ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan judul “Hubungan antara Dukungan Orang Tua dan Konsep Diri pada Siswa Kelas II SMU “X” Lampung”. Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SMU ”X” Lampung, berusia 16-18 tahun, dan sejak kecil diasuh oleh orang tuanya.Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu tersebut, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 45 siswa.
Alat ukur dukungan orang tua yang digunakan adalah alat ukur dari Sarafino
(1990) dengan jumlah item sebanyak 65 buah dan alat ukur konsep diri yang digunakan adalah alat ukur berupa kuesioner yang dikembangkan oleh Fitts (1971) dengan nama Tennese Self Concept Scale ( TSCS) dengan jumlah item sebanyak 68 buah.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa keeratan hubungan antara dukungan orang tua dan konsep diri adalah 0,502 dan hal tersebut memiliki arti bahwa terdapat keeratan hubungan yang berada dalam golongan moderat antara dukungan orang tua dan konsep diri.
DAFTAR ISI
Lembar pengesahan……….i
Abstrak ...ii
Kata pengantar………....iii
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah……….1
I.2. Identifikasi Masalah………....5
I.3. Maksud dan Tujuan Penelitian………5
I.4. Kegunaan Penelitian………6
1.5. Kerangka Pemikiran………....6
Bab II Tinjauan Pustaka 2.1. Dukungan Sosial……….17
2.1.1. Pengertian Dukungan Sosial………..17
2.1.2. Bentuk Dukungan Orang Tua………18
2.1.3. Pengaruh Personal dan Kontekstual pada Proses Dukungan……….20
2.2. Konsep Diri………..22
2.2.1. Diri menurut pandangan humanistik – fenomenologis……….22
2.2.2. Struktur Kepribadian Menurut Rogers………..23
2.2.3. Pengertian Konsep Diri……….27
2.2.4. Dimensi Konsep Diri……….28
2.2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri………...30
2.3. Masa Remaja………31
2.3.1. Pengertian Masa Remaja……….31
2.3.2. Ciri-ciri Masa Remaja……….32
2.3.3. Tugas-tugas Perkembangan Pada Masa Remaja……….34
2.3.4. Hubungan Remaja dengan Keluarga………...35
2.3.5. Konsep Diri Remaja………36
Bab III Metodologi Penelitan
3.1. Rancangan Penelitian……….39
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel………..………40
3.3.1. Variabel Penelitian………..40
3.3.2. Definisi Operasional Penelitian……….40
3.3.2.1. Variabel Dukungan Orang Tua………..40
3.3.2.2. Variabel Konsep Diri ………41
3.3. Alat Ukur………42
3.4.1. Alat Ukur Dukungan Orang Tua……….42
3.4.2. Alat Ukur Konsep Diri………....44
3.4.3. Data pribadi dan data penunjang……….46
3.4. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur……….46
3.5. Sampel Penelitian……….48
3.6.1. Karakteristik Sampel ………..48
3.6.2. Teknik Pengambilan Sampel………...48
3.6. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data...48
3.7.1. Teknik Analisis Data………...48
3.7.2. Pengolahan Data……….49
Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1. Hasil………51
4.1.1. Gambaran Subjek………51
4.1.2. Data Dukungan Orang Tua………..52
4.1.3. Data Konsep Diri……….52
4.1.4. Data Dukungan Orang Tua dan Konsep Diri...53
4.1.5. Uji Korelasi Dukungan Orang Tua dan Konsep Diri...53
Bab V Kesimpulan dan Saran
5.1. Kesimpulan………59
5.2. Saran………..59
5.2.1 Saran Teoritis...59
5.2.2 Saran Praktis...60
Daftar Pustaka……….61 Lampiran
Alat Ukur Dukungan Orang Tua
Alat Ukur Konsep Diri
Data Mentah Dukungan Orang Tua
Validitas dan Reliabilitas Dukungan Orang Tua
Data Mentah Konsep Diri
Validitas dan Reliabilitas Konsep Diri
Alat Ukur Dukungan Orang Tua (Revisi )
Alat Ukur Konsep Diri (Revisi )
Uji Korelasi Dukungan Orang Tua dan Konsep Diri
Uji Korelasi Aspek Dukungan Orang Tua dan Konsep Diri
KATA PENGANTAR
Dalam rangka memenuhi tugas akhir, maka penulis bermaksud mengadakan
penelitian mengenai Hubungan Antara Konsep Diri dengan Dukungan Orang Tua pada
Siswa Kelas II SMU “ X “ Lampung yang sedang berada pada fase perkembangan
remaja.
Dalam lampiran berikut terdapat kuesioner yang berhubungan dengan penelitian
tersebut. Sehubungan dengan keperluan tersebut, penulis sangat mengharapkan bantuan
Saudara untuk meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner yang tersedia.
Informasi yang Saudara berikan sangat bermanfaat bagi perkembangan dan
penerapan ilmu pengetahuan. Karenanya besar harapan penulis agar Saudara dapat
mengisi kuesioner ini dengan sungguh-sungguh dan sesuai dengan kondisi pribadi
Saudara, sehingga informasi yang diperoleh akan menggambarkan permasalahan yang
sesunggguhnya dan penulis juga akan menjaga kerahasiaan jawaban Saudara.
Atas kesediaan dan bantuan yang Saudara berikan, penulis mengucapkan terima
kasih.
IDENTITAS PRIBADI
Petunjuk :
Isilah pertanyaan berikut sesuai dengan keadaan Saudara pada saat ini.
1. Inisial :
2. Jenis kelamin : 3. Tempat/tanggal Lahir :
DATA PENUNJANG
1. Apakah Saudara merasa senang dengan keadaan Saudara saat ini atau pada saat Saudara masih kecil?
………. Mengapa?
………. ………. 2. Berapakah jumlah IQ Saudara pada pengetesan IQ terakhir yang Saudara ikuti?
………. 3. Selama ini, dari segi fisik, hal-hal apa saja yang membuat Saudara bangga akan
diri sendiri?
………. ………. 4. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Tolong sebutkan kelebihan dan
kekurangan yang Saudara miliki ( secara fisik ).
………. ………. ………. ………. 5. Apakah Saudara merasa puas dengan keadaan fisik Saudara saat ini?( Ya / Tidak )
………. Jika “ Tidak “, mengapa ?
………. ………. 6. Apakah Saudara merasa bahwa orang tua Saudara memperlakukan Saudara lebih
baik dibandingkan pada saat masa kecil Saudara?
... 7. Apakah Saudara merasa bangga dengan kemampuan akademis yang Saudara
miliki saat ini ?
……….
KUESIONER
Pedoman:
Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan. Dalam setiap pernyataan selalu terdapat empat buah kotak. Saudara diminta untuk membubuhkan tanda silang (X) pada salah satu kotak dari keempat kotak yang ada sesuai dengan yang Saudara alami.
SS : Sangat Sesuai
1. Orang tua saya selalu memperhatikan saya. X
Apabila Saudara merasa Sesuai dengan pernyataan tersebut maka bubuhkanlah tanda silang (X) pada kolom S.
Dengan cara yang sama, isilah kolom-kolom yang kosong berikut ini sesuai dengan apa yang Saudara alami.
NO. PERNYATAAN SS S TS STS
1. Orang tua saya menghibur saya bila saya mengalami kesulitan.
2. Orang tua saya menyayangi saya apa adanya. 3. Orang tua saya peduli dengan kelemahan fisik saya. 4. Orang tua saya dapat menerima saya apa adanya. 5. Orang tua saya menghargai saya apa adanya.
