• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pusat Pengendalian Operasi (PUSDALOPS) BPBD Kota Cilegon dalam Pelayanan Penanggulangan Bencana di Kota Cilegon - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peran Pusat Pengendalian Operasi (PUSDALOPS) BPBD Kota Cilegon dalam Pelayanan Penanggulangan Bencana di Kota Cilegon - FISIP Untirta Repository"

Copied!
288
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh :

Mila Octafia

NIM. 6661130207

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)

ABSTRAK

Mila Octafia. NIM. 6661130207. Skripsi. 2017. Peran Pusat Pengendalian Operasi (PUSDALOPS) BPBD Kota Cilegon dalam Pelayanan Penanggulangan Bencana di Kota Cilegon. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I: Riny Handayani, M.Si, Dosen Pembimbing II: Anis Fuadi, M.Si.

Permasalahan dalam penelitian ini diantaranya sistem informasi yang dikelola

Pusdalops BPBD Kota Cilegon tidak update serta terbatasnya sarana dan

prasarana yang dimiliki Pusdalops BPBD Kota Cilegon dalam menunjang kelancaran kegiatan pengelolaan informasi kebencanaan. Fokus dalam penelitian ini adalah peran Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kota Cilegon dalam pelayanan penanggulangan bencana di Kota Cilegon. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui gambaran tentang peran Pusdalops BPBD Kota Cilegon. Teori yang digunakan yaitu teori peran menurut Biddle & Thomas dalam Sarwono (2006:216) yang meliputi: harapan, norma, wujud perilaku, dan penilaian & sanksi. Metode yang digunakan yaitu kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Informan dalam penelitian ini yaitu instansi terkait kebencanaan, masyarakat, industri, Untirta, Manajer Pusdalops dan staf operator Pudalops BPBD Kota Cilegon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pusdalops BPBD Kota Cilegon belum memainkan perannya dengan optimal karena harapan-harapan masyarakat belum terpenuhi diantaranya penambahan personil, peralatan dan penggabungan lokasi Rupusdalops, Posko dan Kantor BPBD Kota Cilegon. Selain itu, ditemukan peralatan-peralatan yang rusak seperti sirine dan siaran video digital yang berfungsi untuk mendiseminasikan peringatan dini kepada pejabat berwenang dan masyarakat. Saran dalam penelitian ini yaitu penggabungan tiga kantor dalam satu lokasi serta adanya anggaran untuk melakukan perawatan rutin peralatan-peralatan Pusdalops BPBD Kota Cilegon.

(3)

ABSTRACT

Mila octafia. NIM. 6661130207. Paper Research. 2017. Role of Peran Pusat Pengendalian Operasi (PUSDALOPS) BPBD Cilegon in Disaster Management Service in Cilegon. Department of Public Administration. Faculty of Social and Political Sciences. Sultan of Ageng Tirtayasa University. Advistor I: Riny Handayani, M.Si, Advistor II: Anis Fuadi, M.Si.

Problems of this research include information systems which managed by Pusdalops BPBD Cilegon not updated and limited facilities and infrastructure which owned by Pusdalops BPBD Cilegon in supporting the smoothness of disaster information management activities. The focus of this research is the role

of Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Cilegon in disaster

management service in Cilegon. The purpose of this research is to know the description about the role of Pusdalops BPBD Cilegon. The theory used is the role theory according to Biddle & Thomas in Sarwono (2006: 216) which includes: expectation, norm, performance, and evaluation & sanction. The method used is qualitative. Data collection techniques used were observation, interview and documentation. Informants of this research are agencies related of disaster, society, industry, Untirta, Pusdalops Manager and operator staff of Pusdalops BPBD Cilegon. The result of the research shows that Pusdalops BPBD Cilegon has not played its role optimally because the society expectations has not been fulfilled including the addition of personnel, equipment and merging of Crisis Centre, Posko and BPBD Cilegon office. Besides, there are found damaged equipment such as sirens and digital video broadcast that serve to dissiminate early warning to the authorities and the public. Suggestions in this research is the representation of three offices in one location and the budget for maintenance routinely of equipments Pusdalops BPBD Cilegon.

(4)
(5)

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan

beb

erapa derajat.” (Q.S. Al

-Mujadalah:11)

“Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia, maka ia

harus memiliki ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan

kehidupan akhirat maka itu pun harus dengan ilmu, dan

barangsiapa yang menginginkan keduanya maka itu pun harus

dengan ilmu.”

(HR. Thabrani)

Skripsi ini saya persembahkan untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta, Bapak Hasni dan Ibu Bahariah (Almh)

serta kakak dan adikku tersayang Sulhafiyah dan Lismanda Islamia

(6)
(7)
(8)

i

junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah mengiringi doa dan

harapan penulis untuk mewujudkan terselesaikannya skripsi ini yang berjudul

Peran Pusat Pengendalian Operasi (PUSDALOPS) BPBD Kota Cilegon dalam Pelayanan Penanggulangan Bencana di Kota Cilegon”.

Hasil penelitian ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak yang selalu mendukung peneliti secara moril maupun materil.

Untuk itu dengan segenap ketulusan hati, pada kesempatan ini peneliti ingin

mengucapkan terima kasih yang tak terhingga khususnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

2. Bapak DR. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan III Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

6. Ibu Listyaningsih, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara

(9)

ii

senantiasa memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis

dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

9. Bapak Anis Fuadi, M.Si., sebagai dosen pembimbing II yang telah

senantiasa memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis

dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

10.Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali

penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

11.Para staf Tata Usaha (TU) Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

atas segala bantuan informasi selama perkuliahan.

12.Bapak Purwadi, S.Sos, M.Si selaku Plt. Kepala Pelaksana Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cilegon yang telah

memberikan informasi, data, dan ketersediaan waktu dalam proses

pengambilan data untuk penulis.

13.Bapak H. Ahmad Mafruh, S.Ag, MM selaku Kepala Seksi Tanggap

Darurat BPBD Kota Cilegon yang telah berkenan menjadi informan dan

memberikan informasi, data, dan ketersediaan waktu dalam proses

(10)

iii

penulis.

15.Seluruh Staf Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota

Cilegon yang telah berkenan memberikan informasi, data, dan

ketersediaan waktu untuk penulis.

16.Seluruh Staf Pusdalops BPBD Kota Cilegon, khususnya Pak Dimaz, Pak

Nurul, Pak Sunhaji, Pak Nawa dan Pak Erwin yang telah menjadi

informan dan memberikan banyak informasi yang saya butuhkan selama

penyusunan skripsi.

17.Dr. Romi Wiyadinata, ST. M.Eng selaku Kepala Bidang Mitigasi Bencana

dsn Human Factor Fakultas Teknik Untirta Cilegon yang telah berkenan

menjadi informan dan memberikan informasi, data, dan ketersediaan

waktu dalam proses pengambilan data untuk penulis.

18.Instansi terkait kebencanaan Kota Cilegon diantaranya Dinas Sosial,

Tagana, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan, Pemadam Kebakaran

dan Palang Merah Indonesia yang telah menjadi informan dan

memberikan banyak informasi yang saya butuhkan selama penyusunan

skripsi.

19. Kodim 0623 Kota Cilegon dan Polres Kota Cilegon yang telah

memberikan informasi/data dan ketersediaan waktu dalam pengambilan

(11)

iv

21.Ayahanda tercinta Bapak Hasni yang telah memberikan pengorbanan dan

kebahagiaan. Terimakasih atas segala doa, kasih sayang, bimbingan,

perhatian, dukungan serta motivasi yang tiada henti.

22.Nenekku Ibu Saki yang telah merawat dan menjaga aku dari bayi hingga

saat ini. Terimakasih selalu mendoakan, memberikan cinta dan kasih

sayang.

23.Kakak serta adikku Sdr. Ramli Yudiana, SE, Sdri. Sulhafiyah dan Sdri.

