• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN KAWASAN TANPA ROKOK BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 4 TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN KAWASAN TANPA ROKOK BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 4 TAHUN 2014"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN KAWASAN TANPA ROKOK BERDASARKA PERATURAN DAERAH KOTA METRO

NOMOR 4 TAHUN 2014

(Jurnal)

Oleh

Ade Retsy Ambar Wati 1312011008

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

Judul Skripsi :PENERAPAN KAWASAN TANPA ROKOK BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 4 TAHUN 2014 Nama Mahasiswa : Ade Retsy Ambar Wati

No. Pokok Mahasiswa : 1312011008

Bagian : Hukum Administrasi Negara

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Syamsir Syamsu, S.H., M.H Ati Yuniati, S.H., M.H. NIP. 19610805 198903 1 005 NIP

2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

(3)

ABSTRAK

PENERAPAN KAWASAN TANPA ROKOK BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 4 TAHUN 2014

Oleh

Ade Retsy Ambar Wati, Syamsir Syamsu, S.H., M.H,Ati Yuniati , S.H., M.H. Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145 e-mail: adeeretsy@yahoo.com

Penerapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya untuk melindungi dan menjamin hak setiap orang untuk menghirup udara bersih tanpa adanya asap rokok. Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok yang mengatur tentang kawasan atau ruangan dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok. Tempat sarana kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat kegiatan anak-anak, tempat ibadah, angkutan umum,dan tempat kerja, tempat umum, tempat sarana olah raga, dan tempat lainnya yang ditetapkan merupakan kawasan yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok. Dari kesembilan klasifikasi tempat tersebut, Kantor Dinas kesehatan Kota Metro, Kantor Dinas Tata Kota dan Lingkungan Hidup Kota Metro, RSUD Jend. Ahmad Yani kota metro, dan Masjid Taqwa kota metro, dipilih sebagai tempat penelitian yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok. Namun penerapan di kawasan RSUD Jend. Ahmad Yani Kota Metro masih belum berjalan dengan efektif karena masih banyak pelanggaran yang terjadi.

Permasalahan dalam penelitian adalah Bagaimanakah penerapan Kawasan Tanpa Rokok berdasarkan Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014? Apakah faktor penghambat penerapan dari Kawasan Tanpa Rokok berdasarkan Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014? Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis empiris untuk memperoleh data primer dan data sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan Kawasan tanpa Rokok berdasarkan Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok khususnya di Kantor Dinas Kesehatan Kota Metro dan Dinas Tata Kota dan Lingkungan Hidup serta masjid Taqwa kota metro sudah berjalan baik, dengan cara memasang stiker-stiker tentang Kawasan Tanpa Rokok disejumlah titik di lingkungan tersebut . Faktor-faktor penghambat dalam Penerapan Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok ialah belum efektif sosialisasi yang dilakukan oleh pihak pengawas yaitu walikota Metro,Sekretaris Daerah kota Metro,Kepala dinas Kesehatan kota metro serta anggota-anggota tim pengawas KTR, Rendahnya nya kesadaran dari masyarakat untuk memahami kawasan tanpa rokok.

(4)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF METRO CITY REGULATION NO 4 YEAR 2014 ABOUT NO SMOKING AREA

By

Ade Retsy Ambar Wati, Syamsir Syamsu, S.H., M.H,Ati Yuniati , S.H., M.H. Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145 e-mail: adeeretsy@yahoo.com

Implementation of without smoke is an attempt to protecting and secure the right of everybody to inhale clean air without the cigarette smoke. Metro city regulation No. 4 year 2014 about no smoking area which regulates a room or area that declared is prohibited for smoking activities. Health department city metro, Town planning department and environment, And Local Hospitals Jend. Ahmad Yani, are the areas which have been designated as a No Smoking Area.

The problems of this research is how is the implementation of Metro city Regulation No. 4 year 2014 about no smoking area and what are the factors which as an obstacle in the implementation of Metro city Regulation No. 4 year 2014 about no smoking area. Research approach used in this study is empirical juridical to obtain primary and secondary data.

The result of this research shows that the implementation of Metro city Regulation No. 4 year 2014 about no smoking area has run well, particularly in the Health department city metro, and, Town planning department and environment, but the implementation in Local Hospitals Jend. Ahmad Yani is still not run effectively because there are many violations. The obstacle factor in the implementation of Palembang city Regulation No. 4 year 2014 about no smoking area is the socialization lack did by No Smoking Area supervisory enforcement, His lack of awareness to understand the area without cigarettes, internal supervisor and law enforcement officer are less in applying asanctions to violators.

