai tujuan, dan menilai keadaan diri secara kritis serta obyektif.

b) Motivasi

Winkel mengatakan bahwa motivasi merupakan daya penggerak dalam diri siswa untuk memperoleh keberhasilan dengan melibatkan diri dengan segala usaha dan kemampuannya dalam kegiatan yang akan meningkatkan prestasinya.

c) Kepribadian

Kepribadian adalah ciri, karakteristik, gaya atau sifat-sifat yang khas atau unik yang dimiliki oleh individu. Kepribadian yang terbentuk dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya lingkungan dari keluarga pada masa kecil dan juga bawaan sejak lahir. Sehingga kepribadian dapat dikatakan sebagai campuran dari hal-hal yang bersifat psikologis, kejiwaan dan juga yang bersifat fisik.

2) Faktor eksternal a) Lingkungan rumah

(22)

pendidikan yang tinggi lebih memprehatikan kebutuhan prestasi anak sehingga mereka berupaya untuk memenuhi kebutuhan anak tersebut, baik dai segi psikologis, fisik dan kebutuhan lainnya seperti fasilitas belajar. Sehingga anak merasa terfasilitasi dan lebih bersemangat dalam belajar.

b) Lingkungan sosial

Lingkungan social merupakan lingkungan sekitar tempat individu hidup dan bergaul sehari-hari. Lingkungan sekitar yang banyak memberikan rangsangan akan membantu meningkatkan rasa ingin tahu individu sehingga akan mengembangkan dan meningkatkan motivasi berprestasinya. Disamping itu, lingkungan sekitar yang memberikan kesempatan pada individu untuk dapat lebih mengekspresikan kemampuannya, akan membuat individu lebih percaya diri, sehingga meskipun mengalami kegagalan, ia akan terdorong untuk mengatasinya dan berusaha lebih baik lagi. c) Lingkungan sekolah

(23)

4. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari berbuatan belajar, karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut. Bagi seorang anak belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang anak dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh anak tersebut.

Winkel (2007) berpendapat bahwa belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan dimana-mana, seperti di rumah ataupun dilingkungan masyarakat.

(24)

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport (Purwanto, 2006). Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya (Winkel, 2007).

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

(25)

sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.

Aunurrahman (2009) menyatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri sendiri maupun dari luar diri seseorang

1) Faktor internal a) Kondisi fisik

Kondisi fisik merupakan hal penting yang harus diperhatikan untuk mencapai prestasi yang baik. Semakin baik kondisi fisik seorang siswa maka akan semakin konsentrasi dalam mengikuti pelajaran. Begitu pula sebaliknya dengan kondisi yang buruj, seorang anak akan susah menerima pelajaran.

b) Intelegensi

(26)

c) Motivasi

Semakin besar dorongan yang dimiliki seseorang ia akan semakin berusaha untuk lebih giat dalam mencapai tujuan yang ia inginkan.

d) Bakat

Bakat yang dimiliki siswa, maka dapat diartikan bahwa, semakin tinggi bakat potensial yang dimiliki oleh seseorang, maka akan semakin besar kemungkinan untuk memiliki prestasi. Bakat setiap individu berbeda-beda namun bakat merupakan sesuatu hal yang bisa diasah.

e) Percaya diri

Rasa percaya diri timbul dari keinginan bertindak. Dari segi perkembangannya, rasa percaya diri timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungannya. Semakin sering menyelesaikan tugas maka semakin memperoleh pengakuan umum dan percaya diri semakin kuat. Sebaliknya, kegagalan yang berulang kali dapat menimbulkan kurangnya rasa percaya diri.

(27)

tegas, mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam keadaan tidak pasti dan tertekan.

2) Faktor eksternal

a) Faktor keluarga yang meliputi : cara orang tua mendidik, hubungan antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan ekonomi keluarga. Keadaan keluarga dari orang yang belajar baik keadaan ekonomi, hubungan antar anggota dalam keluarga serta perhatian orang tua terhadap masalah belajar anaknya. b) Faktor sekolah, yang meliputi : metode mengajar yang

digunakan, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, kedisiplinan sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, keadaan gedung atau kelas dan sarana pendukungnya. c) Faktor masyarakat, yang meliputi : kegiatan siswa dalam

masyarakat, teman bergaul, masa media maupun bentuk kehidupan dalam masyarakat.

c. Ketentuan prestasi belajar

Sesuai ketentuan Pasal 25 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, “Perguruan tinggi menetapkan persyaratan kelulusan untuk mendapatkan gelar akademik, profesi, atau vokasi.

(28)

Hasil Belajar Mahasiswa yakni ditetapkan dalam Pasal 14 sebagai berikut:

1) Syarat kelulusan program pendidikan ditetapkan atas pemenuhan jumlah SKS yang disyaratkan dan indeks prestasi kumulatif (IPK) minimum.

2) Perguruan tinggi menetapkan jumlah SKS yang harus ditempuh sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dengan berpedoman pada kisaran beban studi bagi masing-masing program sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 8.

3) IPK minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi, sama atau lebih tinggi dari 2,00 untuk program sarjana dan program diploma, dan sama atau lebih tinggi dan 2,75 untuk program magister.

