• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMOTIVASI MANAJEMEN PERUSAHAAN MELAKUKAN TAX PLANNING (Studi Beberapa Perusahaan Industri Kimia yang Terdaftar di Disperindag Surabaya 2010).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMOTIVASI MANAJEMEN PERUSAHAAN MELAKUKAN TAX PLANNING (Studi Beberapa Perusahaan Industri Kimia yang Terdaftar di Disperindag Surabaya 2010)."

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Beberapa Perusahaan Industri Kimia yang terdaftar di

Disperindag Surabaya 2010)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

JOFITA MEIDA KADARIYANTY 0713010070/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

PLANNING

(Studi Beberapa Perusahaan Industri Kimia yang terdaftar di

Disperindag Surabaya 2010)

Diajukan Oleh :

JOFITA MEIDA KADARIYANTY

0713010070/FE/EA

telah disetujui untuk lisan oleh:

Pembimbing Utama

Dra.Ec.Dwi Suhartini, Maks Tanggal :………

NIP. 030 226 900

Mengetahui

Ketua Program Studi Akuntansi

(3)

(Studi Beberapa Perusahaan Industri Kimia yang terdaftar di

Disperindag Surabaya 2010)

Diajukan Oleh :

JOFITA MEIDA KADARIYANTY

0713010070/FE/EA

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh:

Pembimbing Utama

Dra.Ec.Dwi Suhartini, Maks Tanggal :………

NIP. 030 226 900

Mengetahui

Ketua Program Studi Akuntansi

(4)

(Studi Beberapa Perusahaan Industri Kimia yang terdaftar di

Disperindag Surabaya 2010)

Diajukan Oleh :

Diajukan Oleh :

JOFITA MEIDA KADARIYANTY

0713010070/FE/EA

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh:

Pembimbing Utama

Dra.Ec.Dwi Suhartini, Maks Tanggal :………

NIP. 030 226 900

Mengetahui

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “UPN” Veteran Jawa Timur

(5)

Disperindag Surabaya 2010)

Diajukan Oleh :

JOFITA MEIDA KADARIYANTY 0713010070/FE/EA

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional

”Veteran” Jawa Timur:

Pembimbing Tim Penguji

Pembimbing Utama Ketua

Dra.Ec.Dwi Suhartini, Maks Drs. Ec. Sjarief Hidajat, Msi

Sekretaris

Dra.Ec.Dwi Suhartini, Maks Anggota

Dra. Dyah Hari S, Msi, AK

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “UPN” Veteran Jawa Timur

(6)

Dengan mengucap Alhamdulillah dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT dan Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMOTIVASI MANAJEMEN PERUSAHAAN MELAKUKAN TAX

PLANNING (Studi Beberapa Perusahaan Industri Kimia yang Terdaftar di

Disperindag Surabaya 2010). Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.

Keberhasilan menyelesaikan penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan yang baik ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yamg sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. DR. Sri Trisnaningsih SE, MSi, selaku Kepala Program Studi Akuntansi fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(7)

banyaknya karena beliaulah yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, dan semangat baik materiil maupun spiritual sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. Keluarga besar Paduan Suara “Gita Widya Giri” UPN “Veteran Jawa Timur. Bpk. Ig. Irwan selaku Pelatih, Ibu Rochani selaku Pembina, alumni serta anggota aktif yang telah memberikan beribu kenangan yang membekas dihati. Aku bangga bisa menjadi bagian dari sejarah PS GWG.

8. Sahabat-sahabat terbaikku yang luar biasa baik untuk selalu memberi aku canda dan tawa, perhatian dan motivasi demi kelancaran skripsi ini: Yuangga, Gigih, Dicky, Ristin, Sealy, Rizkie, Maryo, Rangga, Hesti, Risan, Fitri, Indah, Oecup, Suci, Devi, adek-adek PS GWG, Bebe.

(8)

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan dapat memberi sumbangan yang berguna bagi almamater tercinta.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Surabaya, Juni 2011

(9)

Surabaya 2010)

Meida Jofita Kadariyanty

ABSTRACT

Tax Planning is a medium to fulfill tax obligations but the amount of tax paid can be kept to a minimum to obtain the expected profit and liquidity. In 2010, the realization of tax revenues at Direktorat Jendral Pajak Jawa Timur I Surabaya was only 92% of the target set. One factor that could lead to unachieved target is the tax planning that done by some companies. The purpose of this study is to analyze the factors that motivate company management to do tax planning in chemical industry that registered in Disperindag Surabaya in 2010.

The data used in this study are primary data obtained from the questionnaires. Respondents are the employees that work on finance or tax department on medium and large chemical industry company that listed Disperindag in 2010 which has been implementing tax planning, with the 32 respondents. Analysis technique used is multiple linear regression analysis.

The conclusion of the analysis is that the tax policy and tax law are not the motivating factor in the company's management to tax planning, while the tax administration is a factor that can motivate the management firm in doing tax planning, so the hypothesis that tax policies, tax laws, and tax administration are all factors that motivate company management in doing tax planning in a chemical industry company registered in Disperindag Surabaya 2010. The hipotesis proposed in this study was not verified.

(10)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMOTIVASI MANAJEMEN PERUSAHAAN MELAKUKAN TAX PLANNING

(Studi Beberapa Perusahaan Industri Kimia yang Terdaftar di Disperindag Surabaya 2010)

Jofita Meida Kadariyanty

ABSTRAK

Tax Planning adalah sarana memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar (tidak melanggar undang-undang) tetapi jumlah yang pajak yang dibayarkan dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Pada tahun 2010, realisasi penerimaan pajak pada Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur I Surabaya hanya 92% dari target yang ditetapkan. Salah satu faktor yang bisa menyebabkan tidak tercapainya target penerimaan pajak tersebut adalah Tax Planning

yang dilakukan oleh beberapa perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang memotivasi manajemen perusahaan melakukan Tax Planning dalam beberapa perusahaan Industri Kimia di Disperindag Surabaya tahun 2010.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner. Responden penelitian adalah bagian k euangan atau perpajakan pada Perusahaan Industri Kimia menengah dan besar yang terdaftar di Disperindag tahun 2010 dan sudah menerapkan Tax Planning, dengan jumlah responden sebanyak 32 orang. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

(11)
(12)

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

KATA PENGANTAR ... xii

ABSTRAKSI ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 9

1.3.Batasan Penelitian ... 10

1.4.Tujuan Penelitian ... 10

1.5. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 11

2.1.1. Perbedaan Penelitian Terdahulu ... 16

2.2. Landasan Teori ... 18

2.2.1. Perencanaan Pajak ... 18

2.2.1.1. Pengertian Perencaan Pajak ... 18

(13)

2.2.1.6. Strategi Perencanaan Pajak ... ..25 2.2.1.7. Penyusunan dalam Perencanaan Pajak... ..26 2.2.1.8. Sistem Pemungutan pajak dalam perencanaan

pajak ... ..29 2.2.2. Strategi-Strategi yang dapat digunakan dalam

Perencanaan Pajak ... 30 2.2.2.1. Memanfaatkan Kemudahan yang disediakan

Ketentuan Perpajakan ... 30 2.2.2.1.1.Upaya Menyelenggarakan Pembukuan ... 31 2.2.2.1.2. Manfaatkan Sunset Policy ... 31 2.2.2.1.3. Manfaatkan Batas Akhir Pembayaran

(Last Minute Tax Planning) ... 32 2.2.2.2. Memanfaatkan Kelonggaran Terhadap Pemilihan

Metode Akuntansi ... 32 2.2.2.2.1.Pemilihan Metode Penilaian Persedian

yang Menguntungkan ... 33 2.2.2.2.2.Pemilihan Metode Penyusutan dan

(14)

Atas Pertimbangan Tarif Pajak………34

2.2.3.2. Memilih Perseroan Komanditer (CV) Dibanding Perseroan Terbatas (PT)…………34

2.2.2.4. Memanfaatkan Perbedaan Perlakuan Pajak Tehadap Pengahsilan ... 35

2.2.2.4.1. Konsentrasi pada Produk Berpajak Rendah 36 2.2.2.5. Memanfaatkan Perbedaan Perlakuan Pajak Terhadap biaya ... 36

2.2.2.5.1.Optimalisasi Biaya Karyawan ... 37

2.2.2.6. Menghindar Pemeriksaan Pajak ... 38

2.2.2.7. Menjaga Hubungan Baik dengan Administrasi Perpajakan ... 39

2.2.3. Pengertian Manajemen Pajak ... 39

2.2.3.1.Peranan Manajemen Pajak ... 40

2.2.4.Aspek Formal dan Administratif Tax Planning ... 42

2.2.5.Aspek Material dalam Tax planning ... 43

2.2.6. Penghindaran Sanksi Pajak ... 43

2.2.7. Motivasi Tax Planning ... 45

(15)

2.2.7.2.2.1. ImplementasiTax Planning yang sesuai

dengan undang-undag Perpajakan ... 52

2.2.7.2.3. Administrasi perpajakan (Tax Administration) ... 55

2.3. Pengertian Industri ... 56

2.3.1. Pilihan Usaha Bidang Idustri ... 58

2.3.1.1.PertimbanganPengenaan PPh Bidang Industri ... 58

2.3.1.2.PertimbanganPengenaan PPn Bidang Industri ... 60

2.4.Teori-Teori yang Digunakan dalam Penelitian ... 61

2.4.1.Teori Rangsang Balas ... 61

2.4.2.Teori Teakanan Sosial (Social Preasure Theory) ... 62

2.4.3.Teori Atribusi ... 62

2.5. Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen ... 63

2.5.1. Pengaruh kebijakan perpajakan terhadap Tax Planning ... 63

2.5.2. Pengaruh Undang-Undang Perpajakan terhadap Tax Planning ... 64

(16)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 69

3.1.1. Definisi Operasional ... 69

3.2. Pengukuran Variabel ... 70

3.3. Teknik Penentuan Sampel ... 71

3.3.1. Populasi ... 71

3.3.2. Sampel ... 72

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 73

3.4.1. Jenis Data ... 73

3.4.2. Sumber Data ... 73

3.4.3. Cara Pengumpulan Data ... 73

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 74

3.5.1. Uji Analisis ... 74

3.5.2. Uji Asumsi Klasik ... 75

3.5.3. Teknik Analisis ... 77

3.5.4. Uji Hipotesis ... 78

3.5.4.1. Uji Kesesuaian Model ... 78

3.5.4.2. Uji Parsial ... 79

(17)

4.2.3. Lama Bekerja ... 84

4.2.4. Pendidikan Terakhir ... 85

4.3. Deskripsi Jawaban Responden ... 85

4.3.1. Kebijakan Perpajakan (X1) ... 86

4.3.2. Undang-Undang Perpajakan (X2) ... 87

4.3.3. Administrasi Perpajakan (X3) ... 88

4.3.4. Motivasi Tax Planning (Y) ... 89

4.4. Uji Validitas dan Realibilitas 4.4.1. Uji Validitas ... 90

4.4.2. Uji Reabilitas ... 92

4.5. Uji Normalitas ... 93

4.6. Uji Asumsi Klasik ... 94

4.6.1. Multikolinieritas ... 94

4.6.2. Heteroskedasitas ... 95

4.6.3. Autokorelasi... 96

4.7. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 97

4.7.1. Teknik Analisis Regresi Linier Berganda ... 97

(18)

4.8.2. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya ... 105 4.8.3. Konfrmasi Hasil Penelitian Dan Manfaat Penelitian ... 108 4.8.4. Keterbatasan Penelitian ... 109

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 110 5.2. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 112

(19)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Peneltian yang

(20)

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasrkan Usia ... 83

Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 84

Tabel 4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 85

Tabel 4.6.Deskripsi Variabel Kebijakan Perpajakan ... 86

Tabel 4.7.Deskripsi Variabel Undang-Undang Perpajakan ... 87

Tabel 4.8. Deskripsi Variabel Administrasi Perpajakan ... 88

Tabel 4.9. Deskripsi Variabel Motivasi Tax Planning ... 89

Tabel 4.10. Hasil Uji Variabel Kebijakan Perpajakan ... 90

Tabel 4.11.Hasil Uji Variabel Undang-undang Perpajakan ... 91

Tabel 4.12. Hasil Uji Variabel Administrasi Perpajakan ... 91

Tabel 4.13. Hasil Uji Validitas Motivasi Tax Planning ... 92

Tabel 4.14. Hasil Uji Reabilitas Variabel Penelitian ... 93

Tabel 4.15. Hasil Uji Normalitas ... 94

Tabel 4.16. Hasil Uji Multikolinieritas ... 95

Tabel 4.17. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 96

Tabel 4.18. Hasil Uji Autokorelasi ... 97

Tabel 4.19. Hasil Estimasi Koefisien Regresi ... 98

Tabel 4.20. Hasil Analisis Hubungan Kesesuaian Model ... 100

(21)
(22)

Lampriran 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Lampiran 3.Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Lampiran 4. Uji Validitas

Lampiran 5. Uji Realibilitas Lampiran 6.Uji Normalitas Lampiran 7. Uji Asumsi Klasik

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pajak adalah biaya yang dipungut dari rakyat untuk pemasukan negara. Seperti yang dikatakan oleh Mardiasmo (2009:1) bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Pajak memiliki manfaat sebagai sumber dana bagi pemerintah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara (fungsi budgetir), dan sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial (fungsi reguler) (Mardiasmo, 2009:2).

(24)

Dari uraian di atas kita dapat mengetahui bahwa pengeluaran-pengeluaran rutin serta pembiayaan pembangunan nasional negara kita dipengaruhi oleh besarnya pajak sebagai penerimaan negara. Ini sebabnya pajak dikatakan sangat penting bagi negara kita.

Namun hal ini sangat bertolak belakang bagi suatu perusahaan. Bagi perusahaan, pajak merupakan beban yang akan mengurangi laba bersih (Mardiasmo, 2009:1). Dalam perusahaan jumlah pajak yang harus disetorkan tergantung dari besar kecilnya laba perusahaan. Semakin tinggi laba yang diperoleh perusahaan, maka semakin tinggi pula jumlah kewajiban pajak yang harus disetorkan.

Membayar pajak, hampir semua orang tidak menyukainya karena dengan membayar pajak berarti ‘kehilangan’ uang keuntungan yang didapat dari usaha, terlebih berusaha pada saat-saat yang kritis seperti ini. Namun dengan demikian, amatlah tidak mungkin bagi seorang pengusaha yang legal untuk menghindari pajak, karena walau bagaimanapun pajak tetaplah menjadi kewajiban sebagai warga negara, bahkan salah satu slogan Direktorat Jendral Pajak adalah Bersama Membangun Bangsa mengisyaratkan bahwa wajib pajak sangat diharapkan berperan dalam pembangunan bangsa melalui ketaatannya dalam membayar pajak (Hidayat, 2003).

(25)

kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak sehingga pendapatan negara di sektor penerimaan akan terus meningkat.

Namun yang terjadi realisasinya tidak sesuai yang diharapkan, karena dalam melaksanakan dan mematuhui kewajiban perpajakan perusahaan masih saja berusaha untuk membayar pajaknya serendah mungkin karena mereka berpendapat bahwa membayar pajak berarti mengurangi kemampuan ekonomis perusahaan wajib pajaknya (Hardika, 2007).

Dengan adanya kondisi ini tidak banyak juga perusahaan yang membuat strategi penghematan pajak dalam pemenuhan kewajiban pajaknnya. Di dalam kamus strategi penghematan pajak (tax saving) selain tax management masih terdapat beberapa istilah lain seperti tax avoidance, tax planning, tax mitigation, tax shifting, tax shelter, tax flight, dan tax eavsion. Simon James dan Christoper Nobes memisahkan tax avoidnce dan tax evasion (Suandy, 2006). Tax avoidance (penghidaran pajak) menunjuk pada rekayasa pajak yang masih tetap dalam bingkai peraturan perpajakan (lawfull) sedangkan tax evasion (penyelendupan pajak) berada di luar bingkai peraturan perpajakan (unlawfull). Tax Planning (perencanaan pajak) adalah bentuk penghalusan dari tax avoidance (Hardika, 2007).

(26)

jumlah laporan hasil labanya, sehingga perusahaan tersebut dapat melaporkan jumlah kewajiban pajaknya relatif lebih rendah dari jumlah yang seharusnya dibayarkan. Tindakan seperti ini yang dinamakan tax evasion (penyelundupan pajak), sedangkan upaya minimalisasi pajak yang tidak melanggar undang-undang perpajakan biasa disebut dengan tax planning.

Tax Planning adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga utang pajaknya, baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya, berada dalam posisi yang paling minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan baik oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan maupun secara komersial (Zain, 2005:43).

Seperti yang dinyatakan oleh Lumbantoruan (1996:354) bahwa manajemen pajak (tax planning) adalah sarana memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar (tidak melanggar undang-undang) tetapi jumlah yang pajak yang dibayarkan dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.

(27)

apakah suatu transaksi termasuk fenomena kena pajak atau tidak. Kalau fenomena pajak tersebut terkena pajak apakah dapat diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi pajaknya, selanjutnya apakah pembayaran pajak dimaksud dapat ditunda pembayarannya. Pernyataan ini bukanlah mengajarkan perusahaan untuk melakukan kecurangan tentang pembayaran pajak namun suatu kritikan yang diharapkan dapat memotivasi perusahaan melakukan tax planning (perencanaan pajak) yang sesuai dengan undang-undang perpajakan (Chandra, 2009).

