• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar melakukan operasi perkalian dan pembagian untuk siswa kelas IV sekolah dasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar melakukan operasi perkalian dan pembagian untuk siswa kelas IV sekolah dasar."

Copied!
248
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR MELAKUKAN OPERASI PERKALIAN DAN

PEMBAGIAN UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Oleh:

Agdyah Eka Ning Ndaru NIM:131134037

Universitas Sanata Dharma 2017

Penelitian ini dilakukan karena adanya potensi dan masalah yang berkaitan dengan pembuatan tes hasil belajar. Masalah yang dihadapi oleh guru kelas adalah kesulitan dalam membuat tes hasil belajar yang berkualitas baik. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R&D) yang bertujuan (1) untuk mengembangkan tes hasil belajar dan (2) mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar untuk kompetensi dasar melakukan operasi perkalian dan pembagian untuk siswa kelas IV SD. Prosedur pengembangan produk tes hasil belajar ini peneliti memodifikasi langkah-langkah pengembangan menurut Borg dan Gall yang meliputi tujuh langkah pengembangan. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas IV SD N Jetis yang berjumlah 66 siswa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) langkah-langkah penelitian pengembangan yaitu (a) potensi dan masalah, (b) pengumpulan data, (c) desain produk, (d) validasi desain, (e) revisi desain, (f) uji coba produk, (g) revisi produk, (2) hasil analisis butir soal pada 60 butir soal tes diperoleh (a) soal valid sebanyak 29 butir soal (b) hasil analisis reliabilitas menunjukkan bahwa soal reliabel serta termasuk ke dalam kategori tinggi, (c) analisis daya pembeda diperoleh hasil soal 97% dengan kategori baik dan 3% soal dengan kategori baik sekali, (d) analisis tingkat kesukaran diperoleh hasil 72% mudah, 28% sedang, (e) analisis pengecoh diperoleh hasil sebanyak 25 option tidak berfungsi dan telah direvisi.

Kata kunci: pengembangan, tes hasil belajar, dan matematika

(2)

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT TEST BASIC COMPETENCE MULTIPLICATION AND DIVISION OPERATION FOR THE FOURTH GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY

SCHOOL

Agdyah Eka Ning Ndaru 131134037

Sanata Dharma University 2017

This research begin with potential and problem related with achievement test. The problem that faced by the teacher is feels difficult to make an achievement test that has a good quality. Type of this research is Research and Development (R&D) that head for (1) develop achievement test and (2) describe the quality product of this research for multiplication and division for the fourth grade elementary school students basic competence. The procedur of this research use steps that developed by Borg and Gall that consist of 7 steps. Subject of this research are fourth grade students of SD N Jetis totaly 66 students.

Result of this research shows that (1) the steps of this development research are (a) potential and problems (b) collect data (c) product design (d) design validation (e) design revision (f) product experiment (g) product revision, (2)Result of analysis 60 questions are (a) total of valid question are 29 questions

(b) analysis of reliability shows that questions included to high category (c) analysis of the distinguishing result are 97% incluided to good category and 3% included to very good category (d)analysis of the difficulties result are 72% easy and 28% medium, (e) analysis of the distaction result are 25 options did not work and had revision.

(3)

PERKALIAN DAN PEMBAGIAN UNTUK

SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Agdyah Eka Ning Ndaru NIM: 131134037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

(4)
(5)
(6)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur skripsi saya persembahkan kepada:

1. Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi.

2. Kedua orang tua saya, Bapak Agus Surojo dan Ibu Bandiyah yang telah membimbing, memberikan doa, dukungan, perhatian, dan kasih sayang yang tulus.

3. Adikku Windy Dwiarini yang selalu memberikan motivasi.

(7)

MOTTO

Man jadda wajada

Siapa bersungguh-sungguh pasti berhasil”

“ Terkadang, kesulitan harus kamu rasakan terlebih dulu

sebelum kebahagian yang sempurna datang kepadamu ”

(RA Kartini)

Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan)

ketetapan Tuhanmu”

(Ai-Insaan:24)

Ora kabeh wong seneng karo apa sing dewek lakoni.

Ora papa, sing penting dewek niate apik lan nglakoni sing bener

(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 12 April 2017 Penulis

Agdyah Eka Ning Ndaru

(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Agdyah Eka Ning Ndaru

Nomor Mahasiswa : 131134037

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar

Melakukan Operasi Perkalian dan Pembagian untuk Siswa Kelas IV Sekolah

Dasar”

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 12 April 2017 Yang menyatakan

Agdyah Eka Ning Ndaru

(10)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR MELAKUKAN OPERASI PERKALIAN DAN

PEMBAGIAN UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Oleh:

Agdyah Eka Ning Ndaru NIM:131134037

Universitas Sanata Dharma 2017

Penelitian ini dilakukan karena adanya potensi dan masalah yang berkaitan dengan pembuatan tes hasil belajar. Masalah yang dihadapi oleh guru kelas adalah kesulitan dalam membuat tes hasil belajar yang berkualitas baik. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R&D) yang bertujuan (1) untuk mengembangkan tes hasil belajar dan (2) mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar untuk kompetensi dasar melakukan operasi perkalian dan pembagian untuk siswa kelas IV SD. Prosedur pengembangan produk tes hasil belajar ini peneliti memodifikasi langkah-langkah pengembangan menurut Borg dan Gall yang meliputi tujuh langkah pengembangan. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas IV SD N Jetis yang berjumlah 66 siswa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) langkah-langkah penelitian pengembangan yaitu (a) potensi dan masalah, (b) pengumpulan data, (c) desain produk, (d) validasi desain, (e) revisi desain, (f) uji coba produk, (g) revisi produk, (2) hasil analisis butir soal pada 60 butir soal tes diperoleh (a) soal valid sebanyak 29 butir soal (b) hasil analisis reliabilitas menunjukkan bahwa soal reliabel serta termasuk ke dalam kategori tinggi, (c) analisis daya pembeda diperoleh hasil soal 97% dengan kategori baik dan 3% soal dengan kategori baik sekali, (d) analisis tingkat kesukaran diperoleh hasil 72% mudah, 28% sedang, (e) analisis pengecoh diperoleh hasil sebanyak 25 option tidak berfungsi dan telah direvisi.

Kata kunci: pengembangan, tes hasil belajar, dan matematika

(11)

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT TEST BASIC COMPETENCE MULTIPLICATION AND DIVISION OPERATION FOR THE FOURTH GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY

SCHOOL

Agdyah Eka Ning Ndaru 131134037

Sanata Dharma University 2017

This research begin with potential and problem related with achievement test. The problem that faced by the teacher is feels difficult to make an achievement test that has a good quality. Type of this research is Research and Development (R&D) that head for (1) develop achievement test and (2) describe the quality product of this research for multiplication and division for the fourth grade elementary school students basic competence. The procedur of this research use steps that developed by Borg and Gall that consist of 7 steps. Subject of this research are fourth grade students of SD N Jetis totaly 66 students.

Result of this research shows that (1) the steps of this development research are (a) potential and problems (b) collect data (c) product design (d) design validation (e) design revision (f) product experiment (g) product revision, (2)Result of analysis 60 questions are (a) total of valid question are 29 questions (b) analysis of reliability shows that questions included to high category (c) analysis of the distinguishing result are 97% incluided to good category and 3% included to very good category (d)analysis of the difficulties result are 72% easy and 28% medium, (e) analysis of the distaction result are 25 options did not work and had revision.

Keywords: development, achievment test, and mathematic

(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan kasihNya sehingga penulis telas menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar Melakukan Operasi Perkalian dan Pembagian Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”. Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dalam program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT, yang selalu memberikan nikmat kesehatan serta kelancaran selama kegiatan penelitian hingga penyelesaian laporan skripsi.

2. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin kepada peneliti sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan lancar.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan arahan dan bimbingan yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan arahan dan bimbingan yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

(13)

7. Drs. Suharyana selaku Kepala Sekolah SD N Jetis yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di SD N Jetis. sehingga produk tersebut menjadi lebih baik dan layak digunakan dalam penelitian ini.

11. Subagiyono, S.Pd. selaku Guru Kelas IV SD N Jetis yang telah memberikan kritik dan saran serta penilaian pada produk tes hasil belajar sehingga memberikan dukungan baik moril maupun materiil kepada peneliti.

14. Muhty Prasetyo yang selalu memberikan perhatian, semangat disetiap waktu, dan yang selalu mendengarkan keluhkesahku.

15. Teman-teman mahasiswa PGSD angkatan 2013 yang selalu membantu dan saling mendukung dalam penyusunan skripsi ini.

16. Teman-teman PPL SD N Jetis yang tidak sengaja dipersatukan selama tiga bulan di PPL sehingga saling memberi dukungan dan semangat dalam penyusunan skripsi.

17. Teman-teman cluster dan payung R&D THB yang saling membantu dalam suka maupun duka, berjuang bersama dan bekerja sama selama beberapa bulan ini hingga terselesainya laporan skripsi.

(14)

18. Almamater Universitas Sanata Dharma.

19. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih untuk bantuan dan dukungan dalam pelaksanaan penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.

Peneliti menyadari masih banyak keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan tugas akhir ini oleh karena itu penulis membutuhkan saran dan kritik yang membangun penulis di masa depan. Akhirnya, semoga penulisan tugas akhir ini bermanfaat bagi siapa saja yang berkepentingan.

Yogyakarta, 12 April 2017

Peneliti,

Agdyah Eka Ning Ndaru

(15)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D.Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F.Definisi Operasional ... 8

G.Spesifikasi Produk ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A.Kajian Pustaka ... 11

1)Tinjauan tentang Tes Hasil Belajar ... 11

a.Definisi Tes ... 11

b.Definisi Belajar ... 12

(16)

c.Definisi Hasil Belajar ... 13

d.Definisi Tes Hasil Belajar ... 14

e.Tes Hasil Belajar ... 15

f.Bentuk Tes Hasil Belajar ... 17

g.Tes Pilihan Ganda ... 22

h.Kelebihan dan Kekurangan Tes Tipe Pilihan Ganda ... 23

i. Kaidah Penulisan Tes Tipe Pilihan Ganda ... 25

2)Konstruksi Tes Hasil Belajar ... 28

a.Validitas ... 28

b.Reliabilitas ... 33

c.Karakteristik Butir Soal... 34

1) Daya Pembeda ... 34

2) Tingkat Kesukaran ... 35

3) Analisis Pengecoh ... 36

3)Pengembangan Tes Hasil Belajar ... 36

4)Matematika ... 42

5)Kompetensi Dasar Melakukan Operasi Perkalian dan Pembagian ... 43

a.Kompetensi Dasar ... 43

b.Perkalian ... 44

c.Pembagian ... 44

6)Taksonomi Tes Hasil Belajar ... 45

B.Penelitian yang Relevan ... 47

C.Kerangka Berpikir ... 52

D.Pertanyaan Penelitian ... 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 55

A.Jenis Penelitian ... 55

B. Setting Penelitian ... 60

C. Prosedur Pengembangan ... 61

D.Teknik Pengumpulan Data ... 66

E. Instrumen Penelitian ... 69

F.Tenik Analisis Data ... 73

(17)

A.Hasil penelitian ... 86

1.Langkah-langkah Pengembangan Perangkat Tes Hasil Belajar ... 86

2.Kualitas Perangkat Tes Hasil Belajar ... 92

B. Pembahasan... 101

1.Langkah-langkah Pengembangan Perangkat Tes Hasil Belajar ... 101

2.Kualitas Perangkat Tes Hasil Belajar ... 107

BAB V PENUTUP ... 119

A.Kesimpulan ... 119

B. Keterbatasan Pengembangan ... 121

C. Saran ... 121

DAFTAR PUSTAKA ... 123

LAMPIRAN ... 126

(18)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Pedoman wawancara analisis kebutuhan ... 70

Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner ... 71

Tabel 3.3 Indikator Soal Tes ... 72

Tabel 3.4 Kualifikasi skor validator ahli ... 74

Tabel 3.5 Kriteria Validitas ... 76

Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas ... 78

Tabel 3.7 Kriteria Daya Pembeda ... 80

Tabel 3.8 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 82

Tabel 4.1 Rekapitulasi Penilaian Validator Ahli ... 88

Tabel 4.2 Komentar Validator dan Revisi Desain... 89

Tabel 4.3 Daftar Pengecoh yang Tidak Berfungsi ... 91

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Soal Tipe A ... 92

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Soal Tipe B ... 93

Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas ... 94

Tabel 4.7 Daya Pembeda Soal Tipe A ... 95

Tabel 4.8 Daya Pembeda Soal Tipe B... 96

Tabel 4.9 Tingkat Kesukaran Soal Tipe A ... 97

Tabel 4.10 Tingkat Kesukaran Soal Tipe B ... 98

Tabel 4.11 Hasil Analisis Pengecoh Tipe Soal A ... 99

Tabel 4.12 Hasil Analisis Pengecoh Tipe Soal B ... 100

Tabel 4.13 Analisis Hasil Validasi Ahli ... 103

Tabel 4.14 Revisi Pengecoh ... 105

Tabel 4.15 Pembahasan Validitas Soal Tipe A ... 108

Tabel 4.16 Pembahasan Validitas Soal Tipe B ... 108

Tabel 4.17 Pembahasan Hasil Uji Analisis Reliabilitas Soal Tipe A ... 109

Tabel 4.18 Pembahasan Hasil Uji Analisis Reliabilitas Soal Tipe B ... 110

Tabel 4.19 Pembahasan Hasil Uji Analisis Daya Pembeda Soal Tipe A ... 110

(19)

Tabel 4.21 Pembahasan Hasil Uji Analisis Tingkat Kesukaran Soal Tipe A ... 112

Tabel 4.22 Pembahasan Hasil Uji Analisis Tingkat Kesukaran Soal Tipe B ... 113

Tabel 4.23 Pembahasan Hasil Uji Analisis Pengecoh Soal Tipe A ... 114

Tabel 4.24 Pembahsan Hasil Uji Analisis Pengecoh Soal Tipe B ... 116

(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Literature Map Penelitian yang Relevan ... 51

Gambar 3.1 Bagan Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan Borg dan Gall.57 Gambar 3.2 Bagan Pengembangan Tes Hsil Belajar ... 62

Gambar 3.3 Hasil validitas Pada Program TAP ... 77

Gambar 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Pada Program TAP ... 79

Gambar 3.4 Hasil Uji Daya Pembeda Pada Program TAP ... 81

Gambar 3.5 Hasil Tingkat Kesukaran Pada Program TAP ... 83

Gambar 3.6 Hasil Analisis Pengecoh Pada Program TAP ... 85

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 127

Lampiran 2 Surat Ijin Validasi Instrumen ... 128

Lampiran 3 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 129

Lampiran 4 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 130

Lampiran 5 Tabel Spesifikasi Produk ... 133

Lampiran 6 Hasil Validasi Butir Soal Tipe A ... 165

Lampiran 7 Hasil Validasi Butir Soal Tipe B ... 166

Lampiran 8 Hasil Validasi Ahli ... 168

Lampiran 9 Soal Uji Coba Tipe A ... 184

Lampiran 10 Soal Uji Coba Tipe B ... 192

Lampiran 11 Jawaban Siswa Soal Tipe A... 200

Lampiran 12 Jawaban Siswa Soal Tipe B ... 201

Lampiran 13 Hasil Uji Analisis TAP Soal ... 202

Lampiran 14 Hasil Uji Analisis Pengecoh ... 209

Lampiran 15 rtabel Validitas ... 225

Lampiran 16 Dokumentasi Uji Coba Produk ... 226

Lampiran 17 Curriculum Vitae ... 228

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi uraian latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk diharapkan, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan peran tenaga pendidik sangat penting. Pendidikan sendiri merupakan usaha sadar untuk menyiapkan siswa melalui bimbingan pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di

masa yang akan datang (Simanjuntak, 1993: 40). Pendidikan berperan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan

mampu berkompetisi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk memperoleh hasil maksimal. Oleh sebab itu pendidikan hendaknya dikelola,

baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut dapat dicapai dengan terlaksananya pendidikan yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran

(Simanjuntak, 1993:41).

