• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beri Acungan Jempol pada Pengajar SM3T. Hardiknas dan Masyarakat ASEAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Beri Acungan Jempol pada Pengajar SM3T. Hardiknas dan Masyarakat ASEAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Hardiknas dan

Masyarakat ASEAN

Untuk pertama kalinya Puncak Peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2014 dipusatkan di Papua Barat, tepatnya di Alun-alun Kota Aimas, Kab. Sorong. Karenanya, tidaklah berlebihan juga jika pada puncak acara itu diluncurkan SMA Terbuka, sebuah program yang disiapkan untuk mendukung tercapainya program besar Pendidikan Menengah Universal (PMU). Diketahui bersama salah satu target PMU adalah tercapainya angka partisipasi kasar (APK) sebesar 97 persen di tahun 2020. Karena itu menyertai program PMU, pemerintah telah menyiapkan BOS SM (bantuan operasional sekolah menengah) juga BSM (bantuan siswa miskin), pembangunan RKB dan USB (ruang kelas baru dan unit sekolah baru).

Tapi itu semua belumlah cukup untuk merealisasikan target APK 97 persen pada 2020, maka digagaslah beberapa program afirmasi (keberpihakan) antara lain SMA Terbuka dan Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM). Diyakini melalui program afirmasi ini, target APK sebesar itu akan bisa tercapai tepat waktu bahkan mungkin lebih cepat.

Begitu pentingkah APK 97 persen? Jangan dulu menjawab penting atau tidak. Fakta-fakta ini sesungguhnya sangat membutuhkan capaian APK itu. Betapa tidak. Komposisi angkatan kerja kita saat ini masih didominasi kelompok tidak sekolah dan sekolah dasar. Ini artinya, jika kita ingin bersaing di pasar global, maka menjadi keharusan untuk terus memperbesar komposisi angkatan kerja kita yang berasal dari tenaga terdidik (baca: lulusan jenjang pendidikan menengah).

Sementara di sisi lain, arus globalisasi terus bergerak. Yang paling dekat pada tahun 2015 mendatang adalah masyarakat ASEAN atau ASEAN

Community, yang di satu sisi menuntut sumber daya manusia (SDM) Indonesia

untuk siap “bertarung” dengan SDM di negara ASEAN lainnya.

“Pertarungan” ini hanya bisa menang dan akan dimenangkan oleh mereka yang memiliki pengetahuan lebih, mereka yang mengenyam pendidikan lebih lama dan lebih tinggi. Tanpa bekal ini, maka bisa jadi SDM yang kita miliki hanya menjadi penonton, karena kalah bersaing dengan SDM dari negara ASEAN lainnya.

Itu semua fakta, yang menggiring kita untuk mengatakan bahwa APK 97 persen adalah sesuatu yang harus segera kita raih dan wujud nyatakan.

Kembali ke puncak peringatan yang digelar di Kabupaten Sorong. Momentum ini ingin kita jadikan sebagai bagian dari bukti nyata bahwa sesungguhnya Pemerintah Pusat tidaklah abai terhadap perkembangan pendidikan daerah, karena diyakini melalui pendidikanlah kita bisa mengangkat harkat dan martabat bangsa ini lebih baik lagi.

Itu sebabnya, mengambil momentum puncak Hardiknas di Sorong, kita juga menandainya bukan hanya peluncuran SMA Terbuka, tapi juga meresmikan berdirinya fakultas kedokteran di Universitas Negeri Papua, juga merealisasikan berdirinya Kampus 3 Universitas Negeri Papua di Raja Ampat. Ini semua dilakukan sebagai bagian dari keinginan kita untuk membangun SDM yang tangguh dalam kerangka menyiapkan diri agar bangsa ini bisa makin sejahtera.

Berbagai program ini tentu bukan semata untuk menyiapkan SDM yang andal dan mencapai target APK 97 persen dalam menunjang PMU, tapi juga berkait erat dengan upaya untuk memberikan layanan pendidikan yang lebih luas, lebih merata, tanpa membedakan asal usul wilayah, suku, budaya, dan juga ekonomi. Ini adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehendak untuk mewujudkan Education For All (EFA), pendidikan untuk semua.

Mari kita sambut upaya untuk memberikan layanan pendidikan seluas-luasnya untuk menyiapkan SDM tangguh memasuki Masyarakat ASEAN. (***)

Desain Perwajahan & Tata letak: vien.adrian Fotografer: Sukemi Keterangan Foto:

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh diapit dua penari diiringi tarian khas yang merupakan bagian dari upacara penghormatan bagi tamu yang datang ke Kabupaten Sorong, Papua Barat. Mendikbud melakukan kunjungan kerja ke provinsi tersebut dalam rangka puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang berlangsung selama lima hari, mulai Kamis (8/5) hingga Senin (12/5).

Mendikbud: Pendidikan di Papua Barat sudah bangkit.

Ayo, teman-teman di Papua Barat. Bangkit dan Maju!

Mendikbud, Mohammad Nuh memastikan siswa akan menerima buku Kurikulum 2013 secara gratis.

Horee...! Orangtua murid pasti senang, buku tidak harus beli.

Sekolah tidak diperbolehkan membeli buku selain buku yang disediakan oleh penyedia yang ditetapkan.

Pak/Bu Kepsek, jangan beli buku di tempat lain, ya.

Pelindung: Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan, Mohammad Nuh; Wakil Menteri Bidang Pendidikan, Musliar Kasim; Wakil Menteri Bidang Kebudayaan, Wiendu Nuryanti; Penasihat:

Sekretaris Jenderal, Ainun Na’im; Pengarah: Sukemi; Penanggung Jawab: Ibnu

Hamad; Pemimpin Redaksi: Dian Srinursih; Dewan Redaksi:

Hawignyo; Redaktur Pelaksana: Emi Salpiati; Staf Redaksi:

Ratih Anbarini, Arifah, Seno Hartono, Aline Rogeleonick, Desliana Maulipaksi, Dina Ayu Mirta; Fotografer: Arif Budiman, Ridwan

Maulana; Desain dan Artistik: Susilo Widji P., Yus Pajarudin; Sekretaris Redaksi: Tri Susilawati; Redaktur Eksekutif: Priyoko; Alamat Redaksi: Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat,

Kemdikbud, Gedung C Lt.4, Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta, Telp 021-5711144 Pes. 2413, 021-5701088. Laman: www.kemdikbud.go.id

Beri Acungan Jempol

pada Pengajar SM3T

Banyak kisah keteladanan pengajar sarjana mendidik di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (SM3T), yang diekspos oleh media massa. Dari kisah itu, kita menjadi tahu, bahkan paham, betapa heroik mereka dalam mengemban amanat sebagai guru di daerah 3T. Bukan sekadar mengajar di depan kelas sebagaimana umumnya guru di perkotaan di mana para siswa sudah tertib belajar. Mereka bahkan menggerakkan masyarakat hingga memahami betul betapa penting peran pendidikan untuk kehidupannya.

Sekadar menyebut contoh pengajar SM3T yang kisahnya membuat decak kagum adalah Abdel Muhaimin dan Ramli Sihombing. Mereka bertugas di Provinsi Papua. Abdel di pedalaman Kabupaten Teluk Bintuni, sedangkan Ramli di Kabupaten Lanny Jaya.

Abdel bercerita, semula masyarakat di tempatnya bertugas beranggapan bahwa sekolah tidak penting.

Akibatnya, sekolah menjadi sepi dan buta aksara merebak di kalangan anak-anak dan orang dewasa. Dengan pendekatan terus menerus, akhirnya para orangtua ikut mendorong putra-putrinya bersekolah. Semula, ketika ia datang, hanya ada 20 siswa. Tujuh bulan kemudian, siswanya bertambah menjadi 110 peserta didik.

Cerita yang kurang lebih sama juga disampaikan oleh Ramli, bahwa pertama kali menginjakkan kaki di lokasi penugasan, ia mendapati 70 persen penduduknya buta aksara. Ia kemudian melakukan

pembelajaran intensif bagi semua siswanya. Hasilnya, kini anak-anak di sekolah tersebut tidak hanya mampu membaca, tetapi juga sudah mahir menyanyikan lagu berbahasa Melayu, Jawa, bahkan Riau.

Fakta yang dikemukakan oleh Abdel dan Ramli itu menunjukkan, alangkah berperan pengajar SM3T bagi dunia pendidikan Indonesia, khususnya di daerah 3T. Hal itu juga sekaligus membuka mata kita, bahwa pendidikan sebenarnya belum benar-benar menyentuh daerah tersebut. Terbukti masih banyak penduduk yang buta aksara, sebelum kedatangan pengajar SM3T tersebut. Maka, kehadiran mereka sangat dibutuhkan di wilayah paling ujung dan dalam di seluruh wilayah Nusantara. Maka, sangat pantas jika pemerintah memberi apresiasi kepada mereka, walau pengabdian mereka di daerah tersebut hanya bersifat sementara. Mereka diproyeksikan hanya menetap sekitar 10 bulan. Namun, walau hanya “sebentar”, manfaatnya sungguh luar biasa bagi kemajuan pendidikan di daerah 3T.

Pemerintah, seperti disampaikan Mendikbud, Mohammad Nuh di SD dan SMP Satu Atap (Satap) Ninjemor, Papua Barat, Kamis (8/5), berniat memberi apresiasi bagi pengajar SM3T yang telah menyelesaikan tugasnya. Mereka akan mendapatkan pendidikan profesi guru (PPG), sehingga kelak dapat menjadi guru profesional. Berkaitan dengan hal itu, Mendikbud telah menjalin komunikasi dengan Menpan dan RB guna memprioritaskan SM3T dan mengangkatnya menjadi CPNS melalui jalur tes. Diharapkan, alumni SM3T dapat menjadi guru tetap di daerah 3T.

Pengangkatan mereka menjadi PNS dipastikan akan menambah semangat alumni maupun pengajar baru SM3T yang mencapai sekitar 3.000 orang setiap tahun. Setiap sekolah yang ditinggal oleh pengajar SM3T akan cepat diisi oleh pengajar baru, sehingga proses pembelajaran di daerah 3T dapat berjalan berkesinambungan. Proses pembelajaran akan lebih baik jika terdapat guru tetap seperti yang diharapkan oleh pemerintah.

Menyadari peran pengajar SM3T sedemikian penting bagi

pemerataan layanan pendidikan, ada baiknya kita acungi jempol kepada mereka. Apresiasi, apapun bentuknya, sangat berguna untuk memompa semangat juang para pengajar SM3T. Selamat berjuang. (*)

(2)

Rumah Pintar (Rumpin) memiliki beberapa peranan, salah satunya sebagai fasilitas pendidikan yang mampu menjangkau yang tidak terjangkau (reach the unreachable). Rumpin telah ditetapkan sebagai satuan pendidikan nonformal sejenis melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 Tahun 2013.

“Dalam peran melayani yang belum terjangkau ini, rumah pintar dapat menyelenggarakan pendidikan anak usia dini, pendidikan keaksaraan, dan pelatihan kecakapan hidup. Dengan demikian tidak ada satupun yang tertinggal dalam pendidikan untuk peradaban yang unggul,” ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh, saat memberikan sambutan dalam acara peresmian 67 rumpin di Balaraja, Tangerang, Banten, Senin (19/5).

Peresmian ini sendiri dilakukan oleh Ibu Negara, Ani Yudhoyono. Sebanyak 67 rumpin yang diresmikan itu tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Dari 67 rumpin itu, 30 unit di antaranya merupakan rintisan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), 20 unit dari PT Astra Tbk, 9 unit dari Provinsi Jambi, 3 unit lainnya di bagian terdepan Indonesia (di Myangas oleh BRI, di Sangihe oleh Bank Mandiri, dan di Rote Ndao oleh BNI), dan 5 unit rumpin dari swadaya pribadi, lembaga dan perusahaan lain.

Koordinator Program Indonesia

Pintar dari Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), Laily Mohammad Nuh, mengatakan, pembangunan rumpin di daerah terdepan Indonesia merupakan arahan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada SIKIB agar memerhatikan daerah-daerah terdepan atau terluar Indonesia. Ibu Ani Yudhoyono menyatakan, peresmian 67 rumpin ini merupakan wujud nyata kepedulian dan partisipasi masyarakat untuk

memperluas kesempatan memperoleh pendidikan. Hingga 19 Mei 2014, ujarnya, telah dibangun 444 rumpin di seluruh Indonesia.

“Insya Allah sampai akhir tahun 2014 akan ada tambahan dari dana rintisan dan penguatan dari Kabupaten Pacitan. Dan satu rumah pintar yang akan saya resmikan Juni

mendatang bersamaan dengan Sail Raja Ampat,” ujar Ibu Ani.

Usai memberikan sambutan, Ibu Ani menandatangani 11 prasasti peresmian rumpin. Ia juga

memberikan bantuan alat permainan edukasi dan buku-buku karyanya sendiri kepada 67 rumpin yang diresmikannya. Peresmian 67 Rumah Pintar tersebut juga dihadiri Ibu Herawati Boediono. Mendikbud menjelaskan, pertumbuhan rumpin menunjukkan kesungguhan peran serta masyarakat swadaya dan organisasi perempuan seperti SIKIB dan pihak swasta. “Untuk itu saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga,” tuturnya.

Dalam perkembangannya, rumpin menjadi layanan pendidikan

yang menerapkan pengembangan kemampuan belajar sepanjang hayat karena dapat melayani peserta didik sejak lahir hingga usia lanjut. Kelengkapan sentra di rumpin sudah komprehensif untuk memenuhi kriteria belajar sepanjang hayat, karena meliputi adanya layanan untuk segala usia; sinergi sekolah, keluarga, dan masyarakat; peluang untuk menguasai teknologi, informasi dan komunikasi; menambah kemampuan beraksara, berbahasa, budaya dan seni; pembelajaran mandiri; pemberdayaan sumber daya dan dana masyarakat, dan peluang untuk adanya sertifikasi bagi peserta didik dan tutornya.

Pada kesempatan berbeda, Mendikbud menyatakan bahwa rumpin dapat memberi kontribusi yang baik bagi mata rantai

pertumbuhan ekonomi masyarakat, karena menurutnya dari hal-hal yang sederhana ini sesuatu yang besar akan terwujud. Diharapkan bisa terjalin kerja sama antara pengurus rumpin dengan pemerintah daerah setempat serta unsur swasta, karena kerja sama semacam ini sangat penting untuk menjaga keberlangsungan rumpin. (Desliana, Ratih)

Rumah Pintar untuk Jangkau

Masyarakat Lebih Luas

Rumah pintar sebagai satuan pendidikan nonformal memiliki peran sebagai fasilitas

pendidikan yang mampu menjangkau masyarakat lebih luas. Rumah pintar dapat didirikan melalui peran masyarakat dan organisasi non-profit lainnya, sehingga mampu menembus batas geografis dan keterbatasan anak-anak bangsa. Jumlah rumah pintar akan terus diperbanyak dan diperluas keberadaannya.

Peresmian 67 Rumah Pintar

Rumah pintar dapat

menyelenggarakan

pendidikan anak usia dini,

pendidikan keaksaraan,

dan pelatihan kecakapan

hidup. Dengan demikian

tidak ada satupun

yang tertinggal dalam

pendidikan untuk

peradaban yang unggul.

Rumah Pintar (rumpin) merupakan “Rumah Pendidikan” untuk masyarakat yang digunakan sebagai wahana penyediaan sarana pendidikan melalui berbagai sumber ajar. Rumpin pertama kali digagas oleh Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).

Program rumpin merupakan program “community development” yang sangat komprehensif antara ilmu pengetahuan dan kesejahteraan, karena dapat memadukan sekaligus antara pendidikan dan lapangan pekerjaan. Rumpin bertujuan meningkatkan budaya baca masyarakat dan meningkatkan penghasilan penduduk dengan memberikan bekal keterampilan, sehingga

diharapkan tercipta perluasan peluang kerja dan lowongan kerja bagi masyarakat yang membutuhkan melalui aktivitas pada sentra kriya.

Dalam perkembangannya, program rumpin mendapat apresiasi dari berbagai pihak, termasuk salah satunya adalah Lembaga Pendidikan, Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO). Rumpin dianggap dapat membantu pencapaian target Education For All (EFA) oleh UNESCO. Pada 2013, keberadaan rumpin di tengah masyarakat lebih diakui eksistensinya secara resmi oleh pemerintah sebagai salah satu Satuan Pendidikan

Nonformal Sejenis, setelah diterbitkannya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 Tahun 2013 tentang Satuan Pendidikan Nonformal Sejenis.

Sebagai Satuan Pendidikan Nonformal Sejenis, rumpin dapat melayani masyarakat mulai usia dini hingga usia lanjut dalam bentuk pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan keaksaraan, pengembangan minat baca masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat dalam bentuk lain yang berkaitan dengan pengembangan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat. (Ratih, dari berbagai sumber)

Sekilas tentang

Rumah Pintar

Ibu Negara, Ani Yudhoyono (tengah) berbincang bersama anak-anak yang hadir di rumah pintar yang diresmikan di Balaraja, Tangerang, Banten, Senin (19/5). Pada peresmian itu, Ibu Negera didampingi Ibu Herawati Boediono; Mendikbud, Mohammad Nuh; dan Ibu Laily M. Nuh.

(3)

Puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2014 ini berbeda dari peringatan tahun-tahun sebelumnya. Ini kali pertama acara puncak peringatan Hardiknas diselenggarakan di luar Jawa, yaitu di Kabupaten Sorong, Papua Barat. Sejumlah acara digelar, mulai dari pameran pendidikan, jalan sehat, hingga pemberian penghargaan bagi pimpinan daerah yang dinilai memiliki komitmen kuat memajukan dunia pendidikan di daerahnya.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh yang hadir dalam puncak peringatan Hardiknas tersebut mengungkapkan alasannya mengapa memilih Sorong sebagai lokasi penyelenggaraan puncak peringatan Hardiknas. “Ini tandanya kecintaan kita kepada masyarakat Papua, khususnya Papua Barat, untuk menuju peradaban Indonesia yang unggul,” tutur

Mendikbud, menyampaikan alasannya.

Pada kesempatan lain, ia menuturkan, dipilihnya Sorong merupakan bentuk perhatian khusus pemerintah bagi masyarakat di tanah Papua. “Papua butuh perhatian khusus karena wilayah geografisnya yang luar biasa,” katanya.

Ia menyebut, masyarakat Sorong merupakan cerminan bangsa Indonesia yang majemuk. Bukan hanya suku asli Papua, penduduk Sorong juga berasal dari berbagai pulau di Indonesia. Interaksi harmonis masyarakat yang terjalin di sana merupakan cermin kebersamaan dan cinta kasih sesama anak bangsa. “Toleransi menjadi hal yang sangat penting bagi masyarakat majemuk. Kalau mau belajar tentang kebersamaan, belajarlah di Papua,” tuturnya.

Rangkaian Acara

Rangkaian acara puncak peringatan Hardiknas bersama Mendikbud dimulai pada Jumat (9/5). Pada kesempatan itu, Mendikbud turut memeriahkan acara

jalan sehat yang diselenggarakan di alun-alun Aimas, Sorong. Didampingi Wakil Bupati Sorong, Suko Harjono, serta para pejabat eselon satu dan dua di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), ia ikuti acara bersama siswa SD, SMP, dan SMA, guru, serta pengajar SM3T (Sarjana Mendidik di Daerah 3T) di Kabupaten Sorong.

Jalan sehat yang dimulai sejak pagi tersebut diiringi penampilan

drumband dari para pelajar SD

dan SMP terpilih. Usai jalan sehat, peserta disuguhi acara pemberian

doorprize yang dipersembahkan oleh

Telkomsel dan BRI. Dalam rangkaian acara tersebut, para pengajar SM3T melakukan demo penyablonan kaos secara cepat.

Keesokan harinya, Sabtu (10/5), sekitar seribu orang yang terdiri atas siswa, guru, dan tenaga pendidik peserta program SM3T, berkumpul di lokasi yang sama. Mereka hadir untuk mengikuti acara puncak

Hardiknas yang tahun ini mengangkat tema “Pendidikan untuk Peradaban Indonesia yang Unggul”.

Acara dimulai sejak pagi hari, dan dimeriahkan dengan tarian khas Papua yang diperagakan oleh siswa-siswi dari Sorong. Dalam kesempatan tersebut, Mendikbud juga meluncurkan secara resmi enam SMA Terbuka yang tersebar di enam lokasi berbeda. Usai peluncuran yang ditandai dengan pelepasan balon, ia melakukan konferensi video jarak jauh dengan bupati dari keenam daerah yang menjadi lokasi SMA Terbuka tersebut.

Pada hari yang sama, Mendikbud juga meninjau lokasi pameran yang berada di sekitar panggung utama. Sejak kedatangannya pukul 09.00 WIT. Mendikbud bersama rombongan langsung menuju stan pameran yang telah disiapkan sejak Jumat (9/5). Pameran ini disusun menjadi 20 stan yang berisi produk-produk pendidikan dan kebudayaan dari Kemdikbud, SM3T, Universitas Papua, SMK Negeri 2 Sorong, serta pameran dari masyarakat Sorong yang mempraktekan langsung cara membuat Noken.

Ketika berada di stan Kemdikbud yang digawangi oleh Pusat Informasi dan Humas Kemdikbud, Mendikbud menunjukkan poster yang memperlihatkan sekolah-sekolah di daerah Papua yang telah direhabilitasi kepada Gubernur Papua Barat, Abraham O. Aturury. “Ini Pak, sekolahnya sekarang sudah bagus,” tuturnya.

Selama 30 menit Mendikbud dan rombongan meninjau seluruh lokasi pameran. Stan terakhir yang didatangi adalah stan SM3T. (Aline, Seno)

Ini tandanya

kecintaan kita

kepada masyarakat

Papua, khususnya

Papua Barat, untuk

menuju peradaban

Indonesia yang

unggul.

Belajarlah Kebersamaan di Papua Barat

Kabupaten Sorong, Papua Barat, mendapat kehormatan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) sebagai lokasi puncak peringatan Hardiknas tahun ini. Perhatian pemerintah terhadap Papua Barat tak pernah luput, khususnya di bidang pendidikan.

Bertepatan dengan acara puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), enam SMA terbuka diluncurkan. Peluncuran dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh, ditandai dengan pelepasan rangkaian balon di lapangan alun-alun Aimas Kota Baru, Kabupaten Sorong, Papua Barat, Sabtu (10/5).

Mendikbud melakukan konferensi video jarak jauh dengan keenam bupati tempat enam SMA Terbuka tersebut didirikan. Keenam lokasi tersebut: SMAN 1 Narmada Lombok Barat; SMAN 1 Gambut Kabupaten Banjar, SMAN 12 Merangin, Jambi; SMAN 2 Padalarang, Bandung Barat; SMAN 1 Kepanjen, Malang, Jawa Timur dan SMAN 3 Sorong, Papua Barat.

Dalam telekonferensi tersebut, para bupati

menyampaikan perkembangan persiapan dan harapan dengan diluncurkannya SMA Terbuka. Mulai tahun pelajaran baru di bulan Juli mendatang, SMA Terbuka mulai menerima peserta didik baru.

“SMA Terbuka ini akan terus diberi dorongan, karena meski ada halangan geografis tapi kami tetap ingin memberi layanan terbaik,” kata Mendikbud,

yang didampingi oleh Menteri Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya dan Gubernur Papua Barat, Abraham Octavianus Aturury.

Bupati Kabupaten Banjar, Ahmad Fauzan Saleh, menyambut gembira diluncurkannya SMA Terbuka. Keberadaan SMA Terbuka, kata dia, akan membantu pencapaian target angka partisipasi kasar (APK) pendidikan

menengah di Kabupaten Banjar yang saat ini baru 88 persen untuk mencapai 97 persen.

Semangat tinggi menyambut SMA Terbuka ini juga disampaikan oleh Bupati Bandung Barat, Abu Bakar. Kabupaten Bandung Barat yang baru berusia tujuh tahun, kata dia, memiliki tugas besar untuk mempercepat pencapaian APK pendidikan menengah. “Dengan adanya SMA Terbuka ini, tidak perlu menunggu tahun 2020 untuk mencapai APK 97 persen. Mudah-mudahan dalam tiga tahun ke depan sudah bisa terpenuhi,” katanya.

Kabupaten Bandung Barat termasuk salah satu wilayah yang berdekatan dengan ibu kota negara. Untuk itu, kata Mendikbud, adalah tugas bersama pemerintah pusat dan daerah untuk segera melunasi target-target pendidikan di daerah tersebut. (Aline)

Puncak Peringatan Hardiknas di Sorong

SMA Terbuka ini akan terus

diberi dorongan, karena

meski ada halangan geografis

tapi kami tetap ingin memberi

layanan terbaik.

Enam SMA Terbuka Diluncurkan

Suasana jalan sehat yang diiringi penampilan drumband dari para pelajar SD dan SMP terpilih di Kabupaten Sorong, Papua Barat. Jalan sehat menjadi bagian dari puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang tahun ini mengangkat tema “Pendidikan untuk Peradaban Indonesia yang Unggul”.

(4)

Sebagai rangkaian acara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh, mengunjungi sekolah sasaran program SM3T, yaitu SD dan SMP Satu Atap (Satap) Ninjemor, di Kabupaten Sorong, Papua Barat. Program Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T) tergolong masih baru, dimulai pada 2011 lalu.

Dalam perjalanan menuju lokasi, rombongan Mendikbud disambut ratusan guru dan siswa SD, SMP, dan SMA. Hal itu rupanya membuat Mendikbud dan rombongan sangat terkesan.

“Melihat sepanjang jalan bangunan sekolah relatif bagus, serta siswa dan dan guru berjejeran menyambut rombongan, itu menunjukan bahwa

pendidikan di Papua Barat sudah bangkit. Insya Allah tidak terlalu lama adik-adik kita akan bisa memimpin bangsa ini,” tutur Mendikbud, saat menyapa para siswa dan penduduk di SD dan SMP Satap Ninjemor, Kamis (8/5).

Ia menuturkan, sudah seharusnya seluruh pihak membantu mengantarkan dan memberikan sentuhan anak-anak Papua Barat, sehingga mereka bisa bangkit dan keluar dari mata rantai ketidaktahuan, kemiskinan, agar hidupnya menjadi terang benderang serta berkecukupan.

“Inilah tekad kita. Itu tugas berat pengajar SM3T, suatu saat akan terobati, bahkan sekarang pun juga terobati dengan pancaran jiwa yang luar biasa dari adik-adik kita dengan keinginan keluar dari ketidaktahuan dan bangkit menjadi pemimpin bangsa,” ujarnya.

Mendikbud mengaku sempat terharu ketika melihat anak-anak menyanyikan lagu Indonesia Raya. “Mereka memiliki jiwa merah putih yang sangat luar biasa dan memiliki harapan besar terhadap bangsa ini. Indonesia bukan hanya Jakarta, tetapi Indonesia adalah NKRI, mulai dari Sabang sampai Merauke,” pungkasnya.

Ia memberi pesan kepada civitas akademika Universitas Negeri Papua (Unipa) yang hadir. Sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di

Papua, Unipa diharapkan dapat memberikan layanan yang terbaik di dunia pendidikan. “Bukan hanya Unipa, tetapi juga universitas lain harus mendukung,” tegasnya. Hal tersebut penting, karena pendidikan dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa dan anak-anak Indonesia.

Sementara itu, saat berdialog dengan peserta didik di sekolah tersebut, Mendikbud menjanjikan akan memberikan seragam lengkap, mulai dari topi hingga sepatu. Untuk itu, ia meminta data jumlah siswa kepada kepala

sekolah.

Pada kesempatan itu, ia berjanji akan membangun ruangan yang dapat dimanfaatkan untuk perpustakaan atau komputer. Ruangan itu diharapkan dapat digunakan secara maksimal untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. “Meskipun letaknya jauh, tidak boleh jadi yang tertinggal,” ungkap Mendikbud, mengomentari lokasi Sekolah Satap Ninjemor.

Ia pun menyatakan kebanggaan dan

kecintaannya terhadap Papua. “Kita cinta Indonesia. Selamat berjuang untuk para pendidik yang ada di Papua,” tuturnya, bersemangat.

Mendikbud Terharu

Saat tiba di sekolah yang terletak di Jalan Petrochina KM10 Distrik Moi Segen, Papua Barat itu, Mendikbud menyaksikan peristiwa yang membuatnya tak kuasa menahan haru dan meneteskan air mata. Hal itu terjadi ketika Mendikbud melihat para siswa SD dan SMP Satap Ninjamor menyanyikan lagu Indonesia Raya.

“Sungguh sangat mengharukan kalau kita tatap dengan menggunakan mata hati, adik-adik kita yang sekolah di sini mulai dari yang menyanyikan

Indonesia Raya sampai yang melakukan tarian Yospan, dan berbagi cerita dari

pengalaman pengajar SM3T,” tutur Mendikbud dengan haru.

Ia menuturkan, pekerjaan sebagai tenaga pendidik yang bertugas di daerah 3T adalah pekerjaan mulia. “Kami atas nama Kementerian mengucapkan terima kasih setingging-tingginya kepada para pengajar,” ujar Mendikbud.

Para pengajar SM3T bukan hanya pejuang-pejuang di dunia pendidikan, tetapi juga pejuang di bidang kemanusiaan. “Bisa dibayangkan, para pengajar tersebut jauh-jauh datang, karena terpanggil untuk memberikan sentuhan kepada saudara-saudara yang ada di pelosok sebagai bagian dalam membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tuturnya.

Ia menambahkan, hal tersebut dilakukan karena ada sebagian saudara-saudara kita yang berada di negara yang sama, memiliki pemerintahan dan presiden yang sama, tetapi belum bisa mendapatkan layanan pendidikan dasar dan menengah. “Dari situlah pemerintah terpanggil untuk memberikan layanan yang paling mendasar bagi masa depan anak-anak di daerah 3T,” katanya.

Sedikitnya ada sekitar 35 peserta program SM3T yang mengajar di sekolah tersebut, mayoritas alumnus Universitas Negeri Makassar. Mereka telah mengabdi selama delapan bulan. (Seno)

Berusahalah terus-menerus memajukan pendidikan daerah terdepan, terluar, dan tertinggal, misalnya Papua dan Papua Barat. Dengan sentuhan pendidikan, anak-anak di bagian timur Indonesia itu bakal menggapai kemajuan sebagaimana yang telah dialami oleh saudara-saudaranya di pulau lainnya.

Kebangkitan Pendidikan

dari Papua Barat

Sudah

seharusnya

seluruh pihak

membantu

mengantarkan

dan memberikan

sentuhan

anak-anak Papua

Barat, sehingga

mereka bisa

bangkit dan

keluar dari

mata rantai

ketidaktahuan,

kemiskinan,

agar hidupnya

menjadi terang

benderang serta

berkecukupan.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh, turut memantau pelaksanaan ujian nasional (UN) tingkat SMP/sederajat di Kota Sorong, Papua Barat. Sekolah yang dikunjungi adalah SMP Negeri 5 Kota Sorong.

Berdasarkan pantauannya itu, Mendikbud menilai, pelaksanaan UN di sekolah tersebut berjalan lancar. SMP Negeri 5 Kota Sorong menjadi sekolah dengan peserta UN terbanyak di kota tersebut, yaitu sebanyak 381 siswa.

Sementara itu, Kepala SMP Negeri 5 Kota Sorong, A.K. Lallo di kantornya, Rabu (7/5) mengungkapkan, tidak ada hambatan selama UN berlangsung. Jumlah soal sesuai dengan jumlah peserta, sehingga UN di sekolahnya berlangsung dengan baik.

Ia menuturkan, persiapan yang dilakukan siswa menjelang UN di antaranya dengan mengikuti pelajaran tambahan yang diadakan pada Januari-April 2014. Pelajaran tambahan dilaksanakan setiap Senin, Rabu, dan Jumat, selama dua jam, setelah jam pelajaran sekolah selesai.

Selain pelajaran tambahan, sekolah juga melaksanakan uji coba UN. Uji coba pertama dilakukan pada tanggal 17-18 Februari 2014, kedua pada tanggal 3-4 Maret 2014, dan ketiga pada tanggal 14-15 April 2014.

Selain sebagai sekolah pelaksana UN, SMP Negeri 5 Kota Sorong juga menjadi sekolah subrayon 4 bagi empat sekolah lain di sekitarnya, yaitu SMP Yapis Muhammadiyah, SMP Moria, SMP Nusantara, dan SMP Kuba.

Terkait isu kebocoran soal, Lallo yakin hal itu tidak akan terjadi.

Menurutnya, oknum yang mengaku memiliki jawaban memanfaatkan hal ini untuk mendapatkan uang dalam jumlah besar. “Saya mendorong para siswa untuk selalu jujur dan percaya diri,” tandas Lallo. (Seno)

Mendikbud Pantau UN

di SMP Negeri 5 Kota Sorong

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh beserta Ibu Laily M. Nuh dan rombongan mengunjungi sekolah penerima program SM3T di Sorong, Papua Barat, dalam rangka peringatan Hari Pendidikan Nasional, Kamis (8/5). Kehadiran pengajar SM3T dapat menjawab kelangkaan tenaga pengajar di daerah 3T serta memberikan dampak positif terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia.

(5)

Meski tidak direncanakan, Mendikbud sempat bertemu dan berdialog dengan salah satu pengajar, para orangtua, dan beberapa murid, yang lokasi tempat tinggalnya tidak berjauhan dengan SD Advent Sauwandarek di Distrik Meos Mansar, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat.

Saat berdialog dengan guru, siswa dan para orangtua,

Mendikbud mengajak masyarakat di sana untuk semangat ke sekolah, karena hanya pendidikanlah yang akan dapat mengubah nasib di kampung nelayan itu. “Pokoknya sekolah, sekolah, dan sekolah, tanpa itu nasib kita tidak akan berubah,” kata Mendikbud, sambil mengajak menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya bersama-sama.

Mendikbud menjanjikan akan memberikan dua ruang kelas kepada SD Advent Sauwandarek, melalui Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Raja Ampat yang ikut dalam

kunjungan itu. Sambutan masyarakat begitu meriah, karena mereka tidak

menduga seorang menteri akan berkunjung ke kampungnya.

Selain ke SD Advent Sauwandarek, Mendikbud juga mengunjungi SMK Negeri 2 Waisai, Raja Ampat, Senin (12/5). Dalam kesempatan itu, Mendikbud didampingi Direktur Jenderal Pendidikan Menengah, Achmad

Jazidie, dan pejabat terkait lainnya.

SMK Negeri 2 Waisai memiliki dua program keahlian, masing-masing keahlian Bisnis Manajemen dan Pariwisata dengan bidang keahlian Administrasi Perkantoran dan Perhotelan. Dalam kunjungan singkatnya itu, Mendikbud memberi semangat kepada siswa dan tenaga pendidik di sekolah tersebut. Disambut dengan Selamat Datang, tarian khas Raja Ampat, Mendikbud menyatakan, kekagumannya terhadap bangunan dan fasilitas yang dimiliki SMK Negeri 2 Raja Ampat.

“Sungguh saya tidak menyangka sekolah yang jauh dari Jakarta dan

pusat keramaian dan berada di tengah hutan ini, telah berdiri sekolah yang luar biasa megah dengan fasilitas yang sangat bagus. Karena itu saya percaya dan yakin, tidak terlalu lama lagi pendidikan di Raja Ampat akan mampu bersaing dengan daerah-daerah lainnya,” katanya.

Di tengah kekagumannya itu, Mendikbud juga

mengajak kepada para peserta didik untuk terus belajar dan menimba ilmu dengan menekankan pada karakter kejujuran. “Junjung tinggi kejujuran, karena dengan kejujuran itu kita akan dapat membangun bangsa ini lebih baik lagi,” katanya.

Kunjungan ketiga di hari yang sama, Mendikbud menyambangi SMA Negeri 1 Waisai, Raja Ampat. Di sekolah ini Mendikbud mengunjungi pelaksanaan seleksi program afirmasi pendidikan buat anak-anak Papua Barat.

Dalam kunjungan yang disambut hangat peserta didik SD, SMP, dan SMA/SMK di sepanjang jalan dari alun-alun kota Wasai,

Mendikbud memberikan semangat kepada para peserta yang sedang mengikuti tes seleksi afirmasi pendidikan tinggi (ADIK). Mereka adalah para siswa SMA/SMK yang diharapkan bisa mengikuti kuliah di perguruan tinggi negeri (PTN) di luar Papua dan Papua Barat. Melalui seleksi itu, nantinya mereka akan ditempatkan di beberapa PTN

sesuai dengan program studi yang diinginkan. Tahun 2014 ini, sedikitnya ada 500 siswa yang mengikuti seleksi di provinsi Papua Barat.

Mendikbud menjelaskan, program afirmasi ini disiapkan agar pendidikan di Papua dan Papua Barat dapat sejajar dengan pendidikan di provinsi lain. “Kami memberikan afirmasi untuk

putra-putri Papua dan Papua Barat, karena itu seleksinya pun berbeda. Jika seleksinya disamakan dengan peserta didik dari daerah lain, rasanya tidak adil. Karena kita tahu fasilitas dan infrastruktur yang ada di Papua dan Papua Barat berbeda,” katanya.

Melalui program afirmasi inilah diharapkan sumber daya manusia di Papua dan Papua Barat bisa sejajar dengan daerah lain. Demikian juga pendidikannya, secara perlahan tapi pasti bisa maju bersama-sama dengan provinsi lain. “Sepintas saya melihat selama kunjungan di Papua Barat, khususnya di Kota Sorong dan Kabupaten Sorong, serta Raja Ampat, masyarakatnya begitu antusias untuk sekolah. Semuanya bagus. Ini menandakan kebangkitan dunia pendidikan di Papua Barat,” kata Mendikbud.

Sebagaimana dalam tiap kali kunjungan, Mendikbud tidak lupa untuk mengajak foto bersama baik kepada peserta didik maupun guru dan tenaga kependidikan. Tawaran itu pun disambut hangat. (Sukemi)

Ajak Penduduk untuk Terus

Sekolah... Sekolah... dan Sekolah

Rangkaian acara puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2014 diisi pula dengan kunjungan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh, ke beberapa sekolah di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Kunjungan yang dilakukan pada Minggu (11/5) itu sebelumnya memang tidak direncanakan.

Mendikbud Kunjungi Beberapa Sekolah di Raja Ampat

Saat berdialog

dengan guru, siswa

dan para orangtua,

Mendikbud mengajak

masyarakat di sana

untuk bersemangat

sekolah, karena

hanya pendidikanlah

yang akan dapat

mengubah nasib di

kampung nelayan itu.

Melalui

program

afirmasi,

diharapkan

sumber daya

manusia di

Papua dan

Papua Barat

bisa sejajar

dengan

daerah lain.

Demikian juga

pendidikannya,

perlahan tapi

pasti, bisa

maju

bersama-sama dengan

provinsi lain.

Mendikbud, Mohammad Nuh dan rombongan berfoto bersama dengan siswa, guru dan masyarakat di Kampung Sauwandarek di Distrik Meos Mansar, Raja Ampat, Papua Barat, Minggu (11/5). Foto: Sukemi

(6)

Sekolah Segera Dapatkan

Buku Kurikulum 2013

Tahun pelajaran 2014/2015 ini, seluruh sekolah di Indonesia akan menerapkan

Kurikulum 2013. Selain melatih guru sasaran, tahapan yang tengah dikerjakan saat ini adalah mencetak dan mendistribusikan buku Kurikulum 2013 dari penyedia ke sekolah-sekolah. Hampir 245 Juta eksemplar buku akan dibagikan secara gratis kepada siswa dan guru sasaran. Diharapkan implementasi Kurikulum 2013 pada tahun pelajaran baru nanti akan berjalan dengan lancar. (Ratih)

(7)

Buku Dibagikan Gratis

Mendikbud: Sekolah Bisa Langsung Pesan ke Percetakan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud),

Mohammad Nuh memastikan, siswa akan menerima buku pelajaran untuk Kurikulum 2013

secara gratis, tanpa membayar sepeser pun. Di hari pertama sekolah, siswa tingkat SD dan SMP akan menerima minimal enam buku pelajaran.

“Makanya kami umumkan secara terbuka, untuk memberitahu kepada publik bahwa (buku) ini gratis. Jadi tidak

boleh ada pungutan, termasuk pungutan transportasi dari dinas ke sekolah, dari toko ke sekolah atau apapun,” tegas Mendikbud, usai

menyampaikan paparan Kurikulum 2013 pada calon instruktur nasional, di Sorong, Papua Barat, Jumat (9/5).

Dari segi kualitas, buku yang disiapkan untuk Kurikulum 2013 ini tidak kalah dibandingkan dengan buku yang dijual di pasaran. Dari jumlah halaman, buku paling

tipis akan terdiri dari 112 halaman, dengan kertas putih. “Saya buktikan dan saya jamin buku kurikulum baru berkualitas baik. Ada delapan tema kelas 1 SD, harganya berkisar atau rata-rata Rp 8.000,00 per tema itu sudah sampai di sekolah. Untuk Matematika sebanyak 400 halaman, paling mahal harganya Rp 18.000,00, di luar bisa mencapai Rp 70.000,00,” terangnya.

Untuk mendapatkan buku-buku ini, lanjut Mendikbud, sekolah bisa langsung memesan ke

percetakan yang ditunjuk sesuai dengan kebutuhan di sekolahnya melalui aplikasi e-purchasing. Kebutuhan dana untuk pencetakan buku Kurikulum 2013 sebesar Rp 2,1 triliun. Pendanaan ini dimasukkan dalam mekanisme bantuan operasional sekolah (BOS) buku ‘on top’.

Sementara itu dalam rapat kerja dengan Komisi X DPR RI, Mendikbud menyebut, pihaknya menargetkan distribusi buku Kurikulum 2013 selesai pada akhir Juni 2014. Ia menjelaskan, pada saat anak-anak masuk sekolah pada Juli 2014 mendatang, mereka akan menerima buku dalam satu set. “Alangkah bahagianya kalau adik-adik kita pada saat tahun ajaran baru, sudah tidak

ada beban lagi untuk membeli buku, gurunya pun juga mendapatkan satu paket. Guru akan menerima buku guru dan buku siswa,” ujarnya.

Di tempat berbeda, Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Pendidikan, Musliar Kasim, berharap kepala dinas provinsi dan kabupaten/ kota dapat mengoordinasikan pemesanan buku Kurikulum 2013, sehingga tidak ada satu pun sekolah yang tidak memesan buku, terutama sekolah yang memiliki dana BOS. “Bagi sekolah yang tidak mengambil dana BOS dapat membeli buku Kurikulum 2013 secara mandiri

kepada penyedia yang sudah ditetapkan,” ungkap Musliar.

Harga buku di masing-masing kabupaten/kota dapat berbeda-beda tergantung dari pemenang tender. Namun, pihaknya telah menetapkan harga perkiraan satuan (HPS) yang dapat menjadi acuan penyedia menetapkan harga jual. Tetap Mencetak

Untuk menghindari keterlambatan pengiriman buku, penyedia buku

Kurikulum 2013 tetap disilakan mencetak buku terlebih dahulu, walaupun data pesanan dari sekolah belum diterima. Penyedia telah memegang

data jumlah guru dan siswa di provinsi yang ditanganinya, sehingga dapat mulai mencetak berdasarkan data yang mereka miliki tersebut.

Meskipun percetakan diberi kewenangan untuk mencetak, ujar Musliar, proses pengiriman atau distribusi harus sesuai dengan pesanan sekolah. Jangan sampai buku yang telah dikirim ke sekolah tidak terpakai karena sekolah merasa tidak pernah memesan buku tersebut. Dinas pendidikan kabupaten/ kota berperan untuk memantau proses

pemesanan dan distribusi ke sekolah. Dahulukan mencetak buku untuk daerah yang jauh distribusinya.

Berdasarkan data dari Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), tercatat ada 30 perusahaan percetakan yang memenangkan tender mencetak dan mengirim buku Kurikulum 2013. Dalam data pelelangan, sebanyak 244.902.511 oplah akan dicetak dalam 200 judul buku. Mendikbud mengakui, hal ini bukan pekerjaan mudah karena dilaksanakan dalam 169 paket lelang. “Alhamdulillah semuanya dapat dilaksanakan,” katanya. (Aline, Seno, Ratih)

Seluruh sekolah akan menerapkan Kurikulum 2013 secara bertahap dan menyeluruh pada tahun pelajaran 2014/2015. Setidaknya ada 200 judul buku yang disiapkan untuk digunakan oleh guru maupun siswa. Sekolah bisa membelinya langsung kepada penyedia yang telah ditetapkan dengan menggunakan dana BOS.

Kami umumkan

secara terbuka,

untuk memberitahu

kepada publik bahwa

(buku) ini gratis.

Jadi tidak boleh ada

pungutan.

Contoh buku Kurikulum 2013 untuk siswa SD/MI. Tahun ini hampir 245 juta eksemplar buku dicetak untuk memenuhi kebutuhan implementasi Kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2014/2015.

Untuk

menghindari

keterlambatan

pengiriman

buku,

penyedia buku

Kurikulum

2013 tetap

disilakan

mencetak

buku terlebih

dahulu,

walaupun

data pesanan

dari sekolah

belum

diterima.

(8)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mengumpulkan seluruh kepala dinas pendidikan kabupaten/kota seluruh Indonesia bersama para penyedia buku Kurikulum 2013 pemenang lelang pengadaan buku, di Jakarta, Minggu (1/6)-Selasa (3/6) lalu. Mereka membahas proses pemesanan buku, mengingat hingga batas waktu yang telah ditentukan, hanya di bawah 10 persen sekolah yang telah memesan buku kepada penyedia.

Sebelumnya, sekolah diberikan tenggat waktu hingga 28 Mei 2014 untuk melakukan pemesanan buku kepada penyedia. Tenggat waktu diberikan agar penyedia dapat segera mencetak buku

sesuai dengan pesanan dan mendistribusikan langsung ke sekolah sebelum akhir Juni 2014. Namun, hingga batas akhir tenggat waktu tersebut, hanya sedikit sekolah yang merespons informasi ini.

“Padahal sosialisasi mengenal pemesanan buku ini telah kami lakukan melalui berbagai media, mulai dari media massa cetak, elektronik (televisi dan radio), maupun laman internet,” ungkap Sekretaris Jenderal Pendidikan Dasar, Kemdikbud, Thamrin Kasman, di ruang kerjanya, Rabu (28/5).

Ia menjelaskan, kondisi tersebut terjadi salah satunya karena sistem daring yang tidak berjalan

lancar. Ketiadaan jaringan internet biasanya dialami sekolah-sekolah yang berada di kawasan terpencil. Akibatnya, mereka tidak bisa memesan buku melalui e-katalog yang dikelola Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

Untuk itu, dinas pendidikan kabupaten/kota setempat diminta membantu proses tersebut, sehingga sekolah dapat memesan buku sesuai dengan yang dibutuhkan dan menerima buku sebelum tahun pelajaran baru dimulai. Dalam pemesanan buku itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Misalnya, sekolah tidak diperbolehkan membeli buku, selain buku yang disediakan oleh pihak penyedia buku pemenang

lelang yang telah ditetapkan LKPP.

Dinas pendidikan kabupaten/kota juga diminta menginformasikan kepada sekolah tentang waktu pengiriman buku. Hal ini dapat membantu sekolah menyiapkan uang yang dibutuhkan untuk membayar buku kepada penyedia saat buku diterima sekolah. “Sekolah wajib membayar langsung kepada penyedia buku sejumlah harga buku Kurikulum 2013 beserta harga materai, sesuai pesanan yang diterima oleh sekolah,” pungkas Thamrin.

Tidak hanya itu, dalam pertemuan tersebut, Kemdikbud mengimbau agar perusahaan penyedia buku Kurikulum 2013 proaktif berkomunikasi dengan dinas pendidikan kabupaten/kota,

pengelola Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dan LKPP.

Kemdikbud juga telah membuka posko pengaduan seputar pemesanan buku Kurikulum 2013, yaitu 085811162811 (SD), 08119844025 (SMP), 021-572 5466/081290146789 (SMA/SMK). (Ratih, Billy)

Buku teks menjadi bagian penting dalam implementasi Kurikulum 2013, sebagaimana peran guru sasaran di kelas. Tanpa buku, proses pembelajaran tak akan dapat berjalan lancar. Sekolah diharapkan segera memesan buku agar pada hari pertama tahun pelajaran 2014/2015 dimulai, semua guru dan siswa memilikinya.

Pesan Buku Hanya pada Penyedia

yang Ditetapkan

Dalam

pemesanan

buku itu ada

beberapa hal

yang perlu

diperhatikan.

Misalnya,

sekolah tidak

diperbolehkan

membeli buku,

selain buku yang

disediakan oleh

pihak penyedia

buku pemenang

lelang yang

telah ditetapkan

LKPP.

Pengadaan Buku

Semester I dan II Berbeda

Pengadaan buku Kurikulum 2013 semester dua berbeda dengan semester

pertama tahun pelajaran 2014/2015. Jika skenario pengadaan di semester pertama dinas pendidikan berperan sebagai pengawas,

maka di semester dua dana pengadaan buku ini ada di dinas pendidikan.

Pencetakan buku untuk semester dua dijadwalkan November mendatang. Untuk itu, dua bulan sebelumnya (Agustus), proses pemilihan penyedia akan dilakukan. Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP), Agus Rahardjo, siap membantu proses pengadaan penyedia buku untuk semester dua mendatang.

Ketua Kelompok Kerja Katalog Buku Kurikulum 2013, Direktorat Sanggah LKPP, Yulianto, mengatakan bahwa dengan mekanisme pembayaran melalui APBD, proses pengadaan akan lebih baik, karena akan diperoleh kepastian mulai dari pemesanan hingga pembayaran ke penyedia.

“Apabila anggaran ada di dinas pendidikan, mekanisme pembayaran seperti layaknya di APBD melalui DPPKAD. Ini menjadi lebih pasti, dan dari sisi

penyedia juga ada kepastian membayar,” kata Yulianto saat menyampaikan paparan pada rapat koordinasi pengadaan buku teks Kurikulum 2013, di

Jakarta, Senin (2/6).

Ia mengatakan, mulai minggu ke dua Juni, LKPP mulai menyiapkan penyusunan paket, termasuk di dalamnya harga perkiraan sendiri (HPS). LKPP juga akan membuatkan jadwal lelang pengadaan buku Kurikulum 2013 semester dua. Pada proses lelang, kata Yulianto, yang akan ditayangkan harga per satuan. “Kalau di katalog harga per satuan buku, dan volume buku tidak mengikat, sehingga dapat dikalikan dengan yang dipesan,” jelasnya.

Ia menambahkan, kelompok kerja katalog buku Kurikulum 2013 memerlukan informasi kebutuhan, alamat distribusi untuk diinformasikan ke penyedia, sehingga penyedia bisa menghitung berapa kira-kira penawaran yang diberikan. “Pada prinsipnya pemilihan penyedia harus efisien dan efektif, mendapatkan buku sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan, tepat waktu, dan harga yang sehemat mungkin,” pungkas Yulianto. (Seno)

Dengan mekanisme

pembayaran melalui APBD,

proses pengadaan akan

lebih baik, karena akan

diperoleh kepastian mulai

dari pemesanan hingga

pembayaran ke penyedia.

(9)

Kepala SD Negeri Rawamangun 12 Pagi, Jakarta, Juhana Muhtar melalui hubungan telepon, Senin (9/6) menjelaskan, pihaknya telah memesan buku kepada penyedia yang telah ditunjuk melalui koordinasi dengan dinas pendidikan setempat. Buku telah dipesan sejak Mei 2014 lalu dan saat ini pihaknya menunggu buku tersebut dikirim ke sekolah.

Juhana menyebut, ada 18 rombongan belajar (rombel) yang tahun pelajaran baru ini menerapkan Kurikulum 2013. Ke-18 rombel tersebut terdiri atas 4 rombel kelas 1, 5 rombel kelas 2, 4 rombel kelas 4, dan 5 rombel kelas 5. Buku yang dipesan disesuaikan dengan jumlah siswa yang ada. Setiap rombel terdiri dari 28 siswa dan masing-masing

siswa akan menerima delapan buku tematik. “Totalnya untuk siswa, jika dikalikan dengan jumlah rombel yang ada, yaitu 4.032 buku. Ini belum ditambah dengan buku untuk guru,” ujarnya. Juhana berharap, buku datang tepat waktu, sehingga dapat digunakan siswa saat tahun pelajaran baru dimulai.

Sementara itu, Wakil Kepala SMP Negeri 1 Palembang bidang Kurikulum, Yanti Pratiwi mengatakan, pihaknya dibantu dinas pendidikan setempat memesan buku melalui aplikasi e-katalog dan e-purchasing. Pemesanan ini dilakukan secara daring pada Mei 2014 yang lalu. Menurutnya, selama proses pemesanan, tidak ditemui kendala berarti. Buku yang dipesan disesuaikan dengan jumlah peserta didik untuk kelas VII sebanyak 224 siswa dan kelas VIII sebanyak 203 siswa.

Yanti berharap, buku yang telah dipesan dapat tiba di sekolah sebelum pelaksanaan tahun pelajaran 2014/2015 dimulai. Ia juga berharap, buku guru yang sangat diperlukan

sebagai panduan mengajar di sekolah juga dapat diberikan. “Pengalaman tahun lalu, sekolah kami memang tidak kekurangan buku untuk siswa. Tetapi buku untuk guru sangat kurang. Kami berharap hal itu tidak terjadi lagi,” ujar Yanti saat dihubungi melalui telepon, Selasa (10/6). Sementara itu, persiapan menjelang pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolah tersebut diisi dengan pelatihan bagi guru-guru yang akan mengajar di kelas VII dan VIII. Pelatihan dilakukan dengan prinsip “dari kita untuk kita”. “Artinya, guru-guru yang tahun lalu sudah mendapat pelatihan, kami minta untuk mengajarkan guru-guru lain yang

belum mendapat pelatihan. Ini inisiatif kami untuk melaksanakan Kurikulum 2013 dengan baik di sekolah ini,” tambahnya.

Di tempat berbeda, Wakil Kepala SMA Negeri 5 Semarang bidang Sarana dan Prasarana, Mariyadi yang ditemui Asah Asuh, Jumat (6/6) mengungkapkan, pihaknya telah memesan buku Kurikulum 2013 kepada dua penyedia untuk kelas X dan XI. Penyedia pertama, PT Gramedia menyediakan delapan mata pelajaran buku pegangan. Bagi siswa kelas X, mata pelajaran bahasa Indonesia dipesan sebanyak 428 buku, bahasa Inggris 427 buku, matematika 428 buku, Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) 426 buku, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) 426 buku, prakarya 424 buku, sejarah 424 buku, serta seni dan budaya 424 buku.

Sementara itu untuk kelas XI, mata pelajaran bahasa Indonesia dipesan sebanyak 428 buku, bahasa Inggris 427 buku, matematika 428 buku, PJOK 426 buku, PPKn 426 buku,

prakarya 424 buku, sejarah 424 buku, serta seni dan budaya 424 buku. Anggaran untuk ke-16 buku tersebut mencapai Rp 52,8 juta.

Pemesanan buku agama dan budi pekerti dilakukan

oleh CV Aneka Ilmu dengan tiga mata pelajaran. Buku pegangan siswa untuk kelas X dan XI, masing-masing kelas memesan buku dengan jumlah yang sama. Mata pelajaran agama Islam dan budi pekerti sebanyak 388 buku, agama Katolik dan budi pekerti 20 buku, serta agama Kristen

dan budi pekerti 26 buku. Totalnya mencapai RP 7,4 juta.

Sementara untuk buku pegangan guru disesuaikan dengan jumlah guru mengajar, yaitu 65 orang guru tetap, 9 orang guru tidak tetap, dan empat orang guru pemenuhan jam mengajar. ”Semua buku semester

satu ini sudah dipesan. Kami sudah konfirmasi, penyedia menyampaikan sedang dalam proses pendataan dan pengepakan buku. Hasil kesepakatan di Kota Semarang apabila ada

buku yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang ada di petunjuk teknis, akan dikembalikan kepada penyedia,” kata Mariyadi. Ia berharap proses pengiriman dapat dilakukan tepat waktu sesuai dengan petunjuk teknis pada 30 Juni 2014, agar implementasi Kurikulum 2013 dapat berjalan dengan lancar. Mariyadi menambahkan, SMA Negeri 5 Kota Semarang yang telah menjadi sekolah sasaran penerapan Kurikulum

2013 tahun lalu, siap menyongsong pelaksanaan kurikulum baru itu pada tahun pelajaran 2014/2015 mendatang. (Ratih, Seno)

Sekolah Akan Terima Buku

Sebelum Pembelajaran di Sekolah Dimulai

Tahapan pemesanan buku Kurikulum 2013

telah terlewati. Sekolah akan menerima buku yang dipesan itu paling lambat akhir Juni 2014. Setidaknya ada 22 penyedia buku tematik SD dan 15 penyedia buku mata pelajaran bagi siswa SMP, SMA, dan SMK yang akan mencetak dan mendistribusikannya ke sekolah-sekolah pemesan. Sebanyak hampir 245 juta buku dengan nilai

anggaran mencapai Rp 2,1 triliun akan dikirimkan ke sekolah-sekolah di Indonesia. Buku yang datang tepat waktu tentu memperlancar proses belajar mengajar di sekolah.

Tumpukan buku Kurikulum 2013 yang digunakan siswa tahun lalu. Buku Kurikulum 2013 itu akan dibagikan gratis kepada seluruh peserta didik yang menerima penerapan kurikulum baru tersebut. Untuk jenjang SD/MI, siswa diberikan delapan buku tematik dengan enam tokoh siswa yang mewakili keragaman masyarakat Indonesia.

Buku telah

dipesan sejak

Mei 2014

lalu dan saat

ini pihaknya

menunggu

buku

tersebut

dikirim ke

sekolah.

Semua buku semester

satu ini sudah

dipesan. Kami sudah

konfirmasi, penyedia

menyampaikan

sedang dalam proses

pendataan dan

pengepakan buku.

(10)

Tiga Cara Perkuat Program SM3T

Program Sarjana Mengajar di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T) akan terus diperkuat dengan tiga cara. Sejauh ini, program tersebut terbukti telah membawa dampak positif terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia. Kombinasi SM3T dengan program dan kebijakan pendidikan lainnya secara nyata mampu meningkatkan Angka

Partisipasi Kasar (APK) pendidikan dasar dan menengah.

Hal itu disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh, seusai mengunjungi sekolah sasaran yang menjadi lokasi mengajar SM3T di Papua Barat, yaitu SD dan SMP Satu Atap (Satap) Ninjemor, Kamis (8/5).

Mendikbud menyebutkan tiga cara itu adalah pertama, program SM3T dapat diperkuat melalui kerja sama dengan pemerintah daerah untuk memfasilitasi sekolah-sekolah yang ada di daerah 3T. “Pada hakikatnya yang bertanggung jawab secara langsung adalah kabupaten/ kota. Tetapi pusat pun tidak bisa melepaskan diri. Oleh karena itu, kerja sama dengan pemerintah daerah sangat penting,” katanya.

Cara kedua, bekerja sama dengan para alumni perguruan tinggi yang bersedia menjadi relawan untuk mengajar di daerah 3T. Jumlah peminat program SM3T cukup besar, setiap tahun mencapai 8.000-9.000 orang. Dari jumlah tersebut, pengajar SM3T yang diambil Kementerian sekitar 3.000 orang.

Cara ketiga, adalah dengan menyatukan program SM3T yang nantinya akan menjadi guru, dengan Pendidikan Profesi Guru (PPG).

“Bonus untuk pengajar SM3T ketika selesai dari tugasnya adalah mereka akan mendapatkan PPG, sehingga dari situ diharapkan dapat benar-benar menjadi guru. Saya sudah komunikasi dengan Menpan dan RB untuk memrioritaskan SM3T dan mengangkatnya menjadi CPNS melalui jalur tes, untuk dapat mengembangkan pendidikan di daerah 3T. Harapannya, alumni-alumni dari SM3T dapat menjadi guru tetap di daerah 3T,” ujarnya.

Mendikbud menambahkan, SM3T juga memiliki peran tambahan sebagai pengumpul data. Mereka dapat menyampaikan kebutuhan kelas, serta kondisi masyarakat tempat mereka mengabdi. Mereka

juga diharapkan berperan dalam memajukan masyarakat di tempat tersebut dan menyebarkan semangat nasionalisme.

Masuk Muri

Keberhasilan pelaksanaan program SM3T mendapat penghargaan dari

Museum Rekor Indonesia (Muri). Penghargaan itu diserahkan kepada Mendikbud, Mohammad Nuh, pada acara silaturahim antara Mendikbud dan pengajar SM3T wilayah Papua dan Papua Barat, di Sorong, Papua Barat, Jumat (9/5).

Data Kemdikbud menunjukkan, hingga saat ini telah dikirim sebanyak 7.962 pengajar yang disebar di wilayah 3T. Program yang dimulai sejak 2011 ini telah memberi manfaat langsung kepada anak bangsa yang berada di daerah 3T. Penghargaan

yang diserahkan kepada Mendikbud ini juga diberikan kepada Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Djoko Santoso.

“Kami ucapkan terima kasih, dan saya membawa pesan dari NTT agar program ini jangan sampai berhenti. Bagi masyarakat NTT,

program ini sangat berarti. Ini menjadi catatan dalam sejarah pendidikan di Indonesia, di mana program SM3T betul-betul menyentuh rakyat Indonesia,” demikian disampaikan perwakilan pihak Muri yang

menyerahkan penghargaan tersebut kepada Mendikbud.

Tentang SM3T, Mendikbud menjelaskan, program tersebut memang bukan solusi permanen untuk masalah kekurangan tenaga pendidik dan peningkatan kualitas pendidikan di wilayah 3T. Meskipun

demikian, program ini betul-betul menjadi solusi yang bisa menjawab realitas dunia pendidikan di Indonesia.

“Kementerian tidak bisa membalas jasa para pengajar SM3T. Karena dengan adanya para guru ini semata-mata untuk memuliakan manusia. Jasa mengangkat harkat dan martabat ini yang tidak bisa dinilai,” kata Mendikbud.

Ia menambahkan, pengajar SM3T yang telah menunaikan tugasnya selama satu tahun diberikan kesempatan untuk kembali ke perguruan tinggi masing-masing yang juga bertindak sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidik (LPTK) dan mengikuti pendidikan profesi. Mendikbud pun telah berkomunikasi dengan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi untuk menambah kuota aparatur sipil negara untuk guru di daerah 3T. (Seno, Aline)

Kelangkaan tenaga pengajar di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) , telah lama menjadi masalah akut dunia pendidikan. Banyak peserta didik telantar, karena ketidaktersediaan tenaga pengajar. Program SM3T menjadi harapan baru bagi pemerataan layanan pendidikan.

Suasana penulisan kebermanfaatan Program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM3T) pada 1.500 kaos yang berlangsung di Alun-Alun Aimas, Sorong, Papua Barat, Jumat (9/5). Kegiatan ini berhasil memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).

Jumlah peminat

program SM3T

cukup besar, setiap

tahun mencapai

8.000-9.000

orang. Dari jumlah

tersebut, pengajar

SM3T yang diambil

Kementerian sekitar

3.000 orang.

Bagi

masyarakat NTT

program ini

sangat berarti.

Ini menjadi

catatan

dalam sejarah

pendidikan

di Indonesia,

di mana

program SM3T

betul-betul

menyentuh

rakyat

Indonesia.

Foto: Sukemi

(11)

Terangi Jiwa dan Pikiran Anak-anak

Pada zaman hedonisme seperti sekarang ini, rasanya tidak banyak sarjana yang bersedia mengabdikan diri di daerah terpencil dengan fasilitas kehidupan yang serba minim. Dari yang sedikit itu, tersebutlah pengajar SM3T, yang terkadang berjibaku demi kemajuan pendidikan di daerah pengabdian. Pengajar SM3T adalah pendekar kemanusiaan, yang tidak pernah luput dari perhatian pemerintah.

Mengajar di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) bukan pekerjaan mudah. Perlu kekuatan, kesabaran, ketabahan, dan ketahanmalangan. Itulah sebabnya, sebelum bertugas ke daerah tersebut, calon peserta program Sarjana Mendidik di daerah 3T (SM3T) menjalani seleksi ketat untuk bisa menjadi tenaga pengajar program ini.

Selain seleksi akademis, mereka juga dilatih ketahanmalangan untuk menghadapi kerasnya kehidupan di alam rimba yang jauh dari fasilitas

mewah dan teknologi. Mereka diberi bekal untuk bertahan hidup di daerah terpencil dan menjadi sinar bagi pendidikan anak bangsa di sana. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Mohammad Nuh, mengatakan, salah satu ciri guru SM3T adalah tidak pernah kehabisan air mata. Meskipun tiap saat air mata bercucuran, tapi karena memiliki tandon kejiwaan yang kuat, maka bisa memproduksi air mata baru.

“Itu tandanya bukan hanya memiliki intelektualitas tinggi tapi juga kehalusan dan kehangatan jiwa untuk mencerdaskan anak-anak bangsa,” kata Mendikbud usai mendengarkan testimoni dari peserta SM3T pada acara silaturahim Mendikbud dengan guru SM3T wilayah Papua dan Papua Barat, di Sorong, Papua Barat, Jumat (9/5).

Kehangatan jiwa yang disebut Mendikbud bisa dilihat dari cerita Hasnah Huraeda, salah satu

guru SM3T yang menyampaikan pengalamannya setelah selama delapan bulan bertugas di Kabupaten Maybrat, Papua. Pertama kali tiba di lokasi penugasan, Hasnah menjumpai 20 siswa dan seorang guru yang merangkap sebagai kepala sekolah, tenaga administrasi, hingga pengurus adat. Kegiatan belajar mengajar jadi lebih sering kosong karena satu-satunya guru di sekolah itu harus mengurus keperluan adat.

“Namun setelah saya datang, pembelajaran bisa berjalan normal dan efektif dari hari Senin hingga Sabtu,” tutur Hasnah. Selain persoalan manajemen sekolah, sebelum kedatangannya, sekolah ini juga masih menggunakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Padahal, Kurikulum 2013 sudah mulai digunakan sejak tahun lalu.

Cerita Hasnah sama halnya dengan Ramli Sihombing. Pengajar alumnus Universitas Negeri Riau ini ditugaskan di Kabupaten Lanny Jaya, daerah yang berada di kaki gunung dan merupakan pemekaran dari Kabupaten Jaya Wijaya. Ramli mengatakan, kabupaten ini memiliki gedung sekolah yang baik begitu pula sarana prasarananya. Hanya saja, guru dan siswa sulit ditemui.

Pertama kali menginjakkan kaki di lokasi penugasan, ia mendapati 70 persen penduduknya buta aksara. Pemerintah Lanny Jaya, kata dia, memberi target tiga bulan agar anak-anak mampu membaca.

Menjawab tantangan tersebut, Ramli melakukan pembelajaran intensif bagi para siswa. Hasilnya, kini anak-anak di sekolah tersebut tidak hanya mampu membaca, tetapi juga sudah bisa menyanyi lagu Melayu, lagu Jawa, bahkan lagu Riau. Maka, teranglah jiwa dan pikiran anak-anak Lanny Jaya dalam melihat dunia dari teks berbahasa Indonesia.

Sementara itu bagi Suandi, kehadiran Mendikbud Mohammad Nuh, di Sorong,

memberikan motivasi kepada para pengajar SM3T. Ini memberikan motivasi sekaligus menguatkan

semangat untuk terus mengabdi pada negara dalam mencerdaskan masyarakat Indonesia.

“Saya salah satu dari 35 orang yang

ditempatkan di Kabupaten Sorong, dan juga salah satu dari 284 mahasiswa yang ditempatkan di tanah Papua dan Papua Barat,” ungkap Suandi di SD dan SMP Satu Atap (Satap) Ninjemor, Kamis (8/5/2014).

Ia menceritakan, untuk mencapai Distrik Segun, lokasi sekolah itu, dari Kabupaten Sorong dapat menggunakan transportasi darat dan laut. Keduanya cara tersebut membutuhkan waktu

tempuh sekitar tiga jam. “Terkadang dalam perjalanan kami menggunakan sungai menjumpai buaya,” tutur Suandi yang sudah delapan bulan mengabdi menjadi tenaga pengajar. Suandi juga mengaku, dalam pengabdian di Kabupaten Sorong, banyak pengajar SM3T yang menderita penyakit kulit melepuh akibat racun dari getah salah satu pohon di tanah Papua, dan ada juga yang terkena malaria. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat para pengajar SM3T untuk terus membagikan ilmu kepada siswa-siswa di sekolah tersebut.

Satu hal yang pasti dimiliki para pengajar SM3T adalah rasa rindu kepada keluarga di rumah. “Sampai saat ini kami belum bertemu orangtua, kami rindu masakan Ibu, dan rindu akan nasihat Ayah kami. Kami sulit berkomunikasi dengan orangtua karena tidak adanya jaringan telepon selular,” ungkapnya.

Namun, lanjut Suandi, rindu yang ia rasakan kepada orangtua dan keluarga tercinta dapat terobati dengan kehadiran Mendikbud. “Kami ucapan terima kasih banyak atas kehadiran Bapak Menteri,” ucap Suandi, haru. (Aline, Seno)

Acara Silaturahim Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) bersama para pengajar SM3T di Sorong, Papua Barat, diisi dengan sesi berbagi cerita dan pengalaman pengajar SM3T. Abdel Muhaimin yang mengabdi di pedalaman Kabupaten Teluk Bintuni, Papua menceritakan pengalamannya di hadapan Mendikbud dan jajarannya, Jumat (9/5).

Kiprah Pengajar SM3T

Salah satu ciri guru

SM3T adalah tidak

pernah kehabisan

air mata. Meskipun

tiap saat air mata

bercucuran, tapi

karena memiliki

tandon kejiwaan

yang kuat, maka

bisa memproduksi

air mata baru.

Banyak pengajar

SM3T yang

menderita penyakit

kulit melepuh akibat

racun dari getah

salah satu pohon

di tanah Papua,

dan ada juga yang

terkena malaria.

Namun, hal itu

tidak menyurutkan

semangat para

pengajar SM3T.

(12)

Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Menengah (Dikmen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)

mengembangkan aplikasi pendataan untuk menjaring data individual sekolah menengah (SMA, SMK, dan SMA-LB). Aplikasi tersebut diberi nama aplikasi Dapodikmen (Data Pokok Pendidikan Menengah), yang dapat diakses dengan

alamat http://dapo. dikmen.kemdikbud. go.id.

Aplikasi ini bukan merupakan aplikasi baru, melainkan pengembangan dari paket aplikasi sekolah (PAS) yang Ditjen Dikmen miliki sebelumnya. “Dapodikmen ini pengembangan lebih lanjut dari aplikasi yang sudah ada, sehingga PAS untuk SMA,

SMK, dan SMA-LB diintegrasikan,” ujar Direktur Jenderal (Dirjen) Dikmen, Achmad Jazidie, dalam peluncuran Dapodikmen di Gedung D Kemdikbud, Jakarta, Jumat (2/5).

Acara peluncuran itu dihadiri Staf Ahli Mendikbud Bidang Organisasi dan Manajemen, Abdullah Alkaff. Peluncuran ditandai dengan dibunyikan sirine dan pemutaran video profil Dapodikmen.

Jazidie menjelaskan, berdasarkan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nomor 0293/MPK.A/PR/2014, tidak ada lagi penjaringan data di luar sistem pendataan Dapodik. “Ini sudah menjadi kebijakan menteri,” tegasnya. Ia juga menekankan pentingnya data untuk sebuah perencanaan. Perencanaan

merupakan

langkah awal untuk pengembangan berbagai hal, termasuk di bidang pendidikan. Sementara itu, Sekretaris Ditjen Dikmen, Sutanto, menyatakan bahwa Dapodikmen juga dibutuhkan untuk mendukung penyuksesan program pendidikan menengah universal (PMU) dan implementasi Kurikulum 2013. Ditjen Dikmen sudah menyiapkan perangkat lunak (software) Dapodikmen dan buku manual penggunaan aplikasi untuk dibagikan ke sekolah-sekolah, sehingga memudahkan operator sekolah dalam menggunakan aplikasi Dapodikmen.

Spesifikasi Dapodikmen Aplikasi Dapodikmen bukan

merupakan aplikasi baru yang mengharuskan operator sekolah mendata ulang data-data sekolah. Untuk pemutakhiran data, operator sekolah dapat melengkapi data PAS yang menyesuaikan dengan struktur data Dapodikmen dengan tujuan mendapatkan data yang akurat dan lengkap.

Untuk dapat menjalankan aplikasi Dapodikmen, pengguna aplikasi dapat mengunduhnya di alamat http://dapo.dikmen. kemdikbud.go.id. Spesifikasi minimal perangkat keras

(hardware) yang diperlukan adalah

processor minimal pentium IV, memory minimal 512 MB, storage

tersisa minimal 100 MB, dan CD/ DVD drive jika instalasi dilakukan melalui media CD/DVD.

Sedangkan spesifikasi minimal perangkat lunak (software/

operating system) yang diperlukan

adalah Windows XP SP3, Windows Vista, Windows 7 32 & 64 Bit, Windows 8 32 & 64 Bit, dan Windows 8.1 32 & 64 Bit. Kemudian untuk browser dapat menggunakan Google Chrome (sangat disarankan dan bersih dari plugins), Opera, dan Mozila Firefox.

Pengguna aplikasi Dapodikmen terdiri dari kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan (PTK), peserta didik, dan operator sekolah, yang memiliki perannya masing-masing. Kepala sekolah berperan

sebagai pembagi guru mengajar di setiap rombongan belajar (rombel) dan mengawasi operator sekolah dalam pengisian aplikasi Dapodikmen.

Peran PTK adalah sebagai pengajar dan pelaksana, sekaligus bertugas mengisi formulir individual PTK dan mengecek kebenaran dan kelengkapan data individu yang dientri oleh operator Dapodikmen. Peran peserta didik adalah mengisi

formulir peserta didik dimana formulir diserahkan kepada orang tua untuk diisi secara lengkap.

Sedangkan operator sekolah memiliki tiga peran. Pertama, menyebarkan formulir pendataan kepada sekolah, PTK, dan peserta didik dalam rangka

mendapatkan data untuk dientri ke dalam aplikasi. Kedua, mengentri data sesuai dengan data yang terisi di formulir pendataan. Dan ketiga, mengirim data ke server melalui aplikasi Dapodikmen. (Desliana)

Ditjen Dikmen Luncurkan

Aplikasi Dapodikmen

Ditjen Dikmen mengembangkan aplikasi sistem pendataan sesuai dengan kebutuhan pengguna yang juga terus berkembang. Aplikasi pendataan yang diberi nama Dapodikmen ini diharapkan dapat dimanfaatkan sekolah dan pemangku kepentingan lainnya dalam penyusunan dan

pelaksanaan program, serta perencanaan pendidikan.

Berdasarkan Surat

Edaran Mendikbud

Nomor 0293/

MPK.A/PR/2014,

tidak ada lagi

penjaringan data

di luar sistem

pendataan

Dapodik.

Pengguna

aplikasi dapat

mengunduhnya

di alamat http://

dapo.dikmen.

kemdikbud.go.id

Foto: Ratih PIH

Tampilan aplikasi dapodikmen yang dapat diakses melalui http://dapo.dikmen.kemdikbud.go.id. Sekolah diharapkan rutin melakukan pembaruan data setiap enam bulan sekali agar data yang tersimpan selalu mutakhir.

Referensi

Dokumen terkait

Penyedia jasa dapat digugurkan apabila tidak hadir pada saat pembuktian kualifikasi (untuk memperlihatkan dokumen asli kualifikasinya) sesuai waktu yang telah

Terhadap penawaran Calon Penyedia yang lulus evaluasi administrasi selanjutnya dilakukan evaluasi teknis, dengan hasil sebagai berikut :. NO

PERSEPSI MAHASISWA MENGENAI PENETAPAN KLASIFIKASI UANG KULIAH TUNGGAL PER SEMESTER DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1) The amendment to and or adjustment of the entire Articles of Association of the Company to Law No. 40 Year 2007 concerning Limited Liabilities Companies and related

M¨ uller and Reinhart [ 10 ] gave fundamental observations on b -elite primes and presented selected computational results from which three conjectures are derived, two of them

[r]

Pembangunan Sumur Bor di Kelurahan Kelaisi Timur yang dilakukan oleh Kelompok Kerja Jasa Konstruksi II Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Kabupaten Alor Tahun

04/POKJA.D1.A3-SCS/VI/2016 tanggal 22 Juni 2016, maka dengan ini diumumkan Peringkat Teknis Penyedia Jasa untuk pekerjaan tersebut di atas sebagai berikut