Berdasarkan unsur-unsur perpajakan menurut Suandy (2006:1), terdapat tiga unsur perpajakan yang mendasari dilakukannya perencanan pajak yakni, kebijakan perpajakan (tax policy), undang-undang perpajakan (tax law), dan administrasi perpajakan (tax adminstration).

(28)

planning harus didukung oleh kebijakan akuntansi dan didukung bukti memadai, seperti faktur, perjanjian dan sebagainya (Hidayat, 2005).

(29)

karyawan agar dimaksimalkan untuk mengurangi jumlah pajak terutang. PPh Badan dalam tahun berjalan, dengan menunda faktur, beban dipercepat, penyusutan mengambil tarif paling tinggi (saldo menurun), perolehan aktiva dimajukan agar dapat segera disusutkan, pembiayaan pembelian aktiva dengan mengangsur (leasing). PPN dan PPn BM, dengan memaksimalkan PPN masukan yang dapat dikreditkan, perusahaan sebaiknya memperoleh barang dan jasa kena pajak (BKP/ JKP) dari Pengusaha Kena Pajak (PKP) agar pajak masukannya dapat dikreditkan. Jangan sampai ada Faktur Pajak Masukan yang tidak dikreditkan karena keteledoran. Selain itu, dalam penjualan BKP/ JKP. Ini akan menunda pengakuan pendapatan PPN Keluaran (Hidayat, 2005).

(30)

oleh perusahaan untuk melakukan partisipasi aktif dalam aktivitas perpajakan secara terkendali dan terencana.

(31)

Surabaya mencapai Rp 11,3 triliun atau 92% dari target sebesar Rp 12,4 triliun. Terkait realisasi penerimaan pajak 2010 yang hanya 92% dari target. Suharno mengatakan, hal itu dipicu oleh adanya lonjakan target dari 2009 ke 2010. Pada 2009, target penerimaan pajak sebesar Rp 9,7 triliun, lalu naik drastis menjadi Rp 12,4 triliun pada 2010, padahal kenaikan penerimaan pajak dari 2008 ke 2009 hanya sebesar Rp 300 miliar (http://bataviase.co.id/node/548226).

Berdasarkan paparan di atas bisa disimpulkan kemungkinan tidak tercapainya target penerimaan pajak disebabkan oleh beberapa faktor yang kemungkinan salah satunya dari kebijakan manajemen perusahaan dalam melakukan tax planning, karena memang pada dasarnya kebijakan ini tidak menyalahi peraturan yang ada. Namun perusahaa berupaya melakukan penghematan pajak yang selanjutnya berdampak pada penerimaan pajak negara.

Dengan beberapa uraian di atas tax planning merupakan isu penting yang menarik untuk diteliti, karena sasarannya sejalan dengan kebutuhan manajemen perusahaan yang menitikberatkan tax planning sebagai suatu cara untuk penghematan pajak.

(32)

3) administrasi perpajakan, 4) beban pajak (Chandra, 2009).

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMOTIVASI MANAJEMEN PERUSAHAAN MELAKUKAN TAX PLANNING (Study

beberapa Perusahaan Industri Kimia yang terdaftar di Disperidag Surabaya

tahun 2010

1.2. Rumusan Masalah

Apakah kebijakan perpajakan, undang–undang perpajakan, dan administrasi perpajakan dapat memotivasi manajemen perusahaan untuk melakukan tax planning dalam beberapa perusahaan industri kimia yang terdaftar di Disperindag Surabaya tahun 2010?

1.3. Batasan Penelitian

Penelitian ini hanya dilakukan pada seluruh perusahaan industri kimia menengah dan besar yang telah terdaftar di daerah Surabaya tahun 2010. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan perusahaan telah menerapkan tax planning.

1.4. Tujuan Penelitian

(33)

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

a. Bagi manajemen perusahaan, penelitian ini dapat membantu dalam mengevaluasi motivasi yang digunakan oleh manajemen dalam melakukan tax planning serta memberikan saran.

b. Bagi pembaca, penelitian ini dapat digunakan sebagi bahan referensi dalam pengembangan penelitian yang berkaitan dengan perencanaan pajak.

(34)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

2.1.1. Mangoting, 1999 tentang Tax Planning: Sebuah Pengantar Sebagai

Alternatif Meminimalkan Pajak dan Suratno, 2008 tentang Strategi

Perecanaan Pajak

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mangoting, tentang Tax Planning:

Sebuah Pengantar Sebagai Alternatif Meminimalkan Pajak dan Suratno, tentang

Strategi Perecanaan Pajak memiliki kesamaan dalam menyimpulkan hasil

penelitian yakni, banyak orang baik secara pribadi maupun kelompok merasa

enggan untuk membayar pajak. Keengganan ini bisa jadi disebabkan karena tidak

adanya kontraprestasi langsung yang diberikan akibat pembayaran tersebut, bisa

juga karena pajak itu oleh mereka dianggap sebagai beban sehingga ada

usaha-usaha untuk menguranginya. Untuk perusaha-usahaan besar, mengatur jumlah pajak

seminimal mungkin akan sangat bermanfaat bagi mereka, karena ada aliran kas

yang nantinya dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk kepentingan perusahaaan

lainnya. Yang terpenting dalam mengatur jumlah pajak yang harus dibayar

sehingga seminimal mungkin adalah pengetahuan yang mendalam tentang

peraturan-peraturan perpajakan itu sendiri.

Strategi dalam meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar yaitu

pergeseran (shifting), kapitalisasi, transformasi, penghindaran (avoidance), dan

(35)

planning. Tax planning memberikan suatu formula umum yang bisa digunakan

untuk mengatur secara sistematis jumlah pajak yang harus dibayar.

Andreas, 2005 tentang Perencanaan Pajak untuk Menentukan Beban

Pajak yang Efisien pada Perusahaan

Berdasarkan pembahasan dalam makalah Andreas tentang Perencanaan

Pajak untuk Menentukan Beban Pajak yang Efisien pada Perusahaan

menyimpulkan bahwa, Dirjen Pajak pernah mengungkapkan bahwa perencanaan

pajak bagi perusahaan berkonotasi pada penyelundupan pajak, tetapi bagi

perusahaan hal ini dapat dilakukan sepanjang tidak menyalahi peraturan

perpajakan yang berlaku. Perencanaan perpajakan atas pajak penghasilan dalam

penentuan beban pajak yang paling efisien pada perusahaan adalah mengurangi

beban pajak atau menekan jumlah pajak yang terutang lebih kecil dari yang

seharusnya atau membayar kewajiban pajak dengan jumlah yang seminimal

mungkin tanpa melanggar undang-undang perpajakan. Beberapa manfaat yang

dapat diperoleh oleh perusahaan adalah: Penghematan kas keluar, karena pajak

merupakan unsur biaya dapat dikurangi; Mengatur aliran kas, karena dengan

perencanaan pajak yang matang dapat diestimasikan kebutuhan kas untuk pajak

dan menentukan saat pembayaran sehingga dapat menyusun anggaran kas secara

lebih akurat. Perencanaan pajak adalah suatu langkah yang tepat untuk perusahaan

dengan kemungkinan untuk melakukan penghematan pajak sepanjang tidak

bertentangan dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan perpajakan

(36)

Ismarita, 2007 tentang Pengaruh Penerapan Tax Planning Biaya

Pegawai Terhadap Beban Pajak Terhutang Wajib Pajak Badan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ismarita tentang Pengaruh

Penerapan Tax Planning Biaya Pegawai Terhadap Beban Pajak Terhutang Wajib

Pajak Badan menyimpulkan bahwa sebelum penerapan tax planning laba

perusahaan pada tahun 2005 sebesar Rp 2.588.978.000,00. Sedangkan laba

perusahaan setelah penerapan tax planning sebesar Rp 2.195.985.800,00. Terlihat

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara PPh terhutang sebelum dan

sesudah penerapan tax planning. Selisih atau penghematan PPh terhutang

perusahaan tahun 2005 sebesar Rp 392.992.200,00. Dengan demikian terjadi

penghematan pajak perusahaan sebesar 8,21%.

Implementasi dari penelitian ini adalah bahwa tax planning dapat

dipergunakan sebagai saran pengelolaan pajak yang dapat menunjang efisiensi

beban pajak perusahaan. Selain itu tax planning merupakan upaya yang dilakukan

oleh perusahaan untuk melakukan partisipasi aktif dalam aktivitas perpajakan

secara terkendali dan terencana.

Tanuwiardi, 2006 tentang Analisis Faktor–faktor yang Memotivasi

Manajemen Perusahaan Melakukan Tax Planning (Study Beberapa

Perusahaan di daerah SIER)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tanuwiardi tentang Analisis

Faktor-Faktor yang Memotivasi Manajemen Perusahaan Melakukan Tax Planning

(37)

dapat memotivasi penerapan tax planning dipengaruhi secara signifikan oleh

kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan, dan administrasi perpajakan.

