• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pertimbangan Jaksa Penuntut Umum dalam Melakukan Tuntutan Pidana terhadap Anak yang Melakukan Tindak Pidana T1 312009054 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pertimbangan Jaksa Penuntut Umum dalam Melakukan Tuntutan Pidana terhadap Anak yang Melakukan Tindak Pidana T1 312009054 BAB I"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Anak sebagai generasi muda penerus cita-cita bangsa, oleh sebab itu

anak harus dipersiapkan secara dini sehingga mempunyai potensi bakat dan

kemampuan untuk melanjutkan pembangunan Indonesia kedepan.

Mengingat kedudukan anak memiliki tempat strategis anak harus mendapat

perlakuan khusus guna memperoleh pendidikan, bimbingan dan perlakuan

yang layak terutama dari keluarga yaitu orang tuanya.

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan yang bersih, bagaikan kertas

putih tanpa ada coretan. Orang tua sebagai orang yang dikaruniai anak harus

mendidiknya dengan ajaran, norma-norma yang baik dan membuat sang

anak menjadi anak yang baik budi pekerti dan kelakuannya. Tetapi pada

kenyataanya tidak semua anak menjadi anak yang baik kelakuanya, ada pula

yang menjadi sebaliknya, nakal dan jahat.

Pengertian anak nakal dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997

tentang pengadilan anak terdapat dalam Pasal 1 ayat (2) yang dirumuskan “ anak nakal adalah:

a. Anak yang melakukan tindak pidana; atau

b. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. “

Perilaku anak yang tidak sesuai dengan norma / penyelewengan

(2)

2 hukum dan merugikan masyarakat. Perilaku yang tidak sesuai norma yang

demikian biasanya oleh masyarakat dicap sebagai suatu pelanggaran

nilai-nilai, melanggar norma-norma yang berlaku dan bahkan sebagai suatu

tindak pidana.

Penulis mengambil Kasus pidana pencurian anak dengan usia

tersangka 14 tahun dari latar belakang keluarga yang tidak mampu. Satu

kasus pencurian terjadi di wilayah JL. Tritisrejo Kec. Tingkir Salatiga. Klien

terbukti mencuri satu kardus berisi makanan ringan yaitu dengan merek

Ohayo, dan yang satunya juga kasus pencurian yang dilakukan oleh anak

usia 17 tahun dari latar belakang keluarga yang sederhana. Sang anak

mencuri 2 tabung gas elpiji di sebuah warung makan di Jl. Bima RT.03

RW.08 Kel. Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga.

Dalam Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana mengatur

tentang tindak pidana pencurian secara konvensional, yang dirumuskan:

‘’ Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian

kepunyaan orang lain, dengan maksud dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.”

Berikut adalah pasal yang terkait, dengan tindak pidana pencurian

yang dilakukan oleh anak, dengan keterkaitan pada Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak dengan

Pasal 26 ayat (1) yang dirumuskan:

“ pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, paling lama 1/2 ( satu per dua)

(3)

3 Oleh karena itu penulis hendak meneliti apakah Pasal-Pasal yang

sudah dikemukakan oleh penulis diatas tersebut berlaku untuk tindak pidana

pencurian yang secara khusus dilakukan oleh anak , dan sudah diterapkan

secara benar oleh penegak hukum (Jaksa Penuntut Umum).perhatian penulis

untuk melihat tuntutan dalam putusan tindak pidana yang dilakukan oleh

anak, dan akan difokuskan pada tuntutan atas nama SRI SANTOSO Bin

SUMADI NO. REG. PERKARA: PDM-90/SALTI/Ep.1/07/2011 dan

ANDREAS BAGUS WICORO Bin NUGROHO NO. REG.

PERKARA:PDM-50/SALTI/Ep.1/04/2011.

Melihat dari kejadian-kejadian diatas penulis tertarik menulis tentang

“ pertimbangan Jaksa Penuntut Umum dalam melakukan tuntutan pidana

terhadap anak yang melakukan tindak pidana , karena anak adalah subyek

yang sangat penting dalam pembangunan bangsa, dan sangat menarik untuk

ditulis.

