SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
J ur usan Manajemen
Diajukan oleh :
Sukma Pandji Anugr ah 0812010011 / FE /EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan oleh :
Sukma Pandji Anugr ah 0812010011 / FE /EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
Yang diajukan
Sukma Pandji Anugr ah 0812010011 / FE /EM
Disetujui untuk mengikuti Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Dra.Ec.Hj.Lucky Susilowaty,MP Tanggal :...
Mengetahui
Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Dr s. Ec. H. R. A. Suwaedi, MS
DI SURABAYA
Disusun Oleh :
Sukma Pandji Anugr ah 0812010011 / FE /EM
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur Pada Tanggal 13 Juni 2013
Pembimbing Utama : Tim Penguji Ketua
Dra.Ec.Hj.Lucky Susilowaty,MP Dra.Ec.Hj.Lucky Susilowaty,MP Sekr etaris
Dr s. Ec. Nuruni Ika.KW.MM i Anggota
Dra.Ec.Mei Retno,Msi
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah, atas rahmat dan
berkat-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul
“PENGARUH EFEKTIVITAS IKLAN TERHADAP CITRA MEREK
PROVIDER XL DI SURABAYA”.
Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian
Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil
maupun materiil, khususnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Dr. Muhadjir Anwar,MM, MS. Selaku Ketua Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
4. Dra.Ec.Hj.Lucky Susilowaty,MP selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan skripsi sehingga peneliti bisa merampungkan tugas
6. Kepada kedua orang tuaku dan adik tercinta yang telah memberikan dukungan
baik moril ataupun material.
7. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi
terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam
skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran
dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata, Peneliti berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Salam hormat,
Surabaya, JUNI 2013
DAFTAR ISI ... ii 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 8
2.2 Landasan Teori ... 10
2.2.6 Pengaruh Efektivitas Iklan Terhadap Citra Merek .. 22
2.3 Kerangka Konseptual ... 24
2.4. Hipotesis... 24
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 25
3.1.1. Definisi Operasional... 26
3.1.2. Pengukuran Variabel ... 26
3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 26
3.4.1. Uji Validitas ... 28
3.4.2. Uji Reliabilitas ... 28
3.5. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 29
3.5.1. Teknik Analisis ... 29
3.5.1.1. Cara Kerja PLS ... 31
3.5.1.2. Model Spesifikasi PLS ... 31
3.5.1.3. Langkah-Langkah PLS ... 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 2 : Tabulasi Jawaban Responden
Lampiran 3 : Hasil Uji Outlier
Lampiran 4 : Hasil Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas
Lampiran 5 : Hasil Uji PLS
Sukma Pandji Anugr ah 0812010011 / FE /EM
Abstraksi
XL, sebagai perusahaan telekomunikasi yang terus berkembang, memiliki visi untuk menjadi penyedia teknologi informasi dan komunikasi terpilih di Indonesia, dan XL meyakini bahwa pembangunan masyarakat Indonesia yang berkesinambungan adalah landasan yang mutlak bagi terbentuknya lingkungan bisnis yang kondusif. Oleh karena itu, sebagai warga negara korporat yang bertanggung jawab, XL tidak hanya berupaya keras untuk memberikan nilai lebih kepada para pemegang sahamnya serta tidak hanya berkomitmen untuk memberikan layanan dan produk berkualitas kepada para pelanggannya, akan tetapi XL juga memiliki komitmen untuk memberikan sumbangsih bagi pembangunan masyarakat Indonesia. Berdasarkan fenomena-fenomena diatas, terlihat bahwa kartu Xl kurang mampu mempertahankan dan menambah jumlah pelanggannya ditengah ketatnya persaingan operator kartu seluler saat ini. Hal ini didukung juga dengan data penjualan Provider Xl dalam kurun waktu 2009-2011
Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna produk Provider XL di Surabaya (Plasa Marina). Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sebesar 70 responden. Data yang dipergunakan adalah data primer yaitu data yang berdasarkan kuisioner hasil jawaban responden. Sedangkan analisis yang dipergunakan adalah Partial Least Square.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa Efektivitas iklan yang menarik dapat meningkatkan citra merek konsumen pada Provider XL di Surabaya.
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan pesat dalam dunia ilmu pengetahuan dan
teknologi, bidang telekomunikasi juga mengalami kemajuan yang cukup pesat.
Komunikasi merupakan suatu hal yang penting yang dianggap mampu membantu
hidup manusia. Sejak ditemukannya alat komunikasi, gerak hidup manusia
menjadi berubah lebih mudah dan terasa dekat. Semakin lama pola pikir
konsumen berubah seiring perkembangan jaman. Konsumen yang dulunya hanya
menggunakan alat komunikasi yang disebut telepon, kini mulai beralih
menggunakan telepon seluler.
Dengan beragam macam pilihan kartu provider yang beredar dipasaran
memberikan banyak pilihan bagi konsumen untuk memenuhi kebutuhannya.
Dengan demikian perusahaan diharapkan lebih jeli dalam melihat peluang dan
mempertahankan konsumen agar tidak beralih ke merek lain. Menggarap pasar
yang sama memang membuat para operator kartu seluler harus berlomba-lomba
menanamkan citra yang positif di mata konsumen. Apalagi citra yang positif akan
membuat konsumen lebih percaya pada merek.
Konsumen dalam menggunakan informasi dalam pemilihan dan
menentukan suatu produk atau merek akan melalui suatu proses baik berdasarkan
memori pada proses stimulus seluruh informasi yang relevan akan secara
langsung diobservasikan dalam konteks keputusan dan konsumen dapat dengan
XL adalah salah satu perusahaan telekomunikasi terkemuka di Indonesia.
Mulai beroperasi secara komersial sejak 8 Oktober 1996, XL saat ini adalah
penyedia layanan seluler dengan jaringan yang luas dan berkualitas di seluruh
Indonesia bagi pelanggan ritel (Consumer Solutions) dan solusi bagi pelanggan
korporat (Business Solutions). XL satu-satunya operator yang memiliki jaringan
serat optik yang luas. XL telah meluncurkan XL 3G pada 21 September 2006,
layanan telekomunikasi selular berbasis 3G pertama yang tercepat dan terluas di
Indonesia. XL pada saat ini merupakan penyedia layanan telekomunikasi seluler
dengan cakupan jaringan yang luas di seluruh wilayah Indonesia bagi pelanggan
ritel dan menyediakan solusi bisnis bagi pelanggan korporat. Layanan XL
mencakup antara lain layanan suara, data dan layanan nilai tambah lainnya (value
added services). Untuk mendukung layanan tersebut, XL beroperasi dengan
teknologi GSM 900/DCS 1800 serta teknologi jaringan bergerak seluler sistem
IMT-2000/3G. XL juga telah memperoleh Ijin Penyelenggaraan Jaringan Tetap
Tertutup, Ijin Penyelenggaraan Jasa Akses Internet (Internet Services
Provider/ISP), Ijin Penyelenggaraan Jasa Internet Teleponi untuk Keperluan
Publik (Voice over Internet Protocol/VoIP), dan Ijin Penyelenggaraan Jasa
Interkoneksi Internet (“NAP”).
XL, sebagai perusahaan telekomunikasi yang terus berkembang, memiliki
visi untuk menjadi penyedia teknologi informasi dan komunikasi terpilih di
Indonesia, dan XL meyakini bahwa pembangunan masyarakat Indonesia yang
berkesinambungan adalah landasan yang mutlak bagi terbentuknya lingkungan
bertanggung jawab, XL tidak hanya berupaya keras untuk memberikan nilai lebih
kepada para pemegang sahamnya serta tidak hanya berkomitmen untuk
memberikan layanan dan produk berkualitas kepada para pelanggannya, akan
tetapi XL juga memiliki komitmen untuk memberikan sumbangsih bagi
pembangunan masyarakat Indonesia. merek XL pra bayar, Simpati, dan IM3
terlihat saling berlomba. Sekalipun, untuk urusan kartu pra bayar, XL terlihat
paling menguasai banyak persepsi positif di mata konsumen.
