788
PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE DI DESA GANTARANG
Hasriani1,Faiz Fakhruddin2, Inriani3,Jusniaty4 STISIP Muhammadiyah Sinjai
Alamat Korespondensi: [email protected] ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pelaksanaan Good Governance di Desa Gantarang. Metode penelitian adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data yaitu observasi atau pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Informan terdiri dari pemerintah Desa Gantarang, BPD Desa Gantarang, masyarakat Desa Gantarang, dan pengurus BUMDES Desa Gantarang.
Hasil dari penelitian menyatakan bahwa sistem akuntabilitas sudah dilaksanakan, tetapi belum baik penerapan Responsitas masih belum diterapkan sepenuhnya oleh pemerintah Desa.
Pemerintah Desa Gantarang sudah menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada pemerintah Daerah, namun terkadang laporan pertanggungjawaban tersebut masih belum dapat disampaikan secara tepat waktu. Dan masyarakat kurang berperan secara aktif dan belum dapat menjalankan fungsi pengawasan dalam mengawasi pelaksanaan APBDesa di Desa Gantarang.
Pelaksanaan Good Governance di Desa Gantarang sudah dijalankan namun belum maksimal, karena pemerintah tidak menyampaikan informasi mengenai laporan realisasi kepada masyarakat untuk mengetahui laporan pertanggungjawaban tersebut. Hal ini dikerenakan sistem pemerintah Desa Gantarang belum menggunakan sistem online, sehingga masyarakat hanya dapat mengakses lewat kantor Desa.
Kata Kunci : Pelaksanaan, Good Governance
ABSTRACT
The research method is qualitative. Data collection techniques, namely observation or observation, interviews, and documentation. The informants consisted of the government of the village of Gantarang, BPD of the Village of Gantarang, the people of the village of Gantarang, and the management of the BUMDES of the Village of Gantarang. The results of the study stated that the accountability system had been implemented,. the application of Responsitas has not yet been fully implemented by the village government. The Gantarang Village Government has submitted the accountability report to the Regional Government, but sometimes the accountability report cannot be delivered in a timely manner., because the government has not submitted information on the realization report to the public to find out the accountability report. And the community does not play an active role and has not been able to carry out the oversight function in overseeing the implementation of the APBDesa in Gantarang Village. The implementation of Good Governance in Gantarang Village has been carried out but it has not been maximized, because the government has not submitted information on government system in the village of Gantarang that has not yet used an online system, so that the community can only access it through the village office.
Keywords: Implementation, Good Governance
PENDAHULUAN
Tulisan ini mengkaji tentang pentingnya penerapan good governance di berbagai negara. Good governance ini mulai meluas pada tahun 1980, di Indonesia sendiri good governance itu mulai di kenal secara lebih dalam pada tahun 1990, dalam berbagai pembahasan, diskusi, penelitian, dan seminar baik di
789 lingkungan pemerintah, dunia usaha swasta, dan masyarakat termasuk di lingkungan para akademis.
Pemerintahan di Desa adalah pemerintahan yang dilakukan perangkat Desa, yang mengepalai sebuah Desa adalah kepala Desa. Dalam mewujudkan pemerintahan yang baik dan bertanggung jawab tidak terlepas dari partisipasi masyarakat yang ikut serta mendukung terselenggaranya pemerintahan yang diinginkan. Desa adalah satuan pemerintahan terendah di bawah pemerintahan kabupaten/kota. Kedudukan Desa sangat penting, baik sebagai alat untuk mencapai tujuan pembangunan nasional ataupun sebagai lembaga pemerintahan yang memperkuat struktur pemerintahan negara Indonesia. Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa. Pemerintah Desa memegang peran yang sangat penting demi terciptanya tata pemerintahan yang baik di Desa. Pemerintah Desa merupakan bagian dari birokrasi negara dan sekaligus sebagai pemimpin lokal yang memiliki posisi dan peran yang signifikan dalam membangun dan mengelola Pemerintahan Desa.
Masyarakat Desa diharapkan menjadi masyarakat yang berguna, khususnya dalam proses penyelengaraan pemerintahan (ditingkat Desa khususnya) merupakan pelaksanaan riil good governance, masyarakat semacam ini akan solid dan berpartisipasi aktif dalam menentukan berbagai kebijakan pemerintahan, Selain itu masyakat semacam ini juga akan menjalankan fungsi pengawasan yang aktif dalam pelaksanaan penyelengaraan pemerintahan. Sebaliknya, pada masyarakat yang yang masih belum berdaya guna dihadapan pemerintah dan masih banyak masalah sosial di dalamnya seperti konflik dan anarkisme kolompok, akan sangat kecil kemungkinan good governance di tengakkan.
Sedarmayanti (2007: 134) Good Governance merupakan suatu peyelegaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, sehingga good governance berfungsi sebagai penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun secara administrative.
Idup Suhady, dkk. (2005: 98), untuk mencapai good governance dalam tata kelola Pemerintahan maka prinsip-prinsip good governance hendaknya ditegakkan dalam berbagai institusi penting yang ada di dalam pemerintahan.
790 prinsp-prinsip tersebut meliputi: Partisipasi masyarakat, tegaknya supremasi hukum (pengadilan), transparasi, peduli dan stakeholder, berorientas pada konsensus, kesetaraan bagi semua warga, efektifitas dan efisiensi, akuntabilitas, dan visi strategis.
A.W. Widjaja (2002:18) mengemukakan sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa. Pemerintahan Desa diatur oleh IGO, IGOB, IS, HIR, RIB, dan sesudah kemerdekaan peraturan ini pelaksanaannya harus berpedoman pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah dan Peraturan Rembuk Desa, dan sebagainya. Namun peraturan tersebut dianggap tidak seragam dan kurang memberikan dorongan kepada masyarakat untuk tumbuh dan berkembang kearah yang lebih dinamis. Akibatnya Desa dan Pemerintahan Desa pada saat itu memiliki corak yang beranekaragam.Hal ini dianggap hambatan untuk pembinaan dan pengendalian yang intensif guna meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Suhardono, Edi dkk, (2001:89) Good Governance baik merupakan praktek penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dengan adanya era globalisasi tuntutan akan penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah suatu keniscayaan seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat. Kepemerintahan yang baik dalam konteksnya merupakan suatu kesepakatan menyangkut pengaturan negara yang diciptakan bersama oleh pemerintah, masyarakat madani, dan swasta. Untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik perlu dibangun dialog antara pelaku-pelaku penting dalam Negara, agar semua pihak merasa memiliki wewenang dalam mencapai kesejahteraan bersama. Tanpa kesepakatan yang dilahirkan dari dialog, kesejahteraan tidak akan tercapai karena aspirasi politik maupun ekonomi rakyat pasti tersumbat. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah bahwa masyarakat dapat menilai dan memilih, bahkan meminta jasa layanan yang lebih baik.
Maka permasalahan yang muncul di Desa Gantarang ini adalah masih rendahnya kinerja sumber daya manusia aparatur, belum memadainya sistem kelembagaan dan pelaksanaan tugas pemerintah yang efisien dan efektif dan
791 belum optimalnya penerapan suatu kebijakan dalam hal melakukan sebuah kerja sama seperti dalam pelayanan publik gotong royong/kerja bakti karna Pemerintah Desa tidak melakukan himbauan untuk melakukan kerja sama kepada masyarakat setempat dan pemerintah desa juga belum bisa menunjukkan baiknya kinerja Aparat Desa dalam rangka penerapan transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas.
Masih ada sikap dan perilaku Aparat Desa yang belum menunjukkan adanya penerapan transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas dalam proses penyelenggaraan pemerintahan karena dalam hal Pemerintah Desa tidak melakukan upaya untuk melakukan pegawai untuk melakukan suatu partisipasi dalam mengambil keputusan dalam hal Membangun Desa di Desa Gantarang ini karna dalam pengambilan keputusan hanyan mempertimbangkan satu orang saja biarpun melakukan rapat sekaligus.
Syahrul Yasin Limpo, (Jurnal Ilmu Hukum ammana gappa vol 15 No. 2, 2007: 131) menjelaskan bahwa. “Prinsip-prinsip good governance belum diterapkan sepenuhnya dalam pelaksanaan fungsi pengawasan di daerah, khususnya terhadap pelayanan publik. Disebabkan lemahnya dukungan substansi produk hukum, partisipasi sosial, transparansi, akuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan publik, kurangnya tanggung jawab penyelenggara pemerintahan daerah, serta belum jelasnya mekanisme penerapan prinsip-prinsip tersebut”.
Berdasarkan pada latar belakang di atas inilah Sehingga dalam penelitian ini penulis mengangkat judul “Pelaksanaan Good Governance di Desa Gantarang”, good governance tidak hanya diterapkan dipemerintahan pusat saja tetapi disetiap sendi pemerintahan mulai dari kota, kabupaten, kecamatan dan juga Desa. Sebab Pemerintah Daerah dan Desa memiliki peranan penting dalam memajukan fungsi pelayanan publik.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian ini penelitian yang digunakan adalah Kualitatif. Menurut Sugiyono (2010) dalam buku Metode Penelitian Kualitatif menjelaskan bahwa penelitian Kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
792 teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Adapun Informan dalam penelitian ini yakni : 1. Pemerintah Desa Gantarang
2. BPD Desa Gantarang 3. Masyarakat Desa Gantarang 4. Pengurus BUMDTS Gantarang
Sejalan dengan metode yang digunakan yakni deskriptif kulitatif, maka teknik pengumpulan data yang rencana penulis gunakan adalah :
1. Observasi atau Pengamatan
Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan langsung/partisipan suatu proses pengamatan yang dilakukan oleh observer dengan ikut mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang akan di observasi. Objek kajian untuk memperoleh keterangan dan informasi sebagai data yang akurat tentang hal yang diteliti mengenai upaya pemerintah Desa dalam meningkatkan pelaksanaan good governance di Gantarang. Dalam hal ini peneliti terjun langsung kelapangan melihat kondisi yang akan peneliti teliti.
2. Wawancara
Wawancara (interview) yakni melakukan wawancara secara face to face (langsung) dengan para informan, wawancara yang dilakukan kepada pihak-pihak (informan) yang dianggap relevan dengan penelitian ini. Sumber dokumentasi yang digunakan dalam penelitian diantaranya arsip-arsip yang dimiliki Pemerintah Desa. Dalam hal ini peneliti langsung melakukan wawancara secara langsung untuk mendapat data yang peneliti ingnkan. Wawancara ini dilakukan kepada pemerintah Desa, BPD, Masyarakat dan BUMDES yang ada di Desa Gantarang yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data melalui peninggalan tulisan terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku mengenai pendapat, dalil yang berhubungan dengan masalah penyelidikan. Sumber dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya arsip-arsip yang dimiliki Pemerintah Desa Gantarang.
793 Adapun Informan dalam penelitian ini yakni :
1. Pemerintah Desa Gantarang 2. BPD Desa Gantarang
3. Masyarakat Desa Gantarang 4. Pengurus BUMDTS Gantarang
Analisis data menyesuaikan metode penelitian yang dipakai oleh penelitian. Salah satu contoh teknik analisis data yang digunakan di dalam penelitian kualitatif penelitian adalah teknik analisi interaktif. Teknik analisis interaktif ini dijalankan dengan cara sebagai berikut:
1. Reduksi data yang meliputi proses merangkum dan memilah data yang berkaitan dengan hal-hal pokok serta memfokuskan pada hal-hal penting.
Dalam hal ini peneliti melakukan reduksi data yang berkaitan dengan melihat pelaksanaan good governance.
2. Penyajian data yang dapat diartikan sebagai pengorganisasian data yang telah di reduksi. Dalam penyajian data ini peneliti melakukan upaya untuk menyusun pola hubungan dari seluruh data yang ada sehingga data lebih mudah dipahami. Penyajian data ini dilakukan oleh peneliti untuk memudahkan dan memahami yang terjadi dan merencanakan kegiatan selanjutnya.
3. Berdasarkan pada data yang telah terorganisir tersebut, peneliti memberikan interprestasi dan kemudian menarik kesimpulan mengenai pola keteraturan ataupun penyimpangan yang ada dalam fenomena yang diteliti. Melalui tahapan ini maka peneliti akan dapat menjawab permasalahan penelitian. Yaitu peneliti melakukan analisis data, agar data yang didapatkan dilapangan bisa akurat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Pemerintah Desa Gantarang
Desa Gantarang adalah sebuah Desa yang masih cukup mudah merupakan hasil pemekaran dari Desa Kompang. Desa ini terletak paling ujung dari Kecamatan Sinjai Tengah. Terbentuk pada Tahun 2006 diawali denga ditunjuknya P.sommeng sebagai Kepala Desa sampai tahun 2010. Desa ini kemudian di defenitifkan pada tahun 2010. Pada tahun 2010 dipimpin oleh Muh.Amir sampai
794 dengan tahun 2016, Dan sekarang dipimping oleh Insan melalui pemilihan Kepala Desa secara langsung.
1. Kondisi Pemerintahan Desa Gantarang a. Pembagian Wilayah Desa
Batas Wilayah :
1) Sebelah Utara: Berbatasan dengan Desa Arabika, Kecamatan Sinjai Barat.
2) Sebelah Timur: Berbatasan dengan Desa Kompang Kecamatan Sinjai Tengah 3) Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Desa Saotanre/Bontokatute.
4) Sebelah Barat: Berbatasan dengan Desa Bontolempangan, Sinjai Barat.
b. Pembagian Dusun 1) Dusun Bontolaisa 2) Dusun Barue 3) Dusun Mattirowalie
Ketiga lingkungan dusun tersebut di atas masing-masing dipimpin oleh Kepala Dusun.
c. Pembagian RW / RT 1) Jumlah RW : 7 2) Jumlah RT : 1 2. Visi dan Misi Desa Gantarang
a. Visi
Terbangunnya tata kelolah Pemerintahan Desa yang baik dan bersih guna mewujudkan kehidupan masyarakat desa yang adil, makmur, dan sejahtera.
b. Misi
Untuk melaksanakan visi Desa Gantarang dilaksanakan misi dan program sebagai berikut:
1) Menjalankan pembangunan fisik yang terarah dan terencana sesuai hasil musyawarah mufakat.
2) Melaksanakan pembangunan non fisik yang berkesinambungan.
3. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Gambar 4.1 Struktur Organisasi Desa
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DESA
TAHUN 2018 DESA GANTARANG KEC. SINJAI TENGAH KAB. SINJAI
795 B. Pelakasanaan Good Governace Di Desa Gantarang
Pelaksanaan good governace di Desa Gantarang dapat dilihat sebagai menejemen pembangunan atau administrasi pembangunan, dimana pemerintah bukanlah satu-satunya faktor untuk membangun bangsa tetapi masyarakat dan sektor swasta juga mempunyai peranan penting dalam pembangunan yaitu memberikan masukan dalam proses pembangunan.
Untuk menciptakan good governance (pemerintahan yang baik) dapat dilakukan dengan melaksanakan salah satu turunan operasionalnya yaitu multi- stakeholder processes (Fahmi dan Zakaria,2005). data yang telah dikumpulkan dari wawancara informan penelitian kemudian diolah dan di analilis. Teknik pengolahan ditetapkan pada setiap item dengan tujuan dapat menjawab masalah yang dibahas.
1. Sistem Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah prinsip pertanggungjawaban publik yang proses penganggarannya mulai dari perencanaan penyusunan dan pelaksanaan harus
BPD KEPALA DESA
INSAN
SEKERTARIS DESA I R W A N
Kep. Urusan Keuangan Ishak, S.Pd.I Kep. Seksi
Pemerintahan Jamaluddin
Kep. Seksi Kesejahteraan
Syamsir
Kep. Seksi Pelayanan Resky Astuti
Kep. Urusan Tata Usaha Roslinah, Sp.
Kep. Seksi Perencanaan
Julman
Pelaksana Kewilayahan (Kepala Dusun)
Kepala Dusun Bonto Laisa
Kepala Dusun Barue
Kepala Dusun Mattirowalie
796 benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada pemerintah Kabupaten dan masyarakat.
Bentuk tanggungjawab yang diberikan Pemerintah Desa kepada masyarakat bisa berupa pembinaan mengenai pengelolaan keuangan Desa. Berikut ini merupakan hasil wawancara dengan kepala Desa Gantarang sebagai berikut.
Menurut Insan selaku Kepala Desa Gantarang Kecamatan Sinjai Tengah , wawancara pada tanggal 22 Juli 2019 mengatakan.
“Mengenai keuangan desa, selama ini belum adanya dilakukan sosialisasi dari pemerintah desa. Namun apabila terkait dengan program dalam rangka penggunaan anggaran, memang ada dilakukan oleh Pemerintah Desa. Program ini yaitu kegiatan-kegiatan yang didanai desa, contohnya seperti posyandu, dan pemberdayaan pemuda di Desa”.
Selain pernyataan di atas, hasil wawancara dengan bapak Yunus juga mengatakan bahwa terkait dengan pengelolaan keuangan Desa, pemerintah tidak pernah mensosialisasikan sebagai program yang terkait dengan penggunaan anggaran seperti kegiatan apa saja yang akan dilakukan Pemerintah Desa.
Berdasarkan orservasi penulis selama penelitian, apa yang di katakan oleh Insan memang benar hal ini dilihat bahwa Keuangan Desa belum adanya sosialisasi Dengan desa. Menurut Umar P. selaku anggota masyarakat, wawancara tanggal 22 juli 2019 mengatakan.
“Kerena masyarakat banyak yang tidak tau mengenai pengelolaan keungan Desa, jadi mereka tidak dapat menjalankan fungsi pengawasan. Sehingga pengawasan dari masyarakat Desa belum dapat diterapkan di Desa Gantarang. Namun biasanya kalau terkait dengan pengawasan, biasanya fungsi ini terdapat pada RT, RW, dan tokoh masyarakat. Karena masyarakat biasanya di Desa kebanyakan masa bodoh atau cuek dan mereka sama sekali tidak tau peran merekan dalam pengawasan”.
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pemerintah desa Gantarang memang tidak mensosialisasikan kepada masyarakat terkait pengelolaan keuangan Desa, sehingga masyarakat merasa tidak perlu terlibat dalam pemerintahan Desa.
Berdasarkan hasil oservasi dari peneliti, apa yang di katakan oleh pak Umar P bahwasanya masyarakat Desa Gantarang banyak yang belum mengetahui tentang Keuangan Desa.
Menurut Muh. Yunus, wawancara pada tanggal 23 Juli 2019 mengatakan:
797
“Sosialisasi mengenai pengelolaan keuangan Desa memang masing jarang tetapi kalau misalnya dana Desa akan dimanfaatkan untuk pembangunan itu sudah ada. Tapi biasanya yang mengawasi hanya orang-orang yang ikut sera dalam musrembang. Kalau untuk masyarakat awam, biasnya mereka tidak peduli”.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat kita lihat bahwa pengawasan keuanagan secara nyata memang masih kurang karena pemerintah biasanya hanya mensosialisasikan terkait pengalokasian dana Desa sehingga masyarakat hanya mengetahui untuk apa saja dana Desa nanti akan didanai, sehingga terkait dengan pengelolaan keuangan masyarakat merasa tidak peduli.
Dari analisis hasil wawancara di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tidak adanya sosialisasi mengenai pengelolaan keuangan Desa kepada masyarakat, dimana sebagian besar masyarakat belum memiliki pengetahuan mengenai pengelolaan keuangan Desa secara lebih mendalam di Desa Gantarang. Dengan begitu, akibatnya masyarakat kurang mau berpartisipasi dalam pengelolaan tersebut terutama dalam pengawasan.
Masyarakat tidak hanya memiliki hak untuk mengetahui anggaran tersebut, tetapi juga berhak dalam menuntut pertanggungjawaban atas rencana atau pelaksanaan anggaran Desa. Perbedaan antara Akuntabilitas dan respontabilitas yaitu pada saat seorang kepala Desa merasa ia memiliki tanggungjawab untuk transparansi kepada masyarakat, hal ini merupakan prinsip dari responsibilitas, namun ketika kepala Desa menyampaikan anggaran kepada masyarakat mengenai realitas anggaran tersebut, maka ini disebut akuntabilitas.
Berikut wawancara yang dilakukan oleh salah satu perangkat Desa.
Menurut Sansu R selaku Ketua BPD Desa Gantarang, wawancara 23 juli 2019, mengatakan:
“Laporan realisasi dan pertanggungjawaban tidak disampaikan kepada masyarakat. Tapi kalu masyarakat mau tau, bisa langsung datang ke kantor Desa. Karena kami belum punya situs resmi, jadi masyarakat kalau mau tau, harus datang ke kantor Desa. Kalau untuk kritik dari masyarakat, sampai sekarang setahu saya belum ada. Tetapi kalau masyarakat memiliki keluhan, bisa langsung saja sampaikan ke Pemerintah Desa, nanti akan dilayani oleh pegawai kantor Desa Gantarang”.
Dari hasil wawancara tersebut, pemerintah Desa Gantarang tidak menyampaikan laporan realisasi kepada masyarakat. Namun, jika masyarakat ingin mengetahui laporan realisasi dan pertanggungjawaban tersebut, maka
798 masyarakat dating langsung ke kantor Desa, sebab pemerintah Desa Gantarang belum memiliki situs resmi. Berdasarkan obrservasi dari peneliti, apa yang dikatakan oleh Sansur bahwasanya laporan realisasi di sampaikan kepada masyarakat dan bisa langsung ke kantor Desa.
Dari hasil wawancara dan oservasi yang peneliti lakukan peneliti di ajukan menyimpulkan bahwa teori Wijaja (2003) dan hasil penelitian yang belum selesai mengemukakan bahwa hubungan masyarakat harus mengetahui laporan realisasi dan pertangujawaban kepada masyarakat dan mempunyai landasan dalam mengatur Keuangan Desa.
Dari hasil analisis di atas, system akuntabilitas sudah dilaksanakan, tetapi belum baik karena pemerintah Desa Gantarang merasa laporan realisasi anggaran dan pertanggungjawaban tidak perlu disampaikan kepada masyarakat, tetapi masyarakat memiliki hak untuk mengakses laporan tersebut. Selain itu, masyarakat juga diberikan hak untuk mengkritik Pemerintah Desa agar dapat berjalan dengan baik.
Tabel 1.4 Data akuntabilitas laporan pertanggunjawaban Keuangan Desa:
NO URAIAN KEGIATAN BAHAN ALAT HOK OPERASIO
NAL
TOTAL ANGGARA N
KET
a B C D E f G h
1 Lapangan olah raga 117.338.500 ,00
410.000, 00
55.200.00,0 0
7.136.636.0 0
180.091.136, 00
DDS
2 Jembatan dekkeng 60.329.000,00 6.472.00 0,00
31.200.000, 00
4.048.545,0 0
102.049.545, 00
DDS
3 Jembatan balampang 85.612.000,00 8.583.00 0,00
43.980.000, 00
5.708.788,0 0
143.583.788.
00
DDS
4 Plat decker jln barue 48.776.000,0 0
331.000, 00
22.960.000, 00
2.976.182,0 0
75.043.182,0 0
ADD
5 Drainase jln barue 38.410.400,00 951.000, 00
18.360.000, 00
2.385.539,0 0
60.106.939,0 0
DDS
6 Rabat peton jln arif rahman 84.836.350,00 1.121.00 0,00
40.8000.00 0,00
5.209.536,0 0
131.966.886, 00
DDS
7 Rehab jln tallasang 57.154.100, 00
951.000, 00
26.8000.00 0,00
3.521.521,0 0
88.426.621,0 0
DDS
8 Rabat beton jln tani campaga
37.278.400, 00
501.000, 00
17.2000.00 0,00
2.289.661,0 0
57.269.061,0 0
ADD
9 Rabat beton jln tani bakung 37.278.400, 00
501.000, 00
17.2000.00 0,00
2.289.661,0 0
57.269.061,0 0
DDS
10 Drainase jln mattirowalie 26.906.000, 331.000, 12.6000.00 1.650.617,0 41.487.727,0 DDS
799
00 00 0,00 0 0
11 Drainase jln barue 2 13.054.783, 00
205.000, 00
6.000,000,0 0
750.617,00 20.010.400,0 0
DDS
12 Rehab jln barue 75.591.000, 00
1.121.00 0,00
36.000.000, 00
4.649.212,0 0
117.361.212, 00
ADD
13 Rehab jalan barue 38.678.400, 00
501.000, 00
19.080.000, 00
2.374.509,0 0
60.633.000,0 0
DDS
JUMLAH 721.243.33
3,00
21.985.0 00,00
347.080.00 0,00
44.991.134.
00
1.135.298.55 8,00
ADD 249.673.455,00
DDS 885.625.103,00
TOTAL ANGGARAN 1.135.298.558,00
HOK 30,57
OPERASIONAL 4.00
Sumber: Pemerintah Desa Gantarang
Isi tabel di atas jika di uraikan sebagai berikut :
1. Lapangan olahraga mempunyai anggaran dengan bahan semen 20 sak, pasir 2 truk dan juga perlengkapan olahraga seperti net, bola, bola voli dan juga bola takro jadi anggaran yang di cairkan sebesar Rp.180.091.136,00
2. Jembatan dekkeng juga di bangun dengan bahan pasir 2 truk, besi 10 ikat, semen 400 sak, kerikir satu mobil truk dan papan satu mobil truk dengan anggaran Rp102.049.545,00
3. Jembatan ballampang juga dibanggun dengan bahan pasir 2 truk, besi 15 ikat semen 60 sak, kerikil satu mobil truk dan papan satu truk dengan anggaran Rp.143. 583.788,00
4. Plat decker jln barue mempunnyai bahan semen 10 sak, pasir 1 mobil truk, dan besih 5 ikat dengan anggaran Rp.75.043.182,00
5. Drainase jalan barue juga di bangun dengan bahan semen 6 sak, pasir 1 mobil truk dan besi 5 ikat dengan anggaran Rp.60.106. 939,00
6. Rabat peton jln andi rahman jugan membagun bahan pasir 3 truk, semen 30 sak, dan kerikil 3 truk dengan anggaran Rp.131.966.886,00
7. Rehab jalan tallasang dengan bahan semen 30 sak pasir 3 mobil truk dan kerikil 2 mobil truk denganan anggaran sebesar Rp.88.426.621,00 dari dana DDS
800 8. Rabat beton jalan tani campaga dan jalan rehab tani bakun memiliki bahan pasir 4 truk semen 70 sak dan kerikil 3 mobil truk dengan anggaran Rp, 57.269.061,00 dan Rp,57. 269.061,00
9. Drainase jalan barue dengan bahan pasir 2 truk ,semen 20 sak, dan keril 2 truk, dengan anggaran Rp 41.487.727,00
10. Rehab jalan barue dan rehab jalan barue dengan bahan pasir 10 truk, keriki 9 truk dan semen 100 sak den dengan angggaran Rp.117.361.212 ,00 dan Rp.60. 633.000,00
Jadi semuan anggaran yang di keluarkan untuk membagun semuan jalan, deker dan jembatan sebesar Rp.1.135.298.558,00 dari dana ADD dan DDS. Dari data di atas, dapat kita lihat bahwa sistem akuntabilitas terhadap penggunaan anggaran dana desa sudah dilaksanakan oleh pemerintah desa Gantarang, terbukti dengan adanya dua spanduk yang dipasang di wilayah Desa Gantarang yaitu di depan kantor Desa dan di Pasar Gantarang, dengan begitu masyarakat dapat melihat secara langsung penganggaran dana Desa yang akan dipertanggunjawabkan Pemerintah Desa.
2. Sistem Responsitas
Pengelolaan Keuangan Desa sebagaimana diatur pada Permendagri No.
113 tahun 2014 menyatakan bahwa “Kepala Desa memiliki tanggungjawab untuk melaporkan realisasi anggaran dana Desa kepada Bupati. Selain itu, kepala Desa juga bertanggungjawab untuk mengendalikan perangkat Desa dalam merealisasikan anggaran APBDesa yang telah direncanakan. Bendahara, sekertaris Desa, dan Kepala seksi juga bertanggung jawab kepada kepala Desa atas pengelolaan keuangan Desa”. Berikut ini merupakan hasil wawancara dengan kepala Desa dan Bendahara Desa.
Menurut Insan selaku Kepala Desa Gantarang, wawancara pada tanggal 22 juli 2019 mengatakan:
“Laporan pertanggungjawaban akan disampaikan kepada Bupati. Setelah kegiatan tahap 1 dilakukan. Jadi setiap tahap kegiatan kalau sudah selesai harus dibuatkan laporan realisasinya dan langusng disampaikan kepada Bupati.
Dari hasil wawancara di atas diperoleh data bahwa kepala Desa akan menyampaikan laporan realisasi dan pertanggungjawaban kepada Bupati setelah
801 kegiatan tahap 1 sudah selesai dilakukan. Dari hasil wawancara dan oservasi yang peneliti lakukan diajukan menyimpulkan bahwa teori Idup, Suhady dan hasil penelitian sesuai, menyimpulkan bawah pertangunjawaban masyarakat secara langsung masih jarang sehingga orang-orang yang didalamnya bertangunjawab hanya orang-orang yang terlibat dalam dalam laporan realisasi Keuangan Desa.
Menurut Ishak selaku Bendahara Desa Gantarang, wawancara pada tanggal 24 juli 2019, mengatakan:
“Pada saat semester pertama itu sekitar Julia atau Agustus, jadi pada saat pelaksanaan tahap 1 sudah selesai, jadi laporan realisasi tahap 1 harus dilaporkan dulu. Namun terkadang teori dan paraktenya biasa berbeda, jadi tidak dapat sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan. Soalnya biasa dalam prakteknya terjadi kendala-kendala, yang membuat kadang tidak bisa tepat waktu seperti yang sudah ditetapkan”.
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa setiap pelaksanaan tahap 1 sudah selesai, laporan realisasinya harus disampaikan terlebih dahulu sebelum memasuki tahap selanjutnya. Namun menurut bendahara Desa, teori dan praktek terkadang tidak bisa sejalan. Hal ini dapat dikarenakan bebagai kendala yang menyebabkan laporan tidak dapat disampaikan secara tepat waktu.
Berdasarkan hasil orservasi peneliti, yang di sampaikan kepada Ishak selaku bendahara bahwasanya laporan realisasi harus disampaikan terlebih dahulu sebelum memasuki tahap selanjutnya.
