KARYA AKHIR
KAJIAN ANALISA PROSES DISTILASI AIR LAUT
MENJADI AIR BERSIH (UNTUK KONSUMSI)
LOKASI BELAWAN
DANI HUNI ARMANSYAH MANURUNG NIM : 035202053
KARYA AKHIR YANG DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MEMPEROLEH IJASAH SARJANA SAINS TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANIK INDUSTRI
PROGRAM DIPLOMA - IV FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
JURUSAN TEKNOLOGI MEKANIK INDUSTRI PROGRAM DIPLOMA-IV (D-IV)
FAKULTAS TEKNIK USU
AGENDA : /KA/2008 DITERIMA TGL. : / /2008
PARAF :
KARYA AKHIR
NAMA : DANI HUNI ARMANSYAH MANURUNG
NIM : 035202053
MATA PELAJARAN : KONVERSI ENERGI
SPESIFIKASI : KAJIAN ANALISA PROSES DISTILASI AIR LAUT
MENJADI AIR BERSIH, LOKASI BELAWAN.
- LAKUKAN SURVEY DATA
- BUAT ANALISA DATA
- BUAT ALAT DISTILASI DAN GAMBAR TEKNIK
DIBERIKAN TANGGAL : / /2008
SELESAI TANGGAL : / /2008
KETUA JURUSAN, MEDAN, Mei 2008
DOSEN PEMBIMBING,
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANIK INDUSTRI
PROGRAM DIPLOMA-IV FAKULTAS TEKNIK USU MEDAN
KARTU BIMBINGAN
KARYA AKHIR
No. /JO5.1.2/D-IV/AK/2007
Sub Program studi : Konversi Energi
Bidang Tugas : KONVERSI ENERGI
Judul Tugas : KAJIAN ANALISA PROSES DISTILASI AIR LAUT MENJADI AIR
BERSIH (UNTUK KONSUMSI) LOKASI BELAWAN.
Diberikan tanggal : 17 Januari 2008 Selesai Tgl. : Mei 2008
Dosen pembimbing : Ir. Isril Amir Nama Mhs. : Dani Huni A. Manurung
N.I.M. : 035202053
No Tanggal KEGIATAN ASISTENSI BIMBINGAN Tanda Tangan
Dosen Pemb. 1 17-01-08 Spesifikasi Karya Akhir
2 25-01-08 Study literature
3 31-01-08 Bab I Pendahuluan, perbaikan dan lanjutkan
4 11-02-08 Buat Sistematika Penulisan
5 27-02-08 Bab II Tinjauan pustaka, perbaikan dan lanjutkan
6 03-03-08 Bab III Alat dan Pengujian Sistem Distilator Energi Surya
7 27-03-08 Diagram Alir Pengujian
8 02-04-08 Perbaiki Bab III dan Lanjutkan
9 15-04-08 BAB IV. Buat grafik dan Tambahkan Lampiran
10 28-04-08 Tambahkan Gambar Teknik Distilasi dan Lampiran
11 05-05-08 Perbaiki
12 14-05-08 ACC Karya Akhir dan siap untuk Sidang
CATATAN : Diketahui
1. Kartu ini harus diperlihatkan kepada Dosen Ketua Program Studi Teknologi Mekanik Industri
Pembimbing setiap Asistensi Program Diploma-IV F.T USU
2. Kartu ini harus dijaga bersih dan rapi
3. Kartu ini harus dikembalikan ke Program Studi, bila
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan keselamatan
dan kesehatan serta lindunganNya yang selalu menyertai penulis sehingga dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini. Shalawat beserta salam kita sampaikan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam
jahiliyah kepada alam yang yang berilmu pengetahuan.
Pada penulisan Karya Akhir ini penulis dituntut untuk dapat
menyelesaikannya dengan penuh tanggung jawab dan dengan disiplin, sehingga
dapat dipertanggung jawabkan pada saat sidang nantinya. Karya Akhir ini adalah
tugas terakhir yang wajib dipenuhi oleh setiap mahasiswa Program Studi
Teknologi Mekanik Industri, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara untuk
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Serjana Sains Terapan (Diploma IV).
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang bertanggung jawab, membantu dan mendukung khususnya kepada :
1. Bapak Ir. Isril Amir, yang telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan Karya Akhir serta memberikan nasehat, sarta, memberikan
sumbangan pikiran dan juga telah meluangkan waktunya dalam
memberikan bimbingan.
2. Bapak Dr.Ing.Ir.Ikhwansyah Isranuri, selaku Ketua Departemen Teknik
Mesin Fakulras Teknik Universitas Sumatera Utara.
3. Ayah dan Ibu yang tercinta yang telah memberikan segalanya, baik kasih
sayang,dorongan dan arahan-arahan baik dalam bentuk moril maupun
materil sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4. Kakak Yayuk dan adek yang telah memberikan nasehat dan motivasi
kepada saya selama penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini.
5. Kepada Ibu Norma Pardede yang telah memberikan masukan-masukan
dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Akhir ini.
6. Kepada saudari Suhariati (Yatie) yang talah membantu dan memberi
semangat dan motivasi kepada penulis selama penulis menyelesaikan
7. Kepada Saudari Mairah Syarqi (Mrs Hendrik), Hendrik, Ery Indramala
(Iin), Yettie, dan Alamsyah yang banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan Karya akhir ini.
8. Rekan satu tim dalam Pembuatan Distilasi Energi Surya yang telah banyak
membantu penulis dalam pengerjaan Sikripsi Karya akhir ini.
9. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Teknologi Mekanik Industri
Khususunya anak “2003”. Alwi Hasibuan, Desman, Dani Marulitua, Andi
(JB), Didi Dharwan, Tamba (AMBON), Wirya Prayudi, Feri, Arbi dan
teman-teman lainnya.
Penulis menyadari bahwaKarya Akhir ini belumlah sempurna sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnan Karya Akhir ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan
semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat.
Medan, April 2008
Penulis,
ABSTRAK
Energi tidak dapat diciptakan dan juga tidak dapt dimusnahkan. Tetapi
dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. Untuk mengubah energi kalor menjadi
energi air, digunakan penukar kalor dengan berbagai macam bentuk dan
fungsinya.
Pengujian ini mencoba memanfaatkan energi Surya yang diterima bumi
untuk menyuling air laut menjadi air bersih yang dapat digunakan oleh
masyarakat untuk mandi, mencuci, masak dan khususnya sangat dibutuhkan
dibidang kesehatan.
Pada pengujian digunakan bak Fiber Glass dengan ukuran yang didesain
dengan sudut 350 dan digunakan proses konveksi bebas yang dipengaruhi oleh
dengan bilangan Grasholf (Gr) dan bilangan Prandtl (Pr). Percobaan dilakukan
dua kali, yang pertama selama dua hari dan yang kedua selama dua jam.
