• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Konsumen Pengguna Jasa Karaoke Keluarga Kota Salatiga T1 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Konsumen Pengguna Jasa Karaoke Keluarga Kota Salatiga T1 BAB I"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan, manusia mempunyai kebutuhan yang beranekaragam, salah satunya

yaitu hiburan, salah satu kegiatan yang dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupannya

sehari-hari, baik sekedar hiburan bersama teman-teman dan atau meluangkan waktu bersama

keluarga untuk melepas penat yang tertumpuk selama beberapa hari menjalankan kesibukan

di kantor atau bahkan di rumah. Hiburan yang dimaksud banyak macamnya, seperti obyek

wisata rekreasi alam, tempat olahraga, rekreasi adrenaline outbond, kolam berenang, serta

wisata Pantai. Ditambah kini beradanya hiburan malam yang tersedia, seperti tempat bermain

billiard, Kafe, Diskotik, dan Karaoke. Masih banyak lagi tempat hiburan yang dapat

dikunjungi. Dengan tersedianya tempat-tempat seperti itu masing-masing obyek pasti

menimbulkan dampak kepada masyarakat dimana bergantung pada menejemen dari

masing-masing pelaku usaha yang menyediakan tempat hiburan.

Dalam penulisan ini, penulis menitik beratkan penelitian terhadap Penyedia Jasa

Layanan Hiburan Karaoke Keluarga di Salatiga. Akhir-akhir ini semakin banyak berdirinya

tempat-tempat hiburan khususnya Karaoke Keluarga yang menawarkan berbagai macam

pelayanan dan fasilitas lengkap dengan teknologi modern untuk memanjakan konsumen.

Bukan sesuatu yang aneh dimasa kini tempat hiburan seperti ini tersedia bagi keluarga,

karena dalam perkembangannya tempat hiburan ini menjadi tempat yang sangat diminati bagi

masyarakat baik hanya untuk sekedar berkumpul dengan teman-teman, mengisi waktu luang

dengan bernyanyi, bahkan hiburan untuk keluarga. Sebelum lebih lanjut ke pembahasan,

(2)

salah satu wadah mengenai pelayanan jasa yang ada di suatu wilayah, yang mempunyai

fungsi sebagai sarana hiburan bagi masyarakat.

Karaoke sendiri merupakan suatu wadah pelayanan jasa hiburan yang menyediakan

tempat dan fasilitas menyanyi dengan atau tanpa pemandu lagu, Sedangkan dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (2008: 507) karaoke adalah salah satu jenis hiburan dengan

menyanyikan lagu-lagu populer dengan iringan musik yang telah direkam terlebih dahulu.

Jadi Karaoke merupakan suatu tempat hiburan, yang terdapat disuatu wilayah dengan fungsi

sebagai media hiburan bernyanyi, di iringi dengan musik yang sebelumnya telah direkam

terlebih dahulu, disediakan oleh Pelaku usaha perorangan dan turut pula peran serta

pemerintah daerah. Tempat hiburan yang tersedia dalam lingkungan masyarakat Salatiga

tidak lepas dari peran pemerintah daerah kota Salatiga dimana untuk tetap menjaga dan

melindungi ketentraman kehidupan masyarakat agar tidak berpengaruh buruk bagi

masyarakatnya. Di Kota Salatiga Tempat Hiburan Karaoke menjadi bagian dari suatu

kebijakan publik dari pemerintah daerah terhadap penyelanggaraan Usaha Pariwisata. Pasal 5

Huruf f Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 1 Tahun 2015, Usaha Pariwisata meliputi

usaha Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi. Pasal 11 Huruf h, Usaha

Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f,

salah satunya yaitu karaoke.1 Dimana Karaoke merupakan bagian dari salah satu

Penyelenggaraan Usaha Pariwisata oleh pemerintah kota Salatiga, maka dari itu Peran

pemerintah Daerah Kota Salatiga terhadap perkembangan tempat hiburan ini sangat

berpengaruh besar bagi pengguna yang akan menggunakan jasa karaoke. Wewenang

pemerintah daerah dalam hal Kebijakan Publik tersebut diatur Dalam Undang-undang Nomor

23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah,2 yang menyebutkan Bahwa :

(3)

- Pasal 9 Ayat (1), Suatu Urusan Pemerintahan, mengenai pemerintah Daerah mendasari

urusan pemerintahan konkuren.

