• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Kota Bandung adalah ibu kota provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di tengah-tengah provinsi Jawa Barat, Kota Bandung memiliki keunggulan kompetitif tersendiri dibanding kota-kota lain dan saat ini ibu kota Jawa Barat telah mencapai kepadatan penduduk sebanyak 2.378.627 jiwa pada tahun 2015 yang didukung melalui sumber Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bandung. Ridwan Kamil selaku Walikota Bandung mengupayakan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk dan menjadikan kota yang unggul dengan memanfaatkan kepadatan penduduk tersebut. Upaya yang telah dilakukan untuk menjadikan Kota Bandung yang unggul dan sejahtera adalah dilakukannya sistem pinjam modal untuk para pengusaha kecil menengah, dengan adanya sistem yang baru ini akan membantu penduduk Bandung dalam menjalankan usahanya dan akan mengurangi tingkat kemiskinan. Menjadikan Kota Bandung yang unggul dan sejahtera merupakan bagian dari visi Kota Bandung itu sendiri. Visi Kota Bandung adalah terwujudnya Kota Bandung yang unggul, nyaman dan sejahtera.

Pada tahun 2015 Kota Bandung memiliki Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) terbaik, melalui informasi website kota bandung yaitu portal.bandung.go.id yang dikutip oleh Miftah menyatakan bahwa nilai sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah memiliki nilai tertinggi sebesar 55,14 dengan mendapatkan predikat A yang diberikan langsung oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenpaRB). Nilai tersebut merupakan nilai tertinggi diantara kota-kota lainnya di Indonesia. Tidak hanya itu saja pertumbuhan ekonomi Kota Bandung mengalami peningkatan, menurut berita yang dikutip oleh Maulana melalui website bandung.bisnis.com pertumbuhan ekonominya mencapai 8,8% pada akhir tahun 2015. Pencapaian yang sudah didapatkan oleh Kota Bandung ini merupakan bukti dalam

(2)

2

mengimplementasikan misi Kota Bandung untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan.

1.2 Latar Belakang Penelitian

Perkembangan merupakan hal yang mutlak terjadi di setiap pemerintahan. Pemerintah Indonesia terus mengembangkan kebijakan-kebijakan baru guna meningkatkan kualitas Pemerintah Indonesia. Salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah adalah mengenai tata kelola keuangan negara Republik Indonesia. Hal ini disampaikan melalui tiga paket undang-undang yang dikeluarkan, yaitu Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Ketiga paket undang-undang ini mendasari pengelolaan keuangan negara yang mengacu pada international best practices (Kariyoto, 2016). Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 berisikan tentang keuangan negara, keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Keuangan negara ini dikelola sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan serangkaian objek dari keuangan negara yang memiliki fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi dan stabilisasi. Laporan pertanggung jawaban pelaksanaan APBN dan APBD harus disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Standar akuntansi pemerintahan memiliki fungsi sebagai pedoman pokok dalam penyusunan dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Penyusunan standar akuntansi pemerintahan sebagaimana tertuang dalam pasal 32 ayat (1) disusun oleh komite standar yang independen, yaitu Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (PP) setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksaan Keungan (BPK). Standar akuntansi pemerintahan ini diberlakukannya sejak peraturan pemerintah telah

(3)

3 ditetapkan. Sesuai dengan pasal 36 ayat (1) dijelaskan mengenai ketentuan peralihan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual yang dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun sejak peraturan pemerintah ditetapkan, selama masa transisi maka digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas menuju akrual.

Peraturan Pemerintah (PP) No. 71 Tahun 2010 merupakan penetapan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual. Menurut pasal 1 ayat (8) Standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual adalah standar akuntansi yang mengakui pendapatan, beban, asset, utang dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN dan APBD. Penetapan basis akrual ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas informasi pelaporan keuangan pemerintah dan untuk menghasilkan pengukuran kinerja yang lebih baik, serta memfasilitasi manajemen keuangan/aset yang lebih transparan dan akuntabel. Sejak dikeluarkannya peraturan pemerintah ini maka standar akuntansi pemerintah berbasis akrual telah memiliki landasan hukum sendiri untuk menerapkannya. Sehingga pemerintah memiliki kewajiban untuk melaksanakan kebijakan baru mengenai standar akuntansi berbasis akrual secara penuh yang paling lambat dilaksanakan pada tahun 2015.

