• Tidak ada hasil yang ditemukan

jurnal upload dr Selvi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "jurnal upload dr Selvi "

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

Perbandingan Penampilan Diagnostik Pemeriksaan Tuberculosis Antigen

Rapid Test Kit Antara Sputum Dan Serum Pasien Tuberkulosis Paru

.

Didik T, B Rina AS, Selvi L

ABSTRACT

Introduction: Tuberculosis is still a major problem in the health world. Proper diagnosis to find

Mycobacterium tuberculosis (M.tb) early is indispensable in breaking the chain of transmission. The diagnosis of pulmonary tuberculosis in Indonesia is still based on microscopic examination of acid fast bacilli (AFB) in sputum and culture in the M.tb media Lowenstein Jensen (LJ). Microscopic smear has limitations, sensitivity and microscopic smear varies greatly depending on the workload, personnel skills in reading preparation. Culture takes a long time is 2-8 weeks. Mycobacterium tuberculosis antigen (TBAg) rapid test kit is a test that is fast, easy, practical, and does not require special skills. This test detects antigens secreted M.tb genes that code RD-1 (Region of Difference 1), RD2 and RD3, where this region is eliminated in all strains of Mycobacterium bovis BCG. This study aims to determine the diagnostic value of a rapid test kit TBAg on sputum and serum samples for the diagnosis of tuberculosis (TB) lung.

Method: This study used a diagnostic test design. The samples were sputum and serum from 50

patients suspected of TB. This study uses the gold standard culture in the M.tb LJ media. Each suspect TB sputum samples taken 3 specimens at the time- morning-at the time, while serum samples taken 1 specimens and each specimen examination TBAg rapid test kits.

Results: Sensitivity, specificity, positive predictive value (PPV), negative predictive value (NPV),

positive likelihood ratio (PLR), negative likelihood ratio (NLR) and the accuracy of sputum samples, respectively for 72.2%, 85.71%, 92 , 86%, 54.55%, 5.06%, 0.32% and 76%. As for the serum samples respectively by 19.11%, 92.86%, 87.50%, 30.95%, 2.72%, 0.87% and accuracy of 40%.

Conclusion: In general, antigen detection by rapid test kit TBAg using sputum samples have better

diagnostic value than serum samples. So it can be considered in healthcare facilities that do not have trained personnel to mikrokopis smear examination in order to use TBAg rapid test kit to aid in the diagnosis of pulmonary tuberculosis due to a fairly good specificity.

Keywords: Microscopic smear, TBAg rapid test kits, culture for M. tuberculosis.

PENDAHULUAN

Tuberkulosis (TB) merupakan masalah

penyakit infeksi di seluruh dunia karena

morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi,

terutama pada negara berkembang. World

Health Organization (WHO) menyatakan

bahwa TB saat ini telah menjadi ancaman

global. Tuberkulosis pada manusia terutama

disebabkan oleh spesies Mycobacteria

patogen yaitu Mycobacterium tuberculosis

(M.tb) (Depkes, 2006). Tuberkulosis paru

merupakan tipe tersering dan utama penyakit

TB ditinjau dari sudut pandang kesehatan

masyarakat. Diagnosa TB paru ditegakkan

melalui gejala klinis, foto thorak, ditemukan

kuman secara mikroskopis melalui

pengecatan sputum, dan kultur kuman M.tb

(2)

commit to user

Membuat diagnosis TB paru

merupakan masalah terutama pada kasus yang

mempunyai jumlah kuman sedikit

(paucybacillary) atau pada TB ekstra paru.

Beberapa cara yang digunakan untuk

mendiagnosis TB paru adalah gejala klinis,

ditemukannya basil tahan asam (BTA) di

sputum dengan pengecatan Ziehl-Neelsen

(ZN), kultur M.tb di media Lowenstein Jensen

(LJ), uji tuberkulin, pemeriksaan radiologis

(foto thorak), histopatologis, yang seluruhnya

memiliki keterbatasan (Kumar et al., 2011).

Kultur M.tb merupakan baku emas

diagnosis TB aktif karena sensitivitasnya

diantara 75 - 100% dan spesifisitasnya 100%,

namun memerlukan waktu lama (3 – 8

minggu) dan sering memberikan hasil negatif

pada kasus paucibacillary (Trollip et al.,

2001).

