(Studi Kasus pada Home Industry Pembuatan Spring Bed di
Wilayah Kabupaten Sidoarjo)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi dan Bisnis
Jurusan Akuntansi
Oleh : Ranya Sentika 1013010115/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
(Studi Kasus pada Home Industry Pembuatan Spring Bed di Wilayah Kabupaten Sidoarjo)
SKRIPSI
Diajukan oleh : Ranya Sentika 1013010115/FEB/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
KEUANGAN PADA INDUSTRI KECIL RUMAHAN
(Studi Kasus pada Home Industry Pembuatan Spring Bed di Wilayah Kabupaten Sidoarjo)
Disusun oleh : Ranya Sentika 1013010115/FEB/EA
Telah dipertahankan di hadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 28 Maret 2014
Pembimbing Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Dra. Ec. Sri Hastuti, M.Si Dra. Ec. Sri Hastuti, M.Si
NIP. 19560318 198803 2001
Sekretaris
Dra. Ec. Siti Sundari, M.Si Anggota
Rina Moestika, SE, MM
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
(Studi Kasus pada Home Industry Pembuatan Spring Bed di Wilayah
Industri kecil dan rumahan saat ini sangat berperan dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Sektor ini mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional maupun daerah. Umumnya para pemilik industri kecil rumahan ini beranggapan bahwa pencatatan tersebut terlalu rumit untuk dilaksanakan dan hanya melakukan perhitungan secara kasar. Faktor accountability sangat di perlukan jika para pemilik industri ini menginginkan usahanya lebih maju dengan pengajuan kredit kepada bank atau lembaga perkreditan lainnya.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini memerlukan interaksi antara peneliti dengan obyek penelitian yang bersifat interaktif untuk memahami realitas obyek. Teknik yang digunakan adalah wawancara mendalam terhadap para informan secara tertulis dan observasi terhadap tindakan dalam penerapan sistem akuntansi. Teknik dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan bukti – bukti penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan. Analisis data, di lakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelahnya dilakukan dalam periode tertentu.
Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa para pemilik home industry pembuatan spring bed di wilayah kabupaten Sidoarjo masih kurang dalam penerapan pencatatan keuangan dan model pencatatannya masih menggunakan metode sederhana yakni hanya sebatas kemampuan yang telah dimilikinya.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji syukur kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya yang tak terhingga saya berkesempatan menimbah ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat nikmat-Nya pula memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi ini.
Sebagaimana diketahui bahwa penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Walaupan dalam penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa adanya saran dan bantuan dorongan dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat tersusun sebagaimana semestinya.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.
2. Bapak Dr.Dhani Ichasunuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur. 3. Bapak Drs. Ec. Rahman A.Suwaidi, M.Si selaku Wakil Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.
4. Bapak DR. Hero Priono, SE, M.Si, AK, CA, selaku Kepala Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.
Nasional “VETERAN” Jawa Timur yang telah mendidik penulis selama menjadi mahasiswa.
7. Keluarga, khususnya kedua orang tua dan Mas Respati Sabastian yang telah memberikan doa, dukungan, dan bantuannya secara moril maupun materiil yang telah diberikan selama ini sehingga mampu menghantarkan penulis menyelesaikan studinya.
8. Sahabat Silvi, Helen, Evi, Adhinda Bagus, Patria, Rio, I Wayan Indra, Umar, Hanif, dan Yusri saudara seperjuangan dalam menjalani perkuliahan selama empat tahun yang penuh warna bersama kalian dalam suka dan duka.
9. Terima kasih untuk saudara – saudara UKM Paduan Suara UPN Gita Widya Giri , dulur – dulur HMAK, dan temen – temen KKN 03 serta seluruh mahasiswa akuntansi 2010 yang bekerja keras bersama dalam lulus bersama.
10.Terima kasih kepada Rieza Mahendra Putra, Inong, Bramantya, Mas Affandi Saleh dan Mbak Irma yang selalu membantu dan sabar memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
11.Dan terima kasih dalam berbagai pihak yang turut membantu demi terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Amin.
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAK ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Fokus Penelitian ... 6
1.3. Perumusan Masalah ... 7
1.4. Tujuan Penelitian ... 7
1.5. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 9
2.2.2. Sistem Informasi Akuntansi ... 16
2.2.2.1. Pengertian Sistem ... 16
2.2.2.2. Pengertian Informasi ... 17
2.2.2.3. Siklus Pengolahan Data ... 18
2.2.2.4. Karakteristik Informasi ... 19
2.2.2.5. Akuntansi Sebagai Sistem Informasi ... 20
2.2.3. Pengertian Industri ... 22
2.2.3.1 Klasifikasi Industri ... 23
2.2.4. Pengertian Industri Kecil ... 25
2.2.4.1. Keunggulan Industri Kecil ... 26
2.2.4.2. Kelemahan Industri Kecil ... 28
2.2.5. Perlakuan Akuntansi untuk Perusahaan Industri Kecil ... 30
2.2.6. Akuntabilitas Usaha ... 35
2.2.7. Kewirausahaan ... 36
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 39
3.2. Ketertarikan Penelitian ... 40
3.5. Sumber Data ... 44
3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 44
3.7. Teknik Analisis Data ... 46
3.8. Pengujian Kredibilitas Data ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelititian ... 51
4.1.1 Sejarah Industri Rumahan Pembuatan Spring Bed ... 52
4.1.1.1 UD. Sakumpul ... 52
4.1.1.2 Home Industry World Coil ... 53
4.1.1.3 Home Industry Chrystalline ... 54
4.2. Deskripsi hasil Penelitian ... 55
4.2.1. Pencatatan Keuangan oleh Industri Kecil ... 55
4.2.2. Pentingnya Pencatatan Keuangan bagi Industri Kecil ... 57
4.2.3. Pengetahuan Mengenai Pencatatan Keuangan ... 60
4.2.4. Yang Melakukan Pencatatan Keuangan ... 62
Tujuan Usaha ... 66
4.3. Pembahasan ... 68
4.3.1 Penerapan Akuntansi pada Usaha Pembuatan Spring Bed ... 68
4.3.2 Aplikasi pada Home Industry Pembuatan Spring Bed ... 70
4.4. Keterbatasan Peneliti ... 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 77
5.2. Saran ... 78
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan di bidang perekonomian merupakan salah satu unsur
penting bagi suatu negara. Hal ini dikarenakan keberhasilan dalam
membangun ekonomi akan membawa dampak pembangunan di bidang –
bidang lainnya, karena keberhasilan pembangunan ekonomi akan Nampak
dalam kesejahteraan masyarakatnya. Salah satu cara untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat adalah dengan melakukan wirausaha, karena
dengan wirausaha akan membuat masyarakat menjadi mandiri dan dengan
wirausaha akan membuka peluang yang diciptakan tersebut. selain itu
wirausaha dapat berguna untuk menciptkan lapangan kerja bagi orang lain
yang berada di sekitar usaha tersebut.
Wirausaha di Indonesia sangat berperan dalam pembangunan
ekonomi, hal ini terlihat dari jumlah usaha kecil di Indonesia mampu
menyerap 88% tenaga kerja, memberikan kontribusi terhadap produk
domistik bruto sebesar 40%, dan mempunyai potensi sebagai salah satu
sumber penting pertumbuhan eksport, terutama eksport non migas.
(Indonesian Small Business Research Center, 2003).