Sebelum SAP yang baru ditetapkan, pemerintahan menggunakan SAP berbasis kas menuju akrual sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 24 Tahun 2005. Tetapi sejak pemerintah mengeluarkan kebijakan SAP yang baru, SAP berbasis kas menuju akrual resmi tidak diberlakukan kembali kecuali dalam masa transisi sampai pada tahun 2014. Penggunaan basis kas menuju akrual pada masa transisi merupakan strategi pengembangan SAP. Basis kas menuju akrual adalah pendapatan, belanja, dan pembiayaan dicatat berdasarkan basis kas sedangkan asset, utang dan ekuitas dana dicatat dengan basis akrual.

Manfaat dari penggunaan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual menurut Nirmala et al (2014) dalam Ferryono (2016) adalah informasi yang dihasilkan dari basis akrual lebih tepat untuk menggambarkan biaya operasi yang sebenarnya (full cost operation), dapat menghasilkan informasi yang dapat

(4)

4

diandalkan dalam informasi aset dan kewajiban dan dapat menghasilkan informasi keuangan yang komprehensif tentang pemerintah sehingga ketika pimpinan mengambil keputusan internal kemungkinan kecil keputusan tersebut tidak tepat. Laporan operasional yang digunakan pada pelaporan keuangan standar akuntansi pemerintahan akrual menyediakan informasi mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna sebagai evaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi, efektifitas, dan kehematan serta penggunaan sumber daya ekonomi. Basis akrual juga memberikan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi, karena pendapatan yang masuk ataupun keluar pada basis akrual langsung diakui dan dicatat sesuai dengan peristiwa transaksi itu terjadi tanpa menunggu bagaimana kas masuk ataupun kas keluar. Berbeda dengan basis kas yang hanya dicatat ketika kas masuk dan keluar. Sehingga basis akrual ini bisa digunakan sebagai tolak ukur pemerintah terhadap roda pertumbuhan ekonomi disetiap pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Kesiapan pemerintah dalam menghadapi tantangan baru dalam menerapkan basis akrual secara penuh sudah banyak dilakukan mulai dari pelaksanaan sosialisasi ke tiap-tiap pemerintah daerah.

Berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemerikasaan Semester I (IHPS) tahun 2014, 2015, dan 2016 masih terdapat Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang mendapatkan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). LKPD yang masih mendapatkan opini WDP pada umumnya masih memiliki kelemahan pelaporan keuangan sesuai SAP yang telah ditetapkan. Sedangkan setelah SAP berbasis akrual ditetapkan, KSAP melakukan berbagai kesiapan melalui sosialisasi SAP berbasis akrual kepada para pemangku kepentingan (stakeholders). Bentuk sosialisasi yang dilakukan berupa seminar/diseminasi/diskusi dengan para pengguna, program pendidikan profesional berkelanjutan, training of trainers (TOT) dan memfasilitasi konsultasi teknis terkait penerapan SAP berbasis akrual (help desk), hal ini di paparkan dalam peraturan pemerintah tentang standar akuntansi pemerintahan. Pada tahun 2015 Kota Bandung pertamakalinya menerapkan SAP berbasis akrual, hal ini diperjelas di dalam pernyataan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Kota Bandung tahun 2015. Laporan Hasil Pemeriksaan tahun 2015 menyatakan bahwa Kota Bandung memiliki opini laporan keuangan WDP. Sebelum penerapan

(5)

5 SAP berbasis akrual Kota Bandung sudah melakukan berbagai kesiapan. Menurut website Direktorat Jenderal Pembendaharaan Kementerian Keuangan RI menyatakan bahwa Kota Bandung mengikuti sosialisasi dan pelatihan yang berupa pretest dan posttest mengenai SAP berbasis akrual. Kesiapan lainnya juga dilakukan melalui Sosialisasi SAP berbasis akrual yang diselenggarakan oleh perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Jawa Barat yang tertera padai website www.bpkp.go.id, yang dihadiri oleh seluruh SKPD di Provinsi Jawa Barat. Tidak hanya itu saja berdasarkan berita online Tribun Jabar, Iwa Kurniawa selaku pelaksana tugas sekertaris Daerah Jawab Barat, menyatakan bahwa Pemerintah Daerah telah mengadakan bimbingan teknis tentang akuntansi berbasis akrual untuk seluruh SKPD pemprov maupun bagian keuangan di Kota/Kabupaten di Jawa Barat. Sosialisasi dan bimbingan teknis ini dilakukan untuk mempersiapkan implementasi SAP berbasis akrual dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di Kota Bandung. Tetapi kesiapan yang sudah dilakukan memiliki hasil yang tidak sebanding, dikarenakan pada Laporan Hasil Pemerikasaan (LHP) pada tahun 2015 Kota Bandung mendapatkan opini WDP dengan koreksi beberapa akun di LKPD yang tidak sesuai dengan SAP berbasis akrual.

Menurut Adventana (2014) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual yaitu teknologi informasi, sumber daya manusia, komitmen, dan komunikasi. Dari beberapa sumber penelitian sebelumnya diperoleh informasi bahwa keempat faktor tersebut merupakan faktor yang banyak disebut peneliti yang telah mempengaruhi kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual.

Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) sebagai alat pendukung teknologi informasi yang memiliki perenan penting bagi pemerintah daerah. Tetapi penggunaan SIMDA belum sepenuhnya digunakan oleh SKPD, pernyataan ini diperkuat oleh Alfian (2015) bahwa masih terdapat SKPD yang yang lebih memilih menggunakan kertas kerja manual atau dengan Microsoft Excell untuk menyelesaikan pekerjaannya yang dirasa lebih mudah daripada menggunakan SIMDA. Menurutnya implementasi SIMDA pada SKPD-SKPD di lingkungan

(6)

6

pemerintah Kabupaten Kulon Progo kurang mendapat respon positif dikarenakan keterbatasan kemampuan sumber daya manusia, padahal penggunaan SIMDA berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangannya sesuai dengan hasil penelitian Alfian (2015). Tetapi pada laporan hasil pemeriksaan yang didapatkan pada Kabupaten Kulon Progo mendapatkan hasil opini audit Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Peningkatan pemahaman pemakai mengenai sistem informasi berpengaruh terhadap keberhasilan dalam memanfaatkan teknologi informasi menurut Sunarti dan Nur 1998 dalam Alfian (2015). Teknologi informasi meliputi komputer (mainframe, mini, micro), perangkat lunak (software), database, jaringan (internet, intranet), electronic commerce, dan jenis lainnya yang berhubungan dengan teknologi hal ini dinyatakan oleh Wilkinson et al (2000) dalam Abdurahman et al (2012).

Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa teknologi informasi berpengaruh positif signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah menurut Karmila et al (tanpa tahun), dalam penelitian ini pelaporan keuangan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. Penelitian Arih (2016) menyatakan bahwa perangkat pendukung yang tersedia seperti komputer dan software yang berkaitan dengan kebutuhan dalam membatu penyusunan laporan keuangan berpengaruh signifikan dengan arah yang positif terhadap SAP berbasis akrual. Namun berbeda dengan penelitian Iznillah (2015) bahwa teknologi informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kesiapan pemerintah daerah dalam menerapkan standar akuntansi pemerintah berbasis akrual.

Selanjutnya sumber daya manusia menjadi faktor ketidaksiapan pemerintah daerah dalam mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual. Hal ini sesuai dengan pernyataan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) melalui artikel yang tertuang di www.dpr.go.id, bahwa pada saat melakukan pemeriksaan atas 184 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) ditemukan kasus-kasus ketidaksiapan yaitu, pemerintah daerah belum mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten dan memadai pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam pengelolaan keuangannya. Dengan demikian, pemerintah pusat dan daerah perlu secara serius menyusun perencanaan sumber daya manusia di bidang

(7)

7 akuntansi pemerintahan (Simanjuntak, 2010 dalam Arih, 2016). Menurut Azman (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa telah berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kesiapan sumber daya manusia tetapi hasil yang didapatkannya hanya mendapatkan predikat cukup dalam kesiapan sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia diukur dari kemampuan pengetahuan (knowledge), karena semakin kuat pengetahuan dari sumber daya manusia tersebut semakin kuat tanggung jawab dan daya saing dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan penelitiah Aldiani (2010) dalam Putra dan Ariyanto (2015). Menurut Kristyono (2013) bahwa kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh pemerintah daerah merupakan hal yang terkait dengan kesiapan pemerintah dalam menerapkan SAP berbasis akrual.

Penelitian yang dilakukan oleh Adventana (2014) dan Adriansyah (2013) menyatakan bahwa sumber daya manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual. Penelitian Selvina et al (2015) menyarankan agar melakukan pendidikan dan pelatihan langsung mengenai PP No. 71 Tahun 2010, agar kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan berbasis akrual ini dapat diminimalisir. Namun menurut Fuad (2013) bahwa faktor tingkat pendidikan staf keuangan yang merupakan bagian dari sumber daya manusia tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat penerapan akuntansi akrual.

Komitmen merupakan suatu sikap mengenai kesetiaan karyawan terhadap organisasi tempat mereka bekerja pernyataan oleh Luthans (2002:235) dalam Permana dan Wiratmaja (2016). Menurut penelitian Putra dan Ariyanto (2015), komitmen berpengaruh positif terhadap kesiapan pemerintah dalam penerapan standar akuntansi berbasis akrual. Semakin tinggi suatu komitmen dari satuan kerja, maka semakin siap satuan kerja dalam penerapan SAP berbasis akrual menurut Aldiani (2010) dalam Permana dan Wiratmaja (2016). Permana dan Wiratmaja (2016) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa indikator tertinggi dalam penelitiannya adalah adanya komitmen yang tinggi dalam menyelesaikan penyusunan laporan keuangan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

(8)

8

Ardiansyah (2013) komitmen organisasi tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kesiapan penerapan SAP akrual.

Faktor selanjutnya yang diduga mampu mempengaruhi kesiapan pemerintah daerah dalam implementasi SAP akrual adalah komunikasi. Permana dan Wiratmaja (2016) menunjukan bahwa komunikasi memegang peranan penting dalam penerapan peraturan baru yang dikeluarkan oleh pemerintah, termasuk dalam penerapan SAP berbasis akrual. Iznillah (2015) menyatakan komunikasi itu harus dilakukan baik dengan pihak eksternal maupun dengan pihak internal, sehingga penerapan SAP berbasis akrual dapat berjalan dengan baik. Dengan adanya SAP berbasis akrual ini diperlukan komunikasi antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat yang berkesinambungan. Menurut Goldhaber (1986) dalam Mustika (2013) mengemukakan lima dimensi penting dari komunikasi tersebut 1) Supportivitas, atau bawahan mengamati bahwa hubungan komunikasi mereka dengan atasan membantu mereka membangun dan menjaga perasaan diri berharga dan penting, 2) Partisipasi membuat keputusan, 3) Kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia, 4) Keterbatasan dan keterusterangan, 5) Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi. Putra dan Ariyanto (2015) menyatakan bahwa faktor komunikasi berpengaruh positif terhadap kesiapan penerapan SAP berbasis akrual. Berbeda dengan penelitian Iznilla (2015) bahwa komunikasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kesiapan pemerintah daerah dalam menerapkan SAP berbasis akrual, tatacara komunikasi yang dilakukan pemerintah daerah tidak memiliki pengaruh terhadap kesiapan penerapan SAP berbasis akrual.

Berdasarkan fenomena dan kesimpulan dari penelitian terdahulu yang telah disebutkan sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Teknologi Informasi, Sumber Daya Manusia, Komitmen dan Komunikasi terhadap Kesiapan Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Kota Bandung (Studi Kasus: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandung Periode 2015)”.

(9)

9 1.3 Perumusan Masalah

Perubahan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual mampu memberikan perubahan dalam informasi kualitas laporan keuangan di pemerintahan Indonesia bila dibandingkan dengan standar akuntansi pemerintah berbasis kas menuju akrual. Standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual yang tercantum pada Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 di terbitkan tahun 2010, diimplementasikan di Indonesia sejak tahun diterbitkannya Peraturan Pemerintah tersebut. Namun menurut Undang-Undang No 17 Tahun 2003 pasal 36 ayat (1) menyatakan bahwa pelaksanaan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual dijalankan selambat-lambatnya lima tahun sejak Peraturan Pemerintah ditetapkan. Sehingga pada tahun 2015 pemerintah pusat maupun pemerintah daerah wajib menggunakan standar akuntansi pemerintah berbasis akrual sesuai dengan PP No. 71 Tahun 2010. Namun masih terdapat sektor pemerintah yang belum siap atau maksimal dalam mengimplementasikan kebijakan baru mengenai standar akuntansi ini. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan pemerintah dalam kesiapan penerepan standar akuntansi berbasis akrual belum dipahami secara baik, terdapat faktor pemanfaatan teknologi informasi yang belum optimal, sumber daya manusia yang masih rendah, serta kesadaran komitmen yang rendah dan pelaksanaan komunikasi yang kurang baik. Hal ini dapat diperkuat dengan penelitian terdahulu mengenai kesiapan sektor pemerintah dalam mengimplementasikan basis akrual yang tertuang dalan Peratutan Pemerintah No. 71 Tahun 2010.

1.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis dapat mengidentifikasi pertanyaan penelitian yang akan dijawab. Pertanyaan penelitian tersebut adalah:

1) Bagaimana teknologi informasi, sumber daya manusia, komitmen komunikasi dan kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung Periode 2015?

2) Bagaimana pengaruh teknologi informasi, sumber daya manusia, komitmen dan komunikasi secara simultan terhadap kesiapan implementasi standar

(10)

10

akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung Periode 2015?

3) Bagaimana pengaruh teknologi informasi, sumber daya manusia, komitmen dan komunikasi yang diuji secara parsial terhadap kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung Periode 2015?

a. Bagaimana pengaruh teknologi informasi terhadap kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung Periode 2015?

b. Bagaimana pengaruh sumber daya manusia terhadap kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung Periode 2015?

c. Bagaimana pengaruh komitmen terhadap kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung Periode 2015?

d. Bagaimana pengaruh komunikasi terhadap kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung Periode 2015?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian, maka dapat diidentifikasi bahwa tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui teknologi informasi, sumber daya manusia, komitmen, komunikasi dan kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung Periode 2015.

2) Untuk mengetahui pengaruh teknologi informasi, sumber daya manusia, komitmen dan komunikasi yang diuji secara simultan terhadap kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung Periode 2015.

3) Untuk mengetahui pengaruh teknologi informasi, sumber daya manusia, komitmen dan komunikasi yang diuji secara parsial terhadap kesiapan

(11)

11 implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung Periode 2015.

a. Untuk mengetahui pengaruh teknologi informasi terhadap kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung Periode 2015.

b. Untuk mengetahui pengaruh sumber daya manusia terhadap kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung Periode 2015.

c. Untuk mengetahui pengaruh komitmen terhadap kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung Periode 2015.

d. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi terhadap kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung Periode 2015.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca maupun peneliti selanjutnya, baik secara aspek teoritis maupun praktis, seperti berikut ini:

1.6.1 Aspek Teoritis

1) Penelitian ini diharapkan sebagai bahan referensi yang dapat memberikan gambaran kepada peneliti selanjutnya sejauh mana hubungan teknologi informasi, sumber daya manusia, komitmen dan komunikasi terhadap kesiapan pemerintah dalam mengimplementasikan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual.