Namun Ishak juga menambahkan bahwa dirinya terus berupaya agar pelaporannya bisa maksimal dab bisa berjalan dengan tepat waktu. Dan bisa memberikan pelayanan sesuai dengan apa yang diharapkan, olehnya itu kami terus berbenah untuk pelayanan yang lebih baik.
Berdasarkan analisis di atas, penerapan Responsitas masih belum diterapkan sepenuhnya oleh pemerintah Desa. Pemerintah Desa Gantarang sudah menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada pemerintah Daerah, namun terkadang laporan pertanggungjawaban tersebut masih belum dapat disampaikan secara tepat waktu.
3. Sistem Transparansi
Setelah APBDesa disahkan, pemerintah mensosialisasikan kepada masyarakat. Namun, terkait laporan realisasi anggaran dan pertanggungjawaban Keuangan Desa. Pemerintah merasa tidak perlu menyampaikan laporan tersebut
802 kepada masyarakat. Berikut ini merupakan wawancara dengan kepala Desa Gantarang Menurut Insan selaku kepala Desa Gantarang, wawancara pada tanggal 22 Juli 2019, mengatakan:
“Laporan pertanggungjawaban tidak disampaikan kepada masyarakat.
Tapi kalau masyarakat mau tau, lansung saja datang ke kantor Desa. Soalnya kami belum punya situs resmi, jadi masyarakat kalau mau tau, silahkan datang langsung ke kantor Desa”.
Dari hasil wawancara di atas membuktikan bahwa pemerintah Desa Gantarang tidak menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat, namun apabila masyarakat ingin tau atau melihat laporan pertanggungjawaban, masyarakat akan diberikan akses untuk dapat melihat laporan tersebut dengan datang langsung ke Kantor Desa. Berdasarkan hasil oservasi penulis selama penelitan, apa yang di katan oleh Bapak Desa Gantarang Insan memang benar bahwa laporan pertangunjawaban tidak di sampaikan kepada masyarakat.
Menurut Pemerintah Desa, laporan pertanggungjawaban hanya disampaikan kepada Bupati, Camat, Pemdes, dan Inspektorat. Namun apabila masyarakat ingin melihat dan mengetahui tentang laporan pertanggungjawaban, mereka dapat datang langsung ke kantor Desa. Menurut kepada Desa Gantarang masyarakat memang tidak mendapatkan sosialisasi tentang laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban. Tetapi masyarakat memiliki hak untuk mengakses kedua laporan tersebut.
Dari hasil wawancara yang peneliti dilakukan, peneliti di ajukan menyimpulkan bahwa teori Ratnawati (2006) bahwa pertangujawaban mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa, landasan pemikiran dalam mengenai pertangujawaban Keuangan Desa.
Menurut Nyala salah satu Ketua RT di Dusun Barue, wawancara tanggal 24 juli 2019 mengatakan:
“Paling secara tertulis, untuk secara online itu belum ada yang diterapakan di Desa Gantarang”.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat kita simpulkan bahwa masyarakat memang hanya memiliki akses langsung ke kantor Desa karena pemerintah Desa belum menerapkan Sistem online.
803 Berdasarkan hasil oservasi penulis selama penelitian, apa yang di katankan leh Nyala memang benar bahwasanya belum ada sistem online hanya sistem tertulis.
Dari analisis di atas, kita lihat bahwa sistem trasnsparansi sudah dijalankan oleh pemerintah Desa Gantarang, namun belum sepenuhnya, karena pemerintah tidak menyampaikan informasi mengenai laporan realisasi kepada masyarakat untuk mengetahui laporan pertanggungjawaban tersebut. Untuk mengakses laporan tersebut, masyarakat hanya dapat mengakses langsung ke Kantor Desa.
Hal ini dikerenakan system Pemerintah Desa Gantarang belum menggunakan system online, sehingga masyarakat hanya dapat mengakses lewat Kantor Desa.
Gambar 1.Transparasi APBD Desa Gantarang
Isi gambar di atas jika diuraikan sebagai berikut : 1. Bidang Penyelengaraan Pemerintahan Desa
Mempunyai penhasilan tetap kepala Desa yang besar anggarannya Rp.36.000.000.000 sedangkan penghasilan tetap Perangkat Desa Rp.212.400.000.00 dan Desa juga mempunyai tujuang pengololaan aset Desa untuk menambah dana2 Desa dengan nilai Rp.8.040.000.00 dan Desa Gantarang juga mempunyai jaminan kesahatan kepala Desa dan Perangkat Desa, operasional desa, tujuan BPD, operasional BPD, insetif RT/RW, Rehabilitasi Kantor Desa, Pemuktahiran Profil Desa dan rekrutmen anggota BPD Juga mempunyai anggaran besar untuk setiap adanya kegiatan.
2. Bidang Pelaksanaan Pembangunan Pendidikan
Dalam bidang pembangunan pendidikan juga mempunyai pengasilan tetap dari anggaran APBDesa seperti penyelengaraan paud dan TK/TPA desa mempunyai anggaran Rp.9.600.000.00 jadi TK/TPA bisa membuat lombah-
804 lombah seperti MTQ dengan memaikai anggaran tersebut, dukungan penyelengaraan PAUD, dan pengololaan anggota BPD juga memiliki anggaran dari ADDS. Penyelengaran posyandu sudah di jalaini dengan membangus posyandu dengan biaya Rp.17.414.000.00 dengan bahan seperti fasir, semen,dan batu merah dari ADS dan penyelengaraan posbindu jugan dilaksanan dan menpunyai anggaran, penyelengaraan bina keluarga lansia, peningkatan kapasitas kader posyandu,peningkatan kapasitas posbindu, dan penyelengaran desa siangan memiliki anggaran ADS. Pekerjaan umum dan penataan ruang memiliki beberapa penataan seperti rabat benton jalan barue, rehab jalan tallasan, rabat jalang mattirowalie, drainase jalan barue, drainase jalan tallasang drainase jalan matirriwalie dan tanggul jalang mattirowalie memiliki anggarang dari DDS.