Pengukuran temperatur digunakan alat sensor yang dihubungkan dengan
software Visual Basic 6.0 ke komputer. Dari hasil pengujian temperatur air laut
27C0 dan temperatur air hasil pengujian 300C dan hasil air bersih (Distilasi)
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar ………...………. i
Abstrak……….. iii
Daftar Isi ………...……….. iv
Daftar Gambar ………. v
Daftar Grafik …… ………. vi
Daftar Tabel ……… vii
Daftar Notasi ……… viii
BAB I PENDAHULUAN ……… 1
1.1. Latar Belakang ………. 1
1.2. Batasan Masalah………. 2
1.3. Tujuan ……… 2
1.4. Waktu dan Tempat………. 3
1.5. Sistematika Penulisan ……… ………... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 5
2.1. Radiasi Matahari ………...………. 5
2.1.1 Geometri Radiasi Matahari………....…….. . 5
2.2. Intensitas Radiasi Surya ………... 6
2.2.1. Intensitas Radiasi Surya Pada Bidang Permukaan … 10 2.2.2. Data Radiasi Matahari Di Wilayah Indonesia.……. 12
2.3.Dasar-Dasar Perpindahan Kalor ..………. 13
2.4. Penguapan pada Distilasi ……… 15
2.5. Sifat-Sifat Radiasi …………. ………. 16
2.6 Karakteristik Radiasi dari Permkaan yang Bertingkahlaku Seperti Benda Hitam……….………. 16
2.7. Sistem Distilasi ……… 18
2.7.1. Konsep Dasar Sistem Distilasi……….… 18
2.7.2. Teori Dasar Perhitungan Sistem Distilasi ……….... 20
BAB III ALAT DAN PENGUJIAN SISTEM DISTILATOR ENERGI
SURYA TIPEATAP………...… 24
3.1. Alat-Alat pada Sistem Distilasi……….... 24
3.2. Titik-Titik Pengukuran ………..…………. 31
3.3. Bagan Alir Sistem Distilasi... 33
3.4. Pengujian ……….. 35
3.4.1. Data Perancangan dan Keadaan Lingkungan ….… 35 BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA ... 36
4.1. Perhitungan Radiasi ………. 36
4.2. Perpindahan Kalor pada Bak Penampung (Wadah) ……. 38
4.3. Hasil Pengujian dan Perhitungan Data Pengujian………. 39
4.3.1. Perhitungan Konveksi………... 39
4.3.2. Perhitungan Konduksi ……… 40
4.3.3. Perhitungan Pengauapan ……… 41
4.3.4. Perhitungan Effisiensi ……… 42
4.3.5. Perhitungan Radiasi ……… 42
4.3.6. Perhitungan Debit Air ………. 42
4.4. Grafik, Tabel dan Analisa grafik ……… 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 92
5.1. Kesimpulan……… 92
5.2. Saran ……….. 92
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jenis – Jenis Radiasi………...…7
Gambar 2.2. Piranometer (kiri) dan Piranograp (kanan) ………..8
Gambar 2.3 Bola Surya ...8
Gambar 2.4 Deklinasi Matahari, Posisi pada Musim Panas ……….………...10
Gambar 2.5. Nilai Total, normal emisivitas dari beberapa benda ……...…….17
Gambar 2.6 Proses Kerja………..18
Gambar 2.7. Distilator ...………..19
Gambar 2.8. Lautan di muka Bumi ...22
Gambar 2.9. pH air pada lautan di permukaan Bumi ...23
Gambar 3.1 Ruang Distilator ...…………..25
Gambar 3.2. Penampung Kondesat...25
Gambar 3.3. Besar Sudut yang dibentuk...…...………...26
Gambar 3.4. Dimensi Wadah Distilasi ...……….…26
Gambar 3.5. Window Glass...………28
Gambar 3.6. Saluran masuk air laut (kiri), Saluran pembuangan untuk perawatan basin (kanan)…………...28
Gambar 3.7. Saluran Air Keluar……….……….28
Gambar 3.8. Penampung air bersih setelah didistilasi...29
Gambar 3.9. Satu set peralatan komputer ...29
Gambar 3.10. Data Logger...31
Gambar 3.11. Penempatan Sensor ...32
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1. Waktu (t) Vs Temperatur T1 (Kaca Dalam) Data hari Kamis
pukul 20:00 Wib – hari Jumat pukul 20:00 Wib,
tanggal 10 – 11 April 2008 ... 47
Grafik 4.2. Waktu (t) Vs Temperatur T2 (Ruang Distilasi) Data hari Kamis
pukul 20:00 Wib – hari Jumat pukul 20:00 Wib,
tanggal 10 – 11 April 2008 ... 48
Grafik 4.3. Waktu (t) Vs Temperatur T3 (Dasar Air) Data hari Kamis
pukul 20:00 Wib – hari Jumat pukul 20:00 Wib,
tanggal 10 – 11 April 2008 ... 49
Grafik 4.4. Waktu (t) Vs Temperatur T4 (Permukaan Air) Data hari Kamis
pukul 20:00 Wib – hari Jumat pukul 20:00 Wib,
tanggal 10 – 11 April 2008 ... 50
Grafik 4.5. Waktu (t) Vs Temperatur T5 (Dinding Distilasi Dalam) Data hari
Kamis pukul 20:00 Wib – hari Jumat pukul 20:00 Wib,
tanggal 10 – 11 April 2008 ... 51
Grafik 4.6. Waktu (t) Vs Temperatur T6 (Dinding Luar) Data hari Kamis
pukul 20:00 Wib – hari Jumat pukul 20:00 Wib,
tanggal 10 – 11 April 2008 ... 52
Grafik 4.7. Waktu (t) Vs Temperatur T7 (Lingkungan) Data hari Kamis
pukul 20:00 Wib – hari Jumat pukul 20:00 Wib,
Grafik 4.8. Waktu (t) Vs Temperatur keseluruhan Data hari Kamis
pukul 20:00 Wib – hari Jumat pukul 20:00 Wib,
tanggal 10 – 11 April 2008 ... 54
Grafik 4.9. Waktu (t) Vs Kalor Konveksi Data hari Kamis
pukul 20:00 Wib – hari Jumat pukul 20:00 Wib,
tanggal 10 – 11 April 2008 ... 61
Grafik 4.10. Waktu (t) Vs Kalor Konduksi Data hari Kamis
pukul 20:00 Wib – hari Jumat pukul 20:00 Wib,
tanggal 10 – 11 April 2008 ... 68
Grafik 4.11. Waktu (t) Vs q uap
pukul 20:00 Wib – hari Jumat pukul 20:00 Wib,
tanggal 10 – 11 April 2008 ... 75
Grafik 4.12. Effisiensi Distilasi terhadapWaktu (t)
pukul 20:00 Wib – hari Jumat pukul 20:00 Wib,
tanggal 10 – 11 April 2008 ... 80
Grafik 4.13. Waktu (t) Vs Temperatur Keseluruhan Data hari Rabu
pukul 14:00 Wib – pukul 16:00 Wib,
tanggal 23 April 2008 ... 83
Grafik 4.14. Waktu (t) Vs Kalor Konveksi Data hari Rabu
pukul 14:00 Wib – pukul 16:00 Wib,
tanggal 23 April 2008 ... 85
Grafik 4.15. Waktu (t) Vs Kalor Konduksi Data hari Rabu
pukul 14:00 Wib – pukul 16:00 Wib,
Grafik 4.16. Waktu (t) Vs quap Data hari Rabu
pukul 14:00 Wib – pukul 16:00 Wib,
tanggal 23 April 2008 ... 89
Grafik 4.17. Effisiensi Distilasi terhadap Waktu (t) Data hari Rabu
pukul 14:00 Wib – pukul 16:00 Wib,
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Satuan lain untuk Konstanta Surya ………..10
Tabel 2.2 Radiasi Penyinaran Matahari di Indonesia ………..12
Tabel 2.3 Elemen – elemen yang dikandung air laut ...21
Tabel 3.1 Letak titik pengukuran ……….32
Tabel 4.1. Data Temperatur keseluruhan hari Kamis pukul 20:00 Wib – hari Jumat pukul 20:00 Wib, Tanggal 10 – 11 April 2008 ... 43
Tabel 4.2. Perhitungan Konveksi dari Data hari Kamis pukul 20:00 Wib – hari Jumat pukul 20:00 Wib, Tanggal 10 – 11 April 2008 ...56
Tabel 4.3. Perhitungan Perpindahan Kalor Konduksi Data hari Kamis pukul 20:00 Wib – hari Jumat pukul 20:00 Wib, Tanggal 10 – 11 April 2008... 63
Tabel 4.4. Perhitungan quap dan muap Data hari Kamis pukul 20:00 Wib – hari Jumat pukul 20:00 Wib, Tanggal 10 – 11 April 2008... 70
Tabel 4.5. Tabel qkonveksi, qKonduksi, quap, GT dan Effisiensi Distilasi pukul 20:00 Wib – hari Jumat pukul 20:00 Wib, Tanggal 10 – 11 April 2008... 77
Tabel 4.7. Perhitungan Kalor Konveksi Data hari Rabu
pukul 14:00 Wib – pukul 16:00 Wib
Tanggal 23 April 2008 ...84
Tabel 4.8. Perhitungan Kalor Konduksi Data hari Rabu
pukul 14:00 Wib – pukul 16:00 Wib
Tanggal 23 April 2008 ...86
Tabel 4.9. Perhitungan quap, muap Data hari Rabu
pukul 14:00 Wib – pukul 16:00 Wib
Tanggal 23 April 2008 ...88
Tabel 4.10. qKonveksi, qKonduksi, quap, GT dan Effisiensi Distilasi
Data hari Rabupukul 14:00 Wib – pukul 16:00 Wib
DAFTAR NOTASI
GT = Intensitas Radiasi Surya yang diterima oleh permukaan bumi (W/m2).
GR = Radiasi Surya (4500 W/m2).
n = Jumlah hari, dihitung mulai 1 januari.
= Sudut sinar datang terhadap garis Normal permukaan.
= Sudut deklinasi ( 0 )
= Garis lintang dari posisi alat.
= Kemiringan sudut permukaan dan alat.
= Sudut waktu. q = Laju energi ( W ).
A = Satuan luas pada bidang (m2).
qkond = Laju perpindahan kalor dengan cara konduksi ( W ).
k = Konduktivitas thermal (W/m.K).
Akond = Luas penampang tegak lurus pada aliran kalor (m2).
dx
dT = Gradien temperatur dalam arah aliran kalor
qkonv = Laju perpindahan kalor dengan cara konveksi ( W ).
Akonv = Luas permukaan perpindahan kalor (m2).
h = Koefesien konveksi (W/m2.K).
Tf = Temperatur fluida ( K ).
Tw = Temperatur dinding ( K ).
= Emivitas benda (0<<1). T
= Perbedaan temperatur ( K ).
= Konstanta Stefan-Boltzman (5,67 x 10-8 W/m2.K4). qrad = Laju perpindahan kalor radiasi ( W ).
muap = Laju Distilasi (Kecepatan Perpindahan
massa penguapan), (liter/jam. m2).
quap = Kecepatan perpindahan panas oleh penguapan (W/m2)
hfg = Panas laten penguapan (2308kJ/kg).
Gr = Bilangan Grasholfr (Grasholf Number).
Pr = Bilangan Prandtl (Prandtl Number).
Nu = Bilangan Nuselt (Nuselt Number).
Pwd = Panjang wadah (m).
Pkaca = Panjang kaca (m).
Lwd = Lebar wadah (m).
Lkaca = Lebar kaca (m).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sejak zaman dahulu kala hingga kini manusia telah memanfaatkan panas
dari sinar matahari yang diperoleh secara cuma-cuma. Panas dari sinar matahari
ini telah memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam banyak hal, contohnya dalam
kehidupan sehari-hari manusia menggunakan panas dari sinar matahari untuk
mengeringkan pakaian basah, mengeringkan bahan makanan, memperoleh garam
dari laut, hingga saat ini masih digunakan untuk memperoleh listrik dan lain
sebagainya.
