• Tidak ada hasil yang ditemukan

CAHAYA NUGRAHANI S4309003

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "CAHAYA NUGRAHANI S4309003"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENGARUH KUALITAS AUDIT TERHADAP

NILAI PERUSAHAAN

(MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING)

TESIS

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Oleh :

CAHAYA NUGRAHANI

NIM S 4309003

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

commit to user

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim.

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penelitian dan

penulisan tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.

Tesis yang berjudul “Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Nilai Perusahaan

(Manajemen Laba Sebagai Variabel Intervening)” ini merupakan tugas akhir

dalam rangka memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) dalam Program Ilmu

Akuntansi di Program Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta

(UNS).

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S, selaku Direktur Program Pasca Sarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. Wisnu Untoro, M.S, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

4. Dr. Payamta, M.Si, Ak, CPA, selaku Ketua Program Studi Magister

(6)

commit to user

ilmu dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis hingga tesis ini

selesai.

5. Drs. Eko Arief Sudaryono, M.Si, Ak, BKP, selaku dosen pembimbing II,

yang telah memberi bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

6. Prof. Dr. Rahmawati, M.Si, Ak, yang telah memberikan bimbingan kepada

penulis.

7. Seluruh dosen-dosen pengajar yang telah berbagi ilmu serta pengalaman

selama perkuliahan, yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam

menambah ilmu pengetahuan.

8. Seluruh staff administrasi Maksi UNS dan teman-teman angkatan VIII,

yang telah memberikan dukungan dan kerjasamanya sejak awal

perkuliahan hingga selesai.

9. Ayahanda Ir. Karl Kasmiyanto dan Ibunda Sri Suprapti (almh) tercinta,

terimakasih untuk doa dan motivasinya yang tidak habis-habisnya untuk

ananda.

10.Anak-anakku, Fyananda Jazzmina dan Bimantara Febrian, kalianlah

semangat mama...

11.Seluruh keluarga besar yang selalu memberi dukungan moril dan materiil.

Kakakku, Bayu Kalpikotomo dan keluarga, adik-adikku, Diana Septiyanti

dan keluarga, Ilham Nugroho dan keluarga. Terimakasih yang tidak

(7)

commit to user

12.Serta kepada seluruh pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu

persatu dalam tulisan ini. Semoga amal baiknya dibalas oleh Allah SWT,

dengan cara dimudahkan segala urusannya dunia dan akhirat, dan

dilimpahkan rizqinya Barokah, Amin.

Penulis berharap semoga tulisan tesis ini dapat berguna bagi pihak-pihak

lain yang berkepentingan dalam perkembangan dan pengembangan ilmu

akuntansi yang sejalan dengan perkembangan perusahaan-perusahaan publik di

Indonesia.

Penulis menyadari, bahwa setiap hasil karya manusia, meskipun

dipersiapkan dengan sebaik apapun, pasti masih jauh dari sempurna serta banyak

mengandung kelemahan dan kesalahan. Semua itu tidak lepas dari kodrat manusia

yang memiliki keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu, penulis

sangat menghargai kritik dan saran dari seluruh pembaca demi membangun

wacana yang konstruktif.

Penulis mohon maaf atas segala kelemahan dan kesalahan yang dikandung

di dalam tesis ini.

Wassalamu’alaikum wr., wb.

Klaten, 9 Juli 2012

Penulis

Cahaya Nugrahani

(8)
(9)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN TESIS ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

ABSTRAKSI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

(10)

commit to user

1. Teori Keagenan (Agency Theory) ... 8

2. Manajemen Laba ... 10

3. Kualitas Audit ... 20

4. Nilai Perusahaan ... 23

B. Pengembangan Hipotesis ... 27

1. Kualitas Audit dan Manajemen Laba ... 27

2. Manajemen Laba dan Nilai Perusahaan ... 28

3. Kualitas Audit, Nilai Perusahaan dan Manajemen Laba ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 33

B. Jenis dan Sumber Data ... 33

C. Definisi Operasional Penelitian ... 34

1. Variabel Bebas ... 34

2. Variabel Terikat ... 34

3. Variabel Mediasi (Intervening) ... 35

4. Variabel Kontrol ... 37

D. Analisis Data ... 37

1. Analisis Statistik Deskriptif ... 38

2. Uji Asumsi Klasik ... 39

3. Uji Hipotesis ... 41

(11)

commit to user

B. Statistik Deskriptif ... 47

C. Pengujian Asumsi Klasik ... 48

D. Pengujian Hipotesis ... 52

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 61

B. Keterbatasan ... 62

C. Saran ... 63

D. Implikasi ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(12)

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Penentuan Jumlah Sampel ... 46

Tabel 2 Statistik Deskriptif ... 47

Tabel 3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ……… 49

Tabel 4 Hasil Uji Multikolinearitas ……….………… 50

Tabel 5 Hasil Uji Heterokedastisitas ……….. 51

Tabel 6 Hasil Uji Autokorelasi ………. .. 52

Tabel 7 Hasil Analisa Regresi untuk Hipotesis Pertama ….…………. 53

Tabel 8 Hasil Analisa Regresi untuk Hipotesis Kedua ………….…... 55

Tabel 9 Hasil Analisa Regresi Persamaan (3) untuk Hipotesis Ketiga ………. 57

(13)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 32

(14)

commit to user

Tujuan penelitian adalah untuk membuktikan secara empiris adanya pengaruh kualitas audit terhadap praktik manajemen laba, untuk membuktikan adanya pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan, selain itu juga untuk membuktikan adanya pengaruh kualitas audit terhadap nilai perusahaan dengan manajemen laba sebagai variabel intervening .

Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 - 2010. Sampel dipilih menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh 73 perusahaan yang menjadi sampel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda dan analisis jalur untuk hipotesis ketiga.

Hasil penelitian membuktikan bahwa variabel kualitas audit tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba secara individual. Sedangkan pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan, diterima karena terbukti variabel Discretionnary Accruals berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan path analysis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa manajemen laba tidak dapat berperan sebagai variabel intervening pada pengaruh kualitas audit terhadap nilai perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai standardized beta coefficient dari pengaruh langsung pada kualitas audit terhadap nilai perusahaan tidaklah signifikan dan nilai standardized beta coefficient dari pengaruh langsung kualitas audit terhadap nilai perusahaan lebih besar daripada nilai standardized beta coefficient pengaruh tidak langsung kualitas audit terhadap nilai perusahaan melalui manajemen laba.

(15)

commit to user firm value mediated by the earnings management.

The samples of this research are primarily company listed on the Indonesia Stock Exchange in the year ended 2007 up to 2010. The sample was selected using purposive sampling method and obtained a sample of 73 companies. Hypothesis is tested by using multiple regression analysis and path analysis for the third hypothesis.

The research reveals that the audit quality variable has no significant effect on earnings management, individually. While the effect of earnings management on firm value, accepted as proven Discretionnary Accruals has positive significant effect on firm value. Based on path analysis carried out it can be concluded that earnings management can not act as an intervening variable in the influence of the quality audit on firm value. It is shown by standardized beta coefficient of a direct influence of the audit quality on firm value is not significant and standardized beta coefficient of the direct influence of the quality audit on firm value is larger than the standardized beta coefficient indirectly influence the quality of audits of the firm value through by earnings management .

(16)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan untuk

menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Hal ini

disebabkan karena di dalam laporan keuangan terdapat informasi- informasi yang

dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.