2) Menambah wawasan bagi peneliti selanjutnya mengenai kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual.

3) Hasil penelitian ini juga diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian selanjutnya mengenai aspek apa saja yang dapat mempengaruhi kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual.

(12)

12

3.6.1 Aspek Praktis

1) Memberikan masukan atau bahan pertimbangan dalam memaksimalkan penerapan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 bagi Pemerintah Kota Bandung.

2) Penelitian ini juga diharapkan dapat meminimalkan kesalahan dalam penyusunan pelaporan keuangan dengan adanya identifikasi kemungkinan kendala yang dihadapi pemerintah daerah dalam menerapkan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1 Variabel

Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang akan diteliti dan menjadi variabel independen atau variabel X adalah teknologi informasi (X1), sumber daya manusia (X2), komitmen (X3), dan komunikasi (X4). Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini atau variabel Y adalah kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual.

1.7.2 Lokasi

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan kuesioner untuk melihat pengaruh dan menganalisis keempat variabel independen (X1, X2, X3 dan X4) dalam mempengaruhi kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung. Lokasi penelitian seluruhnya terjadi di lingkungan Pemerintah Kota Bandung khususnya Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandung selaku Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah (SKPKD).

1.8 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembaca dalam memahami materi mengenai penelitian ini, maka penulis akan menyusun suatu sistematika penulisan. Urutan penulisan bab yang akan disajikan adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memberikan penjelasan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian yang terdapat fenomena dan digunakan sebagai

(13)

13 acuan meneliti, perumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang penelitian, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian ini secara teoritis dan praktis serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai teori yang menjadi dasar bagi penelitian, hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan, kerangka pemikiran yang membahas rangkaian pola pikir untuk menggambarkan masalah penelitian, hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara atas masalah penelitian, dan ruang lingkup penelitian yang menjelaskan dengan rinci batasan dan cakupan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan mengenai jenis penelitian, variabel operasional, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, dan teknik analisis data yang digunakan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan mengenai langkah-langkah analisis data dan hasil analisis data yang telah diperoleh dengan menggunakan alat analisis yang diperlukan serta pembahasan hasil penelitian yang diperoleh.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan mengenai kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang didapat berupa dari hasil penelitian serta saran berguna sebagai bahan pertimbangan objek penelitian dan berguna bagi peneliti selanjutnya.

(14)

14

Referensi

Dokumen terkait

Pendapat Jabariah di atas menurut Mu‟tazilah bertentangan dengan ayat-ayat yang mengatakan bahwa Allah tidak menghalangi umat untuk beriman jika datang kepada

PPL adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh selama perkuliahan, sesuai dengan

H. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta terkait dengan ketentuan hak penyewaan bagi pelaku usaha penyewaan VCD. 2) Hak Penyewaan : hak pencipta atau penerima hak cipta

I also want to thank the kind support of Sponsor Institutes: International Association of Organization (IAOI) USA, Chang Jung Christian University of Taiwan, National

Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini EPIDEMIOLOGI adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan distribusi (penyebaran) serta determinat masalah kesehatan pada

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui bagaimana guru BK memotivasi berpenampilan rapi melalui layanan informasi pada siswa kelas VIII di MTs. Ak-Manar Medan

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi kemungkinan Financial distress pada industri tekstil dan garmen menggunakan model prediksi Altman Z-score serta

Populasinya adalah mahasiswa Proram Studi Pendidikan Tata Boga angkatan 2010 sebanyak 46 orang dengan sampel jenuh.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada elemen