• Tidak ada hasil yang ditemukan

Residu Antibiotika pada daging ayam import dari Brasil dan Amerika yang Masuk Melalui Stasiun Karantina Dili Timor Leste.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Residu Antibiotika pada daging ayam import dari Brasil dan Amerika yang Masuk Melalui Stasiun Karantina Dili Timor Leste."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

i

TESIS

RESIDU ANTIBTIOTIKA PADA DAGING AYAM

IMPOR DARI BRASIL DAN AMERIKA YANG

MASUK MELALUI STASIUN KARANTINA DILI

TIMOR LESTE

MANUEL DA COSTA NIM: 1492361012

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

ii

RESIDU ANTIBTIOTIKA PADA DAGING AYAM

IMPOR DARI BRASIL DAN AMERIKA YANG

MASUK MELALUI STASIUN KARANTINA DILI

TIMOR LESTE

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada program Magister, Program Studi Kedokteran Hewan Program Pascasarjana Universitas Udayana

MANUEL DA COSTA NIM: 1492361012

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

iii

Lembaran pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 02 JUNI 2016

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. drh. Hapsari Mahatmi, MP Prof.Dr.drh. I Ketut Puja, M.Kes

NIP. 19600605 1987022 001 NIP. 19621231 198903 1 315

Mengetahui

Ketua Program Studi Kedokteran Hewan Direktur

Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana,

(4)

iv

PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS

Tesis Ini Telah Diuji Pada

Tanggal 02 Juni 2016

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

No 2398/UN 14.4/HK/ 2016 tanggal 02 Juni 2016

Ketua : Dr. drh. Hapsari Mahatmi, MP

Anggota :

1. Prof. Dr. drh. I Ketut Puja, M.Kes

2. Prof. Dr. drh Nyoman Sadra Dharmawan, MS

3. Prof. Dr. drh. I Ketut Berata, M. Si

(5)

v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Manuel da Costa

Nim : 1492361012

Program Studi : Kedokteran Hewan

Judul Tesis : Residu antibtiotika pada daging ayam impor dari Brazil dan Amerika yang masuk melalui Stasiun Karantina Dili Timor Leste

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat. Apa bila

dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia

menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No 17 Tahun 2010 dan peraturan

Perundang-Undangan yang berlaku.

Denpasar 02 Juni 2016

Yang membuat pernyataan

(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis Manuel da Costa lahir di Kecamatan Quelicai Kabupaten

Baucau 14 April 1977 di Timor Leste. Pada saat itu Timor Leste masih

bergabung dengan Pemerintah Republik Indonesia sebagai propinsi yang ke 27.

Penulis merupakan anak tunggal yang tinggal hidup dari 5 bersaudara yang

almarhum dari ibu Aurelia Soares (Alamarhum) dan bapak Mateus da Costa

(Almarhum) di Quelicai Timor Leste .

Penulis menempuh pendidikan sekolah, SD, SMP, SMA dan Perguruan

Tinggi pada waktu masih di bawah pemerintahan Indonesia yaitu Sekolah Dasar

Swasta di SD St. Domingus Savio Laisorulai tahun 1984 dan tamat 1990,

melanjutkan ke Sekolah Menengah Tingkat Pertama SMP di SMP swasta Sta.

Therezina Quelicai 1990 sampai 1993, kemudian melanjutkan lagi ke Sekolah

Menengah Tingkat Atas SMA di SMA Swasta St. Antonio Baucau pada tahun

1993 sampai tahun 1996. Melanjutkan ke Perguruan Tinggi di Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 1996 dan

menjadi dokter hewan pada tahun 2004

Pada tahun 1999 Timor Leste berpisah dari Indoensia dan menjadi

negara merdeka sendiri di bawah misi perserikatan bangsa-bangsa ( PBB).Pada

tahun 2004 penulis diterima bekerja di Kementerian Pertanian dan Perikanan

pemerintah Timor Leste di Direktorat Nasional Karantina dan Biosekuriti Timor

Leste. Penulis pernah menjabat sebagai Kepala Departemen Karantina Hewan

Timor Leste selama tujuh tahun dari tahun 2008 sampai 2014. Kemudian

penulis di terima menjadi mahasiswa S2 Program Magister, Program Studi

Kedokteran Hewan Program Pasacasarjana di Universitas Udayana pada tahun

2014. Penulis kemudian melakukan penelitian di Laboratorium Nasional

Diagnostik Veteriner Level 2 di ibu kota Dili Timor Leste dengan judul “ Residu

Antibitiotika pada Daging Ayam Impor dari Brazil dan Amerika yang Masuk

(7)

vii

Penelitian ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Kedokteran Hewan pada Program Magister Program S2 Kedokteraan

(8)

viii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa ( Bapak, Putra

dan Roh Kudus) Allah Bapak Pencipta Langit dan Bumi dan segala isinya baik

yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan yang memberikan karuniaNya

sehingga penulisan tesis ini dapat di selesaikan. Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. drh. Hapsari Mahatmi, MP. selaku

Pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan,

semangat, bimbingan, saran dan pendampingan penelitian penulis ke Timor Leste

dan selama penulis meneyelesaian tesis ini.

Terima kasih sebanyak-banyaknya pula penulis sampaikan kepada Maha

Guru Prof. Dr. drh. I Ketut Puja, M.Kes selaku Pembimbing II yang penuh

perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis

saat penelitian sampai ikut pendampingan ke Timor Leste pada saat penelitian

dan penulisan tesis ini.

Ucapan terima kasih ditujukan kepada Maha Guru Rektor Universitas

Udayana Prof. Dr. dr. I Ketut Suastika SpPD. (KEMD) atas kesempatan dan

fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga

di tujukan kepada Maha Guru Direktur Program Pasca Sarsajana Univeritas

Udayana Prof. Dr.dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan

kepada penulis untuk menjadi Mahasiswa Program Magister pada Program

Pascasarjana Universitas Udayana. Ucapan terima kasih khusus juga di tujukan

kepada Maha Guru Wakil Rektor I Prof. Dr. Drh. I Made Damriyasa, MS yang

telah memberikan dukungan kepada penulis selama mengikuti Program Studi S2

di Kedokteran Hewan Program Pasacasarjana Universitas Udayana.

Terima kasih penulis sampaikan juga kepada Maha Guru Prof. Dr. drh. I

Ketut Puja, M.Kes selaku Ketua Program Studi S2 Kedokteran Hewan Program

Pasacasarjana Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan untuk belajar

(9)

ix

Ucapan terima kasih yang sebesar – sebesarnya penulis sampaikan kepada

para penguji tesis ini yaitu Maha Guru. Prof. Dr. drh Nyoman Sadra Dharmawan,

M.S., Maha Guru Prof. Dr. drh. I Ketut Berata, M. Si, dan Guru Dr. drh. I Wayan

Sudira, M.Si sebagai team penguji tesis ini yang telah memberikan masukan

saran, perbaikan dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini. Ucapan

Terima kasih tulus juga penulis sampaikan kepada para dosen yang telah

membimbing penulis selama mengikuti pendidikan Program Magister pada

Program Studi S2 Kedokteran Hewan Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Pada kesempatan ini secara khusus penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada Bapak Mantan Menteri Pertanian dan Perikanan Timor Leste

periode 2014 Bapak Mariano Assanami Sabino, Bapak Menteri Pertanian dan

Perikanan Timor Leste periode 2015 – 2017 Bapak Estansilau Alexio da Silva,

Bapak Wakil Menteri Pertanian dan Perikanan Timor Leste Bapak Marcus da

Cruz yang telah memberikan rekomendasi, memberikan dukungan dan

memberikan beasiswa kepada penulis sehingga dapat melanjukan studi di

Program Magister, Program Pascasarjana S2 Kedokteran Hewan di Universitas

Udayana.

Terima kasih banyak juga ditujukan kepada Bapak Mantan Direktur

General MAP periode 2014 -2015 Bapak Lourenco Borges Fontes, Sekretaris

General MAP Periode 2015 – 2017 Bapak Sezar da Cruz, Bapak Direktur

General Peternakan dan Kesehatan Hewan Bapak Drh.Antonino Dukarmo, Ibu

Direktur Nasional Kesehatan Hewan Ibu Drh. Juanita Joon, Bapak Kepala

Departemen Laboratium Nasioanal Diagnostik Veteriner Bapak Drh. Feliciano da

Concecao beserta Staffnya yang semuanya telah memberikan perhatian dan

mendukung dalam proses pelaksaan penelitian yang berhasil di Timor Leste.

Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak mantan Direktur Nasional

Karantina dan Biosekuriti Timor Leste Periode 2013 -2015 Bapak Rui Daniel de

Carvalho, Bapak Jose Alfalino dan Bapak Direktur Nasional Karantina Timor

Leste Periode 2015-2017, Bapak Valente Quintao dan Bapak kepala departemen

Karantina Hewan Timor Leste, Bapak Nelson de Castro Ruas, Bapak Izalde

(10)

x

Agusto, dan semua staff departemen lain di DNQB yang saya tidak bisa sebut

satu persatu (Maria, Ana, Sinta, Agar) yang telah mendukung memberikan

fasilitas administrasi, peralatan, kantor dan laboratorium sehingga dapat

terlaksananya penelitian yang berhasil di Timor Leste.

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada teman – teman seprofesi

Asosiasi Medik Dokter Hewan di Timor Leste (AMVTL) drh. Rui, Alipio,

Alberto, Domingus, Antonino, Juanita, Mario, Felis, Maria joana, Adelia, Dr.

Acasio dan Rahel) yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis

dalam menyelesaikan tesis ini.

Secara khusus juga penulis ucapkan terima kasih kepada Direktur dan

Manajer Super Market (Kmanek Super Market, Dili - Mart, Lita Store dan Happy

Market yang telah memberikan kesempatan untuk mengambil sampel untuk

Penelitaan dan Penulisan Tesis ini. Terima kasih juga di sampaikan kepada

teman – teman Mahasiswa dari Timor Leste di Bali Drh. Mario, Venancio,

Celestino, Domingus, Fransisco, Antonio, Carlos, Lucio, Agustino, Manuel,

Desio, Ida dan Teman – teman, S2 FKH, Lita, Cita, Dayu, Windu, Bontan, Gali,

Yuli, Ayu, Mara, Mike, yang dalam suka maupun duka dalam proses mengikuti

Program Magister S2 Pascasarjana Program Studi Kedokteran Hewan di

Universitas Udayana dalam penelitian dan penulisan tesis ini sampai selesai.

Terima kasih juga kepada teman saya di ruang Adorasi, Krisik, Lazarus,

Luis, Ibu Santi, Marta, Bu Agun, Pak Johon yang bersama Roh Kudus di Gereja

Kategral Roh Kudus Denpasar Renon yang menjadi teman berdoa untuk

penguatan iman dan mental sehingga dengan sabar bisa melakukan penelitian dan

penulisan tesis ini sampai selesai.

Pada kesempatan yang terakhir ini penulis ucapakan terima kasih kepada

keluarga saya, istri tercinta Anna Fransisca Danar Susanti, anak – anak saya

tersayang ( Mariano Susanto da Costa, Aurelia Cicilia da Costa, Novania Putri da

Costa ), mertua saya di Kediri Bapak Ignatius Soetemo, Ibu Maria Sutarti yang

secara sabar memberikan dukungan secara moril dan materil selama penulis

mengikuti Program Magister Program Pascasarjana S2 Kedokteran Hewan di

(11)

xi

saya, kakak Lourenco Gusmao, kakak saudari perempuan Therezina, saudari dan

saudara saya, Agusta, Inasio, Rinaldo, Rosita, Arlindo, Olivio, Maculada,

Lourenco, Amelia, Joao Carlos, Maria, Felomena, Manuel Carlos, Tiu Paulino,

Tiu Marcelino, Tiu Luis, Tia Maria, Januraio, Manistro dan semua keluarga yang

penulis tidak sebut satu persatu yang telah mendukung, membantu dan

meperhatikan keluarga saya selama saya mengikuti S2 di Univesitas Udayana.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa (Bapak, Putra dan Roh Kudus) selalu

melimpahkan anugrahNya kepada penulis dan keluarga, serta semua pihak yang

telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) merupakan negara yang baru

mulai tumbuh, Negara belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan bahan pangan

untuk rakyatnya. Sampai saat ini negara masih mengandalkan import dari luar

negeri khususnya untuk kebutuhan protein asal hewan seperti susu, daging dan

produk olahan asal hewan lainnya. Beberapa negara importir diantaranya adalah

dari Brazil dan Amerika dengan jumlah rata-rata lebih 180.000 kg /bulan

(Laporan Stasiun Karantina Timor Leste, 2009).

Masalah keamanan pangan (food safety) merupakan perioritas bagi WHO,

FAO, OIE, dan Codex Alimentarius untuk berperan dalam kesehatan masyarakat

dunia. Negara wajib menyediakan bahan pangan yang aman bagi masyarakat

(FAO/WHO, 2010 ). Hal ini juga harus menjadi perhatian khusus bagi pemerintah

Timor Leste khususnya tentang program ketahanan pangan (food securitiy) dan

keamanan pangan (food safety).

Residu antibiotika pada bahan asal hewan, seperti daging sapi, babi dan ayam

sampai saat ini masih merupakan masalah di beberapa negara seperti Vietnam

dilaporkan adanya residu sebesar 150-450 μg/kg pada 17,5 % dari jumlah

sampel yang diperiksa (Yamaguchi et al, 2015). Buket, et al (2013) melaporkan

bahwa di Turki ditemukan (45.7%) dari daging ayam lokal yang diperiksa positif

mengandung residu quinolon. Di Vietnam juga ditemukan adanya residu

tetrasiklin 8 % di dalam danging ayam (Nhiem at al, 2006) dan di India

dilaporkan juga ditemukan residu antibiotika tertrasiklin 18 % di dalam muskulus

daging ayam (Ramakant, et al, 2014). Brasil merupakan salah satu negara dengan

produksi ternak unggasnya yang baik, namun masih menghadapi kendala terutama

penyakit. Permasalahan peternakan unggas di Brasil adalah masih adanya kasus

endemik salmonellosis dan kolibaccilosis (Patricia, 2013). Selain itu bahkan

Amerika juga menghadapi masalah tentang residu antibiotika pada produk

(13)

2

Beberapa penelitian tentang kasus ini telah dilaporkan (Cabelo, 2006;

Ezenduka et al, 2014; Ramakant, et al. 2014). Dampak dari residu antibiotika

akan menjadi sangat serius terhadap kesehatan konsumen, karena manusia yang

mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung residu antibiotika dalam

jangka panjang akan mengalami resistensi antibiotika dengan timbulnya reaksi

hipersensitif mulai dari yang ringan sampai parah (Phillips et al. 2004; Crawford,

1994).

Sampai saat ini Timor Leste belum mempunyai peraturan tentang residu

antibiotika pada bahan makanan asal hewan. Sebagai tindakan perlindungan pada

masyarakat maka perlu dilakukan penelitian tentang residu antibiotika pada bahan

(14)

3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah yang

ada, adalah seberapa besar residu antibiotika fluoroquinolon dan tetrasiklin dalam

daging ayam yang diimpor dari Brazil dan Amerika yang masuk melalui Stasiun

Karantina di Dili Timor Leste

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat residu antibiotika

pada daging ayam impor yang masuk melalui Stasiun Karantina di Dili Timor

Leste

1.4 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini nantinya merupakan data base yang sangat penting

sebagai dasar kebijakan bagi pemerintah RDTL terkait dengan keamanan

pangan khususnya importasi daging ayam dari luar negeri.

2. Metode pengujian yang dipakai nantinya dapat digunakan sebagai model

skrining pengujian residu antibiotika pada produk asal hewan yang masuk

(15)

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penggunaan Antibiotika di Peternakan

Antibiotika adalah senyawa dengan berat molekul rendah yang dapat

membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Sebagian besar antibiotika

dihasilkan oleh mikroorganisme, khususnya Streptomyces spp dan jamur

(Mutschler, 1999; Salyers dan Whitt, 2005). Antibiotika flurouinqolon dan

Tetrasiklin adalah obat yang umum digunakan di peternakan untuk mencegah dan

mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri salmonella, E coli,

streptococcus, Staphylococcus. Penemuan antibiotika membawa dampak besar

bagi kesehatan manusia dan ternak. Seiring dengan berhasilnya pengobatan

dengan menggunakan antibiotika, maka produksinya semakin meningkat (Phillips

et al. 2004).

Pada industri peternakan, pemberian antibiotika selain untuk pencegahan dan

pengobatan penyakit, juga digunakan sebagai imbuhan pakan (feed additive)

untuk memacu pertumbuhan (growth promoter), meningkatkan produksi, dan

meningkatkan efisiensi penggunaan pakan (Bahri et al. 2005). Terkait dengan

pencegahan dan pengendalian residu antibiotika pada pangan asal hewan,

khususnya daging hewan yang diharapkan, pemerintah dapat meningkatkan

pengawasan terhadap mutu dan keamanan pangan asal hewan mulai dari

peternakan hingga ke konsumen. Penggunaan antibiotika pada hewan ternak

seharusnya di bawah pengawasan dokter hewan agar tidak menimbulkan residu

(16)

2

Beberapa jenis antibiotika diperbolehkan digunakan sebagai imbuhan pakan

seperti fluorouinolon, Basitracin, Flavomisin, Monensin, Salinomisin, Tilosin,

Virginiamisin, Avoprasin, dan Avilamisin. Di Eropa sejak tahun 1999, antibiotika

Aolaquinodik, Basitrasin, Tilosin, dan Virginiamisin sudah dilarang digunakan

sebagai imbuhan pakan (Butaye et al. 2003). Berdasarkan Feed Additive

Compendium ada beberapa antibiotika yang direkomendasikan digunakan sebagai

imbuhan pakan pada pakan unggas dan hewan lain, seperti Penisilin, Basitrasin,

Streptomisin, Eritromisin, Tilosin, Neomisin, Tetrasiklin, Oksitetrasiklin,

Klortetrasiklin, Linkomisin, Piramisin, dan Virginiamisin ( Anonimus, 2002).

Pemanfaatan antibiotika sebagai imbuhan pakan ternak juga banyak

digunakan di Indonesia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian

Veteriner (Balitvet) Bogor menunjukkan bahwa 71,43% (5/7) pabrik pakan di

Kabupaten Bogor, Cianjur, Tangerang, Bekasi dan Sukabumi memberikan

tambahan antibiotika golongan tetrasiklin dan sulfonamid pada produk pakan

ayam

Beberapa peneliti melaporkan bahwa penggunaan antibiotik dalam bidang

peternakan sudah sangat meluas, yaitu sebagai terapi, pencegahan, dan sebagai

pemacu pertumbuhan. Pada tahun 2001 dilaporkan bahwa, di Amerika Serikat

setiap tahun membutuhkan sebanyak 900 ton antibiotika untuk pengobatan dan

sebanyak 11.200 ton antibiotika untuk non pengobatan pada hewan. Sedangkan

antibiotika yang digunakan untuk pengobatan pada manusia hanya digunakan

(17)

3

Penggunaan antibiotika secara terus-menerus dan dalam waktu lama melalui

air minum atau pakan dalam konsentrasi rendah akan memicu terjadinya resistensi

bakteri terhadap antibiotika pada ternak (Butaye et al.,2003). Menurut Barber et

al. (2003) berdasarkan laporan World Health Organization menunjukkan bahwa

munculnya fenomena resistensi antimikroba pada bakteri patogen disebabkan oleh

pemakaian antimikroba yang salah pada ternak dan pada saat ini resistensi

antimikroba pada ternak dan hasil produksinya (susu, daging dan telur) telah

menjadi masalah global di seluruh dunia.

2.2. Pengunaan Antibiotika untuk Peningkatan produksi, pencegahan dan pengobatan pada peternakan ayam

Saat ini pengunaan antibiotika untuk kontrol terhadap infeksi penyakit pada

peternakan unggas sangat diperlukan untuk mencegah penyakit bakteri (Tajick,

2006).

Antibiotika dikelompokkan berdasarkan struktur dari antibiotika tersebut

ataupun berdasarkan target kerjanya pada sel yaitu, broad spectrum yang

mempunyai kemampuan membunuh mikroorganisme dari berbagai spesies dan

spectrum pendek yang hanya mampu membunuh mikroorganisme secara spesifik

(Bezoen et al, 2000; Bill, 1998; Martin, 1992; Tjay dan Raharja, 2005; Nhiem,

2005; Salyers dan Whitt, 2005).

Antibiotika broad spectrum mempunyai kekurangan, tidak hanya menyerang

bakteri pathogen tetapi juga mengurangi jumlah mikroflora usus (Focosi, 2005).

Setiap antibiotika harus mampu mencapai bagian tubuh dimana terjadinya infeksi.

(18)

4

ke aliran darah tetapi tidak melintasi barrier darah otak dalam cairan spinal dan

tidak masuk dalam sel fagosit (Phillips et al., 2004; Focosi, 2005).

2.3. Residu Antibiotika

Residu Antibiotika adalah adanya sejumlah sisa antibiotika di dalam

jaringan daging hewan sebagai hasil dari pengobatan atau pencegahan penyakit

hewan. Pada Tahun 1950 Amerika dan Eropa mengizinkan pengunaan

Antibiotika di dalam pakan hewan karena belum ada penelitian tentang dampak

bahaya residu antibiotika pada konsumen. Namun laporan hasil penelitian yang

didasarkan adanya fenomena penggunaan antibiotika yang tidak memberikan

respon sebagaimana mestinya, maka WHO dan codex Alimentarius melarang

penggunaan antibiotika dalam produk hewan karena menyebabkan ganguan

kesehatan masyarakat, kesehatan hewan dan lingkungan (OIE 2004; WHO FAO,

2006).

2.4. Dampak antiobiotika pada konsumen

Adanya residu antibiotika didalam organ hewan atau otot hewan yang

dikonsumsi oleh manusia akan mengakibatkan munculnya fenomena resistensi

antibiotika. Hal ini diduga dapat mengakibatkan terjadinya antibiotika yang

terkonsumsi akan mengakibatkan bakteri yang ada dalam tubuh konsumen akan

mengalami resistensi (Kusumaningsih, 2007). Adanya resistensi antibiotika

bakteri pada ternak dan manusia dapat mengakibatkan kegagalan pengobatan

penyakit yang disebabkan oleh bakteri (Phillips et al., 2004; Bahri et al., 2005).

(19)

5

antibiotika dibagi dalam empat kategori, yaitu: menghambat sintesa dinding sel

(antibiotika golongan beta-laktam, basitrasin dan vankomisin), menghambat

sintesa protein (aminoglikosida, linkosamida, makrolida, pleuromutilin dan

tetrasiklin), merusak fungsi membran sel (polimiksin dan polyenes) dan

menghambat fungsi asam nukleat (nitroimidazol, nitrofuran, quinolon dan

rifampin). Klortetrasiklin, oksitetrasiklin, tetrasiklin, doksisiklin, minosiklin,

adalah senyawa kristal yang sedikit larut dalam air pada PH 7. Tetrasiklin seperti

aminoglikosida, target pada ribosom bakteri dan terikat pada 30 S subunit.

Meskipun sebagian besar tetrasiklin tidak diragukan lagi kerjanya mengganggu

sintesa protein, beberapa kelompok baru yang ditemukan (selokardin) bekerja

dengan cara mengganggu membran bakteri. Tetrasiklin yang digunakan sebagai

feed aditif untuk pemacu pertumbuhan pada ternak telah menyebabkan terjadinya

resistensi antibiotika sehinggga penggunaan kelompok tetrasiklin dikurangi

(20)

6

2.5 Antibiotika Fluoroquinolon

Menurut Salyers dan Whitt (2005), fluoroquinolon merupakan kelompok

antibiotik yang bekerja membunuh sel bakteri dengan menghambat aktivitas

replikasi DNA gyrase yang merupakan enzim penting bagi replikasi DNA bakteri.

Anggota dari fluoroquinolon terdiri dari enrofloxacin, cifrofloxacin,ofloxacin dan

norfloxacin.

Fluoroquinone ini memiliki efektifitas terhadap E.coli spp, salmonella spp,

Pasteurella multocida, Mycoplasma dan Haemphillus spp yang (Bill, 1998).

2.6. Antibiotika Tetrasiklin

Golongan tetrasiklin terdiri dari Klortetrasiklin, oksitetrasiklin, tetrasiklin,

doksisiklin dan minosiklin. Tetrasiklin adalah aminoglikosida yang berbentuk

merupakan kristal yang sedikit larut dalam air pada pH 7 dan memiliki target pada

ribosom bakteri yang terikat pada reseptor subunit 30S. Tetrasiklin yang

digunakan sebagai feed additive untuk pemacu pertumbuhan pada ternak telah

menyebabkan terjadinya resistensi antibiotika sehinggga penggunaan kelompok

Referensi

Dokumen terkait