PENGARUH LABA, ARUS KAS BEBAS, DAN KEBIJAKAN
HUTANG TERHADAP KEBIJAKAN DEVIDEN PADA
PERUSAHAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Oleh
HALASAN SIREGAR
087017015/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
SEK O L A H
P A
S C
PENGARUH LABA, ARUS KAS BEBAS, DAN KEBIJAKAN
HUTANG TERHADAP KEBIJAKAN DEVIDEN PADA
PERUSAHAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
HALASAN SIREGAR
087017015/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH LABA, ARUS KAS BEBAS, DAN KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP KEBIJAKAN DEVIDEN PADA PERUSAHAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Nama Mahasiswa : Halasan Siregar Nomor Pokok : 087017015 Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi pembimbing
(Prof. Erlina, SE, M,Si, Ph.D, Ak) (Drs. Arifin Akhmad, MSi, Ak
Ketua Anggota )
Ketua Program Studi Direktur
(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis,MAFIS,MBA,CPA,Ak) (Prof.Dr.Ir.A. Rahim Matondang, MSIE)
Telah diuji pada
Tanggal : 5 April 2011
_________________________________________________________________
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Erlina, SE, MSi, Ak, Ph.D
Anggota : 1. Drs. Arifin Akhmad, MSi, Ak
2. Prof. Dr, Ade Fatma Lubis, MBA, MAFIS, CPA, Ak
3. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul : ”Pengaruh Laba, Arus Kas
Bebas, dan Kebijakan Hutang terhadap Kebijakan Deviden pada Perusahaan
Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya.
Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara
benar dan jelas
Medan, April 2011
Yang membuat pernyataan :
PENGARUH LABA, ARUS KAS BEBAS, DAN KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP KEBIJAKAN DEVIDEN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti secara empiris pengaruh laba, arus kas bebas, dan kebijakan hutang terhadap kebijakan deviden pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.
Objek penelitian ini adalah perusahaan lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia khususnya sektor perbankan sejak tahun 2003 – 2008, aktif menerbitkan laporan keuangan dan tidak di-delisting selama tahun pengamatan yaitu sebanyak 20 perusahaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil dokumentasi laporan keuangan dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan
mengunduh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia di
dilakukan dengan menggunakan uji statistik regresi linier berganda dengan alat SPSS. Hasil penelitian dan pengujian memberikan bukti empiris bahwa variabel laba, arus kas bebas, dan kebijakan hutang secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan deviden perusahaan, namun secara parsial, hanya variabel laba yang berpengaruh terhadap kebijakan deviden perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
THE INFLUENCE OF EARNING, FREE CASH FLOW, AND DEBT POLICY TO DIVIDEND POLICY IN BANKING INSTITUTIONS
IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE
ABSTRACT
The purpose of this research is to get the empirical evidence about the influence of earnings, free cash flows, and debt policy to dividend policy in banking institutions in Indonesian Stock Exchange (IDX).
The hypothesis in this research is, of earnings, free cash flows, and debt policy against dividend policy variable have an effect to dividend policy in banking Bursa Efek Indonesia either simultan and partial. This research objects are companies of the banking institutions which are listing in Bursa Efek Indonesia since the year 2003 until 2008, actively publish the financial statement and not delisted during perception year that is counted 20 companies. Data collected by taking the documentation financial statement from Indonesian Capital Market Directory ( ICMD) and visit Indonesian Stock Exchange web site in www.idx.co.id
This research result proved that of earnings, free cash flows, and debt policy variables against had simultanly significant influenced in banking institutions, but partially only the earning influences dividend policy banking institutions in Indonesian Stock Exchange
. Data processed by using statistical equipment multipled linear regression called SPSS.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia
yang diberikannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul
“Pengaruh Laba, Arus Kas Bebas, dan Kebijakan Hutang pada Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, untuk memenuhi salah satu
persyaratan untuk mendapatkan gelar Magister Sains pada Program Studi Akuntansi
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara .
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian tesis ini penulis banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan sepenuh hati penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H.,M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, Ak, selaku Ketua
Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
4. Ibu Prof. Erlina, M. Si, Ak, Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan dan masukan selama penulisan tesis ini
6. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS,
MBA, CPA, dan Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, MSi, Ak, selaku Dosen
Pembanding yang telah memberikan saran dan masukan-masukan kepada
penulis demi kesempurnaan tesis ini.
7. Seluruh staf pengajar dan pegawai pada Sekolah Pascasarjana Program Studi
Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
8. Yang tercinta, H. Siregar (Bapak), H. br. Ambarita (Mama), yang telah
merawat penulis sejak kecil hingga saat ini. Terima kasih atas kasih sayang
yang telah diberikan kepada saya hingga saat ini.
9. Abang dan kakak penulis, R. Siregar dan Istri, T. Siregar dan Suami, H. Siregar
dan Suami, H. Siregar dan Istri, Korlin Siregar dan Pirhot Siregar atas doa dan
perhatian yang telah kalian berikan kepadaku.
10.Bapak M. Siregar, M. Effendi Nasution, Bapak Hanief, dan Bapak Fahrizal
serta seluruh karyawan PT. Askrindo Cabang Medan, terima kasih atas
kebersamaan kita selama ini.
11.Untuk istriku, Dahlia Nadeak. Terima kasih atas dukunganmu selama ini.
12.Teman-teman mahasiswa, khususnya yang seangkatan, kebersamaan dalam
suka dan duka melewati perkuliahan tidak akan pernah dilupakan.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan karuniaNya kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis baik pada saat kuliah maupun
Penulis menyadari keterbatasan yang dimiliki yang menjadikan tesis ini masih
kurang sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan tesis ini. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini
dapat bermanfaat bagi kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.
Medan, April 2011
Peneliti
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Halasan Siregar
2. Tempat / Tanggal Lahir : Lumban Baringin, 24 Desember1980
3. Agama : Kristen Protestan
4. Pekerjaan : Pegawai Swasta
5. Orang Tua
a. Ayah : H. Siregar
b. Ibu : H. Ambarita
6. Alamat : Jl. Parapat No. 19 Lumban Baringin Tiga
Balata
7. No. HP : 081264099836
8. Pendidikan
a. Sekolah Dasar : SD Negeri 091479, lulus tahun 1993
b. Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 1 Tiga Balata, lulus tahun 1996
c. Sekolah Menengah Umum : SMU Negeri 2 P. Siantar, lulus tahun 1999
d. Universitas : Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN………... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ………... 1
1.2 Rumusan Masalah ………... 4
1.3 Tujuan Penelitian ………... 4
1.4 Manfaat Penelitian ………... 5
1.5 Originalitas Penelitian ………... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………... 7
2.1 Landasan Teori ………... 7
2.1.1 Kebijakan Deviden ………... 7
2.1.2 Laba... 14
2.1.3 Arus Kas Bebas ...…....…... 16
2.1.4 Kebijakan Hutang ... 17
2.2 Review Peneliti Terdahulu ………... 18
3.2 Hipotesis Penelitian ……….... 22
BAB IV METODE PENELITIAN ………... 23
4.1 Jenis Penelitian ……….... 23
4.2 Lokasi Penelitian ………... 23
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian………... 23
4.4 Metode Pengumpulan Data ………... 24
4.5 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel. 24 4.6 Metode Analisis Data ………... 26
4.6.1 Uji Asumsi Klasik ... 26
4.6.2 Uji Hipotesis Penelitian ... 28
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31
5.1 Hasil Penelitian ……… 31
5.1.1 Deskripsi Data ... 31
5.1.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 32
5.1.2.1 Uji normalitas ... 32
5.1.2.2 Uji multikolinearitas... 34
5.1.2.3 Uji heteroskedastisitas... 36
5.1.2.4 Uji autokorelasi ... 36
5.1.3 Analisa Persamaan Regresi ... 37
5.1.4 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 38
5.1.4.1 Uji simultan (uji F) ... 38
5.1.4.2 Uji parsial (uji t) ... 40
5.2 Pembahasan …..………... 41
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 44
6.1 Kesimpulan …..………... 44
6.2 Keterbatasan ...………... 44
DAFTAR TABEL
Nomor Judul
Halaman
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ...
18
4.1 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ...
25
5.1 Deskripsi Data Penelitian ...
31
5.2 Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov (Sebelum Data Outlier Dikeluarkan)
32
5.3 Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov (Setelah Data Outlier Dikeluarkan)..
34
5.4 Uji Multikolinearitas ... ...
34
5.5 Uji Autokorelasi ... ...
37
5.6 Analisa Persamaan Regresi ...
37
5.8 Uji Hipotesis Simultan (Uji F) ...
49
5.9 Uji Hipotesis Parsial (Uji t) ...
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1 Kerangka Konsep ...………... 20
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Nama-Nama Perusahaan Lembaga Keuangan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia... 50
2. Hasil SPSS Sebelum Transformasi ……….. 51
PENGARUH LABA, ARUS KAS BEBAS, DAN KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP KEBIJAKAN DEVIDEN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti secara empiris pengaruh laba, arus kas bebas, dan kebijakan hutang terhadap kebijakan deviden pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.
Objek penelitian ini adalah perusahaan lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia khususnya sektor perbankan sejak tahun 2003 – 2008, aktif menerbitkan laporan keuangan dan tidak di-delisting selama tahun pengamatan yaitu sebanyak 20 perusahaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil dokumentasi laporan keuangan dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan
mengunduh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia di
dilakukan dengan menggunakan uji statistik regresi linier berganda dengan alat SPSS. Hasil penelitian dan pengujian memberikan bukti empiris bahwa variabel laba, arus kas bebas, dan kebijakan hutang secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan deviden perusahaan, namun secara parsial, hanya variabel laba yang berpengaruh terhadap kebijakan deviden perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
THE INFLUENCE OF EARNING, FREE CASH FLOW, AND DEBT POLICY TO DIVIDEND POLICY IN BANKING INSTITUTIONS
IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE
ABSTRACT
The purpose of this research is to get the empirical evidence about the influence of earnings, free cash flows, and debt policy to dividend policy in banking institutions in Indonesian Stock Exchange (IDX).
The hypothesis in this research is, of earnings, free cash flows, and debt policy against dividend policy variable have an effect to dividend policy in banking Bursa Efek Indonesia either simultan and partial. This research objects are companies of the banking institutions which are listing in Bursa Efek Indonesia since the year 2003 until 2008, actively publish the financial statement and not delisted during perception year that is counted 20 companies. Data collected by taking the documentation financial statement from Indonesian Capital Market Directory ( ICMD) and visit Indonesian Stock Exchange web site in www.idx.co.id
This research result proved that of earnings, free cash flows, and debt policy variables against had simultanly significant influenced in banking institutions, but partially only the earning influences dividend policy banking institutions in Indonesian Stock Exchange
. Data processed by using statistical equipment multipled linear regression called SPSS.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Tujuan investor menanamkan modalnya dalam bentuk saham adalah untuk
memaksimumkan kekayaan melalui penerimaan dividen maupun melalui capital gain
pada saat saham tersebut dijual. Tingkat keuntungan yang diharapkan haruslah lebih
besar daripada tingkat bunga obligasi pemerintah maupun deposito. Bagi investor yang
tidak menyukai risiko lebih menginginkan dividen daripada capital gain.
Kebijakan dividen adalah keputusan untuk menentukan besarnya bagian
pendapatan (earning) yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan bagian yang
akan ditahan di perusahaan (retained earning). Kebijakan dividen mempunyai dampak
sangat penting bagi investor maupun bagi perusahaan yang membayar dividen.
Penetapan pembagian dividen menjadi masalah menarik karena akan memenuhi
harapan investor, disisi lain kebijakan tersebut jangan sampai menghambat
pertumbuhan apalagi mengancam kelangsungan hidup perusahaan.
Besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan tergantung pada kebijakan
dividen manajemen dari masing-masing perusahaan. Dengan demikian perlu bagi
pihak manajemen untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen menurut Alli (1993)
dalam Suherly (2004) antara lain:
1. Faktor peraturan yang membatasi besaran dividen yang dibayarkan (legal
restriction).
2. Posisi kas dan setara kas perusahaan, terkait dengan likuiditas perusahaan (liquidity
position).
3. Perusahaan yang baru tumbuh disebabkan kebutuhan dana untuk aktivitas intern
lebih besar dari pada untuk aktivitas pendanaan lain (absence or lack of other
source og financing).
4. Ketidakstabilan perusahaan, akan menyebabkan sulitnya memprediksi laba dimasa
depan sehingga manajemen tidak berani menetapkan dividen yang besar.
5. Pengawasan pemilik sebagai variabel penentu kebijakan pembayaran dividen
(ownership control).
6. Faktor inflasi.
Penelitian tentang kebijakan dividen telah banyak dilakukan diantaranya
Nuringsih (2005), meneliti pengaruh kepemilikan manajerial, kebijakan utang, ROA,
dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian tersebut
menemukan : 1) managerial ownership berpengaruh positif terhadap kebijakan
dividen, 2) kebijakan utang berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen, dan 3)
variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen, tetapi
tidak signifikan. Risanty (2004) menemukan bahwa tidak ada hubungan antara
Anand (2002) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen
pada perusahaan di India menemukan bahwa kebijakan dividen sangat penting karena
merupakan mekanisme signalling terhadap investor. Perusahaan juga mempunyai
target pembayaran dividen tetapi lebih berkeinginan membayar dividen sesuai dengan
tingkat pertumbuhan. Adelegan (2001), yang meneliti pengaruh prospek pertumbuhan,
leverage, dan ukuran perusahaan terhadap perilaku dividen di Nigeria. Hasil
penelitiannya membuktikan bahwa seperti halnya negara berkembang bahwa kebijakan
ekonomi negara sangat mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan. Travlos et al
(2001), menemukan bahwa kebijakan dividen untuk bursa yang baru berdiri
dipengaruhi latar belakang perbedaan struktur mikro pasar, pengurangan pajak, dan
lingkungan pengendalian.
Elston et.al (2002) meneliti institutional ownership, agency costs, dan
kebijakan dividen pada perusahaan go public di Jerman menemukan bahwa
kepemilikan institusional maupun perbankan secara signifikan mempengaruhi
kebijakan dividen. Mahadwartha (2002), menemukan hubungan yang positif antara
kebijakan leverage dengan kebijakan dividen dalam perspektif agency theory.
Setianingsih (2003), menemukan bahwa laba dan arus kas secara signifikan
mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan.
Sebuah konstruksi formal teori dividen terutama yang berkaitan dengan
kebijakan dividen dari berbagai temuan penelitian yang telah dilakukan tersebut
masih cenderung tidak konsisten untuk waktu dan tempat yang berbeda. Beberapa di
antaranya bahkan kontradiktif terhadap yang lainnya.
Dalam konteks permasalahan inilah, penelitian ini dimaksudkan untuk
melakukan pengkajian lebih lanjut temuan-temuan empiris kebijakan dividen. Jika
laba, arus kas bebas, dan kebijakan hutang ini dapat mempengaruhi kebijakan dividen,
temuan ini tentu merupakan pengetahuan yang cukup berguna bagi para pemakai
laporan keuangan yang secara riil maupun potensial berkepentingan dengan suatu
perusahaan.