Tabel 1.1 J umlah pelanggan XL 2010-2012 Operator Telepon
Dari tabel jumlah pelanggan tersebut, meskipun XL mengalami kenaikan
jumlah pelanggan dari tahun 2010-2012 tetapi masih menduduki peringkat ke tiga
jumlah pelanggan dengan total XL sebanyak 10.802 juta. Setelah pesaing pertama
nya yaitu TELKOMSEL sebanyak 22.798 juta pelanggan dan INDOSAT pada
peringkat kedua sebanyak 14.512 juta pelanggan.
Sektor telekomunikasi menjadi penyumbang belanja iklan terbesar pada
triliun. Menurut Managing Manager Audience Measurement Nielsen Company,
belanja telekomunikasi sebesar Rp5 triliun naik 43 persen dibanding 2009.
Perusahaan telekomunikasi yang paling banyak beriklan adalah Exelcomindo
yang kini dikenal dengan XL-Axiata sebesar Rp593 miliar atau naik 66 persen
dari tahun lalu. Disusul oleh Telkomsel sebesar Rp538 miliar, Telkomsel Simpati
Rp438 miliar, Telkomsel Kartu AS Rp398 miliar, Axis Rp396 miliar dan Indosat
M3 Rp320 miliar
Tabel 1.2. Belanja Iklan Perusahaan Telekomunikasi Tahun 2012
Perusahaan
Telkomsel Kartu AS Rp398 miliar
Axis Rp396 miliar
Indosat M3 Rp320 miliar
Sumber : vivanews.com,2012
Berdasarkan fenomena tersebut yang menjadi masalahnya adalah
bagaimana upaya untuk dapat meningkatkan citra merek. Salah satu usaha dalam
mengatasi fenomena diatas adalah dengan membuat iklan dengan tujuan menarik
perhatian konsumen, kemudian ditambah dengan kualitas produknya terutama
mengenai ceoverage area jaringan provider XL dan sebagainya. Karena iklan
merupakan salah satu alat bauran promosi yang digunakan sebagai alat pengantar
pesan untuk membentuk sikap konsumen. Agar penyampaian pesan dapat
diterima oleh konsumen dengan baik maka dibutuhkan media yang tepat.
Berkembangnya media informasi di Indonesia menyebabkan banyaknya iklan
atau surat kabar, dan lain lain. Pengiklanan di media televisi hingga kini masih
dianggap cara paling efektif dalam mempromosikan produk terutama di Indonesia
yang masyarakatnya masih brand minded dimana merek yang pernah muncul di
iklan ditelevisi lebih digemari daripada yang tidak diiklankan di televisi. Berikut
adalah mengenai Total brand index untuk tiap masing-masing provider:
Tabel 1.3. : Top Brand Index Perusahaan Telekomunikasi Tahun
2010-tingkat persentase peminat kartu Xl selama tiga tahun terakhir. Pada tahun 2010,
persentase peminat kartu Xl adalah sebesar 13.3 % dan menempati posisi ketiga
sebagai kartu seluler GSM prabayar yang diminati oleh pengguna kartu seluler di
Indonesia. Pada tahun 2010, kartu Xl tetap pada posisinya yaitu posisi ketiga
sebagai kartu seluler GSM prabayar yang diminati oleh pengguna kartu seluler di
Indonesia. Namun tingkat persentase peminatnya mengalami penurunan di
penghujung tahun 2012. Berdasarkan fenomena-fenomena diatas, terlihat bahwa
kartu Xl kurang mampu mempertahankan dan menambah jumlah pelanggannya
ditengah ketatnya persaingan operator kartu seluler saat ini. Hal ini didukung juga
dengan data penjualan Provider Xl dalam kurun waktu 2009-2011, sebagai
Tabel 1.4: Data Penjualan Tahun 2010-2012 (Dalam Jutaan)
Perusahaan
Penjualan
2010 2011 2012
Xl 13,706,051 17,458,639 18,921,070
Sumber: PT.Xl Axiata, 2012.
Berdasarkan data penjualan diatas menujukkan adanya kenaikan data
penjualan dari Xl dapat kita lihat bahwa dat penjualan di tahun 2010 sebesar
Rp.13,706.051,-(dalam jutaaan) kemudian mengalami kenaikan di tahun
2011sebesar Rp.17.458.639,-, kemudian tahun 2012 sebesar Rp.18.921.070,-
kenaikan penjualan ini tidak didukung dengan adanya minat konsumen dalam
menggunakan provider Xl, dapat dilihat di tabel TBI index bahwa Xl masih
menduduki peringkat ketiga yang masih kalah dengan pesaingya, hal ini haruslah
menjadi bahan evaluasi bagi perusahaan agar di masa datang provider ini lebih di
minati oleh konsumen atau pelangganya.
Perusahaan harus memiliki cara kreatif dalam beriklan agar dapat menarik
perhatian konsumen dan menciptakan preferensi terhadap merek. Menurut
Dharmmesta,(2002:246-248 ) program periklanan mempunyai fungsi yaitu
memberikan informasi, membujuk dan mempengaruhi, menciptakan kesan
atau image yang baik. Keterkaitan pada iklan suatu merek akan lebih kuat apabila
dilandasi pada banyak pengalaman untuk mengkomunikasikannya. Citra yang
baik merupakan salah satu cara yang efektif di dalam menjaring konsumen,
karena konsumen dengan sadar atau tidak sadar akan memilih suatu produk yang
memiliki brand image yang positif, sehingga tercipta persepsi yang baik di mata
Berdasarkan hal tersebut, peneliti merasa tertarik untuk membahas secara
lebih lanjut tentang citra merek dengan judul :“PENGARUH EFEKTIVITAS
IKLAN TERHADAP CITRA MEREK PROVIDER XL DI SURABAYA”.
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah, perumusan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut : Apakah terdapat pengaruh efektivitas iklan terhadap citra
merek provider XL di Surabaya?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk membuktikan pengaruh efektivitas iklan terhadap citra merek
provider XL di Surabaya
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian yang penulis lakukan nantinya
diharapkan dapat bermanfaat dan berguna antara lain :
1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan ide dan
pemikiran pada jasa provider seperti XL untuk mengetahui faktor penentu
citra merek produknya di masyarakat.
2. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan dapat memacu pihak
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dapat dipakai sebagai bahan kajian yaitu
penelitian yang dipublikasikan mengenai pnelitian, adalah sebagai berikut :
Farida, Indriani, (2009), dengan judul penelitian “Studi Mengenai
Efektifitas Iklan Terhadap Citra Merek Maskapai Garuda Indonesia”. Adapun
permasalahan yang di ajukan adalah sebagai berikut: 1. untuk mengetahui
pengaruh kreatifitas iklan terhadap efektifitas iklan? 2. untuk mengetahui
kreatifitas iklan terhadap daya tarik iklan ? 3. Untuk mengetahui pengaruh daya
tarik iklan terhadap efektifitas iklan?. Sampel yang digunakan sebanyak 110
responden yaitu pelanggan dan calon pelanggan Maskapai Garuda Indonesia.
Teknik analisis data yang digunakan adalah The Structural Equation Modeling
(SEM).
