• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.5. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis

3.5.1. Teknik Analisis

Partial Least Square (PLS) merupakan sebuah metode untuk

mengkonstruksi model-model yang dapat diramalkan ketika faktor-faktor terlalu

banyak. PLS dikembangkan pertama kali oleh Wold sebagai metode umum untuk

mengestimasi path model yang menggunakan variabel laten dengan mutiple

indikator. PLS juga merupakan factor indeterminacy metode analisis yang

powerful karena tidak mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala

tertentu, jumlah sampel kecil. Awalnya Partial least Square berasal dari ilmu

sosial (khususnya ekonomi, Herman Wold, 1996). Model ini dikembangkan

sebagai alternatif untuk situasi dimana dasar teori pada perancangan model lemah

atau indikator yang tersedia tidak memenuhi model pengukuran refleksif. PLS

membangun hubungan yang belum ada landasan terorinya atau untuk pengujian

proposisi.

PLS adalah dalam penggunaan model persamaan struktural untuk menguji

teori atau pengembangan teori untuk tujuan prediksi oleh Ghozali (2008: 5). Pada

situasi dimana penelitian mempunyai dasar teori yang kuat dan pengujian teori

atau pengembangan teori sebagai tujuan utama riset, maka metode dengan

covariance based (Generalized Least Squares) lebih sesuai. Namun demikian adanya indeterminacy dari estimasi factor score maka akan kehilangan ketepatan

prediksi dari pengujian teori tersebut. Untuk tujuan prediksi, pendekatan PLS

lebih cocok. Karena pendekatan untuk mengestimasi variabel laten dianggap

sebagai kombinasi linier dari indikator maka menghindarkan masalah

indeterminacy dan memberikan definisi yang pasti dari komponen skor.

PLS merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk tujuan prediksi, hal ini

terutama pada kondisi dimana indikator bersifat formatif. Dengan variabel laten

berupa kombinasi linier dari indikatornya, maka prediksi nilai dari variabel laten

dapat dengan mudah diperoleh, sehingga prediksi terhadap variabel laten yang

dipengaruhinya juga dapat dengan mudah dilakukan (Ghozali 2008).

3.5.1.1. Cara Kerja PLS

Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat dikategorikan menjadi

tiga. Kategori pertama yaitu weight estimate yang digunakan untuk menciptakan

skor atau nilai variabel laten. Kedua mencerminkan estimasi jalur (path estimate)

yang menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten dan indikatornya

regresi) untuk indikator dan variabel laten. Untuk memperoleh ketiga estimasi ini,

PLS menggunakan proses iterasi tiga tahap dan setiap tahap iterasi menghasilkan

estimasi. Tahap pertama menghasilkan weight estimate, tahap kedua

menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model, tahap ketiga

menghasilkan estimasi means dan lokasi(konstanta).

Selama iterasi berlangsung inner model estimate digunakan untuk

mendapatkan outside approximation weigth, sementara itu outer model estimate

digunakan untuk mendapatkan inside approximation weight. Prosedur iterasi ini

akan berhenti ketika persentase perubahan setiap outside approximation weight

relatif terhadap proses iterasi sebelumnya kurang dari 0,01.

3.5.1.2. Model Spesifikasi PLS

PLS terdiri atas hubungan eksternal ( outer model atau model pengukuran)

dan hubungan internal (inner model atau model struktural). Hubungan tersebut

didefinisikan sebagai dua persamaan linier, yaitu model pengukuran yang

menyatakan hubungan antara peubah laten dengan sekelompok peubah penjelas

dan model struktural yaitu hubungan antar peubah-peubah laten (Gefen,2000).

Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga set

hubungan; (1) inner model yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten

(structural model), (2) outer model yang menspesifikasi hubungan antara variabel

laten dengan indikator atau variabel manifestasinya (measurement model), dan (3)

weight relation dalam mana nilai kasus dari variabel laten dapat diestimasi. 3.5.1.3. Langkah-Langkah PLS

Gambar 2 Langkah-langkah Analisis PLS

(1). Langkah Pertama: Merancang Model Str uktural (inner model)

Perancangan model struktural hubungan antar variabel laten pada PLS

didasarkan pada rumusan masalah atau hipotesis penelitian.

(a) Teori, kalau sudah ada

(b) Hasil penelitian empiris

(c) Analogi, hubungan antar variabel pada bidang ilmu yang lain

(d) Normatif, misal peraturan pemerintah, undang-undang, dan lain

sebagainya

Merancang Model Struktural (inner model)

Merancang Model Pengukuran (outer model)

Mengkonstruksi Diagram Jalur

Konversi Diagram Jalur ke Sistem Persamaan

Estimasi: Weight , Koef. Jalur, dan Loading

Evaluasi Goodness of Fit

Pengujian Hipotesis (Resampling Bootstraping)

1

2

3

4

5

6

7

(e) Rasional.

Oleh karena itu, pada PLS dimungkinkan melakukan eksplorasi hubungan

antar variabel laten, sehingga sebagai dasar perancangan model struktural bisa

berupa proposisi. Hal ini tidak direkomendasikan di dalam SEM, yaitu

perancangan model berbasis teori, shingga pemodelan didasarkan pada hubungan

antar variabel laten yang ada di dalam hipotesis.

(2). Langkah Kedua: Merancang Model Pengukuran (outer model)

Pada PLS perancangan model pengukuran (outer model) menjadi sangat

penting, yaitu terkait dengan apakah indikator bersifat refleksif atau formatif.

Merancang model pengukuran yang dimaksud di dalam PLS adalah menentukan

sifat indikator dari masing-masing variabel laten, apakah refleksif atau formatif.

Kesalahan dalam menentukan model pengukuran ini akan bersifat fatal, yaitu

memberikan hasil analisis yang salah.

Dasar yang dapat digunakan sebagai rujukan untuk menentukan sifat

indikator apakah refleksif atau formatif adalah: teori, penelitian empiris

sebelumnya, atau kalau belum ada adalah rasional. Pada tahap awal penerapan

PLS, tampaknya rujukan berupa teori atau penelitian empiris sebelumnya masih

jarang, atau bahkan belum ada. Oleh karena itu, dengan merujuk pada definisi

konseptual dan definisi operasional variabel, diharapkan sekaligus dapat

dilakukan identifikasi sifat indikatornya, bersifat refleksif atau formatif.

(3). Langkah Ketiga: Mengkonstruksi diagr am J alur

Bilamana langkah satu dan dua sudah dilakukan, maka agar hasilnya lebih

selanjutnya dinyatakan dalam bentuk diagram jalur. Contoh bentuk diagram jalur

untuk PLS dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.2 Contoh Diagram Jalur untuk PLS (sama dengan Gambar 1)

(4). Langkah Keempat: Konversi diagr am J alur ke dalam Sistem Per samaan

a) Outer model, yaitu spesifikasi hubungan antara variabel laten dengan

indikatornya, disebut juga dengan outer relation atau measurement model,

mendefinisikan karakteristik variabel laten dengan indikatornya. Model

indikator refleksif dapat ditulis persamaannya sebagai berikut:

x = Λxξ + εx y = Λyη + εy

Di mana X dan Y adalah indikator untuk variabel laten eksogen (ξ) dan endogen (η). Sedangkan Λx dan Λy merupakan matriks loading yang menggambarkan seperti koefisien regresi sederhana yang menghubungkan

variabel laten dengan indikatornya. Residual yang diukur dengan εx danεy dapat diinterpretasikan sebagai kesalahan pengukuran atau noise.

Model indikator formatif persamaannya dapat ditulis sebagai berikut:

ξ = ΠξXi + δx

η = ΠηYi + δy

Dimana ξ, η, X, dan Y sama dengan persamaan sebelumnya. Πx dan Πy adalah seperti koefisen regresi berganda dari variabel laten terhadap

indikator, sedangkan δx dan δy adalah residual dari regresi. Pada model PLS Gambar 3 terdapat outer model sebagai berikut:

Untuk variabel latent eksogen 1 (reflektif)

x1 = λx1ξ1 + δ1 x2 = λx2ξ1 + δ2 x3 = λx3ξ1 + δ3

Untuk variabel latent eksogen 2 (formatif)

ξ2 = λx4 X4 + λx5 X5 + λx6 X6 + δ4 Untuk variabel latent endogen 1 (reflektif)

y1 = λy1η1 + ε1 y2 = λy2η1 + ε2

Untuk variabel latent endogen 2 (reflektif)

y3 = λy3η2 + ε3 y4 = λy4η2 + ε4

b) Inner model, yaitu spesifikasi hubungan antar variabel laten (structural

model), disebut juga dengan inner relation, menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan teori substansif penelitian. Tanpa

kehilangan sifat umumnya, diasumsikan bahwa variabel laten dan

indikator atau variabel manifest diskala zero means dan unit varian sama

dengan satu, sehingga parameter lokasi (parameter konstanta) dapat

dihilangkan dari model.

Model persamaannya dapat ditulis seperti di bawah ini:

η = βη + Γξ + ζ

Dimana η menggambarkan vektor vaariabel endogen (dependen), ξ adalah vektor variabel laten eksogen dan ζ adalah vektor residual (unexplained variance). Oleh karena PLS didesain untuk model rekursif, maka hubungan antar variabel laten, berlaku bahwa setiap variabel laten

dependen η, atau sering disebut causal chain system dari variabel laten dapat dispesifikasikan sebagai berikut:

ηj = Σi βji ηi + Σi γjbξb + ζj

Dimana γjb (dalam bentuk matriks dilambangkan dengan Γ) adalah koefisien jalur yang menghubungkan variabel laten endogen (η) dengan eksogen (ξ). Sedangkan βji (dalam bentuk matriks dilambangkan dengan

β) adalah koefisien jalur yang menghubungkan variabel laten endogen (η) dengan endogen (η); untuk range indeks i dan b. Parameter ζj adalah variabel inner residual.

Pada model PLS Gambar 3 inner model dinyatakan dalam sistem

persamaan sebagai berikut:

η1 = γ1ξ1 + γ2ξ2 + ζ1

η2 = β1η1 + γ3ξ1 + γ4ξ2 + ζ2

c) Weight relation, estimasi nilai variabel latent. Inner dan outer model

memberikan spesifikasi yang diikuti dengan estimasi weight relation

dalam algoritma PLS:

ξb = Σkb wkb xkb

ηi = Σki wki xki

Dimana wkb dan wki adalah k weight yang digunakan untuk membentuk

estimasi variabel laten ξb dan ηi. Estimasi data variabel laten adalah linear agregat dari indikator yang nilai weight-nya didapat dengan prosedur estimasi PLS.

(5). Langkah Kelima: Estimasi

Metode pendugaan parameter (estimasi) di dalam PLS adalah metode

kuadrat terkecil (least square methods). Proses perhitungan dilakukan dengan

cara iterasi, dimana iterasi akan berhenti jika telah tercapai kondisi konvergen.

Pendugaan parameter di dalam PLS meliputi 3 hal, yaitu :

1) Weight estimate yang digunakan untuk menghitung data variabel laten

2) Estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan antar variabel laten dan

estimasi loading antara variabel laten dengan indikatornya.

3) Means dan parameter lokasi (nilai konstanta regresi, intersep) untuk

Sebagai langkah awal iterasi, algoritmanya adalah menghitung

aproksimasi outside dari variabel latent dengan cara menjumlahkan indikator

dalam setiap kelompok indikator dengan bobot yang sama (equal weight). Bobot

untuk setiap iterasi diskalakan untuk mendapatkan unit varian dari skor variabel

laten untuk N kasus dalam sampel. Dengan menggunakan skor untuk setiap

variabel latent yang telah diestimasi, kemudian digunakan untuk pendugaan

aproksimasi inside variabel laten.