Lismanda Islamia yang senantiasa mendoakan dan memberikan dorongan.

Dukungan kalian sangat berarti.

24.Para sahabat Apriadalista, Faizah Noor, Hanny Minati, Wulan Resti dan

Yunita Rizky yang telah memberikan keceriaan dan kebahagiaan selama

empat tahun perkuliahan. Terimakasih atas semua kenangan selama ini.

25.Para sahabatku Novi Adistya, Fadilatuluyun, Linda Saraswati, Abharina

Atikah, Asep Saepudin dan Nizar Cahlia Rahman yang telah membantu

selama penyusunan skripsi.

26.Para sahabatku Teletubies reborn Linda Rahmawati, Nitalia Rohmah, dan

Eka Putri Utami yang telah mendoakan dan memberikan semangat untuk

penulis menyelesaikan skripsi ini.

(12)

v

kekurangan dan kelemahan, yang semata-mata muncul karena keterbatasan

wawasan peneliti. Untuk itu demi kesempurnaan skripsi ini, dengan senang hati

peneliti bersedia menerima segala kritik dan saran pembaca sepenuhnya.

Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan

bagi yang membacanya.

Serang, Mei 2017

(13)

vi

ABSTRAK

ABSTRACT

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ...1

1.2Identifikasi Masalah ...19

1.3Batasan Masalah...20

1.4Rumusan Masalah ...20

1.5Tujuan Penelitian ...20

(14)

vii BAB II DESKRIPSI TEORI PENELITIAN

2.1Deskripsi Teori ...26

2.1.1 Definisi Peran ...26

2.1.2 Bencana ...32

2.1.3 Penanggulangan Bencana...35

2.1.4 Bencana Di kota Cilegon ...39

2.1.5 Organisasi ...41

2.2Penelitian Terdahulu ...43

2.3Kerangka Pemikiran ...45

2.4Asumsi Dasar ...48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Metode Penelitian...49

3.2Fokus Peneltian ...50

3.3Lokasi Penelitian ...50

3.4Instrumen Penelitian...50

3.5Informan Penelitian ...51

(15)

viii

3.8Jadwal Penelitian ...61

BAB IV HASIL PEMBAHASAN 4.1Deskripsi Objek Penelitian ...62

4.1.1 Gambaran Umum Kota Cilegon...62

4.1.2 Gambaran Umum BPBD Kota Cilegon ...65

4.1.3 Gambaran Umum Pusat Pengendalian Operasi (PUSDALOPS) ...69

4.2Informan Penelitian ...79

4.3Deskripsi Data ...81

4.4Analisis Hasil Penelitian ...84

4.4.1 Harapan (Expectation) ...84

4.4.2 Norma (Norm) ...106

4.4.3 Wujud Perilaku (Performance) ...122

4.4.4 Penilaian and Sanksi (Evaluationand Sanction) ...139

(16)

ix

5.2Saran ...166

DAFTAR PUSTAKA

(17)

x

1.2 Persentase Kejadian Bencana di Kota Cilegon

Tahun 2015-2016………7

1.3 Peta Rawan Bencana Banjir di Kota Cilegon………9

2.1 Siklus Manajemen Bencana………..38

2.2 Kerangka Berpikir……….47

3.1 Proses Analisis Data………..57

4.1 Peta Wilayah Kota Cilegon………...63

4.2 Struktur Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Cilegon………..68

4.3 Pusdalops sebagai Pengelola Informasi……….73

(18)

xi

1.3 Fasilitas Sarana dan Prasarana yang dimiliki Pusdalops

Kota Cilegon……….12

1.4 Daftar Nama-Nama Perusahaan Kimia di Kawasan Zona 1 Tahun 2015……….13

3.1 Deskripsi Informan Penelitian………...52

3.2 Pedoman Wawancara……….54

3.3 Waktu dan Rincian Kegiatan………..61

4.1 Luas Wilayah, Jumlah Kelurahan, RT dan RW di Kota Cilegon Tahun 2016……….64

4.2 Daftar Informan Peneliti……….80

(19)

xii

Lampiran 3 Rekapitulasi Temuan Lapangan

Lampiran 4 Membercheck

Lampiran 5 Matriks Kategorisasi Data

Lampiran 6 Dokumentasi

Lampiran 7 Perka BNPB No.15 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pusat

Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana

(PUSDALOPSPB)

Lampiran 8 Rekapitulasi Kejadian Bencana di Kota Cilegon 2015 – 2016

Lampiran 9 SOP Tanggap Darurat BPBD Kota Cilegon

Lampiran 10 Form Bimbingan Skripsi

(20)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia

berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk

Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UNISDR) yang dilansir dari

website British Broadcasting Corporation (BBC) Indonesia yaitu menduduki

peringkat tertinggi untuk ancaman bahaya tsunami, tanah longsor, dan gunung

berapi. Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak

pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua

Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan

dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari

Pulau Sumatera – Jawa – Nusa Tenggara - Sulawesi, yang sisinya berupa

pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh

rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti

letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor (Sumber:

Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) 2006 – 2009,

(21)

Bersamaan dengan pernyataan tersebut, pemerintah Indonesia mempunyai

kewajiban dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana

meliputi tahap prabencana, tanggap darurat, dan pasca bencana. Hal ini tertuang

dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat dengan jelas

menyatakan bahwa “Negara Republik Indonesia bertanggung jawab melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia”, yakni

memberikan perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupan termasuk

perlindungan dari ancaman bencana dalam rangka mewujudkan kesejahteraan

umum. Instansi yang berwenang dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana

secara nasional adalah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Berdasarkan data sementara selama tahun 2016 yaitu dari bulan Januari

sampai bulan November 2016, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

mencatat telah terjadi 2.171 kejadian bencana di Indonesia. Jumlah ini masih akan

mengalami peningkatan karena curah hujan di bulan Desember 2016 akan terus

meningkat sehingga kejadian banjir, longsor dan puting beliung diprediksi akan

terus terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Selain itu, belum semua kejadian

bencana yang ada di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di laporkan

ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Jumlah kejadian bencana

sebanyak 2.171 bencana ini adalah rekor tertinggi yang pernah terjadi di Indonesia

sejak 10 tahun terakhir. Berikut grafik perkembangan jumlah kejadian bencana di

(22)

Gambar1.1

Grafik Perkembangan jumlah kejadian bencana di Indonesia Tahun 2007 – 2016

(Sumber : Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 2016)

Berdasarkan grafik di atas, jumlah kejadian bencana di Indonesia setiap

tahun mengalami naik turun. Namun, tahun 2016 menjadi tahun terkelam untuk

urusan bencana. Karena jumlah kejadian bencana di tahun 2016 merupakan

jumlah tertinggi yang pernah terjadi di Indonesia dari tahun-tahun sebelumnya.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga telah memetakan

daerah-daerah rawan longor dan banjir di Indonesia. 10 daerah paling rawan yaitu

Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Barat, Kalimantan Timur,

Jogjakarta, Aceh, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Banten.

Diperkirakan akan ada 64 juta jiwa masyarakat yang terpapar dari bahaya banjir

dengan intensitas sedang hingga tinggi, dan setidaknya ada 40,9 juta jiwa

penduduk terpapar dari bahaya longsor dengan intensitas sedang hingga tinggi.

0 500 1000 1500 2000 2500

(23)

Provinsi Banten masuk ke dalam salah satu daerah dari 10 daerah yang

paling rawan bencana banjir dan longsor dengan intensitas bahaya sedang hingga

tinggi. Secara umum, Provinsi Banten merupakan dataran rendah dengan

ketinggian 0 – 200 meter di atas permukaan laut, serta memiliki beberapa gunung

dengan ketinggian mencapai 2.000 meter di atas permukaan laut. Provinsi Banten

terdiri dari empat kabupaten dan empat kota, yaitu Kabupaten Pandeglang,

Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, Kota Tangerang,

Kota Cilegon, Kota Serang, dan Kota Tangerang Selatan (Sumber: Badan Pusat

Statistik (BPS) , 2016).

