• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Sambiloto (Andrographidis folium)Terhadap Kadar Glukosa Darah Mencit Jantan Galur Swiss Webster Yang Diinduksi Aloksan dan Perbandingannya Dengan Jamu D.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Sambiloto (Andrographidis folium)Terhadap Kadar Glukosa Darah Mencit Jantan Galur Swiss Webster Yang Diinduksi Aloksan dan Perbandingannya Dengan Jamu D."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

iv

ABSTRAK

PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN SAMBILOTO

(Andrographidis folium) TERHADAP KADAR GLUKOSA

DARAH MENCIT JANTAN GALUR Swiss Webster YANG

DIINDUKSI ALOKSAN DAN PERBANDINGANNYA DENGAN

JAMU D

Sarah Kastilani, 2009. Pembimbing I : Hana Ratnawati, dr., M.Kes. Pembimbing II : Rosnaeni, dra., Apt.

Jamu adalah obat tradisional Indonesia, yang dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan Diabetes Melitus (DM). Salah satunya adalah Jamu D yang antara lain mengandung ekstrak etanol daun sambiloto.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efek Ekstrak Etanol Daun Sambiloto (EEDS) terhadap penurunan Kadar Glukosa Darah (KGD) dibandingkan dengan Jamu D.

Desain penelitian prospektif eksperimental sungguhan, Rancangan Acak Lengkap (RAL), komparatif. Metode penelitian uji diabetes aloksan, menggunakan 24 ekor mencit jantan galur Swiss Webster yang dialokasikan secara acak dalam 6 kelompok perlakuan (n = 4), yaitu: EEDS dosis 1 (29.25 mg/ kg BB), dosis 2 (58.5 mg/ kg BB), dosis 3 (117 mg/ kg BB), kontrol (suspensi CMC 1%), pembanding (Glibenklamid 0.65 mg/ kg BB), Jamu D (195 mg/ kg BB). Data yang diukur adalah KGD (mg/ dL) sesudah induksi aloksan dan sesudah perlakuan. Analisis data persentase penurunan KGD, menggunakan ANAVA satu arah dilanjutkan Tukey HSD, α = 0.05.

Hasil penelitian penurunan KGD dari EEDS dosis 1 (65.93%), dosis 3 (66.66%) jika dibandingkan dengan Jamu D (59.82%) tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p > 0.05) sedangkan EEDS dosis 2 (-1.65%) dibandingkan dengan Jamu D (59.82%) berbeda sangat signifikan (p < 0.01).

Kesimpulan EEDS dosis 1 (29.25 mg/ kg BB) dan dosis 3 (117 mg/ kg BB) efektif menurunkan KGD mencit yang potensinya setara dengan Jamu D, sedangkan EEDS dosis 2 (58.5 mg/ kg BB) tidak efektif.

Kata kunci: ekstrak etanol daun sambiloto, kadar glukosa darah, Jamu D

(2)

v

ABSTRACT

THE EFFECT OF SAMBILOTO LEAF ETHANOL EXTRACT

(Andrographidis folium) ON INDUCED MALE Swiss Webster

MICE BLOOD GLUCOSE LEVELS WITH ALLOXAN AND IT’S

COMPARE WITH “JAMU D”

Sarah Kastilani, 2009. 1st Tutor : Hana Ratnawati, dr., M.Kes.

2nd Tutor : Rosnaeni, dra., Apt.

Jamu is Indonesian herb medicine, which can be used as an alternative cured of Diabetes Mellitus. One of that is Jamu D contains sambiloto leaf ethanol extract.

Objective of experiment is to know the effect of sambiloto leaf ethanol extract (EEDS) in lowering blood glucose levels compare with Jamu D.

Design of the research is true prospective experimental, complete mixed method, comparative way. Research method of diabetes alloxan examine, used 24 male Swiss Webster mice which random allocate in 6 groups (n = 4): EEDS dose 1 (29.25 mg/ kgBW), EEDS dose 2 (58.5 mg/ kgBW), EEDS dose 3 (117 mg/ kgBW), control (CMC 1% suspension), comparator (Glibenklamid 0.65 mg/ kgBW), Jamu D (195 mg/ kgBW). Data measured are blood glucose levels (mg/ dL) after alloxan induced and after the treatment. Percentage in lowering blood glucose levels data analyzed used one way ANAVA system continued by Tukey HSD, α = 0.05.

Result of the research in lowering blood glucose levels from EEDS dose 1 (65.93%), dose 3 (66.66%) if compared with Jamu D (59.82%) is not have significant difference (p > 0.05), while with EEDS dose 2 (-1.65%) compared with Jamu D (59.82%) have very significant difference (p < 0.01).

Conclusion is EEDS dose 1 (29.25 mg/ kg BB) and EEDS 3 (117 mg/ kg BB) are evective in lowering mice blood glucose levels which have same potention with Jamu D, while EEDS dose 2 (58.5 mg/ kg BB) is not effective.

(3)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... v

PRAKATA... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan ... 3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian... 4

1.5.1 Kerangka Pemikiran... 4

1.5.2 Hipotesis... 5

1.6 Metodologi Penelitian ... 5

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus ... 6

2.1.1 Definisi ... 6

2.1.2 Epidemiologi ... 6

2.1.3 Klasifikasi... 7

(4)

ix

2.1.5 Patofisiologi... 9

2.1.5.1 Diabetes Tipe 1... 11

2.1.5.2 Diabetes Tipe 2... 11

2.1.6 Pemeriksaan Penyaring dan Diagnosis ... 13

2.1.6.1 Pemeriksaan Penyaring ... 13

2.1.6.2 Diagnosis... 13

2.1.7 Komplikasi... 14

2.1.8 Pengelolaan DM ... 16

2.1.8.1 Edukasi... 17

2.1.8.2 Terapi Gizi Medis... 18

2.1.8.3 Latihan Jasmani ... 18

2.1.8.4 Intervensi Farmakologis... 19

2.2 Pankreas... 22

2.2.1 Anatomi Pankreas... 22

2.2.2 Fisiologi Pankreas ... 24

2.3 Insulin ... 25

2.3.1 Pengaturan Sekresi Insulin ... 25

2.4 Sambiloto (Andrographidis paniculata [Burmf.] Nees.) ... 26

2.4.1 Taksonomi... 26

2.4.2 Morfologi... 27

2.4.3 Kandungan kimia ... 27

2.4.4 Efek Sambiloto Terhadap Glukosa Darah... 28

2.4.4.1 Andrografolid ... 28

2.4.4.2 Flavonoid ... 28

2.4.5 Efek Farmakologis Sambiloto... 29

2.5 Jamu... 29

(5)

x

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 32

3.1.1 Alat-alat ... 32

3.1.2 Bahan-bahan ... 32

3.2 Persiapan Penelitian... 33

3.2.1 Persiapan Hewan Coba ... 33

3.2.2 Persiapan Bahan Uji ... 33

3.3 Metode Penelitian ... 34

3.3.1 Desain Penelitian...34

3.3.2 Perhitungan Besar Sampel...34

3.3.3 Variabel Penelitian...34

3.4 Prosedur Penelitian ... 35

3.5 Hipotesis Statistik ... 36

3.5.1 Setelah Induksi Aloksan ... 36

3.5.2 Setelah Perlakuan ... 36

3.6 Kriteria Uji ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 37

4.2 Pembahasan…... 41

4.3 Uji Hipotesis….. ... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 45

5.2 Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46

LAMPIRAN ... 50

(6)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan DM Tipe 1 dan DM Tipe 2 ... 12

Tabel 2.2 Kadar Glukosa Darah Puasa dan Glukosa Darah Sewaktu Sebagai Patokan Pemeriksaan Penyaring... 14

Tabel 2.3 Perbedaan Gejala yang Terjadi pada DM Tipe 1 dan DM Tipe 2 ... 16

Tabel 4.1 KGD Mencit Setelah Induksi Aloksan ... 37

Tabel 4.2 Hasil ANAVA Persentase KGD Mencit Setelah Induksi Aloksan... 38

Tabel 4.3 Persentase Penurunan KGD Mencit Setelah Perlakuan 7 Hari... 39

Tabel 4.4 Deskripsi Persentase Penurunan KGD Mencit Setelah Perlakuan ... 40

Tabel 4.5 Hasil ANAVA Persentase Penurunan KGD Mencit Setelah Perlakuan………. ... 40

(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Anatomi Pankreas... 23

Gambar 2.2 Jenis-Jenis Sel Pankreas dan Produksinya... 24

Gambar 2.3 Struktur Insulin ... 25

(8)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I Data Sebelum Dan Sesudah Perlakuan... 50

Lampiran II Rencana Kerja Penelitian ... 51

Lampiran III Perhitungan Dosis ... 52

(9)

xiv

DAFTAR GRAFIK

(10)

50

Lampiran 1: Data Sebelum Dan Sesudah Perlakuan

Kadar Glukosa Darah Puasa (mg%) Kelompok

Perlakuan Penurunan

(11)

51

Lampiran 2: Rencana Kerja Penelitian

Hari ke-1

Pembelian mencit dari PAU ITB Bandung

Hari ke-2 sampai ke-7

Pemeliharaan mencit hingga mencapai usia dan berat ideal (30 ekor)

Hari ke-8

Pengecekan kadar glukosa darah normal secara acak

Hari ke-8

Induksi aloksan untuk seluruh mencit dengan

dosis (4.8384 mg untuk tiap mencit) yang memenuhi syarat

Hari ke-21

Pengecekan kadar glukosa darah dan pengelompokan mencit secara acak menjadi 6 kelompok perlakuan (24 ekor)

Hari ke-22 sampai ke-28

Pemberian perlakuan EEDS dosis 1, 2, dan 3, Jamu D, serta kontrol dan pembanding

Hari ke-29

Pemeriksaan kadar glukosa

(12)

52

Lampiran 3: Perhitungan Dosis

1. Dosis Aloksan

Dosis aloksan pada tikus = 120 mg/ kgBB tikus Faktor konversi tikus 200 gr ke mencit 20 gr = 0.14

untuk tikus 200 gr = 200 / 1000 x 120 mg Rata-rata BB mencit = 28.8 gr

Dosis Aloksan untuk mencit 28.8 gr = 28.8 / 20 x 3.36 mg

= 4.8384 mg untuk tiap mencit.

Volume maksimal untuk penyuntikan intravena mencit: 0,1 ml

→ 4.8384 mg/ 0,1 ml

→ 48.384 mg/ ml

2. Dosis Glibenklamid

Dosis Glibenklamid untuk manusia = 5 mg

Faktor konversi dosis manusia ke mencit dengan berat badan 20 gr = 0.0026

Untuk mencit 20 gram = 5 mg x 0.0026

(13)

53

Faktor konversi dosis manusia ke mencit dengan berat badan 20 gr = 0.0026

Untuk mencit 20 gram = 1500 mg x 0.0026 = 3.9 mg

Dosis untuk 1 kg BB mencit = 1000 / 20 x 3.9 mg = 195 mg/ kg BB mencit Rata-rata BB mencit = 28.8 gr

Dosis Jamu D untuk mencit 28.8 gr = 28.8 / 20 x 3.9 mg = 5.616 mg

4. Dosis Ekstrak Etanol Daun Sambiloto (Andrographidis Folium)

Jamu D 1 kapsul = 500 mg

Andrographidis Folium yang terdapat dalam Jamu D = 30%

= 30 / 100 x 500 mg = 150 mg

Dosis pemakaian Jamu D untuk manusia = 1 hari 3 kali = 3 x 150 mg = 450 mg

Faktor konversi dosis manusia ke mencit dengan berat badan 20 gr = 0.0026 Untuk mencit 20 gram = 450 mg x 0.0026

= 1.17 mg Dosis EEDS untuk hewan coba:

Dosis 1 = 29.25 mg/ kg BB

Dosis 2 = 58.5 mg/ kg BB

Dosis 3 = 117 mg/ kg BB

Rata-rata BB mencit = 28.8 gr Dosis EEDS untuk mencit 28.8 gr

EEDS dosis 2 = 28.8 / 20 x 1.17 mg

= 1.6848 mg

(14)

