RANCANGAN TEKNIKSELF-MONITORING UNTUK
MEREDUKSI OVERCONFORMITYREMAJA
(Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)
SKRIPSI
DiajukanuntukMemenuhiSebagiandari
SyaratMemperolehGelarSarjanaPendidikan
JurusanPsikologiPendidikan Dan Bimbingan
Oleh
Rahmi Novitasari NIM 0901718
DEPARTEMEN
PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
RANCANGAN TEKNIK SELF-MONITORING UNTUK
MEREDUKSI OVERCONFORMITY REMAJA
Oleh Rahmi Novitasari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Rahmi Novitasari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
November 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu1
DAFTAR ISI
1.6 Sistematika Penulisan ... 13
BAB II KONSEP KONFORMITAS DAN TEKNIK SELF MONITORING 2.1 Masa Remaja ... 14
3.2 Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian ... 44
3.3 Definisi Operasional Variabel ... 47
3.4 Instrumen Pengumpulan Data ... 51
3.5 Uji Coba Alat Ukur ... 53
3.6 Langkah-langkah Penelitian ... 59
3.7 Analisis Data ... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 65
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 69
4.3 Keterbatasan Penelitian ... 102
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan ... 103
5.2 Rekomendasi ... 104
DAFTAR PUSTAKA ... 106 LAMPIRAN-LAMPIRAN
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu2
DAFTAR TABEL
Skoring Skala Likert Konformitas ... Kisi-Kisi Instrumen Konformitas Remaja (Sebelum
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu3
DAFTAR GAMBAR
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu4
DAFTAR BAGAN
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu5
DAFTAR LAMPIRAN
1. SURAT-SURAT PENELITIAN
Surat pengangkatan dosen pembimbing Surat balasan dari sekolah
2. INSTRUMEN PENELITIAN
Kisi-kisi instrumen penelitian
Format penilaian judgemen instrumen penelitian Contoh angket atau kuesioner penelitian
3. HASIL PENGOLAHAN DATA
Uji validitas Uji reliabilitas
4. DATA HASIL PENELITIAN
Data gambaran umum perilaku konformitas
5. RANCANGAN TEKNIK SELF MONITORING UNTUK MEREDUKSI
OVERCONFORMITY REMAJA
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.eduii
ABSTRAK
Rahmi Novitasari (2014). Rancangan Teknik Self Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja (Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014).
Penelitian ini didasari oleh adanya fenomena overconformity dalam kelompok teman sebaya di antaranya dalam pewarnaan rambut, pemakaian kawat gigi (behel), dan pemakaian gadget tertentu. Tujuan penelitian yaitu (1) memperoleh gambaran empiris tentang gambaran umum perilaku overconformity, (2) memperoleh variasi dalam setiap aspek overconfromity dan (3) merancang strategi layanan bantuan dengan teknik Self Monitoring untuk mereduksi overconformity remaja. Penelitian dilakukan terhadap siswa Kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner tentang perilaku konformitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung berada pada kategori konformitas sedang; (2) Terdapat 67 siswa yang termasuk dalam kategori konformitas tinggi (overconformity), dan (3) Layanan bantuan rancangan teknik Self Monitoring untuk mereduksi overconformity siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung dengan tahapan sebagai berikut: a) Pengenalan akan perilaku overconformity dan teknik self monitoring; b) Menyeleksi perilaku overconformity yang akan diubah; c) Menyusun atau membuat draft tentang tujuan perubahan untuk target yang diharapkan dan menghindari hambatan-hambatannya; d) Menargetkan reaksi-reaksi dari self-monitoring; e) Mengawasi atau memantau dan mencatat akibat dari setiap reaksi yang diamati; dan f) Mengevaluasi pemantauan dirinya untuk melihat perubahan keberhasilan self monitoring sebagai bagian dari self management-nya.
iii
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.eduiii
ABSTRACT
Rahmi Novitasari (2014). Design of Self Monitoring Techniques for Reducing Adolescent Overconformity (Descritive Study of Grade VII SMP Pasundan 3 Bandung 2013/2014)
This study is based on the existence of the phenomenon overconformity the peer group of which the hair coloring, use braces (brackets), and the use of a particular gadget. Purpose of research: (1) obtain empirical description of the general picture overconformity behavior, (2) obtain the variation in every aspect overconfromity and (3) designing strategies with technical assistance services to reduce overconformity Self Monitoring teenagers. Research conducted on grade VII student SMP Pasundan 3 Bandung 2013/2014. Approach to research using quantitative approach with descriptive methods. Collecting data using questionnaires about conformity behavior. The results showed that (1) students of grade VII SMP Pasundan 3 Bandung is in conformity categories are; (2) There are 67 students are included in the category of high conformity (overconformity), and (3) Service Self Monitoring engineering design assistance to reduce overconformity grade VII SMP Pasundan 3 Bandung, stages are: a) The introduction of overconformity behavior and technique of self monitoring; b) Selecting overconformity behavior to be changed; c) Develop or create a draft of the purpose of the changes to the expected target and avoid the obstacles; d) Target reactions of self-monitoring; e) Supervise or monitor and record the result of each reaction were observed; and f) Evaluate monitoring her to see changes to the success of self-monitoring as part of its self-management.
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu1
1 BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab I ini menjelaskan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
latar belakang penelitian. Beberapa hal yang dijelaskan dalam Bab ini ialah
mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan metodologi penelitian.
1.1 Latar Belakang Penelitian
Remaja merupakan individu yang rentan dipengaruhi oleh perkembangan
lingkungan. Lingkungan dapat berperan penting dalam terbentuknya perilaku
remaja baik di keluarga maupun di masyarakat. Lingkungan yang mendukung
perilaku, akan berpengaruh terhadap perilaku remaja secara positif. Sebaliknya,
jika lingkungan tidak mendukung perilaku, maka akan muncul perilaku remaja
yang menyimpang dan hanya mengikuti aturan-aturan kelompok dimana remaja
berada. Kecenderungan remaja yang selalu mengikuti aturan-aturan kelompoknya
akan membentuk konformitas di antara remaja. Sebagaimana dikemukakan oleh
Havighurs (Yusuf, 2008, hlm. 75) bahwa sesuai dengan tugas-tugas
perkembangan dalam rentang usia 14 sampai 16 tahun bahwa mereka sudah
cukup memiliki keterampilan dan mulai meninggalkan kelompok besar dan
membentuk kelompok kecil sehingga pergaulan lebih intim (akrab). Sehingga,
pada usia tersebut, anak memulai untuk berkonformitas dengan kelompok
kecilnya secara lebih akrab.
Konformitas dilakukan individu pada setiap tahapan perkembangan yakni
masa anak, masa remaja, dan masa dewasa, namun konformitas paling banyak
dilakukan individu pada masa remaja. Item ini didukung oleh hasil-hasil
penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan tajam dalam melakukan
konformitas pada masa pra-remaja dan awal remaja. Dijelaskan oleh Berndt;
Hartup; Mussen; Steinberg & Silverberg (2007, hlm. 87) bahwa kebutuhan
tersebut secara berangsur-angsur akan meningkat namun, akan menurun pada
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu2
Menurut Morgan, King dan Robinson (Santrock, 1997, hlm. 85-88)
konformitas adalah kecenderungan individu untuk mengubah pandangan atau
perilaku agar sesuai dengan norma sosial. Konformitas terjadi karena pengaruh
dari lingkungan sosial. Kemudian, dipaparkan pula menurut Sears, Freedman, &
Peplau (1985, hlm. 76) bahwa pada dasarnya, individu melakukan konformitas
karena memiliki dua alasan. Pertama, perilaku orang lain memberikan informasi
yang bermanfaat pada dirinya. Kedua, individu ingin diterima secara sosial dan
menghindari celaan.
Interaksi dan komunikasi antara remaja yang memiliki frekuensi waktu
lebih lama bersama dengan teman sekelompoknya, menyebabkan hubungan yang
terjalin di antara mereka menjadi lebih erat. Dengan demikian, akan terjalin suatu
sifat saling bergantung di antara mereka. Dengan demikian remaja akan berusaha
menyesuaikan diri dan menampilkan perilaku diri yang sesuai dengan norma
teman sekelompoknya. Demikian pula dengan item Kiesler & Kiesler (Myers,
1993, hlm. 221).bahwa konformitas mengarah pada suatu perubahan tingkah laku
ataupun kepercayaan seseorang sebagai hasil tekanan kelompok baik secara nyata
maupun tidak nyata.
Konformitas terjadi dari kesamaan antara perilaku individu dengan perilaku
orang lain atau perilaku individu dengan norma lingkungan sosial. Lingkungan
sosial secara nyata maupun lingkungan sosial secara virtual, seperti media sosial
khusunya situs jejaring sosial. Pada zaman sekarang ini, hampir setiap orang
memiliki akun jejaring sosial baik itu facebook, twitter, myspace, dan lain-lainnya
untuk berhubungan dengan teman-temannya yang tak terbatas oleh ruang dan
waktu.
Kuatnya pengaruh kelompok sebaya pada masa remaja dikarenakan
aktivitas remaja yang lebih banyak di luar dibandingkan di rumah. Kelompok
sebaya akan membentuk sikap, perilaku, minat hingga penampilan mereka.
Disebutkan Hurlock (1980, hlm. 23), sebagian besar remaja mengetahui apabila
memakai pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang popular, maka
kesempatan untuk diterima oleh kelomppok menjadi lebih besar.
Sears (1985, hlm. 76) mengungkapkan konformitas ini ada dua jenis, yaitu
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu3
compliance yaitu, melakukan sesuatu walaupun itu bertentangan dengan hati
nurani dan tidak dapat menolak ajakan temannya dengan tujuan agar bisa diterima
oleh teman-temannya, sedangkan konformitas acceptance berarti melakukan
sesuatu sesuai dengan tekanan dari kelompoknya. Fenomena yang tampak pada
remaja, konformitas secara compliance dapat menimbulkan perilaku
overconformity.
Menurut Hurlock (1980) menyebutkan bahwa overconformity yaitu semua
tingkah lakunya sesuai dengan standar atau aturan-aturan yang ditetapkan oleh
kelompok sehingga kehilangan identitasnya sebagai pribadi. Dan biasanya
memiliki kecemasan akan bertingkah laku salah dan tidak sesuai dengan harapan
kelompok. Akibatnya remaja akan sangat tergantung pada orang lain (teman
sebaya).
Konformitas dengan tekanan teman-teman sebaya pada masa remaja dapat
bersifat positif atau negatif (Santrock, 2002, hlm. 44). Overconformity akan
berdampak negatif pada diri remaja walaupun norma yang dianut oleh
kelompoknya merupakan norma yang positif. Dan jika hal ini dibiarkan maka
bukan tidak mungkin remaja akan sulit mencapai keyakinan diri dan menjadi
kehilangan identitas dirinya (deindividuasi).
Berdasarkan hasil observasi selama PPL pada bulan Januari akhir sampai
dengan bulan Mei 2013, konformitas siswa salah satu SMP swasta di Bandung
tampak dari beberapa hal, salah satunya adalah yang terlihat jelas yaitu
penampilan siswa-siswinya. Contohnya, pada satu kelas di salah satu SMP swasta
di Bandung terdapat suatu kelompok teman sebaya yang semua anggota
kelompoknya mewarnai rambutnya menjadi lebih terang (coklat), kemudian
terdapat kelompok yang anggotanya sering terlihat memakai roll rambut saat
belajar dikelas.
Ida Hendrayani (2010, hlm. 6) menemukan suatu kelompok teman sebaya
yang para anggota kelompoknya memakai kawat gigi (behel). Dan, dari
keterangan salah satu pihak, ada seorang siswi yang bercerita bahwa ada pula
kelompok yang anggotanya diharuskan memakai smartphone dengan merk
tertentu. Sehingga, selain di SMP, terlihat pula konformitas pada siswa SMA
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu4
Karina Indria & Nindyati, D. A (2007, hlm. 85-88) menyebutkan bahwa
remaja yang memiliki tingkat konformitas tinggi biasanya memiliki kepercayaan
yang lemah terhadap penilaian sendiri. Mereka merasa teman sebaya memiliki
informasi yang benar, sehingga tidak mempedulikan pendapatnya sendiri. Mereka
juga tidak berani untuk melakukan sesuatu yang berbeda dari teman sebaya,
karena takut menanggung risiko tidak disukai, dikritik, atau dikucilkan.
Akibatnya, mereka mengubah perilaku atau pandangannya agar sesuai dengan
teman sebaya. Dengan kata lain, remaja yang memiliki tingkat konformitas tinggi
(overconformity) mudah dipengaruhi teman sebayanya.
Beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai konformitas teman sebaya,
yakni: Penelitian yang dilakukan oleh Sianturi (2003) mendeskripsikan bahwa
95% masih terdapat hubungan antara konformitas terhadap kelompok teman
sebaya dengan sikap NAPZA, artinya hubungan tersebut dapat dipercaya hingga
tarap 95%. Kemudian pada penelitian Rochadi (2004) yang dilakukan di 5 SMU
Negeri di wilayah DKI Jakarta. Hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas
responden mulai merokok pada usia 12-14 tahun dan mengenal rokok dari
temannya yang mayoritas teman sebayanya adalah perokok. Dan terakhir yaitu
penelitian Aryani (2006) yang dilakukan di SMAN 1 Semarang, membuktikan
adanya hubungan positif yang signifikan antara konformitas dengan perilaku
konsumtif.
Gejala ini menunjukkan adanya kebutuhan pada remaja untuk memiliki
kemampuan untuk mengontrol perilaku dirinya terhadap kelompok dimana remaja
berada, dengan menggunakan ragam strategi dan teknik, salah satunya adalah
dengan teknik self-monitoring.
Snyder (Walgito, 2011, hlm. 102) mengasumsikan bahwa individu
mempunyai kemampuan dan kecenderungan untuk berlatih mengontrol perilaku
ekspresif, penampilan diri (self-presentation), dan memperlihatkan afeksinya.
Menurut Worchel, dkk. (Edwi, 2010, hlm. 1), self-monitoring adalah
menyesuaikan perilaku terhadap norma-norma situasional dan harapan-harapan
dari orang lain. Sementara Brigham (Edwi, 2010, hlm. 1) menyatakan
self-monitoring merupakan proses dimana individu mengadakan pemantauan
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu5
Lippa & Gergen (Edwi, 2010, hlm. 2) mengasumsikan bahwa mereka yang
berada pada tingkat self-monitoring yang moderat (sedang/ditengah-tengah)
adalah yang secara sosial ideal. Sebab hal ini akan membuat mereka bisa
berfungsi secara efektif dalam mempresentasikan diri mereka, tanpa menjadi
“bunglon sosial”.
