Destiana, Anisa 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Komputer
Oleh Anisa Destiana
0807605
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER
Destiana, Anisa 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK
Oleh
Anisa Destiana
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Anisa Destiana 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
November 2014
Destiana, Anisa 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
Lembar Pengesahan
“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
ADVANCE ORGANIZER
BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM MATA PELAJARAN TIK
”
ANISA DESTIANA NIM 0807605
Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing I,
Dr.DEDI ROHENDI, MT. NIP. 196705241993021001
Pembimbing II,
Destiana, Anisa 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Diketahui oleh
Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer,
Destiana, Anisa 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Application of Advance Organizer Learning Model with Multimedia to Increasing Critical Thinking Skills Students in the Subject ICT
ABSTRACT
BY :
Anisa Destiana
0807605
Destiana, Anisa 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Key: Learning Model, Advance Organizer, Multimedia, Critical Thinking Skills, ICT
Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Berbantu Multimedia untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran TIK
ABSTRAK
Oleh : ANISA DESTIANA
0807605
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana mengembangkan multimedia interaktif (MMI) pada model pembelajaran Advance Organizer berbantu multimedia untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Advance Organizer berbantu multimedia dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yang lebih baik daripada kelas kontrol pada mata pelajaran TIK di SMP N 1 Karangsembung Cirebon, dan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran Advance Organizer berbantu multimedia. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah multimedia interaktif, angket, lembar observasi dan tes. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 80 orang yang terdiri dari 40 orang kelas VII H sebagai kelas kontrol dan 40 orang kelas VII G sebagai kelas eksperimen. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposif sampling. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda dua rata-rata untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen di SMP N 1 Karangsembung Cirebon. Teknik analisis data untuk pengujian hipotesis menggunakan uji-z yaitu jika nilai sig>α=0,05 maka H0
diterima dan H1 ditolak sedangkan jika sig<α=0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima , taraf pengujian α=0,05 . Dari hasil pengolahan dan analisis data diperoleh nilai Exact sig (2-tailed) yaitu 0,000 artinya H0 ditolak yaitu (sig=0,000)>(α=0,05) dan H1diterima yaitu (sig=0,000)<(α=0,05). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol di SMP N 1 Karangsembung Cirebon. Sedangkan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan diterapkannya model pembelajaran
Advance Organizer berbantu multimedia lebih baik jika dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional adalah dengan menggunakan analisis Gain, adapun hasil data gain ternormalisasi pada
Destiana, Anisa 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Destiana, Anisa 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ………. ii
UCAPAN TERIMA KASIH ………... iii
DAFTAR ISI ……… vi
DAFTAR TABEL ……… xi
DAFTAR GAMBAR ………xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitan ... 7
1.5 Definisi Operasional ... 8
1.6 Hipotesis ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1Model Pembelajaran Advance Organizer ... 10
2.2Berpikir Kritis ... 18
2.3Media Pembelajaran ... 23
2.4 Multimedia Pembelajaran ... 24
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
3.1 Metode dan Desain Penelitian ... 29
3.1.1Populasi dan sampel ... 30
3.2 Pengembangan Multimedia ... 31
Destiana, Anisa 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.5 Uji Coba Instrumen ... 40
3.5.1 Uji Validitas ……… 40
3.5.2 Uji Reliabilitas……… 42 3.5.3 Uji Daya Pembeda Soal Pretest……… 44 3.5.4 Uji Indeks Soal Kesukaran Pretest……… 45 3.5.5 Validitas Butir Soal Pretest….……… 47 3.5.6 Reliabilitas Butir Soal pretest………. 48
3.5.7 Uji Daya Pembeda Soal Postest……… 48
3.5.8 Uji Indeks Soal Kesukaran Postest……… 50
3.5.9 Validitas Butir Soal Postest….……… 51
3.5.10Reliabilitas Butir Soal Postest………. 52
3.6 Tahap Penelitian ………. 53
3.7 Tahap Akhir ………... 54
3.8 Teknik Analisis Data ………... 54
3.8.1 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis ……….. 54
3.8.2 Kemampuan Berpikir Kritis ……….. 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... ….. 58
4.1 Pengembangan Multimedia Interaktif ... …… 58
4.1.1 Tahap Analisis ……….. 58 4.1.2 Tahap Desain ……… 59 4.1.3 Tahap Pengembangan ……… 60
4.1.4 Tahap Implementasi ………. 61
4.1.5 Tahap Penilaian ……… 61
4.2 Hasil Penelitian ………... 63
Destiana, Anisa 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.3.1 Perbedaan antara Nilai Pretest Kelas Kontrol dengan Kelas Eksperimen
Pada Mata Pelajaran TIK ……… 65
Destiana, Anisa 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Indikator Berpikir Kritis ……… 18
3.1 Desain Penelitian ………. 29
3.2 Storyboard Multimedia ……… 34
3.3 Skala Likert Angket Berpikir Kritis Terhadap Pembelajaran TIK Berbantu Multimedia ……….. 39
3.4 Hasil Validitas Angket Berpikir Kritis Pembelajaran TIK berbantu Multimedia ……… 41
3.5 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ………. 43
3.6 Reliabilitas Uji Coba Angket Berpikir Kritis Terhadap Pembelajaran TIK berbantu Multimedia ………. 43
3.7 Kriteria Daya Pembeda ………... 44
3.8 Daya Pembeda Hasil Uji Coba Pretest ……… 45
3.9 Klasifikasi Indeks Kesukaran ……….. 46
3.10 Hasil Indeks Kesukaran Soal ……….. 46
3.11 Hasil Validitas Butir Soal Pretest Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Mata Pelajaran TIK ……… 47
3.12 Hasil Reliabilitas butir soal pretest kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran TIK ……… 48
3.13 Kriteria daya pembeda ………. 49
3.14 Daya Pembeda Hasil Uji Coba Instrumen ……… 49
Destiana, Anisa 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.16 Hasil uji indeks kesukaran soal ………51
3.17 Hasil validitas butir soal postest kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran TIK ……… 52
3.18 Hasil reliabilitas butir soal postest kemampuan berpikir kritis dalam mata pelajaran TIK ……… 53
3.19 Interpretasi gain skor ternormalisasi ……… 55
3.20 klasifikasi persentase kategori kemampuan berpikir kritis siswa ……… 57
4.1 Hasil judgmentmultimedia ……… 62
4.2 Normalitas pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol ………. 64
4.3 Hasil uji homogenitas pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol ………… 66
4.4 Group Statistik pretestkelas eksperimen dan kelas kontrol ……….. 67
4.5 Test statistics pretestkelas eksperimen dan kelas kontrol ………. 67
4.6 Normalitas postest kelas eksperimen dan kelas kontrol ……… 69
4.7 Hasil uji homogenitas postest kelas eksperimen dan kelas kontrol …………70
4.8 Group Statistik postestkelas eksperimen dan kelas kontrol………71
4.9 Test statistics postestkelas eksperimen dan kelas kontrol………. 71
4.10 Data gain ternormalisasi ……….. 73
4.11 Kriteria penilaian hasil persentase berpikir kritis ……… 74
4.12 Kriteria penilaian persentase angket berpikir kritis kelas eksperimen …. 75
4.13 Kriteria penilaian persentase angket berpikir kritis kelas kontrol …….. 77
4.14 Hasil observasi kegiatan guru ……….. 81
4.15 Hasil observasi kegiatan siswa ………. 82
Destiana, Anisa 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Halaman
Destiana, Anisa 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kegiatan interaksi. Interaksi ini terjadi antara guru
dan siswa yang bertujuan meningkatkan perkembangan mental sehingga menjadi
mandiri. Dimyati (2006:8) mengemukakan secara umum dikatakan bahwa pendidikan
merupakan suatu tindakan yang memungkinkan terjadinya belajar dan perkembangan
peserta didik.
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) adalah kurikulum operasional
yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP 2006
menuntut peserta didik untuk lebih aktif, kritis dan kreatif dalam pembelajaran.
Sedangkan guru lebih aktif dalam memancing kreativitas peserta didik dan lebih
memberikan kesempatan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dan kreatif. Sedangkan menurut PBB adalah membangun masyarakat
berpengetahuan (knowledge-based society) yang memiliki (1) keterampilan melek
TIK dan media (ICT and media literacy skills), (2) keterampilan berpikir kritis
(critical thinking skills), (3) keterampilan memecahkan masalah (problem-solving
skills), (4) keterampilan berkomunikasi efektif (effective communication skills); dan
(5) keterampilan bekerjasama secara kolaboratif (collaborative skills). Keempat
pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaran. Dalam konteks pendidikan,
sesungguhnya peran TIK adalah sebagai “enabler” atau alat untuk memungkinkan
terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan efisien serta menyenangkan. Jadi,
TIK dijadikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri
Hal ini dapat dilihat dari beberapa studi dan hasil penelitian yang telah
dilakukan, diantaranya :
1. Data The Trends in Internasional Mathematics and Sciense Study (TIMSS) (Efendi, 2010) menyebutkan siswa Indonesia hanya mampu menjawab nalar dan analisis, untuk bidang sains pada Tahun 1999 Indonesia menempati peringkat 32 dari 38 negara, Tahun 2003 Indonesia menempati peringkat 37 dari 46 negara, sedangkan Tahun 2007 Indonesia menempati peringkat 35 dari 49 negara. Rendahnya hasil TIMSS ini tidak terlepas dari proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah-sekolah. Hasil tersebut mengungkapkan bahwa kemampuan bernalar siswa Indonesia masih rendah. Berpikir kritis merupakan bagian dari penalaran, sesuai dengan pernyataan Krulik Rudnik (Rohayati, 2005:1), bahwa penalaran mencakup berpikir dasar, berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Hal ini berarti kemampuan berpikir kritis siswa juga masih rendah.
3
adalah pada T.P. 2009/2010 terdapat 88,89% siswa yang telah memenuhi standar ketuntasan sedangkan sisanya 11,11% siswa belum tuntas dan pada T.P. 2010/2011 terdapat 67,44% siswa yang telah memenuhi standar ketuntasan sedangkan sisanya 32,56% siswa belum tuntas. Meskipun persentase siswa yang sudah mencapai KKM besar, namun nilai yang diperoleh siswa sudah ada nilai tambahan dari guru yaitu penilaian guru terhadap tugas pribadi/kelompok, kehadiran siswa, dan disiplin siswa, sehingga hasil belajar siswa masih tergolong rendah. Hal tersebut disebabkan oleh penggunaan laboratorium sekolah yang masih terbatas karena kelengkapan alat-alat dalam laboratorium masih kurang dan kondisi alat yang tersedia sudah tidak dapat berfungsi dengan baik. Hal ini menyebabkan kurangnya minat belajar siswa pada mata pelajaran fisika. Selain itu pemahaman konsep fisika dan kemampuan berpikir siswa juga rendah sehimngga menyebabkan siswa kesulitan dalam mengerjakan persoalan fisika yang membutuhkan penyelesaian secara analisis dan matematis.
3. H a l s e n a d a j u g a t e r l i h a t p a d a
o b s e r v a s i a w a l y a n g d i l a k u k a n p a d a
s a l a h s a t u k e l a s X d i S M A S w a s t a
T e l a d a n C i n t a D a m a i M e d a n p a d a 1 9
M e i 2 0 1 2 d e n g a n j u m l a h s i s w a 3 2
o r a n g . P a d a k e l a s t e r s e b u t d i b e r i k a n
7 b u t i r p e r t a n y a a n y a n g t e r d i r i d a r i 3
b u t i r p e r t a n y a a n p e m a h a m a n k o n s e p
d a n 4 b u t i r p e r t a n y a a n b e r p i k i r k r i t i s
m a t e r i g e r a k l u r u s d e n g a n r u b r i k
p e n i l a i a n n y a b e r d a s a r k a n
p e m a h a m a n k o n s e p d a n
k e m a m p u a n b e r p i k i r k r i t i s . H a s i l y a n g
d i p e r o l e h m e n u n j u k a n b a h w a
p e m a h a m a n k o n s e p d a n t i n g k a t
s e k o l a h t e r s e b u t m a s i h r e n d a h .
S e c a r a u m u m , s i s w a m e m i l i k i
k e m a m p u a n y a n g b a i k d a l a m h a l
m e n u l i s k a n v a r i a b e l - v a r i a b e l y a n g
d i k e t a h u i p a d a s o a l , d a n j u g a h a l
y a n g d i t a n y a k a n , n a m u n u n t u k
m e n y e l e s a i k a n m a s a l a h ,
m e n g a n a l i s i s ( m e m b e d a k a n
i n f o r m a s i ) , m e n s i n t e s i s
( m e n g g a b u n g k a n i n f o r m a s i ) , s i s w a
m e m i l i k i k e m a m p u a n y a n g r e n d a h .
Kondisi yang sama juga peneliti dapatkan dari hasil wawancara penulis dengan
guru TIK SMP Negeri 1 Karangsembung 21 januari 2014 , menyatakan bahwa
kemampuan siswa dalam membangun keterampilan berpikir dalam TIK masih
kurang, bahkan kebanyakan siswa belum memiliki kemampuan untuk membuat dan
mempertimbangkan kesimpulan, memberikan penjelasan lebih lanjut, juga dalam
mengatur strategi dan taktik dalam menyelesaikan permasalahan TIK. Hal ini
menunjukkan bahwa masih kurangnya kemampuan berpikir kritis pada siswa. selain
itu, beliau juga mengungkapkan bahwa masih banyak siswa yang pasif dan bersikap
tak acuh selama pembelajaran berlangsung.
Menurut hasil wawancara diatas, ternyata masih banyak siswa yang
kemampuan berpikir kritisnya masih kurang. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu
sendiri, dan faktor eksternal yang merupakan faktor dari luar seperti guru dan metode
5
Mengingat kemampuan berpikir kritis adalah salah satu aspek penting dalam
pembelajaran, maka guru harus pandai dalam memilih cara, teknik, strategi,
pendekatan, metode, ataupun model pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Setiap konsep akan lebih mudah untuk dipahami
dan diingat apabila disajikan dengan metode dan cara yang tepat
Berpikir kritis sebagai salah satu bentuk kemampuan berpikir yang harus
dimiliki oleh setiap orang termasuk siswa. seorang pemikir kritis dalam mengambil
keputusan, terlebih dahulu akan menganalisis fakta-fakta secara tajam. Selain itu,
seorang pemikir kritis juga mampu mengkomunikasikan apa yang diyakininya
dengan jelas dan akurat (Ennis:2000). Lebih lanjut Spliter (Irpan, 2010:4)
mengemukakan bahwa siswa yang berpikir kritis adalah siswa yang mampu
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengkonstruksi argumen serta mampu
memecahkan masalah dengan tepat. Dengan demikian kemampuan berpikir kritis
sangat perlu dimiliki oleh setiap siswa untuk memecahkan masalah. Salah satu model
pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah
dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer.
Model Pembelajaran Advance Organizer merupakan suatu model
pembelajaran yang pada prinsipnya siswa diharuskan untuk dapat menyerap
(memberikan penjelasan dasar), mencerna (membangun keterampilan dasar,
memberikan penjelasan lanjutan, mengatur strategi dan taktik), dan mengingat bahan
pelajaran dengan baik (membuat kesimpulan) dan dalam kegiatannya siswa dapat
David Ausubel yang disebut sebagai model pembelajaran penuh makna (meaningfull
learning), menurut Ausubel berguna atau tidaknya materi pembelajaran sangat
tergantung pada persiapan peserta didik dan pengolahan materi itu sendiri. Model
pembelajaran advance organizer bertujuan untuk memperkuat struktur kognitif
peserta didik dan menambah daya ingat peserta didik terhadap informasi yang bersifat
baru.
Model Advance Organizer pernah diterapkan oleh I Kadek Budiartawan
dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Advance Organizer
terhadap Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA pada
Materi Hukum OHM dan Hukum Kirchhoff”. I Kadek Budiartawan menyebutkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pemahaman konsep, keterampilan
berpikir kritis siswa yang menggunakan model pembelajaran Advance Organizer
dengan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa dengan model
pengajaran langsung. Hal ini berarti bahwa model pembelajaran Advance Organizer
mempengaruhi pemahaman konsep, dan keterampilan berpikir kritis pada mata
pelajaran fisika dimana rata-rata skor pemahaman konsep dan keterampilan berpikir
kritis siswa yang menggunakan model pembelajaran Advance Organizer lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata skor pemahaman konsep, dan keterampilan berpikir
kritis siswa yang menggunakan model pengajaran langsung.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui sejauh
mana model Advance Organizer dengan menggunakan multimedia dapat
7
“Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Berbantu Multimedia untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran TIK”
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana mengembangkan multimedia interaktif (MMI) pada model
pembelajaran Advance Organizer berbantu multimedia untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa?
2. Apakah penerapan model pembelajaran Advance Organizer berbantu multimedia dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yang lebih
baik daripada kelas kontrol pada mata pelajaran TIK?
3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran TIK dengan
menggunakan model pembelajaran Advance Organizer berbantu
multimedia?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui bagaimana mengembangkan multimedia interaktif (MMI)
pada model pembelajaran Advance Organizer berbantu multimedia untuk
2. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Advance Organizer
berbantu multimedia dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
yang lebih baik daripada kelas kontrol pada mata pelajaran TIK.
3. Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran
Advance Organizer berbantu multimedia.
1.4Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut :
1.
Secara teoritisManfaat secara teoritis yaitu hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan
peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang lebih mendalam.
2.
Secara Praktisa. Bagi siswa, yaitu dapat membuat siswa merasa senang dan termotivasi untuk
belajar selama mengikuti proses pembelajaran karena siswa dilibatkan
secara aktif, serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
pada mata pelajaran TIK menjadi lebih baik.
b. Bagi guru, pembelajaran dengan menggunakan model Advance Organizer
berbantu multimedia dapat dijadikan salah satu alternative pembelajaran
yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
c. Bagi sekolah, yaitu dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan
dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran
TIK, serta meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa melalui
9
d. Bagi peneliti, yaitu dapat menambah pengalaman dan pengetahuan tentang
bagaimana menerapkan model pembelajara Advance Organizer berbantu
multimedia untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
1.5Defenisi Operasional
1. Model pembelajaran Advance Organizer merupakan model pembelajaran
yang pada prinsipnya siswa dapat menyerap, mencerna dan mengingat bahan
pelajaran dengan baik dalam kegiatannya siswa dapat menjelaskan kembali
materi tersebut. Artinya, siswa memperoleh pengetahuan baru yang dikaitkan
dengan pengetahuanyang telah ada pada siswa. tahap/fase aktivitas Advance
Organizer adalah sebagai berikut : 1) Penyajian Organizer; 2) Penyajian
Bahan Pelajaran; 3) Penguatan Organisasi Kognitif
2. Multimedia berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata “multi” yang berarti
banyak; bermacam macam dan “medium” yang berarti sesuatu yang dipakai
untuk menyampaikan atau membawa sesuatu. Dapat disimpulkan bahwa
multimedia merupakan perpaduan antara berbagai media format (format file)
yang berupa teks, video dan audio yang digunakan untuk menyampaikan
pesan/informasi.
3. Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara
terorganisasi dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis.
Indikator berpikir kritis diukur dengan mengunakan pretest dan postest
berdasarkan indikator-indikator kemampuan berpikir kritis berbentuk uraian.
penjelasan sederhana); 2) Basic Support (membangun keterampilan dasar); 3)
Inference (menyimpulkan); 4) Advansed Clarification (memberikan
penjelasan lebih lanjut); 5) Strategi and tactics ( mengatur strategi dan
teknik).
1.6Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan diterapkan
pembelajaran model pembelajaran Advance Organizer berbantu
multimedia tidak lebih baik jika dibandingkan dengan menggunakan
metode pembelajaran konvensional .
H1 : Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan diterapkan
pembelajaran model pembelajaran Advance Organizer berbantu
multimedia lebih baik jika dibandingkan dengan menggunakan metode
Destiana, Anisa 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai metode dan desain penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan prosedur penelitian
3.1 Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasiexperiment. Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest – Postest Control Group Design. Adapun gambaran desain penelitiannya sebagai berikut :
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelas Pretest Variabel Bebas Posttest
(R) E O1 X1 O2
(R) K O1 X2 O2
Keterangan :
( R ) E : Kelas eksperimen acak, yaitu kelas yang diberikan perlakuan pendekatan model pembelajaran Advance Organizer berbantuan multimedia.
