Arsitektur dan Desain Riset
Studi Perkotaan dan Lingkungan Binaan
Kritik Perencanaan dan Arsitektur Binaan
Elektronik Jurnal Arsitektur milik Jurusan Arsitektur-Fakultas
Teknik-Universitas Udayana yang terbit dua kali dalam setahun.
www.ojs.unud.ac.id
Oka Saraswati, AAA; Widya Paramadhyaksa, IN; Syamsul,
AP; Mudra, IK; Yuda Manik, IW; Swanendri, NM; Rumawan
Salain, IP; Sueca, NP; Suartika, GAM; Susanta, IN; Suryada,
IGAB; Widja, IM; Kastawan, IW; Suryada, IGAB; Karel
Muktiwibowo, A.
V
o
lum
e
(
4
)
N
o
m
o
r (
1
)
Edi
si
Ja
nua
ri
2
0
1
6
JURUSAN ARSITEKTUR
-Jurnal Arsitektur (JA) Universitas Udayana
e-Jurnal Arsitektur (JA) UNUD adalah kumpulan artikel terbitan berkala yang merupakan hasil studi
menyeluruh dan inter disiplin di bidang arsitektur, perencanaan, dan lingkungan terbangun. Tujuan JA
UNUD adalah untuk menghubungkan teori dan praktik nyata dunia kerja dalam bidang arsitektur dan
desain riset, serta perencanaan kota dan studi lingkungan binaan.
Kontributor artikel JA UNUD utamanya berasal dari para civitas akademika arsitektur, namun tetap terbuka
peluang bagi pelaku dan pemerhati bidang arsitektur, seperti: arsitek bangunan, desainer interior,
perencana kota, dan arsitek lansekap yang bekerja di institusi akademik, lembaga riset, institusi
pemerintahan, universitas, maupun praktik swasta untuk turut berkontribusi.
JA UNUD mempublikasikan studi riset, kritik dan evaluasi objek arsitektur berskala mikro maupun makro,
dll. Sub bidang yang dapat menjadi topik artikel di JA UNUD terbagi atas 3 (tiga) bagian:
1. Arsitektural dan Desain Riset:
Topik yang termasuk sub bidang ini, antara lain: teknologi dan desain berkelanjutan, komputer
arsitektur, metoda desain dan teori, arsitektur perilaku, desain dan pemrograman arsitektur,
pedagogi arsitektur, evaluasi pasca huni, aspek budaya dan sosial dalam desain, dll. Artikel biasanya
merupakan hasil studi/skripsi/tugas akhir mahasiswa arsitektur.
2. Studi Perkotaan dan Lingkungan Binaan:
Topik yang termasuk sub bidang ini, antara lain: konservasi perkotaan berkelanjutan, implikasi
faktor administratif dan politik terhadap suatu komunitas dan ruang, kota dan daerah perkotaan,
perencanaan lingkungan, kebijakan dan desain perumahan, kota baru, aplikasi GIS dalam arsitektur,
dll.
3. Kritik Perencanaan Arsitektur dan Arsitektur Binaan:
Topik yang termasuk sub bidang ini, antara lain: hasil diskusi mengenai proyek arsitektur yang
sedang direncanakan, dalam tahap konstruksi, dan setelah dihuni. Artikel biasanya merupakan hasil
pengamatan terhadap studi kasus.
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
Kampus Bukit Jimbaran-Bali, Indonesia
P
-Jurnal Arsitektur (JA) Universitas Udayana
Penanggung Jawab
Anak Agung Ayu Oka Saraswati
Pengarah
I Nyoman Widya Paramadhyaksa
Ketua
Syamsul Alam Paturusi
Sekretaris
I Wayan Yuda Manik
Bendahara
Ni Made Swanendri
Penyunting dan
Reviewer
Putu Rumawan Salain
Ngakan Putu Sueca
Gusti Ayu Made Suartika
I Nyoman Susanta
I Gusti Agung Bagus Suryada
Tim Validasi
I Ketut Mudra
I Made Widja
Syamsul Alam Paturusi
I Wayan Kastawan
I Gusti Agung Bagus Suryada
Tim Penerbit
I Made Widja
Ngakan Putu Sueca
I Wayan Kastawan
I Gusti Agung Bagus Suryada
Desainer Cover
Antonius Karel Muktiwibowo
Arsitektur dan Desain Riset
Studi Perkotaan dan Lingkungan Binaan
Kritik Perencanaan dan Arsitektur Binaan
ejurnal nasional arsitektur milik Jurusan Arsitektur-Fakultas
Teknik-Universitas Udayana yang terbit dua kali dalam setahun.
Volume (4) Nomor (1) Edisi Januari 2016
ISSN No. 9 772338 505750
Hak Cipta
2016 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Udayana
Seluruh kontributor artikel telah mengijinkan Jurnal Arsitektur
UNUD
untuk
mereproduksi,
mendistribusikan,
dan
mempublikasikan substansi jurnal dalam format elektronik pada
website OJS Universitas Udayana
www.ojs.unud.ac.id
P
P
P
-Jurnal Arsitektur (JA) UNUD
Tata tulis naskah:
1.
Kategori naskah ilmiah merupakan hasil penelitian (laboratorium, lapangan, kepustakaan), ilmiah
populer (aplikasi, ulasan, opini), diskusi, skripsi, dan stugas akhir.
2.
Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris (abstrak) diketik pada kertas ukuran A-4,
spasi tunggal, dengan batas atas 1,55 cm; bagian dalam 2,5 cm; bagian luar 1,5 cm; dan bawah 2,45
cm.
Font
yang digunakan adalah Arial 11pt.
3.
Batas panjang naskah/artikel adalah 4 atau 6 halaman.
4.
Judul harus singkat, jelas tidak lebih dari 10 kata, cetak tebal, huruf kapital, di tengah-tengah kertas.
Untuk diskusi, judul mengacu pada naskah yang dibahas (nama penulis naskah yang dibahas ditulis
sebagai referensi).
5.
Nama penulis/pembahas ditulis lengkap tanpa gelar, di bawah judul, disertai institusi asal penulis dan
alamat email di bawah institusi.
6.
Harus ada kata kunci (keyword) dari naskah yang bersangkutan minimal 2 kata kunci. Daftar kata kunci
(keyword) diletakkan setelah abstrak
7.
Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris maksimum 200 kata, dicetak miring, font Arial 10pt,
spasi tunggal. Judul bab ditulis di tengah-tengah ketikan, cetak tebal huruf kapital
8.
Gambar, grafik, tabel dan foto harus disajikan dengan jelas.
9.
Definisi notasi dan satuan yang dipakai dalam rumus disatukan dalam daftar notasi. Daftar notasi
diletakkan sebelum daftar pustaka
10. Kepustakaan diketik 1 spasi. Jarak antar judul 2 spasi dan diurutkan menurut abjad. Penulisannya
harus jelas dan lengkap sesuai dengan: nama pengarang, tahun, judul, kota: penerbit. Judul dicetak
miring.
Keterangan umum:
1.
Naskah yang dikirim sebanyak satu eksemplar dan menyerahkan
soft copy
dalam program pengolahan
kata MS Word atau format teks/ASCII.
2.
Naskah belum pernah dipublikasikan oleh media cetak lain.
Editorial
Ketika Dirjen Diki melansir suratnya No. 152/E/T/2012 yang berisikan Wajib Publikasi Ilmiah Bagi S1/S2/S3,
ide dasarnya dasarnya adalah untuk mendongkrak jumlah karya ilmiah perguruan tinggi yang dipublikasikan
secara luas dianggap sangat rendah. Kebijakan ini langsung mengguncang jagad perguruan tinggi di
Indonesia.Media yang digunakan untuk mewujudkan kebijakan tersebut adalah jurnal cetak dan e-jurnal.
Sosialisasi e-jurnal di Universitas Udayana telah dilakukan, namun dalam implementasinya bukan hal yang
mudah. Untuk mewujudkannya melibatkan banyak pihak, organisasi mulai dari jurusan hingga Universitas,
menempatkan orang-orang yang berkompeten (reviewer
dan validator) dan badan pelaksanaannya. Selain
itu, dukungan kebijakan, sumberdaya dan pengalokasiannya. Belum lagi mekanisme pemantauan, evaluasi,
dan pengawasan pelaksanaannya. Ditengah kompleksitas permasalahan ini, lahirlah jurnal volume 4 nomor
1 dengan segala keterbatasannya. Sisi kualitas sebagai karya ilmiah, berkejaran dengan batas waktu yang
sangat terbatas mewarnai volume keempat ini. Ini menjadi masalah tersendiri, menransformasi Tugas Akhir
arsitektur yang didominasi gambar perancangan menjadi laporan dalam format jurnal ilmiah, bukan hal
mudah. Namun ini adalah pilihan satu-satunya dalam keadaan keterbatasan waktu.