Perkembangan pengetahuan dibidang

biologi molekuler terhadap kuman TB terus

berkembang pesat, berbagai penelitian di

bidang biologi molekular untuk meneliti

genetika kuman TB semakin berkembang.

Diagnostik baru dalam bidang tersebut mulai

ditemukan dan dikembangkan sehingga

diagnosa yang cepat dengan akurasi yang

tinggi dapat diharapkan (Lodha, 2004;

Palomino, 2005). Protein yang disekresi oleh

M.tb complex secara in vivo maupun in vitro

dapat menstimulasi respon imun yang

mempunyai nilai diagnostik (Shen et al.,

2011). Saat ini telah diketahui protein antigen

yang dikode oleh genomic region M.tb dan

ditunjukkan sebagai region of difference (RD)

(Kalra et al., 2010).

Gen-gen yang bepotensi antigen

seperti early secreted antigenic target-6

(ESAT-6), culture filtrate protein-10

(CFP-10), dan Mycobacterium protein

tuberculosis-64 (MPT-64) hilang pada BCG. Regio of

differences-1 yang mengkode ESAT-6 dan

CFP-10 diidentifikasi sebagai antigen yang

immunogenik yang disekresikan oleh pada

mycobacterium patogen dan dikode Regio of

differences (RD) 1, 2 dan 3 (Prakash, 2009).

Shende et al. (2007) menyatakan enzyme

linked immunosorbent assay (ELISA) dan

immunoblotting dapat mendeteksi antigen

M.tb untuk mendiagnosa TB paru. Pada

penelitian ini antigen protein 170 kDa, 140

kDa, 85 kDa, 55kDa, 43 kDa, 20 kDa and 16

kDa ditemukan pada sputum positif M.tb

Mycobacterium Tuberculosis antigen

rapid test kit mendeteksi specific secreted

antigen dari RD1, RD2, dan RD3. Penelitian

ini menganalisis nilai diagnostik yaitu

sensitivitas dan spesifisitas TBAg rapid test

kit untuk diagnosis TB paru dengan

pemeriksaan sputum pagi-sewaktu-pagi

dengan serum dari pasien tersangka TB paru,

baku emas pada penelitian ini menggunakan

kultur sputum di media LJ. Hasil penelitian

(3)

commit to user

ilmiah mengenai perbandingan nilai

diagnostik pemeriksaan TBAg rapid test kit

antara sampel sputum dan serum pasien

tersangka TB paru.

Mycobacterium tuberculosis antigen

rapid test kit dapat digunakan sebagai

alternatif pemeriksaan penunjang dalam

menegakan diagnosa TB paru terutama di

daerah-daerah minim tenaga medis sehingga

TB paru dapat dideteksi lebih awal.

BAHAN DAN METODE

Sampel penelitian ini diambil dari

populasi penelitian yaitu pasien dengan

tersangka TB paru yang menjalani

pengobatan di Balai Besar Kesehatan Paru

Masyarakat di Surakarta berdasarkan kriteria

inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan

selama bulan April sampai Agustus 2014.

Sampel yang diambil dari pasien berupa

sputum pagi-sewaktu-pagi dan sampel serum.

Sampel diperoleh dengan menggunakan

teknik non probability sampling yaitu dengan

metode consecutive sampling. Besar sampel

pada penelitian ini setelah menggunakan

rumus besaran sampel maka sampel minimal

yang diperlukan untuk penelitian ini sebanyak

38 sampel.

Desain penelitian ini adalah uji

diagnostik terhadap pemeriksaan TBAg rapid

test kit menggunakan sampel sputum dan

serum pada pasien tersangka TB paru.

Analisis dilakukan dengan menggunakan

tabel uji diagnostik yang disajikan dalam

tabel 2 x 2, kemudian dihitung sensitivitas,

spesifisitas, akurasi, positive predictive value,

negative predictive value dan likelihood ratio.

Baku emas pada penelitian ini adalah dengan

kultur di media Loweinstein Jensen. Uji

Chi-Square atau uji Mc Nemar digunakan untuk

membandingkan sensitifitas, spesifisitas,

PPV, NPV dari sampel yang berbeda.