Proses pembelajaran yang dilakukan guru hendaknya mampu memotivasi dan meningkatkan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Mengajar

tidak hanya dinilai dari hasilnya saja, tetapi yang terpenting adalah perkembangan pribadi anak. Walaupun mempelajari hal yang baik, akan

(23)

memberikan pengalaman dan membangkitkan bermacam-macam sifat dan sikap dari diri anak, maka guru harus bisa memilih metode dan media pembelajaran yang cocok agar anak dapat berkembang dengan baik.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari siswa mulai dari jenjang pendidikan dasar. Bagi sebagian siswa matematika bukanlah mata pelajaran yang menyenangkan, bahkan ada yang menganggap

matematika adalah pelajaran yang menakutkan. Oleh karena itu, agar siswa menyukai pelajaran matematika pembelajaran harus dibuat menarik dan

menyenangkan dengan menggunakan metode inovatif yang mudah dipahami. Namun fakta di lapangan sangat berbeda, pembelajaran lebih didominasi oleh

guru. Guru biasanya mengajar dengan menjelaskan dan dilanjutkan memberikan tugas. Hal tersebut dapat membuat pembelajaran menjadi menjenuhkan, siswa menjadi tidak semangat, keaktifan siswa kurang, serta

prestasi belajar siswa menjadi rendah.

Matematika di dalamnya mencangkup penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Perkalian pada siswa sekolah dasar umunnya wajib

menghafalkan perkalian dari 1 sampai 10. Hal ini akan sangat membantu siswa di dalam penyelesaian penghitungan yang akan melibatkan perkalian. Akan tetapi, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan di dalam

mengerjakan soal hitung perkalian dikarenakan mereka belum hafal perkalian 1 sampai 10 yang menjadi dasar perkalian. Hal ini dikarenakan banyak faktor

(24)

tanya jawab, latihan, dan tugas. Guru di sini tidak menggunakan alat peraga yang membantu saat pembelajaran berlangsung sehingga pembelajaran terkesan monoton saja. Selain itu, guru juga tidak menggunakan metode

berhitung yang membantu siswa untuk mempermudah dalam pembelajaran perkalian dan pembagian. Siswa di sini terbebani oleh ingatannya untuk

menghafalkan perkalian maupun pembagian, kebanyakan mereka terpaksa sehingga pembelajaran di sini terasa sangat membosankan. Pastinya sangat bertentangan dengan dunia mereka yang masih penuh dengan suasana

bermain melainkan harus menghafal perkalian dan pembagian.

Pembelajaran ini juga terjadi di SD Negeri Jetis, Sumberagung, Jetis,

Bantul. Pembelajaran di sini masih didominasi oleh guru saja. Guru di sini hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab, latihan, dan tugas. Dalam pembelajaran perkalian dan pembagian guru memberikan tugas kepada

siswanya untuk menghafalkan perkalian dan pembagaian tanpa memberikan teknik berhitung yang dapat mempermudah siswa dalam belajar perkalian dan

pembagian. Cara ini nantinya membuat suasana pembelajaran akan menjadi jenuh. Serta suasana ini akan membuat suasana pembelajaran menjadi jenuh.

Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan peningkatan kualitas pembelajaran dan peningkatan kualitas penilaian. Kualitas pembelajaran itu

dapat dilihat dari hasil penilaiannya atau hasil assessment. Suraparanata, (2012 : 148) memaparkan bahwa penilaian adalah suatu prosedur sistematis

(25)

menginterprestasikan informasi yang dapat digunakan untuk membuat suatu kesimpulan mengenai karakteristik seseorang atau obyek. Hasil penilaian didapatkan dari penguji menggunakan alat bantu ukur berupa tes maupun

non-tes. Semakin baik alat ukur yang digunakan akan semakin baik pula data yang akan dihasilkannya.

Untuk yang baik digunakan adalah valid dan reliabel. Tes dapat dikatakan

valid jika tes itu benar-benar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Tes dikatakan reliabel jika tes tersebut dapat dipercaya, di mana hasil yang

akan dicapai nantinya itu tetap atau konstan maka tes tersebut dapat dikatakan reliabel. Alat ukur yang digunakan pun harus memiliki tingkat kesukaran

yang proprosional dengan kategori dari sedang, mudah, dan sukar. Serta tingkat kesukaran, ada daya pembeda yang harus dilihat dalam menyusun tes hasil belajar. Sulistyorini (2009 : 173) memaparkan bahwa daya pembeda

harus dimiliki oleh alat ukur yang baik untuk membedakan kemampuan peserta tes yang pandai dengan peserta tes yang kurang pandai. Alat ukur

pada pilihan ganda, terdapat juga pengecoh yang harus diperhatikannya. Pengecoh di sini berperan ketika peserta tes memilih jawaban yang salah. Jadi, alat ukur yang dikatakan baik jika di dalam soal tes terdapat daya

pembeda, tingkat kesukaran, serta analisis pengecoh.

Peneliti telah melakukan wawancara dengan guru kelas IV SD Negeri Bantulan di Kabupaten Bantul. Wawancara yang dilaksanakan pada tanggal

(26)

waktu yang cukup lama, serta saat mengoreksi soal uraian membutuhkan waktu yang lebih lama pula, (2) guru tau mengenai konstruksi tes yang baik tetapi belum maksimal, (3) guru membutuhkan prototype soal matematika

yang berkualitas baik (valid dan reliabel serta diketahui karakteristik butir soal seperti daya beda, pengecoh, dan indeks kesukaran yang baik) salah

satunya pada materi perkalian dan pembagian untuk siswa kelas IV SD dikarenakan siswa masih kesulitan dalam memahami materi tersebut.

Berdasarkan dari hasil analisis kebutuhan di atas, peneliti terdorong untuk

melakukan pengembangan tes hasil belajar dengan melakukan penelitian dan pengembangan Research and Development. Tes hasil belajar yang

dikembangkan oleh peneliti menggunakan dimensi kognitif dari Taksonomi Bloom yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Penelitian yang dikembangkan berjudul: “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar Melakukan

Operasi Perkalian Dan Pembagian Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”.

B. Pembatasan Masalah

Peneliti melakukan pembatasan masalah pada penelitian ini yang meliputi: 1. Alat ukur yang dikembangkan mengukur ranah kognitif.

2. Alat ukur untuk mata pelajaran matematika pada standar kompetensi

memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah, kompetensi dasar 1.3 melakukan operasi perkalian

(27)

3. Materi yang digunakan adalah perkalian dan pembagian untuk kelas IV SD.

4. Tes yang dilakukan ialah bentuk tes pilihan ganda dengan 4 pilihan

jawaban.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dirumuskan sebagai

berikut.

1. Bagaimana mengembangkan tes hasil belajar kompetensi dasar melakukan operasi hitung perkalian dan pembagian untuk siswa kelas IV SD ?

2. Bagaimana kualitas produk tes hasil belajar kompetensi dasar melakukan

operasi hitung perkalian dan pembagian untuk siswa kelas IV SD?

D. Tujuan Penelitian

1. Mengembangkan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar melakukan operasi hitung perkalian dan pembagian untuk siswa kelas IV

SD sesuai langkah-langkah.

2. Mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar kompetensi dasar

melakukan operasi hitung perkalian dan pembagian untuk siswa kelas IV SD.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini mencakup 2 hal yaitu manfaat teoritis dan

(28)

1. Manfaat Teoritis

Mampu menambah pengetahuan dan dapat menggali kemampuan siswa yang berdasarkan kompetensi dasar melakukan operasi hitung

perkalian dan pembagian.

