• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPLORASI SUMBERDAYA ALAM (Biokompos, Bioaktivator, Biochar dan FMA) UNTUK MENGEMBANGKAN TANAMAN PANGAN SISTEM ORGANIK DI LAHAN KERING - Repository UNRAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EKSPLORASI SUMBERDAYA ALAM (Biokompos, Bioaktivator, Biochar dan FMA) UNTUK MENGEMBANGKAN TANAMAN PANGAN SISTEM ORGANIK DI LAHAN KERING - Repository UNRAM"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

i Seminar Nasional MIPA 2017

(2)

ii Seminar Nasional MIPA 2017

ISBN : 978-602-60761-8-2

Dengan Menyebut Nama Allah

(3)

iii Seminar Nasional MIPA 2017

ISBN : 978-602-60761-8-2

PROSIDING

SEMINAR NASIOAL MIPA 2017

TEMA

“Pengelolaan Ekosistem Berwawasan Lingkungan”

Senin, 11 Desember 2017

Safa Marwa Ballroom, Grand Madani Hotel

Mataram, Nusa Tenggara Barat.

Reviewer:

(4)

iv Seminar Nasional MIPA 2017

ISBN : 978-602-60761-8-2

Penerbit UNW Mataram Press

Prosiding

Seminar Nasional MIPA 2017

Tema:

“Pengelolaan Ekosistem Berwawasan Lingkungan”

Penyunting

: Dwi Kartika Risfianty, M.Si dkk

Desain Cover : Tim UNW Mataram Press

Pemeriksa Aksara: Tim UNW Mataram Press

Lay Out

: Tim UNW Mataram Press

Cetakan Pertama : Jumadal Awwal 1439 H/ Januari 2018 M

Penerbit

UNW Mataram Press

Jl. Kaktus No. 1 -3 Mataram

(0370) 641275

[email protected]

Bekerjasama dengan

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Nahdlatul Wathan Mataram

1439/ 2018, xi + 135 hlm

ISBN: 978-602-60761-8-2

(5)

v Seminar Nasional MIPA 2017

ISBN : 978-602-60761-8-2

Artikel pada prosiding ini dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas

untuk tujuan bukan komersil (non profit) dengan syarat tidak menghapus atau mengubah

atribut penulis. Tidak diperbolehkan melakukan penulisan ulang kecuali mendapatkan izin

terlebih dahulu dari penulis.

Seluruh isi dalam prosiding ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab masing-masing

penulis. Jika dikemudian hari ditemukan indikasi plagiasi dan berbagai macam kecurangan

akademik yang dilakukan oleh para penulis maka pihak penyelenggara dan tim penyunting

(editor) tidak bertanggungjawab atas segala bentuk plagiasi dan berbagai macam

kecurangan akademik yang terdapat pada isi masing-masing naskah yang diterbitkan dalam

Prosiding ini. Para penulis tetap mempunyai hak penuh atas isi tulisannya tetapi

mengijinkan bagi setiap orang yang ingin mengutip isi tulisan dalam Prosiding ini sesuai

dengan aturan akademik yang berlaku.

Susunan Panitia Penyelenggara

Advisory committee

(6)

vi Seminar Nasional MIPA 2017

ISBN : 978-602-60761-8-2

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL MIPA 2017

UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN MATARAM

Tema

“Pengelolaan Ekosistem Berwawasan Lingkungan”

DEWAN REDAKSI

Penanggung Jawab

Irfan Jayadi, SP., M.Si

(Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNW Mataram)

Reviewer

Prof. Dr. Ir. I Made Sudantha, M.S

Prof. Dr. Agil Al Idrus, M.Si

Penyunting Pelaksana

Dwi Kartika Risfianty, M.Si

Dwi Novitasari, M.Pd

Leny Fitriah, M.Pd

Irna Ilsa Nuriza, M.Si

Dwi Agustini, M.Pd

Pahrurrozi, M.Pd

Diselenggarakan Oleh :

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Nahdlatul Wathan Mataram

Alamat Redaksi :

(7)

vii Seminar Nasional MIPA 2017

ISBN : 978-602-60761-8-2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas terselenggaranya kegiatan Seminar Nasional MIPA 2017 Fakultas MIPA Universitas Nahdlatul Wathan Mataram. Seminar ini merupakan seminar pertama yang diadakan oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dengan mengangkat tema “Pengelolaan Ekosistem Berwawasan Lingkungan”. Seminar ini diadakan sebagai media edukasi, diskusi, transformasi, dan aspirasi sebagai strategi pengendalian pencemaran ekosistem secara efektif dan efisien, serta dapat memberikan solusi dan membangun tindakan preventif bersama mencegah kerusakan lingkungan.

Seminar Nasional MIPA 2017 ini diikuti oleh berbagai kalangan yaitu siswa sekolah, Bapak/Ibu dosen dari berbagai perguruan tinggi serta dari berbagai instansi pemerintah lainnya. Dalam Seminar ini juga dipresentasikan sejumlah makalah/artikel hasil penelitian yang telah dilakukan dari bidang kajian pengendalian lingkungan, pertanian, pertenakan, limbah kimia, dll.

Disamping itu untuk menambah wawasan tentang Pengelolaan Ekosistem kepada para peserta seminar secara komprehensif, kami mengundang narasumber utama/ Keynote Speaker yaitu:

1. Dr. Ir. Aryo Hanggono, DEA. Staf ahli bidang Ekologi dan Sumber Daya Laut

Kementerian Perikanan dan Kelautan RI

2. Ir. Kemal Amas, M.Sc.Sekertaris Direktorat Jendral Penegakan Hukum Lingkungan Hidup

dan Kehutanan kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI

3. Prof. Dr. Ir. I Made Sudantha, M.S ahli bidang penyakit tumbuhan dari Universitas

Mataram dengan judul makalah “Eksplorasi Sumber Daya Alam (Biokompos, Bioaktivator, Biochar dan FMA) untuk Mengembangkan Tanaman Pangan Sisitem Organik di Lahan Kering”

4. Prof. Ir. M. Taufik Fauzi, M.Sc, Ph.D ahli bidang penyakit tumbuhan dari Program Studi

Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram dengan judul makalah “Mikrobia

untuk Mengendalikan Tumbuhan Pengganggu yang Ramah Lingkungan pada Berbagai Ekosistem”

5. Prof. Julian Heyes BSc (Hons), D.Phil.,PGDip. ahli bidang Postharvest Technology dari

Massey University of New Zealand dengan judul makalah “Sustainability Issues In

Postharvest Handling Of Fresh Products

Makalah-makalah yang terhimpun pada kegiatan Seminar Nasional MIPA 2017 kami sajikan dalam Prosinding Seminar Naional MIPA. Upaya penyuntingan Prosiding ini telah diupayakan sebaik mungkin. Kami menyadari sepenuhnya, bahwa masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan Prosiding ini. Kritik dan saran sangat kami harapkan guna perbaikan pada penerbitan yang akan datang.

Kami selaku panitia mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak dan Ibu Peserta atas partisipasinya khususnya kepada narasumber dan secara seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu terselenggaranya acara Seminar Nasional MIPA 2017 dan terselesaikannya penyuntingan dan penerbitan Prosiding ini. Semoga acara Seminar Nasional MIPA 2017 dan penerbitan Prosiding ini bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 11 Desember 2017

(8)

viii

Uji Organoleptik MP-Asi Biskuit Bayi yang Terbuat Dari Campuran Tepung Pisang

Kepok, Tepung Kacang Tunggak dan Tepung Kelor (Hedonic Test of Weaning Biscuits

from Banana Flour, Moringa Flour and Cowpea Flour) ... 1 – 5

I Made Mega1, I Made Oka Adi Parwata2

Screening Fitokimia dan Aktivitas Antiradikal Bebas Ekstrak Metanol Batang Gaharu

dan Minyak Atsiri Batang Gaharu (Gyrinops versteegii) ... 6 – 11

Wiwi Noviati1, Eryuni Ramdhayani2

Efektivitas Daun Mimba dan Daun Jeruk NipisSebagai Insektisida Kutu Beras

(Sitophilus oryzae) ... 12 – 15

Hermansyah1, Indah Dwi Lestari2, Syafruddin3

Identifikasi Kearifan Tradisional Masyarakat Dalam Pemanfaatan dan Pelestarian Sumberdaya Alam Pesisir (Studi Kasus Masyarakat Pesisir di Desa Bungin,

Kecamatan Alas Kabupaten Sumbawa) ... 16 – 21

Munawir Sazali1, Laili Indana Zulpa2, Ilham Kusuma3, Edwin Pane4

Peran Kanopi Pohon Sebagai Ecosystem Services Berbasis Iklim Mikroterhadap

Kenyamanan Pengendara Motor di Selaparang Kota Mataram ... 22 – 27

Nefi Andriana Fajri1, Muhammad Ali2

Aplikasi Tekhnologi Molekuler Untuk Deteksi Virus Lobster Air Tawar ... 28 – 31

Ria Harmayani1, Dian Oktaviana Said2

Produksi Limbah Tanaman Aren (Arenga pinnata) dan Potensinya Sebagai Pakan di

Kabupaten Lombok Barat ... 32 – 37

Sri Mulyani1, Andi Gusti Tantu2, Wilson Reimas3

Pengaruh Suhu yang Berbeda Terhadap Penyerapan Kuning Telur Larva Ikan Kerapu

Epinephelus fuscoguttatus ... 38 – 42

Aria Dirawan1, Suranto2, Sunarto3

Analisis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Unggulan di Kawasan Hutan

Kemasyarakatan (HKm) Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah ... 43 – 47

I Gde Adi Suryawa Wangiyana 1, Sukardi Malik 2

Eksplorasi Rizosfer Hutan Senaru Sebagai Sebagai Media Tumbuh Bibit Gyrinops

versteegii Dalam Rangka Budidaya Gaharu Berkelanjutan ... 48 – 52

Dahlia Andayani 1, Indah Mayang Sari2

Efek Herba Krokot (Portulaca oleracea, L.) Menurunkan Kadar Glukosa Darah Mencit

dengan Metode Uji Toleransi Glukosa ... 53 – 58

I Nengah Surata Adnyana

Saluran Pemasaran Padi yang Menerapkan Sistem Tanam Jajar Legowo (Kasus

(9)

ix Seminar Nasional MIPA 2017

ISBN : 978-602-60761-8-2 Indra Cahyono

Pengaruh Emulsi Limbah Perut Ikan Terhadap Pertumbuhan Kerapu Tikus (Cromileptis

altivelis) ... 66 – 69

Rahmi1, Jamaluddin Jompa2, Akbar Tahir3, Alexander Rantetondok4

Transmisi Bakteri Acinetobacter sp RA3849 Pada Acropora cervicornis–Suhu Terhadap

Laju Infeksi dan Struktur Morfologi Karang ... 70 – 76

Muhsinul Ihsan1, Trijoko2, Nastiti Widjayanti3

Optimalisasi Bentuk, Ukuran dan Water Stability Pelet Gel Berbahan Baku Lokal Untuk

Mendukung Industri Budidaya Lobster di Indonesia ... 77 – 80

Wahyu Yuniati Nizar1 , Mareta Karlin Bonita2

Asosiasi Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) Pada Tanaman Kehutanan di Areal Hutan Tanaman Rakyat Koperasi Maju Bersama Desa Batu Jangkih Kabupaten

Lombok Tengah ... 81 – 85

I Wayan Sweca Yasa1, Agustono Prarudiyanto2, Soegeng Prasetyo3

Perubahan Komposisi Kimia Dedak Padi Terstabilisasi Gelombang Mikro Selama

Penyimpanan ... 86 – 95

Dahlifa1, Erni Indrawati2, Rofinus Taur3

Kandungan Logam Berat Plumbum (Pb) Pada Hati Kerang Corbiculajavanica di Sungai

Maros ... 96 – 101

Mariani1, Sugiarta2

Pengaruh Air Limbah Rumah Tangga Terhadap PertumbuhanBawang Merah ... 102 – 105

Yuni Mariani1, Ni Made Andry Kartika2, Nevi Adriana Fajri3

Penambahan Bakteri Lactobacillus plantarum Terhadap Kualitas Nutrisi Silase Kulit

Pisang Kepok (Musa paradisiaca L) Sebagai Pakan Ternak ... 106 – 110

Ni Made Andry Kartika1, Yuni Mariani2

Addition Ekstrak Of Rosella (Hibiscus Sabdarifa Linn) As Egg Yolk Subtitution At Extender Base On Tris To Maintain The Quality Of Etawah Crossbreed Buck

Spermatozoa Preservad At 32⁰C ... 111 – 115

Didin Hadi Saputra

Pengelolaan Lingkungan Berbasis ISO ... 116 – 118

Agil Al Idrus

Ekosistem Mangrove Dan Perubahan Paradigma Masyarakat Di Kawasan Pantai

Tanjung Luar Kecamatan Keruak Lombok Timur ... 119 – 130

Agus Sulistyono, Juli Santoso, Hadi Suhardjono, Widiwurjani

Penerapan Teknologi Internal Input dari Kotoran Sapi dalam Pengembangan Potensi

Daerah Melalui Program Akselerasi Inovasi Secara Terpadu ... 131

Muhamad Husni Idris1, Mahrup2, Budi Setiawan3, Fahrudin4

Paradigma Pengelolaan Hutan Lindung Berbasis Masyarakat Dalam Integrasi Tanaman

Serbaguna dan Kayu ... 132

Makhziah, Sukendah, Ida Retno Moeljani, Juli Santoso

Pendugaan Parameter Genetik Mutan Jagung yang Diradiasi dengan Sinar Gamma

(10)

x Seminar Nasional MIPA 2017

ISBN : 978-602-60761-8-2

Suwandi1, Hadi Suhardjono2, Sukartiningrum3

Potensi dan Efektifitas Berbagai Formulasi Pupuk Kotoran Kelinci ... 134

Mahmud1, Chairul Abdi2, Aulia Rahma3

Pengaruh Pra-Perlakuan Adsorpsi Karbon Aktif Terhadap Fouling Membran

Ultrafiltrasi Polisulfon (UF-PSf) Pada Penyisihan Bahan Organik Alami (BOA) Air

Gambut ... 135

I Made Sudantha (Keynote Speaker)

Eksplorasi Sumberdaya Alam (Biokompos, Bioaktivator, Biochar Dan Fma)

Untuk Mengembangkan Tanaman Pangan Sistem Organik Di Lahan Kering ………… 136-150

I Made Sudantha, M. Taufik Fauzi, Suwardji (Pemakalah)

Uji berbagai cara dan dosis aplikasi larutan ekstrak kompos yang difermentasikan

(11)

136

Seminar Nasional MIPA 2017 ISBN : 978-602-60761-8-2

EKSPLORASI SUMBERDAYA ALAM (Biokompos, Bioaktivator, Biochar dan FMA) UNTUK MENGEMBANGKAN TANAMAN PANGAN SISTEM ORGANIK

DI LAHAN KERING

Prof. Dr. Ir. I Made Sudantha, MS.

Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Universitas Mataram

Email: [email protected]

ABSTRAK

Pertanian organik merupakan salah satu model pertanian terpadu berkelanjutan berpotensi untuk dikembangkan baik pada lahan basah maupun lahan kering di NTB. Beberapa komoditas prospektif yang dapat dikembangkan dengan sistem pertanian organik di NTB antara lain tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, tanaman rempah dan obat. Pertanian organik dapat diimplementasikan melalui perbaikan pengharaan tanaman terpadu dan pengelolaan hama dan penyakit terpadu (PHT) biointensif. (1) Pengharaan tanaman terpadu merupakan rekayasa di bidang tanah meliputi: (a) Teknologi daur ulang limbah pertanian menjadi pupuk organik menggunakan mikrobia pengurai seperti bakteri Azospirillum, EM-4 dan jamur Trichoderma. Pupuk organik meliputi pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos. (b) Teknologi pupuk hayati yaitu merupakan inokulan berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman, seperti menggunakan bakteri Rhizobium, jamur Mikoriza, jamur Trichoderma. (c) Keseimbangan pupuk anorganik, yaitu pemberian pupuk anorganik pada porsi yang seimbang dengan pupuk organik. (2) Pengelolaan PHT biointensif merupakan penerapan PHT dengan pendekatan ekologi yang lebih ditekankan pada kondisi yang menguntungkan musuh alami dan merugikan OPT. Ada dua pilihan dalam pengelolaan PHT biointensif, yaitu: (a) Proaktif dengan menerapkan rotasi tanaman dan menciptakan habitat untuk organisme yang bermanfaat. (b) Reaktif dengan pelepasan agens pengendali hayati, pengendalian mekanik dan fisik, dan penggunaan biopestisida atau pestisida biorasional yang berasal dari bahan alami dan mikrobia yang mempunyai spektrum sempit dan aman terhadap lingkungan. Pestisida nabati misalnya nimba, tuba, cengkeh. Pestisida mikroba seperti bakteri Basillus thuringiensis (Bt), jamur Beauveria bassiana (Bb) dan Metarhizium anisopliae (Ma) untuk pengendalian hama, jamur Trichoderma harzianum (Th) dan Gliocladium virens (Gv) untuk pengendalian patogen.

_________________________________________________

Kata kunci: Pertanian organik, biokompos, bioaktivator, biochar, FMA,jamur Trichoderma spp., lahan kering

(12)

137

Seminar Nasional MIPA 2017 ISBN : 978-602-60761-8-2 PENDAHULUAN

Pembangunan bidang pertanian di Indonesia yang sudah dimulai sejak Pelita I telah menunjukkan keberhasilan dengan semakin meningkatnya berbagai hasil tanaman dan semakin banyaknya komoditas yang diusahakan. Sebagai tindak lanjut dari keberhasilan tersebut, maka kebijaksanaan pembangunan pertanian lebih ditekankan pada agribisnis dan agroindustri yang

berwawasan lingkungan, agar tercapai sistem pertanian yang berkelanjutan (sustainable

agriculture).

Pembangunan di bidang pertanian tidak hanya terbatas pada tanaman pangan semata, tetapi juga tanaman hortikultura. Untuk tanaman pangan khususnya beras Indonesia pernah bersuasembada yaitu pada tahun 1984 dan dengan hasil kerja keras kembali berswasembada beras pada tahun 2007, sedangkan perkembangan tanaman hortikultura saat ini sangat pesat sejalan dengan semakin banyaknya permintaan terhadap hasil tanaman hortikultura seperti sayuran, buah-buahan dan tanaman hias.

Pertanian modern yang dibutuhkan masa kini adalah pertanian yang mampu berproduksi tinggi secara terus menerus (berkelanjutan), tanpa merusak lahan dan lingkungan, serta menghasilkan bahan makanan yang sehat dan bergizi.

Konsep pertanian modern berkelanjutan pada dasarnya adalah pengelolaan ekosistem pertanian (agroekosistem), yaitu ditujukan untuk meningkatkan produksi tanaman dengan memperhatikan kelestarian lahan dan sumber daya alam lainnya, kualitas pangan serta kesehatan manusia. Implementasi pertanian modern ini adalah mengoptimalkan pemanfaatan limbah organik

dan mampu berproduksi tinggi serta berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan memiliki tujuan dan

sifat sebagai berikut: (1) Aman dari segi lingkungan, (2) produktif, (3) layak ekonomi, dan (4) secara sosial diinginkan.

Sistem pertanian berkelanjutan dapat dilaksanakan dengan menggunakan empat macam model sistem, yaitu sistem pertanian organik, sistem pertanian terpadu, dan sistem pertanian masukan luar rendah.

Pertanian organik akhir-akhir ini semakin marak dibicarakan karena didasari oleh rasa keprihatinan yang serius terhadap timbulnya berbagai permasalahan pada sebagian besar lahan pertanian akibat penerapan teknik budidaya yang berorientasi pada sistem pertanian anorganik, yaitu penggunaan pupuk dan pestisida kimia secara berlebihan.

Penerapan sistem pertanian anorganik yang lebih mengutamakan penggunaan pestisida dan pupuk kimia, walaupun dapat meningkatkan produksi tanaman secara nyata (untuk sementara waktu), pada kenyataannya menyebabkan kerusakan fisik, kimia dan biologi tanah, yang akhirnya bermuara kepada semakin luasnya lahan kritis dan marginal. Selain itu menimbulkan pencemaran pada tanah dan tanaman, sehingga hasil panen menjadi tidak laku di pasar dunia karena mengandung residu pestisida yang membahayakan bagi konsumen.

Dalam upaya meningkatkan produksi tanaman pangan dan hortikultura baik kuantitas mapun kualitas sudah selayaknya praktek pertanian anorganik ditinggalkan, karena pertanian anorganik sangat bertumpu pada penggunaan masukkan produksi berenergi tinggi dan tidak ekonomis seperti penggunaan pupuk buatan atau pestisida yang berlebihan dan tidak akrab lingkungan.

Bahaya dan dampak negatif praktek pertanian anorganik bagi lingkungan hidup antara lain: (1) terjadinya pencemaran air tanah dan air permukaan, (2) bahaya bagi kesehatan manusia, (3) merugikan dari segi keamanan dan kualitas makanan, (4) terjadinya penurunan keanekaragaman hayati, (5) pembunuhan satwa liar dan serangga berharga lain oleh pestisida, (6) berkembangnya sifat ketahanan berbagai hama dan penyakit terhadap pestisida, (7) pengurangan kadar bahan organik tanah, (8) ketergantungan yang besar terhadap sumber daya alam yang tidak terbarukan, (9) resiko terhadap kesehatan dan keamanan bagi pekerja.

Oleh karena itu dalam rangka pelaksanaan pembangunan ber-kelanjutan cara pendekatan, strategi dan teknologi pertanian anorganik secara bertahap harus dirubah dan diperbaiki menjadi pertanian organik sebagai bagian dari sistem pertanian berkelanjutan. Salah satu unsur yang mendukung terlaksananya sistem ini adalah penggunaan bahan-bahan akrab lingkungan seperti kompos dan biopestisida sebagai pengganti pupuk atau pestisida sintetis.

(13)

138

Seminar Nasional MIPA 2017 ISBN : 978-602-60761-8-2

Untuk mengatasi gangguan fisiologis pada produk-produk pangan dan hortikultura yang akan dipasarkan yang mana kesehatan produksi dan lingkungan sudah menjadi persyaratan utama. Dalam UU No. 12/1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, dalam pengendalian hama dan penyebab penyakit digunakan sistem Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) yaitu diupayakan sebesar-besarnya pemanfaatan unsur alami, sedangkan penggunaan pestisida kimiawi apabila unsur-unsur lingkungan sudah tidak mampu lagi mengendalikan hama dan penyebab penyakit. Dengan demikian, sistem produksi yang ramah lingkungan sebagaimana kecenderungan konsumen di negara-negara maju saat ini dapat dipenuhi.

POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pertanian dengan

memanfaatkan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya

tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan

menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimak-sud meliputi: penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan.

Pendekatan sistem pertanian ber-kelanjutan adalah pendekatan sistem pertanian yang mengintegrasikan agroteknologi baru ke dalam sistem pertanian yang telah ada dengan tujuan

untuk meningkatkan kualitas kehidupan (quality of life). Untuk mencapai tujuan tersebut

diperlukan suatu pendekatan pertanian berkelanjutan yang bersifat proaktif, berdasarkan pengalaman dan partisipatif.

Sistem pertanian berkelanjutan dapat dilaksanakan dengan meng-gunakan empat macam model sistem, yaitu sistem pertanian organik, sistem pertanian terpadu, dan sistem pertanian masukan luar rendah.

Konsep sistem pertanian terpadu adalah mengkombinasikan berbagai macam spesies tanaman dan hewan dan penerapan beraneka ragam teknik untuk menciptakan kondisi yang cocok untuk melindungi lingkungan juga membantu petani menjaga produktivitas lahan mereka dan meningkatkan pendapatan mereka dengan adanya diversifikasi usaha tani.

Pertanian terpadu merupakan sistem pertanian yang selaras dengan kaidah alam, yaitu mengupayakan suatu keseimbangan di alam dengan membangun suatu pola relasi yang saling menguntungkan dan berkelanjutan di antara setiap komponen ekosistem pertanian yang terlibat, dengan meningkatkan keanekaragaman hayati dan memanfaatkan bahan-bahan limbah organik. Peningkatan kaenekaragaman hayati merupakan hal penting dalam menanggulangi hama penyakit, pengurangan resiko, sedangkan pemanfaatan limbah organik perlu untuk menciptakan keseimbangan siklus energi (terutama unsur hara) yang berkelanjutan, serta untuk kepentingan konservasi tanah dan air.

POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK

Pertanian organik merupakan salah satu bagian pendekatan pertanian berkelanjutan, yang di dalamnya meliputi berbagai teknik sistem pertanian, seperti

tumpangsari (inter-cropping), penggunaan mulsa, penanganan tanaman dan pasca panen.

Pertanian organik memiliki ciri khas dalam hukum dan sertifikasi, larangan penggunaan bahan sintetik, serta pemeliharaan produktivitas tanah.

Pertanian organik adalah sistem pertanian yang mampu menyeimbangkan secara alami antara produktivitas dengan berbagai permasalahan dalam produksi pertanian seperti permasalahan hama, penyakit, gulma dan rusaknya lingkungan serta dapat mempertahankan kualitas lahan untuk kepentingan generasi yang akan datang. Dalam prakteknya pertanian organik merupakan sistem bertani yang menghindarkan atau menggunakan seminimal mungkin masukan pupuk anorganik, pestisida, zat pengatur tumbuh, makanan tambahan dengan bahan kimia untuk peternakan,

(14)

139

Seminar Nasional MIPA 2017 ISBN : 978-602-60761-8-2

bahan kimia lain yang mempunyai potensi membahayakan kesehatan. Teknologi yang diterapkan termasuk rotasi tanaman, teknik tanpa olah tanah, penggunaan residu tanaman, pupuk organik, pupuk hayati, pupuk hijau, dan hasil limbah organik pertanian lainnya serta penggunaan batuan alam yang kaya unsur hara.

The International Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM)

menyatakan bahwa pertanian organik bertujuan untuk: (1) menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dengan kuantitas memadai, (2) membudidayakan tanaman secara alami, (3) mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologis dalam ekosistem pertanian, (4) memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah jangka panjang, (5) menghindarkan seluruh bentuk cemaran yang diakibatkan penerapan teknik pertanian, (6) memelihara keragaman genetik sistem pertanian dan sekitarnya, dan (7) mem-pertimbangkan dampak sosial dan ekologis yang lebih luas dalam sistem usaha tani.

Beberapa tahun terakhir, pertanian organik modern masuk dalam sistem pertanian Indonesia secara sporadis dan kecil-kecilan. Pertanian organik modern berkembang memproduksi bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan sistem produksi yang ramah lingkungan. Tetapi secara umum konsep pertanian organik modern belum banyak dikenal dan masih banyak dipertanyakan. Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan pemakaian pestisida sintetis. Dengan makin berkembangnya pengetahuan dan teknologi kesehatan, lingkungan hidup, mikrobiologi, kimia, molekuler biologi, biokimia dan lain-lain, pertanian organik terus berkembang.

Di Indonesia, pertanian organik sudah berkembang sekitar 10 tahun yang lalu, kemudian meningkat pesat sejak terjadi krisis moneter, yang mana sebagian besar saprodi yang digunakan petani melonjak harganya berkali-kali lipat. Petani mulai melirik alternatif

lain dengan model pertanian organik. Melalui proses adaptasi, pertanian organik

mulai mendapat respon yang cukup baik, dengan ditandai oleh bermunculnya kelompok petani organik di berbagai daerah. Di Jawa Tengah, sentra pertanian organik terletak di Klaten, Yogyakarta, Karanganyar, Magelang, dan Kulonprogo. Di Jawa Barat; Bogor, Bandung dan Kuningan. Di Jawa Timur; Malang, serta beberapa daerah di Bali dan NTB.

Provinsi NTB dengan Program PIJAR (Sapi, Jagung, dan Rumput laut) sebenarnya merupakan adopsi dari konsep pertanian terpadu. Dalam usahatani jagung untuk mendapatkan tingkat produktivitas yang tinggi, kualitas yang baik, dan efisien maka penerapan teknologi produksi jagung melalui pendekatan pengelolaan tanaman secara terpadu (PTT-jagung) dengan memadukan berbagai komponen teknologi yang memberikan pengaruh sinergistik. Teknologi produksi yang dimaksud meliputi varietas unggul, benih bermutu, populasi tanaman yang optimal, pengelolaan hara dan air yang efisien, pengendalian jasad pengganggu dan teknologi pasca panen yang sesuai dengan kondisi lahan dan sosial ekonomi petani.

Perubahan paradigma pertanian baru dari pertanian anorganik menuju pertanian organik untuk tanaman lainnya tidak bisa dilakukan secara drastis, apalagi sistem yang ada sudah berjalan dalam kurun waktu cukup panjang dan program paket masih terus berjalan. Dengan demikian di NTB perlu adanya sosialisasi pertanian organik secara bertahap yaitu membangun kembali kesadaran akan pentingnya penggunaan pupuk organik, meluruskan berbagai pandangan yang kurang tepat dan mengembangkan cara penggunaan yang efektif dan efesien serta membangun industri penghasil pupuk organik. Akhir-akhir ini di kota-kota besar terlihat ada kecenderungan bahwa harga hasil tanaman dengan pupuk organik relatif lebih tinggi daripada tanaman dengan pupuk anorganik, sehingga hal ini dapat digunakan sebagai pendorong penerapan pertanian organik.

Meskipun pertanian organik ini masih sedikit diusahakan, akan tetapi pertumbuhannya sangat penting di dalam sektor pertanian. Sebagai gambaran, di Austria dan Switzerland menunjukkan bahwa kebutuhan pertanian organik diperkirakan mencapai lebih dari 10 persen, sedangkan Amerika, Perancis, Jepang dan Singapura meningkat rata-rata 20 persen setiap tahun.

Permintaan akan produk-produk organik merupakan peluang dunia usaha baru baik untuk tujuan ekspor maupun kebutuhan domestik. Beberapa negara berkembangpun mulai memanfaatkan peluang pasar ekspor produk organik ini terhadap negara maju, diantaranya

(15)

140

Seminar Nasional MIPA 2017 ISBN : 978-602-60761-8-2

buah-buah daerah tropik untuk industri makanan bayi ke Eropa, herbas Zimbabwe ke Afrika Selatan, kapas Afrika ke Uni Eropa, dan teh Cina ke Belanda dan kentang ke Jepang.

Umumnya, ekspor produk organik dijual dengan harga cukup tinggi, biasanya 20% tenaga kerja berdasarkan waktunya.

Komoditas pertanian organik yang dapat dikembangkan di NTB dan memiliki potensi pasar yang baik, yaitu:

1. Tanaman Pangan (padi, jagung, kedelai, kacang tanah)

2. Hortikultura sayuran (brokoli, kubis merah, petsai, caisin, cho putih, kubis tunas, bayam

daun, pare, kacang panjang, mentimun).

3. Buah (nangka, durian, mangga, jeruk, anggur dan manggis),

4. Perkebunan (kelapa, jambu mete, cengkeh, pisang, vanili dan kopi),

5. Rempah dan obat (Jahe, kunyit, dan temu-temuan lainnya),

Beberapa kendala yang mungkin dihadapi dalam pengembangan pertanian organik, antara lain:

1. Adanya hama/penyakit “migran” dari kebun/sawah yang non-organik ke organik, sehingga

produktivitas lahan menjadi semakin rendah.

2. Akibat rendahnya produksi tidak bisa mengimbangi permintaan pasar yang ada.

3. Dalam pertanian organik yang murni disyaratkan tanah relatif masih “perawan”, padahal

penelitian menunjukkan bahwa tanah pertanian di Indonesia sudah jenuh fosfat.

4. Pasar terbatas, karena produk organik hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja. 5. Kesulitan menggantungkan pasokan dari alam. Pupuk misalnya, harus mengerahkan suplai

kotoran ternak dalam jumlah besar dan kontinu.

Ada dua model pertanian organik yang dapat diterapkan pada tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan rempah/obat yaitu: model perharaan terpadu dan model pengelolaan hama dan penyakit terpadu (PHT).

MODEL PERHARAAN TERPADU

Model Perharaan tanaman terpadu merupakan rekayasa di bidang tanah, meliputi:

a. Teknologi daur ulang limbah pertanian menggunakan bakteri Azospirillum dan jamur

Trichoderma. Selain itu penggunaan pupuk hijau seperti Sesbania rostrata, Albizia falcataria

dan biomasa Azola. Tanaman-tanaman ini mampu menyuplai nitrogen secara terus menerus.

b. Teknologi Pupuk Hayati: Nitrogen, dengan menginokulasi bakteri Rhizobium, Azotobacter dan

Azospirillum ke dalam tanah dalam bentuk inokulan yang sudah banyak diperdagangkan. Fosfor dengan menginokulasi bakteri/jamur pelarut P atau mikoriza. Penggunaan pupuk kandang baik yang berasal dari ternak ruminan (sapi dan kambing) maupun ternak unggas (ayam dan itik).

c. Keseimbangan Pupuk Anorganik: Dalam praktek sehari-hari, upaya penyuburan tanah tidak

cukup hanya memberikan pupuk organik atau anorganik saja, melainkan kedua-duanya saling dibutuhkan dalam porsi yang seimbang.

(16)

141

Seminar Nasional MIPA 2017 ISBN : 978-602-60761-8-2

MODEL PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU BIOINTENSIF

Pengelolaan hama dan penyakit dilakukan dengan penerapan konsep PHT yaitu dengan mengupayakan sebesar-besarnya pemanfaatan unsur-unsur alami, sedangkan penggunaan pestisida kimiawi dilakukan secara bijaksana apabila unsur-unsur lingkungan sudah tidak mampu lagi mengendalikan hama dan penyebab penyakit.

Teknologi PHT ini pernah diterapkan di Indonesia melalui Inpres No. 3 Tahun

1986 dan berhasil menekan penggunaan pestisida pada tahun 1989. Berkurangnya

penggunaan pestisida ini bukan semata-mata karena pelaksanaan PHT di tingkat petani

berhasil tetapi lebih disebabkan karena pencabutan subsidi untuk pestisida. Penggunaan

pestisida kimiawi dalam teknologi PHT masih dibenarkan yaitu digunakan sebagai

alternatif terakhir apabila teknik-teknik pengenadalian lainnya tidak mampu menekan

populasi OPT.

Dalam upaya lebih memperkecil resiko penggunaan pestisida maka penerapan PHT

konvensional yang telah diuraikan di atas perlu ditingkatkan menjadi PHT

Biointensive

berbasis pertanian berkelanjutan.

Teknologi PHT

Biointensive

pada prinsifnya sama dengan PHT Konvensional,

perbedaannya adalah pendekatan ekologinya lebih ditekankan pada kondisi yang

menguntungkan musuh alaminya dan merugikan OPT dengan cara mendesign ulang

agroekosistemnya dan lebih mengutamakan kesehatan lingkungan secara berkelanjutan.

PHT

Biointensive

sebenarnya merupakan tingkatan yang lebih tinggi dari PHT

Konvensional yaitu pengelolaan OPT dilakukan berdasarkan ekologi OPT. Langkah

pertama yang dilakukan adalah mendiagnosis secara akurat biologi OPT dan organisme

bermanfaat yang berasosiasi dengan OPT dan interaksinya dalam lingkungan usahatani.

Pengetahuan lengkap dari perkembangan OPT yang penting adalah hubungannya fase

lemah dalam siklus hidupnya. Pase lemah dalam siklus hidup ketika OPT peka terhadap

perlakuan pengendalian. Pengelolaan OPT harus sesuai dengan alat dan teknik dari PHT

Biointensive

dalam mengelola beberapa OPT. Sebagai pengganti pestisida kimiawi

digunakan biopestisida atau

biorational pesticide

yaitu formulasi pestisida yang berasal

dari bahan alami dan mikroorganisme.

Biorational pesticide

mempunyai spektrum sempit

dan aman terhadap lingkungan. Pestisida nabati misalnya nimba, tuba, cengkeh. Pestisida

mikroba seperti bakteri

Basillus thuringiensis

(Bt), jamur

Beauveria bassiana

(Bb) dan

Metarhizium anisopliae

(Ma) untuk pengendalian hama, jamur

Trichoderma

harzianum

(Th) dan

Gliocladium

virens

(Gv) untuk pengendalian patogen.

EKSPLORASI SUMBERDAYA ALAM (Biokompos, Bioaktivator, Biochar dan FMA)

Biokompos

Biokompos adalah kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba lignoselulolitik yang tetap bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai agensia hayati pengendali penyakit tanaman

dan agensia pengurai bahan organik (Sudantha & Suwardji, 2013). Sudantha (2009) melaporkan

bahwa penggunaan biokompos hasil fermentasi Trichoderma sp. pada bibit vanili dapat

meningkatkan ketahanan terinduksi terhadap penyakit layu Fusarium dan dapat memacu

pertumbuhan vegetatif bibit vanili. Peran tersebut disebabkan karena jamur Trichoderma sp.

menghasilkan hormon IAA berupa auxin dan giberelin (Dani, 2008).

Kompos hasil fermentasi jamur Trichoderma spp. dapat berfungsi untuk: (1) sumber unsur

hara bagi tanaman dan sumber energi bagi organisme tanah, (2) memperbaiki sifat-sifat tanah, memperbesar daya ikat tanah berpasir, memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga lebih ringan, mempertinggi kemampuan tanah mengikat air, memperbaiki drainase dan tata udara pada

(17)

142

Seminar Nasional MIPA 2017 ISBN : 978-602-60761-8-2

tanah berat sehingga suhu tanah lebih stabil,(3) membantu tanaman tumbuh dan berkembang lebih

baik, (4) substrat untuk meningkatkan aktivitas mikrobia antagonis, (5) untuk mencegah patogen tular tanah.

Jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO-07 dan jamur T. koningii isolat SAPRO-02

diformulasi dalam bentuk bioaktivator (Sudantha, 2010) dan telah didaftarkan ke Kantor Paten Ditjen HKI Kemenkumham RI pada tahun 2013 dengan No. Pendaftaran P00201100717 dan telah diumumkan di Kantor Paten. Demikian pula telah dikembangkan penggunaan kedua jamur antagonis ini sebagai pengurai dalam pembuatan biokompos (Sudantha, 2010).

Sudantha dan Abadi (2006) melaporkan bahwa

Jamur Endofit Trichoderma spp. Isolat lokal

NTB yang diinokulasikan kedalam biokompos efektif menekan jamur Fusarium oxysporum f. sp.

vanillae penyebab penyakit busuk batang pada bibit vanili. Lebih lanjut Multazam dan Sudantha (2010) mengatakan bahwa kompos yang diaplikasikan pada tanaman jagung di lahan kering

dengan pengairan sistem irigasi sprinkel big gun dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil

jagung. Sudantha dan Abadi (1991) mengatakan bahwa penggunaan kompos dan jamur antagonis

dapat menekan serangan jamur Fusarium oxysporum f. sp. lycopersici penyebab penyakit layu dan

dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tomat. Lebih lanjut Sudantha, Kusnarta dan Sudana

(2011) mengatakan bahwa jamur Trichoderma spp. saprofit yang digunakan dalam pembuatan

kompos dan diaplikasikan pada tanaman pisang dapat menghambat terjadinya penyakit layu yang

disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f. sp. Cubense. Sudantha dan Abadi (2006) juga

melaporkan bahwa jamur endoffit Trichoderma spp. isolat lokal NTB efektif mengendalikan jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae pada tanaman vanili.

Jayadi, Sudantha dan Taufik (2018) mengatakan bahwa kompos hasil fermentasi jamur

endofit dan saprofit Trichoderma spp. dapat meningkatkan ketahanan terinduksi beberapa varietas

pisang terhadap penyakit layu Fusarium. Multazam dan Sudantha (2010) mengatakan bahwa

kompos yang diaplikasikan pada tanaman jagung di lahan kering dengan pengairan sistem irigasi

sprinkel big gun dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil jagung. Sudantha dan Abadi (1991) mengatakan bahwa penggunaan kompos dan jamur antagonis dapat menekan serangan jamur

Fusarium oxysporum f. sp. lycopersici penyebab penyakit layu dan dapat meningkatkan

pertumbuhan dan hasil tomat. Sudantha (2010a) jamur saprofit dan endofit Trichoderma spp.

berpotensi digunakan dikembangkan dalam pertanian organik. Sudantha (2010) mengatakan

bahwa selain digunakan sebagai decomposer jamur Trichoderma spp. dapat digunakan sebagai

bahan aktif biofungisida. Lebih lanjut Sudantha (2012} mengatakan bahwa jamur Trichoderma

spp. selain untuk pembuatan biokompos dapat juga digunakan untuk pembuatan bioaktivator dengan teknologi fermentasi. Sudantha (2014) mengatakann bahwa biokompos, biofungisida dan bioaktivator selain untuk menekan penyakit pathogen tular tanah dapat juga untuk memacu pertumbuhan dan meningkatkan hasil tanaman. Sudirman dan Sudantha (2013) mengatakan bahwa

jamur Trichodermaharzianum dapat digunakan untuk fermentasi MOL gula aren dan daun legundi

untuk pengendalian jamur Sclerotium rolfsii dan ulat Spodoptera pada tanaman kedelai.

Sudanthan dan Suwardji (2015) mengatakan bahwa penggunaan biokompos yang disertai

bioaktivator formulasi granula yang difermatasi dengan jamur Trichoderma spp. dapat memacu

pertumbuhan dan meningkatkan hasil kedelai di Lahan Kering. Sudantha dan Suwardji (2016) menjelaskan bahwa penggunaan biokompos dan bioaktivator yang difermatasi dengan jamur jamur

Trichoderma spp. juga dapat memacu pertumbuhan dan meningkatkan hasil bawang merah. Sudantha dan Suwardji (20170 mengatakan bahwa penerapan pupuk organik berupa biokompos

hasil fermentasi jamur Trichoderma spp. bersama petani di Desa Montong Are Kecamatan Kediri

Lombok Barat secara nyata dapat meningkatkan hasil jagung hingga mencapai 8 ton/ha.

Bioaktivator

Bioaktivator yang merupakan inokulan unggul lokal NTB (jamur saprofit T. harzainum

isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04) sebagai pemacu pertumbuhan

dan pembungaan berbagai tanaman (Sudantha, 2010a). Sudantha (2010b) melaporkan bahwa

percobaan di rumah kaca aplikasi jamur T. koningii isolat ENDO-02 dan T. polysporum isolat

ENDO-04 lebih memacu pertumbuhan tinggi tanaman kedelai, sedang jamur T. harzianum isolat

(18)

143

Seminar Nasional MIPA 2017 ISBN : 978-602-60761-8-2

SAPRO-07 dan T. hamtum isolat SAPRO-09 lebih memacu keluarnya bunga lebih awal,

menambah polong isi dan bobot biji kering kedelai per tanaman. Lebih lanjut penggunaan

bioaktivator yang mengandung jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit

T. koningii isolat ENDO-02 telah terbukti efektif mengendalikan penyakit layu Fusarium pada tanaman vanili (Sudantha, 2010), penyakit layu Fusarium pada tanaman kedelai (Sudantha 2011), penyakit layu Fusarium pada tanaman pisang (Sudantha 2009), penyakit layu Fusarium pada tanaman jagung (Sudantha dan Suwardji, 2013), penyakit layu Fusarium pada tanaman kedelai (Sudantha dan Suwardji, 2014) dan penyakit layu Fusarium pada tanaman bawang merah (Sudantha, 2015). Sudantha, Suwardji dan Suwardji (2016) melaporkan bahwa pada percobaan di

rumah kaca penggunaan bioaktivator yang mengandung jamur T. harzianum isolat Sapro-07 dan T.

koningii isolat Endo-02 sebanyak 15 g/pot efektif mengendalikan jamur F. oxysporum f.sp. cepae

pada tanaman bawang merah mencapai 42,26%. Sedangkan penggunaan bioaktivator sebanyak 10 g/pot mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman bawang merah.

Jamur saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. polysporum isolat

ENDO-04 yang digunakan untuk fermentasi bioaktivator dapat berkolonisasi dengan baik dalam bioaktivator formulasi granula yang kemudian diberikan ke dalam tanah. Pada penelitian ini

ditemukan populasi jamur Trichoderma spp. dalam bioaktivator adalah 20,0 x 106 propagul/g

bahan dan di daerah perakaaran tanaman kedelai 15,0 x 106 propagul/g tanah. Hal ini berarti

bioaktivator dengan bahan dasar daun kopi dengan tanah liat/clay merupkan host yang baik untuk

jamur Trichoderma spp. Substrat daun kopi dan tanah liat yang digunakan mengandung bahan

organik yang berperan sebagai stater untuk pembiakan massal kedua jamur ini di dalam tanah.

Menurut Sudantha (2010b) bahwa peran jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04 di dalam

jaringan tanaman kedelai menstimulir etilen dapat memacu pemanjangan sel sehingga

bertambahnya tinggi tanaman, sedangkan jamur saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07 di

rhizosfer atau daerah perakaran tanaman kedelai mengeluarkan etilen yang didifusikan ke tubuh tanaman melalui silem yang berperan memacu pertumbuhan generatif.

Peran jamur endofit dan saprofit Trichoderma spp. dalam memacu pertumbuhan vegetatif

dan generatif tanaman pernah dilaporkan oleh beberapa peneliti terdahulu. Windham et al. (1986)

melaporkan bahwa jamur T. harzianum dapat meningkatkan perkecambahan benih dan

pertumbuhan tanaman. Tronsmo dan Dennis (1977 dalam Cook dan Baker, 1983) melaporkan

bahwa penyemprotan konidia jamur T. viride dan T. koningii untuk melindungi tanaman strawberi

dari penyakit busuk ternyata dapat memacu pembungaan lebih awal. Salisbury dan Ross (1995) mengatakan bahwa dari empat macam auxin yaitu geberelin, sitokinin, asam absisat dan etilen,

diduga etilen merupakan hormon yang dihasilkan oleh jamur Trichoderma spp. yang dapat

memacu pembungaan pada tanaman. Lebih lanjut Salisbury dan Ross (1995) mengungkapkan bahwa beberapa jenis jamur yang hidup di tanah dapat menghasilkan etilen. Diduga etilen yang dilepaskan oleh jamur tersebut membantu mendorong perkecambahan biji, mengendalikan pertumbuhan kecambah, memperlambat serangan organisme patogen tular tanah, dan memacu pembentukan bunga. Pada tumbuhan berbiji semua bagian tumbuhan menghasilkan etilen, baik pada akar, batang, daun dan bunga. Etilen merupakan hormon yang mudah menguap sehingga mudah berpindah dari satu organ tanaman ke organ lainnya. Pengaruh etilen dalam jaringan dapat meningkatkan sintesis enzim, jenis enzimnya bergantung pada jaringan sasaran. Saat etilen memacu gugur daun, sellulase dan enzim pengurai dinding sel lainnya muncul di lapisan absisi. Jika sel terluka, fenilalanin amonialiase muncul, enzim ini penting dalam pembentukan senyawa fenol yang berperan dalam pemulihan luka. Jika jamur patogenik tertentu menyerang sel, etilen menginduksi tanaman untuk membentuk dua macam enzim yang menguraikan dinding sel jamur tersebut, yaitu β-(1,3) glucanase dan chitinase (Boller, 1988 dalam Salisbury dan Ross, 1995).

Sudantha dan Abadi (1991) mengatakan bahwa penggunaan kompos dan jamur antagonis

sebagai biofungisida dan bioaktivator dapat menekan serangan jamur Fusarium oxysporum f. sp.

lycopersici penyebab penyakit layu dan dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tomat.

Sudantha (1994) mengatakan bahwa jamur Trichoderma spp. dapat digunakan sebagai bahan

biofungisida untuk pengendalian penyakit layu Sclerotium dan dapat meningkatkan pertumbuhan

dan hasil kedelai. Sudantha (1996) mengatakan bahwa jamur Trichoderma harzianum sebagai

fungisida mikroba dan bioaktivator berperan dalam pengendalian patogen tular tanah pada tanaman

(19)

144

Seminar Nasional MIPA 2017 ISBN : 978-602-60761-8-2

kedelai pada kondisi lapang. Sudantha (1997) mengatakan bahwa jamur Trichoderma harzianum

sebagai biofungisida dapat mengendalikan patogen tular tanah pada tanaman tomat. Sudantha, (1998) mengatakan bahwa uji multilokasi penggunaan biofungisida “BIOTRIC” (bahan aktif

jamur Trichoderma harzianum) untuk pengendalian Jamur Tular Tanah Pada Tanaman Kedelai di

lahan Sawah dan Lahan Kering Nusa Tenggara Barat. Sudantha (1999) mengungkapkan bahwa

jamur Trichoderma harzianum Sebagai Biofungisida Untuk Pengendalian Patogen Tular Tanah

Pada Tanaman Kedelai dan Tanaman Semusim Lainnya di NTB.

Sudantha dan Abadi (2011) mengungkapkan bahwa beberapa jenis jamur endofit

Trichoderma spp. isolat lokal NTB sebagai biofingisida dan bioaktivator efektif mengendalikan

jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae penyebab penyakit busuk batang pada bibit vanili dan

memacu pemanjangan sulur. Sudantha dan Abadi (2006) mengatakan bahwa beberapa jenis

jamur endofit Trichoderma spp. isolat lokal NTB terhadap Jamur Fusarium oxysporum f. sp.

vanillae penyebab penyakit busuk batang pada bibit vanili. Sudantha (2007) menerangkan bahwa

jamur endofit dan saprofit antagonistik Trichoderma spp. sebagai agens pengendali hayati jamur

Fusarium oxysporum f. sp. vanillae pada tanaman vanili di Pulau Lombok NTB. Sudantha,

Hadiastono, Abadi dan Djuhari (2007) menambahkan bahwa jamur Trichoderma spp. dapat saling

bersinergis dalam mengendalikan jamur F. oxysporum f. sp. vanillae dan meningkatkan ketahanan

terinduksi terhadap penyakit layu. Lebih lanjut Sudantha (2009a) mengatakan bahwa jamur

endofit dan saprofit antagonis Trichoderma spp. dapat sebagai agens pengendali hayati patogen

tular tanah untuk meningkatkan kesehatan dan hasil tanaman.

Sudantha (2009b) mengatakan bahwa jamur Trichoderma spp. (Isolat ENDO-02 dan 04

serta SAPRO-07 dan 09) dapat digunakan sebagai biofungisida, dekomposer dan bioaktivator untuk memacu pertumbuhan dan pembungaan tanaman vanili dan pada tanaman hortikultura dan

pangan lainnya. Lebih lanjut Sudantha (2009c) mengatakan bahwa jamur saprofit Trichoderma

spp. efektif untuk untuk pengendalian jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae pada tanaman vanili. Sudantha (2009d) mengatakan bahwa beberapa isolat jamur Trichoderma spp. endofit antagonistik dapat meningkatkan ketahanan terinduksi beberapa klon vanili terhadap penyakit busuk batang.

Sudantha dan Suwardji (2015a) mengatakan bahwa penggunaan biokompos dan

bioaktivator formulasi granula yang mengandung bahan aktif jamur Trichoderma spp. dapat

meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai di lahan kering. Lebih lanjut Sudantha dan Suwardji (2015b) mengungkapkan bahwa pemberian beberapa formulasi bioaktivator dari bahan dasar

jamur antagonis Trichoderma Harzianum isolat Sapro-07 dan Trichoderma Polysporom isolat

Endo-04 dapat memacu pertumbuhan dan hasil beberapa varietas kedelai. Sudantha dan Suwardji. (2016) mengatakan bahwa penggunaan biokompos dan bioaktivator yang difermentasi dengan

jamur Trichoderma spp. dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil bawang merah. Selanjutnya

Sudantha dan Suwardji (2017) bahwa aplikasi pupuk organik pada tanaman jagung dapat meningkatkan hasil di lahan kering.

Biochar

Biochar atau arang biologis adalah arang hitam hasil proses pemanasan biomassa organik pada keadaan oksigen terbatas (Tunggal, 2009). Hasil penelitian aplikasi biochar limbah arang

tempurung kelapa yang difermentasi dengan jamur saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07 dan

jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04 pada tanaman jagung yang dilakukan di lahan kering

pada dosis 20 ton/ha dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil jagung (Sudantha dan Suwardji, 2015).

Biochar yang telah difermentasi dengan kedua species jamur ini berpengaruh langsung dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Dengan demikian sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang baik dapat meningktkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Pada penelitian ini analisis tanah setelah pemberian biochar menunjukkan bahwa pH tanah meningkat dari 6,0 menjadi 6,2; terjadi peningkatan C organik dari 1,93% menjadi 2,09%; terjadi peningkatan N total dari 0,16% menjadi 0,44%; terjadi peningkatan P tersedia dari 0,46 ppm menjadi 43,86

(20)

145

Seminar Nasional MIPA 2017 ISBN : 978-602-60761-8-2

ppm, terjadi peningkatan K tertukar dari 1,28 M% menjadi 2,68 M%; dan terjadi peningkatan KTK dari 11,25 Me% menjadi 17,67 Me%. Menurut Sukartono dan Utumo (2012) bahwa peningkatan pH tanah pada perlakuan biochar berkaitan dengan bahan baku biochar yang di gunakan yaitu tempurung kelapa yang memiliki tingkat alkalin yang tinggi. Lebih lanjut Priyono (2005) mengatakan bahwa pH tanah berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara karena merupakan salah satu sifat kimia tanah yang penting yang dapat menentukan kualitas tanah sebagai media

tumbuh tanaman. Lehman et al. (2006) mengatakan bahwa peningkatan C-Organik pada perlakuan

biochar disebabkan oleh kandungan C-organik pada biochar memiliki struktur C aromatik yang lebih tahan terhadap dekomposisi, sehingga keberadaan C-Organik pada tanah meningkat bahkan bertahan lama. Menurut Islami (2012) bahwa peningkatan C-Organik tanah berimplikasi terhadap peningkatan kandungan bahan organik didalam tanah dan selanjutnya akan berpengaruh juga terhadap perbaikan kualitas tanah dan keberadaan unsur hara di dalam tanah karena bahan organik tanah merupakan salah satu kunci yang menentukan kesuburan dan produktivitas tanah. Bahan organik merupakan sumber utama beberapa unsur hara tanaman terutama N, P, S dan sebagian besar K. Selanjutnya Priyono (2005) berpendapat bahwa peningkatan nilai KTK pada perlakuan biochar menunjukkan terjadi perbaikan sifat tanah setelah aplikasi karena nilai KTK suatu tanah mempunyai kaitan erat dengan tingkat kesuburan tanah. Selanjutnya Islami (2012) menyatakan peningkatan efisiensi pemupukan terjadi sebagai akibat adanya KTK yang tinggi pada perlakuan biochar sehingga mampu menyerap hara pada pupuk dan selanjutnya memperkecil kehilangan hara karena pencucian. Sukartono (2011) mengatakan bahwa peningkatan kadar N Total pada tanah setelah aplikasi biochar berkaitan erat dengan peningkatan C-Organik didalam tanah. Peningkatan C-Organik didalam tanah tersebut selanjutnya dapat meningkatkan kandungan bahan organik sehingga akan berdampak juga terhadap peningkatan nitrogen di dalam tanah karena salah satu sumber utama nitrogen di dalam tanah adalah bahan organik. Nurida dan Rachman (2012) mengatakan bahwa peningkatan kadar P Tersedia dan K Tertukar ini berkaitan dengan peningkatan pH dan KTK didalam tanah setelah aplikasi biochar tersebut. Nilai KTK tanah dapat menjadi indikator kesuburan tanah dalam hal ini mampu menyediakan unsur hara P dan K didalam tanah bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Sukartono dan Sudantha (2016) melaporkan bahwa penggunaan biokompos dan biochar pada tanaman kedelai dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil serta kesuburan tanah menjadi

meningkat. Menurut Sanuriza, Sudantha dan Fauzi (2016), aplikasi biokompos dan biochar hasil

fermentasi dengan jamur Trichoderma spp. dapat memacu pertumbuhan dan meningkatkan hasil

kedelai di lahan kering sedangkan Apzani, Sudantha dan Fauzi (2014) mengaplikasikan

biokompos stimulator jamur Trichoderma spp. dan biochar tempurung kelapa dapat memacu

pertumbuhan dan hasil jagung di lahan kering. Prayoba, Sudantha dan Suwardji (2017) mengungkapkan bahwa aplikasi biochar tempurung kelapa dan biokompos formulasi butiran dan cairan dapat memacu pertumbuhan tanaman kedelai dan dapat menekan perkembangan penyakit layu.

Fungi Mikoraiza Arbuskular (FMA)

FMA merupakan salah satu anasir hayati tanah yang memiliki kemampuan tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan mikroba tanah

lainnya (Sasli, 2004). Beberapa genus FMA yang umum dijumpai adalah Glomus, Gigaspora,

Acaulospora dan Scutellospora (Brundrett et al., 1996). FMA dapat menghasilkan antibiotik dan memacu perkembangan mikroba saprofitik di sekitar perakaran sehingga patogen tidak berkembang (Liderman,1988). Oleh karena itu, FMA memiliki peran dalam pengendalian penyakit tanaman. Selain itu, FMA juga dapat meningkatkan kadar N, P, Ca, Mg, Fe dan meningkatkatkan

efisiensi penggunaan air, transpirasi dan laju fotosintesis (Sasli, 2004). Sudantha et al. (2016)

melaporkan bahwa pada percobaan di rumah kaca aplikasi kombinasi FMA dan bioaktivator yang

mengandung jamur T. harzianum isolat Sapro-07 dan T. koningii isolat Endo-02 dapat menekan

penyakit layu Fusarium dan meningkatkan pertumbuhan serta hasil tanaman bawang merah.

(21)

146

Seminar Nasional MIPA 2017 ISBN : 978-602-60761-8-2

Sudantha, Fauzi, dan Suwardji (2016) mengatakan bahwa aplikasi fungi mikoriza

arbuskular (FMA) dan bioaktivator (mengandung jamur Trichoderma spp.) dapat menekan

terjadinya penyakit layu Fusarium pada tanaman merah, dapat memacu pertumbuhan dan meningkatkan hasil. Yudhiarti, Sudantha, dan Fauzi (2107) mengatakan bahwa aplikasi FMA

dan bioaktivator formulasi tablet dan cairan yang difermentasi dengan jamur Trichoderma spp.

dapat menekan terjadinya penyakit layu pada tanaman kedelai dan memacu pertumbuhan. Menurut Yusrinawati, Sudantha dan Astiko (2017.), perlakuan FMA dan bioaktivator hasil fermentasi jamur

Trichoderma spp. dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil bawang merah.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat, Rektor Universitas Mataram, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Mataram yang telah memberikan DANA PENELITIAN TIM PASCASARJANA, sehingga bagian dari data penelitian digunakan untuk menyusun makalah ini. Terima kasih juga kepada Rektor Universitas Nahdlatul Wathan Mataram, dan Panitian Seminar Nasional FMIPA Universitas Nahdlatul Wathan Mataram yang telah memberikan kesempatan sebagai KEYNOTE SPEAKER pada Seminar Nasional ini.

REFERENSI

Adie, M. M. dan A. Krisnawati. 2007. Biologi tanaman kedelai, hal 45-73. Di dalam: Wirdoyo,

S.D.Y. Uji Daya Hasil Lanjutan Galur-Galur Harapan Kedelai (Glycine Max (L) Merr.).

Berdaya Hasil Tinggi. Bogor; IPB.

Adisarwanto.T., 2005. Budidaya dengan Pemupukan yang Efektif dan Pengoptimalan Peran Bintil

Akar Kedelai. Bogor: Penebar Swadaya.

Anonim, 1992. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1992 Tentang Sistem

Budidaya Tanaman. Diperbanyak oleh Bagian proyek Peningkatan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Pangan dan Hortikultura Nusa Tenggara Barat, Mataram. 68 hal.

Apzani, W.; I. M. Sudantha; M. T. Fauzi. 2014. Aplikasi Biokompos Stimulator Trichoderma spp.

dan Biochar Tempurung Kelapa Untuk Pertumbuhan dan Hasil Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering. Jurnal Agroteknologi, 2015 - jurnal.unej.ac.id

Arsyad dan Syam. 1998. Kedelai Sumber Pertumbuhan Produksi dan Teknik Budidaya Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian 30 hal. Akses: 20 Janwari 2016

Azwar. 1990. Fisiologi Stres Lingkungan. PAU-IPB: Bogor.

Badan Agribisnis. 1994. Sistem dan Strategi Pengembangan Agribisnis. Badan Agribisnis,

Departemen Pertanian, Jakarta. 28 hal.

Balitbang Pertanian, 2007. Teknologi Produksi Jagung Melalui Pendekatan Pengelolaan Sumber

Daya dan Tanaman Terpadu (PTT)

Bharat, R., R. S. Upadhayay and A. K.Srivastava. 1988. Utilization of Cellulose and Gallic Acid by

Litter Inhabiting Fungi and Its Possible Implication in Litter Decomposition of A Tropical Deciduous Forest, Pedobiologia. Dept. Bot. Banaes Hindu University, Varanasi, India.

BPS, 2011. Data Strategis BPS. Jakarta: CV. Nasional Indah.

BPS, 2014. Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai (ASEM) Berita Resmi Statistik. Badan Pusat

Statistik. Jakarta. Hal 7.

(22)

147

Seminar Nasional MIPA 2017 ISBN : 978-602-60761-8-2

Budiyanto, M.A.K., (2002), Dasar-dasar Ilmu Gizi, Malang: UMM Press. Hal.149.

Darwis. 1992. Potensi Sirih (Piper betleLinn.) Sebagai Tanaman Obat. Warta Tumbuhan Obat

Indonesia.1(1):9–11.

Departemen Pertanian. 2006. Budidaya Kedelai di Lahan Kering. Deptan

(Online).http://agribisnis.deptan.go.id/web/dipertantb/Juklak/budidayakedelai.lk.htm diaksestanggal 18 janwari 2016.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB, 2009. Program Unggulan

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB.

Dufour, R., 2011. Biointensive Integrated Pest Management (IPM). NCAT Agriculture Specialist.

www.attra.ncat.org.

FKIP JATIM, 2000. Pertanian Organik dan Gerakan Petani Sebagai Produsen dan Pengguna

Saprotan Organik. Seminar dan Lokakarya Pengelolaan Sampah Organik Untuk Mendukung Program Ketahanan Pangan dan Kelestarian Lahan Pertanian. Masyarakat Pertanian Organik Indonesia, Malang. 5 hal.

Gardner, F. P., R. B. Pearce, and R. L. Mitchell. 1991. Fisilogi Tanaman Budidaya. Penerbit

Universitas Indonesia.

Grand Strategi Pengembangan Agribisnis Jagung di NTB (2009-2013). Membumikan Jagung

Merebut Pasar;

Herniwati dan Nuppu, B., 2011. Peran dan Manfaatkan Mikro Organisme Lokial (MOL)

Mendukung Pertanian Organik. Buletin No. 5. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan.

Hasanah, U.; N. M. L. Ernawati; I. M. Sudantha. 2016. Uji Campuran Trichoderma Spp Dengan

Ekstrak Fungisida (Kunyit dan Daun Sirih) Terhadap Jamur Fusarium Oxysporum capsici

Penyebab Penyakit Layu Pada Tanaman Cabai. Jurnal Ekosains 8 (3)

Islami, T. 2012. Pengaruh Residu Bahan Organik Pada Tanaman Jagung (Zea Mays L) Sebagai

Tanaman Sela Pertanaman Ubi Kayu (Manihot Esculenta L.). Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya,Malang. Buana Sains Vol 12 No 1:131 136,2012

http://jurnal.unitri.ac.id/index.php/buanasains/article/viewFile/160/161

Juanda, Irfan, dan Nurdiana, 2011. Pengaruh Metode dan Lama Fermentasi Terhadap Mutu MOL

(Mikro Organisme Lokal). J. Floratek 6: 140-143.

Karama, S., A., 2000. Pengelolaan Limbah Organik Untuk Melestarikan Program Ketahanan

Pangan. Seminar dan Lokakarya Pengelolaan Sampah Organik Untuk Mendukung Program Ketahanan Pangan dan Kelestarian Lahan Pertanian. Masyarakat Pertanian Organik Indonesia, Malang. 7 hal.

Kemtan (Kementerian Pertanian). 2009. Rancangan Rencana Strategis Kementerian Pertanian

Tahun 2010-2014. Kementerian Pertanian, Jakarta. 184 hlm.

Pirngadi K., 2009. Peran Bahan Organik dalam Peningkatan Produksi Padi Berkelanjutan

Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Pengembangan Inovasi Pertanian 2(1) : 48-64

Prayoba, U. E.; I. M. Sudantha; Suwardji. 2017. Influence of Coconut Shell Biochar and Dose

Biocompost (Granules and Liquid Form) Fermented with Trichoderma spp. Against Growth and Wilt Disease on Soybean. Proceeding of 2nd ICST 2017. The 2nd International Conference on Science and Technology 2017 “Joint International Conference

on Science and Technology in The Tropic”. Mataram, August, 23th-24th 2017. 442 – 451.

Priyono, J. 2005. Kimia tanah.Mataram University Press. Mataram

Purwasasmita. M. 2009. Mikro organisme Lokal Sebagai Pemicu Siklus Kehidupan. Dalam

Bioreaktor Tanaman. Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia, 19-20 Oktober 2009.

(23)

148

Seminar Nasional MIPA 2017 ISBN : 978-602-60761-8-2

Purwono, L dan Purnamawati. 2007. Budidaya Tanaman Pangan. Penerbit Agromedia. Jakarta.

Rao, N.S.S.2010. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. (Penerjemah Herawati

Susilo). Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Rukmini. 2006. Budidaya dan Pemupukan yang Baik untuk Kedelai. Grafindo. Surabaya.

Sanuriza, I I.; I.M. Sudantha; Fauzi, M.T. (2016). Aplikasi Biokompos dengan Beberapa

Suplemen dan Biochar Hasil Fermentasi Jamur Trichoderma spp. Untuk Memacu

Pertumbuhan Kedelai di Lahan Kering. Biowallacea Jurnal Ilmiah Ilmu Biologi, 2 (1). PP. 6-12. ISSN: 2442-2622

(http://eprints.unram.ac.id/4533/)

Schaller, N., 1993. The Concept of Agricultural Sustainability. Agric.. Ecos. and Env. 46 : 89 - 97.

Setyowati, N., Bustamam, dan M. Derita, 2003. Penurunan Penyakit Busuk Akar dan Pertumbuhan

Gulma Pada Tanaman Selada yang Dipupuk Mikroba. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 5(2):48-57.

Sudantha, I. M. dan A. L. Abadi. 1991. Penggunaan Kompos dan Jamur Antagonis untuk Menekan

Fusarium oxysporum f. sp. lycopersici (Sacc) Snya Hans penyebab penyakit layu pada tomat. Tesis S2 UGM.

Sudantha, I. M. 1994. Potensi beberapa jamur antagonistik sebagai biofungisida untuk

pengendalian penyakit layu Sclerotium pada tanaman kedelai. Laporan Penelitian Didanai Proyek ARMP Deptan. Fakultas Pertanian UNRAM, Mataram, 35 hal.

Sudantha, I. M. 1996. Pemanfaatan jamur Trichoderma harzianum sebagai fungisida mikroba

untuk pengendalian patogen tular tanah pada tanaman kedelai di Nusa Tenggara Barat. Laporan Penelitian Hibah Bersaing.

Sudantha, I. M. 1997. Pemanfaatan Jamur Trichoderma harzianum Sebagai Biofungisida Untuk

Pengendalian Patogen Tular Tanah Pada Tanaman Kedelai dan Tanaman Semusim Lainnya di NTB. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Direktorat Pembinaan Penelitian dan pengabdian Pada Masyarakat Dirjen Dikti.

Sudantha, I. M. 1998. Uji Multilokasi Penggunaan Biofungisida “BIOTRIC” (bahan aktif jamur

Trichoderma harzianum) Untuk Pengendalian Jamur Tular Tanah Pada Tanaman Kedelai di lahan Sawah dan Lahan Kering Nusa Tenggara Barat. Jurnal Penelitian Universitas Mataram Edisi A (IPA) Vol. I (17): 70 - 80.

Sudantha, I. M. 1999. Pemanfaatan Jamur Trichoderma harzianum Sebagai Biofungisida Untuk

Pengendalian Patogen Tular Tanah Pada Tanaman Kedelai dan Tanaman Semusim Lainnya di NTB. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

Sudantha, I. M. 1998. Pemanfaatan Jamur Trichoderma harzianum Sebagai Biofungisida Untuk

Pengendalian Patogen Tular Tanah Pada Tanaman Kedelai dan Tanaman Semusim Lainnya di Nusa Tenggara Barat. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Selama Lima Tahun 1994 - 1998. Fakultas Pertanian Universitas Mataram dengan Dirbinlitabmas Dirjen Dikti.

Sudantha, I. M. 2000. Paket Teknologi Budidaya dan Agribisnis Sayuran Organik. Program

Semi-Que Proyek Peningkatan Manajemen Pendidikan Tinggi Depdiknas. Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Mataram. 34 hal.

Sudantha, I. M. 2000. Produksi Tanaman Hortikultura Berbasis Pertanian Organik dan

Agroindustri. Unit Jasa dan Industri Pertanian Organik Universitas Mataram, Mataram. Sudantha, I. M. dan A. L. Abadi. 2006. Biodiversitas Jamur endofit Pada Vanili (Vanilla planifolia

Andrews) dan Potensinya Untuk Meningkatkan Ketahanan Vanili Terhadap Penyakit Busuk Batang. Laporan Kemajuan Penelitian Fundamenatal DP3M DIKTI. Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Mataram 107 hal.

(24)

149

Seminar Nasional MIPA 2017 ISBN : 978-602-60761-8-2

Sudantha, I. M. 2007. Karakterisasi dan Potensi Jamur Endofit dan Saprofit Antagonistik Sebagai

Agens Pengendali Hayati Jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae Pada Tanaman Vanili di Pulau Lombok NTB. Disertasi Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. 259 hal.

Sudantha, I. M. dan A. L. Abadi. (2007). Identifikasi Jamur Endofit dan Mekanisme

Antagonismenya terhadap Jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae pada Tanaman Vanili. Agroteksos, 17 (1). PP. 23-38. (http://eprints.unram.ac.id/4637/)

Sudantha, I. M. 2009a. Pemanfaatan Jamur Endofit Dan Saprofit Antagonis Sebagai Agens

Pengendali Hayati Patogen Tular Tanah Untuk Meningkatkan Kesehatan Dan Hasil Tanaman. Pengukuhan sebagai Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

Sudantha. I. M. 2009b. Aplikasi Jamur Trichoderma spp. (Isolat ENDO-02 dan 04 serta

SAPRO-07 dan 09) sebagai Biofungisida, Dekomposer dan Bioaktivator Pertumbuhan dan Pembungaan Tanaman Vanili dan Pengembangannya pada Tanaman Hortikultura dan Pangan Lainnya di NTB. Laporan Penelitian Hibah Kompetensi DP2M Dikti, Mataram.

Sudantha, I. M. (2009c). Karakterisasi Jamur Saprofit dan Potensinya untuk Pengendalian Jamur

Fusarium oxysporum f. sp. vanillae pada Tanaman Vanili. Agroteksos, 19 (3). PP. 89-100. ISSN 0852-8286 (http://eprints.unram.ac.id/4638/)

Sudantha, I. M. (2009d). Uji Efektivitas Beberapa Isolat Jamur Endofit Antagonistik dalam

Meningkatkan Ketahanan Terinduksi Beberapa Klon Vanili terhadap Penyakit Busuk Batang. Agroteksos, 19 (1-2). PP. 18-28. ISSN 0852-8286

(http://eprints.unram.ac.id/4641/

Sudantha, I. M. 2010a. Potensi Pengembangan Pertanian Organik sebagai salah Satu Model

Pertanian Berkelanjutan. Makalah Seminar Regional Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering. Program Pascasarjana Universitas Mataram. Mataram.

Sudantha. I. M. 2010b. Buku Teknologi Tepat Guna: Penerapan Biofungisida dan Biokompos

pada Pertanian Organik. Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Mataram.

Sudantha, I. M. (2010c). Pengujian Beberpa Jenis Jamur Endofit dan Saprofit Trichoderma spp.

terhadap Penyakit Layu Fusarium pada Tanaman Kedelai. Agroteksos, 20 (2-3). Pp. 90-102. Issn 0852-8286 (http://eprints.unram.ac.id/4639/)

Sudantha, I.M. 2011. Makalah Seminar Regional Potensi Pengembangan Pertanian Organik

Sebagai Salah Satu Model Pertanian Terpadu Berkelanjutan. Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Mataram.

Sudantha, I. M. 2014. Buku Patogen Tumbuhan Tular Tanah dan Pengendaliannya. Percetakan

Arga Puji Press. Mataram. ISBN: 978-979-1025-56-0. 250 hal.

Sudantha, I. M. 2015. Kiat Mendapatkan Vanili Bebas Penyakit Busuk Batang Menggunakan

Jamur Endofit Antagonis. Percetakan Arga Puji Press. Mataram. ISBN: 978-979-1025-55-3. 128 hal.

Solihah, Z.; I M. Sudantha; Fauzi, M.T. (2016) Utilization of Biomol and Tea Compost Solution

Fermented by The Fungus Trichoderma spp. on The Growth of Soybean (Glycine max (L.) Merr.) in Dry Land. Jurnal simbiosis, IV (2). Pp. 46-49. ISSN 2337-7224 (http://eprints.unram.ac.id/4531/)

Sudradjat. 2006, Mengelola Sampah Kota, Jakarta: Penebar Swadaya.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa Sistem Akuntansi Penerimaan Kas yang terdiri dari prosedur, pihak, fungsi, dan dokumen pada PT Pelabuhan Indonesia I

Untuk mengetahui apakah penggunaan modal pinjaman tersebut memberikan pengaruh yang menguntungkan terhadap rentabilitas modal sendiri, maka diadakan suatu

Upaya Dinas Kesehatan (Farmakmin) dalam memberantas kosmetik berbahaya teregister BPOM khususnya krim wajah telah dilakukan dengan cara mengundang para masyarakat

Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkut ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi dengan obat misalnya salisilat,

Audit sumber daya manusia menekankan penilaian (evaluasi) terhadap berbagai aktivitas SDM yang terjadi pada perusahaan dalam rangka memastikan apakah aktivitas

Fitur-fitur yang dimiliki oleh aplikasi ini adalah, pertama, pengguna dapat mengunggah banyak gambar ke ketiga situs berbagi foto sekaligus, foto yang diunggah bisa berasal dari

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di MTs Menaming seperti yang di uraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa, model Pembelajaran

kode etik dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan ,karena etika telah dijadikan sebagai coporate culture..dengan adanya kode etik secara internemua karyawan