i SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh :
Mila Octafia
NIM. 6661130207
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
ABSTRAK
Mila Octafia. NIM. 6661130207. Skripsi. 2017. Peran Pusat Pengendalian Operasi (PUSDALOPS) BPBD Kota Cilegon dalam Pelayanan Penanggulangan Bencana di Kota Cilegon. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I: Riny Handayani, M.Si, Dosen Pembimbing II: Anis Fuadi, M.Si.
Permasalahan dalam penelitian ini diantaranya sistem informasi yang dikelola
Pusdalops BPBD Kota Cilegon tidak update serta terbatasnya sarana dan
prasarana yang dimiliki Pusdalops BPBD Kota Cilegon dalam menunjang kelancaran kegiatan pengelolaan informasi kebencanaan. Fokus dalam penelitian ini adalah peran Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kota Cilegon dalam pelayanan penanggulangan bencana di Kota Cilegon. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui gambaran tentang peran Pusdalops BPBD Kota Cilegon. Teori yang digunakan yaitu teori peran menurut Biddle & Thomas dalam Sarwono (2006:216) yang meliputi: harapan, norma, wujud perilaku, dan penilaian & sanksi. Metode yang digunakan yaitu kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Informan dalam penelitian ini yaitu instansi terkait kebencanaan, masyarakat, industri, Untirta, Manajer Pusdalops dan staf operator Pudalops BPBD Kota Cilegon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pusdalops BPBD Kota Cilegon belum memainkan perannya dengan optimal karena harapan-harapan masyarakat belum terpenuhi diantaranya penambahan personil, peralatan dan penggabungan lokasi Rupusdalops, Posko dan Kantor BPBD Kota Cilegon. Selain itu, ditemukan peralatan-peralatan yang rusak seperti sirine dan siaran video digital yang berfungsi untuk mendiseminasikan peringatan dini kepada pejabat berwenang dan masyarakat. Saran dalam penelitian ini yaitu penggabungan tiga kantor dalam satu lokasi serta adanya anggaran untuk melakukan perawatan rutin peralatan-peralatan Pusdalops BPBD Kota Cilegon.
ABSTRACT
Mila octafia. NIM. 6661130207. Paper Research. 2017. Role of Peran Pusat Pengendalian Operasi (PUSDALOPS) BPBD Cilegon in Disaster Management Service in Cilegon. Department of Public Administration. Faculty of Social and Political Sciences. Sultan of Ageng Tirtayasa University. Advistor I: Riny Handayani, M.Si, Advistor II: Anis Fuadi, M.Si.
Problems of this research include information systems which managed by Pusdalops BPBD Cilegon not updated and limited facilities and infrastructure which owned by Pusdalops BPBD Cilegon in supporting the smoothness of disaster information management activities. The focus of this research is the role
of Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Cilegon in disaster
management service in Cilegon. The purpose of this research is to know the description about the role of Pusdalops BPBD Cilegon. The theory used is the role theory according to Biddle & Thomas in Sarwono (2006: 216) which includes: expectation, norm, performance, and evaluation & sanction. The method used is qualitative. Data collection techniques used were observation, interview and documentation. Informants of this research are agencies related of disaster, society, industry, Untirta, Pusdalops Manager and operator staff of Pusdalops BPBD Cilegon. The result of the research shows that Pusdalops BPBD Cilegon has not played its role optimally because the society expectations has not been fulfilled including the addition of personnel, equipment and merging of Crisis Centre, Posko and BPBD Cilegon office. Besides, there are found damaged equipment such as sirens and digital video broadcast that serve to dissiminate early warning to the authorities and the public. Suggestions in this research is the representation of three offices in one location and the budget for maintenance routinely of equipments Pusdalops BPBD Cilegon.
“
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beb
erapa derajat.” (Q.S. Al
-Mujadalah:11)
“Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia, maka ia
harus memiliki ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan
kehidupan akhirat maka itu pun harus dengan ilmu, dan
barangsiapa yang menginginkan keduanya maka itu pun harus
dengan ilmu.”
(HR. Thabrani)
Skripsi ini saya persembahkan untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta, Bapak Hasni dan Ibu Bahariah (Almh)
serta kakak dan adikku tersayang Sulhafiyah dan Lismanda Islamia
i
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah mengiringi doa dan
harapan penulis untuk mewujudkan terselesaikannya skripsi ini yang berjudul
“Peran Pusat Pengendalian Operasi (PUSDALOPS) BPBD Kota Cilegon dalam Pelayanan Penanggulangan Bencana di Kota Cilegon”.
Hasil penelitian ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak yang selalu mendukung peneliti secara moril maupun materil.
Untuk itu dengan segenap ketulusan hati, pada kesempatan ini peneliti ingin
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga khususnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2. Bapak DR. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan III Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
6. Ibu Listyaningsih, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara
ii
senantiasa memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis
dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.
9. Bapak Anis Fuadi, M.Si., sebagai dosen pembimbing II yang telah
senantiasa memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis
dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.
10.Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali
penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
11.Para staf Tata Usaha (TU) Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
atas segala bantuan informasi selama perkuliahan.
12.Bapak Purwadi, S.Sos, M.Si selaku Plt. Kepala Pelaksana Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cilegon yang telah
memberikan informasi, data, dan ketersediaan waktu dalam proses
pengambilan data untuk penulis.
13.Bapak H. Ahmad Mafruh, S.Ag, MM selaku Kepala Seksi Tanggap
Darurat BPBD Kota Cilegon yang telah berkenan menjadi informan dan
memberikan informasi, data, dan ketersediaan waktu dalam proses
iii
penulis.
15.Seluruh Staf Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota
Cilegon yang telah berkenan memberikan informasi, data, dan
ketersediaan waktu untuk penulis.
16.Seluruh Staf Pusdalops BPBD Kota Cilegon, khususnya Pak Dimaz, Pak
Nurul, Pak Sunhaji, Pak Nawa dan Pak Erwin yang telah menjadi
informan dan memberikan banyak informasi yang saya butuhkan selama
penyusunan skripsi.
17.Dr. Romi Wiyadinata, ST. M.Eng selaku Kepala Bidang Mitigasi Bencana
dsn Human Factor Fakultas Teknik Untirta Cilegon yang telah berkenan
menjadi informan dan memberikan informasi, data, dan ketersediaan
waktu dalam proses pengambilan data untuk penulis.
18.Instansi terkait kebencanaan Kota Cilegon diantaranya Dinas Sosial,
Tagana, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan, Pemadam Kebakaran
dan Palang Merah Indonesia yang telah menjadi informan dan
memberikan banyak informasi yang saya butuhkan selama penyusunan
skripsi.
19. Kodim 0623 Kota Cilegon dan Polres Kota Cilegon yang telah
memberikan informasi/data dan ketersediaan waktu dalam pengambilan
iv
21.Ayahanda tercinta Bapak Hasni yang telah memberikan pengorbanan dan
kebahagiaan. Terimakasih atas segala doa, kasih sayang, bimbingan,
perhatian, dukungan serta motivasi yang tiada henti.
22.Nenekku Ibu Saki yang telah merawat dan menjaga aku dari bayi hingga
saat ini. Terimakasih selalu mendoakan, memberikan cinta dan kasih
sayang.
23.Kakak serta adikku Sdr. Ramli Yudiana, SE, Sdri. Sulhafiyah dan Sdri.
Lismanda Islamia yang senantiasa mendoakan dan memberikan dorongan.
Dukungan kalian sangat berarti.
24.Para sahabat Apriadalista, Faizah Noor, Hanny Minati, Wulan Resti dan
Yunita Rizky yang telah memberikan keceriaan dan kebahagiaan selama
empat tahun perkuliahan. Terimakasih atas semua kenangan selama ini.
25.Para sahabatku Novi Adistya, Fadilatuluyun, Linda Saraswati, Abharina
Atikah, Asep Saepudin dan Nizar Cahlia Rahman yang telah membantu
selama penyusunan skripsi.
26.Para sahabatku Teletubies reborn Linda Rahmawati, Nitalia Rohmah, dan
Eka Putri Utami yang telah mendoakan dan memberikan semangat untuk
penulis menyelesaikan skripsi ini.
v
kekurangan dan kelemahan, yang semata-mata muncul karena keterbatasan
wawasan peneliti. Untuk itu demi kesempurnaan skripsi ini, dengan senang hati
peneliti bersedia menerima segala kritik dan saran pembaca sepenuhnya.
Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan
bagi yang membacanya.
Serang, Mei 2017
vi
ABSTRAK
ABSTRACT
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR ...i
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR GAMBAR ...x
DAFTAR TABEL ...xi
DAFTAR LAMPIRAN ...xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ...1
1.2Identifikasi Masalah ...19
1.3Batasan Masalah...20
1.4Rumusan Masalah ...20
1.5Tujuan Penelitian ...20
vii BAB II DESKRIPSI TEORI PENELITIAN
2.1Deskripsi Teori ...26
2.1.1 Definisi Peran ...26
2.1.2 Bencana ...32
2.1.3 Penanggulangan Bencana...35
2.1.4 Bencana Di kota Cilegon ...39
2.1.5 Organisasi ...41
2.2Penelitian Terdahulu ...43
2.3Kerangka Pemikiran ...45
2.4Asumsi Dasar ...48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Metode Penelitian...49
3.2Fokus Peneltian ...50
3.3Lokasi Penelitian ...50
3.4Instrumen Penelitian...50
3.5Informan Penelitian ...51
viii
3.8Jadwal Penelitian ...61
BAB IV HASIL PEMBAHASAN 4.1Deskripsi Objek Penelitian ...62
4.1.1 Gambaran Umum Kota Cilegon...62
4.1.2 Gambaran Umum BPBD Kota Cilegon ...65
4.1.3 Gambaran Umum Pusat Pengendalian Operasi (PUSDALOPS) ...69
4.2Informan Penelitian ...79
4.3Deskripsi Data ...81
4.4Analisis Hasil Penelitian ...84
4.4.1 Harapan (Expectation) ...84
4.4.2 Norma (Norm) ...106
4.4.3 Wujud Perilaku (Performance) ...122
4.4.4 Penilaian and Sanksi (Evaluationand Sanction) ...139
ix
5.2Saran ...166
DAFTAR PUSTAKA
x
1.2 Persentase Kejadian Bencana di Kota Cilegon
Tahun 2015-2016………7
1.3 Peta Rawan Bencana Banjir di Kota Cilegon………9
2.1 Siklus Manajemen Bencana………..38
2.2 Kerangka Berpikir……….47
3.1 Proses Analisis Data………..57
4.1 Peta Wilayah Kota Cilegon………...63
4.2 Struktur Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Cilegon………..68
4.3 Pusdalops sebagai Pengelola Informasi……….73
xi
1.3 Fasilitas Sarana dan Prasarana yang dimiliki Pusdalops
Kota Cilegon……….12
1.4 Daftar Nama-Nama Perusahaan Kimia di Kawasan Zona 1 Tahun 2015……….13
3.1 Deskripsi Informan Penelitian………...52
3.2 Pedoman Wawancara……….54
3.3 Waktu dan Rincian Kegiatan………..61
4.1 Luas Wilayah, Jumlah Kelurahan, RT dan RW di Kota Cilegon Tahun 2016……….64
4.2 Daftar Informan Peneliti……….80
xii
Lampiran 3 Rekapitulasi Temuan Lapangan
Lampiran 4 Membercheck
Lampiran 5 Matriks Kategorisasi Data
Lampiran 6 Dokumentasi
Lampiran 7 Perka BNPB No.15 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pusat
Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana
(PUSDALOPSPB)
Lampiran 8 Rekapitulasi Kejadian Bencana di Kota Cilegon 2015 – 2016
Lampiran 9 SOP Tanggap Darurat BPBD Kota Cilegon
Lampiran 10 Form Bimbingan Skripsi
1 1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia
berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk
Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UNISDR) yang dilansir dari
website British Broadcasting Corporation (BBC) Indonesia yaitu menduduki
peringkat tertinggi untuk ancaman bahaya tsunami, tanah longsor, dan gunung
berapi. Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak
pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua
Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan
dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari
Pulau Sumatera – Jawa – Nusa Tenggara - Sulawesi, yang sisinya berupa
pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh
rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti
letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor (Sumber:
Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) 2006 – 2009,
Bersamaan dengan pernyataan tersebut, pemerintah Indonesia mempunyai
kewajiban dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana
meliputi tahap prabencana, tanggap darurat, dan pasca bencana. Hal ini tertuang
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat dengan jelas
menyatakan bahwa “Negara Republik Indonesia bertanggung jawab melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia”, yakni
memberikan perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupan termasuk
perlindungan dari ancaman bencana dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
umum. Instansi yang berwenang dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana
secara nasional adalah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Berdasarkan data sementara selama tahun 2016 yaitu dari bulan Januari
sampai bulan November 2016, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
mencatat telah terjadi 2.171 kejadian bencana di Indonesia. Jumlah ini masih akan
mengalami peningkatan karena curah hujan di bulan Desember 2016 akan terus
meningkat sehingga kejadian banjir, longsor dan puting beliung diprediksi akan
terus terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Selain itu, belum semua kejadian
bencana yang ada di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di laporkan
ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Jumlah kejadian bencana
sebanyak 2.171 bencana ini adalah rekor tertinggi yang pernah terjadi di Indonesia
sejak 10 tahun terakhir. Berikut grafik perkembangan jumlah kejadian bencana di
Gambar1.1
Grafik Perkembangan jumlah kejadian bencana di Indonesia Tahun 2007 – 2016
(Sumber : Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 2016)
Berdasarkan grafik di atas, jumlah kejadian bencana di Indonesia setiap
tahun mengalami naik turun. Namun, tahun 2016 menjadi tahun terkelam untuk
urusan bencana. Karena jumlah kejadian bencana di tahun 2016 merupakan
jumlah tertinggi yang pernah terjadi di Indonesia dari tahun-tahun sebelumnya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga telah memetakan
daerah-daerah rawan longor dan banjir di Indonesia. 10 daerah paling rawan yaitu
Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Barat, Kalimantan Timur,
Jogjakarta, Aceh, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Banten.
Diperkirakan akan ada 64 juta jiwa masyarakat yang terpapar dari bahaya banjir
dengan intensitas sedang hingga tinggi, dan setidaknya ada 40,9 juta jiwa
penduduk terpapar dari bahaya longsor dengan intensitas sedang hingga tinggi.
0 500 1000 1500 2000 2500
Provinsi Banten masuk ke dalam salah satu daerah dari 10 daerah yang
paling rawan bencana banjir dan longsor dengan intensitas bahaya sedang hingga
tinggi. Secara umum, Provinsi Banten merupakan dataran rendah dengan
ketinggian 0 – 200 meter di atas permukaan laut, serta memiliki beberapa gunung
dengan ketinggian mencapai 2.000 meter di atas permukaan laut. Provinsi Banten
terdiri dari empat kabupaten dan empat kota, yaitu Kabupaten Pandeglang,
Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, Kota Tangerang,
Kota Cilegon, Kota Serang, dan Kota Tangerang Selatan (Sumber: Badan Pusat
Statistik (BPS) , 2016).
