• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi."

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PREVALENSI, KESADARAN, DAN TERAPI RESPONDEN HIPERTENSI DI DUKUH JRAGUNG, JOGOTIRTO, BERBAH,

KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA (KAJIAN FAKTOR SOSIO-EKONOMI)

Lusia Shinta Dewi, Rita Suhadi

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta INTISARI

Hipertensi adalah suatu keadaan seseorang mengalami peningkatan tekanan darah melebihi batas normal secara berkala di dalam arteri. Penelitian ini bertujuan melakukan observasi untuk mendapatkan proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Jragung, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Penelitian dilakukan berdasarkan teori the rule of halves yaitu hanya seperdelapan orang yang melakukan terapi terkontrol dari keseluruhan populasi yang diteliti.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional, survei farmakoepidemiologi dengan desain penelitian secara cross-sectional (potong lintang). Teknik pengambilan sampel (sampling) yang digunakan pada penelitian adalah teknik purposive sampling. Jumlah responden yang digunakan sebanyak 244 orang yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Data yang didapatkan dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, dan denyut nadi. Data penelitian dianalisis menggunakan uji chi square, uji one way anova, dan uji t independent dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi prevalensi hipertensi responden adalah 59,8% dari total responden penelitian, proporsi kesadaran hipertensi responden adalah 36,1% dari total responden penelitian, dan proporsi responden yang melakukan terapi hipertensi adalah 23,8% dari total responden penelitian. Hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden Dukuh Jragung, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

(2)

ABSTRACT

Hypertension is a condition of a person experiencing an increase in blood pressure exceeds normal limits on a regular basis in the arteries linearly related to the morbidity and mortality of cardiovascular disease. This research aims to make observations to obtain the proportion of the prevalence, awareness, and treatment of hypertension in Hamlet Jragung respondents, Sleman, Yogyakarta.

The study was conducted based on the theory of the rule of halves where only one eighth of those perform the controlled treatment of the entire population studied. This study is an observational study, Pharmacoepidemiology survey with research design is cross-sectional (cross-sectional). The technique of sampling (sampling) used in the study was purposive sampling technique. The number of respondents are as many as 244 people who met the inclusion criteria of the study. The data obtained are grouped by gender, age, education, occupation, income, systolic blood pressure, diastolic blood pressure, and pulse. The data were analyzed using chi square test, one way ANOVA test and independent t test with confidence interval 95%.

The results of this study showed that the prevalence of hypertension proportion of respondents is 59.8% of the total survey respondents, the proportion of hypertension awareness of respondents is 36.1% of the total survey respondents, and the proportion of respondents who do therapy of hypertension is 23.8% of the total survey respondents. The results showed that there was no significant relationship between the influence of socio-economic factors that include education, occupation, and income with the prevalence, awareness, and treatment of hypertension respondents Dukuh Jragung, Sleman Regency, Yogyakarta.

(3)

i

PREVALENSI, KESADARAN, DAN TERAPI RESPONDEN HIPERTENSI DI DUKUH JRAGUNG, JOGOTIRTO, BERBAH,

KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA (KAJIAN FAKTOR SOSIO-EKONOMI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh: Lusia Shinta Dewi

NIM: 118114011

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

PREVALENSI, KESADARAN, DAN TERAPI RESPONDEN HIPERTENSI DI DUKUH JRAGUNG, JOGOTIRTO, BERBAH,

KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA (KAJIAN FAKTOR SOSIO-EKONOMI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh: Lusia Shinta Dewi

NIM: 118114011

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan untuk :

Mama, Papa, Almamaterku, dan semua orang yang menyayangiku Sebagai rasa hormat dan baktiku

“Tuhan menaruhmu di tempat yang sekarang, bukan karena kebetulan. Orang

yang hebat tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan.

Mereka dibentuk melalui kesukaran, tantangan, dan air mata”

(Dahlan Iskan)

“Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang yang percaya,

dalam perkataanmu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu”

(8)
(9)
(10)

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dari segala pihak, sehingga proposal skripsi ini selesai tepat waktu, terutama kepada:

1. Yesus Kristus atas semua berkat dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Papa, Mama, Mbak Nila, Mbak Intan, dan Eko Sakti Prihandaryanto yang telah memberikan bantuan dukungan, doa, waktu, material, dan kasih sayang yang sangat banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini

3. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memperlancar jalannya penelitian.

4. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini

(11)
(12)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………...….ii HALAMAN PENGESAHAN………...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……..………....iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………..v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI………..vi

PRAKATA………..vii

DAFTAR ISI...…...ix

DAFTAR TABEL………...xii

DAFTAR GAMBAR………...xiii

INTISARI……….xiv

ABSTRACT………xv

BAB I PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Rumusan Masalah ... 5

2. Keaslian Penelitian ... 5

3. Manfaat Penelitian ... 7

B. Tujuan Penelitian ... 7

PENELAAHAN PUSTAKA ... 8

(13)

x

1. Definisi ... 8

2. Klasifikasi ... 9

3. Epidemiologi ... 10

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi ... 11

5. Terapi Hipertensi ... 13

B. Landasan Teori ... 15

C. Hipotesis ... 18

METODE PENELITIAN ... 19

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 19

B. Variabel Penelitian ... 19

1. Variabel bebas ... 19

2. Variabel tergantung ... 19

3. Variabel pengacau ... 20

C. Definisi Operasional ... 20

D. Subyek Penelitian ... 23

E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 24

G. Teknik Pengambilan Sampel ... 25

H. Instrumen Penelitian ... 27

I. Tata Cara Penelitian ... 27

J. Analisis Data Penelitian ... 30

K. Analisis Hipotesis ... 31

(14)

xi

A. Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Hipertensi ... 38

B. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi terhadap Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Hipertensi Responden Dukuh Jragung ... 42

KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

A. Kesimpulan ... 47

(15)

xii

DAFTAR TABEL

(16)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Algoritma Penanganan Hipertensi secara Farmakologi (Dipiro, Talbert,

Yee, Matzke, Wells, and Posey, 2008).. ... 14

Gambar 2. Ruang Lingkup Penelitian ... 25

Gambar 3. Pengambilan Sampel ... 26

Gambar 4. Tata Cara Penelitian ... 30

(17)

xiv

INTISARI

Hipertensi adalah suatu keadaan seseorang mengalami peningkatan tekanan darah melebihi batas normal secara berkala di dalam arteri. Penelitian ini bertujuan melakukan observasi untuk mendapatkan proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Jragung, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Penelitian dilakukan berdasarkan teori the rule of halves yaitu hanya seperdelapan orang yang melakukan terapi terkontrol dari keseluruhan populasi yang diteliti.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional, survei farmakoepidemiologi dengan desain penelitian secara cross-sectional (potong lintang). Teknik pengambilan sampel (sampling) yang digunakan pada penelitian adalah teknik purposive sampling. Jumlah responden yang digunakan sebanyak 244 orang yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Data yang didapatkan dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, dan denyut nadi. Data penelitian dianalisis menggunakan uji chi square, uji one way anova, dan uji t independent dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi prevalensi hipertensi responden adalah 59,8% dari total responden penelitian, proporsi kesadaran hipertensi responden adalah 36,1% dari total responden penelitian, dan proporsi responden yang melakukan terapi hipertensi adalah 23,8% dari total responden penelitian. Hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden Dukuh Jragung, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

(18)

xv

ABSTRACT

Hypertension is a condition of a person experiencing an increase in blood pressure exceeds normal limits on a regular basis in the arteries linearly related to the morbidity and mortality of cardiovascular disease. This research aims to make observations to obtain the proportion of the prevalence, awareness, and treatment of hypertension in Hamlet Jragung respondents, Sleman, Yogyakarta.

