• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PENCAPAIAN PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) PILAR PERTAMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAWANGU KABUPATEN SUMBA TIMUR (STUDY KASUS DI DESA KAMBATA TANA).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI PENCAPAIAN PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) PILAR PERTAMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAWANGU KABUPATEN SUMBA TIMUR (STUDY KASUS DI DESA KAMBATA TANA)."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS UDAYANA

EVALUASI PENCAPAIAN PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) PILAR PERTAMA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS KAWANGU KABUPATEN SUMBA TIMUR (STUDY KASUS DI DESA KAMBATA TANA)

AFRIANI YORINCE BLEGUR

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

i

UNIVERSITAS UDAYANA

EVALUASI PENCAPAIAN PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) PILAR PERTAMA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS KAWANGU KABUPATEN SUMBA TIMUR (STUDY KASUS DI DESA KAMBATA TANA)

AFRIANI YORINCE BLEGUR NIM : 1420015011

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(3)

ii

UNIVERSITAS UDAYANA

EVALUASI PENCAPAIAN PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) PILAR PERTAMA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS KAWANGU KABUPATEN SUMBA TIMUR (STUDY KASUS DI DESA KAMBATA TANA)

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

AFRIANI YORINCE BLEGUR NIM : 1420015011

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(4)
(5)
(6)

v

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat-Nyalah Skripsi yang berjudul “Evaluasi Pencapaian Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Pilar Pertama Di Wilayah Kerja Puskesmas Kawangu Kabupaten Sumba Timur (Study Kasus di Desa KAMBATA TANA)” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam karya ilmiah Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan Universitas Udayana.

Penyusunan Skripsi ini tidak terlepas dari berkat bantuan, dorongan dan petunjuk dari berbagai pihak hingga akhirnya Skripsi ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak dr. I Made Ady Wirawan, MPH, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana

2. Bapak I Gede Herry Purnama, ST., MT., MIDEA. selaku Kepala Bagian Peminatan Kesehatan Lingkungan Program Studi Kesehatan Masyarakat dan selaku pembimbing utama yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam penyusunan dan penyelesaian Skripsi ini.

(7)

vi

4. Bapak / Ibu Dosen, serta teman –teman Matrikulasi angkatan 2014 yang telah membantu dan memberikan dukungan baik secara moral maupun material dalam menyelesaikan Skripsi ini.

5. Kepala Puskesmas dan Sanitarian Puskesmas Kawangu yang bersedia menerima peneliti untuk melakukan penelitian dangan memberikan berbagai data untuk menyelesaikan tugas akhir dalam pendidikan kesehatan masyarakat.

6. Kepala Desa Kambata tana, Aparat Desa, dan seluruh masyarakat yang telah bersedia menjadi responden dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak / Ibu Gembala Gereja Protestan Presbiteri Indonesia Jemaat Gembala Agung Mokmin Bali, serta sahabat pemuda/i yang telah memberikan dukungan doa dan semangat dalam penyelesaian Skripsi ini.

8. Kepada semua pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu terimakasih atas segala bantuan dalam penelitian dan penyusunan Skripsi ini sehingga dapat berjalan dengan baik.

Skripsi ini jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk memperbaiki Skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

(8)

vii

Evaluasi Pencapaian Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Pilar Pertama Di Wilayah Kerja Puskesmas Kawangu Kabupaten Sumba Timur (Study Kasus di Desa Kambata Tana)

ABSTRAK

Dari sudut pandang Ekonomi, Indonesia mengalami kerugian sebesar $ 6,3 Milyar (56,7 triliun ) per tahun akibat buruknya kondisi higiene dan sanitasi. Untuk mengatasi hal ini diformulasikan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Sebagai Program Nasional. Hasil Rikesdas Provinsi NTT tahun 2013 menunjukan rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi improved adalah 57,2% di Kabupaten Sumba Timur. Kecamatan Pandawai adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Sumba Timur yang melaksanakan program STBM namun belum mencapacaiODF dengan 7 desa binaan. Desa Kambata Tana merupakan salah satu desa pelaksana program Stop BABS yang berada dalam binaan Puskesmas Kawangu. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi pencapaian program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) pilar pertama Stop BABS di wilayah kerja Puskesmas Kawangu Kabupaten Sumba Timur Tahun 2016 (Study Kasus Desa Kambata Tana).

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Informan dikumpulkan melalui wawancara mendalam terhadap104 informan serta dilakukan pengamatan dan telaah dokumen. Untuk mengetahui keabsahan data maka dilakukan uji validitas melalui triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan program Stop BABS di desa Kambata Tana telah dilaksanakan dari tahun 2012 hingga saat ini, akan tetapi belum berhasil mewujudkan sebagai desa SBS. Proses pelaksanaan program STBM meliputi pra pemicuan (persiapan), pemicuan, serta paska pemicuan. Tahapan – tahapan pelaksanaan program STBM belum seluruhnya berjalan sesuai dengan strategi sanitasi total berbasis masyarakat. Cakupan jamban keluarga di desa Kambata Tana pada bulan april 2016 adalah 46,28%, terjadi peningkatan 19% sejak awal pelaksanaan program STBM tahun 2012.

Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program satitasi total berbasis masyarakat pilar 1 Stop BABS di desa Kambata Tana belum berjalan secara maksimal. Sehingga, disarankan untuk peningkatan motivasi dan tanggungjawab program agar mewujudkan desaODF.

(9)

viii

Evaluation Of The Implementation Community Led Total Sanitation First Cornerstones in The Work Area Kawangu Public Health Center East Sumba 2016 (Kambata Tana Village Case Study)

ABSTRACT

Economy studies inj Indonesia, our nation suffered a loss of $ 6.3 billion (56.7 billion) per year due to poor hygiene and sanitation conditions. To overcome this problem, government formulated Communit Led Total Sanitation program as the National Program. Results primary health resourch NTT Province in 2013 showed that 57, 2% have access to improved sanitation in East Sumba. Pandawai is one of other districts in East Sumba has implementing the program CLTS but has not achieve village open defecation free with 7 village built. Kambata Tana village is one of village implementers Program Community-Led Total Sanitation who are in assisted Kawangu Public health center. The purpose of this study was to evaluate the achievement of Community Led Total Sanitation program (STBM) first cornerstones open defecation free in work area Kawangu Health center East Sumba 2016 (Kambata Tana Village case study).

This research is a descriptive study with qualitative and quantitative approaches. Informants were collected through interviews and observation to 104 informants and review documents. To determine the validity of the data is carried Validity through triangulation and triangulation techniques.

The results showed that the implementation of the program Stop Babs in the village of Kambata Tana been implemented from 2012 to the present but has not succeded in realizing a village open Defecation Free. The implementation process CLTS program includes Pre-trigger behavior (preparation), trigger behavior, as well as after the triggering. Stages - phase of the program has not been entirely run compatible with the community led total sanitation strategies. Family latrine coverage in the village of Kambata Tana in april 2016 was 46.28%, an increase of 19% since the start of the program CLTS in 2012.

It can be concluded that the implementation of the program community led total sanitation cornerstones 1 in the village of Kambata Tan has not run optimally. Thus, it is advisable to increase the motivation and responsibility program in order to realize the ODF village.

(10)

ix

1.6 Ruang Lingkup penelitian ... 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) ... 10

2.1.1 Sejarah STBM ... 10

2.1.2 Pengertian STBM ... 12

2.1.3 Prinsip–Prinsip Dasar STBM ... 13

2.1.4 Lima Pilar STBM ... 14

2.1.5 Pilar Pertama STBM ... 23

2.2 Evaluasi program... 30

2.2.1 Pengertian Evaluasi Program ... 30

2.2.2 Macam - Macam Evaluasi... 31

2.2.3 Pemantauan dan Evaluasi Penyelenggaraan STBM... 32

2.3 Puskesmas ... 33

(11)

x

2.3.2 Prinsip Puskesmas ... 34

2.3.3 Fungsi Puskesmas ... 35

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 37

3.1 Kerangka Konsep ... 37

3.2 Variabel dan Definisi Operasional ... 38

BAB 4 METODE PENELITIAN... 40

4.1 Karakteristik Penelitian ... 40

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

4.3 Populasi dan Sampel Peneliti ... 41

4.4 Peran Peneliti... 41

4.5 Strategi pengumpulan Data ... 42

4.6 Teknik Analisa Data ... 42

4.7 Strategi Validasi Data... 43

BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 44

5.1 Lokasi Penelitian ... 44

5.2 Karakteristik Responden ... 44

5.3 Gambaran Pelaksanaan Program STBM Pilar 1 di Desa Kambata Tana ... 47

5.4 Hasil Pencapaian Program Stop BABS Tahun 2012 s/d April 2016 di desaa Kambata Tana... 53

5.5 Penyebab Belum Tercapainya Desa ODF di Desa Kambata Tana... 55

BAB 6 PEMBAHASAN ... 56

6.1 Pra Pemicuan ... 56

6.2 Pemicuan ... 57

6.3 Paska Pemicuan ... 59

(12)

xi

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 72 7.1 Kesimpulan... 72 7.2 Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ... 37 Gambar 5.1 Grafik Tingkat Pendidikan Responden di Desa Kambata Tana ... 45 Gambar 5.2 Grafik Tingkat Jenis Pekerjaan Responden di Desa Kambata Tana . 45 Gambar 5.3 Grafik Tingkat Pendapatan Responden di Desa Kambata Tana ... 46 Gambar 5.4 Grafik Masyarakat Yang Mengetahui Adanya Program

STBM Pilar 1 ... 48 Gambar 5.5 Grafik Tingkat Pendidikan Responden di Desa Kambata Tana ... 50 Gambar 5.6 Grafik Jenis Hambatan Responden Yang BABS di Desa Kambata

Tana ... 51 Gambar 5.7 Grafik Jenis Jamban Keluarga di Desa Kambata Tana ... 54 Gambar 5.8 Grafik Cakupan Jamban di Desa Kambata Tana tahun 2012 s/d

April tahun 2016... 54 Gambar 6.1 Contoh Pencatatan perkembangan Program Stop BABS di Desa

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Data Pengguna Jamban Keluarga di Desa Kambata Tana Bulan

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Formulirinformed consent

2. Pedoman wawancara mendalam 3. Pedoman observasi

(16)

DAFTAR SINGKATAN

AMPL : Air Minum dan Penyehatan Lingkungan APBD : Anggaran dan Belanja Daerah

BABS : Buang Air Besar Sembarangan BPS : Badan Pusat Statistik

CTPS : Cuci Tangan Pakai Sabun CLTS : community Led Total Sanitation

CWSHP : Community Water Service and Health Project Depkes : Departemen Kesehatan

Kepmenkes : Keputusan Menteri Kesehatan KKM : Kuliah Kerja Mahasiswa LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat Menkes : Menteri Kesehatan

NGO :Non Goverment Organisation

NTT : Nusa Tenggara Timur

MDGs :Millenium Development Goals ODF :Open Defecation Free

PAMM-RT : Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga

PAMSIMAS : Program Peneyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat PNS : Pegawai Negeri Sipil

PPK-IPM : Program Pengembangan Kompetensi-Indeks Pembangunan Manusia

PRA :Participatory Rural Appraisal

(17)

SBS : Stob Buang Air Besar Sembarangan

TSSM :Total Sanitation and Sanitation Market

VERC’a :Village Education Resource Center

WESLIC II :Water and Sanitation for Low Income Community in Indonesia WHO :World Health Organisation

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelaksanaan Pembangunan kesehatan pada dasarnya dilaksanakan oleh semua komponen bangsa indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat masyarakat agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor - sektor , sehingga tujuan pembangunan kesehatan dapat tercapai dan masalah kesehatan yang dihadapi bangsa indonesia dapat teratasi. Salah satu masalah kesehatan yang dihadapi bangsa ini adalah masih ditemukan masyarakat yang buang air besar di tempat terbuka yang berdampak pada penyakit diare. World Health Organization (WHO) menyampaikan bahwa kematian yang disebabkan karena waterborne disease mencapai 3.400.000 jiwa/tahun. Serta menurut WHO, dari semua kematian yang berakar pada buruknya kualitas air dan sanitasi, diare merupakan penyebab kematian terbesar yaitu 1.400.000 jiwa/tahun. Demikian pula penduduk Indonesia yang hidup dengan kondisi sanitasi buruk mencapai 72.500.000 jiwa yang tersebar di daerah perkotaan (18,2%) dan perdesaan (40%). (Kemenkes, 2013)

(19)

2

(20)

3

32 % , pengolahan air minum tingkat rumah tangga menurunkan resiko 39 %, dan cuci tangan pakai sabun menurunkan resiko 45 %. Dari hasil studi tersebut sehingga diformulasikan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Sebagai Program Nasional. Target dari STBM adalah pencapaian Millenium Development Goals