Karena kesimpulan yang didapat masih tidak konsisten, maka penulis
termotivasi untuk menelitinya lebih lanjut dengan mereplikasi penelitian dari
Setianingsih (2003) dengan judul “Pengaruh Laba, Arus Kas Bebas, dan Kebijakan
Hutang Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia”.
1.2. Perumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang penelitian diatas, maka masalah penelitian
dirumuskan sebagai berikut: Apakah laba, arus kas bebas, dan kebijakan hutang
mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia?.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh laba,
arus kas bebas, dan kebijakan hutang terhadap kebijakan dividen pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Peneliti
Sebagai bahan masukan apabila dikemudian hari dimintai pendapatnya mengenai
pengaruh laba, arus kas bebas, dan kebijakan hutang terhadap kebijakan dividen
khususnya pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi Investor
Sebagai bahan masukan dalam sebuah pengambilan keputusan investasi guna
menentukan perusahaan yang dapat memberikan tingkat pengembalian investasi
yang diharapkan.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai bahan masukan bagi peneliti agar dapat dijadikan sebagai studi komparatif
bagi peneliti yang mendalami masalah ini dimasa yang akan datang.
1.5. Originalitas Penelitian
Penelitian ini adalah replikasi dari penelitian Setianingsih (2003). Adapun
1. Penelitian ini mengganti variabel arus kas dengan arus kas bebas dan
menambahkan kebijakan hutang dalam variabel independen. Dari berbagai jurnal
penelitian dan literatur yang dibaca oleh peneliti arus kas bebas dan kebijakan
hutang belum banyak diteliti secara bersamaan dan hasilnya masih tidak
konsisten.
2. Penelitian terdahulu meneliti semua perusahaan yang go public di Indonesia.
Penelitian ini hanya memfokuskan pada perusahaan jasa jenis perbankan, karena
struktur modalnya yang cukup unik, yaitu setiap tahun harus menambah rasio
kecukupan modalnya (Capital Adequation Ratio) sesuai peraturan Menteri
Keuangan dan Peraturan Bank Indonesia.
3. Tahun amatan penelitian terdahulu adalah 1998-2000 dan penelitian ini
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Kebijakan Deviden
Deviden adalah bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada pemegang
saham. Selain dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden, sebagian dari
laba bersih itu ditahan di dalam perusahaan untuk membiayai operasi perusahaan pada
periode berikutnya yang biasa disebut laba ditahan (retained earning).
Kebijakan deviden adalah keputusan untuk menentukan besarnya bagian
pendapatan (earning) yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan bagian yang
akan ditahan (retained earning) di perusahaan (Weston dan Copeland, 1992).
Kebijakan deviden adalah kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran deviden
oleh pihak perusahaan berupa penentuan besarnya deviden yang akan dibagikan dan
besarnya saldo laba ditahan untuk kepentingan perusahaan (Sutrisno, 2001)
Sementara Lee dan Finerty (1990) mengartikan kebijakan deviden sebagai
suatu keputusan perusahaan apakah akan membagikan laba yang dihasilkan kepada
para pemegang saham atau akan menahan laba tersebut untuk kegiatan investasi
perusahaan. Gitman (2003) mendefinisikan kebijakan deviden sebagai perencanaan
Kebijakan deviden mempunyai dampak yang sangat penting bagi investor
maupun bagi perusahaan yang membayar deviden. Penetapan pembagian deviden
menjadi masalah menarik karena akan memenuhi harapan investor, disisi lain
kebijakan tersebut jangan sampai menghambat pertumbuhan apalagi mengancam
kelangsungan hidup perusahaan.
Terdapat dua pertanyaan mendasar berkaitan dengan kebijakan deviden yang
dilakukan perusahaan (Megginson, 1997) dalam Mahadwartha (2002) yaitu (1) apakah
kebijakan deviden berpengaruh? Dapatkah nilai pasar saham perusahaan ditingkatkan
atau turun dengan melakukan perubahan pada pembayaran deviden? Dan (2) bila
kebijakan deviden berpengaruh, faktor apakah yang menentukan level payout optimal
yang memaksimalkan nilai perusahaan dan meminimalkan biaya modal (cost of
capital).
Rasio antara pemberian deviden dengan laba bersih disebut dividend payout
ratio. Semakin kecil dividend payout ratio, maka akan semakin kecil deviden yang
akan dibagikan kepada pemegang saham. Namun semakin besar dividend payout ratio
semakin besar pula deviden yang dibagikan kepada pemegang saham, dan semakin
kecil laba yang ditahan untuk kegiatan operasional perusahaan berikutnya.
Selain dividend payout ratio ada juga yang disebut dengan dividend per share
atau deviden per lembar saham. Yang membedakan antara dividend payout ratio dan
dividend per share adalah, bahwa angka deviden per lembar saham diperoleh dari
pembagian antara jumlah deviden yang dibayarkan dengan jumlah saham biasa yang
berarti semakin besar pula deviden yang dibagikan kepada pemegang saham. Dalam
hal ini diperlukan kebijakan didalam pemberian deviden.
Di dalam menentukan kebijakan deviden, perusahaan perlu memperhatikan
tingkat bunga yang berlaku. Apabila tingkat bunga cenderung naik, maka perusahaan
lebih menyukai pendanaan yang bersumber dari laba ditahan. Akan tetapi apabila
tingkat bunga cenderung turun, maka pendanaan yang bersumber dari hutang lebih
disukai perusahaan. Akibatnya kebijakan pemberian deviden perusahaan dapat
berubah.
Terdapat berbagai pendapat atau teori mengenai kebijakan deviden antara lain
(1) Teori deviden tidak relevan, (2) Teori the bird in the hand, dan (3) Teori perbedaan
pajak.
1. Teori Deviden Tidak Relevan
Pendukung utama dari teori ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani
(MM), dimana kebijakan deviden tidak mempunyai pengaruh terhadap harga
saham maupun terhadap biaya modalnya. Miller dan Modigliani (MM)
berpendapat bahwa bagaimanapun kebijakan deviden itu tidak akan mempengaruhi
harga saham, sebab dalam pasar modal sempurna, para pemegang saham tidak
membedakan antara deviden dan laba ditahan, apakah pemberian deviden lebih
besar kepada pemegang saham, atau mengalokasikan sebagian besar keuntungan
perusahaan kepada laba ditahan. Miller dan Modigliani (MM) menyatakan bahwa
2. Teori Bird in The Hand
Merton Miller dan Franco Modigliani (MM) berpendapat bahwa nilai perusahaan
akan dimaksimalkan apabila rasio pembayaran deviden dinaikkan (Weston &
Brigham, 2001 : 67). Teori ini menyatakan bahwa investor lebih menyukai
penerimaan deviden dari pada capital gain. Sebaliknya Myron Gordon dan John
Lintner berpendapat sebaliknya, dimana nilai perusahaan akan turun apabila rasio
pembayaran deviden dinaikkan, karena para investor kurang yakin terhadap
penerimaan keuntungan modal (capital gain) yang akan dihasilkan dari laba yang
ditahan dibandingkan seandainya mereka menerima deviden.
3. Teori Preferensi Pajak
Teori ini beranggapan bahwa investor lebih menyukai pembagian deviden yang
rendah daripada yang tinggi. Hal ini disebabkan karena keuntungan modal dari
capital gain dikenakan tarif pajak lebih rendah dari pendapatan deviden. Untuk
investor yang memiliki mayoritas saham akan lebih suka jika perusahaan
menanamkan kembali laba ke dalam perusahaan. Pertumbuhan laba yang akan
menaikkan harga saham akan menghasilkan capital gain yang pajaknya lebih
rendah dari pendapatan deviden.
