• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI HIDROLISA MINYAK GORENG BEKAS SECARA ENZIMATIS AKTIVASI GELOMBANG MIKRO. (I. Riwayati) L. Kurniasari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI HIDROLISA MINYAK GORENG BEKAS SECARA ENZIMATIS AKTIVASI GELOMBANG MIKRO. (I. Riwayati) L. Kurniasari"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

45

I. Riwayati dan

L. Kurniasari

Laboratorium Proses Kimia Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Semarang Jl Menoreh Tengah X/22 Semarang

e-mail: riway79@yahoo.com

STUDI HIDROLISA MINYAK GORENG BEKAS

SECARA ENZIMATIS AKTIVASI GELOMBANG

MIKRO

Penggunaan minyak goreng di industri dan rumah tangga yang cukup besar dapat menimbulkan masalah lingkungan. Hal ini disebabkan oleh limbah dalam bentuk minyak goreng bekas yang sudah tidak layak konsumsi. Minyak mempunyai rantai karbon yang panjang sehingga membutuhkan waktu cukup lama bagi alam untuk menguraikannya. Minyak bekas juga mempunyai mempunyai kandungan trigliserida yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan asam lemak dan gliserol melalui reaksi hidrolisa. Reaksi hidrolisa lemak secara enzimatis tidak efisien karena membutuhkan waktu yang lama dan harga enzim yang relatif mahal. Dari studi yang dilakukan terdapat peluang untuk mengefisienkan proses hidrolisa dengan mempercepat waktu reaksi. Salah satu caranya adalah dengan batuan gelombang mikro. Reaksi hidrolisa minyak dengan bantuan gelombang mikro ini tidak hanya membuat reaksi lebih efisien, tetapi juga menghasilkan proses yang lebih bersih dan hemat energi.

Kata Kunci : minyak goreng bekas, lipase, gelombang mikro Pendahuluan

Minyak dan lemak merupakan salah satu bahan makanan yang dihasilkan oleh alam. Kandungan trigliserida didalamnya dapat diolah menjadi berbagai jenis produk dengan melalui beberapa tahap proses. Diperkirakan sekitar 20 juta ton minyak dan lemak dipergunakan diseluruh dunia, sebagian besar sebagai minyak goreng terutama industri makanan. Penggunaan minyak goreng didalam industri tersebut ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan nilai nutrisi makanan yang dihasilkan (Kheang, dkk., 2006). Dari data GIMNI (Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia), konsumsi minyak goreng nasional tercatat sebanyak 3,2 ton pada tahun 2010. Konsumsi itu akan terus bertambah seiring dengan laju pertumbuhan penduduk.

Selama proses penggorengan, minyak goreng akan mengalami pemanasan pada suhu tinggi 170 0 – 180 0

C dalam waktu cukup lama. Hal ini akan menyebabkan terjadi reaksi oksidasi, hidrolisis dan polimerisasi yang menghasilkan senyawa-senyawa hasil degradasi minyak seperti keton, aldehid dan polimer yang dapat merugikan kesehatan manusia .Proses-proses tersebut menyebabkan kerusakan minyak. Kerusakan utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik, sedangkan kerusakan lain meliputi peningkatan kadar asam lemak bebas (FFA), bilangan iodin, kekentalan minyak, terbentuknya busa serta timbulnya kotoran dari bumbu yang digunakan dan bahan yang digoreng (Ketaren, 1986). Konsumsi minyak goreng yang sudah tidak layak pakai dapat mengakibatkan kerusakan sel-sel pembuluh darah, liver, jantung maupun ginjal.

Selain itu selama proses penggorengan, akan terbentuk senyawa racun acrolein yang dapat menimbulkan rasa gatal (serak) ditenggorokan jika dikonsumsi (Rukmini, 2007).

Jika melihat konsumsi dunia, maka akan ada banyak limbah lemak dan minyak, terutama dinegara-negara maju. Pengelolaan limbah tersebut menjadi suatu tantangan karena apabila tidak dikelola dengan baik akan menjadi masalah lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran sumber daya perairan dan daratan. Pengolahan limbah minyak dan lemak yang telah dilakukan adalah dengan cara dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun dan biodiesel, tetapi

sebagian besar dibuang ke lingkungan.

Berdasarkan data dari The Energy Information Administration, limbah minyak yang dihasilkan di USA sebanyak 9 pounds per kapita per tahun (Chhetri, dkk., 2008).

Pengolahan minyak menjadi asam lemak merupakan proses yang penting karena salah satu dari dua proses yang menghubungkan industri minyak nabati dan industri oleokimia. Asam lemak dan gliserol digunakan secara luas sebagai bahan baku pada industri makanan, kosmetik dan obat-obatan. Proses yang telah ada di industri adalah dengan menghidrolisa minyak menjadi asam lemak dan gliserol pada suhu dan tekanan 259 0C dan 50 bar, selama 2 jam dengan konversi 96%-99%. Dalam kondisi ini, asam lemak yang diperoleh berwarna gelap dan larutan gliserol berair yang tak berwarna sebagai akibat polimerisasi lemak dan produk samping. Disamping itu produksi dengan

(2)

46

cara itu mengkonsumsi banyak energi (Serri, dkk., 2008).

Hidrolisis lemak dan minyak dengan bantuan enzim akan mengurangi degradasi termal dan pemakaian energi karena dilakukan pada suhu rendah (Serri, dkk., 2008 dan Hermansyah, dkk., 2007). Namun demikian proses hidrolisa dengan enzim membutuhkan waktu yang cukup lama dibandingkan hidrolisa dengan katalis asam (Saxena, dkk., 2005; Saifudin dan Raziah, 2008).

Artikel ini memberikan uraian proses hidrolisa enzimatis minyak goreng bekas dengan bantuan gelombang mikro sebagai salah satu cara untuk mempercepat reaksinya.

Limbah minyak Goreng

Minyak goreng yang ada di Indonesia sebagaian besar berasal dari kelapa sawit. Komposisi utama minyak sawit adalah asam lemak jenuh dan tak jenuh, seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Komposisi asam lemak Minyak kelapa sawit (Khairat dan Herman, 2004)

Asam Lemak Komposisi

Miristat (C14:0) Palmitat (C16:0) Stearat (C18:0) Oleat (C18:1(9)) Linoleat (C18:2(9,12)) Laurat (C12:0) 1,1-2,5% 40-45% 3,6-4,7% 39-45% 7-11% 46-52%

Setelah digunakan, minyak goreng tersebut akan mengalami perubahan dan bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan. Perubahan sifat ini menjadikan minyak goreng tersebut tidak layak lagi digunakan sebagai bahan makanan. Oleh karena itu minyak goreng yang telah dipakai atau minyak jelantah (waste cooking oil) menjadi barang buangan atau limbah dari industri penggorengan (Rosita dan Widasari, 2009). Perubahan fisik yang langsung dapat dilihat adalah peningkatan kekentalan (viskositas), timbulnya busa, bau dan rasa tengik, secara kimia dapat dilihat dengan kenaikan bilangan penyabunan dan komposisi asam lemak didalamnya (chhtre, dkk., 2008).

Limbah minyak goreng sebagian besar berasal dari industri makanan yang menggunakan proses penggorengan, restoran cepat saji, rumah makan dan rumah tangga. Dari data statistik diperoleh konsumsi minyak goreng Indonesia pada tahun 2010 sebesar 3,2 ton, jika 50 % minyak goreng

tersebut menjadi limbah karena tidak layak pakai, maka akan ada 1,6 minyak goreng bekas per tahun. Karakteristik minyak yang mempunyai rantai karbon panjang menyebabkan tidak mudah terurai oleh lingkungan. Hal tersebut dapat menimbulkan masalah jika dibuang ke lingkungan. Salah satu cara memanfaatkan minyak goreng bekas dengan

mengubahnya menjadi biodiesel. Beberapa

penelitian mengenai pembuatan biodiesel dari minyak goreng bekas telah banyak dilakukan (Hasibuan dkk., 2009; Zhang dkk, 2003 dan Kheang dkk, 2006).

