• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK."

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

Destiana, Anisa 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Komputer

Oleh Anisa Destiana

0807605

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER

(2)

Destiana, Anisa 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK

Oleh

Anisa Destiana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Anisa Destiana 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

November 2014

(3)

Destiana, Anisa 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

Lembar Pengesahan

“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

ADVANCE ORGANIZER

BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM MATA PELAJARAN TIK

ANISA DESTIANA NIM 0807605

Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing I,

Dr.DEDI ROHENDI, MT. NIP. 196705241993021001

Pembimbing II,

(4)

Destiana, Anisa 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Diketahui oleh

Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer,

(5)

Destiana, Anisa 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Application of Advance Organizer Learning Model with Multimedia to Increasing Critical Thinking Skills Students in the Subject ICT

ABSTRACT

BY :

Anisa Destiana

0807605

(6)

Destiana, Anisa 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Key: Learning Model, Advance Organizer, Multimedia, Critical Thinking Skills, ICT

Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Berbantu Multimedia untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran TIK

ABSTRAK

Oleh : ANISA DESTIANA

0807605

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana mengembangkan multimedia interaktif (MMI) pada model pembelajaran Advance Organizer berbantu multimedia untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Advance Organizer berbantu multimedia dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yang lebih baik daripada kelas kontrol pada mata pelajaran TIK di SMP N 1 Karangsembung Cirebon, dan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran Advance Organizer berbantu multimedia. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah multimedia interaktif, angket, lembar observasi dan tes. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 80 orang yang terdiri dari 40 orang kelas VII H sebagai kelas kontrol dan 40 orang kelas VII G sebagai kelas eksperimen. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposif sampling. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda dua rata-rata untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen di SMP N 1 Karangsembung Cirebon. Teknik analisis data untuk pengujian hipotesis menggunakan uji-z yaitu jika nilai sig>α=0,05 maka H0

diterima dan H1 ditolak sedangkan jika sig<α=0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima , taraf pengujian α=0,05 . Dari hasil pengolahan dan analisis data diperoleh nilai Exact sig (2-tailed) yaitu 0,000 artinya H0 ditolak yaitu (sig=0,000)>(α=0,05) dan H1diterima yaitu (sig=0,000)<(α=0,05). Sehingga

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol di SMP N 1 Karangsembung Cirebon. Sedangkan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan diterapkannya model pembelajaran

Advance Organizer berbantu multimedia lebih baik jika dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional adalah dengan menggunakan analisis Gain, adapun hasil data gain ternormalisasi pada

(7)

Destiana, Anisa 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(8)

Destiana, Anisa 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ………. ii

UCAPAN TERIMA KASIH ………... iii

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ……… xi

DAFTAR GAMBAR ………xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitan ... 7

1.5 Definisi Operasional ... 8

1.6 Hipotesis ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1Model Pembelajaran Advance Organizer ... 10

2.2Berpikir Kritis ... 18

2.3Media Pembelajaran ... 23

2.4 Multimedia Pembelajaran ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3.1 Metode dan Desain Penelitian ... 29

3.1.1Populasi dan sampel ... 30

3.2 Pengembangan Multimedia ... 31

(9)

Destiana, Anisa 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.5 Uji Coba Instrumen ... 40

3.5.1 Uji Validitas ……… 40

3.5.2 Uji Reliabilitas……… 42 3.5.3 Uji Daya Pembeda Soal Pretest……… 44 3.5.4 Uji Indeks Soal Kesukaran Pretest……… 45 3.5.5 Validitas Butir Soal Pretest….……… 47 3.5.6 Reliabilitas Butir Soal pretest………. 48

3.5.7 Uji Daya Pembeda Soal Postest……… 48

3.5.8 Uji Indeks Soal Kesukaran Postest……… 50

3.5.9 Validitas Butir Soal Postest….……… 51

3.5.10Reliabilitas Butir Soal Postest………. 52

3.6 Tahap Penelitian ………. 53

3.7 Tahap Akhir ………... 54

3.8 Teknik Analisis Data ………... 54

3.8.1 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis ……….. 54

3.8.2 Kemampuan Berpikir Kritis ……….. 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... ….. 58

4.1 Pengembangan Multimedia Interaktif ... …… 58

4.1.1 Tahap Analisis ……….. 58 4.1.2 Tahap Desain ……… 59 4.1.3 Tahap Pengembangan ……… 60

4.1.4 Tahap Implementasi ………. 61

4.1.5 Tahap Penilaian ……… 61

4.2 Hasil Penelitian ………... 63

(10)

Destiana, Anisa 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.3.1 Perbedaan antara Nilai Pretest Kelas Kontrol dengan Kelas Eksperimen

Pada Mata Pelajaran TIK ……… 65

(11)

Destiana, Anisa 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Indikator Berpikir Kritis ……… 18

3.1 Desain Penelitian ………. 29

3.2 Storyboard Multimedia ……… 34

3.3 Skala Likert Angket Berpikir Kritis Terhadap Pembelajaran TIK Berbantu Multimedia ……….. 39

3.4 Hasil Validitas Angket Berpikir Kritis Pembelajaran TIK berbantu Multimedia ……… 41

3.5 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ………. 43

3.6 Reliabilitas Uji Coba Angket Berpikir Kritis Terhadap Pembelajaran TIK berbantu Multimedia ………. 43

3.7 Kriteria Daya Pembeda ………... 44

3.8 Daya Pembeda Hasil Uji Coba Pretest ……… 45

3.9 Klasifikasi Indeks Kesukaran ……….. 46

3.10 Hasil Indeks Kesukaran Soal ……….. 46

3.11 Hasil Validitas Butir Soal Pretest Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Mata Pelajaran TIK ……… 47

3.12 Hasil Reliabilitas butir soal pretest kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran TIK ……… 48

3.13 Kriteria daya pembeda ………. 49

3.14 Daya Pembeda Hasil Uji Coba Instrumen ……… 49

(12)

Destiana, Anisa 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.16 Hasil uji indeks kesukaran soal ………51

3.17 Hasil validitas butir soal postest kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran TIK ……… 52

3.18 Hasil reliabilitas butir soal postest kemampuan berpikir kritis dalam mata pelajaran TIK ……… 53

3.19 Interpretasi gain skor ternormalisasi ……… 55

3.20 klasifikasi persentase kategori kemampuan berpikir kritis siswa ……… 57

4.1 Hasil judgmentmultimedia ……… 62

4.2 Normalitas pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol ………. 64

4.3 Hasil uji homogenitas pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol ………… 66

4.4 Group Statistik pretestkelas eksperimen dan kelas kontrol ……….. 67

4.5 Test statistics pretestkelas eksperimen dan kelas kontrol ………. 67

4.6 Normalitas postest kelas eksperimen dan kelas kontrol ……… 69

4.7 Hasil uji homogenitas postest kelas eksperimen dan kelas kontrol …………70

4.8 Group Statistik postestkelas eksperimen dan kelas kontrol………71

4.9 Test statistics postestkelas eksperimen dan kelas kontrol………. 71

4.10 Data gain ternormalisasi ……….. 73

4.11 Kriteria penilaian hasil persentase berpikir kritis ……… 74

4.12 Kriteria penilaian persentase angket berpikir kritis kelas eksperimen …. 75

4.13 Kriteria penilaian persentase angket berpikir kritis kelas kontrol …….. 77

4.14 Hasil observasi kegiatan guru ……….. 81

4.15 Hasil observasi kegiatan siswa ………. 82

(13)

Destiana, Anisa 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Halaman

(14)

Destiana, Anisa 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kegiatan interaksi. Interaksi ini terjadi antara guru

dan siswa yang bertujuan meningkatkan perkembangan mental sehingga menjadi

mandiri. Dimyati (2006:8) mengemukakan secara umum dikatakan bahwa pendidikan

merupakan suatu tindakan yang memungkinkan terjadinya belajar dan perkembangan

peserta didik.

KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) adalah kurikulum operasional

yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP 2006

menuntut peserta didik untuk lebih aktif, kritis dan kreatif dalam pembelajaran.

Sedangkan guru lebih aktif dalam memancing kreativitas peserta didik dan lebih

memberikan kesempatan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berpikir

kritis dan kreatif. Sedangkan menurut PBB adalah membangun masyarakat

berpengetahuan (knowledge-based society) yang memiliki (1) keterampilan melek

TIK dan media (ICT and media literacy skills), (2) keterampilan berpikir kritis

(critical thinking skills), (3) keterampilan memecahkan masalah (problem-solving

skills), (4) keterampilan berkomunikasi efektif (effective communication skills); dan

(5) keterampilan bekerjasama secara kolaboratif (collaborative skills). Keempat

(15)

pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaran. Dalam konteks pendidikan,

sesungguhnya peran TIK adalah sebagai “enabler” atau alat untuk memungkinkan

terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan efisien serta menyenangkan. Jadi,

TIK dijadikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri

Hal ini dapat dilihat dari beberapa studi dan hasil penelitian yang telah

dilakukan, diantaranya :

1. Data The Trends in Internasional Mathematics and Sciense Study (TIMSS) (Efendi, 2010) menyebutkan siswa Indonesia hanya mampu menjawab nalar dan analisis, untuk bidang sains pada Tahun 1999 Indonesia menempati peringkat 32 dari 38 negara, Tahun 2003 Indonesia menempati peringkat 37 dari 46 negara, sedangkan Tahun 2007 Indonesia menempati peringkat 35 dari 49 negara. Rendahnya hasil TIMSS ini tidak terlepas dari proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah-sekolah. Hasil tersebut mengungkapkan bahwa kemampuan bernalar siswa Indonesia masih rendah. Berpikir kritis merupakan bagian dari penalaran, sesuai dengan pernyataan Krulik Rudnik (Rohayati, 2005:1), bahwa penalaran mencakup berpikir dasar, berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Hal ini berarti kemampuan berpikir kritis siswa juga masih rendah.

(16)

3

adalah pada T.P. 2009/2010 terdapat 88,89% siswa yang telah memenuhi standar ketuntasan sedangkan sisanya 11,11% siswa belum tuntas dan pada T.P. 2010/2011 terdapat 67,44% siswa yang telah memenuhi standar ketuntasan sedangkan sisanya 32,56% siswa belum tuntas. Meskipun persentase siswa yang sudah mencapai KKM besar, namun nilai yang diperoleh siswa sudah ada nilai tambahan dari guru yaitu penilaian guru terhadap tugas pribadi/kelompok, kehadiran siswa, dan disiplin siswa, sehingga hasil belajar siswa masih tergolong rendah. Hal tersebut disebabkan oleh penggunaan laboratorium sekolah yang masih terbatas karena kelengkapan alat-alat dalam laboratorium masih kurang dan kondisi alat yang tersedia sudah tidak dapat berfungsi dengan baik. Hal ini menyebabkan kurangnya minat belajar siswa pada mata pelajaran fisika. Selain itu pemahaman konsep fisika dan kemampuan berpikir siswa juga rendah sehimngga menyebabkan siswa kesulitan dalam mengerjakan persoalan fisika yang membutuhkan penyelesaian secara analisis dan matematis.

3. H a l s e n a d a j u g a t e r l i h a t p a d a

o b s e r v a s i a w a l y a n g d i l a k u k a n p a d a

s a l a h s a t u k e l a s X d i S M A S w a s t a

T e l a d a n C i n t a D a m a i M e d a n p a d a 1 9

M e i 2 0 1 2 d e n g a n j u m l a h s i s w a 3 2

o r a n g . P a d a k e l a s t e r s e b u t d i b e r i k a n

7 b u t i r p e r t a n y a a n y a n g t e r d i r i d a r i 3

b u t i r p e r t a n y a a n p e m a h a m a n k o n s e p

d a n 4 b u t i r p e r t a n y a a n b e r p i k i r k r i t i s

m a t e r i g e r a k l u r u s d e n g a n r u b r i k

p e n i l a i a n n y a b e r d a s a r k a n

p e m a h a m a n k o n s e p d a n

k e m a m p u a n b e r p i k i r k r i t i s . H a s i l y a n g

d i p e r o l e h m e n u n j u k a n b a h w a

p e m a h a m a n k o n s e p d a n t i n g k a t

(17)

s e k o l a h t e r s e b u t m a s i h r e n d a h .

S e c a r a u m u m , s i s w a m e m i l i k i

k e m a m p u a n y a n g b a i k d a l a m h a l

m e n u l i s k a n v a r i a b e l - v a r i a b e l y a n g

d i k e t a h u i p a d a s o a l , d a n j u g a h a l

y a n g d i t a n y a k a n , n a m u n u n t u k

m e n y e l e s a i k a n m a s a l a h ,

m e n g a n a l i s i s ( m e m b e d a k a n

i n f o r m a s i ) , m e n s i n t e s i s

( m e n g g a b u n g k a n i n f o r m a s i ) , s i s w a

m e m i l i k i k e m a m p u a n y a n g r e n d a h .

Kondisi yang sama juga peneliti dapatkan dari hasil wawancara penulis dengan

guru TIK SMP Negeri 1 Karangsembung 21 januari 2014 , menyatakan bahwa

kemampuan siswa dalam membangun keterampilan berpikir dalam TIK masih

kurang, bahkan kebanyakan siswa belum memiliki kemampuan untuk membuat dan

mempertimbangkan kesimpulan, memberikan penjelasan lebih lanjut, juga dalam

mengatur strategi dan taktik dalam menyelesaikan permasalahan TIK. Hal ini

menunjukkan bahwa masih kurangnya kemampuan berpikir kritis pada siswa. selain

itu, beliau juga mengungkapkan bahwa masih banyak siswa yang pasif dan bersikap

tak acuh selama pembelajaran berlangsung.

Menurut hasil wawancara diatas, ternyata masih banyak siswa yang

kemampuan berpikir kritisnya masih kurang. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa

faktor. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu

sendiri, dan faktor eksternal yang merupakan faktor dari luar seperti guru dan metode

(18)

5

Mengingat kemampuan berpikir kritis adalah salah satu aspek penting dalam

pembelajaran, maka guru harus pandai dalam memilih cara, teknik, strategi,

pendekatan, metode, ataupun model pembelajaran yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa. Setiap konsep akan lebih mudah untuk dipahami

dan diingat apabila disajikan dengan metode dan cara yang tepat

Berpikir kritis sebagai salah satu bentuk kemampuan berpikir yang harus

dimiliki oleh setiap orang termasuk siswa. seorang pemikir kritis dalam mengambil

keputusan, terlebih dahulu akan menganalisis fakta-fakta secara tajam. Selain itu,

seorang pemikir kritis juga mampu mengkomunikasikan apa yang diyakininya

dengan jelas dan akurat (Ennis:2000). Lebih lanjut Spliter (Irpan, 2010:4)

mengemukakan bahwa siswa yang berpikir kritis adalah siswa yang mampu

mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengkonstruksi argumen serta mampu

memecahkan masalah dengan tepat. Dengan demikian kemampuan berpikir kritis

sangat perlu dimiliki oleh setiap siswa untuk memecahkan masalah. Salah satu model

pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah

dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer.

Model Pembelajaran Advance Organizer merupakan suatu model

pembelajaran yang pada prinsipnya siswa diharuskan untuk dapat menyerap

(memberikan penjelasan dasar), mencerna (membangun keterampilan dasar,

memberikan penjelasan lanjutan, mengatur strategi dan taktik), dan mengingat bahan

pelajaran dengan baik (membuat kesimpulan) dan dalam kegiatannya siswa dapat

(19)

David Ausubel yang disebut sebagai model pembelajaran penuh makna (meaningfull

learning), menurut Ausubel berguna atau tidaknya materi pembelajaran sangat

tergantung pada persiapan peserta didik dan pengolahan materi itu sendiri. Model

pembelajaran advance organizer bertujuan untuk memperkuat struktur kognitif

peserta didik dan menambah daya ingat peserta didik terhadap informasi yang bersifat

baru.

Model Advance Organizer pernah diterapkan oleh I Kadek Budiartawan

dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Advance Organizer

terhadap Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA pada

Materi Hukum OHM dan Hukum Kirchhoff”. I Kadek Budiartawan menyebutkan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pemahaman konsep, keterampilan

berpikir kritis siswa yang menggunakan model pembelajaran Advance Organizer

dengan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa dengan model

pengajaran langsung. Hal ini berarti bahwa model pembelajaran Advance Organizer

mempengaruhi pemahaman konsep, dan keterampilan berpikir kritis pada mata

pelajaran fisika dimana rata-rata skor pemahaman konsep dan keterampilan berpikir

kritis siswa yang menggunakan model pembelajaran Advance Organizer lebih tinggi

dibandingkan dengan rata-rata skor pemahaman konsep, dan keterampilan berpikir

kritis siswa yang menggunakan model pengajaran langsung.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui sejauh

mana model Advance Organizer dengan menggunakan multimedia dapat

(20)

7

“Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Berbantu Multimedia untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran TIK”

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana mengembangkan multimedia interaktif (MMI) pada model

pembelajaran Advance Organizer berbantu multimedia untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa?

2. Apakah penerapan model pembelajaran Advance Organizer berbantu multimedia dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yang lebih

baik daripada kelas kontrol pada mata pelajaran TIK?

3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran TIK dengan

menggunakan model pembelajaran Advance Organizer berbantu

multimedia?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui bagaimana mengembangkan multimedia interaktif (MMI)

pada model pembelajaran Advance Organizer berbantu multimedia untuk

(21)

2. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Advance Organizer

berbantu multimedia dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa

yang lebih baik daripada kelas kontrol pada mata pelajaran TIK.

3. Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran

Advance Organizer berbantu multimedia.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut :

1.

Secara teoritis

Manfaat secara teoritis yaitu hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan

peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang lebih mendalam.

2.

Secara Praktis

a. Bagi siswa, yaitu dapat membuat siswa merasa senang dan termotivasi untuk

belajar selama mengikuti proses pembelajaran karena siswa dilibatkan

secara aktif, serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa

pada mata pelajaran TIK menjadi lebih baik.

b. Bagi guru, pembelajaran dengan menggunakan model Advance Organizer

berbantu multimedia dapat dijadikan salah satu alternative pembelajaran

yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

c. Bagi sekolah, yaitu dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan

dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran

TIK, serta meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa melalui

(22)

9

d. Bagi peneliti, yaitu dapat menambah pengalaman dan pengetahuan tentang

bagaimana menerapkan model pembelajara Advance Organizer berbantu

multimedia untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa

1.5Defenisi Operasional

1. Model pembelajaran Advance Organizer merupakan model pembelajaran

yang pada prinsipnya siswa dapat menyerap, mencerna dan mengingat bahan

pelajaran dengan baik dalam kegiatannya siswa dapat menjelaskan kembali

materi tersebut. Artinya, siswa memperoleh pengetahuan baru yang dikaitkan

dengan pengetahuanyang telah ada pada siswa. tahap/fase aktivitas Advance

Organizer adalah sebagai berikut : 1) Penyajian Organizer; 2) Penyajian

Bahan Pelajaran; 3) Penguatan Organisasi Kognitif

2. Multimedia berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata “multi” yang berarti

banyak; bermacam macam dan “medium” yang berarti sesuatu yang dipakai

untuk menyampaikan atau membawa sesuatu. Dapat disimpulkan bahwa

multimedia merupakan perpaduan antara berbagai media format (format file)

yang berupa teks, video dan audio yang digunakan untuk menyampaikan

pesan/informasi.

3. Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara

terorganisasi dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis.

Indikator berpikir kritis diukur dengan mengunakan pretest dan postest

berdasarkan indikator-indikator kemampuan berpikir kritis berbentuk uraian.

(23)

penjelasan sederhana); 2) Basic Support (membangun keterampilan dasar); 3)

Inference (menyimpulkan); 4) Advansed Clarification (memberikan

penjelasan lebih lanjut); 5) Strategi and tactics ( mengatur strategi dan

teknik).

1.6Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H0 : Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan diterapkan

pembelajaran model pembelajaran Advance Organizer berbantu

multimedia tidak lebih baik jika dibandingkan dengan menggunakan

metode pembelajaran konvensional .

H1 : Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan diterapkan

pembelajaran model pembelajaran Advance Organizer berbantu

multimedia lebih baik jika dibandingkan dengan menggunakan metode

(24)

Destiana, Anisa 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai metode dan desain penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan prosedur penelitian

3.1 Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasiexperiment. Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest – Postest Control Group Design. Adapun gambaran desain penelitiannya sebagai berikut :

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas Pretest Variabel Bebas Posttest

(R) E O1 X1 O2

(R) K O1 X2 O2

Keterangan :

( R ) E : Kelas eksperimen acak, yaitu kelas yang diberikan perlakuan pendekatan model pembelajaran Advance Organizer berbantuan multimedia.