- Pasal 9 Ayat (3), Urusan pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud adalah Urusan

Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah

kabupaten/kota.

- Pasal 11 Ayat (1), Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Daerah

terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan.

- Pasal 12 Ayat (3) Huruf b, Urusan Pemerintahan Pilihan salah satunya meliputi

Pariwisata.

Berangkat dari Dasar tersebut, Pemerintah Daerah yang diberi wewenang dalam

menjalankan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat, maka Pemerintah daerah sangat

berpengaruh besar dalam hal Penyelenggaraan Kebijakan mengenai Tempat hiburan

karaoke. Dengan itu Kebijakan terhadap Penyelenggaraan Usaha Pariwisata yang

berkaitan mengenai tempat hiburan dan rekreasi yang menjurus pada Usaha Jasa Karaoke,

Pelaku usaha orang perorangan dan atau badan hukum wajib mendaftarkan Usaha

Pariwisata untuk menjamin kepastian hukum dalam menjalankan Usaha Pariwisata dan

Mendapatkan Tanda Daftar Usaha Pariwisata yang selanjutnya disebut TDUP sesuai usaha

pariwisata yang dijalankan, TDUP tersebut diterbitkan Oleh Walikota dan dapat pula

walikota mendelegasikan kepada Kepala SKPD yang membidangi kepariwisataan atau

Kepala SKPD yang membidangi perizinan terpadu.3

Dalam prakteknya Kegiatan jasa Layanan Karaoke ini banyak menimbulkan masalah

dalam lingkungan masyarakat. Termasuk kini adanya Jenis jasa hiburan malam yang menurut

penulis, pelaku usaha ingin membuat perbedaan antara Hiburan karaoke biasa dan

menciptakan Hiburan karaoke yang dikhusukan untuk keluarga. Karena dalam prakteknya

3 Pasal 16 dan Pasal 17 Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan Usaha

(4)

hiburan malam karaoke banyak sekali yang dapat dikatakan meresahkan lingkungan

masyarakat sebagai contoh Hiburan karaoke yang menyediakan minuman keras, cenderung

dikaitkan dengan lokasi prostitusi sehingga menimbulkan keributan, kesenjangan sosial,

pelanggaran asusila, dan bertentangan dengan kehidupan moral bermasyarakat. Maka dari itu

lah kini para pelaku usaha menjalankan bisnis jasa Hiburan Karaoke Keluarga, sehingga

membedakan usaha nya antara Hiburan karaoke yang lain dengan lebih mengkhususkan pada

Jasa Hiburan keluarga, Karaoke Keluarga adalah tempat hiburan keluarga di mana

pengunjung dapat bernyanyi bersama keluarga, teman-teman, teman kerja, relasi kerja dalam

suasana kekeluargaan dan bersih serta jauh dari kesan maksiat. Namun kenyataan nya, hal

tersebut hanya sebagai kedok untuk menarik hati Para konsumen atau penggunaa jasa, karena

mengandung kata Family yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi keluarga,

sehingga akan dikira berbeda dengan Hiburan Malam karaoke lainnya yang di anggap

memberi kesan maksiat, sehingga para konsumen merasa aman, dan tidak perlu resah tentang

sistem pengawasannya.4 Ada beberapa tempat Karaoke Keluarga di Salatiga yang melakukan

praktek jasa hiburan yang tidak sehat, menyediakan minuman keras, menyediakan jasa

pemandu karaoke wanita untuk menemani konsumen bernyanyi namun dengan pakaian yang

tidak layak jika di kaitkan dengan konteks jasa hiburan tersebut untuk keluarga. Sistem

pengamanan pun tidak memenuhi standart keamanan, tidak adanya petugas keamanan atau

satpam yang siap dalam menangani jika ada masalah atau keributan, pengecekan khusus para

konsumen untuk mencegah barang bawaan yang tidak diperkenankan untuk dibawa masuk ke

lingkungan Karaoke Keluarga. Hal tersebut diakibatkan oleh kelalaian dari pelaku usaha

dalam menjamin keamanan dan keselamatan para konsumen.5 Dalam wawancara penulis

dengan pihak pekerja di Karaoke Keluarga Queen dan Zensho, kedua tempat hiburan

4 Hasil Observasi Penulis, Tanggal 12 Desember 2016, Di Tempat Hiburan Karaoke Keluarga Queen

dan New Zensho.