Penulis mengambil judul ini dikarenakan penulis melihat judul ini

belum pernah ada yang menulisnya, sebagai perbandingan skripsi penulis

mengambil beberapa judul skripsi yang dimuat dalam tabel seperti dibawah

(4)

4 Tabel perbandingan skripsi :

(5)

5 B. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial dan hukum tumbuh berkembang

dimasayarakat yang mempunyai nilai dan norma yang diperbolehkan dan

dilarang didalamnya. Terkadang manusia dihadapkan kepada kebutuhan

yang mendesak, kebutuhan pemuas diri dan kadang-kadang keinginan atau

desakan dari dalam dirinya. Untuk mencukupi kebutuhannya, tidak semua

manusia melakukan pekerjaan yang positif atau sesuai dengan norma yang

berlaku, tetapi ada pula manusia yang melakukan pekerjaan yang negatif

yang melanggar norma ataupun melanggar hukum untuk memenuhi

kebutuhannya.

Algra Janssen, mengatakan bahwa hukum pidana adalah alat yang

dipergunakan oleh seseorang penguasa (Hakim) untuk memperingati

mereka yang telah melakukan suatu perbuatan yang tidak dibenarkan, reaksi

dari penguasa tersebut mencabut kembali sebagian dari perlindungan yang

seharusnya dinikmati oleh terpidana atas nyawa, kebebasan dan harta

kekayaan, yaitu seandainya ia tidak melakukan suatu tindak pidana. 1 Dan

ada pula tujuan dari hukum pidana yaitu supaya fungsi hukum sebagai

pengayoman terasa dan terwujud dengan sebenar-benarnya sehingga seluruh

rakyat, bahkan siapapun yang berada di dalam wilayah Republik Indonesia

dapat rasa nyaman tinggal di Negara Indonesia.

Salah satu kasus tindak pidana seperti halnya mencuri untuk

mencukupi kebutuhannya. Mencuri merupakan salah satu perbuatan yang

melanggar norma-norma dalam masyarakat dan akan dikenakan sanksi

1Algra Janssen, hukum pidana “Edisi Revisi”, PT. R

(6)

6 karena perbuatannya. Sebagai mana dijelaskan dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana dalam BAB XXII Pasal 363 yang dirumuskan “

barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau atau sebagian

kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk memiliki secara melawan

hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus ribu.” Hal itu sudah

jelas bahwa mencuri adalah pekerjaan yang melanggar norma dan hukum di

Indonesia. Pencurian tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa namun juga

dilakukan oleh anak. Kurangnya sosialisasi yang terpadu dan menyeluruh

yang dilakukan oleh aparat penegak hukum termasuk Kepolisian hingga

jajaran paling bawah menyebabkan tidak efektifnya pemberian perlindungan

hukum terhadap anak.2

Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan negara yang

akan melanjutrkan tongkat estafet pembangunan serta memiliki peran

strategis, mempunyai ciri, atau sifat khusus yang akan menjamin

kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Oleh karena

itu, setiap anak harus mendapatkan pembinaan diri sejak dini, anak perlu

mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal, baik fisik, mental, maupun sosial. Terlebih lagi

bahwa masa anak-anak merupakan periode penaburan benih, pendirian tiang

pancang, pembuatan pondasi, yang dapat disebut juga sebagai periode

pembentukan watak, kepribadian dan karakter diri seorang manusia, agar

2Ruben Achmad, ”Upaya penyelesaian masalah anak yang berkonflik dengan hukum di kota Palembang, dalam jurnal simbur

(7)

7 mereka kelak memiliki kekuatan dan kemampuan serta berdiri tegar dalam

meniti kehidupan. 3

Anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus cita-cita

bangsa memiliki peran strategis dan mempunyau ciri dan sifat khusus yang

menjamin kelangsungan esistensi bangsa dan negara pada masa depan. 4

Pengertian anak menurut Undang-Undang Kesejahteraan Anak,

Perlindungan Anak dan Pengadilan Anak. Anak adalah seorang manusia

yang belum berusia 18 tahu, termasuk anak yang masih di dalam

kandungan.

Persoalan tentang anak di dunia ini dirasa sebagai persoalan yang tak

kunjung selesai. Bahkan ada beberapa negara dibelahan dunia ini, kondisi

anak-anaknya justru sangat memprihatinkan. Banyak anak-anak yang

menjadi korban kekerasan dikeluarganya atau mengalami penderitaan akibat

peperangan ataupun ikut mengangkat senjata dalam peperangan demi

membela bangsa dan negara masyarakat seolah-olah lupa bahwa anak-anak

sebenarnya merupakan karunia yang tidak ternilai yang dikaruniakan oleh

yang maha kuasa untuk disayang, dikasihi, diasuh, dibina, dirawat atau di

didik oleh kedua orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.5

3 Maidin Gultom, Perlindungan hukum terhadap anak dalam sistem peradilan pidana anak di indonesia, Bandung, Refika

Aditama, 2008, hal 1.