Produksi asam lemak

Peranan asam lemak sangat penting dalam industri oleokimia. Sebagai produk intermediet, asam lemak diolah menjadi berbagai macam produk turunannya seperti yang terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Bagan industri Oleokimia

Penggunaan asam lemak dalam industri diantaranya adalah:

- Industri karet, sebagai softening dan plastisizing agent

- Industri lilin, mempermudah pelepasan lilin dari cetakan dan meningkatkan kualitas lilin - Industri kosmetik dan sabun, sebagai pewangi

dan penghasil busa sabun

- Sebagai bahan baku surfaktan anionik

- Sebagai emulsifier pada pembersih rumah tangga

- Menhasilkan ester asam lemak yang berfungsi sebagai bahan campuran pada industri tekstil

(3)

47

dan obat-obatan serta dapat dipergunakan sebagai biodiesel

- Dalam bentuk fatty nitrogen dapat mengubah

limbah unbiodegradabel menjadi

biodegradable.

- Dapat digunakan sebagai pelumas

Produksi asam lemak secara garis besar adalah dengan memecah trigliserida yang ada di dalam minyak menjadi asam lemak dan gliserol melalui reaksi sebagai berikut (Gervajio,2005):

Trigliserida air asam lemak gliserol

Proses pembentukan asam lemak dapat dibagi menjadi 4, yaitu:

1. Proses Twitchell

Proses ini rendah biaya investasi serta sederhana dalam operasi dan instalasi tetapi

tinggi konsumsi energi dan kualitas

produknya rendah. Pada proses ini

menggunakan reagen twittchell dan asam sulfat sebagai katalis.

2. Proses batch autoclave

Menggunakan katalis seng, magnesium atau kalsium oksida. Prosesnya berlangsung selama 6-10 jam, dengan warna asam lemak yang lebih cerah.

3. Proses kontinyu

Proses ini disebut juga proses Colgate-emery dan merupakan proses yang paling efisien saat ini. Reaksi hidrolisis berlangsung kontinyu pada suhu dan tekanan tinggi serta waktu yang singkat.

4. Proses enzimatis

Reaksi hidrolisis terjadi dengan bantuan enzim lipolitik. Proses ini membutuhkan biaya yang tinggi karena harga enzim yang dipergunakan serta waktu reaksi yang lama. Sebagai contoh dalam penelitian enzim lipase dari candida rugoza, Aspergillus niger dan Rhizopus arrhizus dapat menghidrolisa lemak dan minyak pada range suhu 26-46 0 C membutuhkan waktu 48-72 jam dengan konversi 98 % (Gervajio, 2005).

Hidrolisa enzimatis dengan Gelombang Mikro Enzim atau biokatalis merupakan biomolekul

yang bekerja pada substrat khusus dan

mengubahnya menjadi produk. Kelebihan katalis ini dibandingkan dengan katalis anorganik

diantaranya hanya bekerja pada substrat dan menghasilkan produk tertentu, kecepatan reaksi tinggi, tidak beracun, biodegradable, dapat diproduksi di laboratorium serta bekerja pada pH, suhu dan tekanan ambien. Lipase merupakan enzim yang dapat mengkatalis reaksi hidrolisa

ester pada media berair serta reaksi

esterifikasi/transesterifikasi di dalam media organik (Saifuddin dan Raziah, 2008).

Lipase dapat dihasilkan dari beberapa mikroorganisme dan organisme yang lebih tinggi

lainnya seperti eukariot. Mikroorganisme

penghasil enzym adalah bakteri, fungi, yeast, dan actinomycetes. Fungi merupakan sumber lipase terbaik untuk digunakan dalam industri (Rajesh dkk., 2010).

Jenis bakteri penghasil lipase yang telah diinvestigasi untuk dikomersialkan adalah Staphylococcus spp. dan Pseudomonas spp., sedangkan dari kelas fungi adalah Aspergillus spp., Candida spp. dan Rhizopus spp. (Gosh dkk, 1996). Investigasi lain yang telah dilakukan pada bakteri penghasil lipase (Bacillus subtilis)

menyatakan bahwa aktivitas maksimum enzim extraseluler yang diperoleh sebesar 4,5 U g/ds (unit