( R ) K : Kelas kontrol acak, yaitu kelas yang diberikan perlakuan model pembelajaran konvesional
X1 : Perlakuan yang diberikan, yaitu pembelajaran dengan model pembelajaran Advance Organizer berbantu multimedia
X2 : Perlakuan yang diberikan, yaitu pembelajaran dengan pembelajaran konvensional
O1 : Hasil observasi ujian awal sebelum perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Diharapkan tidak terlihat perbedaan yang signifikan antara kedua kelas.
O2 : Hasil observasi ujian akhir setelah perlakuan dengan model pembelajaran
Dalam desain ini terdapat dua kelas yang dipilih secara random, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas yang diberikan perlakuan pendekatan pembelajaran Advance Organizer dengan berbantuan multimedia, sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang diberikan model pembelajaran konvesional. Kedua kelas ini diberikan pretest itu untuk mengetahui keadaan awal pada masing-masing kelas. Hasil pretest yang baik bila nilai kelas eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Kemudian kedua kelas diberikan perlakuan yang berbeda. Setelah diberi perlakuan, baru diberikan postest untuk mengetahui hasil dari kedua kelas tersebut.
Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif digunakan sebagai acuan dasar penelitian, pengumpulan dan
pengolahan data Pendekatan kuantitatif merupakan metode pemecahan masalah yang
terencana dan cermat, dengan desain yang tersusun ketat, pemgumpulan data secara
sistematis terkontrol, dan tertuju pada penyusunan teori yang disimpulkan secara
induktif dalam kerangka pembuktian hipotesis secara empiris.
3.1.1 Populasi dan Sampel a. Populasi
Menurut Arikunto (2002), populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 1 Karangsembung kabupaten Cirebon tahun ajaran 2013-2014 yang terdiri dari sembilan kelas yang berjumlah 360 siswa.
b. Sampel
31
3.2 Pengembangan Multimedia
Menurut Munir (2001) Multimedia dibuat sesuai dengan keperluan dan tujuan dari proses belajar dan pengajaran. Model pembuatan multimedia antara lain :
1) Model dengan sistem hiperteks dan hipermedia, 2) Model dengan simulasi dan demonstrasi,
3) Model tutorial.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model tutorial karena konsep guru yang memberi bimbingan kepada siswa untuk memahami terhadap apa yang dipelajari.Laurilliard (1993) dalam Munir (2001) memberi petunjuk tentang proses-proses belajar dengan metode tutorial, yaitu :
1) Menetapkan tujuan proses belajar, 2) Memberi pengenalan tentang topik,
3) Mengelompokkan masalah sesuai dengan strategi proses belajar, 4) Menganalisis pencapaian belajar,
5) Menyediakan umpan balik (feedback),
6) Keberhasilan pelajar dijadikan tolak ukur untuk menentukan proses belajar selanjutnya.
Newby dalam Munir (2012:93) menggambarkan proses pengembangan suatu instructional media berbasis multimedia dilakukan dalam empat tahap dasar, yaitu :
1) Planning, berkaitan dengan perencanan data media berdasarkan kurikulum dan tujuan pembelajaran (instructional).
2) Instructional design, perencanaan direalisasi dalam bentuk rancangan.
3) Prototype, hasil rancangan kemudian diwujudkan dalam bentuk purwarupa.
Proses belajar mengajar dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer dengan berbantumultimedia, dengan menggunakan softwareMacromedia Director MX 2004.
Langkah-langkah dalam pengembangan pembelajaran multimedia interaktif adalah sebagai berikut :
a. Tahap Analisis
Tahap analisis merupakan tahap untuk mengetahui tujuan pengembangan multimedia interaktif yang akan digunakan sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran dengan mengunakan model pembelajaran Advance Organizer pada mata pelajaran TIK kelas VII.
Pada tahap ini, peneliti melakukan studi pendahuluan mengenai kondisi siswa, proses pembelajaran, fasilitas sekolah serta hal lain yang menunjang proses penelitian dengan cara wawancara langsung kepada guru mata pelajaran TIK di SMP N 1 Karangsembung.
Dari hasil wawancara tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa cenderung pasif dalam kegiatan belajar mengajar serta sumber belajar yang kurang variatif menyebabkan penyerapan materi oleh siswa dirasa kurang maksimal.
Maka peneliti berpendapat SMP N 1 Karangsembung cocok untuk dijadikan objek penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer berbantu multimedia untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
b. Tahap Desain
33
Flowchartmultimedia pembelajaran ini disajikan sebagai berikut :
Gambar 3.1
Tabel 3.2
Contoh Storyboard multimedia pembelajaran ini disajikan sebagai berikut:
Page Menu Utama
Visual
Teks 1 . Pembelajaran Advance Organizer Berbantu Multimedia
Navigation TB 1. Tombol Exit TB 2. Tombol Biodata TB 3. Tombol SK & KD TB 4. Tombol Materi
Image IM 1. Komputer LCD IM 2. LINUX IM 3. Windows IM 4. Machintosh
Audio Menggunakan Sound Effect yang sesuai
35
Description of Interaction
a. Tombol Exit : digunakan untuk keluar dari multimedia pembelajaran
b. Tombol Biodata : untuk melihat Biodata
c. Tombol SK & KD : Digunakan untuk melihat halaman SK & KD d. Tombol Materi : digunakan untuk mengantarkan pengguna ke
materi pembelajaran dan evaluasi / tes
Untuk lebih jelasnya storyboard akan disajikan lengkap pada lampiran.
c. Tahap pengembangan
Pada tahap ini, dilakukan pembuatan program multimedia. Pembuatan multimedia dengan bantuan perangkat lunak atau softwareMacromedia Director MX 2004 dan Adobe Photoshop CS3. Tahap pengembangan multimedia merupakan tahap dimana materi, gambar, media, dan beberapa konten yang menunjang multimedia diintegrasikan sehingga menjadi kesatuan yang disebut dengan multimedia interaktif.
d. Tahap Implementasi
Setelah tahap pengembangan selesai, maka dilakukan langkah implementasi yaitu pengujian terhadap unit-unit yang telah
dikembangkan dan prototype telah dihasilkan kemudian
diimplementasikan.
e. Tahap Penilaian
Multimedia dapat digunakan untuk penelitian setelah melalui proses terakhir yaitu penilaian. Ahli media memberikan penilaian terhadap multimedia tersebut apakah layak untuk digunakan atau masih perlu perbaikan. Ahli media penelitian ini yaitu seorang dosen atau guru mata pelajaran. Berikut adalah hasil judgment atau penilaian terhadap multimedia yang dilihat dari berbagai aspek.
Multimedia dinilai berdasarkan aspek-aspek tertentu. Aspek umum yang meliputi kreatifitas dan inovatif diperoleh hasil sebesar 75% yang berarti bahwa multimedia tersebut baru, menarik, dan unik, komunikatif sebesar 87,5% yang berarti bahwa multimedia telah menggunakan bahasa yang baik, benar, dan efektif, unggul 62,5% berarti bahwa multimedia cukup unggul dibandingkan dengan multimedia yang lain.
Aspek rekayasa perangkat lunak penilaiannya meliputi efektif dan efisien sebesar 75% berarti efektif dan efisien dalam pengembangan maupun penggunaan media pembelajaran, reliable sebesar 75% berarti bahwa multimedia cukup reliable(handal), maintable sebesar 75% berarti multimedia mudah dalam pemeliharaaannya , usabilitas 87,5% berarti multimedia mudah digunakan, ketepatan pemilihan aplikasi/software/tool untuk pengembangan 87,5% berarti bahwa cukup tepat media pembelajaran ini dikembangkan dengan menggunakan Macromedia Director MX 2004, kompatibilitas 62,5% berarti bahwa media pembelajaran cukup dapat diinstal /dijalankan di berbagai hardware dan software yang ada, pemaketan media pembelajaran terpadu dan mudah dieksekusi sebesar 75% berarti bahwa pemaketannya mudah digunakan, reusable sebesar 87,5% berarti bahwa sebagian program media dapat dimanfaatkan kembali untuk pengembangan media pembelajaran lainnya.
37
digunakan, unity sebesar 75% berarti multimedia menggunakan bahasa visual dan audio yang harmonis, pemilihan warna sebesar 62,5% berarti pemilihan warna yang sesuai membuat ketertarikan minat belajar siswa, tipografi sebesar 75% berarti susunan huruf yang rapih membuat isi materi mudah dipahami, tata letak sebesar 75% berarti tata letak tersusun dengan baik sehingga materi yang disampaikan dapat terserap dengan baik, unsur visual bergerak sebesar 100% berarti animasi dapat dimanfaatkan untuk mensimulasi materi ajar dan movie untuk mengilustrasikan materi secara nyata, navigasi yang familiar dan konsisten agar efektif dalam penggunaannya sebesar 87,5% berarti penggunaan navigasi yang konsisten membuat media enak untuk dilihat, unsur audio sebesar 75% berarti penggunaan (dialog, monolog, narasi, ilustrasi, music, dan sound/specialeffect) membuat media menjadi menarik.
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode Arikunto, 2006: 149). Salah satu tujuan dibuatnya instrumen penelitian ini untuk memperoleh data dan informasi yang lengkap mengenai hal-hal yang ingin dikaji dalam penelitian ini. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa test pretest dan postest (test berpikir kritis), lembar observasi pembelajaran, dan angket.
a. Test
Arikunto (2006: 150) menjelaskan bahwa “Test adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bekal yang dimiliki oleh individu atau kelas.”
dan sesudah pembelajaran dilangsungkan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Proses dilaksanakan untuk mengukur kemampuan awal siswa, sementara itu postest dilakukan setelah pembelajaran (setelah diberikan perlakuan pada kelas eksperimental) dilakukan. Penilaian Tes Esai (Pemberian Skor Tes Esai) menggunakan skala penilaian dengan daftar check untuk menentukan nilai satu atau lebih keterampilan yang merupakan suatu rangkaian dalam bentuk skala. Misalnya skala lima poin menentukan lima tingkat dari sebuah keterampilan (Chase, Clinton : 2005).
b. NonTest
b.1Nilai ulangan harian
Nilai ulangan harian merupakan data kuantitatif dari guru mata pelajaran kedua kelas tersebut. Nilai ulangan yang digunakan adalah hasil ulangan dari pokok materi sebelumnya, alasannya adalah agar lebih merepresentatifkan kemampuan siswa. Selain itu, nilai ini menjadi patokan bagi peneliti untuk mengetahui pembagian kategori kemampuan kognitif masing-masing siswa (rendah, sedang dan tinggi) dan pembagian pasangan saat pembelajaran. b.2 Lembar observasi
Lembar observasi ini berisi aktifitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dengan pengamatan secara langsung oleh observer. Lembar observasi ini bertujuan untuk melihat ketepatan aktifitas yang dilakukan oleh guru dengan tujuan dan pedoman pembelajaran dan mengetahui aktifitas siswa yang mengindikasikan pengembangan kemampuan berpikir kritis selama pembelajaran.
b.3 Angket
39
jawaban dibuat dari yang sangat positif sampai sangat negatif. Responden tinggal memilih salah satu jawaban sesuai dengan apa yang diketahui atau dilakukanya yang terdiri dari sangat setuju (SS), setuju (S),Ragu (R), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS) diberikan pada di akhir pertemuan yang bertujuan untuk mengetahui respon dan kesan siswa terhadap proses pembelajaran dengan model pembelajaran Advance Organizer.
Tabel 3.3
Skala LikertAngket Berpikir Kritis terhadap pembelajaran TIK Berbantu Multimedia
Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban
Persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
a.1 Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian a.2 Melakukan Studi Lapangan,
a.3 Studi Literatur,
a.4 Menyusun silabus dan rencana pembelajaran, a.5 Membuat media pembelajaran,
a.6 Menyusun instrumen penelitian,
a.8 Melakukan analisis terhadap hasil uji coba dan melakukan perbaikan terhadap instrumen yang tidak valid.
3.5 Uji Coba Instrumen 3.5.1 Uji validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006: 168). Menurut Ruseffendi, (1993: 132) suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen itu, untuk maksud dan kelas tertentu, mengukur apa yang semestinya diukur, derajat ketetapannya besar,validitasnya tinggi. Validitas suatu instrumen berkaitan dengan untuk apa instrumen itu dibuat. Hal ini sejalan dengan Arikunto (2006: 168) yang menyatakan bahwa suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Menurut Arikunto (2009:72), bahwa salah satu cara yang dapat digunakan untuk kevalidan instrumen ialah dengan menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu :
Rumus 3.1
r : Koefisien korelasi (koefisien validitas).
N : Jumlah Subjek X
: Jumlah skor setiap butir soal (jawaban yang benar)
X
2
: jumlah kuadrat dari skor butir soal Y
: jumlah skor total
Y
2
: jumlah kuadrat dari skor total
41
telah valid dapat dilihat pada beberapa rujukan kriteria empirik berikut yang telah dirangkum oleh Prof. Dali S Naga”. Muhammad Nisfiannur (2009:230).
Untuk menguji validitas dalam penelitian ini, peneliti telah melakukan uji coba angket pada kelas VII A 40 siswaSMPN 1 Karangwareng dengan 20 butir soalangket berpikir kritis pada pembelajaran TIK berbantuan multimedia.Hasil uji coba butir angket tersebut terdapat pada tabel 3.4.