Menurut Weston dan Copeland (1992) fakor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan deviden adalah:
Undang-undang menentukan bahwa pembayaran deviden harus dari laba, baik laba tahun berjalan maupun laba tahun lalu yng ada dalam pos laba ditahan (retained earnings) dalam neraca.
Peraturan pemerintah menekankan pada tiga hal (1) pengaturan laba bersih, (2) larangan pengurangan modal (capital impairment rule), dan (3) peraturan kepailitan (insolvency rule). Undang-undang ini penting karena merupakan kerangka untuk merumuskan kebijakan deviden. Akan tetapi, dalam batas-batas kerangka tersebut, faktor-faktor keuangan dan ekonomi mempunyai pengaruh yang penting pada kebijakan itu sendiri.
2. Poisis Likuiditas.
Laba ditahab tahun-tahun lalu sudah diinvestasikan pada pabrik dan peralatan, persediaan, dan aktiva lainnya; laba tersebut tidak disimpan dalam bentuk kas. Jadi meskipun suatu perusahaan membukukan laba, perusahaan mungkin tidak dapat membayar deviden kas karena posisi likuiditasnya tidak memungkinkan. 3. Kebutuhan untuk Melunaskan Hutang.
Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk mengganti jenis pembiayaan lain, perusahaan tersebut mengahadapi dua pilihan. Perusahaan dapat membayar hutang itu pada saat jatuh tempo atau menggantikannya dengan jenis surat berharga yang lain atau perusahaan dapat melunaskannya. Jika keputusannya adalah membayar hutang tersebut, maka ini biasanya memerlukan penyimpanan laba.
4. Larangan dalam Perjanjian Hutang.
Perjanjian hutang, khususnya apabila merupakan hutang jangka panjang, sering membatasi kemampuan suatu perusahaan untuk membayar deviden kas. Larangan ini untuk melindungi kedudukan pemberi pinjaman, biasanya menyatakan bahwa (1) deviden pada masa yang akan datang hanya dapat dibayar dari laba sesudah penandatanganan perjanjian hutang (jadi, deviden tidak dapat dibayar dari laba ditahan tahun-tahun lalu), (2) deviden tidak dapat dibayar apabila modal kerja bersih berada dibawah suatu jumlah yang telah ditentukan.
5. Tingkat Ekspansi Aktiva.
Semakin cepat aktiva suatu perusahaan berkembang, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai ekspansi aktivanya. Kalau kebutuhan dananya di masa depan semakin besar, perusahaan akan cenderung menahan laba daripada membayarkannya.
6. Tingkat Laba.
Tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang diharapkan akan menetukan pilihan relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk deviden pada pemegang saham (yang akan menggunakan dana itu pada tempat lain) atau menggunakannya pada perusahaan tersebut.
7. Stabilitas Laba
cenderung membayarkan laba dengan persentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang labanya berfluktuasi.
8. Peluang ke Pasar Modal
Suatu perusahaan yang besar dan telah berjalan dengan baik, dan mempunyai catatan profitabilitas dan stabilitas laba, akan mempunyai peluang lebih besar untuk masuk ke pasar modal dan bentuk-bentuk pembiayaan eksternal lainnya. Jadi, perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk memberikan tingkat pembayaran deviden yang lebih tinggi dari pada perusahaan kecil atau baru. 9. Kendali (Controll)
Variabel penting lainnya adalah dampak dari pilihan sumber-sumber keuangan pada kendali situasi perusahaan. Sebagai suatu kebijakan, beberapa perusahaan melakukan ekspansi hanya sampai pada tingkat penggunaan laba internal saja. Pentingnya pembiayaan internal dalam usaha mempertahankan kendali akan memperkecil pembayaran deviden.
10.Posisi Pemegang Saham sebagai Pembayar Pajak
Posisi pemegang saham sebagai pembayar pajak sangat mempengaruhi keinginannya untuk memperoleh deviden. Pada saat-saat tertentu akan terjadi konflik kepentingan antara pemegang saham yang terkena tarif pajak tinggi dengan pemegang saham yang terkena tarif pajak rendah. Yang pertama ingin menginginkan pembagian deviden yang rendah dan menahan laba yang tinggi dengan harapan meningkatkan modal saham perusahaan. Sementara yang kedua menginginkan pembagian deviden yang tinggi.
Gitosudarmo, (2002 : 227 ) menyatakan terdapat 2 (dua) pendekatan di dalam
membahas masalah deviden yaitu :
1. Sebagai Kebijaksanaan Pembelanjaan Jangka Panjang
Pendekatan ini berpandangan bahwa semua laba sesudah pajak yang diperoleh perusahaan adalah merupakan sumber dana jangka panjang. Pengumuman atas pembagian laba sebagai deviden berarti pengurangan terhadap sumber dana jangka panjang yang dapat dipergunakan di dalam kegiatan perusahaan. Oleh karena itu pembagian deviden berakibat penekanan terhadap perkembangan usaha. Pendekatan ini berpendapat di dalam membentuk biaya kapital yang rendah didapat dari pembentukan struktur modal yang sebagian besar dana diperoleh dari modal sendiri.
2. Sebagai Kebijaksanaan Untuk Memaksimumkan Nilai Perusahaan
Walaupun semua perusahaan tampaknya hampir sama mempunyai kebijakan
untuk membayar deviden dalam jumlah yang stabil, tetapi ini bukan merupakan
satu-satunya kebijakan. Menurut Weston dan Copeland (1992) ada tiga macam bagan
pembayaran deviden yang utama yaitu :
1. Jumlah yang stabil per saham.
Kebijakan untuk membayar jumlah yang stabil per saham dilakukan banyak perusahaan, merupakan kebijakan yang disebut kebijakan deviden stabil.
2. Rasio pembayaran konstan.
Hanya beberapa perusahaan yang melaksanakan kebijakan deviden berdasarkan persentase tertentu dari laba. Karena laba berfluktuasi, menjalankan kebijakan ini berarti jumlah deviden yang dibagi akan berfluktuasi. Kebijakan ini tidak akan memaksimumkan nilai saham perusahaan karena pasar tidak dapat mengandalkan kebijakan ini untuk memberikan informasi mengenai prospek perusahaan pada saat yang akan datang dan karena kebijakan ini mempengaruhi kebijakan investasi.
3. Deviden tetap yang rendah ditambah deviden ekstra.
Kebijakan membayar deviden tetap yang rendah ditambah deviden ekstra merupakan penggabungan antara kebijakan 1 dan 2. Kebijakan ini memberikan fleksibilitas pada perusahaan, tetapi menyebabkan investor sedikit ragu-ragu tentang berapa besarnya pendapatan deviden mereka. Hal yang paling penting dari kebijakan deviden adalah apakah memungkinkan untuk mempengaruhi kekayaan pemegang saham dengan mengubah rasio pembayaran deviden yaitu kebijakan deviden.
Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam penetapan besaran deviden yang
dibagikan. Namun yang menjadi persoalan adalah mengenai bentuk-bentuk kebijakan
deviden yang akan diambil oleh suatu perusahaan. Menurut Awat (1998) dalam
Dhailami (2006) ada empat macam bentuk-bentuk kebijakan deviden yaitu :
1. Kebijakan deviden yang stabil (stable devidend-per-share policy), yaitu jumlah pembayaran deviden sama besarnya dari tahun ke tahun.
2. Kebijakan dividend payout ratio yang tetap (constant devidend payout ratio
policy). Jumlah deviden akan berubah-ubah sesuai dengan jumlah laba bersih
payout ratio yang konstan ditambah dengan persentase tertentu pada
tahun-tahun yang mampu menghasilkan laba bersih yang tinggi.
