RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
LAPORAN TUGAS AKHIR
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Arsitektur
Oleh:
Annisa Rachman Supartono
NIM 1102899
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG
KOTA BANDUNG
Oleh
Annisa Rachman Supartono
Sebuah laporan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Arsitektur pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
© Annisa Rachman Supartono 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
September 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Laporan tugas akhir ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
ANNISA RACHMAN SUPARTONO
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
Dr. Asep Yudi Permana, M. Des. NIP. 19690411 199703 1 002
Pembimbing II
Diah Cahyani, ST., MT. NIP. 19770919 200801 2 014
Mengetahui
Ketua Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir dengan judul “Rumah Sakit
Khusus Jantung Kota Bandung” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di
kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari
pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, 5 September 2015
Annisa Rachman Supartono
ii
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Oleh:
Annisa Rachman Supartono
1102899
ABSTRAK
Dewasa ini kehidupan modern telah menjadi prioritas utama bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia, khususnya kalangan masyarakat ekonomi menengah dan ekonomi atas. Dalam memenuhi kebutuhan pangan, masyarakat yang hidup modern berlomba-lomba dalam mengkonsumsi makanan cepat saji yang tentunya tidak baik bagi kesehatan. Pola hidup demikian mengakibatkan tingginya faktor serangan jantung yang dapat terjadi. Penyakit jantung merupakan penyakit yang memiliki resiko kematian cukup tinggi dan dapat menyerang manusia pada berbagai golongan umur. Berdasarkan data WHO (2011), penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Di Indonesia, saat ini hanya ada tiga rumah sakit khusus jantung yang berlokasi di Jakarta dengan daya tampung yang sangat terbatas, salah satunya adalah Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita yang merupakan tempat rujukan tertinggi pelayanan penyakit jantung. Kota Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat seharusnya memiliki rumah sakit khusus yang melayani penyakit jantung dengan fasilitas pelayanan yang memadai karena pada rumah sakit umum pelayanan untuk penyakit jantung dilayani oleh Unit Pelayanan Fungsional (UPF) Jantung dengan sarana dan prasarana yang terbatas. Hal ini disebabkan karena fasilitas ruang dan alat yang tidak mencukupi jumlah pasien penyakit jantung. Maka dari itu, dibutuhkan fasilitas kesehatan jantung di Bandung yang diharapkan dapat mendukung pemerataan kesehatan di Kota Bandung. Tema rumah sakit ini, yaitu “Healing Environment” diaplikasikan melalui pendekatan sistem dan perilaku dengan membuat ruang-ruang pemulihan yang memunculkan suasana gembira pada pasien. Kemudian, rumah sakit ini direncanakan memiliki fasilitas-fasilitas edukasi yang secara tidak sadar akan membuat pengunjung merasa teredukasi mengenai bahaya penyakit jantung, pencegahan penyakit jantung, dan cara memiliki pola hidup yang sehat.
iii
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BANDUNG CARDIAC HOSPITAL
By:
Annisa Rachman Supartono
1102899
ABSTRACT
Nowadays, modern life has become a main priority for most of Indonesian society, in particular for middle economic class society and upper economic class society. In achieving needs of foods, Indonesian society with modern life vying to consume fast food which not good for health. Such lifestyle results high factor of heart attack that can occur anytime. Heart disease is a disease which has high risk of death. Heart disease can attack human with a variety of age. Based on data from WHO (2011), heart disease is first cause of death in the world. Now, Indonesia has only three Cardiac Hospitals which located in Jakarta with low capacity. One of which is Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita that becomes the highest reference of heart disease treatment. Bandung as the capital of West Java Province should has Cardiac Hospital which can serve and treat heart disease with sufficient facilities because heart disease service in General Hospital is serviced by Functional Service Unit of heart disease with limited facilities and insfrastructures. This is because room facilities and tools are less than the number of patients of heart disease. Therefore, Bandung needs Cardiac Hospital which expected can help to increase health equity in Bandung. The theme of this hospital, which is “Healing Environment” is applied through a systems approach and behavioral approach by creating recovery rooms that present happy atmosphere for patients. Then, the hospital planned to has educational facilities that will unconsciously make visitors feel educated about the dangers of heart disease, heart disease prevention, and how to have a healthy life.
v
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN
UCAPAN TERIMA KASIH ... i
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR DIAGRAM ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Perancangan ... 1
B. Maksud dan Tujuan Perancangan ... 4
C. Manfaat Perancangan ... 4
1. Secara Subyektif ... 4
2. Secara Obyektif ... 5
D. Identifikasi Masalah Perancangan... 5
1. Sirkulasi ... 5
2. Tapak ... 5
3. Hubungan Ruang ... 6
4. Pengguna ... 6
E. Batasan Perancangan ... 7
F. Metodologi Perancangan ... 7
G. Pendekatan Perancangan ... 9
H. Sasaran Perancangan ... 10
I. Kerangka Berpikir ... 11
J. Sistematika Laporan ... 12
BAB II KAJIAN ... 13
A. Tinjauan Umum ... 13
1. Pengertian Rumah Sakit ... 13
2. Sejarah dan Perkembangan Rumah Sakit di Dunia ... 13
3. Sejarah dan Perkembangan Rumah Sakit di Indonesia ... 14
vi
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Jenis Rumah Sakit ... 17
6. Klasifikasi Rumah Sakit ... 18
7. Pengelompokkan Fasilitas Rumah Sakit ... 19
8. Persyaratan Umum Bangunan Rumah Sakit ... 20
B. Tinjauan Khusus ... 32
1. Penyakit Jantung ... 32
2. Pengertian Rumah Sakit Khusus ... 35
3. Jenis Rumah Sakit Khusus ... 35
4. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus ... 35
5. Isu Rumah Sakit Khusus Jantung ... 37
C. Kaji Banding Proyek Sejenis ... 40
1. Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita ... 40
2. Rumah Sakit Jantung Binawaluya... 42
3. Rumah Sakit Jantung Jakarta (Jakarta Heart Center) ... 44
4. Sanford Heart Hospital ... 45
5. Kesimpulan Studi Banding... 47
BAB III DESKRIPSI PROYEK ... 59
A. Nama dan Lokasi Proyek ... 59
B. Rona Lingkungan ... 70
C. Elaborasi Tema... 70
1. Pengertian ... 70
2. Interpretasi Tema... 71
3. Studi Banding Tema Sejenis ... 74
BAB IV ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ... 79
A. Analisis Lingkungan dan Tapak... 79
1. Topografi ... 79
2. Sirkulasi dan Aksesibilitas ... 81
3. Kebisingan ... 83
B. Analisis Bangunan ... 92
C. Analisis Pengguna ... 96
vii
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Tenaga Medis ... 97
3. Tenaga Paramedis ... 98
4. Karyawan ... 99
D. Analisis Kegiatan ... 100
1. Pengunjung ... 100
2. Tenaga Medis ... 102
3. Tenaga Paramedis ... 103
4. Karyawan ... 107
E. Analisis Hubungan Ruang ... 109
1. Instalasi Rawat Jalan ... 109
2. Instalasi Gawat Darurat ... 110
3. Instalasi Rawat Inap ... 111
4. Instalasi Perawatan Intensif ... 112
5. Instalasi Bedah Sentral ... 113
6. Instalasi Rehabilitasi Medik ... 114
7. Instalasi Laboratorium... 115
8. Instalasi Radiologi ... 116
9. Instalasi Farmasi ... 117
10. Instalasi Sterilisasi Pusat ... 119
11. Instalasi Gizi ... 120
12. Instalasi Laundry ... 121
13. Instalasi Pemulasaraan Jenazah ... 122
14. Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana... 123
15. Instalasi Sanitasi ... 124
16. Kantor Pengelola Rumah Sakit ... 125
F. Analisis Kebutuhan Ruang ... 126
1. Instalasi Rawat Jalan ... 126
2. Instalasi Gawat Darurat ... 130
3. Instalasi Rawat Inap ... 133
4. Instalasi Perawatan Intensif ... 135
5. Instalasi Bedah Sentral ... 137
6. Instalasi Rehabilitasi Medik ... 138
7. Instalasi Farmasi ... 140
8. Instalasi Radiologi ... 142
9. Instalasi Laboratorium... 144
10. Instalasi Pemulasaraan Jenazah ... 146
viii
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
12. Instalasi Gizi ... 149
13. Instalasi Laundry ... 150
14. Instalasi Sanitasi ... 152
15. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (Workshop) ... 152
16. Kantor Pengelola Rumah Sakit ... 154
17. Fasilitas Penunjang ... 156
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ... 158
A. Konsep Dasar ... 158
B. Konsep Perencanaan Tapak ... 160
C. Konsep Perancangan Bangunan ... 162
D. Konsep Modul Perancangan ... 164
E. Konsep Bentuk, Fungsi, dan Ruang Interior ... 164
F. Konsep Struktur dan Konstruksi ... 165
G. Konsep Bahan Bangunan ... 165
H. Konsep Penghawaan dan Pencahayaan ... 166
I. Konsep Mekanikal Elektrikal ... 167
DAFTAR PUSTAKA ... 168
ix
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Pengelompokkan Fasilitas Rumah Sakit ... 20
Tabel 2.2. Kesimpulan Studi Banding Berdasarkan Studi Literatur ... 47
Tabel 2.3. Kesimpulan Studi Banding Berdasarkan Pengamatan Langsung ... 49
Tabel 3.1. Kriteria Lokasi ... 61
Tabel 3.2. Kriteria Tapak ... 63
Tabel 3.3. Pertimbangan Luas Lahan ... 67
Tabel 4.1. Persamaan dan Perbandingan RSU Kelas A dengan Rumah Sakit Khusus Jantung Kelas A ... 92
Tabel 4.2. Studi Aktivitas Pengunjung ... 100
Tabel 4.3. Studi Aktivitas Tenaga Medis ... 102
Tabel 4.4. Studi Aktivitas Tenaga Paramedis ... 103
Tabel 4.5. Studi Aktivitas Karyawan ... 107
Tabel 4.6. Program Ruang Poliklinik Jantung Umum ... 126
Tabel 4.7. Program Ruang Poliklinik Jantung Eksekutif ... 127
Tabel 4.8. Program Ruang Poliklinik Terpadu ... 128
Tabel 4.9. Program Ruang Instalasi Gawat Darurat ... 130
Tabel 4.10. Program Ruang Instalasi Rawat Inap ... 133
Tabel 4.11. Program Ruang Instalasi Perawatan Intensif ... 135
Tabel 4.12. Program Ruang Instalasi Bedah Sentral... 137
Tabel 4.13. Program Ruang Instalasi Rehabilitasi Medik... 138
Tabel 4.14. Program Ruang Instalasi Farmasi ... 140
Tabel 4.15. Program Ruang Instalasi Radiologi ... 142
Tabel 4.16. Program Ruang Instalasi Laboratorium ... 144
Tabel 4.17. Program Ruang Instalasi Pemulasaraan Jenazah ... 146
Tabel 4.18. Program Ruang Instalasi Sterilisasi Pusat (Central Supply Sterilization Departement) ... 147
Tabel 4.19. Program Ruang Instalasi Gizi ... 149
Tabel 4.20. Program Ruang Instalasi Laundry... 150
Tabel 4.21. Program Ruang Instalasi Sanitasi ... 152
Tabel 4.22. Program Ruang Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (Workshop) ... 152
Tabel 4.23. Program Ruang Kantor Pengelola Rumah Sakit ... 154
x
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
xi
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Zoning Rumah Sakit Berdasarkan Pelayanan pada RS Pola
Pembangunan Horisontal ... 27
Gambar 2.2. Zoning Rumah Sakit Berdasarkan Pelayanan pada RS Pola Pembangunan Vertikal ... 27
Gambar 2.3. Akses Pintu Masuk dan Keluar Rumah Sakit ... 29
Gambar 2.4. Contoh Model Aliran Lalu Lintas dalam Rumah Sakit... 31
Gambar 2.5. Contoh Model Perletakan Instalasi-instalasi Pada Tapak Rumah Sakit . 32 Gambar 2.6. Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita ... 40
Gambar 2.7. Suasana Ruang Dalam dan Ruang Luar RSJPD Harapan Kita ... 41
Gambar 2.8. Rumah Sakit Jantung Binawaluya ... 42
Gambar 2.9. Suasana Ruang Dalam dan Ruang Luar Rumah Sakit Jantung Binawaluya ... 43
Gambar 2.10. Rumah Sakit Jantung Jakarta (Jakarta Heart Center) ... 44
Gambar 2.11. Suasana Ruang Dalam dan Ruang Luar Rumah Sakit Jantung Jakarta 44 Gambar 2.12. Sanford Heart Hospital ... 45
Gambar 3.1. Peta Kota Bandung ... 59
Gambar 3.2. Peta SWK Bojonegara ... 63
Gambar 3.3. Alternatif Tapak 1 ... 64
Gambar 3.4. Alternatif Tapak 2 ... 65
Gambar 3.5. Alternatif Tapak 3 ... 66
Gambar 3.6. Lokasi Tapak ... 68
Gambar 3.7. Sanford Heart Hospital ... 74
Gambar 3.8. Ruang Penyambutan Sanford Heart Hospital... 75
Gambar 3.9. Ruang Lobby Utama Sanford Heart Hospital ... 75
Gambar 3.10. Pemasangan Karya Seni di Koridor Sanford Heart Hospital ... 76
Gambar 3.11. Pos Perawat (Nurse Station) Sanford Heart Hospital ... 77
Gambar 3.12. Ruang Pemulihan (Recovery Room) Sanford Heart Hospital ... 78
Gambar 3.13. Ruang Rawat Intensif Sanford Heart Hospital ... 78
Gambar 4.1. Kondisi Topografi ... 79
Gambar 4.2. Respon Kondisi Topografi ... 80
Gambar 4.3. Sirkulasi dan Aksesibilitas ... 81
Gambar 4.4. Respon Sirkulasi dan Aksesibilitas ... 82
xii
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.6. Respon Kebisingan ... 84
Gambar 4.7. Analisis Drainase... 85
Gambar 4.8. Respon Drainase ... 85
Gambar 4.9. Analisis Cahaya Matahari ... 86
Gambar 4.10. Respon Cahaya Matahari ... 86
Gambar 4.11. Analisis Arah Angin ... 87
Gambar 4.12. Respon Arah Angin ... 87
Gambar 4.13. Analisis Curah Hujan ... 88
Gambar 4.14. Analisis Vegetasi ... 89
Gambar 4.15. Respon Vegetasi ... 90
Gambar 4.16. Analisis View ... 90
Gambar 4.17. Pemandangan di Sekitar Tapak ... 91
Gambar 4.18. Hubungan Ruang Instalasi Rawat Jalan ... 110
Gambar 4.19. Hubungan Ruang Instalasi Gawat Darurat ... 111
Gambar 4.20. Hubungan Ruang Instalasi Rawat Inap ... 112
Gambar 4.21. Hubungan Ruang Instalasi Perawatan Intensif... 113
Gambar 4.22. Hubungan Ruang Instalasi Bedah Sentral ... 114
Gambar 4.23. Hubungan Ruang Instalasi Rehabilitasi Medik ... 115
Gambar 4.24. Hubungan Ruang Instalasi Laboratorium ... 116
Gambar 4.25. Hubungan Ruang Instalasi Radiologi ... 117
Gambar 4.26. Hubungan Ruang Instalasi Farmasi ... 119
Gambar 4.27. Hubungan Ruang Instalasi Sterilisasi Pusat ... 120
Gambar 4.28. Hubungan Ruang Instalasi Gizi ... 121
Gambar 4.29. Hubungan Ruang Instalasi Laundry ... 122
Gambar 4.30. Hubungan Ruang Instalasi Pemulasaraan Jenazah... 123
Gambar 4.31. Hubungan Ruang Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana ... 124
Gambar 4.32. Hubungan Ruang Instalasi Sanitasi ... 125
Gambar 4.33. Hubungan Ruang Kantor Pengelola Rumah Sakit ... 125
Gambar 5.1. Konsep Dasar ... 158
Gambar 5.2. Konsep Dasar ... 160
Gambar 5.3. Konsep Perencanaan Tapak ... 162
Gambar 5.4. Konsep Perancangan Bangunan ... 163
Gambar 5.5. Konsep Perancangan Bangunan ... 164
xiii
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1.1. Kerangka Berpikir ... 11
Diagram 4.1. Alur Kegiatan Pengguna Rumah Sakit Khusus Jantung ... 108
Diagram 4.2. Alur Kegiatan Instalasi Rawat Jalan ... 109
Diagram 4.3. Alur Kegiatan Instalasi Gawat Darurat ... 110
Diagram 4.4. Alur Kegiatan Instalasi Rawat Inap ... 111
Diagram 4.5. Alur Kegiatan Instalasi Perawatan Intensif ... 112
Diagram 4.6. Alur Kegiatan Instalasi Bedah Sentral ... 113
Diagram 4.7. Alur Kegiatan Instalasi Rehabilitasi Medik ... 114
Diagram 4.8. Alur Kegiatan Instalasi Laboratorium ... 115
Diagram 4.9. Alur Kegiatan Instalasi Radiologi ... 116
Diagram 4.10. Alur Kegiatan Pasien dan Pengunjung Instalasi Farmasi ... 117
Diagram 4.11. Alur Kegiatan Petugas Instalasi Farmasi ... 118
Diagram 4.12. Alur Distribusi Barang di Instalasi Farmasi ... 118
Diagram 4.13. Alur Kegiatan Instalasi Sterilisasi Pusat ... 119
Diagram 4.14. Alur Kegiatan Instalasi Gizi ... 120
Diagram 4.15. Alur Kegiatan Instalasi Laundry ... 121
Diagram 4.16. Alur Kegiatan Instalasi Pemulasaraan Jenazah ... 122
Diagram 4.17. Alur Kegiatan Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana ... 123
xiv
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A : HASIL RANCANGAN
1. Konsep Perancangan ... 171
2. Peta Lokasi ... 172
3. Rencana Situasi ... 173
4. Rencana Blok ... 174
5. Rencana Tapak ... 175
6. Denah Basemen ... 176
7. Denah Lantai 1 ... 177
8. Denah Lantai 2 ... 178
9. Denah Lantai 3 ... 179
10. Denah Lantai 4 ... 180
11. Denah Lantai 5 ... 181
12. Denah Atap ... 182
13. Potongan Tapak ... 183
14. Potongan A-A ... 184
15. Potongan B-B ... 185
16. Potongan C-C dan Potongan D-D ... 186
17. Potongan Prinsip ... 187
18. Detail Arsitektur ... 188
19. Tampak Utara dan Tampak Selatan ... 189
20. Tampak Barat dan Tampak Timur ... 190
21. Perspektif Interior ... 191
22. Perspektif Eksterior ... 192
23. Rencana Utilitas ... 193
1
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perancangan
Dewasa ini kehidupan modern telah menjadi prioritas utama bagi sebagian
besar masyarakat di Indonesia, khususnya kalangan masyarakat ekonomi
menengah dan ekonomi atas. Masyarakat yang hidup modern sibuk mengejar
kebutuhan mereka sehari-hari yang serba cepat dan praktis, baik kebutuhan
sandang, pangan, papan, maupun teknologi yang terus berkembang.
Dalam memenuhi kebutuhan pangan, masyarakat yang hidup modern,
dengan rutinitas yang sangat padat, mengubah gaya hidup dengan
mengkonsumsi makanan cepat saji yang tentunya tidak baik bagi kesehatan
karena mengandung banyak lemak dan kolesterol. Pola makan yang tidak baik
dan olahraga yang kurang memicu timbulnya berbagai macam penyakit pada
masyarakat modern. Pola hidup demikian mengakibatkan tingginya faktor
kelainan jantung yang dapat terjadi.
Jantung merupakan organ terpenting dalam tubuh manusia, jika jantung
tidak bekerja di dalam tubuh, maka akan menyebabkan kematian. Menurut
ilmu kesehatan, masalah mengenai organ jantung terbagi menjadi dua, yaitu
penyakit jantung dan serangan jantung. Penyakit jantung biasanya terjadi
akibat otot jantung yang lemah karena adanya kelainan bawaan sejak lahir,
sedangkan serangan jantung biasanya terjadi karena terhambatnya suplai
darah ke otot-otot jantung karena pembuluh darah yang mengalirkan darah ke
jantung tersumbat atau mengeras. Keadaan pembuluh darah yang seperti ini
disebabkan karena adanya timbunan lemak dan kolesterol ataupun zat-zat
2
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penyakit jantung merupakan penyakit yang memiliki resiko kematian
cukup tinggi dan dapat menyerang manusia pada berbagai golongan umur.
Berdasarkan data WHO, sekitar sekitar 17,3 juta orang meninggal akibat
penyakit jantung di tahun 2008 dan 55 juta orang di tahun 2011. Dapat
dikatakan bahwa 30% kematian di seluruh dunia disebabkan oleh penyakit
jantung dan lebih dari 80% berasal dari negara miskin dan berkembang. WHO
memperkirakan pada tahun 2030, lebih dari 23 juta orang akan meninggal
diakibatkan oleh penyakit jantung.
Data Departemen Kesehatan RI tahun 2007 menyatakan bahwa penyakit
jantung diderita oleh masyarakat di Indonesia sebanyak 71.079 jiwa,
sedangkan pada tahun 2013 pendataan yang dilakukan Kementrian Kesehatan
dikhususkan untuk penyakit jantung koroner saja yaitu sebanyak 20.556 jiwa.
Angka tersebut menempati urutan kedua terbanyak setelah stroke (Kemenkes,
2013).
Menurut sebuah jurnal kesehatan yang dilansir dari www.jurnalnet.com,
Indonesia dengan jumlah penduduk 200 juta lebih idelanya memiliki 25
rumah sakit jantung. Saat ini di Indonesia baru terdapat 3 rumah sakit jantung
yang cukup memadai, yaitu Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah
Harapan Kita, Rumah Sakit Jantung Binawaluya, dan Rumah Sakit Jantung
Jakarta (Jakarta Heart Center). Namun, ketiga rumah sakit tersebut terletak di
Jakarta sehingga pelayanan kesehatan jantung di Indonesia belum merata.
Sampai saat ini, Rumah Sakit Jantung Harapan Kita masih menjadi tempat
rujukan tertinggi dalam hal pelayanan penyakit jantung. Menurut data dari
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, rumah sakit ini
memiliki kapasitas 210 tempat tidur, sedangkan jumlah pasien dengan
keluhan jantung yang datang ke rumah sakit ini mencapai 144.820 dalam
setahun atau sekitar 397 orang dalam sehari. Hal ini menunjukkan bahwa
fasilitas pelayanan kesehatan jantung di rumah sakit ini masih terbatas,
3
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Di Jawa Barat, penduduk yang pernah didiagnosa menderita sakit jantung
sebanyak 1,26% atau sebanyak 542.477 orang dari total jumlah penduduk di
Jawa Barat yang mencapai 43.053.732 jiwa (Badan Pusat Statistik Provinsi
Jawa Barat, Tahun 2014). Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat
Hasan Sadikin Bandung yang merupakan rumah sakit tingkat provinsi di Jawa
Barat, melaporkan bahwa jumlah pasien PJK (Penyakit Jantung Koroner)
yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin Bandung pada
tahun 2009 berjumlah 296 orang dan pada tahun 2010 berjumlah 541 orang
sebagai kasus terbanyak. Ini menunjukkan adanya peningkatan kasus dari
tahun ke tahun.
Selain itu, menurut dokter Eko Antono (ahli penyakit jantung) di Rumah
Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin Bandung, poliklinik jantung dikunjungi
oleh 200 orang pasien setiap harinya. Dengan demikian, dalam setahun
kurang lebih ada 25.000 pasien jantung yang datang ke RSUP Hasan Sadikin.
Adapun pada rumah sakit umum, pelayanan untuk penyakit jantung ditangani
oleh Unit Pelayanan Fungsional (UPF) Jantung dengan sarana dan prasarana
yang masih terbatas. Hal ini disebabkan karena fasilitas ruang dan alat yang
tidak mencukupi.
Kondisi ini menggambarkan bahwa Provinsi Jawa Barat harus segera
memiliki rumah sakit khusus untuk menangani penyakit jantung agar
pelayanan penyakit ini dapat merata dan tercukupi, serta dapat dilakukan
secara maksimal. Rumah Sakit Khusus Jantung yang direncanakan akan
menjadi rumah sakit pusat pelayanan jantung khususnya di Kota Bandung,
umumnya di wilayah Jawa Barat. Kota Bandung sebagai ibukota Provinsi
Jawa Barat dipilih sebagai lokasi dibangunnya rumah sakit jantung agar
memudahkan pencapaian dari setiap Kabupaten/Kota di Jawa Barat dan dapat
membantu terpenuhinya pelayanan kesehatan jantung Rumah Sakit Umum
Pusat Hasan Sadikin sebagai rumah sakit rujukan tertinggi Provinsi Jawa
4
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Maksud dan Tujuan Perancangan
Maksud perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung ini adalah untuk
memenuhi kebutuhan fasilitas pelayanan penyakit jantung, khususnya di Kota
Bandung, umumnya di Jawa Barat dan menjadikan Rumah Sakit Khusus
Jantung sebagai sarana edukasi bagi pengunjung maupun masyarakat sekitar.
Adapun tujuan perancangan yang ingin dicapai sebagai berikut:
1. Merancang Rumah Sakit Khusus Jantung Kelas A yang memiliki sarana
dan prasarana lengkap, seperti bedah jantung, kateterisasi jantung,
transplantasi jantung, dan pemulihan pasca operasi jantung.
2. Merancang Rumah Sakit Khusus Jantung yang mendukung proses
pengobatan dan pemulihan pada pasien dengan lingkungan yang responsif
terhadap kebutuhan pasien, tenaga medis, tenaga paramedis, karyawan, dan
pengunjung.
3. Merancang Rumah Sakit Khusus Jantung yang dapat menunjang
terciptanya kenyamanan dan keselamatan pada penggunanya dalam
beraktivitas.
4. Merancang Rumah Sakit Khusus Jantung yang ramah terhadap lingkungan
dan memberi dampak positif bagi masyarakat sekitar.
5. Merancang Rumah Sakit Khusus Jantung yang dapat mengedukasi
pengunjung dan masyarakat sekitar tentang bahaya penyakit jantung, cara
pencegahan penyakit jantung, dan cara menerapkan pola hidup sehat.
C. Manfaat Perancangan
Manfaat yang diharapkan dari perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung
5
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Secara Subyektif
a. Untuk memenuhi salah satu prasyarat dalam menempuh mata kuliah
Penyelesaian Akhir sebagai ketentuan mendapatkan gelar Sarjana
Arsitektur di Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK
Universitas Pendidikan Indonesia.
b. Sebagai dasar acuan proses perencanaan dan perancangan Rumah
Sakit Khusus Jantung di Kota Bandung.
2. Secara Obyektif
a. Diharapkan menjadi masukan bagi pemerintah daerah Jawa Barat,
khususnya Kota Bandung untuk memfasilitasi masyarakat yang
membutuhkan pelayanan penyakit jantung.
b. Sebagai literatur yang bermanfaat bagi para pembaca, khususnya yang
berhubungan dengan perancangan arsitektur Rumah Sakit Khusus
Jantung.
D. Identifikasi Masalah Perancangan
Identifikasi masalah yang dihadapi dalam perancangan Rumah Sakit
Khusus Jantung ini sebagai berikut:
1. Sirkulasi
a. Bagaimana menciptakan sirkulasi yang efektif dan efisien bagi pasien
gawat darurat?
b. Bagaimana agar jalur sirkulasi tidak menyulitkan pengguna dalam
mencapai tujuan?
c. Bagaimana menciptakan sirkulasi yang mudah dilalui jika terjadi
bencana?
d. Bagaimana menciptakan sirkulasi antarpengguna agar tidak terjadi
6
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e. Bagaimana agar jalur sirkulasi dapat berhubungan antar satu instalasi
dengan instalasi yang lain?
2. Tapak
a. Bagaimana merespon kontur tanah yang memiliki kemiringan?
b. Bagaimana merespon iklim yang sejuk dan curah hujan yang cukup
tinggi?
c. Bagaimana merespon bangunan lain di sekitar tapak yang memiliki
perbedaan fungsi?
d. Bagaimana agar bangunan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan
di sekitar tapak?
e. Bagaimana merespon kebisingan di sekitar tapak?
f. Bagaimana merespon kemacetan yang terjadi di sekitar tapak?
3. Hubungan Ruang
a. Bagaimana mendekatkan instalasi-instalasi yang memiliki fungsi
sangat vital dalam penanganan pasien rumah sakit?
b. Bagaimana mengelompokkan ruang-ruang secara vertikal maupun
horisontal?
c. Bagaimana memisahkan zona steril dan non-steril antar-ruang?
d. Bagaimana memisahkan zona privat dan non-privat antar-ruang?
4. Pengguna
a. Bagaimana mengakomodasi kebutuhan seluruh pengguna rumah sakit,
termasuk difable?
b. Bagaimana menciptakan suasana rumah sakit yang mendukung proses
penyembuhan pasien jantung?
c. Bagaimana cara menghadirkan suasana tidak menakutkan di rumah
sakit?
d. Bagaimana cara menghadirkan semangat positif bagi pasien rumah
7
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e. Bagaimana menciptakan ruang-ruang yang dapat mengedukasi
pengguna rumah sakit tentang bahaya penyakit jantung?
E. Batasan Perancangan
Batasan pada perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung ini sebagai
berikut:
1. Perancangan rumah sakit dibatasi pada rumah sakit khusus yang melayani
satu spesialisasi medik, yaitu jantung dengan tipe kelas A.
2. Pasien yang dilayani di rumah sakit ini merupakan pasien dengan semua
golongan umur.
3. Perhitungan jumlah kebutuhan fasilitas rumah sakit difokuskan pada
jumlah pengunjung dari Kota Bandung dan kota-kota lain di Provinsi Jawa
Barat.
4. Pemilihan lokasi perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung dibatasi
berada di Kota Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat yang belum
mempunyai Rumah Sakit Khusus Jantung.
5. Fungsi bangunan dibatasi pada fungsi pelayanan kesehatan penyakit
jantung dan edukasi mengenai pencegahan penyakit jantung.
F. Metodologi Perancangan
Dalam merencanakan dan merancang sebuah bangunan dibutuhkan
data-data yang relevan sebagai dasar dari perancangan. data-data tersebut
dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer merupakan data pokok yang dijadikan sebagai bahan dasar
dalam perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung di Kota
8
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data tambahan yang digunakan sebagai
pendukung pada proses perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Khusus
Jantung di Kota Bandung.
Adapun metodologi atau tahapan yang dilakukan pada proses pengumpulan
data dalam perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung ini sebagai berikut:
1. Survey
Survey yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi empiris di
lapangan yang berkaitan dengan perancangan. Survey yang dilakukan
terbagi menjadi dua jenis, sebagai berikut:
a. Survey Instansional
Survey dilakukan terhadap instansi-instansi terkait seperti Dinas Tata
Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung, Dinas Kesehatan Kota Bandung,
dan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat yang bertujuan untuk
memperoleh data terkait peraturan tata ruang Kota Bandung, data
kependudukan Provinsi Jawa Barat, data jumlah rumah sakit di Jawa
Barat, dan data jumlah pasien penyakit tidak menular di Jawa Barat.
b. Survey Lapangan
Survey lapangan dilakukan terdadap lokasi-lokasi yang menjadi
pertimbangan dalam proses pemilihan tapak.
2. Studi Literatur
Studi literatur yang dilakukan bertujuan untuk mengkaji dan
memahami apa saja yang dibutuhkan oleh pasien penyakit jantung dan
syarat-syarat teknis perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung. Setelah
studi literatur dilakukan dan data-data didapatkan, kemudian analisis
9
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Kaji Banding
Kaji banding bertujuan untuk mencari data dan informasi yang
berkaitan dengan perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung yang telah ada
sebelumnya. Kaji banding dilakukan melalui pengamatan langsung ke
lokasi dan melalui internet. Berikut merupakan objek kaji banding yang
telah dilakukan:
a. Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK)
Jakarta
b. Rumah Sakit Jantung Binawaluya Jakarta
c. Rumah Sakit Jantung Jakarta (Jakarta Heart Center)
d. Sanford Heart Hospital Amerika Serikat
G. Pendekatan Perancangan
Pendekatan perancangan dalam proses desain Rumah Sakit Khusus
Jantung ini menggunakan pendekatan sistem dan pendekatan perilaku yang
menitikberatkan pada perilaku spasial. Perilaku spasial adalah tindakan atau
langkah manusia dalam melaksanakan kegiatan dalam memanfaatkan
lingkungan-lingkungan yang ada (Lang, 1987). Perilaku seseorang
dipengaruhi oleh persepsi terhadap lingkungannya yang meliputi motivasi
dalam memanfaatkan lingkungan sebagai komponen dasar. Adapun
pendekatan sistem yang diterapkan dalam perancangan Rumah Sakit Khusus
jantung ini berkaitan dengan proses demi proses yang terjadi di dalam rumah
sakit sehingga menghasilkan suatu standar perancangan rumah sakit yang
dijadikan sebagai acuan. Selain itu, pendekatan sistem yang terdiri dari
proses-proses memiliki karakteristik-karakteristik perilaku yang keduanya
saling menyeimbangkan sehingga kedua pendekatan ini dirasa baik untuk
10
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam perancangan rumah sakit, kecepatan dalam penanganan pasien
merupakan hal paling utama yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan
dalam merancang. Maka dari itu, pendekatan perilaku yang sangat berkaitan
erat dengan aktivitas pengguna di dalam bangunan dapat diterapkan melalui
penempatan massa bangunan dan penentuan zonasi yang teratur dan
sistematis. Ini dimaksudkan agar sirkulasi yang terjadi di dalam bangunan
tertata dengan baik dan mengurangi terjadinya sirkulasi silang pada bangunan.
Tema rumah sakit ini, yaitu “Rumah Sakit sebagai Sarana Terapi dan Tempat Mengedukasi” diaplikasikan melalui pendekatan perilaku dengan membuat ruang-ruang pemulihan yang memunculkan suasana gembira pada
pasien. Kemudian, rumah sakit ini direncanakan memiliki ruang-ruang tempat
mengedukasi yang secara tidak sadar akan membuat pengunjung merasa
teredukasi tentang bahaya penyakit jantung, pencegahan penyakit jantung, dan
cara memiliki pola hidup yang sehat.
Pendekatan perilaku selanjutnya diterapkan melalui adanya fasilitas
penunjang yang memiliki ciri khas tersendiri sehingga diharapkan dapat
menarik perhatian pengunjung, baik pasien maupun non-pasien. Pendekatan
perilaku yang dilakukan pada perancangan rumah sakit ini diharapkan mampu
menjadi solusi arsitektural yang menciptakan kenyamanan pada pengunjung
dan menghadirkan nuansa rumah sakit yang tidak hanya dapat
menyembuhkan, tetapi berperan juga dalam proses pencegahan.
H. Sasaran Perancangan
Sasaran yang hendak dicapai dari pembangunan Rumah Sakit Khusus
Jantung ini adalah tercapainya pemerataan kesehatan warga Kota Bandung
khususnya dan warga Provinsi Jawa Barat umumnya dalam bidang spesialis
jantung melalui pencapaian bangunan yang mudah diakses dan desain
bangunan yang mendukung proses pencegahan, pengobatan, dan
11
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
I. Kerangka Berpikir
Diagram 1.1. Kerangka Berpikir
12
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
J. Sistematika Laporan
Sistematika laporan tugas akhir ini sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Mengemukakan latar belakang, maksud dan tujuan, manfaat,
permasalahan, batasan, metodologi, pendeketan, sasaran,
kerangka berpikir, dan sistematika pembahasan.
BAB II KAJIAN
Mengemukakan dan menjabarkan kajian mengenai penyakit
jantung, Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus, Rumah
Sakit Khusus Jantung, dan kaji banding proyek sejenis.
BAB III DESKRIPSI PROYEK
Menjelaskan dan menggambarkan hal-hal yang berhubungan
proyek, yaitu nama proyek, lokasi, rona lingkungan, dan
elaborasi tema.
BAB IV ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Mengemukakan dan menggambarkan analisa yang dilakukan
dari hasil kajian, seperti analisis lingkungan dan tapak, analisis
bangunan, analisis kegiatan, dan analisis kebutuhan ruang.
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Mengemukakan dan menggambarkan konsep yang dipakai
dalam perancangan setelah melakukan analisis, yaitu konsep
dasar, konsep perencanaan tapak, konsep perancangan
bangunan, konsep modul perancangan, konsep bentuk, fungsi,
dan ruang interior, konsep struktur dan konstruksi, konsep
bahan bangunan, konsep pencahayaan dan penghawaan, dan
13
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
59
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
DESKRIPSI PROYEK
A. Nama dan Lokasi Proyek
Gambar 3.1. Peta Kota Bandung
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Berdasarkan Peta RTRW Kota Bandung 2011-2031)
Pemilihan lokasi perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung mengacu
pada kriteria lokasi yang ditentukan berdasarkan skala proyek dan konsep
60
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Berada di Jalan Arteri Primer
Lokasi harus berada di jalan arteri primer sebagai jalan penghubung
antar kota dan provinsi karena rumah sakit yang dirancang ialah rumah
sakit kelas A yang melayani skala regional sehingga kemudahan akses
menjadi sangat penting.
2. Berdekatan dengan Pusat Kota Bandung
Pusat kota merupakan wilayah pergerakan warga yang paling padat
karena hampir semua aktivitas pendidikan, kesehatan, perdagangan
dan perkantoran dilakukan di sana. Maka dari itu, Rumah Sakit
Khusus Jantung sebagai fasilitas penunjang kesehatan harus mudah
diakses oleh warga Kota Bandung khususnya dan warga Jawa Barat
umumnya. Adapun pusat Kota Bandung atau alun-alun berada di
antara Sub Wilayah Kota (SWK) Bojonegara, Cibeunying, Tegallega
dan Karees.
3. Mudah Diakses Pengunjung dalam Skala Lokal dan Regional
Lokasi harus mudah diakses oleh berbagai macam kendaraan, seperti
motor, mobil, bis, kereta, maupun pesawat terbang dari dalam dan luar
Kota Bandung. Maka dari itu, lokasi harus berdekatan dengan
terminal, tol antar kota, stasiun, dan bandar udara.
4. Mudah Diakses dari Rumah Sakit Umum
Lokasi harus mudah diakses dari Rumah Sakit Umum (RSU), Rumah
Sakit Umum Pusat (RSUP) dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
di Kota Bandung. Hal ini disebabkan agar pasien penyakit jantung dari
RSU, RSUP, maupun RSUD di Kota Bandung dapat dirujuk ke
Rumah Sakit Khusus Jantung dengan mudah apabila pihak RSU,
RSUP atau RSUD tersebut tidak sanggup melayani pasien atau pasien
tidak tertampung. Dalam hal ini, RSUP Hasan Sadikin sebagai rumah
sakit rujukan tertinggi Jawa Barat dipilih sebagai acuan penentuan
61
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Berada di Daerah Tidak Rawan Bencana Alam
Lokasi tidak disarankan berada di daerah yang rawan bencana karena
akan menimbulkan perasaan takut pada pasien apabila sewaktu-waktu
terjadi bencana. Selain itu, rumah sakit yang mengalami kerusakan
akibat bencana akan menimbulkan kerugian-kerugian yang jumlahnya
tidak bisa diperkirakan.
6. Berada di Daerah dengan Tingkat Polutan yang Rendah
Perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung mengacu pada konsep
Healing Environment yang membutuhkan suasana-suasana segar
dengan udara yang sejuk. Maka dari itu, lokasi harus berada di daerah
yang tingkat polutannya rendah.
7. Berada Dekat Pemukiman Penduduk
Rumah Sakit Khusus Jantung yang dirancang menerapkan konsep
edukasi bagi pengunjung maupun masyarakat sekitar sehingga lokasi
rumah sakit harus berada dekat dengan pemukiman penduduk agar
edukasi yang diterapkan bisa dirasakan oleh penduduk di sekitarnya.
Maka dari itu, lokasi rumah sakit sebaiknya berada di daerah dengan
jumlah penduduk yang tinggi.
Berdasarkan keenam kriteria di atas, pemilihan lokasi kemudian
difokuskan pada 4 Sub Wilayah Kota (SWK) yang berada di dekat pusat
Kota Bandung dengan melakukan analisis kriteria lokasi di
masing-masing SWK sebagai berikut:
Tabel 3.1. Kriteria Lokasi
62
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kriteria SWK
444.760 jiwa 472.106 jiwa 647.592 jiwa 454.918 jiwa
63
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan analisis pemilihan lokasi di atas, dapat disimpulkan
bahwa SWK yang memenuhi kriteria perancangan Rumah Sakit Khusus
Jantung Kota Bandung ialah SWK Bojonegara.
Gambar 3.2. Peta SWK Bojonegara
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Berdasarkan Peta RTRW Kota Bandung 2011-2031)
Adapun analisis pemilihan tapak di wilayah Bojonegara dilihat dari
beberapa jalan arteri primer yang ada di SWK Bojonegara sebagai salah
satu kriteria utama bagi perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung Kelas
A. Berikut merupakan hasil analisis yang telah dilakukan:
Tabel 3.2. Kriteria Tapak
Kriteria Jalan Cimindi Jalan Dr.
Djunjunan
Jalan Sudirman
Dekat RSUP Hasan Sadikin
3 5 2
64
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kriteria Jalan Cimindi Jalan Dr.
Djunjunan
Jalan Sudirman
Dekat terminal provinsi
1 2 3
Dekat stasiun kereta api
3 4 4
Dekat bandara 3 4 5
Keterangan:
Skala penilaian dari 0-5
(Sumber: Analisis Pribadi, 2015)
Setelah dilakukan analisis tapak dengan hasil yaitu Jalan Dr.
Djunjunan sebagai lokasi tapak, pemilihan posisi tapak dianalisis kembali
dengan berbagai pertimbangan, seperti kemacetan, kemudahan akses
menuju RSUP Hasan Sadikin, dan kondisi bangunan di sekitar tapak.
Berikut ialah analisis 3 lokasi tapak di sepanjang Jalan Dr. Djunjunan:
1. Alternatif Tapak 1
Gambar 3.3. Alternatif Tapak 1
65
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Kelebihan
1) Berada di persimpangan jalan arteri, yaitu Jalan Dr. Djunjunan
sebagai arteri primer dan Surya Sumantri sebagai jalan arteri
sekunder sehingga lokasi cukup strategis.
2) Sangat dekat dengan tol pasteur.
b. Kekurangan
1) Kemacetan cukup tinggi karena berada di persimpangan jalan
yang banyak dipakai tempat pemberhentian angkutan umum
sementara.
2) Suhu cukup panas.
3) Jarak dengan RSUP Hasan Sadikin cukup jauh sehingga akses
akan sedikit terhambat, terlebih lagi karena di Jalan Dr.
Djunjunan sering terjadi kemacetan.
2. Alternatif Tapak 2
Gambar 3.4. Alternatif Tapak 1
66
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Kelebihan
1) Kemacetan cukup tinggi karena berada dekat area komersial,
seperti toko-toko oleh-oleh Bandung dan swalayan.
2) Suhu cukup panas.
3) Jarak dengan RSUP Hasan Sadikin cukup jauh sehingga akses
akan sedikit terhambat, terlebih lagi karena di Jalan Dr.
Djunjunan sering terjadi kemacetan.
b. Kekurangan
1) Bersebelahan dengan area perhotelan, yaitu Hotel Aston
Primera dan Hotel Grand Aquilla sehingga memudahkan
keluarga dan kerabat pasien dari luar Jawa Barat yang akan
menjenguk pasien.
2) Cukup dekat dengan tol pasteur.
3. Alternatif Tapak 3
Gambar 3.5. Alternatif Tapak 1
67
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Kelebihan
1) Berada di lokasi dengan tingkat kemacetan yang rendah karena
jauh dari persimpangan dan area komersial.
2) Suhu cukup sejuk karena polusi udara akibat kemacetan cukup
rendah.
3) Sangat dekat dengan RSUP Hasan Sadikin sehingga akses dapat
dicapai dengan mudah.
4) Berdekatan dengan area perhotelan, yaitu Hotel Aston Primera
dan Hotel Grand Aquilla sehingga memudahkan keluarga dan
kerabat pasien dari luar Jawa Barat yang akan menjenguk
pasien.
5) Berdekatan dengan fasilitas-fasilitas kesehatan lain, seperti
Rumah Sakit Ibu dan Anak Hermina Pasteur.
b. Kekurangan
1) Cukup jauh dari tol pasteur.
2) Kemacetan terjadi di pagi dan sore hari.
Adapun pertimbangan luasan tapak yang akan digunakan mengacu
pada hasil kaji banding terhadap Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh
Darah Harapan Kita Jakarta sebagai rumah sakit kelas A yaitu sebagai
berikut:
Tabel 3.3. Pertimbangan Luas Lahan
Objek Perbandingan Kapasitas Luas Lahan Jumlah
68
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Objek Perbandingan Kapasitas Luas Lahan Jumlah
Lantai
Rumah Sakit Khusus Jantung Kota Bandung
200 TT 35.000 m2/3,5 Ha (adanya
penambahan RTH sebanyak 50 % sesuai konsep rumah sakit)
2,2 x 50% = 1,1 Ha
2,2 + 1,1 = 3,3 Ha 3,3 + 0,2 Ha (area pengembangan RS) = 3,5 Ha
4
(Sumber: Analisis Pribadi, 2015)
Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa tapak
alternatif 3 merupakan tapak yang paling ideal untuk merancang
Rumah Sakit Khusus Jantung Kelas A.
Gambar 3.6. Lokasi Tapak
69
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lokasi tapak berada di Jalan Dr. Djunjunan Kelurahan
Sukagalih Kecamatan Sukajadi Kota Bandung. Lahan berada di antara
dua persimpangan jalan, yaitu di antara jalan arteri primer, Jalan Dr.
Djunjunan dan Jalan Lokal, Jalan Sukamulya. Adapun rincian lokasi
tapak adalah sebagai berikut:
Nama Proyek : Rumah Sakit Khusus Jantung
Kota Bandung
Jenis Proyek : Proyek dalam skala regional
Sifat Proyek : Fiktif
Arsitek : Annisa Rachman Supartono
Anggaran Biaya : Tak Terbatas
Luas Lahan : ± 3,5 Ha
GSB Jalan Dr. Djunjunan : 8 meter
GSB Jalan Sukamulya : 3 meter
GSB Jalan Babakan Jeruk III : 3 meter
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) : 50 %
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) : 4
Koefisien Dasar Hijau (KDH) : 15 %
Batas Lahan Sebelah Utara : Ruko dan Pemukiman
Batas Lahan Sebelah Selatan : Jalan Dr. Djunjunan
Batas Lahan Sebelah Timur : Jalan Sukamulya dan Pertokoan
Batas Lahan Sebelah Barat : Perkantoran
Kisaran Suhu : 22-31° C
Kelembaban Udara : 61-95 %
Kecepatan Angin : 20 km/jam
Curah Hujan : >301 mm
Ketinggian Tanah : 750 mdpl
70
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Rona Lingkungan
Lokasi tapak berada di Wilayah Bojonegara yang merupakan daerah
tinggi dengan kecenderungan ke arah utara semakin tinggi. Kondisi ini
menunjukkan bahwa lokasi tapak termasuk ke dalam wilayah Bandung
Utara. Morfologi tanah pada tapak merupakan dataran tinggi.
Lokasi tapak dilalui beberapa aliran sungai yang terdiri dari sungai
induk dan anak sungai yang semuanya mengalir dari utara ke selatan.
Sampai saat ini, sungai yang dimanfaatkan di sekitar tapak adalah Sungai
Cibeureum dengan kapasitas 40 lt/detik.
Potensi utama pada tapak ini ialah terdapatnya 3 akses utama
transportasi regional/nasional memasuki Kota Bandung, yaitu Bandara
Husein Sastranegara, Stasiun Kereta Api Bandung, dan Gerbang Masuk
Tol Pasteur. Potensi ini merupakan faktor pendukung aksesibilitas
pelayanan Rumah Sakit Khusus Jantung yang direncanakan akan menjadi
rumah sakit skala Provinsi Jawa Barat.
Lokasi tapak berada di antara bangunan-bangunan yang sebagian besar
fungsinya merupakan bangunan perkantoran dan bangunan komersil. Di
sekitar tapak terdapat Rumah Sakit Ibu dan Anak Hermina, Bandung
Trade Mall, Hotel Vio, Hotel Aston Primera, Hotel Grand Aquila, Hotel
Nyland, Kantor BPJS Ketenagakerjaan, Kantor Cipaganti, Giant Hyper
Square, dan masih banyak lagi.
C. Elaborasi Tema 1. Pengertian
Tema utama yang akan diterapkan pada perancangan Rumah
Sakit Khusus Jantung ini adalah “Healing Environment” atau dalam
bahasa Indonesia berarti “Lingkungan yang Menyembuhkan.”
Menurut Knecht (2010), healing environment adalah pengaturan fisik
71
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kesejahteraan spiritual pasien, keluarga, dan staf serta membantu
mereka untuk mengatasi stres terhadap penyakit dan rawat inap.
Menurut Malkin (2005) dalam Montague (2009), healing environment
adalah pengaturan fisik yang mendukung pasien dan keluarga untuk
menghilangkan stres yang disebabkan oleh penyakit, rawat inap,
kunjungan medis, pemulihan dan berkabung. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa healing environment ialah lingkungan fisik yang
dapat membantu proses penyembuhan pada pasien secara psikologis.
Tujuan dari penerapan prinsip-prinsip healing environment ini
adalah terjadinya keseimbangan tubuh, pikiran, dan jiwa. Melalui
elemen-elemen perancangan arsitektural yang alami, Rumah Sakit
Khusus Jantung ini diharapkan dapat membantu proses penyembuhan
dan pemulihan pasien.
Selain menerapkan tema “Healing Environment,” rumah sakit ini juga
dirancang sebagai sarana edukasi bagi pengunjung tentang bahaya
penyakit jantung dan cara pencegahannya sehingga tema “Healing Environment” akan berkaitan erat dengan proses edukasi terhadap pengunjung di rumah sakit ini.
2. Interpretasi Tema
Tema “Healing Environment” akan menghasilkan sebuah konsep tentang bagaimana menciptakan sebuah ruang dan lingkungan
yang nyaman dan mendukung proses penyembuhan, khususnya bagi
pasien. Kondisi ruang dan lingkungan yang baik akan membantu
proses penyembuhan pasien. Penyembuhan di sini difokuskan pada
penyembuhan mental, psikologis, dan pikiran pasien karena penyakit
jantung merupakan penyakit yang membutuhkan pikiran yang rileks
dalam penyembuhannya. Lingkungan yang diciptakan melalui dengan
ini bertujuan untuk memberikan semangat, optimis, keceriaan, dan
72
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“Healing Environment” merupakan turunan dari konsep
Healing Architecture pada perancangan. Adapun kunci dari Healing
Architecture menurut Lensch ialah tumbuh-tumbuhan hijau, cahaya,
dan udara alami.
Menurut Murphy (2008), ada tiga pendekatan yang digunakan
dalam mendesain healing environment, yaitu alam, indra dan
psikologis. Berikut penjelasan dari masing-masing pendekatan desain:
a. Alam (Nature)
Alam merupakan alat yang mudah diakses dan melibatkan
pancaindra. Alam memiliki efek restoratif seperti menurunkan
tekanan darah, memberikan konstribusi bagi keadaan emosi yang
positif, menurunkan kadar hormon stres dan meningkatkan energi.
Unsur alam yang ditempatkan ke dalam pengobatan pasien dapat
membantu menghilangkan stres yang diderita pasien.
b. Indra (Senses)
Indra meliputi pendengaran, penglihatan, peraba, penciuman
dan perasa. Masing-masing indra dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Indra Pendengaran
Suara yang menyenangkan dapat mengurangi tekanan darah
dan detak jantung sehingga menciptakan sensasi kenikmatan
yang mempengaruhi sistem saraf. Suara yang dapat
menenangkan pikiran, antara lain:
a) Suara musik, digunakan untuk mengobati depresi,
menenangkan, dan membuat pikiran menjadi rileks.
b) Suara hujan, angin, laut, air yang bergerak dan burung dapat
membuat suasana tenang dan menciptakan rasa
73
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c) Suara air mancur dapat memberikan energi spiritual dan
membangkitkan perasaan yang dekat dengan suasana
pegunungan dan air terjun.
2) Indra Penglihatan
Sesuatu yang dapat membuat mata menjadi santai/relax
seperti pemandangan, cahaya alami, karya seni dan penggunaan
warna tertentu.
3) Indra Peraba
Bau yang menyenangkan dapat menurunkan tekanan darah
dan detak jantung, sedangkan bau yang tidak menyenangkan
dapat meningkatkan detak jantung dan pernapasan.
4) Indra Penciuman 5) Indra Perasa
Indra perasa menjadi terganggu pada saat pasien mengalami
sakit ataupun menerima pengobatan. Hal ini biasanya
ditunjukkan dengan berubahnya rasa makanan maupun
minuman saat dikonsumsi. Karena itu, kualitas makanan dan
minuman yang ditawarkan harus diperhatikan.
c. Psikologis
Secara psikologis, healing environment membantu proses
pemulihan pasien menjadi lebih cepat, mengurangi rasa sakit dan
stres. Perawatan pasien yang diberikan memperhatikan terhadap
pilihan, kebutuhan dan nilai-nilai yang menuntun pada keputusan
klinis pasien. Ada enam dimensi untuk perawatan pasien, antara
lain (Departement of Health, 2001):
1) Rasa kasih sayang, empati dan tanggapan terhadap kebutuhan;
2) Koordinasi dan integrasi;
3) Informasi dan komunikasi;
74
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5) Dukungan emosional;
6) Keterlibatan keluarga dan teman-teman.
3. Studi Banding Tema Sejenis
Gambar 3.7. Sanford Heart Hospital
(Sumber: http://www.baeteforseth.com/images2/sanford-heart-hospital.jpg)
Bangunan Rumah Sakit Khusus Jantung yang memiliki tema
sejenis dengan healing environment adalah Sanford Heart Hospital di
Amerika Serikat. Rumah Sakit ini dibangun dengan proses partisipatif
di mana arsitek dan pembangun menerima umpan balik dari dokter,
perawat, peneliti, staf, pasien jantung dan mantan pasien sehingga
sebuah bangunan yang memiliki desain Gothik yang ramah
lingkungan.
Konsep arsitektur ini diperluas pada berbagai ruang utama
yang menggunakan material yang tahan lama sekaligus alami, seperti
75
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Seorang concierge (penyambut) akan menyambut pasien dan
keluarga pasien saat datang dan membantu berorientasi dalam
perjalanan penyembuhan pasien.
Gambar 3.8. Ruang Penyambutan Sanford Heart Hospital
(Sumber: https://www.flickr.com/photos/sanfordhealth)
Perabotan yang nyaman dan karya seni juga memberikan kesan
Rumah Sakit yang stress - free (tidak menimbulkan stress) dan
familiar (dikenal) (Kennedy, M., Williamson, K., Denevan, K., 2012).
Gambar 3.9. Ruang Lobby Utama Sanford Heart Hospital
76
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Filosofi pelayanan Sanford ialah memberikan lingkungan yang
mendukung penyembuhan dengan mengurangi stres dan kecemasan.
Sebuah lingkungan penyembuhan ini didesain dengan pencahayaan
khusus yang tersembunyi, musik, tempat pijat, aromaterapi, dan karya
seni yang khusus dibuat. Untuk itu, Sanford Heart Hospital Sioux Falls
bermitra dengan seniman lokal untuk menghasilkan 130 karya seni
yang dipasang dalam bangunan tersebut. Setiap lantai Rumah Sakit
tersebut menampilkan karya seni dengan tema yang unik dan
menyoroti kondisi daerah tersebut.
Gambar 3.10. Pemasangan Karya Seni di Koridor Sanford Heart Hospital
(Sumber: https://www.flickr.com/photos/sanfordhealth)
Sanford Heart Hospital Sioux Falls memiliki enam lantai yang
dilengkapi dengan teknologi state-of the-art. Penyembuhan
lingkungan didesain khusus sehingga membantu waktu penyembuhan
pasien menjadi lebih cepat dari biasanya dengan banyaknya lukisan
yang ditampilkan.
77
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.11. Pos Perawat (Nurse Station) Sanford Heart Hospital
(Sumber: https://www.flickr.com/photos/sanfordhealth)
Pos perawat dan ruang rawat inap di Sanford Heart Hospital
Sioux Falls banyak menggunakan material kayu yang memberikan
kesan hangat dan terbuka dalam menerima pasien. Material-material
kayu tersebut sangat membantu proses penyembuhan pada pasien.
Selain itu, area pos perawat yang tidak terlalu jauh dengan
tempat tidur pasien memungkinkan pengawasan pasien lebih baik.
Perawat dapat dengan mudah mengecek keadaan pasien secara
78
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.12. Ruang Pemulihan (Recovery Room) Sanford Heart Hospital
(Sumber: https://www.flickr.com/photos/sanfordhealth)
Tidak berbeda dengan konsep ruang yang lain, ruang ICCU
kelas VIP yang dikhususkan untuk perawatan intensif pasien jantung
didesain dengan banyak menghadirkan unsur-unsur alam seperti kayu
ke dalam ruangan. Selain itu, permainan cahaya lampu juga sangat
baik sehingga ruangan menjadi terang. Dengan begitu, pasien akan
merasa nyaman sehingga proses penyembuhannya akan berjalan lebih
cepat.
Gambar 3.13. Ruang Rawat Intensif Sanford Heart Hospital
158
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
A. Konsep Dasar
Diagram 5.1. Konsep Dasar
(Sumber: Analisis Pribadi, 2015)
Konsep dasar dari perancangan Rumah Sakit Jantung ini merujuk pada
tema “Healing Environment” yang mengedepankan aspek alam, indra, dan
psikologis. Rumah sakit yang dirancang berperan sebagai tempat sementara
yang mendukung proses penyembuhan pada pasien. Dengan konsep dasar ini,
pasien diharapkan dapat merasakan kenyamanan yang akan mempengaruhi
kondisi psikologisnya untuk tetap semangat dalam menghadapi sakit yang
159
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Knecht (2010), healing environment adalah pengaturan fisik
dan dukungan budaya yang memelihara fisik, intelektual, sosial dan
kesejahteraan spiritual pasien, keluarga dan staf serta membantu mereka untuk
mengatasi stres terhadap penyakit dan rawat inap. Menurut Malkin (2005)
dalam Montague (2009), healing environment adalah pengaturan fisik yang
mendukung pasien dan keluarga untuk menghilangkan stres yang disebabkan
oleh penyakit, rawat inap, kunjungan medis, dan pemulihan. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa healing environment merupakan suatu
desain lingkungan terapi yang dirancang untuk membantu proses pemulihan
pasien secara psikologis.
Adapun menurut Dr. John F. Knight dalam bukunya berjudul
“Jantung Kuat Bernapas Lega” yang ditulis pada tahun 1995, “Ceritakanlah
hal-hal yang menggembirakan pada pasien. Sikap optimis dan pikiran positif
merupakan faktor terbesar yang mendukung ksembuhan pasien. Selain itu,
pasien jantung membutuhkan pemandangan dan lingkungan yang indah untuk
meredakan stress dan tekanan darah.”
Maka dari itu, perancangan rumah sakit dengan konsep dasar healing
environment diharapkan dapat membantu kesembuhan pasien karena tujuan
utama rumah sakit merupakan tempat pengobatan dan pemulihan pasien.
Adapun isu-isu yang diangkat dalam perancangan Rumah Sakit
Khusus Jantung ini akan dipecahkan melalui penerapan konsep healing
environment yang mengutamakan perilaku pasien sebagai objek pendekatan
desain. Walaupun begitu, perilaku pengguna rumah sakit yang lain seperti
pengunjung, tenaga medis, tenaga paramedis, dan karyawan tetap menjadi
objek pendekatan desain dalam hal kenyamanan, keamanan, dan keselamatan