( R ) K : Kelas kontrol acak, yaitu kelas yang diberikan perlakuan model pembelajaran konvesional

X1 : Perlakuan yang diberikan, yaitu pembelajaran dengan model pembelajaran Advance Organizer berbantu multimedia

X2 : Perlakuan yang diberikan, yaitu pembelajaran dengan pembelajaran konvensional

O1 : Hasil observasi ujian awal sebelum perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Diharapkan tidak terlihat perbedaan yang signifikan antara kedua kelas.

O2 : Hasil observasi ujian akhir setelah perlakuan dengan model pembelajaran

(25)

Dalam desain ini terdapat dua kelas yang dipilih secara random, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas yang diberikan perlakuan pendekatan pembelajaran Advance Organizer dengan berbantuan multimedia, sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang diberikan model pembelajaran konvesional. Kedua kelas ini diberikan pretest itu untuk mengetahui keadaan awal pada masing-masing kelas. Hasil pretest yang baik bila nilai kelas eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Kemudian kedua kelas diberikan perlakuan yang berbeda. Setelah diberi perlakuan, baru diberikan postest untuk mengetahui hasil dari kedua kelas tersebut.

Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.

Pendekatan kuantitatif digunakan sebagai acuan dasar penelitian, pengumpulan dan

pengolahan data Pendekatan kuantitatif merupakan metode pemecahan masalah yang

terencana dan cermat, dengan desain yang tersusun ketat, pemgumpulan data secara

sistematis terkontrol, dan tertuju pada penyusunan teori yang disimpulkan secara

induktif dalam kerangka pembuktian hipotesis secara empiris.

3.1.1 Populasi dan Sampel a. Populasi

Menurut Arikunto (2002), populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 1 Karangsembung kabupaten Cirebon tahun ajaran 2013-2014 yang terdiri dari sembilan kelas yang berjumlah 360 siswa.

b. Sampel

(26)

31

3.2 Pengembangan Multimedia

Menurut Munir (2001) Multimedia dibuat sesuai dengan keperluan dan tujuan dari proses belajar dan pengajaran. Model pembuatan multimedia antara lain :

1) Model dengan sistem hiperteks dan hipermedia, 2) Model dengan simulasi dan demonstrasi,

3) Model tutorial.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model tutorial karena konsep guru yang memberi bimbingan kepada siswa untuk memahami terhadap apa yang dipelajari.Laurilliard (1993) dalam Munir (2001) memberi petunjuk tentang proses-proses belajar dengan metode tutorial, yaitu :

1) Menetapkan tujuan proses belajar, 2) Memberi pengenalan tentang topik,

3) Mengelompokkan masalah sesuai dengan strategi proses belajar, 4) Menganalisis pencapaian belajar,

5) Menyediakan umpan balik (feedback),

6) Keberhasilan pelajar dijadikan tolak ukur untuk menentukan proses belajar selanjutnya.

Newby dalam Munir (2012:93) menggambarkan proses pengembangan suatu instructional media berbasis multimedia dilakukan dalam empat tahap dasar, yaitu :

1) Planning, berkaitan dengan perencanan data media berdasarkan kurikulum dan tujuan pembelajaran (instructional).

2) Instructional design, perencanaan direalisasi dalam bentuk rancangan.

3) Prototype, hasil rancangan kemudian diwujudkan dalam bentuk purwarupa.

(27)

Proses belajar mengajar dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer dengan berbantumultimedia, dengan menggunakan softwareMacromedia Director MX 2004.

Langkah-langkah dalam pengembangan pembelajaran multimedia interaktif adalah sebagai berikut :

a. Tahap Analisis

Tahap analisis merupakan tahap untuk mengetahui tujuan pengembangan multimedia interaktif yang akan digunakan sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran dengan mengunakan model pembelajaran Advance Organizer pada mata pelajaran TIK kelas VII.

Pada tahap ini, peneliti melakukan studi pendahuluan mengenai kondisi siswa, proses pembelajaran, fasilitas sekolah serta hal lain yang menunjang proses penelitian dengan cara wawancara langsung kepada guru mata pelajaran TIK di SMP N 1 Karangsembung.

Dari hasil wawancara tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa cenderung pasif dalam kegiatan belajar mengajar serta sumber belajar yang kurang variatif menyebabkan penyerapan materi oleh siswa dirasa kurang maksimal.

Maka peneliti berpendapat SMP N 1 Karangsembung cocok untuk dijadikan objek penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer berbantu multimedia untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

b. Tahap Desain

(28)

33

Flowchartmultimedia pembelajaran ini disajikan sebagai berikut :

Gambar 3.1

(29)

Tabel 3.2

Contoh Storyboard multimedia pembelajaran ini disajikan sebagai berikut:

Page Menu Utama

Visual

Teks 1 . Pembelajaran Advance Organizer Berbantu Multimedia

Navigation TB 1. Tombol Exit TB 2. Tombol Biodata TB 3. Tombol SK & KD TB 4. Tombol Materi

Image IM 1. Komputer LCD IM 2. LINUX IM 3. Windows IM 4. Machintosh

Audio Menggunakan Sound Effect yang sesuai

(30)

35

Description of Interaction

a. Tombol Exit : digunakan untuk keluar dari multimedia pembelajaran

b. Tombol Biodata : untuk melihat Biodata

c. Tombol SK & KD : Digunakan untuk melihat halaman SK & KD d. Tombol Materi : digunakan untuk mengantarkan pengguna ke

materi pembelajaran dan evaluasi / tes

Untuk lebih jelasnya storyboard akan disajikan lengkap pada lampiran.

c. Tahap pengembangan

Pada tahap ini, dilakukan pembuatan program multimedia. Pembuatan multimedia dengan bantuan perangkat lunak atau softwareMacromedia Director MX 2004 dan Adobe Photoshop CS3. Tahap pengembangan multimedia merupakan tahap dimana materi, gambar, media, dan beberapa konten yang menunjang multimedia diintegrasikan sehingga menjadi kesatuan yang disebut dengan multimedia interaktif.

d. Tahap Implementasi

Setelah tahap pengembangan selesai, maka dilakukan langkah implementasi yaitu pengujian terhadap unit-unit yang telah

dikembangkan dan prototype telah dihasilkan kemudian

diimplementasikan.

(31)

e. Tahap Penilaian

Multimedia dapat digunakan untuk penelitian setelah melalui proses terakhir yaitu penilaian. Ahli media memberikan penilaian terhadap multimedia tersebut apakah layak untuk digunakan atau masih perlu perbaikan. Ahli media penelitian ini yaitu seorang dosen atau guru mata pelajaran. Berikut adalah hasil judgment atau penilaian terhadap multimedia yang dilihat dari berbagai aspek.

Multimedia dinilai berdasarkan aspek-aspek tertentu. Aspek umum yang meliputi kreatifitas dan inovatif diperoleh hasil sebesar 75% yang berarti bahwa multimedia tersebut baru, menarik, dan unik, komunikatif sebesar 87,5% yang berarti bahwa multimedia telah menggunakan bahasa yang baik, benar, dan efektif, unggul 62,5% berarti bahwa multimedia cukup unggul dibandingkan dengan multimedia yang lain.

