• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA GOAL ORIENTATION DENGAN QUALITY OF WORK LIFE PADA KARYAWAN PERUSAHAAN SWASTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA GOAL ORIENTATION DENGAN QUALITY OF WORK LIFE PADA KARYAWAN PERUSAHAAN SWASTA."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA GOAL ORIENTATION DENGAN QUALITY OF

WORK LIFE PADA KARYAWAN PERUSAHAAN SWASTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi

Disusun Oleh :

Gema Azza Amalia

0906200

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

HUBUNGAN ANTARA GOAL ORIENTATION DENGAN QUALITY OF

WORK LIFE PADA KARYAWAN PERUSAHAAN SWASTA

Oleh

Gema Azza Amalia

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Gema Azza Amalia

Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)
(4)

ABSTRAK

Gema Azza Amalia. 2013. Hubungan Antara Goal Orientation dengan Quality of Work Life pada karyawan perusahaan swasta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data empirik mengenai goal orientation dan quality of work life karyawan perusahaan swasta serta melihat korelasi dari keduanya. Sampel penelitian terdiri dari 71 subjek yang merupakan karyawan dari beberapa perusahaan swasta. Adapun metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kuantitatif dengan teknik studi korelasi. Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan kuesioner. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara goal orientation dengan QWL karena p < 0,05 dan hasil korelasi yang terjadi antara goal orientation dengan QWL adalah 0,344. Untuk meningkatkan QWL pada karyawan, perusahaan harus mampu meningkatkan goal orientation karyawan dengan cara menumbuhkan motivasi kerja karyawan.

(5)

ABSTRACT

Gema Azza Amalia. 2013. The Correlation between Goal Orientation and Quality of Work Life to Private Company Employees.

The purpose of this research is to analyze the relation between goal orientation and QWL. The subject of this research contains 71 subjects including employees from some private companies. And this research used quantitative research method as its research method with study-correlation technique. Technique used for obtaining data was by collecting questionnaires. Based on the analysis result, there is a significant correlation between goal orientation and QWL since p < 0,05 and the results of the correlation between goal orientation with QWL is 0.344. The correlation which happens between goal orientation and QWL is adequate. To improve QWL on employees, companies should be able to increase the goal orientation of employees by growing the employee motivation.

(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Sistematika Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Goal Orientation ... 7

2.1.1 Pengertian Goal Orientation ... 7

2.1.2 Model Goal Orientation Button ... 8

2.1.3 Model Orientasi Tujuan VandeWalle ... 9

2.1.4 Ciri-ciri Tipe Goal Orientation ... 9

2.1.5 Aspek-Aspek Goal orientation ... 11

2.2 Quality of Worklife ... 12

2.2.1 Pengertian Quality of Worklife ... 13

2.2.2 Kebutuhan utama untuk meningkatkan QWL ... 16

2.2.3 Dimensi Quality of work life ... 17

(7)

2.4 Penelitian Terdahulu ………. 22

2.5 Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 25

3.1 Metode Penelitian ... 25

3.2 Alat Pengumpulan Data ... 25

3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 25

3.4 Variabel Penelitian ... 26

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 27

3.6 Instrumen Penelitian ... 28

3.7 Teknik Pengolahan Data ... 32

3.8 Analisis Faktor ……….. 35

3.9 Pengujian Instrumen Kuesioner ... 43

3.10 Teknik Analisa Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

4.1 Hasil Penelitian ... 51

4.1.1 Statistik Deskriptif ... 51

4.1.2 Uji Asumsi ... 52

4.1.3 Gambaran responden ... 60

4.1.4 Gambaran umum goal orientation ... 63

4.1.5 Gambaran umum QWL ... 65

4.2 Pembahasan ... 67

4.2.1 Gambaran responden ... 67

4.2.2 Gambaran goal orientation ... 68

4.2.3 Gambaran QWL ... 69

4.2.4 Hubungan antara goal orientation dengan Quality of work life ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

(8)
(9)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 22

3.1 Scree Plot ... 41

4.1 Diagram Lingkaran Penghasilan Responden Karyawan ... 63

4.2 Diagram Lingkaran Gambaran Goal orientation ... 64

(10)

DAFTAR TABEL

No Tabel Hal

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ……… 22

Tabel 3.1 Instrumen Goal orientation ... 28

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen ... 29

Tabel 3.3 Instrumen Quality of Work Life ... 29

Tabel 3.4 Analisis Faktor ... 31

Tabel 3.5 Kategorisasi QWL ... 34

Tabel 3.6 Tabel kriteria KMO ... 38

Tabel 3.7 Tabel kriteria KMO ... 38

Tabel 3.8 Analisis Faktor ... 42

Tabel 3.9 Item-Total Statistics Goal orientation ... 44

Tabel 3.7 Item-Total Statistics QWL ... 44

Tabel 3.8 Interpretasi Derajat Reliabilitas ... 47

Tabel 3.9 Interpretasi indeks korelasi ... 49

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Goal orientation ... 51

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Goal orientation ... 52

Tabel 4.3 Uji Normalitas Data ... 53

Tabel 4.4 Uji Linearitas ... 54

Tabel 4.5 Uji homogenitas goal orientation ... 54

Tabel 4.6 Uji homogenitas quality of work life ... 55

Tabel 4.7 Korelasi Variabel ... 56

Tabel 4.8 Korelasi ... 57

Tabel 4.9 Anova ... 59

Tabel 4.10 Uji Determinasi ... 59

Tabel 4.11 Gambaran Jenis Kelamin ... 60

Tabel 4.12 Gambaran Tingkat Pendidikan Terakhir ... 61

Tabel 4.13 Gambaran Jabatan Responden... 62

Tabel 4.14 Gambaran Penghasilan Responden ... 63

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I : SKALA GOAL ORIENTATION DAN QWL

LAMPIRAN II : HASIL UJI COBA SKALA GOAL ORIENTATION DAN QWL

LAMPIRAN III : HASIL ANALISIS FAKTOR VARIABEL QWL

LAMPIRAN IV : DATA HASIL SKALA GOAL ORIENTATION DAN QWL

LAMPIRAN V : UJI HIPOTESIS

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Setiap perusahaan tentunya memiliki tujuan agar selalu dapat bertahan, mampu berinovasi dan menjadi unggul ditengah persaingan bisnis yang semakin ketat, pasti akan memegang teguh prinsip continuous improvement. Prinsip tersebut menekankan bahwa perbaikan harus dilakukan terus menerus pada seluruh aspek yang ada didalam perusahaan. Salah satu aspek yang dimaksud adalah sumber daya insani atau biasa disebut karyawan. Berbagai upaya dilakukan demi kinerja karyawan yang semakin baik. Hal tersebut dirasa sangat penting karena kinerja karyawan merupakan faktor utama yang menentukan apakah suatu perusahaan dapat berjalan dengan baik atau tidak, sehingga tercapai atau tidaknya tujuan perusahaan itu sangat tergantung dari seberapa baik kinerja para karyawannya. Namun hingga saat ini masih banyak terjadi demo karyawan, hal tersebut menandakan masih adanya ketimpangan antara keinginan perusahaan dan kebutuhan karyawan.

Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Status Pekerjaan Utama, 2011 – 2013

No. Status Pekerjaan Utama 2012 2013

Februari Agustus Februari

1 Berusaha Sendiri 19 543 475 18 440 722 19 139 344

2 Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap/Buruh Tidak Dibayar 20 367 416 18 761 405 19 380 757

3 Berusaha Dibantu Buruh Tetap/Buruh Dibayar 3 930 591 3 873 041 4 026 097

4 Buruh/Karyawan/Pegawai 38 135 062 40 291 583 41 561 419

5 Pekerja Bebas di Pertanian 5 356 265 5 339 998 5 001 220

6 Pekerja Bebas di Non Pertanian 5 970 608 6 202 093 6 423 026

7 Pekerja Keluarga/Tak Dibayar 19 499 388 17 899 312 18 489 326

8 Tak Terjawab - - -

Total 112 802 805 110 808 154 114 021 189

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2012, dan 2013

(13)

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa karyawan memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan status pekerjaan lainnya. Namun besarnya jumlah karyawan yang ada belum diikuti dengan tingkat kesejahteraan karyawan yang tinggi. Hal ini terlihat ketika hari buruh yang jatuh pada tanggal 1 Mei selalu diramaikan oleh aksi demo pekerja. Sebagian besar dari kasus demo yang terjadi, mereka menginginkan peningkatan kesejahteraan karyawan, contohnya seperti demo yang dilakukan oleh karyawan Telkomsel dan karyawan PT. Krakatau Steel (http://ekonomi.kompasiana.com).

Demo yang sering terjadi menggambarkan bahwa tujuan karyawan dan tujuan perusahaan tidak sejalan, sehingga karyawan sering merasa menjadi pihak yang dirugikan. Kolaborasi yang baik yaitu apabila tujuan karyawan seimbang dengan tujuan perusahaan. Tujuan yang spesifik dapat meningkatkan kinerja karyawan. Ketika karyawan menentukan tujuan yang lebih sulit maka karyawan tersebut akan menunjukkan kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan yang memiliki tujuan yang mudah dicapai. Namun setiap karyawan berbeda dalam menyikapi atau menanggapi pencapaian tujuan. Oleh karena itu penting bagi perusahaan menetapkan tujuan yang tinggi namun masih dapat diraih, agar para karyawannya terpacu meningkatkan kinerjanya.

Para karyawan memiliki motivasi tersendiri dalam bekerja untuk mencapai tujuannya. Namun goal orientation seseoranglah yang menggerakan bagaimana cara seseorang merespon suatu tantangan untuk mencapai tujuannya itu. Banyak cara yang dilakukan karyawan untuk meraih kualitas dalam kehidupan kerjanya terkait dengan goal orientation dalam mencapai tujuan tersebut.

Goal orientation merupakan suatu preferensi tujuan dalam pencapaian

situasi, telah menjadi salah satu topik yang paling penting dalam pendidikan, psikologis, dan literatur penelitian organisasi (Payne et al., 2007), karena dengan goal orientation, seseorang dapat melihat perbedaan individu dalam membangun

(14)

3

goal orientation, performance prove goal orientation dan performance avoid goal

orientation.

Semakin berkembangnya zaman semakin banyak hal baru yang perusahaan lakukan demi kemajuan perusahaannya, oleh karena itu perusahaan terus melakukan inovasi - inovasi dan pengembangan seperti pelatihan. Namun tidak semua karyawan senang mengikuti program pelatihan karena menganggap bahwa karyawan tersebut telah berkompeten dibidang yang ia geluti sebelumnya. Hal tersebut bisa menjadi penghambat bagi terwujudnya tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Oleh karena itu diharapkan perusahaan mengetahui tipe goal orientation manakah yang berpengaruh terhadap QWL setiap karyawannya.

Menurut Dupuis (2006), QWL adalah kondisi yang dialami oleh individu untuk mengejar tujuannya dalam domain kerja yang tercermin oleh dampak positif pada kualitas kehidupan individu, kinerja organisasi dan fungsi keseluruhan masyarakat. QWL merupakan masalah utama yang patut mendapat perhatian organisasi (Lewis dkk, 2001, dalam Arifin 2012), karena tingkat QWL yang tinggi diyakini mampu untuk meningkatkan kontribusi para karyawan dan menumbuhkan keinginan karyawan untuk tetap tinggal dalam organisasi. Hal itu diperkuat dari hasil penelitian yang menyatakan adanya hubungan positif antara QWL dengan kinerja karyawan (Elmuti dan Kathawala, 1997). QWL sangat luas cakupannya karena berhubungan dengan berbagai aspek yang berpengaruh pada karyawan seperti: peningkatan upah, pengurangan beban dan jam kerja, partisipasi kerja, pengembangan karir, keselamatan kerja dan pemeliharaan kesehatan.

(15)

kesejahteraan berlebih dari perusahaannya, karena perusahaan swasta pun banyak macamnya, ada perusahaan swasta skala besar dan ada pula skala kecil. Dilihat dari tujuan pekerjaannya pun BUMN dianggap lebih mudah karena sudah ada sistem yang mengaturnya, sementara pada perusahaan swasta memiliki tujuan yang lebih tinggi sehingga tuntutan perusahaan pada karyawannya pun tinggi, sehingga karyawan pun menginginkan timbal balik yang besar pula. Dari pemaparan diatas peneliti ingin mengetahui tingkat QWL dari macam-macam perusahaan swasta baik itu skala kecil maupun besar serta dari berbagai bidang perusahaan, seperti perusahaan yang bergerak dalam pendistribusian minuman yaitu PT. Sinar Sosro dan perusahaan yang bergerak dalam bidang konsultan arsitektur yaitu PT. Nusantara Citra Konsultan.

Dari pemaparan diatas, terlihat kurang adanya kesesuaian antara tujuan karyawan dengan perusahaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa karyawan merasa tidak nyaman dan memiliki tingkat QWL yang rendah. Dari latar belakang tersebut peneliti ingin meneliti mengenai “Hubungan antara Goal orientation dengan Quality of work life pada Karyawan Perusahaan Swasta”

1.2 Rumusan Masalah

(16)

5

1. Bagaimana gambaran umum mengenai goal orientation pada karyawan perusahaan swasta?

2. Bagaimana gambaran umum mengenai quality of work life karyawan perusahaan swasta?

3. Bagaimana hubungan Goal orientation dengan Quality of work life?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk:

1. Memperoleh data empirik mengenai goal orientation pada karyawan perusahaan swasta.

2. Memperoleh data empirik mengenai quality of work life karyawan perusahaan swasta.

3. Memperoleh data empirik mengenai hubungan Goal orientation dengan Quality of work life.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan : 1. Peneliti:

a. Untuk mengetahui hubungan goal orientation dengan quality of work life.

b. Diharapkan dari penelitian ini, peneliti dapat mempublikasikan hasil penelitian terhadap perusahaan.

2. Keilmuan:

(17)

1.5Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penulisan skripsi ini terbagi menjadi lima bab yang tersusun sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Pada bab ini menjelaskan latar belakang, rumusan masalah yang menjadi dasar penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan skripsi.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Dalam bagian ini menjelaskan teori goal orientation dan teori quality of work life, serta kerangka pemikiran sesuai teori yang relevan dan

hipotesis penelitian.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan pendekatan yang digunakan dalam penelitian, identifikasi dan definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, prosedur pengumpulan data dan uji statistik yang digunakan.

Bab IV: Hasil dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan secara rinci analisis data-data yang digunakan dalam penelitian yaitu dengan menggunakan korelasi. Bab ini akan menjawab permasalahan penelitian yang akan diangkat berdasarkan hasil pengolahan data dan landasan teori yang relevan.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu sebuah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2008). Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mendeteksi seberapa jauh variasi pada suatu faktor berhubungan dengan variasi atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasinya (Usman, 2008).

3.2 Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua kuesioner yang berbentuk skala yaitu kuesioner mengenai goal orientation dan QWL. Kuesioner goal orientation ini disusun oleh VandeWalle (1997) yang terdiri dari tiga konstruk sedangkan untuk kuesioner QWL disusun oleh Dupuis dengan menggunakan klasifikasi dari Turcotte yang sebelumnya ia juga membandingkan aspek struktur kerja dari Kohl dan Shooler (1982).

3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

3.3.1 Populasi dan Sampel Penelitian

(19)

yang ditentukan adalah sebanyak 71 orang, adapun karakteristik utama sampel dalam penelitian ini adalah responden yang telah bekerja sebagai pegawai pada suatu perusahaan swasta.

3.3.2 Teknik sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling non-probabilitas. Non-probabilitas sampling adalah teknik

pengambilan sampel yang mana tidak semua responden populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel ini memiliki banyak cara. Pada penelitian ini menggunakan sampling aksidental.

Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2003: 60). Menurut Margono (2004: 127) menyatakan bahwa dalam teknik ini pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui. Dalam penelitian ini menggunakan sebanyak 71 sampel yang terdiri dari karyawan PT. Sinar Sosro sebanyak 41 orang, PT. Nusantara Citra Konsultan sebanyak 17 orang dan sisanya sebanyak 13 orang bekerja di PT. Bukaka dan PT. Pantja Simpati.

3.4 Variabel penelitian

(20)

27

Skala Likert adalah Skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2003: 86).

3.5 Definisi Operasional Variabel

Sugiyono (2003:32) menyatakan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut dari obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

3.5.1 Goal orientation

1. Konseptual

Goal orientation atau orientasi tujuan menurut VandeWalle (1997),

adalah secara konsep sebagai sifat yang stabil yang bergerak ke arah pengembangan kemampuan berprestasi dalam berbagai situasi. 2. Definisi operasional

Goal orientation yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sifat

yang dimiliki oleh pekerja untuk dapat bergerak ke arah pengembangan kemampuan berprestasi pada situasi kerja yang bisa dilihat dari cara seseorang belajar dan menampilkan kinerja yang terdiri dari tiga konstruk, yakni :

a. Learning goal orientation (disingkat LGOv)

b. Performance prove goal orientation (memperlihatkan kinerja, disingkat PPGOv)

c. Performance avoid goal orientation (tidak memperlihatkan kinerja, disingkat PAGOv).

3.5.2 Variabel Quality of work life

1. Konseptual

(21)

tercermin dari dampak positif pada kualitas kehidupan individu, kinerja organisasi dan fungsi keseluruhan masyarakat.

2. Definisi Operasional

QWL yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi yang dialami dan dapat mempengaruhi kehidupan karyawan untuk mengejar tujuannya dalam domain kerja yang tercermin dari interaksi positif pada kualitas kehidupan individu, kinerja organisasi dan fungsi keseluruhan masyarakat.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan mengggunakan Skala dengan jenis skala likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2003: 86).

1. Instrumen Goal orientation

Alat ukur pertama adalah untuk mengetahui goal orientation. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang dibuat oleh VandeWalle (1997) yaitu membagi goal orientation menjadi tiga konstruk yaitu terdiri dari 13 aitem untuk mewakili tiga konstruk tersebut.

Tabel 3.1

Instrumen Goal orientation

No Indikator Jumlah aitem

1 Learning goal orientation 5

(22)

29

Namun dari uji validitas, satu aitem dari indikator Performance prove goal orientation gugur, sehingga komposisi jumlah aitemnya

adalah Learning goal orientation memiliki lima aitem, Performance prove goal orientation memiliki 4 aitem dan Performance avoid goal

orientation memiliki 3 aitem. Untuk mempermudah perhitungan maka

aitem dari Learning goal orientation dikurangi satu sehingga komposisi aitemnya menjadi Learning goal orientation memiliki empat aitem, Performance prove goal orientation memiliki empat aitem dan

Performance avoid goal orientation memiliki tiga aitem.

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen

2. Instrumen Quality of work life

Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang dibuat oleh Dupuis yaitu mencakup 33 aitem. Sebelumnya Dupuis membuat instrumen ini mengacu pada dua teori yaitu teori QWL Turcotte (1988) dan struktur kerja dari Kohl dan Shooler (1982).

Variabel Dimensi Indikator

No aitem (fav) Goal orientation Learning goal orientation

Tugas yang menantang 8

5

Mengembangkan kemampuan 3

10

Performance prove goal orientation

Memperlihatkan kemampuan kepada orang lain

1 11

6 9 Performance avoid goal

orientation

Menghindari hal-hal negatif dan Menutupi kekurangan

(23)

Tabel 3.3

Instrumen Quality of work life

Aitem No Aitem

(fav) Kecukupan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan. 10 Keterlibatan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut

tugas saya.

11

Kesesuaian antara Keterampilan/Keahlian dengan Jenis/Tipe pekerjaan.

16

Keleluasaan dalam menyelesaikan pekerjaan. 17

Keberagaman tugas. 21

Efektivitas dalam bekerja. 22

Diperlukan persyaratan Fisik tertentu untuk dapat menyelesaikan tugas.

29

Lingkungan kerja (kebisingan, pencahayaan, kebersihan, dll). 30 Perlengkapan dan peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan. 2 Fasilitas (Tempat ibadah, Tempat makan, Tempat parkir, dll). 5

Rasa memiliki terhadap perusahaan. 7

Rasa semangat untuk bekerja. 8

Daya saing. 13

Hubungan dengan rekan-rekan kerja. 15

Hubungan dengan atasan. 18

Hubungan dengan pemilik perusahaan atau Manajemen. 19 Peraturan perusahaan tentang cuti untuk alasan keluarga. 23 Ada yang menyelesaikan pekerjaan selama saya tidak hadir di

tempat kerja.

24

Kewajiban untuk menyelesaikan pekerjaan karyawan lain yang sedang tidak masuk kerja.

31

(24)

31

Kesempatan untuk mutasi/rotasi ke Jabatan yang lain yang setara. 25

Pelatihan dan Pengembangan Profesi/karir. 26

Penilaian Prestasi Kerja. 33

Jadwal kerja. 1

Jadwal yang fleksibel. 3

Kejelasan Posisi dan Peran dalam organisasi. 4

Konflik peran. 6

Komunikasi dan Informasi. 9

Pendapatan. 12

Kesejahteraan karyawan. 14

Kepastian mendapatkan imbalan/gaji. 20

Hubungan dengan serikat pekerja. 27

Kemudahan dalam mencari bantuan dari karyawan lain. 28

Peneliti melakukan analisis faktor pada 33 aitem tersebut agar mudah untuk mengklasifikasinya karena Dupuis (2006) hanya menjabarkan aitem-aitem aspek dari QWL tanpa dimensi. Tujuan dari analisis faktor adalah menyederhanakan hubungan yang beragam dan kompleks pada beberapa variabel yang diamati dengan menyatukan faktor atau dimensi yang saling berhubungan pada suatu struktur data yang baru yang mempunyai beberapa faktor yang lebih kecil (Wibisono, 2003). Setelah dianalisis faktor maka muncul beberapa faktor, yaitu :

Tabel 3.4

Analisis Faktor

Faktor Aspek No

Faktor 1  kecukupan waktu

 keterlibatan dalam pengambilan keputusan  kesesuaian keahlian dengan pekerjaan  keleluasaan dalam menyelesaikan masalah  efektivitas kerja

(25)

 rasa semangat untuk bekerja  hubungan rekan kerja  kejelasan posisi dan peran  komunikasi dan informasi

8 15 4 9

Faktor 2  pendapatan

 kesejahteraan karyawan  kepastian pendapatkan gaji

12 14 20 Faktor 3  syarat fisik

 lingkungan kerja  perlengkapan kerja  fasilitas

 penilaian prestasi kerja  jadwal kerja

29 30 2 5 33 1

Faktor 4  promosi

 mutasi/rotasi  pelatihan  daya saing

32 25 26 13

Faktor 5  rasa memiliki terhadap perusahaan  hubungan dengan atasan

 hubungan dengan managemen

7 18 19 Faktor 6  ada yang menyelesaikan tugas

 kewajiban untuk menyelesaikan tugas

24 31 Faktor 7  jadwal fleksibel

 kemudahan dalam meminta bantuan  peraturan tentang cuti alasan keluarga

3 28 23 Faktor 8  keberagaman tugas

 konflik peran

 hubungan dengan serikat pekerja

21 6 27

3.7 Teknik Pengolahan Data

3.7.1 Teknik Pengolahan Data Instrumen Goal orientation

(26)

33

kuesioner tentang goal orientation akan diberikan bobot dengan menggunakan skala sebagai berikut:

Sangat tidak setuju Sangat setuju

1 2 3 4 5 6

Skala jawaban bergerak dari angka 1 yang berarti ketidaksetujuan hingga angka 6 yang menunjukan persetujuan yang sangat tinggi.

Dari bobot yang telah dipilih responden, dapat kita klasifikasikan bahwa responden tersebut masuk dalam kategori tipe goal orientation learning atau performance dengan cara melihat manakah dari ketiga tipe

itu yang memiliki bobot terbesar. Responden dikatakan memiliki suatu tipe goal orientation dilihat dari tingginya skor pada aitem-aitem yang

mengindikasikan tipe goal orientation tersebut.

3.7.2 Teknik Pengolahan Data Instrumen QWL

Setiap alternatif jawaban yang ada didalam setiap pertanyaan kuesioner tentang goal orientation akan diberikan bobot dengan menggunakan skala likert sebagai berikut:

7 = Paling utama 6 = Sangat Penting 5 = Cukup Penting 4 = Agak Penting

3 = Tidak Terlalu Penting 2 = Tidak penting

(27)

Data yang didapatkan dari masing-masing alat ukur kemudian diinterpretasi. Sebagai suatu hasil ukur berupa angka, skor skala memerlukan norma pembanding agar dapat diinterpretasikan secara kualitatif. Kategorisasi bertujuan utuk menempatkan individu kedalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur (Azwar, 2003:107)

Menurut Throndike (1991), norma adalah suatu pembanding berupa pencapaian kelompok dimana subjek yang diukur menjadi anggota dari kelompok tersebut. Data yang membentuk norma secara ideal seharusnya merupakan data yang representatif dari suatu populasi, dimana alat ukur tersebut dirancang untuk digunakan.

Dalam penelitian ini, peneliti mengkelompokan dalam lima kategori dengan rumus norma sebagai berikut:

Tabel 3.5 Kategorisasi QWL

Rumus Kategori

(M + 1,50s) < X Sangat tinggi

(M + 0,50s) < X ≤ (M + 1,50s) Tinggi (M - 0,50s) < X ≤ (M + 0,50s) Sedang (M - 1,50s) < X ≤ (M - 0,50s) Rendah X ≤ (M – 1,50s) Sangat rendah

(Azwar, 2009:163)

Ket:

X = skor subjek M = nilai rata-rata S = deviasi standar

(28)

35

(29)

3.8 Analisis faktor

Analisis faktor adalah suatu metode untuk menganalisis sejumlah observasi, dipandang dari sisi interkorelasinya untuk mendapatkan apakah variasi-variasi yang nampak dalam observasi itu mungkin berdasarkan atas sejumlah kategori dasar yang jumlahnya lebih sedikit dari yang nampak (Fruchter dalam Wibisono (2003).

Analisis faktor menyederhanakan hubungan yang beragam dan kompleks pada set data/variabel amatan dengan menyatukan faktor atau dimensi yang saling berhubungan/mempunyai korelasi pada suatu struktur data yang baru yang mempunyai set faktor yang lebih kecil.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan analisis faktor agar mudah untuk mengklasifikasikan atau menyederhanakan 33 aspek dari QWL serta melihat aspek mana saja yang harus dibuang, yang memiliki arti bahwa aspek tersebut kurang relevan dengan aspek QWL di Indonesia.

Penggunaan metode analisis faktor dapat diklasifikasi menjadi tiga , yaitu:

Confirmatory Factor Analysis

(30)

37

Exploratory Factor Analysis

Analisis faktor digunakan untuk menyelidiki dan mendeteksi suatu pola dari variabel-variabel yang ada, dengaan tujuan untuk menemukan suatu konsep baru dan kemungkinan pengurangan data dari data dasar. Dalam hal ini, peneliti dapat mengidentifikasi dimensi-dimensi terpisah dari struktur dan kemudian menentukan sejauhmana setiap variabel dijelaskan oleh setiap dimensi. Prosedur eksploratori ini peneliti tidak punya pegangan berdasarkan pada sebuah teori atau sebuah penelitian terdahulu tentang komposisi dari subskala, maka analisis itu digunakan untuk meneliti variabel tersembunyi atau laten yang terdapat dalam skala untuk membantu konseptualisasi (Ihsan, 2004). Pada penelitian ini menggunakan analisis faktor model exploratory.

Alat pengukur (measuring device)

Analisis faktor digunakan untuk membentuk variabel-variabel untuk digunakan sebagai variabel baru pada analisis berikutnya.

A. Proses Analisis Faktor

1. Memilih variabel yang layak. Oleh karena analisis faktor berupaya mengelompokkan sejumlah variabel, maka seharusnya ada korelasi yang cukup kuat di antara variabel, sehingga akan terjadi pengelompokkan. Jika sebuah variabel atau lebih berkorelasi lemah dengan variabel lainnya, maka variabel tersebut akan dikeluarkan dari analisis faktor.

(31)

3. Menentukan jumlah faktor. Penentuan jumlah faktor didasarkan pada besarnya eigen value setiap faktor yang muncul. Faktor yang dipilih adalah faktor yang memiliki eigen value >1.

4. Rotasi faktor. Rotasi faktor dilakukan untuk mempermudah interpretasi dalam menentukan variabel-variabel mana saja yang tercantum dalam suatu faktor karena terkadang ada beberapa variabel yang mempunyai korelasi tinggi dengan lebih dari satu faktor.

5. Penamaan faktor

B. Uji Kelayakan Faktor

(32)

39

pelatihan dan pengembangan profesi/karir, penilaian prestasi kerja, jadwal kerja, jadwal yang fleksibel, kejelasan posisi dan peran dalam organisasi, konflik peran, komunikasi dan informasi, pendapatan, kesejahteraan karyawan, kepastian mendapatkan imbalan/gaji, hubungan dengan serikat pekerja, kemudahan dalam mencari bantuan dari karyawan lain. Untuk itu perlu dilakukan uji kelayakan faktor dengan melihat nilai KMO (Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy) and Barlett’s Test. KMO adalah

[image:32.595.114.510.169.719.2]

mengukur kecukupan sampling dan membandingkan besarnya koefisien korelasi terobservasi dengan besarnya koefisien korelasi antar pasangan variabel. Sedangkan Barlett’s Test digunakan untuk menguji hipotesis bahwa variabel tak berkorelasi di dalam populasi. Nilai yang besar untuk uji statistic, berarti hipotesis nol harus ditolak. Dengan melihat nilai KMO and Barlett’s Test di bawah 0.5, maka dapat diperoleh variable mana yang dapat dianalisis lebih lanjut atau tidak.

Tabel 3.6 Tabel kriteria KMO

Harga KMO Kriteria

0,9 Sangat memuaskan

0,8 Memuaskan

0,7 Harga tengah

0,6 Cukup

0,5 Kurang memuaskan

Tabel 3.7

Tes KMO and Bartlett Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.

(33)

Bartlett's Test of Sphericity

Approx. Chi-Square 3489,971

Df 528

Sig. ,000

Pada penelitian ini didapat nilai KMO and Barlett’s Test adalah 0.869 dengan signifikan 0.000 maka variabel dan sample yang ada dapat dianalisis lebih lanjut karena memiliki angka KMO di atas 0.5 dan angka sig <0.05 dengan kriteria memuaskan. Hasil ini juga memperlihatkan bahwa instrumen ini valid karena nilai KMO and Bartlet’s Test telah melebihi dari 0,5.

Dengan hasil di atas, maka dapat dikatakan bahwa variabel dan sampel yang digunakan memungkinkan untuk dilakukan analisis lebih lanjut. Selanjutnya, untuk melihat korelasi antarvariabel independen dapat diperhatikan tabel Anti-Image Matrices. Nilai yang diperhatikan adalah MSA (Measure of Sampling Adequacy). Nilai MSA berkisar antara 0 hingga 1, dengan ketentuan sebagai berikut: (Santoso, 2006: 20).

 MSA = 1, variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel yang lain.

 MSA > 0,5, variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut.

(34)

41

Pada tabel anti image (lampiran) terlihat bahwa nilai MSA (diberi warna kuning) dari setiap faktor > 0,5, sehingga variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut.

C. Faktoring, Ekstraksi dan Rotasi

Sebelumnya telah dilakukan tahapan awal analisis faktor, yaitu penyaringan terhadap sejumlah variabel, sehingga variabel-variabel yang memenuhi syarat untuk dianalisis. Selanjutnya dilakukan proses analisis faktor yaitu melakukan ekstraksi terhadap sekumpulan variabel yang ada, sehingga terbentuk satu atau lebih faktor.

1) Communalities

Communalities pada dasarnya adalah jumlah varians (bisa dari persentase)

dari suatu variabel mula-mula yang bisa dijelaskan oleh faktor yang ada. Communalities menunjukkan sumbangan efektif tiap aitem terhadap faktor

yang terbentuk.

2) Total Variance Explained

Suatu eigenvalue menunjukkan besar sumbangan dari faktor terhadap varian seluruh variable asli. Hanya faktor dengan varian lebih dari 1 yang dimasukkan dalam model.

Banyak faktor diekstraksi ditentukan sedemikian rupa sehingga kumulatif presentase varian yang diekstraksi oleh faktor mancapai suatu level tertentu yang memuaskan. Ekstraksi faktor dihentikan jika kumulatif presentase varian sudah mencapai paling sedikit 60% atau 75% dari seluruh varian variabel asli.

[image:34.595.114.514.207.698.2]
(35)

ke 9 sudah cukup yaitu sebesar 62,370% dari semua variabelnya dan hanya faktor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 yang memiliki eigenvalues lebih dari satu.

3) Factor Matrix

Tujuan analisis faktor ada dua yaitu reduksi data dan eksploratori. Dalam hal ini, peneliti dapat mengidentifikasi dimensi-dimensi terpisah dari struktur dan kemudian menentukan sejauhmana setiap variabel dijelaskan oleh setiap dimensi. Untuk tujuan ini sebaiknya digunakan teknik Common Factor Analvysis. Untuk tujuan eksploratori pilihlah unweigthed least square yang merupakan dasar common factor analysis

[image:35.595.115.513.192.683.2]

(Ihsan, 2011:122).

(36)

43

Dapat dilihat dari grafik screeplot dimana scree mulai terjadi menunjukkan banyak faktor yang benar, tepatnya ketika scree mulai mendatar. Kenyataan menunjukkan bahwa penentuan banyaknya faktor dengan screeplot akan mencapai satu atau lebih banyak dari penentuan dengan eigenvalue.

4) Rotated Factor Matrix

[image:36.595.113.517.220.734.2]

Rotasi faktor dilakukan untuk mempermudah interpretasi dalam menentukan variabel-variabel mana saja yang tercantum dalam suatu faktor karena terkadang ada beberapa variabel yang mempunyai korelasi tinggi dengan lebih dari satu faktor. Penentuan input variabel ke faktor tertentu mengikut pada besar korelasi antara variabel dengan faktor, yaitu kepada yang korelasinya besar.

Tabel 3.8

Analisis Faktor

Faktor Aspek

Faktor 1 : sifat dari pekerjaan itu sendiri

 kecukupan waktu

 keterlibatan dalam pengambilan keputusan  kesesuaian keahlian dengan pekerjaan  keleluasaan dalam menyelesaikan masalah  efektivitas kerja

 rasa semangat  hub rekan kerja  kejelasan peran

 komunikasi dan informasi Faktor 2 : Pendapatan  pendapatan

 kesejahteraan

 kepastian pendapatkan gaji Faktor 3 : lingkungan

kerja

 syarat fisik  lingkungan kerja  perlengkapan kerja  fasilitas

(37)

 jadwal fleksibel

Faktor 4 :

pengembangan karir

 promosi  mutasi/rotasi  pelatihan Faktor 5 : hubungan

dengan atasan

 rasa memiliki terhadap perusahaan  hubungan dengan atasan

 hubungan dengan managemen Faktor 6 : kewajiban

pekerjaan

 ada yg menyelesaikan tugas

 kewajiban untuk menyelesaikan tugas

Faktor 7 :  kemudahan dalam meminta bantuan  peraturan tentang cuti alasan keluarga Faktor 8 : keberagaman

tugas dan peran

 keberagaman tugas  konflik peran

 hubungan dengan serikat pekerja

3.9 Pengujian Instrumen Kuesioner

3.9.1 Uji Validitas

Menurut Arikunto (2002:144) dikatakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan, atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid memiliki validitas yang rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.

(38)

45

Pengujian validitas isi dilakukan oleh dua professional jugdement, yang meliputi dosen psikologi dan manager suatu perusahaan swasta.

(39)
[image:39.595.115.511.178.641.2]

a. Korelasi total item skala goal orientation Tabel 3.9 Item-Total Statistics Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

ket

VAR00001 ,830 ,888 Valid

VAR00002 ,758 ,903 Valid

VAR00003 ,854 ,883 valid

VAR00004 ,797 ,899 valid

VAR00005 ,720 ,914 valid

VAR00006 ,643 ,587 valid

VAR00007 ,671 ,579 valid

VAR00008 ,559 ,630 valid

VAR00009 ,591 ,613 valid

VAR00010 -,002 ,834 tidak valid

VAR00011 ,294 ,572 valid

VAR00012 ,433 ,363 valid

VAR00013 ,385 ,427 valid

Dari tabel diatas dapat diketahui dari 13 item yang diuji coba hanya satu item yang memiliki korelasi item-total < 0,30 yaitu item 10, sehingga item tersebut dikatakan tidak valid dan harus dibuang. Untuk memudahkan perhitungan pula item 5 dihapus sehingga keseluruhan item yang terpakai adalah 11 item yaitu 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13.

b. Korelasi total item skala quality of work life

Tabel 3.10 Item-Total Statistics

(40)

47

VAR00001 ,461 ,899 valid

VAR00002 ,481 ,899 valid

VAR00003 ,426 ,900 valid

Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted Ket

VAR00004 ,482 ,899 valid

VAR00005 ,390 ,901 valid

VAR00006 ,474 ,899 Valid

VAR00007 ,333 ,902 Valid

VAR00008 ,503 ,899 Valid

VAR00009 ,429 ,900 Valid

VAR00010 ,457 ,899 Valid

VAR00011 ,489 ,899 Valid

VAR00012 ,494 ,899 Valid

VAR00013 ,411 ,900 Valid

VAR00014 ,546 ,899 Valid

VAR00015 ,500 ,899 Valid

VAR00016 ,495 ,899 Valid

VAR00017 ,400 ,900 Valid

VAR00018 ,403 ,900 Valid

VAR00019 ,405 ,901 Valid

VAR00020 ,499 ,899 Valid

VAR00021 ,470 ,899 Valid

VAR00022 ,557 ,898 Valid

VAR00023 ,593 ,898 Valid

VAR00024 ,411 ,900 Valid

VAR00025 ,337 ,901 Valid

VAR00026 ,504 ,899 Valid

VAR00027 ,326 ,903 Valid

VAR00028 ,562 ,898 Valid

VAR00029 ,353 ,901 Valid

VAR00030 ,533 ,899 Valid

VAR00031 ,478 ,899 Valid

VAR00032 ,443 ,900 Valid

(41)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa seluruh item memiliki korelasi item-total > 0,30 sehingga seluruh item dikatakan valid dan dapat digunakan.

3.9.2 Uji Reliabilitas

Arikunto (2002:154) mendefinisikan reliabilitas sebagai suatu instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya pula. Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur yang dapat dipercaya atau diandalkan untuk diuji. Untuk mengetahuinya, maka dapat digunakan rumus Alpha Cronbach dengan rumus:

(42)
[image:42.595.117.512.98.647.2]

49

Tabel 3.8

Interpretasi Derajat Reliabilitas

Indeks Kolerasi Interpretasi

0.800-0.100 Reliabilitas sangat tinggi 0.600-0.799 Reliabilitas tinggi 0.400-0.599 Reliabilitas cukup 0.200-0.399 Reliabilitas rendah 0.000-0.199 Reliabilitas sangat rendah

Sumber : Arikunto (2002)

A. Reliabilitas instrument Goal orientation

Berdasarkan perhitungan uji reliabilitas yang telah dilakukan terhadap instrument tipe goal orientation. Tipe 1 : Learning goal orientation memiliki indeks reliabilitas sebesar

0,914. Indeks tersebut menunjukkan bahwa instrument tersebut memiliki reliabilitas sangat tinggi dan dapat digunakan dalam penelitian ini.

Tipe 2 : Performance prove goal orientation memiliki indeks reliabilitas sebesar 0,834. Indeks tersebut menunjukkan bahwa instrumen tersebut memiliki reliabilitas yang tinggi dan dapat digunakan dalam penelitian ini.

Tipe 3 : Performance avoid goal orientation memiliki indeks reliabilitas sebesar 0,557 dapat dikategorikan cukup reliabilitasnya atau dapat kita liat dari skor Corrected Item-Total Correlation.

B. Reliabilitas instrument Quality of work life

(43)

bahwa instrument tersebut memiliki reliabilitas yang tinggi dan dapat digunakan dalam penelitian ini.

3.10 Teknik Analisa Data

Menurut Sudjana (2001) metode korelasi bertujuan untuk dapat mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel. Ukuran yang digunakan untuk mengetahui hubungan tersebut, khususnya untuk data kuantitatif adalah koefisien korelasi. Data dalam penelitian akan dianalisa dengan analisa statistik bekerja dengan angka – angka, bersifat objektif dan universal. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa koefisien korelasi Pearson Product Moment untuk melihat hubungan goal orientation dengan quality of worklife. Sebelum dilakukan analisis korelasi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi pada metode korelasional terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk melihat distribusi variabel bebas dan variabel tergantung dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan program SPSS. Data tersebut dapat dikatakan memiliki sebaran normal apabila memiliki nilai p >0.05.

2. Uji linieritas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah data pada variabel bebas mempunyai hubungan yang linier dengan data pada variabel tergantung. Uji linieritas pada data ini dilakukan menggunakan uji test for linierity dengan bantuan program SPSS.

3. Uji Korelasi

(44)

51

digunakan untuk menemukan ada tidaknya hubungan goal orientation dengan QWL dan apabila terdapat hubungan, seberapa eratnya hubungan tersebut. Adapun rumus korelasi sebagai berikut :

Untuk memudahkan perhitungan, maka peneliti akan menggunakan bantuan program SPSS version 18. Besaran Koefisien korelasi menunjukkan kuat atau lemahnya hubungan. Secara umum, dapat dikatakan bahwa koefisien korelasi yang besar menunjukan hubungan yang kuat, dan sebaliknya.

Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel penulis memberikan kriteria sebagai berikut (Sugiyono:2009):

[image:44.595.115.513.143.631.2]

Tabel 3.9

Interpretasi indeks korelasi

Indeks korelasi Interpretasi

0 – 0,199 Korelasi sangat lemah 0,20 – 0,399 Korelasi cukup

0,40 – 0,599 Korelasi sedang 0,60 – 0,799 Korelasi kuat 0,80 – 1,00 Korelasi sangat kuat

(45)

Uji signifikansi digunakan untuk melihat apakah hubungan yang dkemukan tersebut berlaku untuk seluruh populasi atau tidak. Pada penelitian ini, uji signifikansi dilakukan dengan cara memperhatikan nilai sig (2-tailed) pada tabel Pearson Product Moment.

Adapun kriterianya sebagai berikut :

a. Jika angka signifikansi hasil riset < 0,05, maka hubungan kedua variabel signifikan.

b. Jika angka signifikansi hasil riset > 0,05, maka hubungan kedua variabel tidak signifikan.

Nilai sig (2- tailed) pada penelitian ini adalah 0,003, artinya angka signifikansi < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi tersebut signifikan, artinya koefisien tersebut dapat digeneralisasikan atau dapat berlaku pada populasi dimana sampel tersebut diambil.

5. Uji koefisien Determinasi

Analisis korelasi dapat dilanjutkan dengan menghitung koefisien determinasi, dengan cara mengkuadratkan koefisien yang ditemukan. Uji koefisien determinasi ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar varian yang terjadi pada variabel Y turut ditentukan oleh varian yang terjadi pada variabel X. Adapun rumus untuk mencari koefisien determinasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Keterangan:

KD = koefisien determinasi R2 = koefisien korelasi

(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Gambaran mengenai tipe goal orientation pada karyawan perusahaan swasta memiliki tiga tipe yaitu learning goal orientation, performance prove goal orientation dan performance avoid goal orientation. Dapat

disimpulkan dari hasil penelitian bahwa setiap karyawan memiliki tipenya sendiri dalam merespon suatu tantangan untuk mencapai tujuannya. Karyawan pada perusahaan swasta pada umumnya memiliki tipe performance prove goal orientation.

2. Pada penelitian ini kategori QWL dibagi menjadi lima kategori, pada umumnya sebagian besar karyawan pada perusahaan swasta memiliki kategori QWL yang sedang, artinya karyawan merasa perusahaan cukup memberikan kesejahteraan baik mental ataupun fisik di tempat karyawan tersebut bekerja.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara goal orientation dengan quality of work life. Hal ini dapat dilihat dari hasil koefisien korelasi sebesar 0.344

yang berarti hubungan yang terjadi antara goal orientation dengan quality of work life adalah cukup dan signifikan sehingga berlaku untuk seluruh

(47)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penulis memberikan saran-saran kepada:

1. Perusahaan swasta

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa karyawan perusahaan swasta tergolong memiliki tingkat QWL yang cenderung sedang. Oleh karena itu diharapkan perusahaan dapat kembali mengkaji aspek-aspek QWL karyawan seperti penghasilan, menciptakan hubungan yang baik dengan rekan kerja serta menyediakan perlengkapan yang memadai guna menunjang pekerjaan karyawan. Dari hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara goal orientation dengan quality of work life, artinya untuk

meningkatkan QWL pada karyawan, perusahaan harus mampu meningkatkan goal orientation karyawan dengan cara menumbuhkan motivasi kerja karyawan.

2. Peneliti selanjutnya

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Aketch, Josiah Roman and Odera, Odhiambo and Chepkuto, Paul and Okaka, Ochieng. (2012). Effects of quality of work life on job performance: theoretical perspectives and literature review. Current Research Journal of Social Sciences , 4 (5). pp. 383-388. ISSN 2041-3238

Ames, C., & Archer, J. (1988). Achievement goals in the classroom: Student’s learning strategies and motivational processes. Journal of Educational Psychology, 80, 260-267

Arifin, Noor. (2012). ANALISIS KUALITAS KEHIDUPAN KERJA, KINERJA, DAN KEPUASAN KERJA PADA CV. DUTA SENENAN JEPARA. Jurnal Economia, Volume 8, Nomor 1.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian:suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2005). Penyusunan Skala Pesikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2007). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, edisi 2, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Azwar, S. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Bolhari, alireza. Rezaeean, ali. Bolhari, jafar. Bairamzadeh, sona. Soltan, amir arzi. (2011). The Relationship between Quality of Work Life and Demographic Characteristics of Information Technology Staffs. 2011 International Conference on Computer Communication and Management. Proc .of CSIT vol.5 © (2011) IACSIT Press, Singapore.

Button, S., Mathieu, J., & Zajac, D. (1996). Goal orientation in organizational research: A conceptual and empirical foundation. Organizational Behavior and Human Decision Processes, 67, 26-48

Cascio, W.F. (2003). Managing Human Resources : Productivity, Quality of Work Life, Profits. Edisi ke-6. USA : McGraw-Hill Companies, Inc.

(49)

Elizur, D. and S. Shye. (1990). „Quality of work life and its relation to quality of

life’, Applied Psychology: An International Review 39(3), pp. 275–291. Elmuti, Dean., Yunus Kathawala. (1997). “An Investigation into Effects of ISO

9000 on Participants’ Attitudes and Job Performance”, Production and Inventory Management Journal, Second Quarter

Ghozali, I. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : BP UNDIP

Ihsan, Helli. (2011). Penyusunan Skala Psikologi.

Jo, Baek-Kyoo (Brian). and Kathryn J. Ready. (2012). The influences of proactive personality, performance goal orientation, organizational learning culture, and leader-member exchange quality. Career Development International Vol. 17 No. 3, 2012 pp. 276-295q Emerald Group Publishing Limited 1362-0436 DOI 10.1108/13620431211241090

Kerce, E. W. and S. Booth-Kewley. (1993). „Quality of work life surveys in organizations: Methods and benefits‟, in Sage Focus (eds.), Improving Organizational Surveys: New Directions, Methods, and Applications (Sage Publications, Thousand Oaks, CA), pp. 188–209.

Kohl, M. L. and C. Schooler: 1982, „Job conditions and personality: A

longitudinal assessment of reciprocal effects’, American Journal of Sociology 87, pp. 1257–1286.

Locke, E. A. and Latham, G. P. (1990). A Theory of Goal Setting and Task Performance. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Luthans, F., 1998, Organizational Behaviour, 8th edition, McGraw Hill

Margono, S. (2004). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Martel, jean-pierre. Dupuis, Gilles. (2006). QUALITY OF WORK LIFE:

THEORETICAL AND METHODOLOGICAL PROBLEMS, AND

PRESENTATION OF A NEW MODEL AND MEASURING INSTRUMENT. Springer. Social Indicators Research (2006) 77:333–368

Martocchio, J. J. (1994). Effects of conceptions of ability on anxiety, self-efficacy, and

learning in training. Journal of Applied Psychology, 79, 819-825

(50)

Payne, S. C., Youngcourt, S. S. and Beaubien, J. M. (2007). A Meta-analytic Examination of the Goal Orientation Nomological Net. Journal of Applied Psychology, 92: 128-150.

Pintrich, P.R, & Schunk, D.H. (1996). Motivation in education. Englewood cliffs, NJ : Prentice Hall.

Priyatno, D. (2010). Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan SPSS dan Tanya Jawab Ujian Pendadaran. Yogyakarta : Gaya Media

Salavati, Adel. Maghsoudi, Keyhan. Hasani, Kaveh. (2013). Relationship between Quality of Work Life and the Productivity of Manpower. Management and Administrative Sciences Review. ISSN: 2308-1368. Volume: 2, Issue: 3, Pages: 243-253 © 2013 Academy of Business & Scientific Research

Singgih, Santoso. (2006). Buku Latihan SPSS untuk Statistik Parametrik. Elex Media Komputindo: Jakarta

Sirgy, M. J., D. Efraty, P. Siegel and L. Dong-Jin: 2001, „A new measure of quality of work life (QWL) based on need satisfaction and spillover

theories’, Social Indicators Research 55, pp. 241–302.

Steele-Johnson, D., Beauregard, R. S., Hoover, P., & Schmidt, A. M. (2000). Goal orientation and task demand effects on motivation, affect, and performance. Journal of Applied Psychology, 85, 724-738.

Sudjana, N. (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar baru.

Sugiyono. (2003). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2008) .Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2009). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Usman, Husaini. Setiady, Purnomo. (2008). Pengantar Statistika. Jakarta : PT. Bumi Aksara

VandeWalle, Don. (1997). Development and validation of a work domain goal orientation instrument. Sage Publication: Educational and psychological measurement, vol.57 no. 6, december 1997 995-1015.

(51)

Wibisono. (2003). Riset Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Sumber lain :

Gambar

Instrumen Tabel 3.1 Goal orientation
Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen
Instrumen Tabel 3.3 Quality of work life
Tabel 3.4 Analisis Faktor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pokok Indikator Keterampilan Teknik Penilaian 3.31 Menentukan turunanfungsi aljabarmenggunaka n definisi limit fungsi atau sifat-sifat turunan fungsi serta penerapannya 3.31.1

Menunjukan bahwa penggunaan bahan penolong dalam satu kali produksi setiap harinya berbeda dimana, dalam satu minggu industri ini melakukan proses produksi sebanyak

Berdasarkan data yang didapatkan oleh peneliti, ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh guru Bimbingan dan Konseling di Kota Mojokerto yakni; (1) kurang

Variabel suku bunga (SBI) memiliki hubungan yang negatif terhadap indeks ASEAN 5, hal ini dikarenakan SBI merespon positif guncangan yang diberikan dirinya sendiri,

 Dari hasil pelaksanaan penerapan model problem solving pada standar kompetensi melakukan pekerjaan pengelasan dengan las busur manual siswa kelas XI TP SMK

ABSTRAK Konsep harga lelang barang jaminan gadai dalam ekonomi Islam dan penerapan di Pegadaian Syariah Cabang Simpang Patal Palembang pihak pegadaian melakukan surve ke pasar

Akan tetapi dalam pelaksanaannya Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menduga ketiganya talah melakukan pelanggaran terhadap hukum persaingan usaha karena

Untuk dapat melakukan dekripsi terhadap cipherteks ini, kriptanalis harus memisahkan partitur tersebut berdasarkan alat musik yang dimainkan, melakukan translasi