The study was conducted based on the theory of the rule of halves where only one eighth of those perform the controlled treatment of the entire population studied. This study is an observational study, Pharmacoepidemiology survey with research design is cross-sectional (cross-sectional). The technique of sampling (sampling) used in the study was purposive sampling technique. The number of respondents are as many as 244 people who met the inclusion criteria of the study. The data obtained are grouped by gender, age, education, occupation, income, systolic blood pressure, diastolic blood pressure, and pulse. The data were analyzed using chi square test, one way ANOVA test and independent t test with confidence interval 95%.

The results of this study showed that the prevalence of hypertension proportion of respondents is 59.8% of the total survey respondents, the proportion of hypertension awareness of respondents is 36.1% of the total survey respondents, and the proportion of respondents who do therapy of hypertension is 23.8% of the total survey respondents. The results showed that there was no significant relationship between the influence of socio-economic factors that include education, occupation, and income with the prevalence, awareness, and treatment of hypertension respondents Dukuh Jragung, Sleman Regency, Yogyakarta.

(19)

1

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Hipertensi adalah suatu penyakit kronis yaitu tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal (Kabo, 2010). The eighth report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VIII) menyatakan bahwa seseorang dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik 140mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 90mmHg atau lebih (James, Oparil, Carter, Cushman, and Himmelfarb, 2013).

Hipertensi sering disebut the silent killer karena gangguan ini pada tahap awal adalah asimtomatis atau tanpa gejala, tetapi dapat mengakibatkan kerusakan yang permanen pada organ-organ tubuh vital. Vasokontriksi pembuluh-pembuluh darah yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada ginjal dengan timbulnya kegagalan ginjal. Pasien baru menyadari kondisinya hipertensi jika sudah menimbulkan komplikasi pada jantung, penyumbatan pembuluh darah, hingga berakibat kematian (Baradero, Dayrit, Siswadi, 2008).

(20)

Di dunia, hampir 1 milyar orang atau 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Setiap tahun hipertensi menjadi penyebab 1 dari setiap 7 kematian (± 7 juta per tahun). Data yang ada menunjukkan, di negara maju seperti Amerika, penderita hipertensi yang diobati sebanyak 59% dan yang terkontrol 34%. Satu dari tiga orang dewasa di Amerika menderita hipertensi atau dirawat karena hipertensi. Di berbagai negara Eropa, penderita yang diobati hanya sebesar 27% dan dari jumlah tersebut, selebihnya 70% tidak terkontrol. Penyakit ini memperpendek usia harapan hidup (AHA, 2008).

Di Indonesia jumlah penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang, 90% merupakan hipertensi esensial. Dari jumlah tersebut hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor risikonya. Data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Indonesia tahun 2007 menunjukkan bahwa hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberculosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari populasi kematian pada semua umur. Kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia mencapai 26,3% (Depkes RI, 2007).

(21)

tenaga kesehatan hanya mencapai 24,0%, atau dengan kata lain sebanyak 76,0% kasus hipertensi dalam masyarakat Indonesia belum terdiagnosis (Depkes RI, 2007).

Provinsi D.I Yogyakarta pada tahun 2008 berada pada posisi kedua dalam kasus hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Daerah tahun 2007 menunjukkan bahwa Yogyakarta merupakan provinsi kelima dengan kasus hipertensi terbanyak. Profil kesehatan Provinsi DIY pada tahun 2007 menunjukkan bahwa lebih dari 80% masyarakat DIY meninggal akibat penyakit tidak menular, salah satunya adalah hipertensi (Depkes RI, 2007).

Prevalensi hipertensi cenderung tinggi pada tingkat pendidikan yang lebih rendah. Prevalensi hipertensi cenderung tinggi pada kelompok yang tidak bekerja atau penghasilan rendah, tampak meningkat sesuai peningkatan umur responden, dan cenderung lebih tinggi pada perempuan (Depkes RI, 2007).

(22)

pasien hipertensi telah dapat dikendalikan (<140/90 mmHg) (Maybe, Gill, Parry, Weber, 2013).

Penatalaksanaan yang disusun WHO (World Health Organization) dan JNC VII pada tahun 2003, merekomendasikan pasien hipertensi dengan berbagai risiko sebaiknya segera melakukan pengobatan atau terapi untuk mencapai target penurunan tekanan darah yang diinginkan. Dapat menggunakan kombinasi terapi medis dengan akupuntur, kombinasi terapi obat dari berbagai kelas, dan sebagainya. Penderita hipertensi juga perlu melakukan perubahan gaya hidup yang positif, yaitu mengontrol pola makan, berolahraga 30-45 menit setiap hari, berhenti merokok dan hindari konsumsi alkohol berlebih (Dalimartha, Purnama, Sutarina, Mahendra, dan Darmawan, 2008).

Di Padukuhan Jragung, Kelurahan Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta terdapat 407 kepala keluarga. Padukuhan Jragung dibagi menjadi 2 Rukun Warga (RW) dan 6 Rukun Tetangga (RT). Berdasarkan informasi dari Kepala Dukuh dan dari data pengobatan gratis yang sebelumnya pernah dilakukan di Dukuh Jragung menunjukkan bahwa penduduk dewasa di Dukuh Jragung banyak yang menderita hipertensi, khususnya yang berusia di atas 40 tahun.

(23)

menggunakan kajian faktor ekonomi di Yogyakarta, sedangkan sosio-ekonomi merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi berdasarkan faktor sosio-ekonomi. Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat dapat melakukan tindakan lebih lanjut apabila terjadi peningkatan tekanan darah secara persisten.

1. Rumusan Masalah

a. Berapa proporsi prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi responden yang terjadi di Padukuhan Jragung, Kabupaten Sleman?

b. Apakah terdapat perbedaan antara faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, penghasilan, dan pekerjaan terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden di Padukuhan Jragung, Kabupaten Sleman?

2. Keaslian Penelitian

No. Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan dengan Penelitian Penulis

Hasil penelitian adalah prevalensi hipertensi tanpa obat anti hipertensi pada penduduk dewasa >40 tahun di Indonesia sebagai faktor risiko untuk tidak melakukan

(24)

No. Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan dengan

(25)

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang memberikan informasi mengenai pengaruh faktor sosio-ekonomi terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi. Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran responden akan tingkat kejadian hipertensi di lingkungan masyarakat tempat tinggal. Responden dan keluarga diharapkan dapat mengetahui risiko kejadian hipertensi dan dapat termotivasi untuk mengendalikan faktor yang dapat menyebabkan hipertensi.

b. Manfaat Praktis. Data yang diperoleh diharapkan dapat menjadi bahan acuan atau masukan bagi instansi kesehatan masyarakat setempat sebagai dasar pembentukan program kesehatan berdasarkan pengaruh faktor sosio ekonomi terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum :

Melakukan observasi untuk mendapatkan proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Jragung, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

2. Tujuan khusus :

(26)

8

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Hipertensi

1. Definisi

Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana terjadi tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri. Keadaan ini dapat menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Muhammadun, 2010).

Hipertensi sering disebut The Silent Killer karena gangguan ini pada tahap awal adalah asimtomatis atau tanpa gejala, tetapi dapat mengakibatkan kerusakan yang permanen pada organ-organ tubuh vital. Vasokontriksi pembuluh-pembuluh darah yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada ginjal dengan timbulnya kegagalan ginjal. Selain ginjal, otak dan jantung dapat pula mengalami kerusakan yang permanen. Pasien baru menyadari kondisinya hipertensi jika sudah menimbulkan komplikasi pada jantung, penyumbatan pembuluh darah, hingga pecahnya pembuluh darah di otak yang berakibat kematian (Baradero, Dayrit, Siswadi, 2008).