Hardika, 2007 Perencanaan Pajak Sebagai Strategi Penghematan

Pajak

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hardika tentang Perencaaan

Pajak Sebagi Strategi Perencanaan Pajak menyimpulkan bahwa perencanaan

pajak merupakan tahap pertama dalam penghematan pajak. Strategi penghematan

pajak disusun pada saat perencanaan. Oleh karena itu, penelitian dan

pengumpulan ketentuan perpajakan dilakukan pada tahap ini dengan maksud

dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada

umumnya tax planning adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak.

Perencanaan pajak merupakan upaya legal yang bisa dilakukan wajib pajak.

Tindakan tersebut legal karena penghematan pajak hanya dilakukan dengan

memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur (loopholes).

Mangungsong, 2002 Peranan Tax Planning dalam Mengefisiensikan

Pembayaran Pajak Penghasilan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mangungsong tentang

Peranan Tax Planning dalam Mengefisiensikan Pembayaran Pajak Penghasilan

menyimpulkan bahwa terdapat perbedaang signifikan antara laba komersial

dengan laba kena pajak. Hal ini didasarkan pada hasil uji t dua rata-rata 6,578

yang berada pada daerah penolakan Ho yaitu 6, 578 > 4, 303 sehingga perbedaan

(38)

Selisih laba signifikan ini mengakibatkan laba kena pajak PT Sepatu Bata tbk

menjadi besar. Selain itu Tax planning mempunyai peran dalam mengefisiensikan

pembayaran beban pajak penghasilan pada PT. Sepatu Bata tbk. Hal ini terlihat

dengan selisih pembayaran pajak penghasilan perusahaan pada tahun 1995

sebesar Rp 1.606.863.000,00 tahun 1996 sebesar Rp 1.830.437.000,00 dan tahun

1997 sebesar Rp 1.520.395.000,00 selisih tersebut diuji dengan t dua rata-rata

maka didapat t hitung sebesar 6,578 yang berada pada daerah penolakan Ho yaitu

6,578 > 4,3030 sehingga perencanaan pajak (tax planning) dikatakan efisien

karena menurut uji statistik yang dilakukan pajak penghasilan sebelum tax

planning berbeda signifikan dengan pajak penghasilan setelah menggunakan tax

planning.

Gloritho, Pengaruh Penerapan Perencanaan Pajak Biaya Pegawai

pada PT XYZ untuk Meminimalkan Beban Pajak dan Hubungannya dengan

Kinerja Perusahaan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gloritho tentang Pengaruh

Penerapan Perencanaan Pajak Biaya Pegawai pada PT XYZ untuk Meminimalkan

Beban Pajak dan Hubungannya dengan Kinerja Perusahaan menyimpulkan bahwa

terdapat pengaruh terhadap penerapan perencanaan pajak, PPh badan usaha pada

tahun 2008 sebesar Rp 132.025.587.171,00. Sedangkan PPh badan usaha pada

tahun 2008 setelah dilakukan penerapan perencanaan pajak menjadi sebesar Rp

102.329.760.547,00. Selain itu, juga terdapat perbedaan yang signifikan antara

PPh terhutang sebelum dan sesudah penerapan perencanaan pajak. Selisih atau tax

(39)

29.695.826.624,00 dengan demikian terjadi efisiensi pajak perusahaan sebesar

22,50%.

2.1.1. Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian yang Sekarang:

Nama Peneliti Mangoting Andreas Ismarita Tanuwiardi

Tahun 1999 2005 2007 2006

Judul Penelitian Tax Planning: Sebuah Pengantar Sebagai Tax Planning Biaya Pegawai Terhadap

Rumusan Masalah Mengapa pajak itu dianggap sebagai suatu beban yang berat, sehingga perlu di lakukan Tax Planning?

Sejauh mana manfaat sebelum penerapan tax plannning biaya pegawai terhadap beban pajak terhutang wajib pajak badan?

Bagaimana pengaruh sesudah penerapan tax plannning biaya sesudah penerapan tax planning wajib pajak badan? planning di dalam perusahaannya?

Hasil Penelitian Banyak orang baik secara pribadi maupun juga karena pajak itu oleh mereka dianggap

Tax planning dapat dipergunakan sebagai

(40)

Nama Peneliti Hardika Suratno Dwi Chandra Jofita Meida

Tahun 2007 2008 2009 2011

Judul Penelitian Perencanaan Pajak Sebagai Strategi

(41)

Nama Penelitian Soddin Mangunsong Gloritho

Tahun 2002 2008

Judul Penelitian Peranan Tax Planning dalam Mengefiesikan Pembayaran Pajak Penghasilan

Pengaruh Penerapan Perencanaan Pajak Biaya Pegawai Pada PT XYZ untuk Meminimalkan Beban Pajak dan Hubungannya dengan Kinerja Perusahaan

Perumusan Masalah Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara laba komersial dengan laba kena pajak?

Apakah penerapan tax planning dalam

pengelolahan keuangan PT Sepatu Bata tbk. dapat mengefisiensikan pembayaran pajak penghasilan?

Apakah ada pengaruh sebelum dan sudah penerapan

perencanaan pajak biaya pegawai terhadap beban pajak terhutang wajib pajak badan?

Apakah ada pengaruh yang signifikan antara sebeum dan sesudah penerapan perencanaan pajak biaya pegawai terhadap beban pajak terhutang wajib pajak badan?

Hasil Penelitian Terdapat perbedaang signifikan antara laba komersial dengan laba kena pajak. Hal ini didasarkan pada hasil uji t.

Tax planning mempunyai peran dalam

mengefisiensikan pembayaran beban pajak penghasilan pada PT Sepatu Bata tbk.

Terdapat pengaruh sebelum dilakukan perencanaan pajak dan yang sesudah dilakukan perencanaan pajak, serta terdapat perbedaan yang signifikan antara PPh terhutang sebelum dan sesudah penerapan perencanaan pajak. Sehingga perencanaan pajak dapat digunakan sebagai sarana pengelolaan pajak yang dapat menunjang efisiensi beban pajak.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Perencanaan Pajak

2.2.1.1.Pengertian Perencanaan Pajak (Tax Planning)

Definisi tax planning menurut (Zain, 2005:43) adalah proses

mengorganisasi usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa

sehingga utang pajaknya, baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya,

(42)

Perencanaan pajak (tax planning) menurut Suandy (2006:7) adalah tahap

awal dalam manajemen pajak yang merupakan suatu perencanaan yang tidak

merugikan penerimaan negara. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan

penelitian terhadap peraturan perpajakan, dengan maksud dapat diseleksi jenis

tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya penekanaan

perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak.

Hal ini dapat dilihat dari dua definisi tax planning di bawah ini (Suandy, 2006:7):

a. Tax Planning is the systematic analysis of deferring tax options aimed at the minimization of tax liability in current and future tax periods

(Crumbley D, Larry, Friedma Jack P, 1994)

b. Tax Planning is arrangements of a person’s business andlor prive affrairs in order to minize tax liability (Lyons, 1996)

Perencanaan pajak juga dapat berkonotasi positif sebagai perencanaan

pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat waktu

sehingga dapat menghindari pemborosan sumber daya (Suandy, 2006:2).

Suatu perencanaan pajak yang tepat akan menghasilkan beban pajak yang

minimal yang merupakan hasil dari perbuatan penghematan pajak atau

penghindaran pajak yang dapat diterima fiskus dan sama sekali bukan karena

penyelundupan pajak yang tidak dapat diterima oleh fiskus dan tidak akan

ditolerir (Zain, 2005:44).

Tax planning melalui penghindaran pajak merupakan perbuatan legal yang

masih dalam ruang lingkup pemajakan dan tidak melanggar ketentuan peraturan

perundan-undangan perpajakan.

Dalam mempertimbangkan suatu perencanaan pajak dan usul-usul

(43)

perencanaan pajak hendaknya memahami dengan benar ketentuan-ketentuan dan

peraturan-peraturan yang baru serta surat-surat edaran yang merupakan

interprestasi dan penjelasan-penjelasan atau intruksi-intruksi (petunjuk

pelaksanaan) mengenai pelaksanaan pasal-pasal yang terdapat dalam

undang-undang pajak (Chandra, 2009).

Perencanaan pajak merupakan suatu lapangan pekerjaan yang tidak saja

mengisyaratkan pengetahuan mengenai ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan, tetapi juga ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya seperti

undang-undang perusahaan (company law) dan beberapa aspek dari

undang-undang perdagangan (commercial law), begitu pula pengetahuan dan pemahaman

tentang praktik akunting, praktik bisnis dan perdagangan (Zain, 2005:58).

2.2.1.2.Tujuan Perencanaan pajak

Menurut Suandy (2006:7) tujuan perencanaan pajak adalah merekayasa

agar beban pajak (tax burden) dapat ditekan serendah mungkin dengan

memanfaatkan peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan pembuat

undang-undang, sehingga tax planning di sini sama dengan tax avoidance karena secara

hakikat ekonomis keduannya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah

pajak (after tax return) karena pajak merupakan unsur pengurangan laba yang

tersedia baik untuk dibagikan kepada pemegang saham maupun untuk

diinvestasikan kembali.