Hasil dari penelitian tersebut adalah bagaimana meningkatkan efektifitas
iklan melalui kreatifitas iklan dan daya tarik iklan sehingga dapat meningkatkan
citra merek dan mempengaruhi tingginya minat beli. Permasalahan penelitian ini
dapat terjawab dengan langkah-langkah hasil penelitian sebagai berikut. Langkah
pertama, untuk membangun minat beli terhadap iklan maskapai Garuda Indonesia
dapat diperoleh dengan memberikan citra merek pada produk tersebut. Iklan
maskapai Garuda Indonesia harus dibuat sekreatif mungkin sehingga
menghasilkan daya tarik iklan pada maskapai Garuda Indonesia. Daya tarik iklan
menimbulkan efektiftas iklan. Efektifitas iklan merupakan penyampaian pesan
iklan yang dimengerti oleh konsumen. sehingga efektifitas dari iklan akan
menciptakan suatu citra merek tersendiri. Selanjutnya citra merek yang
ditimbulkan akan meningkatkan minat beli
Penelitian terdahulu dilakukan oleh liana dan Durianto, (2004) dengan
judul penelitian “Analisis Efektivitas Iklan Televisi “Softener Soft & Fresh” Di
Jakarta Dan Sekitarnya Dengan Menggunakan Consumer De Cision Model”
adapun permasalahan yang di ajukan dalam penelitian ini adalah:1).Pesan Iklan
(F) mempunyai pengaruh langsung ke Kepercayaan Konsumen (C), Pengenalan
Merek (B) dan Sikap Konsumen (A). 2).Pesan Iklan (F) mempengaruhi secara
langsung Kepercayaan Konsumen (C). 3).Pengenalan merek Pesan Iklan (F)
mempengaruhi secara langsung Niat Beli. Sampel dalam penelitian ini sebanyak
252 responden.
Teknik analisis yang digunakan adalah analisa statistik yang akan
digunakan adalah Analisis Regresi Berganda, Analisis ini akan meliputi uji
deskriptif dan korelasi untuk mendapatkan gambaran tentang data dan korelasi
antar variabel.
Hasil dari penelitian ini adalah pengaruh antar variabel yang terkait di
dalam Consumer Decision Model (CDM). Variabel Kepercayaan Konsumen (C)
yang menghubungkan variabel Pesan Iklan (F) dengan variabel Niat Beli (I)
merupakan variabel antara, artinya keberadaan variabel Kepercayaan Konsumen
(C) memperkuat pengaruh variabel Pesan Iklan (F) terhadap variabel Niat Beli (I).
dengan variabel Niat Beli (l) merupakan variabel antara, artinya keberadaan
variabel Sikap Konsumen (A) memperkuat pengaruh variabel Pesan Iklan (F)
terhadap variabel Niat Beli (I). Variabel Pengenalan Merek (B) yang
menghubungkan variabel Pesan Iklan (F) dengan variabel Kepercayaan
Konsumen (C) merupakan variabel antara, artinya keberadaan variabel
Pengenalan Merek (B) memperkuat pengaruh variabel Pesan Iklan (F) terhadap
variabel Kepercayaan Konsumen (C). Variabel Pengenalan Merek (B) yang
menghubungkan variabel Pesan Iklan (F) dengan variabel Sikap Konsumen (A)
merupakan variabel antara, artinya keberadaan variabel Pengenalan Merek (B)
memperkuat pengaruh variabel Pesan Iklan (F) terhadap variabel Sikap Konsumen
(A). Iklan TV Soft & Fresh diukur dengan Consumer Decision Model dari teori
John Howard secara keseluruhan adalah efektif dan perbandingan market share
dengan voice share adalah lebih besar dari 1 maka efektif dalam pembelanjaan
iklannya.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Pemasaran.
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan – kegiatan pokok yang
dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk meningkatkan laba,
aktivitas pemasaran memegang peranan penting dalam rangka mencapai tujuan
perusahaan. Menurut Kotler (2007: 8) "Pemasaran adalah suatu proses sosial dan
manajerial yang di dalamnya ( individu dan kelompok ) mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan
Jadi menurut definisi diatas, semua manusia harus menemukan
kebutuhanya dulu baru kemudian berusaha memenuhinya dengan cara
mengadakan hubungan dengan pihak lain. Pemasaran mencakup usaha perusahaan
yang dimulai dengan mengidentitikasi kebutuhan dan keinginan konsumen,
menentukan produk yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen, menentukan
tingkat harga yang sesuai, menentukan jenis Iklan dan media Iklan yang tepat,
serta menentukan saluran distribusi yang digunakan dalam rangka mencapai
tujuan perusahaan yang diinginkan. Sehingga pemasaran bukanlah hal yang
sederhana yang hanya sekedar menghasilkan uang.
Rangkaian kegiatan-kegitan pemasaran yang saling berhubungan sebagai
usaha untuk mencapai hasil pertukaran yang diinginkan dengan pasar sasarannya
(target market) sehingga dikenal istilah manajemen pemasaran.
Dari definisi diatas terdapat fungsi-fungsi manajemen meliputi
penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan. Perencanaan
merupakan upaya pemeliharaan tindakan yang diikuti suatu usaha, juga
merupakan upaya untuk memutuskan sebelumnya apa yang dilakukan,
bagaimana, bila dan siapa yang akan melakukannya. Perencanaan menjembatani
kesenjangan antara keadaan yang diinginkan di masa depan. Penganalisaan
merupakan fungsi yang penting sebagai dasar suatu rencana yang dibuat dengan
lebih matang dan tepat.
2.2.2. Konsep Pemasaran
Pemasaran akan berhasil mencapai tujuannya apabila pemasaran
konsumen tersebut baru akan diperoleh apabila barang atau jasa yang dibeli sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan konsumen.
Sedangkan Kotler dan Amstrong (2001:23), berpendapat bahwa konsep
pemasaran bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi tergantung pada penentuan
kebutuhan dan keinginan pasar serta memuaskan pelanggan secara lebih efektif
dan efisien daripada yang dilakukan oleh para pesaing.
Konsep pemasaran merupakan suatu kunci atau keseluruhan sistem untuk
meraih tujuan perusahaan yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha
dalam merencanakan, menentukan hingga melaksanakan kegiatan pemasaran.
Tiga faktor penting yang dipakai sebagai dasar konsep pemasaran menurut
Swastha dan Handoko (2006:6-8), meliputi:
a. Orientasi Konsumen, Perusahaan yang benar-benar memperhatikan
konsumen maka harus:
1. Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani
dan dipenuhi.
2. Menentukan kelompok pembeli yang akan dijadikan sasaran
penjualan.
3. Menentukan produk dan program pemasarannya.
4. Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai,
dan menafsirkan keinginan, sikap, serta tingkah laku mereka.
5. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah
pada mutu yang tinggi atau pada harga yang murahserta model
Tetapi semenjak keruntuhan rezim Orde Baru, masyarakat semakin berani
untuk beraspirasi dan mengekspresikan tuntutannya terhadap perkembangan dunia
bisnis Indonesia. Masyarakat telah semakin kritis dan mampu melakukan kontrol
sosial terhadap dunia usaha. Hal ini menuntut para pelaku bisnis untuk
menjalankan usahanya dengan semakin bertanggungjawab. Pelaku bisnis tidak
hanya dituntut untuk memperoleh keuntungan dari lapangan usahanya, melainkan
mereka juga diminta untuk memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan
sosialnya. (Daniri, 2007:1)
2.2.3. Merek
Menurut American Marketing Associattion (dalam Kotler, 2000: 460)
mendefinisikan merek sebagi berikut: Merek adalah Nama, istilah, tanda, symbol,
rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk
mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan
untuk membedakannya dari produk pesaing.
Merek dapat memiliki enam tingkatan pengertian : (Kotler, 2000 : 460)
1. Atribut (attributes)
Suatu merek membawa atribut-atribut dalam benak konsumen Merek
mengingatkan pada atribut-atribut tertentu. Mercedes memberi kesan sebagi
mobil yang mahal, dibuat dengan baik, dirancang dengan baik, tahan lama,
2. Manfaat (benefits)
Artribut harus diterjemahkan ke dalam manfaat fungsional dan emosional.
Atribut “tahan lama” dapat diterjemahkan menjadi manfaat fungsional. Atribut
“mahal” mungkin diterjemahkan menjadi manfaat emosional.