4. Kebijakan deviden residual (residual devidend policy). Apabila suatu perusahaan mengahadapi suatu kesempatan investasi yang tidak stabil maka manajemen menghendaki agar deviden hanya dibayar ketika laba bersih perusahaan besar.
Kebijakan deviden juga dipengaruhi oleh biaya keagenan (agency cost), konflik
yang timbul antara pemegang saham dengan dengan manajer perusahaan atau antara
pemegang saham dengan pemberi hutang. Hal ini muncul karena manajer hanya mau
menanggung sedikit dari biaya yang mereka keluarkan tetapi menikmati manfaatnya
secara penuh. Salah satu cara untuk meminimalisasi biaya keagenan ini yaitu dengan
membagikan deviden. Pembayaran deviden akan meningkatkan kebutuhan dana
eksternal yang lebih besar. Jika ekuitas baru dikeluarkan, maka manajer akan diawasi
oleh pemegang saham, manajer investasi, dan calon investor.
Kebijakan deviden penting bagi perusahaan dengan dua alasan sebagai berikut
:1) pembayaran deviden mungkin akan mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin
dari harga saham perusahaan tersebut, dan 2) laba ditahan biasanya merupakan sumber
dana internal yang terbesar dan terpenting bagi pertumbuhan perusahaan. Kebijakan
deviden yang optimal adalah kebijakan deviden yang menciptakan keseimbangan di
antara deviden saat ini dan pertumbuhan di masa datang sehingga memaksimumkan
nilai perusahaan.
2.1.2. Laba
Laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode akuntansi dilaporkan
perbedaan yang direalisasi dari transaksi periode tertentu dan biaya historis yang
sepadan dengannya (Belkoui, 1987). Menurut Harahap (1993) laba akuntansi adalah
perbedaan revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu
dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut.
Laba dianggap sebagai pedoman bagi kebijakan deviden dan penahanan laba
(retained earnings). Laba itu diakui sebagai suatu indikator dari jumlah maksimum
yang harus dibagikan sebagai deviden dan ditahan untuk perluasan usaha atau
diinvestasikan kembali di dalam perusahaan. Namun lantaran adanya perbedaan antara
akuntansi akrual dan akuntansi kas, sebuah perusahaan bisa mengakui suatu jumlah
laba dan pada saat yang bersamaan tidak memiliki dana untuk membayar deviden.
Pengakuan laba itu sendiri tidak menjadi jaminan bahwa deviden akan dibayarkan.
Prospek likuiditas dan investasi adalah variabel tambahan yang diperlukan untuk
menentukan kebijakan deviden.
Informasi utama yang terdapat dalam laporan laba rugi adalah profitabilitas
perusahaan yang diperlukan oleh pihak yang berkepentingan sebagai dasar
pengambilan keputusan ekonomis. Perhitungan laba rugi mencerminkan kemampuan
atau keberhasilan perusahaan sebagai gambaran efisiensi manajemen dalam mengelola
perusahaan, membuat proyeksi laba ke depan dan menilai profitabilitas modal yang
diinvestasikan oleh pemilik.
Beberapa manfaat yang diperoleh dari laporan laba rugi:
2. Menyediakan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi atas kinerja
dan pencapaian perusahaan
3. Memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
barang dan jasa.
2.1.3. Arus Kas Bebas
Aliran kas bebas (free cash flow) aliran kas yang merupakan sisa dari
pendanaan seluruh proyek yang menghasilkan net present value (NPV) positif yang
didiskontokan pada tingkat bunga yang normal (Jensen, 1986). White et al (1998)
mengartikan free cash flow sebagai aliran kas diskresioner yang tersedia bagi
perusahaan. Ketika arus kas bebas ini tersedia, manajer disinyalir akan akan
menggunakan dana ini untuk investasi yang tidak menguntungkan bagi perusahaan
sehingga terjadi inefisiensi dalam perusahaan (Smith dan Kim, 1994). Ross et al
(2000) mendefinisikan arus kas bebas (free cash flow) dengan kas perusahaan yang
dapat dibagikan kepada kreditur atau pemegeng saham yang tidak digunakan untuk
modal kerja (working capital) atau investasi pada asset tetap. Jensen (1986) dalam
Erlina (2007) mengemukakan bahwa biaya agensi berkaitan dengan arus kas bebas.
Manajemen akan berusaha untuk meningkatkan penggunaan arus kas bebas ini demi
kepentingannya atau menggunakan arus kas bebas tersebut untuk melakukan investasi
yang tidak memberikan net present value yang positif.
Arus kas bebas diwakili oleh rasio arus kas bebas dibagi dengan total aktiva.
membiayai aktiva perusahaan. Menurut Jensen (1986) dalam Erlina (2007), sesuai
dengan teori keagenan, apabila perusahaan mempunyai aliran arus kas bebas, manajer
perusahaan mendapat tekanan dari pemegang saham untuk membagikannya dalam
bentuk deviden. Hal ini dilakukan untuk mencegah pihak manajemen menggunakan
arus kas bebas tersebut untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan tujuan perusahaan dan
cenderung merugikan pemegang saham.
Pasar rasional akan mengetahui keberadaan biaya agensi ini dan mereka akan
memberikan hukuman pada perusahaan yang mempunyai arus kas bebas ini dengan
menurunkan harga saham tersebut (Jensen,1986) dalam Erlina (2007). Manajemen
dapat mengurangi biaya agensi yang ditimbulkan sebagai akibat adanya arus kas bebas
ini dengan cara membagikan deviden.
2.1.4. Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang adalah cara bagaimana perusahaan membiayai aktivanya
(Weston dan Copeland, 1992). Kebijakan ini dipilih oleh manajemen apabila laba yang
dihasilkan ternyata tidak cukup untuk membiayai ekspansi perusahaan. Sumber dana
tersebut dapat diperoleh dari dalam perusahaan atau luar perusahaan. Sumber dana dari
dalam perusahaan dapat berasal dari laba yang tidak dibagikan atau dari penerbitan
saham baru. Sedangkan dari luar perusahaan biasanya dalam bentuk hutang.
Apabila perusahaan menggunakan hutang, maka perusahaan tersebut
dihadapkan pada dua pilihan. Perusahaan dapat membayar hutang itu pada saat jatuh
membayar hutang tersebut, maka ini biasanya memerlukan penyimpanan laba. Dengan
demikian, pelunasan hutang perusahaan akan mempengaruhi kebijakan deviden
perusahaan dari sisi likuiditas.
Penggunaan juga hutang akan mengurangkan aliran kas dalam perusahaan dan
akan mengurangkan pemborosan yang dilakukan manajer (Jensen et al, 1992) dalam
Erlina (2007). Akan tetapi pembiayaan melalui hutang akan menimbulkan konflik
kepentingan antara pemegang saham dengan pemberi hutang. Pemberi hutang khawatir
pemegang saham akan mencoba mengambil-alih kekayaan mereka dengan cara
meningkatkan risiko mereka melalui pengurangan prioritas, yaitu manajemen akan
mendahulukan kepentingan kreditur dari pada membagikan deviden kepada mereka.
Oleh karena itu Miller dan Modigliani (1969) tidak menyarankan perusahaan
menggunakan hutang sebanyak-banyaknya. Cruthley dan Hansen (1989)
mengemukakan bahwa peningkatan rasio pembayaran deviden akan menguras cash
flow perusahaan yang mengakibatkan mencari pendanaan dari luar perusahaan dalam
hutang.
2.2. Review Penelitian Terdahulu
Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang menjadi pembanding peneliti
dalam melakukan penelitian.
