SKRIPSI
Diajukan Oleh :
RAHADIAN AJI PRATAMA
0712010015 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
rahmatNya sehingga saya berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang
Perguruan Tinggi. Berkat rahmatNya pula memungkinkan saya untuk
menyelesaikan skripsi dengan judul “ Pengaruh Iklan Televisi Terhadap Citra
Merek Obat Flu Decolgen Wilayah Surabaya Selatan ”.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan karya tulis ini tidak lepas
dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini saya
menyampaikan terima kasih kepada :
1.
Bapak Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP Rektor Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
2.
Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3.
Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM., Ketua Jurusan Manajemen Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4.
Bapak Dra. EC. Luky Susilowati., MP selaku Dosen Wali di Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5.
Bapak Dr. Prasetyo Hadi, SE, MM Dosen Pembimbing yang telah mengarahkan
dan meluangkan waktu guna membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6.
Seluruh Staf Dosen Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur yang telah
memberikan ilmunya.
apapun sampai terciptanya skripsi ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam
penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan
saran bagi perbaikan dimasa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi
ini memberikan manfaat bagi pembaca.
Surabaya, November 2010
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI ... x
BAB I : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Penelitian………....1
1.2 Perumusan Masalah……….5
1.3 Tujuan Penetian………...5
1.4 Manfaat Penelitian………...5
BAB II : Tinjauan Pustaka
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu………...7
2.2 Landasan Teori……….…9
2.2.1 Definisi Pemasaran……...9
2.2.2 Definisi Manajemen Pemasaran………...10
2.2.3 Definisi Konsep Pemasaran………..10
2.2.4
Periklanan……….10
2.2.4.1 Jenis Jenis Periklanan………10
2.2.4.2
Sasaran
Periklanan……….12
2.2.4.3
Media
Iklan………....13
2.2.4.4
Tujuan
Periklanan………..13
2.2.5.2 Pengaruh Iklan Terhadap Citra Merek………...20
2.3 Kerangka Konseptual………..21
2.4 Hipotesis………..21
BAB III : Metodologi Penelitian
3.1 Definisi operasional dan Pengukuran Variabel………....22
3.1.1 Definisi operasional Variabel………....22
3.1.2 Pengukuran Variabel……….…24
3.2 Teknik Penentuan Sampel………....25
3.2.1
Populasi……….…25
3.2.2
Sampel………...25
3.3 Teknik Pegumpulan Data………26
3.3.1
Jenis
Data………..26
3.3.2 Pengumpulan Data………....26
3.4 Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis……….…...27
3.4.1 Uji Reabilitas dan Validitas……….….30
3.4.2 Uji Outlier Univariat dan Multivariat………..….31
3.4.2.1 Uji Outlier Univariat………....………..32
3.4.2.2 Uji Outlier Multivariat………..…….32
3.4.3 Uji Normalitas Data………..……33
3.4.4 Pengujian Model Dengan Two Step Approach….…………...……33
3.5 Evaluasi Model…………...……….……...………..34
3.5.1 Evaluasi Goodness of Fit……….36
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1 Deskripsi Objek Penelitian………...39
4.1.1 Analisis Karakterstik responden………..39
4.2.3 Deskripsi Citra Merek………...….44
4.3 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis………....46
4.3.1 Uji Outlier Multivariate………...…...46
4.3.2 Uji Reliabilitas………....…..47
4.3.3 Uji Validitas………...…....49
4.3.4 Uji Construct Reliability dan Variance Extracted……….…....…...52
4.3.5 Uji Normalitas……….…...52
4.3.6 Uji Multicolinearity dan Singularity……….…...…...52
4.3.7 Analisis Model One-Step Approach to SEM……….…..52
4.3.8 Analisis Unidimensi First Order…..………...…...55
4.3.9 Uji Kausalitas ………...…………..………...55
4.4 Pembahasan………...56
Bab V : Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan……….60
Tabel 2.1 Data Penjualan Decolgen 2007-2010………...…………33
Tabel 3.1 Goodness of Fit Indices………..37
Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin………...40
Tabel 4.2 Kaakteristik responden berdasarkan usia………...41
Tabel 4.3 Tabulasi jawaban iklan………...41
Tabel 4.4 Tabulasi jawaban citra merek………....44
Tabel 4.5 Outlier Data………...46
Tabel 4.6 Uji Reabilitas……….48
Tabel 4.7 Uji Validitas………...49
Tabel 4.8 Construct Reability dan Variance Extracted……….50
Tabel 4.9 Uji Normalitas………51
Tabel 4.10 Evaluasi criteria Goodness Of Fit base model……….53
Tabel 4.11 Evaluasi criteria Goodness Of Fit Modiikasi………...54
Tabel 4.12 Unidimensional first order………...55
Tabel 4.13 Uji Kausalitas………...55
Gambar 3.1 : Contoh model pengukuran Iklan televisi...29
Gambar 3.2 : Contoh model pengukuran Citra merek...30
Gambar 4.1 :Model pengukuran dan struktural TV advertising dan
Brand image base...53
Gambar 4.2 :Model pengukuran dan struktural TV advertising dan
Abstraksi
Dunia pemasaran yang semakin kompetitif menuntut perusahaan untuk
memiliki keunggulan daya saing. Untuk tetap bertahan dalam dunia pemasaran
yang semakin cepat berubah seiring perkembangan dalam era globalisasi maka
perusahaan dituntut untuk semakin bekerja keras, pintar, dan kreatif. Disisi lain
konsumen dihadapkan pada berbagai macam pilihan produk. Tujuan pada
penelitian ini adalah untuk menganalisis Pengaruh iklan televisi terhadap citra
merek obat flu Decolgen wilayah Surabaya selatan.
Penelitian ini menggunakan variabel Iklan televisi (X) dengan indikator
humor (X1.
1), kesaksian (X1.
2), musik (x1.
3), model iklan (X1.
4), drama (X1.
5),
karakter (X1.
6), durasi (X1.
7) dan Variabel Minat beli (Y) dengan indikator citra
pembuat (Y
1), citra pemakai (Y
2), citra produk (Y
3). Skala menggunakan skala
interval dan teknik pengukuran variabel dengan menggunakan skala semantic
differential scale, Tanggapan pernyataan tersebut dinyatakan dengan memberi
skor yang berada pada rentang nilai 1 sampai dengan 7 pada masing-masing
skala. Populasi pada penelitian ini adalah jumlah seluruh calon konsumen Obat
flu Decolgen di Surabaya Selatan. Teknik pengambilan sampel ini adalah Non
Probabilistic sampling dengan teknik
Purposiveness samplingdengan jumlah
responden 100 konsumen Obat flu Decolgen. Data yang digunakan adalah data
primer yaitu data yang diperoleh langsung dari jawaban para responden dengan
menggunakan media kuesioner. Teknik pengumpulan data melalui kuesioner.
Pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan analisis permodelan SEM
(Structural Equation Modelling).
Berdasarkan hasil analisis untuk menguji apakah terdapat pengaruh positif
antara iklan televisi terhadap citra merek Obat flu Decolgen di wilayah Surabaya
Selatan, tidak dapat diterima.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam era globalisasi ini perkembangan teknologi semakin canggih maka
semakin ketat pula persaingan usaha di Indonesia, sehingga menuntut perusahaan-
perusahaan lebih cermat untuk menentukan strategi pemasaran. Agar dapat
mencapai keberhasilan sebuah perusahaan dituntut untuk menciptakan,
mempertahankan dan meningkatkan kepuasan konsumen pada suatu produk yang
ditawarkan. Dan perusahaan perusahaan yang dapat mengimbangi persaingan
pasar lah yang akan mampu bertahan dan terus eksis di dunia bisnis masa kini.