per gram of dry fermented substrate) setelah 48

jam fermentasi. Substrat yang digunakan coconut

oil cake dengan kandungan air 70 % dan pada

kondisi pH 8 (singh, dkk., 2010 dan chaturvedi,

dkk., 2010). Study yang dilakukan pada

Penicillium aurantiogriseum mendapatkan yield

aktivitas lipolitik tertinggi sebesar 25 U/ml, setelah 48 jam fermentasi pada suhu 29 0 C dengan menggunakan minyak zaitun sebesar 1 % sebagai sumber C pada medium (Lima, dkk., 2003). Sementara Trichoderma reseei menghasilkan yield maksimum sebesar 4,23 U/ml setelah 96 jam menggunakan submerged fermentation pada media minyak zaitun 5 % dengan pH 5 pada suhu 30 0C (Rajesh, dkk., 2010). Aspergillus niger mempunyai aktivitas tertinggi sebesar 42,22 u/ml dengan jumlah mikroorganisme sebesar 50% substrat, menggunakan media substrat onggok dan waktu fermentasi selama 4 hari (Maryanty, dkk., 2010).

Teknologi microwave menggunakan

gelombang elektromagnet yang mempunyai

frekuensi antara 0,3 sampai dengan 300 GHz.. Mekanisme pemanasan pada microwave melalui dua cara yaitu: polarisasi dipolar dan konduksi

ionic. Dibandingkan dengan pemanasan

konvensional, microwave membangkitkan panas

dari dalam bahan yang dipanaskan yang

menyebabkan waktu pemanasan yang lebih cepat (Li, dkk., 2010). Meskipun begitu, pengaruh

(4)

48

gelombang mikro terhadap kecepatan reaksi bukan karena efek termal. Hal ini dapat dipahami bahwa energi dari foton microwave (≈ 1 J/mol) tidak cukup untuk memutuskan ikatan kimia (berkisar >300 J/mol), walaupun ikatan hidrogen mempunyai energi sebesar puluhan J/mol. Hal ini yang menimbulkan pemikiran tentang konsep efek non termal yang disebut juga efek khusus microwave. Beberapa hasil penelitian yang telah

dilakukan berkenaan dengan microwave

diantaranya adalah reaksi kimia tertentu dapat dipercepat dari beberapa jam menjadi beberapa menit, efek reaksi pada alkohol, menghasilkan membran zeolit dengan morfologi, orientasi dan komposisi yang berbeda. Ini berhubungan dengan pengaruh khusus microwave yang disebut sebagai “aktivasi selektif” (Saifuddin, dkk., 2011).

Pengaruh microwave terhadap reaksi enzimatis juga termasuk efek khusus, karena efek termal berlebih dapat mengganggu kerja enzim. Reaksi hidrolisis enzimatis rapeseed meal dengan pretreatmen microwave menghasilkan derajat hidrolisa sebesar 12,57% pada kondisi optimum. Waktu optimum yang diperoleh pada perlakuan ini adalah 7 menit, sedangkan jika tidak dibantu dengan microwave membutuhkan waktu 4 jam. Kondisi optimum hidrolisis rapeseed meal dengan pretreatmen microwave dapat dilihat pada gambar 2 (Li, dkk., 2010).

Radiasi gelombang mikro dapat menaikan kecepatan reaksi enzimatis lipase menjadi 1,6 kali, serta menjadi 5,4 kali jika disertai dengan pH tuning dan TPP (three phase partitioning) (saifuddin dan raziah, 2008). Hal ini dapat dilihat pada gambar 3.

Enzim lipase merupakan enzim yang bekerja pada substrat lemak dan minyak, menghidrolisanya menjadi gliserol dan asam lemak. Percobaan yang dilakukan dengan triolin menunjukan bahwa waktu yang dibutuhkan oleh enzimlipase dari Aspergillus carneus untuk menghidrolisa menjadi asam lemak adalah 24 jam. Hidrolisa enzim lipase aktivasi microwave pada kondisi rendah 10 (175 W, 38-40 0 C) serta kondisi tinggi 100 (800 W, 90 0C) waktu yang dibutuhkan untuk hidrolisa masing-masing 160 detik dan 75 detik. Sintesa bioester, biosurfaktan dan gliserida dapat dilakukan dengan cepat dalam waktu 30 detik dengan atau tanpa solven pada kondisi radiasi microwave yang tinggi (800 W, 90 0C) (Saxena, dkk., 2005).

Gambar 2. Optimasi kondisi pretreatmen hidrolisa rapeseed meal dengan variasi suhu (A), tingkat power

microwave (B) dan waktu pretreatmen (C)

Gambar 3. Initial rate enzim lipase candida rugosa, tanpa perlakuan, dengan perlakuan pH tuning dan TPP,

dengan perlakuan pH tuning, TPP serta radiasi microwave pada berbagai aktivitas air (aw)

(5)

49 Kesimpulan

Uraian diatas memberikan alternatif peluang untuk memanfaatkan limbah minyak bekas yang apabila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan masalah lingkungan karena

pencemaran. Disamping itu juga untuk

mengefisienkan hidrolisa dengan mempercepat reaksinya dengan bantuan gelombang mikro memberikan proses yang lebih cepat, bersih dan ramah lingkungan.

Daftar Pustaka

Chaturvedi, M., Singh., M., Chugh, M., Rishi, R., and Kumar., R., 2010, Isolation of Lipase Producing Bacteria from Oil Contaminated Soil for the Production of Lipase by Solid State

Fermentation using Coconut Oil Cake,

International Journal of Biotechnology and Biochemistry, ISSN 0973-2691 Volume 6 No. 4, pp. 585-594.

Chhetri, A., B., Watts, K., C., and Islam, M., R., 2008, Waste Cooking Oil as an Alternate Feedstock for Biodiesel Production, Energies, ISSN 1996-1073.

Gerjavio, G., C., 2005, Baley’s Industrial Oil and fat Product, Sixth Edition, John Wiley and sons Inc.

Ghosh, P. K., Saxena, R., K., Gupta, R., Yadav, R. P.m and Davidson, S., 1996, Microbial lipases: production and applications, Science Progress, 79 (2), pp. 119-157.

Hasibuan, S., Ma’ruf A., and Sahirman, 2009, Biodiesel from Low Grade Used frying Oil Using Esterification Transesterification Process, Makara, Sains, Vol. 13, No. 2, pp. 105-110.

Hermansyah, H., Wijanarko, A., Dianursanti, Gozan, M., Wulan, P., P., D., K., Arbianti, R., Soemantojo, R., W., Utami, T., S., Yuliusman, Kubo, M., Shibasaki-Kitakawa, N. And Yonemoto, T., 2007, Kinetic Model for Triglyceride Hydrolisis Using Lipase: Review, makara teknologi, Vol. 11 No. 1, pp. 30-35. Ketaren S., 1986, Pengantar Teknologi Minyak

dan lemak Pangan, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Khairat dan Herman, S., 2004, Kinetika Reaksi Hidrolisis Minyak Sawit dengan Katalisator Asam Klorida, Jurnal Natur Indonesia, ISSN 1410-9379, Vol. 6(2), pp. 118-121.

Kheang, L., S., May, C., Y., Foon, C., S., Ngan, M., A., 2006, Recovery and Conversion of

Palm Olein-Derived Used Frying Oil to methyl esters for Biodiesel, Journal of Oil Palm Research, Vol. 18, pp. 247-252.

Li, J., F., Wei, F., Dong, X., Y., Guo, L., L., Yuan, G., Y., Huang, F., H., Jiang, M., L., Zhao, Y., D., Ming, G. And Chen, H., 2010, Microwave-assisted Approach for the Rapid Enzymatic Digestion of Rapeseed Meal, Food Sci. Biotechnology, 19(2), pp. 463-469.

Lima, V., M., G., Krieger, N., Inez, M., Mitchell, D., A., Ramos, L., P. And Fontana, J., D., 2003, Effect of Nitrogen and Carbon Sources on

Lipase Production by Penicillium

aurantiogriseum, Food Technology and

Biotechnology, 41 (2), pp. 105-110.

Maryanty, Y., Pristianti, H., dan Ruliawati, P., 2010, Produksi Crude Lipase dari Aspergillus niger pada Substrat Onggok Menggunakan Metode Fermentasi Fasa Padat, Prosiding Seminar Rekayasa Kimia dan proses, ISSN 1411-4216, B-12-1.