Through This Implementation, the socialization activities expected could be improved, in order to people could aware and support the implementation of no smoking area serta Adversary space specifically for smokers in the area without cigarette smoke.

(5)

I PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan dengan upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan nasional merupakan usaha meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkesinambungan. Upaya besar bangsa Indonesia dalam meluruskan kembali arah pembangunan nasional yang telah dilakukan menuntut reformasi total kebijakan pembangunan di segala bidang. Pembangunan pada hakekatnya adalah perubahan yang secara terus-menerus yang merupakan kemajuan dan perbaikan menuju ke arah tujuan yang ingin dicapai.

Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dengan perilaku hidup sehat.

Seperti yang kita ketahui, rokok merupakan salah satu yang membuat lingkungan sekitar kita menjadi tidak sehat, karena asap yang dihasilkannya mengandung banyak zat berbahaya yang dapat mengakibatkan tercemarnya lingkungan serta mengganggu kesehatan penikmatnya maupun orang disekitarnya. Sebagian besar orang bisa meninggal dikarenakan mengonsumsi rokok dengan berlebih. Awalnya memang tidak terasa sakit, tetapi semakin lama seseorang mengonsumsi rokok, maka akan banyak timbul berbagai penyakit dalam tubuhnya.

Rokok merupakan salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap asapnya termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana rustica, nicotiana tabacumdan spesies lainnya yang asapnya

mengandung nikotin dan tar dengan atau bahan tambahan.

Dampak asap rokok sudah menjadi isu penting dalam beberapa tahun terakhir. Banyak penelitian mempublikasikan bahaya asap rokok bagi si perokok maupun bagi orang yang berada disekitarnya. Kebiasaan merokok merupakan perilaku yang sulit untuk diubah karena efek kecanduan yang ditimbulkan dari nikotin, namun disadari untuk dapat mengurangi dampak negatifnya terutama terhadap lingkungan, demi kesehatan masyarakat, harus ada kebijakan efektif yang diambil, salah satunya dengan penerapan kawasan tanpa rokok. Sanksi yang dijatuhkan terhadap pelanggaran kawasan tanpa rokok yaitu sanksi administratif seperti teguran dan denda administrasi.

Beberapa daerah di Indonesia telah menetapkan Kawasan Tanpa Rokok, seperti Jakarta, Bogor, Palembang, Yogyakarta, dan Padang Panjang. Perguruan tinggi yang telah menetapkan kawasan tanpa rokok adalah Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Universitas Airlangga. Dalam lingkungan perguruan tinggi, fenomena yang tampak dari mahasiswa adalah kecenderungan untuk berperilaku merokok di daerah umum pada area kampus. Mahasiswa tersebut cenderung berkumpul dengan teman-temannya saat merokok pada saat jam kosong kuliah dan setelah makan. Adanya fenomena perilaku kolektif dari perilaku merokoknya. Apabila dalam kelompok tersebut satu mahasiswa merokok maka mahasiswa yang lain akan merokok pula begitu juga dengan para pegawai dan dosen yang merokok di wilayah kampus. Padahal dengan kondisi tersebut sangat mengganggu orang lain yang bukan perokok.

(6)

dalam kehidupannya. Asap rokok sangat merugikan kesehatan perokok pasif seperti menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker paru-paru, penyakit jantung, asma, dan juga akan mengganggu masyarakat lainnya yang ingin menjalani kehidupan dengan pola hidup sehat. Seharusnya kebebasan kita akan sesuatu hal dibatasi dengan kebebasan orang lain. Untuk mengatasi permasalahan bahaya rokok bagi masyarakat tidak hanya menjadi tugas dinas kesehatan saja tetapi juga memerlukan campur tangan dari lembaga pendidikan, penegak hukum, LSM dan kelompok kepentingan lainnya. Semua itu semua masih belum cukup masih butuh ahli kebijakan publik.