Dalam persaingan bisnis yang ketat ini, iklan adalah salah satu sarana
komunikasi pemasaran yang efektif untuk menjalin komunikasi antara produsen
dengan konsumen dan iklan bisa dianggap sebagai cara ampuh untuk
menonjolkan produk perusahaan tersebut. Sehingga para produsen harus mencari
pembeli dan pasti berhubungan dengan pasar dimana terdapat persaingan yang
sehat dan kompetisi merupakan unsur yang hakiki. Iklan menjadi suatu pilihan
menarik, disamping sebagai sumber informasi iklan juga dipandang sebagai
hiburan. Konsumen beralih kepada iklan untuk mendapatkan sejumlah informasi
dan juga nilai hiburannya (Hair et al, 2000).
mengidentifikasi adanya kebutuhan. Periklanan bagi konsumen merupakan
sumber utama informasi merek beserta atribut produk lainnya,hingga dimana
periklanan dimanfaatkan sebagai sumber informasi tergantung dari individu-
individu yang bersangkutan dipandang dari sudut kelompok-kelompok produk.
Saat konsumen meletakkan periklanan sebagai sumber informasi yang benar benar
mempengaruhi keputusan memilih mereka. Seperti yang dikutip (Sutherland,
2001) bahwa iklan dapat mempengaruhi merek mana yang akan kita pilih.
Periklanan mendorong sikap positif terhadap merek (Hair et al, 2000). Citra suatu
merek terbentuk melalui proses yang cukup panjang dan keberhasilannya dicapai
setelah citra posif melekat padanya. Sebuah iklan mampu mengubah citra atau
meningkatkan keunggulan merek (Sutherland, 2001). Publikasi dan periklanan
sering digunakan untuk memperbaiki citra negatif suatu merek.
Dari segi ekonomis periklanan yang dilakukan oleh pengusaha saat ini
merupakan kegiatan yang menghabiskan biaya yang sangat besar. Akan tetapi
kegiatan periklanan yang dilakukan pada dasarnya memiliki tujuan semata mata
memperkenalkan produk yang ditawarkan. Biaya besar yang dikeluarkan pada
pembuatan iklan yang dilakukan oleh perusahaan pada akhirnya akan dibebankan
kepada konsumen yaitu termasuk dalam harga atas produk yang ditawarkan.
Media iklan sangat banyak sekali macamnya seperti media masa (majalah,
Koran), media tayang (televisi, radio), dll. Pengiklanan di media televisi hingga
kini masih dianggap cara paling efektif dalam mempromosikan produk terutama
di Indonesia yang masyarakatnya masih brand minded dimana merek yang pernah
televisi. Perusahaan harus memiliki cara kreatif dalam beriklan agar dapat
menarik perhatian konsumen dan menciptakan preferensi terhadap merek. Salah
satu cara kreatif dalam beriklan
Belakangan ini banyak sekali merek merek obat-obatan yang beredar di
pasaran, salah satunya adalah Decolgen yang diproduksi oleh PT Medifarma
Laboratories. Decolgen adalah salah satu obat flu yang sangat dikenal dan popular
oleh masyarakat. Decolgen adalah salah satu jenis obat flu yang dapat meredakan
gejala flu seperti sakit kepala, demam, bersin-bersin dan hidung tersumbat.
PT. Medifarma Laboratories sebagai produsen obat Decolgen melakukan
berbagai promosi dengan berbagai jalur pemasaran dan dilakukan setiap hari dan
intensif yang di curahkan dikalangan masyarakat. Salah satu media promosi yang
dipilih oleh perusahaan adalah melalui media tayang atau media televisi sehingga
tidak heran produk ini bisa sangat dikenal oleh masyarakat.
Berikut adalah data Top Brand Index Obat Flu Decolgen :
Tabel 1.1 : Data Top Brand Index 2007-2010
2007 2008 2009 2010 Merek TBI Merek TBI Merek TBI Merek TBI Decolgen Mixagrip Ultraflu Bodrex Neozep Sanaflu 14,21% 12,34% 12,26% 11,05% 9,09% 8,76% Mixagrip Ultraflu Decolgen Neozep Bodrex Procold 14,2% 14,1% 10,6% 9,8% 9,7% 9,1% Ultraflu Mixagrip Decolgen Sanaflu Neozep Bodrex 15,2% 14,7% 10,0% 9,9% 9,2% 9,0% Ultraflu Neozep Mixagrip Decolgen Sanaflu Procold 13,0% 10,1% 9,4% 9,1% 8,4% 7,3%
Sumber : Majalah Marketing.
Berdasarkan temuan dari sumber majalah (Marketing/edisi khusus/I 2007),
merek obat flu yang paling diminati dan dikenal oleh masyarakat selama tujuh
tahun berturut turut.
Tapi yang terjadi saat ini justru sebaliknya, berdasarkan temuan dari
sumber majalah (marketing.co.id>majalah marketing>2008) Decolgen pada tahun
2008 Turun peringkat yang dulu menjadi jawara Top Brand selama tujuh tahun
berturut turut justru di tahun 2008 Decolgen harus merelakan posisi jawaranya
dan menempati peringkat ketiga dan meraih TBI sebesar 10.6%. Decolgen terus
mengalami penurunan mereknya, ini diperkuat dengan sumber yang ada
(Marketing/Februari/2009) Decolgen pada tahun 2009 mengalami penurunan TBI,
yang semula sebesar 10.6% turun menjadi 10,0 % dan menjadikannya tertahan
diposisi ketiga. Selain itu, berdasarkan temuan dari sumber majalah (Marketing
02/X/Februari/2010) Decolgen lagi lagi harus melorot posisinya untuk Top Brand
yaitu dengan perolehan TBI sebesar 9.1 %, yang menjadikannya harus puas
diposisi keempat untuk Top Brand. Tidak hanya sampai disitu saja, penurunan
merek dalam perebutan Top Brand Index ini dibarengi dengan penurunan
penjualan produk obat flu Decolgen diwilayah Surabaya Selatan.
Tabel 1.2 : Data penjualan Decolgen diwilayah Surabaya selatan.
Nomor Tahun Penjualan
1 2007 13,1 Juta
2 2008 11,0 Juta
3 2009 9,2 Juta
4 2010 (Kuartal II) 6,0 Juta
Dalam tiga tahun ini merek Decolgen terus mengalami penurunan
peringkat dalam perebutan Top Brand, setelah mereknya menjadi jawara selama
tujuh tahun memimpin untuk kategori obat flu dan penjualan produk obat flu
Decolgen di wilayah Surabaya selatan juga terus menurun.
Berdasarkan temuan diatas menandakan bahwa merek bergerak dinamis, dan dari
semua latar belakang maka menarik untuk diadakan penelitian dengan judul
“PENGARUH IKLAN TELEVISI TERHADAP CITRA MEREK OBAT
FLU DECOLGEN WILAYAH SURABAYA SELATAN”
1.2 Perumusan Masalah.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka perumusan masalah yang
akan dianalisis dalam penelitian berikut adalah :
“Apakah terdapat pengaruh iklan televisi terhadap citra merek obat flu
Decolgen di wilayah Surabaya selatan?”
1.3 Tujuan peneliti.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
“Untuk menganalisis pengaruh iklan televisi terhadap citra merek obat flu
1.4 Manfaat penelitian.
1. Bagi peneliti berguna untuk memahami dan mengembangkan
ilmu pengetahuan berdasarkan teori-teori yang telah diperoleh
di bangku kuliah.
2. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai informasi pada
mamajemen agar dapat mendapatkan wawasan tambahan
tentang pengaruh iklan televisi terhadap citra merek obat flu
Decolgen diwilayah Surabaya selatan.
3. Bagi lembaga, dapat menambah perbendaharaan perpustakaan
UPN “Veteran” JATIM sebagai bahan kajian maupun bahan
pembanding penelitian pada masayang akan datang terhadap
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu.
Penelitian terdahulu yang berjudul “Analisis efektifitas iklan
Rinso, Soklin dan Attack menggunakan Consumen Decision Model
(CDM)” oleh Zuraida dan Uswatun (2001). Hasil penelitian ini adalah
ternyata telah membuktikan bahwa pesan iklan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap pengenalan merek , pesan iklan mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap keyakinan konsumen terhadap suatu merek,
pesan iklan mempunyai pengaruh signifikan terhadap sikap konsumen
terhadap suatu merek, dan pesan iklan dapat berpengaruh langsung
terhadap niat beli suatu produk dengan merek tertentu, ini menunujukkan
betapa pentingnya sebuah iklan dalam pengenalan sebuah merek kepada
konsumen dan pesan iklan mempunyai pengaruh yang besar terhadap
keyakinan dan niat beli suatu produk dengan merek tertentu.