Implementasi perencanaan pajak dalam kegiatan usaha wajib pajak atau

(44)

pemenuhan kewajiban perpajakan, sehingga tidak terkena sanksi administratif

(denda, bunga, kenaikan pajak) dan sanksi pidana.

Tujuan dari perencanaan pajak (tax planning) adalah sebagai berikut:

a. Membuka kesadaran akan pentingnya perencanaan perpajakan untuk

wajib pajak.

b. Membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku.

c. Membuat metode perhitungan dalam efisiensi pembayaran pajak secara

legal.

2.2.1.3.Prinsip Perencanaan Pajak

Untuk mencapai tujuan pembayaran pajak pada jumlah yang seharusnya,

tax planning harus dilakukan secara aman. Berikut prinsip-prinsip utama yang

harus dipenuhi dalam melakukan perencanaan pajak secara aman (Faisal,

2009:287—289).

1. Mengetahui ketentuan perpajakan. Pemahaman terhadap ketentuan

perpajakan yang dimuat dalam perundang-undangan perpajakan mutlak

diperlukan. Dengan mengetahui ketentuan perpajakan, wajib pajak

mengetahui hak dan kewajiban perpajakan, apa yang harus dilakukan dan

apa yang tidak boleh dilakukan. Pada tahap selanjutnya, wajib pajak bisa

menguasai ketentuan yang dapat dimanfaatkan dalam tax planning.

2. Legal, artinya tidak menabrak hukum. Prinsip legal ini membedakan

antara penghindaran pajak (tax avoidance) yang dilakukan masih dalam

koridor hukum dengan penyelundupan pajak (tax evasion) yang sifatnya

(45)

dipenuhinya seluruh kewajiban perpajakan dengan benar, seperti

perhitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak. Selain itu, bukti-bukti

pendukung harus dipastikan sudah memadai. Pelanggaran terhadap prinsip

legal ini bisa membuat perencanaan pajak kontraproduktif.

3. Menguasai strategi dan tekniknya. Strategi dan teknik perencanaan

pajak perlu dipahami secara mendalam mengingat sifatnya yang kompleks

dan mengandung konsekuensi yang beragam. Pemilihan strategi dan

teknik perlu dilakukan secara jeli dan selektif sehingga tujuan perencanaan

pajak yang dikehendaki dapat diraih secra efisien dan efektif. Pemilihan

strategi dan teknik ini mesti dipadukan dengan kemahiran menentukan

tautan dasar hukum yang kuat. Penerapan strategi dan teknik yang

disandarkan pada peraturan pajak yang secara hirarki perundang-undangan

lemah dapat menjerumuskan perencanaan pajak ke wilayah risiko tinggi.

Hal ini disebabkan adanya kemungkinan peraturan pajak yang lemah

tersebut mengalami perubahan, bertentangan dengan peraturan uang lebih

tinggi, ketidakjelasan konteks, atau hanya bersifat penafsiran per kasus

yang tidak dapat digeneralisir sebagai juresprudensi.

4. Secara bisnis masuk akal. Harus diingat bahwa perencanaan pajak

adalah bagian dari perencanaan usaha secara keseluruhan; jangan sampai

obsesi mendapat benefit dari penghematan pajak justru merugikan secara

komersial. Tujuan perencanaan pajak adalah meminimalkan beban pajak

sehingga penghasilan setelah pajak meningkat. Karena itu, pemahaman

(46)

pemahaman nature of business secara komersial. Dalam hal ini cost and

benefit dari setiap keputusan harus selalu diperhitungkan secara mendetail

sebagai misal, salah satu teknik perencanaan pajak yang dianjurkan adalah

menyelenggarakan pembukuan. Memang benar dengan menyelenggarakan

pembukuan banyak manfaat yang bisa diraih, misalnya berupa perhitungan

biaya dan kompensasi kerugian. Namun perlu diingat bahwa

penyelenggaraan pembukuan itu sendiri membutuhkan biaya. Bagi wajib

pajak yang profitabilitasnya kecil, biaya pembukuan bisa lebih besar

dibanding benefit dari penghematan pajak dari penyelenggaraan

pembukuan itu sendiri.

2.2.1.4. Pola Perencanaan Pajak

Dari perspektif geografis, perencanaan pajak dapat dilakukan secara lokal,

nasional maupun internasional. Perencanaan pajak dalam perspektif lokal

dilakukan dengan mengoptimalkan peluang yang ada di tempat wajib pajak

berada. Wajib pajak tidak banyak berharap pada eksplorasi perbedaan pajak antar

daerah. Karena itu, pola lokal perencanaan pajak tidak banyak atau sangat minim

menikmati fasilitas pajak yang diberikan atas dasar wilayah geografis. Pola

nasional ditempuh wajib pajak dengan cara mengeksplorasi perbedaan-perbedaan

pajak antar daerah dalam suatu negara. Pemerintah pusat senantiasa berupaya

menciptakan pemerataan pembangunan melalui kebijakan pemberian insentif

pajak di daerah-daerah tertinggal. Insentif tersebut berupa fasilitas PPh daerah

terkecil, perbedaan norma perhitungan penghasilan neto, fasilitas PPN dan PPn

(47)

Perencanaan pajak internasional dilakukan dengan mengoptimalkan

manfaat dari perbedaan rezim pajak antarnegara. Untuk menarik investasi asing,

negara-negara pengimpor modal bersaing dengan cara menawarkan beraneka

kemudahan, di antaranya insentif pajak.

Dari prespektif waktu, perencanaan pajak dapat dilakukan sebelum usaha

atau kegiatan dilakukan, pada saat usaha atau kegiatan sedang berlagsung, atau

pada saat usaha atau kegiatan telah selesai. Dengan kata lain, bila diletakkan pada

kerangka tahun pajak, perencanaan pajak dapat dilakukan pada awal tahun, dalam

tahun berjalan, atau di akhir tahun. Layaknya perencanaan manajemen lainnya,

perencanaan pajak lazim dilakukan sebelum usaha dilakukan atau pada awal

tahun.

Berdasarkan interval periode pelaksanaannya, perencanaan pajak dapat

dilakukan dalam periode jangka pendek dan jangka panjang. Perecanaan pajak

dalam periode jangka pendek berusaha mengurangi beban pajak dalam satu tahun

atau satu masa tertentu. Sementara perencanaan pajak dalam jangka panjang

bersifat kontinyu, berkesinambungan meliputi beberapa tahun pajak atau masa

pajak. Skema perencanaan pajak jangka panjang tidak terfokus pada tahun pajak

tertentu akan tetapi lebih memperhatikan dampak dalam jangka panjang (Faisal,

2009:289—290).

2.2.1.5. Sasaran Perencanaan Pajak

Terdapat dua sasaran operasional, yaitu meminimalisasi beban pajak (tax

(48)

maximalization). Sasaran meminimalisasi beban pajak tampak searah dengan

tujuan pokok perencanaan pajak, yaitu untuk menghemat pajak.

Sasaran memaksimalkan beban pajak sepintas tampak agak rancu dengan

tujuan perencanaan pajak karena alih-alih menghemat pajak, sasaran ini malah

berusaha memaksimalkan beban pajak. Memaksimalkan beban pajak hanyalah

sasaran jangka pendek atau parsial. Hal ini tidak lebih sebagai upaya pergeseran

beban pajak (tax burden shifting). Misalya suatu perusahaan multinasional yang

berusaha memaksimalkan pembayaran pajak di negara tertentu demi memperbesar

kredit pajak di negara lain yang memperkenankan kredit pajak luar negeri.

Dengan menempuh cara demikian, wajib pajak dapat menggeser beban pajak dari

negara dengan tarif pajak tinggi ke negara bertarif pajak rendah. (Faisal,

2009:290—291).

2.2.1.6. Strategi Perencanaan Pajak

Untuk melakukan perencanaan pajak secara aman, wajib pajak perlu

memikirkan serta mendalami strategi yang hendak diterapkan. Salah memilih

strategi bisa berakibat fatal. Strategi perencanaan pajak tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Memanfaatkan kemudahan yang disediakan ketentuan perpajakan

2. Memanfaatkan kelonggaran terhadap pemilihan metode akuntansi

3. Memanfaatkan perbedaan perlakuan pajak terhadap bentuk usaha

hukum

4. Memanfaatkan perbedaan perlakuan pajak terhadap berbagai jenis

(49)

5. Memanfaatkan perbedaan perlakuan pajak terhadap biaya

6. Menghindari pemeriksaaan pajak dan

7. Menjaga hubungan baik dengan administrasi perpajakan

Strategi-strategi tersebut dapat dilakukan melalui penerapan berbagai

teknik perencanaan pajak. Teknik itu sendiri bersifat kondisional, artinya

bergantung pada kondisi wajib pajak masing-masing, jenis usaha, posisi

keuangan, dan lain sebagainya. Ada teknik yang cocok untuk suatu kondisi namun

tidak cocok pada kondisi lainnya. Potensi tax saving yang bisa diperoleh dapat

dikalkulasi dengan membandingkan pajak terutang dari penerapan teknik tax

planning dibanding dengan jumlah pajak terutang tanpa tax planning. Selain itu,

manfaat tax planning juga dapat dikalkulasi dengan pendekaatan lain yang lebih

rumit, misalnya dengan analisis arus kas, net present value, costand benefit

analysis, dan lain sebagainya (Faisal, 2009:291—293).