Diharapkan pada edisi mendatang, penyumbang artikel bukan hanya dari mahasiswa yang sedang tugas
akhir, tetapi seluruh mahasiswa arsitektur tanpa memandang semester. Sehingga diharapkan diperoleh
keberagaman naskah yang masuk sekaligus terdistribusinya jumlah artikel di setiap penerbitan. Dalam
kesempatan yang baik ini, dari dapur pelaksana e-jurnal Asitektur, mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu terwujudnya jurnal volume 4 nomor 1 ini.
ftar Isi
Halaman
eJurnal Arsitektur Universitas Udayana... ii
Pengurus eJurnal Arsitektur Universitas Udayana... ii
Penuntun Penulisan dan Pengiriman Naskah e-Jurnal Arsitektur (JA) UNUD... iii
Editorial... iii
Daftar Isi... v
1. Tempat Penitipan dan Perawatan Anak Usia Sekolah di Denpasar, Bali. Penerapan Tema Arsitektur Kontekstual pada Tampilan Bangunan.
(I Wayan Prasumartha Suaryadhi, Ida Ayu Armeli, Anak Agung Ayu Oka Saraswati)...1-4
2. Apartemen Untuk Tenaga Kerja Asing di Badung, Bali
(Irfan Jois P. Nababan, Evert Edward Moniaga, I Putu Sugiantara) ...5-10
3. Pengembagan Goa Maria Palasari di Jembrana sebagai Tempat Ziarah dan Rumah Retret, Bali. Suatu Studi Mengenai Pendekatan Konsep Ruang Hijau
(Denalia Chrisma, I Nyoman Surata, I Ketut Mudra) ...11-16
4. Gedung Penjualan Sarana Pendidikan di Denpasar, Bali. Penerapan Tema Ramah Lingkungan pada Tampilan Bangunan
(I Made Adi Astika, Gusti Ayu Made Suartika, I Wayan Wiryawan) ...17-20
5. Gedung Pertunjukan Teater Modern di Denpasar, Bali. Suatu Pendekatan Tema Arsitektur Neo-Vernakular pada Konsep TampilanMain Gate.
(Dewa Gede Surya Negara, Ciptadi Trimarianto, I Gusti Agung Bagus Suryada) ...21-24
6. Gedung Teater Kontemporer di Badung, Bali. Penerapan Tema Future Elastic pada Tampilan Bangunan.
(Yosep Indra Aprilianto, I Wayan Gomudha, I Nyoman Widya Paramadhyaksa)...25-28
7. Klinik Bersalin di Gianyar, Bali
(Ida Ayu Dwi Sartika, Ida Bagus Gde Wirawibawa, I Ketut Mudra)...29-34
8. Pusat Kebugaran dan Spa di Denpasar, Bali
(Ni Wayan Wiwin Darsika, I Wayan Gomudha, I Wayan Kastawan) ...35-40
9. Galeri Batu Akik di Denpasar, Bali. Penerapan Tema Neo-Vernakular dalam Perancangan Galeri
(Gede Bambang Yudha Dharmawani, Syamsul Alam Paturusi, I Nyoman Susanta)...41-44
10. Suatu Studi Mengenai Konsep Struktur dan Tampilan Bangunan Bambu. Kasus Studi: Fasilitas Wisata Agro pada Simantri Budi Luhur Kintamani, Bali.
(Andika Surya Pramana, I Nengah Lanus, Putu Gede Sukarsana) ...45-48
11. Penataan Fasilitas Wisata Pantai di Banjar Ponjok, Serangan, Bali. Suatu Studi Mengenai Perumusan Strategi Penataan Arsitektur.