2. Manfaat Praktis : a. Bagi Peneliti

Mendapatkan pengalaman membuat dan mengembangkan tes hasil belajar siswa kompetensi dasar melakukan operasi hitung perkalian

dan pembagian dan melakukan analisis butir soal untuk mengetahui kualitasnya.

b. Bagi Guru

Dapat memberikan contoh soal tes hasil belajar pada kompetensi dasar melakukan operasi hitung perkalian dan pembagian matematika untuk siswa kelas IV SD yang sudah diketahui kualitasnya.

c. Bagi Siswa

Siswa mendapatkan pengalaman dalam mengerjakan soal

matematika ranah kognitif dari level mengingat (C1) sampai dengan mencipta (C6).

d. Bagi Sekolah

(29)

F. Definisi Operasional

1. Tes hasil belajar adalah alat ukur untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa terutama pada ranah kognitif.

2. Kompetensi dasar adalah kompetensi minimal yang harus dicapai oleh siswa untuk menunjukkan bahwa siswa telah memahami standar kompetensi yang telah ditetapkan, kompetensi dasar merupakan

penjabaran dari standar kompetensi.

3. Kompetensi dasar adalah kemampuan yang harus dicapai siswa dalam setiap standar kelulusan.

4. Perkalian adalah penjumlahan secara berulang. Oleh karena itu, kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum mempelajari perkalian adalah penguasaan penjumlahan.

5. Pembagian adalah pengurangan berulang sampai habis. Kemampuan

prasyarat yang harus dimiliki siswa dalam mempelajari konsep pembagian adalah pengurangan dan perkalian.

6. Validitas adalah ketepatan alat penilaian dalam menilai apa yang harus dinilai.

7. Reliabilitas adalah keajegan alat penelitian dalam menilai.

8. Daya pembeda adalah kesanggupan soal untuk dapat membedakan

(30)

9. Tingkat kesukaran adalah proporsi peserta tes yang menjawab dengan benar.

10. Pengecoh adalah pilihan jawaban yang bukan merupakan kunci

jawaban.

G. Spesifikasi Produk

1. Instrumen tes hasil belajar untuk mengukur ranah kognitif pada

kompetensi dasar melakukan operasi perkalian dan pembagian.

2. Instrumen pilihan ganda dilengkapi dengan SK-KD, indikator, soal option jawaban, kunci jawaban, ranah kognitif yang diukur, dan tingkat kesukaran.

3. Instrumen pilihan ganda sudah diuji validitas atas dasar taraf signifikan 5% .

4. Instrumen pilihan ganda variabel dengan kategori cukup.

5. Instrumen pilihan ganda sudah diuji daya pembeda kategori baik dan berkategori baik sekali.

6. Instrumen pilihan ganda sudah diuji tingkat kesukarannya mudah, sedang, dan sukar.

7. Instrumen pilihan ganda sudah diuji analisis pengecoh. Pengecoh dapat dikatakan berfungsi apabila dipilih oleh 5% dari pengikut tes.

(31)
(32)

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini peneliti membahas mengenai kajian pustaka, penelitian yang

relevan, kerangka berfikir, dan pertanyaan penelitian.

A. Kajian Pustaka

Kajian pustaka pada penelitian ini membahas mengenai teori-teori yang

mendukung penelitian yaitu, tes hasil belajar, bentuk tes pilihan ganda, konstruksites hasil belajar, dan pengembangan tes hasil belajar.

1. Tes Hasil Belajar

a. Definisi Tes

Arikunto (1984: 43) memaparkan bahwa tes merupakan alat

atau prosedur yang dipergunakan. Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan misalnya: melingkari salah satu huruf di depan pilihan jawaban, menjelaskan, mencoret jawaban

yang salah, melakukan tugas atau suruhan, menjawab secara lisan dan sebagainya.

Nurkancara dan Sumartana (1983: 39), tes adalah suatu cara untuk melakukan penilaian yang terbentuk tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa untuk mendapatkan data tentang nilai dan prestasi siswa tersebut yang dapat dibandingkan dengan yang dicapai kawan-

kawannya atau nilai standar yang ditetapkan. Oleh karena itu, perlu

(33)

diingat dan dipahami bahwa tes yang disusun hendaklah mewakili aspek-aspek yang akan diukur. Djemari (dalam Putro, 2012: 57) tes merupakan salah satu cara untuk menaksirkan besarnya kemampuan

seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan. Heaton (dalam, Arifin 2011:

226), misalnya, membagi tes menjadi empat bagian, yaitu tes prestasi belajar (achievement test), tes penguasaan (proficiency test), tes bakat (aptitude tes), dan tes diagnostik (diagnostic tes).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah alat bantu atau prosedur dalam bentuk sebuah

pertanyaan yang disusun dengan sistematis. Alat bantu tes digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Setiap peserta tes harus mendapat item-item yang sama dan dalam kondisi yang sama pula.

b. Definisi Belajar

Belajar merupakan salah satu kegiatan yang ada di dalam dunia pendidikan. Bell Gretler (dalam Muhlisrarini 1986: 11) adalah

proses yang dilakukan oleh manusia dalam upaya mendapatkan aneka ragam kompetensi, skill, dan sikap. Ketiganya itu diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan dari mulai masa bayi sampai

dengan masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Pendidikan formal, informal, dan non formal merupakan sarana yang

(34)

Sedangkan menurut Hudojo (1981: 2), belajar adalah suatu proses mendapatkan pengetahuan atau pengalaman sehingga mampu mengubah tingkah laku manusia dan tingkah laku ini menjadi tetap,

tidak akan berubah lagi dengan modifikasi yang sama.

Menurut Meier (dalam Yamin, M. 2007: 75), belajar adalah suatu proses mengubah pengalaman menjadi pengetahuan,

pengetahuan menjadi pengalaman, pemahaman menjadi kearifan, dan kearifan menjadi keaktifan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah pengetahuan atau pengalaman serta mendapatkan aneka ragam kompetensi, skill, dan sikap.

c. Definisi Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Purwanto (2009: 34) merupakan perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan perilaku ini diupayakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang dapat berupa

aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Susanto ( 2013: 5) hasil belajar yaitu perubahan-perubahan

yang terjadi pada diri siswa baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar.

Menurut Sudjana (2010: 22) hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

(35)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa akibat dari pengalaman belajarnya. Hasil belajar dapat digunakan

oleh guru untuk memberikan informasi tentang kemajuan siswa atas pengalaman pembelajaran baik dari aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

d. Definisi Tes Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Yusuf (2015: 181) bahwa belajar

merujuk kepada tingkat pencapaian dan kemajuan peserta di dalam belajar. Tingkat pencapaian ini akan tercermin dalam berbagai aspek

antara lain (1) konitif, (2) afektif, dan (3) psikomotor.

Sementara menurut Gronund (dalam Yusuf 2015: 183) mengemukakan tes hasil belajar mensupport dan memperkuat komponen-komponen yang lain dalam proses pembelajaran.

Sementara Hill (dalam Yusuf 2015: 184) berpendapat bahwa tes hasil belajar (Achievement test) dirancang untuk mengukur apa

yang telah dipelajari dalam bidang studi/ mata pelajaran yang bersifat formal.

Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar adalah instrumen pengukuran

(36)

dalam belajar sesuai dengan karakteristik individualitas masing- masing.

e. Ciri-ciri Hasil Belajar

Suwarto (2013: 93) mengemukakan beberapa ciri-ciri tes hasil belajar yang baik, yaitu validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran butir, dan daya beda butir .

1. Validitas

Validitas merupakan pertimbangan yang paling pokok di dalam mengembangkan dan mengevaluasi tes.

2. Reliabilitas

Suatu alat ukur disebut mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya, jika alat ukur itu mantap, dalam pengertian

bahwa alat ukur stabil, dapat diandalkan, dan dapat digunakan untuk meramalkan. Reliabilitas diartikan sebagai tingkat

konsistensi suatu alat ukur.