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Provinsi Banten pada tahun 2016, di wilayah Provinsi Banten teridentifikasi 7
jenis kejadian bencana, meliputi: banjir, kebakaran, puting beliung, kekeringan,
tanah longsor, gempa bumi, dan kegagalan teknologi. Wilayah Kabupaten/Kota di
Provinsi Banten rentan akan berbagai macam bencana. Berikut data kejadian
Tabel 1.1
Data Kejadian bencana di Provinsi Banten Tahun 2016
No Kab/Kota Jumlah
(Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten,
2016)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa Kabupaten/Kota yang sering
mengalami bencana yaitu Kabupaten Lebak dan Kabupaten Serang dengan
komposisi yang sama yaitu 56 jumlah kejadian bencana, kemudian Kota Cilegon
dengan komposisi 23 jumlah kejadian bencana. Dari 7 jenis bencana, banjir adalah
bencana yang paling sering terjadi yaitu sebanyak 76 kejadian. Sedangkan,
Sebagai wilayah yang rentan akan berbagai macam ancaman bencana serta
dalam rangka mendukung pelaksanaan penganggulangan bencana yang efektif,
terpadu dan menyeluruh, pemerintah Indonesia telah membentuk Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sebagaimana yang diamanatkan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pada
pasal 18. Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, maka pemerintah pusat serta pemerintah daerah
menjadi penanggungjawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Sebagai implementasi dari peraturan tersebut, pada saat ini Provinsi Banten telah
memiliki BPBD di tingkat Provinsi dan memiliki BPBD di setiap kabupaten/kota.
Kota Cilegon merupakan salah satu dari empat kabupaten dan empat kota
di Provinsi Banten yang rawan bencana. Bersumber dari Indeks Resiko Bencana
Indonesia (IRBI) tahun 2013, Kota Cilegon termasuk ke dalam wilayah yang
memiliki indeks resiko bencana multi ancaman dengan kelas resiko yang tinggi
dengan skor 182 (berada pada urutan 103 resiko tertinggi dari 496
Kabupaten/Kota di Indonesia). Faktor geografis yang menjadi penyebab utama
ancaman bencana alam di Kota Cilegon, antara lain meletusnya gunung berapi
(Gunung Anak Krakatau di Provinsi Lampung), gempa bumi akibat tumbukan dan
pergeseran lempeng, serta tsunami yang disebabkan oleh gempa tektonik di
perairan Selat Sunda maupun Samudera Hindia. Selain itu, faktor perkembangan
wilayah dan pembangunan juga menjadikan Kota Cilegon rawan terhadap
bencana non-alam seperti kegagalan teknologi (kecelakaan industri). Berikut
Gambar 1.2
Persentase Kejadian Bencana di Kota Cilegon Tahun 2015-2016
(Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cilegon, 2016)
Hal di atas menunjukkan bahwa bencana yang sering terjadi di Kota
Cilegon adalah banjir yaitu sebanyak 40%. Sedangkan, untuk bencana kegagalan
teknologi, kekeringan dan cuaca ekstrim memiliki presentase yang setara yaitu
sebanyak 20%. Faktor utama penyebab banjir yang terjadi di Kota Cilegon
disebabkan oleh hujan deras. Namun, ada banyak faktor lain yang menjadi
penyebab banjir di Kota Cilegon. Beberapa di antaranya adalah sistem drainase
yang buruk, kurangnya lahan resapan air, kebiasaan membuang sampah
sembarangan dan meningginya endapan sedimentasi di sejumlah kali maupun
sungai yang turut memicu meningkatnya kerentanan potensi ancaman bencana
banjir di Kota Cilegon (Sumber: Sunhaji, Staf Operator Pusdalops BPBD Kota
Cilegon, wawancara dilakukan pada tanggal 14 Oktober 2016 pukul 10.00 WIB
pada masa observasi awal).
0% 10% 20% 30% 40% 50%
Banjir Kegagalan Teknologi
Adapun rekapitulasi kejadian bencana di Kota Cilegon tahun 2016 dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1.2
Rekapitulasi Kejadian Bencana Banjir di Kota Cilegon Tahun 2016
No. Jenis
Bencana
Jumlah Lokasi Kerugian
1. Banjir 13 Kali 1. Kecamatan Ciwandan: Link.Cilodan,
Link.Ciwandan, Link.Jublin, Komp. Sinyar, Tegal Buntu, Cigading Lor, Cigading Tengah, Link.Serang Ilir, dan Link.Umbul Jabar.
2. Kecamatan Pulomerak: Link.Sawah, Link.Laharmas, Link.Bumiwaras, Link.Babakanturi, Link.Sukasari, dan Link.Sawah Pulorida.
3. Link.Ciora Waseh Kecamatan Grogol 4.Link.Kaligandu Kecamatan Purwakarta 5. Kelurahan Citangkil
6.Link.Seneja Sawah Kecamatan Jombang
Total 8.931 Link.Langon Indah, Link.Pancuran.
2.Kecamatan Grogol : Link. Watu
Lawang
4 Kali Jl. Raya Merak (Depan Hotel Mangku
Putra) Kec. Pulomerak, Link. Kalentemu Timur Kec. Citangkil, Jl. Buyut Arman Kec. Citangkil, dan Jl. Rajawali Kec. Cibeber
1 Kali PT. Dover Chemical Kec. Grogol 1 orang
meninggal, 2
Berdasarkan tabel di atas, jenis bencana yang kerap kali terjadi di Kota
Cilegon pada tahun 2016 yaitu banjir dengan jumlah 13 kali kejadian. Tidak ada
korban jiwa yang disebabkan oleh bencana banjir. Sedangkan, bencana yang
banyak menimbulkan kerusakan yaitu longsor sebanyak 5 kali kejadian dengan
kerugian 5 rumah warga mengalami rusak berat dan 7 rumah warga mengalami
rusak ringan. Selanjutnya, di urutan ketiga yaitu puting beliung dengan jumlah
kejadian sebanyak 4 kali yang mengakibatkan 1 rumah warga tertimpa pohon, dan
di urutan terakhir yaitu bencana kegagalan teknologi sebanyak 1 kali kejadian
yang menimbulkan kerugian materi dan menelan korban jiwa. Oleh karena itu,
peneliti akan mencoba menunjukkan peta rawan bencana banjir di Kota Cilegon:
Gambar 1.3
Peta Rawan Bencana Banjir di Kota Cilegon
Berdasarkan gambar di atas, semua titik di 8 Kecamatan Kota Cilegon
memiliki potensi bencana banjir. Warna hijau memiliki arti indeks bahaya banjir
dengan intensitas rendah yaitu Kecamatan Cibeber, Kecamatan Cilegon dan
Kecamatan Jombang. Warna kuning memiliki arti indeks bahaya banjir dengan
intensitas sedang yaitu Kecamatan Purwakarta dan Kecamatan Grogol.
Sedangkan, warna merah memiliki arti indeks bahaya banjir dengan intensitas
tinggi yaitu Kecamatan Citangkil, Kecamatan Ciwandan dan Kecamatan
Pulomerak.