Lebih dari 4000 bahan kimia telah di identifikasi dalam asap tembakau, banyak diantaranya beracun, beberapa bersifat radioaktif dan lebih dari 40 diketahui dapat menyebabkan kanker. Bahan-bahan kimia ini terutama terdapat di dalam tar yaitu cairan cokelat lengket yang terkondensasi dari asap tembakau. Tembakau banyak menghasilkan bahan kimia yang suhunya tinggi (sampai 900oC) yang ditimbulkan dari ujung rokok yang menyala ketika dihisap oleh perokok.

Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok Kota Metro merupakan amanah Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Institusi yang telah menerapkan Kawasan Tanpa Rokok umumnya adalah tempat sarana kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, toko obat atau apotek, laboraturium dan tempat kesehatan lainnya, tempat proses belajar mengajar seperti sekolah, perguruan tinggi, dan tempat pendidikan lainnya, tempat ibadah seperti masjid, gereja, pura dan tempat ibadah lainnya, beberapa tempat kerja seperti perkantoran pemerintah dan perkantoran swasta serta tempat umum seperti pusat perbelanjaan. Disusunnya kebijakan tersebut menunjukkan komitmen kuat Pemerintah Daerah dalam melindungi masyarakatnya dari bahaya rokok.

Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat namun jika harus memperhatikan kesejahteraan para buruh pabrik rokok dan petani tambakau. Oleh karena itu sebagai jalan keluar maka pada tahun 2014 Pemerintah Kota Metro telah mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Peraturan Daerah ini tidak bermaksud melarang orang untuk merokok, hanya saja mengatur supaya orang tidak merokok di sembarangan tempat. Apabila berada ditempat umum atau tempat kerja yang termasuk kawasan tanpa rokok, maka seseorang dapat merokok asalkan di tempat khusus merokok yang telah disediakan. Penyediaan tempat khusus merokok wajib dilakukan oleh pimpinan atau penanggung jawab kawasan tersebut.

Berdasarkan hal ini kemudian penulis tertarik untuk melakukan penelitian skripsi dengan judul “PENERAPAN

KAWASAN TANPA ROKOK

BERDASARKAN PERATURAN

DAERAH KOTA METRO NOMOR 4 TAHUN 2014”.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka beberapa pokok permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimanakah penerapan Kawasan Tanpa Rokok berdasarkan Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014?

b. Apakah faktor penghambat penerapan dari Kawasan Tanpa Rokok berdasarkan Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014?

(7)

melakukan sesuatu dengan teratur (sistematis). Metodelogi penelitian artinya ilmu tentang cara melakukan penelitian dengan teratur. Metodelogi penelitian hukum artinya ilmu tentang cara melakukan penelitian hukum dengan teratur (sitematis).

2.1 Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data Primer adalah data yang diperoleh dari studi lapangan yaitu hasil wawancara dengan responden. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka terhadap bahan-bahan hukum.

2.2. Metode Pengumpulan

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui:

a. Studi Kepustakaan

Dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan melakukan kegiatan membaca, mencatat, mengutip, dan menelaah hal-hal yang berkaitan dengan Penelitian ini.

b. Studi Lapangan

Dilakukan untuk memperoleh data primer yang dilakukan dengan metode wawancara yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada narasumber

2.3 Metode Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, baik data primer maupun data sekunder dilakukan pengolahan data dengan cara:

a. Seleksi Data

Seleksi data merupakan proses pemilihan data, pemusatan perhatian pada penyederhanaan data, pengabstrakan data, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

b. Pemeriksaan Data

Pemeriksaan data yang sudah terkumpul, yang meliputi kelengkapan isian, keterbacaan

tulisan, kejelasan jawaban, relevansi jawaban, keseragaman satuan data yang digunakan, dan sebagainya.

c. Klasifikasi Data

Klasifikasi data merupakan usaha menggolongkan, mengelompokkan, dan memilah data berdasarkan pada klasifikasi tertentu yang telah dibuat dan ditentukan oleh peneliti. d. Penyusunan Data

Penyusunan data merupakan proses pengumpulan data dan merekap data. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian

2.4. Analisis Data

Proses analisis data adalah merupakan usaha untuk menjawab atas pertanyaan perihal rumusan dan hal-hal yang diperoleh dari suatu penelitian pendahuluan. Dalam proses analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif yakni rangkaian data yang telah disusun secara sistematik menurut klasifikasinya dengan memberi arti terhadap data tersebut menurut kenyataan yang diperoleh dilapangan dan disusun dalam uraian kalimat-kalimat sehingga menjadi benar-benar merupakan jawaban dari permasalahan yang ada. Kemudian disusun suatu kesimpulan atas dasar jawaban dari hasil penelitian tersebut dan selanjutnya disusun saran-saran dari peneliti untuk perbaikan atas permasalahan yang dihadapi.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Penerapan Kawasan Tanpa Rokok 1. Di Dinas Kesehatan kota Metro

(8)

diberlakukan di kota Metro 2 tahun. Pengawasan terhadap penerapan Peraturan Daerah Kota Metro tentang Kawasan tanpa Rokok di Delegasikan oleh Walikota Metro Kepada Dinas Kesehatan dan Polisi Pamong Praja (SatPol PP) melalui Keputusan Walikota Metro Nomor: /KPTS/d2/2015 Tentang Tim Penegak Peraturan daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Sehubungan dengan dikeluarkannya Peraturan daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok, salah satu kawasan yang diwajibkan untuk menerapkan Kawasan Tanpa Rokok Yaitu Tempat Kerja dan sarana Kesehatan dan Dinas Kesehatan Kota Metro Sebagai Pelaksana dalam penerapan Peraturan daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok sudah menerapkan di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Metro.

Berdasarkan hasil wawancara dengan seksi pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa di Dinas Kesehatan Kota Metro, Ibu Diah Kusumaningrum, S.KM pada Dinas Kesehatan Kota Metro Sudah Menerapkan Kawasan Tanpa Rokok sejak dikeluarkannya Peraturan daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok. Menurut beliau, upaya serta mekanisme sosialisasi dan penyampaian informasi yang dilakukan dalam menerapkan Kawasan Tanpa Rokok dilingkungan Dinas Kesehatan kota Metro yaitu dengan Memasang Banner dan Plang maupun stiker-stiker yang bertuliskan tentang Kawasan Tanpa Rokok di sejumlah tempat-tempat seperti Pintu gerbang utama Dinas Kesehatan Kota metro, taman, tempat parkir, lobby, ruang kerja, ruang rapat, masjid/musholla, kantin, serta tempat-tempat yang mudah dibaca oleh pegawai ataupun tamu yang datang ke Dinas Kesehatan kota Metro.

Selama diberlakukannya Kawasan tanpa Rokok di Dinas Kesehatan Kota Metro, menurut Ibu Diah Diah Kusumaningrum, S.KM respon dari para pegawai di Dinas Kesehatan Kota Metro yaitu setuju, karena banyak yang menyadari bahwa merokok sangat berbahaya bagi kesehatan dan dengan adanya Kawasan tanpa rokok akan menciptakan kawasan yang bersih dan bebas dari asap rokok serta dapat melindungi kesehatan bagi masyarakat yang tidak merokok.

Menurut Ibu Diah Kusumaningrum, S.KM seksi pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa pada Dinas Kesehatan Kota Metro, didapatkan informasi bahwa pada pertengahan Tahun 2017 akan diadakan pembinaan kawasan tanpa rokok ke 18 tempat umum di Kota Metro, dibantu dengan Pemerintah Kota, Satpol PP, kepolisian, serta Kecamatan.

2.Di Dinas Tata Kota dan Lingkungan Hidup

Dinas Tata Kota dan Lingkungan Hidup Kota Metro dibentuk melalui Peraturan Daerah. Dinas Tata Kota dan Lingkungan Hidup Kota Metro mempunyai tugas pokok sebagai berikut :

“Melaksanakan sebagian kewenangan daerah bidang pekerjaan umum, tata ruang, lingkungan hidup, kebersihan dan pertamanan”.

Dari tugas pokoknya tersebutlah Dinas Tata Kota dan lingkungan Hidup Wajib membantu menciptakan Lingkungan yang bersih baik dari sampah, bangunan kumuh sampai udara yang diakibtakan pencemaran oleh asam rokok.

(9)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Aziz Mabrur, S.Sos Kasubag umum dan kepegawaian di Dinas Tata Kota dan Lingkungan Hidup Kota Metro, bahwasannya di kantor nya tersebut sudah menerapkan Kawasan Bebas Tanpa Rokok, penerapan itu berlangsung sudah sekitar 2 tahun sejak diberlakukannya Peraturan daerah Kota metro No 4 Tahun 2014 Tersebut. Selama penerapannya tidak ada kendala, penyampaian informasi atau petunjuk kawasan tidak boleh merokok di kawasan dinas tata Kota dan Lingkungan Hidup yaitu dengan Memasang Banner dan Plang maupun stiker-stiker yang bertuliskan tentang Kawasan Tanpa Rokok di sejumlah tempat-tempat seperti Pintu gerbang utama Dinas Kesehatan Kota metro, taman, tempat parkir, lobby, ruang kerja, ruang rapat, masjid/musholla, kantin, serta tempat-tempat yang mudah dibaca oleh pegawai ataupun tamu yang datang ke Dinas Tata Kota dan Lingkungan Hidup Kota Metro. Namun menurutnya, ada beberapa pegawai yang sudah ketergantungan rokok, sehingga sulit untuk mentaati larangan merokok di lingkungan kantor, sehingga untuk pegawai tersebut disediakan ruang kerja khusus bagi pegawai-pegawai yang merokok, atau bisa dibilang bagi yang perkok dijadikan satu ruanagn, namun jumlah nya tidak banyak hanya 2-3 orang saja.

Menurut Bapak Aziz Mabrur, S.Sos, bahwasannya selama ini belum pernah melakukan sosialisasi terkait Peraturan daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok, menurutnya langsung pada penilaian ke kantor-kantor atau sidak yang dilakukan oleh Dinas Tata Kota dan Lingkungan Hidup Kota Metro.

3. Di Rumah Sakit Umum Daerah Ahmad Yani Kota Metro

Karena RSUD Jend A. Yani merupakan Tempat pelayanan kesehatan, yaitu tempat tertutup yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan, maka

Kawasan tersebut harus menerapkan Peraturan daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok. RSUD Jend A. Yani telah menerapkan Kawasan Tanpa Rokok sejak adanya pemberitahuan tentang dikeluarkannya Peraturan daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Sri wahyuningsih kasubbag kepegawaian di RSUD Jend A. Yani kota Metro, selama penerapan Peraturan daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok yang sudah berjalan selama dua tahunan sudah diwujudkan dengan pemberian informasi kepada masyarakat lingkungan RSUD Jend A. Yani, dengan cara Memasang Banner dan Plang maupun stiker-stiker yang bertuliskan tentang Kawasan Tanpa Rokok di sejumlah tempat-tempat seperti Pintu gerbang utama RSUD Jend. Ahmad Yani Kota Metro, taman, tempat parkir, lobby, ruang kerja, ruang rapat, masjid/musholla, kantin, ruang inap, serta tempat-tempat yang mudah dibaca oleh pegawai ataupun pendatang yang datang ke RSUD Jend. Ahmad Yani Kota Metro.

Menurut Ibu Sri wahyuningsih kasubbag kepegawaian di RSUD Jend A. Yani kota Metro, pihak RSUD Jend A. Yani kota Metro sudah pernah melakukan sosialisasi kepada pegawai-pegawai dilingkungan Rumah Sakit seperti Cleaning Service, Tukang Parkir,dll. Serta, sosialisasi dan berkoordinasi dengan Kasi-kasi dan dengan Dinas Kesehatan Kota Metro.

(10)

disampaikan oleh masyarakat yang tidak merokok, namun ada juga masyrakat yang perokok tetpi mendukung dengan kebijakan tersebut, dan respon tidak setuju, respon ini disampaikan oleh masyarakat perokok karena mereka berpendapat bahwa dengan kawasan tanpa rokok maka kebebasan merokok mereka dibatasi dan ada juga yang berpendapat bahwa membatasi merokok sama saja mengambil hak asasi bagi perokok.

Menurut Ibu Sri wahyuningsih, pelanggaran yang sering terjadi menurutnya adalah hal yang wajar saja, karena memberhentikan seseorang untuk merokok sangat sulit, namun ini tetap mendukung penerapan Peraturan daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok apalagi di lingkungan Rumah sakit yang seyogyanya merupakan Fasilitas Umum Kesehatan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Hartono yang merupakan perokok di kawasan Tanpa Rokok di RSUD A Yani Kota Metro, menurutnya penerapan kawasan tanpa rokok di RSUD A Yani kurang efektif, masih banyak yang melnggar dan tidak mendaptkan sanki dari pihak rumah sakitnya sehingga masih banyak yang merokok di kawasan rumah sakit rumah sakit, yang merupakan salah satu kawasan Tanpa Asap Rokok.

4. Di Masjid Taqwa Kota Metro Masjid Taqwa metro sudah berdiri sejak 21 Juli 1967 dibangun secara swadaya oleh masyarakat islam (kabupaten) Lampung Tengah, dan diresmikan oleh Menteri Agama Republik Indonesia, KH A Dahlan pada 23 Mei 1969. Sejak dibangun masjid ini sudah beberapa kali di renovasi namun tetap mempertahankan bentuk awalnya. Tanggal 27 Januari 2004, H.A Sajoeti selaku Ketua Yayasan Dakwah dan Pemeliharaan Masjid Taqwa Metro, H A Sajoeti menyerahkan pemeliharaan Masjid Taqwa kepada Pemerintah Kota Metro.

Sehubungan dengan dikeluarkannya Peraturan daerah kota Metro Nomor 4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok yaitu tempat ibadah dan masjid Taqwa Kota Metro merupakan masjid yang sudah menerapkan Peraturan Daerah Tersebut.

Masjid Taqwa Kota metro telah menerapkan Peraturan Daerah tersebut sejak diberitahukan telah diberlakukannya Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok. Upaya serta mekanisme sosialisasi penyampaian baik pesan maupun informasi yang dilakukan pengurus serta pengelola Masjid Taqwa Kota Metro dalam menerapkan kawasan tanpa rokok dilingkungan masjid yaitu dengan memasang stiker-stiker tentang Kawasan Tanpa Rokok disejumlah titik di lingkungan masjid Taqwa kota metro seperti di pintu masuk utama jemaah laki-laki dan jemaah wanita, tempat wudhu, ruang shalat, halaman parkir, taman,serta tempat-tempat yang mudah dibaca.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus Masjid Taqwa Kota Metro , Bapak Aji dalam penerapnnya pihak masjid tidak sama sekali menyediakan kawasan khusus atau asbak rokok bagi perokok, dan telah melarang pengunjung merokok di lingkungan masjid yang di sampaikan baik lisan maupun tulisan, adapun tulisan-tulisan dilarang nya merokok telah di letakan di tempat-tempat yang mudah dibaca bagi pengunjung.

(11)

4.2 Faktor-faktor Penghambat dalam Penerapan Peraturan daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Sejak dikeluarkannya Peraturan daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok, sejumlah kawasan yang diharuskan menerapkan Kawasan Tanpa Rokok telah melaksanakan ketentuan dan peraturan daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok tersebut. Seperti halnya di Dinas Kesehatan Kota Metro, Dinas Tata Kota dan Lingkungan Hidup Kota Metro serta RSUD Jend A. Yani kota Metro. Ketiga kawasan tersebut sudah menerapkan ketentuan dan peraturan dari penerapan Peraturan daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok. Namun, tidak dipungkiri bahwa masih saja ditemukan masyarakat yang tetap merokok di kawasan tersebut walaupun sudah ada informasi berupa banner, plang maupun stiker-stiker tentang Larangan merokok di kawasan tersebut.

Faktor penghambat dalam Penerapan Kawasan Tanpa Rokok Berdasarkan Peraturan Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014, di Dinas Kesehatan Kota Metro, faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu : 1)Rendahnya kesadaran masyarakat

Masyarakat yang mengkonsumsi Rokok hanya memikirkan diri sendiri tanpa menghiraukan disekelilingnya, padahal apabila perokok tersebut peduli akan lingkungan maka akan berdampak yang positif, bukan hanya dirinya sendiri yang merasakan tetapi bagi orang lain maupun lingkungan

2)Rendahnya menciptakan udara bersih Kurangnya kesadaran masyarakat akan menciptakan udara yang bersih, apabila perokok tersebut tidak merokok di lingkungan umum, yang udara nya dihirup oleh orang banyak, maka hal tersebut akan mengurangi penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh asap rokok yang perokok sebarkan. Dengan kata lain, perokok

tersebut telah merenggut hak orang lain untuk menghirup udara yang bersih.

3)Kurangnya Sosialisasi

Pihak yang bertanggung jawab dalam hal pengawasan, masih kurang mensosialisasikan peraturan Daerah kawasan tanpa rokok dan kurang melakukan pengawsan langsung ke lapangan, sehingga masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui tentang peraturan daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok tersebut

4)Rendahnya Peran Serta Masyarakat Akibat Kurangnya sosialisasi tentang peraturan daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok, sehingga berdampak pada kurangnya peran serta masyarkat dalam mewujudkan peraturan daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Adapun Sanksi Administratif Perorangan ataupun Badan, serta Sanksi Bagi Aparat, ini tercantum pada Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok yaitu:

Pasal 24:

“ Setiap orang yang melnggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2), pasal 9 ayat (2), pasal 10 ayat (2), pasal 11 ayat (2), pasal 12 ayat (2), pasal 13 ayat (2) dikenakan denda administrasi paling banyak sebesar Rp.150.000,- (seratus limapuluh ribu rupiah).

Pasal 25 ayat 1:

“Setiap pimpinan badan yang tidak

memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 8 ayat (2), Pasal 9 ayat (2), Pasal 10 ayat

(2), Pasal 11 ayat (2), Pasal L2 ayat (2), Pasal 13 ayat (2') dikenakan sanksi admirristrasi dengan tata cara sebagai berikut:

a. teguran tertulis pertama;

(12)

pertama tidak ditanggapi, diberikan teguran tertulis kedua;

c. apabila dalam waktu 3 (tiga) hari sejak diterimanya teguran tertulis kedua tidak ditanggapi, diberikan teguran tertulis ketiga;

d. dalam waktu 3 (tiga) hari sejak diterimanya teguran tertulis ketiga tidak juga ditanggapi, pimpinan badan dikenakan denda administrasi dan atau penyegelan.

e. denda adminiskasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dikenakan denda paling banyak sebesar Rp. 1.000.000, - (satu juta rupiah).

Pasal 25 ayat 2:

“Setiap pimpinan badan yang telah melakukan pelanggaran sebarryak 3 (tiga) kali berturut-turut, dikenakan sanksi administrasi berupa pencabutan izin tempat usaha dan penutupan tempat usatranya. Pasal 26:

Aparat yang berwenang yang tidak mengawasi Kawasan Tanpa Rokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (21) dapat dikenakan sanksi administrasi kepegawaian sesuai ketentuan peraturan Perundang-undangan.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukan pada pembahasan sebelumnya, maka kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1)Peraturan Daerah Kota Metro No 4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok di kawasan Dinas Kesehatan Kota Metro, Dinas Tata Kota dan Lingkungan Hidup, dan RSUD Jend. Ahmad Yani Kota Metro telah diterapkan oleh pemilik, pengelola, manajer, pimpinan dan pihak yang bertanggung jawab dari masing-masing kawasan. Penerapan di Dinas Kesehatan Kota Metro dan Dinas Tata Kota dan Lingkungan Hidup sudah berjalan cukup baik karena di

masing-masing Instansi tersebuh menyediakan Ruangan Khusus bagi perokok.

Sedangkan untuk penerapan di RSUD Jend. Ahmad Yani Kota Metro sampai saat ini masih belum bias berjalan dengan optimal karena mayoritas pengujung pasien adalah perokok dan sulit untuk memahami bahwasannya kawasan Rumah sakit adalah kawasan Tanpa Rokok. Oleh karena itu untuk tingkat pelanggaran di lingkungan sekitar Rumah sakit seperti loby, parkiran,kantin,koridor masih sangat tinggi.

2)Faktor-faktor penghambat dalam Penerapan Peraturan Daerah Kota Metro No 4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok di kawasan Dinas Kesehatan Kota Metro, Dinas Tata Kota dan Lingkungan Hidup, dan RSUD Jend. Ahmad Yani Kota Metro antara lain masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang bahaya rokok bagi kesehatan, masih kurangnya sosialisasi mengenai Peraturan Daerah Kota Metro No 4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok yang dilakukan oleh pihak yang bertanggung jawab, dan kurangnya sosialisasi penyampaian informasi dari pengawas internal. Peraturan Daerah Kota Metro No 4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok selain itu para petugas atau aparat penegak hukum kurang mampu menerapkan sanksi yang berlaku secara tegas kepada pemilik, pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab Kawasan Tanpa Rokok yang melakukan pelanggaran.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan-kesimpulan yang telah diuraikan diatas, terdapat saran yang diajkuan penulis sebagai bahan masukan, adalah sebagai berikut:

(13)

mempublikasikan hasil kegiatan yang telah dilakukan kepada masyarakat agar masyarakat lebih banyak mengetahui serta mendukung pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Metro No 4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok

2) Sebaiknya disediakan tempat khusus merokok di masing-masing kawasan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Metro No 4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok, sehingga perokok tidak akan merokok di sekitar kawasan yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok jadi dengan demikian untuk masyarakat yang tidak merokok tetap dapat menikmati hak nya untuk menghirup udara yang bersih.

