• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELOMPOK SOSIAL (Penelitian Quasi Eksperimen terhadap siswa kelas XI tahun pelajaran 2014/2015 di SMA PGRI 1 Bandung).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELOMPOK SOSIAL (Penelitian Quasi Eksperimen terhadap siswa kelas XI tahun pelajaran 2014/2015 di SMA PGRI 1 Bandung)."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

RESTU NURPUSPA, 2015

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK

KELOMPOK SOSIAL

(Penelitian Quasi Eksperimen terhadap siswa kelas XI tahun pelajaran 2014/2015 di SMA PGRI 1 Bandung)

SKRIPSI

Disusun oleh: Restu Nurpuspa

1001648

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

(2)

RESTU NURPUSPA, 2015

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELOMPOK SOSIAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BANDUNG

2015

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK

KELOMPOK SOSIAL

(Penelitian Quasi Eksperimen terhadap siswa kelas XI tahun pelajaran

2014/2015 di SMA PGRI 1 Bandung)

oleh: Restu Nurpuspa

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

©Restu Nurpuspa Rismawati 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

(3)

RESTU NURPUSPA, 2015

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Drngan dicetak ulang, di foto copi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji pada :

Hari/ Tanggal : Rabu, 14 Januari 2015 Panitia ujian siding terdiri atas :

Ketua : Dekan FPIPS UPI

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001

Sekretaris : Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Siti Komariah, M.Si., Ph.D

NIP. 19680403 199103 2 001

Penguji :

Prof. Dr. Bunyamin M, M.Pd NIP. 1962 0702 198601 1002

Dra. Wilodati, M.Si

(4)

RESTU NURPUSPA, 2015

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELOMPOK SOSIAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Syaifullah Syam, S.Pd., M.Si NIP. 19721112 199903 1 001

RESTU NURPUSPA RISMAWATI

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK

KELOMPOK SOSIAL

(Penelitian Quasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI Tahun Pelajaran 2014/2015 di SMA PGRI 1 Bandung)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing : Pembimbing I

Prof. Dr. Dasim Budimansyah, M.Si NIP. 19620316 198803 1 003

Pembimbing II

(5)

RESTU NURPUSPA, 2015

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

Mengetahui,

Ketua Prodi Pendidikan Sosiologi UPI

(6)

RESTU NURPUSPA, 2015

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELOMPOK SOSIAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

iv

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Struktur Organisasi ... 10

BAB 2 EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA ... 11

A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 11

1. Pengertian Belajar ... 11

2. Pengertian Mengajar ... 13

3. Konsep Belajar Menurut Islam ... 14

4. Pengertian Pembelajaran ... 15

5. Tujuan Pembelajaran ... 16

6. Keterkaitan Belajar dengan Pembelajaran ... 17

7. Komponen-komponen Pembelajaran ... 18

B. Model Pembelajaran ... 21

(7)

RESTU NURPUSPA, 2015

2. Pengertian Model Cooperative Learning ... 23

3. Tujuan Cooperative Learning ... 26

4. Unsur-unsur Model Cooperatif Learning ... 27

5. Teori Belajar Yang Mendasari Model Cooperative Learning ... 29

a. Teori Belajar Kontruktivisme... 29

b. Teori Perkembangan Kognitif Piaget ... 29

c. Metode Pengajaran John Dewey ... 30

d. Teori Pembelajaran Sosial Vygotsky ... 31

e. Skema Kegiatan Cooperative Learning ... 32

C. Cooperative Learning Model Jigsaw ... 34

1. Pengertian Model Cooperative Learning Model Jigsaw ... 35

2. Langkah-langkah penerapan Model Pembelajaran Jigsaw ... 37

3. Rencana Pelaksanaan Cooperative Learning Teknik Jigsaw .... 40

4. Peranan Guru dalam Cooperative Learning Teknik Jigsaw ... 43

5. Kelebihan Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw ... 44

D. Model Pembelajaran Konvensional ... 45

1. Metode Pembelajaran Ceramah ... 45

2. Kekurangan dan Kelebihan Metode Ceramah ... 46

E. Peningkatan Hasil Belajar ... 48

1. Pengertian Hasil Belajar ... 48

2. Hasil Belajar Akademik Menurut Anderson ... 50

a. Domain Kognitif ... 50

b. Domain Afektif ... 52

c. Domain Psikomotorik ... 53

(8)

RESTU NURPUSPA, 2015

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELOMPOK SOSIAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vi

4. Faktor-faktor yang dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa ... 55

a. Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 55

F. Penelitian yang Relevan ... 57

G. Kerangka Pikir ... 58

H. Hipotesis ... 60

BAB III Metode Penelitian ... 61

A. Desain Penelitian ... 61

B. Populasi dan Sampel ... 63

C. Intrumen Penelitian ... 67

D. Prosedur Penelitian ... 69

E. Teknik Analisis Data Instrumen Penelitian ... 71

1. Cara Mengolahan Skor ... 71

2. Uji Validitas ... 71

3. Uji Reabilitas ... 72

4. Taraf Kesukaran ... 74

5. Daya Pembeda ... 75

6. Uji Hipotesis ... 76

a. Uji Normalitas Data ... 77

b. Uji Homogenitas ... 77

7. Uji Paired Sample t Test (Uji Sampel t Berpasangan) ... 78

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 79

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMA PGRI 1 Bandung ... 79

1. Lokasi Penelitian ... 79

(9)