Pasal 15 Kepmendiknas 232/2000 menyatakan tentang ketentuan ataupun predikat kelulusan dari mahasiswa yaitu sebagai berikut : 1) Predikat kelulusan terdiri atas 3 tingkat yaitu: memuaskan, sangat

memuaskan, dan dengan pujian, yang dinyatakan pada transkrip akademik.

2) IPK sebagai dasar penentuan predikat kelulusan program sarjana dan program diploma adalah:

(29)

3) Predikat kelulusan untuk program magister a) PK 2,75 - 3,40 : memuaskan

b) IPK 3.41 - 3,70 : sangat memuaskan c) IPK 3,71 - 4,00 : dengan pujian

B. Penelitian Terdahulu

1. Christiani Bumi Pangesti (2013) dengan judul Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga Dan Kemandirian Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa. Jenis penelitian adalah penelitian survey analitik dengan rancangan cross

sectional. Populasi mahasiswa tingkat III DIII Kebidanan Akademi Citra

Medika Surakarta dengan teknik sampel simple random sampling sebesar 40 mahasiswa. Analisis data menggunakan regresi ganda, uji t, uji F dan koefisien determinasi. Hasil penelitian dukungan sosial keluarga berpengaruh positif terhadap prestasi belajar laboratorium skills

mahasiswa. Kemandirian belajar berpengaruh positif terhadap prestasi belajar laboratorium skills mahasiswa. Dukungan sosial keluarga dan kemandirian belajar mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap prestasi belajar laboratorium skills mahasiswa.

2. Wang, et al. (2008) dengan judul Characteristics of distance learners: research on relationships of learning motivation, learning strategy,

self-efficacy, attribution and learning results. .Sampel penelitian adalah

(30)

menggunakan path analysis dengan software AMOS. Hasil penelitian ada hubungan efikasi diri dengan strategi belajar dan hasil belajar. Ada hubungan efikasi diri, atribusi internal dan motivasi belajar. Ada hubungan motivasi belajar dan strategi belajar dengan hasil belajar.

3. Sukmawati, NPF, dkk. 2013. Hubungan Antara Efikasi Diri Dan Kebiasaan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas V SDN di Kelurahan Kaliuntu Singaraja. Jenis penelitian ini adalah expost facto.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN di kelurahan Kaliuntu Singaraja dengan teknik sampling nonprobability sampling

dengan teknik sampel jenuh atau sering disebut sensus studi sehingga sampel berjumlah 106 siswa. Teknik analisis data statistik deskriptif dan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara efikasi diri dengan prestasi belajar sisiwa dengan korelasi sebesar 0,686. (2) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar siswa dengan korelasi sebesar 0,788. (3) Secara bersama-sama terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara efikasi diri dan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar siswa dengan korelasi sebesar 0,854.

(31)

Penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling. Analisis data menggunakan analisis deskriptif dan induktif yang terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan analisis jalur. Berdasarkan hasil pengolahan data ini dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar dan kebiasaan belajar berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa. 5. Kosnin, AM. (2007) dengan judul Self-regulated learning and academic

achievement in Malaysian undergraduates. Populasi penelitian 460 tingkat II mahasiswa Teknik Universiti Teknologi Malaysia. Teknik analisis data menggunakan regresi linier. Hasil menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara self regulated learning dengan prestasi akademik.

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah :

(32)

Keterangan :

Dari skema kerangka pemikiran di atas, telihat bahwa terdapat tiga variabel, yaitu:

1. Variabel Independen (Bebas)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah :

a. Efikasi diri,

b. Kemandirian belajar c. Motivasi berprestasi 2. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Sebagai variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar.

D. Hipotesis

Atas dasar uraian diatas, maka dapat disajikan hipotesis sebagai berikut : 1. Ada hubungan efikasi diri dengan prestasi belajar mahasiswa.

2. Ada hubungan kemandirian belajar dengan prestasi belajar mahasiswa. 3. Ada hubungan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar mahasiswa. 4. Ada hubungan efikasi diri, kemandirian belajar dan motivasi berprestasi

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran commit to user

Referensi

Dokumen terkait

antara motif berprestasi dengan intensi berwiraswasta pada kalangan

Diterangkan bahwa individu yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan bertanggung jawab untuk mencari solusi dari tugas maupun permasalahan, merancang ulang dengan

Murray (Hall & Lindzey, 1993) mengemukakan bahwa individu yang memiliki motif berprestasi tinggi akan memperlihatkan ciri-ciri antara lain ingin menyaingi atau mengungguli

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi adalah individu yang memiliki standar berprestasi,

Sumber yang datang dari guru BK juga menjelaskan bahwa anak-anak yang berprestasi di SMK Negeri 1 Samarinda, mereka yang tidak mudah putus asa terhadap situasi yang

Hasil penelitian lain yang dlakukan oleh Abdullah (2014) menunjukan bahwa dengan adanya efikasi diri atau keyakinan pada individu maka individu dapat menumbuhkan motivasi

Berkaitan dengan penjelasan di atas tentang hal yang mempengaruhi motivasi berprestasi serta didukung dengan adanya penelitian terdahulu, efikasi diri adalah faktor yang sangat penting

2 Berdasarkan statistik korelasional ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar mahasiswa hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar