• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH EFEKTIVITAS IKLAN TERHADAP CITRA MEREK PROVIDER XL DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH EFEKTIVITAS IKLAN TERHADAP CITRA MEREK PROVIDER XL DI SURABAYA."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

J ur usan Manajemen

Diajukan oleh :

Sukma Pandji Anugr ah 0812010011 / FE /EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

Diajukan oleh :

Sukma Pandji Anugr ah 0812010011 / FE /EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(3)

Yang diajukan

Sukma Pandji Anugr ah 0812010011 / FE /EM

Disetujui untuk mengikuti Ujian Lisan oleh

Pembimbing Utama

Dra.Ec.Hj.Lucky Susilowaty,MP Tanggal :...

Mengetahui

Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dr s. Ec. H. R. A. Suwaedi, MS

(4)

DI SURABAYA

Disusun Oleh :

Sukma Pandji Anugr ah 0812010011 / FE /EM

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur Pada Tanggal 13 Juni 2013

Pembimbing Utama : Tim Penguji Ketua

Dra.Ec.Hj.Lucky Susilowaty,MP Dra.Ec.Hj.Lucky Susilowaty,MP Sekr etaris

Dr s. Ec. Nuruni Ika.KW.MM i Anggota

Dra.Ec.Mei Retno,Msi

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

(5)

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah, atas rahmat dan

berkat-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul

“PENGARUH EFEKTIVITAS IKLAN TERHADAP CITRA MEREK

PROVIDER XL DI SURABAYA”.

Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian

Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil

maupun materiil, khususnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Dr. Muhadjir Anwar,MM, MS. Selaku Ketua Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur.

4. Dra.Ec.Hj.Lucky Susilowaty,MP selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

memberikan bimbingan skripsi sehingga peneliti bisa merampungkan tugas

(6)

6. Kepada kedua orang tuaku dan adik tercinta yang telah memberikan dukungan

baik moril ataupun material.

7. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi

terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam

skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran

dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.

Akhir kata, Peneliti berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak

yang membutuhkan.

Salam hormat,

Surabaya, JUNI 2013

(7)

DAFTAR ISI ... ii 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 8

2.2 Landasan Teori ... 10

2.2.6 Pengaruh Efektivitas Iklan Terhadap Citra Merek .. 22

2.3 Kerangka Konseptual ... 24

2.4. Hipotesis... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 25

3.1.1. Definisi Operasional... 26

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 26

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 26

(8)

3.4.1. Uji Validitas ... 28

3.4.2. Uji Reliabilitas ... 28

3.5. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 29

3.5.1. Teknik Analisis ... 29

3.5.1.1. Cara Kerja PLS ... 31

3.5.1.2. Model Spesifikasi PLS ... 31

3.5.1.3. Langkah-Langkah PLS ... 32

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)
(10)
(11)

Lampiran 2 : Tabulasi Jawaban Responden

Lampiran 3 : Hasil Uji Outlier

Lampiran 4 : Hasil Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas

Lampiran 5 : Hasil Uji PLS

(12)

Sukma Pandji Anugr ah 0812010011 / FE /EM

Abstraksi

XL, sebagai perusahaan telekomunikasi yang terus berkembang, memiliki visi untuk menjadi penyedia teknologi informasi dan komunikasi terpilih di Indonesia, dan XL meyakini bahwa pembangunan masyarakat Indonesia yang berkesinambungan adalah landasan yang mutlak bagi terbentuknya lingkungan bisnis yang kondusif. Oleh karena itu, sebagai warga negara korporat yang bertanggung jawab, XL tidak hanya berupaya keras untuk memberikan nilai lebih kepada para pemegang sahamnya serta tidak hanya berkomitmen untuk memberikan layanan dan produk berkualitas kepada para pelanggannya, akan tetapi XL juga memiliki komitmen untuk memberikan sumbangsih bagi pembangunan masyarakat Indonesia. Berdasarkan fenomena-fenomena diatas, terlihat bahwa kartu Xl kurang mampu mempertahankan dan menambah jumlah pelanggannya ditengah ketatnya persaingan operator kartu seluler saat ini. Hal ini didukung juga dengan data penjualan Provider Xl dalam kurun waktu 2009-2011

Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna produk Provider XL di Surabaya (Plasa Marina). Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sebesar 70 responden. Data yang dipergunakan adalah data primer yaitu data yang berdasarkan kuisioner hasil jawaban responden. Sedangkan analisis yang dipergunakan adalah Partial Least Square.

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa Efektivitas iklan yang menarik dapat meningkatkan citra merek konsumen pada Provider XL di Surabaya.

(13)

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan kemajuan pesat dalam dunia ilmu pengetahuan dan

teknologi, bidang telekomunikasi juga mengalami kemajuan yang cukup pesat.

Komunikasi merupakan suatu hal yang penting yang dianggap mampu membantu

hidup manusia. Sejak ditemukannya alat komunikasi, gerak hidup manusia

menjadi berubah lebih mudah dan terasa dekat. Semakin lama pola pikir

konsumen berubah seiring perkembangan jaman. Konsumen yang dulunya hanya

menggunakan alat komunikasi yang disebut telepon, kini mulai beralih

menggunakan telepon seluler.

Dengan beragam macam pilihan kartu provider yang beredar dipasaran

memberikan banyak pilihan bagi konsumen untuk memenuhi kebutuhannya.

Dengan demikian perusahaan diharapkan lebih jeli dalam melihat peluang dan

mempertahankan konsumen agar tidak beralih ke merek lain. Menggarap pasar

yang sama memang membuat para operator kartu seluler harus berlomba-lomba

menanamkan citra yang positif di mata konsumen. Apalagi citra yang positif akan

membuat konsumen lebih percaya pada merek.

Konsumen dalam menggunakan informasi dalam pemilihan dan

menentukan suatu produk atau merek akan melalui suatu proses baik berdasarkan

memori pada proses stimulus seluruh informasi yang relevan akan secara

langsung diobservasikan dalam konteks keputusan dan konsumen dapat dengan

(14)

XL adalah salah satu perusahaan telekomunikasi terkemuka di Indonesia.

Mulai beroperasi secara komersial sejak 8 Oktober 1996, XL saat ini adalah

penyedia layanan seluler dengan jaringan yang luas dan berkualitas di seluruh

Indonesia bagi pelanggan ritel (Consumer Solutions) dan solusi bagi pelanggan

korporat (Business Solutions). XL satu-satunya operator yang memiliki jaringan

serat optik yang luas. XL telah meluncurkan XL 3G pada 21 September 2006,

layanan telekomunikasi selular berbasis 3G pertama yang tercepat dan terluas di

Indonesia. XL pada saat ini merupakan penyedia layanan telekomunikasi seluler

dengan cakupan jaringan yang luas di seluruh wilayah Indonesia bagi pelanggan

ritel dan menyediakan solusi bisnis bagi pelanggan korporat. Layanan XL

mencakup antara lain layanan suara, data dan layanan nilai tambah lainnya (value

added services). Untuk mendukung layanan tersebut, XL beroperasi dengan

teknologi GSM 900/DCS 1800 serta teknologi jaringan bergerak seluler sistem

IMT-2000/3G. XL juga telah memperoleh Ijin Penyelenggaraan Jaringan Tetap

Tertutup, Ijin Penyelenggaraan Jasa Akses Internet (Internet Services

Provider/ISP), Ijin Penyelenggaraan Jasa Internet Teleponi untuk Keperluan

Publik (Voice over Internet Protocol/VoIP), dan Ijin Penyelenggaraan Jasa

Interkoneksi Internet (“NAP”).

XL, sebagai perusahaan telekomunikasi yang terus berkembang, memiliki

visi untuk menjadi penyedia teknologi informasi dan komunikasi terpilih di

Indonesia, dan XL meyakini bahwa pembangunan masyarakat Indonesia yang

berkesinambungan adalah landasan yang mutlak bagi terbentuknya lingkungan

(15)

bertanggung jawab, XL tidak hanya berupaya keras untuk memberikan nilai lebih

kepada para pemegang sahamnya serta tidak hanya berkomitmen untuk

memberikan layanan dan produk berkualitas kepada para pelanggannya, akan

tetapi XL juga memiliki komitmen untuk memberikan sumbangsih bagi

pembangunan masyarakat Indonesia. merek XL pra bayar, Simpati, dan IM3

terlihat saling berlomba. Sekalipun, untuk urusan kartu pra bayar, XL terlihat

paling menguasai banyak persepsi positif di mata konsumen.