Banyak cara untuk menjadi seorang wirausahawan, antara lain
industry atau industri rumahan. Home industry juga tidak selalu
menghasilkan kebutuhan primer. Namun, home industry juga bisa
menghasilkan kebutuhan sekunder, contohnya eksterior rumah, interior
rumah, dan furniture. Seiring dengan berkembangnya jaman, produk
furniture yang dihasilkan juga berubah, khususnya kasur. Saat ini kasur
yang dipakai oleh masyarakat telah mengalami perubahan. Yang awalnya
dulu menggunakan kasur kapuk, sekarang menggunakan kasur pegas
(spring bed).
Saat ini masyarakat menilai menggunakan kasur kapuk sangatlah
menganggu kesehatan, khususnya ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas)
dan harga kapuk semakin mahal sehingga kasur kapuk lambat laun mulai
jarang digunakan. Kasur pegas (spring bed) yang awalnya dianggap mahal
dan besar, lambat laun mulai digunakan oleh masyarakat. Dan dijadikan
tempat tidur yang paling nyaman. Inilah yang membuat para wirausaha
mencoba untuk mendirikan usaha pembuatan kasur pegas (spring bed).
Fenomena yang menarik yaitu perkembangan peranan home
industry kini sedang menjamur di kota – kota besar dan kota padat
populasi, seperti di Kabupaten Sidoarjo. Pertumbuhan industri di Sidoarjo
mengalami kenaikan meski terjadi bencana Lumpur Sidoarjo. Selama
empat tahun (hingga tahun 2010) tercatat pertumbuhan industri di Sidoarjo
naik cukup signifikan. Pada 2007 sebanyak 10.252 unit, 2008 tumbuh
masing-masing menjadi 15.838 dan 15.938 unit usaha. Lihat tabel 1.1
(www.dprd-sidoarjokab.go.id) diunduh tanggal 30/3/2014.
Perkembangan perindustrian di Sidoarjo sendiri diarahkan ke
wilayah barat seperti Krian, Krembung, Taman, Banglongbendo, Tulangan
dan Prambon. Sebab, di wilayah itu masih tersedia lahan industri yang
cukup. Misalnya saja di Krian, lahan industrinya mencapai 783,7 hektare,
Balongbendo 483 hektare, dan Taman masih tersedia 1083,5 hektare.
Tabel 1.1 Jumlah Industri di Sidoarjo Tahun Jumlah Unit Usaha
2010 15.938
2009 15.838
2008 14.079
2007 10.252
Sumber: www.dprd-sidoarjokab.go.id diunduh tanggal 30/3/2014
Dalam melaksanakan kegiatan bisnisnya, manajemen perusahaan
sangat memerlukan informasi yang disajikan sesuai kebutuhannya
khususnya informasi akuntansi. Seorang pengusaha juga harus mempunyai
strategi yang baik untuk memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada,
Informasi akuntansi mempunyai peran penting untuk mencapai
keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil (Megginson et al., 2000).
Informasi akuntansi dapat menjadi dasar yang andal bagi pengambilan
keputusan-keputusan dalam pengelolaan usaha kecil, antara lain keputusan
pengembangan pasar, penetapan harga, dan lain-lain. Dalam hubungan
usaha kecil dengan pemerintah dan kreditur (bank), penyediaan informasi
akuntansi juga diperlukan. Informasi akuntansi keuangan berhubungan
dengan data akuntansi atas transaksi-transaksi dari suatu unit organisasi
yang bergerak dalam bidang usaha jasa, dagang, maupun usaha industri,
agar informasi tersebut disusun dalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP 2009).
Penerapan sistem akuntansi tersebut tidak terkecuali juga dilakukan
oleh semua lingkup usaha baik pengusaha kecil, menengah maupun besar,
dan juga sistem juga perlu diterapkan dalam semua jenis kegiatan usaha,
baik perusahaan manufaktur, dagang maupun jasa, karena dengan
diterapkannya sistem akuntansi yang benar maka akan memperkecil
terjadinya kesalahan baik disengaja maupun tidak disengaja, dan akan
dapat menghasilkan informasi yang akurat.
Dalam kenyataannya, kebanyakan pengusaha kecil di Indonesia
tidak menyelenggarakan dan menggunakan informasi akuntansi dalam
pengelolaan usahanya (Pinasti 2007). Umumnya pemilik industri kecil
kecermatan, waktu dan juga biaya dengan jumlah tertentu membuat
pemilik usaha industri rumahan enggan untuk melakukan aktifitas
pencatatan keuangan.
Berdasarkan fenomena di lapangan menunjukkan bahwa pelaku
pengusaha pembuatan spring bed belum memahami tentang pencatatan
akuntansi yang baik dan benar, mereka menganggap pencatatan tersebut
terlalu rumit untuk dilaksanakan dan hanya melakukan perhitungan secara
kasar. Adanya faktor pendidikan dan faktor keremehan dari para pelaku
usaha atas pentingnya pemahaman akuntansi. Selain itu, adanya ketidak
jelasan mengenai bentuk laporan keuangan pelaku industri ini yang
membuat peneliti ingin mencari tahu
Melihat kondisi di atas bila dibandingkan dengan keadaan di
lapangan sepertinya patut dipertanyakan, sebab di tempat objek penelitian
ini berlangsung seorang pemiliknya tidak melakukan pencatatan keuangan
dengan baik. Karena belum melakukan penyelenggaraan pencatatan
akuntansi yang sesuai dengan standar yang berlaku, maka diperlukan suatu
pemahaman penerapan pencatatan akuntansi yang dapat dimengerti dan
diterapkan sesuai dengan standar yang berlaku.
Pencatatan akuntansi mutlak diperlukan jika usaha tersebut
menginginkan lebih maju karena untuk pengajuan kredit kepada bank atau
lembaga perkreditan lain yang memerlukan laporan keuangan yang dapat
dipertanggung jawabkan (accountability). Di dalam kesatuan usaha khusus
berdiri sendiri, terpisah dari pemiliknya. Untuk tujuan akuntansi,
perusahaan dipisahkan dari pemegang saham atau pemilik. Dengan
anggapan seperti ini, maka transaksi – transaksi perusahaan dipisahkan
dari transaksi – transaksi pemilik dan oleh karenanya maka semua
pencatatan dan laporan dibuat untuk perusahaan tadi (Baridwan, 2004 : 8)
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul:
Studi Penerapan Pencatatan dan Pengelolaan Keuangan pada Industri Kecil Rumahan ; (Studi Kasus pada Home Industry Pembuatan Spring Bed di Wilayah Kabupaten Sidoarjo)
1.2 Fokus Penelitian
Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, hal – hal yang perlu
diamati kebanyakan dari pelaku industri kecil rumahan hanya mencatat
jumlah uang yang diterima dan dikeluarkan, jumlah barang yang dibeli dan
jumlah piutang atau utang. Namun, pencatatan itu hanya sebatas pengingat
saja dan tidak dengan format yang diinginkan oleh pihak yang
membutuhkan (contoh : bank). Meskipun tidak dapat dipungkiri mereka
dapat mengetahui jumlah modal akhir mereka setiap tahun yang hampir
sama jumlahnya jika kita mencatat dengan sistem akuntansi.
Dari kebiasaan – kebiasaan mencatat kegiatan usaha secara
sederhana tersebut, sebenarnya dapat diarahkan untuk mencatat kegiatan
Setelah melakukan observasi secara umum pada industri kecil rumahan
(studi kasus pada home industry pembuatan spring bed). Yang menjadi
fokus penelitian ini adalah pemahaman penerapan pencatatan dan
pengelolaan keuangan pada industri kecil rumahan.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian yang telah
dikemukakan, maka dibuat perumusan masalah sebagai berikut ini.