Penelitian terdahulu lainnya yaitu oleh Handoko (2006) yang
berjudul “ . Analisis Pengaruh Kredibilitas Endoser dan Kreatifitas Iklan
Terhadap Efektifitas Iklan yang Mempengaruhi Sikap Terhadap Merek
(Studi Kasus Iklan Televisi Pada Konsumen Sepeda Motor Honda di Kota
Semarang)”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor
bagaimana proses meningkatkan sikap terhadap merek. Atas dasar ini
diajukan model teoritis dan 3 hipotesis, Sampel penelitian ini adalah 111
konsumen yang mempunyai sepeda motor Honda dan pernah melihat iklan
sepeda motor Honda di kota Semarang. Untuk mengatasi permasalan yang
ada, peneliti menggunakan structural equation modelling (SEM)
digunakan sebagai teknik analisis untuk menganalisis data dari paket
statistik AMOS 4.01 untuk pengujiannya. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa sikap terhadap merek dapat ditingkatkan melalui
efektivitas iklan dimana faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas iklan
adalah kreatifitas iklan dan kredibilitas endorser. Ini menunjukkan bahwa
Kredibilitas Endoser dan Kreatifitas Iklan mempengaruhi efektifitas
sebuah iklan yang akhirnya sangat berpengaruh kepada sikap dalam
memilih sebuah merek.
Selain itu penelitian terdahulu selanjutnya adalah penelitian dari
Wiryawan dan Pratiwi (2009) yang berjudul “Analisis Pengaruh Selebriti
Endorser Terhadap Brand Image Pada Iklan Produk Kartu Prabayar XL
Bebas di Bandar Lampung”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh selebriti endoser terhadap brand image pada iklan produk kartu
prabayar XL Bebas di Bandar Lampung. Teknik pengambilan sample
menggunakan purposive sampling (judgmental sampling), yaitu
merupakan teknik non-probability sampling yang memilih orang orang
tersebut.penelitian ini melibatkan sebanyak 100 responden pemakai kartu
prabayar XL Bebas di Bandar Lampung.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Celebrity endorser memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap citra merek yang terdiri dari citra korporat, citra
pemakai, dan citra produk.
Penelitian dahulu dengan penelitian sekarang jelas berbeda.
Adapun perbedaan penelitian yang nampak dengan penelitian terdahulu
karena tempat, watu dan metode yang berbeda dan bukan merupakan
replikasi dari penelitian terdahulu. Dalam penelitian ini akan dibahas
masalah yang berhubungan dengan Pengaruh Iklan Terhadap Citra Merek.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Definisi Pemasaran
Menurut Kotler (1986:5) definisi pemasaran adalah suatu proses
social dengan mana individu dan kelompok mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan
mempertukarkan produk dan nilai dengan individu dan kelompok
lainnya.
Menurut Foster (1974:8) definisi pemasaran adalah suatu filsafat
yang menyatakan bahwa perusahaan harus dipengaruhi oleh pasarnya
(atau konsumen) dan bukan oleh fasilitas produk atau teknik yang
2.2.2 Definisi Manajemen Pemasaran.
Menurut Kotler (1986:20) definisi manajemen pemasaran adalah
analisis, perencanaan, penerapa dan pengendalian terhadap progam yang
dirancang untuk menciptakan, membangun dan mempertahankan
pertukaran dan hubungan yang menguntunkan dengan pasar sasaran
dengan maksud untuk mencapai tujuan tujuan organisasi.
2.2.3 Definisi Konsep Pemasaran.
Menurut Kotler (1986:34) definisi konsep pemasaran adalah suatu
orientasi terhadap kebutuhan dan keinginan pelanggan, didukung oleh
usaha pemasaran secara terpadu yang ditujukan untuk
membangkitkankepuasan pelanggan sebagai kunci untuk memenuhi
tujuan tujuan organisasi.
2.2.4 Periklanan.
Menurut Jefkins (1997:5) periklanan merupakan pesan-pesan
penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli
yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya
semurah murahnya.
2.2.4.1 Jenis Jenis Periklanan.
Dalam periklanan terdapat jenis jenis periklanan. Menurut Mc
Carthy (1996:337). Jenis jenis periklanan adalah:
1. Periklanan Produk (Product Advertising). Dibagi menjadi tiga
kategori :
Periklanan pemeloporan berusaha menciptakan permintaan
primer (primary demand).
b. Periklanan bersaing (Competitive Advertising).
Periklanan bersaing berusaha menimbulkan permintaan
selektif (selective demand).
Dapat dilakukan dengan cara:
1. Periklanan Langsung (direct-type
advertising).
2. Periklanan tak langsung (indirect-type
advertising).
c. Periklanan Pengingat (reminder advertising).
Cara ini dapat bermanfaat apabila produk itu telah
mencapai preferensi atau loyalitas merek.
2. Periklanan Perbandingan (Comparative Advertising).
Periklanan perbandingan dilakukan dengan membandingkan
produk perusahaan dengan produk pesaing.
3. Periklanan Lembaga.
Periklanan lembaga berfokus pada :
a. Nama perusahaan industri.
2.2.4.2 Sasaran Periklanan.
Menurut Guiltinan (1987:250). Pokok sasaran sasaran itu adalah:
1. Kesadaran (awareness).
2. Megingatkan (remember to use).
3. mengubah sikap tentang penggunaan bentuk produk.
4. mengubah persepsi tentang pentingnya atribut merek.
5. mengubah keyakinan tentak merek.
6. mengubah sikap.
Menurut Sigit (1982 :162). Sasaran iklan adalah :
1. Para pembeli dan pemakai pada waktu sekarang.
2. Mereka yang memiliki potensi untuk menjadi pembeli.
3. Mereka yangmempunyai kekuasaan memutuskan membeli.
4. Mereka yang akan menjadi penbeli atau pemakai dimasa depan.
5. Mereka yang dapat mempengaruhi orang lain untuk membeli
atau memakai.
6. Para pedagang.
7. Para pesaing.
Jadi sasaran periklanan haruslah difikirkan terlebih dahulu sebelum
memasang, periklanan dapat tercapai kerena sasaran periklanan ikut
2.2.4.3 Media Iklan.
Banyak media yang bisa digunakan untuk periklanan. Menurut
Philip Kotler dan Armstrong (2008:162). Media yang digunakan untuk
iklan adalah:
1. Televisi.
2. Surat kabar.
3. Surat langsung.
4. Majalah.
5. Radio.
6. Luar ruang.
7. Internet.
2.2.4.4 Tujuan Periklanan.
Menurut Sutisna (2001:276). Tujuan iklan adalah:
1. Menginformasikan atau Informatif.
Periklanan informatif berarti pemasar harus merancang
iklan sedemikian rupa agar hal hal penting mengenai produk
bisa disampaikan dalam pesan iklan.
2. Membujuk.
Periklanan yang bersifat membujuk berperan penting bagi
perusahaan dengan tingkat persaingan tinggi. Tujuan pemasar
adalah untukmencoba meyakinkan konsumen bahwa merek
3. Mengingatkan.
Iklan yang bersifat mengingatkan digunakan untuk produk
produk yang sudah mapan dan mempunyai kelompok
konsumen tertentu.
Iklan yang bersifat mengingatkan sangat penting, terutama
bagi produk produk yang dibeli dengan keterlibatan rendah.
2.2.4.5 Fungsi Iklan.
Menurut Shimp (2000:357), fungsi periklanan adalah :
A. Informing (Memberi informasi).
Periklanan membuat konsumen sadar (aware) akan merek
merek baru, mendidik merekan tentang fitur dan manfaat
merek, serta memfasilitasi penciptaan citra merek positif.
B. Reminding (Mengingatkan).
Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam
ingatan para konsumen.
C. Persuading (Mempersuasi).
Iklan yang efektif akanmampu mempersuasikan
(membujuk) pelanggan untuk mencoba produk dan jasa yang
diiklankan.
D. Adding Value (Memberikan nilai tambah).
Periklanan memberi nilai tambah pada merek dengan
mempengaruhi persepsi konsumen. Periklanan yang efektif
bergaya, lebih bergengsi, dan bisa lebih unggul dari tawaran
pesaing.
Menurut Swastha (1997 :247). Beberapa fungsi periklanan antara lain :
A. Memberi Informasi.
Periklanan dapat menambah nilai pada sutu barang dengan
memberikan informasi kepada pelanggan.
B. Membujuk atau mempengaruhi.
Periklanan tidak hanya memberitahu saja, tetapi juga
memberi sifat membujuk terutama kepada pembeli pembeli
potensial, dengan menyatakan bahwa suatu produk adalah lebih
baik daripada produk lain.
C. Menciptakan Kesan Image.
Pemasangan iklan selalu berusaha untuk menciptakan
iklan sebaik baiknya, misalnya dengan menggunakan warna,
ilustrasi, bentuk dan susunan yang menarik. Tindakan tersebut
bertujuan agar dengan sebuah iklan, orang akan mempumyai
suatu kesan tertentu pada masyarakat untuk melakukan
pembelian secara rasional dan ekonomis.
D. Memuaskan Keinginan.
Periklanan merupakan suatu alat yang dapat dipakai untuk
mencapai tujuan yang berupa pertukaran yang saling
E. Sebagai Alat Komunikasi.
Periklanan merupakan suatu alat untuk membuka
komunikasi dua arah antara penjual dan pembeli sehingga
keinginan mereka dapat terpenuhi dengan efektif dan efisien.
Jadi fungsi periklanan sangat berarti sekali perusahaan
untuk meningkatkan penjualan, dengan maksud agar produk
dapat lebih dikenal dan diminati konsumen, sehingga iklan
tersebut dapat dijadikan investasi untuk menghasilkan suatu
imbalan yang besar nantinya.
2.2.4.6 Sifat sifat iklan.
Menurut Tjiptono (2005:226), suatu iklan mempunyai sifat sifat
sebagai berikut :
1. Public Presentation.
Iklan memungkinkan setiap orang menerima pesan yang
sama tentang produk yang diiklankan.
2. Pervasiveness.
Pesan iklan yang sama dapat diulang ulang untuk
memantapkan penerima informasi.
3. Amplified Expressiveness.
Iklan mampu mendramatisasi perusahaan dan produknya
melalui gambar dan suara untuk menggugah dan
4. Impersonality.
Iklan tidak besifat memaksa khalayak untuk
memperhatikan dan menanggapinya karena merupakan
kominikasi yang monolog (satu arah).
2.2.4.7 Pentingnya Iklan.
Menurut Sigit (1982:115) periklanan yang berhasil memberikan
keuntungan-keuntungan antara lain :
a. Penghemat biaya.
b. Dapat mencapai sasaran yang dimaksud.
c. Selalu mengingatkan kepada pembeli atau calon pembeli.
d. Menghindarkan hubungan pribadi secara langsung.
e. Membentuk product motives atau patronage motives.
Jadi periklanan amat sangat penting bagi perusahaan yang
menginginkan produknya tepat sasaran dan dikenal oleh khalayak luas.
2.2.4.8 Indikator yang membentuk iklan.
Unsur unsur yang membentuk iklan menurut Sutherland (2001)
adalah :
1. Humor.
Adalah alat untuk menarik perhatian dari sebuah iklan.
2. Kesaksian.
3. Musik.
Dalam iklanmenngunakan musik sebagai daya tarik dan sebagai
ilustrasi iklannya.
4. Presenter.
Adalah seorang yang membintangi sutu iklan yang dijadikan
figure.
5. Drama.
Iklan ini tidak hanya memuat wajah orang, namun juga karakter
dan jalan ceritanya.
6. Karakter.
Iklan perlu mengidentifikasi target audiens (misalnya, siapa
pembeli utamanya) sehingga dapat memilih karakter yang cocok
untuk iklan itu.
7. Durasi.
Adalah lama waktu dalam penayangan iklan.
2.2.5 Citra Merek.
Merek (brand) telah menjadi elemen yang sangat krusial yang
berkontribusi terhadap kesuksesan sebuah organisasi pemasaran, baik
perusahaan bisnis maupun nirlaba, pemnufakturan maupun penyedia jasa
dan oganisasi lokal maupun global. Merek dibuat agar konsumen dapat
membedakan manakah produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang satu
Menurut Tjiptono (2005:49) Citra Merek (Brand Image) adalah
deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek
tertentu.
Menurut Rangkuti (2004:244) Brand Image atau brand
personality adalah sekumpulan assosiasi merek yang terbentuk dan
melekat di benak konsumen.
Menurut Shimp (2000 :12) Citra merek (brand image) adalah jenis
asosiasi yang muncul dibenak konsumen ketika mengingat sebuah merek
tertentu.
Sedangkan menurut Sutisna (2001:138 ) Citra Merek adalah
keseluruhan persepsi terhadap merek dan terbentuk dari informasi dan
pengalaman masa lalu terhadap merek.
2.2.5.1 Indikator yang membentuk Citra Merek.
Indikator indikator yang membentuk citra merek menurut
Wiryawan dan Pratiwi dalam jurnalnya (2009) adalah :
1. Citra pembuat (corporate image), yaitu sekumpulan asosiasi yang
dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu
produk atau jasa.
2. Citra pemakai (user image), yaitu sekumpulan asosiasi yang
dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan
3. Citra Produk (product image), yaitu sekumpulan asosiasi yang
dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk. Meliputi artibut
produk tersebut, manfaat bagi konsumen, penggunanya, serta
jaminan.
2.2.5.2 Pengaruh Iklan Terhadap Citra Merek.
Para konsumen akan lebih reseptif tehadap periklanan setelah
mengidentifikasi adanya kebutuhan. Periklanan bagi konsumen
merupakan sumber utama informasi tentang merek beserta atribut
produk lainnya.
Menurut Sutherland (2001:14) “iklan juga dapat mengubah image
kita terhadap sebuah merek”.
Menurut Shimp (2000 : 442) “Periklanan berupaya untuk
mengembangkan citra atau identitas bagi suatu merek dengan
mengasosiasikan produk tersebut dengan simbol-simbol tertentu.
Menurut Sutisna (2001 : 107) “ Iklan yang di tampilkan mampu
menciptakan kepercayaan positif terhadap merek”
Berdasarkan pernyataan tersebut diatas dapat dikatakan bahwa ada
hubungan antara iklan dengan citra merek. Untuk menciptakan citra
merek pada suatu produk yang baik, maka diperlukan suatu periklanan
yang baik dengan iklan yang baik dan menarik dapat menimbulkan
kesan yang positif bagi konsumen yang mendengarkan dan melihatnya
sehingga citra merek akan produk yang diiklankan akan mendapatkan
2.3 Kerangka Konseptual.
2.4 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :
“Diduga terdapat pengaruh positif iklan televisi terhadap citra merek obat flu
Decolgen di wilayah Surabaya selatan” IKLAN
TELEVISI (X)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel.
3.1.1 Definisi Operasional variabel.
Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang arti dan makna variabel
yang akan digunakan dalam penelitian sehingga tidak terjadi salah
penafsiran, berikut ini akan dibuat suatu definisi operasional serta
pengukuran variable, antara lain sebagai berikut:
1. Iklan Televisi(X).
Adalah pesan yang menawarkan suatu produk Decolgen
yang ditujukan kepada masyarakat lewat media televisi
yang sekaligus mempesuasi orang untuk membeli.
Berdasarkan teori Sutherland (2001), variabel iklan televisi
meliputi beberapa indikator yaitu :
a. Humor (X1)
Adalah sebuah tayangan dalam iklan yang
mengandung unsur lelucon dan menghibur yang
ditujukan untuk menarik perhatian pemirsa iklan
b. Kesaksian (X2)
Adalah pernyataan dari bintang iklan tentang
keunggulan produk Decolgen dan ditujukan untuk
meyakinkan pemirsa iklan.
c. Musik(X3)
Musik dalam iklan digunakan sebagai daya tarik
dan memperkuat unsur dramatisasi dalam iklan
Decolgen supaya pemirsa lebih mengerti dan
tertarik akan penayangan iklan yang dimaksud.
d. Presenter(X4)
Adalah seorang yang menjadi bintang utama
dalam suatu iklan yang menjadi figure iklan
supaya pemirsa lebih tertarik dan yakin terhadap
produk Decolgen yang diiklankan tersebut.
e. Drama(X5)
Iklan yang ditayangkan tidak hanya memuat
gambar dan atribut produk Decolgen saja, namun
juga ada alur cerita yang tersusun untuk
memperkenalkan produk agar dapat lebih diterima
permirsa.
f. Karakter(X6)
disesuaikan sesuai dengan pangsa pasarnya yaitu
iklan obat flu.
g. Durasi(X7)
Adalah lama waktu dalam penayangan iklan dan
pengenalan produk Decolgen ditelevisi.
2. Citra merek (Y).
Citra merek merupakan kelompok atribut dan asosiasi,
dimana konsumen menghubungkannya dengan nama
merek. Berdasarkan teori yang ada dalam jurnal Wiryawan
dan Pratiwi (2009) , definisi indikator variabel Citra
Merek adalah :
1. Citra Pembuat (corporate image), yaitu sekumpulan
asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan
yang membuat produk Decolgen (Y1).
2. Citra Pemakai (user image), yaitu sekumpulan asosiasi
yang dipersepsikan konsumen terhadap pengguna yang
menggunakan produk Decolgen (Y2).
3. Citra Produk (product image), yaitu sekumpulan asosiasi
yang dipersepsikan konsumen terhadap produk Decolgen
itu sendiri(Y3).
3.1.2 Pengukuran Variabel.
Skala penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Skala
Scale yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap atau karakeristik
tertentu yang dipunyai oleh seseorang dengan menngunakan skor yang
disusun dalam suatu garis kontinum dengan jawaban yang sangat
positifnya terletak di sebelah kanan, sedangkan jawaban yang paling
negatif terletak di kiri atau sebaliknya. Skala data yang digunakan adalah 1
sampai 7, dengan gambar sebagai berikut :
1
7
Sangat tidak Baik Sangat Baik
3.2 Teknik Penentuan Sampel.
3.2.1 Populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang mengenal dan
pernah mengkonsumsi produk Decolgen.
3.2.2 Sampel.
Teknik pengambilan sampel ini adalah Non probabilistic sampling
karena populasinya tidak terhitung, dan menggunakan teknik Purposiveness
sampling, responden yang sesuai dengan kriteria peneliti, yaitu konsumen
yang pernah menyaksikan iklan televisi dan mengkonsumsi produk
Decolgen, sedangkan jenis pengambilan sampel didasari oleh asumsi SEM
yang ditulis oleh Ferdinand (2002 ; 48) seperti dibawah ini:
a. Sebanyak 100-200 sampel untuk Maximum Likelihood Estimation.
c. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh
variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5
sampai 10. Bila terdapat 20 indikator, besar sampelnya adalah
100-200.
d. Bila sampelnya sangat besar, maka peneliti dapat memilih teknik
estimasi. Misalnya bila jumlah sampel diatas 2.500, teknik estimasi
ADF (Asymtotically Distribution Free Estimation) dapat digunakan.
pada penelitian ini adalah 10 parameter yang mana diperoleh dari
indikator-indikator yang ada pada penelitian ini yang diestimasi. Berdasarkan hal
tersebut peneliti mengambil jumlah sampel sebesar 100 data responden (10
indikator dikali 10 = 100 responden).
3.3Teknik Pengumpulan Data.
3.3.1Jenis Data.
- Data primer.
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung
ditempat yang mejadi objek peneliti dan diolah sendiri dalam
melakukan analisis. Data primer ini berupa hasil jawaban
responden/kuesioner.
- Data sekunder.
3.3.2Pengumpulan Data.
Dalam mencari dan mengumpulkan data dilakukan dengan menggunakan
metode-metode sebagai berikut :
a. Kuesioner.
Merupakan daftar pernyataan untuk memperoleh data berupa
jawaban dari responden.
b. Wawancara.
Metode ini dilakukan dengan mengadakan tanya-jawab secara
langsung kepada responden.
c. Dokumentasi.
Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan dan mencari data
atau arsip-arsip tentang produk.
3.4 Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis.
Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
multivariate dengan Structural Equation Modelling (SEM). Penaksiran
pengaruh pada masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya
menggunakan koefisien jalur.
Langkah-langkah dalam analisis SEM model pengukuran dengan contoh
Iklan televisi dilakukan sebagai berikut :
Persamaan Iklan televisi (X) :
X3 = 1 Iklan televisi + er_3
X4 = 1 Iklan televisi + er_4
X5 = 1 Iklan televisi + er_5
X6 = 1 Iklan televisi + er_6
X7 = 1 Iklan televisi + er_7
Bila persamaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk
diuji unidimesionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka
[image:37.612.124.465.345.580.2]model pengukuran dengan contoh harga akan tampak sebagai berikut :
Gambar 3.1 : Contoh model pengukuran iklan televisi.
Keterangan :
X1 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai humor dalam
iklan televisi.
X2 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai kesaksian
dalam iklan televisi. Iklan
Televisi
X1
X5 X2
X4
X6
X7 X3
er_1
er_2
er_3
er_4
er_5
er_6
X3 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai musik dalam
iklan televisi.
X4 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai figur iklan
dalam iklan televisi
X5 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai alur cerita
dalam iklan televisi
X6 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai karakter
iklan ditelevisi
X7 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai lama
penayangan iklan ditelevisi.
Persamaan Citra merek (Y) :
Y1 = Citra merek + er_1
Y2 = Citra merek + er_2
Y3 = Citra merek + er_3
Bila persamaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model
untuk uji undimensionalnya melalui confirmatory faktor analysis, maka
[image:38.612.142.448.590.705.2]model pengukuran dengan contoh citra merek akan dampak sebagai berikut :
Gambar 3.2 : Contoh model pengukuran Citra merek.
Citra Merek
Y2
Y1 er_1
Keterangan :
Y1 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai persepsi tentang citra
perusahaan yang memproduksi Decolgen.
Y2 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai yang dirasakan setelah
mengkonsumsi produk Decolgen.
Y3 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai kualitas produk
Decolgen.
3.4.1 Uji Reliabilitas dan Validitas.
Variabel atau dimensi yang diukur melalui indikator-indikator dalam
daftar pertanyaan perlu dilihat relibilitasnya dan validitasnya, dimana hal
ini dijelaskan sebagai berikut.
a. Uji Validitas.
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah
indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pegukuran atas apa yang
seharusnya diukur. Karena indikator multidimensi maka uji validitas yang
digunakan disini adalah validitas konstruk (construct validity) yang
merujuk pada sejauh mana uji dapat mengukur apa yang sebenarnya kita
ukur. Secara umum nilai variance extracted yang dapat diterima adalah ≥
0,5. variance extracted dihiung dengan rumus sebagai berikut :
b. Uji Reliabilitas.
Reabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator
sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana indikator
itu mengindikasikan sebuah konstruk/faktor laten yang umum.
Dengan kata lain bagaimana hal-hal yang spesifik saling membantu
dengan menjelaskan sebuah fenomena yang umum. Composite
Realibility diperroleh melalui rumus berikut (Ferdinand, 2002 ; 62)
Construct reliability = (Standard Loading)2 (Standard Loading) 2 + j
Keterangan :
a. Standard loading diperoleh dari standardized loading
untuk tiap-tiap indikator yang didapat hari hasil
perhitungan komputer.
b. j adalah measurement error dari setiap indikator.
Measurement error dapat diperoleh dari 1 – reliabilitas
indikator.
Tingkat reliabilitas yang dapat diterima adalah ≥0,7 , walau angka itu
bukanlah sebuah ukuran yang “mati”. Artinya bila penelitian yang
dilakukan bersifat eksplorasi maka nilai dibawah 0,7 pun masih dapat
diterima sepanjang disertai dengan alasan-alasan yang empirik yang
3.4.2 Uji Outlier Univariat dan Multivariat.
Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai nilai ekstrim
baik secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena
kombinasi karakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh
berbeda dari obsevasi-observasi lainnya (Ferdinand, 2002;52).
3.4.2.1Uji Outlier Univariat.
Deteksi terhadap adanya outlier univariat dapat dilakukan dengan
menentukan ambang batas yang akan dikategorikan sebagai outlier dengan
cara mengkonversi nilai data penelitian kedalam standar score atau yang
biasa disebut dengan z-score, yang mempunyai rata-rata nol dengan standar
deviasi sebesar satu. Bila nilai-nilai itu telah dinyatakan dalam format yang
standar (z-score), maka perbandingan antar besaran nilai dengan mudah
dapat dilakukan. Untuk sampel besar (diatas 80 observasi), pedoman
evaluasi adalah nilai ambang batas dari z-score itu berada pada rentang 3
sampai dengan 4 (Ferdinand, 2002;98). Oleh karena itu apabila ada
obsevasi-observasi yang memiliki z-score≥ 3,0 akan dikategorikan sebagai
outlier.
3.4.2.2 Uji Outlier Multivariat.
data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outlier pada tingkat
univariat, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling
dikombinasikan. Jarak Mahalanobis (the Mahalanobis distance) untuk tiap
observasi dapat dihitung dan menunjukkan jarak sebuah observasi dari
multivariat dilakukan dengan menggunakan kriteria Jarak Mahalanobis pada
tingkat ρ < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dapat di dievaluasi dengan
menggunakan nilai χ2 pada derajat kebebasan sebesar jumlah item yang
digunakan dalam penelitian. Apabila nilai jarak Mahalanobisnya lebih besar
dari nilai χ2 tabel adalah outlier multivariat.
3.4.3 Uji Normalitas Data.
Adapun metode yang digunakan untuk mengetahui apakah metode
tersebut berdistribusi normal atau tidak adalah uji critical ratio dari
skewness dan kurtois dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Jika nilai critical yang diperoleh melebihi rentang +/- 2,58
maka distribusi adalah tidak normal.
b. Jika nilai critical yang dipeoleh berada pada rentang +/- 2,58
maka distribusi adalah normal.
3.4.4 Pengujian Model dengan Two-Step Approach.
Two-Step Approch digunakan untuk mengatasi masalah sampel data
yang relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah butir instrumentasi
yang digunakan dan karena keakuratan reliabilitas indikator-indikator
terbaik dalam dicapai dalam two-step approach ini. Two-step approach
bertujuan untuk menghindari interaksi antar model pengukuran dan model
Yang dilakukan dalam two-step approach to SEM adalah :
estimasi terhadap measurement model dan estimasi terhadap structural
model. Cara yang dilakukan dalam menganalisis SEM dengan two-step
approach adalah sebagai berikut :
a. Menjumlahkan skala butir-butir setiap konstrak menjadi
sebuah indikator summer-scale bagi setiap konstrak. Jika
terdapat skala yang berbeda setiap indikator tersebut
distandarisasi (Z-score) dengan mean = 0, deviasi standar = 1,
yang tujuannya adalah untuk mengeliminasi
pengaruh-pengaruh skala yang berbeda-beda tersebut.
b. Menetapkan error () dan Lambda () terms, error terms
dapat dihitung dengan rumus 0,95 () . Perhitungan construct
reliability () telah dapat dijelaskan pada bagian sebelumnya
dan deviasi standar () dapat dihitung dengan bantuan
progam aplikasi matrik spss. Setelah error () dan Lambda
() terms diketahui, skor-skor tersebut dimasukkan sebagai
parameter fix pada analisis model pengukuran SEM.
3.5Evaluasi Model.
Di dalam SEM peneliti dapat melakukan 3 kegiatan secara serempak ,
yaitu pemeriksaan validitas dan reliabilitas instrument, pengujian model
hubungan antar variabel laten (setara dengan analisis jalur), dan mendapatkan
model yang bermanfaat untuk perkiraan (setara dengan model structural).
a. Mengembangkan path diagram.
Pada path diagram ditunjukkan hubungan kausal antar variabel yaitu antara
variabel endogen dan eksogen. Hubungan antara variabel ini dinyatakan
dengan anak panah. Anah panah luruh dengan satu ujung menunjukkan
hubungan kausal yang langsung antara satu variabel lainnya. Sedangkan garis
lengkung dengan dua ujung menunjukkan korelasi antar variabel.
b. Evaluasi atas asumsi SEM.
Evaluasi asumsi ditujukan untuk mengetahui kecukupan dipenuhinya
asumsi-asumsi yang ada dalam pemodelan SEM. Evaluasi yang dilakukan adalah
evaluasi normalitas data, evaluasi atas univariate outliers dan evaluasi atas
multicolinieritas dan singularity.
c. Evaluasi kriteria Goodness of fit model penelitian.
Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian (fit) dan model yang
dikembangkan terhadap data penelitian. Ini penting dilakukan karena SEM
tidak digunakan untuk menciptakan suatu model tapi lebih pada
mengkonfirmasi model. Artinya tanpa landasan teoritis yang kuat atas
hubungan variabel yang dimodelkan maka analisis SEM ini tidak dapat
digunakan. Ukuran Goodness of fit yang digukan serta nilai cut-off nya dapat
dilihat pada tabel.
d. Intepretasi hasil.
Pada tahap ini hasil atau output pengujian dievaluasi untuk menentukan
Tabel 3.1 : Goodness of Fit Indices
Sumber : Ferdinand (61 : 2002)
3.5.1 Evaluasi Goodness of fit.
Berikut ini disajian beberapa indeks kesuaian dan cut-off value yang
digunakan dalam menguji apakah sebuah sebuah model dapat diterima
atau tidak.
a. 2 – Chi- Square statistic, dimana model dipandang baik atau
memuaskan bila nilai chi- squarenya rendah. Semakin kecil
nilai 2 semakin baik model itu dan dapat diterima berdasarkan
probabilitas dengan cut-off value sebesar p > 0,05.
GOODNESS OF FIT INDICES
KETERANGAN CUT-OFF VALUE
X2- Chi-square
Menguji apakah covariance populasi yang diestimasi sama dengan covariance sample (apakah model sesuai dengan data)
Diharapkan kecil, 1 s.d 5. atau paling baik diantara 1 dan 2.
Probability
Uji signifikansi terhadap perbedaan martiks covariance data dan matriks covariance yang diestimasi.
Minimum 0,1 atau 0,2 atau
≥ 0,05 RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi Square
pada sample besar. ≤0,08
GFI
Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matriks sampel yang dijelaskan oleh metriks covariance populasi yang diestimasi (analog dengan R2 dalam regresi berganda).
≥ 0,90
AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF. ≥ 0,90 CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model. ≤ 2,00
TLI Pembandingan antara model yang diuji
terhadap baseline model. ≥ 0,95
CFI
Uji kelayakan model yang tidak sensitif terhadap besarnya sample dan kerunitan model
b. RMSEA (The Root Mean Square Error of Appoximation), yang
menunjukkan goodness of fit yang diharapkan bila model
diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau
sama dengan 0,08 merupakan indeks yang dapat diterimanya
model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu
berdasarkan degree of freedom.
c. GFI (Goodness of fit index), adalah ukuran non statistical yang
mempunyai rentang nilai 0 (poor fit) sampai dengan 1,0
(perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan
sebuah “better fit”.
d. AGFI (Adjusted Goodness of fit Index), dimana tingkat
penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI
mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,08.
e. CMIN / DF, adalah the Minimum Sample Discrepancy
Function yang dibagi dengan Degree of Freedom. CMIN/DF
tidak lain adalah statistic Chi-Square, X2 dibagi DFnya disebut
X2 relatif. Bila nilai X2 relatif kurang dari 2,0 atau 3,0 adalah
indikasi dari acceptable fit antara model dan data.
f. TLI (Tucker Lewis Index), merupakan incremental index yang
membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah base
line model, dimana yang direkomendasikan sebagai acuan
g. CFI (Comparative Fit Index), dimana bila mendekati 1,
menindikasi tingkat fit yang paling tinggi. Nilai yang
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1. Analisis Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh iklan televisi terhadap citra merek obat flu Decolgen di wilayah
Surabaya selatan, yang nantinya diharapkan dapat menganalisis
faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi iklan televisi terhadap citra merk
obat flu Decolgen.
Penelitian ini telah ditentukan lokasinya dimana lokasi itu sendiri
adalah Distributor utama dari Decolgen yang berada di Surabaya Selatan.
Lokasi penelitian ini berada diwilayah di Surabaya Selatan yang dilakukan
dengan menyebarkan kuesioner kepada 100 responden, Serta bersedia
mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti.
4.1.2. Karakteristik Decolgen
banyak sekali merek merek obat-obat flu yang beredar di pasaran,
salah satunya adalah Decolgen yang diproduksi oleh PT Medifarma
Laboratories. Decolgen adalah salah satu obat flu yang sangat dikenal dan
popular oleh masyarakat. Decolgen adalah salah satu jenis obat flu yang
dapat meredakan gejala flu seperti sakit kepala, demam, bersin-bersin dan
4.2
Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1 Deskripsi Karakteristik Responden
Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban
responden dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kedalam kuesioner
yang telah diberikan. Dari jawaban-jawaban tersebut diketahui seperti
dibawah ini
.
a.
Jenis Kelamin
Dari 100 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan
dapat diketahui jenis kelamin dari responden yakin pada tabel dibawah
[image:49.595.171.501.409.491.2]ini.
Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.
N
se o Jenis Kelamin Jumlah
Persenta %
1 Laki-Laki 67 67%
2 Perempuan 33 33%
100 100%
Sumber :Data diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pengguna obat flu
Decolgen lebih didominasi atau lebih banyak dikonsumsi oleh pihak
Laki-Laki dari pada perempuan. Tidak heran, karena produk Decolgen yang dijual
dipasaran lebih ditunjukkan untuk kaum laki-laki, karena pada wanita yang
sedang hamil atau menyusui tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi produk
Decolgen. Hal ini tentu menjadi fakta yang menarik bahwa wanita memiliki
proporsi yang lebih kecil dalam mengkonsumsi produk Decolgen yang
bukan sebagai produk utama dalam pilihan obat flu yang digunakan.
b.
Usia
Dari 100 responden yang menjawab kuesioner dan didapat diketahui
[image:50.595.169.501.216.347.2]usia responden yakni pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia.
N
se
o Rentang Usia Jumlah
Persenta %
1 17-22 31 31%
2 23-28 30 30%
3 29-34 26 26%
4 35-40 8 8%
5 ≥41 5 5%
Total 100 100%
[image:50.595.167.501.217.346.2]Sumber :Data diolah
Tabel karakteristik responden berdasarkan tingkat usia menunjukkan bahwa
para konsumen utama dari produk obat flu Decolgen untuk wilayah
Surabaya selatan adalah kalangan yang berusia dewasa.
4.2.2.
Deskripsi Iklan Televisi
Tabel 4.3. Tabulasi jawaban iklan.
Skor Jawaban Ite
m Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7
0 0 5 27 32 19 17
X1.1 Humor
0% 0% 5% 27%
32 %
19
% 17%
0 0 0 5 29 43 23
X1.2 Kesaksian
0% 0% 0% 5%
29 %
43
% 23%
0 0 0 10 9 41 40
X1.3 Musik
0% 0% 0%
l10
% 9%
41
% 40%
0 0 2 2 21 36 39
X1.4 Model iklan
0% 0% 2% 2%
21 %
36
% 39%
0 0 1 5 9 36 49
X1.5 Drama
0% 0% 1% 5% 9%
36
[image:50.595.124.518.495.762.2]0 0 0 3 22 36 39 X1.7 Durasi
0% 0% 0% 3%
22 %
36
% 39%
Sumber :Data diolah
Berdasarkan tabel di atas dijelaskan sebagai berikut :
a.
Indikator pertama dari Iklan televisi, yaitu pendapat responden
mengenai humor dalam iklan televisi, mendapat respon terbanyak pada
skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 32 responden atau 32 %,
kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 4 dengan jumlah
resonden 27 atau 27 %. Artinya, sebagian besar responden yang
menjawab cukup baik sebanyak 57 responden atau 57 %, kemudian
yang menjawab sangat tidak sangat baik sebanyak 0 responden atau
0%.
b.
Indikator kedua dari Iklan televisi, yaitu pendapat responden mengenai
kesaksian dalam iklan televisi, mendapat respon terbanyak pada skor 6
dengan jumlah responden sebanyak 43 atau 43 %, kemudian terbanyak
kedua pada skor 7 dengan jumlah responden 23 atau 23 %. Artinya,
sebagian besar responden yang menjawab baik sebanyak 43 responden
atau 43 %, kemudian yang menjawab sangat baik sebanyak 23 atau
sebanyak 23 % dan yang menjawab sangat tidak baik sebanyak 0 atau
0 %.
c.
Indikator ketiga dari Iklan televisi, yaitu pendapat responden mengenai
musik dalam iklan televisi, mendapat respon terbanyak pada skor 6
dengan jumlah responden sebanyak 41 atau 41 %, kemudian terbanyak
sebagian besar responden yang menjawab baik sebanyak 41 responden
atau 41 %, kemudian yang menjawab sangat baik sebanyak
40 atau sebanyak 40 % dan yang menjawab sangat tidak baik sebanyak
0 atau 0 %.
d.
Indikator keempat dari Iklan televisi, yaitu tentang pendapat responden
mengenai model iklan dalam iklan televisi, mendapat respon
terbanyak pada skor 7 dengan jumlah responden sebanyak 39 atau 39
%, kemudian terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden
36 atau 36 %. Artinya, sebagian besar responden yang menjawab
sangat baik sebanyak 39 responden atau 39 %, kemudian yang
menjawab baik sebanyak 36 atau sebanyak 36 % dan yang menjawab
sangat tidak baik sebanyak 0 atau 0 %.
e.
Indikator kelima dari Iklan televisi, yaitu pendapat responden
mengenai drama dalam iklan televisi, mendapat respon terbanyak pada
skor 7 dengan jumlah responden sebanyak 49 atau 49 %, kemudian
terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 36 atau 36 %.
Artinya, sebagian besar responden yang menjawab sangat baik
sebanyak 49 responden atau 49 %, kemudian yang menjawab baik
sebanyak 36 atau sebanyak 36 % dan yang menjawab sangat tidak baik
sebanyak 0 atau 0 %.
pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 48 atau 48 %,
kemudian terbanyak kedua pada skor 7 dengan jumlah responden 30
atau 30 %. Artinya, sebagian besar responden yang menjawab baik
sebanyak 48 responden atau 48 %, kemudian yang menjawab sangat
baik sebanyak 30 atau sebanyak 30 % dan yang menjawab sangat tidak
baik sebanyak 0 atau 0 %.
g.
Indikator ketujuh dari Iklan televisi, yaitu pendapat responden
mengenai durasi dalam iklan televisi, mendapat respon terbanyak pada
skor 7 dengan jumlah responden sebanyak 39 atau 39 %, kemudian
terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 36 atau 36 %.
Artinya, sebagian besar responden yang menjawab sangat baik
sebanyak 39 responden atau 39 %, kemudian yang menjawab baik
sebanyak 36 atau sebanyak 36 % dan yang menjawab sangat tidak baik
sebanyak 0 atau 0%.
[image:53.595.113.518.552.689.2]4.2.3.
Deskripsi Citra Merek
Tabel 4.4. Tabel Tabulasi jawaban citra merek.
Skor Jawaban Item Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7
0 0 0 3 11 47 39
Y1.1 corporate image
0% 0% 0% 3% 11% 47% 39%
0 0 1 0 8 44 47
Y1.2 user image
0% 0% 1% 0% 8% 44% 47%
0 0 1 0 5 43 51
Y1.3 product image
0% 0% 1% 0% 5% 43% 51%
Sumber :Data diolah
a.
Indikator pertama dari Citra Merek, yaitu pendapat responden
mengenai persepsi tentang citra perusahaan, mendapat respon
terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 47
responden atau 47 %, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 7
dengan jumlah resonden 39 atau 39 %. Artinya, sebagian besar
responden yang menjawab baik sebanyak 47 responden atau 47 %,
kemudian yang menjawab sangat baik sebanyak 39 atau 39 % dan yang
menjawab sangat tidak baik sebanyak 0 responden atau 0 %.
b.
Indikator kedua dari Citra Merek, yaitu pendapat responden mengenai
yang dirasakan setelah mengkonsumsi produk, mendapat respon
terbanyak pada skor 7 dengan jumlah responden sebanyak 47 atau 47
%, kemudian terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden
44 atau 44 %. Artinya, sebagian besar responden yang menjawab
sangat baik sebanyak 47 responden atau 47 %, kemudian yang
menjawab baik sebanyak 44 atau sebanyak 44 % dan yang menjawab
sangat tidak baik sebanyak 0 atau 0 %.
c.
Indikator ketiga dari Citra Merek, yaitu pendapat responden mengenai
kualitas produk, mendapat respon terbanyak pada skor 7 dengan
jumlah responden sebanyak 51 atau 51 %, kemudian terbanyak kedua
pada skor 6 dengan jumlah responden 43 atau 43 %. Artinya, sebagian
besar responden yang menjawab sangat baik sebanyak 51 responden
4.3. Analisis Data dan Pengujian hipoteis
4.3.1. Uji Outliers Multivariate
Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik
yang terlihat sangat berbeda jauh dari obervasi-observasi lainnya dan
muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau
variabel kombinasi ( Hair, 1998 ).
Evaluasi terhadap
outlier multivariate
(antar variabel) perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis
menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu
dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak antara
Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi dapat dihitung dan akan menunjukkan
sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang
multidimensional (Hair.dkk, 1998; Tabachnick & Fidel, 1996).
Uji
outliers multivariate
dilakukan dengan menggunakan kriteria
jarak Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi
dengan menggunakan
χ
² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah
variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji outlier tampak pada
[image:55.595.119.535.687.765.2]table berikut :
Tabel 4.5. Outlier Data.
Residuals Statistics (a)
Minimum Maximum Mean
Std.
Std. Residual -2,006 2,528 0,000 0,948 100 Stud. Residual -2,158 2,678 0,005 1,002 100 Deleted Residual -63,206 77,249 0,291 28,893 100 Stud. Deleted Residual -2,204 2,777 0,006 1,009 100
Mahalanobis Distance [MD] 3,358 43,199 9,900 5,075 100 Cook's Distance 0,000 0,079 0,011 0,014 100
Centered Leverage Value 0,034 0,436 0,100 0,051 100 (a) Dependent Variable : NO. RESP
Sumber :Lampiran
Deteksi terhadap
multivariat outliers
dilakukan dengan
menggunakan kriteria
Jarak Mahalanobis
pada tingkat p < 0,001. Jarak
Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan
2pada derajat bebas
sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian. Bila kasus yang
mempunyai Jarak Mahalanobis lebih besar dari nilai
chi-square
pada tingkat
signifikansi 0,001 maka terjadi
multivariate outliers
. Nilai
20.001dengan
jumlah indikator 10 adalah sebesar 29.588.
Hasil analisis Mahalanobis diperoleh nilai 43.199 yang berarti lebih
besar dari
2tabel 29.588 tersebut. Dengan demikian, terdapat
multivariate
outliers.
Jadi ada case outlier ini harus dieliminasi sehingga N pada analisis
selanjutnya tinggal 100 – 1 = 99.
4.3.2. Uji
Reliabilitas
Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa
Cronbach’s
Alpha
ini digunakan untuk mengestimasi reliabiltas setiap skala (variabel
atau observasi indikator). Sementara itu
item to total correlation
digunakan
untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan mengeliminasi butir-butir yang
indicator yang nilainya < 0,5 (Purwanto, 2002). Hasil selengkapnya dapat
[image:57.595.136.482.258.443.2]dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.6. Uji Reliabilitas.
Pengujian Reliability Consistency Internal
Konstrak Indikator Item to Total Correlation
Koefisien Cronbach's
Alpha
X1 0,474
X2 0,375
X3 0,297
X4 0,590
X5 0,296
X6 0,382
TV Advertising
X7 0,361
0,267
Y1 0,589
Y2 0,482
Brand Image
Y3 0,569
-0,179
: tereliminasi
Sumber :Lampiran
Koefisien Cronbach’s Alpha dihitung untuk mengestimasi
reliabilitas setiap skala [variabel atau indikator observasian]. Sementara itu
item to total
correlation
digunakan untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan
mengeliminasi item-item yang kehadirannya akan memperkecil koefisien
Cronbach’s Alpha yang dihasilkan.
Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada
indikator yang nilainya < 0,5 [Purwanto,2003]. Terjadi eliminasi karena nilai
item to total correlation indikator belum seluruhnya
≥
0,5. Indikator yang
tereliminasi tidak disertakan dalam perhitungan cronbach's alpha.
Perhitungan cronbach's dilakukan setelah proses eliminasi.
Hasil pengujian reliabilitas konsistensi internal untuk setiap construct
yang diperoleh belum seluruhnya memenuhi
rules of thumb
yang
disyaratkan yaitu
≥
0,7 [Hair et.al.,1998].
4.3.3. Uji
Validitas
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah
indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang
seharusnya diukur, karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari
[image:58.595.143.512.448.538.2]setiap
latent variable
/
construct
akan diuji dengan melihat
loading faktor
dari hubungan antara setiap
observed variable
dan
latent variable
. Hasil
analisis tampak pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.7. uji validitas.
dengan Confirmatory Factor Analysis
Faktor Loading Konstrak Indikator
1 2 3 4
X1 0,998
TV
Advertising X4 0,158
Y1 0,254
Y2 -0,712
Brand Image
Y3 -0,073
Sumber :Lampiran
Berdasarkan hasil
confirmatory factor analysis
terlihat bahwa
factor
loadings
masing masing butir pertanyaan yang membentuk setiap c
onstruct
belum seluruhnya
≥
0,5, sehingga butir-butir instrumentasi setiap konstruk
tersebut dapat dikatakan validitasnya kurang baik.
4.3.4. Uji Construct Reliability Dan Variance Extracted
Kedua pengujian tersebut masih dalam koridor uji konsistensi internal yang
akan memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar bahwa
indikator-indikator individual mengukur suatu pengukuran yang sama
[image:59.595.52.558.312.411.2](Purwanto, 2002). Dan
variance extracted
direkomendasikan pada tingkat
0,50. Hasil perhitungan
construct reliability
dan
variance extracted
dapat
dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.8. Construct Reliability dan Variance Extracted.
Construct Reliability & Variance Extrated
Konstrak Indikator Standardize Factor Loading SFL Kuadrat Error [εj]
Construct Reliability
Variance Extrated
X1 0,998 0,996 0,004
TV
Advertising X4 0,158 0,025 0,975 0,577 0,510
Y1 0,254 0,065 0,935
Y2 -0,712 0,507 0,493
Brand Image
Y3 -0,073 0,005 0,995
0,104 0,192
Batas Dapat Diterima ≥ 0,7 ≥ 0,5
Sumber :Lampiran
Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan
construct reliability
dan variance extracted menunjukkan instrumen kurang reliabel, yang
ditunjukkan dengan nilai construct reliability belum seluruhnya
≥
0,7.
Meskipun demikian angka tersebut bukanlah sebuah ukuran “mati” artinya
bila penelitian yang dilakukan bersifat exploratory, maka nilai di bawah 0,70
pun masih dapat diterima sepanjang disertai alasan–alasan empirik yang
terlihat dalam proses eksplorasi. Dan
variance extracted
direkomendasikan
pada tingkat 0,50.
4.3.5. Uji Normalita