Sebagai salah satu daerah yang rawan bencana, Pemerintah Kota Cilegon
telah membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang
dilegalkan melalui Peraturan Daerah (Perda) Kota Cilegon Nomor 5 Tahun 2014
tentang Pembentukan Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kota Cilegon. Pemerintah Kota Cilegon juga menerbitkan Peraturan
Walikota Cilegon Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Kerja dan Uraian Tugas
Jabatan Struktural Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cilegon
sebagai acuan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) yang pengisian struktur organisasinya dilakukan pada
tanggal 22 Januari 2015, pasalnya hingga akhir tahun 2014 Kota Cilegon menjadi
satu-satunya kabupaten/kota di Provinsi Banten yang belum memiliki Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) (Sumber: Buletin Kegiatan Badan
Dalam rangka mengurangi kerentanan dan resiko bencana di Kota
Cilegon, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cilegon
berkomitmen membenahi sistem informasi sebagai upaya penanggulangan
bencana di Kota Cilegon. Salah satu upaya yang ditempuh yaitu dengan
memperkuat Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops). Penguatan Pusdalops
dilakukan agar semua data informasi terkait bencana di Kota Cilegon dapat
diakses dengan cepat dan akurat oleh seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) yang memiliki peran dalam penanggulangan bencana dan seluruh lapisan
masyarakat (Sumber: Bapak Purwadi, S.Sos., M.Si selaku Plt. Kepala Pelaksana
BPBD Kota Cilegon, dikutip dari Buletin BPBD Kota Cilegon 2016, hal.15).
Oleh karena itu, sejalan dengan pentingnya ketersediaan data dan
informasi kebencanaan yang cepat dan akurat, maka dibentuklah Pusat
Pengendalian Operasi (Pusdalops) yang diperkuat dengan adanya Peraturan
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Perka BNPB) Nomor 3 Tahun
2008 tentang Pedoman Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) pada bab 3 mengamanatkan agar dalam melaksanakan tugasnya, kepala
pelaksana BPBD wajib membentuk Satuan Tugas Pusat Pengendalian Operasi
(Pusdalops).
Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) adalah unit organisasi (satgas)
fungsional pada BPBD yang didukung fasilitas sarana dan prasarana dengan
fungsi utamanya yaitu sebagai pengelola informasi bencana meliputi menerima
informasi/data, mencatat, mengolah dan mendesiminasikan informasi/data yang
(Pusdalops) juga memiliki fungsi sebagai pengendali koordinasi antar
instansi/lembaga kebencanaan maupun masyarakat dalam pelaksanaan
penanggulangan bencana pada pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.
Tabel 1.3
Fasilitas Sarana dan Prasarana yang dimiliki Pusdalops BPBD Kota Cilegon
Nama Barang Jumlah
Monitor 3
Komputer 6
DVB (Digital Video Broadcast) 1
Motor Trail 7
HT (Handy Talk) 6
Rupusdalops (Ruang Pusat Pengendalian Operasi) 1
Pos Pusdalops BPBD Kota Cilegon 1
(Sumber: Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kota Cilegon, 2016)
Berdasarkan tabel di atas, sarana yang dimaksud adalah alat atau
benda-benda yang digunakan Pusdalops BPBD Kota Cilegon untuk mencapai tujuan
sebagai pengelola informasi kebencanaan maupun pengendali koordinasi antar
lembaga maupun masyarakat yaitu Monitor, Komputer, DVB (Digital Video
Broadcast) dan HT (Handy Talk). Monitor digunakan untuk melakukan
pemantauan kondisi alam dan aktivitas terhadap potensi bencana di Kota Cilegon
yang dilakukan terus menerus (setiap hari) oleh petugas piket Pusdalops BPBD
Kota Cilegon, yaitu perkiraan cuaca meliputi kelembaban, kecepatan angin, tinggi
gelombang, gempa dan potensi tsunami. Hal tersebut dilakukan pada saat sebelum
bencana. Komputer juga digunakan untuk melakukan pemantauan atau
mendeteksi bencana, komputer ini dilengkapi dengan inawear (aplikasi website)
sehingga terhubung dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Video Broadcast) merupakan alat yang digunakan Pusdalops BPBD Kota Cilegon
untuk menyebarluaskan (mendiseminasikan) informasi dari BMKG terkait
ancaman bencana gempa bumi kepada stakeholder, lembaga/instansi kebencanaan
maupun masyarakat, dan HT (Handy Talk) adalah alat atau sistem komunikasi
yang dipakai Pusdalops BPBD Kota Cilegon ketika kondisi normal maupun saat
terjadi bencana seperti banjir, longsor atau bencana lainnya. Sedangkan, yang
dimaksud prasarana yaitu segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya tujuan Pusdalops BPBD Kota Cilegon, dalam hal ini lebih
ditujukan pada Rupusdalops (Ruang Pusat Pengendalian Operasi) dan Pos
Pusdalops BPBD Kota Cilegon. Rupusdalops (Ruang Pusat Pengendalian
Operasi) saat ini berada di Kecamatan Citangkil. Sementara, Pos Pusdalops BPBD
Kota Cilegon berada di Kecamatan Jombang, bersebelahan dengan BPBD Kota
Cilegon. Perbedaan lokasi ini, dikarenakan BPBD Kota Cilegon belum
mempunyai kantor permanen sejak 2 tahun lalu pembentukannya yang
mengakibatkan lokasi Rupusdalops (Ruang Pusat Pengendalian Operasi) tidak
tersentralisasi dengan BPBD Kota Cilegon.
Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Kota Cilegon sudah terbentuk
dari 8 tahun yang lalu, dari tahun 2008 dengan nama Satuan Pelaksana
Penanggulangan Bencana (Satlak-PB) yang mulanya berada dibawah tanggung
jawab Dinas Lingkungan Hidup Pertambangan dan Energi Kota Cilegon.
Kemudian, mengalami pemindahan tanggung jawab dibawah Kepala Badan
Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Kota Cilegon.
yang mengetahui bahwa Kota Cilegon termasuk ke dalam wilayah yang memiliki
kerentanan yang cukup tinggi terhadap bencana. Hal yang mendasari
pembentukan Satlak-PB Kota Cilegon diawali dengan tragedi tsunami yang
menimbulkan kerusakan terbesar dan terluas dalam sejarah dunia di kawasan
Samudera Hindia akibat gemba bumi 8,9 Skala Richter di sekitar Pulau Simeuleu
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada tanggal 26 Desember 2004.
Dalam merespon dan menindaklanjuti Peraturan Daerah (Perda) Kota Cilegon
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pembentukan Organisasi BPBD Kota Cilegon,
maka saat ini kedudukan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Kota Cilegon
berada dibawah tanggung jawab langsung Kepala Pelaksana BPBD Kota Cilegon
(Sumber:H. Ahmad Mafruh, S.Ag, MM, Kepala Seksi Tanggap Darurat BPBD
Kota Cilegon, wawancara dilakukan pada tanggal 3 Oktober 2016 pukul 10.00
WIB pada observasi awal).
Bersumber dari Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (Perka BNPB) Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Pusat
Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops-PB), tugas Pusdalops,
yaitu: 1).Sebelum bencana yaitu mengelola data dan informasi terkait bencana
(pengumpul, pengolah, penyaji data dan informasi kebencanaan) secara rutin
hingga mendesiminasikan kepada pejabat berwenang dan masyarakat; 2).Saat
bencana yaitu memberikan dukungan pada posko tanggap darurat dan pelaksanaan
kegiatan darurat; dan 3).Pasca bencana yaitu penyedia data dan informasi
khususnya dalam pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi. Berdasarkan
Pertama, sistem informasi yang dikelola Pusdalops BPBD Kota Cilegon
tidak update. Berdasarkan pernyataan Erwin selaku staf operator Pusdalops BPBD
Kota Cilegon, pembentukan Pusdalops Kota Cilegon pada awalnya bertujuan
untuk menekan potensi kegagalan teknologi yang cukup besar di Kota Cilegon,
namun saat ini tujuan Pusdalops BPBD Kota Cilegon lebih kompleks yaitu tidak
fokus terhadap kegagalan teknologi saja, melainkan seluruh potensi bencana yang
kemungkinan dapat terjadi di Kota Cilegon. Untuk mendeteksi bencana alam
seperti gempa bumi, banjir, kekeringan atau tanah longsor, Pusdalops BPBD Kota
Cilegon dapat memperoleh data dan informasi setiap harinya melalui pemantauan
di depan layar monitor yang dilakukan oleh petugas piket, atau bersumber dari
laporan masyarakat maupun stakeholder. Namun, untuk bencana kegagalan
teknologi, hingga saat ini sistem yang dipakai Pusdalops BPBD Kota Cilegon
masih menggunakan data 2003 sehingga data yang dimiliki Pusdalops BPBD
Kota Cilegon tidak akurat karena tidak diperbarui setiap tahunnya. Sistem yang
dimaksud yaitu Cameo (berupa database nama perusahaan dan jenis/bahan kimia),
Marplot (untuk mendeteksi posisi lokasi) dan Aloha (untuk menghitung luas
sebaran dari bahan kimia). Hal ini disebabkan akses perolehan data yang sulit dari
dunia usaha (Sumber: Erwin, Staf Operator Pusdalops BPBD Kota Cilegon,
wawancara dilakukan pada tanggal 2 Februari 2017 pukul 11.00 WIB).
Kedua, terbatasnya sarana dan prasarana yang dimiliki Pusdalops BPBD
Kota Cilegon dalam menunjang kelancaran kegiatan pengelolaan informasi
kebencanaan. Sarana dan prasarana merupakan penunjang kinerja Pusdalops
alam dan aktivitas terhadap potensi bencana yang dilakukan secara rutin serta
untuk meneruskan peringatan dini kepada instansi terkait kebencanaan dan
masyarakat. Tanpa sarana dan prasarana yang memadai, proses penyelenggaraan
penanggulangan bencana tidak dapat berjalan optimal. Saat ini, Pusdalops BPBD
Kota Cilegon hanya memiliki 1 monitor yang berfungsi, sementara 2 monitor
mengalami kerusakan. Selain itu, Sirine yang terletak pada 2 tempat yaitu
Ciwandan dan Grogol sudah tidak berfungsi. Sedangkan, Ciwandan termasuk
kedalam zona 1 kawasan bahaya ancaman kegagalan teknologi dan lokasi yang
diperkirakan akan mengalami hantaman terbesar karena bencana tsunami. Berikut
daftar nama-nama perusahaan kimia di Kawasan Zona 1 :
Tabel 1.4
Daftar Nama-Nama Perusahaan Kimia di Kawasan Zona 1Tahun 2015
No. Lokasi
KECAMATAN CIWANDAN
1. PT. Trypolyta
2. PT. Dong Jin Indonesia
3. PT. Lautan Outsuka Chemical
4. PT. Asahimas Chemical
5. PT. Bayer Material Science, PT. Polypet Karya Persada, dan PT.
Polyprima Karya Reksa
6. PT. Chandra Asri
7. PT. Nippon Shokubai Indonesia
(Sumber : Buletin Kegiatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cilegon, 2015)
Berdasarkan tabel di atas, Kecamatan Ciwandan berada di kawasan
industri-industri besar. Kondisi tersebut menyebabkan timbulnya risiko terjadinya
bencana non alam seperti bencana yang diakibatkan kebocoran industri kimia
maupun ledakan gas di industri yang akan sangat sulit diperkirakan kejadiannya.
sehingga beberapa jenis bencana seperti gempa bumi dengan bencana ikutan
Tsunami, hampir tidak mungkin diperkirakan secara akurat kapan terjadi, dimana
akan terjadi dan berapa besarannya jika meledakkan perusahaan-perusahaan kimia
tersebut (Sumber: Nurul. Staf Operator Pusdalops BPBD Kota Cilegon,
wawancara dilakukan pada tanggal 7 Oktober 2016 pukul 11.15 WIB pada masa
observasi awal).
Ketiga, belum memadainya peran Pusdalops BPBD Kota Cilegon karena
keterbatasan kapasitas SDM. Berdasarkan pernyataan Dimas selaku staf operator
Pusdalops BPBD Kota Cilegon, bahwa saat ini Pusdalops BPBD Kota Cilegon
memiliki jumlah personil 13 orang dan semua personil tersebut adalah staf
operator, yang terbagi atas 3 regu piket dengan masing-masing regu terdiri atas 4 -
5 orang, yang bertugas selama 7 hari dalam seminggu dan beroperasi selama 24
jam. Staf operator ini akan berada dalam kondisi siaga baik pada kondisi normal
maupun saat terjadi bencana. Pada saat kondisi normal, 4 orang petugas piket
dibagi di 2 tempat, 2 orang staf bertugas melakukan pantuan kejadian bencana di
Ruangan Pusat Pengendalian Operasi (Crisis Centre), dan 2 orang staf lagi
bertugas di Pos BPBD Kota Cilegon untuk menjembatani informasi antara BPBD
Kota Cilegon dengan staf Pusdalops BPBD Kota Cilegon yang berada di Crisis
Centre. Sedangkan pada saat terjadi bencana, staf Pusdalops BPBD Kota Cilegon
bertugas tidak sebatas mengelola data kejadian bencana tetapi melakukan kegiatan
darurat juga, yaitu kaji cepat data, pemberian bantuan logistik, evakuasi korban
dan penyelamatan. Hal ini memiliki arti bahwa dengan jumlah personil 4 - 5 orang
(Sumber: Dimas, Staf Operator Pusdalops BPBD Kota Cilegon, wawancara
dilakukan pada tanggal 7 Oktober 2016 pukul 11.00 WIB pada observasi awal).
Keempat, belum tersedianya jaringan komunikasi yang dimiliki Pusdalops
BPBD Kota Cilegon untuk mendiseminasikan peringatan dini kepada masyarakat.
Dalam hal ini, Pusdalops BPBD Kota Cilegon memiliki peran sebagai penerima,
pengolah dan penerus peringatan dini kepada pejabat berwenang, instansi terkait
kebencanaan dan masyarakat. Namun, jaringan komunikasi yang dimiliki
Pusdalops BPBD Kota Cilegon hanya dapat menyebarkan informasi bencana
kepada lembaga prantara seperti pemerintah daerah, BNPB, BPBD, POLRI, TNI,
pihak media, dan institusi lainnya. Kemudian pemangku kepentingan
kebencanaan ini yang akan membantu mendiseminasikan peringatan dengan
sistem broadcast kepada masyarakat. Hal ini disebabkan sistem yang dimiliki
Pusdalops BPBD Kota Cilegon yaitu sistem penerima peringatan (warning
receiver system) yang hanya dapat mengirim informasi kebencanaan kepada 25
informan saja melalui SMS dengan jumlah karakter yang terbatas (160 karakter),
jika lebih dari 25 informan maka sistem ini akan berjalan lambat (Sumber: Wahyu
Iskandar, ST., Kepala Seksi Kesiapsiagaan BPBD Kota Cilegon. wawancara
dilakukan pada tanggal 7 Oktober 2016 jam 09.30 WIB pada observasi awal).
Kelima, belum adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) Pusdalops
BPBD Kota Cilegon. Berdasarkan pernyataan Bapak H, Ahmad Mafruh selaku
Kepala Seksi Tanggap Darurat BPBD Kota Cilegon, bahwa hingga saat ini belum
ada SOP yang dikeluarkan BPBD Kota Cilegon untuk Satgas Pusdalops BPBD
menggunakan SOP Tanggap Darurat yang ada (Sumber:H. Ahmad Mafruh, S.Ag,
MM., Kepala Seksi Tanggap Darurat BPBD Kota Cilegon, wawancara dilakukan
pada tanggal 2 Februari 2016 pukul 09.20 WIB).
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk mengkaji
lebih lanjut masalah tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul “Peran Pusat
Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kota Cilegon dalam Pelayanan
Penanggulangan Bencana di Kota Cilegon”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, masalah yang dapat
diidentifikasi sebagai dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Sistem informasi yang dikelola Pusdalops BPBD Kota Cilegon tidak
update;
b. Terbatasnya sarana dan prasarana yang dimiliki Pusdalops BPBD Kota
Cilegon dalam menunjang kelancaran kegiatan pengelolaan informasi
kebencanaan;
c. Belum memadainya peran Pusdalops BPBD Kota Cilegon karena
keterbatasan kapasitas SDM;
d. Belum tersedianya jaringan komunikasi yang dimiliki Pusdalops BPBD
Kota Cilegon untuk mendiseminasikan peringatan dini kepada masyarakat;
e. Belum adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) Pusdalops BPBDKota
1.3 Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah tersebut, peneliti memfokuskan permasalahan
untuk menjaga agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan
pembahasan lebih mengarah pada pemahaman yang lebih baik maka, dalam
penelitian ini membatasi masalah pada ruang lingkup permasalahan mengenai
Peran Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kota Cilegon dalam
Pelayanan Penanggulangan Bencana di Kota Cilegon.
1.4 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu,: “Bagaimana peran
Pusdalops BPBD Kota Cilegon dalam pelayanan penanggulangan bencana di
Kota Cilegon?”
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka, tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian Peran Pusdalops BPBD Kota Cilegon dalam Pelayanan
Penanggulangan Bencana Daerah di Kota Cilegon yaitu,: “Untuk mengetahui
sejauh mana peran Pusdalops BPBD Kota Cilegon dalam pelayanan
penanggulangan bencana di Kota Cilegon.”
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas
pengetahuan yang berkaitan dengan Ilmu Administrasi Negara, terutama
mengenai peran suatu lembaga/organisasi dalam penanggulangan bencana,
serta dapat mengembangkan teori-teori yang telah ada sehingga
memperkaya hasil-hasil ilmu pengetahuan yang baru.
b. Secara Praktis, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi bagi
peneliti-peneliti lain yang menjadikan peran lembaga maupun
penanggulangan bencana sebagai objek penelitiannya, dan juga dapat
meningkatkan kualitas belajar dan referensi berfikir, serta memberikan dan
menambah ilmu pengetahuan bagi peneliti dan mahasiswa lainnya.
1.7 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang sistematis serta dapat dengan mudah
dipahami maka penelitian ini disusun berdasarkan ketentuan yang biasa digunakan
sesuai petunjuk penulisan penelitian dari perguruan tinggi tempat penulis belajar,
dengan ketentuan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
1.1Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah menerangkan atau menjelaskan ruang lingkup dan
kedudukan masalah yang akan diteliti. Bentuk penerapan dan penjelasan
diuraikan secara deduktif, artinya dimulai dari penjelasan yang berbentuk
1.2Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah mendeteksi aspek permasalahan yang muncul
berkaitan dari tema/topik/judul penelitian atau dengan masalah.
1.3Batasan Masalah
Pembatasan masalah memfokuskan pada masalah spesifik yang akan
diajukan dalam rumusan masalah.
1.4Rumusan Masalah
Rumusan masalah bertujuan untuk memiliki dan menetapkan masalah yang
paling penting yang berkaitan dengan judul penelitian.
1.5Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai
dengan dilaksanakannya penelitian terhadap permasalahan yang telah
dirumuskan sebelumnya.
1.6Manfaat Penelitian
Menjelaskan manfaat teoritis dan praktis dalam temuan penelitian. Manfaat
teoritis berguna memberikan kontribusi tertentu terhadap perkembangan
teori dan ilmu pengetahuan serta dunia akademis. Manfaat praktis
memberikan kontribusi tertentu terhadap objek penelitian, baik individual,
kelompok maupun organisasi.
1.7Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang sistematis serta dapat dengan mudah
dipahami maka tugas Skripsi ini disusun berdasarkan ketentuan yang biasa
BAB II Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Asumsi Dasar
2.1Deskripsi Teori
Deskripsi teori memuat hasil kajian terhadap sejumlah teori yang relevan
dengan permasalahan yang variabel penelitian sehingga akan memperoleh
konsep penelitian yang jelas
2.2Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu menjelaskan tentang referensi penelitian yang sudah
ada sebelumnya.
2.3Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran penelitian menggambarkan alur pikiran peneliti
sebagai kelanjutan dari teori untuk memberikan penjelasan kepada
pembaca dapat dilengkapi dengan sebuah bagan yang menunjukkan alur
pikiran peneliti serta kaitan antara teori yang diteliti.
2.4Asumsi Dasar
Asumsi dasar menjelaskan tentang pikiran awal peneliti terhadap suatu
masalah atau kajian yang diteliti.
BAB III Metodologi Penelitian
3.1Pendekatan dan Metode Penelitian
Bagian ini menguraikan tentang pendekatan penelitian kualitatif
3.2Fokus Penelitian
Bagian ini membatasi dan menjelaskan substansi materi kajian penelitian
yang akan dilakukan.
3.3Lokasi Penelitian
Menjelaskan tempat (locus) penelitian dilaksanakan dan alasan
memilihnya.
3.4Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menjelaskan tentang instrumen penelitian yang
dipakai oleh peneliti dalam melakukan penelitian.
3.5Informan Penelitian
Menjelaskan tentang teknik yang digunakan dalam menentukan informan
penelitian.
3.6Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Menjelaskan tentang teknik analisis dan rasionalisasinya yang sesuai
dengan sifat data yang diteliti. Pengumpulan data kualitatif dilakukan
melalui pengamatan berperan serta, wawancara, dokumen dan
bahan-bahan visual. Analisis data dilakukan melalui pengkodean dan
pengkodingan data (berdasarkan kategorisasi data) sampai penyimpulan
akhir.
3.7Jadwal Penelitian
Menjelaskan tentang waktu penelitian dari waktu pelaksanaan penelitian
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1Deskripsi Objek Penelitian
Menjelaskan mengenai objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian
secara jelas, struktur organisasi dan populasi atau sampel (dalam
penelitian ini menggunakan informan).
4.2Deskripsi Data
Menjelaskan hasil penelitian yang diolah dari data mentah dengan
mempergunakan teknik analisa data yang relevan.
4.3Temuan Lapangan
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan
menggunakan teknik analisa data kualitatif.
4.4Pembahasan
Merupakan pembahasan lebih lanjut dan lebih rinci terhadap hasil
penelitian.
Bab V Penutup
5.1Kesimpulan
Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara jelas, singkat dan
juga mudah dipahami.
5.2Saran
Memiliki isi berupa tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap
26 2.1 Deskripsi Teori
Dalam bidang Administrasi Hoy & Miskel dalam Sugiyono (2009:43)
mengemukakan, “Teori adalah seperangkat konsep, asumsi, dan generalisasi yang
dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai
organisasi.” Sedangkan, menurut William dalam Sugiyono (2009:41) menyatakan
bahwa suatu teori akan memperoleh arti penting, bila ia lebih banyak dapat
melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala yang ada.
2.1.1 Definisi Peran
Peran menurut Robbins (2001:249) singkatnya adalah
“Seperangkat pola perilaku yang diharapkan yang dikaitkan pada
seseorang yang menduduki suatu posisi tertentu dalam suatu unit sosial.”
Dalam penelitian ini, peran yang dimaksud yaitu peran merupakan
tugas utama yang diharapkan oleh masyarakat berupa penanganan masalah
bencana yang dilakukan oleh Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops)
BPBD Kota Cilegon sebagai unit organisasi (satgas) yang bertanggung
jawab sebagai pengelola informasi bencana (disaster information
dan lembaga baik pemerintah maupun masyarakat untuk penanganan
bencana di Kota Cilegon.
Peran atau peranan merupakan serangkaian perilaku yang
diharapkan dilakukan oleh seseorang. Pengharapan semacam itu
merupakan suatu norma yang dapat mengakibatkan terjadinya suatu
peranan. Menurut Thoha (2003:80), bagaimana seseorang berperilaku
dalam peranan organisasi sangat ditentukan oleh :
1. Karaketristik pribadinya.
2. Pengertiannya tentang apa yang diharapkan orang lain
kepadanya.
3. Kemauannya untuk mentaati norma yang telah menetapkan
pengharapan tadi.
Maka berbicara mengenai peran, Pusat Pengendalian Operasi
(Pusdalops), sebagai salah satu organisasi publik tentu saja memiliki
karakteristik peran yang berbeda dengan organisasi-organisasi publik
lainnya. Dimana, organisasi publik ini memiliki peran yang erat kaitannya
dengan masyarakat, maka peran yang dijalankan oleh organisasi publik ini
merupakan sangat penting karena besar harapan yang diharapkan dari
perannya.
Berkaitan dengan peran itu, maka akan muncul norma-norma yang
harus ditaati secara bersama-sama supaya harapan-harapan tersebut dapat
tercapai. Harapan tersebut dapat tercapai apabila setiap orang atau
organisasi publik tersebut menjalankan perannya dengan baik. Menurut
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan dan
kedudukan tidak dapat dipisahkan, karena yang satu tergantung pada yang
lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan
tanpa peranan. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang
berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa
peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta
kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh masyarakat kepadanya.
Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang.
Peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat
meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain. Peranan yang melekat pada
diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan
kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat (sosial position)
merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada
organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi,
penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki
suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.
Menurut Levinson dalam Soekanto (2012:213), peranan mencakup
tiga hal :
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan
posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting sebagai struktur sosial masyarakat.
Dalam kehidupan bermasyarakat, tentu saja setiap orang memiliki
peranan yang berbeda-beda yang harus dijalankan sesuai dengan
norma-norma yang berlaku. Peranan merupakan perilaku setiap individu maupun
organisasi atau kelompok yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat, karena didalamya dapat dicapai harapan-harapan yang
tujuannya adalah menyejahterakan masyarakat guna saling memudahkan
satu sama lain dalam menjalankan peran masing-masing.
Sarwono (2006:215-230) menyatakan bahwa,
“Teori peran adalah teori yang merupakan perpaduan berbagai
teori, orientasi, maupun disiplin ilmu. Selain dari psikologi, teori peran berawal dari dan masih tetap digunakan dalam sosiologi dan
antropologi. Istilah “peran” diambil dari dunia teater. Dalam teater,
seseorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu ia diharapkan untuk berperilaku secara tertentu. Posisi aktor dalam teori itu kemudian dianalogikan dengan posisi seseorang dalam masyarakat. Sebagaimana halnya dalam teater, yaitu bahwa perilaku yang diharapkan daripadanya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitan dengan orang-orang lain yang berhubungan dengan orang atau aktor
tersebut. Dari sudut pandangan inilah disusun teori-teori peran.”
Dalam teorinya Biddle & Thomas dalam Sarwono (2006:224) yang
dimaksud dengan peran adalah ”Serangkaian rumusan yang membatasi
perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu”.
Masih dalam buku Sarwono (2006:215) pada teori Biddle & Thomas ini
terbagi peristilahan dalam teori peran ke dalam empat golongan, yaitu:
a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial.
b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut.
d. Kaitan antara orang dan perilaku.
Pertama, orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial
dapat dibagi dalam dua golongan sebagai berikut :
a. Aktor (actor, pelaku) yaitu orang yang sedang berperilaku
menuruti suatu peran.
b. Target (sasaran) atau orang lain (other) yaitu orang yang
mempunyai hubungan dengan aktor dan perilakunya.
Aktor maupun target bisa berubah individu ataupun kumpulan individu (kelompok). Hubungan anatara kelompok dengan kelompok misalnya terjadi antara sebuah paduan suara (aktor) dan pendengar (target).
Kedua, menurut Biddle & Thomas dalam Sarwono (2006:216), ada
lima istilah tentang perilaku dalam kaitannya dengan peran :
a. Expectation (harapan)
Harapan tentang peran adalah harapan-harapan orang lain pada umumnya tentang perilaku yang pantas, yang ditujukan pada orang yang memiliki peran-peran tertentu dalam masyrakat.
b. Norm (norma)
Menurut Secord dan Backman (1964) dalam Sarwono norma hanya merupakan salah satu bentuk harapan. Jenis-jenis harapan menurut Secord dan Backman adalah sebagai berikut :
1. Harapan yang bersifat meramalkan (anticipatory), yaitu
harapan tentang suatu perilaku yang akan terjadi.
2. Harapan normatif adalah keharusan yang menyertai peran.
Biddle dan Thomas membagi lagi harapan normatif ini ke dalam dua jenis, yakni :
i. Harapan yang terselubung (covert): harapan itu
tetap ada walaupun tidak diucapkan.
ii. Harapan yang terbuka, yaitu harapan yang
diucapkan.
c. Performance (wujud perilaku)
Wujud perilaku yaitu peran yang diwujudkan oleh aktor. Goffman dalam Sarwono (2006:220) meninjau perwujudan
peran ini dengan memperkenalkan istilah permukaan (front),
d. Evaluation (penilaian) dan sanction (sanksi)
Penilaian dan sanksi agak sulit dipisahkan jika dikaitkan dengan peran. Biddle & Thomas dalam Sarwono (2006:220) menyatakan bahwa kedua hal tersebut didasarkan pada harapan masyarakat (orang lain) tentang norma. Berdasarkan norma itu, orang memberikan kesan negatif atau positif terhadap suatu perilaku. Kesan positif dan negatif inilah yang dinamakan penilaian peran. Sedangkan yang dimaksud dengan sanksi adalah usaha orang untuk mempertahankan suatu nilai positif atau agar perwujudan peran diubah sedemikan rupa sehingga hal yang tadinya dinilai negatif menjadi positif.
Ketiga, Secord & Backman dan Biddle & Thomas dalam Sarwono
(2006:222) memberikan definisi yang saling melengkapi tentang
kedudukan (posisi). Dari kedua definisi mereka dapat disimpulkan bahwa
kedudukan adalah sekumpulan orang yang secara bersama-sama (kolektif)
diakui perbedaannya dari kelompok-kelompok lain berdasarkan sifat-sifat
yang mereka miliki bersama, perilaku yang sama-sama mereka perbuat,
dan reaksi orang terhadap mereka bersama.
Keempat, Biddle & Thomas dalam Sarwono (2006:226)
mengemukakan bahwa kaitan (hubungan) yang dapat dibuktikan ada atau
tidak adanya dan dapat diperkirakan kekuatannya adalah kaitan antara
orang dengan perilaku dan perilaku dengan perilaku. Kriteria untuk
menetapkan kaitan-kaitan tersebut diatas adalah sebagai berikut:
a. Derajat kesamaan atau ketidaksamaan antara bagian-bagian
yang saling terkait.
b. Derajat saling menentukan atau saling ketergantungan antara
bagian-bagian tersebut.
c. Gabungan antara derajat kesamaan dan saling ketergantungan
Berdasarkan teori-teori diatas, peneliti mengambil kesimpulan
bahwa peran adalah penilaian mengenai fungsi seseorang atau kumpulan
orang (kelompok) yang menduduki suatu posisi untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebagai wujud pemenuhan hak dan kewajiban
berupa tindakan yang diharapkan oleh masyarakat sesuai dengan
kedudukannya.