3. Tingkat Kesukaran Butir

Merupakan rerata dari suatu distribusi skor kelompok dari

(37)

4. Daya beda butir

Sebagai pembeda antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah, Arikunto

(2013: 72) mengatakan bahwa sebuah tes dapat dikatakan baik alat ukur, harus memenuhi persyaratan tes yaitu ada validitas,

reliabilitas, objektivitas, praktibilitas, dan ekonomi.

a. Validitas

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut tepat saat

mengukur apa yang seharusnya diukur.

b. Reliabilitas

Tes dapat dikatakan dapat dipercaya jika memberikan

hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan.

c. Objektivitas

Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam

melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi.

d. Praktibilitas

(38)

dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas.

e. Ekonomi

Yang dimaksud ekonomis adalah bahwa dalam pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos atau biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tes dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur, apabila memenuhi persyaratan tes yaitu validitas, reliabilitas,

objektivitas, praktibilitas, dan ekonomis.

f. Bentuk Tes Hasil Belajar

Yusuf (2015: 205) memaparkan bahwa dilihat dari bentuk soalnya,

tes hasil belajar ini dibedakan menjadi dua macam yaitu tes esai dan tes objektif. Tes esai lebih banyak digunakan untuk mengukur

kemampuan yang lebih tinggi dalam kawasan kognitif, seperti menggunakan, menganalisis, menilai dan berfikir kreatif, sebab

melalui tes tipe ini peserta didik diajak untuk dapat menerangkan, mengungkapkan, menciptakan, membandingkan, maupun menilai suatu ojek evaluasi. Dan tes uraian dibedakan menjadi dua, yaitu tes

esai bebas dan tes esai terbatas.

(39)

dia ketahui. Bebas beragumentasi, berkenaan dengan suatu butir soal, dan menurut pandangan masing-masing. Tes esai terbatas adalah tes yang sedikit lebih mengikat peserta ujian, tetapi lebih membantu

pada sebagian orang lain dan juga pada waktu menilai ujian.

Macam tes hasil belajar yang kedua adalah tes objektif. Tes objektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-

butir soal yang dijawab oleh peserta tes dengan jalan memilih salah satu atau lebih diantara beberapa jawaban yang telah disediakan. Tes

objektif dibedakan menjadi tujuh yaitu,

1. Tes objektif betul-salah (True-False)

Tes objektif bentuk betul-salah digunakan untuk menguji

kemampuan mengidentifikasi kebenaran pernyataan suatu fakta, definisi istilah, maupun pernyataan prinsip. Tes objektif bentuk betul-salah untuk mengukur kemampuan belajar tingkat

rendah, terutama yang berhubungan dengan pengenalan atau meningkatkan fakta/ pengetahuan, kemampuan membedakan

fakta dari pendapat, atau untuk mengenal relasi sebab-akibat.

2. Tes objektif pilihan ganda

Tes objektif pilihan ganda adalah terbagi dalam dua bagian.

(40)

yang belum selesai. Serta bagian kedua adalah option di sini adalah jawaban yang telah disediakan.

3. Tes objektif menjodohkan

Tes objektif menjodohkan ini terdiri dua bagian, yaitu pokok persoalan dan kemungkinan jawaban. Biasanya kedua bagian itu ditempatkan sejajar atau pokok persoalan di sebelah

kanan dan jawaban di sebelah kiri.

4. Tes objektif bentuk kecuali

Tes objektif bentuk kecuali yaitu membuat salah satu pilihan jawaban menjadi “bukan salah satu di atas” atau

merubah butir soal menjadi bentuk kecuali. Perbedaannya

terletak pada alternatif jawabannya. Ada empat alternatif jawaban, maka terdiri dari tiga jawaban benar dan satu jawaban salah. Maka bentuk kecuali menunjukkan pada jawaban yang

salah itu.

5. Tes objektif pilihan ganda

Tes objektif pilihan ganda adalah prinsipnya bentuk ini

(41)

6. Tes objektif melengkapi

Tes objektif melengkapi yaitu soal bentuk melengkapi ini dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu jawaban pendek dan

isian. Jika persoalan disajikan, dan apabila disajikan dalam bentuk pertanyaan yang belum selesai, maka ia adalah

melengkapi isian.

7. Tes objektif analisis hubungan

Tes objektif analisis hubungan dapat dilihat dari benar

tidaknya hubungan antara pernyataan dengan unsur sebab akibat yang menyertainya. Dengan kata lain, untuk dapat

menjawab soal ini dengan benar diperlukan suatu pola berpikir yang sistematis dan logis.

Suwarto (2013: 34) mengemukakan bahwa tes digolongkan menjadi dua macam yaitu tes objektif dan tes uraian. Tes

objektif sendiri digolongkan menjadi empat tipe, yaitu tipe benar-salah, tipe pilihan ganda, tipe menjodohkan, dan tipe

melengkapi.

a. Tipe benar-salah, tes objektif tipe benar-salah adalah bentuk tes yang butir-butirnya berupa pernyataan.

(42)

b. Tipe tes objektif pilihan ganda, butir pilihan ganda adalah suatu pernyataan yang belum lengkap. Untuk melengkapi pernyataan tersebut disediakan beberapa statement

sambungan.

c. Tipe tes objektif menjodohkan, tipe menjodohkan yaitu suatu bentuk tes yang terdiri dari dua kolom yang paralel

dimana masing-masing kolom berisi uraian-uraian dan keterangan-keterangan.

d. Tipe objektif tipe melengkapi, butir melengkapi terdiri dari suatu pernyataan yang belum sempurna, dimana peserta tes disuruh melengkapi pernyataan atau kalimat

tersebut dengan satu atau beberapa perkataan pada titik- titik yang disediakan.

e. Berdasarkan dua teori di atas dapat disimpulkan bahwa

berdasarkan bentuk soalnya, tes digolongkan menjadi dua yaitu tes objektif dan tes subjektif. Tes objektif dibedakan

menjadi empat jenis yaitu tipe benar- salah, tipe tes objektif pilihan ganda, tipe tes objektif menjodohkan dan tipe tes objektif melengkapi. Sedangkan tes uraian

(43)

g. Tes Pilihan ganda

Sukardi (2008: 125) menjelaskan bahwa item tes pilihan ganda merupakan jenis objektif yang paling banyak digunakan oleh para

guru. Tes ini dapat mengukur pengetahuan yang luas dengan tingkat domain yang bervariasi. Item tes pilihan ganda memiliki semua

persyaratan sebagai tes yang baik, yakni dilihat dari segi objektivitas, reliabilitas, dan daya pembeda antara siswa yang berhasil dengan siswa yang gagal atau bodoh.

Suwandi (2010: 48) mengungkapkan bahwa tes objektif disebut juga tes jawaban singkat (short answer test). Sesuai dengan namanya, tes jawaban menurut siswa hanya dengan memberikan jawaban

singkat, bahkan hanya dengan memilih kode-kode tertentu yang mewakili alternatif-alternatif jawaban yang telah disediakan. Menurut Suwarto (2013: 37) memaparkan bahwa butir pilihan ganda adalah

suatu butir yang terdiri dari suatu statemen yang belum lengkap. Untuk melengkapi statemen tersebut disediakan beberapa statemen

sambungan. Satu diantaranya adalah merupakan sambungan yang benar, sedang yang lain adalah sambungan yang tidak benar.

Pilihan ganda menurut Arikunto (1984: 129) Multiple Choice

Test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Untuk melengkapinya harus

(44)

disediakan. Multiple Choice Test yang terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemugkinan jawaban atau alternatif (options). Kemungkinan jawaban (options) terdiri atas satu jawaban benar

yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tes bentuk pilihan ganda ialah salah satu jenis tes objektif dimana

jawabannya harus memilih jawaban yang telah disediakan. Di dalam pilihan jawaban itu terdapat jawaban yang benar dan yang lain

merupakan jawaban pengecoh.

h. Kelebihan dan Kekurangan bentuk Soal Pilihan Ganda

Tes tipe pilihan ganda menurut Sukardi (2008: 125)

mempunyai beberapa kelebihan yang secara ringkas dapat dicermati dalam uraian berikut: (1) tes pilihan ganda memiliki karakteristik yang baik untuk alat pengukuran hasil belajar siswa, (2) item tes

pilihan ganda yang dikonstruksikan dengan intensif dapat mencangkup hampir seluruh bahan pembelajaran yang diberikan

oleh guru kelas, (3) item tes pilihan ganda adalah tepat untuk mengukur penguasaan informasi para siswa yang hendak dievaluasi,

(4) item tes pilihan ganda dapat mengukur kemampuan intelektual

atau kognitif, afektif, dan psikomotor siswa, (5) dengan menggunakan kunci jawaban yang sudah disiapkan secara terpisah

(45)

jawaban siswa yang diperoleh dari tes pilihan ganda dapat dikoreksi bersama, baik oleh guru maupun siswa dengan situasi yang lebih kondusif, (7) item tes pilihan ganda yang sudah dibuat terpisah

antara lembar soal dan lembar jawaban, dapat dipakai secara berulang-ulang.

