Azas Hukum Kontrak sebagaimana
ditetapkan oleh BPHN tahun 1989
menyatakan beberapa azas yaitu:
-
konsensualisme
-
Keseimbangan
-
Moral
-
Kepatutan
-
Kepatutan
-
Kebiasaan
-
Manfaat
-
Kepastian hukum
Klausula Eksonerasi & Perjanjian Baku
Standard Contract & Standard Voorwaarden Dikatakan take it or leave it contract karena kedudukannya yang tidak seimbang
Defenisi Klausula Eksonerasi adalah:
klausul yang dicantumkan di dalam suatu klausul yang dicantumkan di dalam suatu perjanjian dengan mana satu pihak
menghindarkan diri untuk memenuhi
Klausula eksonerasi ini dapat terjadi atas kehendak satu pihak yang dituangkan dalam perjanjian secara
individual atau secara masal.
Yang bersifat masal ini telah dipersiapkan lebih dahulu dalam bentuk formulir yang dinamakan dengan
Perjanjian Baku
Perjanjian Baku adalah konsep perjanjian tertulis yang Perjanjian Baku adalah konsep perjanjian tertulis yang disusun tanpa membicarakan isinya dan lazimnya
dituangkan dalam sejumlah perjanjinan tidak terbatas yang sifatnya tertentu
Drooglever Fortuijin: Perjanjian yang bagian pentingnya dituangkan dalam sususan perjanjian
Klausula Eksonerasi & Azas Kebebasan Berkontrak Dibedakan atas 3 jenis:
1. Perjanjian baku sepihak: isinya ditentukan oleh pihak yang kuat kedudukannya dalam perjanjian tsb, mis: kreditur kedudukan kuat seperti dalam Perjanjian buruh kolektif
2. Perjanjian baku yang ditetapkan pemerintah: mempunyai objek hak hak atas tanah, misalnya mempunyai objek hak hak atas tanah, misalnya
formulir dalam SK Mendagri ttg akta jual beli, akta hipotik dll
3. Perjanjian baku yang ditentukan dilingkungan notaris atau advokat: konsepnya sejak semula sudah
Ciri perjanjian baku meniadakan dan membatasi kewajiban salah satu pihak
(kreditur) membayar ganti rugi kepada debitur adalah:
Isinya ditetapkan secara sepihak oleh kreditur yang posisinya relatif lebih kuat dari debitur Debitur sama sekali tidak ikut menentukan isi perjanjian
perjanjian
Terdorong oleh kebutuhannya terpaksa menerima isi perjanjian tsb
Bentuknya tertulis
Kaitannya dengan azas kebebasan berkontrak: Dikaitkan dengan Pasal 1320 BW yang
menunjukkan bahwa azas ini dikenal secara universal
Ada 2 paham mengenai perjanjian baku: Sluijter: perjanjian baku bukan perjanjian,
sebab kedudukan pengusaha didalam perjanjian sebab kedudukan pengusaha didalam perjanjian itu adalah seperti pembentuk uu swasta karena syaratnya ditentukan oleh pengusaha swasta tsb Pitlo: perjanjian paksa (dwang) walaupun
secara teoritis yuridis, ttp tidak memenuhi ketentuan UU dan ditolak, tetapi kebutuhan masyarakat ternyata berlawanan dengan
Stein: perjanjian baku dapat diterima sebagai perjanjian, berdasarkan kemauan dan
kepercayaan pihak mengikatkan diri pada
perjanjian tsb, jika debitur menerima dokumen maka ia sukarela setuju pada isi perjanjian tsb
Asser Ruten: setiap orang yang
menandatangani perjanjian, bertanggung jawab menandatangani perjanjian, bertanggung jawab pada isi dan apa yang ditandatanganinya.
Hondius: perjanjian baku mempunyai kekuatan mengikat berdasarkan kebiasaan (gebruik)
Walaupun klausula eksonerasi bertentangan dengan asas kebebasan berkontrak dalam
system hukum, tetapi kebutuhan masyarakat didahulukan
Bagaimana jalan keluarnya?
Isinya KUHPerd baru:
- bidang usaha untuk memberlakukan aturan baku ditentukan dengan peraturan
- aturan baku dapat ditetapkan diubah dicabut jika disetujui Menteri Kehakiman melalui panitia yang ditentukan untuk itu, cara kerjanya diatur oleh UU
- penetepan, perubahan dan pencabutan aturan baku hanya mempunyai kekuatan setelah ada persetujuan raja mengenai hal itudiletakkan dalam Berita Negara
- Seorang yang menandatangani atau dengan cara lain mengetahui isi janji baku, atau menerima penghunjukan terhadap syarat umu, terikat kepada janji
- Janji baku dapat dibatalkan, jika pihak kreditur
Pengawasan melalui pemerintah (diumumkan melalui Berita Negara)
Pengadilan: menggunakan lembaga itikad
baik, kepatutan, kebiasaan, menyalahgunakan keadaan dan perubahan keadaan sebagai tolak ukur mengawasi perjanjian baku
ukur mengawasi perjanjian baku
Konsultan hukum dan Notaris: memberi
UU No.8/1999 tentang Perlindungan Konsumen, Bab V, Ketentuan Pencatuman Klausula Baku, Pasal 18:
(1) Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang
ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila:
a. menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;
b. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen;
c. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen;
d. menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran;
e. mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen;
f. memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan *9396 konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa;
(2) Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti.
(3) Setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjian yang memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan batal demi hukum.
(2) dinyatakan batal demi hukum.