Aspek rekayasa perangkat lunak penilaiannya meliputi efektif dan efisien sebesar 75% berarti efektif dan efisien dalam pengembangan maupun penggunaan media pembelajaran, reliable sebesar 75% berarti bahwa multimedia cukup reliable(handal), maintable sebesar 75% berarti multimedia mudah dalam pemeliharaaannya , usabilitas 87,5% berarti multimedia mudah digunakan, ketepatan pemilihan aplikasi/software/tool untuk pengembangan 87,5% berarti bahwa cukup tepat media pembelajaran ini dikembangkan dengan menggunakan Macromedia Director MX 2004, kompatibilitas 62,5% berarti bahwa media pembelajaran cukup dapat diinstal /dijalankan di berbagai hardware dan software yang ada, pemaketan media pembelajaran terpadu dan mudah dieksekusi sebesar 75% berarti bahwa pemaketannya mudah digunakan, reusable sebesar 87,5% berarti bahwa sebagian program media dapat dimanfaatkan kembali untuk pengembangan media pembelajaran lainnya.

(32)

37

digunakan, unity sebesar 75% berarti multimedia menggunakan bahasa visual dan audio yang harmonis, pemilihan warna sebesar 62,5% berarti pemilihan warna yang sesuai membuat ketertarikan minat belajar siswa, tipografi sebesar 75% berarti susunan huruf yang rapih membuat isi materi mudah dipahami, tata letak sebesar 75% berarti tata letak tersusun dengan baik sehingga materi yang disampaikan dapat terserap dengan baik, unsur visual bergerak sebesar 100% berarti animasi dapat dimanfaatkan untuk mensimulasi materi ajar dan movie untuk mengilustrasikan materi secara nyata, navigasi yang familiar dan konsisten agar efektif dalam penggunaannya sebesar 87,5% berarti penggunaan navigasi yang konsisten membuat media enak untuk dilihat, unsur audio sebesar 75% berarti penggunaan (dialog, monolog, narasi, ilustrasi, music, dan sound/specialeffect) membuat media menjadi menarik.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode Arikunto, 2006: 149). Salah satu tujuan dibuatnya instrumen penelitian ini untuk memperoleh data dan informasi yang lengkap mengenai hal-hal yang ingin dikaji dalam penelitian ini. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa test pretest dan postest (test berpikir kritis), lembar observasi pembelajaran, dan angket.

a. Test

Arikunto (2006: 150) menjelaskan bahwa “Test adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bekal yang dimiliki oleh individu atau kelas.”

(33)

dan sesudah pembelajaran dilangsungkan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Proses dilaksanakan untuk mengukur kemampuan awal siswa, sementara itu postest dilakukan setelah pembelajaran (setelah diberikan perlakuan pada kelas eksperimental) dilakukan. Penilaian Tes Esai (Pemberian Skor Tes Esai) menggunakan skala penilaian dengan daftar check untuk menentukan nilai satu atau lebih keterampilan yang merupakan suatu rangkaian dalam bentuk skala. Misalnya skala lima poin menentukan lima tingkat dari sebuah keterampilan (Chase, Clinton : 2005).

b. NonTest

b.1Nilai ulangan harian

Nilai ulangan harian merupakan data kuantitatif dari guru mata pelajaran kedua kelas tersebut. Nilai ulangan yang digunakan adalah hasil ulangan dari pokok materi sebelumnya, alasannya adalah agar lebih merepresentatifkan kemampuan siswa. Selain itu, nilai ini menjadi patokan bagi peneliti untuk mengetahui pembagian kategori kemampuan kognitif masing-masing siswa (rendah, sedang dan tinggi) dan pembagian pasangan saat pembelajaran. b.2 Lembar observasi

Lembar observasi ini berisi aktifitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dengan pengamatan secara langsung oleh observer. Lembar observasi ini bertujuan untuk melihat ketepatan aktifitas yang dilakukan oleh guru dengan tujuan dan pedoman pembelajaran dan mengetahui aktifitas siswa yang mengindikasikan pengembangan kemampuan berpikir kritis selama pembelajaran.

b.3 Angket

(34)

39

jawaban dibuat dari yang sangat positif sampai sangat negatif. Responden tinggal memilih salah satu jawaban sesuai dengan apa yang diketahui atau dilakukanya yang terdiri dari sangat setuju (SS), setuju (S),Ragu (R), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS) diberikan pada di akhir pertemuan yang bertujuan untuk mengetahui respon dan kesan siswa terhadap proses pembelajaran dengan model pembelajaran Advance Organizer.

Tabel 3.3

Skala LikertAngket Berpikir Kritis terhadap pembelajaran TIK Berbantu Multimedia

Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban

Persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan

a.1 Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian a.2 Melakukan Studi Lapangan,

a.3 Studi Literatur,

a.4 Menyusun silabus dan rencana pembelajaran, a.5 Membuat media pembelajaran,

a.6 Menyusun instrumen penelitian,

(35)

a.8 Melakukan analisis terhadap hasil uji coba dan melakukan perbaikan terhadap instrumen yang tidak valid.

3.5 Uji Coba Instrumen 3.5.1 Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006: 168). Menurut Ruseffendi, (1993: 132) suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen itu, untuk maksud dan kelas tertentu, mengukur apa yang semestinya diukur, derajat ketetapannya besar,validitasnya tinggi. Validitas suatu instrumen berkaitan dengan untuk apa instrumen itu dibuat. Hal ini sejalan dengan Arikunto (2006: 168) yang menyatakan bahwa suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Menurut Arikunto (2009:72), bahwa salah satu cara yang dapat digunakan untuk kevalidan instrumen ialah dengan menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu :

Rumus 3.1

r : Koefisien korelasi (koefisien validitas).

N : Jumlah Subjek X

 : Jumlah skor setiap butir soal (jawaban yang benar)

X

 2

: jumlah kuadrat dari skor butir soal Y

 : jumlah skor total

Y

 2

: jumlah kuadrat dari skor total

(36)

41

telah valid dapat dilihat pada beberapa rujukan kriteria empirik berikut yang telah dirangkum oleh Prof. Dali S Naga”. Muhammad Nisfiannur (2009:230).

Untuk menguji validitas dalam penelitian ini, peneliti telah melakukan uji coba angket pada kelas VII A 40 siswaSMPN 1 Karangwareng dengan 20 butir soalangket berpikir kritis pada pembelajaran TIK berbantuan multimedia.Hasil uji coba butir angket tersebut terdapat pada tabel 3.4.

Tabel 3.4

Hasil Validitas Angket Berpikir kritis terhadap pembelajaran TIK berbantu multimedia

(37)

Item-Butir soal dinyatakan valid bila nilai butir soal diatas 0,2. Menurut hasil perhitungan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pernyataan yang valid sebanyak 20 pernyataan. Jadi dalam penelitian ini digunakan 20 pernyataan untuk angket berpikir kritis pembelajaran TIK berbantu multimedia.