4Mukaddimah Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.

5 M. Joni dan Zulchaina Z. Tanamas, Apek hukum perlindungan anak dan perspektif konvensi hak anak, Bandung, Citra Aditia

(8)

8 Berdasarkan prosentase tindak pidana yang dilakukan oleh anak, hal

ini disebabkan terjadinya tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh anak

yaitu dorongan ekonomi yang membuat anak melakukan tindak pidana

pencurian karena suatu keinginan sendiri oleh anak tersebut, faktor

lingkungan yang mempengaruhi anak, faktor sosial yang dimana adanya

kesenjangan sosial sehingga anak yang berasal dari golongan menengah ke

bawah lebih rentan untuk melakukan tindak pidana pencurian, faktor

keluarga yang kurang memberikan perhatian dan kontrol terhadap

anak-anaknya

Ketika terjadi kenakalan yang dilakukan oleh anak bahkan seperti

tindak pidana pencurian, tentunya sangat meresahkan warga masyarakat

karena masyarakat akan merasa ketidaknyamanan dalam lingkungan

hidupnya, keadaan seperti ini tentu tidak diinginkan oleh warga masyarakat

sehingga masyarakat akan cenderung melakukan peningkatan kewaspadaan

dan upaya-upaya penanggulangan agar tinak pidana seperti pencurian

khususnya yang dilakukan oleh anak bisa berkurang.

Ada dua upaya untuk menanggulanginya, yang pertama preventif dan

represif. Upaya preventif dapat dilakukakan dengan menekan faktor-faktor

yang menjadi penyebabnya seperti dorongan ekonomi, faktor lingkungan,

kesenjangan sosial, faktor keluarga. Sedangkan upaya represif adalah

dengan melakukan penegakan hukum terhadap anak yang melakukan tindak

pidana pencurian berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak dan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang

(9)

9 Penulis mengambil beberapa kasus pencurian yang dilakukan oleh anak:

1. Kasus yang pertama yang bernama Andreas Bagus Wicoro yang

masih berusia 15 tahun dari latar belakang keleuarga yang tidak

mampu. Satu kasus pencurian terjadi di wilayah JL. Tritisrejo Kec.

Tingkir Salatiga. Klien terbukti mencuri satu kardus ciki yaitu

dengan merek Ohayo, Dari kasus yang pertama diatas Balai

Pemasyarakatan (BAPAS) klas I Semarang menyarankan kepada

Jaksa Penuntut Umum dengan tersangka pencuri ciki oyaho yang

berisi berdasarkan hasil penelitian kemasyarakatan dan sidang tim

pengamat pemasyarakatan (TPP) BAPAS klas I Semarang tanggal

31-3-2011 serta rekomendasi kepala BAPAS. Menyarankan

sebaiknya klien dipidana relatif ringan agar sadar hukum dengan

mendapat pembinaan dilembaga pemasyarakatan anak, Jaksa

Penuntun Umum sebenarnya telah melakukan hal yang benar dengan

hanya menuntutnya selama 4 bulan. Namun dalam catatan kriminal

anak tersebut baru pertama kali melakukan perbuatan melanggar

hukum, dalam keseharianya pun anak tersebut cukup sopan dan

terbuka, anak tersebut juga masih mau melanjutkan sekolahnya demi

mencapai cita-cita dimasa depan.

2. Kasus yang kedua dengan Terdakwa Sri Santoso Bin Sumadi pada

hari rabu tanggal 13 April 2011 sekitar pukul 03.00 WIB atau

setidaknya pada suatuwaktu dalam tahun 2011 di warung makan Jl.

Bima RT 03 RW 08 kelurahan Dukuh kecamatan Sidomuksti kota

(10)

10 termasuk dalam daerah hukum Kejaksaan Negeri Salatiga

mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian

kepunyaan orang lain dengan maksud untuk dimiliki secara melawan

hukum yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih dengan

bersekutu.Untuk kasus yang kedua Balai Pemasyarakatan (BAPAS)

klas I Semarang menyarankan kepada Jaksa Penuntut Umum dengan

tersangka pencuri dua tabung gas elpiji yang berisi berdasarkan hasil

penelitian kemsayarakatan (LITMAS) dan sidang tim pengamat

pemasyarakatan (TPP) BAPAS klas I Semarang tanggal 30 mei 2011

serta rekomendasi dari kepala BAPAS Semarang maka kami

menyarankan klien sebaiknya klien : DIPIDANA PENJARA agar

efek pemidanan yang dijalani dapat memberikan pelajaran serta

menyadarkan klien dikemudian hari dan sadar hukum. Jaksa

penuntut umum sebenarnya telah melakukan hal yang benar dengan

hanya menuntut klien dengan tuntutan selama 8 bulan dipotong masa

tahanan. Sebenarnya anak tersebut bersekolah dengan lancar, karena

lemahnya ekonomi orang tuanya jadi anak tersebut tedak bersekolah.