2.2.1.7. Penyusunan dalam perencanaan pajak

Dalam penyusunan perencanaan pajak terdapat beberapa faktor nonpajak

yang relevan untuk diperhatikan dalam penyusunan suatu perencanaan pajak

antara lain (Suandy, 2006:21—22):

a) Masalah Badan Hukum

Pemilihan bentuk badan usaha yang diusulkan sering dibuat sebagai fungsi

dari seluruh peraturan (baik untuk pajak maupun nonpajak), dalam rangka

administrasi pembentukan dan pembubaran badan hukum yang

(50)

b) Masalah mata uang dan nilai tukar

Dari ruang lingkup perencanaan pajak yang bersifat internasional masalah

nilai tukar mata uang mempunyai dampak yang besar terhadap kondisi

keuangan suatu perusahaan. Dari dampak finansial tentunya berakibat

pada posisi laba rugi, terutama bila terdapat banyak transaksi baik ekspor/

impor maupun pinjaman dalam bentuk mata uang asing.

c) Masalah pengawasan devisa (exchange control)

Perencanaan pajak juga akan berpengaruh karena bagaimanapun

pengaturan pengawasan devisa berdampak terhadap transfer

pembayaran-pembayaran.

d) Masalah program insentif investasi

Masalah program insentif yang ditawarkan negara tertentu memberikan

pilihan wajib pajak untuk melakukan investasi/ pemekaran usaha pada

suatu lokasi/ negara tertentu. Insentif investasi bisa berupa pemberian

pinjaman dengan tarif bunga rendah, bebas bunga ataupun adanya

pemberiaan bantuan (grants) dari pemerintah.

e) Masalah faktor nonpajak lainnya

Faktor nonpajak lainnya seperti hukum dan sistem administrasi yang

berlaku, kesetabilan ekonomi dan politik, tenaga kerja, pasar, fasilitas

perbankan, iklim usaha, bahasa, sistem akuntansi, dan lain-lain harus

dipertimbangkan juga dalam penyusunan perencanaan pajak terutama

(51)

Hasrat untuk melakukan perencanaan pajak pada dasarnya didorong oleh

dua ketentuan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, yaitu

(Zain, 2005: 60—61):

1. Ketentuan pertama menyangkut masalah pajak penghasilan itu sendiri yang

bukan merupakan biaya yang fiskal dapat dikurangkan dalam menentukan

penghasilan kena pajak (pasal 9 ayat (1) huruf h UU PPh). Sebagai

konsekuensinya, apabila terdapat pengurangan pembayaran PPh, maka tidak

akan terjadi penurunan dalam jumlah biaya fiskal yang dapat dikurangkan

oleh karena itu juga tidak akan menimbulkan kenaikan penghasilan kena

pajak. Pengurangan pembayaran PPh tersebut, yang juga merupakan jumlah

yang dapat dihemat, hanya akan meningkatkan laba setelah pajak. Berbeda

dengan aktivitas mencari laba/ menambah penghasilan, suatu perencanaan

pajak hanya akan memberikan keuntungan yang sama sekali tidak termasuk

dalam ruang lingkup pengenaan PPh.

2. Ketentuan kedua menyangkut kemungkinan dapat dikurangkannya biaya

yang ada kaitanya dengan penentuan besarnya pajak yang terutang, yang

dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan disebut sebagai

biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan (pasal 6

ayat (1) huruf a UU PPh) oleh karena itu perencanaan pajak terkait dengan

penentuan besarnya pajak yang terutang, maka biaya yang dikurangkan untuk

(52)

Biaya neto rancangan perencanaan pajak adalah biaya bruto dikurangi

dengan jumlah-jumlah pajak yang dapat dihemat atau dengan biaya setelah pajak

(after tax cost) dari suatu perencanaan pajak dapat dinyatakan sebagai berikut

(Zain, 2005:61):

ATC = BTC x (1 – MTR)

ATC = After Tax Cost

BTC = Before Tax Cost

MTR = Marginal Tax Rate

Apabila ketentuan tersebut di atas, dikaitkan dengan rancangan

perencanaan pajak, maka akan terbukti menghasilkan keunggulan ekonomis, bila

dibandingkan dengan kegiatan mencari laba (profit-seeking activities).

2.2.1.8. Sistem Pemungutan pajak dalam perencanaan pajak

Perencanaan pajak tidak pula terlepas dari sistem pungutan yang dianut di

Indonesia setelah reformasi pajak, yaitu self-asessment. Ciri dan cara tersendiri

dari sistem pemungutan pajak tersebut adalah (Zain, 2005:59).

1. Bahwa pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian kewajiban

dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama

melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan

negara dan pembangunan nasional.

2. Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pajak, sebagai pencerminan

kewajiban di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat wajib pajak

(53)

3. Anggota masyarakat wajib pajak diberikan kepercayaan untuk dapat

melaksanakan kegotong-royongan nasional melalui sistem menghitung,

memperhitungkan, dan membayar sendiri pajak yang terutang (self

assessment), sehingga melalui sistem ini pelaksanaan administrasi perpajakan

diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali, sederhana, dan

mudah untuk dipahami oleh anggota masyarakat wajib pajak.

Berdasarkan ketiga prinsip pemungutan pajak tersebut, wajib pajak

diwajibkan menghitung, memperhitungkan, dan membayar sendiri jumlah pajak

yang seharusnya terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan, sehingga penentuan besarnya pajak yang terutang berada pajak wajib

pajak sendiri.

2.2.2. Strategi-Strategi yang dapat digunakan dalam Perencanaan Pajak

2.2.2.1. Memanfaatkan Kemudahan yang Disediakan Ketentuan Perpajakan

Ketentuan perpajakan yang diatur dalam perundang-undangan perpajakan

menyediakan banyak kemudahan bagi wajib pajak. Kemudahan-kemudahan

tersebut dapat dinyatakan secara ekplisit ataupun implisit. Secara ekplisit kita bisa

dengan mudah mendapatkan kemudahan, namun kemudahan yang sifatnya secara

implisit, diperlukan kejadian dan penalaran yang kritis untuk menjumpainya.

Kemudahan tersebut dapat berupa penegasan hal wajib pajak, kelonggaran

(54)

2.2.2.1.1. Upaya Menyelenggarakan Pembukuan

Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan

Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 29, pembukuan adalah suatu proses pencatatan

yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan

yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga

perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun

laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode tahun pajak

tersebut. Menurut Faisal (2009:295), secara implisit, wajib pajak yang

menyelenggarakan pembukuan mendapat keuntungan yang relatif lebih besar

dibanding wajib pajak dengan pencatatan. Wajib pajak dengan pembukuan dapat

mengklaim biaya-biaya sebagai pengurang penghasilan bruto dan

memperhitungkan kompensasi kerugian dalam menghitung pajak penghasilan.

Keuntungan lain dari peyelenggaraan pembukuan adalah tersedianya peluang

perencanaan pajak yang lebih besar dibanding dengan wajib pajak dengan

pencatatan.

2.2.2.1.2. Manfaatkan Sunset Policy

Menurut Faisal (2009:296), sunset policy merupakan kebijakan

kemudahan perpajakan yang berlaku dalam jangka waktu tertentu. Sifat kebijakan

ini tidak permanen dan bersifat muncul dan kemudian tenggelam, sehingga sering

disebut sunset policy. Istilah sunset policy dapat digunakan untk menunjuk kepada

setiap kebijakan yang bersifat sementara atau berlaku dalam jangka waktu

(55)

Dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Sunset policy

dapat diartikan sebagai pemberian fasilitas perpajakan dalam bentuk penghapusan

sanksi administrasi perpajakan berupa bunga sebagaimana diatur dalam Pasal 37A

Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan (Undang-Undang KUP).

Misalnya, orang pribadi yang belum memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP), yang dalam tahun 2008 secara sukarela mendaftarkan diri untuk

memperoleh NPWP dan menyampaikan SPT Tahunan PPh untuk tahun pajak

2007. Dalam hal ini orang pribadi tersebut tidak dikenakan sanksi administrasi

untuk tahun-tahun pajak sebelumnya pada saat belum mempunyai NPWP. Hal

inilah yang dimaksud dengan sunset policy.

2.2.2.1.3. Manfaatkan Batas Akhir Pembayaran (Last Minute Tax Planning)

Pembayaran pajak memiliki tanggal jatuh tempo yang umumnya jatuh

pada tanggal 10 atau 15 bulan berikutnya untuk pembayaran bulanan atau

sebelumnya SPT tahunan disampaikan untuk pembayaran tahunan. Wajib pajak

bisa melakukan penghematan dengan mempertimbangkan time value of money.

Dalam kasus PPN, last minute tax planning dapat diterapkan dengan

memanfaatkan saat akhir pembuatan faktur (Faisal, 2009:298).

2.2.2.2. Memanfaatkan Kelonggaran Terhadap Pemilihan Metode Akuntansi

Ketentuan perpajakan memberi kelonggaran kepada wajib pajak dalam

(56)

ini disertai dengan persyaratan taat asas, yaitu konsistensi dalam penggunaan

suatu metode akuntansi dari tahun ke tahun. Perubahan metode akuntansi dapat

dilakukan hanya dengan persetujuan Direktur Jendral Pajak.

Kebebasan memilih metode akuntansi ini caranya dapat dilakukan dengan

pemilihan metode persediaan dan pemilihan metode penyusutan dan amortisasi

yang dapat dimanfaatkan wajib pajak yang menyelenggarakan perencanaan pajak

dengan menerapkan beberapa teknik (Faisal, 2009:305).

2.2.2.2.1. Pemilihan Metode Penilaian Persedian yang Menguntungkan

Ketentuan perpajakan memperbolehkan wajib pajak untuk memilih salah

satu dari dua metode penilaian persedian, yaitu metode rata-rata (average) dan

first in first out (FIFO). Metode rata-rata lebih menguntungkan digunakan jika

harga barang cenderung naik, misalnya karena angka inflasi yang tinggi.

Sedangkan metode FIFO lebih baik jika harga cenderung stabil. Oleh karena itu,

untuk menentukan metode penilaian persediaan, faktor fluktuasi harga barang

beserta harga barang beserta proyeksi kecederungan harga barang di masa depan

perlu dijadikan pertimbangan (Faisal, 2009:306).

2.2.2.2.2. Pemilihan Metode Penyusutan dan Amortisasi yang

Menguntungkan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan

Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

pasal 11 A, Ketentuan perpajakan menawarkan metode amortisasi dan penyusutan

(57)

berwujud selain bangunan. Menurut Faisal (2009:308) kelonggaran ini dapat

dimanfaatkan wajib pajak untuk meminimalkan beban pajak, yaitu dengan

menyesuaikan metode amortisasi dan penyusutan degan pola realisasi

penghasilan. Jika penghasilan di awal periode usaha tinggi, maka wajib pajak

sebaiknya menggunakan saldo menurun karena proposi biaya penyusutan periode

awal yang besar. Sebaliknya menggunakan metode garis lurus.

2.2.2.3. Memanfaatkan Perbedaan Perlakuan Pajak atas Bentuk Perusahaan

Berdasarkan Undang-Uundang PPh No 36 tahun 2008 Pasal 2, subjek

pajak atau wajib pajak dalam ketentuan perpajakan dibagi menjadi orang pribadi,

warisan belum terbagi, badan dan bentuk usaha tetap. Menurut Faisal (2009:310),

subjek-subjek pajak ini mendapatkan perlakuan pajak yang berbeda, khususnya

berkenaan dengan pajak penghasilan. Terdapat beberapa peluang yang dapat

dimanfaatkan wajib pajak untuk melakukan penghematan pajak.

2.2.2.3.1. Menentukan Orang Pribadi atau Badan Atas Pertimbangan Tarif

Pajak

Kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dapat dilakukan secara perorangan

ataupun membentuk badan ataupun badan seperti PT, CV, firma, atau persekutuan

perdata. Salah satu pertimbangan dalam memutuskan adalah tarif pajak yang

berbeda antara PPh badan dan orang pribadi. Seperti diketahui, tariff PPh badan

adalah 28% (atau 25% mulai 2010) dan tarif tertinggi orang pribadi adalah 30%.

Jika penghasilan kena pajak masih berada pada lapisan tarif rendah maka kegiatan

(58)

orang pribadi). Sebaliknya jika penghasilan kena pajak sudah berada dalam briket

tarif tertinggi (> Rp 500 juta), maka sebaiknya wajib pajak memutuskan

menggunakan badan.

2.2.2.3.2. Memilih Perseroan Komanditer (CV) Dibanding Perseroan

Terbatas (PT)

Teknik ini patut dipertimbangkan oleh wajib pajak yang tengah

mempertimbangkan kelanjutan usaha atau berencana menanamkan modal dalam

satu badan. Walaupun statusnya sama-sama sebagai wajib pajak badan, PT, dan

CV (yang modalnya tidak terbagi atas saham, termasuk firma, persekutuan,

perkumpulan, dan kongsi) ternyata mendapat perlakuan perpajakan yang berbeda.

Pengenaan pajak atas penghasilan PT dilakukan pada dua tingkatan, yaitu

pada tingkat perusahan (PPh Badan atas Laba) dan pada tingkat pemegang saham

(PPh orang pribadi atas deviden/ bagian laba). Pengenaan pajak terhadap CV

hanya terjadi satu kali, yaitu pada tingkat perusahaan (PPh atas laba CV) dan tidak

ada pengenaan pajak lagi di tingkat pemilik modal, karena bagian laba dari CV

bukan objek pajak.

2.2.2.4. Memanfaatkan Perbedaan Perlakuan Pajak Terhadap Biaya

Penghasilan

Strategi tax planning ini diarahkan pada perekayasaan penghasilan ke

dalam berbagai format yang dimungkinkan sedemikian rupa sehingga

menghasilkan penghematan pajak. Maksudnya, strategi tax planning ini

(59)

pajak yang ditimbulkan relative lebuh rendah. Walaupun PPh merupakan pajak

subjektif yang pengenaannya sangat memperhatikan keadaan subjektivitas wajib

pajak, dalam beberapa kondisi, PPh juga mengenal pembedaan pemajakan di

antara berbagai jenis objek penghasilan (Faisal, 2009:315).

2.2.2.4.1. Konsentrasi pada Produk Berpajak Rendah

Teknik ini dapat dimanfaatkan oleh wajib pajak yang bergerak dalam

bidang usaha yang menghasilkan bermacam produk yang dikenakan pajak secara

berbeda. Teknik ini juga dapat digunakan oleh wajib pajak orang pribadi yang

menggunakan norma perhitungan penghasilan netto (NPPN). Jika seorang wajib

pajak orang pribadi memiliki usaha yang menghasilkan dua atau lebih memiliki

produk yang memiliki norma yang berbeda, maka wajib pajak tersebut dapat

mengarahkan konsentrasi produksi ke produk yang dikenakan norma paling

rendah (Faisal, 2009:319).

2.2.2.5. Memanfaatkan Perbedaan Perlakuan Pajak Terhadap Biaya

Strategi ini viable bagi wajib pajak yang menyelenggarakan pembukuan

dan penghasilannya dikenakan pajak tidak final, yang dimaksud dengan pajak

tidak final adalah beban pajak yang masih dapat dikreditkan lagi dengan hutang

pajak yang lain. Wajib pajak yang memperoleh penghasilan khusus (scheduler)

atau yang penghasilan netonya dihitung dengan menggunakan norma tidak

memiliki ruang tax planning mengeksplorasi unsur biaya. Hal ini terjadi lantaran

perhitungan pajak final atau perhitungan dengan menggunakan norma dilakukan

(60)

Sasaran dari perencanaan pajak yang memanfaatkan unsur biaya ini sama

dengan strategi tax planning atas penghasilan, yaitu pada minimlisasi penghasilan

kena pajak atau dasar pengenaan pajak. Instrumen yang digunakan adalah

biaya-biaya pengurangan penghasilan bruto (deductible expenses), yaitu bagaimana

mengoptimalkan biaya yang diperkenankan ketentuan perpajakan sedemikian rupa

sehingga diperoleh laba neto yang terutang pajak pada tingkat paling minimum

(Faisal, 2009:320).

Biaya-biaya yang dapat dikurangkan dengan penghasilan bruto (deductible

expense) terdiri dari (Faisal, 2009:18):

a. Biaya yang berkaitan dengan usaha

b. Penyusutan dan amortisasi

c. Iuran pensiun

d. Kerugian karena penjualan atau pegalihan harta

e. Kerugian dari selisih mata uang asing

f. Biaya penelitian dan pengembangan

g. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih

h. Sumbangan penanggulangan sosial

2.2.2.5.1. Optimalisasi Biaya Karyawan

Teknik ini memanfaatkan perbedaan perlakuan pajak atas biaya-biaya

pengurangan penghasilan bruto yang berhubungan dengan imbalan kepada

karyawan. Teknik ini dilakukan dengan mempertimbangkan kenyataan bahwa

(61)

perusahaan (pemberi kerja) juga diberikan kepercayaan memotong pajak tersebut

(Faisal, 2009:320).