Metode pemeriksaan yang digunakan

pada TBAg rapid test kit adalah double

antibodies chromatographic lateral flow

immunoassay, yang mendeteksi specific

secreted antigen dari RD1, RD2 dan RD3

dengan menggunakan antibodi yang

didapatkan dengan teknologi genomik

kemudian digunakan sebagai alat diagnostik

cepat untuk mendeteksi adanya antigen dalam

spesimen, dimana RD1, RD2 dan RD3

ditemukan. Sampel sputum dan serum yang

telah diberi perlakuan sesuai dengan prosedur

kemudian dialirkan kedalam kit tersebut.

Hasil positif apabila terbentuk pita merah, di

garis control (C) dan test (T), hasil negatif

apabila pita merah di C saja dan invalid bila

tidak ada pita merah di C.

HASIL

Pemeriksaan sputum dan serum tersangka

TB paru dikerjakan bersamaan dengan kultur

di media LJ setelah dilakukan pengambilan

(4)

commit to user

dan serum didapat dari tersangka TB paru

yang berobat di BBKPM Surakarta yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Tabel1. Karakteristik Dasar Subyek Penelitian

Karakteristik dasar subyek penelitian

pada tabel 1didapatkan bahwa jumlah

penderita tersangka TB paru pada penelitian

ini sebanyak 50 orang, yaitu terdiri dari 36

(72%) penderita tersangka TB paru dengan

kultur M.tb positif dan 14 (20%) penderita

tersangka TB paru dengan kultur M.tb

negatif. Usia rerata tersangka TB paru dengan

kultur M.tb positif 46,72 tahun dan rerata usia

tersangka TB paru dengan kultur M.tb negatif

46,85 tahun. Persentase jenis kelamin pada

suspek TB, laki-laki 50% (25), perempuan

50% (25).

Hasil Pemeriksaan TBAg Rapid Test Kit

Pemeriksaan sputum dengan TBAg rapid

test kit menggunakan sputum SPS, hasil positif bila ≥ 2 dari sputum SPS hasilnya positif. Depkes, (2006) tentang salah satu

kriteria diagnosis utama TB paru adalah hasil

pemeriksaan dinyatakan positif apabila

sedikitnya dua dari tiga pemeriksaan SPS

BTA hasilnya positif.

Hasil pemeriksaan sampel sputum dengan

TBAg rapid test kit

Hasil pemeriksaan TBAg rapid test kit

dari 50 spesimen sputum BTA pasien

tersangka TB paru didapatkan hasil

sebagaiberikut

Tabel 2. Hasil pemeriksaan sampel sputum TBAg rapid test kit dengan kultur TB pada pasien tersangka TB paru

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa dari

50 pasien tersangka TB paru terdapat 36

pasien kultur positif dan diantarnya terdapat

26 (72,2%) pasien mendapat hasil TBAg rapid

test kit positif serta 10 (27,8%) pasien

mendapat hasil TBAg rapid test kit negatif.

Sedangkan 14 pasien dengan kultur negatif

yaitu 2 (14,3%) pasien diantaranyna dengan

hasil TBAg rapid test kit positif serta 12

(85,7%) pasien dengan hasil negatif.

Hasil Pemeriksaan Sampel Serum dengan

TBAg Rapid Test Kit

Hasil pemeriksaan TBAg rapid test kit

dari 50 spesimen serum pasien tersangka TB

paru didapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel 3. Hasil pemeriksaan sampel serum TBAg rapid test kit dengan kultur TB di media LJ pada pasien tersangka TB paru.

Karakteristik Tersangka TB

Jenis kelamin laki-laki 25(50%) Jeniskelamin perempuan 25(50%)

Mean umur 46,40 tahun

SD umur 15,13

Rentang umur 17-88 tahun

Kultur BTA positif 36 pasien (72%) Kultur BTA negatif 14 pasien (28%)

(5)

commit to user

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa

pasien tersangka TB paru dari 36 pasien

kultur positif hanya 7 (19,4%) mempunyai

hasil TBAg rapid test kit positif sedangkan 29

(80,6%) pasien mempunyai hasil TBAg rapid

test kit negatif . Sedangkan 14 pasien dengan

kultur negatif terdapat 1 (7,1%) pasien

dengan hasil TBAg rapid test kit positif

sedangkan 13 (92,9%) pasien mendapat hasil

TBAg rapid test kit negatif.