Tabel 3.4
Hasil Validitas Angket Berpikir kritis terhadap pembelajaran TIK berbantu multimedia
Item-Butir soal dinyatakan valid bila nilai butir soal diatas 0,2. Menurut hasil perhitungan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pernyataan yang valid sebanyak 20 pernyataan. Jadi dalam penelitian ini digunakan 20 pernyataan untuk angket berpikir kritis pembelajaran TIK berbantu multimedia.
3.5.2 Uji reliabilitas
Reliabilitas suatu tes adalah tingkat keajegan atau ketetapan instrumen terhadap kelas yang dapat dipercaya sehingga instrumen dapat diandalkan sebagai pengambil data. Instrumen yang realiable adalah instrumen yang apabila digunakan untuk mengukur objek yang sama berulang-ulang hasilnya relatif sama. Untuk menghitungnya dapat menggunakan rumus Cronbach’s Alpha sebagai berikut:
Rumus 3.2
Rumus Realibilitas Instrumen
Keterangan :
CA = Koefisien Cronbach’s Alpha K = Banyaknya pertanyaan dalam butir
= Varians butir = Varians Total
Selanjutnya koefisien reliabilitas yang diperoleh dari hasil uji coba diinteprestasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas sebagai berikut :
43
Tabel 3.5
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas Kriteria
0,80 <r11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi
0,60 <r11 ≤ 0,80 Reliablitas tinggi
0,40 <r11 ≤ 0,60 Reliabilitas sedang
0,20 < r11 ≤ 0,40 Reliabilitas rendah
0,00 < r11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah
Untuk mempermudah penelitian, peneliti menggunakan alat bantu SPSS 16 for windows, Reliabilitas angket dapat dilihat di tabel 3.6
Tabel 3.6
Reliabilitas Uji Coba Angket Berpikir Kritis Terhadap Pembelajaran TIK Berbantu Multimedia
Menurut kaplan dan Saccuzo (1993:1-24) “ koefisien reliabilitas yang
paling baik untuk digunakan dikisaran 0,7”. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini memiliki reliabilitas
yang signifikan.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized
Items N of Items
DP = b
X XA B 3.5.3 Uji daya pembeda soal pretest
Suherman (2003:159) mengatakan bahwa daya pembeda adalah seberapa jauh
kemampuan butir soal dapat membedakan antara test yang mengetahui jawaban
dengan benar dan dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut (atau testi
menjawab dengan salah). Untuk menghitung daya pembeda tiap butir soal
menggunakan rumus daya pembeda sebagai berikut:
Rumus 3.3 Rumus Uji Daya Pembeda
(Suherman, 2003) Keterangan:
DP = Daya Pembeda
A
X = Rata-rata skor siswa kelas atas
B
X = Rata-rata skor siswa kelas bawah b = Skor maksimum tiap butir soal
Kriteria untuk daya pembeda tiap butir soal dalam (Suherman, 2003: 161)
dinyatakan sebagai berikut :
Tabel 3.7 Kriteria daya pembeda
Daya Pembeda Kriteria
DP ≤ 0,00 Sangat jelek
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
45
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik
Tabel 3.8
Daya Pembeda Hasil Uji Coba Instrumen pretest
No.
Dari hasil perhitungan, diperoleh daya pembeda sebagaimana tampak pada Tabel 3.8. Berdasarkan klasifikasi daya pembeda pada tabel 3.7, bahwa daya pembeda nomor 1 ,2 3, 4 dan 6 kriterianya baik, nomor 5 dan 7, kriterianya cukup.
3.5.4 Uji indeks kesukaran soal pretest
Berdasarkan asumsi galton, Suherman menyatakan bahwa hasil evaluasi dari hasil perangkat tes yang baik akan menghasilkan skor atau nilai yang membentuk distribusi normal ( Suherman, 2003:168)
Untuk mencari Indeks kesukaran tiap butir soal (Suherman.2003:170) digunakan rumus :
Rumus 3.4
Tingkat kesukaran tiap butir soal
x: Rata-rata skor tiap soal
SMI: Skor Maksimum Ideal
Selanjutnya indeks kesukaran yang diperoleh dari hasil uji coba diinteprestasikan dengan menggunakan klasifikasi indeks kesukaran yang digunakan menurut (Suherman,2003:170) :
Tabel 3.9
Klasifikasi Indeks Kesukaran
IK Keterangan
IK = 0,00 Soal terlalu sukar
0,00 < IK ≤ 0,00 Soal sukar
0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang
0,70 < IK < 1,00 Soal mudah
IK = 1,00 Soal terlalu mudah
Data hasil uji indeks kesukaran soal dapat dilihat pada tabel 3.10
Tabel 3.10
Hasil uji Indeks Kesukaran Soal
Soal X SMI IK Kriteria
Nomor 1 3,325 5 0,665 Soal sedang
Nomor 2 2,925 5 0,585 Soal sedang
Nomor 3 3,2 5 0,64 Soal sedang
Nomor 4 3 5 0,6 Soal sedang
Nomor 5 3,075 5 0,615 Soal sedang
Nomor 6 3,35 5 0,67 Soal sedang
Nomor 7 3,35 5 0,67 Soal sedang
Dalam uji coba soal ini terdapat 40 orang peserta didik yang dites dengan
7 soal bentuk uraian. Dimana dalam soal no 1 memiliki nilai rata-rata soal sebesar
3,325 dari skor maksimal 5 yang tergolong dalam kriteria indeks kesukaran
sedang, No 2 memiliki nilai rata-rata 2,925 tergolong dalam kriteria sedang,, No
47
rata-rata 3 tergolong dalam kriteria sedang,, No 5memiliki nilai rata-rata 3,075
tergolong dalam kriteria sedang,, No 6 memiliki nilai rata-rata 3,35 tergolong
dalam kriteria sedang, dan soal no 7 memiliki rata-rata nilai 3,35 dari skor
maksimal 5 dan tergololng dalam kriteria indeks kesukaran soal sedang.
3.5.5 Validitas Butir Soal pretest
Soal bisa disebut valid atau sahih jika mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total, karena akan menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah (Arikunto, 2003 : 76). Untuk memudahkan penelitian, maka digunakan alat bantu yaitu SPSS 16 for windows. Valid atau tidaknya sama adalah dengan fungsi yang dinyatakan oleh daya beda butir. “ Penggunaan patokan 0,2 untuk menyatakan bahwa butir telah valid dapat dilihat pada beberapa rujukan kriteria empirik berikut yang telah dirangkum oleh Prof. Dali S Naga”. (Muhammad Nisfiannur 2009:230).
Untuk menguji validitas dalam penelitian ini, peneliti telah melakukan uji coba butir soal pretest pada kelas VII H SMP N1 Karangwareng terhadap 40 siswa dengan 7 butir soal mengenai pembelajaran tik berbantu multimedia Hasil uji coba butir soaltersebut terdapat pada Tabel 3.11
Table 3.11
.Hasil validitas butir soal pretest
Kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran TIK
Q7 .352 Valid
Berdasarkan analisis Uji Coba validitas instrumen dari setiap butir soal yang
berjumlah 7 butir soal, diperoleh 7 butir soal yang valid.
3.5.6 Reliabilitas butir soal pretest
Reliabilitas adalah taraf kepercayaan suatu soal, apakah soal memberikan hasil yang tetap atau berubah-ubah (Arikunto, 2003). Jadi reliabilitas harus mampu menghasilkan informasi yang sebenarnya.
Untuk mengukur reabilitas digunakan rumus korelasi Sperman Brown. Untuk mempermudah penelitian, peneliti menggunakan alat bantu SPSS 16 for windows, reabilitas butir soal dapat dilihat di Tabel 3.12
Tabel 3.12
. Hasil Reliabilitas butir soal pretest
Kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran TIK
Menurut Kaplan dan Saccuzo (1993:1-24) “ koefisien reliabilitas yang paling baik untuk digunakan dikisaran 0,7”. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini memiliki reliabilitas yang signifikan.
3.5.7 Uji daya pembeda soal postest
Suherman (2003:159) mengatakan bahwa daya pembeda adalah seberapa jauh kemampuan butir soal dapat membedakan antara test yang mengetahui jawaban dengan benar dan dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut (atau testi menjawab dengan salah). Untuk menghitung daya pembeda tiap butir soal menggunakan rumus daya pembeda sebagai berikut:
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
49
X = Rata-rata skor siswa kelas atas
B
X = Rata-rata skor siswa kelas bawah b = Skor maksimum tiap butir soal
Kriteria untuk daya pembeda tiap butir soal dalam (Suherman, 2003: 161) dinyatakan sebagai berikut:
Dari hasil perhitungan, diperoleh daya pembeda sebagaimana tampak pada Tabel 3.15. Berdasarkan klasifikasi daya pembeda pada Tabel 3.14, bahwa daya pembeda nomor 4 ,6 dan 7kriterianya baik, nomor 1, 2, 3, dan 5 kriterianya Cukup.
3.5.8 Uji indeks kesukaran Postest
Berdasarkan asumsi galton, Suherman menyatakan bahwa hasil evaluasi dari hasil perangkat tes yang baik akan menghasilkan skor atau nilai yang membentuk distribusi normal ( Suherman, 2003:168)
Untuk mencari Indeks kesukaran tiap butir soal (Suherman.2003:170) digunakan rumus :
Rumus 3.6
Tingkat kesukaran tiap butir soal
SM I x
IK
Keterangan :
IK : Indeks Kesukaran
x: Rata-rata skor tiap soal
SMI: Skor Maksimum Ideal
Selanjutnya indeks kesukaran yang diperoleh dari hasil uji coba diinteprestasikan dengan menggunakan klasifikasi indeks kesukaran yang digunakan menurut (Suherman,2003:170) :
Tabel 3. 15
Klasifikasi Indeks Kesukaran
IK Keterangan
IK = 0,00 Soal terlalu sukar
0,00 < IK ≤ 0,00 Soal sukar
0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang
0,70 < IK < 1,00 Soal mudah
51
Hasil uji indeks kesukaran soal dapat dilihat pada tabel 3.16
Tabel 3.16
Hasil uji Indeks Kesukaran Soal
Dalam uji coba soal ini terdapat 40 orang peserta didik yang dites dengan
7 soal bentuk uraian. Dimana dalam soal no 1 memiliki nilai rata-rata soal sebesar
2,4 dari skor maksimal 5 yang tergolong dalam kriteria indeks kesukaran sedang,
No 2 memiliki nilai rata-rata 2,225 tergolong dalam kriteria sedang, No 3
memiliki nilai rata-rata 2,7 tergolong dalam kriteria sedang, No 4 memiliki nilai
rata-rata 2,225 tergolong dalam kriteria sedang,, No 5 memiliki nilai rata-rata 2,25
tergolong dalam kriteria sedang,, No 6 memiliki nilai rata-rata 2,5 tergolong
dalam kriteria sedang, dan soal no 7 memiliki rata-rata nilai 2,775 dari skor
maksimal 5 dan tergololng dalam kriteria indeks kesukaran soal sedang.
3.5.9 Validitas Butir Soal
Soal bisa disebut valid atau sahih jika mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total, karena akan menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah (Arikunto, 2003 : 76). Untuk memudahkan pengolahan data, maka digunakan alat bantu yaitu SPSS 16 for windows. Valid atau tidaknya sama dengan fungsi yang dinyatakan oleh daya beda butir. “ Penggunaan patokan 0,2 untuk menyatakan bahwa butir telah valid dapat dilihat pada beberapa rujukan kriteria empirik berikut yang telah dirangkum oleh Prof. Dali S Naga”. (Muhammad Nisfiannur 2009:230).
Soal X SMI IK Kriteria
Nomor 1 2,4 5 0,48 Soal sedang
Nomor 2 2,225 5 0,445 Soal sedang
Nomor 3 2,7 5 0,54 Soal sedang
Nomor 4 2,225 5 0,445 Soal sedang
Nomor 5 2,25 5 0,45 Soal sedang
Nomor 6 2,5 5 0,5 Soal sedang
Untuk menguji validitas dalam penelitian ini, peneliti telah melakukan uji coba butir soal posttest pada kelas VII H SMP N1 Karangwareng terhadap 40 siswa dengan 7 butir soal mengenai pembelajaran tik berbantu multimedia Hasil uji coba butir soaltersebut terdapat pada Tabel 3.17
Tabel 3.17
. Hasil validitas butir soal postest
Kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran TIK
No. Soal
Corrected Item-Total Correlation
Status
Q1 .896 Valid
Q2 .876 Valid
Q3 .884 Valid
Q4 .362 Valid
Q5 .876 Valid
Q6 .278 Valid
Q7 .449 Valid
Berdasarkan analisis Uji Coba validitas instrumen dari setiap butir soal yang berjumlah 7 butir soal, diperoleh 7 butir soal yang valid.
3.5.10 Reliabilitas butir soal
53
Tabel 3.18
.Hasil Reabilitas butir soal postest
Kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran tik
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.867 .872 7
Menurut Kaplan dan Saccuzo (1993:1-24) “ koefisien reliabilitas yang paling baik untuk digunakan dikisaran 0,7”. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini memiliki reliabilitas yang signifikan.
3.6 Tahap Penelitian
Pada tahap ini peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut : a) Memberikan test awal (pretest) pada kelas eksperimen dan kontrol untuk
mengetahui kemampuan awal siswa dari kedua kelas tersebut.
b) Melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Kelas eksperimen memperoleh pembelajaran TIK dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer dengan berbantu multimedia, sedangkan kelas kontrol memperoleh pembelajaran TIK yang biasa dilakukan di kelas yaitu model pembelajaran konvensional seperti ceramah. Masing-masing pembelajaran akan dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan sesuai dengan RPP yang telah dipersiapkan.
c) Pemberian angket di pembelajaran terakhir pada kelas eksperimen dan kontrol.