3. Bidang Pembinaan Kemasyarakatan dan Keagamaan
Juga menpunyai pengiriman kontingen grup kesenian TK. Desa (Wakil Desa) juga memiliki anggaran Rp.6.084.000,00 dari PBH, penyelengaraan MTQ Tingkat Desa Rp.17.808.480,00 dari anggaran PBH dan mempunyai penyelengaraan peringatan HUT RI, Penyelengaraan majelis taklim, pembanguana/rehabilitasi sarana ibadah, dan penyelengaraan tablik akbar masing- masing mempunnyai anggaran yang dana ADD.
Kepemudaan dan olahraga pengiriman kontingeng wakil Desa tkt kec, kab.kota memiliki anggaran Rp.8.078.000,00 dari dana DDS dan juga Pembinaan Kepemudaan Desa, pembinaan LKD, dan Pembinaan PKK Memiliki juga anggaran dari ADD Desa.
4. Bidang pemberdayaan masyarakat
Peningkatan kapasitas kades, perangkat desa dan BPD Memiliki anggran Rp.63.400.000,00 ADD sedangkan pelatihan dan penyuluhan majelis taqlim Desa, peningkatan SDM kader PKK dan pelatihan pengololaan BUMDesa memiliki masing-masing anggaran.
4. Sistem Partisifatif
Peran Pemerintah Desa gantarang selalu melibatkan partisipasi atau keikut sertaan masyarakat dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Bentuk partisipasi masyarakat Desa Gantarang yaitu partisipasi dalam perencanaan pembangunan desa, partisipasi politik dan partisipasi dalam berbagai kegiatan
805 atau program desa.wawancara dengan Ketua BPD Desa Gantarang Menurut Rini.
selaku Bidang Desa Gantarang, wawancara pada tanggal 25 Juli 2019 mengatakan:
“masyarakat desa gantarang ini tdk terlalu berfartisifasi dalam melakukan kegiatan seperti fartisifasi dalam hal kegiatan pelaksanaan kader posyandu dan kegiatan yang mencermikan hal-hal fositif seperti kegiatan penyuluhan pendidikan di karenakan masyarakat mengatakan itu tdk terlalu”.
Dari hasil wawancara di atas, Rini selaku bidang Desa Gantarang menyampaikan bahwa masyarakat tidak hadir dalam kegiatan pelaksanaan kader posyandujadi masyarakat desa gantarang tidak berperan aktif untuk menyampaikan aspirasi mereka. Dalam kegiatan pelaksanaan kader posyandu masyarakat perlu aktif dan berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Menurut bidang Desan Gantarang masyarakat belum terlalu dalam hal kader posyandu.
Dari hasil oservasi penulis selama penelitian, apa yang yang dikatankan leh ibu Rini selaku bidang bahwasanya masyarakat kurang berpartisipasi dalam hal kegiatan pelaksanaan kader posyandu. Dari hasil wawancara dan oservasi yang penelitian lakukan, menyinpulkan bahwa teori Ari Dwipayani dan hasil penelitian belum sesuai dengan keinginan pelayanan yang dilakukan sesuai aspirasi masyarakat dalam hal penyuluhan.
Pendapat di atas juga di dukung oleh kepala seksi kesejahteraan Desa gantarang sehingga dapat disimpulkan bahwa menurut pemerintahan Desa, masyarakat blum berperan aktif pada saat melakukan kegiatan pelaksanaan posyandu dilaksanakan. Kegiatan kader posyadu dan kegiatan penyuluhan haya di hadiri oleh bidang saja dan orang posyadu dan ibu PKK di karenakan masyarakat tidak berfartisifasi. Menurut nilmawati selaku angota PKK, wawancara pada tanggal 25 Juli 2019, mengatakan:
“Biasanya yang hadir dari organisasi-organisasi seperti ibu PKK , , RT, Rw, dan masyarakat. Memang ada beberapa kami undang secara resmi.
Karena ini juga rapat terbuka namun mayarakat desa gantarang tdk mempedulikanya,karna katanya dia juga tdk tau apa itu penyuluhan dan untuk apa ”.
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa yang biasanya hadir dalam kegiatan penyuluhan pendidikan hanya organisasi ibu PKK dan kader posyanduseperti, yang telah disebutkan. Selain dalam kegiatan kader posyandu dan penyuluhan pendidikan masyarakat juga harus berpartisipasi dalam
806 pengawasan dari pelaksanaan APBDesa itu sendiri. Peran masyarakat ini sangat dibutuhkan untuk mngawasi jalannya seluruh kegiatan yang telah direncanakan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya kecurangan atau kesalahan. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Desa dan sekertaris Desa, masyarakat dinilai kurang berpartispasi dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pendidikan karena masyarakat tidak mengepentinkan yang berpartisipasi langusng dalam melakukan kegiatan kader posyandu dan penyuluhan pendidikan seperti ibu PKK dan ibu bidang .
Berdasarkan hasil oservasi penulis penelitian, yang di katan oleh ibu nilmawati bahwasanya masyarakat tdk ingin tahu apa itu penyuluhan. Menurut Eril selaku Pengurus Himpunanan Pemuda Desa Gantarang (HIPDA), wawancara pada tanggal 27 Juli 2019, mengatakan:
“Padahal masyarakat Desa biasa, kebanyakan dari mereka itu tidak mau tau, karena mereka memang tidak tahu, dan masyarakat tidak inggin megetahuinya”.
Dari hasil wawancara di atas dapat kita ketahui bahwa banyak masyarakat yang tidak mau tau tentang apa itu penyuluhan pendidikan dan kegiatan kader posyandu terutama terkait dengan pengawasan. Sehingga masyarakat tidak tertarik dan tidak ikut kegiatan penyuluhan. Menurut Ibrahim Guning masyarakat Desa Gantarang, wawancara pada tanggal 26 Juli 2019 mengatakan.
“Karena masyarakat banyak yang tidak ingin tahu apa itu penyuluhan pendidikan. Karena masyarakat biasanya kebanyakan yang bermasa bodoh atau cuek dan mereka sama sekali tidak tau peran mereka dalam ppenyuluhan posyandu”.