(27)

Komplikasi dari hipertensi ini sering dirujuk sebagai kerusakan akhir organ karena kerusakan pada organ-organ ini adalah hasil akhir dari tekanan darah tinggi kronis. Oleh karena itu, diagnosis tekanan darah tinggi sangat penting sehingga usaha-usaha dapat dibuat untuk membuat tekanan darah menjadi normal dan mencegah terjadinya komplikasi (Muhammadun, 2010).

Teori The Rule of halves sering digunakan dalam penelitian hipertensi. Teori The Rule of Halves menyatakan bahwa dari semua pasien dengan tekanan darah tinggi, hanya sekitar setengah yang terdeteksi. Dari mereka yang terdeteksi, hanya setengah yang mendapat perawatan atau terapi, dan dari mereka yang mendapat perawatan tersebut hanya setengah yang dapat dikendalikan. Teori The Rule of halves telah dikonfirmasi dalam studi populasi terbaru dari Tanzania, Mesir, Afrika Selatan dan Ghanna. Dalam penelitian ini antara 1 – 18% dari semua pasien hipertensi telah dapat dikendalikan (<140/90 mmHg) (Maybe, Gill, Parry, and Weber, 2013).

2. Klasifikasi

The eighth report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VIII) menyatakan bahwa seseorang dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik 140mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 90mmHg atau lebih (James, Oparil, Carter, Cushman, and Himmelfarb, 2013).

(28)

atau diatasnya dianggap sebagai hipertensi atau tekanan darah tinggi (Mancia, Backer, Dominiczak, Cifkova, and Fagard, 2007).

Tabel I. Klasifikasi Tingkat Tekanan darah (mmHg) berdasarkan WHO

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal <120 dan <80

Normal 120-129 dan/atau 80-84

Normal Kategori Tinggi 130-139 dan/atau 85-89 Hipertensi Kelas 1 140-159 dan/atau 90-99 Hipertensi Kelas 2 160-179 dan/atau 100-109

Hipertensi Kelas 3 ≥180 dan/atau ≥ 110

Hipertensi Isolasi Sistolik ≥140 dan <90

(Mancia, et al, 2007). 3. Epidemiologi

Masalah hipertensi yang terjadi di Indonesia cenderung meningkat. Penderita hipertensi di Indonesia menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 sebesar 8,3% dan mengalami peningkatan pada tahun 2004 menjadi 27,5% (Rahajeng dan Tuminah, 2009). Menurut survei tahun 2002, didapatkatkan angka prevalensi penyakit hipertensi tanpa pengobatan di Indonesia adalah 37,32% dari populasi dewasa yang berusia lebih dari 40 tahun yang berasal dari berbagai pulau besar di Indonesia (Setiati dan Sutrisna, 2005).

(29)

kasus penyakit Hipertensi dan masuk dalam urutan ketiga dari 10 besar penyakit berbasis STP Puskesmas.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi

Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian hipertensi diklasifikasikan menjadi faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah umur dan jenis kelamin. Faktor yang dapat dimodifikasi adalah faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan, penghasilan (Black dan Hawks, 2005).

a. Umur

Umur adalah faktor risiko yang dapat memengaruhi terjadinya hipertensi. Risiko kejadian hipertensi muncul sejak seseorang berumur 20 tahun pada laki-laki dan perempuan, dan terus meningkat seiring dengan bertambahnya umur (Black dan Hawks, 2005). Prevalensi hipertensi meningkat menurut usia. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah. Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis (Muhammadun, 2010).

b. Jenis Kelamin

(30)

premenopause, wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen. Umumnya proses ini mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun (Kumar, 2005). Bagi perempuan setelah mengalami menopause akan berpeluang lebih besar mengalami tekanan darah tinggi. Perubahan hormon diduga berperan besar dalam terjadinya hipertensi di kalangan perempuan usia lanjut (Muhammadun, 2010).

c. Faktor Sosio-Ekonomi 1) Pendidikan

Informasi pendidikan memberi penjelasan untuk kesadaran pencegahan dan pengendalian hipertensi dan aksesibilitas yang lebih baik dan kepatuhan terhadap pengobatan medis. Seseorang yang memiliki pengetahuan atau latar belakang pendidikan yang tinggi memiliki risiko hipertensi yang lebih rendah dibandingkan dengan seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan yang rendah. Seseorang dengan latar belakang pendidikan yang tinggi akan cenderung memiliki kesadaran yang tinggi terhadap hipertensi sehingga dapat melakukan antisipasi maupun terapi hipertensi (Grotto, et al. 2008). Tingginya tingkat pendidikan akan menurunkan prevalensi hipertensi. Pendidikan yang tinggi membuat seseorang memiliki kesadaran lebih untuk melakukan terapi hipertensi (Bell, Adair, and Popkin, 2004).

2) Pekerjaan

(31)

sulit tidur, tukak lambung, hipertensi, penyakit jantung, dan stroke. Pekerjaan yang berat dan terus menerus akan membuat seseorang cenderung tidak mempedulikan kesehatannya dan tidak melakukan terapi hipertensi, sehingga tekanan darahnya menjadi tidak terkontrol (Muhammadun, 2010).

3) Penghasilan

Seseorang yang memiliki penghasilan tinggi cenderung memiliki kesadaran lebih untuk mencari dan mendapatkan informasi mengenai hipertensi, sehingga dapat menekan risiko terjadinya hipertensi. Seseorang yang memiliki penghasilan tinggi akan lebih mudah melakukan terapi hipertensi secara rutin khususnya terapi farmakologi. Sehingga seseorang yang memiliki penghasilan tinggi akan cenderung memiliki tekanan darah yang rendah atau terkontrol (Grotto, et al. 2008). Pendapatan yang tinggi akan menurunkan prevalensi hipertensi, karena terapi terkontrol yang dilakukan dapat mengontrol tekanan darah (Bell, Adair, and Popkin, 2004).

5. Terapi Hipertensi

Tujuan penanganan hipertensi adalah untuk mengurangi morbiditas dan kematian. Terapi yang diberikan dapat mengontrol tekanan darah agar tetap dalam rentang normal. Target nilai tekanan darah adalah kurang dari 140/90mmHg untuk hipertensi tanpa komplikasi dan kurang dari 130/80mmHg untuk penderita diabetes mellitus serta ginjal kronik (Dipiro, et al, 2008).

a. Terapi Farmakologi

(32)

obat tunggal seperti diuretik tiazid, ACE inhibitor, Angiotensin Receptor Blocker (ARB), Calcium Channel Blocker (CCB), atau kombinasi bila diperlukan. Pada pasien dengan tekanan darah sisitolik di atas 160mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 100mmHg, disarankan menerima terapi obat kombinasi yaitu diuretik tiazid dengan ACE inhibitor atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB) atau Beta Blocker (Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, and Posey, 2008).

Gambar 1. Algoritma Penanganan Hipertensi secara Farmakologi (Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, and Posey, 2008)..

b. Terapi Non Farmakologi 1) Olahraga

(33)

2) Istirahat yang Cukup

Istirahat dapat mengurangi ketegangan dan kelelahan otot terutama setelah bekerja, sehingga dapat mengembalikan kesegaran tubuh dan pikiran. Istirahat dengan berbaring dapat mengembalikan aliran darah ke otak sehingga dapat mengurangi stress atau tekanan (Muhammadun, 2010).