Dalam self-monitoring, mereka yang termasuk high self-monitoring
menggunakan informasi ini sebagai pedoman tingkah laku mereka. Perilaku
mereka lebih ditentukan oleh kecocokan dengan situasi daripada sikap dan
perasaan mereka yang sebenarnya.
Menurut Cormier (1985, hlm. 524), bentuk latihan strategi Pemantauan Diri
(Self-Monitoring) adalah proses dimana konseli mengobservasi dan mencatat
segala sesuatu tentang dirinya dan interaksinya dengan situasi lingkungan.
Thoersen dan Mahoney (Cormier, 1985, hlm. 526) memberi langkah-langkah
dalam pemantauan diri yaitu rasional strategi, memilih respon, memetakan respon,
memepertunjukkan data, dan mengaplikasikannya.
Maria (2000 dalam http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?d_id=23193.), ia
melakukan penelitian tentang hubungan antara pemantauan diri dan konformitas
teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri yang
hasilnya adalah F Hitung 17,056 > F Tabel 3,081, artinya terdapat hubungan
positif yang signifikan antara pemantauan diri dan konformitas teman sebaya
dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri. Sehingga, hal
tersebut mendukung bahwa pemantauan diri (self-monitoring) mampu mereduksi
perilaku overconformity remaja. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu melatih
keterampilan self-monitoring kepada para siswa, sebagai salah satu upaya
memanfaatkan sebuah kelompok teman sebaya.
Pengaruh teman sebaya tersebut sangatlah besar terhadap sikap dan perilaku
remaja, sehingga dikhawatirkan jika kelompok teman sebaya menganut norma
yang bersifat negatif, remaja yang mengalami konformitas yang sangat tinggi
cenderung akan mengikuti norma yang dianut oleh kelompok teman sebayanya.
Untuk memiliki kemampuan diri untuk mengendalikan dan memantau
perilakunya khususnya dalam kelompok teman sebayanya. Sekolah merupakan
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu6
kognitifnya saja tetapi juga sebagai sarana belajar adaptasi dan sosialisasi siswa,
baik dengan sesama siswa, guru, maupun personil sekolah lainnya. Sehingga
sekolah hendaknya berfungsi sebagai suatu lingkungan yang memberikan
kemudahan-kemudahan untuk terciptanya konformitas siswa dengan
teman-temannya baik secara nyata maupun virtual yang positif.
Remaja membutuhkan bimbingan agar mempunyai pilihan untuk bersikap
mandiri dan bebas. Remaja harus mampu mengambil keputusan sesuai dengan
keinginannya tanpa khawatir akan tekanan dari kelompoknya. Bimbingan
pribadi-sosial akan lebih tepat untuk permasalahan remaja dalam berkonformitas dalam
kelompoknya. Bimbingan pribadi dimaksudkan sebagai bantuan yang bersifat
pribadi sebagai akibat ketidakmampuan individu dalam menyesuaikan diri dengan
aspek-aspek perkembangan, keluarga, persahabatan, belajar, cita-cita, konflik
pribadi, seks, finansial, dan pekerjaan. Bimbingan sosial dimaksudkan sebagai
bantuan kepada individu dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan
dalam masalah sosial, sehingga individu mendapatkan penyesuaian yang
sebaik-baiknya dalam lingkungan sosialnya.
Layanan bimbingan untuk membantu kebutuhan remaja tersebut, yaitu
layanan bimbingan pribadi-sosial. Bimbingan pribadi-sosial ditujukan sebagia
proses pemberian bantuan dalam rangka pemahaman diri, pengenalan lingkungan
dan relasi antar teman. Permasalahan remaja yang selalu konform terhadap
kelompoknya, sehingga menimbulkan perilaku negatif yang membutuhkan
bimbingan pribadi untuk membantu remaja menyesuaikan diri dengan aspek
persahabatan dan bimbingan sosial untuk mengatasi kesulitan didalam masalah
lingkungan sosial khususnya relasi dengan kelompoknya. Salah satunya dengan
menggunakan teknik Self-Monitoring yang dapat diterapkan pada situasi
interpersonal pada individu yang mengalami kesulitan menerima kenyataan dan
menegaskan diri dalam tindakan yang benar. Dan pada penelitian ini akan
mengungkap fenomena perilaku konformitas yang berlebihan (overconformity)
remaja sekolah menengah pertama di SMP Pasundan 3 Bandung, dengan
memaparkan pembahasan mengenai gambaran umum perilaku overconformity
siswa serta merancang strategi layanan dengan pendekatan pribadi-sosial melalui
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu7
Self monitoring atau pemantauan diri merupakan salah satu teknik
rumpunan dari Manajemen Diri pada salah satu model Cognitive Behavior
Therapy (CBT). Self monitoring adalah proses dimana konseli mengobservasi dan
mencatat segala sesuatu tentang dirinya dan interaksinya dengan situasi
lingkungan. Dan sebagai evaluasi dari pemantauan diri terhadap
perubahan-perubahan perilaku yang ditunjukkan dan ditampilkan dengan memperkuat
perilaku yang diinginkan atau untuk mereduksi perilaku yang tidak diinginkan.
Sehingga diharapkan guru bimbingan dan konseling di sekolah dapat
memberikan intervensi dengan konseling kelompok dalam masalah konformitas
sangat tinggi (overconformity) yang terjadi pada siswa di sekolah menengah
pertama. Berdasarkan penelitian dan observasi yang dipaparkan sebelumnya,
mengindikasikan bahwa siswa membutuhkan suatu kemampuan untuk dapat
memantau dan mengontrol perilakunya terhadap kesesuaian norma kelompoknya.
Sehingga diharapkan konseling kelompok ini dapat memfasilitasi siswa untuk
memperoleh kemampuan keterampilan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Pada masa remaja, remaja memiliki lebih banyak waktu untuk berinteraksi
dengan teman sebaya, sehingga tidak heran jika pengaruh teman sebaya begitu
kuat pada diri remaja. Selain pengaruh, terdapat tekanan yang diberikan oleh
teman sebaya pada diri remaja tersebut. Remaja yang mendapat tekanan untuk
berperilaku seperti remaja lainnya, agar dapat di terima dan tidak dikucilkan oleh
kelompoknya.
Seperti yang terangkum dalam Santrock (2003, hlm. 221) sebuah komentar
Kevin, siswa kelas 8:
Saya merasa banyak tekanan dari teman-teman saya supaya merokok dan mencuri dan hal-hal lain seperti itu. Orang tua saya tidak memperbolehkan saya untuk merokok, tetapi sahabat-sahabat dekat saya benar-benar mendorong saya untuk melakukannya. Mereka memanggil saya banci dan anak mami jika saya tidak mau. Saya sangat tidak suka merokok. Teman baik saya, Steve mengejek saya di depan teman-teman saya yang lain, “
Kevin, kamu bodoh dan kamu pengecut.” Saya tidak tahan lagi, jadi saya
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu8
berkata, “Ini sangat menyenangkan—yeah, saya suka ini.” Saya merasa saya
benar-benar bagian dari kelompok.
Ketidakberdayaan diri remaja untuk berperilaku sesuai dengan kelompoknya
inilah yang disebut dengan konformitas.
Shaffer mengemukakan bahwa remaja akan mengikuti setiap perilaku yang
ditampilkan dan menjadi ciri khas kelompoknya tanpa mempedulikan
kenyamanan dirinya. Hal tersebut menandakan bahwa tekanan untuk konform
terhadap norma kelompok menjadi sangat kuat (Ida Hendrayani, 2011, hlm. 10).