3.7 Tahap Akhir(refleksi dan evaluasi)
Penelitian pada tahap akhir ini meliputi analisis data observasi yang terdiri atas analisis data test kognitif yaitu: penskoran, menghitung skor rata-rata test, menghitung gain yang ternormalisasi, menguji normalitas pretest dan postest,menguji homogenitas dan menguji hipotesis tiap pembelajaran, serta melihat perbedaan kemampuan berpikir kritis dari model pembelajaran Advance Organizer.
Membuat kesimpulan
Setelah hasil analisis diperoleh kemudian dilakukan penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan tujuan dan hipotesis penelitian yang diajukan.
3.8 Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan analisis perbedaan dua rata-rata yaitu dengan uji z dengan hipotesis sebagai berikut.
H0 : Tidak terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis yang signifikan setelah diterapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer berbantu multimedia.
H1 : Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritisyang signifikan setelah
diterapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Advance Organizer berbantu multimedia.
3.8.1 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
55
skor rata-rata postest terhadap skor rata-rata pretest.Rumus untuk nilai gain ternormalisasi untuk seluruh siswa adalah sebagai berikut:
Rumus 3.7 Nilai gain ternormalisasi <g> Kriteria
0,7
Untuk test kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran TIK, dilakukan pengolahan data sebagai berikut.
a. Menghitung jumlah skor benar setiap butir soal yang diperoleh siswa. b. Skor yang diperoleh dihitung menjadi nilai persentase. Rumus nilai persen
Rumus 3.8
Sm = Skor maksimum dari test yang bersangkutan 100 = Bilangan tetap
c. Setelah diperoleh nilai persentase, kemudian diubah menjadi nilai dalam skala 0-100 dengan menggunakan rumus:
Rumus 3.9
d. Menghitung rata-rata nilai kelas dengan menggunakan rumus:
Rumus 3.10
x = rata-rata nilai kelas
xi = jumlah nilai seluruh siswan = banyak siswa
57
x = perolehan nilai tiap siswa x = rata-rata nilai kelas n = banyak siswa
Kemudian untuk melihat kategori kemampuan berpikir kritis siswa dikelompokkan menjadi kategori tinggi, sedang, dan rendah seperti diperlihatkan pada Tabel 3.13.
Tabel 3.20
Klasifikasi persentae Kategori Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Destiana, Anisa 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, pengolahan, analisis
dan pembahasan mengenai penerapan pembelajaran Advance Organizer
berbantu multimedia interaktif terhadap peningkatan kemampuan berpikir
kritis siswa, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dalam mengembangkan multimedia interaktif peneliti melakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
1.1Tahap Analisis
Peneliti melakukan studi pendahuluan dengan cara wawancara
langsung kepada guru mata pelajaran TIK di SMP N 1
Karangsembung untuk menentukan multimedia yang cocok untuk
digunakan dalam pembelajaran.
1.2Tahap Desain
Pada tahap ini peneliti membuat perancangan multimedia dengan
menggunakan Flowchart dan Storyboard untuk mengetahui
tahapan-tahapan didalam multimedia interaktif.
1.3Tahap Pengembangan
Pada tahap ini materi, gambar, video, teks, dan beberapa konten yang
menunjang multimedia diintegrasikan sehingga menjadi kesatuan
93
1.4Tahap Implementasi
Pada tahap ini multimedia melakukan pengujian terhadap unit-unit
yang telah dikembangkan dan disesuaikan dengan model
pembelajaran yang diterapkan serta kemampuan yang ingin dicapai
oleh siswa.
1.5Tahap Penilaian
Multimedia dapat digunakan untuk penelitian setelah melalui proses
ini, ahli media memberikan penilaian terhadap multimedia tersebut
apakah layak untuk digunakan atau masih perlu perbaikan .
2. Exact sig (2-tailed) untuk diuji 2 sisi adalah 0,000. didapat probabilitas
dibawah 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima, atau ada perbedaan rerata
nilai postest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari tabel
ternormalisasi kelas eksperimen pada pretest dan postest tersebut,
diperoleh nilai gain ternormalisasi <g> pada kelas eksperimen sebesar
0,73. Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh gain ternormalisasi sebesar
0,12 Berdasarkan hasil pengolahan gain, diperoleh bahwa kelas
eksperimen dengan kriteria tinggi dan kelas kontrol dengan kriteria
rendah Kesimpulannya adalah terdapat peningkatan kemampuan berpikir
kritis siswa pada kelas eksperimen yang signifikan
3. Siswa memberikan respons positif dengan diterapkanya pembelajaran
B. Saran
Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai penerapan
pembelajaran Advance Organizer berbantu multimedia interaktif untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, saran yang akan disampaikan
penulis adalah :
1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jangka waktu penelitian
sehingga bisa meneliti kemampuan berpikir kritis lebih mendalam.
2. Melakukan observasi pada setiap tahap pelaksanaan pembelajaran,
sehingga dapat diketahui secara detail perkembangan berpikir kritis dan
berlangsungnya proses pembelajaran Advance Organizer.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk mengembangkan variable yang
diteliti untuk mengetahui penerapan pembelajaran Advance Organizer
berdampak pada variabel lain tersebut.
4. Multimedia interaktif digunakan pada mata pelajaran lain yang telah
Destiana, Anisa 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Yusuf Heri. (2004). Penerapan Model Pembelajaran Pemandu Awal (Advance Organizer) pada Pokok Bahasan Bangun Datar untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa (Penelitian Tindakan Kelas terhadap kelas 1D SLTP Negeri 15 Bandung). Skripsi UPI Bandung. Tidak diterbitkan
Amalia, D.R. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran TIK. Skripsi pada program studi Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.
Arikunto, S. ( 2002). Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Arikunto, S. (2003). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta Arikunto, S. (2003). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta, Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 6 . Jakarta : PT. Rineka Cipta
Atikah, T. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). (2006), Tersedia disini :
http://tyaraatikah.blogspot.com/2014/06/tugas-9_3426.html
Chase, Clinton I. 2005. Essay Test Scoring: Interaction of Relevant Variables. Journal of Education Measurement.
Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Dinn Wahyudin, dkk (2008). Pengantar Pendidikan, Jakarta: Universitas Terbuka
Effendi, R. (2010). Kemampuan Fisika Siswa Indonesia dalam TIMSS (Trends of International on Mathematics and Science Study). Prosiding Seminar Nasional Fisika. Tersedia di :
http://www.fi.itb.ac.id (28 juni 2013)
Ennis, R. H (1996). Critical Thinking. USA : Prentice Hall, Inc.
Ennis, R.H. 2000). At Outline for a Critical Thinking Curriculum and Its Assessment.