Tabel 2.1. Tinjauan Peneliti Terdahulu
No Nama Peneliti dan Tahun
Judul Penelitian Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
1. Setianingsih
(2003)
2 Travlos et al (2001)
Shareholders wealth effects of devidend policy changes in an emerging stock market: the case in Cyprus
3 Anand (2004) Factors influencing
devidend policy
3 Adelegan (2001) The impact of growth
prospect, leverage, and firm size on devidend behaviour of corporate firms in Nigeria
EAT, economic policy changes, growth potentials, long term debt, and devidend polic. costs, and devidend policy
Instutional
ownership, agecy costs, and deviden policy
5 Mahadwartha
(2002)
Interdependensi
antara kebijakan
leverage dengan
kebijakan deviden: kebijakan leverage dalam perspektif deviden tunai dengan likuiditas sebagai
opportunity set dan diperkuat oleh likuiditas
perusahaan.
7 Risanty (2004) Hubungan Investment
Oppurtunity Set
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan judul penelitian dan masalah yang telah diuraikan sebelumnya
maka kerangka konsep dari penelitan ini digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
Mendapatkan laba merupakan salah satu tujuan dalam pendirian suatu entitas
ekonomi. Bagi investor, deviden adalah bagian dari laba yang mereka harapkan atas
kontribusi yang ditanamkan dalam perusahaan. Namun, keinginan dari manajemen
perusahaan sering tidak sejalan atas penggunaan laba yang diperoleh tersebut. Oleh Laba
(X1)
Arus Kas Bebas (X2)
Kebijakan Hutang (X3)
karena itu diperlukan pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan penggunaan atau
alokasi laba tersebut yang dikenal dengan kebijakan deviden.
Kebijakan deviden harus memperhatikan besaran laba yang diperoleh dan
ketersediaan arus kas bebas (likuiditas) perusahaan. Suatu perusahaan bisa saja
memperoleh laba namun tertanam dalam piutang atau posisi kas yang tidak cukup
untuk melakukan pembayaran deviden.
Selain itu, perusahaan juga harus memperhatikan posisi hutang jangka panjang
dan jangka pendek yang akan jatuh tempo. Karena dalam perjanjian hutang (debt
coveniance) hutang yang jatuh waktu harus segera dilunasi untuk menghindari penalty.
Hal ini tentu mempengaruhi kebijakan deviden yang akan diambil oleh perusahaan.
Manajemen harus menentukan skala prioritas apakah akan membayarkan deviden
kepada pemegang saham untuk meningkatkan kepercayaan mereka atau membayarkan
hutang yang telah jatuh waktu untuk menghindari denda beban bunga.
Pertimbangan lain dalam kebijakan deviden adalah bahwa pembagian deviden
tentu akan mengurangi cadangan kas internal (internal financing) perusahaan yang
tentu saja mengurangi kemampuan perusahaan dalam melakukan re-investasi atau
melakukan ekspansi. Untuk memenuhi kebutuhan dana ini, perusahaan akan kembali
mencari pendanaan eksternal dalam bentuk pinjaman. Disisi lain, besaran deviden
yang diterima pemegang saham juga merupakan sebagai alat evaluasi kinerja
perusahaan. Karena deviden merupakan motivasi pemegang saham sehingga mereka
3.2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan Latar Belakang Penelitian, perumusan masalah, dan tinjauan
pustaka, maka penulis membuat satu hipotesis penelitian yaitu:
Laba, arus kas bebas, dan kebijakan hutang mempunyai pengaruh
terhadap kebijakan deviden pada perusahaan perbankan terdaftar
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain asosiatif,
yaitu untuk menganalisa hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau
bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain. Dalam hal ini desain asosiatif
yang digunakan adalah desain asosiatif kausal yaitu adanya hubungan sebab akibat
antara satu variabel dengan variabel yang lain. Data yang digunakan untuk
menganalisis hubungan tersebut adalah data timeseries yaitu menggunakan tahun data
penelitian secara berurutan.
4.2. Lokasi Penelitian
Untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini,
dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(Indonesian Stock Exchange). Waktu penelitian dilaksanakan pada Mei 2009 sampai
selesainya penulisan tesis ini.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan lembaga keuangan yang
Kuncoro (2003), untuk studi korelasional dibutuhkan minimal 30 sampel untuk
menguji ada tidaknya hubungan. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil semua
perusahaan keuangan jenis perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai
anggota populasi terdiri dari 21 perusahaan perbankan. Teknik pengambilan sampel
menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut :
1. Tidak bangkrut dan di-delisting selama periode penelitian.
2. Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen selama
periode penelitian.
Berdasarkan kriteria dari 21 anggota populasi 20 anggota populasi memenuhi
kriteria dan 1 anggota populasi dieliminasi karena di-delisting akibat mengalami
kebangkrutan yaitu Bank Century. Total sampel adalah 20 x 6 = 120 unit analisis.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi yaitu
mengumpulkan dokumen-dokumen berupa laporan keuangan perusahaan perbankan
yang diunduh da
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Variabel independen dalam penelitian ini adalah laba, arus kas bebas, dan
kebijakan hutang. Laba yang digunakan adalah laba sebelum ekstraordinary item dan
discounted operation. Alasan yang mendasari ini adalah untuk menghilangkan elemen
yang mungkin meningkatkan perubahan laba yang tidak akan timbul pada periode
bebas merupakan jumlah kas yang tersedia untuk aktivitas bisnis setelah penyisihan
untuk pendanaan dan investasi. Kebijakan hutang merupakan rasio antara utang jangka
panjang terhadap nilai buku aset. Hal ini dipilih karena kondisi di negara berkembang
khususnya Indonesia sering menggantikan utang jangka pendek menjadi hutang jangka
panjang dan roll over utang jangka pendek (Husnan, 2001; Pandey 2002) dalam
Erlina (2007). Kebijakan dividen diwakili rasio dividen yang dibagikan terhadap laba
setelah pajak seperti yang terdapat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Nama Variabel
Indikator Variabel
Defenisi Parameter Skala
ukuran
X1 = Total Pendapatan – Total Pengeluaran Rasio
Variabel
Jumlah kas yang tersedia untuk aktivitas bisnis setelah penyisihan untuk pendanaan dan investasi
X2 = arus kas operasi-deviden total aktiva
sumber dana dari luar perusahaan
X3 = hutang jangka panjang x 100%
nilai buku aset Rasio
Kebijakan laba yang didapat, apakah dibagikan
Y = deviden yang dibagi
laba setelah pajak
4.6. Metode Analisis Data
Penelitian ini merupakan studi empiris. Dalam menguji hipotesis yang telah
dirumuskan yaitu untuk membuktikan secara empiris apakah kebijakan dividen
dipengaruhi oleh laba, arus kas bebas, dan kebijakan hutang. Pada dasarnya penelitian
ini menguji hubungan linier antara variabel independen, sehingga model persamaannya
adalah:
Y = α + β1x1 + β2X2 + β3X3 + ε
Y = Kebijakan dividen
x1 = Laba Sebelum Ekstraordinary Item
x2 = Arus Kas Bebas
x3 = Rasio Hutang terhadap Total Aset
Ε = Margin Error
Untuk memperoleh hasil regresi yang baik diperlukan teknik dan analisis data
sebelum melakukan uji Hipotesis, melalui uji asumsi klasik.