RESTU NURPUSPA, 2015

3. Tujuan Umum ... 79

4. Moto ... 80

5. Visi ... 80

6. Misi ... 80

7. Tujuan Sekolah ... 80

8. Strategi ... 81

9. Struktur Organisasi ... 81

B. Hasil Penelitian ... 81

1. Gambaran Umum Hasil Pretes dan Postes Peserta Didik dengan Dua Perlakuan Berbeda ... 82

a. Analisis Model Pembelajaran Konvensional ... 82

b. Analisis Model Pembelajaran Jigsaw (Kelas Eksperimen) ... 82

c. Analisis Rata-rata Hitung Prestes dan Postes pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 83

2. Uji Hipotesis ... 85

a. Uji Normalitas Data ... 86

b. Uji Homogenitas ... 88

c. Uji Paired t test (Uji Sampel t Berpasangan) ... 89

d. Uji Independen Sample t Test ... 91

3. Penafsiran Data Angket ... 92

C. Pembahasan ... 106

1. Peningkatan Hasil Belajar Pesesrta Didik Kelas Kontrol (XI IIS 2) SMA PGRI 1 Bandung Pada Mata Pelajaran Sosiologi dengan Menggunakan Model Pembelajaran Konvensional ... 106

(10)

RESTU NURPUSPA, 2015

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELOMPOK SOSIAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

viii

Jigsaw ... 108

3. Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Sosiologi Antara Model Pembelajaran Jigsaw dan Model Pembelajaran Konvensional di SMA PGRI 1 Bandung ... 111

BAB V Simpulan dan Saran ... 113

A. Simpulan ... 113

B. Implikasi dan Rekomendasi ... 114

1. Bagi Guru ... 114

2. Bagi Siswa ... 114

3. Bagi Sekolah ... 115

4. Bagi Peneliti Lain ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... 116

LAMPIRAN 1 ... 119

LAMPIRAN 2 ... 120

LAMPIRAN 3 ... 121

LAMPIRAN 4 ... 122

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dilakukan secara berkesinambungan dan sampai saat ini terus dilaksanakan. Berbagai upaya telah ditempuh oleh pemerintah dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan mulai dari pembangunan gedung-gedung sekolah, pengadaan sarana prasarana pendidikan, pengangkatan tenaga kependidikan sampai pengesahan undang-undang sistem pendidikan nasional.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Visi dalam Undang-undang tersebut yaitu, terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan beribawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif dalam menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Dalam menjawab tantangan zaman kurikulum dunia pendidikan di Indonesia sering kali berubah, berdaptasi dan disesuaikan dengan perkembangan IPTEK yang diharapkan dapat tetap relevan dan konstektual dengan perubahan dalam meningkatkan mutu pendidikan, namun hal ini belum dapat direalisasikan secara maksimal. Trianto (2007, hlm.1) mengungkapkan masalah dalam pembelajaran bahwa :

Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini ialah masih rendahnya daya serap peserta didik yang masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat Konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti substansial, bahwa hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya.

Di sisi lain hasil penelitian empiris menunjukkan di dunia internasional bahwa

Kualitas pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 negara di seluruh dunia berdasarkan laporan tahunan UNESCO Education For All Global Monitoring

(12)

RESTU NURPUSPA, 2015

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELOMPOK SOSIAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Development Index, EDI), Indonesia berada pada peringkat ke-69 dari 127 negara

pada 2011. Selanjutnya berdasarkan laporan terbaru Program Pembangunan PBB tahun 2013, Indonesia menempati posisi 121 dari 185 negara dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan angka 0,629. Dengan angka itu Indonesia tertinggal dari dua negara tetangga ASEAN yaitu Malaysia (peringkat 64) dan Singapura (18), sedangkan IPM di kawasan Asia Pasifik adalah 0,683. (USAID, 2013) [Diakses 30 April 2014]).

Dalam meningkatkan keberhasilan pembelajaran perlu diperhatikan paradigma pembelajaran. Sebagaimana dipaparkan oleh Komarudin (dalam Trianto, 2007, hlm. 2) bahwa

Salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan pembelajaran baik dari segi proses maupun hasil pembelajaran yaitu mengikuti perubahan paradigma kurikulum, salah satu perubahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih pusat pada murid (student

centered), metodologi yang semula didominasi oleh ekspository berganti ke partisipatory dan pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tekstektual berubah

menjadi konstektual. Semua perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan.

Syaodih (dalam Mukti, 2012, hlm. 7) mengemukakan bahwa ‘... yang banyak memberikan sumbangan secara langsung dan signifikan pada peningkatan hasil belajar adalah kegiatan proses pembelajaran’. Pernyataan tersebut menyiratkan makna bahwa guna meningkatkan hasil belajar diperlukan suatu upaya inovasi di dalam pembelajaran. Selanjutnya kelancaran proses pendidikan ditunjang oleh komponen pendidikan yang terdiri dari peserta didik, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana pembelajaran, bahkan juga masyarakat sekitar.

(13)

membuat siswa aktif, terbuka dalam bertanya ataupun mengemukakan pendapat dalam proses pembelajaran. Karena siswa harus bertanggung jawab atas hasil belajarnya.

Dalam proses kegiatan pembelajaran sosiologi seringkali mengalami hambatan seperti adanya rasa jenuh, timbulnya rasa bosan pada diri siswa, kurangnya minat siswa terhadap materi pembelajaran, dan salah satu faktor penyebabnya adalah penggunaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi, sehingga menyebabkan jalannya proses pembelajaran kurang kondusif dan efektif, kemudian hasil yang dicapai menjadi tidak maksimal atau belum memenuhi target (kompetensi dasar) sebagaimana yang diharapkan.