Panas dari matahari ini sangat menguntungkan, baik dari segi
ketersediaannya yang tak terbatas juga posisi geografis Indonesia yang strategis
karena letaknya yang berada di daerah khatulistiwa. Energi surya dapat mengganti
keperluan 20 – 60 % dari pemakaian bahan bakar. Bedasarkan letak lintang, bumi
yang mengalami rotasi dapat menerima radiasi energi surya sebesar 751 x 1015
kWh/tahun. Sebagai negara dengan dua musim, Indonesia mempunyai
keuntungan lebih besar dari segi lamanya musim kemarau berlangsung (dengan
radiasi matahari lebih lama), jika di bandingkan dengan negara-negara yang
memiliki empat musim dalam setahun. Di Indonesia setiap tahunnya musim panas
berkisar 200 – 250 hari.
Dalam hal konversi energi, energi matahari tidak akan pernah habis selama
keberadaan manusia, khususnya dengan kepedulian kita semua terhadap
lingkungan untuk memeliharanya dengan baik. Hal ini juga dimaksudkan untuk
mengantisipasi menipisnya cadangan bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui,
seperti gas alam, minyak bumi, batu bara dan lain sebagainya. Di lain pihak,
masyarakat di beberapa kawasan di Indonesia mengalami kendala untuk
memperoleh air bersih yang diperlukan sebagai salah satu sumber kebutuhan
sehari-hari.
Salah satu dari sekian pemanfaatan energi matahari yang dapat
diaplikasikan adalah sistem pengadaan atau produksi air bersih. Dengan
dikembangkan suatu proses dengan sistem yang berfungsi memisahkan air bersih
dari kandungan kotoran yang terdapat dalam air, yang tidak terbatas hanya dari air
laut saja akan tetapi dapat berasal dari air sungai, air tanah, air kali maupun air
lainnya dengan menggunakan tekhnologi sederhana. Tekhnologi ini akan terasa
lebih berguna baik bagi masyarakat di pesisir pantai untuk memproduksi garam
dan sekaligus air bersih khususnya untuk kebutuhan operasional klinik kesehatan
(puskesmas). Dan kegunaan alat ini sangat dibutuhkan di daerah (Belawan)
kawasan pesisir laut bila pasokan PDAM belum masuk didaerah tersebut, dan
untuk kebutuhan operasional klinik kesehatan (Puskesmas) didaerah tersebut.
Di sini diaplikasikan ilmu pengetahuan secara nyata dalam bidang
pemanfaatan energi surya untuk proses distilasi air. Suatu prototipe distilasi air
energi surya tipe atap telah dibuat dan diujicobakan untuk keperluan
pengembangannya lebih lanjut.
.
1.2.Batasan Masalah
Dengan keterbatasannya baik kondisi maupun keadaan, maka penulis
hanya membatasi masalah pada ANALISA DAN UNJUK KERJA SISTEM
DISTILASI AIR LAUT DENGAN ENERGI SURYA TIPE ATAP MIRING
berdasarkan kebutuhan air bersih (aquabides) pada beberapa klinik kesehatan di
daerah-daerah di tepi laut. Dan untuk mendapatkan unjuk kerja sistem, penulis
telah melaksanakan pengujian terhadap prototipe distilasi energi surya yang telah
dibuat.
Batasan Masalah dalam perencanaan distilasi air energi surya ini terdapat
beberapa permasalahan antara lain :
1. Penentuan jenis sistem distilasi air energi surya yang akan dibuat.
2. Penentuan waktu untuk pengambilan data Distilasi.
3. Sudut kemiringan kaca atap.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dibuat Karya Akhir ini antara lain :
1. Mengetahui kerja dari Sistem Distilasi Energi Surya Tipe Atap, agar
memperoleh air bersih yang baik dengan volume yang besar.
2. Mengaplikasiakan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan
digunakan dalam perencanaan Sistem Distilasi Energi Surya Tipe Atap
sebagai prototipe Kerja Akhir nantinya.
3. Mengetahui tentang cara perawatan dan perbaikan (maintenance) dari
Sistem Distialsi Energi Surya Tipe Atap dengan bahan uji coba air laut.
4. Mengoptimalakan sudut kemiringan atap dan tipe-tipe isolator yang baik
supaya alat dapat menghasilakan air distilasi terbanyak.
1.3.Waktu dan Tempat
Waktu yang dibutuhkan untuk membuat alat ini serta melakukan
pengujian dan analisa lebih kurang 2 bulan. Pengujian pertama dilakukan di
Rumah kediaman Ibu Norma Pardede Jl. Karya No.9 Sei Agul, Medan selama dua
hari dan pengujian kedua dilakukan di Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Utara selama dua jam.
1.4Sistematika Penulisan
Bab I. Pendahuluan
1.1Latar Belakang
1.2Batasan Masalah
1.3Tujuan
1.4Waktu dan Tempa
1.5Sistematika Penulisan
Bab II. Tinjauan Pustaka
2.1 Radiasi Matahari
2.2 Intensitas Radiasi Surya
2.3 Dasar-Dasar Perpindahan Kalor
2.5 Karakteristik Radiasi dari Permukaan yang Bertingkahlaku Seperti Benda
Hitam
2.6 Sistem Distilasi
2.7 Kandungan Air Laut
Bab III. Perancangan Dan Pengujian Sistem Distilator Energi Surya Tipe Atap
3.1Alat-Alat pada Sistem Distilasi
3.2Titik-Titik Pengukuran.
3.3Bagan Alir sistem Distilasi
3.4Pengujian
Bab IV. Analisa Dan Perhitungan
4.1 Perhitungan Radiasi Matahari
4.2 Perpindahan Kalor pada Bak Penampung (Wadah)
4.3 Hasil Pengujian dan Perhitungan Data Pengujian
4.4 Analisa data hasil pengujian, Tabel dan Grafik
Bab V. Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Radiasi Matahari
Radiasi matahari adalah sinar yang dipancarkan dari matahari
kepermukaan bumi, yang disebabkan oleh adanya emisi bumi dan gas pijar panas
matahari. Radiasi dan sinar matahari dipengaruhi oleh berbagai hal sehingga
pancarannya yang sampai dipermukaan bumi sangat bervariasi. Penyebabnya
adalah kedudukan matahari yang berubah-ubah, revolusi bumi, dan lain
sebagainya. Walaupun cuaca cerah dan sinar matahari tersedia banyak, besarnya
radiasi supaya tiap harinya selalu berubah-ubah.
2.1.1. Geometri Radiasi Matahari
Untuk mengetahui energi radiasi yang jatuh pada permukaan bumi
dibutuhkan beberapa parameter letak kedudukan dan posisi matahar, hal ini perlu
untuk mengkonversikan harga fluks berkas yang diterima dari arah matahari
menjadi hubungan harga ekivalen ke arah normal permukaan.
Berikut ini adalah beberapa definisi yang digunakan, antara lain :
1. Sudut datang adalah sudut antara sinar datang dengan normal pada
permukaan pada sebuah bidang
2. Sudut latitude pada suatu tempat adalah sudut yang dibentuk oleh garis
radial ke pusat bumi pada suatu lokasi dengan proyeksi garis pada bidang
equator. Sudut deklinasi berubah harga maksimum +23,450 pada tanggal
21 juni ke harga minimum -23,450 pada tanggal 21 desember. Deklinasi 00
terjadi pada tanggal 21 maret dan 22 desembar.
3. Sudut Zenit Zadalah sudut yang dibuat oleh garis vertikal ke arah zenit
dengan garis ke arah titik pusat matahari.
4. Sudut Azimuth Z adalah sudut yang dibuat oleh garis bidang horizontal
antara garis selatan dengan proyeksi garis normal pada bidang horizontal.
Sudut azimut posotif jika normal adalah sebelah timur dari selatan dan
5. Sudut latitude adalah sudut yang di buat oleh garis ke titik pusat
matahari dengan garis proyeksinya pada bidang horizontal.
6. Sudut kemiringan (slope) adalah sudut kemiringan yang di buat oleh
permukaan bidang dengan horizontal.
2.2. Intesitas Radiasi Surya
Karena adanya perubahan letak matahari terhadap bumi maka intensitas
radiasi surya yang tiba di permukaan buni juga berubah-ubah. Maka berkaitan
dengan hal tersebut di atas radiasi surya yang tiba pada suatu tempat di permukaan
bumi dapat kita bedakan menjadi 3 jenis. Ketiga jenis radisi itu adalah
1. Radiasi Lansung (direct radiation)
Intensitas radiasi lansung atau sorotan per jam pada sudut masuk normal
Ibn dari persamaan berikut ini
z b bn I I cos
………. (2.1)
dimana Ib adalah radiasi sorotan pada sumbu permukaan horisontal dan
cosz adalah sudut zenit. Dengan demikian, untuk suatu permukaan yang
dimiringkan dengan sudut terhadap bidang horisontal, intensitas dari
komponen sorotan adalah
z T b T bn
bT I I
I cos cos cos
……… (2.2)
Dimana T disebut sudut masuk, dan didefinisikan sebagai sudut antara
arah sorotan pada sudut masuk normal dan arah komponen tegak lurus
(900) pada permukaan bidang miring.