Tabel 1.1 J umlah pelanggan XL 2010-2012 Operator Telepon

Dari tabel jumlah pelanggan tersebut, meskipun XL mengalami kenaikan

jumlah pelanggan dari tahun 2010-2012 tetapi masih menduduki peringkat ke tiga

jumlah pelanggan dengan total XL sebanyak 10.802 juta. Setelah pesaing pertama

nya yaitu TELKOMSEL sebanyak 22.798 juta pelanggan dan INDOSAT pada

peringkat kedua sebanyak 14.512 juta pelanggan.

Sektor telekomunikasi menjadi penyumbang belanja iklan terbesar pada

(16)

triliun. Menurut Managing Manager Audience Measurement Nielsen Company,

belanja telekomunikasi sebesar Rp5 triliun naik 43 persen dibanding 2009.

Perusahaan telekomunikasi yang paling banyak beriklan adalah Exelcomindo

yang kini dikenal dengan XL-Axiata sebesar Rp593 miliar atau naik 66 persen

dari tahun lalu. Disusul oleh Telkomsel sebesar Rp538 miliar, Telkomsel Simpati

Rp438 miliar, Telkomsel Kartu AS Rp398 miliar, Axis Rp396 miliar dan Indosat

M3 Rp320 miliar

Tabel 1.2. Belanja Iklan Perusahaan Telekomunikasi Tahun 2012

Perusahaan

Telkomsel Kartu AS Rp398 miliar

Axis Rp396 miliar

Indosat M3 Rp320 miliar

Sumber : vivanews.com,2012

Berdasarkan fenomena tersebut yang menjadi masalahnya adalah

bagaimana upaya untuk dapat meningkatkan citra merek. Salah satu usaha dalam

mengatasi fenomena diatas adalah dengan membuat iklan dengan tujuan menarik

perhatian konsumen, kemudian ditambah dengan kualitas produknya terutama

mengenai ceoverage area jaringan provider XL dan sebagainya. Karena iklan

merupakan salah satu alat bauran promosi yang digunakan sebagai alat pengantar

pesan untuk membentuk sikap konsumen. Agar penyampaian pesan dapat

diterima oleh konsumen dengan baik maka dibutuhkan media yang tepat.

Berkembangnya media informasi di Indonesia menyebabkan banyaknya iklan

(17)

atau surat kabar, dan lain lain. Pengiklanan di media televisi hingga kini masih

dianggap cara paling efektif dalam mempromosikan produk terutama di Indonesia

yang masyarakatnya masih brand minded dimana merek yang pernah muncul di

iklan ditelevisi lebih digemari daripada yang tidak diiklankan di televisi. Berikut

adalah mengenai Total brand index untuk tiap masing-masing provider:

Tabel 1.3. : Top Brand Index Perusahaan Telekomunikasi Tahun

2010-tingkat persentase peminat kartu Xl selama tiga tahun terakhir. Pada tahun 2010,

persentase peminat kartu Xl adalah sebesar 13.3 % dan menempati posisi ketiga

sebagai kartu seluler GSM prabayar yang diminati oleh pengguna kartu seluler di

Indonesia. Pada tahun 2010, kartu Xl tetap pada posisinya yaitu posisi ketiga

sebagai kartu seluler GSM prabayar yang diminati oleh pengguna kartu seluler di

Indonesia. Namun tingkat persentase peminatnya mengalami penurunan di

penghujung tahun 2012. Berdasarkan fenomena-fenomena diatas, terlihat bahwa

kartu Xl kurang mampu mempertahankan dan menambah jumlah pelanggannya

ditengah ketatnya persaingan operator kartu seluler saat ini. Hal ini didukung juga

dengan data penjualan Provider Xl dalam kurun waktu 2009-2011, sebagai

(18)

Tabel 1.4: Data Penjualan Tahun 2010-2012 (Dalam Jutaan)

Perusahaan

Penjualan

2010 2011 2012

Xl 13,706,051 17,458,639 18,921,070

Sumber: PT.Xl Axiata, 2012.

Berdasarkan data penjualan diatas menujukkan adanya kenaikan data

penjualan dari Xl dapat kita lihat bahwa dat penjualan di tahun 2010 sebesar

Rp.13,706.051,-(dalam jutaaan) kemudian mengalami kenaikan di tahun

2011sebesar Rp.17.458.639,-, kemudian tahun 2012 sebesar Rp.18.921.070,-

kenaikan penjualan ini tidak didukung dengan adanya minat konsumen dalam

menggunakan provider Xl, dapat dilihat di tabel TBI index bahwa Xl masih

menduduki peringkat ketiga yang masih kalah dengan pesaingya, hal ini haruslah

menjadi bahan evaluasi bagi perusahaan agar di masa datang provider ini lebih di

minati oleh konsumen atau pelangganya.

Perusahaan harus memiliki cara kreatif dalam beriklan agar dapat menarik

perhatian konsumen dan menciptakan preferensi terhadap merek. Menurut

Dharmmesta,(2002:246-248 ) program periklanan mempunyai fungsi yaitu

memberikan informasi, membujuk dan mempengaruhi, menciptakan kesan

atau image yang baik. Keterkaitan pada iklan suatu merek akan lebih kuat apabila

dilandasi pada banyak pengalaman untuk mengkomunikasikannya. Citra yang

baik merupakan salah satu cara yang efektif di dalam menjaring konsumen,

karena konsumen dengan sadar atau tidak sadar akan memilih suatu produk yang

memiliki brand image yang positif, sehingga tercipta persepsi yang baik di mata

(19)

Berdasarkan hal tersebut, peneliti merasa tertarik untuk membahas secara

lebih lanjut tentang citra merek dengan judul :“PENGARUH EFEKTIVITAS

IKLAN TERHADAP CITRA MEREK PROVIDER XL DI SURABAYA”.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah, perumusan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut : Apakah terdapat pengaruh efektivitas iklan terhadap citra

merek provider XL di Surabaya?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk membuktikan pengaruh efektivitas iklan terhadap citra merek

provider XL di Surabaya

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian yang penulis lakukan nantinya

diharapkan dapat bermanfaat dan berguna antara lain :

1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan ide dan

pemikiran pada jasa provider seperti XL untuk mengetahui faktor penentu

citra merek produknya di masyarakat.

2. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan dapat memacu pihak

(20)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dapat dipakai sebagai bahan kajian yaitu

penelitian yang dipublikasikan mengenai pnelitian, adalah sebagai berikut :

Farida, Indriani, (2009), dengan judul penelitian “Studi Mengenai

Efektifitas Iklan Terhadap Citra Merek Maskapai Garuda Indonesia”. Adapun

permasalahan yang di ajukan adalah sebagai berikut: 1. untuk mengetahui

pengaruh kreatifitas iklan terhadap efektifitas iklan? 2. untuk mengetahui

kreatifitas iklan terhadap daya tarik iklan ? 3. Untuk mengetahui pengaruh daya

tarik iklan terhadap efektifitas iklan?. Sampel yang digunakan sebanyak 110

responden yaitu pelanggan dan calon pelanggan Maskapai Garuda Indonesia.

Teknik analisis data yang digunakan adalah The Structural Equation Modeling

(SEM).

Hasil dari penelitian tersebut adalah bagaimana meningkatkan efektifitas

iklan melalui kreatifitas iklan dan daya tarik iklan sehingga dapat meningkatkan

citra merek dan mempengaruhi tingginya minat beli. Permasalahan penelitian ini

dapat terjawab dengan langkah-langkah hasil penelitian sebagai berikut. Langkah

pertama, untuk membangun minat beli terhadap iklan maskapai Garuda Indonesia

dapat diperoleh dengan memberikan citra merek pada produk tersebut. Iklan

maskapai Garuda Indonesia harus dibuat sekreatif mungkin sehingga

menghasilkan daya tarik iklan pada maskapai Garuda Indonesia. Daya tarik iklan

(21)

menimbulkan efektiftas iklan. Efektifitas iklan merupakan penyampaian pesan

iklan yang dimengerti oleh konsumen. sehingga efektifitas dari iklan akan

menciptakan suatu citra merek tersendiri. Selanjutnya citra merek yang

ditimbulkan akan meningkatkan minat beli

Penelitian terdahulu dilakukan oleh liana dan Durianto, (2004) dengan

judul penelitian “Analisis Efektivitas Iklan Televisi “Softener Soft & Fresh” Di

Jakarta Dan Sekitarnya Dengan Menggunakan Consumer De Cision Model”

adapun permasalahan yang di ajukan dalam penelitian ini adalah:1).Pesan Iklan

(F) mempunyai pengaruh langsung ke Kepercayaan Konsumen (C), Pengenalan

Merek (B) dan Sikap Konsumen (A). 2).Pesan Iklan (F) mempengaruhi secara

langsung Kepercayaan Konsumen (C). 3).Pengenalan merek Pesan Iklan (F)

mempengaruhi secara langsung Niat Beli. Sampel dalam penelitian ini sebanyak

252 responden.

Teknik analisis yang digunakan adalah analisa statistik yang akan

digunakan adalah Analisis Regresi Berganda, Analisis ini akan meliputi uji

deskriptif dan korelasi untuk mendapatkan gambaran tentang data dan korelasi

antar variabel.

Hasil dari penelitian ini adalah pengaruh antar variabel yang terkait di

dalam Consumer Decision Model (CDM). Variabel Kepercayaan Konsumen (C)

yang menghubungkan variabel Pesan Iklan (F) dengan variabel Niat Beli (I)

merupakan variabel antara, artinya keberadaan variabel Kepercayaan Konsumen

(C) memperkuat pengaruh variabel Pesan Iklan (F) terhadap variabel Niat Beli (I).

(22)

dengan variabel Niat Beli (l) merupakan variabel antara, artinya keberadaan

variabel Sikap Konsumen (A) memperkuat pengaruh variabel Pesan Iklan (F)

terhadap variabel Niat Beli (I). Variabel Pengenalan Merek (B) yang

menghubungkan variabel Pesan Iklan (F) dengan variabel Kepercayaan

Konsumen (C) merupakan variabel antara, artinya keberadaan variabel

Pengenalan Merek (B) memperkuat pengaruh variabel Pesan Iklan (F) terhadap

variabel Kepercayaan Konsumen (C). Variabel Pengenalan Merek (B) yang

menghubungkan variabel Pesan Iklan (F) dengan variabel Sikap Konsumen (A)

merupakan variabel antara, artinya keberadaan variabel Pengenalan Merek (B)

memperkuat pengaruh variabel Pesan Iklan (F) terhadap variabel Sikap Konsumen

(A). Iklan TV Soft & Fresh diukur dengan Consumer Decision Model dari teori

John Howard secara keseluruhan adalah efektif dan perbandingan market share

dengan voice share adalah lebih besar dari 1 maka efektif dalam pembelanjaan

iklannya.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Pemasaran.

Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan – kegiatan pokok yang

dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk meningkatkan laba,

aktivitas pemasaran memegang peranan penting dalam rangka mencapai tujuan

perusahaan. Menurut Kotler (2007: 8) "Pemasaran adalah suatu proses sosial dan

manajerial yang di dalamnya ( individu dan kelompok ) mendapatkan apa yang

mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan

(23)

Jadi menurut definisi diatas, semua manusia harus menemukan

kebutuhanya dulu baru kemudian berusaha memenuhinya dengan cara

mengadakan hubungan dengan pihak lain. Pemasaran mencakup usaha perusahaan

yang dimulai dengan mengidentitikasi kebutuhan dan keinginan konsumen,

menentukan produk yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen, menentukan

tingkat harga yang sesuai, menentukan jenis Iklan dan media Iklan yang tepat,

serta menentukan saluran distribusi yang digunakan dalam rangka mencapai

tujuan perusahaan yang diinginkan. Sehingga pemasaran bukanlah hal yang

sederhana yang hanya sekedar menghasilkan uang.

Rangkaian kegiatan-kegitan pemasaran yang saling berhubungan sebagai

usaha untuk mencapai hasil pertukaran yang diinginkan dengan pasar sasarannya

(target market) sehingga dikenal istilah manajemen pemasaran.

Dari definisi diatas terdapat fungsi-fungsi manajemen meliputi

penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan. Perencanaan

merupakan upaya pemeliharaan tindakan yang diikuti suatu usaha, juga

merupakan upaya untuk memutuskan sebelumnya apa yang dilakukan,

bagaimana, bila dan siapa yang akan melakukannya. Perencanaan menjembatani

kesenjangan antara keadaan yang diinginkan di masa depan. Penganalisaan

merupakan fungsi yang penting sebagai dasar suatu rencana yang dibuat dengan

lebih matang dan tepat.

2.2.2. Konsep Pemasaran

Pemasaran akan berhasil mencapai tujuannya apabila pemasaran

(24)

konsumen tersebut baru akan diperoleh apabila barang atau jasa yang dibeli sesuai

dengan persyaratan yang ditetapkan konsumen.

Sedangkan Kotler dan Amstrong (2001:23), berpendapat bahwa konsep

pemasaran bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi tergantung pada penentuan

kebutuhan dan keinginan pasar serta memuaskan pelanggan secara lebih efektif

dan efisien daripada yang dilakukan oleh para pesaing.

Konsep pemasaran merupakan suatu kunci atau keseluruhan sistem untuk

meraih tujuan perusahaan yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha

dalam merencanakan, menentukan hingga melaksanakan kegiatan pemasaran.

Tiga faktor penting yang dipakai sebagai dasar konsep pemasaran menurut

Swastha dan Handoko (2006:6-8), meliputi:

a. Orientasi Konsumen, Perusahaan yang benar-benar memperhatikan

konsumen maka harus:

1. Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani

dan dipenuhi.

2. Menentukan kelompok pembeli yang akan dijadikan sasaran

penjualan.

3. Menentukan produk dan program pemasarannya.

4. Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai,

dan menafsirkan keinginan, sikap, serta tingkah laku mereka.

5. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah

pada mutu yang tinggi atau pada harga yang murahserta model

(25)

Tetapi semenjak keruntuhan rezim Orde Baru, masyarakat semakin berani

untuk beraspirasi dan mengekspresikan tuntutannya terhadap perkembangan dunia

bisnis Indonesia. Masyarakat telah semakin kritis dan mampu melakukan kontrol

sosial terhadap dunia usaha. Hal ini menuntut para pelaku bisnis untuk

menjalankan usahanya dengan semakin bertanggungjawab. Pelaku bisnis tidak

hanya dituntut untuk memperoleh keuntungan dari lapangan usahanya, melainkan

mereka juga diminta untuk memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan

sosialnya. (Daniri, 2007:1)

2.2.3. Merek

Menurut American Marketing Associattion (dalam Kotler, 2000: 460)

mendefinisikan merek sebagi berikut: Merek adalah Nama, istilah, tanda, symbol,

rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk

mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan

untuk membedakannya dari produk pesaing.

Merek dapat memiliki enam tingkatan pengertian : (Kotler, 2000 : 460)

1. Atribut (attributes)

Suatu merek membawa atribut-atribut dalam benak konsumen Merek

mengingatkan pada atribut-atribut tertentu. Mercedes memberi kesan sebagi

mobil yang mahal, dibuat dengan baik, dirancang dengan baik, tahan lama,

(26)

2. Manfaat (benefits)

Artribut harus diterjemahkan ke dalam manfaat fungsional dan emosional.

Atribut “tahan lama” dapat diterjemahkan menjadi manfaat fungsional. Atribut

“mahal” mungkin diterjemahkan menjadi manfaat emosional.

3. Nilai (Value)

Merek yang menyatakan sesuatu tentang nilai yang dimiliki oleh produsen.

Jadi Mercedes berarti kinerja tinggi, keamanan, gengsi, dan lain-lain.

4. Budaya (culture)

Merek juga mewakili kriteria budaya tertentu. Mercedes mewakili budaya

Jerman : terorganisasi, efisien, bermutu tinggi.

5. Kepribadian (personality)

Mercedes mencerminkan pimpinan yang masuk akal (orang), singa yang

memerintah (binatang), atauistana yang agung (obyek).

6. Pemakai (user)

Merek menunjukkan konsumen mana yang membeli atau menggunakn produk

tersebut.

Elemen-elemen desain dari kegiatan pemerekan (branding) dikategorikan

sebagai berikut (Vaid, 2003:48):

a. Visual, Bagaimanakah visualisasi fisik dari merek yang dirancang. Dan

mengapa visualisasi fisik tersebut dibuat sedemikian rupa? Elemen-

elemennya dalam hal ini meliputi warna, tipografi, logo, dan kemasan.

(27)

b. Experientia,. Apakah yang seharusnya dirasakan oleh para pembeli ketika

membeli maupun mengkonsumsi produk dari merek yang dirancang?

Bagaimanakah hal-hal tersebut dikomunikasikan melalui desain mereknya.

c. Functional, Manfaat fungsional apakah yang harus disediakan oleh sebuah

merek kepada penggunanya? Bagaimanakah hal ini dikomunikasikan dalam

suatu desain.

d. Emotional, Bagaimanakah perasaan para konsumen ketika memutuskan untuk

memiliki atau membeli produk dari merek yang dirancang? Dan

bagaimanakah mereka bereaksi dari desain merek yang dirancang?

e. Rationa,. Bagaimanakah merek tersebut menempati sisi rasional di benak

pelanggan? Apakah merek tersebut telah memberikan atau memenuhi

keinginan dan kebutuhan penggunanya? Dan bagaimanakah hal tersebut

dikomunikasikan melalui desain mereknya.

f. Cultura,. Apakah ada budaya tertentu yang mendorong terjadinya pembelian

produk dari merek yang dirancang

Menurut Aaker dalam Simamora (2003: hal 61) di dalam sebuah merek

terdapat beberapa karakteristik yang dapat disampaikan, yaitu:

a. Manfaat emosional

b. Pengguna merek

c. Asosiasi merek

d. Kepribadian merek

e. Simbol-simbol

(28)

g. Manfaat ekspresi diri

h. Country of Origin

2.2.4. Citr a Merek

Citra merek merupakan petunjuk yang akan digunakan oleh konsumen

untuk mengevaluasi produk ketika konsumen tidak memiliki pengetahuan yang

cukup tentang suatu produk. Terdapat kecnderungan bahwa konsumen akan

memilih produk yang telah dikenal baik melalui pengalaman menggunakan

produk maupun berdasarkan informasi yang diperoleh melalui berbagai sumber.

Citra merek menurut Keller (2008:51) adalah persepsi konsumen tentang

suatu merek sebagai refleksi dari asosiasi merek yang ada pada pikiran konsumen.

merupakan kumpulan asosiasi yang diorganisir menjadi suatu yang berarti.

Citra merek berdasarkan memori konsumen tentang suatu produk, sebagai

akibat dari apa yang dirasakan oleh seseorang terhadap merek tersebut. Perasaan

yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu merek akan

membentuk citra tersebut dan akan tersimpan dalam memori konsumen.

Citra Merek Menurut Aaker yang dikutip oleh Simamora adalah

seperangkat asosisi unik yang ingin diciptakan atau dipelihara para pemasar.

Asosiasi- asosiasi itu menyatakan apa sesungguhnya merek dan apa yang

dijanjikan kepada konsumen (Simamora, 2003, p: 63). Menurut Tjiptono, Merek

dapat diartikan sebagai citra karena merupakan serangkaian asosiasi yang

dipersepsikan oleh individu sepanjang waktu, sebagai hasil pengalaman langsung

(29)

Merek menjadi sangat penting saat ini, karena beberapa faktor

sebagaimana yang dijelaskan oleh Durianto et al. (2001: 2) berikut ini:

1. Emosi konsumen terkadang naik-turun. Merek mampu membuat janji emosi

menjadi konsisten dan stabil.

1. Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar. Merek yang kuat

mampu diterima di seluruh dunia dan budaya, contoh Coca Cola, cDonalds

dapat diterima di mana saja dan kapan saja di seluruh dunia.

2. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan pelanggan. Semakin

kuat suatu merek, makin kuat pula interaksi dengan pelanggan dan makin

banyak brand association yang terbentuk dalam merek tersebut. Jika brand

association yang terbentuk memiliki kualitas dan kuantitas yang kuat potensi

ini akan meningkatkan brand image.

4. Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku pelanggan. Merek yang

kuat akan sanggup merubah perilaku pelanggan.

5. Merek memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian oleh

pelanggan. Dengan adanya merek, pelanggan dapat dengan mudah

membedakan produk yang akan dibeli dengan produk lain sehubungan dengan

kualitas, kepuasan, kebanggaan, ataupun atribut lain yang melekat pada merek

tersebut.

Berdasarkan sejumlah peranan penting suatu merek, maka dapat

disimpulkan bahwa merek mempunyai peranan yang penting dan merupakan ‘aset

prestisius’ bagi perusahaan. Dalam kondisi pasar yang kompetitif, preferensi dan

(30)

nilai suatu merek yang mapan sebanding dengan realitas makin sulitnya

menciptakan suatu merek. Pemasaran dewasa ini bukan hanya merupakan

pertempuran produk, melainkan pertempuran persepsi pelanggan atas merek.

Adapun instrumen indikatornya dari citra merek adalah sebagai berikut:

Setyaningsih dan Darmawan (2004)

1. Citra korporat (corporate image),

Konsumen mempunyai pengalaman yang baik atas penggunaan berbagai

merek produk yang dihasilkan oleh perusahaan’makakonsumen akan memiliki

citra positif terhadap perusahaan itu.sebuah organisasi dalam perusahaan harus

melakukan survei ulang publiknya selang beberapa waktu untuk mengetahui

apakah kegiatan pemasaran yang mereka lakukan telah memperbaiki atau

membentuk citra yang diiginkan.Kotler (2000) menurut Setyaningsih dan

Darmawan (2004) menyatakan sikap tidak dapat diubah sekejap,dana untuk

kampanye biasanya terbatas,citra publik cenderung tetap,bila tidak ada

kemajuan,mungkin progam pemasaran organisasi harus diubah.

2. Citra pemakai (Image of the user)

Dapat dibentuk langsung dari pengalaman dan kontak dengan pengguna merek

tersebut.Manfaat adalah nilai pribadi konsumen yang diletakkan terhadap

atribut dari produk atau layanan yaitu apa yang konsumen pikir akan mereka

dapatkan dari layanan tersebut .Blackston (1993) menurut Setyaningsih dan

Darmawan (2004) berkata bahwa organisasi melaui pemasar tidak hanya

memikirkan tentang bagaimana mendekati konsumen dan cara agar konsumen

(31)

ke konsumen dan bagaimana merek mereka menunjukkan reaksi kepada

konsumen.

3. Citra Produk (Image of the product)

Menggambarkan image (gambaran) dari produk tersebut.Hal ini bisa berupa

kemasannya, bentuk atau modelnya, dsb.Hal ini sangat berpengaruh di mata

konsumen, karena citra dari produk tersebut bisa mendreskripsikan segala hal

baik yang negative atau positif.

2.2.5. Iklan

Menurut Liliweri (2011) iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi

yang bertujuan untuk mempersuasi para pendengar, pemirsa dan pembaca agar

mereka memutuskan untuk melakukan tindakan tertentu Di Indonesia, Masyarakat

Periklanan Indonesia menagartikan iklan sebagai segala bentuk pesan tentang

suatu produk atau jasa yang disampaikan lewat suatu media dan ditujukan kepada

sebagian atau seluruh masyarakat. Sementara istilah periklanan diartikan sebagai

keseluruhan proses yang meliputi persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan penyampaian iklan (Riyanto, 2001).

Dari pengertian iklan yang telah disebutkan diatas terdapat beberapa

perspektif yang berbeda-beda, namun sebagian besar definisi memiliki kesamaan.

Kesamaan tersebut dapat dirangkum dalam bentuk prinsip pengertian iklan,

dimana dalam iklan mengandung enam prinsip dasar, yaitu: (Widyatama, 2007:

(32)

a) Adanya pesan tertentu

Sebuah iklan tidak akan ada tanpa adanya pesan. Pesan yang disampaikan oleh

sebuah iklan, dapat berbentuk perpaduan antara verbal dan pesan non verbal.

Pesan verbal adalah pesan yang disampaikan baik secara lisan maupun tulisan.

Didalam pesan verbal ia merupakan rangkaian kata-kata yang tersusun dari

huruf vokal dan konsonan yang membentuk makna tertentu. Sedangkan pesan

non verbal adalah pesan yang dapat diterima khususnya melalui indera mata.

Tanpa kemampuan melihat, sudah tentu pesan non verbal visual sulit untuk

diterima dengan baik.

b) Dilakukan oleh komunikator (sponsor)

Pesan iklan ada karena dibuat oleh komunikator. Sebaliknya, bila tidak ada

komunikator, maka tidak akan ada pesan iklan. Dengan demikian, ciri sebuah

iklan, adalah bahwa pesan tersebut dibuat dan disampaikan oleh komunikator

atau sponsor tertentu secara jelas. Komunikator dalam iklan dapat datang dari

perseorangan, kelompok masyarakat, lembaga atu organisasi, bahkan negara.

c) Dilakukan dengan cara non personal

Dari pengertian iklan yang diberikan, hampir semua menypakati bahwa

iklan merupakan penyampaian pesan yang dilakukan secara non personal. Non

personal artinya tidak dalam bentuk tatap muka. Penyampaian pesan dapat disebut

iklan bila dilakukan melalui media.

2.2.5.1. Efektivitas Iklan

Efektivitas iklan juga akan ditentukan dari sejauh mana reaksi responden

(33)

memperlihatkan reaksi menolak dan merasa sangat terganggu dengan adanya

iklan yang terus menerus muncul di halaman aplikasi yang sedang mereka pakai,

maka popularitas aplikasi akan mengalami penurunan dan iklan bersifat tidak

efektif. Bila reaksi pengguna aplikasi tidak signifikan, dalam arti responden tidak

keberatan banyak iklan muncul pada halaman aplikasi yang mereka gunakan,

tetapi juga tidak meng-klik iklan dan hanya meneruskan pemakaian aplikasi, maka

popularitas aplikasi tidak terpengaruh tetapi pemasangan iklan masih terhitung

tidak efektif. Sedangkan bila responden bereaksi positif dengan merasa tertarik

saat melihat iklan yang muncul pada aplikasi, lalu meng-klik iklan tersebut untuk

melakukan pembelian lebih lanjut, maka pemasangan iklan pada aplikasi mobile

telah berjalan efektif. Sany dan Setyadi,(2011).

Iklan yang efektif adalah iklan yang memikirkan dan memahami

kebutuhan pelanggan, iklan yang mengkomunikasikan keuntungan-keuntungan

yang spesifik, iklan yang menekankan pada tindakan spesifik yang harus diambil

oleh konsumen. Iklan yang baik memahami bahwa orang tidak membeli produk

tetapi membeli keuntungan dari produk tersebut dan lebih dari itu iklan yang

efektif adalah iklan yang mendapat perhatian dan diingat serta membuat orang

bertindak untuk melakukan pembelian (Shultz and Tannenhausan dalam Shimp,

2000:416).

Efektifitas iklan dapat diukur dengan pendekatan advertising response

model (ARM). Dimensi efektifitas yang diukur meliputi perhatian (attention),

pemahaman (cognitive response), sikap terhadap iklan (advertising attitude/

(34)

(purchase intention) (Mechta, 1994 dalam Nugroho, 2004). Selain itu efektifitas

iklan dinilai tinggi dilhat dari brand recognizing (merek dikenali oleh yang

melihatnya), menarik dan mampu menyampaikan pesan mengenai merek atau

poduk yang diiklankan (Percy and Rositter, 1992:264-265; Till and Back,

2005:48).

Konsep dari kesenangan sebagai ukuran penting dari persepsi penonton.

Advertising Research Foundation menemukan dua hal utama yaitu pertama

hubungan antara kesenangan dengan efektifitas penjualan menghasilkan

kecepatan konsumen dalan mengkonsumsi, orang-orang yang menyukai iklan

suatu produk akan terpengaruh dan melakukan timbal balik pada iklan berupa

pembelian. Kedua kemungkinan terbujuknya suatu iklan akan meningkat jika

iklan dibuat berdasarkan kesenangan penonton (Brier and Bridgwater, 1990; Biel,

1990). Kesenangan sendiri merupakan hal penting untuk memprediksi dan

mengembangkan efektifitas iklan (Aaker and Stayman, 1990 dalam Leather,

Mckechnie and Amirkhanian, 1994:1).

2.2.6 Pengaruh Efektivitas Iklan Ter hadap Citr a Merek

Para peneliti di Amerika percaya bahwa iklan yang kuat akan terbentuk

dari perubahan citra merek Indiarti dan Hendriarti,(2009). Efektifitas iklan sangat

terpengaruh oleh strategi pesan. Beberapa penemu memperkirakan strategi pesan

bisa berkembang tergantung dari fokus terhadap kelengkapan dan keuntungan

produk atau dalam penciptaan citra merek. Aaker dan Noris menggunakan istilah

(35)

Iklan yang efektif biasanya kreatif, yakni bisa membedakan dirinya dari

iklan-iklan massa yang sedang-sedang saja. Iklan yang sama dengan sebagian

besar iklan lainnya tidak akan mampu menerobos kerumunan iklan kompetitif dan

tidak akan menarik perhatian konsumen. Jack Smith (dalam Shimp, 2003) bahwa

iklan yang kreatif menggambarkan kreativitas sebagai suatu sensitivitas terhadap

sifat alami manusia serta kemampuan untuk mengkomunikasikannya. Iklan kreatif

yang terbaik hadir dari suatu pemahaman tentang apa yang sedang dipikirkan dan

dirasakan orang-orang. Secara keseluruhan, iklan yang efektif, kreatif, harus

menghasilkan dampak abadi secara relatif terhadap citra mereknya.

Iklan yang efektif adalah iklan yang memikirkan dan memahami

kebutuhan pelanggan, iklan yang mengkomunikasikan keuntungan-keuntungan

yang spesifik, iklan yang menekankan pada tindakan spesifik yang harus diambil

oleh konsumen. Iklan yang baik memahami bahwa orang tidak membeli produk

tetapi membeli keuntungan dari produk tersebut dan lebih dari itu iklan yang

efektif dapat membangun citra merek yang positif (Shultz and Tannenhausan

dalam Shimp, 2000:416) dalam Indriani,(2000).

Jadi berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa iklan

berpengaruh positif terhadap citra merek, hal ini berarti apabila pembuatan iklan

(36)

2.3. Kerangka Konseptual

2.4. Hipotesis

Berdasarkan pada latar belakang dan masalah yang telah diuraikan

sebelumnya, maka hipotesis yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Diduga

bahwa efektivitas iklan berpengaruh positif terhadap citra merek konsumen pada

counter Provider XL di Plaza Marina Surabaya.

Efektivitas Iklan (X)

(37)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang

pengoperasiaan atau pendefinisian konsep penelitian termasuk penetapan cara dan

satuan pengukuran variabelnya, adalah sebagai berikut:

1. Efektivitas Iklan (X) Iklan yang efektif adalah iklan yang memikirkan dan

memahami kebutuhan pelanggan, iklan yang mengkomunikasikan

keuntungan-keuntungan yang spesifik, iklan yang menekankan pada tindakan

spesifik yang harus diambil oleh konsumen.Indiarti dan Indiarti,(2009).

X1.1 = Iklan disenangi

X1.2 = Iklan diingat.

X1.3 = Merek dikenali

X1.4 = Pesan tersampaikan

2. Citra Merek (Y) adalah sejumlah kepercayaan yang dipegang konsumen

berkaitan dengan merek. Adapun indikatornya adalah sebagai berikut:

Yonaldi, Andri, Dewi,(2012).

a. Merek yang sangat familier sesuai dengan manfaatnya

b. Kemudahan dalam memperoleh.

(38)

3.1.1. Pengukur an Variabel

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

interval dengan menggunakan teknik pembobotan skala (semantic differential

scale). Analisis ini dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan

pendapatnya tentang serangkaian pernyataan yang berkaitan dengan obyek yang

diteliti dalam bentuk nilai yang berada dalam rentang dua sisi. Dalam penelitian

ini, setiap pernyataan masing-masing diukur dalam 7 skala dan ujung-ujung

ditetapkan dengan kata sifat yang tidak secara kontras berlawanan. sebagai

berikut:

Sangat Jelek Sangat Bagus

3.2.Teknik Pengambilan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna produk Provider XL di counter

provider XL Plaza Marina Surabaya.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik

yang sama dengan populasi tersebut. Karena itu sample harus representative

dari sebuah populasi (Sumarsono, 2002: 45). Metode pengambilan sampel

yang dilakukan adalah non probability sampling dengan teknik teknik

accidental sampling, yaitu metode pengambilan sampel dengan memilih siapa

yang kebetulan ada/dijumpai, dalam hal ini adalah kepada pembeli di counter

Provider XL di Plaza Marina Surabaya.

(39)

Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah berdasarkan pedoman

pengukuran sampel menurut Augusty (2002:48), antara lain :

1. 100 – 200 sampel untuk teknik maximum likelihood estimation.

2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah

5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh

variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. bila

terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.

Karena terdapat 7 indikator maka jumlah sampel adalah (7 X 10 = 70) maka

sampel yang digunakan adalah minimal sebesar 70 responden.

3.3.Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. J enis Data

• Data Primer

Data primer yang diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan

kuesioner kepada konsumen pengguna XL di Surabaya .

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam analisis ini adalah data yang diambil

langsung kepada konsumen yang hendak membeli atau membeli Provider XL di

Surabaya dengan cara menyebarkan kuesioner.

3.3.3. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan

(40)

a. Observasi

Merupakan pengamatan langsung pada perusahaan untuk mendapatkan bukti -

bukti yang berkaitan dengan obyek penelitian.

b. Kuisioner

Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar

pertanyaan kepada konsumen di Surabaya.

c. Dokumentasi

Yaitu dengan mengumpulkan data, menggali data dokumen atau arsip-arsip

aturan yang disepakati, misalnya keberadaan perusahaan dan struktur

manajemen perusahaan.

3.4. Uji Validitas Dan Reliabilitas

3.4.1. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi

sebenarnya yang diukur. Analisis validitas item bertujuan untuk menguji apakah

tiap butir pertanyaan benar-benar sudah sahih, paling tidak kita dapat menetapkan

derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang diyakini

dalam pengukuran. Sebagai alat ukur yang digunakan, analisis ini dilakukan

dengan cara mengkorelasiakn antar skor item denga skor total item. Dalam hal ini

koefisien korelasi yang nilai signifikasinya lebih kecil dari 5 % (level of

significance) menunjukkan bahwa item-item tersebut sudah sahih sebagai

(41)

3.4.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas untuk mengetahui apakah instrumen memiliki indeks

kepercayaan yang baik jika diujikan berulang. Suatu instrument pengukuran

dikatakan reliable jika pengukurannya konsisten dan akurat. Jadi uji reliabilitas

dilakukan dengan tujuan mengetahui konsistensi dari instrument sebagai alat ukur,

sehingga hasil pengukuran dapat dipercaya. Dalam penelitian ini menggunakan

rumus Cronbach Alpha dengan bantuan software smart PLS. Suatu pertanyaan

pada kuesioner dikatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach > 0,60 (Purbayu &

Ashari, 2005 : 247).

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.5.1. Teknik Analisis

Partial Least Square (PLS) merupakan sebuah metode untuk

mengkonstruksi model-model yang dapat diramalkan ketika faktor-faktor terlalu

banyak. PLS dikembangkan pertama kali oleh Wold sebagai metode umum untuk

mengestimasi path model yang menggunakan variabel laten dengan mutiple

indikator. PLS juga merupakan factor indeterminacy metode analisis yang

powerful karena tidak mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala

tertentu, jumlah sampel kecil. Awalnya Partial least Square berasal dari ilmu

sosial (khususnya ekonomi, Herman Wold, 1996). Model ini dikembangkan

sebagai alternatif untuk situasi dimana dasar teori pada perancangan model lemah

atau indikator yang tersedia tidak memenuhi model pengukuran refleksif. PLS

(42)

membangun hubungan yang belum ada landasan terorinya atau untuk pengujian

proposisi.

PLS adalah dalam penggunaan model persamaan struktural untuk menguji

teori atau pengembangan teori untuk tujuan prediksi oleh Ghozali (2008: 5). Pada

situasi dimana penelitian mempunyai dasar teori yang kuat dan pengujian teori

atau pengembangan teori sebagai tujuan utama riset, maka metode dengan

covariance based (Generalized Least Squares) lebih sesuai. Namun demikian

adanya indeterminacy dari estimasi factor score maka akan kehilangan ketepatan

prediksi dari pengujian teori tersebut. Untuk tujuan prediksi, pendekatan PLS

lebih cocok. Karena pendekatan untuk mengestimasi variabel laten dianggap

sebagai kombinasi linier dari indikator maka menghindarkan masalah

indeterminacy dan memberikan definisi yang pasti dari komponen skor.

PLS merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk tujuan prediksi, hal ini

terutama pada kondisi dimana indikator bersifat formatif. Dengan variabel laten

berupa kombinasi linier dari indikatornya, maka prediksi nilai dari variabel laten

dapat dengan mudah diperoleh, sehingga prediksi terhadap variabel laten yang

dipengaruhinya juga dapat dengan mudah dilakukan (Ghozali 2008).

3.5.1.1. Cara Kerja PLS

Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat dikategorikan menjadi

tiga. Kategori pertama yaitu weight estimate yang digunakan untuk menciptakan

skor atau nilai variabel laten. Kedua mencerminkan estimasi jalur (path estimate)

yang menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten dan indikatornya

(43)

regresi) untuk indikator dan variabel laten. Untuk memperoleh ketiga estimasi ini,

PLS menggunakan proses iterasi tiga tahap dan setiap tahap iterasi menghasilkan

estimasi. Tahap pertama menghasilkan weight estimate, tahap kedua

menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model, tahap ketiga

menghasilkan estimasi means dan lokasi(konstanta).

Selama iterasi berlangsung inner model estimate digunakan untuk

mendapatkan outside approximation weigth, sementara itu outer model estimate

digunakan untuk mendapatkan inside approximation weight. Prosedur iterasi ini

akan berhenti ketika persentase perubahan setiap outside approximation weight

relatif terhadap proses iterasi sebelumnya kurang dari 0,01.

3.5.1.2. Model Spesifikasi PLS

PLS terdiri atas hubungan eksternal ( outer model atau model pengukuran)

dan hubungan internal (inner model atau model struktural). Hubungan tersebut

didefinisikan sebagai dua persamaan linier, yaitu model pengukuran yang

menyatakan hubungan antara peubah laten dengan sekelompok peubah penjelas

dan model struktural yaitu hubungan antar peubah-peubah laten (Gefen,2000).

Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga set

hubungan; (1) inner model yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten

(structural model), (2) outer model yang menspesifikasi hubungan antara variabel

laten dengan indikator atau variabel manifestasinya (measurement model), dan (3)

weight relation dalam mana nilai kasus dari variabel laten dapat diestimasi.

3.5.1.3. Langkah-Langkah PLS

(44)

Gambar 2 Langkah-langkah Analisis PLS

(1). Langkah Pertama: Merancang Model Str uktural (inner model)

Perancangan model struktural hubungan antar variabel laten pada PLS

didasarkan pada rumusan masalah atau hipotesis penelitian.

(a) Teori, kalau sudah ada

(b) Hasil penelitian empiris

(c) Analogi, hubungan antar variabel pada bidang ilmu yang lain

(d) Normatif, misal peraturan pemerintah, undang-undang, dan lain

sebagainya

(45)

(e) Rasional.

Oleh karena itu, pada PLS dimungkinkan melakukan eksplorasi hubungan

antar variabel laten, sehingga sebagai dasar perancangan model struktural bisa

berupa proposisi. Hal ini tidak direkomendasikan di dalam SEM, yaitu

perancangan model berbasis teori, shingga pemodelan didasarkan pada hubungan

antar variabel laten yang ada di dalam hipotesis.

(2). Langkah Kedua: Merancang Model Pengukuran (outer model)

Pada PLS perancangan model pengukuran (outer model) menjadi sangat

penting, yaitu terkait dengan apakah indikator bersifat refleksif atau formatif.

Merancang model pengukuran yang dimaksud di dalam PLS adalah menentukan

sifat indikator dari masing-masing variabel laten, apakah refleksif atau formatif.

Kesalahan dalam menentukan model pengukuran ini akan bersifat fatal, yaitu

memberikan hasil analisis yang salah.

Dasar yang dapat digunakan sebagai rujukan untuk menentukan sifat

indikator apakah refleksif atau formatif adalah: teori, penelitian empiris

sebelumnya, atau kalau belum ada adalah rasional. Pada tahap awal penerapan

PLS, tampaknya rujukan berupa teori atau penelitian empiris sebelumnya masih

jarang, atau bahkan belum ada. Oleh karena itu, dengan merujuk pada definisi

konseptual dan definisi operasional variabel, diharapkan sekaligus dapat

dilakukan identifikasi sifat indikatornya, bersifat refleksif atau formatif.

(3). Langkah Ketiga: Mengkonstruksi diagr am J alur

Bilamana langkah satu dan dua sudah dilakukan, maka agar hasilnya lebih

(46)

selanjutnya dinyatakan dalam bentuk diagram jalur. Contoh bentuk diagram jalur

untuk PLS dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.2 Contoh Diagram Jalur untuk PLS (sama dengan Gambar 1)

(4). Langkah Keempat: Konversi diagr am J alur ke dalam Sistem Per samaan

a) Outer model, yaitu spesifikasi hubungan antara variabel laten dengan

indikatornya, disebut juga dengan outer relation atau measurement model,

mendefinisikan karakteristik variabel laten dengan indikatornya. Model

indikator refleksif dapat ditulis persamaannya sebagai berikut:

x = Λxξ + εx

y = Λyη + εy

Di mana X dan Y adalah indikator untuk variabel laten eksogen (ξ) dan

endogen (η). Sedangkan Λx dan Λy merupakan matriks loading yang

(47)

variabel laten dengan indikatornya. Residual yang diukur dengan εx danεy

dapat diinterpretasikan sebagai kesalahan pengukuran atau noise.

Model indikator formatif persamaannya dapat ditulis sebagai berikut:

ξ = ΠξXi + δx

η = ΠηYi + δy

Dimana ξ, η, X, dan Y sama dengan persamaan sebelumnya. Πx dan Πy

adalah seperti koefisen regresi berganda dari variabel laten terhadap

indikator, sedangkan δx dan δy adalah residual dari regresi.

Pada model PLS Gambar 3 terdapat outer model sebagai berikut:

Untuk variabel latent eksogen 1 (reflektif)

x1 = λx1ξ1 + δ1

x2 = λx2ξ1 + δ2

x3 = λx3ξ1 + δ3

Untuk variabel latent eksogen 2 (formatif)

ξ2 = λx4 X4 + λx5 X5 + λx6 X6 + δ4

Untuk variabel latent endogen 1 (reflektif)

y1 = λy1η1 + ε1

y2 = λy2η1 + ε2

Untuk variabel latent endogen 2 (reflektif)

y3 = λy3η2 + ε3

(48)

b) Inner model, yaitu spesifikasi hubungan antar variabel laten (structural

model), disebut juga dengan inner relation, menggambarkan hubungan

antar variabel laten berdasarkan teori substansif penelitian. Tanpa

kehilangan sifat umumnya, diasumsikan bahwa variabel laten dan

indikator atau variabel manifest diskala zero means dan unit varian sama

dengan satu, sehingga parameter lokasi (parameter konstanta) dapat

dihilangkan dari model.

Model persamaannya dapat ditulis seperti di bawah ini:

η = βη + Γξ + ζ

Dimana η menggambarkan vektor vaariabel endogen (dependen), ξ adalah

vektor variabel laten eksogen dan ζ adalah vektor residual (unexplained

variance). Oleh karena PLS didesain untuk model rekursif, maka

hubungan antar variabel laten, berlaku bahwa setiap variabel laten

dependen η, atau sering disebut causal chain system dari variabel laten

dapat dispesifikasikan sebagai berikut:

ηj = Σi βji ηi + Σi γjbξb + ζj

Dimana γjb (dalam bentuk matriks dilambangkan dengan Γ) adalah

koefisien jalur yang menghubungkan variabel laten endogen (η) dengan

eksogen (ξ). Sedangkan βji (dalam bentuk matriks dilambangkan dengan

β) adalah koefisien jalur yang menghubungkan variabel laten endogen (η)

dengan endogen (η); untuk range indeks i dan b. Parameter ζj adalah

(49)

Pada model PLS Gambar 3 inner model dinyatakan dalam sistem

persamaan sebagai berikut:

η1 = γ1ξ1 + γ2ξ2 + ζ1

η2 = β1η1 + γ3ξ1 + γ4ξ2 + ζ2

c) Weight relation, estimasi nilai variabel latent. Inner dan outer model

memberikan spesifikasi yang diikuti dengan estimasi weight relation

dalam algoritma PLS:

ξb = Σkb wkb xkb

ηi = Σki wki xki

Dimana wkb dan wki adalah k weight yang digunakan untuk membentuk

estimasi variabel laten ξb dan ηi. Estimasi data variabel laten adalah linear

agregat dari indikator yang nilai weight-nya didapat dengan prosedur

estimasi PLS.

(5). Langkah Kelima: Estimasi

Metode pendugaan parameter (estimasi) di dalam PLS adalah metode

kuadrat terkecil (least square methods). Proses perhitungan dilakukan dengan

cara iterasi, dimana iterasi akan berhenti jika telah tercapai kondisi konvergen.

Pendugaan parameter di dalam PLS meliputi 3 hal, yaitu :

1) Weight estimate yang digunakan untuk menghitung data variabel laten

2) Estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan antar variabel laten dan

estimasi loading antara variabel laten dengan indikatornya.

3) Means dan parameter lokasi (nilai konstanta regresi, intersep) untuk

(50)

Sebagai langkah awal iterasi, algoritmanya adalah menghitung

aproksimasi outside dari variabel latent dengan cara menjumlahkan indikator

dalam setiap kelompok indikator dengan bobot yang sama (equal weight). Bobot

untuk setiap iterasi diskalakan untuk mendapatkan unit varian dari skor variabel

laten untuk N kasus dalam sampel. Dengan menggunakan skor untuk setiap

variabel latent yang telah diestimasi, kemudian digunakan untuk pendugaan

aproksimasi inside variabel laten.

Ada tiga skema bobot aproksimasi inside yang telah dikembangkan untuk

mengkombinasikan variabel laten tetangga (neighboring LV) untuk mendapatkan

estimasi variabel laten tertentu yaitu: centroid, factor dan path weighting. Skema

weighting dengan centroid merupakan prosedur asli yang digunakan oleh Wold.

Metode ini hanya mempertimbangkan tanda korelasi antara variabel laten dan

variabel laten tetangganya (neigboring LV). Nilai kekuatan korelasi dan arah

model struktural tidak diperhitungkan. Skema weighting dengan faktor

menggunakan koefisien korelasi antara variabel laten dengan variabel laten

tetangga sebagai pembobot (weight). Variabel laten menjadi principal component

(komponen utama) dari variabel laten tetangganya. Skema weighting dengan

faktor memaksimumkan varian dari komponen utama variabel laten ketika jumlah

variabel laten menjadi tak terhingga jumlahnya. Skema dengan path weighting

membobot variabel laten tetangga dengan cara berbeda tergantung apakah

variabel laten tetangga merupakan anteseden atau konsekuen dari variabel laten

(51)

Dengan hasil estimasi variabel laten dari aproksimasi inside, maka

didapatkan satu set pembobot baru dari aproksimasi outside. Jika skor

aproksimasi inside dibuat tetap (fixed), maka dapat dilakukan regresi sederhana

atau regresi berganda bergantung apakah indikator dari variabel laten bersifat

refleksif ataukah model berbentuk formatif. Oleh karena

inside

outside

(52)

outer model

convergent discriminant validity composite

realibility outer model

substantive content

relative weight

weight

inner model

Stone-Geisser Q Square test

bootstrapping

a). Outer Model

Outer model

(53)

Discriminant validity

cross loading

cross loading

cross loading

square root of average variance extracted

square root of average

variance extracted

discriminant validity

i

i i i

λ

λ ε

=

+

Composite reliability

(54)

Goodness of Fit Model

Q-Square predictive

relevance

predictive relevance

predictive relevance

m

R path analysis

(7). Langkah Ketujuh: Pengujian Hipotesis

(55)

inner model

distribution free

t-test

p-value ≤

outter model

inner

(56)

inner model

4. Sample Size

resampling Bootestrapping

structural paths inner model.

(57)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskr iptif Hasil Penelitian

4.1.1. Sejar ah PT XL Axiata Tbk

PT XL Axiata Tbk. (selanjutnya disebut “XL” atau “perseroan” telah

beroperasi di industri telekomunikasi selama 14 tahun dan merupakan salah satu

operator telekomunikasi seluler terkemuka di Indonesia. Berdiri pada tanggal 6

Oktober 1989 dengan nama PT Grahametropolitan Lestari. XL pertama kali

menjalankan bisnisnya di bidang perdagangan dan jasa umum. XL mulai

beroperasi sebagai penyedia layanan telepon seluler pada tahun 1996 setelah

mendapatkan izin operasi GSM 900. Selain itu XL juga merupakan perusahaan

swasta pertama di Indonesia yang menyediakan layanan telepon seluler.

Berdasarkan ikatan kerjasama dengan Rajawali Group serta tiga investor asing

(NYNEX, AIF dan Mitsui), nama persero kemudian berubah menjadi PT

Excelcomindo Pratama.

XL pertama kali melaksanakan Penawaran Umum Publik (IPO) pada

September 2005 dan mendaftarkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (sekarang

Bursa Efek Indonesia atau BEI). Pada saat itu XL menjadi anak perusahaan tidak

langsung dari Telekom Malaysia Berhard (TM) Group melalui Indocel Holding

Sdn. Bhd. yang keseluruhannya dimiliki oleh TM International (TMI) Sdn. Bhd.

melalui TM International (L) Limited. Pada tahun 2009, TMI mengganti namanya

menjadi Axiata Group Berhard (Axiata). Di akhir tahun yang sama, nama PT

(58)

kepentingan sinergi. Saat ini, sebagian besar saham XL dipegang oleh Axiata

melalui Axiata Investment (Indonesia) Sdn. Bhd. (66,6 persen) dan Emirates

Telecommunications Corporation atau Etisalat International Indonesia Ltd. (13,3

persen), dan sisanya dipegang oleh masyarakat (20,1 persen).

4.2. Analisis Karakteristik Responden

Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban

responden dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner.

a. Jenis Kelamin

Dari 70 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat

diketahui jenis kelamin dari responden yakin pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%) 1 Laki-laki 33 57.1%

2 Wanita 37 52.9%

70 100%

Sumber: Data kuesioner diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa konsumen provider XL dan

mengisi kuisioner yang peneliti bagikan sebanyak 70 kuisioner, 33 berjenis

kelamin laki-laki dan perempuan sebanyak 37 responden, hal ini menunjukkan

bahwa mayoritas yang menjadi konsumen dalam berbelanja dan membeli di

Carrefour Rungkut Surabaya adalah perempuan.

b. Usia

Dari 70 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat

(59)

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat responden di Carrefour Rungkut

Surabaya lebih didominasi oleh konsumen yang berusia 31-40 tahun sebanyak 28

responden, kemudian pada peringkat kedua adalah responden yang berusia 21-30

tahun sebanyak 28 responden.

4.2.1. Deskr ipsi Variabel

4.2.1.1. Deskr ipsi Variabel Efektivitas Iklan(X1)

Tabel 4.3. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Efektivitas Iklan

No Pertanyaan Skor Jawaban Skor

1 2 3 4 5 6 7

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Indikator pertama dari atribut supermarket, yaitu Provider XL memilki iklan

yang menarik dibanding lainnya, mendapat respon terbanyak pada skor 5

(60)

pada skor 6 dengan jumlah resonden 25 Artinya, sebagian besar responden

yang menjawab setuju.

b Indikator kedua dari atribut spermarket, yaitu Tanggapan anda terhadap iklan

Xl yang mudah diingat, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan

jumlah responden sebanyak 29 kemudian terbanyak kedua pada skor 5 dengan

jumlah responden 25. Artinya, sebagian besar responden yang menjawab

setuju.

c. Indikator ketiga dari atribut supermarket, yaitu Tanggapan anda tenrhadap XL

mudah diingat oeh penggunanya, mendapat respon terbanyak pada skor 4

dengan jumlah responden sebanyak 25, kemudian terbanyak kedua pada skor

5 dengan jumlah responden 22 Artinya, sebagian besar responden yang

menjawab bagus.

d. Indikator keempat dari atribut supermarket, yaitu Ketepatan efektivitas pesan

iklan sudah sesuai dengan harapan, mendapat respon terbanyak pada skor 4

dengan jumlah responden sebanyak 25, kemudian terbanyak kedua pada skor

5 dengan jumlah responden 26 Artinya, sebagian besar responden yang

(61)

4.2.1.2. Deskr ipsi Variabel Citra Merek (Y)

Tabel 4.4. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Citra merek

No Pertanyaan Skor Jawaban Skor

1 2 3 4 5 6 7

Berdasarkan tabel di atas dijelaskan sebagai berikut :

a. Indikator pertama dari citra merek, yaitu Merek yang sangat familier sesuai

dengan manfaatnya, mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah

responden sebanyak 30 responden, kemudian terbanyak kedua terdapat pada

skor 6 dengan jumlah 21 resonden. Artinya, sebagian besar responden yang

menjawab setuju secara keseluruhan

b. Indikator kedua dari citra merek, yaitu Kemudahan dalam memperoleh

provider XL, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah

responden sebanyak 18 responden, kemudian terbanyak kedua terdapat pada

skor 5 dengan jumlah 32 resonden. Artinya, sebagian besar responden yang

menjawab bagus secara keseluruhan.

c. Indikator ketiga dari citra merek, yaitu Merek yang mudah dikenali, dapat

diingat dan kemasan yang menarik, mendapat respon terbanyak pada skor 5

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah pelanggan XL 2010-2012
Tabel 1.2. Belanja Iklan Perusahaan Telekomunikasi Tahun 2012
Tabel 1.3. : Top Brand Index Perusahaan Telekomunikasi Tahun 2010-2012
Tabel 1.4: Data Penjualan Tahun 2010-2012 (Dalam Jutaan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Awit saka andharan ing ndhuwur bisa didudut undering panliten yaiku (1) Suluk apa wae kang digunakake Ki Sukron Suwondo sajrone pagelaran wayang?, (2)

4 Kerjasama kemitraan dengan PKL Kerjasama dalam bentuk pemberian kebijakan modal pembayaran usaha yang diharpkan dapat melangsungka n kegiatan usaha PKL

melibatkan seluruh data Abiatik, Biotik dan Culture wilayah Pesisir da* Lailt Kota Bengkulu yang terdiri d*ta spasial dan data atribut.. HASTL

Maju Jaya Mulya merasa sistem manual yang sekarang dipakai sudah tidak memadai, maka sistem terkomputerisasi sangat dibutuhkan dalam membantu kegiatan penjadwalan produksi,

Melalui tiga kegiatan tersebut akan dapat dilakukan pemetaan dalam bentuk jaring-jaring klaster kerajinan yang terintegrasi dengan wisata sehingga terbangun model

Penerapan metode urai kode sastra dalam pembelajaran menyusun teks cerita pendek dapat terlaksana dengan baik karena guru dan peserta didik

Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta

Celah yang terdapat pada tengah pematang merupakan tempat magma baru muncul dari astenosfer yang secara menerus membentuk kerak samudera baru.. Celah ini