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Provinsi Banten pada tahun 2016, di wilayah Provinsi Banten teridentifikasi 7

jenis kejadian bencana, meliputi: banjir, kebakaran, puting beliung, kekeringan,

tanah longsor, gempa bumi, dan kegagalan teknologi. Wilayah Kabupaten/Kota di

Provinsi Banten rentan akan berbagai macam bencana. Berikut data kejadian

(24)

Tabel 1.1

Data Kejadian bencana di Provinsi Banten Tahun 2016

No Kab/Kota Jumlah

(Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten,

2016)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa Kabupaten/Kota yang sering

mengalami bencana yaitu Kabupaten Lebak dan Kabupaten Serang dengan

komposisi yang sama yaitu 56 jumlah kejadian bencana, kemudian Kota Cilegon

dengan komposisi 23 jumlah kejadian bencana. Dari 7 jenis bencana, banjir adalah

bencana yang paling sering terjadi yaitu sebanyak 76 kejadian. Sedangkan,

(25)

Sebagai wilayah yang rentan akan berbagai macam ancaman bencana serta

dalam rangka mendukung pelaksanaan penganggulangan bencana yang efektif,

terpadu dan menyeluruh, pemerintah Indonesia telah membentuk Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sebagaimana yang diamanatkan

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pada

pasal 18. Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana, maka pemerintah pusat serta pemerintah daerah

menjadi penanggungjawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.

Sebagai implementasi dari peraturan tersebut, pada saat ini Provinsi Banten telah

memiliki BPBD di tingkat Provinsi dan memiliki BPBD di setiap kabupaten/kota.

Kota Cilegon merupakan salah satu dari empat kabupaten dan empat kota

di Provinsi Banten yang rawan bencana. Bersumber dari Indeks Resiko Bencana

Indonesia (IRBI) tahun 2013, Kota Cilegon termasuk ke dalam wilayah yang

memiliki indeks resiko bencana multi ancaman dengan kelas resiko yang tinggi

dengan skor 182 (berada pada urutan 103 resiko tertinggi dari 496

Kabupaten/Kota di Indonesia). Faktor geografis yang menjadi penyebab utama

ancaman bencana alam di Kota Cilegon, antara lain meletusnya gunung berapi

(Gunung Anak Krakatau di Provinsi Lampung), gempa bumi akibat tumbukan dan

pergeseran lempeng, serta tsunami yang disebabkan oleh gempa tektonik di

perairan Selat Sunda maupun Samudera Hindia. Selain itu, faktor perkembangan

wilayah dan pembangunan juga menjadikan Kota Cilegon rawan terhadap

bencana non-alam seperti kegagalan teknologi (kecelakaan industri). Berikut

(26)

Gambar 1.2

Persentase Kejadian Bencana di Kota Cilegon Tahun 2015-2016

(Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cilegon, 2016)

Hal di atas menunjukkan bahwa bencana yang sering terjadi di Kota

Cilegon adalah banjir yaitu sebanyak 40%. Sedangkan, untuk bencana kegagalan

teknologi, kekeringan dan cuaca ekstrim memiliki presentase yang setara yaitu

sebanyak 20%. Faktor utama penyebab banjir yang terjadi di Kota Cilegon

disebabkan oleh hujan deras. Namun, ada banyak faktor lain yang menjadi

penyebab banjir di Kota Cilegon. Beberapa di antaranya adalah sistem drainase

yang buruk, kurangnya lahan resapan air, kebiasaan membuang sampah

sembarangan dan meningginya endapan sedimentasi di sejumlah kali maupun

sungai yang turut memicu meningkatnya kerentanan potensi ancaman bencana

banjir di Kota Cilegon (Sumber: Sunhaji, Staf Operator Pusdalops BPBD Kota

Cilegon, wawancara dilakukan pada tanggal 14 Oktober 2016 pukul 10.00 WIB

pada masa observasi awal).

0% 10% 20% 30% 40% 50%

Banjir Kegagalan Teknologi

(27)

Adapun rekapitulasi kejadian bencana di Kota Cilegon tahun 2016 dapat

dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.2

Rekapitulasi Kejadian Bencana Banjir di Kota Cilegon Tahun 2016

No. Jenis

Bencana

Jumlah Lokasi Kerugian

1. Banjir 13 Kali 1. Kecamatan Ciwandan: Link.Cilodan,

Link.Ciwandan, Link.Jublin, Komp. Sinyar, Tegal Buntu, Cigading Lor, Cigading Tengah, Link.Serang Ilir, dan Link.Umbul Jabar.

2. Kecamatan Pulomerak: Link.Sawah, Link.Laharmas, Link.Bumiwaras, Link.Babakanturi, Link.Sukasari, dan Link.Sawah Pulorida.

3. Link.Ciora Waseh Kecamatan Grogol 4.Link.Kaligandu Kecamatan Purwakarta 5. Kelurahan Citangkil

6.Link.Seneja Sawah Kecamatan Jombang

Total 8.931 Link.Langon Indah, Link.Pancuran.

2.Kecamatan Grogol : Link. Watu

Lawang

4 Kali Jl. Raya Merak (Depan Hotel Mangku

Putra) Kec. Pulomerak, Link. Kalentemu Timur Kec. Citangkil, Jl. Buyut Arman Kec. Citangkil, dan Jl. Rajawali Kec. Cibeber

1 Kali PT. Dover Chemical Kec. Grogol 1 orang

meninggal, 2

(28)

Berdasarkan tabel di atas, jenis bencana yang kerap kali terjadi di Kota

Cilegon pada tahun 2016 yaitu banjir dengan jumlah 13 kali kejadian. Tidak ada

korban jiwa yang disebabkan oleh bencana banjir. Sedangkan, bencana yang

banyak menimbulkan kerusakan yaitu longsor sebanyak 5 kali kejadian dengan

kerugian 5 rumah warga mengalami rusak berat dan 7 rumah warga mengalami

rusak ringan. Selanjutnya, di urutan ketiga yaitu puting beliung dengan jumlah

kejadian sebanyak 4 kali yang mengakibatkan 1 rumah warga tertimpa pohon, dan

di urutan terakhir yaitu bencana kegagalan teknologi sebanyak 1 kali kejadian

yang menimbulkan kerugian materi dan menelan korban jiwa. Oleh karena itu,

peneliti akan mencoba menunjukkan peta rawan bencana banjir di Kota Cilegon:

Gambar 1.3

Peta Rawan Bencana Banjir di Kota Cilegon

(29)

Berdasarkan gambar di atas, semua titik di 8 Kecamatan Kota Cilegon

memiliki potensi bencana banjir. Warna hijau memiliki arti indeks bahaya banjir

dengan intensitas rendah yaitu Kecamatan Cibeber, Kecamatan Cilegon dan

Kecamatan Jombang. Warna kuning memiliki arti indeks bahaya banjir dengan

intensitas sedang yaitu Kecamatan Purwakarta dan Kecamatan Grogol.

Sedangkan, warna merah memiliki arti indeks bahaya banjir dengan intensitas

tinggi yaitu Kecamatan Citangkil, Kecamatan Ciwandan dan Kecamatan

Pulomerak.