54

EEDS dosis 3 = 2 x EEDS dosis 2

(15)

55

Lampiran 4: Hasil Uji Statistik

1. Kadar Glukosa Darah Sesudah Induksi Aloksan

Descriptives

Kadar Glukosa Darah sesudah Induksi Aloksan

4 241.75 143.906 71.953 12.76 470.74 140 453

4 251.25 128.404 64.202 46.93 455.57 146 434

4 261.00 122.262 61.131 66.45 455.55 152 432

4 193.00 26.090 13.045 151.49 234.51 169 224

4 168.75 35.349 17.675 112.50 225.00 127 211

4 239.75 125.152 62.576 40.61 438.89 152 424

24 225.92 101.270 20.672 183.15 268.68 127 453

Kelompok I

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

Kadar Glukosa Darah sesudah Induksi Aloksan

1.527 5 18 .231

Levene Statistic df1 df2 Sig.

ANOVA

Kadar Glukosa Darah sesudah Induksi Aloksan

26664.833 5 5332.967 .459 .802

209213.000 18 11622.944

235877.833 23

Between Groups Within Groups Total

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Kadar Glukosa Darah sesudah Induksi Aloksan

Tukey HSDa

(16)

56

2. Hasil Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah

Descriptives

Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah

4 65.9264 8.87535 4.43768 51.8037 80.0491 55.71 75.83 4 -1.6481 18.64028 9.32014 -31.3089 28.0128 -23.97 18.43 4 66.6633 6.55130 3.27565 56.2387 77.0878 58.55 73.46 4 11.7039 4.88917 2.44459 3.9241 19.4836 5.33 17.24 4 49.8784 15.95862 7.97931 24.4846 75.2721 32.96 68.72 4 59.8199 19.33070 9.66535 29.0605 90.5794 43.42 83.25 24 42.0573 30.14289 6.15289 29.3291 54.7855 -23.97 83.25 EEDS do 1

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah

4.278 5 18 .010

Levene Statistic df1 df2 Sig.

ANOVA

Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah

17533.426 5 3506.685 18.762 .000

3364.227 18 186.902

20897.653 23

Between Groups Within Groups Total

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah

Tukey HSDa

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.

(17)

57

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah Tukey HSD

67.57446* 9.66699 .000 36.8524 98.2965 -.73688 9.66699 1.000 -31.4589 29.9852 54.22250* 9.66699 .000 23.5005 84.9445 16.04803 9.66699 .573 -14.6740 46.7701 6.10646 9.66699 .987 -24.6156 36.8285 -67.57446* 9.66699 .000 -98.2965 -36.8524 -68.31134* 9.66699 .000 -99.0334 -37.5893 -13.35196 9.66699 .737 -44.0740 17.3701 -51.52644* 9.66699 .001 -82.2485 -20.8044 -61.46800* 9.66699 .000 -92.1900 -30.7460 .73688 9.66699 1.000 -29.9852 31.4589 68.31134* 9.66699 .000 37.5893 99.0334 54.95939* 9.66699 .000 24.2373 85.6814 16.78491 9.66699 .527 -13.9371 47.5069 6.84335 9.66699 .979 -23.8787 37.5654 -54.22250* 9.66699 .000 -84.9445 -23.5005 13.35196 9.66699 .737 -17.3701 44.0740 -54.95939* 9.66699 .000 -85.6814 -24.2373 -38.17448* 9.66699 .010 -68.8965 -7.4524 -48.11604* 9.66699 .001 -78.8381 -17.3940 -16.04803 9.66699 .573 -46.7701 14.6740 51.52644* 9.66699 .001 20.8044 82.2485 -16.78491 9.66699 .527 -47.5069 13.9371 38.17448* 9.66699 .010 7.4524 68.8965 -9.94156 9.66699 .902 -40.6636 20.7805 -6.10646 9.66699 .987 -36.8285 24.6156 61.46800* 9.66699 .000 30.7460 92.1900 -6.84335 9.66699 .979 -37.5654 23.8787 48.11604* 9.66699 .001 17.3940 78.8381 9.94156 9.66699 .902 -20.7805 40.6636 (J) Kelompok perlakuan

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

(18)

58

RIWAYAT HIDUP

Nama : Sarah Kastilani

Nomer Pokok Mahasiswa : 0510062

Tempat/ Tanggal Lahir : Bandung, 01 Oktober 1986

Alamat : Jl. Dian Indah I no. 1, Bandung

Riwayat Pendidikan

SD St. Yusuf 1, Bandung, lulus tahun 1999 SLTP St. Aloysius 1, Bandung, lulus tahun 2002 SMA St. Aloysius 1, Bandung, lulus tahun 2005

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok kelainan metabolik ditandai dengan peningkatan Kadar Glukosa Darah (KGD) atau disebut hiperglikemia, dimana keadaan ini dapat meningkatkan jumlah radikal bebas dalam tubuh. DM dapat disebabkan karena genetik, faktor lingkungan, dan pilihan gaya hidup. Faktor yang memberikan kontribusi pada hiperglikemia dapat berupa

berkurangnya sekresi insulin, menurunnya penggunaan glukosa, dan

meningkatnya pembentukan glukosa. DM dapat menyebabkan perubahan patofisiologi sekunder dari beberapa sistem organ yang memberikan beban yang sangat berat bagi penderita diabetes dan pada sistem kesehatan (Powers, 2005).

DM merupakan suatu keadaan kronis akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau akibat tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif (WHO, 2008).

Pada tahun 2000, berdasarkan WHO, sedikitnya 171 juta penduduk dunia menderita DM. Kejadian ini meningkat dengan cepat dan diperkirakan pada tahun 2030 jumlah ini akan meningkat dua kalinya. Berdasarkan laporan World Health

Organization (WHO), DM termasuk salah satu penyebab kematian terbesar di

Asia Tenggara dan Pasifik Barat (Wahyu Widowati, 2008). DM terdapat di

seluruh dunia, tetapi lebih sering terjadi di negara berkembang

(http://en.wikipedia.org/wiki/Diabetes, 2008). Indonesia ikut berkontribusi sebagai penyumbang terbanyak penderita diabetes di dunia. Pada tahun 2000, Indonesia berada di peringkat 4 dunia dengan jumlah penderita DM sekitar 8.4 juta orang. Diperkirakan tahun 2030 akan meningkat menjadi 21.3 juta penduduk Indonesia yang menderita penyakit DM (Ana, 2007). Dengan prevalensi, pada daerah urban sebesar 14.7% dan daerah rural sebesar 7.2%, maka diperkirakan tahun 2030 akan terdapat 8.2 juta penderita DM di daerah urban dan 5.5 juta di

(20)

2

Pengobatan pada penyakit DM adalah seumur hidup dan membutuhkan biaya

yang tidak sedikit. Maka dari itu, diperlukan pemanfaatan sumber daya alamiah yang relatif lebih murah dan mudah didapat, yang akan digunakan sebagai alternatif untuk pengobatan DM. Sumber daya alam yang dapat digunakan antara lain adalah beberapa jenis tanaman obat yang banyak terdapat di Indonesia.

Tanaman obat yang memiliki khasiat untuk mengobati penyakit diabetes, antara lain Sambiloto (Andrographis paniculata [Burm f.] Ness), Brotowali

(Tinospora crispa [L]), Kacang Buncis (Phaseolus vulgaris L.), Lidah Buaya

(Aloe vera [L.] W ebb), Pare (Momordica charantia L.), Salam (Syzygium

polyanthum [W ight] W alp.), Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dan terakhir yang

sedang populer adalah Buah Merah (Pandanus conoideus Lamk) dari Papua (Ari

Satriyo Wibowo, 2005).

Tanaman-tanaman obat tersebut sudah digunakan secara empiris oleh masyarakat untuk menurunkan Kadar Gula Darah (KGD) dengan cara meramu sendiri simplisia dari tanaman-tanaman tersebut, baik tunggal maupun campurannya. Industri jamu juga telah mengembangkan campuran dari tanaman-tanaman obat tersebut untuk mengobati DM, salah satunya adalah Jamu D (produksi pabrik jamu PT. NM).

Jamu D merupakan campuran dari beberapa jenis ekstrak, yaitu Pterocarpi

folium (daun angsana), Momordicae fructus (buah pare), Phaseoll fructus (kacang

buncis), Andrographidis folium (daun sambiloto). Jamu D diindikasikan untuk meringankan gejala DM.

Penelitian tentang efek herba Sambiloto terhadap penurunan KGD, pernah dilakukan oleh Michael Jonathan (2007). Hasil penelitian herba Sambiloto dosis 1.4 g/ kg BB mencit dan 2.8 g/ kg BB mencit berefek menurunkan KGD mencit jantan yang potensinya setara dengan Glibenklamid.

Penulis tertarik untuk meneliti efek penurunan KGD salah satu campuran yang

(21)

3

digunakan sebagai pembanding adalah Glibenklamid dan Jamu D (sediaan jamu

yang dibuat oleh PT. NM).

1.2Identifikasi Masalah

1. Apakah EEDS dapat menurunkan KGD mencit jantan yang diinduksi aloksan?

2. Apakah potensi penurunan KGD oleh EEDS setara dengan Jamu D?

1.3Maksud dan Tujuan

Maksud : Mengembangkan obat alternatif untuk menurunkan KGD dengan

menggunakan bahan alami.

Tujuan : Mengetahui efek EEDS terhadap penurunan KGD dibandingkan dengan Jamu D.

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat Akademis

Untuk menambah pengetahuan mengenai farmakologi tanaman obat yang dapat memberikan efek terapi, khususnya daun Sambiloto dan bentuk campurannya sebagai obat alternatif untuk penurunan kadar glukosa darah.

Manfaat Praktis

(22)

4

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok kelainan metabolik ditandai dengan peningkatan Kadar Glukosa Darah (KGD) atau disebut hiperglikemia. Faktor yang memberikan kontribusi pada hiperglikemia dapat berupa

berkurangnya sekresi insulin, menurunnya penggunaan glukosa, dan

meningkatnya pembentukan glukosa. Hal ini menyebabkan perubahan metabolisme dan akan menyebabkan peningkatan radikal bebas yang dapat merusak sel-sel beta pulau langerhans pankreas.

Pada penelitian ini digunakan aloksan sebagai diabetogen. Aloksan ini berpengaruh terhadap produksi insulin oleh sel beta penkreas dan merusak sel-sel ini secara selektif. Aloksan direduksi menjadi asam dialurat, dan membentuk radikal bebas (O2-, H2O2, dan OH-). Kombinasi dari pembentukan radikal yang

cepat dan pertahanan antioksidan yang tidak adekuat ini yang diduga menyebabkan sel-β sangat sensitif terhadap aloksan (Halliwell, 1991).

Jamu D terbuat dari bahan-bahan pilihan dan diramu khusus untuk membantu meringankan gejala DM. Jamu D adalah suatu kapsul ekstrak jamu yang memiliki

komposisi: Pterocarpi folium 20%

Momordicae fructus 10%

Phaseoll fructus 40%

Andrographidis folium 30%

(23)

5

dari radikal bebas, sehingga mampu mensekresikan insulin dalam jumlah yang

cukup untuk menurunkan kadar glukosa darah (Mills, 2000).

1.5.2 Hipotesis

1. EEDS dapat menurunkan KGD.

2. Potensi penurunan KGD oleh EEDS lebih rendah dibandingkan Jamu D.

1.6Metodologi

Desain penelitian prospektif eksperimental sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), bersifat komparatif. Metode yang digunakan untuk pengukuran KGD adalah uji diabetes aloksan.

Data yang diukur adalah KGD dalam satuan mg/ dL setelah induksi aloksan dan diberi perlakuan selama 7 hari. Analisis data persentase penurunan KGD dengan ANAVA satu arah, yang apabila ada perbedaan yang signifikan, dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey HSD dengan α = 0.05 menggunakan

program SPSS 13.0.