Konformitas seperti ini dinamakan overconformity (konformitas yang sangat
tinggi).
Menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bergaul dengan teman
sekelompoknya adalah hal sangat umum dan wajar dilakukan oleh remaja.
Remaja berkonformitas dengan kelompoknya dapat menerima dan mengikuti
standar atau aturan-aturan yang ditetapkan oleh kelompok tanpa kehilangan
identitas pribadinya, tetapi apabila remaja tersebut sangat tergantung pada orang
lain (kelompok), sehingga kehilangan identitas sebagai pribadi maka itulah yang
disebut dengan overconformity. Kiesler & Kiesler (Sianturi, 2003) tingkat
konformitas terhadap suatu kelompok ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya
pengetahuan, pendapat, keyakinan, perasaan, ketertarikan, dan kecenderungan
berinteraksi terhadap aspek-aspek yang ada dalam kelompok yakni anggota
kelompok, aktivitas kelompok, tujuan kelompok, aturan dan norma kelompok.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa overconformity adalah kesesuaian
semua tingkah laku terhadap norma dan aturan lingkungan kelompoknya yang
dipengaruhi oleh pengetahuan, pendapat, perasaan ketertarikan dan
kecenderungan berinteraksi yang lebih dan menyebabkan kehilangan identitas
sebgai pribadi.
Hallahan & Kauffman pemantauan diri adalah sebagai praktik mengamati
dan mencatat perilaku sendiri akademik dan sosial seseorang. Pemantauan diri
telah terbukti efektif dalam meningkatkan perilaku yang lebih tepat,
meningkatkan perilaku tugas di kelas, meningkatkan penyelesaian tugas atau
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu9
dan mengurangi perilaku mengganggu (Tanpa nama, 2000
http://education.odu.edu/esse/docs/selfmonitoring.pdf).
Senada dengan item sebelumnya bahwa terapi perilaku banyak dipakai
untuk mengelola perilaku yang kurang adaptif. Pemantauan diri (self-monitoring)
adalah salah satu teknik dalam terapi perilaku yang sering dipakai untuk
mendeteksi perilaku yang kurang adaptif yang ingin diubah oleh individu
(Prawitasari, 1989).
Sedangkan menurut Snyder (Walgito, 2011, hlm. 102) ia memulai dengan
asumsi bahwa merupakan hal yang proporsional bahwa individu mempunyai
kemampuan dan kecenderungan untuk berlatih mengontrol perilaku ekspresif
(expressive behavior), penampilan diri (self-presentation), dan memperlihatkan
afeksinya. Selanjutnya ia berasumsi bahwa hal yang paling proporsional mengenai
kontrol semacam itu akan sangat berpengaruh pada perilaku sosial, interaksi
sosial, dan perspektif pada ideologi.
Snyder (Anin, F. dkk, 2011, hlm. 182). Self-monitoring melibatkan
pertimbangan ketepatan dan kelayakan sosial, perhatian terhadap informasi
perbandingan sosial (social comparison), kemampuan untuk mengendalikan dan
memodifikasi penampilan diri dan fleksiilitas penggunaan kemampuan ini dalam
situasi-situasi tertentu. Penrod (Anin, F. dkk, 2011, hlm. 182) Tingkat observasi
maupun kontrol individu pada perilaku ekspresif dan presentasi diri bertujuan
menyesuaikan dengan cue dengan demikian self-monitoring merupakan
keterampilan individu untuk mempresentasikan diri, menyadari tentang
bagaimana menampilkan dirinya pada orang lain.
Dengan menumbuhkan keterampilan mengelola diri dari perilaku yang
kurang adaptif maka individu akan terhindar dari situasi sosial yang kurang
menguntungkan. Pemantauan diri yang rendah lebih dikontrol oleh keadaan afeksi
internal dan sikap daripada kesadaran diri agar cocok dengan situasi sosial.
Sedangkan individu yang memiliki pemantauan diri yang tinggi (high
self-monitoring) menitikberatkan pada perhatiannya mengenai situasi interpersonal
cocok dengan perilakunya. Atau dengan kata lain, individu yang memiliki
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu10
kecocokan dengan situasi daripada sikap dan perasaan mereka yang sebenarnya
(Prawitasari, 1989).
Berdasarkan identifikasi yang telah dipaparkan rumusan masalah dalam
penelitian dikemas dalam pertanyaan “Bagaimana rancangan teknik
self-monitoring untuk mereduksi overconformity remaja.”
Untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah tersebut, maka
dilakukan tahap-tahap pengumpulan data dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut:
1. Bagaimana gambaran umum overconfromity pada siswa kelas VII
SMP Pasundan 3 Bandung?
2. Bagaimana variasi dalam setiap aspek overconformity pada siswa
kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung?
3. Bagaimana rancangan self-monitoring sebagai strategi untuk
mereduksi perilaku overconformity pada siswa kelas VII SMP
Pasundan 3 Bandung?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
rancangan teknik self-monitoring sebagai strategi untuk mereduksi overconformity
pada siswa kelas kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung. Sedangkan untuk tujuan
khusus diadakannya penelitian adalah untuk mendapatkan:
1. Gambaran umum mengenai perilaku overconformity pada siswa kelas
VII SMP Pasundan 3 Bandung.
2. Gambaran umum variasi setiap aspek overconformity pada siswa kelas
VII SMP Pasundan 3 Bandung.
3. Rancangan self-monitoring sebagai strategi untuk mereduksi perilaku
overconformity siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu11
a. Dapat memperkaya keilmuan bimbingan dan konseling terlebih
dalam teknik self-monitoring untuk perilaku overconformity
pada remaja.
b. Memperkuat teknik self-monitoring untuk perilaku
overconformity remaja, sehingga dapat membuat rancangan
program bimbingan dan konseling yang sesuai dengan
kebutuhan remaja tersebut.
2. Secara Praktis
a. Bagi guru bimbingan dan konseling, memberikan kontribusi
model intervensi sebagai panduan layanan bimbingan dan
konseling untuk mengurangi perilaku overconformity.
b. Bagi siswa (apabila dilaksanakan), diharapkan dapat membantu
siswa meningkatkan self-monitoring sehingga dapat mereduksi
perilaku overconformity.
c. Bagi peneliti, memberikan wawasan dan pengetahuan baru,
keterampilan yang memperkaya keilmuan di bidang bimbingan
dan konseling khususnya dalam mereduksi overconformity
menggunakan self-monitoring, dan yang pastinya adalah
pengalaman yang sangat berharga.
1.5 Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan
kuantitatif yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan
pencatatan data hasil penelitian secara nyata dalam bentuk angka (statistik)
sehingga mempermudah proses analisis dan penafsirannya (Sugiyono,
2011). Metode kuantitatif ini digunakan untuk mengungkap dan
memperoleh data perilaku overconformity remaja.
2. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah remaja yang duduk dibangku SMP.
Sedangkan untuk sampel penelitian ini adalah siswa kelas VII di SMP
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu12
populasi adalah konformitas akan meningkat lebih besar pada masa remaja
awal dibandingkan pada masa anak atau dewasa awal.
Metode pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara
sensus. Sensus adalah suatu penelitian yang dilakukan pada semua individu
dalam populasi. (Sugiarto, 2011). Sampel pada penelitian ini adalah siswa
yang memiliki kecenderungan konformitas yang tinggi (overconformity).
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan
instrumen berupa angket atau kuesioner. Butir-butir item yang disusun
merupakan gambaran mengenai perilaku konformitas dan pemantauan diri
terhadap perilaku overconformity berdasarkan aspek kekompakan,
kesepakatan, dan ketaatan.
Jenis instrumen yang digunakana adalah angket tertutup. Pengisian
item kuisioner dilakukan dengan teknik skala Likert. Setiap item dijawab
dengan “selalu” (SL), “sering” (SR), “kadang-kadang” (KD), “jarang” (JR),
dan “tidak pernah” (TP).
Penilaian terhadap item favorable adalah “selalu” (SL) = 5, “sering”
(SR) = 4, “kadang-kadang” (KD) = 3, “jarang” (JR) = 2, dan “tidak pernah” (TP) = 1. Dan untuk penilaian terhadap item unfavorable adalah “selalu”
(SL) = 1, “sering” (SR) = 2, “kadang-kadang” (KD) = 3, “jarang” (JR) = 4,
dan “tidak pernah” (TP) = 5.
Skor konformitas adalah skor total dari seluruh aspek konformitas.
Semakin tinggi skornya berarti subjek tersebut memiliki konformitas yang
positif. Sebaliknya, semakin rendah skornya berarti subyek memiliki
konformitas yang negatif. Skoring skala konformitas dapat dilihat pada
tabel 1.1 berikut ini:
Tabel 1.1 Skoring Skala Likert
Konformitas
Respon Favorable Unfavorable
Selalu (SL) 5 1
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu13 1.6 Sistematika Penulisan
Dalam penelitian terdapat sistematika penulisan guna mempermudah
pembahasan skripsi, terdiri atas lima Bab. Bab I Pendahuluan, yang membahas
mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Bab II
Kajian Pustaka, sebagai landasan teoritik untuk memperkuat dan menganalisis
hasil penelitian yang akurat. Bab ini mencakup konsep dasar perilaku
konformitas, masa remaja, karakteristik siswa SMP, dan konsep teknik self
monitoring. Bab III Metode Penelitian, berisi penjabaran yang rinci mengenai
metode penelitian untuk mengumpulkan data secara akurat dan terdiri dari: lokasi
dan subjek populasi, pendekatan, metode dan desain penelitian, definisi
operasional variabel, instrumen penelitian, uji coba alat ukur, langkah-langkah
penelitian dan analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan,
memaparkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan yang terdiri atas hasil
penelitian dan pembahasan. Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi, menyajikan
penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian dan
memberikan rekomendasi terhadap pengembangan penelitian selanjutnya.
Kadang-kadang (KD) 3 3
Jarang (JR) 2 4
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu43
43 BAB III
METODE PENELITIAN
Pada Bab III ini menjelaskan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
metode penelitian. Beberapa hal yang dijelaskan dalam Bab ini ialah mengenai
lokasi dan subjek penelitian, pendekatan, metode, dan desain penelitian, definisi
operasional variabel, instrumen pengumpulan data, uji coba alat ukur,
langkah-langkah penelitian dan analisis data.
3.1 Lokasi dan Subjek penelitian
Lokasi penelitian adalah SMP Pasundan 3 Bandung yang beralamatkan di
Jl. Bapa Husen Dalam no. 4 Bandung. Penentuan lokasi penelitian didasarkan
pada fenomena yang ditemukan oleh peneliti ketika pelaksanaan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) pada bulan Januari sampai dengan Mei 2013 di
SMP Pasundan 3 Bandung beberapa siswa secara berkelompok berpenampilan
“mencolok” di antara teman-temannya yang lain yakni mewarnai rambutnya menjadi lebih terang dan anggotanya memakai handphone yang sejenis. Dan
sampai saat ini belum ada yang meneliti mengenai perilaku konformitas yang
berlebihan siswa Kelas VII di SMP Pasundan 3 Bandung.
Pertimbangan mengambil subjek sampel penelitian kelas VII karena kelas
VII merupakan tingkatan awal dari masa remaja dan peralihan dari pergaulan
masa anak-anak maka siswa merasa sendiri sehingga akan mencari teman dan
membuat kelompok yang nyaman sebagai pengalihan perasaan sendiri dan lemah
apabila tidak berkelompok.
Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung
Tahun Ajaran 2014. Secara keseluruhan jumlah siswa kelas VII SMP Pasundan 3
Bandung yaitu sebanyak 303 siswa.
Secara khusus, sampel penelitiannya adalah siswa kelas VII yang termasuk
pada tingkatan konformitas yang tinggi yang diperoleh dari hasil penyebaran
instrumen, pengambilan sampel dilakukan secara sensus. Sensus adalah suatu
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu44 3.2 Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian
Dalam Bab I telah dijelaskan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambarang secara umum tentang perilaku konformitas dan merancang
strategi program layanan bimbingan dan konseling melalui teknik self monitoring
untuk mereduksi perilaku konformitas yang berlebihan. Penanganan perilaku
konformitas yang berlebihan pada siswa dilakukan melalui pendekatan bimbingan
dan konseling pribadi-sosial dengan menggunakan teknik Self Monitoring.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif.
Kemudian, menurut Arikunto (2006, hlm. 12) pendekatan kuantitatif merupakan
pendekatan yang dituntut untuk menggunakan angka-angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari
hasilnya. Pendekatan kuantitatif menggunakan instrumen-instrumen formal,
standar dan bersifat mengukur dengan menggunakan metode kuantitatif akan
diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau hubungan antara variabel yang
diteliti, pada umumnya penelitian kuantitatif merupakan sampel besar
(Purnamasari, 2013, hlm. 47).
Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner atau angket dalam
pengumpulan data dan melalui pendekatan kuantitatif. Data hasil kuesioner
tersebut adalah berbentuk numerik, tabel, analisis statistik, deskripsi dan
kesimpulan hasil penelitian. Data tersebut diolah melalui Microsoft Excel dan atau
IBM SPSS 21 for windows.
Sujana dan Ibrahim (Soendari: 2012) mengatakan bahwa penelitian ini
menggunakan metode desktriptif, yaitu suatu bentuk penelitian yang paling dasar.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu
gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Pandangan metode
deskriptif sebagai berikut, yakni (a) metode deskriptif yang dilakukan untuk
memperoleh gambaran yang jelas, nyata, sedang terjadi, akurat dengan cara
mengolah data, menganalisis, menafsirkan; (b) memperoleh makna yang lebih
luas dari metode deskriptif kuantitatif ataupun kualitatif melakukan pengamatan
studi dokumenter, studi pendahuluan, dan menyimpulkan data hasil penelitian.
Sehingga peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu45
Penelitian ini mengungkap gambaran umum perilaku konformitas siswa
kelas VII di SMP Pasundan 3 Bandung dan merancang program layanan teknik
self monitoring untuk mereduksi overconformity siswa. Penelitian dilakukan
untuk memperoleh data mengenai gambaran umum konformitas remaja di SMP.
Gambaran umum konformitas pada kalangan remaja di SMP adalah sesuatu
perilaku yang dapat diubah dengan menggunakan self-monitoring untuk
mereduksi perilaku overconformity pada remaja.
Berdasarkan pendekatan dan metode penelitian, maka dibuat desain
penelitian sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian sebagaimana digambarkan
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu46
Studi Pendahuluan
Identifikasi Masalah
Bagan 3. 1
Alur Penelitian
Revisi rancangan program Penelaahan dan Judgement oleh
pakar dan praktisi BK Satuan Layanan
Program Analisis Kebutuhan Siswa
Rancangan Program
Pengolahan data Penyebaran angket Perumusan kisi-kisi instrumen
dan item penelitian
Validasi Instrumen Penelaahan dan Judgement oleh
pakar dan praktisi BK
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu47 3.3 Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian disini meliputi Self Monitoring dan Konformitas
Remaja.
3.3.1 Self Monitoring
Self Monitoring (pemantauan diri) merupakan strategi perubahan
perilaku konseli yang dapat diamati dan dicatat, berkaitan tentang diri
mereka sendiri dan interaksi mereka dengan situasi lingkungan.
Self-Monitoring untuk mereduksi overconformity remaja (siswa kelas VII SMP
Pasundan 3 Bandung), dalam penelitian ini ialah pelatihan terhadap remaja
agar mampu untuk mengatur, memantau dan mengontrol perilaku dan
penampilannya seperti dengan memakai barang-barang yang sama dengan
teman satu kelompoknya atau mengubah penampilan dirinya agar dapat
membuat orang lain terkesan.
Kemudian, untuk pelaksanaan teknik self monitoring dalam penelitian
ini berdasarkan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Thoersen dan
Mahoney (Cormier & Cormier, 2010, hlm. 47) yaitu rasional strategi,
memilih respon, memetakan respon, memperoleh data, dan
mengaplikasikannya.
a. Rasional Strategi Konseling. Menjelaskan rasional dari
self-monitoring sebelum penggunaan strategi ini. Konseli sebaiknya
mengetahui dan sadar apa prosedur self-monitoring dan bagaimana
prosedur ini dapat membantu konseli.
b. Memilih Respon. Ketika konseli telah berjanji untuk menggunakan
self-monitoring, pengamatan dan pemilihan respon yang dikehendaki
mutlak diperlukan. Pemilihan respon dapat berlangsung kapan saja,
ketika konseli dapat membantu ada atau tidaknya sikap. Pemilihan
respon ini dapat membantu konseli mengenali apa yang mesti
dipantau.
c. Mencatat Respon. Setelah konseli belajar memilih respon, konselor
dapat memberi petunjuk dan contoh tentang metode untuk mencatat
respon yang telah ditaati. Pencatatan yang sistematis penting sekali
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu48
diberitahu pentingnya metode pencatatan yang meliputi, kapan dan
bagaimana serta apa saja alat pencatat yang dibutuhkan untuk
mencatat respon yang ada.
d. Memetakan Respon (Membuat Chart). Data yang telah dicatat oleh
konseli sebaiknya dipisahkan pada penyimpanan yang lebih permanen
seperti grafik atau histogram yang memungkinkan konseli dapat
memeriksa data dari self-monitoring secara visual. Konseli sebaiknya
menerima instruksi-instruksi lisan maupun tulisan yang lain dalam
pembuatan grafik harian dari pemetaan respon.
e. Mempertunjukkan Data. Setelah gambaran tersebut diatas dijelaskan
kepada konseli, selanjutnya konselor meminta data yang telah dicatat
oleh konseli untuk ditunjukkan kepada konselor untuk dianalisa.
f. Analisa Data. Dalam hal ini konselor dapat meminta konseli untuk
membandingkan dengan tujuan dan standart yang diinginkan. Konseli
dapat menggunakan data yang tercatat untuk evaluasi diri dan
memastikan apakah data menunjukkan tingkah laku itu tetap atau
keluar dari batasan yang diinginkan.
Selanjutnya dikemukakan pula oleh Cormier & Cormier (2010, hlm.
47) tahapan intervensi self monitoring untuk mereduksi overconformity
remaja yaitu sebagai berikut:
1) Remaja menyeleksi perilaku atau perasaan yang ingin diubah.
2) Remaja menyusun tujuan-tujuan untuk target yang diharapkan
dan menghindari hambatan-hambatannya.
3) Remaja menargetkan reaksi-reaksi dari self-monitoring.
4) Remaja mengawasi akibat dari setiap reaksi yang diamati.
5) Remaja mengevaluasi pemantauan dirinya untuk melihat
perubahan keberhasilan self monitoring sebagai bagian dari self
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu49
3.3.2 Konformitas Remaja
Konsep teori yang dikembangkan oleh Sears dkk (Santrock, 2003,
hlm. 220) menyatakan bahwa ketaatan remaja terhadap norma kelompok,
kepercayaan yang besar terhadap kelompok, perasaan takut terhadap
penyimpangan norma kelompok dan perasaan takut jika mendapat celaan
dari lingkungan sosialnya mendukung remaja untuk melakukan
overconformity.
Selanjutnya untuk overconformity pada penelitian ini adalah
konformitas yang derajatnya di atas normal atau derajat sangat tinggi, yakni
semua tingkah lakunya termasuk kekompakan, kesepakatan, ketaatannya
sesuai dengan standar atau aturan-aturan yang ditetapkan oleh kelompok
teman sebayanya. Remaja yang mengalami overconformity, akan memiliki
kecemasan apabila bertingkah laku salah dan tidak sesuai dengan harapan
kelompok yang berakibat siswa akan sangat tergantung pada orang lain
(teman sebaya). Sehingga kehilangan identitasnya sebagai pribadi.
Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Sears dkk (Santrock,
2003, hlm. 220), terdapat tiga hal yang menandai konformitas remaja
dengan teman sebayanya, yaitu sebagai berikut:
a. Kekompakan
Eratnya hubungan remaja dengan kelompok disebabkan
perasaan suka antara anggota kelompok serta harapan memperoleh
manfaat dari keanggotaannya. Semakin besar rasa suka anggota yang
satu terhadap anggota lain, dan semakin besar harapan untuk
memperoleh manfaat dari keanggotaan kelompok serta semakin besar
kesetiaan mereka, maka akan semakin kompak kelompok tersebut.
1) Penyesuaian diri terhadap kelompok
Kekompakan yang tinggi menimbulkan tingkat
konformitas yang semakin tinggi. Alasan utamanya adlah bila
individu merasa dekap dengan anggota kelompok lain, akan
semakin menyenangkan bagi mereka untuk mengakui individu
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu50
2) Perhatian terhadap kelompok
Semakin tinggi perhatian seseorang dalam kelompok, semakin
serius tingkat rasa takutya terhadap penolakan, dan semakin
kecil kemungkinan untuk tidak menyetujui kelompok.
b. Kesepakatan
Pendapat kelompok teman sebaya yang sudah dibuat memiliki
tekanan kuat sehingga remaja harus loyal dan menyesuaikan
pendapatnya dengan pendapat kelompok.
1) Kepercayaan terhadap pendapat kelompok
Penurunan melakukan konformitas yang drastic karena
hancurnya kesepakan disebabkan oleh faktor kepercayaan.
2) Persamaan pendapat dengan pendapat kelompok
Persamaan pendapat antar anggota kelompok maka
konformitas akan semakin tinggi. Tetapi bila dalam suatu
kelompok terdapat satu orang saja tidak sependapat dengan
anggota kelompok yang lain maka konformitas akan menurun.
c. Ketaatan
Tekanan atau tuntutan kelompok teman sebaya pada remaja
membuatnya rela melakukan tindakan walaupun remaja tidak
menginginkannya. Bila ketaatan tinggi maka konformitasnya akan
tinggi pula.
a. Mengalami tekanan karena ganjaran, ancaman, atau
hukuman.
Untuk memunculkan ketaatan maka tekanan ditingkatkan
melalui ganjaran, ancaman, atau hukuman.
b. Kerelaan memenuhi harapan orang lain.
Harapan dari orang lain dapat menimbulkan ketaatan,
karena individu ditempatkan dalam situasi yang terkendali,
dimana segala sesuatunya diatur sedemikian rupa sehingga
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu51 3.4 Instrument Pengumpulan Data
3.4.1 Jenis Instrumen
Jenis instrumen pengungkap data penelitian ini adalah angket
tertutup. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non
tes dengan menggunakan angket. Pengisian item kuesioner dilakukan
dengan teknik skala Likert.
Penyebaran angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data melalui cara penyusunan daftar item yang sudah disiapkan sebelumnya
dan dibagikan kepada responden untuk memperoleh jawaban yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Dan penelitian ini mengajukan item kepada
responden (siswa kelas VII) mengenai konformitas remaja.
3.4.2 Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen
Kisi-kisi instrumen mengungkap konformitas yang dikembangkan
dari definisi operasional variabel berdasarkan teori yang dikemukakan oleh
Sears dkk. Kisi-kisi instrumen konformitas remaja ini meliputi aspek
kekompakan (penyesuaian diri dan perhatian terhadap kelompok),
kesepakatan kepercayaan (kepercayaan terhadap pendapat kelompok,
persamaan pendapat, dan tidak menyimpang terhadap pendapat kelompok),
dan ketaatan (mengalami tekanan dan kerelaan dalam memenuhi harapan
kelompok).
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu menggunakan angket
yang berbentuk item kemudian disusun sesuai dengan rujukan pada defini
operasional variabel yang dikembangkan dari beberapa indikator, dalam
bentuk pernyataan-item yang telah dijabarkan dan dijawab oleh responden
(siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung) dengan cara memilih alternatif
respon yang telah disediakan.
Berikut ini adalah perumusan kisi-kisi instrumen konformitas remaja
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu52
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Konformitas Remaja (Sebelum Uji Coba)
No. ASPEK INDIKATOR ITEM
(+) (-)
1. Kekompakan a. Penyesuaian diri terhadap kelompok (disebabkan perasaan dekat dengan anggota kelompok yang lain, yaitu menyenangkan jika diakui dan menyakitkan jika dicela)
b. Perhatian terhadap kelompok (disebabkan rasa takut terhadap penolakan)
12, 13, 14, 16,
17
15
2. Kesepakatan a. Kepercayaan terhadap pendapat kelompok (ketergantungan individu terhadap pendapat kelompok sebagai sumber informasi)
18, 19 20, 21
b. Persamaan pendapat dengan pendapat kelompok (adanya kesamaan pendapat antara dirinya dengan pendapat kelompok)
22, 23,
25 24, 26
c. Tidak melakukan penyimpangan terhadap pendapat kelompok (keenganan untuk menjadi orang yang menyimpang karena dikucilkan dan dianggap sebagai orang yang menyimpang)
27, 29,
30, 31 28, 32
3. Ketaatan a. Mengalami tekanan karena ganjaran, ancaman, atau hukuman (tekanan untuk menampilkan perilaku tertentu)
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu53
3.4.3 Pedoman Skoring
Jenis instrumen pengungkap data penelitian ini adalah angket
tertutup. Pengisian item kuisioner dilakukan dengan teknik skala Likert.
Setiap item dijawab dengan “selalu” (SL), “sering” (SR), “kadang-kadang”
(KD), “jarang” (JR), dan “tidak pernah” (TP).
Penilaian terhadap item favorable adalah “selalu” (SL) = 5, “sering”
(SR) = 4, “kadang-kadang” (KD) = 3, “jarang” (JR) = 2, dan “tidak pernah” (TP) = 1. Dan untuk penilaian terhadap item unfavorable adalah “selalu”
(SL) = 1, “sering” (SR) = 2, “kadang-kadang” (KD) = 3, “jarang” (JR) = 4,
dan “tidak pernah” (TP) = 5.
Skor konformitas adalah skor total dari seluruh aspek konformitas.
Semakin tinggi skornya berarti subjek tersebut memiliki konformitas yang
positif. Sebaliknya, semakin rendah skornya berarti subjek memiliki
konformitas yang negatif. Skor konformitas adalah skor total dari seluruh
aspek konformitas. Semakin tinggi skornya berarti subjek tersebut memiliki
konformitas yang positif. Sebaliknya, semakin rendah skornya berarti
subjek memiliki konformitas yang negatif. Skoring skala konformitas dapat
dilihat pada tabel 1.1 (lihat halaman 13).
3.5 Uji Coba Alat Ukur
Angket sebagai alat pengumpul data yang dipergunakan, telah melalui
beberapa tahap pengujian di antaranya sebagai berikut:
1. Penyusunan Butir-butir Instrumen
Penyusunan butir-butir instrumen konformitas berupa item disusun
berdasarkan pada indikator yang telah ditetapkan.
2. Penimbangan Butir Item (Judgement Instrument)
Uji kelayakan butir instrumen melalui penimbangan (judgement)
dalam pengembangan alat pengumpul data yang bertujuan untuk mngetahui
tingkat kelayakan instrumen berdasarkan aspek kesesuaian dengan landasan
teoritis, dengan format dari perspektif ilmu pengukuran serta ketepatan
bahasa yang digunakan, perspektif bahasa baku dan subjek yang
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu54
Judgement kepada tiga dosen ahli dilakukan untuk menimbang dan
memastikan bahwasanya instrumen yang dibuat adalah layak. Dengan
memberikan penilaian pada setiap butir item dengan kualifikasi Memadai
(M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai Memadai dinyatakan
layak dan dapat digunakan, sedangkan item yang diberi nilai Tidak
Memadai dinyatakan dalam dua kemungkinan yakni item tidak dapat
digunakan atau item tersebut diperbaikki.
Penimbang yakni dosen ahli dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan. Dan didapatkan hasil bahwa ada beberapa item yang direvisi.
Berikut adalah hasil penimbangan dari tiga dosen ahli untuk instrumen
konformitas, dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2
Hasil Penimbangan Instrumen Konformitas
Hasil Penimbangan Nomer item Jumlah
Dipakai 1, 2 ,3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17
18, 19, 20, 21, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47
46
Direvisi 22 1
Ditambah - -
Dibuang - -
3. Revisi Butir Instrumen
Pada awal dibuat, instrumen konformitas terdiri dari 47 item yakni 33
butir item positif dan 14 butir item negatif. Setelah proses penimbangan
(judgement) oleh tiga dosen ahli, maka didapatkan 46 butir dapat dipakai
dan 1 butir harus direvisi dan dimasukkan dalam item negatif. Sehingga
intrumen konformitas menjadi 32 butir item positif dan 15 butir item negatif
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu55
4. Uji Keterbacaan
Setelah uji kelayakan, dilanjutkan dengan uji keterbacaan instrumen
kepada 15 orang siswa SMP Pasundan 3 Bandung. Dan didapatkan bahwa
terdapat beberapa kata dalam item yang kurang dipahami oleh siswa,
sehingga peneliti kembali merevisi diksi (pilihan kata) agar lebih mudah
dipahami oleh siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung. Tahapan terakhir
setelah uji keterbacaan adalah uji validitas dan reliabilitas.
5. Uji Validitas Butir Item
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan suatu instrumen (Arikunto, 2006, hlm. 78). Validitas item adalah
derajat kesesuaian antara item satu dengan item yang lainnya dalam suatu
perangkat instrumen. Uji validitas bertujuan untuk mengetahui apakah
instrumen yang digunakan mampu mengukur hal yang ingin diukur oleh
peneliti.semakin tinggi nilai validasi item maka semakin valid instrumen
yang akan digunakan.
Uji validitas butir item akan menggunakan perhitungan Korelasi Rank
Spearman. Korelasi Rank Spearman ini digunakan untuk menunjukkan
keeratan hubungan yang terjadi antara dua variabel atau menguji
signifikansi hipotesis asosiatif jika masing-masing variabel yang
dihubungkan berskala ukur ordinal. Pengujian validitas item ini akan
menggunakan program aplikasi Microsoft Excel 2007 dan SPSS 17.0 for
windows (hasil perhitungan validitas menggunakan IBM SPSS 21 for windows terlampir). Perhitungan dalam rumus Korelasi Rank Spearman,
sebagai berikut.
Dengan:
∑x = N −N− ∑� dan ∑� = ∑ t −�
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu56
∑y = N −N− ∑� dan ∑� = ∑ t −�
∑� dan ∑� merupakan faktor korelasi X dan Y
Keterangan:
t = frekuensi nilai yang sama N= jumlah sampel
X= data item
Y= total nilai dari data sub variabel
(Sugiyono, 2008, hlm. 173)
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas
Hasil Item Jumlah
Valid 1, 2 ,3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 46, 47
44
Tidak valid 16,18, 45 3
Jumlah 47
Hasil pengujian validitas instrumen konformitas dengan menggunakan
korelasi Rank Spearman, item yang dinyatakan valid memiliki daya
pembeda yang signifikan pada p > 0.01 dan p < 0.01. Ini artinya terdapat
dari 47 item yang disusun didapat 46 item yang dinyatakan valid dan
sebanyak 1 item item tidak valid.
Kisi-kisi instrumen konformitas remaja setelah dilakukan uji coba
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu57
Tabel 3.4 kelompok (disebabkan perasaan dekat dengan anggota kelompok yang lain, yaitu menyenangkan jika diakui dan menyakitkan jika dicela)
1, 2 , 3, 4, 6, 7,
9, 10, 11
5, 8
b. Perhatian terhadap kelompok (disebabkan rasa takut terhadap penolakan)
12, 13,
14, 17 15
2. Kesepakatan a. Kepercayaan terhadap pendapat kelompok (ketergantungan individu terhadap pendapat kelompok sebagai sumber informasi)
19 20, 21, 22
b. Persamaan pendapat dengan pendapat kelompok (adanya kesamaan pendapat antara dirinya dengan pendapat kelompok)
23, 25 24, 26
c. Tidak melakukan penyimpangan terhadap pendapat kelompok (keenganan untuk menjadi orang yang menyimpang karena dikucilkan dan dianggap sebagai orang yang menyimpang)
27, 29,
30, 31 28, 32
3. Ketaatan a. Mengalami tekanan karena ganjaran, ancaman, atau hukuman (tekanan untuk menampilkan perilaku tertentu)
b. Kerelaan dalam memenuhi harapan orang lain (kerelaan dalam memenuhi permintaan kelompok)
46, 47 41, 42, 43, 44
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu58
6. Uji Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas ditujukan untuk mengetahui tingkat keajegan suatu
instrumen, konsistensi internal instrumen yang digunakan sebagai ketetapan
alat ukur. Sehingga dapat menunjukkan instrumen penelitian tersebut dapat
dipercaya dan dpaat dikatakan sebagai instrumen yang baik, maksudnya
adalah instrumen yang dapat dengan ajeg memberikan data sesuai dengan
kenyataan.
Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang baik, apabila
instrumen tersebut memiliki kesamaan dalam waktu yang berbeda sehingga
instrumen dapat digunakan berkali-kali. Pengolahan dilakukan dengan
menggunakan program aplikasi Microsoft Excel 2007 dan IBM SPSS 21 for
windows. Pengujian reliabilitas alat pengumpul data menggunakan rumus
Koefisien Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut.
Keterangan:
Adapun kriteria yang dijadikan sebagai tolak ukur koefisien
reliabilitas yang dikemukakan oleh Guilford (Purnamasari, 2013, hlm. 56)
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.5 Koefisien Reliabilitas
Kriteria Reliabilitas Kategori
0.91 – 1.00 Derajat keterandalan sangat tinggi
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu59
0.71 – 0.90 Derajat keterandalan tinggi 0.41 – 0.70 Derajat keterandalan cukup (sedang) 0.21 – 0.40 Derajat keterandalan rendah
R < 0.20 Derajat keterandalan sangat rendah
Setelah melalui proses perhitungan reliabilitas, didapatkan hasil
sebagai berikut.
Tabel 3.6
Tingkat Reliabilitas Instrumen
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,871 44
Dari hasil perhitungan data untuk mengetahui tingkat reliabilitas dengan
menggunakan aplikasi software IBM SPSS 21 for windows pada 44 butir
item yang valid, diperoleh harga reliabilitas (r hitung) sebesar 0.871 pada α
= 0.05.
Sehingga, dengan melihat kembali tabel 3.5 maka diketahui bahwa
harga reliabilitas instrumen berada pada derajat keterandalan yang tinggi.
Artinya, skor perilaku overconformity mampu menghasilkan skor pada
setiap butir item dengan konsisten dan layak untuk digunakan dalam
penelitian ini.
3.6 Langkah-langkah Penelitian
Pada pelaksanaan peneltian deskriptif ini, langkah yang ditempuh adalah
sebagai berikut:
1. Studi pendahuluan berupa observasi
2. Mengidentifikasi rumusan masalah
3. Mengkaji permasalahan dengan teori-teori yang relevan
4. Melakukan perizinan penelitian kepada pihak SMP Pasundan 3
Rahmi Novitasari, 2014
Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu60
5. Membuat kisi-kisi instrumen dan judgement instrumen kepada dosen
ahli
6. Uji keterbacaan
7. Penyebaran angket
8. Menghitung dan mengolah data
9. Menganalisis hasil instrumen yang digunakan dalam penelitian.
10. Uji validitas dan reliabilitas
11. Mendeskripsikan data
12. Merancang strategi teknik self monitoring untuk mereduksi
overconformity remaja
13. Judgement rancangan program kepada dosen ahli
14. Revisi rancangan program
15. Program
3.7 Analisis Data
Pada penelitian ini, terdapat dua rumusan pertanyaan penelitian, dan
dibawah ini adalah penjabaran jawaban atas pertanyaan tersebut.
1. Pertama, gambaran umum konformitas pada siswa kelas VII SMP
Pasundan 3 Bandung. Dilakukan pengelompokan data menjadi tiga
kategori yaitu: tinggi, sedang dan rendah dengan melalui distributor
skor responden berdasarkan konversi skor yang telat ditentukan, pada
perhitungan skor yang telah ditentukan. Perhitungan skor konformitas
siswa ini adalah dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Menghitung skor total masing-masing responden
2) Menghitung rata-rata dari skor total responden (μ) dengan menggunakan program IBM SPSS 21 for windows
3) Menentukan standar deviasi dari skor total responden (ơ) dengan menggunakan program IBM SPSS 21 for windows
4) Mengelompokkan data menjadi tiga kategori yaitu tinggi,