• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Sentaku no Setsuzokushi Aruiwa dan Soretomo dalam Novel Norwei no Mori Karya Haruki Murakami.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Sentaku no Setsuzokushi Aruiwa dan Soretomo dalam Novel Norwei no Mori Karya Haruki Murakami."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGGUNAAN

SENTAKU NO

SETSUZOKUSHI:

ARUIWA

DAN

SORETOMO

DALAM NOVEL

NORWEI

NO MORI

KARYA HARUKI MURAKAMI

Oleh

LUH KOMANG TRI PRADNYANI 1201705003

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

karena berkat asung kertha wara nugraha-Nyalah, skripsi yang berjudul

“Penggunaan Sentaku No Setsuzokushi Aruiwa dan Soretomo Dalam Novel

Norwei No Mori Karya Haruki Murakami” dapat diselesaikan dengan baik.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan

pendidikan S1 pada Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya

Universitas Udayana.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, skripsi ini tidak dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dra. Maria

Gorethy Nie Nie, M.Hum selaku dosen pembimbing pertama, yang dengan penuh

perhatian telah menyediakan waktu serta memberikan dorongan, bimbingan, serta

saran yang berguna dan sangat berarti selama proses penyusunan skripsi ini.

Terima kasih yang sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Ngurah Indra

Pradhana, S.S M.Hum selaku pembimbing kedua yang sejak awal penyusunan

skripsi ini telah banyak menyediakan waktu dan dengan penuh perhatian dan

kesabaran telah memberikan banyak bimbingan dan saran kepada penulis.

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.

PD-KEMD, selaku Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas

(4)

iv

Sutjiati Beratha, MA. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Budaya Universitas

Udayana yang telah mengizinkan penulis untuk mengikuti pendidikan program

sarjana. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih

kepada Ni Luh Putu Ari Sulatri, S.S.,M.Si., selaku Ketua Program Studi Sastra

Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana. Ucapan terima kasih

penulis sampaikan pula kepada Ida Ayu Laksmita Sari, S.Hum.,M.Hum. selaku

pembimbing akademik, serta kepada para dosen penguji skripsi, yaitu I Nyoman

Rauh Artana, S.S.,M.Hum., Ni Luh Kade Yuliani Giri, S.S.,M.Hum., dan Ni

Made Wiriani, S.S.,M.Hum. yang telah memberikan saran, sanggahan, dan

koreksi sehingga skripsi ini dapat terwujud dengan baik. Penulis juga

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh dosen Program

Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana yang telah

memberikan ilmu yang sangat bermanfaat sejak awal perkuliahan sampai saat

penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

seluruh keluarga penulis, khususnya kepada ayah, I Komang Gede Swastika dan

ibu Luh Komang Pastini atas dukungan secara moril dan materiil, kesabaran, doa

dan semangat yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Tidak lupa juga kepada kakak dan saudara-saudara penulis, Luh Putu Eka Suastuti

A.md, S.E. yang selalu memberikan motivasi luar biasa dan semangat selama

proses penyusunan skripsi ini. Dwi Pradnyandari yang selalu memberikan

(5)

dengan dosen, Catur Anggraeni dan Panca Kusuma Wardani yang selalu

memberikan semangat dan menghibur selama penulisan skripsi ini

Terimakasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman angkatan 2012

Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Udayana

yang telah memberikan semangat, bantuan, dan doa selama masa perkuliahan

sampai penulis menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih juga penulis sampaikan

khususnya kepada teman seperjuangan Siska, Prisma, Wahyu, Eka, Arim yang

telah membantu dan memberikan saran kepada penulis. Terimakasih pula penulis

sampaikan kepada yang sangat spesial Agus Harry Kusuma Putra yang sudah

banyak memberikan bantuan dan pengorbanan waktu demi kelancaran

penyusunan skripsi ini. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa senantiasa

melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi

penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis sampaikan permohonan maaf atas

segala kekurangan dan berharap agar skripsi ini dapat menambah informasi dan

memberikan manfaat kepada seluruh pembaca.

Denpasar, April 2016

(6)

vi ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Penggunaan sentaku no setsuzokushi {~aruiwa}

dan {~soretomo} dalam Novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami”.

Penelitian ini terfokus pada pembahasan mengenai struktur dan makna dari

sentaku no setsuzokushi {~aruiwa} dan {~soretomo} pada kalimat-kalimat yang terdapat dalam novel Norwei no Mori volume 5-6 Karya Haruki Murakami.

Teori yang digunakan mengacu pada pendapat dari Makino dan Tsutsui (1995), dan Pateda (2001). Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dan teknik catat, dianalisis dengan metode agih. Hasil analisis disajikan dengan menggunakan metode informal.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sentaku no setsuzokushi aruiwa

dan soretomo dalam membentuk sebuah kalimat dapat digabungkan dengan klausa pertama, digabungkan dengan kalimat sebelumnya, dan dapat digabungkan dengan verba (ichidan doushi, godan doushi, henkaku doushi) dan nomina.

Sentaku no setsuzokushi {~aruiwa} mengandung makna yang menyatakan kemungkinan, dugaan, keraguan, ketidakpastian dan makna yang menyatakan suatu perubahan situasi. Sentaku no setsuzokushi {~soretomo} lebih sering ditambahkan kata [ka] sehingga mempunyai makna yang menyatakan pilihan.

(7)

要旨

こ 論文は 村上春樹 ノル イ 森 小 け 選択 接

続詞 ~あ いは ~そ も 使い方 いう題名 あ 分析

し た して ノル イ 森 5~6 巻 小 いて ~あ いは

~そ も 形 意味 注目した

本研究 使用した理論は 牧野 筒 1994 テ 2010

あ 研究方法は ータ収集 ータ分析 分析結果 そこ らそ

分析結果はインフォーマル 法 提示した

分析 結果 あ いは そ も は一 文を作 中

文節 始 文章 後 構成さ てい そ 動詞 一段動詞 段

動詞 変格動詞 や名詞 組 合わせら こ 示さ た ~あ い

は 意味は可能性 推測 躊躇 不確実 状況 変化 あ そ

も はし し 選択 意味を表す

(8)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ... vi

要旨 ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR SINGKATAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.2 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 4

1.4.2 Manfaat Praktis ... 5

1.5 Ruang lingkup ... 5

1.6 Sumber Data ... 6

1.7 Metode Penelitian ... 6

(9)

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data ... 7

1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 9

2.2 Konsep ... 12

2.3 Kerangka Teori ... 15

2.3.1 Sintaksis ... 16

2.3.2 Semantik ... 19

BAB III STUKTUR DAN MAKNA SENTAKU NO SETSUZOKUSHI 3.1 Struktur Kalimat Bahasa Jepang yang Mengandung Sentaku no Setsuzokushi {~aruiwa}………...26 3.1.1 Penggabungan Verba dengan Sentaku no Setsuzokushi {~Aruiwa}.. ... 26

3.1.2 Penggabungan Nomina dengan Sentaku no Setsuzokushi{~Aruiwa} ... 41

3.2 Struktur Kalimat Bahasa Jepang yang Mengandung Sentaku no Setsuzokushi {~soretomo}………...45

3.2.1 Penggabungan Verba dengan Sentaku no Setsuzokushi {~Soretomo}………45

3.2.2 Penggabungan Nomina dengan Sentaku no Setsuzokushi {~Soretomo}52 BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan…. ………...56

4.1.1 Struktur…. ………...56

4.1.2 Makna…. ………...57

(10)

x DAFTAR SINGKATAN

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR KAMUS

LAMPIRAN

DATA INFORMAN

(11)

DAFTAR SINGKATAN

ADAJG : A Dictionary of Advanced Japanese Grammar.

NBJ : Nihon go Bunkei Jiten

N : Noun

V. inf : Informal form of verb

Adj (i) : I-type adjective

Adj (na) stem/N : Stem of na-type adjective

KOP : Kopula

GEN : Genetif

NOM : Nominatif

TOP : Topik

AKU : Akusatif

BTK. LAM : Bentuk Lampau

BTK. NEG : Bentuk Negatif

BTK. SBG : Bentuk Sambung

(12)

xii BTK. SDG : Bentuk Sedang

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam berkomunikasi digunakan kata-kata yang terangkai menjadi sebuah

kalimat. Untuk menghubungkan atau merangkaikan kalimat atau merangkaikan

bagian-bagian kalimat digunakan kata sambung (konjungsi) yang membuat

kalimat tersebut menjadi lebih mudah dimengerti. Di dalam bahasa Jepang kata

sambung atau konjungsi disebut dengan setsuzokushi. Setsuzokushi adalah salah satu jenis kata yang penting dan sulit untuk dipelajari karena jumlahnya sangat

banyak. Selain itu juga memiliki arti yang hampir sama namun memiliki fungsi

dan cara penggunaan yang berbeda (Mulyadi, 1999).

Dalam bahasa Jepang setsuzokushi dibagi menjadi tujuh macam yaitu,

heiritsu no setsuzokushi, sentaku no setsuzokushi, tenka no setsuzokushi, gyakusetsu no setsuzokushi, joken no setsuzokushi, tenkan no setsuzokushi, dan

setsumei no setsuzokushi (Masao dalam Sudjianto, 1996:101). Setsuzokushi sering dijumpai dalam pemakaian kalimat bahasa Jepang, baik tulisan maupun lisan,

salah satunya setsuzokushi aruiwa dan soretomoyang berarti “atau”. Setsuzokushi aruiwa dan soretomo termasuk jenis sentaku no setsuzokushi yaitu, setsuzokushi

yang menyatakan pilihan antara kata-kata yang disebutkan sebelumnya dengan

(14)

2

dan soretomo memiliki arti atau makna yang terkandung hampir sama, tetapi jika diteliti lagi maka akan muncul perbedaan meskipun sedikit.

Pemahaman tentang penggunaan setsuzokushi dalam sebuah kalimat sangat penting. Jika setsuzokushi dapat digunakan dengan tepat, maka kalimat yang dihasilkan akan terasa lebih hidup atau lebih baik. Namun kenyataannya hal

itu tidak mudah. Masih banyak pembelajar yang melakukan kesalahan dalam

penggunaan setsuzokushi. Dalam penelitian ini difokuskan pada sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami. Berikut adalah contoh kalimat yang menggunakan setsuzokushi aruiwa dan soretomo.

Ikimasuka. Soretomo enkishimasuka.

Pergi atau menundanya?’

‘Hujan telah turun, apa yang akan anda lakukan? Apakah pergi atau menundanya?’

(15)

3

Dari kedua contoh kalimat di atas penggunaan setsuzokushi aruiwa dan

soretomo memiliki arti yang serupa ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Tetapi jika diteliti lebih dalam akan muncul perbedaan secara

sintaksis dan semantik. Untuk lebih jelasnya penelitian ini akan menjelaskan

mengenai penggunaan sentaku no setsuzokushi yang terdapat dalam novel

Norwei no Mori karya Haruki Murakami. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memudahkan pemahaman bagi pembelajar bahasa Jepang khususnya

dalam bidang ilmu linguistik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah struktur kalimat yang mengandung sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo, dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami?

2. Bagaimanakah makna sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo

dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami? 1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini

memiliki dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Kedua tujuan tersebut

dapat dijabarkan sebagai berikut.

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

(16)

4

kepada para pembaca. Di samping itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan ilmiah terutama dalam bidang kajian semantik.

1.3.2 Tujuan Khusus

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan di atas,

maka tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui struktur kalimat yang mengandung sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo, dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami.

2. Untuk memahami makna sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo

dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami.

1.4 Manfaat Penelitian

Suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan dan maksud tertentu pasti

mempunyai manfaat. Begitu pula dengan penelitian ini. Adapun manfaat dari

penelitian ini dapat dijabarkan menjadi dua yaitu secara teoretis dan praktis, yaitu

sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

referensi bagi para pembelajar bahasa Jepang khususnya mengenai penggunaan

(17)

5

acuan bagi penelitian selanjutnya, serta diharapkan dapat menjadi masukan

kepada para pembelajar bahasa Jepang.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui

penggunaan dari sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo bagi pembelajar bahasa Jepang. Dalam bahasa Jepang, sentaku no setsuzokushi aruiwa dan

soretomo memiliki arti yang hampir sama namun berbeda secara struktur dalam kalimat. Hal tersebut kerap kali menyulitkan para pembelajar bahasa Jepang untuk

membedakan dalam penggunaannya. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan

dapat memberi kemudahan dalam memahami struktur kalimat dan makna dari

sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo.

Dengan mengetahui penggunaan sentaku no setsuzokushi aruiwa dan

soretomo, baik penulis maupun pembaca diharapkan dapat menggunakan

setsuzokushi tersebut dengan tepat sesuai konteks dari kalimat sehingga tercipta suasana komunikasi yang baik.

1.5 Ruang Lingkup

Dari permasalahan yang ada, penulis menganggap perlu adanya

pembatasan dalam pembahasan agar permasalahan tidak meluas. Adapun ruang

lingkup pembahasan dalam penelitian ini yaitu mengenai struktur kalimat dan

(18)

6

setsuzokushi aruiwa dan soretomo dibahas dalam contoh kalimat yang diambil dari novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami.

1.6 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer.

Semua data yang dianalisis dalam tulisan ini diambil dari novel asli yang berjudul

Norwei no Mori karya Haruki Murakami jilid pertama dengan tebal 302 halaman terdiri dari lima bab yaitu bab1-5, dan jilid kedua dengan tebal 293 halaman

terdiri dari enam bab yaitu bab 6-11 yang diterbitkan pada tahun 2004 oleh

Kondansha, Tokyo.

1.7 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan tiga tahapan kerja yaitu metode dan teknik

pengumpulan data, metode dan teknik penganalisisan data, serta metode dan

teknik penyajian hasil analisis data. Metode tersebut dapat dijabarkan sebagai

berikut.

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode simak dan teknik catat. Metode simak yaitu metode yang dilakukan

dengan menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993:133). Penggunaan

metode simak dalam penelitian ini yaitu, pertama-tama menyimak penggunaan

bahasa yang mengandung sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo pada novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami. Data-data yang telah terkumpul melalui metode simak kemudian diinventarisasi dengan menggunakan teknik catat

(19)

7

dengan mengklasifikasikan data (Sudaryanto, 1993:135). Penggunaan teknik catat

dalam penelitian ini yaitu, dengan mencatat kalimat yang mengandung sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo yang terdapat pada novel Norwei no Mori

karya Haruki Murakami, setelah data-data terkumpul, dilanjutkan dengan

pengklasifikasian data.

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode agih. Metode agih adalah metode yang alat penentunya adalah

bagian dari bahasa itu sendiri (Sudaryanto, 1993:15). Dalam penelitian ini,

data-data yang mengandung sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo yang terdapat dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami menjadi penentu dari bahasa sasaran dalam penelitian ini. Dilanjutkan dengan teknik dasar dari

metode agih, yaitu teknik bagi. Teknik bagi dilakukan dengan cara membagi

satuan lingual tertentu menjadi beberapa bagian atau unsur-unsur yang

bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual

yang dimaksud (Sudaryanto, 1993:37). Penggunaan dari teknik ini yaitu data-data

yang terkait dengan sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo yang terdapat dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami dibagi satuan kebahasaannya menjadi beberapa bagian yang membentuk satuan lingual,

(20)

8

1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Setelah semua data selesai dianalisis selanjutnya dilakukan penyajian hasil

analisis data. Penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini menggunakan

metode informal. Metode informal yaitu cara penyajiannya melalui kata-kata

biasa berupa tulisan dan tidak menggunakan bentuk angka ataupun bagan atau

statistik (Sudaryanto, 1993:145). Teknik yang digunakan dalam penyajian hasil

analisis data adalah teknik informal, yaitu dengan menyajikan hasil analisis data

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, belum ditemukan hasil

penelitian mengenai analisis penggunaan sentaku no setsuzokushi dalam novel

Norwei no Mori karya Haruki Murakami. Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Anggraini (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Bentuk dan

Perbedaan Makna Uchi ni, Aida ni, dan Kagiri Yang Berfungsi Sebagai

Setsuzokushi dalam novel Ryoma ga Yuku karya Ryotaro Shiba”. Penelitian yang

dilakukan oleh Anggraini membahas mengenai bentuk serta makna yang

terkandung dalam uchi ni, aida ni, dan kagiri dalam novel Ryoma ga Yuku karya Ryotaro Shiba dengan menggunakan teori makna dari Pateda (2001). Metode

yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Anggraini adalah metode

simak dan agih dengan teknik lanjutan berupa teknik catat. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Anggraini menunjukkan bahwa uchi ni, aida ni, dan kagiri yang berfungsi sebagai setsuzokushi dapat digabungkan dengan kata lain dalam bahasa Jepang yaitu, verba, adjektiva, dan nomina. Setsuzokushi tersebut memiliki arti yang hampir sama namun didalamnya mengandung makna yang berbeda.

(22)

10

perubahan yang terjadi pada saat adanya suatu situasi atau tindakan yang terjadi

secara bersamaan. Setsuzokushi kagiri mengandung makna adanya suatu persyaratan agar suatu hal terjadi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang

dilakukan oleh Anggraini adalah menggunakan metode dan teknik penelitian yang

sama yaitu sama-sama menggunakan metode simak dan agih dengan teknik

lanjutan berupa teknik catat, sehingga dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini dengan penelitian ini adalah

terletak pada objek penelitian serta sumber data yang dianalisis. Anggraini

membahas mengenai setsuzokushi uchi ni, aida ni, dan kagiri dalam novel Ryoma ga Yuku karya Ryotaro Shiba sedangkan penelitian ini membahas mengenai

sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami.

Dwita (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Penggunaan

Setsuzokushi ga dan keredomo dalam Novelet Kappa karya Akutagawa

Ryuunosuke”. Penelitian yang dilakukan oleh Dwita membahas mengenai fungsi

dan makna yang terkandung dalam setsuzokushi ga dan keredomo dalam Novelet Kappa dan perbedaan penggunaan setsuzokushi ga dan keredomo dalam Novelet Kappa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode simak dan teknik simak bebas libat cakap dalam pengumpulan datanya, kemudian data

tersebut dianalisis menggunakan metode agih dengan teknik lanjutan yaitu teknik

baca markah, dalam penyajian analisis penelitian ini menggunakan metode formal

dan informal. Dalam penelitian ini, Dwita menggunakan beberapa teori yaitu

(23)

11

1993), teori setsuzokushi keredomo oleh Takayuki (1993), dan teori gramatikal oleh Abdul Chaer (1995). Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Dwita yaitu

setsuzokushi ga dan keredomo memiliki empat fungsi yang sama yaitu menggabungkan dua peristiwa yang berlawanan, menggabungkan dan

menjajarkan dua peristiwa, menyatakan ekspresi, dan menunjukkan kalimat yang

belum selesai. Keredomo memiliki satu fungsi yang tidak dimiliki oleh ga yaitu menyatakan dua hal yang berbeda. Adapun perbedaan ga dan keredomo yaitu, ga

lebih sering digunakan dalam bahasa tulisan jika dibandingkan dengan keredomo.

Selain itu ga dapat digunakan dalam bentuk biasa maupun bentuk hormat sedangkan keredomo tidak dapat digunakan dalam bentuk hormat. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Dwita dengan penelitian kali ini yaitu sama-sama

membahas mengenai setsuzokushi, sehingga dapat dijadikan bahan referensi dalam penelitian ini. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Dwita terletak

pada setsuzokushi yang dibahas dan sumber data yang dianalisis. Penelitian yang dilakukan oleh Dwita membahas mengenai setsuzokushi ga dan keredomo dalam

Novelet Kappa karya Akutagawa Ryuunosuke, sedangkan penelitian ini membahas mengenai sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo dalam novel

Norwei no Mori karya Haruki Murakami.

Purnamasari (2011) melakukan penelitian mengenai fukujoshi bakari

dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Penggunaan Fukujoshi Bakari dalam

(24)

12

bakari yang dikemukakan oleh Naoko Chino dan teori makna kontekstual. Metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh

Purnamasari adalah metode simak dan agih dengan teknik lanjutan berupa teknik

catat. Hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh

Purnamasari adalah bakari memiliki beberapa makna yaitu menunjukkan suatu perkiraan jumlah terendah, menekankan ketunggalan perbuatan oleh kata yang

mendahuluinya, menekankan alasan atau sebab dalam frase bakari ni, dan juga

memiliki arti “tidak hanya…tetapi juga…”. Bakari dapat digunakan setelah verba

bentuk ~ta (bentuk lampau), setelah bentuk ~te iru, dan juga dapat digunakan setelah verba bentuk kamus. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh

Purnamasari dengan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan metode simak

dan agih dengan teknik lanjutan berupa teknik catat. Melalui penelitian yang

dilakukan oleh Purnamasari dapat dipahami metode dan teknik tersebut diterapkan

sehingga dapat dijadikan acuan maupun referensi dalam penelitian ini. Perbedaan

penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari dengan penelitian ini yaitu terletak

pada objek penelitian serta sumber data yang berbeda. Purnamasari membahas

mengenai Fukujoshi Bakari dalam novel 1 Rittoru no Namida karya Aya Kito, sedangkan penelitian ini membahas mengenai sentaku no setsuzokushi aruiwa dan

soretomo dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami.

2.2 Konsep

Dalam penelitian ini dijelaskan konsep-konsep yang dapat mendukung

(25)

13

2.2.1 Setsuzokushi

Dalam bahasa Jepang, setsuzokushi merupakan salah satu jenis kelas kata. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada pengertian setsuzokushi yang dikemukakan oleh para ahli bahasa Jepang sebagai berikut.

接続詞は品詞 一 以上 語 文節 文 を接続す 働 を持

後 述べら 柄 前 述べら 柄 対して う 関

係 あ を示す語

(Setsuzokushi wa hinshi no hitotsu. Futatsu ijo no go, bunsetsu, bun nado o setsuzokusuru hataraki o mochi, ato ni noberareru kotogara ga, mae ni noberareru kotogara ni taishite donoyouna kankei ni aruka o shimesugo).

Setsuzokushi adalah salah satu jenis kata yang memiliki fungsi menghubungkan dua buah kata atau lebih, klausa, kalimat dengan kalimat yang lainnya, akibat dari

kalimat sebelumnya dinyatakan pada kalimat berikutnya, dan kata tersebut

menunjukkan hubungan seperti apa yang ditunjukkan oleh kalimat sebelumnya

(Gendai Kokugo Reikai jiten 1993;703).

Selain itu setsuzokushi adalah kelas kata yang digunakan untuk merangkaikan atau menggabungkan kalimat dengan kalimat, ataupun

merangkaikan bagian-bagian kalimat (Sudjianto, 1996; 100). Sedangkan dalam

bahasa Indonesia, setsuzokushi disebut dengan konjungsi atau kata sambung. Kata sambung adalah kata-kata yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan

(26)

14

Menurut Sudjianto (1996;100) fungsi setsuzokushi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

1. Setsuzokushi digunakan untuk merangkaikan, menjajarkan atau mengumpulkan beberapa kata. Dalam hal ini setsuzokushi dipakai diantara kata-kata tersebut.

2. Setsuzokushi digunakan untuk menggabungkan dua klausa atau lebih di dalam suatu kalimat dan menggabungkan induk kalimat dengan anak

kalimat. Dalam hal ini setsuzokushi diapit oleh bagian-bagian kalimat yang digabungkan tersebut.

3. Setsuzokushi digunakan untuk menggabungkan dua kalimat dan menyatakan bahwa kalimat sebelumnya berhubungan dengan kalimat

berikutnya.

2.2.2 Jenis-jenis Setsuzokushi

Masao dalam Sudjianto (1996:101) mengemukakan bahwa setsuzokushi

dibagi menjadi tujuh jenis, yaitu:

1. Heiritsu no Setsuzokushi

2. Sentaku no Setsuzokushi

3. Tenka no Setsuzokushi

4. Gyakusetsu no Setsuzokushi 5. Joken no Setsuzokushi

6. Tenkan no Setsuzokushi

(27)

15

2.2.3 Sentaku no setsuzokushi

Sentaku no setsuzokushi adalah kata sambung (konjungsi) yang menyatakan pilihan antara kata yang disebutkan sebelumnya dengan

kata-kata yang disebutkan kemudian (Sudjianto, 1996; 102). Setsuzokushi yang menyatakan pilihan ini antara lain; aruiwa, soretomo, matawa dan moshikuwa.

Selain itu Sentaku no Setsuzokushi {~aruiwa} merupakan kunjungsi atau kata sambung yang berfungsi untuk menghubungkan suatu kalimat dengan kata atau

kalimat lainnya (Makino dan Tsutsui, 1994: 16-20).

2.2.4 Verba (doushi)

Verba (doushi) adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang, sama dengan adjektiva-i dan adjektiva-na merupakan salah satu jenis yoogen. Kelas kata ini dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan, atau keadaan sesuatu.

Verba (doushi) dapat mengalami perubahan dengan sendirinya dapat menjadi predikat (Nomura dalam Sudjianto, 2007: 149).

2.2.5 Nomina (meishi)

Nomina (meishi) adalah kata-kata yang menyatakan nama suatu perkara, benda, barang, kejadian atau peristiwa, keadaan, dan sebagainya yang tidak

mengalami konjugasi. Nomina (meishi) disebut juga taigen, di dalam suatu kalimat ia dapat menjadi subjek, predikat, kata keterangan, dan sebagainya (Hirai

dalam Sudjianto, 2007 : 156).

2.3 Kerangka Teori

Teori digunakan untuk memecahkan permasalahan dalam sebuah

(28)

16

sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo yang terdapat dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami mengacu pada pendapat dari Seichii Makino dan Michio Tsutsui (1994). Sedangkan untuk menganalisis mengenai makna dari

sentaku no setsuzokushi, mengacu pada teori makna dari Pateda (2001). 2.3.1 Sintaksis

Sintaksis dalam bahasa Jepang disebut tougoron 統 語 論 atau

sintakusu シ ン タ ク ス , yaitu cabang linguistik yang mengkaji tentang struktur dan unsur-unsur pembentuk kalimat. Bidang garapan sintaksis adalah

kalimat yang mencakup jenis dan fungsinya, unsur-unsur pembentuknya, serta

struktur dan maknanya (Nita,1997:14).

Peranan teori sintaksis dalam penelitian ini yaitu sebagai landasan teori

yang paling utama karena bidang garapan sintaksis mencakup jenis dan

fungsinya, unsur-unsur pembentuknya, serta stuktur dan makna dalam sebuah

kalimat. Untuk lebih jelasnya membahas mengenai struktur kalimat sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Makino dan Michio

Tsutsui (1994) yaitu:

1. Aruiwa

Struktur kalimat yang mengandung sentaku no setsuzokushiaruiwa yaitu: a. N1 あ いは N2

Noun 1 (ka), aruiwa noun 2

(29)

17

Verb 1. informal. ka, aruiwa verb2 informal. ka

Contoh :

Omoshiroi ka, aruiwa tsumarai ka.

‘Menarik atau membosankan.’

(ADAJG, 1994:18)

d.あ いは{ V/adj( i ) inf もし い

Aruiwa {verb/adjektiva (i)} informal (no) kamoshirenai

Contoh :

あ いは{行く/行 た もし い

Aruiwa {iku/itta} (no) kamoshirenai.

‘Mungkin dia akan pergi atau sudah pergi.’

(30)

18

e. あ いは{Adj(na)stem/NO/ た もし い

Aruiwa {adjektiva (na)/noun} {objek/datta (no) } kamoshirenai.

Contoh :

あ いは{元気/元気 た もし い

Aruiwa {genki/genkidatta (no) } kamoshirenai.

Mungkin dia baik-baik saja atau telah membaik.

(ADAJG, 1994:18)

2. Soretomo

Struktur kalimat yang mengandungsentaku no setsuzokushisoretomo

yaitu:

(31)

19

Hujan telah turun, apa yang akan anda lakukan ? apakah pergi atau menundanya?

(NBJ, 1994: 176)

2.3.2 Semantik

Semantik (imiron) adalah salah satu cabang ilmu linguistik (gengogaku)

yang mengkaji mengenai makna. Semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang

makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa:

fonologi, gramatika, dan semantik. Semantik memegang peranan yang sangat

penting karena bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi tidak lain untuk

menyampaikan suatu makna. Objek kajian semantik antara lain makna kata (go no imi), relasi makna antar satu kata dengan kata lainnya (go no imi kankei), makna frase, (ku no imi), dan makna kalimat (bun no imi) (Chaer, 1994: 2).

Pada penelitian ini membahas mengenai makna kata (go no imi), maka teori semantik sangat cocok digunakan. Selain itu untuk menganalisis mengenai

makna yang terkandung dalam sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo

digunakan teori makna dari Pateda (2001). Jika penggunaan bahasa mendengar

kata tertentu, akan dapat dibayangkan benda atau sesuatu yang diacu, dan apabila

penggunaan bahasa membayangkan sesuatu maka akan dapat dikatakan

pengertian dari bayangan yang dimaksud. Hubungan antara pengertian dan

bayangan itulah kemudian oleh Pateda (2001:82) disebut dengan makna. Pateda

(32)

20

1. Makna afektif merupakan makna yang muncul akibat reaksi pengguna

bahasa terhadap pengguna suatu kata atau kalimat, sehingga makna afektif

tersebut sangat berhubungan dengan gaya bahasa itu sendiri.

2. Makna denotatif adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan

atas penunjukkan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang

didasarkan pada konvensi tertentu. Makna denotatif adalah makna apa

adanya, makna sebenarnya dan makna yang tidak digabungkan dengan

faktor lain, baik yang berlaku pada pengguna bahasa.

3. Makna deskriptif disebut juga makna kognitif atau makna referensial,

adalah makna yang terkandung di dalam setiap kata. Makna yang

dimaksud adalah makna yang ditunjukkan oleh lambang itu sendiri, makna

yang masih berlaku sekarang dan berlaku dalam masyarakat pengguna

bahasa.

4. Makna ekstensi adalah makna yang mencangkup semua ciri atau konsep

yang ada pada kata, dan mencangkup semua makna atau kemungkinan

makna yang muncul dalam kata.

5. Makna emotif adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi atau sikap

pembicara terhadap yang dipikirkan atau dirasakan. Hubungan makna

emotif dengan makna kognitif dibedakan berdasarkan hubungan antara

(33)

21

6. Makna gereflekter adalah makna yang muncul akibat sugesti emosional

dan berhubungan dengan kata atau ungkapan tabu, misalnya yang

berhubungan dengan seksual, kebiasaan atau kepercayaan.

7. Makna gramatikal atau juga disebut makna fungsional, makna struktural,

atau makna internal adalah makna yang muncul akibat berfungsinya kata

dalam kalimat.

8. Makna ideasional adalah makna yang muncul akibat pengguna kata yang

memiliki konsep. Pengguna bahasa harus memahami terlebih dahulu ide

yang terkandung di dalam suatu kata sehingga dapat mengetahui

konsekuensi atau hal yang diharapkan yang berlaku dalam kata tersebut.

9. Makna intensi adalah makna yang menekankan pada maksud pembicara.

10. Makna khusus adalah makna kata atau istilah yang pemakaiannya terbatas

pada bidang atau kegiatan tertentu. Makna ini dapat diperoleh dengan

menambahkan suatu kata di depan atau dibelakangnya.

11. Makna kiasan adalah makna kata yang tidak sebenarnya atau tidak sesuai

dengan konsep yang terdapat di dalam suatu kata. Makna kata banyak

terdapat di dalam idiom, peribahasa dan ungkapan.

12. Makna kognitif atau sering disebut dengan makna deskritif atau makna

referensial adalah makna yang ditujukan oleh acuannya, makna unsur

bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek

(34)

22

Makna kognitif dibedakan menjadi denotasi kata (hubungan antara kata

dengan benda atau hal yang diacu), dan konotasi kata (hubungan antara

kata dengan karakteristik tertentu).

13. Makna kolokasi adalah makna yang berhubungan dengan pengguna

beberapa kata di dalam lingkungan yang sama. Walaupun terdapat

beberapa kata yang memiliki makna yang sama atau mirip, namun

penggunaannya harus sesuai dengan objek atau situasi, sehingga setiap

kata memiliki keterbatasan dalam pemakainnya. Keterbatasan tersebut

terletak pada unsur yang membentuk kata atau urutan kata, tingkat

kecocokan kata, dan ketepatannya.

14. Makna konotatif adalah makna sebuah atau sekelompok kata yang

didasarkan atas pikiran atau perasaan yang timbul pada pengguna bahasa.

15. Makna konseptual atau disebut juga makna denotatif adalah hal yang

esensial di dalam suatu bahasa dan dapat diketahui setelah dihubungkan

atau dibandingkan pada tataran bahasa.

16. Makna konstruksi adalah makna yang terdapat dalam konstruksi

kebahasaan.

17. Makna kontekstual adalah makna yang muncul akibat hubungan antara

ujaran dan konteks baik berupa konteks orangan, konteks situasi, konteks

(35)

23

konteks waktu, konteks tempat, konteks objek, konteks alat kelengkapan

bicara, dan konteks bahasa.

18. Makna leksikal atau disebut juga makna semantik atau makna eksternal

adalah makna suatu kata ketika makna tersebut berdiri sendiri baik dalam

bentuk leksem atau bentuk berimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap

atau sama dengan yang terdapat di dalam kamus.

19. Makna lokusi adalah makna yang timbul karena suatu topik dikaitkan

dengan suatu keterangan dalam suatu ujaran.

20. Makna luas menunjukkan bahwa makna yang terkandung pada sebuah

kata lebih luas dari apa yang telah dipertimbangkan. Makna luas dapat

dibatasi dengan membuat spesifikasi yang dapat dilakukan dengan cara

menambahkan unsur kata baik di depan maupun di belakang unsur kata

tersebut. Dalam sistem tulis pembatasan dapat dilakukan dengan

memanfaatkan ejaan secara benar, dan dalam bahasa lisan dapat dilakukan

dengan memanfaatkan unsur - unsur non kebahasaan misalnya lambaian

tangan.

21. Makna piktorial adalah makna yang muncul akibat bayangan pendengar

atau pembaca terhadap suatu kata.

22. Makna proporsional adalah makna yang muncul jika pengguna bahasa

membatasi pengertiannya terhadap sesuatu. Makna ini biasanya

(36)

24

23. Makna pusat atau makna inti adalah makna yang dimiliki setiap kata

walaupun kata tersebut tidak berada di dalam konteks kalimat.

24. Makna referensial adalah makna yang langsung berhubungan dengan

acuan yang ditunjuk oleh kata.

25. Makna sempit atau disebut juga makna khusus adalah makna yang

berwujud sempit pada keseluruhan ujaran. Untuk mempersempit makna,

pengguna bahasa harus memperluas kata.

26. Makna stilistika adalah makna yang timbul akibat pemakaian bahasa.

27. Makna tekstual adalah makna yang timbul setelah membaca teks secara

keseluruhan, sehingga makna tekstual sangat berhubungan dengan bahasa

tertulis.

28. Makna tematis dapat dipahami setelah dikomunikasikan oleh pengguna

bahasa baik melalui kata-kata, fokus pembicara, maupun penekanan

pembicaraan.

29. Makna umum adalah makna yang luas pengertiannya dan mencakup

secara keseluruhan.

Dari beberapa makna yang termasuk dalam kajian semantik, teori makna

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori makna gramatikal. Makna

gramatikal adalah makna yang muncul akibat berfungsinya kata dalam kalimat

(37)

25

sebagai konjungsi disesuaikan dengan makna gramatikal agar tidak menimbulkan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan lanjutan dari Bagan dan Road Map Penelitian sebelumnya yaitu: Model Knock Down Sistem Semi Ploating media Sphagnum Moss, namun masih perlu

Dilaporkan juga bahwa doping erbium (Er 3+ ) pada kaca zinc–tellurite dapat menaikkan daya emisi karena hanya memerlukan energi phonon yang rendah.Untuk pengembangan lebih

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 566/KMK.04/1999 tentang Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan yang Usaha Pokoknya Melakukan Transaksi Penjualan atau

Pengetahuan ilmiah ini secara terus menerus dikembangkan dan dikaji manusia secara mendalam, sehingga melahirkan apa yang disebut filsafat ilmu (philosophy of

Mengingat yang kita sembah adalah Dzat yang maha Suci, maka tempat (masjid, musholla) yang kita gunakan untuk beribadah harus dijaga kesuciannya dari najis. Jika ini sudah

Sedangkan dimensi keterandalan (reliability), kecepat-tanggapan (responsiveness), dan jaminan (assurance) mempunyai nilai CSI yang sama yaitu 0,92. Nilai CSI rata-rata dari

Penelitian tentang nilai-nilai dalam ungkapan tradisional masyarakat Ciacia di Kabupaten Buton memberikan gambaran atau pencerminan tentang kepribadian masyarakat

Fenologi tanaman yang meliputi waktu muncul bunga (Bunga), waktu pemangkasan (Pangkas), waktu panen akhir (PA), lama wak- tu dari berbunga sampai panen akhir (Bunga- PA),