1.7Lokasi dan Waktu

Lokasi : Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

Waktu : Bulan Maret 2008 – Januari 2009.

(24)

43

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

• Ekstrak Etanol Daun Sambiloto dosis 29.25 mg/ kg BB mencit dan Ekstrak Etanol Daun Sambiloto dosis 117 mg/ kg BB mencit dapat

menurunkan Kadar Glukosa Darah mencit.

• Ekstrak Etanol Daun Sambiloto dosis 29.25 mg/ kg BB mencit dan Ekstrak Etanol Daun Sambiloto dosis 117 mg/ kg BB mencit setara dengan Jamu D dengan dosis 195 mg/ kg BB mencit dalam menurunkan Kadar Glukosa Darah mencit.

5.2 Saran

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan. Adapun saran-saran untuk penelitian yang lebih lanjut antara lain:

1. Menggunakan hewan coba lain.

2. Percobaan menggunakan dosis yang lebih bervariasi. 3. Fraksinasi dengan pelarut yang berbeda.

4. Menggunakan metoda lain seperti TTGO.

(25)

46

DAFTAR PUSTAKA

Albert GO Sumampouw. 2003.

http://www.medikaholistik.com/2033/2004/11/28/medika.html?xmodule= document_detail&xid=54. Radikal Bebas & Antioksidan. 2 November 2008.

Ana. 2007. Endokrinologi Diabetes.

http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_finenews.asp?IDNews=93. 13 Mei 2008.

Antonius Suryajaya. http://balittro.litbang.deptan.go.id/pdf/sambiloto.pdf. 26 Agustus 2008.

Ari Satriyo Wibowo. Obat Alami Asli Indonesia Bagi Penderita Diabetes. http://www.suarapembaruan.com/News/2005/05/01/Kesehata/kes.htm. 26 April 2008.

Bruneton, 1999. Pharmacognosy phytochemistry medicinal plants. Edisi 2. Prancis : Lavoiser Publishing. P. 322 – 4.

Chang, But. 1987. Pharmacology and Aplications of Chinese Materia Medica. 1st.ed. Hongkong: World Scientific. h. 918-24.

Christine Rosalina Lopulalan. 2008. http://www.dr-rocky.com/layout-artikel-kesehatan/40-sekilas-tentang-diabetes-mellitus. Sekilas Tentang Diabetes

Mellitus. 27 Oktober 2008.

Departemen Kesehatan RI, Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan. 1999.

Peraturan Perundang-undangan di Bidang Obat Tradisional. Jakarta:

Depkes. H. 3 – 4.

Dinna Sofia. 2008. http://www.chem-is-try.org/?sect=artikel&ext=81. 30 Juli 2008.

Djoko Wahono Soemadji. 2006. Hipoglikemia Iatrogenik. Dalam: Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Ed: Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi,

Marcellus Simadibrata K, siti Setiati. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. H. 1870.

Elfahmi, et. al. The Indonesian Tradisional HerbalMedicine

(26)

47

Granner, D. K. 2003. Hormon Pankreas dan Traktus Gastrointestinal. Dalam: Biokimia Harper. Edisi 25. Jakarta: EGC. H. 581 – 4.

Guyton, A. C., Hall, John E. 1997. Insulin, Glukagon, dan Diabetes Melitus dalam

Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakrta. EGC. h. 1221-37.

Halliwell B., Gutteridge M. C. 1991. Free radicals and toxicologi. In Free

radicals in biology and medicine. 2nd edition. New york : Oxford. p. 310-4.

http://augusfarly.wordpress.com/2008/08/21/askep-diabetes-mellitus/. 2008.