Seperti misalnya dalam hal membuat kebijakan perusahaan dalam

penentuan pemberian imbalan berupa kenikmatan natura atau penambahan

tunjangan makan siang. Apabila diberikan dalam bentuk natura berarti akan ada

pembebanan biaya untuk menyediakan makan siang yang bisa digunakan sebagai

pengurang pendapatan bruto dan bisa sebagai penghematan untuk PPh 25,

sedangkan bagi karyawan ada penghematan untuk PPh 21.

2.2.2.6. Menghidari Pemeriksaan Pajak

Dari perspektif wajib pajak, pemeriksaan pajak sebisa mungkin dihindari

karena biayanya sangat mahal. Seluruh jenis biaya kepatuhan terlibat dalam

pemeriksaan, baik biaya material (direct material), maupun immaterial (time cost

dan psychic cost).

Wajib pajak dapat melakukan berbagai upaya untuk menghindar dari

pemeriksaan pajak, baik pemeriksaan untuk menguji kepatuhan wajib pajak

maupun pemeriksaan untuk tujuan lain. Teknik yang diuraikan dan disarankan di sini didasarkan atas praktik, kebiasaan, dan kebijakan DJP dalam menentukan

strategi pemeriksaan. Misalnya dalam melakukan pemeriksaan rutin DJP selalu

memprioritaskan pemeriksaan terhadap wajib pajak yang menyampaikan SPT

lebih bayar. Mengetahui SPT lebih bayar termasuk kriteria pemeriksaan, maka

selayaknya wajib pajak mengupayakan tidak menyampaikan SPT lebih bayar

(62)

2.2.2.7. Menjaga Hubungan Baik dengan Administrasi Perpajakan

Tiga aspek berbicara mengenai administrasi perpajakan, maka ada tiga

aspek yang terlibat, yaitu:

1. Suatu institusi atau badan yang mempunyai wewenang yang tanggung

jawab untuk menyelenggarakan pungutan pajak.

2. Orang-orang yang terdiri dari pejabat dan pegawai yang bekerja pada

instansi perpajakan yang secara nyata melaksanakan kegiatan pemungutan

pajak.

3. Kegiatan menyelenggaraan pungutan pajak oleh sesuatu institusi atau

badan yang ditatalaksanakan sedemikian rupa sehingga dapat mencapai

sasaran yang telah digariskan dalam kenijakan perpajakan, berdasarkan

sarana hukum yang telah ditentukan oleh undang-undang perpajakan

dengan efisien.

Dari ketiga aspek di atas, yang paling penting diperhatikan adalah aspek

kedua, yaitu faktor manusia. Unsur manusialah yang mengendalikan institusi atau

menjalankan aktivitas administrasi perpajakan pada prinsipnya sama dengan

menjaga hubungan dengan unsur manusia yang ada dalam organisasi administrasi

perpajakan (Faisal, 2009:337).

2.2.3. Pengertian Manajemen Pajak

Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Menurut

Lumbantoruan (1996) manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi

kewajiban pajak dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan

(63)

manajemen pajak dapat dicapai melalui fungsi-fungsi manajemen pajak yang

terdiri dari (Suandy, 2006:7):

1) Perencanaan pajak (tax planning)

Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data penelitian terhadap

peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan

pajak yang akan dilakukan (Suandy, 2006:7).

2) Pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation)

Pada tahap ini perencanaan pajak telah diketahui faktor-faktor yang akan

dimanfaatkan untuk melakukan penghematan pajak, maka langkah

selanjutnya adalah mengimplementasikannya baik secara formal maupun

material. Harus dipastikan bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakan telah

memenuhi peraturan perpajak yang berlaku (Suandy, 2006:10).

3) Pengendalian pajak (tax control)

Pada tahap ini pengendalian pajak bertujuan untuk memastikan bahwa

kewajiban pajak telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan

dan telah memenuhi persyaratan formal maupun material (Suandy,

2006:11).

2.2.3.1. Peranan Manajemen Pajak

Pajak berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan perseorangan dan

keputusan bisnis, tidak berarti bahwa pajak tersebut tidak dapat dikendalikan.

Memahami dengan baik ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

(64)

Suatu sistem manajemen pajak yang efektif merupakan hal yang vital bagi

suatu usaha yang berorientasi kepada keuntungan dan malahan predikat seorang

manajer sukses ditentukan pula oleh sukses tidaknya penyusunan suatu

perencanaan pajak (tax planning) (Zain, 2005:42).

Pembebanan pajak oleh pemerintah yang berbentuk pungutan pajak

terhadap wajib pajak, pada hakikatnya merupakan perwujudan dan pengabdian

kewajiban dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama

melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk membiayaan negara

dan pembangunan nasional, namun di lain pihak pembebanan pajak tersebut

tentunya tidak melebihi beban pajak yang menjadi kewajibannya sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, seperti yang

dikemukakan oleh hakim Learned Hand sebagai berikut (Zain, 2005:44):

“Berulang-ulang kali pengadilan menyatakan bahwa tidak ada suatu

ancaman hukuman apapun dapat diberlakukan terhadap barang siapa yang

mengatur pengenaan pajaknya seminimal mungkin. Setiap orang, apakah orang

itu orang miskin atau orang kaya sekalipun akan berbuat hal yang sama, dan hal

ini sesungguhnya merupakan haknya untuk berbuat demikian, karena tidak

seorangpun berkewajiban memenuhi kewajiban perpajakannya melebihi apa yang

ditentukan oleh perundang-undangan perpajakan. Pajak adalah pungutan yang

didasarkan pada pelaksanaan perundang-undangan perpajakan secara benar dan

(65)

2.2.4. Aspek Formal dan Administratif Tax Planning

Kewajiban perpajakan bermula dari Implementasi undang-undang

perpajakan. Oleh karena itu, ketidakpatuhan terhadap undang-undang dapat

dikenakan sanksi baik administrasi maupun sanksi pidana. Sanksi administrasi

maupun sanksi pidana merupakan pemborosan sumber daya sehingga perlu

dihindari melalui sesuatu perencanaan pajak yang baik. Untuk dapat menyusun

perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan yang baik diperlukan pemahaman

terhadap peraturan perpajakan. Selanjutnya selaras dengan pengelompokan

hukum pajak aspek formal administratif maupun aspek material substantif perlu

untuk dimengerti dan dipahami unuk dapat menghindari sanksi administratif

maupun pidana (Suandy, 2006:9).

Aspek administratif dan kewajiban perpajakan meliputi kewajiban

mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pengukuhan

Pengusaha Kena Pajak. Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan,

membayar pajak, menyampaikan surat pemberitahuan, di samping memotong atau

memungut pajak. Kewajiban perpajakan berakhir pada saat pelunasan oleh wajib

pajak.

Sistem perpajakan selalu dipisahkan antara assessment dan payment

system. Assessment yang berlaku saat ini adalah self assessment dengan kewajiban

untuk menghitung sendiri, membayar sendiri, dan melaporkan sendiri. Sedangkan

sistem pembayaran (payment assessment) yang berlaku dapat dilakukan sendiri

oleh wajib pajak (self payment) maupun melalui pemotong oleh pihak ketiga (with

Gambar

Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pikir................................................................
Tabel 4.23. Perbedaan Penelitian Terdahulu dan Penelitian yang
Tabel 3.1. Deteksi adanya Autokorelasi dengan Kriteria Durbin- waston
Tabel 4.1. Perusahaan Industri Kimia yang Terdaftar di Disperindag Surabaya 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian dan pengujian memberikan bukti empiris bahwa variabel laba, arus kas bebas, dan kebijakan hutang secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan deviden

Hasil pengujian hipotesis dengan Uji t telah menunjukkan bahwa dari ketiga variabel independen dalam penelitian hanya variabel risiko perusahaan (X1) yang tidak mempunyai

Pengujian hipotesis ketiga (H3) menunjukkan bahwa Operating Leverage memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang

Pengujian hipotesis secara simultan menggu- nakan uji statistik F, terbukti kepemilikan mana- jerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, struktur aset, profitabilitas,

Dari hasil pengujian masing-masing variabel bebas diatas dapat disimpulkan bahwa dari ketiga variabel tersebut mempunyai pengaruh terhadap keinginan nasabah untuk

Dapat disimpulkan dari penelitian ini menggunakan SPSS untuk memberikan hasil pengujian secara simultan bahwa variabel laba operasi, tingkat perputaran kas, rasio

Pengujian ketiga variabel bebas X (NPL, LAR, dan LDR) berpengaruh signifikan terhadap variabel Keputusan Pemberian Kredit (Y) sehingga hipotesis yang diajukan terbukti.

Berdasarkan hasil pengujian kebijakan deviden terhadap set kesempatan investasi, dapat diketahui bahwa variabel kebijakan deviden yang diproksikan dengan Price Earning Ratio