Upaya meningkatkan keberhasilan belajar siswa tidak terlepas dari faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif dan inovatif yang membuat PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Susana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga memperoleh prestasi belajar yang optimal. Dalam hal ini, guru harus bisa sejeli mungkin untuk menyesuaikan model pembelajaran dengan karakteristik materi pelajaran dan arah tujuan yang hendak dicapai dari pokok bahasan materi yang akan disampaikan. Sebab, penggunaan model pembelajaran yang tidak sesuai akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang membantu keberhasilan dalam pembelajaran. Model pembelajaran juga harus disesuaikan dengan keadaan peserta didik supaya bisa mengembangkan kemampuannya secara optimal, karena pemilihan model pembelajaran yang tidak sesuai akan mengakibatkan proses belajar mengajar tidak optimal. Dalam pembelajaran sosiologi yang menyangkut materi-materi yang terjadi di masyarakat tentu tidak hanya sekedar teori yang disampaikan saja melainkan mengaitkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dengan melihat kenyataan fenomena sosial di sekitar masyarakat, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupannya sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Upaya pendekatan atau model pembelajaran yang terkait dengan hal tersebut yaitu model pembelajaran Jigsaw.

Pada dasarnya seperti yang dikemukakan Solihatin (2009, hlm. 4) Cooperative

(14)

RESTU NURPUSPA, 2015

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELOMPOK SOSIAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri”.

Slavin, salah seorang pencetus Cooperative Learning ‘percaya bahwa fokus kelompok pada Cooperative Learning dapat mengubah norma-norma dalam budaya anak muda dan membuat prestasi tinggi dalam tugas-tugas belajar akademis dapat diterima’ (Arends, 2008, hlm. 12).

“Cooperative Learning dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan

penting: prestasi akademis; toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman; dan pengembangan keterampilan sosial” (Arends, 2008, hlm. 5).

Hasil Penelitian Wibowo yang berjudul “Pengaruh Metode Cooperative Learning

Teknik Jigsaw terhadap prestasi belajar mahasiswa” (Survei pada Mahasiswa Program Tata Niaga, Jurusan Pendidikan ekonomi FPIPS UPI Bandung pada Mata Kuliah Managemen Operasi), dimuat dalam INVOTEC Jurnal pendidikan Teknologi Kejuruan Volume VI, No 17, Agustus 2010, hlm. 520-528. Berdasarkan hasil pengujian statistik dapat diperoleh temuan terdapat pengaruh yang positif antara metode Cooperative Learning Jigsaw dengan prestasi belajar. Maka diperoleh kesimpulan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh metode

Cooperative Learning teknik Jigsaw. Dalam model Jigsaw kemampuan berkomukasi siswa

dilatih dalam setiap pembelajarannya melalui diskusi kelompok pakar dan kelompok semula. Sementara itu Lie (dalam Rusman 2012, hlm. 218) mengemukakan bahwa

Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerjasama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Model pembelajaran Jigsaw memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan anak, Jigsaw merupakan model pembelajaraan kooperatif dimana siswa dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri lebih dari empat orang secara heterogen, yang akan menjadi team awal dan membentuk kelompok baru (team ahli) sesuai subtopik. Setiap anggota kelompok saling ketergantungan dan bertanggung jawab secara mandiri.

Jhonson & Jhonson (dalam Rusman, 2012, hlm. 219) melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif model Jigsaw yang hasilnya menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Pengaruh positif tersebut adalah :

(15)

anak; h) meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif; dan i) meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong.

Keterampilan berkomunikasi merupakan sebagian dari aktifitas siswa dalam pembelajaran, maka untuk memecahkan masalah rendahnya aktifitas siswa yang berakibat pada rendahnya hasil dan prestasi belajar siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran Jigsaw yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran Jigsaw diharapkan dapat membantu pembelajaran di kelas menjadi aktif dan tak hanya mendengarkan saja seperti kemonotonan metode ceramah yang dinilai teacher

centered, model pembelajaran Jigsaw meningkatkan kualitas siswa dalam berbicara,

mengutarakan pendapat, saling bertukar pikiran dan saling menghargai memang keterampilan seperti itu sangat dibutuhkan pada zaman sekarang ketika individu dituntut cakap dalam berbicara di zaman globalisasi ini yang arus informasi cepat dan saling keterhubungan dengan dunia luar, model pembelajaran Jigsaw mengelompokkan siswa dalam kelompok ini secara langsung melatih siswa dalam bekerjasama dalam suatu tim dan model ini dapat diterapkan dalam pembelajaran sosiologi guna melatih siswa berani berbicara dan berargumen tentang kondisi masyarakat.

Pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru merupakan suatu upaya yang harus diciptakan secara teratur untuk mewujudkan keberhasilan dari proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Keberhasilan model pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru dapat diketahui dengan adanya hasil penilaian yang berasal dari siswa itu sendiri sebagai obyek dalam kegiatan belajar di kelas.

Dalam penelitian ini peneliti menjadikan siswa kelas XI IIS SMA PGRI 1 Bandung sebagai objek penelitian, dari ketiga kelas XI IIS peneliti mendapatkan nilai ulangan harian sosiologi siswa sebelum penelitian masih banyak di bawah KKM

Gambar 1.1 Nilai Ulangan Harian Siswa

Berdasarkan latar belakang di atas penulis mencoba untuk melakukan penelitian di Sekolah Menengah Atas PGRI 1 Bandung, dengan mengimplementasikan Model

(16)

RESTU NURPUSPA, 2015

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELOMPOK SOSIAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran Jigsaw sebagai salah satu model belajar siswa di kelas, dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun judul dari penelitian penulis adalah mengenai,

Efektifitas Penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Kelompok Sosial” (Penelitian Quasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI Tahun Pelajaran 2014/2015 di SMA PGRI 1 Bandung).

B. Identifikasi Masalah

Agar dalam pembahasan penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan maka perlu adanya batasan masalah:

Penelitian ini dikhususkan untuk mengkaji efektivitas penggunaan model pembelajaran

Jigsaw terhadap hasil belajar siswa pada Materi Pokok Kelompok Sosial, untuk lebih

memfokuskan penelitian ini peneliti mengukur hasil belajar siswa secara aspek kognitif peneliti menggunakan instrumen tes dengan taxonomi Anderson dimana mengukur pemikiran tingkat tinggi siswa (Higher-Order Thinking Skills). Siswa diharapkan dapat berpikir tingkat tinggi dan berpikir kritis dalam proses pembelajaran setelah menggunakan model pembelajaran Jigsaw. Berdasarkan desain metode penelitian yang digunakan oleh peneliti, maka peneliti membandingkan perbedaan hasil belajar dari kedua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk dapat mengukur perbedaan hasil belajar dari kedua kelas maka dilakukan pretes pada kelas kontrol dan eksperimen serta posttes pada kelas kontrol dan juga kelas eksperimen.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Dengan mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan peningkatan hasil belajar mata pelajaran sosiologi pada peserta didik SMA PGRI 1 Bandung dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional. 2. Apakah ada perbedaan peningkatan hasil belajar mata pelajaran sosiologi pada peserta

(17)

3. Apakah ada perbedaan peningkatan hasil belajar mata pelajaran sosiologi pada peserta didik SMA PGRI 1 Bandung dalam mata pelajaran sosiologi antara setelah penggunaan model pembelajaran Konvensional dan setelah penggunaan model pembelajaran Jigsaw. B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas untuk membatasi tujuan dari diadakannya penelitian tentang Efektifitas Penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Kelompok Sosial ini secara :

1. Umum

Memperoleh gambaran tentang perbedaan peningkatan hasil belajar siswa setelah digunakan model pembelajaran Jigsaw yang diterapkan pada Mata pelajaran Sosiologi siswa kelas XI SMA PGRI 1 Bandung.

2. Khusus

a. Untuk memperoleh gambaran umum perbedaan peningkatan hasil belajar mata pelajaran sosiologi pada peserta didik SMA PGRI 1 Bandung dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional.

b. Untuk memperoleh gambaran umum perbedaan peningkatan hasil belajar mata pelajaran sosiologi pada peserta didik SMA PGRI 1 Bandung dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw.

c. Untuk memperoleh gambaran umum perbedaan peningkatan hasil belajar peserta didik SMA PGRI 1 Bandung dalam mata pelajaran sosiologi antara setelah penggunaan model pembelajaran Konvensional dan setelah penggunaan model pembelajaran

Jigsaw.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoretis, hasil penelitian ini dapat memberikan suatu gambaran tentang Efektifitas Penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Kelompok Sosial.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan konstribusi diantaranya: a. Untuk siswa

1) Meningkatkan hasil belajar dan tanggung jawab siswa.

(18)

RESTU NURPUSPA, 2015

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELOMPOK SOSIAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru dalam proses pembelajaran.

2) Sebagai bahan informasi dan rujukan bagi para guru dalam mengajar, khususnya mata pelajaran Sosiologi dan umumnya mata pelajaran lainnya.

3) Sebagai salah satu model untuk mendukung guru dalam upaya menciptakan PAIKEM, Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan serta mengacu pada kepentingan siswa.

c. Untuk sekolah

1) Sekolah dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran sosiologi pada siswa kelas XI .

2) Sekolah dapat menggunakan model pembelajaran Jigsaw secara efektif pada mata pelajaran sosiologi dalam upaya menciptakan PAIKEM, Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan dan mengacu pada kepentingan siswa.

d. Untuk peneliti lain

1) Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti lain yang mengkaji penerapan model pembelajaran Jigsaw.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Secara garis besar skripsi akan dibagi menjadi 6 Bab dengan sistematika sebagai berikut:

a. Bab I Pendahuluan. Terdiri atas latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. b. Bab II Kajian Pustaka. Terdiri atas Teori-teori belajar, Model pembelajaran,

Cooperative Learning model Jigsaw, Model pembelajaran Konvensional, hasil belajar,

penelitian yang relevan, kerangka pemikiran dan hipotesis.

c. Bab III Metodologi Penelitian. Terdiri dari : Metode dan desain penelitian, populasi dan sampel, definisi operasional, instrumen penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data.

(19)
(20)

1

RESTU NURPUSPA, 2015

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELOMPOK SOSIAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan, menyusun, menganalisis serta menginterprestasikan data menjadi kesimpulan penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.

Bila dilihat dari tingkat kealamiahan (setting) tempat penelitian, penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Bentuk desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode quasi experimental design (eksperimen semu). Metode ini merupakan bagian dari metode kuantitatif dimana memiliki kelas kontrol dan kelas pembanding. Sebelum model pembelajaran baru dicobakan, maka dipilih kelompok atau kelas tertentu yang akan diajar dengan model pembelajaran baru tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Sosiologi siswa SMA sesudah diterapkan model pembelajaran Jigsaw dan Konvensional.

(21)

2

Gambar 3.1 Desain Penelitian

(Sugiyono, 2013, hlm. 116) Keterangan :

01 : kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan 02 : kelas eksperimen setelah diberi perlakuan Jigsaw 03 : kelas kontrol

04 : kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan X : perlakuan model pembelajaran

Kedua kelompok tersebut selanjutnya diberi pretes atau melalui pengamatan untuk mengetahui posisi awal (hasil belajar) ke dua kelompok tersebut. Bila kedua kelompok tersebut posisisnya sama atau tidak berbeda secara signifikan, maka kelompok tersebut sudah sesuai dengan kelompok yang digunakan untuk ekperimen. Bila posisi kemampuan ke dua kelompok tersebut berbeda secara signifikan, maka pengambilan kelompok perlu diulang sampai diperoleh posisi kemampuan awalnya tidak berbeda secara signifikan.

Pada O1 merupakan kelas eksperimen sebelum ada perlakuan, O2 merupakan kelas eksperimen setelah diberi perlakuan, O3 merupakan kelas kontrol dan O4 merupakan kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan. O1 dan O3 diberikan pretes sebelum ada perlakuan, sedangkan pada O2 dan O4 diberikan postes. Prestes yaitu test yang diberikan kepada siswa sebelum dilaksanakan penerapan model pembelajaran

Jigsaw pada kelas eksperimen. Sedangkan postes yaitu tes yang diberikan kepada

siswa setelah dilaksanakannya penerapan model pembelajaran Jigsaw dalam mata pelajaran Sosiologi tetapi untuk kelas kontrol tidak dilaksanakan penerapan model pembelajaran Jigsaw dan hanya menggunakan model Konvensional.

O1 x O2

(22)

3

RESTU NURPUSPA, 2015

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELOMPOK SOSIAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian, Sugiyono (2013, hlm. 117)

menyatakan bahwa : “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Dalam penelitian ini

yang menjadi populasi adalah seluruh siswa SMA PGRI 1 Bandung kelas X IIS, XI IIS dan XII IIS tahun ajaran 2014/2015 karena kelas tersebut mempelajari mata pelajaran Sosiologi sesuai dengan yang mata kuliah diambil oleh peneliti. Siswa kelas XI dijadikan objek penelitian karena siswa kelas X merupakan siswa baru di semester Ganjil sedangkan kelas XII tengah mempersiapkan UN. Adanya kurikulum 2013 yang diterapkan di kelas XII juga memambah minat peneliti untuk menjadikan kelas XI IIS sebagai objek penelitian. Kelas XI IIS terdiri dari tiga kelas yaitu kelas XI IIS 1, XI IIS 2 dan XI IIS 3 yang berjumlah 85 siswa

2. Sampel

Sugiyono (2013, hlm. 118) menyatakan bahwa : “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

(23)

4

Berikut merupakan tabel data jumlah siswa setiap kelas yang merupakan siswa kelas XI IIS yang menjadi sampel

Tabel 3.1

Jumlah siswa di Kelas sampel

No. Jenis Kelamin

Jumlah siswa

Jumlah

siswa Eksperimen Kontrol

XI IIS 1 XI IIS 2

1. Laki-laki 11 16 27

2. Perempuan 17 13 30

Jumlah siswa 28 29 57

Kelas sampel selanjutnya diberikan pretes setelah datanya diolah kemudian diberikan perlakuan, kelas XI IIS 1 sebagai kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan model pembelajaran Jigsaw sedangkan Kelas XI IIS 2 sebagai kelas kontrol diberikan perlakuan dengan metode ceramah, kemudian untuk mengukur hasil belajar siswa kedua kelas tersebut diberikan postes.

“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2013, hlm. 61).

Dalam penelitian ini penulis membedakan variabel dalam dua kategori utama, antara lain :

a. Variabel Bebas (Independen Variabel), yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat.

b. Variabel Terikat (Dependen Variabel), yaitu variabel yang di pengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

(24)

5

RESTU NURPUSPA, 2015

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELOMPOK SOSIAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Variabel Y (variabel terikat) : hasil belajar siswa

Tabel 3.2 Definisi Operasional

No. Variabel Sub Variabel Indikator Jenis

(25)
(26)

7

RESTU NURPUSPA, 2015

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELOMPOK SOSIAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu yang telah dibahas

Tugas Lembar penilaian tugas (Laporan)

Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematik untuk memperoleh data mengenai masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Tes

(27)

8

siswa (pretes) dan terakhir (postes). Soal-soal yang digunakan pada test awal dan test akhir merupakan soal yang sama, hal ini dimaksudkan agar tidak ada perbedaan kualitas instrumen terhadap perubahan pengetahuan dan pemahaman yang terjadi. Instrumen ini mencakup ranah kognitif. Sedangkan untuk ranah afektif dan psikomotor menggunakan lembar penilaian observasi.

2. Angket.

Sudjana (2005, hlm. 8) mengemukakan bahwa, “Angket yakni cara

pengumpulan data dengan menggunakan daftar isian atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga calon responden hanya tinggal

mengisi atau menandainya dengan mudah dan cepat”.

Menurut Sugiyono (2013, hlm. 199) angket atau “kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan

diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden”.

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert dengan 5 alternatif jawaban yang terdiri dari

Sangat baik = 5 Baik = 4

Cukup Baik = 3 Kurang Baik = 2 Tidak baik = 1

3. Dokumentasi

(28)

9

RESTU NURPUSPA, 2015

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELOMPOK SOSIAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

serta data-data mengenai perangkat pembelajaran guru sosiologi yang meliputi program tahunan, program semester, silabus, RPP, daftar nilai siswa dan komponen lainnya.

D. Prosedur Penelitian

Dalam melakukan penelitian peneliti menempuh empat tahapan yaitu persiapan, pelaksanaan, pengolahan data dan tahap akhir yang terdiri menjadi beberapa langkah, prosedurnya yaitu :

1. Tahap persiapan

a. Studi Pendahuluan (pra penelitian) dengan mempelajari literatur-literatur berupa skripsi, artikel di internet, tesis dan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian yang diambil.

b. Membuat judul penelitian dengan mengkonsultasikannya ke dosen

Pembimbing Akademik kemudian mengambil satu judul yang dapat digunakan untuk penelitian.

c. Membuat proposal penelitian, mengumpulkan proposal dan merevisi proposal untuk dapat mengikuti seminar sidang proposal.

d. Mengikuti sidang proposal yang diuji oleh dua dosen penguji.

e. Setelah turun SK skripsi dan mendapatkan dosen pembimbing skripsi selama bimbingan peneliti mengganti, memperbaiki, merevisi skripsi dan menyesuaikan skipsi dengan pedoman penulisan karya ilmiah.

f. Melakukan observasi ke sekolah untuk melihat bagaimana karakteristik siswa. g. Melakukan wawancara tidak terstruktur dengan guru mata pelajaran

sosiologi untuk mengetahui bagaimana kondisi siswa di SMA PGRI 1 Bandung.

h. Mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).

(29)

10

kognitif, afektif dan psikomotor.

k. Menyesuiakan materi pembelajaran dengan tujuan pembelajaran.

l. Membuat kisi-kisi instrumen soal yang sesuai dengan materi, tujuan dan indikator yang diharapkan.

m. Membuat instrumen tes.

n. Mengkonsultasikan RPP dan Instrumen tes pada dosen ahli.

o. Menguji instrumen tes, mengolah hasil dan merevisi butir soal yang tidak valid.

p. Menetukan kelas yang menjadi sampel penelitian (kelas eksperimen dan kelas kontrol).

2. Tahap pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan pelaksanaan peneliti menempuh langkah sebagai berikut :

a. Memberikan soal pretes kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen dalam waktu yang berbeda.

b. Memberikan perlakuan di kelas kontrol dan kelas eksperimen.

c. Memberikan evaluasi berupa tes untuk mengukur hasil belajar siswa setelah menerapkan perlakuan.

3. Tahap mengolah data

Setelah data hasil tes siswa sebelum dan sesudah perlakukan diperoleh, kemudian peneliti :

a. Mengolah data hasil pretes siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. b. Mengolah data hasil postes siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. 4. Tahap akhir

a. Membuat pembahasan dari hasil analisis mengolah data pretes dan postes yang sesuai rumusan masalah.

(30)

11

RESTU NURPUSPA, 2015

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELOMPOK SOSIAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Memberikan saran.

E. Teknik Analisis Data Instrumen Penelitian

1. Cara mengolah skor

Untuk mengolah skor dalam tes bentuk pilihan ganda digunakan rumus : S = R -

S = skor yang diperoleh (Raw Score)

R = jawaban yang betul W = jawaban yang salah 0 = jawaban option 1 = bilangan tetap 2. Uji Validitas

Sebagaimana yang dikemukakan Arikunto (2013, hlm. 73) bahwa “sebuah tes dapat disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas tes yang digunakan adalah uji validitas isi (content validity) dan uji validitas konstrak (construct validity). Untuk mengetahui uji validitas isi tes dilakukan

judgment terhadap butir-butir soal.

Sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Skor pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah. Dengan kata lain, sebuah item memiliki validitas yang tinggi jika skor pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat diartikan dengan korelasi. Dengan demikian, untuk mengetahui validitas yang dihubungkan dengan kriteria digunakan uji statistik, yakni teknik korelasi Pearson product moment, yaitu :

N  XY – ( X) ( Y)

(31)

12

(Arikunto, 2013, hlm. 87)

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan

N : Jumlah siswa uji coba (test) X : Skor tiap item

Y : Skor total tiap butir soal

Untuk mengintrepretasikan nilai koefisien korelasi yang diperoleh adalah dengan melihat tabel nilai r product moment (Arikunto, 2013, hlm. 89)

Tabel 3.3 Interpretasi Validitas

Koefisien korelasi Kriteria Validitas

0,80 < r xy ≤ 1,00 Tinggi

0,60 < r xy ≤ 0,80 Cukup

0,40 < r xy ≤ 0,60 Agak rendah

0,20 < r xy ≤ 0,40 Rendah

r xy ≤ 0,20 Sangat Rendah (Tak berkorelasi)

3. Uji Reliabilitas

Kata reliabilitas artinya dapat dipercaya. Tes tersebut dikatakan dapat dipercaya jika memberikan sebuah hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan. (Arikunto, 2013, hlm. 74).

(32)

13

RESTU NURPUSPA, 2015

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELOMPOK SOSIAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengikuti perubahan secara ajeg. (Arikunto,2013, hlm. 100). Maka teknik yang digunakan ialah dengan melihat koefisien korelasi dari tes tersebut.

Untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes digunakan rumus yaitu dengan menggunakan rumus Spearman-Brown :

r 11 =

⁄ ⁄ + ⁄ ⁄

(Arikunto, 2013, hlm. 107) Keterangan :

r ⁄ ⁄ : Korelasi antara skor-skor tiap belahan tes

r11 : Reliabilitas Instrumen

Teknik yang digunakan untuk reliabilitas tes dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode belah dua (split-half method) karena instrumen yang digunakan berupa soal pilihan ganda. Untuk membelah item atau butir soal dengan cara : membelah atas item-item genap dan item-item ganjil yang selanjutnya disebut belahan ganjil genap.