(Putu Aditya Saputra, Ida Ayu Armeli, I Nyoman Widya Paramadhyaksa)...49-54
12. Taman Baca Pelajar di Kabupaten Tabanan, Bali. Suatu Studi Mengenai Konsep Tampilan Ruang Dalam.
(Made Ayu Intan Kripayani, Ida Bagus Gde Primayatna, Ida Bagus Ngurah Bupala)...55-58
13. Gereja Katolik Fransiscus Asisi di Denpasar, Bali
(Antonio Fransiscus Jaury, Ngakan Putu Sueca, I Ketut Muliawan Salain) ...59-64
14. Klinik Perawatan Anjing di Kota Denpasar, Bali. Suatu Studi Mengenai Penerapan Konsep Arsitektur Tropis pada Klinik Perawatan Anjing di Kota Denpasar
15. Penataan Pantai Purnama Gianyar, Bali. Perpaduan yang Berkorelasi antara Sirkulasi Spiritual dengan Sirkulasi Wisata
(Agus Warma Viegas, Widiastuti, Anak Agung Gede Dharma Yadnya)...71-74
16. Spa dan Yoga di Kabupaten Badung, Bali. Suatu Studi Mengenai Perancangan Spa dan Yoga
(Anastasia Ayu, Ida Bagus Gde Primayatna, I Ketut Mudra)...75-78
17. Re-DesignTerminal Pelabuhan Penyeberangan Padangbai, Kab. Karangasem, Bali
(Putu Hendra Semaradana, Ciptadi Trimarianto, I Putu Sugiantara)...79-84
18. Tempat Bermain Anak-anak Khusus Permainan Tradisional Bali di Denpasar
(Ni Ketut Ayu Adi Ardini, Ida Ayu Armeli, Ida Bagus Gde Wirawibawa) ...85-90
19. Sekolah Tinggi Pariwisata di Gianyar, Bali
(I Wayan Dedik Pariarta, Ciptadi Trimarianto, dan I Wayan Yuda Manik.) ...91-94
20. Penangkaran Penyu di Desa Perancak Kab. Jembrana, Bali
(Gede Karang Subadra, I Made Widja, dan Ida Bagus Gde Wirawibawa) ...95-98
21. Peternakan Burung di Badung Utara, Bali
(I Gede Suarjana, I Wayan Meganada, dan Ida Bagus Gde Primayatna) ...99-102
22. Dojo Karate Internasional di Denpasar, Bali
(Ida Bagus Oka Basudewa, Ida Ayu Armeli, dan I Gusti Agung Bagus Suryada.) ...103-108
23. Wisata Taman Air di Sanur, Denpasar-Bali
(Made Ferry Irawan Saputra, Ida Bagus Gde Wirawibawa, dan I Gusti Bagus Budjana)...109-114
24. Taman Penitipan Anak di Denpasar, Bali
(Cokorda Gede Baskara Putra, I Nengah Lanus, dan I Ketut Mudra) ...115-118
25. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Badung, Bali
(I Putu Ekho Adi Putra, A.A. Gde Dharma Yadnya, dan Putu Gede Sukarsana) ...119-124
26. Sekolah Menengah Kejuruan Seni Rupa di Blahbatuh-Gianyar, Bali
(I Kadek Udiana, Putu Rumawan Salain, dan Ngakan Ketut Acwin Dwijendra) ...125-130
27. Gedung Konser Musik Internasional di Badung, Bali
(I G. N. Rio Brahmantya P, Ida Bagus Ngurah Bupala, dan I Wayan Yuda Manik)...131-136
28. Rumah Sakit Jiwa Kelas B di Kabupaten Badung, Bali
(I Made Wira Setiawan, Ida Ayu Armeli, dan I Putu Sugiantara) ...137-142
29. Pusat Latihan Cabang Olah Raga Renang di Denpasar, Bali
(I Gusti Ngurah Bagus Eka Dwipayana, I Made Widja, dan I Nyoman Widya Paramadhyaksa) ...143-148
30. City Hotel di Denpasar, Bali
(I Gst. Pt. Anom Prasetya Utama Putra, A. A. Ayu Oka Saraswati, dan I G. A. Bagus Suryada)...149-154
31. Pusat Produksi & Distribusi Majalah Bog-Bog di Denpasar, Bali
(I Komang Yogi Purwanta, I Made Widja, dan Ni Made Swanendri) ...155-160
32. Pusdiklat Tenis Lapangan Bali di Denpasar, Bali
(Anak Agung Ngurah Ryan Prasatya Putra, I Wayan Meganada, dan I Nyoman Widya Paramadhyaksa)...161-166
33. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan, Bali
(A.A Gede Trisna Gamana Pratama, I Made Adhika, dan I Nyoman Widya Paramadhyaksa) ...167-170
34. Hostel di Tanah Lot Tabanan, Bali
(Made Nurjaya Permana, Ida Bagus Sarjana, I Nyoman Susanta) ...171-174
35. Galeri Kain TenunEndekdi Kota Denpasar, Bali
(Putu Gde Suwandi Putra Nugraha, Ida Bagus Ngurah Bupala, Putu Gede Sukarsana)...175-178
36. Sentra Penjualan KerajinanGamelanBali di Desa Tihingan Klungkung, Bali
(Tjokorda Gede Agung Pradnya Putra, I Gusti Bagus Budjana, I Nyoman Surata)...179-184
37. Pengembangan Fasilitas “Tirta Ujung” Sebagai Sarana Rekreasi Air di Karangasem, Bali
38. Fasilitas Rekreasi Taman Bunga di Kota Denpasar, Bali
(Dwi Adintya Eradiputra, Syamsul Alam Paturusi, I Wayan Kastawan)... 189-194
39. Restoran Aneka Boga Bali di Denpasar, Bali. Kasus Studi: Suatu Konsep Perancangan Restoran Dalam Pendekatan Hospitality
(Fajar Kurnia Adi, I Made Widja, Ida Bagus Gde Wirawibawa) ...195-198
40. Taman Kota Mangupura
(George Gede Raditya, Evert Edward Moniaga, Syamsul Alam Paturusi)... 199-202
41. Pengembangan Pasar Hewan Bebandem, Karangasem-Bali
(I Putu Agus Suartana, Widiastuti, Evert Edward Moniaga) ...203-206
42. Pengembangan KawasanWaterfrontdi Danau Buyan, Bali
(I Gede Made Diastawa Giri, I Wayan Gomudha, I Wayan Kastawan) ... 207-212
43. Wisata Tenun Rangrang di Nusa Penida, Bali
(I Wayan Kuatrayana, I Wayan Meganada, Evert Edward Moniaga) ... 213-216
44. Relokasi Pasar Seni Guwang di Kabupaten Gianyar, Bali
(I Wayan Gani Septiadi, Ida Ayu Armeli, I Wayan Yuda Manik)...217-220
45. Bangunan Multifungsi (Mixed-Use Building) Fasilitas Hotel dan Mall di Lovina, Buleleng, Bali
(I Gede Urip Suputra, I Wayan Gomudha, Gusti Ayu Made Suartika)... 221-226
46. Arena Kompetisi dan Pusat Pelatihan Barongsai di Denpasar, Bali. Suatu Pendekatan Konsep Arsitektural
(Sapta Hartawan, A.A. Gde Dharma Yadnya, Ciptadi Trimariarto) ...227-230
47. Pusat Pelatihan dan Sarana Olahraga Menembak di Denpasar, Bali. Kasus Studi: Pendekatan Konsep Arsitektur Tehadap Penyediaan Sarana Olahraga Menembak
(I Dewa Made Adiyoga Pramana Purwa, I Gusti Bagus Budjana, I Putu Sugiantara)...231-234
48. TokoModernBahan Bangunan di Kabuaten Badung
(I Nyoman Erin Diana, Anak Agung Ayu Oka Saraswati, I Wayan Yuda Manik)...235-240
49. Pendidikan Nonformal Bernuansa Alam untuk Pengembangan Kreatifitas Anak di Denpasar
(I Kadek Raka Winda, Ida Ayu Armeli, I Wayan Yuda Manik)...241-246
50. Dynamic Active Spacepada Perancangan Kantor Produksi Iklan di Badung, Bali
(I Nyoman Satria Trypartha, I Wayan Meganada, Ni Made Swanendri)... 247-252
51. Sekolah Fotografi di Denpasar, Bali
(Trihono Ari Prabowo, Ngakan Putu Sueca, I Wayan Wiryawan) ...253-258
52. Villa Resort inTulamben Karangasem, Bali
(I Gst. Ag. Ayu Wulan Suantari, Putu Rumawan Salain, Ida Bagus Gde Primayatna)...259-264
53. Polemik Rumah Susun Sederhana Sewa di Denpasar, Bali
PENDAHULUAN
Untuk dapat menerapkan suatu konsep ke dalam sebuah karya arsitektur dengan baik, kita terlebih dahulu harus mengetahui tentang apa itu yang dimaksud dengan konsep. Konsep adalah sebuah rumusan atau ga-gasan-gagasan yang mempersatukan berbagai elemen ke dalam satu keseluruhan. Elemen-elemen terse-but dapat berupa sebuah gagasan, rekaan, pemikiran dan observasi. Dalam arsitektur, konsep menganjur-kan suatu cara tertentu di mana persyaratan-persyaratan yang berhubungan dengan program, konteks dan keyakinan dapat digabungkan bersama. Sehingga, konsep merupakan suatu bagian yang penting dari se-buah perancangan karya arsitektur (Snyder dan Catanese, 1984:81).
Pemilihan suatu konsep, harus diperhitungkan sejak awal agar bisa merepresentasikan dengan baik tentang fungsi dan kegiatan yang terjadi dalam sebuah rancangan arsitektur. Dalam perancangan Pusat Pelestarian Kesenian Wayang ini, akan digunakan salah satu unsur penting dalam suatu pertunjukan wayang sebagai konsepnya yaitu Kayonan. Konsep Kayonan akan diterapkan pada perancangan pintu masuk atauentrance
tapak. Dengan penerapan konsep kayonan pada bagian depan (pintu masuk) Pusat Pelestarian ini, diharap-kan mampu untuk merepresentasidiharap-kan fungsi dan kegiatan yang terjadi didalamnya.
PUSAT PELESTARIAN KESENIAN WAYANG KULIT TRADISIONAL BALI DI BADUNG, BALI
Penerapan Konsep Kayonan pada
Entrance
Tapak
I Putu Ekho Adi Putra1), A.A. Gde Dharma Yadnya2), dan Putu Gede Sukarsana3)
1)Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana
ekhoadiputra@yahoo.com
2)Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana 3)Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana
gedesukarsana@yahoo.com
ABSTRACT
Concept is an important thing in designing masterpiece of an architecture. The purpose of the concept is to give an iden-tity the both form and function of the building. Beside that, the applied of the concept also give a specific characteristic that could support the form and function of the building. A concept should be applied in any part of an architectural de-sign. One of them is in the front that is the main entrance of the site. The design of the entrance is expected to be seen clearly on the function of the architectural building which is the preservation of art in the form of traditional Balinese shadow puppets. Therefore, showing the impression of puppetry as well as represent a function in it, then the Kayonan concept selected to be applied in the site entrance.
Keywords:kayonan, concept, entrance, represent
ABSTRAK
Konsep merupakan suatu hal yang sangat penting dalam perancangan sebuah karya arsitektur. Konsep dalam perancangan arsitektur bertujuan untuk memberikan identitas baik dari segi bentuk dan fungsi dari karya arsitektur tersebut. Selain untuk memberi identitas, penerepan konsep juga bisa memberikan suatu ciri khas tertentu yang bisa mendukung bentuk dan fungsi dari rancangan arsitektur itu sendiri. Sebuah konsep tentunya harus diterapkan di setiap bagian dari sebuah rancangan arsitektur, salah satunya adalah di bagian depan yang berupa pintu masuk atau entrance ke dalam tapak perancangan. Dalam perancangan entrance ini, diharapkan sudah dapat dilihat dengan jelas mengenai fungsi dari rancangan arsitektur didalamnya yaitu berupa fungsi pelestarian kesenian wayang kulit tradisional Bali. Oleh sebab itu, untuk menampilkan kesan pewayangan sekaligus untuk merepresentasikan fungsi yang ada didalamnya, maka konsep kayonan dipilih untuk diterapkan pada entrance tapak.
KAYONAN
Makna dan Filosofi Kayonan
Kayonan merupakan wayang dengan bentuk menyerupai gunung yang melambangkan keadaan bhuana agung (alam) beserta dengan isinya. Penggambaran sebuah kayonan selalu berkaitan dengan unsur-unsur Panca Maha Bhuta yaitu pertiwi (tanah), apah (air), teja (api), bayu (angin) dan akasa (ruang kosong). Semua benda yang tercipta di alam termasuk manusia merupakan gabungan atau kombinasi dari kelima un-sur alami tersebut. Suatu kelahiran adalah sebuah awal dan kematian adalah sebuah akhir dari suatu proses yang dinamakan kehidupan, oleh sebab itu maka penting untuk diketahui bagaimana kehidupan tersebut dapat terjadi. Suatu kehidupan dapat tercipta dari pertemuan Purusa dan Predana melalui lima unsur alami tersebut. Kemudian kehidupan tersebut akan mengalami kematian di mana kelima unsur alami tersebut akan kembali bersatu dengan Sang Maha Kuasa.
Melalui filosofi tersebut, adalah Wayang Kayonan sebagai simbol dari bhuana agung (alam semesta) yang dimainkan pada bagian awal sebagai pembuka dan pada bagian akhir sebagai penutup dari sebuah pertun-jukan wayang kulit tradisional Bali.
PENERAPAN KONSEP KAYONAN PADA ENTRANCE TAPAK
Penerapan konsep kayonan pada entrance dibuat karena sesuai dengan filosofinya dalam pertunjukan wayang, tarian kayonan dilakukan pada bagian awal dan akhir pertunjukan. Sama halnya dengan kayonan,
entranceatau pintu masuk tapak ini juga akan dilalui paling pertama untuk masuk dan dilalui pada saat tera-khir untuk keluar. Sehingga penerapan konsep kayonan dirasa cocok untuk diterapkan pada bagian en-trancetapak selain kayonan juga memiliki bentuk yang bisa mewakili fungsi dari rancangan arsitektur dida-lamnya.