3. Nilai (Value)
Merek yang menyatakan sesuatu tentang nilai yang dimiliki oleh produsen.
Jadi Mercedes berarti kinerja tinggi, keamanan, gengsi, dan lain-lain.
4. Budaya (culture)
Merek juga mewakili kriteria budaya tertentu. Mercedes mewakili budaya
Jerman : terorganisasi, efisien, bermutu tinggi.
5. Kepribadian (personality)
Mercedes mencerminkan pimpinan yang masuk akal (orang), singa yang
memerintah (binatang), atauistana yang agung (obyek).
6. Pemakai (user)
Merek menunjukkan konsumen mana yang membeli atau menggunakn produk
tersebut.
Elemen-elemen desain dari kegiatan pemerekan (branding) dikategorikan
sebagai berikut (Vaid, 2003:48):
a. Visual, Bagaimanakah visualisasi fisik dari merek yang dirancang. Dan
mengapa visualisasi fisik tersebut dibuat sedemikian rupa? Elemen-
elemennya dalam hal ini meliputi warna, tipografi, logo, dan kemasan.
b. Experientia,. Apakah yang seharusnya dirasakan oleh para pembeli ketika
membeli maupun mengkonsumsi produk dari merek yang dirancang?
Bagaimanakah hal-hal tersebut dikomunikasikan melalui desain mereknya.
c. Functional, Manfaat fungsional apakah yang harus disediakan oleh sebuah
merek kepada penggunanya? Bagaimanakah hal ini dikomunikasikan dalam
suatu desain.
d. Emotional, Bagaimanakah perasaan para konsumen ketika memutuskan untuk
memiliki atau membeli produk dari merek yang dirancang? Dan
bagaimanakah mereka bereaksi dari desain merek yang dirancang?
e. Rationa,. Bagaimanakah merek tersebut menempati sisi rasional di benak
pelanggan? Apakah merek tersebut telah memberikan atau memenuhi
keinginan dan kebutuhan penggunanya? Dan bagaimanakah hal tersebut
dikomunikasikan melalui desain mereknya.
f. Cultura,. Apakah ada budaya tertentu yang mendorong terjadinya pembelian
produk dari merek yang dirancang
Menurut Aaker dalam Simamora (2003: hal 61) di dalam sebuah merek
terdapat beberapa karakteristik yang dapat disampaikan, yaitu:
a. Manfaat emosional
b. Pengguna merek
c. Asosiasi merek
d. Kepribadian merek
e. Simbol-simbol
g. Manfaat ekspresi diri
h. Country of Origin
2.2.4. Citr a Merek
Citra merek merupakan petunjuk yang akan digunakan oleh konsumen
untuk mengevaluasi produk ketika konsumen tidak memiliki pengetahuan yang
cukup tentang suatu produk. Terdapat kecnderungan bahwa konsumen akan
memilih produk yang telah dikenal baik melalui pengalaman menggunakan
produk maupun berdasarkan informasi yang diperoleh melalui berbagai sumber.
Citra merek menurut Keller (2008:51) adalah persepsi konsumen tentang
suatu merek sebagai refleksi dari asosiasi merek yang ada pada pikiran konsumen.
merupakan kumpulan asosiasi yang diorganisir menjadi suatu yang berarti.
Citra merek berdasarkan memori konsumen tentang suatu produk, sebagai
akibat dari apa yang dirasakan oleh seseorang terhadap merek tersebut. Perasaan
yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu merek akan
membentuk citra tersebut dan akan tersimpan dalam memori konsumen.
Citra Merek Menurut Aaker yang dikutip oleh Simamora adalah
seperangkat asosisi unik yang ingin diciptakan atau dipelihara para pemasar.
Asosiasi- asosiasi itu menyatakan apa sesungguhnya merek dan apa yang
dijanjikan kepada konsumen (Simamora, 2003, p: 63). Menurut Tjiptono, Merek
dapat diartikan sebagai citra karena merupakan serangkaian asosiasi yang
dipersepsikan oleh individu sepanjang waktu, sebagai hasil pengalaman langsung
Merek menjadi sangat penting saat ini, karena beberapa faktor
sebagaimana yang dijelaskan oleh Durianto et al. (2001: 2) berikut ini:
1. Emosi konsumen terkadang naik-turun. Merek mampu membuat janji emosi
menjadi konsisten dan stabil.
1. Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar. Merek yang kuat
mampu diterima di seluruh dunia dan budaya, contoh Coca Cola, cDonalds
dapat diterima di mana saja dan kapan saja di seluruh dunia.
2. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan pelanggan. Semakin
kuat suatu merek, makin kuat pula interaksi dengan pelanggan dan makin
banyak brand association yang terbentuk dalam merek tersebut. Jika brand
association yang terbentuk memiliki kualitas dan kuantitas yang kuat potensi
ini akan meningkatkan brand image.
4. Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku pelanggan. Merek yang
kuat akan sanggup merubah perilaku pelanggan.
5. Merek memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian oleh
pelanggan. Dengan adanya merek, pelanggan dapat dengan mudah
membedakan produk yang akan dibeli dengan produk lain sehubungan dengan
kualitas, kepuasan, kebanggaan, ataupun atribut lain yang melekat pada merek
tersebut.
Berdasarkan sejumlah peranan penting suatu merek, maka dapat
disimpulkan bahwa merek mempunyai peranan yang penting dan merupakan ‘aset
prestisius’ bagi perusahaan. Dalam kondisi pasar yang kompetitif, preferensi dan
nilai suatu merek yang mapan sebanding dengan realitas makin sulitnya
menciptakan suatu merek. Pemasaran dewasa ini bukan hanya merupakan
pertempuran produk, melainkan pertempuran persepsi pelanggan atas merek.
Adapun instrumen indikatornya dari citra merek adalah sebagai berikut:
Setyaningsih dan Darmawan (2004)
1. Citra korporat (corporate image),
Konsumen mempunyai pengalaman yang baik atas penggunaan berbagai
merek produk yang dihasilkan oleh perusahaan’makakonsumen akan memiliki
citra positif terhadap perusahaan itu.sebuah organisasi dalam perusahaan harus
melakukan survei ulang publiknya selang beberapa waktu untuk mengetahui
apakah kegiatan pemasaran yang mereka lakukan telah memperbaiki atau
membentuk citra yang diiginkan.Kotler (2000) menurut Setyaningsih dan
Darmawan (2004) menyatakan sikap tidak dapat diubah sekejap,dana untuk
kampanye biasanya terbatas,citra publik cenderung tetap,bila tidak ada
kemajuan,mungkin progam pemasaran organisasi harus diubah.
2. Citra pemakai (Image of the user)
Dapat dibentuk langsung dari pengalaman dan kontak dengan pengguna merek
tersebut.Manfaat adalah nilai pribadi konsumen yang diletakkan terhadap
atribut dari produk atau layanan yaitu apa yang konsumen pikir akan mereka
dapatkan dari layanan tersebut .Blackston (1993) menurut Setyaningsih dan
Darmawan (2004) berkata bahwa organisasi melaui pemasar tidak hanya
memikirkan tentang bagaimana mendekati konsumen dan cara agar konsumen
ke konsumen dan bagaimana merek mereka menunjukkan reaksi kepada
konsumen.
3. Citra Produk (Image of the product)
Menggambarkan image (gambaran) dari produk tersebut.Hal ini bisa berupa
kemasannya, bentuk atau modelnya, dsb.Hal ini sangat berpengaruh di mata
konsumen, karena citra dari produk tersebut bisa mendreskripsikan segala hal
baik yang negative atau positif.