(MDGs) 7c , Renstra Kemenkes 2010 – 2014 , RPJMN 2010 – 2014 di mana persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat sebanyak 75 % sementara itu capaian pada tahun 2012 adalah 56,24 % dari target yang ditetapkan yaitu 69%. (Kemenkes,2013 )

STBM merupakan program pemerintah dalam rangka memperkuat upaya membudayakan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar yang berkesinambungan. Upaya sanitasi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 852 /Menkes /SK /IX /2008 yang disebut Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), meliputi 5 Pilar yaitu: Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS), Cuci tangan pakai sabun ( CTPS ), Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga dan Makanan Sehat (PAM-RT), Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PSRT), Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga (PALRT). (Ditjen PP dan PL, 2011)

(21)

4

makanan, dan lainnya. Program ini lebih menekankan pada perubahan perilaku kelompok masyarakat dengan metode pemicuan. Pemicuan dilaksanakan dengan cara fasilitasi kepada masyarakat dalam upaya memperbaiki keadaan sanitasi di lingkungan mereka hingga mencapai kondisiOpen Defecation Free(ODF). Kondisi ODF ditandai dengan 100% masyarakat telah mempunyai akses BAB di jamban sendiri, tidak adanya kotoran di lingkungan mereka, serta mereka mampu menjaga kebersihan jamban.

Masyarakat di Provinsi NTT masyarakat masih memiliki perilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun, dan tempat terbuka lainya . Hasil riset kesehatan dasar Propinsi NTT pada tahun 2013 menunjukkan bahwa rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi Improved adalah yang terendah yaitu 30,5 %. Seluruh Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur masih terdapat 21,3% rumah tangga yang belum memiliki fasilitas buang air besar dengan kisaran antara 0,2% di Kupang, hingga 57,2 % di Sumba Timur. Sebanyak 2% rumah tangga di provinsi itu memiliki fasilitas buang air besar umum, 6,5% fasilitas buang air besar milik bersama dan hanya 70,2% yang merupakan milik sendiri. Persentase terbesar masyarakat yang memiliki fasilitas buang air besar milik sendiri adalah di Timor Tengah Selatan (91,3 % ) dan Timor Tengah Utara (91,4 %). Serta rumah tangga yang tidak mempunyai fasilitas tempat buang air yang persentasenya lebih besar terdapat di pedesaan dibandingkan dengan daerah perkotaan. ( Kemenkes, 2013 )

(22)

5

Indonesia, “Laporan kemajuan STBM di Kabupaten Sumba Timur”, Available

:http://www.stbm-indonesia.org / accesed : 2016 Maret 5). Hal ini tentu menunjukan layanan sanitasi dasar yang masih rendah di Kabupaten Sumba Timur serta implikasi dari kondisi seperti ini adalah pada kasus diare. Hasil Rikesdas tahun 2013 menunjukan insiden diare di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah 4,3 % dan periode prevalence sebesar 10,9 %. Khusus pada balita, insiden diare tahun 2013 adalah 6,7%. Diare balita tertinggi pada kelompok 12-23 bulan yaitu 9,5 %, sedikit lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan dan mendominasi di perdesaan.

Program STBM merupakan program nasional yang telah diterapkan pada 22 Kecamatan di Kabupaten Sumba Timur dan bertujuan mengubah perilaku masyarakat setempat. Pada saat ini fokus utama program STBM di kabupaten ini masih tertuju pada pilar pertama yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS). Indikator keberhasilan pilar pertama adalah tercapainya desa SBS (Stop Buang Air Besar Sembarangan) yaitu 100% masyarakat desa setempat buang air besar di jamban yang sehat. Hingga saat ini satu Kecamatan telah berhasil mendeklarasikan sebagai kecamatan yang ODF. Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Katala Hamu Lingu yang memiliki lima desa sebagai pelaksana program STBM pilar pertama. (STBM Indonesia,“Laporan kemajuan STBM di Kabupaten Sumba Timur”, Available :http:// www.stbm-indonesia.org /accesed : 2016 Maret5).

(23)

6

KK yang berasal dari 7 desa. Bila dilihat berdasarkan masing- masing desa menunjukan 65% di Kadumbul, 51,42% di Watumbaka, 35,61% di Kawangu, 33,03% di KambataTana, 18,46% di Laindeha, 17,80% di Palakahembi, dan 2,22% di Maubokul. Dengan demikian Kecamatan Pandawai belum memiliki desa yang ODF( Open Defecation Free ). Oleh karena itu, untuk mengetahui hasil program STBM di Kecamatan Pandawai yang lebih detail perlu dilakukan evaluasi dengan tujuan sebagai alat untuk memperbaiki kebijaksanaan pelaksanaan program dan perencanaan program yang akan datang untuk mewujudkan kecamatan pandawai yang SBS dan terciptanya masyarakat yang sehat dengan akses layanan sanitasi yang layak.

Pelaksanaan program STBM di kecamatan Pandawai berada dalam binaan Puskesmas Kawangu, Sehingga untuk mengetahui tingkat keberhasilan program STBM pilar satu maka dilakukan evaluasi pada wilayah kerja Puskesmas Kawangu. Desa KambataTana adalah salah satu desa yang merupakan wilayah kerja puskesmas kawangu. Sebagai langkah awal pelaksanaan evaluasi kompherensif, maka dilakukan evaluasi di desa KambataTana sebagai studi kasus pelaksanaan evaluasi program STBM pilar satu. Evaluasi Program STBM yang dimaksud adalah evaluasi proses yang meliputi persiapan pemicuan, pemicuan , dan paska pemicuan, serta evaluasi output pada masyarakat yang telah mengikuti pemicuan STBM pilar satu. Sehingga dapat mengetahui capaian program yang telah dilaksanakan di desa KambataTana.

1.2. Rumusan Masalah

(24)

7

kegiatan dan output dari program STBM di Puskesmas Kawangu serta belum adanya desa yang ODF sehingga peneliti tertarik untuk mengevaluasi pelaksanakan program STBM di wilayah kerja Puskesmas Kawangu.

Pelaksanaan Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Kabupaten Sumba Timur masih terfokus pada pilar 1 yaitu Stop BABS sehingga berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

“Bagaimana pelaksanaan program sanitasi Total berbasis masyarakat (STBM ) pilar pertama di wilayah kerja Puskesmas Kawangu Kabupaten Sumba Timur tahun 2016 ?

1.3. Pertayaan Penelitian

Berdasarkan Permasalahan yang dijelaskan pada rumusan masalah, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pelaksanaan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) pilar pertama di wilayah kerja Puskesmas Kawangu (study kasus di desa Kambata Tana)?

2. Bagaimana hasil pencapaian program STBM pilar pertama di wilayah kerja Puskesmas Kawangu ?

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

(25)

8

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan dari program STBM pilar petama di Desa Kambata Tana.

2. Untuk mengetahui proporsi rumah tangga yang melakukan perubahan perilaku Stop BABS paska pemicuan pilar pertama program STBM di desa Kambata Tana.

3. Untuk mengetahui penyebab atau kendala yang dihadapi masyarakat di desa Kambata Tana sehingga masih berperilaku buang air besar sembarangan.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat bagi peneliti lain

1. Sebagai sarana pengaplikasian teori evaluasi dan sanitasi yang telah didapatkan selama perkuliahan.

2. Sebagai bahan untuk melaksanakan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan program STBM.

1.5.2 Bagi masyarakat

Sebagai sarana informasi tentang manfaat adanya program STBM bagi masyarakat sehingga dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program STBM.

1.5.3 Bagi pemerintah

(26)

9

2. Sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan masyarakat untuk persiapan meningkatkan kesehatan masyarakat.

3. Sebagai sarana pertimbangan untuk pihak lintas sektor program STBM terutama di wilayah kerja Puskesmas Kawangu.

1.5.4 Bagi peneliti

1. Sebagai sarana mempelajari program nasional STBM yang dicanangkan untuk kesehatan masyarakat.

2. Sebagai sarana melatih kemampuan mengevaluasi program nasional kesehatan masyarakat yang dicanangkan oleh pemerintah pada pelaksanaannya di wilayah kerja Puskemas Kawangu.

3. Sebagai sarana untuk mempelajari pelaksanaan program terutama STBM, sehingga nantinya dalam dunia kerja dapat melaksanakan program dengan lebih baik.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

(27)

1

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) 2.1.1 Sejarah STBM

(28)

Zambia dan negara-negara Afrika lainnya, juga di Bolivia, Amerika Selatan, dan Yaman di Timur Tengah. Lembaga atau instansi-instansi yang mensponsori pelatihan - pelatihan yang dilakukan oleh Kamal Kar ini meliputi antara lain, WSP-World Bank, CARE, Concern, WSLIC II(Water and Sanitation for Low Income Community) di Indonesia), TSSM (Total Sanitation and Sanitation Marketing) yang didanai oleh

the Bill and Melinda Gates Foundation di Jawa Timur, Dana Sosial untuk Pembangunan di Yaman, Vita Internasional NGO Irlandia untuk Pemulihan Pengungsi yang bergerak di Ethiopia, Plan International dan UNICEF. (Kar, K and Chambers, R,2008).

Lahirnya konsep strategi pendekatan STBM tidak terlepas dari mulai dikenalnya suatu metode pendekatan untuk merubah perilaku masyarakat yang berbasis pada PRA yaitu metode CLTS (Community Led Total Sanitation). Pelaksanaan CLTS di Indonesia dimulai dengan kunjungan pembelajaran oleh beberapa pelaku sanitasi ke Bangladesh dan India yang diinisiasi oleh WSP-EAP

pada tahun 2004, dilanjutkan dengan mengundang pakar CLTS Kamal Kar ke Indonesia untuk mengadakan rapid assessment untuk menilai apakah metode CLTS

(29)

untuk perluasan akses sanitasi pedesaan. (STBM Indonesia, “Sejarah STBM”, Available :http://www.stbm-indonesia.org / accesed : 2016 Januari 15 ).

2.1.2 Pengertian STBM

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah suatu pendekatan untuk mengubah perilaku hygiene dan sanitasi masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan yaitu membuat masyarakat merasa jijik, malu, takut dosa, dan takut sakit sebagai dampak dari perilaku tidak sehat yang mereka lakukan. STBM merupakan suatu pendekatan partisipatif yang mengajak masyarakat untuk mengalisa kondisi sanitasi mereka melalui suatu proses pemicuan, sehingga masyarakat dapat berpikir dan mengambil tindakan untuk meninggalkan kebiasaan buang air besar di tempat terbuka dan sembarang tempat. Pendekatan yang dilakukan dalam STBM dapat menyerang/menimbulkan rasa ngeri dan malu kepada masyarakat tentang kondisi lingkungannya. Melalui pendekatan ini akan membangun kesadaran untuk mengubah perilaku dan kondisi lingkungan yang sangat tidak bersih dan tidak nyaman. Dari pendekatan ini juga menimbulkan kesadaran bahwa kebiasaan BAB di sembarang tempat adalah masalah bersama karena dapat berimplikasi kepada semua masyarakat sehingga pemecahannya harus dilakukan dan dipecahkan secara bersama. (Kemenkes , 2014)

(30)

kampanye cuci tangan, dan program kesehatan lainnya, sehingga upaya peningkatan kesehatan masyarakat melalui perilaku hidup bersih dan sehat dapat terwujud.

Desa STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) adalah desa yang sudah Stop BABS minimal 1 dusun, mempunyai tim kerja STBM atau natural leader, dan telah mempunyai rencana kerja STBM atau rencana tindaklanjut. Sanitasi total berbasis masyarakat sebagai pilihan pendekatan strategi dan program untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan metode pemicuan dalam rangka mencapai target MDGs. Jumlah desa STBM mengalami peningkatan dari 6.235 menjadi 11.165 desa pada tahun 2011. Target desa STBM pada tahun 2013 adalah sebanyak 16.000 desa dan yang tercapai sebanyak 16.228 desa. Jika dilihat jumlah desanya, maka yang terbanyak adalah di Jawa Timur yaitu 3.618 desa, diikuti soleh Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. (Kemenkes, 2013 )

2.1.3 Prinsip–prinsip dasar STBM

Prinsip – prinsip dasar yang harus dianut dan ditegakan dalam setiap pelaksanaaa program STBM adalah :

1. Tanpa subsidi kepada masyarakat

2. Tidak menggurui, tidak memaksa dan tidak mempromosikan jamban 3. Masyarakat sebagai pemimpin

4. Totalitas; seluruh komponen masyarakat terlibat dalam analisa permasalahan -perencanaan–pelaksanaan serta pemanfaatan dan pemeliharaan

(31)

1. Inisiatif masyarakat

2. Total atau keseluruhan, keputusan masyarakat dan pelaksanaan secara kolektif adalah kunci utama.

3. Solidaritas masyarakat (laki– laki / perempuan, kaya / miskin) sangat terlihat dalam pendekatan ini.

4. Semua dibuat oleh masyarakat, tidak ada ikut campur pihak luar, dan biasanya akanmuncul“natural leader”.

2.1.4 Lima Pilar STBM

1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)

Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) adalah suatu kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan. Perilaku SBS diikuti dengan pemanfaatan sarana sanitasi yang saniter berupa jamban sehat. Saniter merupakan kondisi fasilitas sanitasi yang memenuhi standar dan persyaratan kesehatan yaitu:

a. Tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia; dan

b. Dapat mencegah masuknya vektor penyakit untuk menyebar kuman dan penyakit pada pemakai dan lingkungan sekitarnya. (Permenkes,2014)

2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

CTPS merupakan perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.

a. Langkah-langkah CTPS yang benar :

(32)

2) Gosokkan sabun pada kedua telapak tangan sampai berbusa lalu gosok kedua punggung tangan, jari jemari, kedua jempol, sampai semua permukaan kena busa sabun.

3) Bersihkan ujung-ujung jari dan sela-sela di bawah kuku.

4) Bilas dengan air bersih sambil menggosok-gosok kedua tangan sampai sisa sabun hilang.

5) Keringkan kedua tangan dengan memakai kain, handuk bersih, atau kertas tisu, atau mengibas-ibaskan kedua tangan sampai kering.

b. Waktu penting perlunya CTPS, antara lain: 1) Sebelum makan

2) Sebelum mengolah dan menghidangkan makanan 3) Sebelum menyusui

4) Sebelum memberi makan bayi/balita 5) Sesudah buang air besar/kecil 6) Sesudah memegang hewan/unggas c. Kriteria Utama Sarana CTPS

1) Air bersih yang dapat dialirkan 2) Sabun

3) Penampungan atau saluran air limbah yang aman (Permenkes,2014)

3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT)

(33)

a. Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga 1) Pengolahan air baku

Apabila air baku keruh perlu dilakukan pengolahan awal: pengendapan dengan gravitasi alami, penyaringan dengan kain, dan pengendapan dengan bahan kimia/tawas.

2) Pengolahan air untuk minum

Pengolahan air minum di rumah tangga dilakukan untuk mendapatkan air dengan kualitas air minum. Cara pengolahan yang disarankan, yaitu: air untuk minum harus diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan kuman dan penyakit melalui :

a) Filtrasi (penyaringan), contoh : biosand filter, keramik filter, dan sebagainya.

b) Klorinasi, contoh : klorin cair, klorin tablet, dan sebagainya. c) Koagulasi dan flokulasi (penggumpalan), contoh : bubuk koagulan d) Desinfeksi, contoh : merebus, sodis (Solar Water Disinfection) 3) Wadah Penyimpanan Air Minum

Setelah pengolahan air, tahapan selanjutnya menyimpan air minum dengan aman untuk keperluan sehari-hari, dengan cara:

a) Wadah bertutup, berleher sempit, dan lebih baik dilengkapi dengan kran.

b) Air minum sebaiknya disimpan di wadah pengolahannya.

(34)

d) Minum air dengan menggunakan gelas yang bersih dan kering atau tidak minum air langsung mengenai mulut/wadah kran.

e) Letakkan wadah penyimpanan air minum di tempat yang bersih dan sulit terjangkau oleh binatang.

f) Wadah air minum dicuci setelah tiga hari atau saat air habis, gunakan air yang sudah diolah sebagai air bilasan terakhir.

4) Hal penting dalam PAMM-RT

a) Cucilah tangan sebelum menangani air minum dan mengolah makanan siap santap.

b) Mengolah air minum secukupnya sesuai dengan kebutuhan rumah tangga.

c) Gunakan air yang sudah diolah untuk mencuci sayur dan buah siap santap serta untuk mengolah makan siap santap.

d) Tidak mencelupkan tangan ke dalam air yang sudah diolah menjadi air minum.

e) Secara periodik meminta petugas kesehatan untuk melakukan pemeriksaan air guna pengujian laboratorium.

b. Pengelolaan Makanan Rumah Tangga

(35)

1) Pemilihan bahan makanan

Pemilihan bahan makanan harus memperhatikan mutu dan kualitas serta memenuhi persyaratan yaitu untuk bahan makanan tidak dikemas harus dalam keadaan segar, tidak busuk, tidak rusak/berjamur, tidak mengandung bahan kimia berbahaya dan beracun serta berasal dari sumber yang resmi atau jelas.

Untuk bahan makanan dalam kemasan atau hasil pabrikan, mempunyai label dan merek, komposisi jelas, terdaftar dan tidak kadaluwarsa.

2) Penyimpanan bahan makanan

Menyimpan bahan makanan baik bahan makanan tidak dikemas maupun dalam kemasan harus memperhatikan tempat penyimpanan, cara penyimpanan, waktu/lama penyimpanan dan suhu penyimpanan. Selama berada dalam penyimpanan harus terhindar dari kemungkinan terjadinya kontaminasi oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya serta bahan kimia berbahaya dan beracun. Bahan makanan yang disimpan lebih dulu atau masa kadaluwarsanya lebih awal dimanfaatkan terlebih dahulu.

3) Pengolahan makanan

Empat aspek higiene sanitasi makanan sangat mempengaruhi proses pengolahan makanan, oleh karena itu harus memenuhi persyaratan, yaitu :

(36)

b) Peralatan yang digunakan harus tara pangan (food grade) yaitu aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan (lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam suasana asam/basa dan tidak mengeluarkan bahan berbahaya dan beracun) serta peralatan harus utuh, tidak cacat, tidak retak, tidak gompel dan mudah dibersihkan. c) Bahan makanan memenuhi persyaratan dan diolah sesuai urutan

prioritas Perlakukan makanan hasil olahan sesuai persyaratan higiene dan sanitasi makanan, bebas cemaran fisik, kimia dan bakteriologis.

d) Penjamah makanan/pengolah makanan berbadan sehat, tidak menderita penyakit menular dan berperilaku hidup bersih dan sehat.

4) Penyimpanan makanan matang

Penyimpanan makanan yang telah matang harus memperhatikan suhu, pewadahan, tempat penyimpanan dan lama penyimpanan. Penyimpanan pada suhu yang tepat baik suhu dingin, sangat dingin, beku maupun suhu hangat serta lama penyimpanan sangat mempengaruhi kondisi dan cita rasa makanan matang.

5) Pengangkutan makanan

Dalam pengangkutan baik bahan makanan maupun makanan matang harus memperhatikan beberapa hal yaitu alat angkut yang digunakan, teknik/cara pengangkutan, lama pengangkutan, dan petugas pengangkut. Hal ini untuk menghindari risiko terjadinya pencemaran baik fisik, kimia maupun bakteriologis.

(37)

Makanan dinyatakan layak santap apabila telah dilakukan uji organoleptik atau uji biologis atau uji laboratorium, hal ini dilakukan bila ada kecurigaan terhadap makanan tersebut. Adapun yang dimaksud dengan:

a) Uji organoleptik yaitu memeriksa makanan dengan cara meneliti dan menggunakan 5 (lima) indera manusia yaitu dengan melihat (penampilan), meraba (tekstur, keempukan), mencium (aroma), mendengar (bunyi misal telur) menjilat (rasa). Apabila secara organoleptik baik maka makanan dinyatakan layak santap.

b) Uji biologis yaitu dengan memakan makanan secara sempurna dan apabila dalam waktu 2 (dua) jam tidak terjadi tanda-tanda kesakitan, makanan tersebut dinyatakan aman

c) Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui tingkat cemaran makanan baik kimia maupun mikroba. Untuk pemeriksaan ini diperlukan sampel makanan yang diambil mengikuti standar/prosedur yang benar dan hasilnya dibandingkan dengan standar yang telah baku.

(38)

4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga

Tujuan pengamanan sampah rumah tangga adalah untuk menghindari penyimpanan sampah dalam rumah dengan segera menangani sampah.

Pengamanan sampah yang aman adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan atau pembuangan dari material sampah dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan. Prinsip-prinsip dalam Pengamanan sampah:

a. Reduce

Reduce yaitu mengurangi sampah dengan mengurangi pemakaian barang atau benda yang tidak terlalu dibutuhkan. Contohnya: mengurangi pemakaian kantong plastik, mengatur dan merencanakan pembelian kebutuhan rumah tangga secara rutin misalnya sekali sebulan atau sekali seminggu, mengutamakan membeli produk berwadah sehingga bisa diisi ulang, memperbaiki barang-barang yang rusak (jika masih bisa diperbaiki) dan membeli produk atau barang yang tahan lama. b. Reuse

(39)

untuk perpustakaan mini di rumah dan untuk umum, menggunakan kembali kantong belanja untuk belanja berikutnya.

c. Resycle

Recycle yaitu mendaur ulang kembali barang lama menjadi barang baru. Contohnya: sampah organik bisa dimanfaatkan sebagai pupuk dengan cara pembuatan kompos atau dengan pembuatan lubang biopori, sampah anorganik bisa di daur ulang menjadi sesuatu yang bisa digunakan kembali, seperti mendaur ulang kertas yang tidak digunakan menjadi kertas kembali, botol plastik bisa menjadi tempat alat tulis, bungkus plastik detergen atau susu bisa dijadikan tas, dompet, dan sebagainya, sampah yang sudah dipilah dapat disetorkan ke bank sampah terdekat, kegiatan pengamanan sampah rumah tangga dapat dilakukan dengan cara sampah tidak boleh ada dalam rumah dan harus dibuang setiap hari dan pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah. Pemilahan sampah dilakukan terhadap 2 (dua) jenis sampah, yaitu organik dan nonorganik. Untuk itu perlu disediakan tempat sampah yang berbeda untuk setiap jenis sampah tersebut serta tempat sampah harus tertutup rapat. Pengumpulan sampah dilakukan melalui pengambilan dan pemindahan sampah dari rumah tangga ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu. Sampah yang telah dikumpulkan di tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu diangkut ke tempat pemrosesan akhir.

5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga

(40)

diperlukan sarana berupa sumur resapan dan saluran pembuangan air limbah rumah tangga. Limbah cair rumah tangga yang berupa tinja dan urine disalurkan ke tangki septik yang dilengkapi dengan sumur resapan. Limbah cair rumah tangga yang berupa air bekas yang dihasilkan dari buangan dapur, kamar mandi, dan sarana cuci tangan disalurkan ke saluran pembuangan air limbah. Prinsip pengamanan limbah cair rumah tangga adalah:

a. Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air dari jamban

b. Tidak boleh menjadi tempat perindukan vektor c. Tidak boleh menimbulkan bau

d. Tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin dan rawan kecelakaan

e. Terhubung dengan saluran limbah umum/got atau sumur resapan.

1.1.5 Pilar Pertama STBM

Pilar Pertama STBM adalah Stop buang air besar sembarangan. Pesan yang ingin disampaikan pada masyarakat dari pilar pertama STBM adalah :

a. Buang air besar sembarangan akan mencemari lingkungan dan akan menjadi sumber penyakit.

b. Buang air besar dengan cara yang aman dan sehat berarti menjaga harkat dan martabat diri dan lingkungan.

(41)

d. Cara hidup sehat dengan membiasakan keluarga buang air besar yang aman dan sehat berarti menjaga generasi untuk tetap sehat.

Berdasarkan konsep dan definisi MDGs, akses sanitasi layak yaitu apabila penggunaan fasilitas tempat buang air besar milik sendiri atau bersama, dengan jenis kloset leher angsa dan tempat pembuangan akhir tinjanya menggunakan tangki septik atau sarana pembuangan air limbah (SPAL). Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai berikut :

1. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi

2. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau sumur

3. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan

4. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain

5. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar, atau bila memang benar-benar diperlukan harus dibatasi seminimal mungkin

6. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang 7. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.

(Depkes, 2013)

1. Indikator Pilar Pertama STBM

Indikator suatu Desa/Kelurahan dikatakan telah mencapai status SBS adalah:

a. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban yang sehat dan membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang sehat (termasuk di sekolah).

(42)

c. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah kejadian BAB di sembarang tempat.

d. Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai 100% KK mempunyai jamban sehat.

e. Ada upaya atau strategi yang jelas untuk dapat mencapai sanitasi total. 2. Pelaku Pemicuan Pilar Satu STBM

a. Tim Fasilitator STBM Desa/Kelurahan yang terdiri dari sedikitnya relawan, tokoh masyarakat, tokoh agama, dengan dukungan kepala desa, dapat dibantu oleh orang lain yang berasal dari dalam ataupun dari luar Desa tersebut

b. Bidan desa, diharapkan akan berperan sebagai pendamping, terutama ketika ada pertanyaan masyarakat terkait medis, dan pendampingan lanjutan serta pemantauan dan evaluasi

c. Posyandu diharapkan dapat bertindak sebagai wadah kelembagaan yang ada di masyarakat yang akan dimanfaatkan sebagai tempat edukasi, pemicuan, pelaksanaan pembangunan, pengumpulan alternatif pendanaan sampai dengan pemantauan dan evaluasi

d. Kader Posyandu diharapkan juga dapat sebagai fasilitator yang ikut serta dalam kegiatan pemicuan di desa,

e. Natural Leader dapat dipakai sebagai anggota Tim Fasilitator STBM Desa untuk keberlanjutan STBM.

3. Langkah-langkah pemicuan STBM pilar satu

(43)

sampai sejumlah orang terpicu. Orang yang telah terpicu adalah orang yang tergerak dengan spontan dan menyatakan untuk merubah perilaku. Biasanya sang pelopor ini disebut dengan Natural Leader.

a. Pengantar pertemuan

1) Memperkenalkan diri beserta semua anggota tim dan membangun hubungan setara dengan masyarakat yang akan dipicu.

2) Menjelaskan tujuan keberadaan kader dan atau fasilitator. Tujuannya adalah untuk belajar tentang kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan.

3) Menjelaskan bahwa kader dan atau fasilitator akan banyak bertanya dan minta kesediaan masyarakat yang hadir untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jujur.

4) Menjelaskan bahwa kedatangan kader dan atau fasilitator bukan untuk memberikan bantuan dalam bentuk apapun (uang, semen dan lain-lain), melainkan untuk belajar.

b. Pencairan suasana

1) Pencairan suasana dilakukan untuk menciptakan suasana akrab antara fasilitator dan masyarakat sehingga masyarakat akan terbuka untuk menceritakan apa yang terjadi di kampung tersebut.

2) Pencairan suasana bisa dilakukan dengan permainan yang menghibur, mudah dilakukan oleh masyarakat, melibatkan banyak orang.

c. Identifikasi istilah-istilah yang terkait dengan sanitasi

(44)

pada hari ini?” “Siapa saja yang BAB ditempat terbuka pada hari ini?”

2) Setelah itu sepakati bersama tentang penggunaan kata BAB dan kotoran manusia dengan bahasa setempat yang kasar, misalkan “berak” untuk BAB dan “tai” untuk kotoran manusia. Gunakanlah

kata-kata ini selama proses analisis. d. Pemetaan sanitasi

1) Melakukan pemetaan sanitasi yang merupakan pemetaan sederhana yang dilakukan oleh masyarakat untuk menentukan lokasi rumah, sumber daya yang tersedia dan permasalahan sanitasi yang terjadi, serta untuk memicu terjadinya diskusi dan dilakukan di ruangan terbuka yang cukup lapang.

2) Menggunakan bahan-bahan yang tersedia di lokasi (daun, batu, batang kayu, dan lain-lain) untuk membuat peta.

3) Memulai pembuatan peta dengan membuat batas kampung, jalan desa, lokasi pemicuan, lokasi kebun, sawah, kali, lapangan, rumah penduduk (tandai mana yang punya dan yang tidak punya jamban, sarana cuci tangan, tempat pembuangan sampah, saluran limbah cair rumah tangga).

4) Memberi tanda pada lokasi-lokasi biasanya digunakan untuk membuang tinja, sampah dan limbah cair rumah tangga. Selanjutnya membuat garis dari lokasi pembuangan ke rumah tangga.

(45)

mereka mendiskusikan dusun/RT mana yang paling kotor? Mana yang nomor 2 kotor dan seterusnya. Catat hasil diskusi di kertas dan bacakan.

6) Memindahkan pemetaan lapangan tersebut kedalam kertas flipchat atau kertas manila karton, karena peta ini akan dipergunakan untuk memantau perkembangan perubahan perilaku masyarakat.

e. Transect Walk (Penelusuran Wilayah)

1) Mengajak anggota masyarakat untuk menelusuri desa sambil melakukan pengamatan, bertanya dan mendengar.

2) Menandai lokasi pembuangan tinja, sampah dan limbah cair rumah tangga dan kunjungi rumah yang sudah memiliki fasilitas jamban, cuci tangan, tempat pembuangan sampah dan saluran pembuangan limbah cair.

3) Penting sekali untuk berhenti di lokasi pembuangan tinja, sampah, limbah cair rumah tangga dan luangkan waktu di tempat itu untuk berdiskusi.

f. Diskusi

1) Alur kontaminasi

a) Menanyangkan gambar-gambar yang menunjukkan alur kontaminasi penyakit.

b) Tanyakan: Apa yang terjadi jika lalat-lalat tersebut hinggap di makanan anda? Di piring anda? Di wajah dan bibir anak kita? c) Kemudian tanyakan: Jadi apa yang kita makan bersama makanan

(46)

d) Tanyakan: Bagaimana perasaan anda yang telah saling memakan kotorannya sebagai akibat dari BAB di sembarang tempat?

e) Fasililator tidak boleh memberikan komentar apapun, biarkan mereka berfikir dan ingatkan kembali hal ini ketika membuat rangkuman pada akhir proses analisis.

2) Simulasi air yang terkontaminasi

a) Siapkan 2 gelas air mineral yang utuh dan minta salah seorang anggota masyarakat untuk minum air tersebut. Lanjutkan ke yang lainnya, sampai mereka yakin bahwa air tersebut memang layak diminum.

b) Minta 1 helai rambut kepada salah seorang peserta, kemudian tempelkan rambut tersebut ke tinja yang ada di sekitar kita, celupkan rambut ke air yang tadi diminum oleh peserta.

c) Minta peserta yang minum air tadi untuk meminum kembali air yang telah diberi dicelup rambut bertinja.

d) Minta juga peserta yang lain untuk meminumnya. Ajukan pertanyaan: Kenapa tidak yang ada berani minum?

e) Tanyakan berapa jumlah kaki seekor lalat dan beritahu mereka bahwa lalat mempunyai 6 kaki yang berbulu. Tanyakan: Apakah lalat bisa mengangkut tinja lebih banyak dari rambut yang dicelupkan ke air tadi?

g. Menyusun rencana program sanitasi

(47)

2) Pada saat pemicuan, amati apakah ada orang-orang yang akan muncul menjadi

Natural Leader.

3) Mendorong orang-orang tersebut untuk menjadi pimpinan kelompok, memicu orang lain untuk mengubah perilaku.

4) Tindak lanjut setelah pemicuan merupakan hal penting yang harus dilakukan, untuk menjamin keberlangsungan perubahan perilaku serta peningkatan kualitas fasilitas sanitasi yang terus menerus.

5) Mendorong natural leader untuk bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana aksi dan perubahan perilaku terus berlanjut.

6) Setelah tercapai status 100% (seratus persen) STBM (minimal pilar 1), masyarakat didorong untuk mendeklarasikannya, jika perlu memasang papan pengumuman.

7) Untuk menjamin agar masyarakat tidak kembali ke perilaku semula, masyarakat perlu membuat aturan lokal, contohnya denda bagi anggota masyarakat yang masih BAB di tempat terbuka.

8) Mendorong masyarakat untuk terus melakukan perubahan perilaku higiene dan sanitasi sampai tercapai Sanitasi Total. (Permenkes,2014)

2.2. Evaluasi Program

2.2.1 Pengertian Evaluasi Program

(48)

dijalankan. Tanpa evaluasi terhadap sebuah program yang dijalankan, maka akan sulit mengetahui sejauh mana tujuan yang diinginkan tercapai. Menurut Perhimpunan Ahli Kesehatan Amerika, evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dan usaha pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan serta mencakup hal–hal sebagai berikut :

a. Menetapkan atau memformulasikan apa yang akan di evaluasi

b. Menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam menentukan keberhasilan program yang akan dievaluasi

c. Menentukan cara atau metode evaluasi yang akan digunakan

d. Melaksanakan evaluasi, mengolah, dan menganalisis data hasil evaluasi e. Menentukan keberhasilan program kerja yang dievaluasi berdasarkan kriteria

yang ditetapkan tersebut, serta memberikan penjelasannya.

f. Menyusun rekomendasi atau saran – saran tindak lanjut terhadap program berikutnya berdasarkan hasil evaluasi tersebut.

(Prasetyawati, 2011 : 208-209) 2.2.2 Macam–Macam Evaluasi

Dalam melakukan evaluasi ada dua macam evaluasi yaitu :

a. Evaluasi formatif , dilakukan ketika program sedang berjalan dan biasanya digunakan untuk memperbaiki dan mengembangkan program.

(49)

Dalam suatu program kesehatan masyarakat, evaluasi dilakukan terhadap tiga hal berikut :

a. Evaluasi proses ditujukan terhadap pelaksanaan program yang menyangkut penggunaan sumber daya yang meliputi tenaga kerja, dana, dan fasilitas yang lain.

b. Evaluasi hasil program ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut berhasil. Misalnya meningkatnya cakupan imunisasi, meningkatnya cakupan jamban keluarga, dan lain sebagainya.

c. Evaluasi dampak program ditujukan untuk menilai sejauh mana program itu mempunyai dampak terhadap peningkatan status kesehatan masyarakat. Dampak tercermin dari meningkat atau menurunnya indikator – indikator kesehatan masyarakat, misalnya meningkatnya status gizi balita, menurunnya angka kesakitan diare, dan lain sebagainya.

2.2.3 Pemantauan dan Evaluasi Penyelenggaraan STBM

Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan STBM dilakukan untuk mengukur perubahan dalam pencapaian program serta mengidentifikasi pembelajaran yang ada dalam pelaksanaannya, mulai pada tingkat komunitas masyarakat di desa/kelurahan. Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan STBM di setiap tingkat pemerintahan secara berjenjang dilakukan melalui sistem informasi pemantauan yang dilaksanakan dengan tahapan:

1. Pengumpulan data dan informasi;

(50)

Capaian Indikator Pemantauan dan Evaluasi: 1. Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM

Indikator bahwa suatu Desa/Kelurahan dikatakan telah melaksanakan STBM adalah: a. Minimal telah ada intervensi melalui pemicuan di salah satu dusun dalam

desa/kelurahan tersebut.

b. Ada masyarakat yang bertanggung jawab untuk melanjutkan aksi intervensi STBM seperti disebutkan pada poin pertama, baik individu (Natural Leader) ataupun bentuk kelompok masyarakat.

c. Sebagai respon dari aksi intervensi STBM, kelompok masyarakat menyusun suatu rencana aksi kegiatan dalam rangka mencapai komitmen perubahan perilaku pilar STBM, yang telah disepakati bersama.

1.3 Puskesmas

2.3.1 Pengertian Puskesmas

Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. (Permenkes No. 75 Tahun 2014)

(51)

pengembangan pelayanan kesehatan dasar. Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas adalah untuk mendukung terwujudnya kecamatan sehat yaitu dengan mewujudkan kehidupan masyarakat seperti hal berikut memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat; mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu, hidup dalam lingkungan sehat; dan memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

2.3.2 Prinsip Puskesmas

Prinsip penyelenggaraan Puskesmas meliputi:

1. Paradigma sehat yaitu Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

2. Pertanggungjawaban wilayah; yaitu Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. 3. Kemandirian masyarakat; yaitu Puskesmas mendorong kemandirian hidup

sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat

4. Pemerataan; yaitu Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.

(52)

6. Keterpaduan dan kesinambungan yaitu Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan sistem rujukan yang didukung dengan manajemen Puskesmas

2.3.3 Fungsi Puskesmas

Puskesmas sebagai ujung tombak upaya kesehatan dalam melaksanakan tugas penyelenggaraannya memiliki fungsi:

a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanyas

1) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;

2) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;

3) Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan;

4) Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait;

5) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat;

6) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas;

7) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan; 8) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu,

(53)

9) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit.

b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya. Yang berfungsi untuk:

1) Pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara korehensif, berkesinambungan dan bermutu;

2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif;

3) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga,kelompokdan masyarakat;

4) Menyelenggarakan pasien, petugas dan pengunjung;

5) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi;

6) Melaksanakan rekam medis;

7) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses pelayanan kesehatan;

8) Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan;

9) Mengkoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan

10) Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem rujukan

Referensi

Dokumen terkait

RIZA KRISTIAN, 2017, Analisis Willingness To Pay Terhadap Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi(studi kasus

Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.. Jakarta: Kementerian

Pelaksanaan Program Sanitasi Total Berbasis Masyarkat (STBM) tahun 2021 tentunya sudah ada dampak yang dirasakan oleh masyarakat khususnya kelompok sasaran yang langsung

Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program sanitasi total berbasis masyarakat pilar pertama ( Stop BABS) di Desa Purwosari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana dalam pelaksanaan program STBM pilar pertama stop buang air besar sembarangan di Desa Pangguruan berupa

Pilar pertama Sanitasi Total Berbasis Masyarakat berupa Stop Buang Air Besar Sembarangan yaitu masyarakat yang ada di pinggiran sungai musi memiliki akses jamban yang

Berdasarkan data diatas dan dikarenakan belum adanya penelitian yang mengkaji evaluasi pelaksanaan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Wilayah Kerja

Berikut kutipan informan terkait hal tersebut : “...kalau STBM sendiri itu prosesnya awal advokasi, advokasi dengan wilayah biasanya ke kecamatan istilahnya kulonuwun dulu