Tujuan
Melalui penerepan konsep kayonan padaentrance tapak, diharapkan untuk mampu untuk merepresentasi-kan bentuk yang sesuai dengan fungsi rancangan arsitektur didalamnya. Dengan penerapan salah satu un-sur wayang sebagai konsep perancangan akan mampu memperkuat fungsi Pusat Pelestarian Wayang ini. Selain itu kayonan dalam pertunjukan wayang kulit Bali juga merupakan kearifan lokal yang perlu dilestari-kan, oleh sebab itu melalui penerapan konsep ini diharapkan mampu untuk mengangkat kearifan lokal ter-sebut melalui sebuah tampilan entrance yang unik dan tetap mengandung nilai-nilai filosofis kayonan itu sendiri.
Transformasi Konsep Entrance pada Tapak
Terdapat beberapa hal yang akan diperhatikan dalam transformasi konsepentrance ini yaitu tata letak en-trance, dimensi dan bentukentrance.
Gambar 1. Tata LetakEntrancedan Parkir
Sumber: Adi Putra, 2015:4
zona parkir bus
main entrance
letakan entrance di sisi timur selain karena jalan utama dan satu-satunya akses untuk masuk ke dalam tapak, juga karena filosofi dalang yang melakukan pertunjukan wayang harus menghadap ke arah yang di-anggap suci dalam ajaran umat Hindu yaitu pada arah timur dan utara.
Untuk fungsi yang berkaitan erat di areaentranceseperti parkir, akan dibuatkan parkir bus di sebelah utara
main entrancekemudian parkir pengunjung dan pengelola di bagian belakangentrance.
Gambar 2. Ruang Tangkap padaEntrance
Sumber: Adi Putra, 2015:4
Untuk mendukung kinerja entranceyang baik, diperlukan ruang penangkap pada bagian depannya. Dalam konsep Bali, khususnya yang diterapkan pada pintu masuk rumah tradisional, selalu dibuat ruang pe-nangkap yang disebut dengan Cangkem Kodok pada rancangan pintu masuknya. Hal ini bertujuan untuk memberi penekanan pada perletakan entrancesehingga akan mudah dikenali oleh orang-orang. Selain itu dengan adanya ruang penangkap ini akan dapat menciptakan kesan menarik orang untuk datang dan me-masukinya.
Setelah tata letak entrance diperhitungkan, langkah selanjutnya adalah dengan menentukan dimensi en-trance tersebut. Jenis kendaraan yang akan melalui entrance adalah mobil dan motor, sehingga dimensi lebarentranceyaitu ±6 meter agar bisa dilalui kendaraan tersebut secara bersamaan.
Gambar 3. Jenis kendaraan dan DimensiEntrance
Sumber: Adi Putra, 2015:4
Hal terakhir dari transformasi konsep entrance ini adalah penentuan bentuk yang sesuai dengan konsep kayonan. Untuk bentuk dasar entranceakan memakai bentuk candi bentar yang biasanya digunakan pada bangunan sakral umat Hindu. Kemudian untuk menghilangkan kesan sakral dari candi bentar ini, akan dil-akukan sedikit modifikasi berupa penyederhanaan bentuk dan ornamen yang diterapkan pada bentuk candi bentar ini. Untuk menampilkan kesan atau bentuk dari sebuah kayonan, maka pada tampilan entrance
dengan bentuk candi bentar ini juga akan mengadopsi bentuk dan jenis pepatranatau ukiran yang terdapat pada kayonan. Jadi, secara keseluruhan nantinya bentuk entrance ini merupakan kombinasi dari bentuk candi bentar dan kayonan sebagai elemen pelengkapnya.