4.6.1. Uji Asumsi Klasik
Model regresi yang digunakan akan menunjukkan hubungan yang signifikan
dan representatif jika model regresi tersebut memenuhi asumsi dasar klasik regresi,
jadi sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian
asumsi klasik yang meliputi uji Normalitas Data, uji Multikolonieritas uji Variabel dan
1. Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk menguji data yang berdistribusi normal akan digunakan
alat uji normalitas, yaitu one sample Kolmogorov-Sminov (Ghozali, 2007). Data
dikatakan berdistribusi normal jika signifikan variabel dependen memiliki nilai
signifikan lebih besar dari nilai signifikan yang telah ditetapkan. Uji normalitas
dengan uji statistik Kolmogorov – Smirnov maksudnya ialah apabila probabilitas
signifikansinya diatas 0.05 berarti variabel tersebut berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2007). Pada model yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Satu data penelitian
dikatakan bebas dari Multikolinieritas apabila nilai VIF-nya lebih dari 10 dan nilai
toleransinya kurang dari 0,1
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah ada data yang menyimpang terlalu jauh
(outlayer). Ada tidaknya heteroskedastisitas dilihat dari nilai signifikansi masing
masing variabel independen (Ghozali, 2007). Jika variabel independen signifikan
secara statistic (lebih kecil alpha 10%) Tetapi nilai residual yang diperlakukan
sebagai variabel dependen, maka variabel Independen tersebut menunjukkan
4. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 (Ghozali, 2007). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lain. Hal ini sering ditemukan
pada time series. Pada data crossection masalah autokorelasi relatif tidak terjadi.
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Model
regresi yang terbebas dari permasalahan autokorelasi jika nilai Durbin-Watson
(D-W) berada di antara -2 sampai +2.
4.6.2. Uji Hipotesis Penelitian
Dalam pengujian hipotesis dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
menggunakan uji Fisher (Uji F) untuk melihat secara simultan semua variabel
independen terhadap variabel dependen dan uji t untuk melihat secara parsial semua
variabel independen terhadap variabel dependen. Lebih rinci pengujian hipotesis ini
dijelaskan sebagai berikut:
a. Uji –t
Untuk menentukan tingkat signifikan secara parsial antara masing-masing variabel
bebas dengan variabel tak bebas, maka hipotesis harus diuji dengan uji-t pada taraf
signifikan sebesar α=5% secara dua arah (two tail). Untuk mencari nilai t hitung
digunakan rumus sebagai berikut :
1 – r ²
Dimana:
t = nilai t hitung
r = nilai koefisien korelasi r ² = nilai koefisien determinasi n = jumlah anggota sampel
Selanjutnya diambil suatu keputusan, diterima atau tidak dapat diterimanya
hipotesis penelitian (Ha) yaitu dengan cara membandingkan t hitung dengan t tabel
atau dengan membandingkan nilai signifikan yang diperoleh dari hasil uji statistik
dengan nilai signifikan yang ditentukan, dalam penelitian ini ditetapkan nilai
signifikan α sebesar 0,05 atau 5 %. Jika t hitung > t tabel maka Ha tidak dapat
diterima dan jika t hitung < t tabel maka Ha diterima.
b. Uji-F
Sehubungan dengan uji regresi linier berganda, uji hipotesis ditentukan dengan
menggunakan uji F. Pengujian ini dilakukan untuk menentukan signifikansi
pengaruh variabel-variabel bebas secara simultan terhadap variabel dependen.
Adapun persamaannya sebagai berikut :
Fh =
(1-R²) / (n-k-1) R² / k .
Dimana:
Fh = nilai F hitung
Pengujian ini akan membandingkan nilai signifikan dari hasil pengujian data
dengan membandingkan nilai signifikan yang telah ditetapkan α sebesar 0,05
(5%).
Jika nilai signifikan α > dari 0,05 maka Ha tidak dapat diterima dan jika α < dari
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Data
Deskripsi data penelitian dari masing-masing variabel yang meliputi nilai
mean, standar deviasi, maksimum dan minimum dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Deskripsi Data Penelitian
Dari Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa variabel Kebijakan Deviden (DPR) terendah
adalah sebesar -1,010 dan tertinggi sebesar 1,780, dimana terjadi penurunan rata-rata
pembayaran deviden setiap tahunnya sebesar -0.363. Untuk variabel Laba, dimana
angka terendah adalah sebesar -0.850 dan tertinggi sebesar 2.770 dimana terjadi
kenaikan laba sebesar 0,083 setiap tahun. Untuk variabel Arus Kas Bebas (AKB) nilai
terendah adalah -1,290 dan nilai tertinggi adalah 2,540 dan terjadi penurunan arus kas
bebas sebesar -0.106 setiap tahun. Sedangkan untuk variabel kebijakan hutang
(KEBHUT), nilai terendah adalah -1,350 dan nilai tertinggi adalah 2,650 dimana
Descriptive Statistics
79 -1.0100 1.7800 -.036329 .9564319
79 -.8500 2.7700 .083544 1.0635741 79 -1.2900 2.5400 -.106582 .6889343
79 -1.3500 2.6500 .039114 .9820089 79
DPR
LABA AKB
KEBHUT Valid N (listwise)
5.1.2. Pengujian Asumsi Klasik
Berikut ini penulis akan melakukan uji atas data yang penulis peroleh yang
disebut dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji
heteroskedastisitas, uji multikolinearitas dan uji autokorelasi.
5.2.1.1 Uji normalitas
Pengujian normalitas data dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan
menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dan melihat grafik histogram. Uji
normalitas dengan uji statistik Kolmogorov – Smirnov maksudnya ialah apabila
probabilitas signifikansinya diatas 0.05 berarti variabel tersebut berdistribusi normal.
Hasil uji Kolmogorov – Smirnov dapat dilihat pada berikut ini :
Tabel 5.2. Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov (Sebelum Data Outlier dikeluarkan)
Dari Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa nilai Kolmogorov – Smirnov sebelum data
outlier dikeluarkan berdistribusi tidak normal, disebabkan probabilitas signifikansi
sebesar 0.00, dimana jika probabilitas signifikansi lebih kecil dari α 0.05, hal itu berarti
data tidak berdistribusi normal. Apabila variabel tidak berdistribusi normal, maka
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Test distribution is Normal. a.
harus dilakukan transformasi data. Transformasi data dapat dilakukan dengan cara
Logaritma Natural (Ln) maupun SQRT (akar kuadrat). Tetapi karena data penelitian
mempunyai data yang bernilai negatif dan jika ditransformasikan ke dalam bentuk
Logaritma Natural (Ln) akan menjadi missing data, maka hal tersebut tidak dilakukan,
dan tahap selanjutnya adalah mendeteksi adanya Outlier pada data yang ada. Outlier
adalah kasus atau data yang memiliki karakteristik unik yag terlihat sangat jauh
berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim.
Adapun penyebab timbulnya data outlier adalah : (1) kesalahan dalam meng-entri data,
(2) gagal menspesifikasi adanya missing value dalam program komputer, (3) outlier
bukan merupakan anggota populasi yang kita ambil sebagai sampel, dan (4) outlier
berasal dari populasi yang kita amabil sebagai sampel, tetapi distribusi dari variabel
dalam populasi tersebut memiliki ekstrim dan tidak terdistribusi secara normal.
Deteksi terhadap univariate outlier dapat dilakukan dengan batas yang akan
dikategorikan sebagai data outlier yaitu dengan cara mengkonversi nilai data kedalam
skor standardized atau yang biasa disebut z-score, dan untuk sampel > 80 standar skor
dinyatakan outlier jika data tersebut nilainya lebih besar dari 3 (Ghozali, 2007),
Penelitian ini data awalnya adalah sebanyak 120 unit analisis tetapi setelah dijalankan
dengan program SPSS ada 32 unit analisis data yang mempunyai nilai yang sangat
ekstrim mungkin dikarenakan kesalahan dalam pengentrian data. Oleh karena itu harus
dikeluarkan dari data penelitian karena akan mempengaruhi hasil penelitian. Setelah
Tabel 5.3. Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov (Setelah Data Outlier dikeluarkan)
Dari tabel diatas, kita melihat bahwa variabel penelitian sudah berdistribusi
normal, dengan probabilitas signifikansi sebesar 0.506 dimana probabilitas tersebut
lebih besar dari α 0.05 yang artinya variabel penelitian telah berdistribusi normal.