DAFTAR PUSTAKA Akib, Muhammad. 2011. Penegakan Hukum Lingkungan Dalam Perspektif Holistik- Ekologis. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Ali, Zainudin. 2011. Metode Penelitian Hukum. Jakarta:Sinar Grafika.

Amiruddin dan H. Zainal Asikin. 2012. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Cet-6. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Aulia LE, 2010, Stop Merokok, Yogyakarta: Garai ilmu.

Ariyadin. 2011. Rokok Anda: Relakah Mati demi Sebatang Rokok?. Yogyakarta: Manyar Media.

Handayaningrat. 1996. Pengantar Studi Ilmu Administrasi Negara. Jakarta: Gunung Agung.

HR, Ridwan. 2002. Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta: UII Press Indonesia.

Jaya M. 2009. Pembunuh Berbahaya itu Bernama Rokok. Sleman: Rizma.

Komalasari D. 2008. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok pada Remaja. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.

Mu’tadin Z. 2010. Remaja dan Rokok. Yogyakarta: Garai ilmu.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Nugraha, dkk. 2003. Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Soekanto, Soerdjono. 1981. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.

Soekanto, Soerdjono dan Sri Mamudji. 2003. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Soerodjo, Widyastuti. 2011. Pedoman Pelatihan Pengawasan Penegakan Hukum Kawasan Tanpa Rokok. Jakarta: TCSC-IAKMI.

Sofianto, Hufron. 2010. Mengenal Bahaya Rokok Bagi Kesehatan. Bogor: Horizon.

Sulistyowati, Lily S. 2011. Prototype Kawasan Tanpa Rokok. Jakarta: Kemenkes RI.

Syukur, Abdullah. 1987. Kumpulan Makalah “ Study Implementasi Latar Belakang Konsep Pendekatan dan Relevansinya dalam Pembangunan’. Ujung pandang: Persadi.

Trim, Bambang. 2006. Merokok Itu Konyol. Jakarta: Ganeca Exact.

Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

(14)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No 188/Menkes/PB/I/2011 Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan.

Peraturan Gubernur Lampung Nomor 2 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

http://www.dosenpendidikan.com/7- pengertian-implementasi-menurut-para-ahli-lengkap.

http://rimalrimaru.com/pengertian-pelaksanaan.

http://nefosnews.com/2014/01/jumlah- perokok-di-Indonesia-tertinggi-kedua-di-dunia.html.

Asep Haryono. 2014, Wacanakan Perda Kawasan Tanpa Rokok, http://www.pontianakpost.com/prokalbar/s ambas/wacanakan-perda-kawasan-tanpa rokok.html.

TCSC. 2012, Kawasan Tanpa Rokok dan Implementasinya,http://tcscindonesia.org/2

Referensi

Dokumen terkait

Komputer juga digunakan untuk melakukan pemantauan atau mendeteksi bencana, komputer ini dilengkapi dengan inawear (aplikasi website ) sehingga terhubung dengan

Makna gaya mengajar di atas dapat di interpretasikan bahwa yang terkait dengan kurikuler, gaya mengajar guru menuntut adanya perbedaan tujuan dan sifat antara

Tidak ada jawaban yang dianggap salah, semua jawaban yang Anda berikan adalah benar, sehingga Anda tidak perlu ragu untuk menjawab yang pali ng sesuai dengan

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH ( L P P D ) KOTA SEMARANG TAHUN

Nilai respons seleksi (response of selection) pada F- 1, terlihat adanya peningkatan panjang cangkang 2,68 cm (49%), lebar cangkang 1,65 (50%), dan bobot badan yang

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Penerima Bantuan Program Pendidikan

I’d been fucking her for months with this borrowed thing in my chest, but when she said ouch, I wanted to more than fuck her.. I wanted to tear

Menurut Sandjaja (2009), cara mengatasi bahan baku produk selai yaitu dengan cara mengemas produk tersebut ke dalam botol ataupun toples dan menutupnya rapat