2.1.2 Bencana
Menurut W. Nick Carter yang dikutip oleh Nurjanah dkk (2013:10)
memberikan definisi bencana yang dimuat dalam buku disaster
management yaitu:
”An event, natural or man-made, sudden or progressive, which impacts with such severity that the affected community has to
respond by taking expectional measures.”
Definisi lain menurut International Strategy for Disaster Reduction
(UN-ISDR, 2002:24) adalah:
“A serious disruption of the functioning of a community or a society causing widespread human, material, economic, or environmental lossed which exceed the ability of the affected
community/society to cope using its own resources.”
“Suatu kejadian yang disebabkan oleh alam atau karena ulah
manusia, terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, sehingga menyebabkan hilangnya jiwa manusia, harta benda dan kerusakan lingkungan, kejadian ini terjadi di luar kemampuan masyarakat
Berdasarkan definisi bencana di atas, dapat digeneralisasikan
bahwa untuk dapat disebut “bencana” harus dipenuhi beberapa kriteria
sebagai berikut:
1. Ada peristiwa,
2. Terjadi karena faktor alam atau karena ulah manusia,
3. Terjadi secara tiba-tiba (sudden) akan tetapi dapat juga terjadi
secara perlahan-lahan/bertahap (slow),
4. Menimbulkan hilangnya jiwa manusia, harta benda, kerugian
sosial ekonomi, kerusakan lingkungan, dan lain-lain,
5. Berada di luar kemampuan masyarakat untuk
menanggulanginya.
Sedangkan definisi menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2007 tentang Penanggulangan Bencana bahwa,
“Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis.”
Masih menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, bencana terbagi menjadi tiga kategori, yaitu :
a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
b. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit, kebakaran.
c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
Sedangkan menurut Eko Teguh Paripurno dalam Nurjanah dkk
(2013:22), sumber ancaman bencana dapat dikelompokkan ke dalam
empat sumber ancaman, yaitu:
1. Sumber ancaman klimatologis
Adalah sumber ancaman yang ditimbulkan oleh pengaruh iklim, dapat berupa rendah dan tingginya curah hujan, tinggi dan derasnya ombak di pantai, arah angin, serta beberapa kejadian alam lain yang sangat erat hubungannya dengan iklim dan cuaca.
2. Sumber ancaman geologis
Adalah sumber ancaman yang terjadi oleh adanya dinamika bumi, baik berupa pergerakan lempeng bumi, bentuk dan rupa bumi, jenis dan materi penyusunan bumi.
3. Sumber ancaman industri dan kegagalan teknologi
Adalah sumber ancaman akibat adanya kegagalan teknologi maupun kesalahan pengelolaan suatu proses industri, pembuangan limbah, polusi yang ditimbulkan, atau dapat pula akibat proses persiapan produksi.
4. Faktor manusia juga merupakan salah satu sumber ancaman
Perilaku atau ulah manusia, baik dalam pengelolaan lingkungan, perebutan sumber daya, permasalahan ras dan kepentingan lainnya serta akibat dari sebuah kebijakan yang berdampak pada sebuah komunitas pada dasarnya merupakan sumber ancaman.
Menurut Benson and Clay dalam Nurjanah dkk (2013:35)
menyatakan bahwa dampak bencana dapat dibagi kedalam tiga bagian,
yaitu:
1. Dampak langsung (direct impact)
Meliputi kerugian finansial dari kerusakan aset ekonomi, misalnya rusaknya bangunan tempat tinggal, infrastruktur, lahan pertanian dan lain-lain.
2. Dampak tidak langsung (indirect impact)
Meliputi berhentinya proses produksi, hilangnya output dan
sumber penerimaan.
3. Dampak sekunder (secondary impact)
Jadi, bencana menurut peneliti yaitu suatu peristiwa yang
menyebabkan keadaan normal menjadi berpotensi memberikan dampak
buruk bagi lingkungan dan makhluk hidup di dalamnya.
2.1.3 Penanggulangan Bencana
Menurut William Nick Carter, namun dalam Warto dkk (2003:12),
dinyatakan bahwa:
“Penanggulangan bencana perlu diselenggarakan melalui tahapan -tahapan persiapan, penghadangan/penanganan, perbaikan akibat kerusakan, pemfungsian kembali prasarana dan sarana sosial yang
rusak, dan penjinakan gerak alam yang menimbulkan bencana.”
Tertulis dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana pasal 2
bahwa, “Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk
menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh dalam rangka
memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, resiko, dan
dampak bencana.”
Selanjutnya membahas mengenai penanggulangan bencana, kita
tidak dapat terlepas dari manajemen penanggulangan bencana. Dalam
Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana
tidak dikenal istilah manajemen penanggulangan bencana (disaster
dalam bahasa Inggris juga disebut disaster management. Terkait dengan
manajemen penanggulangan bencana, maka dalam Undang-Undang
Nomor 24 tahun 2007 menyatakan bahwa: “Penyelenggaraan
penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi”. Makna
penanggulangan bencana dari Undang-Undang tersebut di atas
mengandung dua pengertian dasar yaitu:
1. Penanggulangan bencana sebagai sebuah rangkaian atau siklus,
2. Penanggulagan bencana dimulai dari penetapan kebijakan
pembangunan yang didasari risiko bencna dan diikuti tahap kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi serta rekonstruksi.
Dari pemaparan di atas, maka secara sederhana dapat dikatakan
bahwa penanggulangan bencana merupakan serangkaian kegiatan
pelayanan dalam menghadapi suatu bencana. Seluruh pihak dalam suatu
pemerintahan pada dasarnya terlibat dalam upaya penanggulangan
bencana ini, namun dikoordinir oleh Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD).
Dalam penelitian kali ini, akan fokus membahas mengenai peran
Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kota Cilegon sebagai
satuan tugas yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Unsur Pelaksana BPBD Kota Cilegon. Berdasarkan
Peraturan Kepaala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Perka
Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops-PB), bentuk–bentuk
pelayanan yang diberikan Pusdalops dalam pelayanan penanggulangan
bencana terbagi menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Pelayanan sebelum bencana, pelayanan dalam hal ini memberikan
dukungan kegiatan pada saat sebelum bencana, mulai dari menerima informasi, mengumpulkan, mengolah dan mendesiminasikan informasi kebencanaan secara rutin. Pelayanan sebelum bencana ini dilakukan sebagai bentuk pencegahan dan kesiapsiagaan terhadap bencana, sebelum bencana itu terjadi.
2. Pelayanan saat bencana, pelayanan ini yaitu memberikan dukungan
pada posko tanggap darurat dan pelaksana kegiatan darurat pada saat terjadi bencana. Dimana seluruh personil Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) akan terjun langsung ke lokasi bencana untuk memberikan respon penanggulangan bencana sesuai dengan prosedur tanggap darurat bencana yang ada (kaji cepat, penyelamatan dan evakuasi).
3. Pelayanan pasca bencana, pelayanan ini memberikan dukungan
kegiatan pada saat setelah bencana terjadi yaitu menyedikan data dan informasi khususnya dalam pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi.
Pada dasarnya pelayanan ini berkesinambungan mulai dari
pelayanan sebelum bencana, saat bencana dan pasca bencana. Pelayanan
ini merupakan tanggung jawab dan wewenang dari Pusat Pengendalian
Operasi (Pusdalops). Tiga fase tersebut adalah tahapan siklus manajemen
penanggulangan bencana yang kita kenal selama ini (pencegahan dan
mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan). Berikut siklus