3. Kasus yang ketiga yaitu dua orang anak kembar yang pertama

bernama Deni Fendi Saputra umur 16 th dan Dedi Fendi Saputra

umur 16 th yang kronologinya sebagai berikut: terdakwa 1 Dedi

Fendi Saputra baik bertindak sendiri atau bersama-sama dengan

terdakwa 2 Deni Fendi Saputra, Anto ( belum tertangkap) dan

gentho (belum tertangkap) bahwa pada hari senin tanggal 27 juni

(11)

11 mengambil barang dikonter ELJE yang berada di karangbolong,

Akibat perbuatan terdakwa saksi Joko Setiawan bin Suripto

menderita kerugian yang ditaksir sebesar Rp. 26.000.000,- . Untuk

kasus yang ketiga Balai Pemasyarakatan (BAPAS) klas I Semarang

menyarankan kepada Jaksa Penuntut Umum dengan tersangka

pencuri 12 HP dengan berbagai merk, dan kartu perdana,

berdasarkan hasil penelitian kemsayarakatan (LITMAS) dan sidang

tim pengamat pemasyarakatan (TPP) Balai Pemasyarakatan

(BAPAS) klas I Semarang tanggal 24 Agustus 2011 serta

rekomendasi dari kepala Balai Pemasyarakatan (BAPAS) Semarang

maka kami menyarankan klien sebaiknya klien : Diberikan Pidana

bersyarat dibawah bimbingan dan pengawasan dari Balai

Pemasyarakatan (BAPAS) dan instansi terkait agar sadar hukum.

Akan tetapi para terdakwa dituntut oleh jaksa penuntut umum

masing-masing dengan pidana penjara selama 8 bulan.dalam kasus

ini penulis melihat Jaksa Penuntut Umum kurang

mempertimbangkan apa yang menjadi rekomendasi oleh Balai

Pemasyarakatan (BAPAS).

Dalam hal penuntutan, jaksa mempunyai beberapa pertimbangan

dalam melakukan tuntutan terhadap sebuah kasus, pertimbangan tersebut

sebagai berikut:

1. Terpenuhinya unsur-unsur, unsur disini adalah terpenuhinya seperti

(12)

12

2. Hal-hal yang memberatkan dan meringankan tersangka, adapun hal

yang memberatkan pada umumnya perbuatan tersangka merugikan

orang lain. Adapun yang meringankan anak tersebut berjanji tidak

akan mengulanginya dan mau melanjutkan sekolahnya.

3. Aspek keadan orang tua, dari beberapa kasus tersebut anak tersebut

kurang kasih sayang oleh ibunya, dikarenakan ada yang ibunya

meninggal dan ada yang ibunya menjadi TKW diluar negeri dan

tidak pernah pulang.

4. Rekomendasi dari Balai Pemasyarakatan (BAPAS), Rekomandasi

balai pemasyarakatan sangat penting dalam kasus yang dilakukan

oleh anak karena Balai Pemasyarakatan melakukan penelitian ke

lingkungan tempat tinggal anak dan melakukan wawancara terhadap

lingkungan sekitar.

Penulis menilai apakah hanya gara-gara ciki, anak tersebut di pidana

penjara. Apabila dipenjara tidahkah akan hilang masa depannya, bukan

hanya itu, yang lebih parahnya lagi anak itu bisa juga mengalami tekanan

batinnya, tekanan psikis dan sanksi sosial dari masyarakat. Kasus yang

kedua anak tersebut membantu melancarkan pencurian, uang hasil

pencuriannya pun ia tidak merasakannya. Namun akibat perbuatannya itu ia

dituntut 8 bulan penjara, hal itu tidak setimpal dengan apa yang

dilakukannya.