Untuk mencari varians dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Standar Deviasi (SD) dapat disebut dengan istilah Simpangan Baku (SB). Namun huruf S (B besar) juga dapat dikatakan sudah menyebut standar deviasi dalam kalkulator tertera dengan simbul a. Untuk mencari S untuk mencari varians dapat menggunakan

Rumus S, yaitu:

S = √ΣX2 � S = Standar deviasi

x = simpangan baku X dan , yang dicari dari X-

(33)

14

Jika jumlah soal dalam test adalah ganjil, maka rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas tes adalah rumus yang ditemukan oleh Kuder dan Arendsson yaitu rumus K-20 sebagai berikut :

r11 : �−� �

2−

�2

Dimana :

r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan

p : proporsi subyek yang menjawab item dengan benar

q : proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q = 1 - p) ∑�q : jumlah hasil perkalian antara p dan q

n : banyaknya item

S : standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

S2 : varians, selalu dituliskan dalam bentuk kuadrat, karena standar deviasi kuadrat 4. Taraf kesukaran (difficulty index)

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.

Taraf kesukaran tes dinyatakan dalam indeks kesukaran (difficulty index). Taraf kesukaran dinyatakan dengan P dan dicari dengan rumus :

P = � ��

Keterangan : P : Taraf kesukaran

(34)

15

RESTU NURPUSPA, 2015

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELOMPOK SOSIAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Arikunto, 2013, hlm. 223)

Tabel 3.4

Interpretasi Indeks kesukaran

Indeks Tingkat Kesukaran

0,00 – 0,39 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

( Arikunto, 2013, hlm. 225)

5. Daya pembeda

Arikunto (2013, hlm. 226) menyatakan bahwa, “daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah)”.

Untuk menentukan daya pembeda, seluruh siswa dirangking dari nilai tertinggi hingga terendah. Kemudian diambil 50% skor teratas sebagai kelompok Atas (JA) dan 50% skor terbawah sebagai kelompok bawah (JB).

Rumus untuk menetukan indeks diskriminasi adalah : D = �

� = PA -PB

Di mana :

D = daya pembeda J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

(35)

16

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat, P sebagai indeks kesukaran)

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

(Arikunto, 2013, hlm. 228-229). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). tiga titik pada daya pembeda, yaitu :

-1,00 0,00 1,00

Daya pembeda Daya pembeda Daya pembeda

Negatif rendah Tinggi

(Arikunto, 2013, hlm. 226). Tanda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika status soal “terbalik” menunjukkan kualitas peserta didik. Yaitu, peserta didik yang pandai (menguasai materi yang ditanyakan) disebut kurang pandai, sedangkan peserta didik yang kurang pandai (belum menguasai materi yang ditanyakan) disebut pandai. Semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang.

Tabel 3.5

Interpretasi daya pembeda

Daya Pembeda Klasifikasi

0,70 ≤ D < 1,00 Baik sekali

0,41 ≤ D < 0,70 Baik

0,20 ≤ D < 0,40 Cukup

D < 0,20 Jelek

Arikunto (2013, hlm. 232). 6. Uji Hipotesis

(36)

17

RESTU NURPUSPA, 2015

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELOMPOK SOSIAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sosiologi yang dilihat dari hasil tes awal (pre tes) dan tes akhir (pos tes) dengan dua perlakuan berbeda yaitu model pembelajaran Jigsaw dan model pembelajaran Konvensional.

Metode analisis yang dilakukan adalah uji sampel t berpasangan (Paired

Samples Test) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik dalam mata

pelajaran sosiologi yang dibandingkan dari hasil tes awal sebelum dilakukan

treatment dengan hasil tes akhir setelah dilakukan treatment dalam satu model

pembelajaran. Kemudian metode analisis yang dilakukan juga menggunakan uji

Independent Sampel t Test untuk mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar

peserta didik dalam mata pelajaran sosiologi setelah dilakukan treatment pada dua perlakuan yang berbeda yaitu antara model pembelajaran Jigsaw (kelas eksperimen) dan model pembelajaran Konvensional (kelas kontrol). Untuk uji hipotesis menggunakan program IBM SPSS Statistic 20.

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel memiliki distribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan tes Kolmogorov Smirnov, nilai probabilitas Kolmogorov Smirnov kemudian dibandingkan dengan nilai kritisnya. Dasar pengambilan keputusan dapat dilakukan berdasarkan probabilitas (asymptotic significance): Jika probabilitas ≥ 0,05 maka data distribusi normal sedangkan jika probabilitas < 0.05 maka data tidak berdistribusi normal.

Dalam pengujian normalitas data, peneliti menggunakan bantuan software SPSS 20 untuk mempermudah proses pengolahan data.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian populasi adalah sama atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai prasyarat dalam analisis

(37)

18

varian (ANOVA) adalah bahwa varian dari populasi adalah sama. Sebagai kriteria pengujian, jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data adalah sama.

Dalam pengujian homogenitas data, peneliti menggunakan bantuan software SPSS 20 untuk mempermudah proses pengolahan data.

7. Uji Paired Sampel t test (Uji Sampel t Berpasangan)

Paired sample t test merupakan uji beda dua sampel berpasangan. Sampel

berpasangan merupakan subjek yang sama namun mengalami perlakuan yang berbeda. Kriteria uji paired sampel test yaitu Ho ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel atau Ho ditolak jika P value < 0,05. Uji Sampel t Berpasangan menggunakan bantuan software SPSS 20.