6. Orang tua saya mengajak saya setiap kali menghadiri acara keluarga.
7. Orang tua saya memperlakukan saya sama seperti saudara saya lainnya.
8. Orang tua saya memperkenalkan saya kepada kerabat-kerabatnya.
9. Orang tua saya memperhatikan keadaan saya di rumah. 10. Orang tua saya tidak memperhatikan kesehatan saya. 11. Orang tua saya tidak senang akan kekurangan saya. 12. Orang tua saya tidak peduli walaupun saya membutuhkan
mereka saat saya mengalami kesulitan.
13. Orang tua saya malu memiliki anak seperti saya. 14. Orang tua saya memberikan perhatian saat saya
membutuhkannya.
15. Orang tua saya membatasi pergaulan saya dengan teman-teman di lingkungan rumah.
16. Orang tua saya lebih menyukai saudara-saudara saya yang lain.
dalam keluarga.
18. Orang tua saya tidak menghubungi saya saat saya sedang bepergian.
19. Jika sedang berdiskusi, orang tua selalu minta pendapat saya.
20. Orang tua saya mempercayakan saya mengerjakan tugas di rumah.
21. Orang tua saya tidak peduli dengan kelemahan fisik saya. 22. Orang tua saya meyakinkan saya bahwa saya mampu
meraih cita-cita.
23. Orang tua saya menghargai setiap usaha saya dalam meraih prestasi di sekolah.
24. Sebelum membuat keputusan, orang tua mendiskusikan dengan saya terlebih dahulu.
25. Orang tua saya tidak mempercayakan saya melakukan tugas tertentu.
26. Orang tua saya percaya bahwa saya dapat mengurus diri saya sendiri.
27. Orang tua saya menghargai gagasan yang saya kemukakan saat berdiskusi.
28. Orang tua saya tidak menanyakan pendapat saya saat diskusi.
29. Orang tua saya mencemoohkan saya jika saya gagal dalam melakukan suatu hal.
30. Orang tua saya tidak peduli dengan hasil rapot saya. 31. Orang tua saya tidak meyakinkan saya untuk saya jadi
berhasil.
32. Orang tua saya merasa bahwa saya bukanlah anak yang seperti mereka inginkan.
33. Orang tua saya tidak mempercayai saya dalam mengurus diri saya sendiri.
34. Orang tua saya tidak meminta pendapat saya dalam rapat keluarga.
35. Orang tua saya tidak memberikan uang jajan pada saya. 36. Orang tua saya tidak memberikan peralatan sekolah yang
saya butuhkan.
37. Orang tua saya meluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan saya bila saya gagal dalam suatu hal.
38. Orang tua saya mengajak saya berlibur untuk mengurangi kejenuhan sekolah.
39. Orang tua saya meluangkan waktu untuk menengok saya saat belajar.
40. Orang tua saya meluangkan waktu untuk saya bertanya tentang masalah yang saya alami di sekolah.
41. Uang yang diberikan orang tua cukup untuk memenuhi
kebutuhan saya.
42. Orang tua saya membelikan barang / sesuatu untuk menyalurkan hobi saya.
43. Orang tua saya sulit meluangkan waktu untuk bersama saya.
44. Orang tua saya bersikap acuh tak acuh terhadap kebutuhan saya.
45. Orang tua saya sulit meluangkan waktu untuk berdiskusi. 46. Orang tua saya mengeluhkan besarnya biaya yang saya
butuhkan untuk bersekolah.
47. Orang tua saya tidak menyediakan waktu ketika saya berada di rumah.
48. Orang tua saya tidak memberikan uang saku yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
49. Orang tua saya tidak dapat saya andalkan sebagai tempat bertanya mengenai kesulitan yang saya hadapi.
50. Orang tua saya sulit meluangkan untuk bersama saya ketika saya berada di rumah.
51. Orang tua saya tidak membelikan peralatan sekolah yang saya butuhkan.
52. Orang tua saya tidak memberi masukan terhadap nilai mata pelajaran saya yang jelek.
53. Orang tua saya tidak mencarikan dokter saat saya sakit. 54. Orang tua saya membicarakan dan mengingatkan
kelebihan yang saya miliki.
55. Orang tua saya menasihati saya agar dapat menerima diri saya apa adanya.
56. Orang tua saya menasihati saya agar dapat menerima pendapat orang lain.
57. Orang tua saya setuju tentang pandangan saya mengenai hal baik buruk.
58. Orang tua saya tahu mengenai pendidikan lebih lanjut terbaik untuk saya.
59. Orang tua saya membimbing saya untuk mengatur jadwal. 60. Orang tua saya membiarkan saya tidak bertanggung jawab
atas tindakan saya.
61. Orang tua saya tidak membimbing saya untuk mengatur jadwal kegiatan saya sehari - hari.
62. Orang tua saya tidak memberitahukan saya mengenai bahaya pergaulan.
63. Orang tua saya tidak peduli saat saya bertengkar dengan saudara saya.
64. Orang tua saya tidak memberikan pendidikan agama pada saya sejak kecil.
KUESIONER
Pedoman:
Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan. Dalam setiap pernyataan selalu terdapat empat buah kotak. Saudara diminta untuk membubuhkan tanda silang (X) pada salah satu kotak dari keempat kotak yang ada sesuai dengan yang Saudara alami.
SS : Sangat Setuju
Apabila Saudara Setuju dengan pernyataan tersebut maka bubuhkanlah tanda silang (X) pada kolom S.
Dengan cara yang sama, isilah kolom-kolom yang kosong berikut ini sesuai dengan apa yang Saudara rasakan.
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1. Saya memiliki tubuh yang sehat.
2. Saya senang tampak manis dan rapi sepanjang hari. 3. Saya seorang yang menarik.
4. Saya seorang yang sering sakit-sakitan. 5. Saya tidak menjaga kebersihan tubuh saya. 6. Saya adalah orang yang tidak menarik. 7. Saya puas dengan ukuran tubuh saya.
8. Saya tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek. 9. Ada keinginan dalam diri saya untuk mengubah
bagian-bagian tertentu dari tubuh saya.
10. Saya tidak merasa sesehat yang seharusnya.
11. Saya ingin memperbaiki beberapa bagian tubuh saya. 12. Saya merasa penampilan fisik saya tidak sebagaimana
yang saya harapkan.
13. Saya berusaha menjaga kesehatan tubuh saya sebaik-baiknya.
14. Saya mampu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh orang tua.
15. Saya selalu menjaga penampilan saya sebaik-baiknya.
16. Saya malas berolahraga.
17. Saya merasa tidak mampu mengerjakan tugas rutin saya. 18. Saya tidak peduli akan kerapian penampilan saya. 19. Saya seorang yang dapat memahami orang lain. 20. Saya seorang yang percaya pada agama.
21. Saya seorang yang jujur.
22. Saya seorang yang kurang mampu untuk melaksanakan ajaran agama.
23. Saya merasa menyesal menjadi diri saya seperti sekarang ini.
24. Saya tidak patuh pada aturan / norma yang berlaku. 25. Saya puas dengan tingkah laku saya.
26. Saya mematuhi ajaran agama seperti yang saya inginkan. 27. Saya merasa puas dalam hubungan saya dengan Tuhan. 28. Saya bukan orang yang dapat dipercaya.
29. Saya malas beribadah.
30. Saya suka berbohong atau mencari-cari alasan dalam menjelaskan suatu hal.
31. Saya taat beragama dalam hidup sehari-hari.
32. Saya hampir melakukan apa yang benar hampir setiap saat. 33. Saya mencoba untuk berubah jika menyadari apa yang
saya lakukan salah.