Rajesh, E., M., Arthe, R., Rajendran, R., Balakumar, C., Pradeepa, N. And Anita, S., 2010, Investigation of Lipase Production by Trichoderma reseei and Optimization of Production Parameters, Electronic Journal of

Environmental, Agriculture and Food

Chemistry, ISSN 1579-4377, pp. 1177-1189. Rosita, A., F. Dan Widasari W., A., 2009,

Peningkatan Kualitas Minyak Goreng Bekas dari KFC dengan Menggunakan Adsorben Karbon Aktif, Seminar Tugas akhir S1 Undip. Rukmini, A., 2007, Regenerasi Minyak Goreng

Bekas dengan arang Sekam Menekan

Kerusakan Organ Tubuh, Seminar Nasional Teknologi 2007, ISSN 1978-9777.

Saifuddin, N. And Raziah, A., Z., 2008, Enhancement of Lipase Enzym Activity in Non-Aqueous Media through a Rapid Three Phase Partitioning and Microwave Irradiation, E-Journal of Chemistry, ISSN 0973-4945, Vol. 5 No. 4, pp. 864-871.

Saifuddin, N., Zhan, L., W. And Ning, K., X., 2011, Heat-Modeling of Microwave Assisted Epoxidation of Palm Acid Oil, American zJournal of Applied Sciences, ISSN 1546-9239, Vol. 8(2), pp. 217-229.

Saxena, R., K., Isar, J., Saran, S., Kaushik, R. And Davidson, W., S., 2005, Efficient microwave-assisted hydrolysis of triolein and synthesis of bioester, biosurfactant and glycerides using Aspergillus carneus lipase, Current Science, Vol. 89 No. 6.

(6)

50

Serri, N., A., Kamarudin, A., H., and Rahaman, S., N., A., 2008, Preliminary Studies for Production of Fatty Acids from Hydrolysis of Cooking Palm Oil Using C. rugosa Lipase, Journal of Physical science, Vol. 19(1), pp. 79-88.

Singh, M., Saurav, K., Srivastava, N. And Kannabiran, K., 2010, Lipase Production by Bacillus subtilis OCR-4 in Solid State Fermentation Using Ground Nut Oil Cakes as Substrate, Current Research Journal of Biological Science, ISSN 2041-0778, pp. 241-245.

Zhang, Y., Dube, M., A., MacLean D., D., Kates, M., 2003, Biodiesel production from Waste Cooking Oil: Process design and technological asessment, Bioresource Technology 89, pp. 1-16.

Gambar

Tabel 1. Komposisi asam lemak  Minyak kelapa  sawit  (Khairat dan Herman, 2004)
Gambar 2. Optimasi kondisi pretreatmen hidrolisa  rapeseed meal dengan variasi suhu (A), tingkat power

Referensi

Dokumen terkait

dengan menerapkan metode diskusi, peningkatan hasil belajar membaca pemahaman siswa Kelas IV SDN Inti Tomoli meningkat dengan persentase ketuntasan 100%. Selanjutnya untuk

Gambar 6 sosis yang direndam substrat antimikroba jumlah total bakteri yang lebih rendah dibandingkan dengan sosis Pemberian substrat antimikroba dapat menghambat

❖ Menjawab pertanyaan tentang materi Refleksi yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau lembar kerja yang telah disediakan.. ❖ Bertanya tentang hal yang belum dipahami,

Seandainya Pemilihan Gubernur Provinsi Sumatera Utara dilakukan hari ini, dari 3 pasangan calon berikut ini telah didukung oleh partai politik 1). Pasangan DJAROT

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15/PRT/M/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum Yang Merupakan

Ibu mengatakan hari pertama haid terakhirnya pada tanggal 27 Juli 2018, sekarang ibu hamil anak ke dua, sudah memeriksakan kehamilannya sebanyak 5 kali di Posyandu Ngadu

Secara yuridis lembaga ombudsman tidak , mempunyai wewenang kekuasaan, namun dengan keritikan, teguran dan publisitas, maka diharapkan dapat mempengaruhi pemerintah dalam

dengan pengawasan keuangan, pengetahuan dewan, akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat, komitmen organisasi. Data-data penelitian ini harus diuji secara