Cangkem Kodok pada Main Entrance
Gambar 4. Transformasi BentukEntrance
Sumber: Adi Putra, 2015:5
Bentuk entrance akan memadukan bentuk dari candi bentar dan kayonan itu sendiri untuk mendapatkan visual yang menarik. Bentuk candi bentar tetap dipertahankan, hanya saja dilakukan sedikit modifikasi dengan cara penyederhanaan bentuk dan ornamen didalamnya. Pada candi bentar biasanya terdapat sayap pada bagian belakangnya, untuk hal itu akan diganti dengan bentuk kayonan untuk memperkuat kesan wayang pada candi bentar. Kemudian sesuai dengan filosofi dari kayonan yaitu adalah simbol dari alam se-mesta yang terdiri dari lima unsur alami (Panca Maha Bhuta). Kelima unsur tersebut akan diaplikasikan pada tumpangan candi bentar yang dibuat lima tingkatan yang mewakili masing-masing unsur alami tersebut. Un-tuk ornamen kayonan pada sayap candi bentar akan tetap dipertahankan unUn-tuk memperkuat kesan pe-wayangannya. Dengan bentuk ini diharapkan akan mampu merepresentasikan fungsi dan kegiatan dari Pusat Pelestarian Wayang Kulit Tradisional Bali ini. Berikut merupakan sketsa dari bentukentrancetersebut:
Gambar 5. Sketsa BentukEntrance
Sumber: Adi Putra, 2015:5
Untuk bagian temboknya, juga diaplikasikan ukiran-ukiran khas pada wayang kayonan yaitu pada bagian ko-lom-kolom atau pilar tembok yang dibuat pipih berbentuk persegi panjang. Hal ini dibuat untuk dapat mengesankan kesan modern pada tembok dengan pengaplikasikan bentuk yang sederhana tanpa adanya paduraksa lagi.
Pohon Peneduh
Pohon Pengarah Tanaman Hias Gambar 6. Detail padaEntrance
Sumber: Adi Putra, 2015:5
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa candi bentar ini terdiri dari 5 tingkatan sesuai dengan konsep kay-onan (bhuana agung/ alam semesta) yang tercipta dari gabungan dari kelima unsur alami Panca Maha Bhu-ta yaitu pertiwi, apah, teja, bayu dan akasa.
Pada bagian sayap candi bentar yang pengaplikasikan bentuk kayonan diakhiri dengan bentuk setengah kayonan pada bagian paling atas agar bentuknya dapat menyerupai candi bentar yang diibaratkan sebagai gunung yang terbelah. Sayap candi bentar ini akan dibuat memiliki sedikit ruang kosong didalamnya agar bisa diaplikasikan lampu yang dapat memancarkan cahaya dari celah-celah ukirannya.
Pilar pada tembok dibuat denga bentuk yang sederhana, yaitu mengambil bentuk persegi panjang untuk mengesankan kesan modern dengan tambahan full ornamen kayonan untuk kesan tradisionalnya. Bahan yang akan digunakan adalah dominasi batu bata merah dan beberapa jenis batu alam. Pada bagian depan tembok akan dibuatkanplanter boxuntuk ditanami tanaman hias agar dapat mempercantik tembok.
Gambar 7. Jenis Vegetasi/ tanaman padaEntrance
Sumber: Adi Putra, 2015:5
Padaentranceakan diaplikasikan tiga jenis tanaman yang dapat membantu kinerja fungsi darientrancedan parkir yang ada didalamnya yaitu tanaman peneduh berupa pohon ketapang dan pohon kamboja, pohon pengarah berupa pohon cemara dan palem serta tanaman hias berupa tanaman bunga-bungaan.
Masing-masing tanaman tersebut memiliki peran serta fungsi masing-masing sehingga entrance dapat ter-lihat lebih indah dan parkir yang ada didalamnya dapat berfungsi dengan baik.
Sebagai hasil keseluruhan dari sebuah rancangan entrance atau pintu masuk ini, maka akan ditampilkan siteplan dan layout yang akan dapat menampilkan tata letakentranceserta sirkulasinya. Berikut adalah hasil akhir dari penataanentrance dan parkir dibelakangnya yang akan ditampilkan dalam gambar siteplan dan layout keseluruhan rancangan tersebut.
Gambar 8. Siteplan dan Layout
Sumber: Adi Putra, 2015
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan yang bisa ditarik adalah konsep merupakan suatu hal yang sangat penting dalam perancangan sebuah karya arsitektur karena suatu konsep dapat memberikan identitas dan ciri khas tertentu pada sebuah rancangan arsitektur tersebut. Kemudian saran yang bisa disampaikan adalah, kita bisa mengambil konsep dari berbagai hal yang salah satunya bisa kita ambil dari kearifan lokal yang ada. Dengan ini kita bisa me-lestarikan nilai-nilai filosofis yang terdapat dalam kearifan lokal tersebut dan menuangkannya dalam bentuk sebuah rancangan arsitektur.
REFERENSI