Hasil perbandingan pemeriksaan uji

diagnostik antara sampel sputum dan

serum pasien tersangka TB paru.

Hasil uji diagnostik yaitu sensitivitas,

spesifisitas, PPV, NPV, positive likelihood

ratio (PLR), negative likelihood ratio (NLR)

TBAg rapid test kit dengan standar baku emas

yang dihitung berdasarkan hasil pemeriksaan

pada sampel sputum dan serum pasien TB

paru.

Tabel 4. Hasil pemeriksaan uji diagnostik TBAg rapid test kit dengan kultur TB

Pada tabel 7 diketahui pemeriksaan TBAg

rapid test kit pada sampel sputum

mendapatkan sensitivitas sebesar 72,22%,

yang artinya 72,22% pasien TB paru dapat

dideteksi dengan alat ini dan nilai spesifisitas

sampel sputum yang diperoleh pada

penelitian ini sebesar 85,7% artinya besar

kemungkinan penyakit TB paru yang dapat

disingkirkan pada tersangka pasien TB paru

yang memiliki TBAg rapid test kit negatif

sebesar 85,7. Pada pemeriksaan sputum

didapat nilai PPV sebesar 92,85% yang

artinya bahwa TBAg rapid test kit dengan

menggunakan sampel sputum apabila

hasilnya positif maka ada kemungkinan

92,86% pasien tersangka TB paru

kemungkinan menderita TB paru. Sedangkan

nilai NPV sampel sputum adalah 54,55%,

yang artinya bahwa alat TBAg rapid test kit

dengan sample menggunakan sputum apabila

hasilnya negatif maka ada kemungkinan

54,55% pasien tersangka TB paru benar-benar

tidak menderita TB paru. Nilai akurasi atau

efisiensi penelitian ini jika menggunakan

sampel sputum adalah 76% yang artinya bila

pemeriksaan dengan TBAg rapid test kit ini

digunakan pada pasien dengan sampel sputum

maka 76% pemeriksaan tersebut akan

memberikan kesimpulan yang benar dalam

menentukan ada atau tidaknya penyakit TB

paru pada pasien tersangka TB paru.

Pada pemeriksaan serum diketahui nilai

sensitivitas TBAg rapid test kit pasien TB

paru sebesar 19,4% yang artinya hanya 19,4%

pasien tersangka TB paru yang dapat

dideteksi dengan sampel serum dan nilai

spesifisitas sampel serum yang diperoleh pada

penelitian ini sebesar 92,86% artinya besar

kemungkinan penyakit TB paru yang dapat

disingkirkan pada tersangka pasien TB paru

(6)

commit to user

sebesar 92,86%. Nilai PPV sebesar 87,50%

yang artinya bahwa TBAg rapid test kit

dengan sampel menggunakan serum apabila

hasilnya positif maka kemungkinan 87,50%

pasien tersangka TB paru kemungkinan

menderita TB paru. Sedangkan nilai NPV

sampel serum adalah 30,95%, yang artinya

bahwa alat TBAg rapid test kit dengan

menggunakan sampel serum apabila hasilnya

negatif maka ada kemungkinan 30,95%

pasien tersangka TB paru benar-benar tidak

menderita TB paru. Nilai akurasi penelitian

menggunakan sampel serum adalah 40%,

yang artinya bila pemeriksaan dengan TBAg

rapid test kit ini digunakan pada pasien

menggunakan sampel serum maka 40%

pemeriksaan tersebut akan memberikan

kesimpulan yang benar dalam menentukan

ada atau tidaknya penyakit TB paru pada

pasien tersangka TB paru.

DISKUSI

Mengembangkan suatu tes yang mudah,

cepat dan praktis, tidak mahal, dan memiliki

batas deteksi yang sama baik dengan standar

baku emasnya, dapat membantu diagnosis

dini sehingga pengobatan yang tepat dan

cepat dapat dilakukan serta dapat mengurangi

beban kerja petugas laboratorium

(Arias-Bouda, 2000).