Kasus yang ketiga anak tersebut memang mencuri handphone dan

menjualnya. Tuntutan jaksa Penuntut Umum menurut saya kurang

(13)

13 merekomendasikan pidana bersyarat. Sebenarnya anak melakukan suatu

perbuatan tidak tahu atau belum tahu akibat yang ditimbulkan oleh

perbuatannya itu, maka dari itu pencurian yang dilakukan oleh anak

sebaiknya diselesaikan dengan mediasi antara korban dan orang tua atau

wali anak tersebut. Apabila dipenjara anak tersebut akan merasa tidak adil

dan yang lebih parahnya lagi anak tersebut akan megalami depresi yang

dapat mengganggu psikis. Anak tersebut bisa juga akan tertanam kebencian

dan balas dendam yang akan diingat sampai dia tua nanti.

Bila kita melihat dalam tuntutan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut

Uumum, Jaksa Penuntut Umum telah mempertimbangkan tuntutannya

dengan melihat pertimbangan Balai Pemasyarakatan yaitu tuntutan pidana

ringan dan sudah melihat pedoman dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak dengan Pasal 26

ayat (1) yang dirumuskan:

“pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, paling lama 1/2 (

satu per dua) dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa“.

Akan tetapi ada permasalahan yang kurang tepat yaitu tuntutan Jaksa

Penuntut Umum, karena dalam Undang-Undang Nomer 3 tahun 1997 BAB

III disebutkan ada pidana dan tindakan. Bararti masih ada pilihan yang lebih

meringankan pelaku pencurian, sedangkan masa depan anak masih panjang

dan mungkin saja masa depanya cerah sebagai penerus bangsa.

Dalam Surat Edaran Jaksa Agung terdapat beberapa faktor yang dapat

meringan kan atau memberatkan tuntutan: Pelaku, Perbuatan, Akibat dari

(14)

14 anak dibawah umur, akibat dari perbuatan mereka hanya kerugian material

salah satu hanya ciki ohayo yang tidak seberapa mahalnya, faktor-faktor lain

mereka bersikap kooperative dalam persidangan tidak mempersulit.

Anak tersebut sebenarnya jangan dikenakan pidana tetapi dalam Pasal

24 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 yang dirumuskan ayat

(1) tindakan yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal ialah:

a. mengembalikan kepada orang tua, wali, atau orang tua asuh;

b. menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan,

pembinaan, dan latihan kerja; atau

c. menyerahkan kepada departemen sosial, organisasi sosial

kemasyarakatan yang bergerak dibidang pendidikan, pembinaan, dan

latihan kerja.

Ayat (2) ” tindakan yang dimaksud ayat (1) dapat disertai terguran dan

syarat tambahan yang ditetapkan oleh Hakim.”

Dalam konvensi tentang hak-hak anak, disetujui oleh Majelis Umum

Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 20 november tahun 1989 Pasal 2

ayat (2) yang dirumuskan

“Negara-Negara Pihak harus mengambil semua langkah yang tepat untuk menjamin bahwa anak dilindungi dari semua bentuk diskriminasi atau hukuman atas dasar status, aktivitas, pendapat yang diutarakan atau

kepercayaan orang tua anak, wali hukum anak atau anggota keluarga anak.”

Walaupun anak menjadi pelaku pidana akan tetapi mereka sebenarnya

harus mendapatkan perlindungan karena status mereka yang masih dibawah

(15)

15 Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002

tentang Perlindungan Anak tidak hanya melindungi dari kekerasan, akan

tetapi melindungi kepentingan-kepentingan yang terbaik bagi anak misalnya

bahwa dalam semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh

pemerintah, masyarakat, badan legislatif, dan badan yudikatif, maka

kepentingan yang terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama.

Yang dimaksud dengan hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan

perkembangan adalah hak asasi yang paling mendasar bagi anak yang

dilindungi negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua

Dimaksud penghargaan terhadap anak adalah penghormatan atas

hak-hak anak untuk berpartisipasi dan menyatakan pendapatnya dalam

pengambilan keputusan terutama jika menyangkut hal-hal yang

mempengaruhi kehidupannya.6

Aspek hukum perlindungan anak, lebih dipusatkan kepada hak-hak

anak yang diatur hukum dan bukan kewajiban, mengingat secara hukum

(yuridis) anak belum dibebani kewajiban. 7

Dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan

Anak terdapat pengertian kesejahteraan anak yaitu: anak yang dapat

menjamin pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar dan baik secara

rahasia, jasmani maupun sosial.

Anak adalah sosok individu yang lemah yang belum dapat

bertanggung jawab atas perbuatanya. Jadi kesejahteraan anak diatur dalam

6

( penjelas pasal 2 Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak).