8. Cara mengolah data Angket

Data yang diperoleh dalam angket diolah secara manual, teknik yang

digunakan dalam mengolahan angket ini menggunakan Rumus : P = � %

� Keterangan :

P = Persentase F = Frekuensi

N = Jumlah Sampel Penelitian 100 = Angka tetap

Untuk memudahkan penafsiran frekuensi jawaban yang telah dihitung dalam bentuk persentase, kemudian ditafsirkan dengan menggunakan pedoman ketentuan sebagai berikut :

0% = Tidak ada

(38)

19

RESTU NURPUSPA, 2015

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELOMPOK SOSIAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 26% - 49% = Hampir setengahnya

50% = Setengahnya

51% - 75% = Lebih dari setengahnya 76% - 95% = Sebagian besar

(39)

113

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh dari penelitian yang dilaksanakan di SMA PGRI 1 Bandung mengenai Pengaruh Model Pembelajaran

Jigsaw terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Kelompok Sosial maka peneliti menarik kesimpulan secara umum dan khusus.

Simpulan umum yang didapatkan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan adalah bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pemahaman siswa terhadap konsep mata pelajaran sosiologi pada pokok bahasan kelompok sosial antara kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran Jigsaw dengan kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran Konvensional.

Adapun simpulan secara khusus dari penelitan ini adalah sebagai berikut: 1. Pada kelas XI IIS 2 (kelas kontrol) terlihat adanya peningkatan hasil belajar

peserta didik mata pelajaran sosiologi pada pokok bahasan kelompok sosial pada kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional. Meskipun peningkatanya tidak begitu besar.

2. Pada Kelas XI IIS 1 (kelas eksperimen) terlihat adanya peningkatan hasil belajar peserta didik mata pelajaran sosiologi pada pokok bahasan kelompok sosial dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw, dilihat dari rata-rata skor postes (tes akhir) setelah dilakukan treatment lebih besar dibandingkan dengan rata-rata skor pretes (tes awal) sebelum dilakukan treatment.

(40)

114

RESTU NURPUSPA, 2015

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELOMPOK SOSIAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan model pembelajaran Jigsaw mampu meningkatkan hasil belajar terhadap pokok bahasan kelompok sosial.

B. Saran

Dari hasil penelitian ini, sebagai bahan rekomendasi dengan mempertimbangkan hasil temuan di lapangan maupun secara teoritis, maka penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Mengingat salah satu kendala saat penerapan model pembelajaran Jigsaw di kelas, yaitu kurangnya pengelolaan kelas karena siswanya banyak yang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga siswa kurang mengerti dengan langkah-langkah dalam penerapan model pembelajaran, maka guru hendaknya mampu mengelola kelas dengan baik ketika menerapkan model pembelajaran Jigsaw. Hendaknya dalam pelaksanaan pembelajaran guru memperhatikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

b. Mengingat pentingnya proses pembelajaran, maka guru hendaknya lebih Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan dan mengacu pada karakteristik siswa dalam memilih model pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan pemilihan model pembelajaran yang sesuai dan menyenangkan akan mampu meningkatkan kreatifitas siswa sehingga siswa akan berpikir tingkat tinggi.

2. Bagi Siswa

a. Siswa hendaknya dapat bekerjasama dengan siswa lainnya secara heterogen apabila dibagi dalam kelompok diskusi agar dapat saling menghargai perbedaan dan pendapat.

(41)

115

individu maupun sosial.

3. Bagi Sekolah

Mengingat kurangnya dalam sarana dan prasarana. Kesesuaian sumber belajar siswa untuk siswa menggali materi pembelajaran, semoga kedepannya sekolah dapat memperhatikan sumber bahan ajar yang digunakan oleh siswa dalam upaya menciptakan PAIKEM, Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan dan mengacu pada kepentingan siswa.

4. Bagi Peneliti Lain

Gambar

Gambar 1.1 Nilai Ulangan Harian Siswa
Tabel 3.1 Jumlah siswa di Kelas sampel
Tabel 3.2
Tabel 3.3
+3

Referensi

Dokumen terkait

dilakukan oleh pemerintah terhadap Tempat hiburan Karaoke Keluarga. Hasil penelitian ini dapat ditransformasikan kepada para pelaku usaha tempat. hiburan Karaoke Keluarga

Saudara diminta untuk menyiapkan seluruh data/dokumen penawaran dan kualifikasi perusahaan yang asli dan sah sesuai yang disampaikan dalam penawaran dan dapat

Permohonan untuk penerbitan Sertifikat Garis Muat atau survey lambung timbul dan pengukuran harus dilakukan ke Kantor Pusat BKI, Jakarta, atau pada Surveyor. Lambung timbul

Efek yang sama dapat diamati jika medan magnet diberikan pada bahan dalam temperatur normal kemudian didinginkan sampai menjadi superkonduktor.. Pada temperatur

(5) Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam perkara pidana atau perdata, atas permintaan hakim sesuai dengan Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata, Bupati

Pada penulisan ilmiah ini, penulis mencoba mendesain web non komersial mengenai Klub Sepak Bola Persita dengan menggunakan Flash MX yang di dalamnya terdapat beberapa informasi

Meanwhile, the indicators of attitude toward learning English proposed by the 2004 English curriculum for junior high school include having control on his/her own

Rock n Roll Haircutting and Make Over menyadari bahwa memuaskan pelanggan dan membuat pelanggan tetap memakai jasa yang ditawarkan Rock n Roll Hair Cutting and Make Over