34. Kadang- kadang saya melakukan hal yang tidak jujur untuk dapat maju.
35. Saya melakukan segala cara demi mendapatkan apa yang saya inginkan.
36. Saya sulit melakukan hal-hal yang sesuai norma. 37. Saya seorang yang periang.
38. Saya cukup mampu mengendalikan diri.
39. Saya mudah menyesuaikan diri.
40. Saya seorang yang mudah membenci orang lain. 41. Saya mudah menaruh dendam pada orang lain. 42. Saya seorang yang mudah kehilangan akal.
43. Saya merasa puas dengan keadaan diri saya apa adanya. 44. Saya seorang yang menyenangkan.
45. Saya bangga terhadap kemampuan-kemampuan yang saya miliki.
46. Saya bukanlah orang yang sebenarnya saya inginkan. 47. Saya mengabaikan diri saya sendiri.
48. Saya mudah menyerah jika menghadapi masalah yang saya anggap sulit.
49. Saya mampu mengurus dan mengatasi diri saya sendiri dalam situasi apa pun.
50. Saya dapat memecahkan masalah dengan cukup mudah. 51. Saya dapat menerima kesalahan saya tanpa merasa sakit
hati atau marah.
52. Saya mudah berubah pikiran.
55. Saya mempunyai keluarga yang membantu saya dalam menghadapi kesulitan apa pun.
56. Saya seorang yang berarti bagi keluarga saya. 57. Saya seorang anggota keluarga yang bahagia.
58. Saya tidak dipercaya oleh keluarga dan teman-teman saya.
59. Saya tidak dicintai oleh keluarga saya.
60. Orang tua saya tidak mempercayai saya dalam bidang tertentu.
61. Saya puas terhadap hubungan saya dengan keluarga. 62. Saya memperlakukan orang tua dengan sebagaimana
mestinya.
63. Saya dapat memahami keluarga sebagaimana mestinya. 64. Saya terlalu peka terhadap hal-hal yang dikatakan dalam
keluarga.
65. Saya tidak percaya terhadap keluarga dalam hal-hal tertentu.
66. Saya tidak mencurahkan perhatian dan kasih sayang pada keluarga.
67. Saya berusaha untuk jujur pada keluarga saya.
68. Saya membantu mengerjakan tugas saat berada di rumah.
Validitas Dukungan Orang Tua
Reliabilitas Dukungan Orang Tua : 0,821
Validitas Konsep Diri
Reliabilitas Konsep Diri : 0,740
KATA PENGANTAR
Dalam rangka memenuhi tugas akhir, maka penulis bermaksud mengadakan
penelitian mengenai Hubungan Antara Konsep Diri dengan Dukungan Orang Tua pada
Siswa Kelas II SMU “ X “ Lampung yang sedang berada pada fase perkembangan
remaja.
Dalam lampiran berikut terdapat kuesioner yang berhubungan dengan penelitian
tersebut. Sehubungan dengan keperluan tersebut, penulis sangat mengharapkan bantuan
Saudara untuk meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner yang tersedia.
Informasi yang Saudara berikan sangat bermanfaat bagi perkembangan dan
penerapan ilmu pengetahuan. Karenanya besar harapan penulis agar Saudara dapat
mengisi kuesioner ini dengan sungguh-sungguh dan sesuai dengan kondisi pribadi
Saudara, sehingga informasi yang diperoleh akan menggambarkan permasalahan yang
sesunggguhnya dan penulis juga akan menjaga kerahasiaan jawaban Saudara.
Atas kesediaan dan bantuan yang Saudara berikan, penulis mengucapkan terima
kasih.
IDENTITAS PRIBADI
Petunjuk :
Isilah pertanyaan berikut sesuai dengan keadaan Saudara pada saat ini.
1. Inisial :
2. Jenis kelamin : 3. Tempat/tanggal Lahir :
DATA PENUNJANG
8. Apakah Saudara merasa senang dengan keadaan Saudara saat ini atau pada saat Saudara masih kecil?
………. Mengapa?
………. ………. 9. Berapakah jumlah IQ Saudara pada pengetesan IQ terakhir yang Saudara ikuti?
………. 10. Selama ini, dari segi fisik, hal-hal apa saja yang membuat Saudara bangga akan
diri sendiri?
………. ………. 11. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Tolong sebutkan kelebihan dan
kekurangan yang Saudara miliki ( secara fisik ).
………. ………. ………. ………. 12. Apakah Saudara merasa puas dengan keadaan fisik Saudara saat ini?( Ya / Tidak )
………. Jika “ Tidak “, mengapa ?
………. ………. 13. Apakah Saudara merasa bahwa orang tua Saudara memperlakukan Saudara lebih
baik dibandingkan pada saat masa kecil Saudara?
... 14. Apakah Saudara merasa bangga dengan kemampuan akademis yang Saudara
miliki saat ini ?
……….
KUESIONER
Pedoman:
Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan. Dalam setiap pernyataan selalu terdapat empat buah kotak. Saudara diminta untuk membubuhkan tanda silang (X) pada salah satu kotak dari keempat kotak yang ada sesuai dengan yang Saudara alami.
SS : Sangat Sesuai
1. Orang tua saya selalu memperhatikan saya. X
Apabila Saudara merasa Sesuai dengan pernyataan tersebut maka bubuhkanlah tanda silang (X) pada kolom S.
Dengan cara yang sama, isilah kolom-kolom yang kosong berikut ini sesuai dengan apa yang Saudara alami.
NO. PERNYATAAN SS S TS STS
1. Orang tua saya menghibur saya bila saya mengalami kesulitan.
2. Orang tua saya menyayangi saya apa adanya. 3. Orang tua saya peduli dengan kelemahan fisik saya. 4. Orang tua saya dapat menerima saya apa adanya. 5. Orang tua saya menghargai saya apa adanya.
6. Orang tua saya memperlakukan saya sama seperti saudara saya lainnya.
7. Orang tua saya memperkenalkan saya kepada kerabat-kerabatnya.
8. Orang tua saya memperhatikan keadaan saya di rumah. 9. Orang tua saya tidak senang akan kekurangan saya. 10. Orang tua saya tidak peduli walaupun saya membutuhkan
mereka saat saya mengalami kesulitan.
11. Orang tua saya memberikan perhatian saat saya membutuhkannya.
12. Orang tua saya lebih menyukai saudara-saudara saya yang lain.
13. Orang tua saya kurang memperhatikan keadaan saya di dalam keluarga.
14. Orang tua saya tidak menghubungi saya saat saya sedang bepergian.
16. Orang tua saya tidak peduli dengan kelemahan fisik saya. 17. Orang tua saya meyakinkan saya bahwa saya mampu
meraih cita-cita.
18. Orang tua saya menghargai setiap usaha saya dalam meraih prestasi di sekolah.
19. Sebelum membuat keputusan, orang tua mendiskusikan dengan saya terlebih dahulu.
20. Orang tua saya tidak mempercayakan saya melakukan tugas tertentu.
21. Orang tua saya menghargai gagasan yang saya kemukakan saat berdiskusi.
22. Orang tua saya mencemoohkan saya jika saya gagal dalam melakukan suatu hal.
23. Orang tua saya tidak peduli dengan hasil rapot saya. 24. Orang tua saya tidak meminta pendapat saya dalam rapat
keluarga.
25. Orang tua saya tidak memberikan uang jajan pada saya. 26. Orang tua saya tidak memberikan peralatan sekolah yang
saya butuhkan.
27. Orang tua saya mengajak saya berlibur untuk mengurangi kejenuhan sekolah.
28. Orang tua saya meluangkan waktu untuk menengok saya saat belajar.
29. Orang tua saya meluangkan waktu untuk saya bertanya tentang masalah yang saya alami di sekolah.
30. Uang yang diberikan orang tua cukup untuk memenuhi kebutuhan saya.
31. Orang tua saya membelikan barang / sesuatu untuk menyalurkan hobi saya.
32. Orang tua saya sulit meluangkan waktu untuk bersama saya.
33. Orang tua saya bersikap acuh tak acuh terhadap kebutuhan saya.
34. Orang tua saya sulit meluangkan waktu untuk berdiskusi. 35. Orang tua saya mengeluhkan besarnya biaya yang saya
butuhkan untuk bersekolah.
36. Orang tua saya tidak menyediakan waktu ketika saya berada di rumah.
37. Orang tua saya tidak memberikan uang saku yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
38. Orang tua saya tidak dapat saya andalkan sebagai tempat bertanya mengenai kesulitan yang saya hadapi.
39. Orang tua saya sulit meluangkan untuk bersama saya ketika saya berada di rumah.
40. Orang tua saya tidak membelikan peralatan sekolah yang
saya butuhkan.
41. Orang tua saya tidak memberi masukan terhadap nilai mata pelajaran saya yang jelek.
42. Orang tua saya tidak mencarikan dokter saat saya sakit. 43. Orang tua saya membicarakan dan mengingatkan
kelebihan yang saya miliki.
44. Orang tua saya menasihati saya agar dapat menerima diri saya apa adanya.
45. Orang tua saya menasihati saya agar dapat menerima pendapat orang lain.
46. Orang tua saya setuju tentang pandangan saya mengenai hal baik buruk.
47. Orang tua saya tahu mengenai pendidikan lebih lanjut terbaik untuk saya.
48. Orang tua saya membiarkan saya tidak bertanggung jawab atas tindakan saya.
49. Orang tua saya tidak membimbing saya untuk mengatur jadwal kegiatan saya sehari - hari.
50. Orang tua saya tidak memberitahukan saya mengenai bahaya pergaulan.
51. Orang tua saya tidak peduli saat saya bertengkar dengan saudara saya.
KUESIONER
Pedoman:
Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan. Dalam setiap pernyataan selalu terdapat empat buah kotak. Saudara diminta untuk membubuhkan tanda silang (X) pada salah satu kotak dari keempat kotak yang ada sesuai dengan yang Saudara alami.
SS : Sangat Setuju
Apabila Saudara Setuju dengan pernyataan tersebut maka bubuhkanlah tanda silang (X) pada kolom S.
Dengan cara yang sama, isilah kolom-kolom yang kosong berikut ini sesuai dengan apa yang Saudara rasakan.
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1. Saya memiliki tubuh yang sehat.
2. Saya senang tampak manis dan rapi sepanjang hari. 3. Saya seorang yang menarik.
4. Saya tidak menjaga kebersihan tubuh saya. 5. Saya adalah orang yang tidak menarik.
6. Saya tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek. 7. Saya berusaha menjaga kesehatan tubuh saya
sebaik-baiknya.
8. Saya mampu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh orang tua.
9. Saya selalu menjaga penampilan saya sebaik-baiknya. 10. Saya malas berolahraga.
11. Saya merasa tidak mampu mengerjakan tugas rutin saya. 12. Saya tidak peduli akan kerapian penampilan saya. 13. Saya seorang yang dapat memahami orang lain. 14. Saya seorang yang percaya pada agama.
15. Saya seorang yang jujur.
16. Saya seorang yang kurang mampu untuk melaksanakan ajaran agama.
17. Saya merasa menyesal menjadi diri saya seperti sekarang ini.
18. Saya tidak patuh pada aturan / norma yang berlaku.
19. Saya mematuhi ajaran agama seperti yang saya inginkan. 20. Saya bukan orang yang dapat dipercaya.
21. Saya malas beribadah.
22. Saya taat beragama dalam hidup sehari-hari.
23. Saya hampir melakukan apa yang benar hampir setiap saat.
24. Saya mencoba untuk berubah jika menyadari apa yang saya lakukan salah.
25. Kadang- kadang saya melakukan hal yang tidak jujur untuk dapat maju.
26. Saya seorang yang periang.
27. Saya cukup mampu mengendalikan diri. 28. Saya mudah menyesuaikan diri.
29. Saya mudah menaruh dendam pada orang lain. 30. Saya seorang yang menyenangkan.
31. Saya bangga terhadap kemampuan-kemampuan yang saya miliki.
32. Saya bukanlah orang yang sebenarnya saya inginkan. 33. Saya mengabaikan diri saya sendiri.
34. Saya mudah menyerah jika menghadapi masalah yang saya anggap sulit.
35. Saya mampu mengurus dan mengatasi diri saya sendiri dalam situasi apa pun.
36. Saya dapat memecahkan masalah dengan cukup mudah. 37. Saya dapat menerima kesalahan saya tanpa merasa sakit
hati atau marah.
38. Saya melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang. 39. Saya mencoba lari dari masalah-masalah saya.
40. Saya mempunyai keluarga yang membantu saya dalam menghadapi kesulitan apa pun.
41. Saya seorang yang berarti bagi keluarga saya. 42. Saya seorang anggota keluarga yang bahagia.
43. Saya tidak dipercaya oleh keluarga dan teman-teman saya.
44. Saya tidak dicintai oleh keluarga saya.
45. Orang tua saya tidak mempercayai saya dalam bidang tertentu.
46. Saya puas terhadap hubungan saya dengan keluarga. 47. Saya memperlakukan orang tua dengan sebagaimana
mestinya.
48. Saya dapat memahami keluarga sebagaimana mestinya. 49. Saya terlalu peka terhadap hal-hal yang dikatakan dalam
keluarga.
tertentu.
51. Saya tidak mencurahkan perhatian dan kasih sayang pada keluarga.
52. Saya berusaha untuk jujur pada keluarga saya.
53. Saya membantu mengerjakan tugas saat berada di rumah.
Tabel Uji Korelasi Dukungan Orang Tua dan Konsep Diri
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.
Tabel Uji Korelasi Aspek Dukungan Orang Tua dan Konsep Diri
Correlations
1.000 .470** .593** .366* .328*
. .001 .000 .014 .028
45 45 45 45 45
.470** 1.000 .722** .781** .608**
.001 . .000 .000 .000
45 45 45 45 45
.593** .722** 1.000 .732** .574**
.000 .000 . .000 .000
45 45 45 45 45
.366* .781** .732** 1.000 .661**
.014 .000 .000 . .000
45 45 45 45 45
.328* .608** .574** .661** 1.000
.028 .000 .000 .000 .
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam rentang kehidupan, individu mengalami proses perkembangan dari masa
konsepsi sampai individu itu meninggal. Pada awal kehidupan, keluarga merupakan
lingkungan pertama yang dimasuki oleh individu dan sangat berperan dalam
kehidupannya. Di dalam keluarga, anak melakukan interaksi dengan anggota keluarga
lain. Di dalam keluarga, anak akan mendapatkan perlindungan, kasih sayang, perasaan
diterima dan rasa aman. Perasaan diterima dan rasa aman akan dirasakan oleh anak
karena adanya pengalaman anak berinteraksi dengan anggota keluarga yang sangat
berarti bagi anak. Pada waktu anak disayangi, dipuji, dan diterima maka ia akan
memandang dirinya itu penting. Sebaliknya, ketika anak tidak dihiraukan, diberi
hukuman atau dirinya ditolak maka ia akan memandang dirinya itu tidak penting atau
tidak berarti. Jika keadaan demikian dialami terus menerus maka dapat membentuk suatu
penilaian tertentu pada diri individu itu tersebut yang selanjutnya akan membentuk suatu
konsep tertentu tentang dirinya sendiri sebagai konsep diri yang positif atau negatif
(Hurlock,E.B., 1972).
Konsep diri merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan remaja yang
dalam masa perkembangannya dituntut untuk dapat mencari jati dirinya. Jika seorang
remaja mempersepsi dirinya memperoleh dukungan dari orang tua, misalnya dalam
bentuk pemberian semangat saat remaja menghadapi masalah maka hal tersebut akan
2
membuat remaja merasa dirinya diperhatikan dan disayang oleh orang tuanya. Hal
tersebut diharapkan dapat memunculkan suatu bentuk konsep diri yang positif yang
membuat remaja merasa percaya diri dan dapat menunjang prestasinya.
Siswa kelas II SMU yang berada pada tahap perkembangan remaja diharapkan
sudah mempunyai konsep diri yang stabil, bersifat abstrak dan mempunyai ciri-ciri yang
terintegratif . Sesuai dengan perkembangannya tersebut, pada masa remaja ini, siswa
sudah mampu memberikan penilaian terhadap dirinya sendiri. Penilaian ini tidak terlepas
dari pengalaman-pengalamannya, khususnya dengan lingkungan yang terdekat dan
berarti bagi remaja, yaitu lingkungan keluarga. Dalam lingkungan keluarga tersebut,
dukungan orang tua turut mempengaruhi pembentukan konsep diri seorang siswa. Siswa
yang memiliki konsep diri positif adalah siswa yang menghayati dirinya sebagai siswa
yang disayang dan diterima baik oleh lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial.
Sedangkan siswa yang memiliki konsep diri negatif adalah siswa yang menghayati
dirinya tidak berarti baik dalam lingkungan keluarga ataupun dalam lingkungan sosial,
memiliki kekurangan dibandingkan orang lain, memandang orang lain selalu dapat
melakukan segala sesuatu yang lebih baik dari dirinya. Siswa dengan konsep diri positif
akan memiliki keyakinan diri atau kepercayaan diri yang tinggi dan hal ini akan
membawa banyak manfaat bagi diri siswa tersebut, misalnya mampu bersosialisasi
dangan lingkungan sekitarnya, mampu menghadapi persaingan, dan mampu
memanfaatkan potensi yang dimilikinya. Hal ini akan turut mempengaruhi rasa
kepercayaan dirinya misalnya dalam berbicara di depan umum, ikut dalam organisasi di
sekolah, ikut kegiatan – kegiatan yang ada di masyarakat. Sedangkan siswa yang
3
rendah. Hal ini akan menghambat proses perkembangan siswa itu sendiri, misalnya
menarik diri dari pergaulan karena merasa malu, merasa dirinya tidak berguna karena
tidak memiliki kelebihan. Dukungan orang tua adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi terbentuknya suatu konsep diri ( Fitts, 1971 ).
Berbagai fenomena telah kita jumpai dalam masyarakat menyangkut dukungan
orang tua dan konsep diri. Misalnya adalah ketika orang tua siswa menanyakan kepada
anaknya apa yang ia butuhkan untuk menunjang prestasinya di sekolah, menanyakan
kepada siswa apakah ia mengalami kesulitan dalam membagi waktu antara pelajaran
sekolahnya dengan les di luar sekolah, memperhatikan dan mendampingi saat siswa
belajar. Persepsi siswa bahwa ia mendapatkan dukungan dari orang tua tidak hanya dalam
bentuk materi, tetapi bisa juga dalam bentuk non materi, misalnya perhatian, kasih
sayang, dan sebagainya. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap penilaian siswa
terhadap dirinya, bahwa dirinya cukup berarti untuk mendapatkan dukungan dari orang
tuanya dan hal ini akan memunculkan suatu konsep diri positif. Fenomena lain yang
terjadi adalah ketika seorang anak sulit untuk bertemu dengan orang tuanya untuk
membicarakan masalah yang sedang dihadapinya di sekolah ataupun di dalam
masyarakat karena orang tuanya sibuk bekerja. Orang tua siswa tersebut tidak
menghiraukan mengenai apa yang dibutuhkan oleh siswa untuk menunjang prestasinya di
sekolah dan hal – hal apa yang telah terjadi pada diri siswa setelah pulang dari sekolah.
Hal tersebut dapat membuat siswa merasa kurang mendapatkan dukungan dari orang
tuanya dan hal ini dapat memunculkan suatu bentuk konsep diri negatif dalam diri siswa
tersebut. Sebagian masyarakat berpendapat bahwa anak yang mendapat dukungan penuh
dari orang tuanya, diterima, dan dihargai akan memiliki konsep diri positif. Sebaliknya,
4
mayoritas masyarakat beranggapan bahwa salah satu faktor dominan terbentuknya
konsep diri negatif pada diri seorang anak disebabkan karena tidak ada atau kurangnya
dukungan dan perhatian yang diberikan oleh orang tua individu tersebut.
Peneliti telah mewawancarai enam belas orang siswa SMU. Dari wawancara
tersebut dapat diketahui siswa yang menghayati mendapat dukungan dari orang tuanya
dan memiliki konsep diri yang positif ada sembilan orang (56,25%). Mereka mengatakan
bahwa orang tua mereka memberikan dukungan, baik berupa fasilitas belajar atau
perhatian dan waktu yang cukup untuk mereka sejak mereka kecil. Hal tersebut membuat
mereka merasa dibutuhkan dan berarti bagi keluarganya dan merasa yakin akan
kemampuan yang dimilikinya. Siswa yang menghayati mendapat dukungan dari orang
tuanya tetapi memiliki konsep diri negatif ada dua orang (12,5%). Mereka mengatakan
kedua orang tua mereka telah memberikan perhatian, waktu, dan dukungan materi
terhadap diri mereka. Namun mereka merasa bahwa dalam diri mereka terdapat
kekurangan dibandingkan dengan orang lain, terutama dalam lingkungan akademisnya.
Hal ini membuat mereka memaknakan dirinya sebagai individu yang kurang dapat
diterima dalam lingkungan akademisnya. Siswa – siswa lainnya menghayati dirinya
kurang mendapatkan dukungan dari orang tuanya. Walaupun menghayati dirinya kurang
mendapat dukungan dari orang tuanya, mereka terbagi dalam dua kelompok, yaitu dua
orang (12,5%) memiliki konsep diri yang positif dan tiga orang (18,75%) lainnya
memiliki konsep diri yang negatif. Kelompok yang memiliki konsep diri yang positif
mengatakan bahwa orang tuanya sama sekali tidak mengetahui apa yang dilakukannya
selama ia di sekolah ataupun di tempat lain selama ia di luar rumah. Namun demikian
5
merasa bahwa apa yang dihasilkan orang tuanya dari bekerja juga diperuntukkan bagi
dirinya. Jadi ia merasa senang dengan keadaan seperti itu dan menganggap bahwa dirinya
tetap mendapatkan perhatian dari orang tuanya secara tidak langsung.
Sedangkan kelompok yang memiliki konsep diri negatif mengatakan bahwa orang
tua mereka memberikan dukungan kepada mereka terbatas dalam bentuk materi,
misalnya komputer, alat tulis. Namun para siswa ini mengatakan bahwa orang tuanya
tidak mempunyai cukup waktu untuk menemaninya mengobrol, berbagi perasaan saat
siswa di sekolah. Hal tersebut membuat mereka menganggap bahwa diri mereka tidak
cukup berarti untuk mendapat perhatian lebih dari orang tuanya, bukan sekedar perhatian
dalam bentuk materi.
Berdasarkan uraian di atas, maka tidak dapat dikatakan secara pasti bahwa remaja
yang mendapat dukungan dari orang tuanya memiliki konsep diri yang positif. Begitu
pula sebaliknya, tidak semua remaja yang tidak mendapat dukungan dari orang tuanya
memiliki konsep diri negatif. Hal tersebut menggugah penulis untuk mengetahui keeratan
hubungan antara dukungan orang tua dengan pembentukan konsep diri pada siswa kelas
II SMU “ X “ Lampung.
I.2. Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini masalah yang ingin diteliti adalah sejauh mana keeratan
hubungan antara dukungan orang tua dengan konsep diri pada siswa kelas II SMU “ X “
Lampung.
6
I.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran hubungan antara
dukungan orang tua dengan konsep diri pada siswa kelas II SMU “ X “ Lampung.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana keeratan
hubungan antara dukungan orang tua dengan konsep diri pada siswa kelas II SMU “ X “
Lampung.
I.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan teoretis
a. Memperluas wawasan ilmu Psikologi perkembangan tentang dukungan
orang tua dengan konsep diri.
b. Memberi informasi kepada pihak-pihak yang ingin meneliti lebih lanjut
mengenai hubungan antara dukungan orang tua dengan konsep diri.
1.4.2 Kegunaan praktis
a. Memberi informasi kepada siswa mengenai gambaran konsep diri dan
dukungan orang tua yang dimilikinya sebagai upaya pemahaman dan
pengembangan diri.
b. Memberikan informasi atau masukan sebagai bahan pertimbangan bagi
psikolog, yayasan, dan sekolah – sekolah yang berkaitan dengan konsep
diri pada siswa SMU.
c. Memberikan informasi kepada orang tua mengenai pembentukan konsep
diri siswa agar dapat membantu siswa untuk membentuk konsep diri yang
7
1.5. Kerangka Pemikiran
Salah satu tahap dari perkembangan individu adalah masa remaja. Remaja adalah
masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa ini, siswa yang berada
pada tahap perkembangan remaja perlu menguji kembali dirinya sendiri baik secara fisik,
sosial dalam hubungannya dalam lingkungan sekitar sehingga akan terjadi pula
pembentukan konsep diri ke arah yang lebih baik (Erikson, dalam Burns,1979:220).
Bagaimana seseorang memandang dan menilai dirinya, itulah yang dimaksud dengan
konsep diri (Snygg and Combs,1949 dalam Burns 1979:44). Sedangkan menurut Fitts
(1971), konsep diri merupakan susunan pola persepsi yang terorganisasi tentang diri.
Dengan demikian konsep diri adalah pemaknaan diri melalui proses persepsi yang
terorganisasi dan berguna bagi individu tersebut dalam berinteraksi dengan dunianya. Hal
ini berarti konsep diri akan memunculkan bentuk tingkah laku tertentu pada siswa.
Siswa sebagai individu berusaha menunjukkan keberadaannya. Oleh karena itu,
salah satu ciri dari siswa SMU yang sedang berada pada masa remaja adalah masa
mencari identitas. Ia selalu bertanya “Siapa sebenarnya saya?” , “Apa kelebihan dan
kekurangan saya?” , “Apa tujuan hidup saya?”. Jika pertanyaan – pertanyaan itu tidak
terjawab olehnya, ia belum memperoleh gambaran yang jelas tentang dirinya. Pada masa
ini siswa melakukan pencarian jati diri yang paling intensif (Burns, 1979). Identitas itu
timbul dari suatu integrasi yang bertahap dari semua proses identifikasi (Erikson, 1965
dalam Burns, 1979:222) karena itu penting bagi siswa yang berhubungan dengan orang dewasa.
8
Konsep diri merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan remaja yang
dalam masa perkembangannya dituntut untuk dapat mencari jati dirinya. Jika seorang
remaja mempersepsi dirinya memperoleh dukungan dari orang tua, misalnya dalam
bentuk pemberian semangat saat remaja menghadapi masalah maka hal tersebut akan
membuat remaja merasa dirinya diperhatikan dan disayang oleh orang tuanya. Hal
tersebut diharapkan dapat memunculkan suatu bentuk konsep diri yang positif yang
membuat remaja merasa percaya diri dan dapat menunjang prestasinya.
Dalam memandang dan menilai dirinya, dapat diketahui terdapat dua kelompok
siswa dalam mempersepsi dirinya, yaitu kelompok siswa yang memiliki konsep diri
positif dan kelompok siswa yang memiliki konsep diri negatif. Siswa yang memiliki
konsep diri positif adalah siswa yang mempersepsi dirinya sebagai individu yang
disayang dan diterima baik oleh lingkungan keluarga maupun dari lingkungan sosial.
Konsep diri yang positif memiliki ciri-ciri antara lain optimis, kepercayaan diri
menanggulangi masalah-masalah, dan tidak cepat merasa putus asa atas kegagalan yang
terjadi bahkan kegagalan dijadikan cambuk untuk menjadi lebih baik di masa yang akan
datang. Sedangkan siswa yang memiliki konsep diri negatif adalah siswa yang merasa
dirinya tidak berarti baik dalam lingkungan keluarga ataupun dalam lingkungan sosial,
memiliki lebih banyak kekurangan dibandingkan orang lain, memandang orang lain
selalu dapat melakukan segala sesuatu yang lebih baik dari dirinya. Siswa yang memiliki
konsep diri negatif memiliki ciri-ciri terlalu peka terhadap kritik karena kritik dipandang
sebagai kesalahan atas pemikiran dan perbuatan mereka, tidak mau mengakui kelemahan
9
orang lain dengan maksud untuk mempertahankan citra diri yang goyah dan mengalihkan
perhatian terhadap kekurangan orang lain (Burns, 1979:279).
Menurut Fitts (1972), siswa dengan konsep diri positif beranggapan bahwa orang
lain sama dengan dirinya atau memiliki konsep diri yang mirip dengan dirinya. Jadi,
individu yang memiliki konsep diri positif akan menganggap bahwa dirinya tidak berbeda
dengan mayoritas orang sehingga membuat individu tersebut merasa “ nyaman “ dengan
keadaannya. Di lain pihak, siswa dengan konsep diri yang negatif merasa bahwa ia
berbeda dengan orang lain. Fitts juga menunjukkan semakin positif konsep diri siswa
maka semakin positif pula pandangannya terhadap orang lain secara umum.
Menurut Fitts (1971:14) konsep diri terdiri atas 2 dimensi, yaitu dimensi internal dan eksternal. Dalam dimensi internal, siswa melakukan penilaian terhadap dirinya
sendiri berdasarkan dunia batinnya sendiri. Dimensi internal terdiri atas 3 bagian.
Pertama, identity self yang merupakan aspek paling dasar dari konsep diri, menjawab
pertanyaan siapakah saya, berisi label dan simbol yang diberikan kepada diri oleh siswa
untuk menjelaskan dirinya dan membentuk identitasnya, misalnya jika seorang siswa
memiliki gambaran dirinya sebagai siswa yang berprestasi, maka ia memiliki keinginan
untuk menjadi siswa yang mendapat nilai tinggi dari suatu tugas. Kedua, behavioral self
yang meliputi hal-hal yang dilakukan individu, menyangkut dua hal, yaitu apakah suatu
tingkah laku akan dipertahankan atau diabaikan. Contoh dari behavioral self adalah
seorang siswa yang ingin menjadi pelajar teladan dan ia berperilaku untuk mewujudkan
hal tersebut dengan mendapatkan prestasi yang baik dan aktif dalam kegiatan – kegiatan.
Karena perilaku tersebut maka siswa tersebut merasa telah berhasil memaknakan dirinya
secara positif dalam lingkungannya. Ketiga, judging self yang menggambarkan
10
bagaimana perasaan siswa terhadap dirinya sendiri. Penilaian ini berfungsi sebagai
pengamat, penetap standard, pembanding dan juga berperan sebagai mediator antara
identitas diri dan perilaku diri dengan menilai diri “baik”, “memuaskan”, atau “buruk”,
misalnya seorang siswa yang menilai dirinya pandai karena ia mendapat nilai tertinggi di
kelasnya maka hal tersebut akan mempengaruhi pembentukan konsep diri yang positif
dalam dirinya.
Dalam dimensi eksternal, siswa menilai diri sendiri melalui interaksi dirinya
dengan lingkungan, yaitu pengalaman siswa dalam hubungan interpersonalnya. Dalam
hal ini diri diamati berdasarkan : Pertama, physical self, menyangkut penilaian bentuk
tubuh, seksualitas, kesehatan dan penampilan. Contohnya adalah ketika seorang siswa
dinilai orang lain bahwa dirinya cantik maka hal tersebut akan mempengaruhi penilaian
siswa tersebut terhadap dirinya bahwa ia memiliki suatu kelebihan dibandingkan dengan
orang lain. Kedua, moral ethical self, menyangkut penilaian terhadap aspek-aspek
keagaman, etika, nilai moral yang dipegang meliputi batasan baik atau buruk. Misalnya
ketika seorang siswa menilai bahwa dirinya dapat bersikap sopan santun kepada orang
lain, menghormati orang lain. Maka hal tersebut akan mempengaruhi pembentukan
konsep dirinya. Ketiga, personal self, yaitu sejauh mana seseorang merasa puas terhadap
pribadinya, menghormati diri dan keyakinan diri.misalnya ketika seorang siswa memiliki
keyakinan bahwa ia akan berhasil menjadi siswa terbaik pada akhir semester, maka hal
tersebut akan membentuk suatu konsep diri yang positif dalam dirinya. Keempat, family
self, menggambarkan hakikat hubungan pribadi siswa dengan keluarga dan sahabat
dekatnya serta perasaannya sebagai anggota dari suatu kelompok. Misalnya ketika
11
saudaranya maka ia merasa berarti bagi keluarganya dan hal tersebut akan mempengaruhi
pembentukan konsep diri bagi siswa tersebut. Kelima, social self, merupakan penilaian
siswa terhadap rasa keberhargaan dalam berrelasi dengan masyarakat. Misalnya ketika
seorang siswa merasa mampu untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang lebih
luas maka ia akan merasa pula sebagai siswa yang dihargai oleh lingkungannya dan akan
berpengaruh pula terhadap pembentukan konsep dirinya.
Keluarga sebagai lingkungan sosial yang pertama kali dihayati oleh siswa
merupakan tempat memperoleh semua indikasi awal yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan pribadinya ( Combs and Snygg, 1959 dalam Fitts, 1971 : 29 ). Di
dalam keluarga, siswa mengenali apakah dirinya disayang atau tidak, diterima atau tidak,
seseorang yang berhasil atau gagal, seseorang yang dihargai atau tidak. Cooley (1902
dalam Fitts, 1971 : 12 ) dalam teorinya “The looking glass self”, diri dipengaruhi oleh keyakinan individu tentang pandangan orang lain, khususnya yang termasuk dalam
kelompok sosialnya, yaitu mereka yang berinteraksi langsung dengan individu tersebut
dalam jangka waktu yang relatif permanen dan memiliki derajat keintiman hubungan
yang cukup tinggi dengan sejumlah kecil anggota kelompok tersebut. siswa
menginginkan suatu keadaan dimana ia merasa diterima dan diperhatikan oleh kedua
orang tuanya. Hal tersebut penting untuk menentukan konsep dirinya ke arah yang lebih
baik. Fitts dkk ( 1971 : 35 ) juga menyatakan bahwa keluarga memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan gambaran diri siswa. Salah satu kontribusi itu adalah
dukungan orang tua. Dukungan orang tua akan diterima dan dihayati oleh siswa yang
berada pada fase perkembangan remaja. Adanya penghayatan dari remaja terhadap
dukungan orang tuanya merupakan pengalaman yang akan dipersepsi dan hal itu akan
12
berperan dalam pembentukan konsep diri. Cobb (1976 dalam Vaux, 1988:7)
mengungkapkan bahwa dukungan orang tua dapat melindungi individu dari krisis akibat
gangguan fisik maupun psikis sehingga individu tersebut dapat menerima dengan baik
keadaannya.
Dukungan sosial menurut Sarafino (1990 : 107) mengacu pada kesenangan yang
dirasakan, penghargaan akan kepedulian atau membantu individu menerima suatu
keadaan dari orang atau kelompok orang lain. Sementara itu, pemahaman dukungan
sosial dari Cobb (1976 dalam Vaux, 1988 : 26) lebih menekankan pada derajat individu
bahwa dirinya merasa disayang, dihargai, dan menjadi bagian dari suatu kelompok.
Menurut House (1984) dukungan akan efektif apabila dukungan tersebut dirasakan atau
disadari individu penerima dukungan. Dengan adanya dukungan, individu akan merasa
dicintai, diperhatikan, diakui, merasa berharga dan merasa dirinya menjadi bagian dari
jaringan sosial. Ada beberapa jenis dukungan yang dapat diberikan (Cobb,1976 ; Scaefer, Coyne, dan Lazarus :1981 dkk dalam Sarafino 1990 : 108) yaitu pertama dukungan emosi (emotional) meliputi tingkah laku orang tua yang berhubungan dengan
rasa senang, rasa memiliki, kasih sayang kepada anak. Kedua, dukungan penghargaan
(esteem) berupa tingkah laku orang tua yang berhubungan dengan penghargaan terhadap
perbuatan anak. Ketiga, dukungan instrumental (instrumental and tangible) meliputi
tingkah laku orang tua yang berhubungan dengan kebutuhan anak yag sifatnya materi
ataupun tenaga. Dan yang terakhir adalah dukungan informasi (information) yang
meliputi tingkah laku orang tua yang berhubungan dengan pemberian informasi dan
13
akan mempengaruhi semua dimensi yang terdapat dalam diri remaja, baik dimensi
internal maupun dimensi eksternal.
Seorang remaja diharapkan memiliki konsep diri yang positif dengan menghayati
dukungan yang diberikan orang tuanya. Dengan demikian, remaja yang menghayati
dirinya diakui, diterima, dan disayang oleh orang tuanya akan mempengaruhi dimensi
internal konsep dirinya (identity self, behavioral self, judging self) dan dimensi
eksternalnya (physical self, moral ethical, personal self, family self, sosial self). Misalnya
ketika seorang siswa mendapatkan pujian dari orang tuanya ketika ia menjadi juara kelas
dan siswa tersebut diberikan hadiah oleh orang tuanya untuk menunjang prestasinya di
sekolah. Hal tersebut membuat siswa merasa bahwa dirinya penting dan ia akan bertekad
untuk mempertahankan prestasinya. Selain itu, siswa juga merasa bahwa dirinya dapat
melakukan hal – hal yang baik dan berguna bagi orang lain, seperti keluarganya dan
teman - temannya karena prestasinya tersebut. Dengan adanya penghayatan dirinya
diterima, diakui, dan disayang oleh orang tuanya, maka remaja akan memandang dan
menilai dirinya secara positif. Hal ini akan membentuk konsep diri positif dalam dirinya.
Dukungan emosi (emotional) dari orang tua yang diberikan kepada remaja
meliputi tingkah laku orang tua yang berhubungan dengan rasa senang, rasa memiliki,
kasih sayang kepada anak. Hal ini dapat dilakukan orang tua dengan memberi semangat
pada siswa saat akan mengikuti ujian dan meyakinkannya bahwa siswa dapat
mengerjakan soal – soal dengan baik. Dukungan tersebut akan membuat siswa merasa
dihargai oleh orang tuanya, keluarganya, membuat ia menjadi percaya diri baik secara
personal atau pun dalam lingkungan sosialnya. Hal ini akan mempengaruhi pembentukan
konsep diri siswa ke arah yang positif.
14
Dukungan penghargaan (esteem) dari orang tua yang diberikan kepada siswa
berupa tingkah laku orang tua yang berhubungan dengan penghargaan terhadap perbuatan
anak tersebut. Misalnya dengan mempercayakan siswa untuk melakukan suatu tugas di
rumah maka hal tersebut akan membuat siswa menilai dirinya dihargai, siswa akan
menganggap dirinya mampu untuk menerima tanggung jawab baik di lingkungan
keluarga atau pun di lingkungan sosialnya. Hal ini akan membentuk suatu konsep diri
yang positif dalam diri siswa.
Dukungan instrumen dari orang tua kepada siswa, misalnya fasilitas belajar,
bantuan materi dan tenaga, mencukupi kebutuhan sehari-hari dan meluangkan waktu
untuk siswa sehingga siswa akan menghayati dirinya diperhatikan. Hal ini dapat
dilakukan orang tua misalnya dengan cara membelikan perlengkapan yang
dibutuhkannya untuk menunjang prestasinya di sekolah, mendampingi siswa saat belajar,
meluangkan waktu untuk mendengarkan keluh kesah siswa mengenai kejadian di sekolah
dan memberikan alternatif untuk memecahkan masalahnya. Dengan diberikannya
dukungan tersebut, maka siswa akan merasa bahwa dirinya penting untuk diperhatikan,
baik dari segi materi atau pun dalam bentuk perhatian, siswa juga akan merasa bahwa
dirinya adalah bagian penting dari keluarganya. Hal ini akan membentuk konsep diri
yang positif pada siswa.
Bentuk dukungan selanjutnya adalah dukungan informasi yang dapat berupa
penanaman aspek-aspek keagamaan, etika dan moral, memberikan nasihat, memberikan
umpan balik tentang apa yang telah dilakukan, mencarikan sekolah. Dukungan dari orang
tua tersebut akan membuat siswa merasa bahwa dirinya adalah individu yang cukup
15
dihargai dan membuat siswa merasa bahwa dirinya pantas untuk menerima informasi
mengenai hal – hal yang baik dalam lingkungannya. Dengan hal tersebut akan membuat
siswa menghayati bahwa dirinya diterima dan dihargai oleh orang tuanya.
Pembentukan konsep diri pada remaja tidak hanya terfokus pada dukungan yang
diberikan oleh orang tua ( Fitts, 1971 ). Ada hal yang lain juga yang turut berpengaruh,
antara lain usia siswa itu sendiri (berkorelasi dengan kematangan fisik dan psikis), tingkat
pendidikan, intelegensi, dan kondisi fisik. Individu yang lebih matang diharapkan
memiliki konsep diri yang semakin ke arah positif karena seiring dengan berjalannya
waktu, individu tersebut lebih memahami kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.
Faktor lain yang turut berpengaruh dalam menentukan konsep diri adalah tingkat
pendidikan. Individu yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung memiliki
konsep diri yang tinggi pula sesuai dengan tingkat pendidikannya. Namun sebaliknya,
individu yang memiliki tingkat pendidikan rendah diharapkan memiliki konsep diri yang
positif walaupun mereka cenderung merasa rendah diri jika berhadapan dengan individu
lain yang memiliki tingkat pendidikan di atas mereka. Faktor lainnya adalah intelegensi.
Individu yang memiliki intelegensi lebih tinggi biasanya memiliki konsep diri yang lebih
positif dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat intelegensi yang rendah.
Sedangkan faktor lain yang juga memiliki pengaruh terhadap pembentukan konsep diri
adalah bentuk fisik. Individu yang memiliki bentuk fisik tidak normal ( cacat ) cenderung
menilai dirinya berbeda dengan orang lain dan merasa dirinya lebih banyak memiliki
kelemahan dibandingkan dengan orang lain. Walaupun demikian, dukungan orang tua
adalah faktor yang paling mempengaruhi terbentuknya konsep diri pada siswa.
16
Bagan kerangka pemikiran
Keluarga
Dukungan orang tua
Dukungan emosional
Dukungan penghargaan
Dukungan instrumental
Dukungan informasi
Konsep diri positif
Konsep diri negatif Dimensi eksternal
Diri fisik
Diri moral etik
Diri personal
Diri keluarga
Diri sosial Dimensi internal
Diri identitas
Diri penilai
Diri pelaku Konsep diri
Siswa kelas II SMU “X”
Bagan 1.5. Bagan kerangka pemikiran
Usia
Intelegensi
Kondisi fisik
Asumsi :
1. Penghayatan siswa terhadap dukungan orang tua berbeda – beda.
2. Penghayatan dukungan orang tua yang diberikan pada siswa memiliki peranan dalam
pembentukan konsep diri siswa.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat hubungan yang moderat antara dukungan orang tua dan konsep diri pada
siswa kelas II SMU ”X” Lampung.
2. Aspek dukungan orang tua yang paling tinggi korelasinya dan paling
mempengaruhi terbentuknya konsep diri adalah aspek dukungan penghargaan.
3. Terdapat hal lain yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri selain karena
faktor dukungan orang tua, yaitu faktor intelegensi dan bentuk fisik
DAFTAR PUSTAKA
1. Burns, R.B, 1979, The Self Concept : Theory, Measurement, Development and Behavior, London : Longman Group Limited.
2. Cruickshank, William M., 1971, Psychology of Exceptional Children and Youth 3rd edition, Englewood Cliffs, New Jersey ; Prentice - Hall, Inc.
3. Fitts, William H., 1971, The Self Concept and Self Actualization, Los Angeles, California, Western Psychological Service.
4. Friedenberg, Lisa, 1995, Psychological Testing, Design, Analysis, and Use, Boston : Copyright Allyn and Bacon.
5. Hurlock, Elizabeth B, 1973, Adolescence Development, , Tokyo; Mc Grow – Hill Kogakus Inc.
6. Pudjijugjanti, Clara R, Konsep Diri dalam Pendidikan, Arcan Penerbit Umum, Jakarta, 1988.
7. Santrock, John W, 1995, Life Span Development 2nd edition, Dubuqu, Iowa, Wn.C, Brown Publisher.
8. Sarafino, E.F., 1990, Health Psychology, Bio Psychology Social Interaction, New York ; John Willey and Son’s Ltd.