• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas penggunaan media alat peraga Kotak Geser ditinjau dari hasil belajar dan keaktifan siswa kelas VIII SMP Kanisius Kalasan pada materi operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas penggunaan media alat peraga Kotak Geser ditinjau dari hasil belajar dan keaktifan siswa kelas VIII SMP Kanisius Kalasan pada materi operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar"

Copied!
207
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA ALAT PERAGA “KOTAK GESER” DITINJAU DARI HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA

KELAS VIII SMP KANISIUS KALASAN PADA MATERI OPERASI PERKALIAN DAN PEMFAKTORAN BENTUK ALJABAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh:

Angela Merici Dwi Nugraheni

NIM: 121414075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA ALAT PERAGA “KOTAK GESER” DITINJAU DARI HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA

KELAS VIII SMP KANISIUS KALASAN PADA MATERI OPERASI PERKALIAN DAN PEMFAKTORAN BENTUK ALJABAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh:

Angela Merici Dwi Nugraheni

NIM: 121414075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)

v

HALAMAN MOTTO

Yesus berkata:

“Jika engkau hendak menyenangkan Daku, percayalah

kepada-Ku. Jika engkau hendak lebih menyenangkan

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA ALAT PERAGA “KOTAK GESER” DITINJAU DARI HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA

KELAS VIII SMP KANISIUS KALASAN PADA MATERI OPERASI PERKALIAN DAN PEMFAKTORAN BENTUK ALJABAR

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan media alat peraga “Kotak Geser” dan kelas yang tidak menggunakan media alat peraga “Kotak Geser”, efektivitas penggunaan media alat peraga “Kotak Geser” pada proses pembelajaran, dan mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media alat peraga “Kotak Geser”. Materi pembelajaran pada penelitian ini adalah operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar.

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga bulan Agustus 2016 di SMP Kanisius Kalasan. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A dan siswa kelas VIII C. Pembelajaran dengan menggunakan media alat peraga Kotak Geser dilaksanakan di kelas eksperimen (VIII A) dan pembelajaran dengan tidak menggunakan media alat peraga Kotak Geser dilaksanakan di kelas kontrol (VIII C). Data penelitian diperoleh dengan cara melakukan wawancara kepada guru matematika, tes kemampuan awal (pretest), tes hasil belajar (posttest), observasi keaktifan siswa oleh observer.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) berdasarkan uji-t dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan media alat peraga “Kotak Geser” dan kelas yang tidak menggunakan media alat perga “Kotak Geser”. Hal ini juga dapat dilihat dari rata-rata nilai posttest kelas eksperimen (VIII A) lebih tinggi dibanding kelas kontrol (VIII C). siswa kelas eksperimen memperoleh rata-rata nilai sebesar 46.13 sedangkan kelas kontrol memperoleh 40.27. (2) Penggunaan media alat peraga “Kotak Geser” tidak efektif digunakan dalam proses pembelajaran untuk mendukung hasil belajar siswa karena persentase hasil belajar siswa yang tuntas tidak mencapai target, yaitu sebesar 20%. (3) Berdasarkan hasil analisis data, persentase keaktifan siswa kelas VIII A pada pertemuan pertama dan kedua mencapai . 2% dan 2. %. Dilihat dari tabel kriteria keaktifan siswa, siswa aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat disimpulkan bahwa media alat peraga “Kotak Geser” efektif untuk digunakan.

(10)

ix ABSTRACT

THE EFFECTIVENESS OF THE USE OF PROPS “KOTAK GESER” IN TERMS OF STUDENT’S LEARNING RESULT AND ACTIVENESS OF

CLASS VIII AT SMP KANISIUS KALASAN ON THE MATERIAL OF MULTIPLICATION OPERATIONS AND FACTORING ALGEBRA

This research aims to determine if there is the difference of student’s learning result between class that using the props “Kotak Geser” and the class that does not using the props “Kotak Geser”, the effectiveness of the use of props “Kotak Geser” in the learning process, and to know the activeness of students in the learning process by using props “Kotak Geser”. The learning materials in this study is the multiplication operations and factoring algebraa.

The kind of this research is quasi experimental. This research was conducted on July until August 2016 at SMP Kanisius Kalasan. The samples of this research are the students of class VIII A and VIII C. The learning process by using props “Kotak Geser” was held in the experimental class (VIII A) and the learning process by not using props “Kotak Geser” was implemented in the control class (VIII C). The data of this research was obtained by interviewing the math teacher, conducting the pretest, conducting the posttest, and doing observation the student’s activity by the observer.

The result shows that (1) based on the t-test, it can be concluded that there is the difference of student’s learning result between class class that using the props “Kotak Geser” and the class that does not using the props “Kotak Geser”. It can also be seen from the average score of posttest in the experimental class (VIII A) is higher than the control class (VIII C). The students of experimental class get 46.13 and the students of control class get 40.27. (2) The use of the props “Kotak Geser” in the learning process is not effective to support student’s learning result because the percentage of the completeness of student’s learning result does not reach the target, which is 20%. (3) Based on the data analysis, the percentages of Grade VIII A student’s activity reached 69.52% at the first meeting and 72.86% at the second meeting. From the student’s activity criteria table, students are active in the learning process so it can be concluded that the props “Kotak Geser” is effective to use.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih-Nya

dalam penyusunan skripsi yang berjudul ‘Efektivitas Penggunaan Media Alat Peraga “Kotak Geser” Ditinjau dari Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa Kelas VIII SMP Kanisius Kalasan pada Materi Operasi Perkalian dan Pemfaktoran Bentuk Aljabar’ sehingga dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir untuk memenuhi syarat

kelulusan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, tidak terlepas dari banyak

pihak yang turut memberi dukungan, doa, materi, serta bantuan dan semangat yang

sangat bermanfaat bagi penulis. Oleh karena itu penulis ingin berterimakasih

kepada :

1. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma;

2. Cyrenia Novella Krisnamurti, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, arahan, dukungan, masukan, dan motivasi kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

3. Yusup Indrianto Purwito, S.Pd., selaku kepala sekolah SMP Kanisius

Kalasan yang telah mengijinkan peneliti untuk melaksanakan penelitian.

4. Siswa dan siswi kelas VIII SMP Kanisius Kalasan atas kerjasama sebagai

sampel penelitian;

5. Bapak Nur Subiyantoro, Ibu Yoana Fransiska Rini Sudewi, kakakku

(12)

xi

kasih sayang, perhatian, arahan, dukungan finansial, serta kesabaran kepada

penulis selama ini;

6. Penyemangatku Okta Agus Sulistyono yang selalu memberikan motivasi,

perhatian, semangat, dan selalu mendampingiku dalam keadaan apapun;

7. Sahabat-sahabatku, Ita Susanti, Steffani Dessy, dan Jesee Pertiwi yang

selama ini memberikan dukungan dan semangat.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang

membantu pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan

dalam penulisan skripsi ini, karena itu penulis mengharapkan kritik dan

saran dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak dan dapat dikembangkan menjadi penelitian yang lebih baik.