Bagaimana penerapan pencatatan dan pengelolaan keuangan pada
Industri Kecil Rumahan ?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan
pencatatan dan pengelolaan keuangan pada industri kecil rumahan dan
sampai sejauh mana pemahaman pengusaha pembuatan spring bed
terhadap pencatatan keuangan.
1.5 Manfaat Penelitian 1) Bagi Universitas
Sebagai tambahan informasi mengenai akuntabilitas
industri rumahan dan bahan penelitian mahasiswa di masa yang
2) Bagi Perusahaan
Hasil ini diharapkan mampu membrikan pengetahuan atau
hasil ini diharapkan juga mampu memberikan bahan masukan
untuk lebih mengetahui pentingnya akuntabilitas usaha.
3) Bagi Penulis
Sebagai sarana untuk menetapkan dan mengaplikasikan
teori – teori yang telah diperoleh dari sumber – sumber lain
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Dalam menunjang penelitian ini, maka didukung oleh penelitian
terdahulu yang relevan dengan penelitian ini :
1. Margani Pinasti (2007)
“Pengaruh Penyelenggaraan dan Penggunaaan Akuntansi terhadap
Persepsi Pengusaha Kecil atas Informasi Akuntansi Suatu Riset Eksperimen”
a. Permasalahan dalam penelitian ini adalah :
Apakah penyelenggaraan dan penggunaan akuntansi berpengaruh
terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi ?
b. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan dan
penggunaan informasi akuntansi terbukti secara empiris dalam riset
eksperimen mempunyai pengaruh terhadap persepsi pengusaha
2. Aida Nahar dan Anna Widiastuti (2011)
“Analisis Penggunaan Informasi Akuntansi pada Industri Menengah
di Kabupaten Jepara”
a.Permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah pengetahuan akuntansi, skala usaha, pengalaman
usaha dan jenis usaha berpengaruh terhadap penggunaan
informasi akuntansi?
2. Apakah ketidakpastian lingkungan memoderasi pengaruh
pengetahuan akuntansi, skala usaha, pengalaman usaha dan
jenis usaha terhadap penggunaan informasi akuntansi?
b.Kesimpulan
1. Pengetahuan akuntansi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap penggunaan informasi akuntansi.
2. Skala usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penggunaan informasi akuntansi.
3. Pengalaman usaha tidak berpengaruh signifikan terhadap
penggunaan informasi akuntansi.
4. Jenis usaha satu dengan lainnya memiliki perbedaan
5. Ketidakpastian lingkungan tidak secara signifikan
memperkuat pengaruh pengetahuan akuntansi terhadap
penggunaan informasi akuntansi.
6. Ketidakpastian lingkungan secara signifikan memperlemah
pengaruh skala usaha terhadap penggunaan informasi
akuntansi.
7. Ketidakpastian lingkungan tidak secara signifikan
memperkuat pengaruh pengalaman usaha terhadap
penggunaan informasi akuntansi.
8. Ketidakpastian lingkungan secara signifikan memperkuat
perbedaan antarjenis usaha terhadap penggunaan informasi
akuntansi.
3. Dharma T Ediraras (2010)
“Akuntansi dan Kinerja UKM”
a. Permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah para pelaku UKM sudah menerapkan akuntansi
atau belum ?
2. Apa saja kegunaan akuntansi dalam pembuatan keputusan?
3. Apakah akuntansi merupakan alat untuk meningkatkan
4. Bagaimana kinerja usaha mereka ?
b. Kesimpulan
Pada penelitian ini, informasi akuntansi diperoleh dari hasil
akuntansi atau dari catatan utang piutang serta laporan
penerimaan dan pengeluaran tiap bulannya. Informasi yang
diperoleh dari akuntansi kemudian digunakan untuk mengukur
kinerja usaha yang diukur melalui profitabilitas, daya saing
serta pertumbuhan dan perkembangan usaha. Akuntansi
merupakan kunci indikator kinerja setiap usaha karena
informasi yang disediakan oleh catatan-catatan akuntansi
berguna dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu
akuntansi dapat dijadikan sebagai suatu alat untuk
meningkatkan kinerja usaha. Akan tetapi, merupakan suatu
kekeliruan yang besar jika menganggap akuntansi hanya
sebagai satu satunya faktor yang menentukan keberhasilan
usaha. Namun, akuntansi memang diakui sebagai faktor yang
cukup berpengaruh dan mempunyai peran terhadap
keberhasilan usaha, oleh karena itu diperlukan perhatian yang
4. I Made Narsa, dkk (2012)
“Mengungkap Kesiapan UMKM dalam Implementasi Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (PSAK-ETAP) untuk Meningkatkan Akses Modal Perbankan”
a. Permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana implementasi akuntansi keuangan pada usaha
mikro, kecil dan menengah (UMKM) ?
2. Bagaimana pemahaman usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) terhadap implementasi Standar Akuntasi
Keuangan- Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(SAK-ETAP)?
3. Bagaimana model implementasi SAK-ETAP pada usaha
mikro dan menengah UMKM) yang sesuai ?
b. Kesimpulan
1. Tidak adanya catatan transaksi yang baik dan tertib
2. Ketiadaan catatan transaksi tersebut karena sebagian besar
pelaku UMKM tidak memahami bentuk catatan transaksi
keuangan
3. Karena kekurangpahaman tersebut maka memunculkan
persepsi bahwa catatan keuangan suatu hal yang rumit dan
4. Adanya persepsi bahwa tanpa laporan keuangan pun, usaha
tetap berjalan dan memberi penghasilan.
Tabel 2.1 Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang Persepsi Pengusaha Kecil atas Informasi Akuntansi Suatu Riset Eksperimen. Akuntansi pada Industri Menengah di Kabupaten Jepara.
X1 : Pengetahuan Akuntansi
X2 : Skala Usaha
Akuntansi dan Kinerja UKM -
4 I Made Narsa, dkk (2012)
Mengungkap Kesiapan UMKM dalam Implementasi Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (PSAK – ETAP) untuk meningkatkan Akses Modal Perbankan.
-
5 Ranya Sentika (2014)
Studi Penerapan Pencatatan dan Pengelolaan Keuangan pada Industri Kecil Rumahan (Studi Kasus pada Home Industry Pembuatan Spring Bed di Wilayah Kabupaten Sidoarjo)
-
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Akuntansi
Akuntansi telah banyak didefinisikan oleh beberapa ahli dan
beberapa lembaga – lembaga terkait, menurut Winwin Yadiati (2007: 1)
definisi tersebut antara lain :
1. Accounting Principle Board (APB) dalam Statement no. 4 disebutkan :
Akuntansi adalah sebuah kegiatan jasa fungsinya adalah untuk
memberikan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat financial,
tentang entitas – entitas ekonomi yang dianggap berguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi, dalam penentuan pilihan logis
diantara tindakan alternatif.
2. American Institute of Certificate Public Accountans (AICPA) dalam
Accounting Bulletin No.1 , tahun 1953 , menyatakan :
Akuntansi adalah seni pencatatan, pengelompokan dan pengikhtisaran
dengan cara yang berarti, atas semua transaksi dan kejadian yang
bersifat keuangan, serta penafsiran hasil – hasilnya.
3. Paul Grady dalam ARS No.7, AICPA, 1965, mendefinisikan :
Akuntansi merupakan suatu body of knowledge serta fungsi organisasi
secara sistematik, orisinal dan autentik, mencatat, mengklarifikasikan,
memproses, mengikhtisarkan, menganalisis, menginterpretasikan
dalam operasi entitas akuntansi dalam rangka menyediakan informasi
yang berarti yang dibutuhkan manajemen sebagai laporan dan
pertanggung jawaban atas kepercayaan yang diterimanya.
Menurut Suwaldiman (2005 : 12 ) produk akuntansi adalah
informasi keuangan yang menjembatani kepentingan pihak pemakai
laporan keuangan dengan aktivitas suatu unit usaha. Keindahan sebagai
hasil produk seni sama sekali tidak terdapat dalam akuntansi. Laporan
keuangan yang disajikan secara rapi bukanlah suatu seni, akan tetapi
agar pemakai laporan tersebut lebih mudah untuk membaca dan
memahami. Akuntansi tidak menitik beratkan keindahan, tetapi yang
lebih penting adalah kelayakan dan keandalan informasi keuangan
yang dihasilkannya.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akunatansi
diselenggarakan dalam suatu perusahaan. Informasi akuntansi yang
dihasilkan adalah informasi tentang organisasi dan informasi akuntansi
sangat penting dalam menyelenggarakan perusahaan.
2.2.2. Sistem Informasi Akuntansi
2.2.2.1.Pengertian Sistem
Menurut Widjajanto (2001 : 2), “sistem adalah suatu kesatuan yang
terdiri dari bagian – bagian yang saling berinteraksi dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Sedangkan menurut Mulyadi (2001 : 2),
berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama – sama untuk mencapai tujuan tertentu”.
Dari kedua definisi tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa
sistem adalah sekelompok komponen yang saling berkaitan satu dengan
yang lainnya, dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.
2.2.2.2 Pengertian Informasi
Menurut Cushing (1986 : 11), “suatu perbedaan biasanya ditarik
antara data dan informasi. Data dapat terdiri dari sekumpulan karakter
yang diterima sebagai input terhadap suatu sistem informasi dan disimpan
serta diolah. Informasi diartikan sebagai output pengolahan data yang
diorganisir dan berguna bagi orang yang menerimanya. Sedangkan
menurut Jogiyanto (1997 : 25), data adalah kenyataan yang
menggambarkan suatu kejadian – kejadian dan kesatuan nyata. Informasi
adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih
berarti bagi yang menerimanya sehingga menggambarkan suatu kejadian –
kejadian (event) dan kesatuan nyata (fact and entity) yang digunakan untuk
pengambilan keputusan. Dan menurut Wilkinson (1988 : 6), data
merupakan fakta dan angka dan malah simbol – simbol yang belum diolah
yang menjadi bahan masukan sistem informasi, sedangkan informasi
merupakan pengetahuan berarti dan berguna untuk mencapai sasaran yang
diinginkan. Dengan kata lain, informasi adalah data yang telah diproses
Informasi adalah sekumpulan hasil data yang telah diolah menjadi
suatu bentuk yang bermanfaat bagi penerimanya untuk digunakan sebagai
pengambilan keputusan.
2.2.2.3 Siklus Pengolahan Data
Untuk mengolah data menjadi informasi, dilakukan proses
pengolahan data. Dalam akuntansi, proses ini disebut siklus akuntansi.
Dalam sistem informasi akuntansi, proses pengolahan ini dilakukan
dengan beberapa tahapan tertentu, yaitu sistem informasi akuntansi yang
diproses secara manual dan sistem informasi akuntansi yang diproses
dengan komputer.
Gambar 2.1 : Siklus Pengolahan data secara manual
Sumber : Mulyadi, 2001, Sistem Informasi Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta, Edisi Kedua, hal. 4
Bukti
Transaksi
Buku
Pembantu Buku
Besar
Laporan
Gambar 2.2 Siklus Pengolahan Data dengan Komputer
Input Pengolahan Output
Sumber : Zaki Bridwan, 1994, Sistem Informasi Akuntansi, BPFE, Yogyakarta, Edisi Kedua, hal. 5
2.2.2.4.Karakteristik Informasi
Menurut Marshall B Romney dan Paul John Steinbart (2004 : 12),
karakteristik informasi yang berguna meliputi hal – hal berikut :
1. Relevan.
Informasi itu relevan jika mengurangi ketidakpastian, memperbaiki
kemampuan pengambil keputusan untuk membuat prediksi,
mengkonfirmasikan atau memperbaiki ekspektasi mereka sebelumnya.
2. Andal Bukti Transaksi
Jurnal
Buku Besar
Buku Pembantu
Informasi itu andal jika bebas dari kesalahan atau penyimpangan, dan
secara akurat mewakili kejadian atau aktivitas di organisasi
3. Lengkap
Informasi itu lengkap jika tidak menghilangkan aspek – aspek penting
dari kejadian yang merupakan dasar masalah atau aktivitas – aktivitas
yang diukurnya.
4. Tepat Waktu
Informasi itu tepat waktu jika diberikan pada saat yang tepat untuk
memungkinkan pengambil keputusan menggunakannya dalam
membuat keputusan.
5. Dapat dipahami
Informasi dapat dipahami jika disajikan dalam bentuk yang dapat
dipakai dan jelas.
6. Dapat Diverifikasi
Informasi dapat diverifikasi jika dua orang dengan pengetahuan yang
baik, bekerja secara independen dan masing – masing akan
menghasilkan informasi yang sama.
2.2.2.5.Akuntansi Sebagai Sistem Informasi
Sebagai sistem informasi, akuntansi diperlukan oleh berbagai
menyelenggarakan akuntansi tersebut. Secara garis besar ( Weygandt dkk,
2007 : 6) pihak – pihak tersebut adalah :
a. Pengguna Internal, yaitu para manajer yang merencanakan,
mengorganisasikan dan mengelola suatu bisnis, antara lain : manajer
pemasaran, supervisor produksi, direktur keuangan, dan pejabat
keuangan.
b. Pengguna Eksternal, yaitu :
1. Investor, menggunakan informasi guna membuat keputusan untuk
membeli, menahan, atau menjual sahamnya.
2. Kreditor, seperti pemasok dan banker menggunakan informasi
akuntansi guna mengevaluasi risiko pemberian kredit atau
pinjaman.
3. Badan perpajakan Amerika Serikat seperti Internal Revenue
Service (IRS), ingin mengetahui apakah perusahaan telah mematuhi
undang – undang perpajakan.
4. Pelanggan, akan tertarik dengan apakah sebuah perusahaan tetap
harus menghargai jaminan dan dukungan produk atas lini – lini
produknya.
5. Serikat pekerja, ingin mengetahui apakah pemilik dapat membayar
6. Perencana ekonomi menggunakan informasi akuntansi untuk
meramalkan aktivitas perekonomian.
2.2.3. Pengertian Industri
Dalam istilah ekonomi, industri mempunyai dua pengertian, yaitu
pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Dalam pengertian
secara luas, industri mencakup semua usaha dan kegiatan bidang ekonomi
yang bersifat produktif. Sedangkan pengertian secara sempit, industri
adalah suatu kegiatan yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis,
kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi.
Menurut Undang-Undang No.5 tahun 1984, industri adalah
kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan
setengah jadi atau barang jadi dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya termasuk rancang bangunan dengan rekayasa industri.
Dikemukakan Dumairy tahun 1996, industri mempunyai dua
pengertian. Pertama, industri merupakan himpunan prusahaan-perusahaan
kertas. Kedua, industri adalah sektor ekonomi yang di dalamnya terdapat
kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau
setengah jadi.
Menurut G. Kartasapoetra (1997), yang dimaksud dengan industri
adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku dan
Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik ( BPS ), industri adalah
suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang jadi
dan barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih nilainya.
Berdasarkan pengertian tersebut, kita dapat memahami bahwa
industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi manusia yang sangat
penting. Melalui kegiatan industri akan dihasilkan berbagai kebutuhan
manusia, mulai dari peralatan sederhana sampai pada peralatan modern.
Jadi, pada dasarnya kegiatan itu lahir untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Dengan kata lain, industri sudah dikenal sejak zaman purbakala. Walaupun
pada awal perkembangannya masih sangat sederhana dan terbatas hanya
untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan dalam lingkungan yang terbatas.
2.2.3.1.Klasifikasi Industri
Selanjutnya BPS membagi industri menjadi empat golongan, yaitu:
1. Industri besar, apabila mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih.
2. Industri sedang, apabila mempunyai tenaga kerja 20 – 99 orang.
3. Industri kecil, apabila mempunyai tenaga kerja 5 – 19 orang.
4. Industri rumah tangga, apabila memiliki tenaga kerja 1 – 4 orang.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG)
mengelompokkan perusahaan industri sesuai dengan ciri khusus yang
digunakan, dan besarnya jumlah tenaga kerja. Adapun pengelompokannya
terdiri atas : (Widyanto, 2009)
1. Industri Besar
Industri besar adalah perusahaan industri yang dapat diklasifikasikan
sebagai perusahaan besar apabila investasi atau modal untuk mesin –
mesin dan peralatan adalah Rp 500 juta ke atas, sedangkan tenaga kerja
yang digunakan adalah 100 orang atau lebih dan pemiliknya adalah
Warga Negara Indonesia.
2. Industri Menengah
Industri menengah adalah perusahaan industri yang diklasifikasikan
sebagai perusahaan sedang atau menengah apabila memenuhi syarat
sebagai berikut: investasi atau modal untuk peralatan dan mesin –
mesin nilainya berkisar antara Rp 200 juta sampai Rp 500 juta.
Sedangkan, tenaga kerja yang digunakan berkisar antara 20 – 99 orang
dan pemiliknya adalah Warga Negara Indonesia.
3. Industri Kecil
Industri kecil adalah perusahaan yang dapat diklasifikasikan ke dalam
perusahaan kecil jika nilai investasi atau modal untuk membeli
peralatan dan mesin – mesin berkisar antara Rp 50 juta sampai Rp 200
juta dan pemilik usaha adalah warga Negara Indonesia, sedangkan
4. Industri Rumah Tangga
Industri kecil adalah perusahaan industri yang dapat diklasifikasikan ke
dalam industri rumah tangga jika nilai investasi atau modal yang
digunakan untuk peralatan dan mesin – mesin sama dengan jumlah
atau nilai yang digunakan industri kecil atau bahkan tidak
menggunakan modal sama sekali dan pemilik usaha biasanya adalah
kepala keluarga (Bapak atau Ibu), sedangkan jumlah tenaga kerja yang
dipakai berkisar antara satu orang sampai lima orang dan pada
umumnya adalah anggota keluarga.
2.2.4. Pengertian Industri Kecil
Pengertian industri kecil menurut Mintzberg (1992), yaitu
merupakan organisasi yang memiliki entreprenual organization dengan ciri
antara lain : struktur organisasi sangat sederhana, mempunyai karakteristik
khas, tanpa kolaborasi, tanpa staf yang berlebihan, pembagian kerja yang
kendur, memiliki hierarki manajemen yang kecil, sedikit aktivitas, yang
diformalkan, sangat sedikit yang menggunakan proses perencanaan, jarang
mengadakan pelatihan untuk karyawan, pengusaha sering sulit
membedakan antara asset pribadi dan perusahaan, sistem akuntansi kurang
baik dan bahkan sering tidak memilikinya, dan pengusaha mempunyai
sifat dalam menghadapi investasi hampir sama dengan perorangan,
Small scale industry plays an important role in the process of
industrialization from a number of different persepective. It employes the
majority of the workers in the industrial labor force and through its labor
intensive nature, also has a great potential of new employment creation.
Moreover, small scale industry is regionally highly dispersed, playing
important ties wits the agricultural sector and are highly dependennton
domestic resources
Pernyataan di atas, secara implisit menunujukkan karakteristik,
struktur industry, intensitas factor produksi, tenaga kerja, produktivitas,
maupun kebijakan dan strategi industry kecil. Perusahaan industri kecil,
pada umumnya menjalankan kegiatan usahanya dengan memiliki
keterbatasan – keterbatasan, seperti : skala usaha yang kecil, modal sendiri
dan terbatas, kurang menguasai teknologi, tenaga kerja yang dipekerjakan
dengan sebagian besar terdiri dari kalangan anggota keluarga.
2.2.4.1.Keunggulan Industri Kecil
Subanar ( 2001 : di/6) menyatakan beberapa keunggulan usaha
kecil antara lain :
1. Pemilik merangkap Manajer Perusahaan yang bekerja sendiri dan
memiliki gaya manajemen sendiri (merangkap semua fungsi
manajerial seperti marketing, finance dan administrasi)
2. Perusahaan keluarga, dimana pengelolanya mungkin tidak memiliki
3. Sebagian besar membuat lapangan pekerjaan yang baru, inovasi,
sumber daya baru serta barang dan jasa – jasa baru.
4. Risiko usaha menjadi beban pemilik.
5. Pertumbuhan yang lambat, tidak teratur, terkadang cepat dan
premature (premature high-growth)
6. Fleksibel terhadap bentuk fluktuasi jangka pendek, namun tidak
memiliki Rencana Jangka Panjang (corporate-plan).
7. Independen dalam penentuan harga produksi atas barang atau jasa –
jasanya.
8. Prosedur hukumnya sama.
9. Pajak relative ringan, karena yang dikenakan pajak adalah
pribadi/pengusaha, bukan perusahaannya.
10.Kontak – kontak dengan pihak luar bersifat pribadi.
11.Mudah dalam proses pendiriannya.
12.Mudah dibubarkan setiap saat jika dikehendaki.
13.Pemilik mengelola secara mandiri dan bebas waktu.
14.Pemilik menerima seluruh laba.
15.Umumnya mempunyai kecenderungan mampu untuk service.
16.Memiliki sedikit pesaing karena usaha perintisannya jarang ada orang
2.2.4.2 Kelemahan Industri Kecil
Subanar ( 2001 : 8 ) menyatakan beberapa kelemahan usaha kecil
antara lain :
1. Umumnya pengelola small-business merasa tidak memerlukan ataupun
tidak pernah melakukan studi kelayakan, penelitian pasar, analisis
perputaran uang tunai / kas, serta berbagai penelitian lain yang
diperlukan suatu aktivitas bisnis.
2. Tidak memiliki perencanaan sistem jangka panjang, sistem akuntansi
yang memadai, anggaran kebutuhan modal, struktur organisasindan
pendelegasian wewenang, serta alat – alat kegiatan manajerial lainnya
(perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian usaha) yang umumnya
diperlukan oleh suatu perusahaan bisnis yang profit-oriented
3. Kekurangan informasi bisnis, hanya mengacu pada instuisi dan ambisi
pengelola, lemah dalam promosi.
4. Kurangnya petunjuk pelaksanaan teknis operasional kegiatan dan
pengawasan mutu hasil kerja dan produk, serta sering tidak konsisten
dengan ketentuan-order/pesanan, yang mengakibatkan klaim atau
produk yang ditolak.
6. Terlalu banyak biaya - biaya yang di luar pengendalian serta utang
yang tidak bermanfaat, juga tidak dipatuhinya ketentuan – ketentuan
pembukuan standar.
7. Pembagian kerja tidak proposional, sering terjadi pengelola memiliki
pekerjaan yang melimpah atau karyawan yang bekerja di luar batas
jam kerja standar.
8. Kesulitan modal kerja atau tidak mengetahui secara tepat berapa
kebutuhan modal kerja, sebagai akibat tidak adanya perencanaan kas.
9. Persediaan yang terlalu banyak, khususnya jenis barang yang salah
(kurang laku)
10.Lain – lain yang menyangkut mist-manajemen dan ketidak pedulian
pengelola terhadap prinsip – prinsip manajerial.
11.Risiko dan utang – utang kepada pihak ketiga ditanggung oleh
kekayaan pribadi pemilik.
12.Perkembangan usaha tergantung pada pengusaha yang setiap waktu
dapat berhalangan karena sakit atau meninggal.
13.Sumber modal terbatas pada kemampuan pemilik.
14.Perencanaan dan program pengendalian tidak ada atau belum pernah
2.2.5 Perlakuan Akuntansi untuk Perusahaan Industri Kecil
Perlakuan akuntansi perusahaan industri kecil dimana
perlakuannya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia.
Perlakuan yang disebutkan adalah penyajian yang sesuai dengan SAK
ETAP yang berlaku, dimana menurut SAK ETAP dalam penyajiannya
setiap pelaporan keuangan entitas sebagai berikut :
a. Neraca
Dalam neraca ini perusahaan menyajikan aktiva terpisah dari aktiva
tidak lancer dan kewajiban jangka pendek terpisah dan kewajiban
jangka panjang kecuali untuk industry tertentu yang diatur dalam SAK
khusus. Aktiva lancar disajikan menurut ukuran likuiditas sedangkan
kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya. Perusahaan harus
mengungkapkan informasi mengenai jumlah setiap aktiva yang akan
diterima dan kewajiban yang akan dibayarkan dan sesudah dua belas
bulan dari tanggal neraca.
b. Laporan Laba rugi
Laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang
menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang dipergunakan bagi
penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos –
1. Pendapatan
2. Laporan rugi usaha
3. Beban pinjaman
4. Bagaimana dari laba atau rugi
5. Beban pajak
6. Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan.
7. Pos luar biasa
8. Hak minoritas
9. Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.
Pos, judul dan sub jumlah lainnya disajikan laporan laba rugi apabila
diwajibkan oleh pernyataan akuntansi keuangan atau apabila penyajian
tersebut diperlukan untuk menyajikan kinerja perusahaan secara wajar.
c. Laporan Perubahan Ekuitas
Perusahaan harus menyajikan laporan ekuitas sebagai komponen
utama laporan, yang menunjukkan :
1. Laba rugi bersih periode yang bersangkutan
2. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan dan kerugian beserta
jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung
3. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijkan akuntansi dan
perbaikan terhadap kesalahn mendasar sebagaiman diatur dalam
pernyataan standar akuntansi keuangan terkait.
4. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik.
5. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta
perubahannya dan
6. Rekonsiliasi antaara nilai tercatat dari masing – masing jenis modal
saham, agio, dan cadangan pada awal dan akhir periode yang
mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.
d. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas disusun berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan
dalam pernyataan standar akuntansi keuangan terkait.
e. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap
pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus
berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan
keuangan mengungkapkan :
1. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa
2. Informasi yang diwajibkan dalam pernyataan standar akuntansi
keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan
arus kas, dan laporan perubahan ekuitas.
3. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan
tetapi diperlukan dalam rangka secara wajar.
Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti
laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added
statement), khususnya bagi industri dimana faktor – faktor lingkungan
hidup memegang peranan penting dan bagi industry yang menganggap
pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan
penting (PSAK, 2007 :1). Apabila belum ada pengaturan untuk industri
kecil di dalam PSAK, maka manajemen menggunakan pertimbangannya
untuk menetapkan kebijakan akuntansi yang memberikan informasi yang
bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan, dalam melakukan
pertimbangan tersebut manajemen memperhatikan :
a) Persyaratan dan pedoman pernyataan standar akuntansi keuangan yang
mengatur hal – hal yang mirip dengan masalah terkait;
b) Definisi, kriteria pengakuan dan pengukuran aktiva, kewajiban,
penghasilan dan beban yang ditetapkan dalam kerangka dasar
penyusunan dan penyajian laporan keuangan ; dan
c) Pernyataan yang dibuat oleh badan pembuat standar lain dan praktek
Untuk pelaporan laba rugi pada perusahaan kecil, rincian yang
pertama disajikan dengan metode beban. Beban disajikan dalam laporan
laba rugi sesuai dengan sifatnya (contoh penyusunan, pembelian bahan
baku, beban transportasi, gaji, upah dan beban iklan) dan tidak
dialokasikan menurut berbagai fungsi dalam perusahaan. Metode ini
sederhana dan cocok diterapkan pada perusahaan kecil sebab tidak perlu
dialokasikan menurut berbagai fungsi dalam perusahaan.
Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), 2008, panduan
Audit Entitas Bisnis Kecil. Pemisahan tugas yang terbatas harus dilakukan
khususnya dalam lingkungan pemakai computer, dikarenakan mereka
dapat melakukan melakukan satu atau lebih fungsi akuntansi seperti :
a) Membuat dan mengotorisasi dokumen sumber
b) Memasukkan data ke dalam sistem
c) Menjalankan komputer
d) Mengubah program dan data file
e) Menjalankan / mendistribusikan keluaran ; dan / atau
f) Mengubah sistem operasi
Hal – hal yang disebutkan di atas adalah bukti bahwa pemisahan tugas
harus dilakukan walau terbatas, sehingga dapat menentukan resiko
pengadilan. Kriteria kualitatif dalam laporan keuangan entitas bisnis kecil
a. Konsentrasi dari pemilik dan atau manajemen senior
b. Sumber pendapatan (source of revenue) dan sumber pendanaan
(source of financing) yang terbatas.
c. Pencatatan yang tidak terlalu kompleks atau rumit
d. Pengadilan tingkat entitas yang tidak terlalu kompleks atau rumit.
2.2.6 Akuntabilitas Usaha
Akuntabilitas secara harfiah dalam bahasa Inggris biasa disebutb
dengan accountability yang diartikan sebagai “yang dapat dipertanggung jawabkan”. Atau dalam kata sifat disebut accountable. Lalu apa bedanya
dengan responbility yang juga diartikan sebagai “tanggung jawab”.
Pengertian accountability dan responbility seringkali dirtikan sama.
Padahal maknanya jelas sangat berbeda. Beberapa ahli menjelaskan bahwa
dalam kaitannya dengan birokrasi, responbility merupakan otoritas yang
diberikan atasan untuk melaksanakan suatu kebijakan. Sedangkan
accountability merupakan kewajiban untuk menjelaskan bagaimana
realisasi otoritas yang diperolehnya tersebut.
Berkaitan dengan istilah akuntabilitas, Sirajudin H. Saleh dan
Aslam Iqbal berpendapat bahwa Akuntabilitas merupakan sisi – sisi sikap
dan watak kehidupan manusia yang meliputi akuntabilitas internal dan
eksternal seseorang. Dari sisi internal seseorang akuntabilitas merupakan
pertanggungjawaban orang tersebut kepada Tuhan-nya. Sedangkan
kepada lingkungannya baik lingkungan formal (atasan-bawahan) maupun
lingkungan masyarakat.
Tidak dapat dipungkiri, pencatatan keuangan memegang peranan
penting bagi dunia usaha yang dinamis karena laporan keuangan yang
dapat dipertanggung jawabkan (accountability) mutlak diperlukan. Usaha
yang awalnya tergolong kecil tidak menutup kemungkinan akan menjadi
besar di saat mendatang, salah satu cara yang ditempuh adalah pengajuan
kredit kepada bank. Namun, sering kali proposal perusahaan tentang
pengajuan kredit bank ditolak oleh bank karena tidak memenuhi
persyaratan dari pihak bank (www.depkominfo.go.id)
2.2.7 Kewirausahaan
Seorang wirausaha mampu menciptakan suatu peluang,
mengantisipasinya serta mengupayakan kesuksesan bagi diri,
perusahaannya, maupun orang lain. Hubungan antara wirausaha dengan
kewirausahaan adalah sangat erat. Menurut Subanar (2001 : 10)
kewirausahaan merupakan segala sesuatu hal yang menyangkut teknik,
metode, sistem serta berbagai strategi bisnis umum yang dapat dipelajari
tentang sukses atau mundurnya seorang wirausaha.
Setiap harus selalu berorientasi ke pasar agar tidak mati.
Perusahaan yang mati adalah perusahaan yang tidak memberi apa yang
siap dibeli orang. Oleh karena itu perusahaan dapat meningkatkan
sehingga merupakan peluang mengahasilkan nilai yang dapat dipasarkan
(marketable value) yaitu barang dan jasa yang mau dibeli orang. Menurut
Kotler (1997 : 28) pasar berubah luar biasa sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan konsumen.
Tantangan yang dihadapi setiap organisasi adalah perubahan yang
tidak pernah berakhir. Perubahan merupakan fenomena kehidupan yang
mengharuskan setiap organisasi bahkan setiap manusia untuk mempunyai
kemampuan dan daya penyesuaian yang tinggi terhadap segala bentuk
kemungkinan terjadinya perubahan akibat munculnya produk jasa sebagai
pemenuhan manusia. Seperti yang dikatakan Kao (2001 : 1) Nothing living
can be static.
Kao (2001 : 23) berpendapat perusahaan kecil dalam
mengembangkan usahanya perlu menggunakan strategi yang disebut
sebagai strategi kewirausahaan dan keinginan pasar yang di dalamnya
terdapat strategi objektif dan fundamental agar perusahaan dapat terus
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
Seorang pengusaha dalam melaksanakan kegiatan haruslah
memiliki semangat kewirausahaan yang berkaitan dengan mental manusia
yang optimis, percaya diri, determinan, dan fleksibel. Menurut Kao (2001 :
30) menyatakan individu yang dapat mengkombinasikan resiko, inovasi,
keahlian, dan seni sehingga menciptakan bentuk organisasi baru, berbagai
pasar-pasar baru, bahan baku baru ataupun bisnis baru sehingga ia
merupakan orang bertanggung jawab terhadap perusahaan dan inovasi
bagi perusahaannya.
Semangat wirausaha yang harus dimiliki adalah dapat
menyesuaikan perusahaan terhadap situasi yang terus berubah – ubah
karena berorientasi ke depan, bermotivasi tinggi, percaya diri dan dapat
fleksibel terhadap situasi dan kondisi serta memiliki perencanaan dalam
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi
kasus. Studi kasus adalah studi untuk mengeksplorasi suatu (atau
beberapa) struktur sistem atau kasus secara detail . Penelitian ini bertujuan
mengetahui aplikasi pencatatan keuangan bagi pelaku usaha industri kecil
rumahan yaitu industri pembuatan spring bed. Dengan pendekatan ini
peneliti berada dalam posisi tidak bisa mengontrol objek penelitian.
Penelitian ini memerlukan interaksi antara peneliti dengan objek penelitian
yang bersifat interaktif untuk memahami realitas objek.
Menurut Sugiyono (2005:1) metode penelitian kualitatif sering
disebut metode naturalistik karena penelitiannya dilakukan dengan kondisi
yang alamiah (natural setting). Sedangkan Bogdan dan Taylor yang
dikutip oleh Moleong (2000:3) mendefinisikan metode kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang dapat menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang–orang dan perilaku yang diamati,
pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic
(utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau
organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian sendiri sebagai alat
untuk mencapai suatu kesimpulan. Seperti yang telah dijelaskan di atas, kekuatan pendekatan ini bukan pada “objektivitas” hasil studi diperoleh,
namun lebih ke pengenalan secara mendalam atas fenomena yang diteliti.
3.2 Ketertarikan penelitian
Alasan peneliti untuk meneliti permasalahan ini yaitu melihat pada
saat ini semakin berkembangnya unit usaha kecil menengah di daerah
penulis, khususnya Kota Sidoarjo yang merupakan kota yang memiliki
UMKM (Usaha Kecil Mikro dan Menengah) terbanyak di Jatim. Sehingga
penulis ingin mengetahui perkembangan industri rumah tangga yang
sedang menjamur saat ini dan pengelolaan keuangan pada industri ini.
Selain itu, alasan penulis untuk meneliti industri rumah tangga
khususnya industri pembuatan spring bed karena umumnya dilakukan di
rumah sendiri dengan menggunakan sedikit tenaga kerja. Namun, dapat
menghasilkan omzet yang cukup banyak daripada usaha yang lain.
Beberapa industri ini sudah melakukan pengiriman keluar kota Sidoarjo
seperti Mojokerto, Banjarmasin, Surabaya dan beberapa kota lainnya. Dan
ada yang sudah cukup dikenal di luar pulau Jawa.
Berbicara mengenai menjalankan suatu usaha tentu banyak aspek
yang terlibat di dalamnya, misalnya aspek pemasaran, sumber daya
manusia, keuangan dan sebagainya. Dalam penelitian ini akan membahas
mendapat perhatian yang serius. Dimensi finansial hanya memperhatikan
bagaimana mendapat untung (laba) yang sebanyak-banyaknya tanpa
memperhatikan cara mengelola keuangan tersebut.
Masalah pengelolaan keuangan dari pelaku usaha terganjal pada
sumber daya manusia perihal pengetahuan mereka mengenai akuntansi,
ilmu akuntansi dianggap sebagai suatu yang merepotkan dan
membingungkan. Penelitian ini juga akan mencari tahu pemahaman
mereka mengenai pentingnya pencatatan dan pelaporan keuangan karena sebagai pengusaha, para pelaku usaha juga dituntut untuk tampil “modern”
untuk menjawab tantangan dunia usaha yang dinamis.
Pengalaman untuk merasakan rasa (sense), keinginan (passion)
wirausaha juga peneliti alami sampai saat ini karena peneliti sendiri
menjalankan usaha yang bergerak dalam bidang jasa (usaha laundry dan
dry cleaning) yang dimiliki oleh orang tua peneliti. Tetapi ada salah satu
kekurangan yang dimiliki oleh peneliti sebagai pengelola usaha yaitu tidak
melakukan pencatatan yang baik, sehingga usaha yang dijalankan hanya
jalan di tempat (stagnant).
Oleh sebab itu, peneliti tergerak untuk ingin mencari tahu
permasalahan yang dihadapi peneliti, apakah sama permasalahan yang
dihadapi dengan para pelaku usaha lainnya khususnya dalam bidang
Peneliti melihat dan merasakan dari pengalaman peneliti sebagai
pelaku bisnis, kebanyakan keinginan yang menggebu–gebu dari pelaku
bisnis adalah dalam segi pemasaran, bagaimana caranya agar produknya
dikenal luas masyarakat yang natinya diharapkan order yang masuk pun
juga banyak sehingga pendapatan yang diterima juga banyak. Namun,
untuk mengelola dan menjaga uang yang masuk menjadi suatu masalah
tersendiri bagi pelaku bisnis. Oleh karena itu, pengusaha dituntut untuk
paham dan mengerti tentang akuntansi.
Dengan penelitian ini penulis berharap dapat mengetahui sampai
sejauh mana kepemahaman dari pengusaha industri pembuatan spring bed
akan akuntansi. Hal ini disebabkan keadaan di lapangan yang dialami oleh
peneliti ada ketidak mengertian akan penggolongan akan transaksi dan
ketidak jelasan mengenai bentuk pencatatan keuangan yang dilakukan oleh
industri tersebut, sehingga peneliti berharap dengan adanya penelitian ini
dapat mengetahui dan memudahkan peneliti untuk memahami bentuk
pencatatan keuangan industri tersebut.
3.3 Lokasi Penelitian
Sidoarjo merupakan daerah di Indonesia dengan industrinya yang
sangat banyak, entah industri besar maupun industri kecil. Inilah yang
menjadikan peneliti melakukan penelitian di daerah Sidoarjo.
Lokasi penelitian berjumlah tiga tempat. Lokasi pertama peneliti
yang terletak di Perumahan Pondok Jati blok G – 01 Sidoarjo. Lokasi kedua industri spring bed “World Coil” di Desa Babatan RT 04 RW 02,
Kelurahan Jati, Sidoarjo. Sedangkan, lokasi ketiga home industry spring
bed “Chrystalline” terdapat di Desa Suko RT 14 RW 16 Sidoarjo.
3.4 Penentuan Informan
Jumlah informan ditentukan dengan mengguanakan teknis
snowball sampling. Menurut Sumarsono (2004: 52) snowball sampling
adalah teknik penarikan sample yang ada awalnya responden dipilih secara
random dengan menggnakan metode non-probabilitas yang selanjutnya
responden yang telah terpilih tersebut diminta untuk memberikan
informasi mengenai responden-responden lainya sehingga diperoleh
tambahan responden.
Informan pertama adalah pemilik home industry spring bed “Spring Zone” yaitu bapak Hasanu. Informan kedua adalah pemilik home
industry spring bed “World Coil” yaitu ibu Hj. Santi. Dan informan ketiga
adalah pemilik home industry spring bed “Chrystalline” yaitu bapak Alif.
Total jumlah informan yang digunakan sementara dalam penelitian ini
sejumlah tiga orang dan kemungkinan akan berkembang seiring dengan
3.5 Sumber Data
Jenis dan sumber data yang diperlukan adalah: (Sugiyono, 2005):
Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer
merupakan data yang diperoleh dari sumber di dalam perusahaan, seperti
wawancara, observasi dan bukti pembukuan transaksi.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Survey pendahuluan, yaitu dengan mengadakan peninjauan dan
penelitian secara umum pada unit usaha tersebut untuk
mendapatkan informasi yang diperlukan sehingga menjadi jelas.
Dalam pengumpulan data penelitian di survey pendahuluan ini ada
dua proses kegiatan yang dilakukan oleh peneliti yaitu:
a. Proses memasuki lokasi (getting in)
Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik,
peneliti terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang
diperlakukan, baik kelengkapan administartif maupun semua
persoalan yang berhubungan dengan setting dan subyek
penelitian dan mencari relasi awal. Dalam memasuki lokasi
penelitian, peneliti menempuh pendekatan formal dan informal
b. Ketika berada di lokasi penelitian (getting along)
Ketika berada di lokasi penelitian, peneliti melakukan
hubungan pribadi dan membangun kepercayaan pada subyek
penelitian (informan). Hal ini dilakukan karena kunci sukses
untuk mencapai dan memperoleh akurasi dan
komprehensivitas data penelitian.
2. Survey lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan data – data
pendukung yang akurat dan relevan, dilakukan dengan :
a. Wawancara secara informal maupun formal dengan
pihak-pihak yang terkait dengan unit usaha tersebut, dengan
demikian peneliti sebagai instrument dituntut bagaimana
membuat informasi atau data.
Untuk mengemukakan pengetahuan dan
pengalamannya terutama yang berkaitan dengan informasi
sebagai jawaban terhadap permasalahan penelitian, sehingga
terjadi semacam diskusi, obrolan santai, spontanitas (alamiah)
dengan subjek peneliti sebagai pemecah masalah dan peneliti
sebagai timbulnya permasalahan agar muncul wacana detail.
Wawancara diharapkan berjalan tidak teratur (terbuka, bicara
apa saja) dalam garis besar yang terstruktur (mengarah
b. Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan dokumen –
dokumen yang terkait dengan penelitian.
c. Studi kepustakaan, berupa pengumpulan data – data dari
literature yang relevan dengan permasalahan ini dan digunakan
sebagai landasan teori
d. Observasi, dilakukan oleh peneliti dengan cara observasi
partisipan untuk mengamati kegiatan pencatatan dan
pengelolaan dari bisnis pembuatan dan produksi spring bed.
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung dan setelah sampai pengumpulan data
dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan
analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang
diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti
akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data
yang dianggap kredibel (Sugiono, 2005 : 91 – 99)
1. Data Reduction (reduksi data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti yang telah
dikemukakan. Semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah
data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu
berarti memilih hal – hal yang pokok, memfokuskan pada hal – hal
yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencari bila diperlukan. Reduksi data ini
dilakukan terus menerus selama proses penelitian berlangsung.
2. Data Display (penyajian data)
Dari hasil reduksi yang dilakukan, peneliti menampilkan data –
data yang berkaitan dan berhubungan ataupun menjawab
permasalahan yang diteliti. Penyajian data (display data) sendiri
dimaksudkan agar memudahkan bagi peneliti untuk melihat
gambaran secara keseluruhan atau bagian – bagian tertentu dari
penelitian dengan disertai refleksi dan analisis dari peneliti
berkaitan dengan data yang diperoleh. Penyajian dalam penelitian
ini dengan teks bersifat naratif.
3. Conclusion Drawing / Verification
Sejak awal memasuki lapangan dan selama pengumpulan data,
peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data
yang dikumpulkan. Dalam aktivitas ini, peneliti mencoba
menemukan pola atau keterkaitan antara data – data yang
diperoleh. Sehingga dari pola tersebut memungkinkan peneliti
harus didukung oleh bukti – bukti yang valid dan konsisten. Agar
kesimpulan menjadi kesimpulan kredibel, hal tersebut dibuat
senantiasa dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung.
3.8 Pengujian Kredibilitas Data
Pengujian kredibilitas data penelitian akan dilakukan dengan cara
sebagai berikut (Sugiono, 2005 : 122 – 125):
1. Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,
melakukan pengamata, wawancara lagi dengan sumber data yang
pernah ditemui maupun yang baru. Diharapkan perpanjangan
pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan
semakin terbentuk, semakin akrab, semakin terbuka, saling
mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan
lagi. Bila telah terbentuk kepercayaan, maka telah terjadi
kewajaran dalam penelitian. Dalam perpanjangan pengamatan
untuk menguji kredibilitas data penelitian yang diperoleh, apakah
data yang diperoleh itu setelah di cek kembali ke lapangan data
yang sudah benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan
pengamatan dapat diakhiri.
2. Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara
kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direka secara pasti
dan sistematis. Dalam peningkatan ketekunan peneliti dapat
melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan
itu salah atau tidak.
3. Triangulasi
Triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi teknik, sumber data
dan waktu. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menanyakan
hal yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan
wawancara, observasi dan dokumentasi. Triangulasi waktu artinya
pengumpulan data dilakukan pada berbagai kesempatan, pagi,
siang, dan sore hari. Dengan triangulasi dalam pengumpulan data
tersebut, maka dapat diketahui apakah narasumber memberikan
data yang sama atau tidak. Kalau narasumber memberikan data