Sebagai salah satu daerah yang rawan bencana, Pemerintah Kota Cilegon

telah membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang

dilegalkan melalui Peraturan Daerah (Perda) Kota Cilegon Nomor 5 Tahun 2014

tentang Pembentukan Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(BPBD) Kota Cilegon. Pemerintah Kota Cilegon juga menerbitkan Peraturan

Walikota Cilegon Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Kerja dan Uraian Tugas

Jabatan Struktural Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cilegon

sebagai acuan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Penanggulangan

Bencana Daerah (BPBD) yang pengisian struktur organisasinya dilakukan pada

tanggal 22 Januari 2015, pasalnya hingga akhir tahun 2014 Kota Cilegon menjadi

satu-satunya kabupaten/kota di Provinsi Banten yang belum memiliki Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) (Sumber: Buletin Kegiatan Badan

(30)

Dalam rangka mengurangi kerentanan dan resiko bencana di Kota

Cilegon, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cilegon

berkomitmen membenahi sistem informasi sebagai upaya penanggulangan

bencana di Kota Cilegon. Salah satu upaya yang ditempuh yaitu dengan

memperkuat Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops). Penguatan Pusdalops

dilakukan agar semua data informasi terkait bencana di Kota Cilegon dapat

diakses dengan cepat dan akurat oleh seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) yang memiliki peran dalam penanggulangan bencana dan seluruh lapisan

masyarakat (Sumber: Bapak Purwadi, S.Sos., M.Si selaku Plt. Kepala Pelaksana

BPBD Kota Cilegon, dikutip dari Buletin BPBD Kota Cilegon 2016, hal.15).

Oleh karena itu, sejalan dengan pentingnya ketersediaan data dan

informasi kebencanaan yang cepat dan akurat, maka dibentuklah Pusat

Pengendalian Operasi (Pusdalops) yang diperkuat dengan adanya Peraturan

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Perka BNPB) Nomor 3 Tahun

2008 tentang Pedoman Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(BPBD) pada bab 3 mengamanatkan agar dalam melaksanakan tugasnya, kepala

pelaksana BPBD wajib membentuk Satuan Tugas Pusat Pengendalian Operasi

(Pusdalops).

Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) adalah unit organisasi (satgas)

fungsional pada BPBD yang didukung fasilitas sarana dan prasarana dengan

fungsi utamanya yaitu sebagai pengelola informasi bencana meliputi menerima

informasi/data, mencatat, mengolah dan mendesiminasikan informasi/data yang

(31)

(Pusdalops) juga memiliki fungsi sebagai pengendali koordinasi antar

instansi/lembaga kebencanaan maupun masyarakat dalam pelaksanaan

penanggulangan bencana pada pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.

Tabel 1.3

Fasilitas Sarana dan Prasarana yang dimiliki Pusdalops BPBD Kota Cilegon

Nama Barang Jumlah

Monitor 3

Komputer 6

DVB (Digital Video Broadcast) 1

Motor Trail 7

HT (Handy Talk) 6

Rupusdalops (Ruang Pusat Pengendalian Operasi) 1

Pos Pusdalops BPBD Kota Cilegon 1

(Sumber: Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kota Cilegon, 2016)

Berdasarkan tabel di atas, sarana yang dimaksud adalah alat atau

benda-benda yang digunakan Pusdalops BPBD Kota Cilegon untuk mencapai tujuan

sebagai pengelola informasi kebencanaan maupun pengendali koordinasi antar

lembaga maupun masyarakat yaitu Monitor, Komputer, DVB (Digital Video

Broadcast) dan HT (Handy Talk). Monitor digunakan untuk melakukan

pemantauan kondisi alam dan aktivitas terhadap potensi bencana di Kota Cilegon

yang dilakukan terus menerus (setiap hari) oleh petugas piket Pusdalops BPBD

Kota Cilegon, yaitu perkiraan cuaca meliputi kelembaban, kecepatan angin, tinggi

gelombang, gempa dan potensi tsunami. Hal tersebut dilakukan pada saat sebelum

bencana. Komputer juga digunakan untuk melakukan pemantauan atau

mendeteksi bencana, komputer ini dilengkapi dengan inawear (aplikasi website)

sehingga terhubung dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

(32)

Video Broadcast) merupakan alat yang digunakan Pusdalops BPBD Kota Cilegon

untuk menyebarluaskan (mendiseminasikan) informasi dari BMKG terkait

ancaman bencana gempa bumi kepada stakeholder, lembaga/instansi kebencanaan

maupun masyarakat, dan HT (Handy Talk) adalah alat atau sistem komunikasi

yang dipakai Pusdalops BPBD Kota Cilegon ketika kondisi normal maupun saat

terjadi bencana seperti banjir, longsor atau bencana lainnya. Sedangkan, yang

dimaksud prasarana yaitu segala sesuatu yang merupakan penunjang utama

terselenggaranya tujuan Pusdalops BPBD Kota Cilegon, dalam hal ini lebih

ditujukan pada Rupusdalops (Ruang Pusat Pengendalian Operasi) dan Pos

Pusdalops BPBD Kota Cilegon. Rupusdalops (Ruang Pusat Pengendalian

Operasi) saat ini berada di Kecamatan Citangkil. Sementara, Pos Pusdalops BPBD

Kota Cilegon berada di Kecamatan Jombang, bersebelahan dengan BPBD Kota

Cilegon. Perbedaan lokasi ini, dikarenakan BPBD Kota Cilegon belum

mempunyai kantor permanen sejak 2 tahun lalu pembentukannya yang

mengakibatkan lokasi Rupusdalops (Ruang Pusat Pengendalian Operasi) tidak

tersentralisasi dengan BPBD Kota Cilegon.

Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Kota Cilegon sudah terbentuk

dari 8 tahun yang lalu, dari tahun 2008 dengan nama Satuan Pelaksana

Penanggulangan Bencana (Satlak-PB) yang mulanya berada dibawah tanggung

jawab Dinas Lingkungan Hidup Pertambangan dan Energi Kota Cilegon.

Kemudian, mengalami pemindahan tanggung jawab dibawah Kepala Badan

Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Kota Cilegon.

(33)

yang mengetahui bahwa Kota Cilegon termasuk ke dalam wilayah yang memiliki

kerentanan yang cukup tinggi terhadap bencana. Hal yang mendasari

pembentukan Satlak-PB Kota Cilegon diawali dengan tragedi tsunami yang

menimbulkan kerusakan terbesar dan terluas dalam sejarah dunia di kawasan

Samudera Hindia akibat gemba bumi 8,9 Skala Richter di sekitar Pulau Simeuleu

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada tanggal 26 Desember 2004.

Dalam merespon dan menindaklanjuti Peraturan Daerah (Perda) Kota Cilegon

Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pembentukan Organisasi BPBD Kota Cilegon,

maka saat ini kedudukan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Kota Cilegon

berada dibawah tanggung jawab langsung Kepala Pelaksana BPBD Kota Cilegon

(Sumber:H. Ahmad Mafruh, S.Ag, MM, Kepala Seksi Tanggap Darurat BPBD

Kota Cilegon, wawancara dilakukan pada tanggal 3 Oktober 2016 pukul 10.00

WIB pada observasi awal).

Bersumber dari Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan

Bencana (Perka BNPB) Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Pusat

Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops-PB), tugas Pusdalops,

yaitu: 1).Sebelum bencana yaitu mengelola data dan informasi terkait bencana

(pengumpul, pengolah, penyaji data dan informasi kebencanaan) secara rutin

hingga mendesiminasikan kepada pejabat berwenang dan masyarakat; 2).Saat

bencana yaitu memberikan dukungan pada posko tanggap darurat dan pelaksanaan

kegiatan darurat; dan 3).Pasca bencana yaitu penyedia data dan informasi

khususnya dalam pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi. Berdasarkan

(34)

Pertama, sistem informasi yang dikelola Pusdalops BPBD Kota Cilegon

tidak update. Berdasarkan pernyataan Erwin selaku staf operator Pusdalops BPBD

Kota Cilegon, pembentukan Pusdalops Kota Cilegon pada awalnya bertujuan

untuk menekan potensi kegagalan teknologi yang cukup besar di Kota Cilegon,

namun saat ini tujuan Pusdalops BPBD Kota Cilegon lebih kompleks yaitu tidak

fokus terhadap kegagalan teknologi saja, melainkan seluruh potensi bencana yang

kemungkinan dapat terjadi di Kota Cilegon. Untuk mendeteksi bencana alam

seperti gempa bumi, banjir, kekeringan atau tanah longsor, Pusdalops BPBD Kota

Cilegon dapat memperoleh data dan informasi setiap harinya melalui pemantauan

di depan layar monitor yang dilakukan oleh petugas piket, atau bersumber dari

laporan masyarakat maupun stakeholder. Namun, untuk bencana kegagalan

teknologi, hingga saat ini sistem yang dipakai Pusdalops BPBD Kota Cilegon

masih menggunakan data 2003 sehingga data yang dimiliki Pusdalops BPBD

Kota Cilegon tidak akurat karena tidak diperbarui setiap tahunnya. Sistem yang

dimaksud yaitu Cameo (berupa database nama perusahaan dan jenis/bahan kimia),

Marplot (untuk mendeteksi posisi lokasi) dan Aloha (untuk menghitung luas

sebaran dari bahan kimia). Hal ini disebabkan akses perolehan data yang sulit dari

dunia usaha (Sumber: Erwin, Staf Operator Pusdalops BPBD Kota Cilegon,

wawancara dilakukan pada tanggal 2 Februari 2017 pukul 11.00 WIB).

Kedua, terbatasnya sarana dan prasarana yang dimiliki Pusdalops BPBD

Kota Cilegon dalam menunjang kelancaran kegiatan pengelolaan informasi

kebencanaan. Sarana dan prasarana merupakan penunjang kinerja Pusdalops

(35)

alam dan aktivitas terhadap potensi bencana yang dilakukan secara rutin serta

untuk meneruskan peringatan dini kepada instansi terkait kebencanaan dan

masyarakat. Tanpa sarana dan prasarana yang memadai, proses penyelenggaraan

penanggulangan bencana tidak dapat berjalan optimal. Saat ini, Pusdalops BPBD

Kota Cilegon hanya memiliki 1 monitor yang berfungsi, sementara 2 monitor

mengalami kerusakan. Selain itu, Sirine yang terletak pada 2 tempat yaitu

Ciwandan dan Grogol sudah tidak berfungsi. Sedangkan, Ciwandan termasuk

kedalam zona 1 kawasan bahaya ancaman kegagalan teknologi dan lokasi yang

diperkirakan akan mengalami hantaman terbesar karena bencana tsunami. Berikut

daftar nama-nama perusahaan kimia di Kawasan Zona 1 :

Tabel 1.4

Daftar Nama-Nama Perusahaan Kimia di Kawasan Zona 1Tahun 2015

No. Lokasi

KECAMATAN CIWANDAN

1. PT. Trypolyta

2. PT. Dong Jin Indonesia

3. PT. Lautan Outsuka Chemical

4. PT. Asahimas Chemical

5. PT. Bayer Material Science, PT. Polypet Karya Persada, dan PT.

Polyprima Karya Reksa

6. PT. Chandra Asri

7. PT. Nippon Shokubai Indonesia

(Sumber : Buletin Kegiatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cilegon, 2015)

Berdasarkan tabel di atas, Kecamatan Ciwandan berada di kawasan

industri-industri besar. Kondisi tersebut menyebabkan timbulnya risiko terjadinya

bencana non alam seperti bencana yang diakibatkan kebocoran industri kimia

maupun ledakan gas di industri yang akan sangat sulit diperkirakan kejadiannya.

(36)

sehingga beberapa jenis bencana seperti gempa bumi dengan bencana ikutan

Tsunami, hampir tidak mungkin diperkirakan secara akurat kapan terjadi, dimana

akan terjadi dan berapa besarannya jika meledakkan perusahaan-perusahaan kimia

tersebut (Sumber: Nurul. Staf Operator Pusdalops BPBD Kota Cilegon,

wawancara dilakukan pada tanggal 7 Oktober 2016 pukul 11.15 WIB pada masa

observasi awal).

Ketiga, belum memadainya peran Pusdalops BPBD Kota Cilegon karena

keterbatasan kapasitas SDM. Berdasarkan pernyataan Dimas selaku staf operator

Pusdalops BPBD Kota Cilegon, bahwa saat ini Pusdalops BPBD Kota Cilegon

memiliki jumlah personil 13 orang dan semua personil tersebut adalah staf

operator, yang terbagi atas 3 regu piket dengan masing-masing regu terdiri atas 4 -

5 orang, yang bertugas selama 7 hari dalam seminggu dan beroperasi selama 24

jam. Staf operator ini akan berada dalam kondisi siaga baik pada kondisi normal

maupun saat terjadi bencana. Pada saat kondisi normal, 4 orang petugas piket

dibagi di 2 tempat, 2 orang staf bertugas melakukan pantuan kejadian bencana di

Ruangan Pusat Pengendalian Operasi (Crisis Centre), dan 2 orang staf lagi

bertugas di Pos BPBD Kota Cilegon untuk menjembatani informasi antara BPBD

Kota Cilegon dengan staf Pusdalops BPBD Kota Cilegon yang berada di Crisis

Centre. Sedangkan pada saat terjadi bencana, staf Pusdalops BPBD Kota Cilegon

bertugas tidak sebatas mengelola data kejadian bencana tetapi melakukan kegiatan

darurat juga, yaitu kaji cepat data, pemberian bantuan logistik, evakuasi korban

dan penyelamatan. Hal ini memiliki arti bahwa dengan jumlah personil 4 - 5 orang

(37)

(Sumber: Dimas, Staf Operator Pusdalops BPBD Kota Cilegon, wawancara

dilakukan pada tanggal 7 Oktober 2016 pukul 11.00 WIB pada observasi awal).

Keempat, belum tersedianya jaringan komunikasi yang dimiliki Pusdalops

BPBD Kota Cilegon untuk mendiseminasikan peringatan dini kepada masyarakat.

Dalam hal ini, Pusdalops BPBD Kota Cilegon memiliki peran sebagai penerima,

pengolah dan penerus peringatan dini kepada pejabat berwenang, instansi terkait

kebencanaan dan masyarakat. Namun, jaringan komunikasi yang dimiliki

Pusdalops BPBD Kota Cilegon hanya dapat menyebarkan informasi bencana

kepada lembaga prantara seperti pemerintah daerah, BNPB, BPBD, POLRI, TNI,

pihak media, dan institusi lainnya. Kemudian pemangku kepentingan

kebencanaan ini yang akan membantu mendiseminasikan peringatan dengan

sistem broadcast kepada masyarakat. Hal ini disebabkan sistem yang dimiliki

Pusdalops BPBD Kota Cilegon yaitu sistem penerima peringatan (warning

receiver system) yang hanya dapat mengirim informasi kebencanaan kepada 25

informan saja melalui SMS dengan jumlah karakter yang terbatas (160 karakter),

jika lebih dari 25 informan maka sistem ini akan berjalan lambat (Sumber: Wahyu

Iskandar, ST., Kepala Seksi Kesiapsiagaan BPBD Kota Cilegon. wawancara

dilakukan pada tanggal 7 Oktober 2016 jam 09.30 WIB pada observasi awal).

Kelima, belum adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) Pusdalops

BPBD Kota Cilegon. Berdasarkan pernyataan Bapak H, Ahmad Mafruh selaku

Kepala Seksi Tanggap Darurat BPBD Kota Cilegon, bahwa hingga saat ini belum

ada SOP yang dikeluarkan BPBD Kota Cilegon untuk Satgas Pusdalops BPBD

(38)

menggunakan SOP Tanggap Darurat yang ada (Sumber:H. Ahmad Mafruh, S.Ag,

MM., Kepala Seksi Tanggap Darurat BPBD Kota Cilegon, wawancara dilakukan

pada tanggal 2 Februari 2016 pukul 09.20 WIB).

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk mengkaji

lebih lanjut masalah tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul “Peran Pusat

Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kota Cilegon dalam Pelayanan

Penanggulangan Bencana di Kota Cilegon”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, masalah yang dapat

diidentifikasi sebagai dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Sistem informasi yang dikelola Pusdalops BPBD Kota Cilegon tidak

update;

b. Terbatasnya sarana dan prasarana yang dimiliki Pusdalops BPBD Kota

Cilegon dalam menunjang kelancaran kegiatan pengelolaan informasi

kebencanaan;

c. Belum memadainya peran Pusdalops BPBD Kota Cilegon karena

keterbatasan kapasitas SDM;

d. Belum tersedianya jaringan komunikasi yang dimiliki Pusdalops BPBD

Kota Cilegon untuk mendiseminasikan peringatan dini kepada masyarakat;

e. Belum adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) Pusdalops BPBDKota

(39)

1.3 Batasan Masalah

Dari identifikasi masalah tersebut, peneliti memfokuskan permasalahan

untuk menjaga agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan

pembahasan lebih mengarah pada pemahaman yang lebih baik maka, dalam

penelitian ini membatasi masalah pada ruang lingkup permasalahan mengenai

Peran Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kota Cilegon dalam

Pelayanan Penanggulangan Bencana di Kota Cilegon.

1.4 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu,: “Bagaimana peran

Pusdalops BPBD Kota Cilegon dalam pelayanan penanggulangan bencana di

Kota Cilegon?”

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka, tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian Peran Pusdalops BPBD Kota Cilegon dalam Pelayanan

Penanggulangan Bencana Daerah di Kota Cilegon yaitu,: “Untuk mengetahui

sejauh mana peran Pusdalops BPBD Kota Cilegon dalam pelayanan

penanggulangan bencana di Kota Cilegon.”

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

(40)

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas

pengetahuan yang berkaitan dengan Ilmu Administrasi Negara, terutama

mengenai peran suatu lembaga/organisasi dalam penanggulangan bencana,

serta dapat mengembangkan teori-teori yang telah ada sehingga

memperkaya hasil-hasil ilmu pengetahuan yang baru.

b. Secara Praktis, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi bagi

peneliti-peneliti lain yang menjadikan peran lembaga maupun

penanggulangan bencana sebagai objek penelitiannya, dan juga dapat

meningkatkan kualitas belajar dan referensi berfikir, serta memberikan dan

menambah ilmu pengetahuan bagi peneliti dan mahasiswa lainnya.

1.7 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang sistematis serta dapat dengan mudah

dipahami maka penelitian ini disusun berdasarkan ketentuan yang biasa digunakan

sesuai petunjuk penulisan penelitian dari perguruan tinggi tempat penulis belajar,

dengan ketentuan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

1.1Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah menerangkan atau menjelaskan ruang lingkup dan

kedudukan masalah yang akan diteliti. Bentuk penerapan dan penjelasan

diuraikan secara deduktif, artinya dimulai dari penjelasan yang berbentuk

(41)

1.2Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah mendeteksi aspek permasalahan yang muncul

berkaitan dari tema/topik/judul penelitian atau dengan masalah.

1.3Batasan Masalah

Pembatasan masalah memfokuskan pada masalah spesifik yang akan

diajukan dalam rumusan masalah.

1.4Rumusan Masalah

Rumusan masalah bertujuan untuk memiliki dan menetapkan masalah yang

paling penting yang berkaitan dengan judul penelitian.

1.5Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai

dengan dilaksanakannya penelitian terhadap permasalahan yang telah

dirumuskan sebelumnya.

1.6Manfaat Penelitian

Menjelaskan manfaat teoritis dan praktis dalam temuan penelitian. Manfaat

teoritis berguna memberikan kontribusi tertentu terhadap perkembangan

teori dan ilmu pengetahuan serta dunia akademis. Manfaat praktis

memberikan kontribusi tertentu terhadap objek penelitian, baik individual,

kelompok maupun organisasi.

1.7Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang sistematis serta dapat dengan mudah

dipahami maka tugas Skripsi ini disusun berdasarkan ketentuan yang biasa

(42)

BAB II Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Asumsi Dasar

2.1Deskripsi Teori

Deskripsi teori memuat hasil kajian terhadap sejumlah teori yang relevan

dengan permasalahan yang variabel penelitian sehingga akan memperoleh

konsep penelitian yang jelas

2.2Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menjelaskan tentang referensi penelitian yang sudah

ada sebelumnya.

2.3Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran penelitian menggambarkan alur pikiran peneliti

sebagai kelanjutan dari teori untuk memberikan penjelasan kepada

pembaca dapat dilengkapi dengan sebuah bagan yang menunjukkan alur

pikiran peneliti serta kaitan antara teori yang diteliti.

2.4Asumsi Dasar

Asumsi dasar menjelaskan tentang pikiran awal peneliti terhadap suatu

masalah atau kajian yang diteliti.

BAB III Metodologi Penelitian

3.1Pendekatan dan Metode Penelitian

Bagian ini menguraikan tentang pendekatan penelitian kualitatif

(43)

3.2Fokus Penelitian

Bagian ini membatasi dan menjelaskan substansi materi kajian penelitian

yang akan dilakukan.

3.3Lokasi Penelitian

Menjelaskan tempat (locus) penelitian dilaksanakan dan alasan

memilihnya.

3.4Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menjelaskan tentang instrumen penelitian yang

dipakai oleh peneliti dalam melakukan penelitian.

3.5Informan Penelitian

Menjelaskan tentang teknik yang digunakan dalam menentukan informan

penelitian.

3.6Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Menjelaskan tentang teknik analisis dan rasionalisasinya yang sesuai

dengan sifat data yang diteliti. Pengumpulan data kualitatif dilakukan

melalui pengamatan berperan serta, wawancara, dokumen dan

bahan-bahan visual. Analisis data dilakukan melalui pengkodean dan

pengkodingan data (berdasarkan kategorisasi data) sampai penyimpulan

akhir.

3.7Jadwal Penelitian

Menjelaskan tentang waktu penelitian dari waktu pelaksanaan penelitian

(44)

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1Deskripsi Objek Penelitian

Menjelaskan mengenai objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian

secara jelas, struktur organisasi dan populasi atau sampel (dalam

penelitian ini menggunakan informan).

4.2Deskripsi Data

Menjelaskan hasil penelitian yang diolah dari data mentah dengan

mempergunakan teknik analisa data yang relevan.

4.3Temuan Lapangan

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan

menggunakan teknik analisa data kualitatif.

4.4Pembahasan

Merupakan pembahasan lebih lanjut dan lebih rinci terhadap hasil

penelitian.

Bab V Penutup

5.1Kesimpulan

Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara jelas, singkat dan

juga mudah dipahami.

5.2Saran

Memiliki isi berupa tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap

(45)

26 2.1 Deskripsi Teori

Dalam bidang Administrasi Hoy & Miskel dalam Sugiyono (2009:43)

mengemukakan, “Teori adalah seperangkat konsep, asumsi, dan generalisasi yang

dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai

organisasi.” Sedangkan, menurut William dalam Sugiyono (2009:41) menyatakan

bahwa suatu teori akan memperoleh arti penting, bila ia lebih banyak dapat

melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala yang ada.

2.1.1 Definisi Peran

Peran menurut Robbins (2001:249) singkatnya adalah

“Seperangkat pola perilaku yang diharapkan yang dikaitkan pada

seseorang yang menduduki suatu posisi tertentu dalam suatu unit sosial.”

Dalam penelitian ini, peran yang dimaksud yaitu peran merupakan

tugas utama yang diharapkan oleh masyarakat berupa penanganan masalah

bencana yang dilakukan oleh Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops)

BPBD Kota Cilegon sebagai unit organisasi (satgas) yang bertanggung

jawab sebagai pengelola informasi bencana (disaster information

(46)

dan lembaga baik pemerintah maupun masyarakat untuk penanganan

bencana di Kota Cilegon.