Hasil penelitian ini diketahui terdapat

perbedaan yang signifikan antara hasil uji

diagnosa dengan menggunakan sampel

sputum dan sampel serum (p= 0,000). Hasil

pemeriksaan TBAg rapid test kit pada sampel

sputum lebih baik dibandingkan dengan

sampel serum dimana pada sampel sputum

diantara 36 pasien kultur positif terdapat 26

(72,2%) pasien dengan hasil TBAg rapid test

kit positif serta10 (27,8%) pasien didapatkan

hasil TBAg rapid test kit negatif. Sedangkan

14 pasien dengan kultur negatif terdapat 2

(14,3%) pasien dengan hasil TBAg rapid test

kit positif dan 12 (85,7%) pasien dengan hasil

negatif. Pada kultur positif terdapat 27,8%

pasien dengan hasil pemeriksaan TBAg rapid

test kit negatif, kemungkinan ini dapat

disebabkan karena kualitas sputum kurang

baik. Depkes, (2002) tentang kualitas sputum

sangat mempengaruhi hasil pemeriksaan

mikroskopik BTA, sputum yang baik adalah

berwarna kuning kehijau-hijauan

(mukopurulen), kental, dan volume sputum

yang cukup. Pada penelitian ini terdapat 3

spesimen menunjukan hasil tidak valid karena

sputum sangat kental sehingga tidak mengalir

dengan baik pada membran, hasil menjadi

valid setelah dilakukan pengulangan dengan

pengenceran sputum menggunakan buffer.

Hasil TBAg rapid test kit positif pada kultur

negatif sebanyak 14,3% dapat disebabkan

karena adanya reaksi silang terhadap

bahan-bahan yang ada dalam sampel karena tidak

dilakukan pretreatment. Reaksi silang dapat

juga karena M.Tb lain yang mensekresi

ESAT-6, CFP-10, MPT-64 namun tidak

(7)

commit to user

terdapat 27% hasil pemeriksaan TBAg rapid

test kit negatif, ini kemungkinan diakibatkan

oleh fenomena hook effect yaitu adanya

antigen excess yang dapat menjenuhkan

antibodi sehingga konfigurasi sandwich tidak

dapat terbentuk dan menyebabkan hasil

negatif (Handoyo, 2003).

Pemeriksaan TBAg rapid test kit pada

sampel sputum mendapatkan sensitivitas

sebesar 72,22%, yang artinya 72,22% pasien

TB paru dapat dideteksi dengan alat ini. Hasil

ini hampir sama dengan sensitivitas penelitian

Sari & Aryati yaitu 72,6%, sedangkan

sensitivitas penelitian Alavi-Naini yaitu 93%,

maka sensitivitas pada penelitian ini bernilai

rendah. Berdasarkan nilai spesifisitas sampel

sputum yang diperoleh pada penelitian ini

sebesar 85,7% artinya besar kemungkinan

penyakit TB paru yang dapat disingkirkan

pada tersangka pasien TB paru yang memiliki

TBAg rapid test kit negatif sebesar 85,7%.

Nilai PPV sampel sputum 92,86% yang

artinya kemungkinan 92,86% pasien

tersangka TB paru yang diperiksa dengan

TBAg rapid test kit benar-benar menderita TB

paru. Nilai NPV sampel sputum 54,55% yang

artinya kemungkinan dari tersangka TB paru

54,55% benar-benar tidak menderita TB paru.

Nilai PLR sampel sputum adalah 5,06 dan

NLR 0,32 dianggap tidak mempunyai nilai

diagnostik yang baik. Sensitivitas TBAg rapid

test kit menggunakan sampel serum pasien

TB paru sebesar 19,44% yang artinya hanya

19,44% pasien TB paru yang dapat dideteksi

dengan sampel serum. Penelitian metaanalisis

oleh Flores et al. (2011) menemukan

sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan

antigen pasien TB paru dengan sampel serum

yang bervariasi diantaranya pada penelitian

oleh Chanteau et al. (2000), sensitivitas dan

spesifisitas antigen M.tb pada sampel serum

masing-masing 28% dan 96%, yang tidak

jauh berbeda dengan penelitian kami yaitu

sensitivitas dan spesifisitas masing-masing

19,4% dan 92,9%. Nilai PPV dan NPV

sampel serum penelitian ini 87,50% dan

30,95% sedangkan nilai PLR dan NLR untuk

sampel serum adalah 2,72 dan 0,87 sehingga

penggunaan sampel serum belum mempunyai

nilai diagnostik yang baik.