Askep Diabetes Melitus. 4 November 2008.

http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/diabetes-melitus/. 2008. Referensi Kesehatan. 27 Oktober 2008

http://en.wikipedia.org/wiki/Andrographis_paniculata. 2008. Andrographis paniculata. 2 November 2008.

http://en.wikipedia.org/wiki/Diabetes. 12 Mei 2008.

http://id.wikipedia.org/wiki/Radikal_bebas. 30 Juli 2008.

http://journals.cambridge.org/fulltext_content/ERM/ERM2_06/S14623994000018 61sup019.gif. 4 November 2008.

http://medlinux.blogspot.com/2007/09/diabetes-melitus.html. 2007. Diabetes Melitus. 27 Oktober 2008.

http://perkeni.freeservers.com/kons_dm.html. 2001. Konsensus Nasional

Penatalaksaan Diabetes Melitus 1998. 13 Mei 2008.

http://www.bio.davidson.edu/Courses/Molbio/MolStudents/spring2005/Dresser/h uman%20insulin.gif. 2 November 2008.

http://www.fairview.org/healthlibrary/content/pancreas.gif. 13 Mei 2008.

http://www.ics.trieste.it/MedicinalPlant/MedicinalPlant.aspx?id=6. 26 April 2008.

http://xarom.blogsome.com/2006/08/13/sambiloto/. 2 November 2008.

IPTEKnet. 2008. Tanaman Obat Indonesia.

(27)

48

Kemas Ali Hanafiah. 1991. Rancangan percobaan, teori, dan aplikasi. Jakarta: Rajawali Press.

Mills, Bone. 2000. Principles and Practice of Phytotheraphy. Churchill Livingstone Pub. H. 262 - 3.

Nur Asikin. 2001. Antioksidan Endogen dan penilaian Status Antioksidan. Jakarta: Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran UI. H. 1 – 2.

PERKENI. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB. PERKENI. H.1 - 32.

Powers, A. 2005. Diabetes mellitus. In: Harrison’s Principles of internal medicine 15th ed. New York: McGraw-Hill. P. 2109 – 11.

Pradana soewondo. 2006. Ketoasidosis Diabetik. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. Ed: Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus

Simadibrata K, Siti Setiati. Jakarta: Pusat Penerbitan departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. H. 1874 – 6.

Reno Gustaviani. 2006. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam: Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed: Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi,

Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. H. 1857 – 9.

Sandhy. ED. 2008. http://www.wikimu.com/news/DisplayNews.aspx?id=9166.

Jamu dan Keamanannya. 26 Agustus 2008.

Setiawan Dalimarta. 2002. Atlas tumbuhan obat Indonesia. Jilid 1. Jakarta: Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. H. 121 - 5.

Sidartawan Soegondo. 2006. http://www.medicastore.com/diabetes/. Diabetes,

The Sillent Killer. 2 November 2008.

Sjamsul Arief.

http://www.pediatrik.com/isi03.php?cari=radikal+bebes&xkategori=semu a&page=search&hkategori=Pencarian. 2 November 2008.

Snell, R.S. 1997. Rongga abdomen. Dalam: Anatomi klinik. Edisi 3 Bagian 1. Jakarta: EGC. Hal. 266 - 8.

Sujono Riyadi; Sukarmin. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan

Gangguan Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha

(28)

49

Wahyu Widowati. 2008. Potensi Antioksidan sebagai Antidiabetes. Jurnal

Kedokteran Maranatha, 2 (7): H. 193 – 202.

WHO. 2008. Diabetes Action Now Booklet.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti pengaruh yang ditimbulkan terhadap return saham, yang kemudian dituangkan dalam sebuah

Sistem mekanik dongkrak elektrik tersusun dari dongkrak, motor DC, gear box, sensor ultrasonik SRF-04, sensor proximity, modul bluetooth, dan mikrokontroler AT-Mega

selama periode Tahun 1995 sampai dengan 2005 dari alat tangkap gabungan bubu dan jaring insang dasar terhadap ikan lencam adalah sebesar 667 ton per tahun yang berada di bawah

[r]

Harbinsn di Desa Raws Denok, Depok, Jaws Barat Nama Mahasiswa Syaiful Jamal.. Nomor Pokok

Fakultas : Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana. Jenis Karya :

[r]

Sedangkan pada Gambar 2 terlihat jelas bahwa tidak terdapat hubungan interaksi antara dukungan sosial teman sebaya dan kontrol diri pada siswa dengan jenis kelamin perempuan,