3) Mengatur Pola Makan

Mengatur pola makan seperti diet rendah garam, mengurangi konsumsi makanan dengan kolesterol atau lemak jenuh yang tinggi, mengkonsumsi cukup buah-buahan dan sayur, mengurangi asupan garam ke dalam tubuh, tidak mengkonsumsi alkohol, dan perbanyak minum air putih (Muhammadun, 2010).

B. Landasan Teori

Hipertensi merupakan penyakit “the silent disease” karena merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana terjadi tekanan yang abnormal tinggi di dalam ateri. Penderita hipertensi tidak dapat mengetahui bahwa dirinya menderita hipertensi apabila tidak melakukan pemeriksaan tekanan darah. Hipertensi merupakan risiko penyakit kardiovaskuler dengan komplikasi penyakit jantung, penyakit ginjal, pengerasan arteri, kerusakan mata, dan stroke (kerusakan otak). Adanya pengontrolan yang dilakukan penderita hipertensi dapat mengurangi angka kejadian penderita hipertensi.

(34)

hanya setengah dari orang-orang terdiagnosis menderita hipertensi menerima terapi (pengobatan).

Hipertensi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain usia, jenis kelamin, faktor soiso-enonomi yang meliputi latar belakang pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Semakin meningkatnya usia seseorang maka semakin tinggi pula risiko terkena hipertensi. Pada usia di atas 50 tahun, wanita memiliki risiko hipertensi lebih tinggi dari pria. Sedangkan pada usia di bawah 50 tahun, pria memiliki risiko lebih tinggi dari wanita.

Seseorang yang memiliki pengetahuan atau latar belakang pendidikan yang tinggi memiliki risiko hipertensi yang lebih rendah dibandingkan dengan seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan yang rendah. Seseorang dengan latar belakang pendidikan yang tinggi akan cenderung memiliki kesadaran yang tinggi terhadap hipertensi sehingga dapat melakukan antisipasi maupun terapi hipertensi (Grotto, et al. 2008).

(35)

Seseorang yang memiliki penghasilan tinggi cenderung memiliki kesadaran lebih untuk mencari dan mendapatkan informasi mengenai hipertensi, sehingga dapat lebih mengatur pola hidupnya. Tingginya tingkat penghasilan akan mempermudah seseorang melakukan terapi hipertensi secara rutin khususnya terapi farmakologi. Seseorang yang memiliki penghasilan tinggi akan cenderung memiliki tekanan darah yang rendah atau terkontrol (Grotto, et al. 2008).

Kesadaran masyarakat terkait masalah hipertensi masih rendah. Banyak masyarakat yang menderita hipertensi, namun belum melakukan terapi. Hal ini dikarenakan penderita belum menyadari bahaya hipertensi. Hipertensi dapat dihindari dengan cara memulai gaya hidup sehat, seperti berolahraga, tidak bekerja terlalu berat, istirahat yang cukup, mengatur pola makan dan menjaga asupan nutrisi yang baik. Sebaiknya penderita hipertensi yang sudah mengetahui bahwa dirinya mengalami hipertensi, diharapkan mematuhi untuk mengonsumsi obat antihipertensi dan melakukan kontrol ke pihak pelayanan kesehatan.

(36)

di Dukuh Jragung banyak yang menderita hipertensi. Oleh karena itu peneliti memilih Padukuhan Jragung untuk melakukan penelitian.

C. Hipotesis

(37)

19

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional, survei farmakoepidemiologi dengan desain penelitian secara cross-sectional (potong lintang). Penelitian observasional adalah penelitian dimana peneliti hanya melakukan observasi, tanpa memberikan intervensi pada variabel yang akan diteliti. Metode survei farmakoepidemiologi merupakan pengumpulan data yang dilakukan untuk mengetahui efek penyakit pada suatu populasi dan terapi yang digunakan (Indrianto, 2002). Penelitian cross-sectional menguji tingkat perbedaan diantara kelompok sampling, antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang bersamaan (Shklovski, Irina, Kraut, Robert, and Rainie, 2004). Teknik pengambilan sampel (sampling) yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah metode pengambilan sampel yang dipilih oleh penulis berdasarkan karakteristik tertentu (Djarwanto,1998). Analisis yang dilakukan adalah prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi dengan kajian faktor sosio-ekonomi yang diolah secara statistika.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Faktor sosio-ekonomi meliputi: pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.

2. Variabel tergantung

(38)

3. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali: usia dan jenis kelamin.

b. Variabel pengacau tak terkendali: aktivitas, lifestyle (gaya hidup), pola makan, dan terapi lain yang dilakukan.

C. Definisi Operasional

(39)

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Jenis data

Hasil Ukur Penghasilan Penghasilan yang

dihasilkan

Jenis Kelamin Perbedaan

responden penelitian

(40)
(41)

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Jenis data

Hasil Ukur Terapi

Hipertensi

Suatu tindakan yang dilakukan responden

Pemilihan subyek penelitian dilakukan dengan tehnik purposive sampling. Subyek penelitian dipilih berdasarkan kriteria inklusi, yaitu penduduk dewasa yang berusia ≥40 tahun di Dukuh Jragung, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dan bersedia menjadi responden penelitian. Dari 386 penduduk

Dukuh Jragung yang berusia ≥ 40 tahun, responden penelitian yang diperoleh

(42)

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Dukuh Jragung, Kelurahan Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan rancangan secara cross-sectional. Penelitian cross-sectional menguji tingkat perbedaan diantara kelompok sampling, antara variabel bebas dan variabel terikat diukur pada waktu yang bersamaan (Shklovski, Irina, Kraut, Robert, and Rainie, 2004). Penelitian dilakukan selama periode bulan mei hingga juni 2014.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi

(43)

Gambar 2. Ruang Lingkup Penelitian

G. Teknik Pengambilan Sampel

(44)

Jragung, Kabupaten Sleman. Langkah selanjutnya adalah pengambilan sampel penelitian dengan tehnik purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi. Responden penelitian yang diperoleh berjumlah 244.

Teknik pengambilan sampel (sampling) pada penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah metode pengambilan sampel yang dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan struktur penelitian. Pengambilan sampel dengan mengambil sampel orang-orang yang dipilih oleh penulis menurut ciri-ciri spesifik dan karakteristik tertentu (Djarwanto,1998). Terdapat kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian. Kriteria Inklusi penelitian ini adalah penduduk Dukuh Jragung yang berusia ≥ 40 tahun, serta bersedia menjadi responden penelitian, seperti bersedia mengisi inform consent, bersedia diukur tekanan darah, dan bersedia untuk diwawancara terkait sosio-ekonomi responden. Berdasarkan kriteria inklusi, diperoleh jumlah responden yaitu sebanyak 244 orang.

(45)

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Case Report Form (CRF), sphygmomanometer digital, dan informed consent. Case Report Form (CRF) adalah alat atau kuisioner yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Sphygmomanometer digital digunakan untuk mengukur tekanan darah responden. Informed consent merupakan bukti pernyataan kesediaan dari subjek penelitian untuk diambil datanya dan ikut serta dalam penelitian.

I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal

Observasi awal dilakukan dengan mencari padukuhan yang tepat untuk diteliti. Peneliti memilih padukuhan karena jumlah sampel yang akan diambil adalah minimal 240 orang yang berusia ≥40tahun, untuk dapat memperoleh 30 orang yang melakukan terapi berdasarkan teori The Rule of Halves. Pemilihan padukuhan Jragung berdasarkan jumlah warga padukuhan yang berusia ≥40tahun yaitu 386 orang dan terdapat jumlah penyandang hipertensi yang tinggi. Data penyandang hipertensi diperoleh dari pelayanan kesehatan terdekat.