2.2.5. Iklan
Menurut Liliweri (2011) iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi
yang bertujuan untuk mempersuasi para pendengar, pemirsa dan pembaca agar
mereka memutuskan untuk melakukan tindakan tertentu Di Indonesia, Masyarakat
Periklanan Indonesia menagartikan iklan sebagai segala bentuk pesan tentang
suatu produk atau jasa yang disampaikan lewat suatu media dan ditujukan kepada
sebagian atau seluruh masyarakat. Sementara istilah periklanan diartikan sebagai
keseluruhan proses yang meliputi persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan penyampaian iklan (Riyanto, 2001).
Dari pengertian iklan yang telah disebutkan diatas terdapat beberapa
perspektif yang berbeda-beda, namun sebagian besar definisi memiliki kesamaan.
Kesamaan tersebut dapat dirangkum dalam bentuk prinsip pengertian iklan,
dimana dalam iklan mengandung enam prinsip dasar, yaitu: (Widyatama, 2007:
a) Adanya pesan tertentu
Sebuah iklan tidak akan ada tanpa adanya pesan. Pesan yang disampaikan oleh
sebuah iklan, dapat berbentuk perpaduan antara verbal dan pesan non verbal.
Pesan verbal adalah pesan yang disampaikan baik secara lisan maupun tulisan.
Didalam pesan verbal ia merupakan rangkaian kata-kata yang tersusun dari
huruf vokal dan konsonan yang membentuk makna tertentu. Sedangkan pesan
non verbal adalah pesan yang dapat diterima khususnya melalui indera mata.
Tanpa kemampuan melihat, sudah tentu pesan non verbal visual sulit untuk
diterima dengan baik.
b) Dilakukan oleh komunikator (sponsor)
Pesan iklan ada karena dibuat oleh komunikator. Sebaliknya, bila tidak ada
komunikator, maka tidak akan ada pesan iklan. Dengan demikian, ciri sebuah
iklan, adalah bahwa pesan tersebut dibuat dan disampaikan oleh komunikator
atau sponsor tertentu secara jelas. Komunikator dalam iklan dapat datang dari
perseorangan, kelompok masyarakat, lembaga atu organisasi, bahkan negara.
c) Dilakukan dengan cara non personal
Dari pengertian iklan yang diberikan, hampir semua menypakati bahwa
iklan merupakan penyampaian pesan yang dilakukan secara non personal. Non
personal artinya tidak dalam bentuk tatap muka. Penyampaian pesan dapat disebut
iklan bila dilakukan melalui media.
2.2.5.1. Efektivitas Iklan
Efektivitas iklan juga akan ditentukan dari sejauh mana reaksi responden
memperlihatkan reaksi menolak dan merasa sangat terganggu dengan adanya
iklan yang terus menerus muncul di halaman aplikasi yang sedang mereka pakai,
maka popularitas aplikasi akan mengalami penurunan dan iklan bersifat tidak
efektif. Bila reaksi pengguna aplikasi tidak signifikan, dalam arti responden tidak
keberatan banyak iklan muncul pada halaman aplikasi yang mereka gunakan,
tetapi juga tidak meng-klik iklan dan hanya meneruskan pemakaian aplikasi, maka
popularitas aplikasi tidak terpengaruh tetapi pemasangan iklan masih terhitung
tidak efektif. Sedangkan bila responden bereaksi positif dengan merasa tertarik
saat melihat iklan yang muncul pada aplikasi, lalu meng-klik iklan tersebut untuk
melakukan pembelian lebih lanjut, maka pemasangan iklan pada aplikasi mobile
telah berjalan efektif. Sany dan Setyadi,(2011).
Iklan yang efektif adalah iklan yang memikirkan dan memahami
kebutuhan pelanggan, iklan yang mengkomunikasikan keuntungan-keuntungan
yang spesifik, iklan yang menekankan pada tindakan spesifik yang harus diambil
oleh konsumen. Iklan yang baik memahami bahwa orang tidak membeli produk
tetapi membeli keuntungan dari produk tersebut dan lebih dari itu iklan yang
efektif adalah iklan yang mendapat perhatian dan diingat serta membuat orang
bertindak untuk melakukan pembelian (Shultz and Tannenhausan dalam Shimp,
2000:416).
Efektifitas iklan dapat diukur dengan pendekatan advertising response
model (ARM). Dimensi efektifitas yang diukur meliputi perhatian (attention),
pemahaman (cognitive response), sikap terhadap iklan (advertising attitude/
(purchase intention) (Mechta, 1994 dalam Nugroho, 2004). Selain itu efektifitas
iklan dinilai tinggi dilhat dari brand recognizing (merek dikenali oleh yang
melihatnya), menarik dan mampu menyampaikan pesan mengenai merek atau
poduk yang diiklankan (Percy and Rositter, 1992:264-265; Till and Back,
2005:48).
Konsep dari kesenangan sebagai ukuran penting dari persepsi penonton.
Advertising Research Foundation menemukan dua hal utama yaitu pertama
hubungan antara kesenangan dengan efektifitas penjualan menghasilkan
kecepatan konsumen dalan mengkonsumsi, orang-orang yang menyukai iklan
suatu produk akan terpengaruh dan melakukan timbal balik pada iklan berupa
pembelian. Kedua kemungkinan terbujuknya suatu iklan akan meningkat jika
iklan dibuat berdasarkan kesenangan penonton (Brier and Bridgwater, 1990; Biel,
1990). Kesenangan sendiri merupakan hal penting untuk memprediksi dan
mengembangkan efektifitas iklan (Aaker and Stayman, 1990 dalam Leather,
Mckechnie and Amirkhanian, 1994:1).
2.2.6 Pengaruh Efektivitas Iklan Ter hadap Citr a Merek
Para peneliti di Amerika percaya bahwa iklan yang kuat akan terbentuk
dari perubahan citra merek Indiarti dan Hendriarti,(2009). Efektifitas iklan sangat
terpengaruh oleh strategi pesan. Beberapa penemu memperkirakan strategi pesan
bisa berkembang tergantung dari fokus terhadap kelengkapan dan keuntungan
produk atau dalam penciptaan citra merek. Aaker dan Noris menggunakan istilah
Iklan yang efektif biasanya kreatif, yakni bisa membedakan dirinya dari
iklan-iklan massa yang sedang-sedang saja. Iklan yang sama dengan sebagian
besar iklan lainnya tidak akan mampu menerobos kerumunan iklan kompetitif dan
tidak akan menarik perhatian konsumen. Jack Smith (dalam Shimp, 2003) bahwa
iklan yang kreatif menggambarkan kreativitas sebagai suatu sensitivitas terhadap
sifat alami manusia serta kemampuan untuk mengkomunikasikannya. Iklan kreatif
yang terbaik hadir dari suatu pemahaman tentang apa yang sedang dipikirkan dan
dirasakan orang-orang. Secara keseluruhan, iklan yang efektif, kreatif, harus
menghasilkan dampak abadi secara relatif terhadap citra mereknya.
Iklan yang efektif adalah iklan yang memikirkan dan memahami
kebutuhan pelanggan, iklan yang mengkomunikasikan keuntungan-keuntungan
yang spesifik, iklan yang menekankan pada tindakan spesifik yang harus diambil
oleh konsumen. Iklan yang baik memahami bahwa orang tidak membeli produk
tetapi membeli keuntungan dari produk tersebut dan lebih dari itu iklan yang
efektif dapat membangun citra merek yang positif (Shultz and Tannenhausan
dalam Shimp, 2000:416) dalam Indriani,(2000).
Jadi berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa iklan
berpengaruh positif terhadap citra merek, hal ini berarti apabila pembuatan iklan
2.3. Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis
Berdasarkan pada latar belakang dan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka hipotesis yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Diduga
bahwa efektivitas iklan berpengaruh positif terhadap citra merek konsumen pada
counter Provider XL di Plaza Marina Surabaya.
Efektivitas Iklan (X)
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang
pengoperasiaan atau pendefinisian konsep penelitian termasuk penetapan cara dan
satuan pengukuran variabelnya, adalah sebagai berikut:
1. Efektivitas Iklan (X) Iklan yang efektif adalah iklan yang memikirkan dan
memahami kebutuhan pelanggan, iklan yang mengkomunikasikan
keuntungan-keuntungan yang spesifik, iklan yang menekankan pada tindakan
spesifik yang harus diambil oleh konsumen.Indiarti dan Indiarti,(2009).
X1.1 = Iklan disenangi
X1.2 = Iklan diingat.
X1.3 = Merek dikenali
X1.4 = Pesan tersampaikan
2. Citra Merek (Y) adalah sejumlah kepercayaan yang dipegang konsumen
berkaitan dengan merek. Adapun indikatornya adalah sebagai berikut:
Yonaldi, Andri, Dewi,(2012).
a. Merek yang sangat familier sesuai dengan manfaatnya
b. Kemudahan dalam memperoleh.
3.1.1. Pengukur an Variabel
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
interval dengan menggunakan teknik pembobotan skala (semantic differential
scale). Analisis ini dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan
pendapatnya tentang serangkaian pernyataan yang berkaitan dengan obyek yang
diteliti dalam bentuk nilai yang berada dalam rentang dua sisi. Dalam penelitian
ini, setiap pernyataan masing-masing diukur dalam 7 skala dan ujung-ujung
ditetapkan dengan kata sifat yang tidak secara kontras berlawanan. sebagai
berikut:
Sangat Jelek Sangat Bagus
3.2.Teknik Pengambilan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna produk Provider XL di counter
provider XL Plaza Marina Surabaya.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik
yang sama dengan populasi tersebut. Karena itu sample harus representative
dari sebuah populasi (Sumarsono, 2002: 45). Metode pengambilan sampel
yang dilakukan adalah non probability sampling dengan teknik teknik
accidental sampling, yaitu metode pengambilan sampel dengan memilih siapa
yang kebetulan ada/dijumpai, dalam hal ini adalah kepada pembeli di counter
Provider XL di Plaza Marina Surabaya.
Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah berdasarkan pedoman
pengukuran sampel menurut Augusty (2002:48), antara lain :
1. 100 – 200 sampel untuk teknik maximum likelihood estimation.
2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah
5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi.
3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh
variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. bila
terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.
Karena terdapat 7 indikator maka jumlah sampel adalah (7 X 10 = 70) maka
sampel yang digunakan adalah minimal sebesar 70 responden.
3.3.Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. J enis Data
• Data Primer
Data primer yang diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan
kuesioner kepada konsumen pengguna XL di Surabaya .
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam analisis ini adalah data yang diambil
langsung kepada konsumen yang hendak membeli atau membeli Provider XL di
Surabaya dengan cara menyebarkan kuesioner.
3.3.3. Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan
a. Observasi
Merupakan pengamatan langsung pada perusahaan untuk mendapatkan bukti -
bukti yang berkaitan dengan obyek penelitian.
b. Kuisioner
Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar
pertanyaan kepada konsumen di Surabaya.
c. Dokumentasi
Yaitu dengan mengumpulkan data, menggali data dokumen atau arsip-arsip
aturan yang disepakati, misalnya keberadaan perusahaan dan struktur
manajemen perusahaan.
3.4. Uji Validitas Dan Reliabilitas
3.4.1. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi
sebenarnya yang diukur. Analisis validitas item bertujuan untuk menguji apakah
tiap butir pertanyaan benar-benar sudah sahih, paling tidak kita dapat menetapkan
derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang diyakini
dalam pengukuran. Sebagai alat ukur yang digunakan, analisis ini dilakukan
dengan cara mengkorelasiakn antar skor item denga skor total item. Dalam hal ini
koefisien korelasi yang nilai signifikasinya lebih kecil dari 5 % (level of
significance) menunjukkan bahwa item-item tersebut sudah sahih sebagai
3.4.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas untuk mengetahui apakah instrumen memiliki indeks
kepercayaan yang baik jika diujikan berulang. Suatu instrument pengukuran
dikatakan reliable jika pengukurannya konsisten dan akurat. Jadi uji reliabilitas
dilakukan dengan tujuan mengetahui konsistensi dari instrument sebagai alat ukur,
sehingga hasil pengukuran dapat dipercaya. Dalam penelitian ini menggunakan
rumus Cronbach Alpha dengan bantuan software smart PLS. Suatu pertanyaan
pada kuesioner dikatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach > 0,60 (Purbayu &
Ashari, 2005 : 247).
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.5.1. Teknik Analisis
Partial Least Square (PLS) merupakan sebuah metode untuk
mengkonstruksi model-model yang dapat diramalkan ketika faktor-faktor terlalu
banyak. PLS dikembangkan pertama kali oleh Wold sebagai metode umum untuk
mengestimasi path model yang menggunakan variabel laten dengan mutiple
indikator. PLS juga merupakan factor indeterminacy metode analisis yang
powerful karena tidak mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala
tertentu, jumlah sampel kecil. Awalnya Partial least Square berasal dari ilmu
sosial (khususnya ekonomi, Herman Wold, 1996). Model ini dikembangkan
sebagai alternatif untuk situasi dimana dasar teori pada perancangan model lemah
atau indikator yang tersedia tidak memenuhi model pengukuran refleksif. PLS
membangun hubungan yang belum ada landasan terorinya atau untuk pengujian
proposisi.
PLS adalah dalam penggunaan model persamaan struktural untuk menguji
teori atau pengembangan teori untuk tujuan prediksi oleh Ghozali (2008: 5). Pada
situasi dimana penelitian mempunyai dasar teori yang kuat dan pengujian teori
atau pengembangan teori sebagai tujuan utama riset, maka metode dengan
covariance based (Generalized Least Squares) lebih sesuai. Namun demikian
adanya indeterminacy dari estimasi factor score maka akan kehilangan ketepatan
prediksi dari pengujian teori tersebut. Untuk tujuan prediksi, pendekatan PLS
lebih cocok. Karena pendekatan untuk mengestimasi variabel laten dianggap
sebagai kombinasi linier dari indikator maka menghindarkan masalah
indeterminacy dan memberikan definisi yang pasti dari komponen skor.
PLS merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk tujuan prediksi, hal ini
terutama pada kondisi dimana indikator bersifat formatif. Dengan variabel laten
berupa kombinasi linier dari indikatornya, maka prediksi nilai dari variabel laten
dapat dengan mudah diperoleh, sehingga prediksi terhadap variabel laten yang
dipengaruhinya juga dapat dengan mudah dilakukan (Ghozali 2008).
3.5.1.1. Cara Kerja PLS
Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat dikategorikan menjadi
tiga. Kategori pertama yaitu weight estimate yang digunakan untuk menciptakan
skor atau nilai variabel laten. Kedua mencerminkan estimasi jalur (path estimate)
yang menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten dan indikatornya
regresi) untuk indikator dan variabel laten. Untuk memperoleh ketiga estimasi ini,
PLS menggunakan proses iterasi tiga tahap dan setiap tahap iterasi menghasilkan
estimasi. Tahap pertama menghasilkan weight estimate, tahap kedua
menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model, tahap ketiga
menghasilkan estimasi means dan lokasi(konstanta).
Selama iterasi berlangsung inner model estimate digunakan untuk
mendapatkan outside approximation weigth, sementara itu outer model estimate
digunakan untuk mendapatkan inside approximation weight. Prosedur iterasi ini
akan berhenti ketika persentase perubahan setiap outside approximation weight
relatif terhadap proses iterasi sebelumnya kurang dari 0,01.
3.5.1.2. Model Spesifikasi PLS
PLS terdiri atas hubungan eksternal ( outer model atau model pengukuran)
dan hubungan internal (inner model atau model struktural). Hubungan tersebut
didefinisikan sebagai dua persamaan linier, yaitu model pengukuran yang
menyatakan hubungan antara peubah laten dengan sekelompok peubah penjelas
dan model struktural yaitu hubungan antar peubah-peubah laten (Gefen,2000).
Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga set
hubungan; (1) inner model yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten
(structural model), (2) outer model yang menspesifikasi hubungan antara variabel
laten dengan indikator atau variabel manifestasinya (measurement model), dan (3)
weight relation dalam mana nilai kasus dari variabel laten dapat diestimasi.
3.5.1.3. Langkah-Langkah PLS
Gambar 2 Langkah-langkah Analisis PLS
(1). Langkah Pertama: Merancang Model Str uktural (inner model)
Perancangan model struktural hubungan antar variabel laten pada PLS
didasarkan pada rumusan masalah atau hipotesis penelitian.
(a) Teori, kalau sudah ada
(b) Hasil penelitian empiris
(c) Analogi, hubungan antar variabel pada bidang ilmu yang lain
(d) Normatif, misal peraturan pemerintah, undang-undang, dan lain
sebagainya
(e) Rasional.
Oleh karena itu, pada PLS dimungkinkan melakukan eksplorasi hubungan
antar variabel laten, sehingga sebagai dasar perancangan model struktural bisa
berupa proposisi. Hal ini tidak direkomendasikan di dalam SEM, yaitu
perancangan model berbasis teori, shingga pemodelan didasarkan pada hubungan
antar variabel laten yang ada di dalam hipotesis.
(2). Langkah Kedua: Merancang Model Pengukuran (outer model)
Pada PLS perancangan model pengukuran (outer model) menjadi sangat
penting, yaitu terkait dengan apakah indikator bersifat refleksif atau formatif.
Merancang model pengukuran yang dimaksud di dalam PLS adalah menentukan
sifat indikator dari masing-masing variabel laten, apakah refleksif atau formatif.
Kesalahan dalam menentukan model pengukuran ini akan bersifat fatal, yaitu
memberikan hasil analisis yang salah.
Dasar yang dapat digunakan sebagai rujukan untuk menentukan sifat
indikator apakah refleksif atau formatif adalah: teori, penelitian empiris
sebelumnya, atau kalau belum ada adalah rasional. Pada tahap awal penerapan
PLS, tampaknya rujukan berupa teori atau penelitian empiris sebelumnya masih
jarang, atau bahkan belum ada. Oleh karena itu, dengan merujuk pada definisi
konseptual dan definisi operasional variabel, diharapkan sekaligus dapat
dilakukan identifikasi sifat indikatornya, bersifat refleksif atau formatif.
(3). Langkah Ketiga: Mengkonstruksi diagr am J alur
Bilamana langkah satu dan dua sudah dilakukan, maka agar hasilnya lebih
selanjutnya dinyatakan dalam bentuk diagram jalur. Contoh bentuk diagram jalur
untuk PLS dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.2 Contoh Diagram Jalur untuk PLS (sama dengan Gambar 1)
(4). Langkah Keempat: Konversi diagr am J alur ke dalam Sistem Per samaan
a) Outer model, yaitu spesifikasi hubungan antara variabel laten dengan
indikatornya, disebut juga dengan outer relation atau measurement model,
mendefinisikan karakteristik variabel laten dengan indikatornya. Model
indikator refleksif dapat ditulis persamaannya sebagai berikut:
x = Λxξ + εx
y = Λyη + εy
Di mana X dan Y adalah indikator untuk variabel laten eksogen (ξ) dan
endogen (η). Sedangkan Λx dan Λy merupakan matriks loading yang
variabel laten dengan indikatornya. Residual yang diukur dengan εx danεy
dapat diinterpretasikan sebagai kesalahan pengukuran atau noise.
Model indikator formatif persamaannya dapat ditulis sebagai berikut:
ξ = ΠξXi + δx
η = ΠηYi + δy
Dimana ξ, η, X, dan Y sama dengan persamaan sebelumnya. Πx dan Πy
adalah seperti koefisen regresi berganda dari variabel laten terhadap
indikator, sedangkan δx dan δy adalah residual dari regresi.
Pada model PLS Gambar 3 terdapat outer model sebagai berikut:
Untuk variabel latent eksogen 1 (reflektif)
x1 = λx1ξ1 + δ1
x2 = λx2ξ1 + δ2
x3 = λx3ξ1 + δ3
Untuk variabel latent eksogen 2 (formatif)
ξ2 = λx4 X4 + λx5 X5 + λx6 X6 + δ4
Untuk variabel latent endogen 1 (reflektif)
y1 = λy1η1 + ε1
y2 = λy2η1 + ε2
Untuk variabel latent endogen 2 (reflektif)
y3 = λy3η2 + ε3
b) Inner model, yaitu spesifikasi hubungan antar variabel laten (structural
model), disebut juga dengan inner relation, menggambarkan hubungan
antar variabel laten berdasarkan teori substansif penelitian. Tanpa
kehilangan sifat umumnya, diasumsikan bahwa variabel laten dan
indikator atau variabel manifest diskala zero means dan unit varian sama
dengan satu, sehingga parameter lokasi (parameter konstanta) dapat
dihilangkan dari model.
Model persamaannya dapat ditulis seperti di bawah ini:
η = βη + Γξ + ζ
Dimana η menggambarkan vektor vaariabel endogen (dependen), ξ adalah
vektor variabel laten eksogen dan ζ adalah vektor residual (unexplained
variance). Oleh karena PLS didesain untuk model rekursif, maka
hubungan antar variabel laten, berlaku bahwa setiap variabel laten
dependen η, atau sering disebut causal chain system dari variabel laten
dapat dispesifikasikan sebagai berikut:
ηj = Σi βji ηi + Σi γjbξb + ζj
Dimana γjb (dalam bentuk matriks dilambangkan dengan Γ) adalah
koefisien jalur yang menghubungkan variabel laten endogen (η) dengan
eksogen (ξ). Sedangkan βji (dalam bentuk matriks dilambangkan dengan
β) adalah koefisien jalur yang menghubungkan variabel laten endogen (η)
dengan endogen (η); untuk range indeks i dan b. Parameter ζj adalah
Pada model PLS Gambar 3 inner model dinyatakan dalam sistem
persamaan sebagai berikut:
η1 = γ1ξ1 + γ2ξ2 + ζ1
η2 = β1η1 + γ3ξ1 + γ4ξ2 + ζ2
c) Weight relation, estimasi nilai variabel latent. Inner dan outer model
memberikan spesifikasi yang diikuti dengan estimasi weight relation
dalam algoritma PLS:
ξb = Σkb wkb xkb
ηi = Σki wki xki
Dimana wkb dan wki adalah k weight yang digunakan untuk membentuk
estimasi variabel laten ξb dan ηi. Estimasi data variabel laten adalah linear
agregat dari indikator yang nilai weight-nya didapat dengan prosedur
estimasi PLS.
(5). Langkah Kelima: Estimasi
Metode pendugaan parameter (estimasi) di dalam PLS adalah metode
kuadrat terkecil (least square methods). Proses perhitungan dilakukan dengan
cara iterasi, dimana iterasi akan berhenti jika telah tercapai kondisi konvergen.
Pendugaan parameter di dalam PLS meliputi 3 hal, yaitu :
1) Weight estimate yang digunakan untuk menghitung data variabel laten
2) Estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan antar variabel laten dan
estimasi loading antara variabel laten dengan indikatornya.
3) Means dan parameter lokasi (nilai konstanta regresi, intersep) untuk
Sebagai langkah awal iterasi, algoritmanya adalah menghitung
aproksimasi outside dari variabel latent dengan cara menjumlahkan indikator
dalam setiap kelompok indikator dengan bobot yang sama (equal weight). Bobot
untuk setiap iterasi diskalakan untuk mendapatkan unit varian dari skor variabel
laten untuk N kasus dalam sampel. Dengan menggunakan skor untuk setiap
variabel latent yang telah diestimasi, kemudian digunakan untuk pendugaan
aproksimasi inside variabel laten.
Ada tiga skema bobot aproksimasi inside yang telah dikembangkan untuk
mengkombinasikan variabel laten tetangga (neighboring LV) untuk mendapatkan
estimasi variabel laten tertentu yaitu: centroid, factor dan path weighting. Skema
weighting dengan centroid merupakan prosedur asli yang digunakan oleh Wold.
Metode ini hanya mempertimbangkan tanda korelasi antara variabel laten dan
variabel laten tetangganya (neigboring LV). Nilai kekuatan korelasi dan arah
model struktural tidak diperhitungkan. Skema weighting dengan faktor
menggunakan koefisien korelasi antara variabel laten dengan variabel laten
tetangga sebagai pembobot (weight). Variabel laten menjadi principal component
(komponen utama) dari variabel laten tetangganya. Skema weighting dengan
faktor memaksimumkan varian dari komponen utama variabel laten ketika jumlah
variabel laten menjadi tak terhingga jumlahnya. Skema dengan path weighting
membobot variabel laten tetangga dengan cara berbeda tergantung apakah
variabel laten tetangga merupakan anteseden atau konsekuen dari variabel laten
Dengan hasil estimasi variabel laten dari aproksimasi inside, maka
didapatkan satu set pembobot baru dari aproksimasi outside. Jika skor
aproksimasi inside dibuat tetap (fixed), maka dapat dilakukan regresi sederhana
atau regresi berganda bergantung apakah indikator dari variabel laten bersifat
refleksif ataukah model berbentuk formatif. Oleh karena
inside
outside
outer model
convergent discriminant validity composite
realibility outer model
substantive content
relative weight
weight
inner model
Stone-Geisser Q Square test
bootstrapping
a). Outer Model
Outer model
Discriminant validity
cross loading
cross loading
cross loading
square root of average variance extracted
square root of average
variance extracted
discriminant validity
i
i i i
λ
λ ε
=
+
∑
∑
∑
Composite reliability
Goodness of Fit Model
Q-Square predictive
relevance
predictive relevance
≤ predictive relevance
m
R path analysis
(7). Langkah Ketujuh: Pengujian Hipotesis
inner model
distribution free
t-test
p-value ≤
outter model
inner
inner model
4. Sample Size
resampling Bootestrapping
structural paths inner model.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskr iptif Hasil Penelitian
4.1.1. Sejar ah PT XL Axiata Tbk
PT XL Axiata Tbk. (selanjutnya disebut “XL” atau “perseroan” telah
beroperasi di industri telekomunikasi selama 14 tahun dan merupakan salah satu
operator telekomunikasi seluler terkemuka di Indonesia. Berdiri pada tanggal 6
Oktober 1989 dengan nama PT Grahametropolitan Lestari. XL pertama kali
menjalankan bisnisnya di bidang perdagangan dan jasa umum. XL mulai
beroperasi sebagai penyedia layanan telepon seluler pada tahun 1996 setelah
mendapatkan izin operasi GSM 900. Selain itu XL juga merupakan perusahaan
swasta pertama di Indonesia yang menyediakan layanan telepon seluler.
Berdasarkan ikatan kerjasama dengan Rajawali Group serta tiga investor asing
(NYNEX, AIF dan Mitsui), nama persero kemudian berubah menjadi PT
Excelcomindo Pratama.
XL pertama kali melaksanakan Penawaran Umum Publik (IPO) pada
September 2005 dan mendaftarkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (sekarang
Bursa Efek Indonesia atau BEI). Pada saat itu XL menjadi anak perusahaan tidak
langsung dari Telekom Malaysia Berhard (TM) Group melalui Indocel Holding
Sdn. Bhd. yang keseluruhannya dimiliki oleh TM International (TMI) Sdn. Bhd.
melalui TM International (L) Limited. Pada tahun 2009, TMI mengganti namanya
menjadi Axiata Group Berhard (Axiata). Di akhir tahun yang sama, nama PT
kepentingan sinergi. Saat ini, sebagian besar saham XL dipegang oleh Axiata
melalui Axiata Investment (Indonesia) Sdn. Bhd. (66,6 persen) dan Emirates
Telecommunications Corporation atau Etisalat International Indonesia Ltd. (13,3
persen), dan sisanya dipegang oleh masyarakat (20,1 persen).
4.2. Analisis Karakteristik Responden
Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban
responden dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner.
a. Jenis Kelamin
Dari 70 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat
diketahui jenis kelamin dari responden yakin pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%) 1 Laki-laki 33 57.1%
2 Wanita 37 52.9%
70 100%
Sumber: Data kuesioner diolah
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa konsumen provider XL dan
mengisi kuisioner yang peneliti bagikan sebanyak 70 kuisioner, 33 berjenis
kelamin laki-laki dan perempuan sebanyak 37 responden, hal ini menunjukkan
bahwa mayoritas yang menjadi konsumen dalam berbelanja dan membeli di
Carrefour Rungkut Surabaya adalah perempuan.
b. Usia
Dari 70 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat responden di Carrefour Rungkut
Surabaya lebih didominasi oleh konsumen yang berusia 31-40 tahun sebanyak 28
responden, kemudian pada peringkat kedua adalah responden yang berusia 21-30
tahun sebanyak 28 responden.
4.2.1. Deskr ipsi Variabel
4.2.1.1. Deskr ipsi Variabel Efektivitas Iklan(X1)
Tabel 4.3. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Efektivitas Iklan
No Pertanyaan Skor Jawaban Skor
1 2 3 4 5 6 7
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Indikator pertama dari atribut supermarket, yaitu Provider XL memilki iklan
yang menarik dibanding lainnya, mendapat respon terbanyak pada skor 5
pada skor 6 dengan jumlah resonden 25 Artinya, sebagian besar responden
yang menjawab setuju.
b Indikator kedua dari atribut spermarket, yaitu Tanggapan anda terhadap iklan
Xl yang mudah diingat, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan
jumlah responden sebanyak 29 kemudian terbanyak kedua pada skor 5 dengan
jumlah responden 25. Artinya, sebagian besar responden yang menjawab
setuju.
c. Indikator ketiga dari atribut supermarket, yaitu Tanggapan anda tenrhadap XL
mudah diingat oeh penggunanya, mendapat respon terbanyak pada skor 4
dengan jumlah responden sebanyak 25, kemudian terbanyak kedua pada skor
5 dengan jumlah responden 22 Artinya, sebagian besar responden yang
menjawab bagus.
d. Indikator keempat dari atribut supermarket, yaitu Ketepatan efektivitas pesan
iklan sudah sesuai dengan harapan, mendapat respon terbanyak pada skor 4
dengan jumlah responden sebanyak 25, kemudian terbanyak kedua pada skor
5 dengan jumlah responden 26 Artinya, sebagian besar responden yang
4.2.1.2. Deskr ipsi Variabel Citra Merek (Y)
Tabel 4.4. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Citra merek
No Pertanyaan Skor Jawaban Skor
1 2 3 4 5 6 7
Berdasarkan tabel di atas dijelaskan sebagai berikut :
a. Indikator pertama dari citra merek, yaitu Merek yang sangat familier sesuai
dengan manfaatnya, mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah
responden sebanyak 30 responden, kemudian terbanyak kedua terdapat pada
skor 6 dengan jumlah 21 resonden. Artinya, sebagian besar responden yang
menjawab setuju secara keseluruhan
b. Indikator kedua dari citra merek, yaitu Kemudahan dalam memperoleh
provider XL, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah
responden sebanyak 18 responden, kemudian terbanyak kedua terdapat pada
skor 5 dengan jumlah 32 resonden. Artinya, sebagian besar responden yang
menjawab bagus secara keseluruhan.
c. Indikator ketiga dari citra merek, yaitu Merek yang mudah dikenali, dapat
diingat dan kemasan yang menarik, mendapat respon terbanyak pada skor 5