5 Wawancara bapak A’an dan bapak Miko, Pekerja di Tempat Hiburan Karaoke Keluarga Zensho,

(5)

keluarga ini tidak memiliki petugas keamanan atau Satpam, dari pihak tempat hiburan

Karaoke Keluarga Queen juga tidak ada larangan membawa minuman keras dari luar untuk

dikonsumsi di dalam lingkungan karaoke, maka dari itu tidak ada pengecekan khusus pada

saat konsumen masuk untuk menggunakan jasa tersebut, begitupun dengan Karaoke Keluarga

New Zensho, Hal-hal tersebut yang seharusnya diperhatikan oleh pemerintah terhadap

praktek jasa hiburan malam bagi masyarakat tanpa menjamin keamanan dan pengawasan

terhadap keselamatan serta dampak buruk terhadap lingkungan masyarakat di Salatiga,

terkhusus perlindungan terhadap Konsumen sebagai pengguna jasa tersebut.

Dalam penelitian ini, Penulis mengambil pandangan pada kasus-kasus yang terjadi di

tempat hiburan Karaoke Keluarga, kasus ini terjadi pada hari rabu tanggal 27 maret 2016

sekitar pukul 01:30 WIB dini hari, ditempat Karaoke Keluarga Zensho ruko Atrium plaza,

jendral sudirman terjadi keributan antara konsumen di tempat karaoke tersebut. Dimana para

pengguna jasa karaoke menikmati hiburan karaoke sambil menenggak minuman keras. Pihak

pengelola tempat hiburan tersebut setelah mengetahui kejadian lalu menghubungi kepada

petugas kepolisian. Dari kasus tersebut terjadi keributan yang dilakukan oleh sesama para

pengguna jasa dan sambil mengkonsumsi minuman beralkohol, apakah Pihak pengelola

karaoke ini melepas kewajiban nya sebagai pelaku usaha dalam melayani jasa hiburan malam

karaoke, Dengan lemahnya keamanan dan pengawasan yang tidak menjamin keselamatan

para konsumen nya. Hal ini sangat bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

tentang Perlindungan konsumen. Dalam praktek pelayanan jasa tempat hiburan karaoke ini

apakah menjadi sekaligus tempat penjualan Minuman keras, sehingga menyebabkan

keributan di lingkungan setempat, hal ini sangat-sangat meresahkan lingkungan sosial,

mengganggu keamanan, dan keselamatan pengguna konsumen lain. Para pelaku usaha dalam

menyelenggarakan pelayanan jasa hiburan karaoke yang telah dizinkan oleh pemerintah

(6)

yang dijalankan oleh pihak-pihak pelaku usaha tersebut bertentangan dengan konteks

penyelenggaraan usaha pariwisata oleh Pemerintah daerah Salatiga.

Dalam menggunakan atau memakai suatu jasa, seorang konsumen pasti memeriksa

adanya suatu kekurangan. Konsumen tidak menginginkan jasa yang tidak memenuhi standar

mutu. Apa yang menentukan konsumen akan puas, atau tidak puas terhadap suatu pemakaian

jasa. Kepuasan konsumen adalah fungsi seberapa dekat harapan konsumen atas suatu jasa

dengan mutu, kenyamanan, dan keamanan yang dirasakan oleh para konsumen itu sendiri.

Untuk melindungi Hak-hak Para konsumen dalam menggunakan jasa yang disediakan oleh

para pelaku usaha yang tidak menjalankan kewajibannya yang mendasar pada peraturan

perundang-undangan. Pemberlakuan suatu peraturan perundang-undanganan, pada dasarnya

dimaksud untuk mengubah atau mengarahkan perilaku dan atau situasi tertentu, dari semula

yang dinilai tidak baik dipandang sebagai masalah menuju situasi yang ideal. Dengan kata

lain, menyelesaikan berbagai masalah yang ada, dengan melakukan perubahan-perubahan

baik terhadap perilaku maupun situasi tertentu, itulah yang pada dasarnya dijadikan sebagai

landasan mengapa suatu peraturan perundang-undangan diberlakukan.6 Maka dari itu

seharusnya para pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan bisnis tempat hiburan karaoke

harus mendasar pada peraturan-peraturan yang mendasari kegiatan usahanya. dalam menjalan

kegiatan usahanya, pelaku usaha harus memperhatikan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan konsumen sebagai landasan terhadap perwujudan keseimbangan

perlindungan kepentingan konsumen dan pelaku usaha yang bertanggung jawab, Serta

menjalankan tata aturan yang oleh pemerintah buat agar para pelaku usaha menjalankan

bisnis tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada di masyarakat.

Dalam Penelitian ini pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh para pelaku usaha

seharusnya mendapat tindakan tegas dari pemerintah daerah, yang bertugas untuk menegakan

6 Untuk mengetahui hal apa saja yang dipandang sebagai masalah oleh pembuat undang-undang,

(7)

suatu pelanggaran para pelaku usaha dimana tindakannya menyimpang dari aturan yang ada,

Karena dari banyak nya dampak dan kasus buruk yang terjadi di kota Salatiga ini membuat

kita perihatin terhadap pengawasan dan penegakan bagi pihak pelaku usaha yang tidak

menjalankan kegiatan usaha nya sesuai peraturan perundang-undangan. penulis memaparkan

dasar perlindungan terhadap konsumen yang seharus nya di perhatikan oleh setiap pelaku

usaha selaku pengelola layanan jasa karaoke. Perlindungan konsumen merupakan segala

upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada

konsumen.7 Rumusan dalam pengertian Perlindungan konsumen pada Undang-undang

Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen diatas tersebut cukup memadai, yang

menyatakan “segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum”, Diharapkan sebagai

benteng untuk meniadakan tindakan sewenang-wenang yang merugikan para Konsumen atau

pengguna jasa hanya demi kepentingan pelaku usaha. Pada hakekatnya manusia diciptakan

Allah swt dalam kaedah fitrah melalui perpaduan antara unsur jasmani dan rohani, kedua

unsur tersebut yang kemudian menjelma menjadi kebutuhan hidup yang harus di penuhi.

Pemenuhan kebutuhan secara seimbang adalah dimaksudkan untuk mencapai kebahagiaan

hidup di dunia dan akhirat. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Manusia selain dapat

memproduksi barang/jasa sendiri juga dapat membeli atau memakai dari penjual maupun

langsung dari tempat produksi. Dengan membeli dan atau memakai produk orang lain berarti

secara otomatis telah menempatkan dirinya sebagai Pemakai (Konsumen) yang

keberadaannya perlu dilindungi.8

Perlindungan hukum bagi konsumen adalah suatu masalah yang besar, dengan

persaingan global yang terus berkembang. Perlindungan hukum sangat dibutuhkan dalam

persaingan dan banyak produk serta layanan yang menempatkan konsumen dalam posisi

(8)

tawar yang lemah.9 Mengutip dari Kalimat Konsumen dalam posisi tawar yang lemah oleh

Sudaryatmo dimaksud bahwa Salah satu faktor yang menybabkan lemahnya kedudukan

konsumen adalah karena rendahnya tingkat kesadaran konsumen mengenai hak-haknya,

Karena kurangnya pengetahuan konsumen mengenai produk dan posisi tawar menawar

konsumen yang lemah secara ekonomi. Namun kerugian yang dialami oleh konsumen tidak

hanya selalu karena perbuatan yang dilakukan oleh pelaku usaha, tapi juga dapat terjadi

karena kesalahan konsumen sendiri yang disebabkan oleh ketidak tahuan konsumen

mengenai suatu produk dan atau layanan yang disediakan oleh pelaku usaha. Hukum yang

berlaku selain mampu melindungi konsumen dari perbuatan curang oleh pelaku usaha, juga

harus mampu memberikan perlindungan dan pengetahuan kepada konsumen mengenai

keamanan dan keselamatan dalam menggunakan suatu produk atau layanan dari pelaku

usaha.

Meskipun ditujukan untuk melindungi kepentingan konsumen, Undang-undang

perlindungan konsumen tidak bertujuan untuk mematikan pelaku usaha. Dengan adanya

undang-undang perlindungan konsumen, pelaku usaha diharapkan lebih termotivasi untuk

meningkatkan daya saingnya dengan memperhatikan kepentingan konsumen dan tidak

mengganggu ketertiban umum. Perlindungan hukum bagi konsumen yaitu dengan melindungi

hak-hak konsumen. Banyak sekali ragam nya mengenai hak-hak konsumen, secara garis

besar hak-hak konsumen dapat dibagi dalam tiga hak yang menjadi pilar dasar, yaitu :

 Hak yang dimaksud untuk mencegah konsumen dari kerugian personal, maupun

kerugian harta kekayaan.

 Hak untuk memperoleh barang atau jasa dengan harga wajar.

 Hak untuk memperoleh penyelesaian yang patut terhadap permasalahan yang dihadapi.

(9)

Dengan dasar diatas dapat disimpulkan bahwa, banyak hal yang mampu akan

merugikan posisi masyarakat sebagai pihak dengan posisi yang lemah, maka dari itu hak-hak

konsumen harus dipenuhi, baik oleh negara ataupun dari pelaku usaha.

Dalam Pasal 2 Undang-undang perlindungan konsumen selanjutnya disebut UUPK,

Menyatakan bahwa perlindungan hukum bagi konsumen di selenggarakan sebagai usaha

bersama berdasarkan 5 prinsip dalam pembangunan nasional, yaitu :

 Prinsip manfaat, untuk mengamanatkan segala upaya dalam penyelenggaraan

perlindungan hukum bagi konsumen harus memberi manfaat sebesar-besarnya bagi

kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.

 Prinsip keadilan, Agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan

memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh

haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.

 Prinsip keseimbangan, Untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan

konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah.

 Prinsip keamanan dan keselamatan konsumen, Untuk memberi jaminan atas keamanan

dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan

barang atau jasa tang digunakan.

 Prinsip kepastian hukum, dimaksudkan agar baik pelaku usaha, maupun konsumen

mentaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan

hukum bagi konsumen dimana negara dalam hal ini turut menjamin adanya kepastian

hukum tersebut.

Berangkat dari asas dasar diatas tersebut, terdapat suatu komitmen atau kewajiban

dalam mewujudkan tujuan perlindungan hukum bagi konsumen, yaitu, mengangkat harkat

dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari akses negatif pemakian barang

(10)

konsumen, sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha, serta

meningkatkan kualitas barang atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang

atau jasa, kesehatan, keamanan, keselamatan, dan kenyamanan konsumen.

Dalam persoalan yang terjadi pada lingkup Hiburan malam Karaoke Keluarga dan

karaoke sendiri jika kita kaitkan dengan peraturan perlindungan konsumen serta peraturan

daerah kota Salatiga mengenai penyelenggara usaha pariwisata keberadaan praktik Hiburan

karaoke memang tidak terlepas dari kebutuhan manusia sendiri mengenai hiburan. Namun

dari keberadaan praktek karaoke yang lalai dalam menyelenggarakan usahanya berkaitan

dengan keamanan, dan keselamatan para konsumen, serta terjadinya pelanggaran terhadap

menjalankan usaha nya yang di kaitkan tempat hiburan karaoke dengan peraktik peredaran

minuman keras, hal tersebut suatu tindakan yang sangat mencela dalam lingkungan

masyarakat. Dampak yang terjadi dari kegiatan tersebut sangat berpengaruh dalam

lingkungan masyarakat serta dalam penyelenggaraan pemerintah daerah kota Salatiga.

Hiburan yang di selenggarakan tidak sesuai peraturan perundang-undangan, sistem

pengawasan yang lalai dari pelaku usaha dalam mejamin keselamatan pengguna jasa tersebut,

di tambah peratik seperti itu harus bersinggungan dengan minuman keras dimana efek atau

dampak tersebut akan berpengaruh terhadap kenyamanan dan keselamatan terhadap para

konsumen lain bahakan dalam lingkungan masyarakat, serta dengan peredaran miras yang

ilegal tersebut akan merugikan pihak pemerintah kota Salatiga, dimana para pelaku usaha

hanya mementingkan kepentingan nya sendiri namun tidak memenuhi kewajibannya dimana

tidak ada timbal balik dari pelaku usaha kepada pemerintah daerah. Dari kelalaian dan

pelanggaran yang dilakukan pelaku usaha tersebut sangat merugikan selain dari para

konsumen, lingkungan masyarakat, sekaligus pemerintah kota Salatiga dimana dalam

(11)

Dengan adanya ketidak sesuaian antara segala sesuatu yang merupakan pelaksanaan

dari segala yang senyatanya (Das Sein) dan segala sesuatu yang merupakan keharusan (Das

Sollen), dalam Penerapan Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 2015 tentang penyelenggaraan

usaha pariwisata berkaitan dengan penyelenggaraan usaha Hiburan Karaoke oleh pelaku

usaha bertolak dari sistem keamanan dan keselamatan para konsumen, dimana telah di atur

dengan jelas dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

Tetapi kenyataannya (Das Sein), dalam penerapan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen oleh pelaku usaha kenyataan yang di dapatkan adalah para

Pelaku Usaha lalai dalam menjalankan kewajibannya dalam menjamin keamanan dan

keselamatan para konsumen serta menjadikan Usaha nya sebagai tempat hiburan keluarga

yang hanya dijadikan kedok, dan dijadikan tempat hiburan yang meresahkan lingkungan

masyarakat.

Terkait dengan kedudukan pemerintah selaku pelaku hukum publik yang dilekati

dengan hak dan wewenang untuk menggunakan dan menjalankan berbagai peraturan dan

keputusan serta wewenang diskresi, secara garis besar funsi dan urusan pemeritah itu dapat

dikelompokkan menjadi fungsi pembuatan peraturan perundang-undangan beserta

penegakannya, membuat keputusan, dan membuat kebijakan.10 Disamping itu juga

pemerintah dilekati dengan kewajiban untuk memberikan pelayanan publik, melaksanakan

fungsi pelayanan, dan juga menerapkan kebijakan publik yang memasyarakatkan masyarakat,

terutama bagi negara-negara yang menganut atau dipengaruhi oleh konsep negara

kesejahteraan seperti di Indonesia.

Fungsi dari pelayanan pemerintah terhadap masyarakat terutama dalam upaya

mewujudkan kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan sebagaimana

amanat Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, di samping tuntutan

(12)

hak-hak asasi manusia atau memenuhi the rights to receive warga negara. Dalam rangka

pelayanan itu telah dibuat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan

Sosial beserta Undang-undang No. 11 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Diberikannya

kewajiban kepada pemerintah untuk memberikan pelayanan umum itu menyebabkan

pemerintah harus terlibat aktif dalam kehidupan masyarakat.11 Pemerintah seharusnya

melayani dan menyelesaikan setiap persoalan tersebut apalagi dengan munculnya hak untuk

mendapatkan sesuatu (the rights to receive) bagi warga negara, tidak perduli apakah

persoalan itu di tentukan atau tidak di dalam peraturan perundang-undangan. Diletakkannya

kewenangan diskresi kepada organ pemerintah dan keterlibatannya secara aktif dalam

kehidupan warga negara akan memungkinkan terlaksananya fungsi pelayanan yang tepat dan

cepat.

Salah satu definisi mengenai kebijakan publik diberikan oleh Thomas R. Dye yang

menyatakan “Kebijakan publik dikatakan sebagai apa yang tidak dilakukan maupun apa

yangdilakukan oleh pemerintah. Pokok kajian dari hal ini adalah negara.Pengertian

iniselanjutnya dikembangkan dan diperbaharui oleh para ilmuwan yangberkecimpung dalam

ilmu kebijakan publik.Definisi kebijakan publik menurutThomas R. Dye ini dapat

diklasifikasikan sebagai keputusan (decision making),dimana pemerintah mempunyai

wewenang untuk menggunakan keputusanotoritatif, termasuk keputusan untuk membiarkan

sesuatu terjadi, demi teratasinya suatu persoalan publik.” 12 Oleh karenanya, maka dari

pendapat Thomas R. Dye diatas semestinya Pemerintah Kota Salatiga mempunyai

kewenangan untuk mengeluarkan atau menerapkan kebijakan terhadap Penertiban tempat

hiburan Karaoke Keluarga atau karaoke steril dari peredaran minuman keras serta

11 G.H.Addink,et.al. (Eds), Sourcebook Human Right & Good Gavernance, Universiteit Utrecht,

Utrecht, 2010, hlm. 29.

12 F.A.M. Stroink, Pemahaman tentang Dekonsentrasi, diterjemahkan oleh Ateng Syafrudin, Refika

(13)

pengawasan lebih terhadap terjadinya kelalaian pelaku usaha terhadap keamanan serta

menjamin keselamatan para konsumen di Kota Salatiga.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian terhadap Penyelenggara usaha hiburan karaoke atau

Karaoke Keluarga di Kota Salatiga yang dituangkan ke dalam Skripsi dengan judul

“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA JASA

KARAOKE KELUARGA KOTA SALATIGA”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka penulis mencoba merumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan Layanan jasa karaoke keluarga yang di selenggarakan oleh

Pelaku usaha dalam menjamin asas keamanan dan keselamatan konsumen pengguna

jasa hiburan karaoke keluarga di Kota Salatiga?

2. Apa peranan Pemerintah Daerah selaku pembentuk kebijakan di Kota Salatiga terhadap

Penyelenggaraan usaha layanan jasa hiburan karaoke keluarga?

1.3 TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberi arah dalam langkah sesuai dengan maksud

penelitian. Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui upaya tanggung jawab Pelaku Usaha sebagai penyelenggara usaha

mengenai Tingkat Perlindungan, keamanan Lingkungan masyarakat, sekaligus dalam

hal melindungi Hak Konsumen sebagai pengguna Jasa Hiburan karaoke keluarga di

(14)

2. Untuk mengetahui Peran serta Pemerintah dalam pengawasan dan pembinaan terhadap

lingkungan Sosial yang berdasarkan pada penerapan kebijakan publik Penyelenggaraan

Usaha Pariwisata yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Salatiga dalam

menangani Berdirinya tempat hiburan karaoke keluarga Kota Salatiga.

3. Untuk mengetahui dampak buruk dari pelanggaran-pelanggaran yang terjadi oleh

keberadaan tempat Hiburan karaoke keluarga terhadap Lingkungan masyarakat di

Salatiga.

MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat teoritis

a. Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi bagi perkembangan ilmu hukum pada khususnya, maupun

masyarakat pada umumnya mengenai kebijakan pemerintah yang baik untuk

pelaku usaha dalam menjalankan bisnis karaoke, serta para masyarakat selaku

pengguna jasa karaoke.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk kegiatan penelitian

berikutnya yang sejenis.

2. Manfaat praktis

a. Menyebar luaskan informasi serta masukan tentang penerapan kebijakan yang

dilakukan oleh pemerintah terhadap Tempat hiburan Karaoke Keluarga.

b. Hasil penelitian ini dapat ditransformasikan kepada para pelaku usaha tempat

hiburan Karaoke Keluarga pada khususnya, serta bagi masyarakat luas pada

umumnya.

1.4 METODE PENELITIAN

(15)

Pendekatan yang Digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan Sosio

Legal, yakni analisis yang berusaha memberikan gambaran secara menyeluruh,

sistematis dan mendalam tentang suatu keadaan atau gejala penelitian.13 Penelitian ini

hanya bertujuan untuk menggambarkan tanggung jawab oleh pelaku usaha dalam

perlindungan hak-hak konsumen dan tindakan tegas terhadap penerapan kebijakan

yang diterapkan oleh Pemerintah Kota Salatiga yang mana dikaitkan dengan kelayakan

yang seharunya menjadi penyelenggaraan usaha pariwisata yang dimaksud yaitu

Tempat Hiburan Karaoke Keluarga.

2. Jenis Penelitian

Spesifisikasi penelitian menggunakan deskripsi-analitis, yaitu penelitian yang

menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dikaitkan dengan

teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif. Penelitian deskriptif adalah untuk

memberi suatu uraian yang deskriptif mengenai suatu objek. Tujuan utama dari

penelitian deskriptif ialah menggambarkan realitas sosial yang kompleks sedemikian

rupa, sehingga relevansi sosiologis antropologis tercapai.14

3. Sumber Data

Penelitian ini dilakukan terhadap Pelaku usaha sebagai penyelenggara usaha hiburan,

dan masyarakat selaku pengguna sekaligus pihak yang hidup berdekatan dengan

keberadaan Tempat Hiburan Karaoke Keluarga yang berada di Salatiga. Kemudian

untuk mendapatkan data yang objektif, maka dalam penelitian ini penulis

menggunakan:

a. Data Primer

13Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 1984, h.10

(16)

Merupakan data yang berasal dari sumber aslinya secara langsung yang akan

merespon atau memberi keterangan dalam penelitian. Adapun spesifikasinya adalah

sebagai berikut :

1) Pelaku Usaha tempat hiburan Familiy Karaoke.

2) Pengguna jasa hiburan Karaoke Keluarga.

3) Aparat Satuan Polisi Pamong Praja

4) Dinas Budaya dan Pariwisata (DISBUDPAR)

b. Data Sekunder

Data sekunder ini akan diperoleh dengan berpedoman pada literature-literatur

sehingga dinamakan penelitian kepustakaan. Data diperoleh melalui studi

kepustakaan dengan memperhatikan peraturan perundang – undangan yang ada

maupun melaui pendapat para sarjana atau ahli hukum. Penelitian Kepustakaan

adalah penelitian yang dilakukan dengan mempelajari bahan-bahan hukum yang

berkaitan dengan masalah yang akan diteliti untuk memperoleh data sekunder. Data

sekunder terbagi lagi atas 3 bagian yaitu :

I. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang mengikat atau yang

membuat orang taat pada hukum seperti peraturan perundang–undangan, dan

putusan hakim. Bahan hukum primer yang penulis gunakan di dalam penulisan

ini yakni : Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen, dan Peraturan daerah Kota Salatiga Nomor 1 Tahun 2015 Tentang

Penyelenggara Usaha Pariwisata.

II. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder itu diartikan sebagai bahan hukum yang tidak mengikat

(17)

pendapat atau pikiran para pakar atau ahli yang mempelajari suatu bidang tertentu

secara khusus yang akan memberikan petunjuk ke mana peneliti akan mengarah.

Yang dimaksud dengan bahan sekunder disini oleh penulis adalah doktrin–

doktrin yang ada di dalam buku, jurnal hukum dan Buku-buku yang tersedia

untuk menjadi bahan dalam penulisan.

III. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer

dan bahan hukum sekunder dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas

bahan hukum lainnya. Bahan hukum yang dipergunakan oleh penulis adalah

Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Lapangan :

- Wawancara

- Observasi

Studi Lapangan dimaksud untuk memperoleh keterangan, pendirian, pendapat,

secara lisan dari seseorang (yang lazim disebut dengan responden) dengan

berbicara langsung tatap muka (face to face) dengan orang tersebut.15 Wawancara

ini ditujukan kepada Pelaku usaha, Masyarakat selaku Konsumen, Pemerintah

yang berkaitan dengan kebijakan publik penyelenggaraan usaha pariwisata,

beserta Aparat Satuan polisi Pamong Praja selaku pengawas lingkungan

masyarakat.

b. Studi Kepustakaan

Terhadap data sekunder dikumpulkan dengan melakukan studi kepustakaan, yaitu

dengan mencari dan mengumpulkan serta mengkaji Peraturan Daerah Kota

15 Suyanto dan Sutinah, (Metode penelitian sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan), Penerbit Kencana

(18)

Salatiga dan mengkajinya beserta pedoman buku-buku lainnya yang menunjang

penelitian.

5. Unit Amatan

Peraturan-peraturan yang terkait dengan Tata Kelola Ruang Kota Salatiga,

seperti:

1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan Usaha

Pariwisata.

2) Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

3) Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 1 tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan

Usaha Pariwisata.

4) Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2010 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong

Praja.

6. Unit Analisis

Unit Analisis dalam penelitian ini yaitu tindakan yang dilakukan Pemerintah

Kota Salatiga dalam menangani Tindakan curang pelaku usaha penyedia layan

hiburan Karaoke Keluarga yang disalah gunakan, dan lalai dalam mengoprasikan

sistem keamanan, dan pengawasan terhadap keselamatan para konsumen, serta

Referensi

Dokumen terkait

Bentrok merupakan suatu tindakan yang bersifat negatif dalam hal kekerasan dilakukan secara serentak ,dapat merugikan orang lain yang terkait dalam suatu

Analisis data kecerdasan emosi pada siswa SMP Islam Sunan Gunung Jati Ngunut. Tulungagung dilaporkan pada

[r]

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang berjumlah 147.. siswa di MTsN pulosari Ngunut Tulungagung yang terdiri dari

Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak pidana Membujuk Anak Melakukan Persetubuhan dalam Putusan Nomor 57/ PID.SUS/ 2015/ PN.Sdn

kedatangan pasukan bola sepak Chelsea menjadi isu apabila terdapat warga Israel dalam pasukan tersebut.. Avram Grant

menyerah segala yg berkaitan dgn bola jaring kpd sk bukit balai.sk bukit balai bercadang utk menghantar dua pasukan iaitu johan tahun lepas sk lenggong dan yg kedua akan

berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel 4.4 Menggunakan konsep perbandingan untuk menyelesaikan masalah nyata. dengan menggunakan tabel