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat banyak yang tidak mau tau mengenai kegiatan penyuluhan pendidikan dan penyuluhan kader posyandu. Dari hasil wawancara dan oservasi yang peneliti lakukan di ajukan menyimpulkan bahwa teori Rivai II dan Penelitian belum sesuai, dimulai dengan adanya partisifasi dalam melakukan penyuluhan, karna tidak adanya pendirian terhadap perkembagan penyuluhan. Senada dengan hal di atas Amrullah selaku ketua BUMDES desa Gantarang, wawancara pada tanggal 26 Juli 2019 mengatakan:
“Penyuluhan pendidikan dan penyuluhan kader posyandu secara nyata masih jarang,jadi masyarakt tidak peduli tentang penyuluhan.”.
807 Berdasarkan hasil wawancara di atas disimpulkan bahwa pemgawasan masyarakat secara langsung juga masih jarang sehingga orang-orang yang terlibat dalam kegiatan penyuluhan pendidikan dan penyuluhan kader posyandu. Dari uaraian pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa masyarakat kurang berperan secara aktif dan belum secara aktif melakukan penyuluhan kader posyandu dan penyuluhan pendidikan dan sistem ini di jalan oleh kader posyandu dan Pemerintah Desa.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data tentang pelaksanaan Good Governance di Desa Gantarang maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Good Governance telah diterapkan, namun belum berjalan dengan baik karena pemerintah Desa Gantarang merasa laporan realisasi anggaran dan pertanggungjawaban tidak perlu disampaikan kepada masyarakat. penerapan Responsitas masih belum diterapkan sepenuhnya oleh pemerintah Desa.
Pemerintah Desa Gantarang sudah menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada pemerintah Daerah, namun terkadang laporan pertanggungjawaban tersebut masih belum dapat disampaikan secara tepat waktu. sistem trasnsparansi sudah dijalankan oleh pemerintah Desa Gantarang, namun belum sepenuhnya, karena pemerintah tidak menyampaikan informasi mengenai laporan realisasi kepada masyarakat untuk mengetahui laporan pertanggungjawaban tersebut. Dan masyarakat kurang berperan secara aktif dan belum dapat menjalankan fungsi pengawasan dalam mengawasi pelaksanaan APBDesa di Desa Gantarang.
2. Pelaksanaan Good Governance di Desa Gantarang sudah dijalankan namun belum maksimal, karena pemerintah tidak menyampaikan informasi mengenai laporan realisasi kepada masyarakat untuk mengetahui laporan pertanggungjawaban tersebut. Untuk mengakses laporan tersebut, masyarakat hanya dapat mengakses langsung ke Kantor Desa. Hal ini dikerenakan system pemerintah Desa Gantarang belum menggunakan system online, sehingga masyarakat hanya dapat mengakses lewat kantor Desa.
808 DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Billah M.M.,(1996) Good Governance dan Control Sosial Jakarta: Prisma no. 8 LP3ES,), h. 40.
Congge, Umar dkk. (2012). Pedoman Penulisan Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik Muhammadiyah Sinjai.
Dwipayana, Ari. (2003). Membangun Good Governance di Desa. Yogyakarta:
IRE (Institute f or Research and Empowerment).
DKK, (2001), “Good governance Untuk Daulat Siapa?” Forum LSM DIY, Yogyakarta.
Hardiyansyah. (2011). Kualitas Pelayanan Publik: Konsep, Dimensi, Indikator dan Implementasinya. Yogyakarta: Gaya Media.
Hamzah, ardi (2015), Tata Kelola Pemerintahan Desa Menuju Desa Mandiri, Sejahtra Dan Partisifasi. Surabaya pustaka.
Idup Suhady,dkk. (2005). Dasar-Dasar Good Governance. Jakarta:Lembaga Administrasi Negara
Maleon Lexy J. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya:
Bandung.
IsmailMuhammad (2000) Jurnal Of Good Goverment – JOG volume 4 Nomor 1 Juli Desember 2018
Bondon Gunawan. (2000) Jurnal Of Good Governance – JOG volume 4 nomor 1 Desember 2018
Efendi (2000) jurnal of good governance – JOG volume 4 nomor 1 Juli – Desember 2018
Surasih, Maria Eni. (2006). Pemerintah Desa Emplementasinya. Jakarta:
Erlangga
Sutopo, Wawan. (2015). Mewujudkan Good Village Governance (Analisis Isi Prinsip-Prinsip: Transparansi, Responsivitas, Akuntabilitas, dan Partisipasi Masyarakat dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa). Tesis. Yogyakarta : Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada.
809 Puapitasari, Margarota desi. (2016), Persepsi Masyarakat Terhadap Peranan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa Dalam Perencanaan Apbdesa, Penguatan Kelembagaan , Peningkatan Imfaksruktur Pedesaan, Dan Pengembangan Wilaya Pedesaan.Universitas Sanatadarma Yokyakarta.Skripsi Tidak Sebutkan.
Republik Indonesia (2014), Peraturan Dalam Negri No. 113 Tahun 2014 Tentang Pengololaan Keuangan Desa Permandagri No. 37 tahun 2007 sebagaimana yang telah telah di ubah menjadi permendagri No. 113 tahun 2014.
Jakarta: Sekertaris Negara.
Republik indonesia (2014). Peraturan mentri dalam negara tentang pedoman pembangunan desa permandagri No. 2014. Jarta:sekertaris negara
Ratnawati, Tri. (2006). Potret Pemerintahan Lokal di Indonesia di Masa Perubahan (Otonomi Daerah Tahun 2000-2005). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sholekhan, Moh. (2012). Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Berbasis Partisipasi Masyarakat dalam Membangun Mekanisme Akuntabilitas.
Sug Suhardono, Edi Sedarmayanti.(2007). Good Governance (pemerintahan yang baik) dan Good Corporate Governance. CV. Mandar Maju Syahrul yasin limpo (jurnal ilmu hukum ammana gappa vol 15 no. 2,2007: 131) Sugiyono, (2007), Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta; Bandung.Malang:
Setara Press
Widjaja, AW, (2004).Pemerintahan Desa dan Administrasi Desa Menurut Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1979 (Sebuah Tinjauan).
PT. Raja Grafindo Persada: Jakrta.
YogyWorld Bank, (1992). Governance and Development. Washington DC : World Bank akarta : Gaya Media
Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang No. 6 tahun 2014 Tentang Desa
Undang –Undang No. 5 tahun 1979 Tentang Pemerintah Desa Undang-Undang No. 22 tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah