• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERILAKU PERTEMUAN EKSENTRIS BALOK-KOLOM PENAMPANG PIPIH AKIBAT BEBAN GEMPA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PERILAKU PERTEMUAN EKSENTRIS BALOK-KOLOM PENAMPANG PIPIH AKIBAT BEBAN GEMPA."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN

ANALISIS PERILAKU PERTEMUAN EKSENTRIS

BALOK-KOLOM PENAMPANG PIPIH AKIBAT BEBAN GEMPA

Oleh:

I Ketut Sudarsana, ST, Ph.D

Ir. Ida Ayu Made Budiwati, M.Sc, Ph.D

Putu Didik Sulistiana, ST

Dibiayai dari DIPA BLU Universitas Udayana Sesuai Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana No. 133/UN 14.4/TU/TS/2015, Tanggal 17 Juni 2015

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)
(3)

ii

RINGKASAN

Struktur beton bertulang menggunakan kolom dengan penampang pipih dimana rasio sisi panjang dengan sisi pendek lebih dari 2 sangat umum dipergunakan di Bali untuk bangunan perumahan bertingkat rendah seperti villa dengan dua atau tiga tingkat sementara itu Bali merupakan daerah dengan resiko gempa tinggi. Kolom dengan penampang pipih dipergunakan karena pertimbangan desain arsitektur dimana kolom harus rata dengan tembok yang tebalnya sekitar 150mm. Kondisi ini menjadi lebih rumit pada pertemuan balok-kolom tepi dimana eksentrisitas dari balok terhadap kolom mempengaruhi respon dari join tersebut. Penelitian ini melaporkan penggunaan program berbasis elemen hingga untuk meneliti respon dari pertemuan balok-kolom penampang pipih eksentris akibat beban gempa.

Tiga buah pertemuan balok kolom tepi beton bertulang dengan eksentrisitas 0, 25 mm dan 50 mm dibebani dengan beban lateral yang parallel dengan balok tepi, dimodel dan dianalis menggunakan program berbasis elemen hingga. Pertemuan balok kolom yang ditinjau terlebih dahulu didesain telah memenuhi ketentuan pada SNI 2847:2013 sebagai bagian dari Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus kecuali lebar kolom yang dipergunakan lebih kecil daripada persyaratan pada peraturan. Kemampuan dari program dalam memprediksi kekuatan, mekanisme keruntuhan dan kekakuan dari peretemuan balok-kolom akan divalidasi terlebih dulu menggunakan hasil pengujian eksperimen yang diperoleh dari literature sebelum teknik pemodelannya dipergunakan dalam studi ini. Benda uji yang ditinjau adalah benda uji yang terisolasi pada join saja dengan panjang balok dan kolom diambil pada setengah bentangannya saja.

Hasil analisis menunjukan bahwa kekuatan geser join sangat dipengaruhi oleh eksentrisitas balok terhadap kolom. Defleksi yang besar kolom kearah samping (tegaklurus arah gaya) terjadi karena pengaruh kekakuan kolom yang kecil kearah sisi tersebut dan diperparah oleh adanya eksentrisitas kearah yang sama menyebabkan terbentuknya sendi plastis pada ujung-ujung balok sangat sulit terjadi. Leleh tulangan dan kerusakan beton pada join lebih cepat terjadi pada sisi join kearah mana titik berat balok digeser.

(4)

iii

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini dapat terlaksana sampai terselesaikannya laporan ini berkat rahmat Tuhan Yang maha Esa (Hyang Widhi Wasa). Penulis mengucapkan mengucapkan terima kasih terutama kepada Putu Didik Sulistiana yang telah melaksanakan pemodelan dalam komputer dan menjadikan sebagian topic ini menjadikan Tesisnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kolega di Jurusan Teknik Sipil dan Magister Teknik Sipil yang telah memberikan masukan selama pelaksanaan penelitian ini

Penelitian dapat terlaksana berkat dana hibah penelitian DIPA BLU Universitas Udayana Sesuai Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana No. 133/UN 14.4/TU/TS/2015, Tanggal 17 Juni 2015

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang bermamfaat sangat penulis harapkan demi kesempurnaannya.

Denpasar, September 2015

(5)

iv

DAFTAR ISI

RINGKASAN ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ...iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ...viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1. 1 Latar Belakang ... 1

1. 2 Rumusan Masalah ... 4

1. 3 Tujuan Penelitian... 4

1. 4 Manfaat Penelitian... 4

1. 5 Batasan Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

2. 1 Umum ... 6

2. 2 Tipe-tipe Pertemuan Balok-Kolom ... 6

2. 3 Syarat Lekatan pada Pertemuan Balok-Kolom Eksterior ... 9

2. 4 Beberapa Penelitian Sebelumnya Tentang Pertemuan Balok-Kolom. ... 10

2.4.1 Stehle, et.al (2001) ... 10

2.4.2 Shin dan LaFave (2004) ... 11

2.4.3 Ravi (2010) ... 11

2. 5 Perencanaan pertemuan balok-kolom berdasarkan SNI 2847-2013 ... 12

BAB III METODE PENELITIAN ... 14

3. 1 Rancangan Penelitian ... 14

3. 2 Verifikasi Model ... 15

3. 3 Penetapan Model ... 18

3. 4 Penetapan Parameter Model ... 19

3. 5 Pemodelan dengan Program FEA ANSYS 15.0.7 ... 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

4. 1 Umum ... 21

4. 2 Total Deformation ... 22

(6)

v

4. 4 Minimum Principal Elastic Strain ... 25

4. 6 Maximum Shear Elastic Strain ... 27

4. 7 Elastic Strain Intensity ... 28

4. 8 Normal Elastic Strain ... 29

4. 9 Shear Elastic Strain ... 30

4. 10 Shear Stress ... 32

4. 11 Vector Principal Stress ... 33

BAB V BAB PENUTUP ... 35

5. 1 Simpulan... 35

5. 2 Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(7)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Kerusakan pada joint akibat gempa ... 1

Gambar 1. 2 Pertemuan balok-kolom eksetrik ... 2

Gambar 1. 3 Pertemuan balok-kolom dengan kolom berpenampang pipih ... 3

Gambar 2. 1 Pertemuan balok-kolom tengah (interior) ... 6

Gambar 2. 2 Pertemuan balok-kolom tepi (eksterior) ... 7

Gambar 2. 3 Pertemuan balok-kolom sudut (corner) ... 7

Gambar 2. 4 Pertemuan balok-kolom Interior ... 7

Gambar 2. 5 Gaya-gaya pada join balok-kolom eksterior ... 8

Gambar 2. 6 Kesetimbangan gaya-gaya pada pertemuan balok-kolom corner ... 9

Gambar 2. 7 Pengangkeran pada pertemuan balok-kolom tepi ... 10

Gambar 3. 1 Kurva beban-deformasi pada balok-kolom ... 12

Gambar 3. 2.Bagan rancangan penelitian ... 14

Gambar 3. 3 Pengujian laboratorium dari benda uji BJ5 ... 16

Gambar 3. 4 Model pertemuan balok kolom eksentrik ... 19

Gambar 4. 1 Model A pertemuan balok-kolom sentris ... 21

Gambar 4. 2 Model B pertemuan balok-kolom dengan e1 = 25 mm ... 22

Gambar 4. 3 Model C pertemuan balok-kolom dengan e2 = 50 mm ... 22

Gambar 4. 4 Kontur Total Deformation ... 23

Gambar 4. 5 Total Deformation ... 23

Gambar 4. 6 Kontur Maximum Principal Elastic Strain ... 24

Gambar 4. 7 Maximum Principal Elastic Strain ... 25

Gambar 4. 8 Kontur Minimum Principal Elastic Strain ... 26

Gambar 4. 9 Minimum Principal Elastic Strain ... 26

Gambar 4. 10 Kontur Maximum Shear Elastic Strain ... 27

Gambar 4. 11 Maximum Shear Elastic Strain ... 27

Gambar 4. 12 Kontur Elastic Strain Intensity ... 28

Gambar 4. 13 Elastic Strain Intensity ... 29

Gambar 4. 14 Kontur Normal Elastic Strain ... 30

Gambar 4. 15 Normal Elastic Strain ... 30

(8)

vii

Gambar 4. 17 Shear Elastic Strain ... 31

Gambar 4. 18 Kontur Shear Stress ... 32

Gambar 4. 19 Shear Stress ... 33

Gambar 4. 20 Kontur Vector Principal Stress ... 34

(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Material beton bertulang... 16

Tabel 4. 1 Total Deformation ... 23

Tabel 4. 2 Maximum Principal Elastic Strain ... 24

Tabel 4. 3 Minimum Principal Elastic Strain ... 26

Tabel 4. 4 Maximum Shear Elastic Strain ... 27

Tabel 4. 5 Elastic Strain Intensity ... 28

Tabel 4. 6 Normal Elastic Strain ... 30

Tabel 4. 7 Shear Elastic Strain... 31

Tabel 4. 8 Shear Stress ... 32

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Pertemuan balok-kolom merupakan bagian yang sangat penting dari struktur rangka pemikul momen, karena pada daerah tersebut merupakan tempat terjadinya interaksi tegangan dari balok dan kolom. Kerusakan pada daerah pertemuan balok-kolom saat mendapatkan beban gempa dapat berupa peningkatan deformasi serta retak lentur yang diikuti lelehnya baja tulangan.

Gambar 1. 1 Kerusakan pada joint akibat gempa Sumber: Kocaeli Turkey, 1999

(11)

2

Penelitian mengenai hubungan balok-kolom eksentrik telah dilakukan oleh Stehle et al (2001), Shin dan LaFave (2004), Lee dan Ko (2007), Quintero-Febres dan Wight (2001), Hegger et al (2004), LaFave et al (2005), Kusuhara et al (2004). Penelitian-penelitian tersebut merupakan pengujian hubungan balok-kolom eksentrik dengan bentuk kolom bujur sangkar seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. 2(a) untuk mengetahui kekuatan, daktilitas dan perilaku tegangan yang terjadi.

Penyertaan pelat lantai dan balok transversal pada pengujian balok-kolom eksentrik dengan kolom bujur sangkar seperti pada Gambar 1. 2(b) juga telah dilakukan Shin dan LaFave (2004). Keberadaan dari balok transvesal, pelat lantai dapat mengurangi pengaruh seismik dan meningkatkan kekuatan geser join bila dibandingkan dengan koneksi eksentrik lain tanpa mempertimbangkan pelat lantai (Shin and LaFave, 2004).

a. Tanpa pelat lantai b. Dengan pelat lantai Gambar 1. 2 Pertemuan balok-kolom eksetrik

(12)

a. Tanpa balok transversal b. Dengan balok transversal Gambar 1. 3 Pertemuan balok-kolom dengan kolom berpenampang pipih

Pertemuan balok kolom dengan kolom berpenampang pipih sesuai persyaratan SNI 2847-2013, kecuali persyaratan lebar minimum kolom. Mengacu dari informasi yang telah diuraikan sebelumnya, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh eksentrisitas pada pertemuan balok-kolom dengan kolom berpenampang pipih terhadap kekuatan, daktilitas dan pengendalian kerusakan agar dapat mengetahui kekuatan dan daktilitas kolom berpenampang pipih untuk mengurangi kerusakan yang terjadi akibat beban gempa. Penelitian eksperimen akan memerlukan biaya yang sangat besar untuk meneliti beberapa parameter, namun dengan perkembangan teknologi informasi dan pemodelan, maka penelitian secara numerik berdasarkan metode elemen hingga dapat dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari beberapa parameter dalam suatu penelitian selama dapat ditunjukkan melalui suatu kalibrasi bahwa pemodelan yang dilakukan mampu memberikan hasil yang konsisten dengan hasil-hasil eksperimen.

(13)

4

1. 2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang dapat dirumuskan beberapa masalah, sebagai berikut:

1. Bagaimana keakuratan teknik pemodelan program 3D ANSYS ver.15.0.7 dalam memprediksi perilaku hubungan balok-kolom struktur beton bertulang akibat beban gempa?

2. Bagaimana pengaruh eksentrisitas balok dan kolom terhadap perilaku hubungan balok-kolom berpenampang pipih beton bertulang dimana beban horizontal (gempa) yang bekerja sejajar dengan sumbu kuat penampang kolom?

1. 3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui keakuratan teknik pemodelan program 3D ANSYS ver.15.0.7 dalam memprediksi perilaku hubungan balok-kolom struktur beton bertulang akibat beban gempa.

2. Untuk mengetahui pengaruh eksentrisitas balok dan kolom terhadap perilaku hubungan balok-kolom berpenampang pipih beton bertulang dimana beban horizontal (gempa) yang bekerja sejajar dengan sumbu kuat penampang kolom.

1. 4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat menambah pengetahuan dalam penerapan metode elemen hingga untuk menganalisis perilaku pertemuan balok-kolom eksentrik dengan kolom berpenampang pipih akibat gempa bila ditinjau dari segi kekuatan, daktilitas dan pengendalian kerusakannya.

(14)

1. 5 Batasan Penelitian

Ruang lingkup/batasan studi yang digunakan meliputi:

1. Pertemuan balok-kolom beton bertulang direncanakan mengikuti ketentuan dalam SNI 03-2847-2013 untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) kecuali persyaratan lebar minimum kolom.

2. Pertemuan balok-kolom merupakan bagian dari lantai tepi (eksternal join).

(15)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2. 1 Umum

Kerusakan atau keruntuhan suatu struktur dapat diakibatkan oleh meningkatnya deformasi lateral sebagai akibat dari penurunan kekuatan pada pertemuan balok-kolom. Oleh karena itu, perencanaan pertemuan balok-kolom harus memiliki kekuatan lebih besar dari komponen-komponen struktur yang dihubungkannya dan harus direncanakan tetap dalam keadaan elastis pada waktu merespon beban siklis bolak-balik gempa, meskipun balok pada muka pertemuan direncanakan mencapai sendi plastis. Dalam Bab II ini akan diuraikan mengenai tipe-tipe hubungan balok-kolom dan beberapa penelitian terkait yang telah dilakukan sebelumnya sebagai acuan.

2. 2 Tipe-tipe Pertemuan Balok-Kolom

Dalam sistem rangka pemikul momen, ada tiga tipe dari pertemuan balok-kolom, yakni: tipe pertama pertemuan balok-kolom tengah (interior) seperti Gambar 2. 1, tipe ke-dua

pertemuan balok-kolom tepi (eksterior) seperti Gambar 2. 2, dan tipe ke-tiga pertemuan

balok-kolom sudut (corner) seperti Gambar 2. 3.

(16)

a. Tiga sisi terkekang b. Dua sisi terkekang Gambar 2. 2 Pertemuan balok-kolom tepi (eksterior)

Gambar 2. 3 Pertemuan balok-kolom sudut (corner)

Gaya pada pertemuan balok-kolom interior disumbangkan oleh beban gravitasi dapat

digambarkan seperti terlihat pada Gambar 2. 4. Tegangan dan tekanan dari ujung balok dan beban aksial dari kolom dapat menyebar langsung pada pertemuan balok-kolom. Pada tempat beban lateral (gempa), keseimbangan gaya dari balok dan kolom dapat dilihat pada Gambar 2. 5 menghasilkan tegangan diagonal dan tegangan tekan pada pertemuan balok-kolom.

(17)

8

Retak yang dihasilkan tegak lurus pada tegangan diagonal A-B di pertemuan balok-kolom dan pada permukaan pertemuan balok-balok-kolom dimana balok membingkai pada pertemuan balok-kolom. Tegangan strut digambarkan dengan garis putus-putus dan tegangan pada tulangan di gambar dengan garis lurus. Tegangan beton menurun, tulangan geser diberikan secara menerus pada bidang keruntuhan untuk melawan gaya tegangan diagonal.

Gaya yang bekerja pada pertemuan balok-kolom eksterior yang ideal seperti ditunjukkan pada Gambar 2.5. Gaya geser pada pertemuan balok-kolom menimbulkan retak diagonal sehingga membutuhkan tulangan pada pertemuan balok-kolom. Pola detail dari tulangan longitudinal secara signifikan mempengaruhi efisiensi pertemuan balok-kolom. Beberapa pola detail pada pertemuan balok-kolom eksterior ditunjukkan pada Gambar 2.5 (b) dan Gambar 2.5 (c). Tulangan membengkok jauh dari inti pertemuan balok-kolom (Gambar 2.5 (b)) menghasilkan efisiensi 25-40%, sedangkan yang melewati dan menyatu pada inti memberikan efisiensi 100%. Namun, penghubung tersebut harus disediakan untuk membatasi beton inti pada pertemuan balok-kolom.

Gambar 2. 5 Gaya-gaya pada join balok-kolom eksterior

Gaya pada pertemuan balok-kolom sudut dengan kolom menerus diatas pertemuan balok-kolom (Gambar 2.6) dapat memberikan pemahaman yang sama seperti pada pertemuan balok-kolom eksterior mengenai pertimbangan arah beban. Tipe dinding sudut dari semua kategori pertemuan balok-kolom dimana menggunakan momen cenderung salah satunya tertutup atau terbuka disudut. Seperti pertemuan balok-kolom mungkin selalu berlaku seperti kaki pertemuan balok-kolom atau pertemuan balok-kolom-L. Tegangan dan retak yang dihasilkan pada pertemuan balok-kolom seperti terlihat pada Gambar 2.7.

(18)

Pertemuan balok-kolom sudut terbuka cenderung memberikan retak yang timbul pada sambungan sudut dan kegagalan diberikan oleh posisi retak diagonal dari tegangan. Detail dari tulangan longitudinal secara signifikan mempengaruhi perilaku pada pertemuan balok-kolom. Gaya yang diberikan pada pertemuan balok-kolom tertutup justru sebaliknya dari pertemuan balok-kolom sudut terbuka. Retak utama diberikan sepanjang diagonal sudut. Pertemuan kolom ini menampilkan efisiensi yang lebih baik dari pertemuan balok-kolom terbuka. Selama aksi gempa, pengembalian gaya mungkin dari dan sejak pertemuan balok-kolom sudut mendapatkan desain secara manual seperti pertemuan balok-kolom terbuka dengan detail yang tepat.

Gambar 2. 6 Kesetimbangan gaya-gaya pada pertemuan balok-kolom corner

2. 3 Syarat Lekatan pada Pertemuan Balok-Kolom Eksterior

(19)

10

tulangan longitudinal berakhir lurus, akan terlepas saat lekatan kehilangan daya lekatnya. Kegagalan terlepasnya tulangan longitudinal dari balok menghasilkan kehilangan seluruh kekuatan lentur. Jenis kegagalan ini tidak dapat diterima pada posisi lainya. Sehingga peranan angkur pada tulangan longitudinal balok pada inti pertemuan balok-kolom adalah sangat penting.

Terlepasnya tulangan pada pertemuan balok-kolom tepi dapat dicegah dengan ketentuan pengangkeran atau dengan beberapa penempatan yang baik. Pengangkuran seperti pada Gambar 2.7 membantu asalkan penempatan cukup ketika dilengkapi dengan panjang penyaluran horisontal yang cukup dan panjang. Karena dari kemungkinan besarnya leleh sampai pada inti pertemuan balok-kolom, panjang penyaluran menjadi sangat efektiv pada daerah kritis diluar daerah besarnya leleh. Dengan demikian, ukuran penampang mampu menyediakan panjang penyaluran mengingat kemungkinan dari besarnya leleh.

Gambar 2. 7 Pengangkeran pada pertemuan balok-kolom tepi

2. 4 Beberapa Penelitian Sebelumnya Tentang Pertemuan Balok-Kolom.

2.4.1 Stehle, et.al (2001)

Stehle, et.al (2001) menguji dua buah benda uji wide-band balok-kolom dengan tes percobaan elemen hingga ANSYS pada beban lateral siklik statik. Benda uji pertama dirancang sesuai dengan standard Australia, sedangkan benda uji kedua dirancang setelah mendapatkan hasil pemeriksaan dari benda uji pertama.

(20)

Pada benda uji kedua yaitu pertemuan lebar balok tengah, dimana dikerjakan strategi detail. Stehle, et.al (2001) menyimpulkan bahwa ikatan batang yang melalui sisi muka kolom dapat mengurangi besarnya torsi yang dihasilkan pada sisi muka kolom dan juga retak torsi dapat dihindari.

2.4.2 Shin dan LaFave (2004)

Shin dan La Fave (2004) menguji kinerja balok-kolom eksentrik dengan pelat penghubung yang diberikan beban gempa lateral. Tujuan utama dari pengujian tersebut adalah untuk menyelidiki pengaruh pelat lantai terhadap kinerja seismik pertemuan balok-kolom eksentrik. Diasumsikan bahwa infleksi poin saat melawan beban gempa ada pada kira-kira pertengahan tinggi kolom dan tengah bentang dari tepi-balok karena akibat dari beban gempa yang signifikan biasanya jauh lebih besar daripada momen akibat beban gravitasi.

Spesimen dirancang secara terperinci dengan kesesuaian dari rekomendasi ACI 318-029 dan ACI 352R-02, kecuali beberapa parameter desain yang secara khusus diselidiki dalam penelitian ini. Setiap spesimen terdiri dari kolom, dua tepi balok membingkai kedalam kolom pada sisi berlawanan, balok melintang, dan pelat lantai.

Spesimen (dengan eksentrik yang berbeda dan tepi-lebar balok) memperlihatkan perilaku yang serupa saat sebelum balok-kolom akan runtuh, dan kekuatan gesernya juga dicapai pada saat yang bersamaan. Pelat lantai mengurangi perbedaan antara kinerja seismik dari spesimen dan meningkatkan kekuatan geser pertemuan balok-kolomt pada spesimen bila dibandingkan dengan koneksi eksentrik lain tanpa plat lantai.

2.4.3 Ravi (2010)

(21)

12

Data pengujian dari salah satu benda uji Ravi (2010) yaitu BJ5 yang mengacu pada code IS13920:1993 dengan gaya aksial 15% diambil sebagai model verifikasi program Ansys yang ditampilkan pada Bab III. Adapun hasil pengujian berupa beban dan defleksi dari BJ5 untuk variasi gaya aksial sebesar 15%, 20% dan 30% dari kapasitas kolomnya (440 kN) dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3. 1 Kurva beban-deformasi pada balok-kolom

2. 5 Perencanaan pertemuan balok-kolom berdasarkan SNI 2847-2013

Dalam perencanaan struktur rangka tahan gempa, pertemuan balok-kolom harus mendapat perhatian yang sama seperti halnya komponen struktur lainnya karena integritas dari struktur mungkin akan sangat tergantung dari prilaku pertemuan balok-kolom tersebut.

1. Ketentuan umum pertemuan balok-kolom pada SRPMK diatur menurut SNI 2847-2013 Pasal 21.7.2 sebagai berikut:

a. Gaya-gaya pada tulangan balok longitudinal di muka hubungan balok-kolom harus ditentukan dengan megasumsikan bahwa tegangan pada tulangan tarik lentur adalah 1,25f . y

(22)

i. Tulangan tarik Pasal 21.7.5

ii. Tulangan tekan Pasal 12

c. Bila tulangan longitudinal balok menerus melewati hubungan balok-kolom, dimensi kolom yang sejajar terhadap tulangan balok tidak boleh dari 20 kali diameter batang tulangan balok logitudinal terbesar untuk beton normal

(normalweig). Untuk beton ringan (lightweight), dimensinya tidak boleh

kurang dari 26 kali diameter batang tulangan.

2. Tulangan Transversal Pertemuan balok-kolom

Tulangan transversal pertemuan balok-kolom pada SRPMK diatur menurut SNI 2847-2013 Pasal 21.7.2,sebagai berikut:

a. Tulangan transversal berbentuk sengkang tertutup harus dipasang di dalam daerah hubungan balok-kolom.

b. Pada hubungan balok-kolom dimana balok-balok, dengan lebar setidak-tidaknya sebesar 43 lebar kolom, merangka pada keempat sisinya harus dipasang tulangan transversal setidak-tidaknya sejumlah 0,5. Tulangan transversal ini dipasang di daearah hubungan balok-kolom setinggi balok terendah yang merangka ke hubungan tersebut. Pada daerah tersebut, spasi tulangan transversal yang ditentukan sebesar s dapat diperbesar menjadi 150 x

mm.

c. Pada hubungan balok-kolom, dengan lebar balok lebih besar daripada lebar kolom, tulangan transversal sebesar Ash harus dipasang pada hubungan

tersebut, untuk memberikan kekangan terhadap tulangan longitudinal balok yang berada di luar daerah inti kolom.

3. Kuat Geser Pertemuan Balok-Kolom

(23)

14

BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara analitis untuk mengetahui pengaruh eksentrisitas pertemuan balok-kolom menggunakan program FEA ANSYS. Tahapan penelitiannya dapat dilihat pada Gambar 3. 2.

(24)

1. Langkah awal adalah melakukan verifikasi pemodelan hasil pengujian eksperimen dari salah satu model benda uji pertemuan balok-kolom eksentrik yang dilakukan oleh Kusuhara, et.al (2004) dengan program FEA ANSYS.

2. Hasil analisis dengan program FEA ANSYS dibandingkan dengan hasil uji eksperimen. Apabila hasil analisis dengan program FEA ANSYS sama atau mendekati hasil uji eksperimen, maka analisis dengan program FEA ANSYS selanjutnya dapat digunakan.

3. Menentukan variasi model yang akan digunakan dalam penelitian.

4. Langkah selanjutnya, model dibuat dan dianalisis menggunakan program FEA ANSYS.

5. Hasil analisis kemudian dibandingkan satu sama lain untuk mendapatkan perilaku yang terjadi pada pertemuan balok-kolom dengan variasi model yang telah ditentukan.

6. Setelah melakukan pembacaan hasil dan perbandingan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah yang ada.

3. 2 Verifikasi Model

3.2.1 Benda uji eksperimen

Verifikasi pemodelan dilakukan untuk mengetahui keakuratan dari teknik pemodelan 3D dari software ANSYS yang dipergunakan dalam pemodelan pertemuan balok kolom akibat beban gempa. Adapun data eksperimen diambil dari hasil uji eksperimen Kusuhara, et.al (2004). Dari 216 model benda uji Kusuhara et al (2004), diambil benda uji BJ5 (IS 13920:1993) yang merupakan pertemuan balok-kolom eksentrik. Dimensi kolom 200 x 200 mm dan balok 200 x 200 mm. Diameter sengkang yang digunakan pada balok 6 mm dan kait yang disediakan 80 mm > 75mm dengan sudut tekuk 135°. Jarak sengkang pada tumpuan 40 mm dan jarak sekangang lapangan 80 mm. Panjang pengangkuran untuk balok diperoleh 785

≈ 800 mm.

(25)

16

daya dukung kolom (440 kN) dikerjakan pada kolom. Sedangkan beban dikerjakan pada ujung bebas balok dengan peningkatan secara bertahap sampai benda uji mengalami keruntuhan. Retak pertama terbentuk pada bagian balok pada jarak 50 mm dari muka kolom pada beban 18 kN. Pada beban 19 kN, retak lain terbentuk pada sendi balok-kolom benda uji. Celah-celah retak mulai melebar pada beban 20 kN. Beton pecah pada sendi saat tegangan balok pada beban 21,5 kN. Penerapan beban dihentikan pada 23,5 kN ketika defleksi pada ujung bebas dari balok mencapai 50 mm.

(a) Test Setup pengujian (b) Kegagalan benda uji BJ5

Gambar 3. 3 Pengujian laboratorium dari benda uji BJ5

3.2.2 Pemodelan dan analisis benda uji

Benda uji yang terlihat pada Gambar 3.5 kemudian dimodelkan kedalam program ANSYS dan dilakukan analisis untuk mengetahui pola tegangan dan deformasi yang terjadi akibat beban lateral yang dikerjakan. Adapun properti material yang diperhitungkan ditampilkan pada Tabel 3.1. Karakteristik dari elemen solid 65 dan Link 8 dapat dilihat pada Gambar 3.6.

Tabel 3. 1 Material beton bertulang

ELEMENT TYPE MATERIAL PROPERTY

Solid 65 Modulus of elasticity 2.5 x 1010N/m2

Passion ratio 0.23

Density 25000 N/m3

Link 8 Modulus of elasticity 2.1 x 1011N/m2

Passion ratio 0.3

(26)

(a) Elemen Solid 65 (b) Elemen Link 8

Gambar 3.6 Properti elemen dalam Ansys

(a) Model material beton (b) Model tulangan

Gambar 3.7 Pemodelan pertemuan balok-kolom dengan program Ansys

(a) Kontur tegangan hasil analisis (b) Perbandingan defleksi antara eksperimen dan analisis

Gambar 3.8 Hasil analisis dan perbandingan defleksi benda uji BJ5

0 5 10 15 20 25

0 10 20 30 40 50 60

Load

in kN

Deflection in mm Ansys BJ5

(27)

18

Deformasi yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian pada beban 20 kN diperoleh defleksi sebesar 35 mm, sedangkan berdasarkan hasil analisis menggunakan Ansys pada beban yang sama diperoleh defleksi sebesar 32 mm. Error antara pengujian laboratorium dengan analisis program ansys adalah sebesar 8.57%. Nilai kesalahan ini masih lebih kecil dari 10 % sehingga teknik pemodelan yang dipergunakan dapat dipergunakan untuk melakukan analisis selanjutnya terhadap tiga buah benda uji yang ditinjau.

3. 3 Penetapan Model

Model yang akan diteliti pada studi ini merupakan bagian dari rangkaian pertemuan balok-kolom dengan variasi eksentrisitas. Sebelumnya dilakukan perhitungan struktur balok, kolom dan join dengan ketentuan yang terdapat pada SNI-2847-2013 untuk struktur rangka pemikul momen khusus (SRPMK), tahapan perhitungan untuk kolom tanpa eksentrisitas dapat dilihat pada Lampiran 1.

Dari hasil perhitungan, didapat dimensi balok dengan lebar 250 mm dan tinggi 400 mm, tulangan longitudinal As1 5D16 mm dan As2 3D16 mm, dengan sengkang yang dipakai Ø10 – 95 mm sepanjang 800 mm dari tumpuan dan selanjutnya dipasang sengkang Ø10 – 175 mm. Sedangkan untuk kolom didapat kolom dengan lebar 150 mm dan tinggi 500 mm, tulangan longitudinal 8 D19 mm, dan sengkang yang dipakai Ø10 – 100mm. Berdasarkan hasil desain pertemuan balok-kolom tanpa eksentrisitas ini kemudian dibuat variasinya dengan eksentrisitas 25mm dan 50mm.

(28)

Gambar 3. 4 Model pertemuan balok kolom eksentrik

3. 4 Penetapan Parameter Model

Untuk mendapatkan hasil analisis yang sesuai dengan tujuan, maka penetapan parameter

model dilakukan dengan tahapan berikut:

1. Memasukkan data geometri dan material sesuai dengan penelitian.

2. Perletakan balok dan kolom mengikuti uji eksperimen yang telah dilakukan.

3. Beban terpusat dikerjakan sebagai beban merata pada areal tertentu.

4. Material memiliki Angka poisson’s ratio sebesar 0,2 untuk beton dan 0,3 untuk baja

tulangan.

3. 5 Pemodelan dengan Program FEA ANSYS 15.0.7

Pemodelan non linier terhadap perilaku material dengan metode elemen hingga pada

program FEA ANSYS terpisah dari pemodelan elemennya. Dalam pembuatan model elemen

hingga, program FEA ANSYS menyediakan meshing secara otomatis, namun demikian untuk

proses meshing tersebut masih memerlukan objek-objek bantu yang dapat terdiri dari

(29)

20

Semua elemen volume pertemuan balok kolom dimodelkan sebagai elemen 3D. Adapun

tahapan analisis dengan menggunakan software Finite Element Analysis ANSYS adalah

sebagai berikut:

1. Mendefinisikan geometri model struktur dengan memasukkan nilai koordinat ke arah x, y, dan z.

2. Mendefinisikan meshing tiap-tiap elemen ke arah x, y, dan z.

3. Mendefinisikan geometri properties.

4. Mendefinisikan material properties (memasukkan modulus elastisitas, poisson ratio,

tegangan leleh baja) pada kondisi elastis dan plastis.

5. Mendefinisikan syarat batas (jenis perletakan) : pinned.

6. Mendefinisikan pembebanan.

7. Mendefinisikan analisis non linier.

8. Melakukan analisis (run program).

(30)

21

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Umum

Pada Bab IV akan diuraikan hasil analisis dan pembahasan terhadap perilaku hubungan balok-kolom dengan pembebanan horizontal. Perilaku yang ditinjau meliputi deformasi, tegangan, regangan yang terjadi pada join yang ditinjau. Model yang diteliti pada studi ini merupakan bagian dari pertemuan balok-kolom dengan variasi eksentrisitas. Adapun pemodelan dari ketiga benda uji yang ditinjau menggunakan program FEA ANSYS dapat dilihat pada Gambar 4. 1, Gambar 4. 2 dan Gambar 4. 3.

Perletakan yang dipergunakan pada pemodelan ini berupa sendi pada ujung bawah kolom dan rol pada kedua ujung balok. Sedangkan ujung atas kolom dibuat bebas karena beban horizontal dikerjakan pada ujung tersebut. Beban terus ditingkatkan sampai benda uji mengalami keruntuhan.

[image:30.612.170.470.384.622.2]

(31)

22

[image:31.612.168.470.79.318.2]

Gambar 4. 2 Model B pertemuan balok-kolom dengan e1 = 25 mm

Gambar 4. 3 Model C pertemuan balok-kolom dengan e2 = 50 mm

4. 2 Total Deformation

[image:31.612.172.467.340.582.2]
(32)

a. Model A (e = 0) b. Model B (e1 = 25 mm)

c. Model C (e2 = 50 mm)

Tabel 4. 1 Total Deformation

Total Deformation N

o Results Model A Model B Model C

1 Minimum 0.57981 0.21457 0.17666

[image:32.612.108.532.79.609.2]

2 Maximum 2593.5 2577.8 2540.5

Gambar 4. 4 Kontur Total Deformation

[image:32.612.348.518.432.608.2]

a. Total Deformation Minimum b. Total Deformation Maximum

Gambar 4. 5 Total Deformation

Pada Tabel 4. 1 dan Gambar 4. 5 menunjukan bahwa Model A memiliki total deformation minimum yang terbesar 0.57981 mm dan model A memiliki total deformation maximum yang terbesar 2593.5 mm. Semakin besar eksentrisitas dari balok dengan kolom

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7

T

o

tal

Defo

rm

at

io

n

(mm)

Model A Model B Model C 2510 2520 2530 2540 2550 2560 2570 2580 2590 2600

T

o

tal

Defo

rm

at

io

n

(mm)

(33)

24

pada pertemuan balok kolom mengakibatkan deformasi total mengalami penurunan baik untuk deformasi total minimum maupun deformasi total maksimum.

4. 3 Maximum Principal Elastic Strain

Regangan elastis maksimum yang terjadi pada masing-masing benda uji dapat dilihat pada Tabel 4. 2 dengan kontur seperti terlihat pada Gambar 4. 6. Perbandingan data regangan elastis maksimum dapat dilihat pada Gambar 4. 7.

a. Model A (e = 0) b. Model B (e1 = 25 mm)

[image:33.612.106.531.230.555.2]

c. Model C (e2 = 50 mm)

Tabel 4. 2 Maximum Principal Elastic Strain

Maximum Principal Elastic Strain No Results Model A Model B Model C

1 Minimum 0.00489 0.00513 0.00533

2 Maximum 0.21506 0.05444 0.05430

(34)

a. Maximum Principal Elastic Strain Minimum

[image:34.612.110.532.565.713.2]

b. Maximum Principal Elastic Strain Maximum

Gambar 4. 7 Maximum Principal Elastic Strain

Pada Tabel 4. 2 dan Gambar 4. 7 menunjukan bahwa model C memiliki maximum principal elastic strain minimum yang terbesar 0.00513 mm/mm dan model A memiliki maximum principal elastic strain maximum yang terbesar 0.21506 mm/mm. Semakin besar eksentrisitas dari balok dengan kolom pada pertemuan balok kolom mengakibatkan regangan elastis maksimum untuk kondisi minimum mengalami peningkatan dan regangan elastis maksimum untuk kondisi maksimum mengalami penurunan.

4. 4 Minimum Principal Elastic Strain

Regangan elastis minimum yang terjadi pada masing-masing benda uji dapat dilihat pada Tabel 4. 3 dengan kontur seperti terlihat pada Gambar 4. 8. Perbandingan data regangan elastis minimum dapat dilihat pada Gambar 4. 9.

a. Model A (e = 0) b. Model B (e1 = 25 mm)

0.0046 0.0047 0.0048 0.0049 0.005 0.0051 0.0052 0.0053 0.0054

Di

re

cti

o

n

a

l Defo

rm

ati

o

n

(mm)

Model A Model B Model C 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25

Di

re

cti

o

n

a

l Defo

rm

at

io

n

(mm)

(35)

26

[image:35.612.104.535.93.250.2]

c. Model C (e2 = 50 mm)

Tabel 4. 3 Minimum Principal Elastic Strain

Minimum Principal Elastic Strain N

o Results Model A Model B Model C

1 Minimum -0.4723 -0.4704 -0.4645

[image:35.612.112.533.259.511.2]

2 Maximum -0.1057 -0.0013 -0.0015

Gambar 4. 8 Kontur Minimum Principal Elastic Strain

a. Minimum Principal Elastic Strain Minimum

b. Minimum Principal Elastic Strain Maximum

Gambar 4. 9 Minimum Principal Elastic Strain

Pada Tabel 4. 3 dan Gambar 4. 9 menunjukan bahwa model A memiliki minimum principal elastic strain minimum yang terbesar -0.4723 mm/mm dan model C memiliki minimum principal elastic strain maximum yang terbesar -0.0015 mm/mm. Semakin besar eksentrisitas dari balok dengan kolom pada pertemuan balok kolom mengakibatkan regangan elastis minimum untuk kondisi minimum mengalami peningkatan dan regangan elastis minimum untuk kondisi maksimum mengalami penurunan.

-0.474 -0.472 -0.47 -0.468 -0.466 -0.464 -0.462 -0.46

Di

re

cti

o

n

a

l Defo

rm

ati

o

n

(mm)

Model A Model B Model C

-0.12 -0.1 -0.08 -0.06 -0.04 -0.02 0

Di

re

cti

o

n

a

l Defo

rm

at

io

n

(mm)

(36)

4. 6 Maximum Shear Elastic Strain

Regangan geser maksimum yang terjadi pada masing-masing benda uji dapat dilihat pada Tabel 4. 4 dengan kontur seperti terlihat pada Gambar 4. 10. Perbandingan data regangan geser maksimum dapat dilihat pada Gambar 4. 11.

a. Model A (e = 0) b. Model B (e1 = 25 mm)

c. Model C (e2 = 50 mm)

Tabel 4. 4 Maximum Shear Elastic Strain

Maximum Shear Elastic Strain No Results Model A Model B Model C

1 Minimum 0.00439 0.0053 0.0054

[image:36.612.107.534.184.561.2]

2 Maximum 0.56268 0.1286 0.12766

Gambar 4. 10 Kontur Maximum Shear Elastic Strain

[image:36.612.120.524.537.698.2]

a. Maximum Shear Elastic Strain Minimum b. Maximum Shear Elastic Strain Maximum Gambar 4. 11 Maximum Shear Elastic Strain

0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006

Di

re

cti

o

n

a

l Defo

rm

at

io

n

(mm)

Model A Model B Model C

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6

Di

re

cti

o

n

a

l Defo

rm

at

io

n

(mm)

(37)

28

Pada Tabel 4. 4 dan Gambar 4. 11 menunjukan bahwa model C memiliki maximum shear elastic strain minimum yang terbesar 0.00542 mm/mm dan model A memiliki maximum shear elastic strain maximum yang terbesar 0.56268 mm/mm. Semakin besar eksentrisitas dari balok dengan kolom pada pertemuan balok kolom mengakibatkan regangan geser maksimum untuk kondisi minimum mengalami peningkatan dan regangan geser maksimum untuk kondisi maksimum mengalami penurunan.

4. 7 Elastic Strain Intensity

Instensitas regangan yang terjadi pada masing-masing benda uji dapat dilihat pada Tabel 4. 5 dengan kontur seperti terlihat pada Gambar 4. 12. Perbandingan data instensitas regangan dapat dilihat pada Gambar 4. 13.

a. Model A (e = 0) b. Model B (e1 = 25 mm)

[image:37.612.109.530.307.646.2]

c. Model C (e2 = 50 mm)

Tabel 4. 5 Elastic Strain Intensity

Elastic Strain Intensity

No Results Model A Model B Model C

1 Minimum 0.00439 0.0053 0.0054

2 Maximum 0.31455 0.1286 0.1276

(38)
[image:38.612.108.525.78.278.2]

a. Elastic Strain Intensity Minimum b. Elastic Strain Intensity Maximum Gambar 4. 13 Elastic Strain Intensity

Pada Tabel 4.5 dan Gambar 4. 13 menunjukan bahwa model C memiliki elastic strain intensity minimum yang terbesar 0.00542 mm/mm dan model A memiliki elastic strain intensity maximum yang terbesar 0.31455 mm/mm. Semakin besar eksentrisitas dari balok dengan kolom pada pertemuan balok kolom mengakibatkan instensitas regangan untuk kondisi minimum mengalami peningkatan dan instensitas regangan untuk kondisi maksimum mengalami penurunan.

4. 8 Normal Elastic Strain

Regangan normal yang terjadi pada masing-masing benda uji dapat dilihat pada Tabel 4. 6 dengan kontur seperti terlihat pada Gambar 4. 14. Perbandingan data regangan normal dapat dilihat pada Gambar 4. 15.

a. Model A (e = 0) b. Model B (e1 = 25 mm)

0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006

Di

re

cti

o

n

a

l Defo

rm

at

io

n

(mm)

Model A Model B Model C

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35

Di

re

cti

o

n

a

l Defo

rm

at

io

n

(mm)

(39)

30

[image:39.612.101.523.83.239.2]

c. Model C (e2 = 50 mm)

Tabel 4. 6 Normal Elastic Strain

Normal Elastic Strain

No Results Model A Model B Model C

1 Minimum -0.257 -0.237 -0.205

[image:39.612.109.530.172.471.2]

2 Maximum 0.0275 0.0272 0.0191

Gambar 4. 14 Kontur Normal Elastic Strain

a. Normal Elastic Strain Minimum b. Normal Elastic Strain Maximum Gambar 4. 15 Normal Elastic Strain

Pada 4.6 dan Gambar 4. 15 menunjukan bahwa model C memiliki normal elastic strain minimum yang terbesar -0.20576 mm/mm dan model A memiliki normal elastic strain maximum yang terbesar 0.0275 mm/mm. Semakin besar eksentrisitas dari balok dengan kolom pada pertemuan balok kolom mengakibatkan regangan normal untuk kondisi minimum mengalami peningkatan dan regangan normal untuk kondisi maksimum mengalami penurunan.

4. 9 Shear Elastic Strain

Regangan geser yang terjadi pada masing-masing benda uji dapat dilihat pada Tabel 4. 7 dengan kontur seperti terlihat pada Gambar 4. 16. Perbandingan data regangan geser dapat dilihat pada Gambar 4. 17.

-0.3 -0.25 -0.2 -0.15 -0.1 -0.05 0

Di

re

cti

o

n

a

l Defo

rm

at

io

n

(mm)

Model A Model B Model C

0.2 0.205 0.21 0.215 0.22 0.225 0.23 0.235 0.24 0.245

Di

re

cti

o

n

a

l Defo

rm

at

io

n

(mm)

[image:39.612.321.524.280.462.2]
(40)

a. Model A (e = 0) b. Model B (e1 = 25 mm)

[image:40.612.107.541.80.451.2]

c. Model C (e2 = 50 mm)

Tabel 4. 7 Shear Elastic Strain

Shear Elastic Strain

No Results Model A Model B Model C

1 Minimum -0.225 -0.275 -0.210

[image:40.612.113.530.470.679.2]

2 Maximum -0.242 -0.086 -0.042

Gambar 4. 16 Kontur Shear Elastic Strain

a. Shear Elastic Strain Minimum b. Shear Elastic Strain Maximum Gambar 4. 17 Shear Elastic Strain

-0.3 -0.25 -0.2 -0.15 -0.1 -0.05 0

Di

re

cti

o

n

a

l Defo

rm

at

io

n

(mm)

Model A Model B Model C

-0.3 -0.25 -0.2 -0.15 -0.1 -0.05 0

Di

re

cti

o

n

a

l Defo

rm

at

io

n

(mm)

(41)

32

Pada 4.7 dan Gambar 4. 17 menunjukan bahwa model C memiliki shear elastic strain minimum yang terbesar -0.21024 mm/mm dan model C memiliki shear elastic strain maximum yang terbesar -0.042 mm/mm. Semakin besar eksentrisitas dari balok dengan kolom pada pertemuan balok kolom mengakibatkan regangan geser untuk kondisi minimum mengalami peningkatan dan regangan geser untuk kondisi maksimum mengalami peningkatan.

4. 10 Shear Stress

Tegangan geser yang terjadi pada masing-masing benda uji dapat dilihat pada Tabel 4. 8 dengan kontur seperti terlihat pada Gambar 4. 18. Perbandingan data tegangan geser dapat dilihat pada Gambar 4. 19.

a. Model A (e = 0) b. Model B (e1 = 25 mm)

[image:41.612.104.520.306.665.2]

c. Model C (e2 = 50 mm)

Tabel 4. 8 Shear Stress

Shear Stress

No Results Model A Model B Model C

1 Minimum -3065.8 -3508.3 -2672.5

2 Maximum -3081.4 -787.26 -133.61

(42)
[image:42.612.112.539.533.685.2]

a. Shear Stress Minimum b. Shear Stress Maximum Gambar 4. 19 Shear Stress

Pada 4.8 dan Gambar 4. 19 menunjukan bahwa model C memiliki shear stress minimum yang terbesar -2672.5 Mpa dan model C memiliki shear stress maximum yang terbesar -133.61 Mpa. Semakin besar eksentrisitas dari balok dengan kolom pada pertemuan balok kolom mengakibatkan tegangan geser untuk kondisi minimum mengalami peningkatan dan tegangan geser untuk kondisi maksimum mengalami peningkatan.

4. 11 Vector Principal Stress

Arah tegangan yang terjadi pada masing-masing benda uji dapat dilihat pada Tabel 4. 9 dengan kontur seperti terlihat pada Gambar 4. 20. Perbandingan data arah tegangan dapat dilihat pada Gambar 4. 21.

a. Model A (e = 0) b. Model B (e1 = 25 mm)

-4000 -3500 -3000 -2500 -2000 -1500 -1000 -500 0

Shear

St

re

ss

(MPa)

Model A Model B Model C

-3500 -3000 -2500 -2000 -1500 -1000 -500 0

Shear

St

re

ss

(MPa)

(43)

34

[image:43.612.103.533.80.268.2]

c. Model C (e2 = 50 mm)

Tabel 4. 9 Vector Principal Stress

Vector Principal Stress

No Results Model A Model B Model C

1 Minimum 110.35 247.34 419.87

[image:43.612.106.531.144.496.2]

2 Maximum 42232 42194 42119

Gambar 4. 20 Kontur Vector Principal Stress

a. Vector Principal Stress Minimum b. Vector Principal Stress Maximum Gambar 4. 21 Vector Principal Stress

Pada 4.9 dan Gambar 4. 21 menunjukan bahwa model C memiliki vector principal stress minimum yang terbesar 419.87 Mpa dan model A memiliki vector principal stress maximum yang terbesar 42232 Mpa. Semakin besar eksentrisitas dari balok dengan kolom pada pertemuan balok kolom mengakibatkan arah tegangan untuk kondisi minimum mengalami peningkatan dan arah tegangan untuk kondisi maksimum mengalami penurunan.

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

Ve

ct

or P

rincipa

l

S

tre

ss

(

M

P

a

)

Model A Model B Model C 42060 42080 42100 42120 42140 42160 42180 42200 42220 42240 42260

Ve

ct

or P

rincipa

l

S

tre

ss

(

M

P

a

)

[image:43.612.278.514.290.494.2]
(44)

35

BAB V

BAB PENUTUP

5. 1 Simpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan dapat diambil kesimpulan, bahwa perbandingan kinerja pada Model A (e=0 atau sentris), Model B (e1 = 25 mm) dan Model C (e1 = 50 mm) yang desain tulangannya mengacu pada ketentuan SNI 2847-2013 adalah :

1. Keakuratan teknik pemodelan didapat sampai 95% dengan program 3D ANSYS ver.15.0.7 dalam memprediksi perilaku deformasi hubungan balok-kolom struktur beton bertulang akibat beban gempa.

2. Pengaruh eksentrisitas balok dan kolom terhadap perilaku hubungan balok-kolom berpenampang pipih beton bertulang dimana beban horizontal (gempa) yang bekerja sejajar dengan sumbu kuat penampang kolom, yaitu :

a. Model A pertemuan balok-kolom sentris memiliki total deformation, maximum principal elastic strain, maximum shear elastic strain, elastic strain intensity, normal elastic strain, vector principal stress maximum yang terbesar

dibandingkan model B dan model C.

b. Model C pertemuan balok-kolom dengan e2 = 50 mm memiliki minimum principal elastic strain, shear elastic strain, shear stress maximum yang

terbesar dibandingkan model A dan model B.

5. 2 Saran

(45)

36

DAFTAR PUSTAKA

Hegger., Josef, Sherif., Alaa, and Roeser., Wolfgang. 2004. Nonlinear Finite Element Analysis of Reinforced Concrete Beam-Column Connections. ACI Structural Journal,

September-October, Title no. 101-S59, Hal: 604-614.

Ravi, S.Robert. 2010.Studies On The Behavior of Retrofitted RCC Beam Column Joints,

School Of Civil Engineering, Karunya University., India.

LaFave., James M, et al. 2005. Eccentric Beam-Column Connections (Performance and Design of Joints Subjected to Seismic Lateral Load Reversals). Concrete International,

September.

Lee., Hung-Jen, and Ko., Jen-wen. 2007. Eccentric Reinforced Concrete Beam-Column Connections Subjected to Cyclic Loading in Principal Directions. ACI Structural

Journal, July-August, Title no. 104-S44, Hal: 459-467.

Shin., Myoungsu and LaFave., James M. 2004. Seismic Performance of Reinforced Concrete Eccentric Beam-Column Connections with Floor Slabs. ACI Structural Journal,

May-June, Title no. 101-S41, Hal: 403-412.

Stehle., John S, et al., 2001. Reinforced Concrete Interior Wide-Band Beam Column Connections Subjected to Lateral Earthquake Loading. ACI Structural Journal,

May-June, Title no. 98-S26, Hal: 270-279.

Uma., S.R.Dr, and Prasad., A.Meher., Prof. Seismic Behavior of Beam Column Joints in Reinforced Concrete Moment Resisting Frames. Departement of Civil Engineering.

Indian Institute of Technology Madras. Chennai.

Quintero-Febres., Charlos G and Wight., James K. 2001. Experimental Study of Reinforced Concrete Interior Wide Beam-Column Connections Subjected to Lateral Loading. ACI

(46)

LAMPIRAN 1

PERENCANAAN BALOK

Analisis Momen Nominal Penampang

Analisis penampang terhadap momen negatif b = 250 mm

h = 400 mm Tulangan = D16 Tinggi efektif :

d = h – (selimut beton + ø tul. Sengkang + ½ D tul. Utama)

d = 400 – ( 30 + 10 + ½ .16) = 352 mm

d’= h – d = 400 - 352 = 48 mm

Syarat jarak antar tulangan S > 25 mm

61mm

22 10 3 16

30 2 250

S u u u Æ (OK!)

Luas tulangan terpasang: 2

s1 1005mm

A

2

s2' 603mm

A

ƒ Asumsi tulangan tarik leleh dan tulangan tekan belum leleh Tulangan tekan belum leleh:

cu s' c cd' .ε

ε

c 600.d' 600.c .E .ε c d' c '.E ε '

fs s s cu s

∑H = 0

0 T T C

Cc s2 s1 S2

0 .f A .f A ' '.f A .a.b.

0,85.f'c s2 s2 s1 y s2 y

0 400 402 -400 603 c600.d' -600.c . 603 .c.b .β

0,85.f'c 1 u u

0 160800.c -.c 241200 48 600 603 600.c 603 0)c 5 2 0,85 20

(0,85u u u 2 u u u

3612,5 c2 - 40200 c 17366400 = 0

Didapat nilai c = 75,12 mm

852 , 63 0,85.75,12 c β

a 1. mm

Kontrol keserasian regangan:

3 5

s y

y E 2.10400 2.10

f

ε

9 s2

cu

c d' c '

ε

.0,003 0,001083 ε 0,002

75,12 48 -75,12

y

→Tulangan tekan

belum leleh (asumsi benar)

s s2

s2' ε '.E

(47)

38

9 s1

cu

c c d

ε

.0,003 0,011 ε 0,002

75,12 12 , 75 2 5 3 y !

→ Tulangan tarik leleh

(asumsi benar)

Kapasitas penampang terhadap momen negatif:

d d'

. C 2 a d C

Mn c ¸ s2

¹ · ¨ © §

d d'

'. '.f A 2 a d .c.b. .β 0,85.f'

Mn c 1 ¸ s2 s2

¹ · ¨ © §

352 48

217 603 2 63,852 352 250 12 , 75 85 , 0 20 85 , 0 Mn ¸ ¹ · ¨ © § x x x x x x 5 , 126637505 Mn Nmm 637 , 126 Mn KNm

# Analisis penampang terhadap momen positif

Luas tulangan terpasang:

2

s1 1005mm

A

2

2 603mm

As

d = 400 – ( 40 + 10 + ½ .16) = 342 mm

d’= 40 + 10 + 8 = 58 mm

ƒ Asumsi tulangan tarik leleh dan tulangan tekan belum leleh

0,85.f' β .b

.c2

As1'.600 As2.fy

.c As1'.600.d' 0

1

c.

0,85.20.0,85.250

.c2

1005.600603.400

.c1005.600.48 0 Dengan memasukkan data yang ada diperoleh persamaan:

4515,625 c2 + 361800 c 28944000 = 0 Didapat nilai c = 52,49 mm

616 , 44 0,85.52,49 c β

a 1. mm

Kontrol keserasian regangan:

3 5

s y

y E 2.10400 2.10

f

ε

9 s1

cu

c d' -c '

ε

.0,003 0,000257 ε 0,002

52,49 48 -52,49

y

→ Tulangan tekan

belum leleh (asumsi benar)

s s1

s1' ε '.E

f 0,000257.2,105 51,4MPa

9 2

cu

c c d

εs

.0,003 0,017 ε 0,002

52,49 49 , 52 2 5 3 y !

→ Tulangan tarik leleh

(48)

Kapasitas penampang terhadap momen positif:

d d'

. C 2 a d C

Mn c ¸ s1

¹ · ¨ © §

d d'

'. '.f A 2 a d .c.b. .β 0,85.f'

Mn c 1 ¸ s1 s1

¹ · ¨ © §

352 48

4 , 51 1005 2 616 , 44 352 250 49 , 52 85 , 0 20 85 , 0 Mn ¸ ¹ · ¨ © §

x x x x x x

25 , 78219966

Mn Nmm

219 , 78

Mn KNm

Kontrol Persyaratan Balok Untuk SRPMK:

1. Persyaratan Geometri:

a. Ln≥ 4d → 4000 mm > 4 x 352 = 1408 mm …….(ok) b. Rasio 0,3

h

b t 0,625 0,3

400

250 ! …….(ok)

c. - b ≥ 250 mm → 250 mm ≥ 250 mm …….(ok)

- b ≤ lebar kolom + 2.(¾) tinggi balok

250 mm < 150 + 2.(¾).400 = 750 mm …….(ok)

2. Persyaratan tulangan longitudinal

a. 2 buah tulangan atas dan tulangan bawah menerus …….(ok)

b. .250.352 308

400 1,4 .d .b f 1,4 A w y

smin mm2

00 2 2 352 0,025.250. .d 0,025.b

Asmax w mm2

- Pada sendi plastis

As = 5 D16 (As = 1005 mm2) …….(ok)

As’ = 3 D16 (As = 603 mm2) …….(ok) - Pada tengah bentang

As = 3 D16 (As’ = 603 mm2) …….(ok)

As’ = 3 D16 (As’ = 603 mm2) …….(ok)

3. Cek persyaratan momen nominal

n

n 0,5.M

M t

KNm 3185 , 63 KNm 26,637 1 0,5x KNm 219 , 78

Mn ! …….(ok)

Jadi penulangan balok memenuhi syarat SRPMK

Penulangan Balok Akibat Geser

Berdasarkan SNI 03 – 2847 – 2002, Pasal 23.3 (4), gaya geser rencana Ve dihitung dengan menganggap kuat lentur maksimum (Mpr) yang berlawanan tanda bekerja pada muka-muka tumpuan, dan komponen struktur tersebut dibebani dengan beban gravitasi terfaktor di sepanjang bentangnya. 2 .L W L M M

V u n

n pr pr e r

, dengan Ln = bentang bersih balok

Momen Lentur Maksimum (Mpr) balok harus dihitung dari tulangan terpasang dengan tegangan tarik 1,25 fy.

Untuk balok dibentang ujung, oleh arah gempa ke kanan akan dihasilkan:

(49)

40

Tulangan terpasang 5 D16 (As = 1005 mm2) Æ Dapat dianggap sebagai penampang tulangan tunggal sehingga nilai Cs tidak ada. Ts = Cc.

d = 600 – ( 40 + 10 + ½ .16) = 342mm

d’= 40 + 10 + 8 = 58 mm

x Asumsi tulangan tarik leleh dan tulangan tekan belum leleh. Tulangan tekan belum leleh.

∑H = 0 Ts Cc

y s1

c.a.b A .1,25.f

0,85.f' 235 , 118 250 20 85 , 0 400 25 ,1 1005 ' 85 , 0 25 ,1 1 ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ b c f fy A

a S mm

139 85 , 0 235 , 118 1 E a c mm ¸ ¹ · ¨ © § 2 a d T

Mpr S

¸ ¹ · ¨ © § 2 a d .1,25.fy A

Mpr S1

¸ ¹ · ¨ © § ˜ ˜ 2 235 , 118 352 400 25 ,1 1005 Mpr 3 , 147173456 Mpr Nmm 173 , 147

Mpr KNm

# Momen Lentur Positif (Mpr+)

Tulangan terpasang 3 D16 (As’ = 603 mm2) Æ Dapat dianggap sebagai penampang tulangan tunggal sehingga nilai Cs tidak ada. Ts = Cs.

d = 600 – ( 40 + 10 + ½ .16) = 342mm

d’= 40 + 10 + 8 = 58 mm

∑H = 0 Ts Cc

y s2

c.a.b A .1,25.f

0,85.f' 94 , 70 250 20 85 , 0 400 25 ,1 603 ' 85 , 0 25 ,1 2 ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ b c f fy A

a S mm

46 , 83 85 , 0 94 , 70 1 E a c mm ¸ ¹ · ¨ © § 2 a d T

Mpr S2

¸ ¹ · ¨ © § ˜ ˜ ˜ 2 a d 25 ,1

Mpr AS2 fy

¸ ¹ · ¨ © § ˜ ˜ ˜ 2 70,94 352 400 25 ,1 603 Mpr 95433795

Mpr Nmm

434 , 95 Mpr

(50)

Dengan cara yang sama untuk balok dibentang ujung, oleh arah gempa ke kiri diperoleh: 173 , 147 Mpr KNm 434 , 95 Mpr KNm

Gaya geser rencana:

2 .L W L M M

V u n

n pr pr e r Beban mati. a. Beban mati (D):

x Berat sendiri pelat (t=120mm) = 0,12 x 24 = 2,88 KN/m2

x Berat penutup lantai (t=10mm) = 0,01 x 24 = 0,24 KN/m2

x Berat Spesi (t=30mm) = 0,03 x 21 = 0,63 KN/m2

x Berat Penggantung dan Plafon = 0,07 + 0,11 = 0,18 KN/m2

x Berat Instalasi = 0,40 = 0,40 KN/m2 +

D = 4,33 KN/m2 KN/m 11,547 4,33 2 2 D h 2

W 32

3 2

Dek ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜

b. Beban hidup untuk gedung L = 2,50 KN/m2

KN/m 6,667 2,50 2 2 L h 2

W 32

3 2

Lek ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜

Beban gravitasi terfaktor (Wu ek):

11,547 1.6,667

1,2. 1.W

1,2.W

Wuek Dek Lek

N/mm 523 , 20 KN/m 523 , 20 2 0 20,523.400 4000 95433795 3 , 147173456

Ve r

40506 813 , 60651 r N 813 , 101157

Vemak

N 813 , 0145 2 Ve.min

1. Penulangan geser pada daerah sendi plastis (2h = 2(400) = 1200 mm dari muka tumpuan) N

813 , 101157 Vu

Kuat geser yang disumbangkan oleh beton Vc = 0, maka: N 084 , 134877 0 75 , 0 813 , 101157 V V

V u c

s

I

Ÿ

Kuat geser Vs tidak boleh lebih besar dari Vsmak (Pasal 13.5 (6(9)): N 31 , 262365 352 . 250 . 20 . 3 2 .d .b f' . 3 2

Vsmak c w

N 262365,31 V N 084 , 134877

Vs smak ……(ok)

mm 597 , 1 240.352 134877,084 .d f V s A V .d .f A s y s v s y v Ÿ

Dipakai sengkang Ø 10 mm dengan:

2 2

2

v 2.14. .D 2.14. .10 157,08mm

A

S

S

mm 359 , 98 1,597 157,08 s

Spasi maksimum tulangan geser pada daerah sendi plastis:

(51)

42

ƒ smak d 8 x (diameter tulangan longitudinal min.) = 8 x 16 = 128 mm

ƒ smak d 24 x (diameter tul. geser tertutup) = 24 x 10 = 240 mm

ƒ smak d 300 mm

Jadi dipasang sengkang Ø10-95 mm 2. Penulangan geser diluar daerah sendi plastis

Gaya geser yang dipergunakan untuk menentukan tulangan tranversal pada daerah lapangan adalah gaya geser pada jarak 2h dari muka tumpuan.

4000 x 64809,6mm

81012 400 2 -4000 x 4000 20145,813 -101157,813 2h -4000 x Ÿ ˜ 20145,813 x

Vu 2h

N 413 , 84955 813 , 20145 6 , 64809

Kuat geser yang disumbangkan oleh beton (Vc):

N 33 , 65591 .250.352 6 20 .d .b 6 f'

Vc c w ¸¸

¹ · ¨¨ © § ¸ ¸ ¹ · ¨ ¨ © § Karena:

Vu.2h 84955,413N!I.Vc 49193,4971N, maka penampang perlu tulangan geser. Kuat geser yang disumbangkan oleh tulangan geser (Vs):

N 554 , 47682 33 , 65591 0,75 84955,413 V V

V u.2h c

s

I

mm 564 , 0 240.352 47682,554 .d f V s A V .d .f A s y s v s y v Ÿ

Dipakai sengkang Ø 10 mm dengan:

2 . .102 157,08mm2

4 1 . 2 D . . 4 1 . 2

A

S

S

mm 51 , 278 0,564 157,08 s

Spasi maksimum tulangan geser: mm 176 2 352 2 d smaks d

Jadi dipasang sengkang Ø 10 - 175 mm

PERENCANAAN KOLOM

Dari kesetimbangan momen pada balok, didapat momen pada ujung-ujung kolom sebagai berikut:

¦

¦

Me 56 Mg

¦

¦

n n

e 56 M M

M

126637505,5 78219966,25

5 6

Me

(52)

1 , 245828966 Me

¦

Nmm

Beban yang bekerja pada kolom: Nmm 1 , 122914483 M 2 1

Mcol

¦

e

Ag Ast

fy As c

f ˜ ˜

˜ ' 85 , 0 P0

500 150 20 8

400

20 8

20 85 , 0 P 2 4 1 2 4 1

0 ˜ ˜ ˜ ˜

S

˜ ˜ ˜ ˜

S

˜ ˜

KN 583 , 2237 P0 N 447516,6 P 20%

Pu ˜ 0

mm P

M e

u

t 274,659

6 , 447516 1, 122914483 h 0,03 15

emin ˜

0,50 0,03 15

emin ˜

t e 015 , 15 emin 2

gr 150 500 75000mm

A ˜ Sumbu vertikal: 5399 , 0 .0,85.20 0,65.75000 447516,6 .0,85.f' .A P c gr u

I

Sumbu horizontal: 2966 , 0 500 274,659 . .0,85.20 0,65.75000 447516,6 h e . .0,85.f' .A P t c gr u ¸ ¹ · ¨ © § ¸¸ ¹ · ¨¨ © § I

Dari grafik dan tabel perhitungan beton bertulang didapat: r = 0,03

untuk f’c = 20 MPa Æβ1 = 0,8

024 , 0 8 , 0 03 , 0 ˜ ˜ U U E U r 2 gr

s ρ A 0,024 150 500 1800mm

A ˜ ˜ ˜

Dipasang tulangan 8 D19 (Ast = 2268,229 mm2) pada sisinya.

Penulangan Geser:

(53)
[image:53.612.161.528.85.347.2]

44

Gambar. Diagram Interaksi Kolom 150x500 mm Gaya geser desain berdasarkan Mpr pada ujung-ujung kolom adalah:

N 75428 KN 428 , 75 3,50 00 , 32 1 2 H M M V n pr4 pr3 e u

Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4, spasi tulangan transversal tidak boleh lebih dari:

x Sx≤ Seperempat dimensi terkecil komponen struktur Sx≤ 14˜150 37,5mm

x Sx≤ Enam kali diameter tulangan longitudinal Sx≤ 6˜19 114mm

x Sx = ¸

¹ · ¨ © § 3 h 350 100 x

mm 25 2 h 50 500 0,5 h 10 20 2 500 0,5 h h 0,5 h x x 2 1 x c x ˜ ˜ ˜ ˜ mm 141,67 S 41,67 100 S 3 225 350 100 S x x x ¸ ¹ · ¨ © §

100 mm < 141,67 mm < 150 mm

Dipakai jarak sengkang (S) = 100 mm

2

g 500 150 750000mm

(54)

mm 50 4 .10 2 1 20 2 500

hc ¸

¹ · ¨ © §

2

ch 500 2.20 150 2.20 50600mm

A u

Luas total penampang sengkang tertutup persegi tidak boleh kurang daripada yang ditentukan dari persamaan:

» » ¼ º « « ¬ ª ¸¸ ¹ · ¨¨ © § ¸ ¸ ¹ · ¨ ¨ © § u u 1 A A . f f' h s 0,3. A ch g yh c c sh 2 mm 49 , 542 1 50600 750000 . 240 20 450 100 0,3. » ¼ º « ¬ ª ¸ ¹ · ¨ © § ¸ ¹ · ¨ ©

§ u u

2

yh c c

sh 0,09. s h ff' 0,09. 100 450 24020 337,5mm

A ¸

¹ · ¨

©

§ u u

¸ ¸ ¹ · ¨ ¨ © § u u

Luas tulangan geser horizontal yang dipakai adalah 542,49 mm2. Digunakan tulangan sengkang Ø10 mm (As = 78,5398 mm2). Jumlah penampang sengkang yang diperlukan 6,91 7

5398 , 78

49 ,

542 | buah.

Jadi dipasang 7 Ø10 – 100 mm (Ash = 549,7787 mm2)

Hubungan Balok Kolom Tepi

MPa 400 fy MPa 240 fyv MPa 20 f'c

Kolom = 150/500 mm

hkolom = 3500 mm

Gaya tarik pada tulangan atas 5 D16

2

s 1005mm

A balok adalah:

N 502500 0 05.1,25.40 0 1 .1,25.f A

T1 s y

Gaya tarik pada tulangan bawah 3 D16

2

s' 603mm

A balok adalah:

N 301500 .1,25.400 603 '.1,25.f A

T2 s y

Gaya geser horizontal kolom (Vh):

pr

M + = 95434000 Nmm

pr

M - = 147173000 Nmm

Nmm 121303500 2 95434000 147173000 2 M M

Mu pr pr

3500 500

80869N

121303500 2 2 kolom h Mu V n h ˜ N 723131 80869 301500 502500 V T T

Vujoint 1 2 h

(55)

46 mm 750 500 250 h b

bj = 750 mm

2 j

j b .h 750.500 375000mm

A

Kuat geser nominal sesuai SNI 03-2847-2002 Pasal 23.5.(3(1)), untuk hubungan balok kolom yang terkekang pada ketiga sisinya adalah:

j c

c .1,25. f' .A

V . I I N 723131 V N 983 , 1677050 .375000 20

0,8.1,25. ! u joint ……(ok)

Hubungan Balok Kolom Tepi

Data-data sebagai berikut: MPa 400 fy MPa 20 f'c

Gaya tarik pada tulangan atas 5 D16

2

s 1005mm

A balok adalah:

N 502500 0 05.1,25.40 0 1 .1,25.f A

T1 s y

Gaya geser horizontal kolom (Vh):

pr

M - = 147173000 Nmm

Nmm 3586500 7 2 147173000 2 M Mu pr

3500 500

49057,67N

3586500 7 2 2 kolom h Mu V n h ˜ N 453442,33 49057,67 -502500 V T

Vujoint 1 h

Menentukan luas efektif (Aj) hubungan balok kolom: Lebar efektif join:

mm 750 500 250 h b

bj = 750 mm

2 j

j b .h 750.500 375000mm

A

Kuat geser nominal sesuai SNI 03-2847-2002 Pasal 23.5.(3(1)), untuk hubungan balok kolom yang terkekang pada ketiga sisinya/dua sisi yang berlawanan adalah:

j c

c .1,25. f' .A

V . I I N 33 , 453442 V N 983 , 1677050 .375000 20

Gambar

Gambar 1. 3 Pertemuan balok-kolom dengan kolom berpenampang pipih
Gambar 2. 1 Pertemuan balok-kolom tengah (interior)
Gambar 2. 3 Pertemuan balok-kolom sudut (corner)
Gambar 2. 6 Kesetimbangan gaya-gaya pada pertemuan balok-kolom corner
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika eksentrisitas ditingkatkan dari kasus sebelumnya, gaya tarik akan mulai terjadi pada satu sisi kolom dan baja tulangan pada sisi tersebut akan menerima gaya

Retak pertama (first crack) benda uji BCJ-TL akibat momen positif (kondisi balok tertarik) terjadi pada siklus ke-8 saat beban -20 kN pada jarak 55 cm dari muka kolom, sementara

Pembebanan pada portal untuk sistem struktur RC diambil dari studi sebelumnya oleh Nuresta Dwiarti yang berjudul “Studi Perilaku Sambungan Balok-Kolom ( Beam-

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran sambungan balok-kolom pracetak yang menggunakan sambungan plat akibat beban bolak balik dengan maksud

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk trajektori tegangan, jumlah tulangan serta konfigurasi penulangan pada daerah pertemuan balok kolom

Kemampuan struktur kolom pendek pada ke-empat model portal dalam menerima beban gempa ini ditinjau dari posisi terhadap bentangan portal terlihat bahwa pada kolom

Dari hasil disertasi ini, terbuka alur-alur baru untuk penelitian selanjutnya, antara lain : efek gaya aksial kolom pada besarnya bond strength tulangan balok yang melintasi

Sambungan balok baja dan kolom beton bertulang dengan detail yang diusulkan tersebut mampu memenuhi persyaratan deformasi dan kekuatan berdasarkan ANSI/AISC 341-10 sebagai Sistem Rangka