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan ... 6

D. Pembatasan Masalah ... 6

E. Pembatasan Istilah ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Belajar dan Pembelajaran ... 11

B. Penilaian Hasil Belajar ... 13

C. Bahan Ajar Materi Operasi Perkalian dan Pemfaktoran Bentuk Aljabar ... 16

D. Media Pembelajaran dan Alat Peraga ... 22

(14)

xiii

F. Alat Peraga “Kotak Geser” dalam Pembelajaran ... 26

G. Efektivitas Pembelajaran ... 32

H. Aktivitas Belajar ... 33

I. Penelitian yang Relevan ... 36

J. Kerangka Berpikir ... 37

K. Hipotesis ... 39

BAB III METODE PENELITIAN... 40

A. Jenis Penelitian ... 40

B. Waktu dan Tempat ... 41

C. Populasi dan Sampel ... 42

D. Perumusan Variabel ... 42

E. Bentuk Data ... 43

F. Treatment Pengumpulan Data ... 44

G. Instrumen Pengumpulan Data ... 47

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 50

I. Teknik Analisis Data ... 52

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ... 62

A. Pelaksanaan Penelitian ... 62

B. Analisis Data Penelitian... 69

C. Keterbatasan Penelitian ... 84

BAB V PENUTUP ... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tabel Kriteria Efektivitas Hasil Belajar Siswa secara Kuantitatif ... 33

Tabel 3.1. Lembar Observasi Keaktifan Siswa ... 48

Tabel 3.2. Kesesuaian Indikator dengan Soal Pretest dan Posttest ... 49

Tabel 3.3. Kesesuaian Kisi-kisi dengan Soal Pretest dan Posttest ... 49

Tabel 3.4. Koefisien Korelasi Product Moment ... 54

Tabel 3.5. Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Uji Validitas Butir Soal Pretest ... 55

Tabel 3.6. Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Uji Validitas Butir Soal Posttest ... 55

Tabel 3.7. Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Uji Reliabilitas Pretest dan Posttest .. 57

Tabel 3.8. Kriteria Presentase Keaktifan Siswa ... 61

Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ... 62

Tabel 4.2. Nilai Pretest Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 71

Tabel 4.3. Nilai Posttest Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 73

Tabel 4.4. Uji Normalitas Posttest ... 74

Tabel 4.5. Uji Kesamaan Variansi ... 76

Tabel 4.6. Hasil Uji Independent Sample t-test ... 77

Tabel 4.7. Rangkuman Analisis Hasil Belajar Siswa Berdasarkan KKM ... 80

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran ... 91

Lampiran A ... 92

Lampiran A.1. Surat Ijin Observasi dan Penelitian Sekolah ... 93

Lampiran A.2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 94

Lampiran B... 95

Lampiran B.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 96

Lampiran B.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 113

Lampiran B.3. Rubrik Penilaian Pretest ... 134

Lampiran B.4. Rubrik Penilaian Posttest Kelas Kontrol ... 136

Lampiran B.5. Rubrik Penilaian Posttest Kelas Eksperimen ... 138

Lampiran B.6. Lembar Observasi Keaktifan Siswa dan Skor Maksimal ... 141

Lampiran C... 143

Lampiran C.1. Hasil Wawancara Guru ... 144

Lampiran C.2. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas ... 147

Lampiran C.3. Hasil Uji Rata-Rata Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol Menggunakan SPSS 17.0 ... 173

Lampiran C.6. Analisis Hasil Belajar Siswa Berdasarkan KKM... 178

Lampiran D ... 180

Lampiran D.1. Contoh Lembar Jawab Siswa Uji Coba Soal ... 181

Lampiran D.2. Contoh Lembar Jawab Pretest Siswa Kelas Eksperimen ... 184

Lampiran D.3. Contoh Lembar Jawab Posttest Siswa Kelas Eksperimen ... 185

(18)

xvii

Lampiran D.5. Contoh Lembar Jawab Posttest Siswa Kelas Kontrol ... 187

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang di dunia pasti mengalami proses belajar. Menurut Suyono

dan Hariyanto (2011), belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk

memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku,

sikap, dan mengokohkan kepribadian. Proses memperoleh pengetahuan

merupakan suatu proses di mana seseorang yang awalnya belum mengerti

menjadi mengerti. Pengetahuan bisa diperoleh dari adanya pengalaman

seseorang yang terjadi berulang-kali. Proses belajar digolongkan menjadi dua,

yaitu proses belajar formal dan non formal. Proses belajar non formal bisa

didapatkan dari alam, lingkungan sekitar, keluarga, teman, dan sebagainya,

sedangkan proses belajar formal biasa didapatkan dari sekolah atau lembaga

belajar.

Sekolah memiliki beberapa jenjang, mulai dari TK (Taman

Kanak-kanak), SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA/K

(Sekolah Menengah Atas/Kejuruan), hingga perguruan tinggi. Pada semua

jenjang pendidikan tersebut, selalu terdapat mata pelajaran matematika tetapi

pada perguruan tinggi tidak semua mempelajari matematika secara spesifik

karena bergantung pada jurusan yang diambil. Matematika merupakan mata

pelajaran yang sangat penting karena banyak ilmu atau hal lain, baik dalam

(20)

matematika. Oleh karena itu, pada wajib sekolah 9 tahun, matematika selalu

menjadi kategori mata pelajaran untuk Ujian Nasional (UN). Namun banyak

siswa yang merasa dan menganggap bahwa matematika adalah mata pelajaran

yang sulit sehingga matematika seringkali dihindari oleh siswa.

Pada jenjang SMP (Sekolah Menengah Pertama), siswa dikenalkan

dengan hal baru yang berkaitan dengan Matematika, yaitu aljabar. Materi

aljabar merupakan salah satu pra syarat untuk mempelajari materi lain seperti

program linear, persamaan kuadrat, dll. Guru SMP Kanisius Kalasan

mengatakan bahwa aljabar merupakan materi yang cukup sulit bagi siswa,

khususnya materi operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar. Hal itu

diketahui berdasarkan pengalaman siswa dari tahun ke tahun. Rata-rata nilai

ulangan siswa untuk materi aljabar masih kurang baik, bahkan terdapat 0% −

0% siswa yang memiliki nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

sehingga dikatakan tidak tuntas. Kesulitan siswa dalam memahami materi

tersebut juga bervariatif, di antaranya adalah malas belajar, sulit memahami

konsep aljabar, kurang teliti, dan sebagainya. Siswa juga malas untuk berperan

aktif dalam pembelajaran padahal proses pembelajaran yang baik dan

berkualitas adalah pembelajaran yang dapat membuat siswa ikut berperan aktif

agar mereka ikut berpikir dan mudah menangkap materi. Siswa lebih suka

berdiskusi hal lain dengan temannya daripada berdiskusi tentang materi

pelajaran dengan guru dan siswa lain. Untuk mengatasi hal tersebut, guru harus

(21)

agar siswa dapat lebih mudah memahami apa yang sedang dipelajari dan dapat

berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Banyak hal yang dapat dilakukan guru untuk menunjang proses

pembelajaran agar bisa berjalan dengan optimal. Salah satu lingkungan belajar

yang sangat berperan dalam memudahkan penguasaan siswa terhadap materi

adalah penerapan teknologi dalam penggunaan media pembelajaran (Mulyanta

dan Leong, 2009: 2). Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi

dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Menurut Mulyanta

dan Leong (2009), media pembelajaran dapat memudahkan pemahaman siswa

terhadap materi yang dipelajari, yang pada akirnya diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar. Terdapat enam kategori dasar media pembelajaran

yang digunakan dalam belajar menurut Smaldino, dkk, yaitu teks (contoh: buku,

poster, papan tulis, layar komputer, dsb), audio (contoh: suara orang, musik,

suara mekanis, dsb), visual (contoh: diagram, gambar, dsb), video (media yang

menampilkan gerakan, termasuk DVD, rekaman video, animasi komputer, dsb),

perekayasa bersifat tiga dimensi dan bisa disentuh dan dipegang oleh siswa, dan

orang-orang (seperti guru, siswa, ahli bidang studi, dll).

Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa banyak hal yang dapat

menjadi media pembelajaran seperti power point, gambar, video, alat peraga,

dll. Ali (dalam Sundayana, 2015) menyatakan bahwa alat peraga adalah segala

sesuatu yang dapat digunakan untuk menyatakan pesan merangsang pikiran,

perasaan dan perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses

(22)

media pembelajaran seperti alat peraga, karena tidak tersedianya alat peraga.

Guru hanya pernah menggunakan power point, tetapi hal itu tidak membantu

siswa dalam belajar terlebih pada materi pemfaktoran bentuk aljabar. Pada

perkalian bentuk aljabar, rata-rata siswa dapat memahami konsepnya, hanya

saja terkadang siswa kurang teliti dalam hal operasi bilangan bulat, seperti

penjumlahan, pengurangan, perkalian bilangan positif dan negatif, dan

sebagainya.

Seorang guru bernama Amirullah telah membuat sebuah media

pembelajaran alat peraga. Alat peraga tersebut bernama “Kotak Geser”.

Amirullah membuat media alat peraga “Kotak Geser” untuk melakukan

penelitian terhadap pembelajaran siswa kelas VIII pada materi faktorisasi

bentuk aljabar. Alat peraga tersebut kemudian dikembangkan oleh peneliti lain

sehingga tidak hanya digunakan untuk materi faktorisasi bentuk aljabar tetapi

juga untuk materi perkalian bentuk aljabar. Media alat peraga “Kotak Geser”

tersebut dirancang untuk membantu mempermudah siswa dalam menghitung

perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar, baik dari segi ketelitian maupun

langkah mudah dalam menghitung dan menentukan hasil perkalian dan

pemfaktoran bentuk aljabar.

Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian di SMP

Kanisius Kalasan kelas VIII, terkait dengan materi aljabar khususnya pada

operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar. Peneliti ingin melakukan

eksperimen dengan membandingkan dua kelas, dengan yang satu menggunakan

(23)

apapun seperti yang dilakukan oleh guru. Peneliti ingin mengetahui apakah

dengan menggunakan media alat peraga tersebut, siswa menjadi lebih mudah

dalam memahami dan menguasai materi, serta dapat menunjukkan adanya hasil

belajar yang lebih baik dibanding dengan yang tidak menggunakan media alat

peraga. Peneliti juga ingin melihat bagaimana tingkat keaktifan siswa saat

melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan bantuan media alat

peraga. Apakah pembelajaran dengan menggunakan media alat peraga “Kotak

Geser” tersebut dapat membuat siswa berperan aktif sehingga dapat

menciptakan proses pembelajaran yang baik dan berkualitas, serta dapat

membuat hasil belajar siswa menjadi lebih baik sehingga proses pembelajaran

dengan menggunakan media alat peraga “Kotak Geser” efektif untuk

digunakan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang

menggunakan media alat peraga “Kotak Geser” dan kelas yang tidak

menggunakan media alat peraga “Kotak Geser”?

2. Apakah penggunaan media alat peraga “Kotak Geser” efektif ditinjau dari

hasil belajar siswa?

3. Apakah penggunaan media alat peraga “Kotak Geser” efektif ditinjau dari

(24)

C. Tujuan

1. Mengetahui perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan

media alat peraga “Kotak Geser” dan kelas yang tidak menggunakan media

alat peraga “Kotak Geser”.

2. Mengetahui efektivitas penggunaan media alat peraga “Kotak Geser”

ditinjau dari hasil belajar siswa kelas VIII SMP Kanisius Kalasan.

3. Mengetahui efektivitas penggunaan media alat peraga “Kotak Geser” ditinjau dari keaktifan siswa kelas VIII SMP Kanisius Kalasan dalam proses

pembelajaran.

D. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti memfokuskan pada

hasil belajar yang diperoleh oleh siswa pada dua kelas yang berbeda. Dua kelas

tersebut adalah kelas VIII A dan VIII C. Pada kedua kelas tersebut, peneliti

sama-sama melakukan pembelajaran yang maksimal. Hanya saja terdapat

perbedaan pada proses pembelajarannya. Pada kelas VIII A, peneliti

menggunakan metode ceramah dan media alat peraga “Kotak Geser” dalam

pembelajarannya sedangkan pada kelas VIII C peneliti tidak menggunakan

media apapun, hanya menggunakan metode ceramah. Berdasarkan pengalaman

dari tahun ke tahun, pembelajaran konvensional pada materi operasi perkalian

dan pemfaktoran bentuk aljabar tidak mendapatkan hasil yang optimal sehingga

peneliti mengharapkan hasil yang lebih baik pada kelas VIII A karena dilakukan

(25)

Alat peraga “Kotak Geser” tersebut digunakan untuk memudahkan

siswa dalam menghitung operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar.

Alat peraga tersebut dapat memudahkan siswa dalam pemecahan soal. Biasanya

siswa hanya mengira-ira dan mencoba-coba dalam memecahkan soal terkait

materi tersebut, tetapi dengan adanya alat peraga “Kotak Geser” siswa dapat

lebih mudah dan teratur dalam mengerjakannya. Namun, ketelitian juga sangat

diperlukan karena tanpa ketelitian cara semudah apapun juga tidak akan bisa

berhasil.

E. Pembatasan Istilah 1. Belajar

Belajar adalah suatu proses seseorang dalam memperoleh

pengetahuan dan membentuk diri.

2. Pembelajaran

Pembelajaran adalah adanya suatu proses komunikasi atau interaksi

antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa yang bertujuan untuk

mengembangkan atau merubah tingkah laku.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah tingkat kemampuan seseorang yang diperoleh

(26)

4. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar adalah suatu proses memberikan penilaian

terhadap hasil-hasil belajar yang telah dicapai siswa berdasarkan kriteria

tertentu.

5. Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah suatu alat atau sarana yang digunakan

untuk menyampaikan isi pesan pembelajaran dan merangsang atau menarik

perhatian siswa untuk belajar.

6. Alat Peraga

Alat peraga merupakan media atau sarana yang digunakan dalam

proses pembelajaran untuk membantu mempermudah siswa dalam

memahami materi.

7. Alat Peraga “Kotak Geser”

Alat peraga “Kotak Geser” adalah alat peraga yang digunakan untuk

menjelaskan materi operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar. Alat

peraga ini terbuat dari papan, yang berisi kolom-kolom. Alat peraga ini

diharapkan dapat membantu siswa dalam belajar sehingga mendapatkan

hasil yang optimal.

8. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan guru dalam

mengajarkan suatu materi pembelajaran kepada siswa yang dilihat dari

(27)

9. Aktivitas Belajar

Perbuatan atau perubahan tingkah laku baik bersifat fisik maupun

mental yang apabila terjalin keserasian antara keduanya akan menghasilkan

kesgiatan belajar yang optimal.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

Peneliti berharap agar peneliti dapat

- Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar antara siswa SMP

Kanisius Kalasan kelas VIII yang menggunakan media alat peraga

“Kotak Geser” dan tidak menggunakan media alat peraga pada materi

operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar dengan menggunakan

media alat peraga “Kotak Geser”.

- Mengetahui efektivitas penggunaan media alat peraga “Kotak Geser”

dalam proses pembelajaran untuk mendukung hasil belajar siswa kelas

VIII SMP Kanisius Kalasan.

- Mengetahui efektivitas penggunaan media alat peraga “Kotak Geser”

dilihat dari tingkat keaktifan siswa SMP Kanisius Kalasan kelas VIII

pada saat pembelajaran terkait materi operasi perkalian dan pemfaktoran

bentuk aljabar.

2. Bagi siswa

- Siswa dapat lebih mudah dalam memperlajari operasi perkalian dan

(28)

- Siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

3. Bagi guru

- Sebagai bahan pertimbangan guru tentang adanya sarana atau strategi

yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran guna mendukung

hasil belajar siswa agar menjadi lebih baik.

4. Bagi pembaca

- Diharapakan dapat menjadi bahan referensi bagi pembaca atau peneliti

lain tentang penggunaan media alat peraga “Kotak Geser” dalam

(29)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar

Menurut Gagne (1984) dalam Dahar (2011) belajar dapat

didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah

perilakunya sebagai akibat pengalaman, sedangkan menurut Suyono dan

Hariyanto (2011) belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk

memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki

perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi

tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains

konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan

pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi lebih dari satu kali akan melahirkan suatu pengetahuan.

Siregar dan Nara (2011) juga mendefinisikan belajar merupakan

sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan

berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan)

hingga liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar

sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan

tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan

(kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai

(30)

Berdasarkan definisi belajar yang telah dikemukakan oleh beberapa

ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan atau

proses seseorang untuk memperoleh pengetahuan dimana pengetahuan

tersebut diperoleh berdasarkan adanya suatu pengalaman diri. Dari

pengalaman tersebut seseorang mengalami proses belajar yang kemudian

menjadi tahu (memperoleh pengetahuan). Pengetahuan yang diperoleh akan

membentuk seseorang menjadi lebih baik, dalam segi pengetahuan

(kognitif), keterampilan (psikomotor), dan sikap (afektif).

2. Pengertian Pembelajaran

Setiap kegiatan belajar yang dilakukan dalam suatu lembaga seperti

sekolah, bimbingan belajar, dan lain-lain akan selalu ada yang disebut

dengan pembelajaran. Menurut Jihad dan Haris (2013:11) pembelajaran

merupakan suatu proses yang terdiri dari dua aspek, yaitu belajar dan

mengajar. Belajar tertuju pada apa yang harus dilakukan oleh siswa dan

mengajar berorientasi pada apa yang harus disampaikan atau diberikan oleh

guru kepada siswa. Kedua aspek tersebut akan berkolaborasi sehingga

menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa,

dan siswa dengan siswa dalam pembelajaran. Suherman (1992) dalam Jihad

dan Haris (2013) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses

komunikasi antara peserta didik dan pendidik, serta antar peserta didik

dalam rangka perubahan sikap. Disimpulkan bahwa pembelajaran adalah

(31)

dan siswa dengan siswa yang bertujuan untuk mengembangkan atau

merubah tingkah laku.

B. Penilaian Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar

Kegiatan belajar selalu menghasilkan sesuatu yang disebut dengan

hasil belajar. Seberapa banyak pengetahuan yang dapat dipahami oleh

seseorang akan terlihat pada hasil belajarnya. Hasil belajar juga digunakan

untuk mengukur kemampuan seseorang setelah melakukan kegiatan belajar.

Abdurrahman (dalam Jihad dan Haris, 2013) mengemukakan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan

belajar. Adapun menurut Benjamin S. Bloom terdapat tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik

(keterampilan). A.J. Romizowski juga berpendapat bahwa hasil belajar

merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan (input). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi dan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance).

Melihat beberapa pendapat yang dipaparkan oleh para ahli, Jihad dan

Haris (2013:14) menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu pencapaian

bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif,

afektif, dan psikomotoris dari proses atau kegiatan belajar yang dilakukan

dalam waktu tertentu. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa hasil

(32)

ranah kognitif (pengetahuan), psikomotorik (keterampilan), dan afektif

(sikap) yang diperoleh setelah melalui kegiatan atau proses belajar.

2. Penilaian Hasil Belajar

Ditinjau dari segi bahasa, penilaian berarti proses menentukan nilai

suatu objek. Menurut Nana Sudjana (2010:3) inti penilaian adalah adalah

proses memberikan atau menentukan nilai kepada suatu objek tertentu

berdasarkan dengan kriteria tertentu. Kriteria adalah suatu ukuran, di mana

untuk dapat mengatakan baik, sedang, kurang, dibutuhkan ketentuan atau

ukuran yang jelas bagaimana yang dinamakan baik, sedang, kurang

tersebut. Jadi penilaian hasil belajar adalah suatu proses memberikan

penilaian terhadap hasil-hasil belajar yang telah dicapai siswa berdasarkan

kriteria tertentu.

Terdapat beberapa jenis penilaian menurut Nana Sudjana (2010:5)

yaitu

a. Penilaian Formatif

Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir

kegiatan guna melihat tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar.

Melihat hasil penilaian ini diharapkan guru dapat memperbaiki kegiatan

pembelajaran dan strategi pelaksanaanya apabila hasil penilaian kurang

(33)

b. Penilaian Sumatif

Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir

semester atau akhir tahun dalam rangka melihat pencapaian hasil belajar

siswa, seberapa jauh siswa dapat menguasai materi.

c. Penilaian Diagnostik

Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat

kelemahan-kelemahan siswa dan faktor penyebabnya. Penilaian ini

dilaksanakan untuk keperluan remedial, bimbingan belajar, menemukan

kasus-kasus, dll.

d. Penilaian Selektif

Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan

seleksi.

e. Penilaian Penempatan

Penilaian penempatan adalah penilaian yang bertujuan untuk

mengetahui keterampilan prasyarat siswa yang diperlukan untuk

memulai program kegiatan belajar.

Pada penelitian ini, jenis penilaian yang digunakan adalah penilaian

formatif di mana peneliti memberikan tes di akhir program pembelajaran

(posttest) untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar. Menggunakan penilaian ini, peneliti dapat melihat tingkat keberhasilan

proses belajar siswa dengan menggunakan media alat peraga “Kotak

(34)

optimal dan tidak mengalami peningkatan, guru dapat mempersiapkan

program atau kegiatan pengajaran dan strategi baru untuk meningkatkan

hasil belajar siswa.

C. Bahan Ajar Materi Operasi Perkalian dan Pemfaktoran Bentuk Aljabar Berdasarkan sumber buku Matematika SMP Kelas VIII yang diterbitkan

oleh Kementrian dan Kebudayaan, bahan ajar untuk materi operasi perkalian

dan pemfaktoran adalah sebagai berikut.

1. Operasi Perkalian Bentuk Aljabar

Terdapat beberapa macam bentuk aljabar dalam perkalian bentuk aljabar,

yaitu

 + ) + ) = + ) + + )

= + + +

= + + +

= + + ) +

= + 2 +

 + ) − ) = − ) + − )

= − + +

= − + +

(35)

 − ) − ) = − ) − − )

= − − +

= − − +

= − + ) +

= − 2 +

2. Pemfaktoran Bentuk Aljabar

Sebelum mempelajari pemfaktoran bentuk aljabar, terdapat materi

pengantar yang harus diingat kembali yang akan digunakan sebagai dasar

pemfaktoran bentuk aljabar, yaitu :

a. Faktor Bilangan

Faktor bilangan adalah bilangan-bilangan asli yang apabila dikalikan

menghasilkan bilangan asli tertentu sesuai dengan yang diinginkan.

Misal terdapat bilangan asli �, bilangan asli yang apabila dikalikan

dengan bilangan asli lain hasilnya sama dengan � disebut faktor

bilangan �.

Contoh 2.1

Perhatikan perkalian dua bilangan bulat berikut ini :

× =

2 × =

× =

(36)

Contoh 2.2

Perhatikan perkalian dua bilangan bulat berikut :

× =

Jadi, 5 dan 7 adalah faktor dari 35.

b. Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)

Faktor persekutu terbesar (FPB) adalah faktor persekutuan yang

nilainya terbesar di antara faktor-faktor persekutuan lainnya.

Contoh 2.3

FPB dari 15 dan 20 dapat diperoleh dengan menentukan faktor-faktor

bilangan

Faktor dari 15 = 1, 3, 5, 15

Faktor dari 20 = 1, 2, 4, 5, 15

Faktor yang sama dan terbesar dari dua bilangan tersebut adalah 5.

Jadi, FPB dari 15 dan 20 adalah 5.

Pemfaktoran Bentuk Aljabar

Terdapat beberapa macam bentuk aljabar dalam pemfaktoran bentuk

aljabar, yaitu

Faktor-faktor suku aljabar

Cara untuk memfaktorkan bentuk aljabar adalah sebagai.

a. Carilah faktor persekutuan setiap suku

b. Bagilah bentuk aljabar tersebut dengan faktor persekutuan setiap

(37)

Contoh 2.4

Carilah faktor dari bentuk aljabar + :

 FPB (6,8) = 2

 Bagilah setiap suku dengan FPB tersebut 6�=

8

=

Jadi, + = 2 + )

Pemfaktoran bentuk selisih dua kuadrat

− = + − ) −

= + ) − + )

= + ) − + )

= − ) + )

Dengan demikian, diketahui bahwa faktor dari bentuk selisih dua

kuadrat − = − ) + )

Contoh 2.5

Carilah faktor dari bentuk aljabar − 2 :

− 2 = − ) + )

Pemfaktoran Bentuk ± +

Pemfaktoran dari bentuk + 2 + adalah sebagai berikut :

 + ) = + + +

(38)

Sedangkan faktorisasi dari bentuk + 2 + adalah sebagai

berikut :

 − ) = − − +

= − 2 +

Dengan demikian, diketahui bahwa pemfaktoran bentuk

± 2 + = ± )

Contoh 2.6

2.6.1 Faktor dari + +

+ + = + + +

= + ) 2.6.2 Faktor dari − +

− + = − − +

= − )

Pemfaktoran bentuk + +

Faktorisasi Bentuk + + dengan = Perhatikan berikut ini :

+ 2) + ) = + 2 + + 0

= + + 0

Perhatikan suku kedua, yaitu . Koefisien suku kedua tersebut

adalah 7, merupakan hasil penjumlahan konstanta, yaitu = 2 +

. Adapun suku ketiga, yaitu 10, merupakan hasil kali dua

konstanta, yaitu 0 = 2 × .

Sehingga :

(39)

Pemfaktoran Bentuk + + dengan

Langkah-langkah melakukan faktorisasi bentuk + +

dengan ≠ adalah sebagai berikut :

1) Ubah bentuk + + menjadi + � + ) + =

+ � + + dengan � + = dan � × = . 2) Bentuk aljabar + � + + dapat kamu pandang

sebagai jumlah dua bentuk aljabar, yaitu + � dan + .

3) Tentukan FPB suku-suku dan � . Kemudian, tuliskan

+ � dalam bentuk hasil kali faktor-faktornya.

4) Tentukan pula FPB suku-suku dan . Kemudian, tuliskan

+ dalam bentuk hasil kali faktor-faktornya. 5) Setelah melakukan langkah (3) dan (4), kamu akan

memperoleh

+ + = + ) + + )

= + ) + )

Dengan ∙ = dan ∙ ) + ∙ ) = dan

∙ =

Contoh 2.7

Faktorkanlah bentuk aljabar 2 + +

Jawab :

Pertama, carilah nilai-nilai � dan dengan ketentuan

� × = 2 × = 2 dan � + =

Kamu peroleh nilai � dan yang dimaksud adalah 6 dan 2,

sehingga

2 + + = 2 + + 2 +

Selanjutnya, tentukanlah FPB dari 2 dan serta FPB dari

(40)

Jadi, bentuk 2 + + dapat ditulis sebagai

2 + + = 2 + ) 2 + )

= + ) 2 + )

Dengan demikian, faktorisasi dari 2 + + adalah

+ ) 2 + )

D. Media Pembelajaran dan Alat Peraga

Media merupakan sarana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan

(Sundayana, 2015:4). Gerlach dan Ely (1971) dalam Sundayana (2015)

menyatakan bahwa media adalah manusia, materi atau kejadian yang

membangun kondisi yang membuat siswa dapat memperoleh pengetahuan,

keterampilan, atau sikap. Sebagai contoh dalam pengetahuan adalah guru, buku

teks, lingkungan sekolah, dll. AECT (Association Of Education and Communication Technology, 1977) dalam Sundayana (2015) memberi batasan media bahwa media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang

mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut sebagai

media pengajaran.

Gagne dan Briggs (1975) dalam Sundayana (2015) menyatakan bahwa

media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk

menyampaikan isi materi dalam pembelajaran antara lain buku, tape-recorder, kaset, video, kamera, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi,

dan computer. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau

sarana fisik yang mengandung materi instruksional atau pengajaran di

lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Sundayana

(41)

berfungsi dan digunakan untuk pesan suatu pembelajaran. Setelah mengetahui

definisi media pembelajaran tersebut dapat dikatakan bahwa media

pemebelajaran merupakan suatu alat atau sarana yang digunakan untuk

menyampaikan isi pesan pembelajaran dan merangsang atau menarik perhatian

siswa untuk belajar.

Berikut ini adalah kriteria media pembelajaran yang ideal menurut

Mulyanta dan Leong (2009), yaitu

1) Kesesuaian atau relevansi, artinya media pembelajaran harus sesuai dengan

kebutuhan belajar, rencana kegiatan belajar, program pembelajaran, tujuan

belajar dan karakteristik siswa,

2) Kemudahan, artinya semua isi pembelajaran melalui media harus mudah

dimengerti, dipelajari atau dipahami oleh siswa, dan sangat operasional

dalam penggunaannya,

3) Kemenarikan, artinya media pembelajaran harus mampu menarik maupun

merangsang perhatian siswa, baik tampilan, pilihan warna, maupun isinya.

Uraian isi tidak membingungkan serta dapat menggugah minat siswa untuk

menggunakan media tersebut, dan

4) Kemanfaatan, artinya isi dari media pembelajaran harus bernilai atau

berguna, mengandung manfaat bagi pemahaman materi pembelajaran serta

tidak sia-sia atau merusak siswa.

Menurut Smaldino, dkk (2011) terdapat enam kategori dasar media

(42)

1) Teks. Teks merupakan karakter alfanumerik yang mungkin ditampilkan

dalam format apapun seperti buku, poster, papan tulis, layar komputer, dsb.

2) Audio. Audio adalah segala sesuatu yang dapat didengar, sebagai contoh:

suara orang, musik, suara mekanis, dsb.

3) Visual. Visual adalah segala sesuatu yang dapat dilihat, antara lain diagram,

gambar, dsb.

4) Video. Video adalah gambar bergerak, bisa juga terdapat audio di dalamnya

contohnya adalah DVD, rekaman video, animasi komputer, dsb.

5) Perekayasa bersifat tiga dimensi dan bisa disentuh dan dipegang oleh siswa.

6) Orang-orang. Media ini dapat berupa guru, siswa, ahli bidang studi, dll.

Akibat adanya perkembangan teknologi dan kreativitas manusia,

terdapat media pembelajaran yang disebut dengan alat peraga. Alat peraga

tergolong dalam kategori perekayasa bersifat tiga dimensi. Ali (dalam

Sundayana, 2015), mengemukakan bahwa alat peraga adalah segala sesuatu

yang dapat digunakan untuk menyatakan pesan merangsang pikiran, perasaan

dan perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar.

Ruseffendi (1992) juga mengemukakan bahwa alat peraga adalah alat yang

menerangkan atau mewujudkan konsep-konsep matematika. Adapula

pengertian alat peraga menurut Pramudjono (1995), alat peraga matematika

adalah benda konkret yang dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja dalam

rangka membantu menanamkan atau mengembangkan konsep matematika.

Jadi, dengan kata lain alat peraga matematika adalah suatu alat atau

(43)

materi dan dapat menarik perhatian serta antusias siswa untuk belajar sehingga

isi materi atau konsep matematika yang dipelajari dapat dengan mudah tertanam

dalam pikiran siswa (mudah dipahami oleh siswa).

E. Alat Peraga “Kotak Geser”

Alat peraga “Kotak Geser” adalah alat peraga yang dibuat dan

digunakan untuk memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran terkait

dengan pokok bahasan operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar. Alat

peraga ini merupakan alat peraga yang dibuat oleh Bapak Amirullah, S.Pd

dalam rangka melakukan penelitian di Kelas VIII.6 SMP Negeri 1 binamu

Kabupaten Jeneponto pada tahun 2006. Dengan teknik penggunaan alat peraga

“Kotak Geser” ini, Bapak Amirullah, S.Pd berhasil meningkatkan hasil belajar

siswa dalam pokok bahasan faktorisasi bentuk aljabar. Banyak peneliti lain

yang mengembangkan alat peraga “Kotak Geser” ini, tidak hanya untuk pokok

bahasan faktorisasi bentuk aljabar tetapi juga operasi perkalian bentuk alajabar.

Alat peraga ini berisi kotak-kotak atau kolom yang digunakan untuk mencari

faktor-faktor dari suatu bilangan. Apabila faktor-faktor yang mungkin sudah

tertulis di dalam kotak, kotak tersebut digeser hingga memperoleh faktor-faktor

yang tepat. Faktor-faktor yang tepat tersebut yang digunakan sebagai faktor

(44)

(alat peraga “Kotak Geser”)

F. Alat Peraga “Kotak Geser” dalam Pembelajaran

Menghitung perkalian bentuk aljabar dengan menggunakan Kotak Geser:

Perkalian dengan bentuk + ) + ), dengan = Contoh 2.8

Perkalian dua bentuk aljabar bentuk aljabar + ) + ) :

Langkah-langkah :

1. Misalkan 3 sebagai p dan 4 sebagai q

2. Letakkan p yaitu 3 di kolom pada baris p

3. Letakkan q yaitu 4 di kolom pada baris q

4. Letakkan jumlah dari p dan q pada kolom bawahnya (jumlah dari p

dan q dianggap sebagai b)

5. Letakkan hasil kali p dan q di kolom terbesar paling kiri (hasil kali p

(45)

12

3

4

Hasil Penjumlahan

Hasil Perkalian

Dari kotak geser tersebut dapat dilihat, 7 sebagai b (koefisien dari ) dan

12 sebagai (konstanta). Karena perkalian ini berbentuk + ) +

) dengan = maka (koefisien dari ) adalah 1.

Jadi, persamaannya menjadi + + = + + 2

Perkalian dengan bentuk + ) − ), dengan = Contoh 2.9

Perkalian dua bentuk aljabar bentuk aljabar + ) − 2) :

Hasil Perkalian

(46)

Maka, persamaannya menjadi + − 2

Perkalian dengan bentuk − ) − ), dengan = Contoh 2.10

Perkalian dua bentuk aljabar bentuk aljabar − ) − 2) :

Hasil Penjumlahan

Hasil Perkalian

Maka, persamaannya menjadi − +

Perkalian dengan bentuk + ) + ), dengan Contoh 2.11

Perkalian dua bentuk aljabar 2 + ) + ) :

Langkah-langkah :

1. Misalkan 2 sebagai a1 dan 3 sebagai a2

2. Misalkan 5 sebagai b1 dan 4 sebagai b2

3. Letakkan hasil kali b1 dan b2 di kolom terbesar paling kiri (hasil kali

b1 dan b2 dianggap sebagai c)

(47)

4. Letakkan hasil kali dari a1 dengan b2 yaitu 2 × = di kolom pada

baris p

5. Letakkan hasil kali dari a2 dengan b1 yaitu × = di kolom pada

baris q

6. Letakkan jumlah p dan q pada kolom bawahnya (jumlah tersebut

dianggap sebagai b)

Hasil Penjumlahan

Hasil Perkalian

Dari kotak geser tersebut dapat dilihat, 23 sebagai b (koefisien dari ) dan

20 sebagai (konstanta). Karena perkalian ini berbentuk + ) +

) dengan ≠ maka (koefisien dari ) adalah a1 × a2 = 2 × = .

Jadi, persamaannya menjadi + + = + 2 + 20

Pemfaktoran bentuk aljabar dengan menggunakan Kotak Geser

Pemfaktoran bentuk aljabar Contoh 2.12

Faktor dari bentuk aljabar − 2 :

(48)

Langkah-langkah :

- Letakkan nilai pada kolom terbesar paling kiri

- Carilah kemungkinan-kemungkinan 2 bilangan yang jika dikalikan

dapat membentuk . Dua bilangan tersebut diletakkan pada kolom

atas-bawah

- Jumlahkan setiap 2 bilangan yang ada, dan carilah jumlah kedua

bilangan yang sama dengan .

- 2 bilangan yang apabila dijumlahkan sama dengan , maka dua

bilangan tersebut yang digunakan untuk mencari faktor bentuk aljabar.

- Misalkan dua bilangan yang apabila dikalikan sama dengan disebut

� dan

Dalam soal = 0 maka dari tabel diperoleh � = − dan = .

Sehingga diperoleh persamaan :

− 2 = − ) + )

Jadi, faktor aljabarnya adalah − ) + ).

Pemfaktoran bentuk aljabar ± + , = Contoh 2.13

(49)

Langkah-langkah :

- Letakkan pada kolom terbesar paling kiri

- Carilah kemungkinan-kemungkinan 2 bilangan yang jika dikalikan

dapat membentuk . Dua bilangan tersebut diletakkan pada kolom

atas-bawah

- Jumlahkan setiap 2 bilangan yang ada, dan carilah jumlah kedua

bilangan yang sama dengan .

- 2 bilangan yang apabila dijumlahkan sama dengan , maka dua

bilangan tersebut yang digunakan untuk mencari faktor bentuk aljabar.

Dari tabel diperoleh � = dan = sehingga diperoleh persamaan :

+ + = + ) + )

Maka faktor aljabarnya adalah + ) + ).

Pemfaktoran bentuk aljabar + + dengan Contoh 2.14

Faktor dari bentuk aljabar + + 2 :

Langkah-langkah :

- Letakkan hasil kali dari dan pada kolom terbesar paling kiri

- Carilah kemungkinan-kemungkinan 2 bilangan yang jika dikalikan

dapat membentuk . Dua bilangan tersebut diletakkan pada kolom

(50)

- Jumlahkan setiap 2 bilangan yang ada, dan carilah jumlah kedua

bilangan yang sama dengan .

- 2 bilangan yang apabila dijumlahkan sama dengan , maka dua

bilangan tersebut yang digunakan untuk mencari faktor bentuk aljabar.

Misal dua bilangan yang apabila dikalikan sama dengan disebut � dan .

Dari tabel diperoleh � = dan = sehingga diperoleh persamaan :

+ + 2 = + � + + 2

= + + + 2

= + ) + + 2)

= + 2) + + 2)

= + ) + 2)

Maka faktor aljabarnya adalah + ) + 2).

G. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas (kata benda) berasal dari kata efektif (kata sifat). Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 284), efektif adalah 1) ada efeknya

(akibatnya, pengaruhnya, kesannya); 2) dapat membawa hasil; berhasil guna (tt

(51)

yang berarti keberhasilan (tt usaha, tindakan). Marpaung, Kartika, dan Wens

(1995) menyatakan bahwa efektivitas guru didefinisikan sebagai suatu ukuran

keberhasilan guru mengajarkan suatu mata pelajaran kepada siswa. Efektivitas

itu dinyatakan dengan hasil (outcome) yang dicapai siswa. Oleh karena itu disimpulkan bahwa efektivitas suatu pembelajaran adalah tingkat keberhasilan

guru dalam mengajarkan suatu materi pembelajaran kepada siswa yang dilihat

dari ketuntasan hasil belajar siswa. Ditetapkan bahwa suatu proses

pembelajaran dikatakan efektif apabila 60% dari siswa tersebut dapat tuntas

(mencapai KKM). Nilai KKM SMP Kanisius Kalasan pada mata pelajaran

Matematika adalah 65. Persentase siswa yang memperoleh nilai dengan tuntas

(mencapai KKM) kemudian dikonsultasikan dengan tabel kriteria efektivitas

hasil belajar siswa secara kuantitatif sebagai berikut:

Tabel 2.1: Tabel Kriteria Efektivitas Hasil Belajar Siswa secara Kuantitatif

% yang berhasil Efektivitas

≤ 0 Sangat rendah

− Rendah

− Cukup

− Tinggi

0 − 00 Sangat tinggi

(Kartika Budi, 2001: 54)

H. Aktivitas Belajar

Pada prinsipnya, belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku,

(52)

belajar. Oleh sebab itu, tanpa adanya aktivitas, proses belajar tidak mungkin

berlangsung dengan baik. Sardiman (2011:100) menyatakan bahwa aktivitas

belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental, keduanya akan selalu

berkaitan. Apabila terjadi ketidakserasian antara aktivitas fisik dan mental,

maka belajar tidak akan optimal. Sebagai contoh, seorang anak membaca buku.

Secara fisik, anak tersebut sedang membaca menghadap buku, tetapi pikirannya

tidak tertuju pada apa yang dibaca sehingga terjadi ketidakserasian antara

aktivitas fisik dan aktivitas mental yang mengakibatkan belajar menjadi tidak

optimal. Piaget dalam Sardiman (2011) juga menerangkan bahwa seorang anak

berpikir selama ia berbuat. Tanpa perbuatan berarti anak tersebut tidak berpikir

sehingga anak harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri agar ia berpikir.

Jadi, aktivitas belajar adalah perbuatan atau perubahan tingkah laku baik

bersifat fisik maupun mental yang apabila terjalin keserasian antara keduanya

akan menghasilkan kegiatan belajar yang optimal. Sekolah merupakan tempat

untuk mengembangkan aktivitas sehingga terdapat nilai keaktifan. Aktivitas

tidak cukup dengan mendengarkan dan mencatat penjelasan guru saja, tetapi

masih banyak jenis aktivitas lain yang dapat dilakukan oleh siswa.

Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2011) membuat suatu daftar yang

berisi 177 macam kegiatan siswa yang dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Visual activities, misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

(53)

3. Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, contohnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5. Drawing activities, misalnya adalah menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6. Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental activities, contoh yang termasuk didalamnya adalah menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil

keputusan.

8. Emotional activities, di antaranya adalah menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Untuk mengembangkan aktivitas siswa di sekolah, peneliti membuat suatu

penilaian keaktifan untuk mengetahui bagaimana keaktifan siswa dalam

pembelajaran dengan menggunakan media alat peraga. Presentase dari jumlah

siswa yang termasuk dalam indikator keaktifan yang telah ditentukan,

kemudian dibandingkan dengan tabel kriteria keaktifan siswa agar diketahui

tingkat keaktifan siswa dalam proses belajar tersebut. Berdasarkan daftar

aktivitas yang sudah digolongkan menurut Paul B. Diedrich di atas, peneliti

membuat indikator atau kriteria yang menandakan bahwa siswa tergolong aktif

dalam pembelajaran. Indikator siswa aktif tersebut adalah sebagai berikut:

(54)

2. Siswa bertanya kepada guru ketika tidak memahami materi yang telah

disampaikan.

3. Siswa bertanya kepada teman lain saat tidak memahami materi yang telah

disampaikan.

4. Siswa mau mencoba alat peraga yang telah disediakan.

5. Siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya.

6. Siswa mau bekerjasama dengan teman sekelompoknya dalam mengerjakan

tugas yang diberikan.

7. Siswa berani mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas.

8. Siswa menanggapi presentasi hasil pekerjaan temannya.

9. Siswa berani mengutarakan pendapatnya.

I. Penelitian yang Relevan

Pada penelitian ini, peneliti terinspirasi oleh makalah yang berjudul

Efektivitas Pembelajaran Remedial dengan Menggunakan Alat Peraga “Kotak

Geser” pada Materi Perkalian dan Faktorisasi Bentuk Aljabar Di Kelas VIII

SMPN 2 Jetis Bantul. Makalah tersebut disusun oleh Angelia Padmarini

Dharmamurti dan Ch. Enny Murwaningtyas dan telah dipresentasikan di

Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika pada tanggal 10

November 2012 di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Penelitian

yang dilakukan oleh Angelia Padmarini Dharmamurti dan Ch. Enny

Murwaningtyas bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran remedial

(55)

siswa pada materi perkalian dan faktorisasi bentuk aljabar. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa hasil yang dicapai setelah pembelajaran remedial dengan

menggunakan alat peraga tidak melebihi target yaitu sebesar 58,1%

ketuntasan, namun hasil tersebut telah mengalami peningkatan dari yang

semula sebesar 6,1%. Berdasarkan hal tersebut, disimpulkan bahwa

pembelajaran remedial dengan menggunakan alat peraga pada materi perkalian

dan faktorisasi bentuk aljabar yang dilakukan pada siswa kelas VIII b SMPN

2 Jetis tidak efektif.

J. Kerangka Berpikir

Pada pembelajaran matematika, siswa banyak mengalami kesulitan

dalam belajar sehingga tidak mendapatkan hasil belajar yang optimal. Oleh

karena itu, strategi pembelajaran perlu dipikirkan oleh guru untuk membantu

mengatasi kesulitan belajar siswa agar mendapatkan hasil yang optimal.

Berdasarkan wawancara guru, siswa kelas VIII SMP Kanisius Kalasan

mengalami kesulitan pada materi operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk

aljabar. Hasil belajar siswa kurang memuaskan setiap tahunnya sehingga hal itu

mendorong peneliti untuk melakukan eksperimen pembelajaran dengan

menggunakan media alat peraga.

Alat peraga merupakan suatu media atau sarana untuk memudahkan

siswa dalam membayangkan dan memahami materi serta untuk menarik

perhatian siswa agar mau belajar. Alat peraga yang digunakan untuk materi

(56)

Geser”. Alat peraga “Kotak Geser” ini sudah banyak digunakan oleh peneliti

lain dan hasilnya pun bervariasi. Ada yang mengalami perubahan dan

memperoleh hasil belajar secara optimal dengan rata-rata nilai siswa tuntas

mencapai KKM setelah menggunakan media alat peraga “Kotak Geser” dan ada

pula yang mengalami perubahan lebih baik tetapi belum optimal. Akan ada

banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran dengan

alat peraga tersebut.

Alat peraga “Kotak Geser” dapat membantu siswa dalam

membayangkan bentuk aljabar sehingga mempermudah siswa dalam

menghitung atau mencari hasil perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar. Alat

peraga ini membantu siswa dalam mengatasi masalah dari segi ketelitian,

mempermudah langkah-langkah dalam menyelesaikan soal, dan membuat

bentuk aljabar terlihat lebih nyata. Selain itu alat peraga “Kotak Geser” juga

dapat membuat siswa aktif dalam belajar dengan menggunakan sendiri alat

peraga tersebut untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian masalah terkait

materi operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar dengan media alat

peraga “Kotak Geser” dapat membuat siswa merasa lebih mudah, tertarik dan

lebih semangat dalam menyelesaikan masalah. Hal tersebut menguatkan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan media alat peraga “Kotak Geser” efektif

digunakan untuk mendukung siswa memperoleh hasil belajar yang lebih baik

(57)

K. Hipotesis

� : Media alat peraga “Kotak Geser” efektif digunakan dalam proses

pembelajaran pada materi operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk

aljabar.

� : Media alat peraga “Kotak Geser” tidak efektif digunakan dalam proses

pembelajaran pada materi operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk

(58)

40 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu. Menurut

Trianto (2011), penelitian eksperimen dapat didefinisikan sebagai metode

sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab

akibat. Sesuai dengan judul penelitian tentang penggunaan media alat peraga

“Kotak Geser” untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pada penelitian ini,

peneliti ingin mengetahui akibat dari penggunaan media alat peraga “Kotak

Geser” dalam pembelajaran. Apakah hasil belajar siswa dapat meningkat atau

tidak. Penelitian eksperimen merupakan metode inti dari model penelelitian

yang menggunakan pendekatan kuantitatif (Trianto, 2011). Namun penelitian

eksperimen dibagi menjadi beberapa jenis. Penelitian terhadap penggunaan

media alat peraga “Kotak Geser” ini termasuk dalam penelitian eksperimen

semu. Eksperimen semu pada dasarnya sama dengan eksperimen murni,

perbedaannya terdapat pada pengontrolan variabel. Pengontrolannya hanya

dilakukan terhadap satu variabel saja, yaitu variabel yang dipandang paling

dominan. Pada penelitian ini, variabel yang dilihat cukup dominan adalah

nilai-nilai hasil belajar (posttest) siswa. Terdapat dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diberi perlakuan berbeda untuk melihat bagaimana hasil

(59)

terjadi perbedaan lebih baik dibanding hasil belajar siswa yang tidak

menggunakan media alat peraga “Kotak Geser” atau sebaliknya. Penelitian ini

menggunakan desain sebagai berikut:

The Matching-Only Pretest-Posttest Control Group Design

Treatment Group M O X O

Control Group M O C O

M

25 siswa untuk

kelas eksperimen

O

Pretest

X

Pembelajaran

menggunakan media alat peraga “Kotak Geser”

O

Posttest

M

25 siswa untuk

kelas eksperimen

O

Pretest

C

Pembelajaran tanpa media alat peraga “Kotak

Geser”

O

Posttest

B. Waktu dan Tempat 1. Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Kanisius Kalasan yang beralamat

di Tirtomartani, Kalasan, Kabupaten Sleman, DIY.

2. Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus tahun ajaran

(60)

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan pengamatan yang menjadi perhatian kita,

baik sekelompok orang, hewan, maupun benda lainnya (Walpole, 1993:7).

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Kanisius Kalasan kelas

VIII, yang meliputi VIII A, VIII B, VIII C. Sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013:81).

Sampel disebut juga sebagai himpunan bagian dari populasi. Berdasarkan hal

tersebut, dari populasi seluruh siswa SMP Kanisius Kalasan kelas VIII diambil

siswa dalam dua kelas tertentu untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini.

Sampel pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII A dan VIII C.

D. Perumusan Variabel

Variabel adalah suatu konsep yang mengungkapkan kelompok objek

atau hal yang nilainya berbeda-beda seperti gender, kemampuan, intelegensi,

nilai, minat, sikap, motivasi, warna mata, penghasilan, umur, dll (Suparno,

2007:29). Terdapat tiga variabel dalam penelitian ini, yaitu.

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas (independent variable) adalah suatu variabel yang variasi nilainya akan mempengaruhi nilai variabel lain (Mustafa, 2009:23).

(61)

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat (dependent variable) adalah suatu variabel yang variasi nilainya diperngaruhi atau dijelaskan oleh variasi nilai variabel yang lain.

Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat (dependent variable) yaitu: a) Hasil belajar siswa kelas VIII A.

b) Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

3. Variabel Kontrol (Control Variable)

Variabel kontrol (control variable) adalah variabel bebas yang dalam pelaksanaan penelitian tidak dimasukkan sebagai variabel bebas tapi justru

keberadaannya dikendalikan (dikontrol) (Mustafa, 2009: 24-25). Pada

penelitian ini, yang menjadi variabel kontrol adalah sebagai berikut:

a) Guru yang sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b) Materi yang sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

c) Waktu yang sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

E. Bentuk Data

Bentuk data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Disebut data

kuantitafif karena penelitian ini merupakan penelitian yang didasarkan pada

pengumpulan dan analisis berbentuk angka (numerik) untuk menjelaskan,

memprediksi, dan/atau mengontrol fenomena yang diminati. Data kuantitatif ini

diperoleh dari hasil pretest, posttest, dan hasil observasi keaktifan siswa. Pretest

dilakukan pada awal pembelajaran untuk mengetahui kemampuan awal siswa

(62)

atau tidak. Posttest dilakukan setelah pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran berakhir sebagai hasil belajar siswa. Observasi keaktifan

dilaksanakan pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan media alat

peraga “Kotak Geser” berlangsung. Data berupa rasio karena data hasil

pelaksanaan tes dan pelaksanaan observasi keaktifan siswa tersebut berupa

angka/nilai yang dapat dilakukan perhitungan aritmatika.

F. Treatment Pengumpulan Data

Data sangat beperan penting dalam proses penelitian ini karena data yang

akan diolah untuk mendapatkan hasil penelitian yang diinginkan. Oleh karena

itu peneliti melakukan pengumpulan data. Untuk melakukan pengumpulan data,

peneliti melakukan treatment agar data yang diperoleh merupakan data yang

akurat dan dapat dipertanggung-jawabkan. Treatment adalah perlakuan peneliti

kepada subjek yang mau diteliti agar nantinya mendapatkan data yang

diinginkan (Suparno, 2007:51).

1. Kelas Kontrol (Ceramah)

Pada penelitian ini, kelas kontrol diberikan pembelajaran dengan metode

ceramah aktif dengan membentuk siswa ke dalam beberapa kelompok

masing-masing terdiri dari 4 sampai dengan 5 siswa. Berikut ini adalah

proses pembelajaran yang akan dilakukan oleh peneliti:

a. Guru membuka pembelajaran.

b. Guru mengajak siswa untuk mengingat kembali materi yang sudah

(63)

c. Guru menjelaskan materi pembelajaran.

d. Guru membantu siswa membentuk kelompok.

e. Guru memberikan latihan soal kepada kelompok.

f. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan

hasil pekerjaannya.

g. Guru memberikan timbal balik pada hasil kerja siswa.

h. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.

i. Guru menutup pembelajaran.

2. Kelas Eksperimen (Alat Peraga)

Pembelajaran dengan menggunakan metode alat peraga “blok aljabar”

diberikan pada kelas eksperimen, juga dengan membentuk siswa ke dalam

beberapa kelompok yang masing-masing terdiri dari 3 sampai dengan 4

siswa. Berikut ini adalah proses pembelajaran yang akan dilakukan oleh

peneliti :

a. Guru membuka pembelajaran.

b. Guru mengajak siswa untuk mengingat kembali materi yang sudah

dipelajari.

c. Guru menjelaskan tentang alat peraga yang akan digunakan.

d. Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan menggunakan alat

peraga.

e. Guru membantu siswa membentuk kelompok.

(64)

g. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan

hasil pekerjaannya.

h. Guru memberikan timbal balik pada hasil kerja siswa.

i. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.

j. Guru menutup pembelajaran.

3. RPP

RPP adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Segala sesuatu yang akan

dilakukan oleh peneliti pada proses pembelajaran yang juga sebagai proses

penelitian disusun dalam RPP. RPP yang disusun harus sesuai dengan

kurikulum yang berlaku. SMP Kanisius Kalasan menggunakan kurikulum

KTSP (2006) sehingga RPP yang disusun juga menggunakan sistem KTSP.

RPP kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran B.1 dan

B.2.

4. Alat Peraga

Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini bernama “Kotak Geser”.

Alat peraga ini dibuat dengan harapan dapat membantu memudahkan siswa

dalam menghitung hasil dari operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk

aljabar.

5. Dokumentasi

Pada penelitian ini, peneliti membuat suatu dokumentasi yang berupa foto

dan video. Dokumentasi ini bertujuan untuk merekam semua kegiatan saat

pembelajaran di kelas sehingga peneliti dapat lebih mudah menganalisis

(65)

siswa. Dokumentasi ini juga membantu peneliti untuk mencatat hal-hal

penting yang mungkin terlewatkan pada saat observasi.

G. Instrumen Pengumpulan Data 1. Lembar Observasi Keaktifan Siswa

Observasi didefinisikan sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan

mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan

tertentu. Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan

untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis (Herdiansyah, 2010

dalam Samirin, 2013:131). Pada tahap observasi ini, peneliti mengundang

beberapa observer untuk mengamati siswa selama proses belajar mengajar

di dalam kelas. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

siswa berperan dalam proses belajar mengajar. Dari situ, peneliti dapat

mengetahui bagaimana proses pembelajaran terkait dengan keaktifan siswa

Gambar

Gambar 2.1. Alat Peraga “Kotak Geser” ..............................................................
Tabel 2.1: Tabel Kriteria Efektivitas Hasil Belajar Siswa secara
tabel :
Tabel 3.1: Lembar Observasi Keaktifan Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tulang anggota gerak bawah (kaki) berhubungan dengan tulang gelang panggul. Tiap jari 3 ruas, kecuali ibu jari yang hanya 2 ruas. Adapun fungsi dari tulang yaitu: Menggambarkan

Amenities : Kios, warung makan, tempat duduk, banana boat Atraksi yang tersedia di Kawasan Pantai Pulisan yakni Pantai Besar, Pantai Goa, Pantai Pasir Panjang

No Nama Depan Nama Belakang Nama perguruan Tinggi L/P Ukuran Baju (S/M/L) (Instruktur/ Peserta) Keterangan.. 1 Fauzyah

Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui hubungan antara status ergonomi posisi kerja berdiri dengan keluhan gangguan otot rangka (musculoskeletal disorders) pada tenaga

Waktu penyelesaian proyek dengan durasi normal adalah 180 hari dengan biaya langsung normal yang terdiri dari biaya bahan, biaya alat dan upah pekerjaan

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang membantu peserta didik dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di

9.4.3 Mengenal pasti alat pengubah tenaga yang lain dengan menyatakan perubahan bentuk tenaga yang berlaku menggunakan persembahan multimedia melalui aktiviti dalam