Peran atau peranan merupakan serangkaian perilaku yang

diharapkan dilakukan oleh seseorang. Pengharapan semacam itu

merupakan suatu norma yang dapat mengakibatkan terjadinya suatu

peranan. Menurut Thoha (2003:80), bagaimana seseorang berperilaku

dalam peranan organisasi sangat ditentukan oleh :

1. Karaketristik pribadinya.

2. Pengertiannya tentang apa yang diharapkan orang lain

kepadanya.

3. Kemauannya untuk mentaati norma yang telah menetapkan

pengharapan tadi.

Maka berbicara mengenai peran, Pusat Pengendalian Operasi

(Pusdalops), sebagai salah satu organisasi publik tentu saja memiliki

karakteristik peran yang berbeda dengan organisasi-organisasi publik

lainnya. Dimana, organisasi publik ini memiliki peran yang erat kaitannya

dengan masyarakat, maka peran yang dijalankan oleh organisasi publik ini

merupakan sangat penting karena besar harapan yang diharapkan dari

perannya.

Berkaitan dengan peran itu, maka akan muncul norma-norma yang

harus ditaati secara bersama-sama supaya harapan-harapan tersebut dapat

tercapai. Harapan tersebut dapat tercapai apabila setiap orang atau

organisasi publik tersebut menjalankan perannya dengan baik. Menurut

(47)

(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai

dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan dan

kedudukan tidak dapat dipisahkan, karena yang satu tergantung pada yang

lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan

tanpa peranan. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang

berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa

peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta

kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh masyarakat kepadanya.

Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang.

Peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat

meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain. Peranan yang melekat pada

diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan

kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat (sosial position)

merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada

organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi,

penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki

suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.

Menurut Levinson dalam Soekanto (2012:213), peranan mencakup

tiga hal :

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan

posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

(48)

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting sebagai struktur sosial masyarakat.

Dalam kehidupan bermasyarakat, tentu saja setiap orang memiliki

peranan yang berbeda-beda yang harus dijalankan sesuai dengan

norma-norma yang berlaku. Peranan merupakan perilaku setiap individu maupun

organisasi atau kelompok yang sangat penting dalam kehidupan

masyarakat, karena didalamya dapat dicapai harapan-harapan yang

tujuannya adalah menyejahterakan masyarakat guna saling memudahkan

satu sama lain dalam menjalankan peran masing-masing.

Sarwono (2006:215-230) menyatakan bahwa,

“Teori peran adalah teori yang merupakan perpaduan berbagai

teori, orientasi, maupun disiplin ilmu. Selain dari psikologi, teori peran berawal dari dan masih tetap digunakan dalam sosiologi dan

antropologi. Istilah “peran” diambil dari dunia teater. Dalam teater,

seseorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu ia diharapkan untuk berperilaku secara tertentu. Posisi aktor dalam teori itu kemudian dianalogikan dengan posisi seseorang dalam masyarakat. Sebagaimana halnya dalam teater, yaitu bahwa perilaku yang diharapkan daripadanya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitan dengan orang-orang lain yang berhubungan dengan orang atau aktor

tersebut. Dari sudut pandangan inilah disusun teori-teori peran.”

Dalam teorinya Biddle & Thomas dalam Sarwono (2006:224) yang

dimaksud dengan peran adalah ”Serangkaian rumusan yang membatasi

perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu”.

Masih dalam buku Sarwono (2006:215) pada teori Biddle & Thomas ini

terbagi peristilahan dalam teori peran ke dalam empat golongan, yaitu:

a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial.

b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut.

(49)

d. Kaitan antara orang dan perilaku.

Pertama, orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial

dapat dibagi dalam dua golongan sebagai berikut :

a. Aktor (actor, pelaku) yaitu orang yang sedang berperilaku

menuruti suatu peran.

b. Target (sasaran) atau orang lain (other) yaitu orang yang

mempunyai hubungan dengan aktor dan perilakunya.

Aktor maupun target bisa berubah individu ataupun kumpulan individu (kelompok). Hubungan anatara kelompok dengan kelompok misalnya terjadi antara sebuah paduan suara (aktor) dan pendengar (target).

Kedua, menurut Biddle & Thomas dalam Sarwono (2006:216), ada

lima istilah tentang perilaku dalam kaitannya dengan peran :

a. Expectation (harapan)

Harapan tentang peran adalah harapan-harapan orang lain pada umumnya tentang perilaku yang pantas, yang ditujukan pada orang yang memiliki peran-peran tertentu dalam masyrakat.

b. Norm (norma)

Menurut Secord dan Backman (1964) dalam Sarwono norma hanya merupakan salah satu bentuk harapan. Jenis-jenis harapan menurut Secord dan Backman adalah sebagai berikut :

1. Harapan yang bersifat meramalkan (anticipatory), yaitu

harapan tentang suatu perilaku yang akan terjadi.

2. Harapan normatif adalah keharusan yang menyertai peran.

Biddle dan Thomas membagi lagi harapan normatif ini ke dalam dua jenis, yakni :

i. Harapan yang terselubung (covert): harapan itu

tetap ada walaupun tidak diucapkan.

ii. Harapan yang terbuka, yaitu harapan yang

diucapkan.

c. Performance (wujud perilaku)

Wujud perilaku yaitu peran yang diwujudkan oleh aktor. Goffman dalam Sarwono (2006:220) meninjau perwujudan

peran ini dengan memperkenalkan istilah permukaan (front),

(50)

d. Evaluation (penilaian) dan sanction (sanksi)

Penilaian dan sanksi agak sulit dipisahkan jika dikaitkan dengan peran. Biddle & Thomas dalam Sarwono (2006:220) menyatakan bahwa kedua hal tersebut didasarkan pada harapan masyarakat (orang lain) tentang norma. Berdasarkan norma itu, orang memberikan kesan negatif atau positif terhadap suatu perilaku. Kesan positif dan negatif inilah yang dinamakan penilaian peran. Sedangkan yang dimaksud dengan sanksi adalah usaha orang untuk mempertahankan suatu nilai positif atau agar perwujudan peran diubah sedemikan rupa sehingga hal yang tadinya dinilai negatif menjadi positif.

Ketiga, Secord & Backman dan Biddle & Thomas dalam Sarwono

(2006:222) memberikan definisi yang saling melengkapi tentang

kedudukan (posisi). Dari kedua definisi mereka dapat disimpulkan bahwa

kedudukan adalah sekumpulan orang yang secara bersama-sama (kolektif)

diakui perbedaannya dari kelompok-kelompok lain berdasarkan sifat-sifat

yang mereka miliki bersama, perilaku yang sama-sama mereka perbuat,

dan reaksi orang terhadap mereka bersama.

Keempat, Biddle & Thomas dalam Sarwono (2006:226)

mengemukakan bahwa kaitan (hubungan) yang dapat dibuktikan ada atau

tidak adanya dan dapat diperkirakan kekuatannya adalah kaitan antara

orang dengan perilaku dan perilaku dengan perilaku. Kriteria untuk

menetapkan kaitan-kaitan tersebut diatas adalah sebagai berikut:

a. Derajat kesamaan atau ketidaksamaan antara bagian-bagian

yang saling terkait.

b. Derajat saling menentukan atau saling ketergantungan antara

bagian-bagian tersebut.

c. Gabungan antara derajat kesamaan dan saling ketergantungan

(51)

Berdasarkan teori-teori diatas, peneliti mengambil kesimpulan

bahwa peran adalah penilaian mengenai fungsi seseorang atau kumpulan

orang (kelompok) yang menduduki suatu posisi untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan sebagai wujud pemenuhan hak dan kewajiban

berupa tindakan yang diharapkan oleh masyarakat sesuai dengan

kedudukannya.

2.1.2 Bencana

Menurut W. Nick Carter yang dikutip oleh Nurjanah dkk (2013:10)

memberikan definisi bencana yang dimuat dalam buku disaster

management yaitu:

”An event, natural or man-made, sudden or progressive, which impacts with such severity that the affected community has to

respond by taking expectional measures.”