7

(16)

16 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979. Apabila anak mendapatkan hukuman

penjara semua hak-hak anak tidak dapat terpenuhi seperti fasilitas yang

memungkinkan mereka berkembang secara sehat dan wajar dalam keadaan

bebas dan bermanfaat, mendapat jaminan sosial termasuk gizi yang cukup,

memperoleh pendidikan, rekreasi dan pelayanan kesehatan, dan perumahan.

Hal tersebut akan mengganggu pertubuhan fisik maupun psikisnya. Padahal

diharapkan dapat menjadi penerus perjuangan bangsa.

C. Rumusan Masalah

Bagaimana pertimbangan Jaksa Penuntut Umum dalam melakukan

tuntutan pidana terhadap anak yang melakukan tindak pidana pencurian?

D. Tujuan Penelitian

Menganalisis Dasar-Dasar pertimbangan Jaksa Penuntut Umum dalam

melakukan tuntutan pidana terhadap anak yang melakukan tindak pidana.

E. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan ilmiah bagi

ilmu pengetahuan hukum khususnya pada hukum pidana anak, pada

umumnya dalam pengembangan hukum pidana.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada jaksa

dalam menuntut perkara anak supaya dalam penuntutan Jaksa Penuntut

Umum betul-betul mempertimbangkan kesalahan sesuai dengan pidana

(17)

17 F. Metode Penelitian

Agar tujuan dan manfaat penelitian ini dapat tercapai sebagai mana

yang telah direncanakan, maka untuk itu dibutuhkan suatu metode yang

berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan penelitian ini,

yakni :

1. Lokasi Penelitian : Penulis menetapkan Salatiga sebagai lokasi penelitian

dikarenakan dalam hal ini di Kejaksaan Negeri Salatiga terdapat kasus

pencurian dilakukan oleh anak.

2. Jenis Penelitian : Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian

Yuridis Normatif, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara

meneliti bahan pustaka atau data sekunder. Misalnya: beberapa peraturan

perundang-undangan, keputusan hakin dan pertimbangan jaksa.

3. Pendekatan masalah : pendekatan Undang-Undang (statute’s approach),

pendekatan kasus (case’s approach), pendekatan teori (theory’s approach)

4. Bahan hukum :

a. Primer : Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

Tahun 1945, Kitab Undang Hukum Pidana,

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3

Tahun 1997 tentang Pengadilan anak, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak,

berkas tuntutan, Surat Edaran Jaksa Agung Nomor:

SE-001/J-A/4/1995 dan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2004 tentang

(18)

18

b. Sekunder : makalah, jurnal, artikel

c. Tersier : kamus

5. Unit Amanat : Unit amanat dalam penulisan ini adalah tuntutan

perkara pidana anak dibawah umur di Kejaksaan Negeri Salatiga NO. REG.

PERKARA: 90/SALTI/Ep.1/07/2011 dan REG. PERKARA:

PDM-50/SALTI/Ep.1/04/2011.

6. Metode analisis : Metode analisis yang digunakan adalah yuridis

kualitatif. Yuridis yaitu secara hukum, menurut aturan hukum. Dan

penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang disebut pendekatan

infrstigasi karena biasanya penelitian mengumpulkan data dengan cara

bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang ditempat

Gambar

Tabel perbandingan skripsi :

Referensi

Dokumen terkait

Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

I think Ibu Wahyu must type the minutes, speak more English, and.

Koefisien regresi untuk variabel profesionalitas guru adalah 0,389; berarti bahwa semakin baik profesionalitas guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga, maka kinerja

Dalam kesempatan ini kami moho n bantuan kepada Bapak/Ibu/Sdr/i untuk menjawab pertanyaan yang kami ajukan ini, yang hasilnya nanti akan kami gunakan sebagai data dalam

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mngetahui kadar vitamin C dan mutu organoleptik yang meliputi warna, aroma, tekstur, rasa, dan daya terima pada pembuatan

Bersama ini diberitahukan bahwa setelah diadakan evaluasi oleh Pokja Dinas Kehutanan dan Perkebunan Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kabupaten Aceh Selatan menurut peraturan dan

Bioetanol merupakan bioetanol dengan fermentasi metode destilasi yang hanya bioetanol pada hasil ferment dengan variabel kendali ada adsorbent, waktu adsorpsi Ca 3 (PO4) 2

Rasa syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas rahmat, waktu dan petunjuk dalam proses penyelesaian skripsi dengan judul “Analisis Konflik Ekonomi Terhadap Ketetapan Protokol