2. Permohonan ijin dan kerjasama

(46)

3. Pembuatan inform consent

Informed consent merupakan bukti pernyataan kesediaan dari subjek penelitian untuk diambil datanya dan ikut serta dalam penelitian. Informed consent yang dibuat harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Responden diminta untuk mengisi nama, alamat, usia dan menandatanganinya.

4. Penetapan dan seleksi calon responden

Pencarian subjek penelitian dilakukan setelah mendapat ijin kepala dukuh Jragung, Kabupaten Sleman. Peneliti akan memberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian kepada calon responden. Responden yang bersedia untuk diambil data diminta untuk mengisi nama, alamat, usia dan menandatanganinya. Penduduk Dukuh Jragung yang bersedia menjadi responden penelitian akan diukur tekanan darahnya dan di wawancara terkait data yang dibutuhkan berdasarkan CRF.

5. Validitas dan reliabilitas instrument penelitian

(47)

penelitian ini reliabilitas diukur dengan cara mengukur tekanan darah 3 orang dan masing-masing diukur sebanyak 5 kali.

6. Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah responden yang telah menandatangani informed consent, dilakukan pada bagian lengan kiri atas dan posisi duduk tegak. Pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometer digital. Setiap responden diukur tensinya minimal 2 kali adalah untuk menentukan tekanan darah yang spesifik bagi penderita. Jika hasil pengukuran ke dua berbeda lebih dari 10 mmHg dibanding pengukuran pertama, maka dilakukan pengukuran ke tiga. Dua data pengukuran dengan selisih terkecil dihitung reratanya sebagai hasil ukur tensi. Kriteria hipertensi yang digunakan pada penetapan kasus merujuk pada kriteria diagnosis JNC VII 2003, yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik

≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg (Depkes RI, 2007).

7. Penjelasan hasil pemeriksaan

Peneliti akan menjelaskan hasil pemeriksaan kepada responden secara langsung. Penjelasan hasil pemeriksaan disertai dengan penggalian beberapa informasi dari responden. Informasi yang didapat dari responden akan dikelompokkan sebagai data analisis.

8. Wawancara Responden

(48)

9. Pengelompokan data

Pengelompokan data dilakukan dengan kategorisasi data sejenis, yaitu menyusun dan menggolongkannya dalam kategori-kategori kemudian dilakukan interpretasi data. Data akan dikumpulkan didalam CRF kemudian dipindahkan ke file Microsoft Excel.

Gambar 4. Tata Cara Penelitian

J. Analisis Data Penelitian

(49)

Square. Uji Chi Square digunakan untuk menguji perbedaan proporsi antara 2 atau lebih kelompok. Selanjutnya adalah melakukan uji perbandingan rata-rata jenis kelamin dan faktor sosio ekonomi menggunakan uji t independent. Uji t independent digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel independen dan dependen yang tidak berhubungan. Serta uji One way anova untuk menghitung rata-rata umur. Uji One way anova digunakan untuk menghasilkan analisis variansi satu arah yang membandingkan mean dari dua kelompok sampel independen dan dependent dengan tipe data kuantitatif, dengan jumlah sampel lebih dari 2 kelompok (Wahana Komputer, 2009).

K. Analisis Hipotesis

1. Rumusan Hipotesis penelitian

Gambar 5. Rumusan Hipotesis Penelitian

Faktor Sosio-Ekonomi Ho : P1 ≤ P2

H1,2,3 : P1>P2 ; <0.05

Prevalensi (H1)

Kesadaran (H2)

Terapi (H3)

Sosio-Ekonomi

(50)

P1 = proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi taraf pendidikan ≤SMP; penghasilan ≤UMR; bekerja indoor.

P2 = proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi taraf pendidikan >SMP; penghasilan >UMR; bekerja outdoor.

2. Analisis data

Proses yang dilakukan setelah pengumpulan data adalah pengolahan dan analisis data dengan beberapa tahapan, yaitu coding, editing, entry, dan cleaning. Coding dilakukan dengan memberikan kode terhadap jawaban pada CRF yang bertujuan untuk mempermudah dalam analisis data dan mempercepat proses memasukkan data. Editting yaitu pemeriksaan kelengkapan isi CRF untuk memastikan semua pertanyaan telah dijawab oleh responden. Entry yaitu proses memasukkan data ke dalam program yang digunakan untuk mengolah data menggunakan komputer dan perangkat lunak yang sesuai. Cleanning yaitu pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan ke dalam komputer untuk memastikan tidak terjadi kesalahan dalam memasukkan data yang dapat mengakibatkan data tersebut menjadi ganda dan salah dalam interpretasi.

a. Analisis Univariat

(51)

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan. Variabel dependen adalah prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi.

1) Uji T Independent

Uji t independent digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel independen dan dependen yang tidak berhubungan.

Keterangan :

Variabel Dependen : tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, denyut nadi Variabel Independen : Faktor sosio ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan, penghasilan.

Pengambilan keputusan penerimaan hipotesis penelitian didasarkan pada tingkat signifikansi (nilai p) sebagai berikut:

Jika p > 0,05 maka rata-rata data kedua varian tidak ada perbedaan atau homogen. Jika p< 0,05 maka rata-rata data kedua varian adalah berbeda atau tidak homogen. 2) Uji One Way Anova

(52)

Jika nilai p > 0,05 maka rata-rata data antar varian tidak ada perbedaan atau homogen.

Jika nilai p ≤ 0,05 artinya rata-rata data antar varian adalah berbeda atau tidak homogen.

3) Uji Chi Square

Uji Chi Square digunakan untuk menguji hipotesis perbedaan yang signifikan antara faktor sosio-ekonomi terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi. Dasar pengambilan keputusan adanya hubungan tersebut berdasarkan

tingkat kesalahan (α) = 0,05.

Pengambilan keputusan penerimaan hipotesis penelitian didasarkan pada tingkat signifikansi nilai p sebagai berikut:

1. Jika p > 0,05 maka kedua varian tidak ada perbedaan 2. Jika p < 0,05 maka kedua varian terdapat perbedaan

Pengambilan keputusan penerimaan hipotesis penelitian didasarkan pada tingkat signifikansi nilai odds ratio sebagai berikut:

1. Jika OR lebih dari 1 dan 95% CI tidak mencakup nilai 1, menunjukkan bahwa variabel yang diteliti merupakan faktor risiko.

2. Jika OR lebih dari 1 dan 95% mencakup nilai 1, menunjukkan bahwa variabel yang diteliti bukan merupakan faktor risiko

(53)

L. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian secara cross sectional. Desain ini mempunyai kelemahan yaitu subyek penelitian hanya diteliti melalui satu kali observasi, padahal tekanan darah subyek penelitian dapat berubah karena beberapa faktor misalnya stress atau kondisi tubuh. Sehingga tekanan darah responden yang diperoleh adalah tekanan darah sewaktu.

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik sampling yang digunakan ini memiliki kelemahan karena dapat mengakibatkan hasil yang diperoleh tidak dapat digeneralisasikan terhadap total populasi sampling, yaitu populasi Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

(54)

36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap perbedaan antara faktor sosio-ekonomi terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden Dukuh Jragung. Pada penelitian Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi di Dukuh Jragung, Kabupaten Sleman, Yogyakarta periode Mei-Juni 2014 didapatkan 244 responden yang memenuhi kriteria inklusi

penelitian. Responden penelitian adalah penduduk dewasa yang berusia ≥40

tahun, karena pada usia tersebut prevalensi hipertensi tinggi (Setiati dan Sutrisna, 2005). Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan berdasarkan faktor sosio-ekonomi responden. Setelah data dikelompokkan kemudian dilakukan uji statistik dengan program komputer. Uji statistik tersebut meliputi uji frekuensi, uji t independent, uji One Way Anova, dan uji Chi Square.