3.5.2 Uji reliabilitas

Reliabilitas suatu tes adalah tingkat keajegan atau ketetapan instrumen terhadap kelas yang dapat dipercaya sehingga instrumen dapat diandalkan sebagai pengambil data. Instrumen yang realiable adalah instrumen yang apabila digunakan untuk mengukur objek yang sama berulang-ulang hasilnya relatif sama. Untuk menghitungnya dapat menggunakan rumus Cronbach’s Alpha sebagai berikut:

Rumus 3.2

Rumus Realibilitas Instrumen

Keterangan :

CA = Koefisien Cronbach’s Alpha K = Banyaknya pertanyaan dalam butir

= Varians butir = Varians Total

Selanjutnya koefisien reliabilitas yang diperoleh dari hasil uji coba diinteprestasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas sebagai berikut :

(38)

43

Tabel 3.5

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Kriteria

0,80 <r11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

0,60 <r11 ≤ 0,80 Reliablitas tinggi

0,40 <r11 ≤ 0,60 Reliabilitas sedang

0,20 < r11 ≤ 0,40 Reliabilitas rendah

0,00 < r11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah

Untuk mempermudah penelitian, peneliti menggunakan alat bantu SPSS 16 for windows, Reliabilitas angket dapat dilihat di tabel 3.6

Tabel 3.6

Reliabilitas Uji Coba Angket Berpikir Kritis Terhadap Pembelajaran TIK Berbantu Multimedia

Menurut kaplan dan Saccuzo (1993:1-24) “ koefisien reliabilitas yang

paling baik untuk digunakan dikisaran 0,7”. Oleh karena itu dapat disimpulkan

bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini memiliki reliabilitas

yang signifikan.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items

(39)

DP = b

X XAB 3.5.3 Uji daya pembeda soal pretest

Suherman (2003:159) mengatakan bahwa daya pembeda adalah seberapa jauh

kemampuan butir soal dapat membedakan antara test yang mengetahui jawaban

dengan benar dan dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut (atau testi

menjawab dengan salah). Untuk menghitung daya pembeda tiap butir soal

menggunakan rumus daya pembeda sebagai berikut:

Rumus 3.3 Rumus Uji Daya Pembeda

(Suherman, 2003) Keterangan:

DP = Daya Pembeda

A

X = Rata-rata skor siswa kelas atas

B

X = Rata-rata skor siswa kelas bawah b = Skor maksimum tiap butir soal

Kriteria untuk daya pembeda tiap butir soal dalam (Suherman, 2003: 161)

dinyatakan sebagai berikut :

Tabel 3.7 Kriteria daya pembeda

Daya Pembeda Kriteria

DP ≤ 0,00 Sangat jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

(40)

45

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik

Tabel 3.8

Daya Pembeda Hasil Uji Coba Instrumen pretest

No.

Dari hasil perhitungan, diperoleh daya pembeda sebagaimana tampak pada Tabel 3.8. Berdasarkan klasifikasi daya pembeda pada tabel 3.7, bahwa daya pembeda nomor 1 ,2 3, 4 dan 6 kriterianya baik, nomor 5 dan 7, kriterianya cukup.

3.5.4 Uji indeks kesukaran soal pretest

Berdasarkan asumsi galton, Suherman menyatakan bahwa hasil evaluasi dari hasil perangkat tes yang baik akan menghasilkan skor atau nilai yang membentuk distribusi normal ( Suherman, 2003:168)

Untuk mencari Indeks kesukaran tiap butir soal (Suherman.2003:170) digunakan rumus :

Rumus 3.4

Tingkat kesukaran tiap butir soal

(41)

x: Rata-rata skor tiap soal

SMI: Skor Maksimum Ideal

Selanjutnya indeks kesukaran yang diperoleh dari hasil uji coba diinteprestasikan dengan menggunakan klasifikasi indeks kesukaran yang digunakan menurut (Suherman,2003:170) :

Tabel 3.9

Klasifikasi Indeks Kesukaran

IK Keterangan

IK = 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 < IK ≤ 0,00 Soal sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang

0,70 < IK < 1,00 Soal mudah

IK = 1,00 Soal terlalu mudah

Data hasil uji indeks kesukaran soal dapat dilihat pada tabel 3.10

Tabel 3.10

Hasil uji Indeks Kesukaran Soal

Soal X SMI IK Kriteria

Nomor 1 3,325 5 0,665 Soal sedang

Nomor 2 2,925 5 0,585 Soal sedang

Nomor 3 3,2 5 0,64 Soal sedang

Nomor 4 3 5 0,6 Soal sedang

Nomor 5 3,075 5 0,615 Soal sedang

Nomor 6 3,35 5 0,67 Soal sedang

Nomor 7 3,35 5 0,67 Soal sedang

Dalam uji coba soal ini terdapat 40 orang peserta didik yang dites dengan

7 soal bentuk uraian. Dimana dalam soal no 1 memiliki nilai rata-rata soal sebesar

3,325 dari skor maksimal 5 yang tergolong dalam kriteria indeks kesukaran

sedang, No 2 memiliki nilai rata-rata 2,925 tergolong dalam kriteria sedang,, No

(42)

47

rata-rata 3 tergolong dalam kriteria sedang,, No 5memiliki nilai rata-rata 3,075

tergolong dalam kriteria sedang,, No 6 memiliki nilai rata-rata 3,35 tergolong

dalam kriteria sedang, dan soal no 7 memiliki rata-rata nilai 3,35 dari skor

maksimal 5 dan tergololng dalam kriteria indeks kesukaran soal sedang.

3.5.5 Validitas Butir Soal pretest

Soal bisa disebut valid atau sahih jika mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total, karena akan menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah (Arikunto, 2003 : 76). Untuk memudahkan penelitian, maka digunakan alat bantu yaitu SPSS 16 for windows. Valid atau tidaknya sama adalah dengan fungsi yang dinyatakan oleh daya beda butir. “ Penggunaan patokan 0,2 untuk menyatakan bahwa butir telah valid dapat dilihat pada beberapa rujukan kriteria empirik berikut yang telah dirangkum oleh Prof. Dali S Naga”. (Muhammad Nisfiannur 2009:230).

Untuk menguji validitas dalam penelitian ini, peneliti telah melakukan uji coba butir soal pretest pada kelas VII H SMP N1 Karangwareng terhadap 40 siswa dengan 7 butir soal mengenai pembelajaran tik berbantu multimedia Hasil uji coba butir soaltersebut terdapat pada Tabel 3.11

Table 3.11

.Hasil validitas butir soal pretest

Kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran TIK

(43)

Q7 .352 Valid

Berdasarkan analisis Uji Coba validitas instrumen dari setiap butir soal yang

berjumlah 7 butir soal, diperoleh 7 butir soal yang valid.

3.5.6 Reliabilitas butir soal pretest

Reliabilitas adalah taraf kepercayaan suatu soal, apakah soal memberikan hasil yang tetap atau berubah-ubah (Arikunto, 2003). Jadi reliabilitas harus mampu menghasilkan informasi yang sebenarnya.

Untuk mengukur reabilitas digunakan rumus korelasi Sperman Brown. Untuk mempermudah penelitian, peneliti menggunakan alat bantu SPSS 16 for windows, reabilitas butir soal dapat dilihat di Tabel 3.12

Tabel 3.12

. Hasil Reliabilitas butir soal pretest

Kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran TIK

Menurut Kaplan dan Saccuzo (1993:1-24) “ koefisien reliabilitas yang paling baik untuk digunakan dikisaran 0,7”. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini memiliki reliabilitas yang signifikan.