Sukardi (2008: 126) juga mengemukakan bahwa kelemahan

dari tes tipe pilihan ganda ada empat yaitu, (1) konstruksi item tes pilihan lebih sulit serta membutuhkan waktu yang lebih lama

dibanding dengan penyusunan item tes bentuk objektif lainnya, (2) tidak semua guru senang menggunakan tes pilihan ganda untuk

mengukur hasil pembelajaran yang telah diberikan dalam waktu tertentu, misalnya satu semester atau satu kuartal, (3) item tes pilihan ganda kurang dapat mengukur kecakapan siswa dalam

mengorganisasi materi hasil pembelajaran, (4) item tes pilihan ganda memberi peluang pada siswa untuk menerka jawaban.

Putro (2012: 74) mengemukakan delapan kelebihan dari tes

pilihan ganda, yaitu (1) untuk mengukur segala level tujuan pembelajaran, mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks, kecuali tujuan yang berupa kemampuan

mendemonstrasikan, ketrampilan menyatakan sesuatu secara ekspresif, (2) menuntut waktu mengerjakan sangan minimal, maka

(46)

sebagai alat ukur dapat menggunakan jumlah butir soal yang relatif banyak dan karena itu penarikan sampel pokok bahasa yang diujikan dapat lebih luas, (3) penskoran hasil tes dapat dilakukan secara

okjektif, (4) tipe butir soal dapat disusun sedemikian rupa sehingga menuntut kemampuan peserta tes untuk membedakan berbagai

tingkatan kebenaran sekaligus, (5) jumlah pilihan yang disediakan melebihi dua, (6) butir soal dapat dengan dilakukan uji coba terlebih dahulu, (7) tingkat kesukaran soal dapat diatur, dengan hanya

mengubah tingkat homogenitas alternatif jawaban.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa bentuk tes soal pilihan ganda mempunyai kelemahan dan kelebihan. Kelebihannya antara lain adalah soal yang diujikan dapat mencakup sebagian besar materi, jawaban siswa dapat dikoreksi

dengan mudah dan cepat, dan penilaiannya bersifat objektif. Sedangkan kelemahannya antara lain adalah proses berpikir siswa

tidak dapat dilihat dengan nyata dan proses penyusunan soal membutuhkan waktu yang lama.

i. Kaidah Penulisan Tes Tipe Pilihan Ganda

Sukardi (2008: 127) memaparkan bahwa untuk dapat

mengonstruksikan item tes pilihan ganda yang efektif dan bermanfaat juga diperlukan aturan penyusunan yang perlu

(47)

mengandung permasalahan atau problem yang dinyatakan dalam satu paragraf atau dalam satu pertanyaan, (b) Item tes pilihan ganda dengan empat jawaban, banyak digunakan untuk mengukur hasil

pelajaran siswa, (c) Jawaban benar dalam satu tes, direkomendasikan untuk diatur secara random pada semua item, (d) Kata-kata yang

tidak relevan, sebaiknya dihilangkan dari stem, agar ruang untuk pertanyaan atau pernyataan pada setiap item menjadi lebih jelas, (e) Hindari kata-kata pada item yang mengandung petunjuk (clues) yang

mengarah pada jawaban benar, baik yang tersirat maupun tersurat.

(f) Penataan jawaban sebaiknya diatur dengan posisi dalam bentuk

kolom, tidak dalam bentuk paragraf, (g) Kalimat pada stem sebaiknya mengandung kalimat positif, kecuali jika guru atau evaluator sangat perlu menggunakan kalimat negatif, (h) Semua

pilihan jawaban sebaiknya dirancang, memiliki panjang atau jumlah kata yang sama, dan tidak mengandung petunjuk jawaban benar, (i)

Jangan menggunakan item tes pilihan ganda, ketika ada jenis tes lain yang lebih tepat.

Yusuf (2015: 216) mengemukakan beberapa pedoman dalam penyusunan soal bentuk pilihan jamak, adalah:

a. Stem hendaknya dirumuskan atau dinyatakan dengan jelas sebagai suatu masalah atau pernyataan yang perlu dijawab.

(48)

c. Jangan dibebani stem dengan pernyataan yang tidak berarti atau arti yang tidak jelas.

d. Masalah yang ditampilkan dalam stem harus sedemikian rupa,

sehingga benar-benar hanya ada satu jawaban yang benar.

e. Stem hendaknya dinyatakan dengan bahasa yang jelas.

f. Hindari memakai kalimat yang panjang, karena cenderung

memberi petunjuk. Diusahakan panjang kalimat semua alternatif jawaban tidak berbeda jauh.

g. Gunakan pernyataan yang bersifat positif, kecuali untuk maksud

tertentu.

h. Semua kemungkinan jawaban yang diberikan hendaknya masuk akal.

i. Hindari adanya hubungan asosiasi verbal antara stem dan

kemungkinan jawaban.

j. Pilihan jawaban yang diberikan janganlah menunjukkan kunci

jawaban. Usahakan alternatif jawaban hampir sama, tetapi hanya satu jawaban yang paling tepat.

k. Pilihan jawaban yang benar jangan diletakkan secara sistematis, tetapi letakkanlah secara acak (random) dalam keseluruhan soal.

(49)

m. Hindarkan menggunakan susunan kalimat seperti yang terdapat dalam buku pelajaran.

n. Usahakan alternatif jawaban yang disajikan agak homogen, baik

ditinjau dari isi maupun bentuknya.

o. Jangan gunakan kata-kata yang memberi petunjuk seperti selalu, kadang-kadang, biasanya, jarang, dan pada umumnya.

p. Bahasa yang dipakai hendaknya sederhana dan mudah dipahami

peserta didik/ peserta ujian.

q. Petunjuk yang diberikan harus jelas, sehingga peserta ujian tidak ragu-ragu dalam mengerjakannya.

r. Kalimat-kalimat pokok dalam satu soal hendaknya tidak tergantung pada butir soal lain, sehingga tidak memberi petunjuk jawaban pada soal lainnya.

2. Kontruksi Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar yang baik diskonstruksi dengan memenuhi

validitas, reliabilitas, dan karakteristik butir soal yaitu daya pembeda, tingkat kesukaran, dan pengecoh.

a. Validitas

Validitas adalah tingkat suatu tes mampu mengukur apa yang

hendak diukur Arikunto (dalam Prijowuntato 2016: 130). Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah

(50)

dibedakan menjadi dua macam yaitu validitas logis dan validitas empiris.

Messick (dalam Surapranata 2004: 51 ) mengemukakan bahwa

validitas senantiasa berkaitan dengan penemuan sains untuk memaknai skor. Nunaly ( dalam Surapranata 2004: 50) menyatakan bahwa pengertian validitas senantiasa dikaitkan dengan penelitian

empiris dan pembuktian-pembuktiannya bergantung kepada macam validitas yang digunakan. Menurut Anastasi (dalam Surapranata

2004: 50) validitas adalah sutu tingkatan yang menyatakan bahwa suatu alat ukur telah sesuai dengan apa yang diukur.

Sedangkan menurut Gronlund (dalam Surapranata 2004: 50)

mengatakan bahwa validitas berkaitan dengan hasil suatu alat ukur, menunjukkan tingkatan, dan bersifat khusus sesuai dengan tujuan pengukuran yang akan dilakukan.

Berdasarkan ketiga teori yang dipaparkan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa validitas adalah alat ukur yang digunakan

untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Surapranata (2004 : 50) mengungkapkan bahwa suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang

(51)

1. Validitas isi (content validity)

Salah satu cara yang digunakan untuk mengukur validitas adalah dengan mengkaji isi tes itu. Menurut Guion (dalam

Surapranata 2004: 51) validitas isi sangat bergantung kepada dua hal yaitu tes itu sendiri dan proses yang mempengaruhi

dalam merespon tes. Salah satu cara untuk memperoleh validitas isi adalah dengan melihat soa-soal yang membantu tes itu. Keseluruhan soal nampak mengukur apa yang seharusnya

tes itu digunakan, tidak diragukan lagi bahwa validitas isi sudah terpenuhi.

2. Validitas Konstruk (Construct validity)

Validitas konstruk adalah sesuatu yang berkaitan dengan fenomena dan objek yang abstrak, tetapi gejalanya dapat

diamati dan diukur. Validitas konstruk mengandung arti sebagai alat ukur dikatakan valid apabila telah cocok dengan

konstruksi teoritik dimana tes itu dibuat. Tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila soal-soalnya mengukur setiap aspek berfikir seperti yang diuraikan dalam standar

kompetensi, kompetensi dasar, maupun indikator yang terdapat dalam kurikulum. Konstruk yang dimaksud valid berupa rekaan

(52)

3. Validitas Prediksi (Predictive validity)

Validitas prediksi menunjukkan kepada hubungan antara tes skor yang diperoleh peserta tes dengan keadaan yang akan

terjadi di waktu yang akan datang.

4. Validitas Konkuren (Concurrent validity)

Validitas Concurrent atau validity menunjukkan pada

hubungan antara tes skor dengan yang dicapai dengan keadaan sekarang. Sebuah tes dikatakan memiliki Concurrent validity

apabila hasilnya sesuai dengan pengalaman.

Azwar (2016: 111) menjelaskan bahwa jenis validitas instrumen dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Validitas Isi

Ley (dalam Azwar, 2016: 111) bahwa validitas isi adalah sejauh mana kelayakan suatu tes sebagai sempel dari

domain item yang hendak diukur. Validitas ini, merupakan pengertian ini, menjadi penting terutama dalam bidang

pengukuran prestasi belajar. Sedangkan menurut Haynes dkk (dalam Azwar, 2016: 111) mengatakan bahwa makna validitas isi bab adalah sejauh mana elemen-elemen dalam

(53)

isi dalam pengembangan skala non kognitif dan tes kognitif yang mengukur atribut psikologis yang bersifat laten.

2. Validitas Konstrak

Validitas konstrak membuktikan apabila hasil pengukuran yang diperoleh melalui item-item tes berkorelasi tinggi dengan konstrak teoretik yang mendasari

penyusunan tes tersebut. Cronbach & Meehl (dalam Azwar, 2016: 116) mengatakan bahwa menguji validitas konstrak

melibatkan paling tidak tiga langkah, yaitu a) mengartikulasikan serangkaian konsep teoretik dan

interelasi, b) mengembangkan cara untuk mengukur konstrak hipotetik yang diteorikan, dan c) menguji secara empiris hubungan hipotetik di antara konstrak tersebut dan

manifestasinya yang nampak.

3. Validitas Berdasarkan Kriteria

Validitas berdasarkan kriteria adalah tes yang akan

diestimasi validitas hasil ukuranya disebut sebagai prediktor. Statistik yang digunakan dalam pendekatan validitas ini adalah statistik korelasi antara distribusi skor

(54)

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah keandalan berkaitan dengan estimasi sejauh mana suatu pengukur bebas dari kesalahan acak atau tidak stabil

Cooper dan Emory (dalam Prijowuntato, 2016: 142).

Reliabilitas suatu tes juga dapat didefinisikan sebagai tingkat kemampuan instrumen/ alat tes untuk mengumpulkan informasi dari

peserta didik Hadari dan Martini (Prijowuntato, 2016: 143). Instrumen yang memiliki tingkat reliabilitas tinggi cenderung menghasilkan data

yang sama, jika diulangi pada waktu yang berbeda pada sekelompok individu yang sama.

Arikunto (2013: 100) mengungkapkan bahwa reliabilitas adalah

ketetapan hasil tes. Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat dengan ajeg memberikan data yang sesuai dengan kenyataan. Ajeg atau tetap tidak diartikan selalu sama, tetapi mengikuti perubahan

secara ajeg.

Sugiyono (2011: 168) memaparkan bahwa instrumen yang

reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Berdasarkan teori para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa reliabilitas merupakan taraf kemampuan sejauh mana hasil

(55)

c. Karakteristik Butir Soal

1) Daya Pembeda

Supranata (2004: 23) mendefinisikan indeks daya pembeda

adalah indeks yang digunakan dalam membedakan antara peserta tesyang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang

berkemampuan rendah. Daya pembeda adalah kemampuan butir soal tes hasil belajar dalam membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan rendah (Purwanto, 2009: 102). Masidjo

(1995: 196) menyatakan bahwa daya pembeda adalah taraf jumlah jawaban benar siswa yang tergolong kelompok (pandai =

upper group) berbeda dari siswa yang tergolong kelompok bawah (kurang pandai = lower group) untuk suatu item.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa daya pembeda merupakan kemampuan setiap butir soal

untuk dapat membedakan antara siswa yang tergolong pandai dengan siswa yang tergolong kurang pandai.

2) Tingkat Kesukaran

Sudjana (2009: 135) tingkat kesukaran soal dilihat dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawabnya, dan

(56)

difficulty level) butir soal adalah proporsi peserta tes menjawab dengan benar terhadap suatu soal.

Arikunto (2012: 222) mengungkapkan bahwa soal yang

baik adalah soal yang tingkat kesukarannya tidak terlalu mudah namun juga tidak terlalu sukar. Widoyoko (2014: 165) mengungkapkan bahwa tingkat kesukaran yang baik pada suatu

tes adalah 25% mudah, 50% sedang, dan 25% sukar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaran suatu soal adalah proporsi siswa yang

menjawab benar dalam suatu tes yang dapat digunakan untuk mengukur kesulitan soal. Nantinya akan diketahui kemampuan

siswa dalam menjawab suatu tes yang nantinya akan masuk ke dalam kategori rendah, sedang, dan tinggi yang dapat diketahui dari banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar. Proporsi

soal dengan tingkat kesukaran yang baik pada suatu tes yaitu 25% mudah, 50% sedang, dan 25% sukar.

3) Analisis Pengecoh

Arikunto (2012: 234) memaparkan bahwa pengecoh dapat berfungsi dengan baik apabila pengecoh tersebut mempunyai

(57)

(2004: 43) menyatakan bahwa pengecoh berfungsi sebagai pengidentifikasi peserta tes yang berkemampuan tinggi.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa pengecoh merupakan kemungkinan jawaban yang tidak benar dan berfungsi untuk mengidentifikasi peserta tes yang berkemampuan tinggi.

3. Pengembangan Tes Hasil Belajar

Djemari Mardapi (dalam Suwarto, 2013: 133) menyatakan bahwa untuk menyusun tes, langkah-langkah yang perlu ditempuh: (1)

menyusun spesifikasi tes, (2) menulis soal tes, (3) menelaah soal tes, (4) melakukan uji coba tes, (5) menganalisis butir soal, (6) memperbaiki tes,

(7)merakit tes, (8) melaksanakan tes, dan (9) menafsirkan hasil tes.

1. Menyusun Spesifikasi Tes

Menetapkan spesifikasi tes, yaitu berisi tentang uraian yang

menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam

menulis soal, dan siapa saja yang menulis soal akan menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif sama. Penyusun spesifikasi tes mencakup kegiatan berikut: (a) menentukan

(58)

a. Menentukan tujuan tes

Ditinjau dari tujuannya, ada empat macam tes yang banyak digunakan di lembaga pendidikan, yaitu tes

penempatan, tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif.

Tes penempatan dilaksanakan pada awal pelajaran,

digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan yang telah dimiliki siswa. Tes diagnostik berfungsi untuk

mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi siswa, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes diagnostik

dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa sebagian besar siswa gagal dalam mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu.

Tes formatif bertujuan untuk memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Masukan ini berguna untuk memperbaiki

strategi mengajar.

Tes sumatif diberikan di akhir suatu pelajaran, atau akhir semester. Hasilnya untuk menetukan keberhasilan

(59)

bervariasi, sedang materinya harus mewakili bahan yang diajarkan.

b. Menyusun kisi-kisi

Kisi-kisi berisi spesifikasi soal-soal yang anak dibuat. Kisi-kisi soal terdiri dari kolom dan baris. Kolom menyatakan standar kompetensi, kompetensi

dasar, uraian materi, dan indikator. Untuk melengkapi kisi-kisi tersebut diperlukan silabus mata pelajaran atau

kurikulum yang berlaku, dan buku teks sebagai pengendali supaya tidak keluar dari materi pelajaran.

c. Memilih bentuk tes

Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi, dan

karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Bentuk tes objektif pilihan ganda sangat tepat digunakan bila

jumlah peserta banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak. Kelebihan tes objektif bentuk pilihan adalah lembar jawaban dapat

(60)

d. Menentukan panjang tes

Penentuan panjang tes berdasarkan pada cakupan materi yang diujikan dan kelelahan tes. Penetuan

panjang tes berdasarkan pengalaman saat melakukan tes. Untuk mengatasi agar jawaban soal tidak perlu

panjang, sebaiknya jawaban dibatasi dengan beberapa kata atau beberapa halaman. Untuk keperluan tes diagnostik panjang tes akan terkait dengan seberapa

banyak miskonsepsi yang ada, seberapa banyak cakupan materi yang akan diujikan, dan akan dipertimbangkan

peserta tes.

2. Menulis Soal Tes

Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator

menjadi pernyataan-pernyataan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian standar kompetensi dan kompetensi dasar

pada kisi-kisi yang telah dibuat. Pernyataan perlu dikembangkan dan dibuat dengan jelas dan simpel. Langkah- langkah untuk membuat tes uraian yang mencakup uraian

(61)

3. Menelaah Soal Tes

Setelah butir soal dibuat, kemudian dilakukan penelitian pada butir-butir soal tertentu. Hal ini dilakukan memperbaiki

soal jika ternyata dalam pembuatan masih ditemukan kekurangan atau kesalahan.

4. Melakukan Uji Coba Tes

Maksud uji coba adalah untuk meneliti apakah tes diagnostik itu sudah dapat berfungsi dengan baik seperti yang

diharapkan. Uji coba juga untuk memperbaiki atau memilih butir soal yang terbaik untuk dijadikan bentuk akhir sesuai

dengan tujuan pengembangan tes diagnostik yang dilakukan. Tujuan uji coba adalah mengidentifikasi taraf kesukaran butir soal, daya pembeda butir soal, menentukan alokasi waktu yang

layak, dan reliabilitas tes.

5. Menganalisis Butir Soal

Analisis butir soal dilakukan untuk masing-masing butir,

sehingga dapat diketahui: tingkat kesulitan butir soal, dan daya pembeda butir soal. Pemilihan butir-butir tes yang baik perlu diperhatikan, dalam teori tes klasik dua parameter yang paling

(62)

6. Memperbaiki Tes

Selanjutnya dilakukannya perbaikan-perbaikan tentang bagian soal yang masih belum sesuai dengan yang diharapkan.

Ada kemungkinan beberapa soal sudah baik sehingga tidak perlu direvisi, beberapa butir mungkin perlu direvisi, dan

beberapa yang lain mungkin harus dibuang karena tidak memenuhi standar kualitas yang diharapkan.

7. Merakit Tes

Setelah semua butir soal dianalisis dan diperbaiki, langkah berikutnya adalah merakit butir-butir soal tersebut menjadi

kesatuan tes. Serta diperlukan pengelompokan-pengelompokan butir soal yang mengungkap konsep-konsep yang sama. Untuk tes diagnostik urutan butir-butir perlu diurutkan pada materi

atau konsep yang sama.

8. Melaksanakan Tes

Tes yang disusun diberikan kepada siswa untuk diuraikan.

Pelaksanaan tes dilakukan sesuai dengan waktu yang tepat, karena bila waktu tidak tepat maka miskonsepsi yang ada pada siswa yang mengalami kesulitan belajar akan tetap ada

(63)

9. Menafsirkan Hasil Tes

Skor ini kemudian ditafsirkan sehingga dapat memberikan keputusan pada peserta tes tentang kelemahan-kelemahan yang

dimilikinya. Untuk keperluan penafsiran tersebut diperoleh acuan penilaian kriteria, karena tujuan diadakan tes diagnostik

adalah untuk mengetahui konsep-konsep yang lemah dan apa penyebabnya.

4. Matematika

Soedjadi (dalam Heruman, 2007: 1) matematika adalah hal yang memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.

Menurut Ruseffendi (dalam Heruman, 2013: 1) mengemukakan bahwa “matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak

menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan

struktur yang terorganisasi, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalilnya” terbagi dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.

Menurut Susanto (2013: 185) matematika adalah salah satu disiplin ilmu pasti yang mengungkapkan ide-ide abstrak yang berisi simbol- simbol yang terdapat aktivitas berhitung dan mampu meningkatkan kemampuan berpikir dan berpendapat dalam memecahkan masalah

(64)

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.

5. Kompetensi Dasar Melakukan Operasi Perkalian Dan Pembagian

a. Kompetensi Dasar

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor

22 tahun 2006 (2006: 37) mengemukakan bahwa kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik

dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi. Hamzah dan Muhlisrarini (2014: 79) kompetensi dasar merupakan uraian dari standar kompetensi

sedangkan indikator kompetensi merupakan bagian dari kompetensi dasar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

kompetensi dasar merupakan uraian dari standar kompetensi yang merupakan sejumlah kemampuan harus dimiliki peserta didik dalam

mata pelajaran.

b. Perkalian

Sunar (2008: 55) perkalian merupakan operasi penjumlahan dari

Gambar

Gambar 2.1 Literature Map Penelitian yang Relevan
gambar atau bagan sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk
Gambar 3.2 Langkah Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Analiss Kebutuhan
+7

Referensi

Dokumen terkait

kembali karya Emilio Pujol dan juga karya besar gurunya Frasisco Tarrega. Tahun 1946-1969 ia mengajar di Konservatorium Musik Lisbon dan. menjadi contoh sebuah lembaga

Dengan melihat kondisi Orang Rimba saat ini dalam menjalani kehidupan sosial budaya, program BTH merupakan program yang diberikan LSM KKI-WARSI untuk memberikan

Permasalahan yang timbul adalah pemberian Bank Garansi terbatas hanya pada nasabah yang mempunyai rekening dengan dana yang cukup saja, sedangkan bagi pengusaha yang

Faktor penghambat yang ditemukan dilapangan adalah (1) faktor internal yaitu BPBD masih belum memiliki Standard Operation Procedure (SOP), Belum optimalnya Penggunaan

doi pekerjooFpsk€rJqoi qh yqrg slqmo n dtofggop iebqqqi pskexrqi Feidheid 4di ri pei.dr idfr.h .l!qd hciyzbdbrii pdobahoi petuf..

belum pernah diadakan tes passing atas menggunakan metode latihan sentuhan ganda pada siswa putri peserta ekstrakurikuler bolavoli di SMP Negeri 1 Mandiraja. Dengan

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kusumardhani (2011) dan (Prasetya & Irwandi 2012). Artinya, tingkat likuiditas yang tinggi

Penelitian dalam skripsi ini dilatarbelakangi oleh sebuah fenomena bahwa hadis tentang hisab dan ru’yah, istighatsah, tawassul, talqin dan qunut dipahami secara