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah sebagian besar berjenis kelamin perempuan. Sebagian besar responden memiliki tingkat

pendidikan yang relatif rendah yaitu ≤SMP dan sebagian besar bermata

(55)

Tabel II. Karakteristik dan Tekanan Darah Responden Dukuh Jragung

Variabel Jumlah (n) Proporsi

(%) Tekanan darah sistolik (mmHg) 143,77 ± 23,058

Tekanan Darah Diastolik (mmHg) Denyut Nadi (x/menit)

83,45 ± 12,559 80,27 ±10,83

Berdasarkan data hasil penelitian karakteristik dan tekanan darah responden Dukuh Jragung menunjukkan bahwa proporsi responden laki - laki adalah sebesar 35,7%, proporsi responden yang paling besar adalah responden dengan usia 50-59 tahun yaitu 32,2%, proporsi responden yang memiliki

pendidikan ≤SMP adalah sebesar 70,1%, proporsi pekerjaan outdoor adalah

sebesar 55,3%, proporsi penghasilan ≤UMR adalah sebesar 88,9%, rata – rata

(56)

A. Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Hipertensi

Dari 386 orang penduduk Dukuh Jragung yang berusia di atas 40 tahun, dilakukan pengambilan sampel dengan tehnik purposive sampling. Diperoleh 244 responden yang memenuhi kriteria penelitian. Data yang didapatkan dikelompokkan berdarkan jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, dan denyut nadi.

Gambar 5. Algoritma Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Dukuh Jragung.

(57)

yang dilakukan responden dukuh Jragung lebih tinggi dari teori The Rule of Halves yang menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat Dukuh Jragung untuk melakukan terapi hipertensi sudah cukup tinggi.

Penelitian profil tekanan darah dilakukan dengan menggunakan uji t independent dan uji One Way Anova. Analisis yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata jenis kelamin dan faktor sosio-ekonomi terhadap tekanan darah adalah uji t independent. Analisis yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata umur terhadap tekanan darah adalah uji One Way Anova

Tabel III. Profil Tekanan Darah terhadap Jenis Kelamin, Umur, dan Faktor Sosio-Ekonomi Responden Dukuh Jragung

(58)

Hasil Penelitian profil tekanan darah responden terhadap jenis kelamin dan umur tidak menunjukkan hasil yang berbeda bermakna. Hal ini sesuai dengan pendapat Mansjoer dan Arif (2001) bahwa pria dan wanita menopause berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi. Laki-laki dan perempuan mempunyai peluang yang relatif sama menderita hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko terkena hipertensi dan penyakit DM. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50% diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia (Nurkhalida,2003). Begitu pula dengan faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan tidak menunjukkan tekanan darah yang berbeda bermakna

1. Profil Terapi Hipertensi Responden

(59)

Tabel IV. Terapi Farmakologi Responden Dukuh Jragung

2. Calcium Channel Blocker (CCB) Farmabes (Diltiazem)

Obat antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah golongan ACE inhibitor yaitu sebesar 18,03%. ACE inhibitor jenis captopril merupakan golongan antihipertensi yang paling banyak digunakan. Hasil wawancara responden menunjukkan bahwa alasan responden lebih memilih obat Captopril adalah karena harganya yang terjangkau.

Responden yang menggunakan obat antihipertensi golongan Calcium Channel Blocker (CCB) jenis amlodipin sebesar 2,46% dan diltiazem sebesar 0,4%. Hasil wawancara responden menunjukkan bahwa alasan responden menggunakan CCB adalah karena responden mengalami batuk berkepanjangan ketika mengonsumsi captopril, sehingga dokter mengganti obatnya dengan CCB.

Responden yang menggunakan obat kombinasi captopril dan farmabes adalah sebesar 0,4%. Kombinasi obat digunakan jika tekanan darah pasien telah melebihi 160/100mmHg (Dipiro, Wells, Schwinghammer, and Dipiro, 2008).

(60)

Tabel V. Terapi Non Farmakologi Responden Dukuh Jragung

No. Terapi Jumlah Responden

(orang)

Persentase (%)

1. Timun 3 1,23

2. Sirih Merah 1 0,4

3. Semangka 1 0,4

4. Jamu 1 0,4

Responden yang mengkonsumsi timun sebesar 1,23% , responden yang menkonsumsi sirih merah sebesar 0,4%, responden yang mengkonsumsi semangka sebesar 0,4%, dan responden yang mengkonsumsi jamu sebesar 0,4%. Hasil wawancara responden menunjukkan bahwa alasan responden lebih memilih terapi non farmakologi adalah karena biaya dan kurangnya kesadaran untuk melakukan terapi farmakologi.

B. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi terhadap Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Hipertensi Responden Dukuh Jragung

Faktor sosio-ekonomi dapat mempengaruhi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden. Pendidikan memberi informasi dan penjelasan untuk kesadaran pencegahan dan pengendalian hipertensi, aksesibilitas yang lebih baik, dan kepatuhan terhadap pengobatan medis. Pekerjaan yang berat di dalam ruangan dapat menimbulkan stress yang cenderung akan menyebabkan terjadinya hipertensi berat. Seseorang yang memiliki penghasilan tinggi cenderung memiliki kesadaran lebih untuk mencari dan mendapatkan informasi mengenai hipertensi, sehingga dapat lebih mengatur tekanan darahnya.

(61)

tabel perbedaan antara faktor sosio-ekonomi dengan proporsi prevalensi hipertensi responden, tabel perbedaan antara faktor sosio-ekonomi dengan proporsi kesadaran hipertensi responden, dan tabel perbedaan antara faktor sosio-ekonomi dengan proporsi terapi hipertensi responden.

Tabel VI. Perbedaan antara Faktor Sosio-Ekonomi terhadap Proporsi Prevalensi Hipertensi Responden Dukuh Jragung

Variabel Hipertensi Tidak hipertensi

Berdasarkan nilai p menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap proporsi prevalensi hipertensi Responden Dukuh Jragung, karena memiliki nilai p>0,05. Berdasarkan nilai odds ratio, pendidikan memiliki nilai OR=1,242 yang artinya responden dengan pendidikan ≤SMP memiliki risiko hipertensi 1,2 kali lebih besar besar dibandingkan responden dengan pendidikan >SMP. Pekerjaan memiliki nilai OR=0,985 yang artinya responden dengan pekerjaan indoor memiliki risiko hipertensi 0,9 kali lebih kecil dibandingkan responden dengan pekerjaan outdoor. Penghasilan memiliki nilai OR=1,027 yang

(62)

lebih besar dibandingkan responden dengan penghasilan >UMR. Berdasarkan nilai rentang batas atas dan batas bawah OR menunjukkan hasil yang tidak signifikan atau tidak bermakna pada pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan, karena sebaran data melewati batas 1.

Hal ini dikarenakan responden Dukuh Jragung kurang memberikan informasi yang jelas mengenai pekerjaan dan penghasilan yang mereka miliki. Kebanyakan responden tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan yang tetap. Tabel VII. Perbedaan antara Faktor Sosio-Ekonomi dengan Proporsi Kesadaran Hipertensi Responden Dukuh Jragung

Variabel Sadar Tidak sadar CI 95%

(63)

indoor memiliki kesadaran hipertensi 1,5 kali lebih besar dibandingkan responden dengan pekerjaan outdoor. Penghasilan memiliki nilai OR=0,469 yang artinya

responden dengan penghasilan ≤UMR memiliki kesadaran hipertensi 0,4 kali

lebih kecil dibandingkan responden dengan penghasilan >UMR. Berdasarkan nilai rentang batas atas dan batas bawah OR menunjukkan hasil yang tidak signifikan atau tidak bermakna pada pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan, karena sebaran data melewati batas 1.

Hal ini dikarenakan tidak semua responden yang memiliki pendidikan atau penghasilan tinggi juga memiliki kesadaran hipertensi. Responden Dukuh Jragung cenderung tidak mempedulikan kesehatan dan tidak pernah mengukur tekanan darahnya.

Tabel VIII. Perbedaan antara Faktor Sosio-Ekonomi dengan Proporsi Terapi Hipertensi Responden Dukuh Jragung

(64)

OR=0,691 yang artinya responden dengan pendidikan ≤SMP melakukan terapi

hipertensi 0,6 kali lebih sedikit dibandingkan responden dengan pendidikan >SMP. Pekerjaan memiliki nilai OR=2,126 yang artinya responden dengan pekerjaan indoor melakukan terapi hipertensi 2,1 kali lebih banyak dibandingkan responden dengan pekerjaan outdoor. Penghasilan memiliki nilai OR=0,962 yang

artinya responden dengan penghasilan ≤UMR melakukan terapi hipertensi 0,4 kali

lebih sedikit dibandingkan responden dengan penghasilan >UMR. Berdasarkan nilai rentang batas atas dan batas bawah OR menunjukkan hasil yang tidak signifikan atau tidak bermakna pada pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan, karena sebaran data melewati batas 1.

(65)

47

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian prevalensi, kesadaran, dan terapi responden di Dukuh Jragung, Kabupaten Sleman, Yogyakarta periode Mei – Juni 2014 maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Proporsi responden yang menderita hipertensi dari 100% (244 orang) adalah sebesar 59,8% (146 orang). Proporsi responden yang memiliki kesadaran hipertensi sebesar 36,1% (88 orang) dari total responden penelitian. Proporsi responden yang melakukan terapi hipertensi sebesar 23,8% (58 orang) dari total responden penelitian. Berdasarkan teori The Rule of Halves, dapat disimpulkan bahwa proporsi prevalensi hipertensi responden Dukuh Jragung lebih tinggi dari teori The Rule of Halves yang menunjukkan semakin buruk tingkat kesehatan masyarakat.

2. Tidak terdapat perbedaan antara faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden, karena memiliki nilai p >0,05.

B. Saran

Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah:

(66)

2. Bagi instansi kesehatan terkait, perlu upaya dalam peningkatan pengetahuan masyarakat terkait penyakit hipertensi dengan pemberian informasi atau materi edukasi khususnya tentang pencegahan dan penanganan penyakit hipertensi di Padukuhan Jragung, Kabupaten Sleman.

(67)

DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association, 2008, Hypertension, http://hyper.ahajournals.org/cgi, diakses tanggal 20 Oktober 2014.

Azwar dan Saifuddin, 2000, Reliabilitas dan Validitas. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 45-46.

Baradero, M., Dayrit, M.W., Siswadi, Y., 2008, Klien Gangguan Kardiovaskuler, EGC, Jakarta, hal. 52.

Baughman, D.C dan Hackley, J.C, 2000, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth, EGC, Jakarta, hal. 217-219.

Bell, C.A., Adair, L.S., and Popkin, B.M., 2004, Understanding the role of mediating risk factors and proxy effects in the association between socio-economic status and untreated hypertension, Elsevier, 59:280-282.

Black, H.R., and Izzo, J.L., 2003, Hypertension primer: the essentials of high blood pressure, Third Edition, Lippincot Williams and Wilkins, United States of America, pp. 235.

Dalimartha, S., Purnama, B.T., Sutarina, N., Mahendra, B., dan Darmawan, R., 2008, Care Your Self Hipertensi, Penebar Plus, Bogor, hal.41-45.

Depkes, RI, 2012, Masalah Hipertensi di Indonesia, Departemen Kesehatan RI, http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=1909 diakes pada tanggal 20 febuari 2014.

Depertemen Kesehatan RI, 2007, Pedoman Pengukuran dan Pemeriksaan, Depkes RI, Jakarta, hal.2-4.

Depertemen Kesehatan RI, 2007, Riset Kesehatan Dasar Laporan Nasional, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hal. 110-112.

Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M., 2008, Pharmacotherapy: A pathophysiologic approach, seventh edition, Mc Graw Hill, USA, pp. 148.

Djarwanto dan Subagyo, P. 1998. Statistik Induktif Edisi Keempat. BPFE, Yogyakarta.

(68)

Handayani, Y.,N., 2013, Hipertensi pada Pekerja Perusahaan Migas X di Kalimantan Timur, Indonesia , Indonesia Makara Seri Kesehatan In Press, 28-30.

Harinaldi, 2005, Prinsip Prinsip Statistik Untuk Teknik Dan Sains, Erlangga, Jakarta, hal.119.

Hooker, R.C., Cowab,N., and Freeman,G.K., Better by half : hypertension in the elderly and the ‘ the of halves’: a primary care audit of the clinical computer record as a springboard to improving care, Oxford University Press, www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10381016, diakses tanggal 20 Februari 2014.

Indriantoro, N., 2002, Metodelogi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Cetakan 2, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta, hal.152

James, P.A., Oparil, S., Carter, B.L., Cushman, W.C., and Himmelfarb, C.D., 2013, 2014 evidence-based guideline for the management of high blood pressure in adults report from the panel members appointed to the eighth joint national committee (jnc 8), JAMA, 5-8.

Kabo, P., 2010, Bagaimana menggunakan obat-obat kardiovaskuler secara rasional, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta,

Kemenkes, 2013, Riset Kesehatan Dasar, Bakti Husada, Jakarta.

Kumar, V., Abbas,A.K., and Fausto N., 2005, Hypertensive Vascular Disease. Dalam: Robn and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th ed., Elsevier, Philadelpia, pp.528-529.

Mabey, D., Gill, G., Parry, E., Weber, W., Whitty, M., 2013, Principles of Medicine in Africa, Fourth Edition, Cambridge University Press, United States of America, pp. 521.

Mancia, G., Backer, G.D., Dominiczak, A., Cifkova, R., Fagard, R., et al., 2007, TheTask Force for the management ofarterial hypertension of theEuropean Society of Hypertension (ESH) and of the European Society of Cardiology (ESC), journal, ESH/ESC Guidelines for the management of arterial hypertension, eurheartj, 28:1464-1465.

Muhammadun, 2010, Hidup Bersama Hipertensi, In Books, Yogyakarta, hal 11-13, 15, 23-24, 46, 57.

(69)

Nursalam, 2003, Konsep dan Keperawatan Metode Penelitian, Salemba Medika, Jakarta.

Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013, Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013, http://www.depkes.go.id, diakses tanggal 21 Februari 2014.

Setiati,S., Sutrisna, B., 2005, Prevalence of Hypertension without Anti-hypertensive Medications and Its Association with SocialDemographic Characteristics Among 40 Yearsand Above Adult Population in Indonesia, Department of Internal Medicine, Faculty of Medicine, University of Indonesia, pp. 20-21.

Shklovski, Irina, Kraut, Robert, and Rainie, 2004, The Internet and Social Participation: Contrasting Cross-Sectional and Longitudinal Analysis, Journal of Computer-Mediated Communication.Vol.10, No.1.