Nilai akurasi atau efisiensi penelitian

ini jika menggunakan sampel sputum adalah

76% yang artinya bila pemeriksaan dengan

TBAg rapid test kit ini digunakan pada pasien

menggunakan sampel sputum maka 76%

pemeriksaan tersebut akan memberikan

kesimpulan yang benar dalam menentukan

ada atau tidaknya penyakit TB paru pada

pasien tersangka TB paru. Nilai akurasi

penelitian ini jika menggunakan sampel

serum 40%, maka penggunaan sampel sputum

lebih baik jika dibandingkan dengan sampel

serum untuk diagnosis TB paru.

Menurut Teixeira et al. (2006) orang

(8)

commit to user

infeksi dan hanya 5 – 10% dari yang

terinfeksi menjadi aktif, sedangkan 90-95%

individu menjadi latent tubeculosis infection

(LTBI) yang bersifat dormant dalam

makrofag di paru. Pada penelitian ini pasien

dengan spesimen serum TBAg rapid test kit

negatif namun hasil kultur positif dapat

disebabkan karena lokasi kuman M.tb

sebagian besar berada di paru dan tidak

menyebar secara hematogen.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan pada 50 sampel pasien tersangka

TB paru disimpulkan ada perbedaan yang

signifikan antara hasil pemeriksaan TBAg

rapid test kit pada sampel sputum dan serum

dengan nilai p = 0,000, dimana hasil

pemeriksaan TBAg rapid test kit pada sampel

sputum lebih baik dibandingkan dengan

sampel serum. Nilai diagnostik sensitivitas

dan spesifisitas pada sampel sputum sebesar

72,22% dan 85,71%, hasil ini lebih baik dari

pada sensitivitas dan spesifisitas pada sampel

serum, yaitu sebesar 19,44% dan 92,86%.

Nilai diagnostik PPV dan NPV pada sampel

sputum sebesar 92,86% dan 54,55% dan pada

sampel serum 87,50% dan 30,95%,

sedangkan nilai akurasi atau efisiensi

penelitian ini jika menggunakan sampel

sputum adalah 76% yang artinya bila

pemeriksaan dengan TBAg rapid test kit ini

digunakan pada pasien menggunakan sampel

sputum maka 76% pemeriksaan tersebut akan

memberikan kesimpulan yang benar dalam

menentukan ada atau tidaknya penyakit TB

paru pada pasien tersangka TB paru. Nilai

akurasi penelitian ini jika menggunakan

sampel serum 40%, maka penggunaan sampel

sputum lebih baik jika dibandingkan dengan

sampel serum untuk diagnosis TB paru.

Secara umum, deteksi antigen

menggunakan TBAg rapid test kit dapat

digunakan sebagai alternatif pemeriksaan

untuk diagnosis TB paru secara cepat,

disamping pemeriksaan lain (kultur dan

mikroskopik BTA), dan sampel paling baik

Gambar

Tabel 3. Hasil pemeriksaan sampel serum TBAg rapid test kit dengan kultur TB di media LJ pada pasien tersangka TB paru

Referensi

Dokumen terkait

makanan penutup Indonesia dan mencatat temuan saat praktik dilakukan sebagai sumber data untuk menjawab

Penyebab lain, bisa juga karena faktor kesehatan seperti gizi buruk (kwashiorkor), anorexia atau karena cuaca yang sangat kering... Yaitu rambut yang memiliki kombinasi antara

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah (LAKIP) Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Polewali Mandar tahun 2016 disusun untuk memaparkan pencapaian tujuan.Sasaran dan

sehingga dapat dijadikan acuan dalam perancangan pasar seni di Bengkulu sebagai wadah promosi karya seni dan kerajinan yang mencirikan budaya daerah

Program yang dibuat dalam perancangan sistem pengendali smart -kontak dengan aplikasi Android dan web adalah program untuk mengirim dan menerima data dari

Hal ini juga menunjukkan bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi, sedang, maupun rendah yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri memiliki

Metode pengumpul data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah melalui studi dokumen dan metode studi pustaka ( library research ). Analisis data

Walaupun Invasi Teluk Babi gagal dan membuat malu Amerika Serikat dimata Internasional tidak membuat Uni Soviet senang, malah sebaliknya Uni Soviet dengan tegas memperingatkan