Ada tiga skema bobot aproksimasi inside yang telah dikembangkan untuk

mengkombinasikan variabel laten tetangga (neighboring LV) untuk mendapatkan

estimasi variabel laten tertentu yaitu: centroid, factor dan path weighting. Skema

weighting dengan centroid merupakan prosedur asli yang digunakan oleh Wold. Metode ini hanya mempertimbangkan tanda korelasi antara variabel laten dan

variabel laten tetangganya (neigboring LV). Nilai kekuatan korelasi dan arah

model struktural tidak diperhitungkan. Skema weighting dengan faktor

menggunakan koefisien korelasi antara variabel laten dengan variabel laten

tetangga sebagai pembobot (weight). Variabel laten menjadi principal component

(komponen utama) dari variabel laten tetangganya. Skema weighting dengan

faktor memaksimumkan varian dari komponen utama variabel laten ketika jumlah

variabel laten menjadi tak terhingga jumlahnya. Skema dengan path weighting

membobot variabel laten tetangga dengan cara berbeda tergantung apakah

variabel laten tetangga merupakan anteseden atau konsekuen dari variabel laten

Dengan hasil estimasi variabel laten dari aproksimasi inside, maka

didapatkan satu set pembobot baru dari aproksimasi outside. Jika skor

aproksimasi inside dibuat tetap (fixed), maka dapat dilakukan regresi sederhana

atau regresi berganda bergantung apakah indikator dari variabel laten bersifat

refleksif ataukah model berbentuk formatif. Oleh karena

inside

outside

outer model

convergent discriminant validity composite

realibility outer model

substantive content relative weight

weight

inner model

Stone-Geisser Q Square test

bootstrapping a). Outer Model

Outer model

Discriminant validity

cross loading cross loading

cross loading

square root of average variance extracted

square root of average variance extracted discriminant validity i i i i λ λ ε = +

∑ ∑

Composite reliability composite reliability ≥

Goodness of Fit Model Q-Square predictive relevance predictive relevancepredictive relevance m R path analysis

(7). Langkah Ketujuh: Pengujian Hipotesis

inner model distribution free t-test p-value ≤ outter model inner model

inner model

4. Sample Size

resampling Bootestrapping

structural paths inner model.

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskr iptif Hasil Penelitian

4.1.1. Sejar ah PT XL Axiata Tbk

PT XL Axiata Tbk. (selanjutnya disebut “XL” atau “perseroan” telah

beroperasi di industri telekomunikasi selama 14 tahun dan merupakan salah satu

operator telekomunikasi seluler terkemuka di Indonesia. Berdiri pada tanggal 6

Oktober 1989 dengan nama PT Grahametropolitan Lestari. XL pertama kali

menjalankan bisnisnya di bidang perdagangan dan jasa umum. XL mulai

beroperasi sebagai penyedia layanan telepon seluler pada tahun 1996 setelah

mendapatkan izin operasi GSM 900. Selain itu XL juga merupakan perusahaan

swasta pertama di Indonesia yang menyediakan layanan telepon seluler.

Berdasarkan ikatan kerjasama dengan Rajawali Group serta tiga investor asing

(NYNEX, AIF dan Mitsui), nama persero kemudian berubah menjadi PT

Excelcomindo Pratama.

XL pertama kali melaksanakan Penawaran Umum Publik (IPO) pada

September 2005 dan mendaftarkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (sekarang

Bursa Efek Indonesia atau BEI). Pada saat itu XL menjadi anak perusahaan tidak

langsung dari Telekom Malaysia Berhard (TM) Group melalui Indocel Holding

Sdn. Bhd. yang keseluruhannya dimiliki oleh TM International (TMI) Sdn. Bhd.

melalui TM International (L) Limited. Pada tahun 2009, TMI mengganti namanya

menjadi Axiata Group Berhard (Axiata). Di akhir tahun yang sama, nama PT

kepentingan sinergi. Saat ini, sebagian besar saham XL dipegang oleh Axiata

melalui Axiata Investment (Indonesia) Sdn. Bhd. (66,6 persen) dan Emirates

Telecommunications Corporation atau Etisalat International Indonesia Ltd. (13,3

persen), dan sisanya dipegang oleh masyarakat (20,1 persen).

4.2. Analisis Karakteristik Responden

Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban

responden dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner.

a. Jenis Kelamin

Dari 70 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat

diketahui jenis kelamin dari responden yakin pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%) 1 Laki-laki 33 57.1%

2 Wanita 37 52.9%

70 100%

Sumber: Data kuesioner diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa konsumen provider XL dan

mengisi kuisioner yang peneliti bagikan sebanyak 70 kuisioner, 33 berjenis

kelamin laki-laki dan perempuan sebanyak 37 responden, hal ini menunjukkan

bahwa mayoritas yang menjadi konsumen dalam berbelanja dan membeli di

Carrefour Rungkut Surabaya adalah perempuan.

b. Usia

Dari 70 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia (Tahun) Jumlah Persentase (%)

1 21-30 28 40%

2 31-40 28 40%

3 41-50 14 20%

Total 70 100%

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat responden di Carrefour Rungkut

Surabaya lebih didominasi oleh konsumen yang berusia 31-40 tahun sebanyak 28

responden, kemudian pada peringkat kedua adalah responden yang berusia 21-30

tahun sebanyak 28 responden.

4.2.1. Deskr ipsi Variabel

4.2.1.1. Deskr ipsi Variabel Efektivitas Iklan(X1)

Tabel 4.3. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Efektivitas Iklan

No Pertanyaan Skor Jawaban Skor

1 2 3 4 5 6 7

1

Provider XL memilki

iklan yang menarik

dibanding lainnya

- - - 14 23 25 8 70

- - - 20% 32.9% 35.7% 11.4% 100%

2

Tanggapan anda terhadap iklan Xl yang mudah diingat - - 6 29 22 9 4 70 - - 8.6 41.4% 31.4% 12.9% 5.7% 100% 3 Tanggapan anda tenrhadap XL mudah

diingat oeh penggunany

- 3 25 22 12 8 70

- 4.3% 35.7% 31.4% 17.1% 11.4% 100%

4

Ketepatan efektivitas pesan iklan sudah sesuai dengan harapan

- - - 22 26 20 2 70

- - - 31.4% 37.1% 28.6% 2.9% 100%

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Indikator pertama dari atribut supermarket, yaitu Provider XL memilki iklan

yang menarik dibanding lainnya, mendapat respon terbanyak pada skor 5

pada skor 6 dengan jumlah resonden 25 Artinya, sebagian besar responden

yang menjawab setuju.

b Indikator kedua dari atribut spermarket, yaitu Tanggapan anda terhadap iklan

Xl yang mudah diingat, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan

jumlah responden sebanyak 29 kemudian terbanyak kedua pada skor 5 dengan

jumlah responden 25. Artinya, sebagian besar responden yang menjawab

setuju.

c. Indikator ketiga dari atribut supermarket, yaitu Tanggapan anda tenrhadap XL

mudah diingat oeh penggunanya, mendapat respon terbanyak pada skor 4

dengan jumlah responden sebanyak 25, kemudian terbanyak kedua pada skor

5 dengan jumlah responden 22 Artinya, sebagian besar responden yang

menjawab bagus.

d. Indikator keempat dari atribut supermarket, yaitu Ketepatan efektivitas pesan

iklan sudah sesuai dengan harapan, mendapat respon terbanyak pada skor 4

dengan jumlah responden sebanyak 25, kemudian terbanyak kedua pada skor

5 dengan jumlah responden 26 Artinya, sebagian besar responden yang

4.2.1.2. Deskr ipsi Variabel Citra Merek (Y)

Tabel 4.4. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Citra merek

No Pertanyaan Skor Jawaban Skor

1 2 3 4 5 6 7

1

Merek yang sangat

familier sesuai dengan manfaatnya - - - 15 30 21 4 70 - - - 21.4% 42.9% 30% 5.7% 100% 2 Kemudahan dalam memperoleh provider XL - - - 18 32 16 4 70 - - - 25.7% 45.7% 22.9% 5.7% 100% 3

Merek yang mudah

dikenali, dapat diingat

dan kemasan yang

menarik

- - 14 34 18 4 70

- - - 20% 48.6% 25.7% 5.7% 100%

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel di atas dijelaskan sebagai berikut :

a. Indikator pertama dari citra merek, yaitu Merek yang sangat familier sesuai

dengan manfaatnya, mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah

responden sebanyak 30 responden, kemudian terbanyak kedua terdapat pada

skor 6 dengan jumlah 21 resonden. Artinya, sebagian besar responden yang

menjawab setuju secara keseluruhan

b. Indikator kedua dari citra merek, yaitu Kemudahan dalam memperoleh

provider XL, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah

responden sebanyak 18 responden, kemudian terbanyak kedua terdapat pada

skor 5 dengan jumlah 32 resonden. Artinya, sebagian besar responden yang

menjawab bagus secara keseluruhan.

c. Indikator ketiga dari citra merek, yaitu Merek yang mudah dikenali, dapat

diingat dan kemasan yang menarik, mendapat respon terbanyak pada skor 5

terdapat pada skor 6 dengan jumlah 18 resonden. Artinya, sebagian besar

responden yang menjawab bagus secara keseluruhan.

4.3. Analisis Data

4.3.1. Evaluasi Outlier

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam

bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi atau

multivariat (Hair, 1998). Evaluasi terhadap outlier multivariate (antar variabel)

perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada

outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila

sudah saling dikombinasikan. Jarak antara Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi

dapat dihitung dan akan menunjukkan sebuah observasi dari rata-rata semua

variabel dalam sebuah ruang multidimensional (Hair.dkk, 1998; Tabachnick &

Fidel, 1996). Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan

jarak Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan

menggunakan χ² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang

Tabel 4.5. : Outlier Data

Res i d u a l s St a t i s t i csa

Minim um Maxim um Mean St d. Deviat ion N

Pr edict ed Value 15.8988 63.8155 35.5000 10.79633 70

St d. Pr edict ed Value - 1.816 2.623 .000 1.000 70

St andard Er ror of Pr edict ed

Value 3.884 9.105 6.028 1.239 70

Adj ust ed Pr edict ed Value 13.2496 66.7730 35.5261 11.13260 70

Residual - 36.23613 35.32107 .00000 17.25126 70

St d. Residual - 1.991 1.941 .000 .948 70

St ud. Residual - 2.138 2.104 - .001 1.010 70

Deleted Residual - 41.76700 41.50755 - .02607 19.60444 70

St ud. Delet ed Residual - 2.203 2.166 - .001 1.021 70

Mahal. Distance 2.158 1 6 .2 8 5 6.900 3.333 70

Cook's Dist ance .000 .097 .017 .022 70

Center ed Leverage Value .031 .236 .100 .048 70

a. Dependent Var iable: RESP

Sumber : data diolah

Deteksi terhadap multivariat outliers’ dilakukan dengan menggunakan

kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat p < 0,001. Jarak Mahalanobis itu

dievaluasi dengan menggunakan χ2

pada derajat bebas sebesar jumlah variabel

yang digunakan dalam penelitian. Bila kasus yang mempunyai Jarak Mahalanobis

lebih besar dari nilai chi-square pada tingkat signifikansi 0,001 maka terjadi

multivariate outliers. Nilai Mahal. Distance Maximum = 16.285 yang lebih kecil dari 27.877, berarti tidak terdapat outlier pada data tersebut, oleh karena itu data

ini mempunyai kualitas yang baik dan dapat dilanjutkan untuk diolah lebih lanjut.

4.3.2. Intrepretasi Hasil PLS

4.3.2.1. Pengujian Model Pengukur an (Outter Model).

Langkah selanjutnya adalah menilai outer model (Measurement Model)

dengan melihat outer loading factor discriminan validity dan composite reliability

1. Outer Loading, Hasil pengujian pertama dengan PLS ini menghasilkan outer

loading sebagai berikut

Tabel 4.6. Outer loading

Factor Loading (O) Sample Mean (M) Standard Deviation (STDEV) Standard Error (STERR) T Statistics (|O/STERR|) X11 <- EFEKTIFITAS IKLAN (X) 0.702474 0.698249 0.092233 0.092233 7.616326 X12 <- EFEKTIFITAS IKLAN (X) 0.722578 0.718028 0.074262 0.074262 9.730066 X13 <- EFEKTIFITAS IKLAN (X) 0.829491 0.825055 0.054554 0.054554 15.204820 X14 <- EFEKTIFITAS IKLAN (X) 0.785790 0.783156 0.052584 0.052584 14.943637

Y1 <- CITRA MEREK (Y) 0.843859 0.838692 0.045136 0.045136 18.695958

Y2 <- CITRA MEREK (Y) 0.842720 0.832547 0.054678 0.054678

Y3 <- CITRA MEREK (Y) 0.859753 0.858510 0.039571 0.039571

Sumber: data diolah

Berdasarkan hasil outer loading di atas Indikator Validitas : Nilai Factor

Loading lebih besar dari 0,5 dan atau nilai T-Statistic lebih besar dari 1,645 (nilai Z pada α = 0,10). Factor Loading merupakan korelasi antara indikator dengan

variabel, jika lebih besar dari 0,5 maka korelasi disebut valid dan jika nilai

T-Statistic lebih besar dari 1,645 maka korelasinya disebut signifikan.

Variabel dengan indikator reflektif Yaitu Efektifitas Iklan dan Citra

Merek untuk model pengukuran/validitas indikator dapat dilihat pada tabel outer

loading. Berdasarkan tabel outer loading di atas menunjukkan bahawa seluruh

estimate) lebih besar dari 0,50 dan atau signifikan (Nilai T-Statistic lebih dari

nilai Z α = 0,10 (10%) = 1,645 ), sehingga indikator –indikator kedua variabel

tersebut adalah menjadi pengukur/indikator variabelnya. Secara keseluruahn hasil

estimasi telah memenuhi Convergen vailidity dan validitas baik.

2. Discriminant validity

Discriminant validity pada indikator refleksif dapat dilihat pada

cross-loading. Cara lain untuk menilai discriminat validity dilakukan dengan cara

membandingkan square root of average variance extracted (AVE) untuk setiap

variabel dengan nilai korelasi antara variabel. Model mempunyai discriminant

validity yang tinggi jika akar AVE untuk setiap variabel lebih besar dari korelasi

antara konstruk (Ghozali, 2008). Jika nilai akar AVE lebih tinggi daripada

korelasi antar variabel yang lain, maka dapat dikatakan hasil ini menunjukkan

bahwa discriminant validity yang tinggi.

Tabel 4.7. Average Variance Extract (AVE)

AVE

CITRA M EREK (Y) 0.720483

EFEKTIFITAS IKLAN (X) 0.580277

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel di atas bahwa Model Pengukuran berikutnya adalah

nilai Avarage Variance Extracted (AVE) , yaitu nilai menunjukkan besarnya

varian indikator yang dikandung oleh variabel latennya. Konvergen Nilai AVE

lebih besar 0,5 juga menunjukkan kecukupan validitas yang baik bagi variabel

laten. Pada variabel indikator reflektif dapat dilihat dari nilain Avarage variance

apabila nilai AVE masing-masing konstruk lebih besar dari 0,5. Hasil pengujian

menunjukkan bahwa nilai AVE untuk konstruk (variabel) Efektifitas Iklan dan

Citra Merek memiliki nilai lebih besar dari 0,5, sehingga valid.

3. Composite Reliability

Composite reliability adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya untuk diandalkan. Bila suatu alat dipakai dua kali

untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif

konsisten maka alat tersebut reliabel. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan

suatu konsistensi alat pengukur dalam gejala yang sama.. Hasil selengkapnya

Dokumen terkait