Suparto, 2010, Faktor Risiko yang Paling Berperan terhadap Hipertensi pada Masyarakat di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar Tahun 2010, Tesis, 29-30, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Tan, H., Raharja, 2002, Obat-Obat Penting: khasiat Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi Kelima, Cetakan Kedua, PT. Alex Media Komputindo, Jakarta.

(70)

SOP Pengukuran Tekanan Darah dengan Sphygmomanometer Digital

1. Sebelum melakukan pengukuran tekanan darah, responden sebaiknya menghindari kegiatan aktivitas fisik seperti olah raga, merokok, dan makan, minimal 30 menit sebelum pengukuran. Dan juga duduk beristirahat setidaknya 5-15 menit sebelum pengukuran.

2. Hindari melakukan pengukuran dalam kondisi stres. Pengukuran sebaiknya dilakukan dalam ruangan yang tenang dan dalam kondisi tenang dan posisi duduk.

3. Pastikan responden duduk dengan posisi kaki tidak menyilang tetapi kedua telapak kaki datar menyentuh lantai. Letakkan lengan kanan responden di atas meja sehinga mancet yang sudah terpasang sejajar dengan jantung responden. 4. Singsingkan lengan baju pada lengan bagian kanan responden dan

memintanya untuk tetap duduk tanpa banyak gerak, dan tidak berbicara pada saat pengukuran. Apabila responden menggunakan baju berlengan panjang, singsingkan lengan baju ke atas tetapi pastikan lipatan baju tidak terlalu ketat sehingga tidak menghambat aliran darah di lengan.

5. Biarkan lengan dalam posisi tidak tegang dengan telapak tangan terbuka ke atas. Pastikan tidak ada lekukan pada pipa manset.

(71)

7. Pasang manset pada lengan kanan responden dengan posisi kain halus/ lembut ada di bagian dalam dan D-ring (besi) tidak menyentuh lengan, masukkan ujung mancet melalui D-ring dengan posisi kain perekat di bagian luar. Ujung bawah mancet terletak kira-kira 1–2 cm di atas siku. Posisi pipa mancet harus terletak sejajar dengan lengan kanan responden dalam posisi lurus dan relaks. 8. Tarik mancet dan kencangkan melingkari lengan kanan responden. Tekan kain

perekat secara benar pada kain bagian luar mancet. Pastikan mancet terpasang secara nyaman pada lengan kanan responden.

9. Tekan tombol ’start’, pada layar akan muncul angka 888 dan semua simbol.

10. Selanjutnya semua simbol gambar hati “♥” akan berkedip-kedip. sampai

denyut tidak terdeteksi dan tekanan udara dalam mancet berkurang, angka sistolik, diastolik dan penyut nadi akan muncul.

11. Catat angka sistolik, diastolik dan denyut nadi hasil pengukuran tersebut pada formulir hasil pengukuran dan pemeriksaan.

12. Pengukuran dilakukan dua kali, jarak antara dua pengukuran sebaiknya antara 2 menit dengan melepaskan mancet pada lengan.

13. Apabila hasil pengukuran satu dan kedua terdapat selisih > 10 mmHg, ulangi pengukuran ketiga setelah istirahat selama 10 menit dengan melepaskan mancet pada lengan.

(72)

Lembar Pertanyaan Responden

1. Nama responden

2. Alamat (apabila peneliti berada di rumah responden catat alamat RT dan RW)

3. Umur responden

4. Peneliti menanyakan pendidikan terakhir responden 5. Peneliti menanyakan jenis pekerjaan responden

6. Peneliti menanyakan jumlah penghasilan responden apabila responden tidak menjawab peneliti menanyakan apakah diatas atau dibawah UMR (Rp.1.127.000,-)

7. Peneliti mengukur tekanan darah responden (pengukuran pertama)

8. Apabila hasil tekanan darah tinggi, peneliti menanyakan apakah responden sadar menderita hipertensi?

9. Apabila responden sadar menderita hipertensi, peneliti menanyakan apakah melakukan terapi obat antihipertensi

(73)

Informed Consent Penelitian Di Dukuh Jragung

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK

Kami dari tim peneliti yang diketuai oleh Yovica Sagina. Dari Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma akan melakukan penelitian yang berjudul “Prevalensi

Kesadaran dan Terapi Hipertensi dengan Kajian Faktor Resiko Kesehatan dan Sosio-Ekonomi di Sleman”. Penelitian ini bertujuan untuk

1. Melakukan evaluasi kesadaran pasien terkait hipertensi

2. Melakukan evaluasi terapi hipertensi yang digunakan oleh pasien

3. Melakukan identifikasi faktor resiko kesehatan dan sosio-ekonomi hipertensi Tim peneliti mengajak Dr. Rita Suhadi, MSi., Apt untuk ikut serta dalam penelitian ini.

Penelitian ini membutuhkan sekitar 200 atau 300 subyek penelitian, dengan jangka waktu keikutsertaan masing-masing subyek sekitar 1 bulan .

A. Kesukarelaan untuk ikut penelitian

Anda bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada paksaan. Bila Anda sudah memutuskan untuk ikut, Anda juga bebas untuk mengundurkan diri/ berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda atau pun sanksi apapun.

B. Informasi Tambahan

Bapak/ ibu/ saudara diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu terjadi efek samping atau membutuhkan penjelasan lebih lanjut, Bapak/ ibu/ saudara dapat menghubungi Yovica Sagina pada 085743337760.

Bapak/ ibu/ saudara juga dapat menanyakan tentang penelitian kepada Komite Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM (Telp. 9017225 dari lingkungan UGM) atau 0274-7134955 dari luar, atau email:

(74)

PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN Semua penjelasan tersebut telah disampaikan kepada saya dan semua pertanyaan saya telah dijawab oleh peneliti. Saya mengerti bahwa bila memerlukan penjelasan,

saya dapat menanyakan kepada Yovica Sagina

Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini

Tandatangan pasien/subyek: Tanggal:

(Nama jelas :...)

Tanda Tangan saksi :

Gambar

Tabel V. Terapi Non Farmakologi Responden Dukuh Jragung............................ 42
Gambar 2. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................
Tabel I. Klasifikasi Tingkat Tekanan darah (mmHg) berdasarkan WHO Kategori Sistolik (mmHg)  Diastolik (mmHg)
Gambar 1. Algoritma Penanganan Hipertensi secara Farmakologi (Dipiro,  Talbert, Yee, Matzke, Wells, and Posey, 2008).
+7

Referensi

Dokumen terkait

telah ada constitutional review terhadap bagian penjelasan Pasal 55 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (selanjutnya ditulis UU Perbankan

dalam banyak ayat dan tersebar di berbagai surat, baik secara inplisit

This research is also aimed at analyzing how equivalent the culturally-bound expressions in Pramoedya Ananta Toer ’s Rumah Kaca are compared to their translated expressions

[r]

OUTPUT (BARANG DAN JASA) DENGAN NILAI DARI SUMBERDAYA INPUT (TENAGA KERJA, MODAL, TEMPAT, DAN MANAJEMEN)..  

Senyawa organik yang dapat digunakan adalah senyawa organik dengan gugus fungsional terion seperti asam humat dan senyawa organik y'ang mempunyai gugus fungsional tidak terion

satu minggu. Modul-modul itu adalah modul kelainan kongenital, infeksi, trauma, inflamasi, kelaianan metabolik endokrin, neoplasma dan penyakit degeneratif dengan

From results of research that conducted on the general insurance company listed on the Indonesia Stock Exchange which published their financial statements from 2010 until 2014, it