5.2.1.2. Uji multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Toleran dan
Varian Inflation Factor (VIF) masing-masing variabel. Adapun hasil pengujian
multikolinearitas dapat dilihat pada Tabel 5.4:
Tabel 5.4. Uji Multikolinearitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Test distribution is Normal. a.
Calculated from data. b.
Coefficientsa
-.072 .096 -.754 .453
.400 .104 .444 3.854 .000 .742 1.348 .015 .139 .011 .109 .914 .990 1.010
.107 .112 .110 .959 .341 .748 1.337 (Constant)
t Sig. Tolerance VIF
Dependent Variable: DPR a.
Tabel 5.4 diatas menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan untuk
melihat pengaruh laba, arus kas bebas, dan kebijakan hutang terhadap kebijakan
deviden memiliki permasalahan multikolinieritas, oleh karena nilai VIF tidak lebih
dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1. maka tidak terjadi multikolinieritas
dan model regresi layak dipakai untuk melihat pengaruh laba, arus kas bebas dan
kebijakan hutang terhadap kebijakan deviden.
5.2.1.3. Uji heteroskedastisitas
Suatu model regresi dapat dikatakan bebas dari permasalahan heteroskedasitas
jika:
a. Titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0.
b. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang, melebar
kemudian menyempit dan melebar kembali.
Gambar 5.1. Grafik Scatterplot
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
5.2.1.4. Uji autokorelasi
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Model
regresi yang terbebas dari permasalahan otokorelasi jika nilai Durbin-Watson (D-W)
berada di antara -2 sampai +2. Secara umum angka D-W yang dapat digunakan untuk
mendeteksi autokorelasi adalah:
a. Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif
b. Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi
3 2
1 0
-1 -2
Regression Studentized Residual
3
2
1
0
-1
Value
c. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi positif
Tabel 5.5. Uji Autokorelasi
Hasil uji autokorelasi pada model regresi menunjukkan bahwa nilai D-W
adalah 1,690 . Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak terdapat permasalahan
autokorelasi pada model regresi.
5.1.3. Analisis Persamaan Regresi
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi
berganda dengan persamaan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3
Dari hasil pengolahan data dengan perangkat lunak SPSS diperoleh hasil pada
Tabel 5.6 :
X3 + e
Tabel 5.6. Analisa Persamaan Regresi
Model Summaryb
.572a .327 .255 .1736991 1.690
Model
Predictors: (Constant), Kebijakan Hutang, AKB, Laba a.
Dependent Variable: DPR b.
Coefficientsa
-.072 .096 -.754 .453
.400 .104 .444 3.854 .000 .742 1.348
.015 .139 .011 .109 .914 .990 1.010 .107 .112 .110 .959 .341 .748 1.337 (Constant)
t Sig. Tolerance VIF
Dependent Variable: DPR a.
Dari Tabel 5.6 di atas maka persamaan regresi berganda dapat dituliskan
sebagai berikut:
Kebijakan Deviden = -0,072 + 0.400 LABA + 0.015 AKB + 0.107
KEBIJAKAN HUTANG + e
Dari hasil persamaan regresi tersebut dapat dilihat bahwa variabel yang
berpengaruh terhadap kebijakan deviden adalah adalah laba, dimana thitung sebesar
3,854 dengan tingkat signifikansi 0,000, dimana tingkat signifikansi tersebut jauh lebih
kecil dari α 0.05. Laba memiliki koefisien sebesar 0,400 yang artinya secara parsial
kenaikan laba akan meningkatkan probabilitas pembayaran deviden sebesar 0,400.
5.1.4. Pengujian Hipotesis Penelitian
Untuk membuktikan hipotesis penelitian (Ha) secara simultan dan parsial maka
digunakan alat uji sebagai berikut:
5.1.4.1. Uji simultan (uji F)
Pengujian simultan dilakukan untuk melihat apakah terdapat pengaruh laba,
arus kas bebas (free cash flow), dan kebijakan hutang secara bersama-sama terhadap
kebijakan deviden. Ringkasan hasil pengujian hipotesis secara simultan dapat dilihat
pada Tabel 5.7 dan 5.8 berikut ini :
Tabel 5.7. Nilai Adjusted R Square
Model Summaryb
.572a .327 .255 .1736991 1.690
Model
Predictors: (Constant), Kebijakan Hutang, AKB, Laba a.
Tabel 5.8. Hasil Uji Hipotesis Simultan (Uji F)
Dari Tabel 5.7 dapat dilihat angka Adj. R sebesar 0.255, yang berarti bahwa
variabel laba, arus kas bebas, dan kebijakan hutang memiliki hubungan yang cukup
kuat yaitu sekitar 57,2% dengan deviden pay out ratio (DPR). Sedangkan nilai
koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0.572 mengandung arti bahwa
variabel independen yang terdiri dari laba, arus kas bebas (free cash flow) dan
kebijakan hutang hanya mampu menjelaskan variabel dependen yaitu kebijakan
deviden sebesar 57,2%. Dengan kata lain sebesar 57,2 % kebijakan deviden mampu
dijelaskan oleh variabel laba, arus kas bebas (free cash flow) dan kebijakan hutang.
Sedangkan sisanya sebesar 42,8 % dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat
dijelaskan dalam model ini.
Dari Tabel 5.8, dapat dilihat dari tabel hasil uji hipotesis secara simultan (Uji
F), didapat hasil Fhitung sebesar 4,53 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.01, jauh
lebih kecil dari α 0.05, yang berarti bahwa secara simultan Ha diterima yaitu terdapat
pengaruh laba, arus kas bebas (free cash flow), dan kebijakan hutang terhadap
kebijakan deviden.
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Kebijakan Hutang, AKB, Laba a.
5.1.4.2. Uji parsial (uji t)
Pengujian secara parsial adalah untuk melihat apakah terdapat pengaruh laba,
arus kas bebas (free cash flow), dan kebijakan hutang secara individual terhadap
kebijakan deviden. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.9. Uji Hipotesis Parsial (Uji t)
Hasil dari pengujian secara parsial terhadap variabel independen adalah sebagai
berikut:
1. Pengaruh laba terhadap kebijakan deviden
Dari Tabel 5.9 diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0.00, yang mana jauh lebih
kecil dari α =0.05. Ini artinya secara parsial variabel laba berpengaruh terhadap
kebijakan deviden. Dari persamaan regresi diatas dapat dijelaskan bahwa koefisien
regresi (X1) yaitu laba bertanda positif yaitu 0,400 yang artinya kenaikan laba
sebesar 1% akan meningkatkan probabilitas pembayaran deviden sebesar 0.400%.
2. Pengaruh arus kas bebas terhadap kebijakan deviden
Dari Tabel 5.9 diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0.914, jauh lebih besar dari α
=0.05. Hal ini mengandung arti bahwa secara parsial variabel arus kas bebas tidak
berpengaruh terhadap kebijakan deviden. Dari persamaan regresi dapat dilihat
Coefficientsa
-.072 .096 -.754 .453
.400 .104 .444 3.854 .000 .742 1.348 .015 .139 .011 .109 .914 .990 1.010
.107 .112 .110 .959 .341 .748 1.337 (Constant)
t Sig. Tolerance VIF
Dependent Variable: DPR a.