3.5.7 Uji daya pembeda soal postest

Suherman (2003:159) mengatakan bahwa daya pembeda adalah seberapa jauh kemampuan butir soal dapat membedakan antara test yang mengetahui jawaban dengan benar dan dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut (atau testi menjawab dengan salah). Untuk menghitung daya pembeda tiap butir soal menggunakan rumus daya pembeda sebagai berikut:

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

(44)

49

X = Rata-rata skor siswa kelas atas

B

X = Rata-rata skor siswa kelas bawah b = Skor maksimum tiap butir soal

Kriteria untuk daya pembeda tiap butir soal dalam (Suherman, 2003: 161) dinyatakan sebagai berikut:

(45)

Dari hasil perhitungan, diperoleh daya pembeda sebagaimana tampak pada Tabel 3.15. Berdasarkan klasifikasi daya pembeda pada Tabel 3.14, bahwa daya pembeda nomor 4 ,6 dan 7kriterianya baik, nomor 1, 2, 3, dan 5 kriterianya Cukup.

3.5.8 Uji indeks kesukaran Postest

Berdasarkan asumsi galton, Suherman menyatakan bahwa hasil evaluasi dari hasil perangkat tes yang baik akan menghasilkan skor atau nilai yang membentuk distribusi normal ( Suherman, 2003:168)

Untuk mencari Indeks kesukaran tiap butir soal (Suherman.2003:170) digunakan rumus :

Rumus 3.6

Tingkat kesukaran tiap butir soal

SM I x

IK

Keterangan :

IK : Indeks Kesukaran

x: Rata-rata skor tiap soal

SMI: Skor Maksimum Ideal

Selanjutnya indeks kesukaran yang diperoleh dari hasil uji coba diinteprestasikan dengan menggunakan klasifikasi indeks kesukaran yang digunakan menurut (Suherman,2003:170) :

Tabel 3. 15

Klasifikasi Indeks Kesukaran

IK Keterangan

IK = 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 < IK ≤ 0,00 Soal sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang

0,70 < IK < 1,00 Soal mudah

(46)

51

Hasil uji indeks kesukaran soal dapat dilihat pada tabel 3.16

Tabel 3.16

Hasil uji Indeks Kesukaran Soal

Dalam uji coba soal ini terdapat 40 orang peserta didik yang dites dengan

7 soal bentuk uraian. Dimana dalam soal no 1 memiliki nilai rata-rata soal sebesar

2,4 dari skor maksimal 5 yang tergolong dalam kriteria indeks kesukaran sedang,

No 2 memiliki nilai rata-rata 2,225 tergolong dalam kriteria sedang, No 3

memiliki nilai rata-rata 2,7 tergolong dalam kriteria sedang, No 4 memiliki nilai

rata-rata 2,225 tergolong dalam kriteria sedang,, No 5 memiliki nilai rata-rata 2,25

tergolong dalam kriteria sedang,, No 6 memiliki nilai rata-rata 2,5 tergolong

dalam kriteria sedang, dan soal no 7 memiliki rata-rata nilai 2,775 dari skor

maksimal 5 dan tergololng dalam kriteria indeks kesukaran soal sedang.

3.5.9 Validitas Butir Soal

Soal bisa disebut valid atau sahih jika mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total, karena akan menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah (Arikunto, 2003 : 76). Untuk memudahkan pengolahan data, maka digunakan alat bantu yaitu SPSS 16 for windows. Valid atau tidaknya sama dengan fungsi yang dinyatakan oleh daya beda butir. “ Penggunaan patokan 0,2 untuk menyatakan bahwa butir telah valid dapat dilihat pada beberapa rujukan kriteria empirik berikut yang telah dirangkum oleh Prof. Dali S Naga”. (Muhammad Nisfiannur 2009:230).

Soal X SMI IK Kriteria

Nomor 1 2,4 5 0,48 Soal sedang

Nomor 2 2,225 5 0,445 Soal sedang

Nomor 3 2,7 5 0,54 Soal sedang

Nomor 4 2,225 5 0,445 Soal sedang

Nomor 5 2,25 5 0,45 Soal sedang

Nomor 6 2,5 5 0,5 Soal sedang

(47)

Untuk menguji validitas dalam penelitian ini, peneliti telah melakukan uji coba butir soal posttest pada kelas VII H SMP N1 Karangwareng terhadap 40 siswa dengan 7 butir soal mengenai pembelajaran tik berbantu multimedia Hasil uji coba butir soaltersebut terdapat pada Tabel 3.17

Tabel 3.17

. Hasil validitas butir soal postest

Kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran TIK

No. Soal

Corrected Item-Total Correlation

Status

Q1 .896 Valid

Q2 .876 Valid

Q3 .884 Valid

Q4 .362 Valid

Q5 .876 Valid

Q6 .278 Valid

Q7 .449 Valid

Berdasarkan analisis Uji Coba validitas instrumen dari setiap butir soal yang berjumlah 7 butir soal, diperoleh 7 butir soal yang valid.

3.5.10 Reliabilitas butir soal

(48)

53

Tabel 3.18

.Hasil Reabilitas butir soal postest

Kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran tik

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.867 .872 7

Menurut Kaplan dan Saccuzo (1993:1-24) “ koefisien reliabilitas yang paling baik untuk digunakan dikisaran 0,7”. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini memiliki reliabilitas yang signifikan.

3.6 Tahap Penelitian

Pada tahap ini peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut : a) Memberikan test awal (pretest) pada kelas eksperimen dan kontrol untuk

mengetahui kemampuan awal siswa dari kedua kelas tersebut.

b) Melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Kelas eksperimen memperoleh pembelajaran TIK dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer dengan berbantu multimedia, sedangkan kelas kontrol memperoleh pembelajaran TIK yang biasa dilakukan di kelas yaitu model pembelajaran konvensional seperti ceramah. Masing-masing pembelajaran akan dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan sesuai dengan RPP yang telah dipersiapkan.

c) Pemberian angket di pembelajaran terakhir pada kelas eksperimen dan kontrol.

(49)

3.7 Tahap Akhir(refleksi dan evaluasi)

Penelitian pada tahap akhir ini meliputi analisis data observasi yang terdiri atas analisis data test kognitif yaitu: penskoran, menghitung skor rata-rata test, menghitung gain yang ternormalisasi, menguji normalitas pretest dan postest,menguji homogenitas dan menguji hipotesis tiap pembelajaran, serta melihat perbedaan kemampuan berpikir kritis dari model pembelajaran Advance Organizer.

Membuat kesimpulan

Setelah hasil analisis diperoleh kemudian dilakukan penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan tujuan dan hipotesis penelitian yang diajukan.

3.8 Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan analisis perbedaan dua rata-rata yaitu dengan uji z dengan hipotesis sebagai berikut.

H0 : Tidak terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis yang signifikan setelah diterapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer berbantu multimedia.

H1 : Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritisyang signifikan setelah

diterapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Advance Organizer berbantu multimedia.

3.8.1 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis

(50)

55

skor rata-rata postest terhadap skor rata-rata pretest.Rumus untuk nilai gain ternormalisasi untuk seluruh siswa adalah sebagai berikut:

Rumus 3.7 Nilai gain ternormalisasi <g> Kriteria

 0,7

Untuk test kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran TIK, dilakukan pengolahan data sebagai berikut.

a. Menghitung jumlah skor benar setiap butir soal yang diperoleh siswa. b. Skor yang diperoleh dihitung menjadi nilai persentase. Rumus nilai persen

(51)

Rumus 3.8

Sm = Skor maksimum dari test yang bersangkutan 100 = Bilangan tetap

c. Setelah diperoleh nilai persentase, kemudian diubah menjadi nilai dalam skala 0-100 dengan menggunakan rumus:

Rumus 3.9

d. Menghitung rata-rata nilai kelas dengan menggunakan rumus:

Rumus 3.10

x = rata-rata nilai kelas

xi = jumlah nilai seluruh siswa

n = banyak siswa

(52)

57

x = perolehan nilai tiap siswa x = rata-rata nilai kelas n = banyak siswa

Kemudian untuk melihat kategori kemampuan berpikir kritis siswa dikelompokkan menjadi kategori tinggi, sedang, dan rendah seperti diperlihatkan pada Tabel 3.13.

Tabel 3.20

Klasifikasi persentae Kategori Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

(53)

Destiana, Anisa 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, pengolahan, analisis

dan pembahasan mengenai penerapan pembelajaran Advance Organizer

berbantu multimedia interaktif terhadap peningkatan kemampuan berpikir

kritis siswa, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dalam mengembangkan multimedia interaktif peneliti melakukan

langkah-langkah sebagai berikut :

1.1Tahap Analisis

Peneliti melakukan studi pendahuluan dengan cara wawancara

langsung kepada guru mata pelajaran TIK di SMP N 1

Karangsembung untuk menentukan multimedia yang cocok untuk

digunakan dalam pembelajaran.

1.2Tahap Desain

Pada tahap ini peneliti membuat perancangan multimedia dengan

menggunakan Flowchart dan Storyboard untuk mengetahui

tahapan-tahapan didalam multimedia interaktif.

1.3Tahap Pengembangan

Pada tahap ini materi, gambar, video, teks, dan beberapa konten yang

menunjang multimedia diintegrasikan sehingga menjadi kesatuan

(54)

93

1.4Tahap Implementasi

Pada tahap ini multimedia melakukan pengujian terhadap unit-unit

yang telah dikembangkan dan disesuaikan dengan model

pembelajaran yang diterapkan serta kemampuan yang ingin dicapai

oleh siswa.

1.5Tahap Penilaian

Multimedia dapat digunakan untuk penelitian setelah melalui proses

ini, ahli media memberikan penilaian terhadap multimedia tersebut

apakah layak untuk digunakan atau masih perlu perbaikan .

2. Exact sig (2-tailed) untuk diuji 2 sisi adalah 0,000. didapat probabilitas

dibawah 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima, atau ada perbedaan rerata

nilai postest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari tabel

ternormalisasi kelas eksperimen pada pretest dan postest tersebut,

diperoleh nilai gain ternormalisasi <g> pada kelas eksperimen sebesar

0,73. Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh gain ternormalisasi sebesar

0,12 Berdasarkan hasil pengolahan gain, diperoleh bahwa kelas

eksperimen dengan kriteria tinggi dan kelas kontrol dengan kriteria

rendah Kesimpulannya adalah terdapat peningkatan kemampuan berpikir

kritis siswa pada kelas eksperimen yang signifikan

3. Siswa memberikan respons positif dengan diterapkanya pembelajaran

(55)

B. Saran

Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai penerapan

pembelajaran Advance Organizer berbantu multimedia interaktif untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, saran yang akan disampaikan

penulis adalah :

1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jangka waktu penelitian

sehingga bisa meneliti kemampuan berpikir kritis lebih mendalam.

2. Melakukan observasi pada setiap tahap pelaksanaan pembelajaran,

sehingga dapat diketahui secara detail perkembangan berpikir kritis dan

berlangsungnya proses pembelajaran Advance Organizer.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk mengembangkan variable yang

diteliti untuk mengetahui penerapan pembelajaran Advance Organizer

berdampak pada variabel lain tersebut.

4. Multimedia interaktif digunakan pada mata pelajaran lain yang telah

(56)

Destiana, Anisa 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Yusuf Heri. (2004). Penerapan Model Pembelajaran Pemandu Awal (Advance Organizer) pada Pokok Bahasan Bangun Datar untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa (Penelitian Tindakan Kelas terhadap kelas 1D SLTP Negeri 15 Bandung). Skripsi UPI Bandung. Tidak diterbitkan

Amalia, D.R. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran TIK. Skripsi pada program studi Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Arikunto, S. ( 2002). Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Arikunto, S. (2003). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta Arikunto, S. (2003). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta, Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 6 . Jakarta : PT. Rineka Cipta

Atikah, T. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). (2006), Tersedia disini :

http://tyaraatikah.blogspot.com/2014/06/tugas-9_3426.html

Chase, Clinton I. 2005. Essay Test Scoring: Interaction of Relevant Variables. Journal of Education Measurement.

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Dinn Wahyudin, dkk (2008). Pengantar Pendidikan, Jakarta: Universitas Terbuka

Effendi, R. (2010). Kemampuan Fisika Siswa Indonesia dalam TIMSS (Trends of International on Mathematics and Science Study). Prosiding Seminar Nasional Fisika. Tersedia di :

http://www.fi.itb.ac.id (28 juni 2013)

Ennis, R. H (1996). Critical Thinking. USA : Prentice Hall, Inc.

Ennis, R.H. 2000). At Outline for a Critical Thinking Curriculum and Its Assessment.

Gambar

Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2
gambar, media, dan beberapa konten yang menunjang multimedia
Tabel 3.3 Angket Berpikir Kritis terhadap pembelajaran TIK
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dengan adanya aplikasi program ini diharapkan dapat dengan cepat memberikan informasi yang dibutuhkan didalam hal-hal yang berhubungan dengan masalah Rekam Medik, dapat

[r]

Penambahan cacahan plastic terhadap lempung Wates akan menaikkan nilai qu ( kuat tekan bebas) tanah jika prosentase kadar plastic 1% sampai 2%. Pada lempung Kasongan juga

UPAYA MENINGKATKAN KUAT-GESER TANAH LEMPUNG DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH PLASTIK.

Lampiran daftar paket Pemilihan Langsung dan Pelelangan Sederhana Pascakualifikasi Pengadaan Barang / Jasa Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kerinci Tahun

Hasil penelitian sebagai berikut: (1) Perkembangan produksi, produktivitas, dan luas lahan komoditas jagung di Kabupaten Jember pada masa mendatang

Fase gerak pada kromatografi gas juga disebut dengan gas pembawa karena tujuan awalnya adalah untuk membawa solut ke kolom, syarat gas pembawa adalah: tidak reaktif,