2. Radiasi Sebaran (diffuse radiation)
Radiasi sebaran yang disebut juga radiasi langit (sky radiation), adalah
radiasi yang dipancarkan ke permukaan penerima oleh atmosfer, dan
karena itu berasal dai seluruh bagian hemisfer langit. Radiasi sebaran
(langit) didistribusikan merata pada hemisfer (disebut distribusi isotropik),
maka radiasi sebaran pada permukaan miring dinyatakan dengan :
2 cos 0 , 1 d dT I
Dimana adalah sudut miring dari permukaan miring dan Id menunjukan
besarnya radiasi sebaran per jam pada suatu permukaan horisontal.
3. Radiasi Pantulan
Selain komponen radiasi lansung dan sebaran, permukaan penerima juga
mendapatkan radiasi yang dipantulkan dari permukaan yang berdekatan,
jumlah radiasi yang dipantulkan tergantung dari reflektansi (albeldo)
dari permukaan yang berdekatan itu, dan kemiringan permukaan yang
menerima .Radiasi yang dipantulkan per jam, juga disebut radiasi
pantulan.
2 cos
1
b d
rT I I
I ………. (2.4)
Dimana reflektansi dianggap 0,20 – 0,25 untuk permukaan-permukaan
tanpa salju dan 0,7 untuk lapisan salju yang baru turun, kecuali jika
tersedia data yang lain.
Gambar 2.1..Jenis-jenis radiasi
Indonesia yang terletak di daerah tropis memiliki keadaan cuaca yang
cukup berawan sehingga porsi radiasi hambur cukup besar. Alat yang digunakan
untuk melakukan pengukuran terhadap besarnya radiasi global di sebut
Piranometer. Alat inimengukur besarnya radiasi matahari yang datang dan segala
arah. Sedangkan untuk mengukur radiasi lansung kita menggunakan alat yang
Gambar 2.2. Piranometer (kiri) dan Piranograp (kanan)
Lapisan luar dari matahari yang disebut fotosfer memancarkan suatu
spektrum radiasi yang kontinu. Untuk pembahasan ini cukup dianggap matahari
sebagai sebuah benda hitam, sebuah radiator sempurna pada 5762 K. Dalam ilmu
fotovoltaik dan studi mengenai permukaan tertentu, distribusi spektral adalah
penting.
Gambar 2.3. Bola Surya
Dimana :
ds = Diameter matahari
R = Jarak rata-rata matahari – bumi.
Radiasi yang dipancarkan oleh permukaan matahari, ES, adalah sama
dengan hasil perkalian konstanta Stefan-Bolzman , pangkat empat temperatur
permukaan absolut TS4 dan luas permukaan ds2,
W T d
Es s s
4 2
.
Dimana = 5,67 x 10-8 W/(m2.K4), temperatur permukaan Ts dalam K, dan
diameter matahari ds dalam meter.dari gambar di atas dapat dilihat jari-jari R
adalah sama dengan jarak rata-rata antara matahari dan bumi. Luas permukaan
bumi adalah sama dengan 4R2, dan fluksa radiasi pada satu satuan luas dari
permukaan bola tersebut yang dinamakan iradiansi, menjadi
2 4 2 4R T d
G s s W/m2 ……….... (2.6)
Dengan garis tengah matahari 1,39 x 109 m, temperatur permukaan
matahari 5762 K, dan jarak rata-rata antara matahari dan bumi sebesar 1,5 x 1011
m, maka fluksa radiasi persatuan luas dalam arah yang tegak lurus pada radiasi
tepat diluar atmosfer bumi adalah
2 2 11 4 4 3 2 2 9 4 2 8 ) 10 5 , 1 ( 4 ) 10 762 , 5 ( ) 10 39 , 1 ( ) . /( 10 67 , 5 m x x K x x m x x K m W x G
= 1353 W/m2
Radiasi surya yang diterima pada satuan luasan di luar atmosfir tegak lurus
permukaa matahari pada jarak rata-rata antara matahari dengan bumi disebut
konstanta surya adalah 1353 W/m2 dikurangi intesitasnya oleh penyerapan dan
pemantulan atmosfer sebelum mencapai permukaan bumi. Ozon di atmosfer
menyerap radiasi dengan panjang gelombang pendek (ultraviolet), karbondioksida
dan uap air menyerap sebagian radiasi dengan panjang gelombang yang lebih
panjang (inframerah). Selain pengurangan radiasi bumi yang lansung atau sorotan
oleh penyerapan tersebut, masih ada radiasi yang dipancarkan oleh
molekul-molekul gas, debu, dan uap air dalam atmosfer sebelum mencapai bumi sebagai
radiasi sebaran, Pengukuran berikutnya terjadi apabila permukaan penerima
Tabel 2.1 Satuan lain untuk Konstanta Surya
Konstanta Surya ( Gsc )
1353 W/m2
429 Btu/(hr.ft2)
116.4 Langley/hr
4.871 MJ/m2.hr
(sumber “Tekhnologi Rekayasa Surya”, Diterjemahkan oleh Prof. Wiranto
Arismunandar,)
Konstanta surya (G) adalah konstanta yang digunakan sebagai dasar acuan
untuk mengetahui besarnya intensitas radiasi surya sebelum mengalami
penurunan karena berbagai macam hambatan dalam perjalanannya menuju
permukaan bumi. Hambatan yang timbul itu adalah seperti, ketika radiasi surya
melewati lapisan-lapisan atmosfir, itu terjadinya yang mempengaruhi posisi
matahari, posisi dan letak permukaan pada bumi, dan kondisi-kondisi lainnya.
Dari tabel diatas memuat konstanta surya dalam satuan lain. Satuan
langley sama dengan 1 kalori/cm2, adalah satuan yang umumnya dapat dijumpai
dalam literatur mengenai radiasi surya, dimana 1 kalori = 4,187 Joul, maka 1
langley = 1 kalori/cm2 = 0,04187 MJ/m2, suatu faktor konversi yang sering
digunakan.
2.2.1 Intensitas Radiasi Surya Pada Bidang Permukaan
Bumi berevolusi pada sumbunya selama 365 hari, bumi juga berrotasi
pada sumbunya selama satu hari. Selama berevolusi dan berrotasi pada sumbunya
bumi mengalami kemiringan terhadap sumbu vertikalnya sebesar 23,5O.
Pada gambar diatas (gambar 2.4) dapat dinyatakan di dalam suatu
hubungan persamaan sebagai berikut :
sin cos .cos .coscos ……… (2.7)
(sumber “Tekhnologi Rekayasa Surya”, Diterjemahkan oleh prof. Wiranto Arismunandar)
Dimana :
: Sudut sinar datang terhadap garis normal permukaan : Sudut deklinasi
: Garis lintang dari posisi alat
: Kemiringan sudut permukaan dan alat : Sudut waktu
Besarnya sudut yang dialami bumi terhadap sumbu vertikalnya di sebut
deklinasi. Dan deklinasi inilah yang mempengaruhi terjadinya distribusi sinar
matahari dan energi panas surya pada bidang permukaan bumi.
Bila hasil perkalian intensitas surya yang diterima bumi dengan cosinus
sudut sinar datang, maka besarnya laju energi yang diterima oleh suatu permukaan
di bumi dengan luasan persegi dapat ditulis dengan persamaan.
cos .
/A GT
q ……… (2.8) (sumber “Tekhnologi Rekayasa Surya”, Diterjemahkan oleh prof. Wiranto Arismunandar)
Dimana :
q : Laju energi, (W)
A : Satuan luas pada bidang, (m2)
2.2.2. Data Radiasi Matahari di Wilayah Indonesia
Bedasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari beberapa lokasi
di Indonesia, radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Untuk Kawasan Barat Indonesia (KBI) sekitar 4,5 kWh/m2/hari dengan
variasi bulanan sekitar 10 %.
Untuk Kawasan Timur Indonesia (KTI) sekitar 5,1 kWh/m2/hari dengan variasi bulanan 9 %.
Dengan demikian, kecepatan angin rata-rata di Indonesia sekitar 4,8kWh/m2/hari dengan variasi bulanan 9 %.
Catatan :
Pada tengah hari yang cerah radiasi sinar matahari di bumi mampu mencapai nilai
1000 W/m2 = 1 kW/m2 = 100mW/cm2.
Tabel 2.2 Radiasi Penyinaran Matahari di Indonesia Pebruari 2008
WILAYAH POTENSI RADIASI VARIASI
BULANAN Kawasan Barat
Indonesia (KBI) Per hari 4,5 kWh/m2 10 %
Kawasan Timur
Indonesia (KTI) Per hari 5,1 kWh/m2 9 %
Rata-Rata Wilayah
Indonesia 4,5 – 4,8 kWh/m2/hari 9,5 %
(sumber “htp;//theindonesiannoor.com/index2.html”.)
Kemudian diadakan suatu pendekatan Intensitas radiasi surya (GT) yang
diterima oleh permukaan atmosfir bumi sesuai tanggal dan bulan sebagai waktu
pelaksanaan, sehingga pada akhirnya radiasi surya yang tiba pada permukaan
bumi akan berkurang. Intensitas surya yang diterima oleh permukaan atmosfir
GT = GR 25 . 365 360 cos 033 . 0
1 xn ………. (2.9)
(sumber “Tekhnologi Rekayasa Surya”. Diterjemahkan oleh prof. Wiranto Arismunandar)
Dimana :
GT : Intensitas radiasi surya yang diterima oleh permukaan bumi.
GR : Konstanta surya (4500 W/m2). (sumber tabel 2.2)
n : Jumlah hari, dihitung mulai 1 januari
2.3 Dasar-Dasar Perpindahan Kalor
Definisi dari perpindahan kalor adalah berpindahnya energi dari suatu
daerah ke daerah lainya sebagai akibat perbedaan suhu antara daerah-daerah
tersebut. Secara umum perpindahan kalor dapat dukategorikan dalam tiga cara
yang berbeda , yaitu :
a) Perpindahan kalor secara konduksi
Konduksi adalah suatu proses dimana kalor mengalir dari daerah yang
bersuhu tinggi menuju daerah yang bersuhu lebih rendah di dalam satu
media (padat, cair dan gas), atau antara media-media yang berlainan yang
bersinggungan secara lansung. Untuk menghitung laju aliran secara
konduksi dapat dijabarkan dalam suatu persamaan yang dinyatakan
dengan hukum Fourier, yaitu :
dx dT kA
qkond ……….. (2.11)
(Sumber Holman, J.P Perpindahan Panas, hal. 2)
Dimana :
qkond : Laju perpindahan kalor dengan cara konduksi, (W)
k : Konduktivitas thermal, (W/m.K)
Ε : Luas penampang tegak lurus pada aliran kalor, (m2)
dx dT
Dalam aliran kalor konduksi, perubahan energi terjadi karena hubungan
molekul secara lansung tanpa adanya perpindahan molekul-molekul yang
cukup besar.
b) Perpindahan Kalor Secara Konveksi
Konveksi adalah proses perpindahan kalor dengan kerja gabungan dan
kalor konduksi, menyimpan energi dan gerakan mencampur. Perpindahan
kalor secara konveksi sangat penting sebagai mekanisme perpindahan
kalor antara permukaan benda padat dan cairan atau gas.
Panas secara konveksi menurut cara menggeraknnya dibagi dua bagian
yaitu :
Konveksi alamiah (free convection) terjadi jika gerakan mencampur berlansung, semata-mata akibat dari perbedaan
kerapatan yang disebabkan oleh gradien massa jenis.
Konveksi paksa (forced convection) terjadi jika gerakan mencampur di sebabkan oleh suatu alat dari luar, seperti pompa
atau kipas.
Pada umumnya,. Perpindahan kalor dengan cara konveksi antara suatu
permukaan dengan suatu fluida dapat dihitung dengan suatu persamaan,
yaitu :
W f
konv hAT Tq ……… (2.12)
(Sumber Holman, J.P Perpindahan Panas, hal. 11)
Dimana :
qkonv : Laju perpindahan panas dengan cara konveksi, (W)
A : Luas permukaan perpindahan kalor, (m2)
h : Koefesien konveksi, (W/(m2.K))
Tf : Temperatur fluida, (K)
c) Perpindahan Kalor Secara Radiasi
Radiasi adalah proses dimana kalor mengalir dari benda bersuhu tinggi
menuju ke suatu benda yang bersuhu lebih rendah, bila benda-benda itu
terpisah dalam ruangan dan bahkan bila terdapat ruang hampa di antara
benda-benda tersebut. Untuk menghitung laju pancaran radiasi pada suatu
permukaa dapat digunakan persamaan sebagai berikut :
4
. . .
A T
q ………... (2.13)
(Sumber Holman, J.P Perpindahan Panas, hal 11)
Dimana :
q : Laju perpindahan kalor radiasi, (W) : Emisivitas benda, (0<<1)
: Konstanta Stefan-Boltzznann, 5,67 x 10-8 W/(m2.K4)
T
: Perpindahan temperatur, (K)
A : Luas permukaan bidang, (m2)
2.4. Penguapan pada Distilasi
Panas yang dipindahkan ke tutup oleh penguapan dinyatakan dengan
persamaan berikut :
2 3 / 10 27 ,
16 kW m
T T P P q x q C W C W konv uap
…………..(2.14)
Dimana :
quap : Kalor penguapan (kW/m2)
Pw dan Pc : Tekanan parsial uap air (N/m2)
TW : Temperatur permukaan air (0C)
TC : Temperatur Kaca (0C)
Untuk PW dan PC adalah tekanan parsial uap air (N/m2) yang diperoleh dari
[image:31.595.147.436.497.668.2]2.5. Sifat-Sifat Radiasi
Pada gelombang elektromagnet berjalan melalui suatu medium (vakum)
dan mengenai suatu permukaan atau medium lain maka sebagian gelombang akan
dipantulkan, sedangkan gelombang yang tidak dipantulkan akan menembus ke
dalam medium atau permukaan yang dikenainya. Pada saat melalui medium
gelombang secara berkelanjutan akan mengalami pengurangan. Jika pengurangan
tersebut berlansung sampai tidak ada lagi gelombang yang akan menembus
permukaan yang dikenainya maka permukaan itu disebut sebagai benda yang
bertingkahlaku seperti benda hitam.
Jika gelombang melalui suatu medium tanpa mengalami pengurangan hal
ini disebut sebagai benda (permukaan) transparan dan jika hanya sebagian dari
gelombang yang mengalami pengurangan hal ini disebut sebagai permukaan semi
transparan. Suatu benda bertingkahlaku seperti benda hitam, transparan atau semi
transparan tergantung kepada ketebalan lapisan materialnya. Benda logam
biasanya bersifat seperti benda hitam. Benda non logam umumnya memerlukan
ketebalan yang lebih besar sebelum benda ini bersifat seperti benda hitam.
Permukaan yang bersifat seperti benda hitam tidak akan memantulkan
cahaya radiasi yang diterimanya, oleh karena itu kita sebut sebagai penyerap
paling baik atau permukaan hitam. Jadi permukaan yang tidak memantulkan
radiasi akan terlihat hitam oleh kita karena tidak ada sinar radiasi yang
dipantulkan mengenai mata kita. Benda hitam merupakan penyerap dan penghasil
energi yang baik pada setiap panjang gelombang dan arah radiasi.
2.6. Karakteristik Radiasi dari Permukaan yang Bertingkahlaku Seperti Benda Hitam
Sifat dari permukaan radiasi (emisivitas) didefinisikan sebagai
perbandingan radiasi yang dihasilkan oleh permukaan terhadap radiasi yang
dihasilkan oleh permukaan benda hitam pada temperatur yang sama. Emisivitas
mempunyai nilai yang berbeda tergantung kepada panjang gelombang dan
arahnya. Nilai emisivitas bervariasi dari 0 sampai dengan 1, dimana benda hitam
Gambar 2.5 Nilai total, normal emisivitas dari beberapa benda
Beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh dari gambar tersebut adalah : Emisivitas dari permukaan metalic umumnya kecil, hanya sekitar 0,02
untuk emas dan perak yang dilapisi.
Keberadaan dari layers oxide sangat penting dalam meningkatkan emisivitas dari permukaan metalic. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan
nilai 0,1 untuk stainless steel yang teroksidasi ringan dengan nilai yang
hampir mendekati 0,5 untuk stainless steel yang teroksidasi berat. Emisivitas dari non konduktor umumnya besar, melebihi nilai 0,6.
Emisivitas dari konduktor meningkat dengan peningkatan temperatu, walaupun demikian emisivitas juga tergantung kepada sifat-sifat khusus
dari material. Emisivitas dari non konduktor mungkin meningkat atau
menurun dengan peningkatan temperatur.
Kesimpulan terakhir yang dapat diambil bahwa emisivitas dari suatu
materi sangat tergantung kepada sifat atau ciri khas dari permukaan material
tersebutyang dipengaruhi oleh proses manupacturing, perlakuan panas, serta
2.7 Sistem Distilasi
2.7.1 Konsep Dasar Sistem Destilasi
Diantara beberapa pemanfaatan tenaga surya sebagai sumber energi,
sistem distilasi adalah salah satu sistem sederhana yang berguna untuk memenuhi
salah satu kebutuhan pokok manusia.
Dalam menghasilkan atau memproduksi garam dari air laut digunakan
energi/tenaga surya untuk menguapkan airnya dan menghasilkan butiran garam,
cara ini telah dilakukan sejak zaman dahulu kala oleh manusia. Dengan prinsip
dasar menghasilkan garam ini, digunakan juga prinsip yang sama namun disini
[image:34.595.113.512.304.552.2]adalah untuk menghasilkan air bersih.
Gambar 2.6 Proses Kerja
Semua sistem distilasi menggunakan prinsip yang sama, yaitu air (air
payau, air laut) ditampung pada penampung dasar yang berwarna hitam, yang
berfungsi untuk mengabsorbsi/menyerap energi surya/kalor untuk pemanasan
sehingga dapat terjadi penguapan cairan yang akan menghasilkan air hasil distilasi
(aquabides). Uap air hasil distilasi kemudaian menempel pada bagian dalam dari
kaca penutup yang temperaturnya lebih rendah dari pada uap air itu sendiri dan
kemudian terkondensasi dan ditampung pada bagian penampung hasil distilasi,
Dengan pemikiran dasar pada sistem distilasi (penyulingan air laut), yakni
memisahkan garam dan air laut yang didesalinasikan maka dimulailah
perkembangan yang lebih luas, salah satunya adalah sistem distilasi. Berikut ini
adalah suatu bentuk awal dari alat desalinasi yang mana juga diterapkan pada
[image:35.595.161.465.206.468.2]sistem distilasi.
Gambar 2.7 Distilator
Sistem distilasi atau juga biasa disebut Distilator mempunyai perbedaan
dalam hal produksi, sistem distilasi berorientasi pada produksi air bersih sehingga
air yang dimasukan (input) ke dalam distilator dapat berasal dari mana saja,
sedangkan desalinasi inputnya hanya berasal dari air laut karena tujuannya adalah
memperoleh garam. Sistem desalinasi dan sistem distilasi dapat disamakan
sehingga untuk teori distilasi dapat digunakan teori desalinasi dan juga
sebaliknya.
Maka dapat disimpulkan bahwa distilasi adalah sistem sistem yang
digunakan untuk memperoleh air bersih dengan cara memisahkan air dari
2.7.2. Teori Dasar Perhitungan Sistem Distilasi
Didalam sistem distilasi terjadi proses penguapan air dengan cara
pemanasan menggunakan energi surya, sehingga dihasilkan uap air yang terpisah
dari kandungan unsur-unsur lainnya. Dalam menghasilkan uap air pada sistem
distilasi ada empat temperatur yang terkait dalam proses distilasi. Yaitu
temperatur permukaan air, termperatur dasar air, temperatur kaca dalam ruang
distilasi dan temperatur ruang distilasi.
Tapi di sub ini yang akan dibahas adalah untuk menghitung massa uap air
dan effsiensi distilasi. Untuk menghitung massa uap air digunakan rumus :
fg uap uap
h q
m Liter/(jam.m2) ……… (2.15)
Sedangkan untuk effisiensi digunakan rumus :
% 100
x G q
R uap
……….. (2.16)
Keterangan :
muap :Laju Distilasi (Kecepatan perpindahan massa penguapan),
(Liter/(jam.m2))
hfg : Panas laten penguapan, (2308 kJ/kg)
GR : Radiasi surya, (W/m2) : Effisiensi, (%)
2.8. Kandungan Air Laut
Pada suatu air laut mempunyai berbagai macam kandungan elemen yang
berbentuk ion-ion,dan air laut mempunyai pH berkisar 7,5 – 8,4. Pada tabel
[image:37.595.123.502.179.718.2]berikut ini dapat dilihat kandungan yang dimiliki air laut.
Tabel 2.3. Elemen-elemen yang dikandung air laut
(sumber : www.seafriend.org.nz/oceano/seawater html)
Chemical ion valence concentration ppm, mg/kg
part of
salinity %
molecular
weight
mmol/
kg
Chloride Cl -1 19345 55.03 35.453 546
Sodium Na +1 10752 30.59 22.990 468
Sulfate SO4 -2 2701 7.68 96.062 28.1
Magnesium Mg +2 1295 3.68 24.305 53.3
Calcium Ca +2 416 1.18 40.078 10.4
Potassium K +1 390 1.11 39.098 9.97
Bicarbonate HCO3 -1 145 0.41 61.016 2.34
Bromide Br -1 66 0.19 79.904 0.83
Borate BO3 -3 27 0.08 58.808 0.46
Strontium Sr +2 13 0.04 87.620 0.091
Dan Disepanjang ekpedisi Challengerpada tahun1870, ditemukan bahwa
perbandingan antara elemen-elemen hampir konstan walaupun kadar garam (pada
jumlah H2O dapat bervariasi. Perhatikan bahwa dari table diatas membedakan
secara sekilas dalam publikasi yang berbeda. Begitu juga pada laut yang terkurung
[image:38.595.154.471.203.438.2]oleh daratan seperti laut hitam dan laut Baltik memiliki konsentrasi yang berbeda.
Gambar 2.8. Lautan di muka Bumi
(sumber : www.seafriend.org.nz/oceano/seawater html)
Peta dunia ini menunjukan kadar air laut samudra sedikit berubah mulai
dari 32ppt (3,2%) sampai dengan 40ppt (4,0%). Kadar air garam yang rendah
ditemukan pada air laut dingin, khususnya selama musim panas ketika es mencair
kadar garam tinggi ditemukan pada hamparan laut pada samudra Continental.
Berhubungan dengan penurunan udara yang kering dan sejuk dan juga pemanasan
daerah padang pasir laut ini memiliki sangat sedikit curah hujan dan penguapan
yang tinggi.
Laut merah yang berlokasi di daerah padang laut tetapi hampir
keseluruhan tertutup menunjukan kadar garam tertinggi dari keseluruhan (40ppt)
tetapi laut Mediterania mengikuti laut merah yaitu 38ppt. Kadar garam terendah
ditemukan diatas area Laut Baltik (0.5%). Laut mati memiliki Kadar garam 24%
dan terdiri atas kebanyakan Magnesium Klorida MgCl2. Area laut dangkal
Pada pH 7,0 (air yang Netral) hanya 0,1 mol /kg(10-7) air dipisahkan
kedalam ion hidrogen positif (H+) dan ion hidrosil negatif (OH-). Dilautan dimana
pH yang ditemukan sebesar 8. Ini bahkan menjadi lebih kurang dari 0,01 mol
/kg yang mana menyebabkan ion hidrogen 20 kali lebih kecil dari pada oksigen
dan 200 kali lebih kecil dari pada karbondioksida. Hal ini mernerangkan bahwa
betapa pentingnya pH terhadap produktifitas ekosistem air.
Pada pengujian ini diambil air yang berasal dari air laut Belawan yang
mempunyai pH 8 yang diukur dengan kertas Lakmus. Pada gambar ini dapat
[image:39.595.109.512.285.529.2]dilihat dilihat ph air pada setiap air laut yang ada dipermukaan bumi.
BAB III
ALAT DAN PENGUJIAN SISTEM DISTILATOR ENERGI SURYA TIPE ATAP
3.1 Alat-Alat pada Sistem Distilasi
Pada sistem distilasi energi Surya dengan menggunakan tipe atap miring
mempunyai alat-alat yang sangat penting diantaranya :
1. Distilator
Di dalam memilih bahan yang akan dipergunakan untuk wadah atau
penampung ada beberapa kriteria yang dipergunakan, yaitu :
Daya tahan.
Kemampuan dan harga.
Mudah dalam pemakaian dan pemeliharaannya.
Wadah air yang akan dibuat dalam perencanaa sistem distilasi air tenaga
surya adalah memiliki panjang wadah (Wadah) 100 cm dan lebar (lWadah)
100 cm serta memiliki kapasitas tampung air (M) yang akan didistilasi
sebesar 1 00 liter. Dalam perencanaan ini bahan yang dipilih harus
memiliki daya hantar panas yang baik, kuat dan tidak rusak dalam waktu
yang lama.
Untuk dipilih fiber glass yang memiliki sifat-sifat :
Konduktivitas thermal (k) = 0,05 W/m.K
Massa jenis () = 700 kg/m3
Ada 3 bagian utama dari dinding ruang distilator yaitu :
1. Penampang dasar dengan data sebagai berikut :
Panjang penampang dasar () = 1 m
Lebar penampang dasar ( l ) = 1 m
Tebal penampang dasar ( t ) = 0,002 m 2. Dinding belakang ruang distilator :
Tinggi dinding dari dasar = 1 m
Tebal dinding = 0,002 m
Gambar 3.1 Ruang Distilator
2. Tempat penampung kondensat
Tempat penampung kondensat adalah bagian dari sistem distilasi yang
akan menampung aliran kondensat, sebelum akhirnya dialirkan ke tempat
penampung air bersih. Letak dari penampung kondensat adalah pada
bagian bawah dari sambungan kaca penutup. Dimensi yang
dipergunakanlah plat alumunium yang dibentuk dengan diameter 0,05 dan
panjangnya adalah sepanjang wadah penampung yaitu 1 m.
[image:41.595.186.437.477.677.2]3. Kaca Transparan (Window Glass)
Pada pembahasan sebelumnya telah diketahui bahwa sudut kemiringan
yang dibentuk oleh atap kaca adalah sebesar 350 dan karena luas penampang dasar
(Ab) sudah diketahui yaitu 1 m2, maka direncanakan ukuran kaca penutupnya
[image:42.595.186.428.191.367.2]sebagai berikut :
Gambar 3.3. Besar sudut yang dibentuk
Lebar penampang dasar adalah 100 cm maka dengan rumus segitiga
istimewa (Salah satu sudutnya memebentuk sudut 900), maka lebar kaca penutup
adalah :
[image:42.595.177.463.471.691.2]Palas = 100 cm sudut yang dibentuk kaca penutup adalah 350
hbak = 100 cm
hair = 30 cm
h
= hbak – hair =100 – 30 = 70cm Jadi panjang kaca adalah :
P2 kaca = h2 P2atas
P2 kaca = 702 + 1002
Pkaca = 14900
Pkaca = 122 cm2
Pkaca = 1,22 m2
Sedangkan lebar kaca penutup adalah panjang wadah ditambah 2 cm pada
tiap sisinya, sehingga lebar kaca penutup adalah :
Lkaca = 100 cm + (2 x 2 cm ) = 104cm = 1,4 m
Tebal kaca (tkaca) diambil 5 mm = 0,005 m, hal ini karena kaca penutup
cukup luas sehingga rentan terhadap lengkungan dan juga agar kaca penutup kuat
ketika ditopang oleh wadah distilasi, yaitu ditopang sepanjang 2 cm pada sisi
kanan-kirinya. Dengan pertimbangkan pengadaan bahan dipasaran dan juga dari
segi biaya, maka dipilih jenis kaca Window Glass yang memiliki sifat dan
spesfikasi sebagai berikut :
Panjang : 1,22 m
Lebar : 1,4 m
Tebal : 0,005 m
Pembiasan (Transmitansi) : 0,85
Penyerapan (Absorbtansi) : 0,06
Gambar 3.5. Window Glass
4. Pipa-Pipa pada Distilasi
Untuk saluran air laut dan saluran pembuangan untuk perawatan basin
dipergunakan pipa PVC dengan diameter 1 inchi atau 2,54 cm = 0,0254 m dengan
jumlah 1 pipa lurus dan 2 pipa siku. Dan untuk saluran air keluar dipergunakan
[image:44.595.145.484.413.547.2]selang dengan diameter ½ inchi = 1,27 cm = 0,0127 m.
Gambar 3.6. Saluran masuk air laut (kiri), Saluran pembuangan
untuk perawatan basin (kanan)
[image:44.595.225.399.585.725.2]5. Tempat Penampungan Air Bersih
Untuk menampung air bersih hasil distilasi dipergunakan jerigen bening,
sehingga produk air bersih bisa terlihat. Ukuran jerigen yang dipergunakan adalah
[image:45.595.211.406.209.364.2]yang berkapasitas 4 liter.
Gambar 3.8. Penampung air bersih setelah didistilasi
6. Satu Set Peralatan Komputer
Pada pengujian ini menggunakan satu set peralatan komputer yang
berfungsi untuk membaca sensor-sensor yang sudah ditempatkan pada dalam dan
luar ruang distilator.
[image:45.595.227.398.497.718.2]7. Alat-Alat Ukur yang di gunakan.
Pada pengujian ini ada beberapa alat ukur yang akan dipergunakan,
diantaranya :
1. Alat ukur temperatur air pada basin
Untuk mengukur temperatur air, dalam pengujian ini dipergunakan
sensor yang LM 35. Pada pengujian ini digunakan 2 (dua) buah
sensor temperatur jenis LM 35.Alat ukur atau sensor ini
ditempatkan di dalam air yang ada pada basin (untuk temperatur
air) dan di permukaan air ( untuk temperatur permukaan air )
2. Alat ukur untuk temperatur kaca penutup
Untuk mengukur temperatur kaca penutup dipergunaka 2 (dua)
buah sensor permukaan (surface sensor) LM 35 yang diletakan
pada bagian dalam dari kaca penutup (untuk temperatur kaca
dalam) dan diletakan pada bagian luar kaca penutup (untuk
temperatur kaca luar). Pemasangan sensor ini harus benar-benar
rata menempel pada permukaan kaca penutup sehingga tidak
terjadi kesalahan pembacaan dan pengukuran.
3. Alat ukur temperatur lingkungan
Untuk pengukuran suhu ambient digunakan 2 (dua) buah sensor
LM 35. Yang diletakan di dinding pada bagian dalam ruang
distilasi (untuk temperatur ruang distilasi) dan di dinding bagian
luar ruang distilasi (untuk temperatur lingkungan). Untuk
pengukuran pada keadaan terbuka (outdoor measurement),
transducer atau sensor harus dilindungi dari radiasi matahari
lansung atau yang terpantulkan, dengan menempatkannya di dalam
suatu kotak pelindung yang berventilasi baik serta dicat putih.
4. Data logger
Data logger sangat dibutuhkan pada waktu pengujian, karena
dalam pengujian yang dilakukan dengan menggunakan energi
listrik sebagai sumber tenaga (power) dan apabila sewaktu-waktu
data. Di dalam data logger terdapat sebuah baterai dimana baterai
[image:47.595.149.491.130.254.2]ini sebagai energi cadangan pada waktu listrik mati.
Gambar 3.10. Data Logger
5. Alat pembacaan dan hasil pengukuran
Untuk hasil pengukuran yang telah dilakukan dapat kita lihat/baca pada
layar komputer dan kemudian dapat kita simpan di dalam komputer, untuk
itu diperlukan satu set peralatan komputer.
3.2. Titik-titik Pengukuran
Dalam melakukan pengujian titik pengukuran sangat penting, yang
bertujuan untuk menentukan daerah/letak yang akan diukur temperaturnya pada
sistem distilasi melalui sensor pengukur temperatur. Sistem distilasi energi surya
yang akan di ukur memiliki 7 (tujuh) titik pengukuran, yaitu :
1. Temperatur air pada basin (Tair)
2. Temperatur permukaan air (T p. air)
3. Temperatur pada permukaan kaca bagian dalam (Tkd)
4. Temperatur pada permukaan dinding bagian luar (Tdl)
5. Temperatur pada permukaan dinding bagian dalam (Tdd)
6. Temperatur ruang distilasi (Trd)
Tabel 3.1 letak titik pengukuran
No Simbol Satuan Keterangan
1 Tair (T3) 0C Temperatur air pada basin
2 Tuda (T4) 0C Temperatur permukaan air
3 Tkd (T1) 0C Temperatur kaca dalam
4 Tkl (T7) 0C Temperatur kaca luar
5 Tamb (T6 ) 0C Temperatur lingkungan
6 Trd (T2) 0C Temperatur ruangan distilasi
`7 Tdd (T5) 0C Temperatur dinding distilasi
[image:48.595.114.487.114.595.2]dalam
Gambar 3.11. Penempatan Sensor
Keterangan :
a : Wadah (basin)
b : Kaca
c : Air kotor keluar
d : Air kotor masuk (input)
e : Air distilasi keluar (output)
3.3. Bagan Alir Sistem Distilasi
Keterangan :
1a. Saluran air masuk (air laut) tampak dari luar dan pengisian dilakukan dengan
manual. Dengan menggunakan corong. Dan diameter pipa saluran masuk (air
laut) 1 inchi atau 0,0254m.
1b. Saluran air masuk tampak dari dalam ruang distilator.
2a. Satu set peralatan koputer yang terkoneksi dengan tujuh buah sensor LM 35
melalui kabel LPT 1. Untuk menampilkan hasil (besar suhu ) yang dibaca oleh
sensor LM 35, yang bebasis Visual Basic 6.0.
3a. Data Logger yang terhubung lansung dengan sensor LM 35, yang berfungsi
membaca suhu yang dideteksi sensor LM 35 dan dikirim ke program Visual
Basic 6.0 melalui kabel LPT 1.
4a. Bak penampung air laut yang berukuran 1m x 1m, dan mampu menampung air
laut maksimal 200 liter, tetapi yang dikehendaki dalam pengujian ini sebesar
100 liter.
4b. Saluran Kanal sepanjang 1m, yang berfungsi untuk mengumpulkan air yang
mengalir dari bawah kaca dalam distilasi yang merupakan hasil dari
penguapan yang mengembun dibawah kaca dalam setelah kaca mendapatkan
radiasi matahari. Semakin besar radiasi matahari yang diterima oleh
permukaan kaca maka semakin besar pula penguapan yang terjadi. Kemudian
air hasil distilasi akan disalurkan melalui corong ke pengumpulan air bersih.
4c. Tujuh buah sensor LM 35 yang ditempatkan di tempat yang dikehendaki
dalam pengujian yang selalu terkoneksi dengan Data Logger selama 24 jam.
4d. Saluran keluar air sisa yang tidak terdistilasi, yang bertujuan untuk membuang
air sisa dan sebagai saluran perawatan ruang distilator. Dan pipa saluran
keluar berdiameter 1 inchi atau 0,0254m.
5a. Tempat penampungan hasil air distilasi, dan dipergunakan jerigen yang bening
agar produk air bersih dapat dilihat.
6a. Hasil air distilasi yang diukur dalam gelas ukur. Dan air yang dihasilkan
3.4. Pengujian
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui cara kerja alat yang dibuat,dan
mengetahui cara membaca data yang dihasilkan data Logger yang digunakan.
Pengujian dilakukan sebanyak dua kali pengujian.
Lamanya waktu pengujian yang pertama selama 24 jam yang dilaksanakan
di rumah Ibu Norma Pardede dengan alamat Jln. Karya No.9 Sei Agul, Medan.
Dimulai pada hari Kamis pukul 20:00 Wib – hari Jumat pukul 20:00 Wib, tanggal
10 – 11 April 2008. Dan pengujian kedua di lakukan di Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara pada hari Rabu tanggal 23 April 2008. Dimulai pada
pukul 14:00 Wib – 16:00 Wib.
Sebelum melakukan pengujian perlu dipersiapkan peralatan uji yang akan
digunakan, seperti sensor maupun alat ukur lainnya.
3.4.1. Data Perancangan Dan Keadaan Lingkungan
Dengan perkiraan cuaca cerah agak mendung dan sinar matahari terhadap
permukaan bumi adalah tegak lurus, dan data lainnya seperti kondisi lingkungan
yang diperoleh untuk daerah Universitas Sumatera Utara, Medan adalah berikut :
Posisi Medan ( ) : 20 27’ – 20 47’ LU 980 35’ – 980 44’BT
Temperatur ambien : 29 0C
n (dihitung mulai 1 januari) : 101 hari
Deklinasi ( ) : 23,450
Sudut kemiringan distilator () : 35 0
Sudut sinar matahari () : 0 (matahari tegak lurus bumi)
Garis lintang letak distilator : 20 27 LU Data lain yang direncanakan adalah :
1. t air (ketinggian permukaan air) = 0,1 m
2. Taa (temperatur awal air) = 27 0C
3. Tak (temperatur awal kaca) = 27 0C
4. Taf (temperatur awal fiber) = 27 0C
BAB IV
PERHITUNGAN DAN ANALISA
4.1. Perhitungan Radiasi Matahari
(Sumber “Teknologi Rekayasa Surya”, Diterjemahkan oleh Prof. Wiranto Arismunandar)
GR = 4500 W/m2
n = 101 hari
Pers 2.9
25 , 365 360 cos 033 , 0 1 xn G GT R
25 , 365 101 360 cos 033 , 0 1 4500 x GT
GT 4475,36 W/m2
Dengan Pers 2.7 cos sin.sin
cos.cos
.coscos 0,913460492
Maka sudut datang matahari = = 240
GT = Intensitas radiasi surya yang diterima oleh permukaan bumi =
4465,35 W/m2, sehingga kita dapat menghitung radiasi matahari yang diterima
oleh suatu permukaan seluas 1 m2. Dengan sudut sinar datangnya sebesar .
Dengan pers (2.8)
cos . T G A q 2 / 06 , 4088 913460492 , 0 36 ,
4475 x W m
A
q
Sehingga GT yang diterima distilator = 4088,06 W/m2
Maka dapat dihitung radiasi surya yang dibiaskan dan diserap :
1. Radiasi surya yang diserap (qserap kaca)
q
(serap kaca) = Absorbtansi x GT= 0,06 x 4475,36W/m2
2. Radiasi surya yang dibiaskan (qserap kaca)
q
(bias kaca) = Transmitansi x GTq
(bk)= 0,85 x 4475,36 W/m2
q
(bk) = 3804,05 W/m23. Radiasi surya yang dipantulkan ( qpantul kaca)
q
pantul kaca=
reflektansi x GT
q
(p)= 0,09 x 4475,36 W/m2
q
(p)= 402,78 W/m2Dari data diatas dapat diketahui kalor radiasi dan effisiensi kaca ()
q
rad= G
R– q
pantul– q
serapq
rad= 4500 W/m2 – 402,78 W/m2– 268,52W/m2
q
rad =3828,7
W/m2Maka effisiensi kaca :
% 100 x G q R rad kaca % 100 / 4500 / 7 , 3828 2 2 x m W m W kaca % 08 , 85 kaca
Dengan adanya pembiasan, penyerapan dan pantulan radiasi surya pada kaca
transparan, maka terjadi proses perpindahan panas radiasi dan konveksi menuju
kaca sebesar yang diserap kaca.
= Emisivitas = 0,06
h = Koefesien konveksi kaca = 0,26 W/(m2.K4)
q
serap kaca= q
(sk)= q
radiasi kaca+ q
konveksi kacaq
(sk)= kaca. .A.
Tkaca Tamb
hkaca.Akaca.
TkacaTamb
44
268,52 = 0,06.(5,67 x 10-8 )W/(m2.K4).(1,22 x 1,04)m2.(Tkaca4-3004)K+
0,26 W/(m2.K4).(1,22 x 1,04)m2.(Tkaca – 300)K
= 0,4316 x 10-8(Tkaca4 – 3004)K + 0,32988 (Tkaca – 300)K
268,52 = 0,4316 x 10-8 Tkaca – 34,9633 + 0,3298 Tkaca – 98,9664
268,52 + 34,9633 + 98,9664 = 0,4316 x 10-8 Tkaca4 + 0,32988 Tkaca
402,4497 = 0,4316 x 10-8 Tkaca4+ 0,3298 Tkaca
Tkaca = 323,25 K = 50,25 0C
Tkaca = 50 0C
4.2. Perpindahan Kalor pada Bak Penampung (Wadah)
Luas bak penampung air adalah 1 m2, dengan panjang bak 1 m dan lebar 1
m. Untuk pembiasannya panas q(bak) yang terdapat pada ruang distilasi saat akan
menuju air kotor yang terdapat pada bak penampungan yang besarnya 4793,11W
= 47,9311 W/m2, sehingga terjadi suatu perpindahan kalor (heat transfer) secara
radiasi dan konveksi menuju air. Maka didapatkan suhu air saat terjadi produksi
air (Ta) adalah
Perhitungan suhu air saat terjadi produksi air :
: Emisivitas = 0,06
h : Koefesien konveksi air = 0,659 W/(m2.K)
: Konstanta Stefan – Boltzman = 5,67 x 10-8 W/(m2.K4)
q
serap air= q
(sa)= q
radiasi air+ q
konveksi airqsa air A Tair Tkaca hair Aair.
Tair Tkaca
44 )
( .. .( ) .
4793,11 =0,06 x 5,67 x 10-8 x 1 x (Tair4 – 3234) + 0,659 x 1x (Tair – 323)
4793,11 = 3,042 x 10-9 Tair4 – 37,0292 + 0,659 Tair – 212,857
5042,996206 = 3,402 x 10-9 Tair4 + 0,659 Tair
Tair = 322,128 K
4.3. Hasil Pengujian dan Perhitungan Data Pengujian
Pengujian sistem distilasi telah selesai dilakukan dengan tanggal pengujian
dari hari Kamis pukul 20:00 Wib – hari Jumat pukul 20:00 Wib, tangga 10 April
2008 – 11 April 2008 yang dilaksanakan di rimah Ibu Norma Pardede di Jln.
Karya No.9 Sei Agul. Dan hasil pengujian diambil pada hari Jumat, tanggal 11
April 2008.
4.3.1. Perhitungan Konveksi
Untuk menghitung kalor konveksi (qkonv) diambil data secara acak dari
pengambilan data yang dilakukan beberapa hari (Perhitungan konveksi seluruhnya
dapat dilihat pada Tabel 4.2.)
Perbandingan konveksi yang diperoleh dari pengambilan data pada tanggal
11 April 2008, antara data pukul 11 :10 Wib dengan data pukul 12 :00 Wib.
Data hari Jumat, tanggal 11 April 2008. Pukul 11.10 Wib sebagai berikut :
Tpermukaan air (T4) = 53 0C
Tdasar air (T3) = 40 0C
Truang distilasi (T2) = 50 0C
GR = 4500 W/m2
L (Panjang distilasi) = 1 m
A = 1 m2
Setelah di Interpolasi Maka didapat :
Pr (Pranftl Number) = 0,70294
v = 18,022 x 106 m2/s
K = 0,0280 W/m2.0C
C = 0,27
Dari data tersebut dapat dicari qkonv
2 3 2 4 . v L T T gGr ; dimana = 1/T3 jadi = 1/ 50 = 0,02
Gr = 5 2 7
3 10 22 , 181 ) 10 8022 , 1 ( 1 ) 50 53 ( 02 , 0 81 , 9 x x x x
Nu = C (Gr x Pr)1/4
2 9 2 8 / 10 428 , 1 1 / 0280 , 0 10 008 , 51 m W x m W x x L Nuxk h
q
kon = h.A(T )qkon = 1,428 x 10-9 W/m2 x 1x 3 = 4,284 x 10-9 W/m2
4.3.2. Perhitungan Konduksi
Untuk menghitung kalor induksi diambil data dari hari Jumat, tanggal 11
April pada pukul 11:10 Wib.
Datanya adalah :
T5 (Temperatur dinding distilasi) = 42 0C
T6 (Temperatur luar dinding) = 39 0C
k = 0,0279834 W/m.K
Yang harus dikerjakan dahulu adalah menghitung faktor bentuk dari alat
distilasi yaitu menjumlahkan faktor-faktor bentuk dinding, tepi dan sudut dinding.
Ruang distilasi ini memiliki 2 bentuk yaitu dinding persegi dan dinding segi tiga.
Faktor bentuk dinding persegi :
Dinding : x m
L A S 150 002 , 0 1 3 , 0
Tepi : S = 0,54.D = 0,54 x 0,3 = 0,162 m
Sudut : S= 0,15.L = 0,15 x 0,002 = 0,0003m
S persegi : Sp = 150 + 0,162 + 0,0003 = 150,1623 m
Faktor bentuk dinding Segi Tiga :
Dinding : x x m
L xAxt L A S 175 002 , 0 7 , 0 1 5 , 0 2 1
Tepi : S = 0,54.D = 0,54 x 0,7 = 0,378 m
Sudut : S = 0,15.L = 0,15 x 0,002 = 0,0003m
S segitiga : Sst = (175 x 0,0003) x 2 = 350 m
S total adalah = Stot = 150,1623 m + 350 m = 500,1623 m
Maka konduksinya :
q = k.S.T
q = 0,0279834 x 500,1623 x 3 = 41,9987 W/m.0C
4.3.3. Perhitungan Penguapan
Untuk panas yang dipindahkan ketutup oleh penguapan dengan
menggunakan data pada hari jumat pukul 11:10, tanggal 23 April 2008 (lihat
Tabel 4.4). Untuk PW dan PC lihat pada Tabel uap pada Lampiran.
Dimana :
T4 (TW) : 530C (PW = 14376 N/m2)
T1 (TC) : 460C (PC = 10090 N/m2)
Dengan Pers 2.14, maka di dapat :
quap =
C W C W Konv T T P P x xq x10 3 27 , 16 = 46 53 10090 14376 282 , 4 10 27 ,
16 x 3x x
= 42,67445991 W/m2
Dan laju distilasi (Kecepatan perpindahan massa penguapan) dapat
ditentukan dengan persamaan 2.15.
fg uap uap
h q
m