(B. Pendidikan)
Pendidikan Budi Pekerti di SMP Kota Surakarta
(Pengelolaan Modal Sosial)
Kata kunci:pendidikan budi pekerti, modal sosial
Pelu, Musa; Herimanto; Yuniyanto, Tri
Fakultas KIP UNS, Penelitian, BOPTN UNS, Hibah Fundamental, 2012
Pendidikan Budi Pekerti di SMP Kota Surakarta (Pengelolaan Modal Sosial). Tujuan jangka panjang penelitian ini yaitu agar di Surakarta tercipta stabilitas sosial multikultural yang kokoh yang jauh dari budaya kekerasan. Cara yang dikembangkan yakni dengan mengoptimalisasikan pendidikan budi pekerti di SMP Kota Surakarta melalui pemanfaatan dan pengelolaan modal sosial.. Melalui pengembangan pendidikan budi pekerti mampu membentuk akhlak/budi pekerti yang luhur dikalangan pelajar sehingga terwujud sikap yang menghargai, toleransi, dan demokratis dalam hidup bermasyarakat yang multikultur. Dengan demikian akan terbentuk identitas sosial dan kultural yang kokoh dan berdampak terciptanya situasi Kota Surakarta yang jauh dari budaya kekerasan. Tujuan khusus penelitian ini yakni mendapatkan data secara ilmiah tentang pemanfaatan dan pengelolaan modal sosial dalam pelaksanaan pendidikan budi pekerti di SMP Kota Surakarta serta mengkaji kefektifan modal sosial dalam mengatasi problem kemerosotan moral dan budaya kekerasan khususnya dikalangan pelajar.
Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan penelitian dasar (fundamental) selama satu tahun. Penelitian ini dilakukan secara eksploratif, yang mejadi tekanan adalah: 1). Mengidentifikasi modal sosial yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan budi pekerti, 2) Mengkaji pengelolaan modal sosial dalam pelaksanaan pendidikan budi pekerti, 3) Mengkaji sejauhmana penggunaan modal sosial itu cukup efektif dalam mengatasi budaya kekerasan dikalangan pelajar. Teknik mengumpulkan data dengan pengamatan langsung, wawancara mendalam, kajian arsip, analisis historis, serta FGD. Mekanisme pengembangan model strategi dilakukan secara partisipatif.
Hasil yang diperoleh dari penelitian fundamental ini, yakni: (1) Komponen modal sosial yang digunakan dalam pendidikan budi pekerti meliputi hubungan saling percaya (trust), jaringan (network) dan keterkaitan (linkage), serta norma (norm), (2) Adanya kerjasama yang baik di antara warga sekolah (kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, penjaga sekolah, security) yang dilandasi rasa percaya karena adanya nilai-nilai yang sama yang mereka anut, (3) Adanya hubungan sosial yang baik yang dilakukan warga sekolah dengan warga sekitar sekolah yang dilakukan secara individu-individu yang mendukung pendidikan budi pekerti, (4) Adanya nilai-nilai agama, budaya Jawa, rasa tanggung jawab terhadap profesinya, komitmen terhadap organisasi (sekolah, muhammadiyah) menjadi dasar bagi individu-individu warga sekolah untuk menjalin hubungan sosial yang baik dengan sesama warga sekolah maupun di luar warga sekolah untuk mendukung pendidikan budi pekerti, (5) Sistem perekrutan tenaga pendidik maupun non pendidik yang berasal dari warga sekitar sekolah telah menciptakan terjalinnya hubungan sosial yang baik yang mendukung pendidikan budi pekerti, (6) Pemanfaatan dan pengelolaan modal sosial oleh warga sekolah berdampak pada menurunnya tingkat kenakalan dan meningkatnya kedisiplinan serta akhlak peserta didik.