Pihak-pihak yang berkepentingan berdasarkan teori keagenan dapat dibedakan menjadi

dua kelompok besar, yaitu pihak internal sebagai agen dan eksternal sebagai

prinsipal. Pihak internal yaitu manajemen. Sedangkan pihak eksternal adalah

pemegang saham, kreditur, pemerintah, karyawan, pemasok, konsumen, dan

masyarakat umum lainnya. Laporan keuangan ini nantinya akan digunakan untuk

memenuhi kebutuhan informasi para pemakainya. Menurut Standar Pernyataan

Akuntansi Keuangan No 1 tentang penyajian laporan keuangan (2004: 07),

laporan keuangan yang lengkap meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan

perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

Laporan keuangan perusahaan ini memiliki fungsi yang penting, baik bagi

issuer, penjamin emisi maupun investor. Bagi issuer dan penjamin emisi, laporan

keuangan penting karena merupakan salah satu sumber informasi utama untuk

menilai penentuan harga saham dalam proses IPO. Laporan keuangan juga

penting bagi para investor karena merupakan sumber informasi dalam

(17)

commit to user

untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan oleh manajemen atas

sumber daya pemilik (Belkaoui, 1993).

Seluruh bagian laporan keuangan seperti neraca, laporan laba rugi, laporan

arus kas dan catatan atas laporan keuangan perusahaan merupakan bagian penting

yang saling melengkapi. Bagian dari laporan keuangan tersebut dapat dipakai

sebagai salah satu parameter untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan.

Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1 menyebutkan bahwa

informasi laba merupakan faktor penting dalam menaksir kinerja atau

pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba tersebut membantu pemilik

atau pihak lain untuk melakukan penaksiran atas earning power perusahaan di

masa yang akan datang (Financial Accounting Standard Board, 1987).

Pada prakteknya yang banyak menjadi perhatian investor dan calon

investor dalam laporan keuangan hanya terpusat pada laba (earning) perusahaan

(Muid dan Catur, 2005) karena pada dasarnya laba yang dilaporkan oleh

manajemen merupakan sinyal bagi para pengguna laporan keuangan terutama

investor mengenai laba perusahaan di masa datang. Oleh karena itu, pengguna

laporan keuangan dapat memprediksi laba yang akan datang berdasarkan sinyal

yang disediakan oleh manajemen melalui laba yang dilaporkan pada periode

berjalan.. Perhatian investor yang sering terpusat pada informasi laba tanpa

memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba

tersebut mendorong manajer untuk melakukan manajemen atas laba (manajemen

laba). Manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak

(18)

commit to user

tertentu dengan tujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan dan atau nilai

perusahaan. Manajemen laba dapat dilakukan dengan memanfaatkan kelonggaran

penggunaan metode dan prosedur akuntansi (Scott, 2003).

Manajemen laba dapat dideteksi dengan menghitung nilai Discretionary

Accruals (DAit), yaitu komponen akrual yang berada dalam kebijakan manajemen,

artinya manajer memberikan intervensinya dalam proses pelaporan keuangan. Jika

nilai DAit > 0, maka perusahaan melakukan manajemen laba dengan memperbesar

laba yang dilaporkan. Begitu pula sebaliknya, nilai DAit < 0 menunjukkan bahwa

perusahaan melakukan manajemen laba dengan memperkecil laba yang

dilaporkan.

Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Brigham, 1996).

Nilai perusahaan dapat dilihat melalui nilai pasar atau nilai buku perusahaan dari

ekuitasnya. Nilai buku merupakan nilai dari kekayaan, hutang, dan ekuitas

perusahaan berdasarkan pencatatan historis. Sedangkan nilai pasar merupakan

presepsi pasar yang berasal dari investor, kreditur, dan stakeholder lain terhadap

kondisi perusahaan dan biasanya tercermin pada nilai pasar saham perusahaan.

Selain itu, nilai pasar bisa menjadi ukuran nilai perusahaan. Suatu perusahaan

dikatakan memiliki nilai yang baik jika kinerja perusahaannya juga baik. Nilai

perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya.

Jika harga saham perusahaan tinggi maka dapat disimpulkan bahwa nilai

(19)

commit to user

meningkatkan kinerja perusahaan. Salah satu cara dengan menerapkan praktik

corporate governance.

Manajemen dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui pengungkapan

informasi tambahan dalam laporan keuangan namun peningkatan pengungkapan

laporan keuangan akan mengurangi asimetri informasi sehingga peluang

manajemen untuk melakukan manajemen laba semakin kecil. Perusahaan yang

melakukan manajemen laba akan mengungkapkan lebih sedikit informasi dalam

laporan keuangan agar tindakannya tidak mudah terdeteksi. Namun terdapat

kemungkinan sebaliknya, jika manajemen laba dilakukan untuk tujuan

mengkomunikasikan informasi dan meningkatkan nilai perusahaan, maka

seharusnya hubungan yang terjadi adalah positif.

Penelitian tentang manajemen laba dan hubungannya dengan nilai

perusahaan telah dilakukan sebelumnya oleh Rachmawati dan Triatmoko (2007).

Penelitian tersebut menguji pengaruh investment opportunity set dan mekanisme

corporate governance terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan. Kualitas laba

diukur dengan discretionary accrual dengan menggunakan Modified Jones Model

karena model ini dianggap lebih baik diantara model lain untuk mengukur

manajemen laba, sedangkan nilai perusahaan diukur dengan Price Book Value

(PBV) yang merupakan nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen

dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh.

Dalam jangka panjang, tujuan perusahaan adalah mengoptimalkan nilai

perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin sejahtera

(20)

commit to user

dari harga pasar sahamnya (Fama, 1978). Jensen (2001) menjelaskan bahwa untuk

memaksimumkan nilai perusahaan tidak hanya nilai ekuitas saja yang harus

diperhatikan, tetapi juga semua klaim keuangan seperti hutang, warran, maupun

saham preferen. Penyatuan kepentingan pemegang saham, debtholders, dan

manajemen yang notabene merupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan

terhadap tujuan perusahaan seringkali menimbulkan masalah-masalah (agency

problem). Agency problem dapat dipengaruhi oleh struktur kepemilikan

(kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional). Struktur kepemilikan oleh

beberapa peneliti dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang

pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan

perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan.

Akuntan publik sebagai pihak independen yang memberikan opini

kewajaran terhadap laporan keuangan emiten juga menjadi salah satu pihak yang

mau tidak mau ikut bertanggung jawab atas merebaknya kasus-kasus manipulasi

akuntansi. Akibatnya peristiwa tuntutan hukum terhadap kantor akuntan juga ikut

meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini (Krishnan, 1997). Lebih jauh

disebutkan bahwa kos hukum yang harus dibayarkan kantor akuntan big 6

meningkat dari tujuh persen pada tahun 1990 menjadi 19.4% pada tahun 1993

(Public Accounting Report, 1994).

Penelitian tentang kualitas Kantor Akuntan Publik, mengenai independensi

auditor, KAP brand name (big four) dan spesialisasi industri auditor belum

banyak dilakukan, sehingga penelitian ini akan menguji pengaruh kualitas audit

(21)

commit to user

Mayangsari (2003) mendukung hipotesa bahwa spesialisasi industri auditor

berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Hasil lain menunjukkan

bahwa independensi berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan

dan mekanisme corporate governance berpengaruh secara statistis signifikan

terhadap integritas laporan keuangan meskipun tidak sesuai dengan tanda yang

diajukan dalam hipotesis.

Penelitian ini akan menguji pengaruh kualitas audit terhadap nilai

perusahaan yang dimediasi oleh manajemen laba. Adapun yang membedakan

dengan penelitian-penelitian sebelumnya, adalah mengenai variabel kualitas KAP

yang dalam penelitian ini menggunakan variabel independensi auditor.

Penulis menganggap penelitian ini penting karena sebagian besar

penelitian mengenai manajemen laba menguji hubungan atau pengaruh

manajemen laba dengan return saham sehingga penelitian ini mencoba menguji

kemungkinan adanya pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di disebutkan diatas, maka terdapat

beberapa permasalahan yang akan di teliti, yaitu :

1. Apakah ada pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba?

2. Apakah ada pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan ?

(22)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk membuktikan adanya pengaruh kualitas audit terhadap praktik

manajemen laba.

2. Untuk membuktikan adanya pengaruh manajemen laba terhadap nilai

perusahaan.

3. Untuk membuktikan adanya pengaruh kualitas audit terhadap nilai

perusahaan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai kontribusi bagi pihak-pihak yang

berkepentingan, yaitu ;

1. Bagi para pemakai laporan keuangan dan manajemen perusahaan

memahami peranan kualitas audit terhadap praktek manajemen laba yang

dilakukan yang perusahaan dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan.

2. Bagi perkembangan ilmu akuntansi, sebagai suatu bahan kajian dan

(23)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Konsep manajemen laba dapat dijelaskan menggunakan pendekatan

teori keagenan yang terkait dengan hubungan atau kontrak diantara para

anggota perusahaan, terutama hubungan antara pemilik (principal) dengan

manajemen (agent). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan

keagenan sebagai sebuah kontrak antara satu orang atau lebih pemilik

(principal) yang menyewa orang lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa

atas nama pemilik yang meliputi pendelegasian wewenang pengambilan

keputusan kepada agen. Michelson et al (1995) dalam Sudjito AD (2006)

mendefinisikan keagenan sebagai suatu hubungan berdasarkan persetujuan

antara dua pihak, dimana manajemen (agent) setuju untuk bertindak atas nama

pihak lain yaitu pemilik (principal). Pemilik akan mendelegasikan

tanggungjawab kepada manajemen, dan manajemen setuju untuk bertindak

atas perintah atau wewenang yang diberikan pemilik.

Principal dan agent diasumsikan sebagai pihak-pihak yang

mempunyai rasio ekonomi dan dimotivasi oleh kepentingan pribadi sehingga,

walau terdapat kontrak, agent tidak akan melakukan hal yang terbaik untuk

kepentingan pemilik. Hal ini disebabkan agent juga memiliki kepentingan

(24)

commit to user

Informasi dalam teori agensi digunakan untuk pengambilan keputusan

oleh prinsipal dan agen, serta untuk mengevaluasi dan membagi hasil sesuai

kontrak kerja yang telah disetujui. Hal ini dapat memotivasi agen untuk

berusaha seoptimal mungkin dan menyajikan laporan akuntansi sesuai dengan

harapan prinsipal sehingga dapat meningkatkan kepercayaan prinsipal kepada

agen.

Dalam hubungan antara agen dan prinsipal, akan timbul masalah jika

terdapat informasi yang asimetri (information asymetry). Scott (2003)

menyatakan apabila beberapa pihak yang terkait dalam transaksi bisnis lebih

memiliki informasi daripada pihak lainnya, maka kondisi tersebut dikatakan

sebagai asimetri informasi. Asimetri informasi dapat berupa informasi yang

terdistribusi dengan tidak merata diantara agen dan prinsipal, serta tidak

mungkinnya prinsipal untuk mengamati secara langsung usaha yang dilakukan

oleh agen. Hal ini menyebabkan agen cenderung melakukan perilaku yang

tidak semestinya (disfunctional behaviour).

Salah satu disfunctional behaviour yang dilakukan agen adalah

pemanipulasian data dalam laporan keuangan agar sesuai dengan harapan

principal meskipun laporan tersebut tidak menggambarkan kondisi perusahaan

yang sebenarnya.

Menurut Herawaty (2008) teori keagenan memberikan pandangan

bahwa masalah earnings management dapat diminimumkan dengan

(25)

commit to user

Praktek earnings management oleh manajemen dapat diminimumkan

melalui mekanisme monitoring untuk menyelaraskan perbedaan kepentingan

agen dan principal antara lain dengan;

a. Memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen

(managerial ownership) (Jensen Meckling 1976)

b. Kepemilikan saham oleh institusional karena mereka dianggap sebagai

sophisticated investor dengan jumlah kepemilikan yang cukup signifikan

dapat memonitor manajemen yang dampak mengurangi motivasi manajer

untuk melakukan earning management. (Pratana dan Mas'ud 2003).

c. Klasifikasi akuntan publik yang dilihat dari peran auditor yang memiliki

kompensasi yang memadai dan sikap independen sehingga menjadi pihak

yang dapat memberikan kepastian terhadap integritas angka-angka

akuntansi yang dilaporkan manajemen (Mayangsari 2003).

2. Manajemen laba

Penelitian mengenai Manajemen laba (Earnings Management)

merupakan bagian dari Teori Akuntansi Positif (Possitive Accounting Theory)

yang merupakan teori yang membahas tentang pemilihan prinsip akuntansi

oleh manajer dan bagaimana manajer bereaksi atas standar akuntansi yang

diajukan (Scott, 2003). Kemudian, Teori Akuntansi Positif mencoba

menjelaskan dan memprediksikan praktik akuntansi yang dilakukan dalam

(26)

commit to user

Healy dan Wahlen (1999) dalam Gumanti (2000)menyatakan bahwa

manajemen laba terjadi ketika eksekutif suatu badan usaha menggunakan

kebijakan dalam menyusun laporan keuangan dan membentuk transaksi untuk

mengubah laporan keuangan. Tujuannya adalah memanipulasi besaran laba

yang dilaporkan kepada para pemegang saham dan mempengaruhi hasil

perjanjian yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.

a. Motivasi Manajemen Laba

Watts dan Zimmerman (1990) mengajukan tiga hipotesis sehubungan

dengan Teori Akuntansi Positif, yang didasarkan atas pemikiran bahwa

manajer akan memilih standar akuntansi yang paling menguntungkan diri

mereka sendiri. Ketiga hipotesis tersebut adalah Bonus Plan Hypothesis, Debt

Covenant Hypothesis dan Political Cost Hypothesis.

1) Bonus Plan Hypothesis

Hipotesis ini menyatakan bahwa manajer yang memiliki perjanjian

bonus dengan pemilik perusahaan lebih menyukai metode akuntansi yang

meningkatkan pendapatan tahun berjalan.. Jika besar bonus yang akan

didapat manajer didasarkan pada besarnya laba yang dihasilkan, manajer

diprediksi akan memilih metode akuntansi yang dapat menaikkan laba

sehingga meningkat pula bonus yang diperoleh.

Apabila perjanjian bonus bagi manajer memiliki batas atas untuk

jumlah yang dapat diterima, maka laba suatu periode yang lebih tinggi dari

batas atas target laba untuk mendapatkan bonus akan memberi inisiatif

(27)

commit to user

tersebut dan mentransfer laba pada periode berikutnya. Kelebihan laba

sesungguhnya dengan laba yang dilaporkan akan disajikan pada tahun

berikutnya. Upaya ini membuat manajer cenderung akan selalu

memperoleh bonus di setiap periode.

2) Debt Covenant Hypothesis

Hipotesis ini menyatakan bahwa perusahaan dengan debt covenant

yang didasarkan atas angka-angka laporan keuangan akan menghindari

kondisi gagal bayar (default) dengan cara menggeser laba di masa

mendatang untuk dilaporkan sebagai laba tahun berjalan.

Dengan memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan

pengakuan laba untuk periode mendatang ke periode sekarang maka

perusahaan akan mempunyai leverage ratio yang kecil, sehingga

menurunkan kemungkinan default technic (gagal bayar). Seperti diketahui

bahwa banyak perjanjian hutang mensyaratkan peminjam untuk mematuhi

atau mempertahankan rasio hutang atas modal, modal kerja, ekuitas

pemegang saham dan sebagainya selama masa perjanjian, jika perjanjian

tersebut dilanggar, perjanjian hutang mungkin memberikan penalti, seperti

kendala dalam pinjaman tambahan.

Perjanjian hutang memiliki syarat yang harus dipenuhi yang

mencakup kesediaan debitur untuk mempertahankan rasio-rasio akuntansi

seperti debt to equity ratio, rasio modal kerja minimum, serta

batasan-batasan lain yang umumnya dikaitkan dengan data akuntansi perusahaan.

(28)

commit to user

deviden atau pembatasan penambahan hutang. Laba yang tinggi

diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya pelanggaran syarat

perjanjian hutang. Manajer diprediksi akan cenderung untuk memilih

kebijakan akuntansi yang meningkatkan laba.

3) Political Cost Hypothesis

Hipotesis ini menyatakan bahwa perusahaan yang berhadapan

dengan biaya politis cenderung untuk menurunkan laba dengan tujuan

untuk meminimalkan biaya politik yang harus mereka tanggung (Scott,

2003). Biaya politik menyangkut semua biaya (transfer kekayaan) yang

harus ditanggung perusahaan terkait dengan tindakan politis seperti anti

trust, subsidi pemerintah, pajak dan tarif, persaingan dengan perusahaan

asing, serta regulasi-regulasi lain (Watts dan Zimmerman, 1978).

Manajemen laba bisa digunakan untuk mengatasi persaingan dengan

perusahaan asing. Untuk memperoleh proteksi tersebut, perusahaan akan

memilih kebijakan akuntansi yang menurunkan laba sehingga laba mereka

tampak turun sebagai akibat persaingan dengan perusahaan asing tersebut.

Teori motivasi manajemen laba yang lain adalah teori yang

dikemukakan oleh Healy dan Wahlen (1999) dalam Gumanti (2000). Teori

tersebut disebutkan tiga motivasi manajer untuk melakukan manajemen laba,

yaitu:

1) Capital Market Motivations

Investor menggunakan informasi keuangan sebagai dasar dalam

(29)

commit to user

laba agar dapat mempengaruhi kinerja harga saham perusahaan dalam

jangka pendek. Ada beberapa alasan khusus yang mendasari motivasi ini,

yaitu:

a) Management Buyouts

Informasi laba sangat penting untuk penilaian dalam management

buyouts. Manajer memilih untuk menurunkan labadengan tujuan agar

harga saham turun sehingga dana yang dikeluarkan untuk membeli

saham oleh manajemen dapat ditekan sedikit mungkin

b) Penawaran Saham

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gumanti (2001), manajer

melakukan manajemen laba pada saat IPO yaitu terjadi 2 tahun

sebelum go public.

c) Ramalan Laba Manajemen dan Analis Keuangan (financial analyst

expectation and management earnings forecast)

Manajemen laba dilakukan manajer untuk memenuhi target dari

ramalan laba yang dilakukan oleh analis keuangan. Healy dan Wahlen

(1999) dalam Gumanti (2000) menemukan bahwa manajer melakukan

manajemen laba untuk mencegah menurunnya nilai pasar atas saham

mereka karena laba yang dilaporkan lebih rendah dari harapan para

analis keuangan.

2) Contracting Management

Kontrak pada dasarnya menggunakan data keuangan sebagai

(30)

commit to user

menghindari sanksi kontrak akibat data keuangan yang tak sesuai dengan

persyaratan. Ada 2 macam kontrak, yaitu:

a) Kontrak Pinjaman (lending contract)

Kontrak ini dibuat untuk membatasi tindakan manajemen yang

akan menguntungkan pemegang saham perusahaan namun kontrak ini

merugikan para kreditur. Apabila kontrak dilanggar, perusahaan akan

dikenakan sanksi, seperti pembatasan atas pembayaran deviden dan

penangguhan atau pembatasan penambahan hutang. Kondisi keuangan

perusahaan yang hampir melanggar kontrak dapat memotivasi manajer

untuk melakukan manajemen laba. Yaitu menaikkan laba satu tahun

sebelum pelanggaran kontrak pinjaman (Healy dan Wahlen, 1999)

dalam Gumanti (2000).

b) Kontrak Kompensasi Manajemen (Management Compesation

Contracts)

Kompensasi yang dijanjikan atas laba yang dihasilkan

perusahaan mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba.

Manajer menaikkan laba yang dilaporkan untuk memenuhi target laba

dalam kontrak bonus mereka. Manajer akan memilih prosedur yang

akan menaikkan laba sehingga meningkatkan bonus mereka. Menurut

Scott (2003:380), pada saat CEO (Chief Executive Officer) akan

dipensiun juga terjadi manajemen laba untuk memaksimalkan bonus

yang akan diterima dan untuk menunda masa pensiun atau pemecatan

(31)

commit to user 3) Regulatory Motivations

Ada dua bentuk peraturan yang memotivasi manajer untuk melakukan

manajeman laba menurut Healy dan Wahlen (1999) dalam Gumanti

(2000), yaitu:

a) Industry Specific Regulations

Di Amerika Serikat, setiap industri memiliki aturan yang

berbeda. Industri perbankan harus memelihara rasio kecukupan modal

yang dinyatakan dalam angka-angka akuntansi. Sedang dalam industri

asuransi, insurer harus memenuhi batas minimum kesejahteraan

financial (financial health). Peraturan-peraturan inilah yang akan

mendorong manajer untuk melakukan manajeman laba agar dapat

memenuhi peraturan yang ditetapkan. Beberapa studi menemukan

bahwa bank yang mendekati batas modal minimum menurunkan

penghapusan kerugian piutang dan mengakui keuntungan yang tidak

normal dari portofolio sekuritasnya.

b) Anti Trust and Other Regulations

Manajemen laba dilakukan manajer berkaitan dengan investigasi

anti trust, subsidi pemerintah, persaingan dengan perusahaan asing,

serta regulasi lain. Cahan (1992) dalam Gumanti (2000) meneliti

perusahaan terkait dengan UU anti trust yang melarang untuk

melakukan monopoli dengan indikasi laba yang dilaporkan adalah

(32)

commit to user

untuk meminimalkan resiko tuduhan bahwa perusahaan melakukan

monopoli.

b. Tujuan Manajemen Laba

Scott (2003) membagi tujuan manajer untuk melakukan manajemen laba

sebagai berikut :

1) Rencana Bonus (Bonus Plan)

Untuk memaksimalkan bonus yang diterimanya, manajer

mempunyai motif untuk melakukan manajemen laba secara oportunis

dalam meningkatkan laba perusahaan. Watts dan Zimmerman (1986)

menyebutkan bahwa semakin tinggi insentif manajemen yang

didasarkan pada laba, semakin besar insentif untuk melakukan

manjemen laba.

2) Kontrak Hutang Jangka Panjang (Debt Covenant)

Hubungan positif antara manajemen laba dan hutang perusahaan

dinyatakan oleh Watts dan Zimmerman (1986) yang menyatakan

perusahaan akan melakukan manajemen laba secara agresif untuk

mencegah pelanggaran terhadap kontrak hutang.

3) Motivasi Politik (Political Motivation)

Motif politis dalam melakukan manajemen laba sering

digambarkan dengan ukuran (size) perusahaan dengan alasan bahwa

semakin besar perusahaan maka semakin besar perhatian pemerintah

terhadap kinerja perusahaan tersebut. Watts dan Zimmerman (1986)

(33)

commit to user

banyak kebijakan yang akan menyebabkan laba menurun

(income-decreasing earnings management).

4) Pergantian CEO

Pada saat terjadi pergantian direksi pada perusahaan, direksi yang

akan diganti memiliki motif melakukan manajemen laba untuk

memaksimumkan bonus yang akan diterimanya. Demikian pola

dengan direksi yang kinerjanya kurang baik, akan cenderung

memaksimalkan laba untuk mencegah atau membatalkan

pemecatannya.

5) Penawaran Saham Perdana (Initial Public Offering)

Teoh et al (1998) menemukan discretionary current accrual

disekitar IPO lebih tinggi untuk perusahaan yang sedang melakukan

IPO dibandingkan perusahaan yang tidak sedang melakukan IPO (non

issuer) yang dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang sedang IPO

melakukan manajemen lana. Hal yang sama terjadi pula pada saat

melakukan seasoned equity offerings (SEO).

6) Pengkomunikasian Informasi (To Communicate Information to

Investors)

Manajer terdorong untuk melakukan manajemen laba agar

laporan keuangan perusahaan terlihat lebih baik. Hal tersebut karena

kecenderungan investor untuk melihat laporan keuangan dalam

menilai suatu perusahaan. Umumnya investor lebih tertarik pada

(34)

commit to user

laba yang dilaporkan saat ini untuk meninjau kembali kemungkinan

yang terjadi di masa yang akan datang.

c. Pendekatan dalam Memprediksi Manajemen Laba

Menurut Sulistyanto (2008) secara umum ada tiga pendekatan yang

dihasilkan para peneliti untuk mendeteksi manajemen laba, yaitu model yang

berbasis aggregate accrual, spesific accruals dan distribution of earnings.

1) Model Berbasis Aggregate Accrual

Model ini pertama kali kembangkan oleh Healy (1985), De Angelo

(1986) dan Jones (1991), dilanjutnya oleh Dechow, Sloan dan Sweeney

(1995). Model ini menggunakan discretionary accruals sebagai proksi

manajemen laba.

2) Model Berbasis Spesific Accruals

Model ini merupakan model pendekatan yang menghitung akrual

sebagai proksi manajemen laba dengan menggunakan item atau komponen

laporan keuangan tertentu dari industri tertentu, misalnya piutang tak

tertagih dari sektor industri manufaktur atau cadangan kerugian piutang

dari industri asuransi dan lain sebagainya. Model ini dikembangkan oleh

McNichols dan Wilson (2000).

3) Model Berbasis Distribution of Earnings After Management

Model ini dikembangkan oleh Burgtahler dan Dichev (1997) serta

Degeorge, Patel dan Zeckhauser (1999). Pendekatan ini dikembangkan

dengan melakukan pengujian secara statistik terhadap komponen laba

(35)

commit to user

Penelitian Kang dan Sivaramakrishnan (1995) menyatakan bahwa

terdapat pendekatan lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen

laba, yaitu dengan pendekatan Instrumental Variable (IV), dan mereka

mengklaim bahwa model deteksi IV lebih baik dari beberapa model

sebelumnya karena pendekatan tersebut dapat mengurangi masalah

variabel-variabel yang hilang (omitted variables problems) dan bias-bias yang terkait,

dengan memunculkan regressor selain penjualan, yaitu kos barang terjual

(cost of good sold) dan biaya operasi lainnya.

3. Kualitas Audit

Laporan keuangan auditan yang berkualitas yang dilakukan oleh auditor

yang berkualitas akan lebih disukai oleh investor, sehingga pasar akan

bereaksi positif jika laporan keuangan diaudit oleh auditor yang berkualitas.

Auditing adalah bentuk monitoring yang dilakukan oleh perusahaan untuk

menurunkan kos keagenan (agency cost) perusahaan dengan pemegang hutang

(bond-holder) dan pemegang saham (Jensen dan Meckling, 1976). Auditing

menjadi bernilai karena dapat menurunkan pelaporan yang salah

(misreporting) atas informasi akuntansi.

DeAngelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemampuan

auditor untuk menemukan kesalahan atau kecurangan dalam sistem akuntansi

dan tekanan dari klien untuk menutup buku secara selektif walaupun

kecurangan telah ditemukan. DeAngelo juga menyatakan kualitas audit

(36)

commit to user

KAP Big Six diasumsikan menyediakan kualitas audit yang lebih tinggi

daripada KAP Non Big Six karena menginvestasikan lebih banyak waktu

dalam reputasi dan pengalaman serta termotivasi mendapatkan return dari

investasinya.

KAP yang besar dan memiliki jumlah klien yang banyak akan berusaha

mempertahankan reputasinya dengan menghasilkan kualitas audit yang lebih

baik, karena kalau reputasinya turun maka KAP tersebut akan mengalami

kerugian yang lebih besar. Watts dan Zimmerman (1986) juga menyatakan

bahwa faktor ukuran KAP berpengaruh terhadap kualitas audit sebab KAP

yang besar lebih mampu dalam mengawasi auditor secara individual dan

mendeteksi opportunistic behaviour.

Kode Etik Akuntan tahun 1994 menyebutkan bahwa independensi

adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak

mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang

bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.

Auditor akan melakukan audit dimana nantinya kesalahan yang bersifat

material dari suatu laporan keuangan dapat ditemukan. Proses audit yang

dilakukan oleh auditor diartikan sebagai proses akumulasi dan evaluasi bahan

bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian

antara informasi yang ada dan kriteria yang ditetapkan (Arens dan Loebbecke,

2000).

Reputasi auditor sering digunakan sebagai proksi dari kualitas audit dan

(37)

commit to user

dan independensi masih jarang digunakan untuk melihat seberapa besar

kualitas audit secara aktual (Ruiz Barbadillo et al, 2004). Reputasi auditor

didasarkan pada kepercayaan pemakai jasa auditor bahwa auditor memiliki

kekuatan monitoring yang secara umum tidak dapat diamati.

Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan Independensi auditor

sebagai proksi dari kualitas audit. Independensi juga sangat erat kaitannya

dengan hubungan dengan klien, yang mana kali ini telah dinyatakan dalam

keputusan Menteri Keuangan RI no. 423/KMK.02/2008 tentang Jasa Akuntan

Publik. Dalam keputusan tersebut dinyatakan bahwa pemberian jasa audit

umum atas laporan keuangan dan suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor

Akuntan Publik paling lama lima tahun buku berturut-turut dan oleh akuntan

publik paling lama untuk tiga tahun buku berturut-turut.

Independensi auditor merupakan snatu hal penting yang sejak lama

menjadi pembicaraan baik di kalangan praktisi, pembuat kebijakan ataupun

para akademisi. Hal ini dikarenakan pendapat yang diberikan oleh auditor

berkaitan dengan kepentingan banyak pihak. Namun demikian pendapat yang

diberikan oleh auditor terhadap laporan keuangan suatu perusahan tidak akan

mempunyai nilai apabila auditor tersebut dianggap tidak memiliki

independensi oleh para pengguna laporan keuangan.

4. Nilai Perusahaan

Dalam jangka panjang, tujuan perusahaan adalah mengoptimalkan nilai

(38)

commit to user

sejahtera pula pemiliknya (Wahyudi dan Pawestri, 2006). Nilai perusahaan

akan tercermin dari harga pasar sahamnya (Fama, 1978). Jensen & Meckling

(1986) menjelaskan bahwa untuk memaksimumkan nilai perusahaan tidak

hanya nilai ekuitas saja yang harus diperhatikan, tetapi juga semua klaim

keuangan seperti hutang, warran, maupun saham preferen.

Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan

keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga nilai

perusahaan akan berkurang (Siallagan dan Machfoedz, 2006) menyatakan

nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Laba sebagai

bagian dari laporan keuangan yang tidak menyajikan fakta yang sebenarnya

tentang kondisi ekonomis perusahaan dapat diragukan kualitasnya.

Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang

kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika laba

seperti ini digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan,

maka laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya

(Boediono, 2005)

Nilai perusahaan diukur dari nilai pasar wajar dari harga saham. Bagi

perusahaan yang sudah go public maka nilai pasar wajar perusahaan

ditentukan mekanisme permintaan dan penawaran di bursa, yang tercermin

dalam listing price. Harga pasar merupakan cerminan berbagai keputusan dan

kebijakan manajemen.

Suatu perusahaan dikatakan memiliki nilai yang baik jika kinerja

(39)

commit to user

sahamnya. Jika nilai perusahaan tinggi maka dapat disimpulkan bahwa nilai

perusahaan tersebut juga baik. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan

nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para

pemegang saham (Brigham, 1996).

Untuk mengukur nilai perusahaan ada beberapa rasio yang dapat

digunakan, salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah dengan

menggunakan Tobin’s Q. Rasio ini dikembangkan oleh Tobin (1967) dan

dinilai dapat memberikan informasi yang paling baik, karena rasio ini dapat

menjelaskan berbagai fenomena dalam kegiatan perusahaan seperti terjadinya

perbedaan crossectional dalam pengambilan keputusan investasi dan

diversifikasi, hubungan antar kepemilikan saham manajemen dan nilai

perusahaan, hubungan antara kinerja manajemen dengan keuntungan dalam

akuisisi dan kebijakan pendanaan, dividen dan kompensasi.

Black et al. (2003) dalam Herawaty (2008) menyatakan bahwa rasio Q

yang digunakan, memasukkan semua unsur hutang dan modal saham

perusahaan, tidak hanya unsur saham biasa. Aset yang diperhitungkan dalam

Tobins’Q juga menunjukkan semua aset perusahaan tidak hanya ekuitas

perusahaan. Brealey dan Myers (dalam Praditia, 2004) menyebutkan bahwa

perusahaan dengan nilai Q yang tinggi biasanya memiliki brand image

perusahaan yang sangat kuat, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai Q

yang rendah umumnya berada pada industri yang sangat kompetitif atau

(40)

commit to user

Herawaty (2008) menyatakan bahwa jika rasio-q di atas satu, ini

menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang

memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini

akan merangsang investasi baru. Jika rasio-q di bawah satu, investasi dalam

aktiva tidaklah menarik. Secara umum Tobin’s Q hampir sama dengan market

to book ratio, namun menurut James Tobins (Praditia, 2004), Tobin’s Q

memiliki karakteristik yang berbeda antara lain:

1. Replacement Cost vs Book Value

Tobin’s Q menggunakan (estimated) replacement cost sebagai

denominator, sedangkan market to book ratio menggunakan book value of

total equity. Penggunaan replacement cost membuat nilai yang digunakan

untuk menentukan Tobin’s Q memasukkan berbagai faktor, sehingga nilai

yang digunakan mencerminkan nilai pasar dari aset yang sebenarnya di

masa kini, salah satu faktor tersebut adalah inflasi. Proses perhitungan

untuk menentukan replacement cost merupakan suatu proses yang panjang

dan rumit, Black et al. (2003) dalam Herawaty (2008) menggunakan book

value of total assets sebagai pendekatan terhadap replacement cost. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa perbedaan nilai replacement cost dengan

nilai book value of total assets tidak signifikan sehingga kedua variabel

tersebut saling menggantikan.

2. Total Asset vs Total Equity

Market-to-book-value hanya menggunakan faktor ekuitas (saham biasa

(41)

commit to user

menunjukkan bahwa market-to-book-ratio hanya memerhatikan satu tipe

investor saja, yaitu investor dalam bentuk saham, baik saham biasa

maupun saham preferen. Tobins’ Q memberikan wawasan yang lebih luas

terhadap pengertian investor. Perusahaan sebagai entitas ekonomi, tidak

hanya menggunakan ekuitas dalam mendanai kegiatan operasionalnya,

namun juga dari sumber lain seperti hutang, baik jangka pendek maupun

jangka panjang. Oleh karena itu, penilaian yang dibutuhkan perusahaan

tidak hanya dari investor ekuitas saja, tetapi juga dari kreditor. Semakin

besar pinjaman yang diberikan oleh kreditur, menunjukkan bahwa

semakin tinggi kepercayaan yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa

perusahaan memiliki nilai pasar yang lebih besar lagi. Dengan dasar

tersebut, Tobin’s Q menggunakan market value of total asset.

Jadi rasio-q merupakan ukuran yang lebih teliti tentang seberapa efektif

manajemen memanfaatkan sumber-sumber daya ekonomis dalam

kekuasaannya. Penelitian yang dilakukan oleh Copeland (2002), Lindenberg

dan Rose (1981) yang dikutip oleh Herawaty (2008), menunjukkan bagaimana

rasio-q dapat diterapkan pada masing-masing perusahaan. Mereka

menemukan bahwa beberapa perusahaan dapat mempertahankan rasio-q yang

lebih besar dari satu. Teori ekonomi mengatakan bahwa rasio-q yang lebih

besar dari satu akan menarik arus sumber daya dan kompetisi baru sampai

(42)

commit to user

B. Pengembangan Hipotesis

1. Kualitas Audit dan Manajemen Laba

Audit berkualitas tinggi berperan sebagai penghalang efektif manajemen

laba karena reputasi manajemen akan rusak dan nilai perusahaan akan turun

apabila terbukti ada kesalahan pelaporan sehingga diprediksikan manajemen

laba lebih banyak terjadi pada perusahaan yang memiliki auditor berkualitas

rendah.

DeAngelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemampuan

auditor untuk menemukan kesalahan atau kecurangan dalam sistem akuntansi

dan tekanan dari klien untuk menutup buku secara selektif walaupun

kecurangan telah ditemukan. DeAngelo juga menyatakan bahwa kualitas audit

berkaitan dengan independensi dan dapat diproksikan dengan ukuran auditor.

KAP Big Six diasumsikan menyediakan kualitas audit yang lebih tinggi

daripada KAP Non Big Six karena menginvestasikan lebih banyak waktu

dalam reputasi dan pengalaman, serta termotivasi untuk mendapatkan return

dari investasinya.

Pengauditan merupakan proses untuk mengurangi ketidakselarasan

informasi yang terdapat antara manajemen dan pemegang saham dengan

menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan

keuangan. Penelitian di luar Indonesia dilakukan oleh Krishnan (2000)

menyatakan bahwa akrual diskresioner dan return saham lebih tinggi pada

perusahaan yang diaudit oleh KAP Non Big Six daripada perusahaan yang

(43)

commit to user

Penelitian Meutia (2004) menguji apakah independensi berpengaruh

pada manajemen laba pada perusahaan yang diaudit KAP Big Five dan Non

Big Five. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa KAP Big Five lebih

berkualitas dalam mendeteksi berlakunya manajemen laba di dalam suatu

perusahaan.

Hipotesis pertama sehubungan dengan kualitas audit dan manajemen

laba adalah :

H1 : Ada pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba.

2. Manajemen Laba dan Nilai Perusahaan

Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal harga saham

yang ditransaksikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan. Laba yang

tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen

dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika laba seperti ini digunakan

oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak dapat

menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya. Bagi investor, laporan

laba dianggap mempunyai informasi untuk menganalisis saham yang

diterbitkan oleh emiten (Boediono, 2005).

Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui

informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang

dibanding pemilik (pemegang saham) sehingga menimbulkan asimetri

informasi. Manajer diwajibkan memberikan sinyal mengenai kondisi

(44)

commit to user

perusahaan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan

keuangan. Laporan keuangan tersebut penting bagi pengguna ekternal

perusahaan karena kelompok itu berada dalam kondisi yang paling tidak tinggi

tingkat kepastiannya.( Ali, 2002)

Asimetri antara manajemen dan pemilik memberikan kesempatan

pada manajer untuk melakukan manajemen laba (Earnings Management) guna

meningkatkan nilai perusahaan pada saat tertentu sehingga dapat menyesatkan

pemilik (pemegang saham) mengenai nilai perusahaan sebenarnya. Sloan

(1996) dalam Herawaty (2008) menguji sifat kandungan informasi komponen

akrual dan komponen aliran kas apakah terefleksi dalam harga saham.

Terbukti bahwa kinerja laba yang berasal dari komponen akrual sebagai

aktifitas Earnings Management memiliki persistensi yang lebih rendah

dibanding aliran kas. Laba yang dilaporkan lebih besar dari aliran kas operasi

yang dapat meningkatkan nilai perusahaan saat ini

Siallagan dan Machfoedz (2006) yang menguji pengaruh kualitas laba

terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang listing di BEJ

pada periode 2000-2004 menyimpulkan bahwa kualitas laba secara positif

berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Dari penjelasan diatas, maka hipotesis yang dapat diajukan adalah:

(45)

commit to user

3. Kualitas Audit, Nilai Perusahaan dan Manajemen Laba

Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan

informasi yang terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan

menggunkan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan

keuangan. Para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham

akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh

auditor mengenai laporan keuangan suatu perusahaan (Ardiati, 2005). Hal ini

menunjukkan bahwa auditor berperan penting dalam pengesahan laporan

keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu, dengan penggunaan auditor yang

berkualitas diharapkan dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan

sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan

Pada lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-20/PM/2002

terdapat Peraturan nomor VIII.A.2 yang berisikan tentang independensi

akuntan yang memberikan jasa audit di pasar modal. Peraturan tersebut

diantaranya membatasi hubungan auditee dan auditor dalam jangka waktu

tertentu, yaitu emiten harus mengganti kantor akuntan setiap lima tahun dan

setiap tiga tahun untuk auditor. Selain itu, pemberian jasa non audit tertentu,

seperti menjadi konsultan pajak, konsultan manajemen, disamping pemberian

jasa audit pada seorang klien tidak diperkenankan karena dapat mengganggu

independensi auditor.

Teoh (1993) berargumen bahwa kualitas audit berhubungan positif

dengan kualitas earnings, yang diukur dengan Earnings Response Coefficient

(46)

commit to user

pengelompokkan auditor big four dengan non big four, dikarenakan salah satu

KAP big five yaitu Arthur Andersen telah dinyatakan collapsed.

Teoh (1993) berargumen bahwa kualitas audit berhubungan positif

dengan kualitas earnings, yang diukur dengan Earnings Response Coefficient

(ERC). Penelitian kali ini menilai kualitas auditor berdasarkan

pengelompokkan auditor big four dengan non big four, dikarenakan salah satu

KAP big five yaitu Arthur Andersen telah dinyatakan collapsed.

Dalam penelitian yang dilakukan Ardiati (2005) menyatakan bahwa

perusahaan yang diaudit oleh KAP BIG 5 memiliki absolute discretionary

accruals yang lebih rendah dibandingkan dengan KAP Non Big 5. Hal ini

membuktikan bahwa KAP Big 5 lebih berkualitas dalam mendeteksi adanya

earnings management dalam suatu perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang dikemukakan adalah sebagai

berikut :

H3 : Kualitas audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan

(47)

commit to user

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Variabel Bebas Kualitas Audit

Variabel Terikat Nilai Perusahaan

Variabel Kontrol - Ukuran Perusahaan

- Leverage

(48)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan go public yang

tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 sampai 2010. Sedangkan sampel

dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan non keuangan yang tercatat di

BEI tahun 2007 sampai 2010. Metode pemilihan sampel dilakukan secara

purposive sampling (purposive random sampling method). Sampel yang dipilih

dengan kriteria sebagai berikut:

1) Perusahaan tidak dikelompokkan kedalam jenis industri jasa keuangan. Hal ini

ditetapkan karena jenis industri keuangan sangat rentan terhadap regulasi dan

memiliki perbedaan karakteristik akrual dibandingkan jenis industri lainnya

2) Perusahaan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan pada periode penelitian

tidak terjadi delisting (tidak melakukan pencatatan di Bursa )

3) Perusahaan menerbitkan laporan keuangan untuk periode 2007 sampai 2010,

laporan keuangan berakhir 31 Desember dan diaudit.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan adalah data sekunder yang berupa :

1) Laporan keuangan tahunan perusahaan publik pada periode 2007 – 2010, yang

terdiri dari neraca, laporan rugi laba, laporan arus kas dan catatan atas laporan

(49)

commit to user

Capital Market Directory, yang merupakan rangkuman data laporan keuangan

yang dikeluarkan perusahaan-perusahaan publik.

2) Data mengenai harga saham penutupan diperoleh dari www.idx.co.id.

C. Definisi Operasional Penelitian

1. Variabel Bebas

Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidak selarasan

informasi yang terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan

menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan

keuangan (Ardiati, 2005). Kualitas audit merupakan hal yang harus

diperhatikan oleh auditor dalam proses pengauditan.

Variabel bebas yang akan diuji dalam penelitian ini adalah kualitas audit.

Variabel ini menggunakan proksi lama penugasan audit yang diukur dengan

menggunakan skala nominal dengan variabel dummy. Nilai 1 untuk mewakili

perusahaan yang menggunakan auditor yang sama dalam 3 tahun, yang berarti

tidak memiliki sikap independen. Nilai 0 untuk perusahaan yang mengganti

auditornya dalam waktu kurang dari 3 tahun, yang berarti memiliki sikap

independen.

2. Variabel Terikat

Variabel dependent merupakan variable terikat dan dipengaruhi oleh

variabel lainnya (Ghozali : 9, 2005). Variabel dependent yang digunakan

dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan

(50)

commit to user

perusahaan maka dapat menggambarkan semakin sejahtera pula pemiliknya.

Nilai perusahaan dapat dilihat melalui nilai pasar atau nilai buku perusahaan

dari ekuitasnya. Dalam neraca keuangan, ekuitas menggambarkan total modal

perusahaan. Selain itu, nilai pasar bisa menjadi ukuran nilai perusahaan. Nilai

perusahaan merupakan variabel dependent yang dapat diukur dengan

menggunakan rumus Tobin’s Q, dengan rumus sebagai berikut :

D

saham penutupan dikalikan dengan jumlah saham yang beredar

D : Nilai buku dari total hutang

BVE : Nilai buku dari ekuitas (Equity Book Value), yang diperoleh dari

selisih total asset perusahan dengan total kewajiban.

2) Variabel Intervening

Variabel intervening (pemediasi) dalam penelitian ini adalah praktik

manajemen laba pada yang diproksikan dengan discretionary accrual dengan

menggunakan model Jones dimodifikasi (modified jones model). Kelebihan

dari model ini adalah memecah total akrual (TAC) menjadi discretionary

accrual (DAC) dan non discretionary accrual (NDAC).

Untuk mendapatkan nilai DAC maka langkah pertama adalah mencari

(51)

commit to user

TAit : Total accrual perusahaan i pada tahun t

NIit : Laba bersih (net income) perusahaan i pada tahun t

CFOit : Arus kas operasi (cash flow from operation) perusahaan i pada tahun

t

Selanjutnya dihitung nilai total accrual yang diestimasi dengan persamaan

regresi OLS, yaitu :

DREVit : Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode t

DRECit : Perubahan piutang bersih perusahaan i pada periode t

PPEit : Aktiva tetap perusahaan i pada tahun t

a1,a2,a3 : Koefisien regresi

Dengan menggunakan koefisien regresi di atas (a1,a2,a3), maka dapat dihitung

nilai non discretionary accrual dengan rumus :

)

(52)

commit to user

a1,a2,a3 : Fitted coeficient yang diperoleh dari hasil regresi persamaan (2)

Discretionary accrual merupakan bagian total accrual yang diperoleh dari

estimasi total accrual dan dihitung sebagai berikut :

it

DACit : Nilai discretionary accrual perusahaan i pada periode t

Apabila perusahaan tidak melakukan manajemen laba maka TAC = NDAC.

Apabila perusahaan melakukan manajemen laba maka DAC > 0

4. Variabel Kontrol

Variable Kontrol atau variabel pelengkap adalah variabel untuk

melengkapi atau mengontrol agar hubungan kausalnya menjadi lebih baik

sehingga diperoleh model empiris yang lengkap (Jogiyanto : 157, 2007).

1. Ukuran Perusahaan

Variabel kontrol ukuran perusahaan (FIRM SIZE) dimasukan kedalam

model untuk memperoleh bukti-bukti empiris apakah variabel tersebut

berinteraksi secara positif signifikan terhadap integritas informasi laporan

keuangan perusahaan. Firm size diproksi ke dalam Ln (Asset) perusahaan

pada tiap akhir tahun pengamatan. Ukuran perusahaan diwakili dengan

(53)

commit to user

perusahaan dapat menunjukkan bahwa semakin besar ukuran atau aset

perusahaan berarti semakin besar juga angka ekponensial atau angka

logaritmanya.

2. Leverage

Variabel ini diproksikan dengan leverage dengan menggunakan debt to

total assets, untuk mengetahui sejauh mana aset perusahaan dibelanjai

dengan utang yang berasal dari kreditor dan modal sendiri yang berasal

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang

dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,

sum, range, kustorsis, sweakness (kemencengan distribusi). Statistik deskriptif

mendeskripsikan data menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah

dipahami. Stastistik deskriptif digunakan untuk mengembangkan

profilperusahaan yang menjadi sampel. Statistik deskriptif berhubungan

(54)

commit to user

2. Uji Asumsi Klasik

Suatu model regresi berganda yang digunakan untuk menguji hipotesa harus

memenuhi asumsi klasik. Uji asumsi klasik tersebut terdiri dari uji normalitas,

uji multikolonieritas, uji autokorelasi dan uji heteroskesdasitas.

a) Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model

regresi yang baik adalah data yang berdistribusi normal atau mendekati

normal (Ghozali : 147,2007). Untuk mendeteksi apakah data berdistribusi

normal atau tidak, penelitian ini menggunakan analisis statistik. Analisis

statistik merupakan alat statistik yang sering digunakan untuk menguji

normalitas residual yaitu uji statistik non-parametik Kolmogorov-

Smirnov. Dalam mengambil keputusan dilihat dari hasil uji K-S, jika nilai

probabilitas signifikannya lebih besar dari 0,05 maka data terdistribusi

secara normal. Sebaliknya, jika nilai probabilitas signifikannya lebih kecil

dari 0,05 maka data tersebut tidak terdistribusi secara normal.

b) Uji Multikolinearitas

Uji multikolineritas ini diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel

independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain

dalam satu model. Kemiripan antar variabel independen dalam suatu

model akan menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara

suatu variabel independen dengan variabel independen yang lain. Selain

(55)

commit to user

kebiasaan dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada

uji parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel

dependen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di

antara variabel independen. Uji multikolineritas dilakukan dengan

menghitung nilai variance inflation factor (VIF) dari tiap-tiap variabel

independen. Nilai VIF kurang dari 10 menunjukkan bahwa, korelasi antar

variabel independen masih bisa ditolerir (Ghozali : 95, 2007)

c) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara

variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu

periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang

berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul

karena residual tidak bebas dari suatu observasi ke observasi lainnya.

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji

Durbin-Watson, di mana hasil pengujian ditentukan berdasarkan nilai

Durbin-Watson.

d) Uji Heterokesdastisitas

Heteroskesdastisitas adalah varian residual yang tidak konstan pada regresi

sehingga akurasi hasil prediksi menjadi meragukan. Uji heteroskedastisitas

bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu observasi ke observasi yang

lain. Heteroskesdastisitas menggambarkan nilai hubungan antara nilai

(56)

commit to user

regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas.

3. Uji Hipotesis

Dalam pengujian hipotesis, penelitian ini menggunakan pengujian regresi

linier sederhana, pengujian regresi koefisien parsial dan regresi linier dengan

menggunakan path analysis.

Untuk menguji hipotesis pertama awalnya digunakan regresi

multivariate sebagaimana yang ada di bawah kemudian dilanjutkan dengan

pengujian regresi koefisien parsial untuk mengetahui apakah variabel

independen dan variabel kontrol berpengaruh secara signifikan terhadap

variable dependen, dalam hal ini variabel manajemen laba secara individual.

Persamaan untuk pengujian hipotesis pertama adalah:

DAit= β0+ β1 KAit+ β 2 UPit+ β3 Levit + εit (1)

Keterangan :

DAit : Akrual diskresioner yang diestimasikan

KAit : Kualitas Audit, dengan 1 apabila independen

UPit : Ukuran perusahaan

Levit : Tingkat Leverage

(57)

commit to user

Untuk pengujian hipotesis kedua menggunakan pengujian regresi linier

sederhana.

Persamaan untuk pengujian hipotesis kedua adalah:

Qit = a + b1 DAit + e (2)

Keterangan :

Qit : Nilai Perusahaan

a : konstanta

b1 : Koefisien regresi

DAit : Akrual diskresioner yang diestimasikan

ε : error

Pengujian hipotesis ketiga dalam penelitian ini melibatkan variabel

intervening sehingga akan digunakan path analysis. Path analysis digunakan

untuk menelusuri urutan anteseden atau variabel yang mengakibatkan variabel

independen (Sekaran, 2000). Untuk menguji hipotesis ketiga diperlukan dua

persamaan karena pengambilan keputusan atas hipotesis tersebut harus

membandingkan nilai standardized beta coefficient dari pengaruh langsung

kualitas audit terhadap nilai perusahaan dengan nilai standardized beta

coefficient dari pengaruh tidak langsung kualitas audit terhadap nilai

perusahaan melalui manajemen laba sebagai variabel intervening.

Persamaan pertama yang digunakan adalah

Gambar

Gambar 2  Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga ..........................................
Gambar  1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Tabel 1 Penentuan Jumlah Sampel
Tabel 2 Statistik Deskriptif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sisa dari limbah energi biogas yang telah dicerna oleh bakteri methan atau bakteri biogas, yang disebut slurry atau lumpur, mempunyai kandungan hara yang sama dengan

Demikian pula pengertian hukum adat, adalah aturan-aturan yang tidak tertulis, akan tetapi diakui berlaku hidup dan berkembang dalam masyarakat, di hormati

dari 56 responden, diketahui bahwa responden dengan jumlah skor 19 dan dengan persentase 11,31% menyatakan sangat puas, kemudian responden dengan jumlah skor 86

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “SIKAP PEMIRSA SURABAYA

sar modal sehingga dapat memudahkan in- vestor dalam melakukan diversifikasi terha- dap portofolionya, mengingat hakikat dari pembentukan portofolio yang efisien dan optimal

Skripsi dengan judul “ KEPATUHAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH DAN FUNGSI AUDIT SYARIAH DITINJAU DARI FILOSOFI KEUANGAN ISLAM (Studi Kasus Pada PT. Bank Sulselbar

Tujuan penggunaan kompos sebagai pupuk organik yaitu karena peranannya yang sangat optimal pada medium tanah, seperti dapat meningkatkan ketersediaan unsur

Berdasarkan tabel di atas bahwa seluruh variabel bebas yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan, motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik, supervisi, reward,