Definisi lain menurut International Strategy for Disaster Reduction

(UN-ISDR, 2002:24) adalah:

“A serious disruption of the functioning of a community or a society causing widespread human, material, economic, or environmental lossed which exceed the ability of the affected

community/society to cope using its own resources.”

“Suatu kejadian yang disebabkan oleh alam atau karena ulah

manusia, terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, sehingga menyebabkan hilangnya jiwa manusia, harta benda dan kerusakan lingkungan, kejadian ini terjadi di luar kemampuan masyarakat

(52)

Berdasarkan definisi bencana di atas, dapat digeneralisasikan

bahwa untuk dapat disebut “bencana” harus dipenuhi beberapa kriteria

sebagai berikut:

1. Ada peristiwa,

2. Terjadi karena faktor alam atau karena ulah manusia,

3. Terjadi secara tiba-tiba (sudden) akan tetapi dapat juga terjadi

secara perlahan-lahan/bertahap (slow),

4. Menimbulkan hilangnya jiwa manusia, harta benda, kerugian

sosial ekonomi, kerusakan lingkungan, dan lain-lain,

5. Berada di luar kemampuan masyarakat untuk

menanggulanginya.

Sedangkan definisi menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2007 tentang Penanggulangan Bencana bahwa,

“Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,

dan dampak psikologis.”

Masih menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana, bencana terbagi menjadi tiga kategori, yaitu :

a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

b. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit, kebakaran.

c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

(53)

Sedangkan menurut Eko Teguh Paripurno dalam Nurjanah dkk

(2013:22), sumber ancaman bencana dapat dikelompokkan ke dalam

empat sumber ancaman, yaitu:

1. Sumber ancaman klimatologis

Adalah sumber ancaman yang ditimbulkan oleh pengaruh iklim, dapat berupa rendah dan tingginya curah hujan, tinggi dan derasnya ombak di pantai, arah angin, serta beberapa kejadian alam lain yang sangat erat hubungannya dengan iklim dan cuaca.

2. Sumber ancaman geologis

Adalah sumber ancaman yang terjadi oleh adanya dinamika bumi, baik berupa pergerakan lempeng bumi, bentuk dan rupa bumi, jenis dan materi penyusunan bumi.

3. Sumber ancaman industri dan kegagalan teknologi

Adalah sumber ancaman akibat adanya kegagalan teknologi maupun kesalahan pengelolaan suatu proses industri, pembuangan limbah, polusi yang ditimbulkan, atau dapat pula akibat proses persiapan produksi.

4. Faktor manusia juga merupakan salah satu sumber ancaman

Perilaku atau ulah manusia, baik dalam pengelolaan lingkungan, perebutan sumber daya, permasalahan ras dan kepentingan lainnya serta akibat dari sebuah kebijakan yang berdampak pada sebuah komunitas pada dasarnya merupakan sumber ancaman.

Menurut Benson and Clay dalam Nurjanah dkk (2013:35)

menyatakan bahwa dampak bencana dapat dibagi kedalam tiga bagian,

yaitu:

1. Dampak langsung (direct impact)

Meliputi kerugian finansial dari kerusakan aset ekonomi, misalnya rusaknya bangunan tempat tinggal, infrastruktur, lahan pertanian dan lain-lain.

2. Dampak tidak langsung (indirect impact)

Meliputi berhentinya proses produksi, hilangnya output dan

sumber penerimaan.

3. Dampak sekunder (secondary impact)

(54)

Jadi, bencana menurut peneliti yaitu suatu peristiwa yang

menyebabkan keadaan normal menjadi berpotensi memberikan dampak

buruk bagi lingkungan dan makhluk hidup di dalamnya.

2.1.3 Penanggulangan Bencana

Menurut William Nick Carter, namun dalam Warto dkk (2003:12),

dinyatakan bahwa:

“Penanggulangan bencana perlu diselenggarakan melalui tahapan -tahapan persiapan, penghadangan/penanganan, perbaikan akibat kerusakan, pemfungsian kembali prasarana dan sarana sosial yang

rusak, dan penjinakan gerak alam yang menimbulkan bencana.”

Tertulis dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana pasal 2

bahwa, “Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk

menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana secara

terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh dalam rangka

memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, resiko, dan

dampak bencana.”

Selanjutnya membahas mengenai penanggulangan bencana, kita

tidak dapat terlepas dari manajemen penanggulangan bencana. Dalam

Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana

tidak dikenal istilah manajemen penanggulangan bencana (disaster

(55)

dalam bahasa Inggris juga disebut disaster management. Terkait dengan

manajemen penanggulangan bencana, maka dalam Undang-Undang

Nomor 24 tahun 2007 menyatakan bahwa: “Penyelenggaraan

penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi

penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,

kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi”. Makna

penanggulangan bencana dari Undang-Undang tersebut di atas

mengandung dua pengertian dasar yaitu:

1. Penanggulangan bencana sebagai sebuah rangkaian atau siklus,

2. Penanggulagan bencana dimulai dari penetapan kebijakan

pembangunan yang didasari risiko bencna dan diikuti tahap kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi serta rekonstruksi.

Dari pemaparan di atas, maka secara sederhana dapat dikatakan

bahwa penanggulangan bencana merupakan serangkaian kegiatan

pelayanan dalam menghadapi suatu bencana. Seluruh pihak dalam suatu

pemerintahan pada dasarnya terlibat dalam upaya penanggulangan

bencana ini, namun dikoordinir oleh Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD).

Dalam penelitian kali ini, akan fokus membahas mengenai peran

Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kota Cilegon sebagai

satuan tugas yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung

kepada Kepala Unsur Pelaksana BPBD Kota Cilegon. Berdasarkan

Peraturan Kepaala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Perka

(56)

Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops-PB), bentuk–bentuk

pelayanan yang diberikan Pusdalops dalam pelayanan penanggulangan

bencana terbagi menjadi tiga kelompok yaitu:

1. Pelayanan sebelum bencana, pelayanan dalam hal ini memberikan

dukungan kegiatan pada saat sebelum bencana, mulai dari menerima informasi, mengumpulkan, mengolah dan mendesiminasikan informasi kebencanaan secara rutin. Pelayanan sebelum bencana ini dilakukan sebagai bentuk pencegahan dan kesiapsiagaan terhadap bencana, sebelum bencana itu terjadi.

2. Pelayanan saat bencana, pelayanan ini yaitu memberikan dukungan

pada posko tanggap darurat dan pelaksana kegiatan darurat pada saat terjadi bencana. Dimana seluruh personil Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) akan terjun langsung ke lokasi bencana untuk memberikan respon penanggulangan bencana sesuai dengan prosedur tanggap darurat bencana yang ada (kaji cepat, penyelamatan dan evakuasi).

3. Pelayanan pasca bencana, pelayanan ini memberikan dukungan

kegiatan pada saat setelah bencana terjadi yaitu menyedikan data dan informasi khususnya dalam pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi.

Pada dasarnya pelayanan ini berkesinambungan mulai dari

pelayanan sebelum bencana, saat bencana dan pasca bencana. Pelayanan

ini merupakan tanggung jawab dan wewenang dari Pusat Pengendalian

Operasi (Pusdalops). Tiga fase tersebut adalah tahapan siklus manajemen

penanggulangan bencana yang kita kenal selama ini (pencegahan dan

mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan). Berikut siklus

Gambar

Grafik Perkembangan jumlah kejadian bencana di Indonesia
Tabel 1.1
Gambar 1.2
Tabel 1.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil angket pada pertanyaan pertama memiliki nilai rata-rata 3,67 yang memiliki arti cukup baik atau kepala merasa bahwa aplikasi cukup sesuai dengan kebutuhan. Untuk

3.3 Alternatif pemecahan masalah 3.4 Kontribusi 3.4.1 Kontribusi Bagi Instansi Dengan adanya pelaksanaan magang di Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Manado selama 21 hari

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan penulis mengenai koordinasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Medan dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan