• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Laba, Arus Kas Bebas, dan Kebijakan Hutang terhadap Kebijakan Deviden pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Laba, Arus Kas Bebas, dan Kebijakan Hutang terhadap Kebijakan Deviden pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LABA, ARUS KAS BEBAS, DAN KEBIJAKAN

HUTANG TERHADAP KEBIJAKAN DEVIDEN PADA

PERUSAHAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Oleh

HALASAN SIREGAR

087017015/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

SE

K O L A H

P A

S C

(2)

PENGARUH LABA, ARUS KAS BEBAS, DAN KEBIJAKAN

HUTANG TERHADAP KEBIJAKAN DEVIDEN PADA

PERUSAHAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

HALASAN SIREGAR

087017015/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PENGARUH LABA, ARUS KAS BEBAS, DAN KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP KEBIJAKAN DEVIDEN PADA PERUSAHAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Nama Mahasiswa : Halasan Siregar Nomor Pokok : 087017015 Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi pembimbing

(Prof. Erlina, SE, M,Si, Ph.D, Ak) (Drs. Arifin Akhmad, MSi, Ak

Ketua Anggota )

Ketua Program Studi Direktur

(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis,MAFIS,MBA,CPA,Ak) (Prof.Dr.Ir.A. Rahim Matondang, MSIE)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 5 April 2011

_________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Erlina, SE, MSi, Ak, Ph.D

Anggota : 1. Drs. Arifin Akhmad, MSi, Ak

2. Prof. Dr, Ade Fatma Lubis, MBA, MAFIS, CPA, Ak

3. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul : ”Pengaruh Laba, Arus Kas

Bebas, dan Kebijakan Hutang terhadap Kebijakan Deviden pada Perusahaan

Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya.

Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara

benar dan jelas

Medan, April 2011

Yang membuat pernyataan :

(6)

PENGARUH LABA, ARUS KAS BEBAS, DAN KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP KEBIJAKAN DEVIDEN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti secara empiris pengaruh laba, arus kas bebas, dan kebijakan hutang terhadap kebijakan deviden pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.

Objek penelitian ini adalah perusahaan lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia khususnya sektor perbankan sejak tahun 2003 – 2008, aktif menerbitkan laporan keuangan dan tidak di-delisting selama tahun pengamatan yaitu sebanyak 20 perusahaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil dokumentasi laporan keuangan dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan

mengunduh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia di

dilakukan dengan menggunakan uji statistik regresi linier berganda dengan alat SPSS. Hasil penelitian dan pengujian memberikan bukti empiris bahwa variabel laba, arus kas bebas, dan kebijakan hutang secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan deviden perusahaan, namun secara parsial, hanya variabel laba yang berpengaruh terhadap kebijakan deviden perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

(7)

THE INFLUENCE OF EARNING, FREE CASH FLOW, AND DEBT POLICY TO DIVIDEND POLICY IN BANKING INSTITUTIONS

IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE

ABSTRACT

The purpose of this research is to get the empirical evidence about the influence of earnings, free cash flows, and debt policy to dividend policy in banking institutions in Indonesian Stock Exchange (IDX).

The hypothesis in this research is, of earnings, free cash flows, and debt policy against dividend policy variable have an effect to dividend policy in banking Bursa Efek Indonesia either simultan and partial. This research objects are companies of the banking institutions which are listing in Bursa Efek Indonesia since the year 2003 until 2008, actively publish the financial statement and not delisted during perception year that is counted 20 companies. Data collected by taking the documentation financial statement from Indonesian Capital Market Directory ( ICMD) and visit Indonesian Stock Exchange web site in www.idx.co.id

This research result proved that of earnings, free cash flows, and debt policy variables against had simultanly significant influenced in banking institutions, but partially only the earning influences dividend policy banking institutions in Indonesian Stock Exchange

. Data processed by using statistical equipment multipled linear regression called SPSS.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia

yang diberikannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

“Pengaruh Laba, Arus Kas Bebas, dan Kebijakan Hutang pada Perusahaan

Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, untuk memenuhi salah satu

persyaratan untuk mendapatkan gelar Magister Sains pada Program Studi Akuntansi

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara .

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian tesis ini penulis banyak

mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan sepenuh hati penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H.,M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, Ak, selaku Ketua

Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Prof. Erlina, M. Si, Ak, Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah

banyak memberikan arahan dan masukan selama penulisan tesis ini

(9)

6. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS,

MBA, CPA, dan Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, MSi, Ak, selaku Dosen

Pembanding yang telah memberikan saran dan masukan-masukan kepada

penulis demi kesempurnaan tesis ini.

7. Seluruh staf pengajar dan pegawai pada Sekolah Pascasarjana Program Studi

Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

8. Yang tercinta, H. Siregar (Bapak), H. br. Ambarita (Mama), yang telah

merawat penulis sejak kecil hingga saat ini. Terima kasih atas kasih sayang

yang telah diberikan kepada saya hingga saat ini.

9. Abang dan kakak penulis, R. Siregar dan Istri, T. Siregar dan Suami, H. Siregar

dan Suami, H. Siregar dan Istri, Korlin Siregar dan Pirhot Siregar atas doa dan

perhatian yang telah kalian berikan kepadaku.

10.Bapak M. Siregar, M. Effendi Nasution, Bapak Hanief, dan Bapak Fahrizal

serta seluruh karyawan PT. Askrindo Cabang Medan, terima kasih atas

kebersamaan kita selama ini.

11.Untuk istriku, Dahlia Nadeak. Terima kasih atas dukunganmu selama ini.

12.Teman-teman mahasiswa, khususnya yang seangkatan, kebersamaan dalam

suka dan duka melewati perkuliahan tidak akan pernah dilupakan.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan karuniaNya kepada semua

pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis baik pada saat kuliah maupun

(10)

Penulis menyadari keterbatasan yang dimiliki yang menjadikan tesis ini masih

kurang sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun demi kesempurnaan tesis ini. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini

dapat bermanfaat bagi kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.

Medan, April 2011

Peneliti

(11)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Halasan Siregar

2. Tempat / Tanggal Lahir : Lumban Baringin, 24 Desember1980

3. Agama : Kristen Protestan

4. Pekerjaan : Pegawai Swasta

5. Orang Tua

a. Ayah : H. Siregar

b. Ibu : H. Ambarita

6. Alamat : Jl. Parapat No. 19 Lumban Baringin Tiga

Balata

7. No. HP : 081264099836

8. Pendidikan

a. Sekolah Dasar : SD Negeri 091479, lulus tahun 1993

b. Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 1 Tiga Balata, lulus tahun 1996

c. Sekolah Menengah Umum : SMU Negeri 2 P. Siantar, lulus tahun 1999

d. Universitas : Universitas Sumatera Utara

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN………... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ………... 1

1.2 Rumusan Masalah ………... 4

1.3 Tujuan Penelitian ………... 4

1.4 Manfaat Penelitian ………... 5

1.5 Originalitas Penelitian ………... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………... 7

2.1 Landasan Teori ………... 7

2.1.1 Kebijakan Deviden ………... 7

2.1.2 Laba... 14

2.1.3 Arus Kas Bebas ...…....…... 16

2.1.4 Kebijakan Hutang ... 17

2.2 Review Peneliti Terdahulu ………... 18

(13)

3.2 Hipotesis Penelitian ……….... 22

BAB IV METODE PENELITIAN ………... 23

4.1 Jenis Penelitian ……….... 23

4.2 Lokasi Penelitian ………... 23

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian………... 23

4.4 Metode Pengumpulan Data ………... 24

4.5 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel. 24 4.6 Metode Analisis Data ………... 26

4.6.1 Uji Asumsi Klasik ... 26

4.6.2 Uji Hipotesis Penelitian ... 28

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

5.1 Hasil Penelitian ……… 31

5.1.1 Deskripsi Data ... 31

5.1.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 32

5.1.2.1 Uji normalitas ... 32

5.1.2.2 Uji multikolinearitas... 34

5.1.2.3 Uji heteroskedastisitas... 36

5.1.2.4 Uji autokorelasi ... 36

5.1.3 Analisa Persamaan Regresi ... 37

5.1.4 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 38

5.1.4.1 Uji simultan (uji F) ... 38

5.1.4.2 Uji parsial (uji t) ... 40

5.2 Pembahasan …..………... 41

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

6.1 Kesimpulan …..………... 44

6.2 Keterbatasan ...………... 44

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul

Halaman

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ...

18

4.1 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ...

25

5.1 Deskripsi Data Penelitian ...

31

5.2 Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov (Sebelum Data Outlier Dikeluarkan)

32

5.3 Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov (Setelah Data Outlier Dikeluarkan)..

34

5.4 Uji Multikolinearitas ... ...

34

5.5 Uji Autokorelasi ... ...

37

5.6 Analisa Persamaan Regresi ...

37

(15)

5.8 Uji Hipotesis Simultan (Uji F) ...

49

5.9 Uji Hipotesis Parsial (Uji t) ...

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1 Kerangka Konsep ...………... 20

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Nama-Nama Perusahaan Lembaga Keuangan yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia... 50

2. Hasil SPSS Sebelum Transformasi ……….. 51

(18)

PENGARUH LABA, ARUS KAS BEBAS, DAN KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP KEBIJAKAN DEVIDEN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti secara empiris pengaruh laba, arus kas bebas, dan kebijakan hutang terhadap kebijakan deviden pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.

Objek penelitian ini adalah perusahaan lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia khususnya sektor perbankan sejak tahun 2003 – 2008, aktif menerbitkan laporan keuangan dan tidak di-delisting selama tahun pengamatan yaitu sebanyak 20 perusahaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil dokumentasi laporan keuangan dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan

mengunduh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia di

dilakukan dengan menggunakan uji statistik regresi linier berganda dengan alat SPSS. Hasil penelitian dan pengujian memberikan bukti empiris bahwa variabel laba, arus kas bebas, dan kebijakan hutang secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan deviden perusahaan, namun secara parsial, hanya variabel laba yang berpengaruh terhadap kebijakan deviden perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

(19)

THE INFLUENCE OF EARNING, FREE CASH FLOW, AND DEBT POLICY TO DIVIDEND POLICY IN BANKING INSTITUTIONS

IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE

ABSTRACT

The purpose of this research is to get the empirical evidence about the influence of earnings, free cash flows, and debt policy to dividend policy in banking institutions in Indonesian Stock Exchange (IDX).

The hypothesis in this research is, of earnings, free cash flows, and debt policy against dividend policy variable have an effect to dividend policy in banking Bursa Efek Indonesia either simultan and partial. This research objects are companies of the banking institutions which are listing in Bursa Efek Indonesia since the year 2003 until 2008, actively publish the financial statement and not delisted during perception year that is counted 20 companies. Data collected by taking the documentation financial statement from Indonesian Capital Market Directory ( ICMD) and visit Indonesian Stock Exchange web site in www.idx.co.id

This research result proved that of earnings, free cash flows, and debt policy variables against had simultanly significant influenced in banking institutions, but partially only the earning influences dividend policy banking institutions in Indonesian Stock Exchange

. Data processed by using statistical equipment multipled linear regression called SPSS.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Tujuan investor menanamkan modalnya dalam bentuk saham adalah untuk

memaksimumkan kekayaan melalui penerimaan dividen maupun melalui capital gain

pada saat saham tersebut dijual. Tingkat keuntungan yang diharapkan haruslah lebih

besar daripada tingkat bunga obligasi pemerintah maupun deposito. Bagi investor yang

tidak menyukai risiko lebih menginginkan dividen daripada capital gain.

Kebijakan dividen adalah keputusan untuk menentukan besarnya bagian

pendapatan (earning) yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan bagian yang

akan ditahan di perusahaan (retained earning). Kebijakan dividen mempunyai dampak

sangat penting bagi investor maupun bagi perusahaan yang membayar dividen.

Penetapan pembagian dividen menjadi masalah menarik karena akan memenuhi

harapan investor, disisi lain kebijakan tersebut jangan sampai menghambat

pertumbuhan apalagi mengancam kelangsungan hidup perusahaan.

Besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan tergantung pada kebijakan

dividen manajemen dari masing-masing perusahaan. Dengan demikian perlu bagi

pihak manajemen untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi

(21)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen menurut Alli (1993)

dalam Suherly (2004) antara lain:

1. Faktor peraturan yang membatasi besaran dividen yang dibayarkan (legal

restriction).

2. Posisi kas dan setara kas perusahaan, terkait dengan likuiditas perusahaan (liquidity

position).

3. Perusahaan yang baru tumbuh disebabkan kebutuhan dana untuk aktivitas intern

lebih besar dari pada untuk aktivitas pendanaan lain (absence or lack of other

source og financing).

4. Ketidakstabilan perusahaan, akan menyebabkan sulitnya memprediksi laba dimasa

depan sehingga manajemen tidak berani menetapkan dividen yang besar.

5. Pengawasan pemilik sebagai variabel penentu kebijakan pembayaran dividen

(ownership control).

6. Faktor inflasi.

Penelitian tentang kebijakan dividen telah banyak dilakukan diantaranya

Nuringsih (2005), meneliti pengaruh kepemilikan manajerial, kebijakan utang, ROA,

dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian tersebut

menemukan : 1) managerial ownership berpengaruh positif terhadap kebijakan

dividen, 2) kebijakan utang berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen, dan 3)

variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen, tetapi

tidak signifikan. Risanty (2004) menemukan bahwa tidak ada hubungan antara

(22)

Anand (2002) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen

pada perusahaan di India menemukan bahwa kebijakan dividen sangat penting karena

merupakan mekanisme signalling terhadap investor. Perusahaan juga mempunyai

target pembayaran dividen tetapi lebih berkeinginan membayar dividen sesuai dengan

tingkat pertumbuhan. Adelegan (2001), yang meneliti pengaruh prospek pertumbuhan,

leverage, dan ukuran perusahaan terhadap perilaku dividen di Nigeria. Hasil

penelitiannya membuktikan bahwa seperti halnya negara berkembang bahwa kebijakan

ekonomi negara sangat mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan. Travlos et al

(2001), menemukan bahwa kebijakan dividen untuk bursa yang baru berdiri

dipengaruhi latar belakang perbedaan struktur mikro pasar, pengurangan pajak, dan

lingkungan pengendalian.

Elston et.al (2002) meneliti institutional ownership, agency costs, dan

kebijakan dividen pada perusahaan go public di Jerman menemukan bahwa

kepemilikan institusional maupun perbankan secara signifikan mempengaruhi

kebijakan dividen. Mahadwartha (2002), menemukan hubungan yang positif antara

kebijakan leverage dengan kebijakan dividen dalam perspektif agency theory.

Setianingsih (2003), menemukan bahwa laba dan arus kas secara signifikan

mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan.

Sebuah konstruksi formal teori dividen terutama yang berkaitan dengan

kebijakan dividen dari berbagai temuan penelitian yang telah dilakukan tersebut

(23)

masih cenderung tidak konsisten untuk waktu dan tempat yang berbeda. Beberapa di

antaranya bahkan kontradiktif terhadap yang lainnya.

Dalam konteks permasalahan inilah, penelitian ini dimaksudkan untuk

melakukan pengkajian lebih lanjut temuan-temuan empiris kebijakan dividen. Jika

laba, arus kas bebas, dan kebijakan hutang ini dapat mempengaruhi kebijakan dividen,

temuan ini tentu merupakan pengetahuan yang cukup berguna bagi para pemakai

laporan keuangan yang secara riil maupun potensial berkepentingan dengan suatu

perusahaan.

Karena kesimpulan yang didapat masih tidak konsisten, maka penulis

termotivasi untuk menelitinya lebih lanjut dengan mereplikasi penelitian dari

Setianingsih (2003) dengan judul “Pengaruh Laba, Arus Kas Bebas, dan Kebijakan

Hutang Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia”.

1.2. Perumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang penelitian diatas, maka masalah penelitian

dirumuskan sebagai berikut: Apakah laba, arus kas bebas, dan kebijakan hutang

mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia?.

(24)

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh laba,

arus kas bebas, dan kebijakan hutang terhadap kebijakan dividen pada perusahaan

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Peneliti

Sebagai bahan masukan apabila dikemudian hari dimintai pendapatnya mengenai

pengaruh laba, arus kas bebas, dan kebijakan hutang terhadap kebijakan dividen

khususnya pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Bagi Investor

Sebagai bahan masukan dalam sebuah pengambilan keputusan investasi guna

menentukan perusahaan yang dapat memberikan tingkat pengembalian investasi

yang diharapkan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan masukan bagi peneliti agar dapat dijadikan sebagai studi komparatif

bagi peneliti yang mendalami masalah ini dimasa yang akan datang.

1.5. Originalitas Penelitian

Penelitian ini adalah replikasi dari penelitian Setianingsih (2003). Adapun

(25)

1. Penelitian ini mengganti variabel arus kas dengan arus kas bebas dan

menambahkan kebijakan hutang dalam variabel independen. Dari berbagai jurnal

penelitian dan literatur yang dibaca oleh peneliti arus kas bebas dan kebijakan

hutang belum banyak diteliti secara bersamaan dan hasilnya masih tidak

konsisten.

2. Penelitian terdahulu meneliti semua perusahaan yang go public di Indonesia.

Penelitian ini hanya memfokuskan pada perusahaan jasa jenis perbankan, karena

struktur modalnya yang cukup unik, yaitu setiap tahun harus menambah rasio

kecukupan modalnya (Capital Adequation Ratio) sesuai peraturan Menteri

Keuangan dan Peraturan Bank Indonesia.

3. Tahun amatan penelitian terdahulu adalah 1998-2000 dan penelitian ini

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Kebijakan Deviden

Deviden adalah bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada pemegang

saham. Selain dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden, sebagian dari

laba bersih itu ditahan di dalam perusahaan untuk membiayai operasi perusahaan pada

periode berikutnya yang biasa disebut laba ditahan (retained earning).

Kebijakan deviden adalah keputusan untuk menentukan besarnya bagian

pendapatan (earning) yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan bagian yang

akan ditahan (retained earning) di perusahaan (Weston dan Copeland, 1992).

Kebijakan deviden adalah kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran deviden

oleh pihak perusahaan berupa penentuan besarnya deviden yang akan dibagikan dan

besarnya saldo laba ditahan untuk kepentingan perusahaan (Sutrisno, 2001)

Sementara Lee dan Finerty (1990) mengartikan kebijakan deviden sebagai

suatu keputusan perusahaan apakah akan membagikan laba yang dihasilkan kepada

para pemegang saham atau akan menahan laba tersebut untuk kegiatan investasi

perusahaan. Gitman (2003) mendefinisikan kebijakan deviden sebagai perencanaan

(27)

Kebijakan deviden mempunyai dampak yang sangat penting bagi investor

maupun bagi perusahaan yang membayar deviden. Penetapan pembagian deviden

menjadi masalah menarik karena akan memenuhi harapan investor, disisi lain

kebijakan tersebut jangan sampai menghambat pertumbuhan apalagi mengancam

kelangsungan hidup perusahaan.

Terdapat dua pertanyaan mendasar berkaitan dengan kebijakan deviden yang

dilakukan perusahaan (Megginson, 1997) dalam Mahadwartha (2002) yaitu (1) apakah

kebijakan deviden berpengaruh? Dapatkah nilai pasar saham perusahaan ditingkatkan

atau turun dengan melakukan perubahan pada pembayaran deviden? Dan (2) bila

kebijakan deviden berpengaruh, faktor apakah yang menentukan level payout optimal

yang memaksimalkan nilai perusahaan dan meminimalkan biaya modal (cost of

capital).

Rasio antara pemberian deviden dengan laba bersih disebut dividend payout

ratio. Semakin kecil dividend payout ratio, maka akan semakin kecil deviden yang

akan dibagikan kepada pemegang saham. Namun semakin besar dividend payout ratio

semakin besar pula deviden yang dibagikan kepada pemegang saham, dan semakin

kecil laba yang ditahan untuk kegiatan operasional perusahaan berikutnya.

Selain dividend payout ratio ada juga yang disebut dengan dividend per share

atau deviden per lembar saham. Yang membedakan antara dividend payout ratio dan

dividend per share adalah, bahwa angka deviden per lembar saham diperoleh dari

pembagian antara jumlah deviden yang dibayarkan dengan jumlah saham biasa yang

(28)

berarti semakin besar pula deviden yang dibagikan kepada pemegang saham. Dalam

hal ini diperlukan kebijakan didalam pemberian deviden.

Di dalam menentukan kebijakan deviden, perusahaan perlu memperhatikan

tingkat bunga yang berlaku. Apabila tingkat bunga cenderung naik, maka perusahaan

lebih menyukai pendanaan yang bersumber dari laba ditahan. Akan tetapi apabila

tingkat bunga cenderung turun, maka pendanaan yang bersumber dari hutang lebih

disukai perusahaan. Akibatnya kebijakan pemberian deviden perusahaan dapat

berubah.

Terdapat berbagai pendapat atau teori mengenai kebijakan deviden antara lain

(1) Teori deviden tidak relevan, (2) Teori the bird in the hand, dan (3) Teori perbedaan

pajak.

1. Teori Deviden Tidak Relevan

Pendukung utama dari teori ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani

(MM), dimana kebijakan deviden tidak mempunyai pengaruh terhadap harga

saham maupun terhadap biaya modalnya. Miller dan Modigliani (MM)

berpendapat bahwa bagaimanapun kebijakan deviden itu tidak akan mempengaruhi

harga saham, sebab dalam pasar modal sempurna, para pemegang saham tidak

membedakan antara deviden dan laba ditahan, apakah pemberian deviden lebih

besar kepada pemegang saham, atau mengalokasikan sebagian besar keuntungan

perusahaan kepada laba ditahan. Miller dan Modigliani (MM) menyatakan bahwa

(29)

2. Teori Bird in The Hand

Merton Miller dan Franco Modigliani (MM) berpendapat bahwa nilai perusahaan

akan dimaksimalkan apabila rasio pembayaran deviden dinaikkan (Weston &

Brigham, 2001 : 67). Teori ini menyatakan bahwa investor lebih menyukai

penerimaan deviden dari pada capital gain. Sebaliknya Myron Gordon dan John

Lintner berpendapat sebaliknya, dimana nilai perusahaan akan turun apabila rasio

pembayaran deviden dinaikkan, karena para investor kurang yakin terhadap

penerimaan keuntungan modal (capital gain) yang akan dihasilkan dari laba yang

ditahan dibandingkan seandainya mereka menerima deviden.

3. Teori Preferensi Pajak

Teori ini beranggapan bahwa investor lebih menyukai pembagian deviden yang

rendah daripada yang tinggi. Hal ini disebabkan karena keuntungan modal dari

capital gain dikenakan tarif pajak lebih rendah dari pendapatan deviden. Untuk

investor yang memiliki mayoritas saham akan lebih suka jika perusahaan

menanamkan kembali laba ke dalam perusahaan. Pertumbuhan laba yang akan

menaikkan harga saham akan menghasilkan capital gain yang pajaknya lebih

rendah dari pendapatan deviden.

Menurut Weston dan Copeland (1992) fakor-faktor yang mempengaruhi

kebijakan deviden adalah:

(30)

Undang-undang menentukan bahwa pembayaran deviden harus dari laba, baik laba tahun berjalan maupun laba tahun lalu yng ada dalam pos laba ditahan (retained earnings) dalam neraca.

Peraturan pemerintah menekankan pada tiga hal (1) pengaturan laba bersih, (2) larangan pengurangan modal (capital impairment rule), dan (3) peraturan kepailitan (insolvency rule). Undang-undang ini penting karena merupakan kerangka untuk merumuskan kebijakan deviden. Akan tetapi, dalam batas-batas kerangka tersebut, faktor-faktor keuangan dan ekonomi mempunyai pengaruh yang penting pada kebijakan itu sendiri.

2. Poisis Likuiditas.

Laba ditahab tahun-tahun lalu sudah diinvestasikan pada pabrik dan peralatan, persediaan, dan aktiva lainnya; laba tersebut tidak disimpan dalam bentuk kas. Jadi meskipun suatu perusahaan membukukan laba, perusahaan mungkin tidak dapat membayar deviden kas karena posisi likuiditasnya tidak memungkinkan. 3. Kebutuhan untuk Melunaskan Hutang.

Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk mengganti jenis pembiayaan lain, perusahaan tersebut mengahadapi dua pilihan. Perusahaan dapat membayar hutang itu pada saat jatuh tempo atau menggantikannya dengan jenis surat berharga yang lain atau perusahaan dapat melunaskannya. Jika keputusannya adalah membayar hutang tersebut, maka ini biasanya memerlukan penyimpanan laba.

4. Larangan dalam Perjanjian Hutang.

Perjanjian hutang, khususnya apabila merupakan hutang jangka panjang, sering membatasi kemampuan suatu perusahaan untuk membayar deviden kas. Larangan ini untuk melindungi kedudukan pemberi pinjaman, biasanya menyatakan bahwa (1) deviden pada masa yang akan datang hanya dapat dibayar dari laba sesudah penandatanganan perjanjian hutang (jadi, deviden tidak dapat dibayar dari laba ditahan tahun-tahun lalu), (2) deviden tidak dapat dibayar apabila modal kerja bersih berada dibawah suatu jumlah yang telah ditentukan.

5. Tingkat Ekspansi Aktiva.

Semakin cepat aktiva suatu perusahaan berkembang, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai ekspansi aktivanya. Kalau kebutuhan dananya di masa depan semakin besar, perusahaan akan cenderung menahan laba daripada membayarkannya.

6. Tingkat Laba.

Tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang diharapkan akan menetukan pilihan relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk deviden pada pemegang saham (yang akan menggunakan dana itu pada tempat lain) atau menggunakannya pada perusahaan tersebut.

7. Stabilitas Laba

(31)

cenderung membayarkan laba dengan persentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang labanya berfluktuasi.

8. Peluang ke Pasar Modal

Suatu perusahaan yang besar dan telah berjalan dengan baik, dan mempunyai catatan profitabilitas dan stabilitas laba, akan mempunyai peluang lebih besar untuk masuk ke pasar modal dan bentuk-bentuk pembiayaan eksternal lainnya. Jadi, perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk memberikan tingkat pembayaran deviden yang lebih tinggi dari pada perusahaan kecil atau baru. 9. Kendali (Controll)

Variabel penting lainnya adalah dampak dari pilihan sumber-sumber keuangan pada kendali situasi perusahaan. Sebagai suatu kebijakan, beberapa perusahaan melakukan ekspansi hanya sampai pada tingkat penggunaan laba internal saja. Pentingnya pembiayaan internal dalam usaha mempertahankan kendali akan memperkecil pembayaran deviden.

10.Posisi Pemegang Saham sebagai Pembayar Pajak

Posisi pemegang saham sebagai pembayar pajak sangat mempengaruhi keinginannya untuk memperoleh deviden. Pada saat-saat tertentu akan terjadi konflik kepentingan antara pemegang saham yang terkena tarif pajak tinggi dengan pemegang saham yang terkena tarif pajak rendah. Yang pertama ingin menginginkan pembagian deviden yang rendah dan menahan laba yang tinggi dengan harapan meningkatkan modal saham perusahaan. Sementara yang kedua menginginkan pembagian deviden yang tinggi.

Gitosudarmo, (2002 : 227 ) menyatakan terdapat 2 (dua) pendekatan di dalam

membahas masalah deviden yaitu :

1. Sebagai Kebijaksanaan Pembelanjaan Jangka Panjang

Pendekatan ini berpandangan bahwa semua laba sesudah pajak yang diperoleh perusahaan adalah merupakan sumber dana jangka panjang. Pengumuman atas pembagian laba sebagai deviden berarti pengurangan terhadap sumber dana jangka panjang yang dapat dipergunakan di dalam kegiatan perusahaan. Oleh karena itu pembagian deviden berakibat penekanan terhadap perkembangan usaha. Pendekatan ini berpendapat di dalam membentuk biaya kapital yang rendah didapat dari pembentukan struktur modal yang sebagian besar dana diperoleh dari modal sendiri.

2. Sebagai Kebijaksanaan Untuk Memaksimumkan Nilai Perusahaan

(32)

Walaupun semua perusahaan tampaknya hampir sama mempunyai kebijakan

untuk membayar deviden dalam jumlah yang stabil, tetapi ini bukan merupakan

satu-satunya kebijakan. Menurut Weston dan Copeland (1992) ada tiga macam bagan

pembayaran deviden yang utama yaitu :

1. Jumlah yang stabil per saham.

Kebijakan untuk membayar jumlah yang stabil per saham dilakukan banyak perusahaan, merupakan kebijakan yang disebut kebijakan deviden stabil.

2. Rasio pembayaran konstan.

Hanya beberapa perusahaan yang melaksanakan kebijakan deviden berdasarkan persentase tertentu dari laba. Karena laba berfluktuasi, menjalankan kebijakan ini berarti jumlah deviden yang dibagi akan berfluktuasi. Kebijakan ini tidak akan memaksimumkan nilai saham perusahaan karena pasar tidak dapat mengandalkan kebijakan ini untuk memberikan informasi mengenai prospek perusahaan pada saat yang akan datang dan karena kebijakan ini mempengaruhi kebijakan investasi.

3. Deviden tetap yang rendah ditambah deviden ekstra.

Kebijakan membayar deviden tetap yang rendah ditambah deviden ekstra merupakan penggabungan antara kebijakan 1 dan 2. Kebijakan ini memberikan fleksibilitas pada perusahaan, tetapi menyebabkan investor sedikit ragu-ragu tentang berapa besarnya pendapatan deviden mereka. Hal yang paling penting dari kebijakan deviden adalah apakah memungkinkan untuk mempengaruhi kekayaan pemegang saham dengan mengubah rasio pembayaran deviden yaitu kebijakan deviden.

Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam penetapan besaran deviden yang

dibagikan. Namun yang menjadi persoalan adalah mengenai bentuk-bentuk kebijakan

deviden yang akan diambil oleh suatu perusahaan. Menurut Awat (1998) dalam

Dhailami (2006) ada empat macam bentuk-bentuk kebijakan deviden yaitu :

1. Kebijakan deviden yang stabil (stable devidend-per-share policy), yaitu jumlah pembayaran deviden sama besarnya dari tahun ke tahun.

2. Kebijakan dividend payout ratio yang tetap (constant devidend payout ratio

policy). Jumlah deviden akan berubah-ubah sesuai dengan jumlah laba bersih

(33)

payout ratio yang konstan ditambah dengan persentase tertentu pada

tahun-tahun yang mampu menghasilkan laba bersih yang tinggi.

4. Kebijakan deviden residual (residual devidend policy). Apabila suatu perusahaan mengahadapi suatu kesempatan investasi yang tidak stabil maka manajemen menghendaki agar deviden hanya dibayar ketika laba bersih perusahaan besar.

Kebijakan deviden juga dipengaruhi oleh biaya keagenan (agency cost), konflik

yang timbul antara pemegang saham dengan dengan manajer perusahaan atau antara

pemegang saham dengan pemberi hutang. Hal ini muncul karena manajer hanya mau

menanggung sedikit dari biaya yang mereka keluarkan tetapi menikmati manfaatnya

secara penuh. Salah satu cara untuk meminimalisasi biaya keagenan ini yaitu dengan

membagikan deviden. Pembayaran deviden akan meningkatkan kebutuhan dana

eksternal yang lebih besar. Jika ekuitas baru dikeluarkan, maka manajer akan diawasi

oleh pemegang saham, manajer investasi, dan calon investor.

Kebijakan deviden penting bagi perusahaan dengan dua alasan sebagai berikut

:1) pembayaran deviden mungkin akan mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin

dari harga saham perusahaan tersebut, dan 2) laba ditahan biasanya merupakan sumber

dana internal yang terbesar dan terpenting bagi pertumbuhan perusahaan. Kebijakan

deviden yang optimal adalah kebijakan deviden yang menciptakan keseimbangan di

antara deviden saat ini dan pertumbuhan di masa datang sehingga memaksimumkan

nilai perusahaan.

2.1.2. Laba

Laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode akuntansi dilaporkan

(34)

perbedaan yang direalisasi dari transaksi periode tertentu dan biaya historis yang

sepadan dengannya (Belkoui, 1987). Menurut Harahap (1993) laba akuntansi adalah

perbedaan revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu

dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut.

Laba dianggap sebagai pedoman bagi kebijakan deviden dan penahanan laba

(retained earnings). Laba itu diakui sebagai suatu indikator dari jumlah maksimum

yang harus dibagikan sebagai deviden dan ditahan untuk perluasan usaha atau

diinvestasikan kembali di dalam perusahaan. Namun lantaran adanya perbedaan antara

akuntansi akrual dan akuntansi kas, sebuah perusahaan bisa mengakui suatu jumlah

laba dan pada saat yang bersamaan tidak memiliki dana untuk membayar deviden.

Pengakuan laba itu sendiri tidak menjadi jaminan bahwa deviden akan dibayarkan.

Prospek likuiditas dan investasi adalah variabel tambahan yang diperlukan untuk

menentukan kebijakan deviden.

Informasi utama yang terdapat dalam laporan laba rugi adalah profitabilitas

perusahaan yang diperlukan oleh pihak yang berkepentingan sebagai dasar

pengambilan keputusan ekonomis. Perhitungan laba rugi mencerminkan kemampuan

atau keberhasilan perusahaan sebagai gambaran efisiensi manajemen dalam mengelola

perusahaan, membuat proyeksi laba ke depan dan menilai profitabilitas modal yang

diinvestasikan oleh pemilik.

Beberapa manfaat yang diperoleh dari laporan laba rugi:

(35)

2. Menyediakan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi atas kinerja

dan pencapaian perusahaan

3. Memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

barang dan jasa.

2.1.3. Arus Kas Bebas

Aliran kas bebas (free cash flow) aliran kas yang merupakan sisa dari

pendanaan seluruh proyek yang menghasilkan net present value (NPV) positif yang

didiskontokan pada tingkat bunga yang normal (Jensen, 1986). White et al (1998)

mengartikan free cash flow sebagai aliran kas diskresioner yang tersedia bagi

perusahaan. Ketika arus kas bebas ini tersedia, manajer disinyalir akan akan

menggunakan dana ini untuk investasi yang tidak menguntungkan bagi perusahaan

sehingga terjadi inefisiensi dalam perusahaan (Smith dan Kim, 1994). Ross et al

(2000) mendefinisikan arus kas bebas (free cash flow) dengan kas perusahaan yang

dapat dibagikan kepada kreditur atau pemegeng saham yang tidak digunakan untuk

modal kerja (working capital) atau investasi pada asset tetap. Jensen (1986) dalam

Erlina (2007) mengemukakan bahwa biaya agensi berkaitan dengan arus kas bebas.

Manajemen akan berusaha untuk meningkatkan penggunaan arus kas bebas ini demi

kepentingannya atau menggunakan arus kas bebas tersebut untuk melakukan investasi

yang tidak memberikan net present value yang positif.

Arus kas bebas diwakili oleh rasio arus kas bebas dibagi dengan total aktiva.

(36)

membiayai aktiva perusahaan. Menurut Jensen (1986) dalam Erlina (2007), sesuai

dengan teori keagenan, apabila perusahaan mempunyai aliran arus kas bebas, manajer

perusahaan mendapat tekanan dari pemegang saham untuk membagikannya dalam

bentuk deviden. Hal ini dilakukan untuk mencegah pihak manajemen menggunakan

arus kas bebas tersebut untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan tujuan perusahaan dan

cenderung merugikan pemegang saham.

Pasar rasional akan mengetahui keberadaan biaya agensi ini dan mereka akan

memberikan hukuman pada perusahaan yang mempunyai arus kas bebas ini dengan

menurunkan harga saham tersebut (Jensen,1986) dalam Erlina (2007). Manajemen

dapat mengurangi biaya agensi yang ditimbulkan sebagai akibat adanya arus kas bebas

ini dengan cara membagikan deviden.

2.1.4. Kebijakan Hutang

Kebijakan hutang adalah cara bagaimana perusahaan membiayai aktivanya

(Weston dan Copeland, 1992). Kebijakan ini dipilih oleh manajemen apabila laba yang

dihasilkan ternyata tidak cukup untuk membiayai ekspansi perusahaan. Sumber dana

tersebut dapat diperoleh dari dalam perusahaan atau luar perusahaan. Sumber dana dari

dalam perusahaan dapat berasal dari laba yang tidak dibagikan atau dari penerbitan

saham baru. Sedangkan dari luar perusahaan biasanya dalam bentuk hutang.

Apabila perusahaan menggunakan hutang, maka perusahaan tersebut

dihadapkan pada dua pilihan. Perusahaan dapat membayar hutang itu pada saat jatuh

(37)

membayar hutang tersebut, maka ini biasanya memerlukan penyimpanan laba. Dengan

demikian, pelunasan hutang perusahaan akan mempengaruhi kebijakan deviden

perusahaan dari sisi likuiditas.

Penggunaan juga hutang akan mengurangkan aliran kas dalam perusahaan dan

akan mengurangkan pemborosan yang dilakukan manajer (Jensen et al, 1992) dalam

Erlina (2007). Akan tetapi pembiayaan melalui hutang akan menimbulkan konflik

kepentingan antara pemegang saham dengan pemberi hutang. Pemberi hutang khawatir

pemegang saham akan mencoba mengambil-alih kekayaan mereka dengan cara

meningkatkan risiko mereka melalui pengurangan prioritas, yaitu manajemen akan

mendahulukan kepentingan kreditur dari pada membagikan deviden kepada mereka.

Oleh karena itu Miller dan Modigliani (1969) tidak menyarankan perusahaan

menggunakan hutang sebanyak-banyaknya. Cruthley dan Hansen (1989)

mengemukakan bahwa peningkatan rasio pembayaran deviden akan menguras cash

flow perusahaan yang mengakibatkan mencari pendanaan dari luar perusahaan dalam

hutang.

2.2. Review Penelitian Terdahulu

Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang menjadi pembanding peneliti

dalam melakukan penelitian.

Tabel 2.1. Tinjauan Peneliti Terdahulu

No Nama Peneliti dan Tahun

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

1. Setianingsih

(2003)

(38)

2 Travlos et al (2001)

Shareholders wealth effects of devidend policy changes in an emerging stock market: the case in Cyprus

3 Anand (2004) Factors influencing

devidend policy

3 Adelegan (2001) The impact of growth

prospect, leverage, and firm size on devidend behaviour of corporate firms in Nigeria

EAT, economic policy changes, growth potentials, long term debt, and devidend polic. costs, and devidend policy

Instutional

ownership, agecy costs, and deviden policy

5 Mahadwartha

(2002)

Interdependensi

antara kebijakan

leverage dengan

kebijakan deviden: kebijakan leverage dalam perspektif deviden tunai dengan likuiditas sebagai

opportunity set dan diperkuat oleh likuiditas

perusahaan.

7 Risanty (2004) Hubungan Investment

Oppurtunity Set

(39)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan judul penelitian dan masalah yang telah diuraikan sebelumnya

maka kerangka konsep dari penelitan ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

Mendapatkan laba merupakan salah satu tujuan dalam pendirian suatu entitas

ekonomi. Bagi investor, deviden adalah bagian dari laba yang mereka harapkan atas

kontribusi yang ditanamkan dalam perusahaan. Namun, keinginan dari manajemen

perusahaan sering tidak sejalan atas penggunaan laba yang diperoleh tersebut. Oleh Laba

(X1)

Arus Kas Bebas (X2)

Kebijakan Hutang (X3)

(40)

karena itu diperlukan pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan penggunaan atau

alokasi laba tersebut yang dikenal dengan kebijakan deviden.

Kebijakan deviden harus memperhatikan besaran laba yang diperoleh dan

ketersediaan arus kas bebas (likuiditas) perusahaan. Suatu perusahaan bisa saja

memperoleh laba namun tertanam dalam piutang atau posisi kas yang tidak cukup

untuk melakukan pembayaran deviden.

Selain itu, perusahaan juga harus memperhatikan posisi hutang jangka panjang

dan jangka pendek yang akan jatuh tempo. Karena dalam perjanjian hutang (debt

coveniance) hutang yang jatuh waktu harus segera dilunasi untuk menghindari penalty.

Hal ini tentu mempengaruhi kebijakan deviden yang akan diambil oleh perusahaan.

Manajemen harus menentukan skala prioritas apakah akan membayarkan deviden

kepada pemegang saham untuk meningkatkan kepercayaan mereka atau membayarkan

hutang yang telah jatuh waktu untuk menghindari denda beban bunga.

Pertimbangan lain dalam kebijakan deviden adalah bahwa pembagian deviden

tentu akan mengurangi cadangan kas internal (internal financing) perusahaan yang

tentu saja mengurangi kemampuan perusahaan dalam melakukan re-investasi atau

melakukan ekspansi. Untuk memenuhi kebutuhan dana ini, perusahaan akan kembali

mencari pendanaan eksternal dalam bentuk pinjaman. Disisi lain, besaran deviden

yang diterima pemegang saham juga merupakan sebagai alat evaluasi kinerja

perusahaan. Karena deviden merupakan motivasi pemegang saham sehingga mereka

(41)

3.2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan Latar Belakang Penelitian, perumusan masalah, dan tinjauan

pustaka, maka penulis membuat satu hipotesis penelitian yaitu:

Laba, arus kas bebas, dan kebijakan hutang mempunyai pengaruh

terhadap kebijakan deviden pada perusahaan perbankan terdaftar

(42)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain asosiatif,

yaitu untuk menganalisa hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau

bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain. Dalam hal ini desain asosiatif

yang digunakan adalah desain asosiatif kausal yaitu adanya hubungan sebab akibat

antara satu variabel dengan variabel yang lain. Data yang digunakan untuk

menganalisis hubungan tersebut adalah data timeseries yaitu menggunakan tahun data

penelitian secara berurutan.

4.2. Lokasi Penelitian

Untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini,

dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(Indonesian Stock Exchange). Waktu penelitian dilaksanakan pada Mei 2009 sampai

selesainya penulisan tesis ini.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan lembaga keuangan yang

(43)

Kuncoro (2003), untuk studi korelasional dibutuhkan minimal 30 sampel untuk

menguji ada tidaknya hubungan. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil semua

perusahaan keuangan jenis perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai

anggota populasi terdiri dari 21 perusahaan perbankan. Teknik pengambilan sampel

menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut :

1. Tidak bangkrut dan di-delisting selama periode penelitian.

2. Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen selama

periode penelitian.

Berdasarkan kriteria dari 21 anggota populasi 20 anggota populasi memenuhi

kriteria dan 1 anggota populasi dieliminasi karena di-delisting akibat mengalami

kebangkrutan yaitu Bank Century. Total sampel adalah 20 x 6 = 120 unit analisis.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi yaitu

mengumpulkan dokumen-dokumen berupa laporan keuangan perusahaan perbankan

yang diunduh da

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

Variabel independen dalam penelitian ini adalah laba, arus kas bebas, dan

kebijakan hutang. Laba yang digunakan adalah laba sebelum ekstraordinary item dan

discounted operation. Alasan yang mendasari ini adalah untuk menghilangkan elemen

yang mungkin meningkatkan perubahan laba yang tidak akan timbul pada periode

(44)

bebas merupakan jumlah kas yang tersedia untuk aktivitas bisnis setelah penyisihan

untuk pendanaan dan investasi. Kebijakan hutang merupakan rasio antara utang jangka

panjang terhadap nilai buku aset. Hal ini dipilih karena kondisi di negara berkembang

khususnya Indonesia sering menggantikan utang jangka pendek menjadi hutang jangka

panjang dan roll over utang jangka pendek (Husnan, 2001; Pandey 2002) dalam

Erlina (2007). Kebijakan dividen diwakili rasio dividen yang dibagikan terhadap laba

setelah pajak seperti yang terdapat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

Nama Variabel

Indikator Variabel

Defenisi Parameter Skala

ukuran

X1 = Total Pendapatan – Total Pengeluaran Rasio

Variabel

Jumlah kas yang tersedia untuk aktivitas bisnis setelah penyisihan untuk pendanaan dan investasi

X2 = arus kas operasi-deviden total aktiva

sumber dana dari luar perusahaan

X3 = hutang jangka panjang x 100%

nilai buku aset Rasio

Kebijakan laba yang didapat, apakah dibagikan

Y = deviden yang dibagi

laba setelah pajak

(45)

4.6. Metode Analisis Data

Penelitian ini merupakan studi empiris. Dalam menguji hipotesis yang telah

dirumuskan yaitu untuk membuktikan secara empiris apakah kebijakan dividen

dipengaruhi oleh laba, arus kas bebas, dan kebijakan hutang. Pada dasarnya penelitian

ini menguji hubungan linier antara variabel independen, sehingga model persamaannya

adalah:

Y = α + β1x1 + β2X2 + β3X3 + ε

Y = Kebijakan dividen

x1 = Laba Sebelum Ekstraordinary Item

x2 = Arus Kas Bebas

x3 = Rasio Hutang terhadap Total Aset

Ε = Margin Error

Untuk memperoleh hasil regresi yang baik diperlukan teknik dan analisis data

sebelum melakukan uji Hipotesis, melalui uji asumsi klasik.

4.6.1. Uji Asumsi Klasik

Model regresi yang digunakan akan menunjukkan hubungan yang signifikan

dan representatif jika model regresi tersebut memenuhi asumsi dasar klasik regresi,

jadi sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian

asumsi klasik yang meliputi uji Normalitas Data, uji Multikolonieritas uji Variabel dan

(46)

1. Uji Normalitas

Uji ini bertujuan untuk menguji data yang berdistribusi normal akan digunakan

alat uji normalitas, yaitu one sample Kolmogorov-Sminov (Ghozali, 2007). Data

dikatakan berdistribusi normal jika signifikan variabel dependen memiliki nilai

signifikan lebih besar dari nilai signifikan yang telah ditetapkan. Uji normalitas

dengan uji statistik Kolmogorov – Smirnov maksudnya ialah apabila probabilitas

signifikansinya diatas 0.05 berarti variabel tersebut berdistribusi normal.

2. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2007). Pada model yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Satu data penelitian

dikatakan bebas dari Multikolinieritas apabila nilai VIF-nya lebih dari 10 dan nilai

toleransinya kurang dari 0,1

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini dilakukan untuk melihat apakah ada data yang menyimpang terlalu jauh

(outlayer). Ada tidaknya heteroskedastisitas dilihat dari nilai signifikansi masing

masing variabel independen (Ghozali, 2007). Jika variabel independen signifikan

secara statistic (lebih kecil alpha 10%) Tetapi nilai residual yang diperlakukan

sebagai variabel dependen, maka variabel Independen tersebut menunjukkan

(47)

4. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linier ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada

periode t-1 (Ghozali, 2007). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan

sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lain. Hal ini sering ditemukan

pada time series. Pada data crossection masalah autokorelasi relatif tidak terjadi.

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Model

regresi yang terbebas dari permasalahan autokorelasi jika nilai Durbin-Watson

(D-W) berada di antara -2 sampai +2.

4.6.2. Uji Hipotesis Penelitian

Dalam pengujian hipotesis dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan

menggunakan uji Fisher (Uji F) untuk melihat secara simultan semua variabel

independen terhadap variabel dependen dan uji t untuk melihat secara parsial semua

variabel independen terhadap variabel dependen. Lebih rinci pengujian hipotesis ini

dijelaskan sebagai berikut:

a. Uji –t

Untuk menentukan tingkat signifikan secara parsial antara masing-masing variabel

bebas dengan variabel tak bebas, maka hipotesis harus diuji dengan uji-t pada taraf

signifikan sebesar α=5% secara dua arah (two tail). Untuk mencari nilai t hitung

digunakan rumus sebagai berikut :

(48)

1 – r ²

Dimana:

t = nilai t hitung

r = nilai koefisien korelasi r ² = nilai koefisien determinasi n = jumlah anggota sampel

Selanjutnya diambil suatu keputusan, diterima atau tidak dapat diterimanya

hipotesis penelitian (Ha) yaitu dengan cara membandingkan t hitung dengan t tabel

atau dengan membandingkan nilai signifikan yang diperoleh dari hasil uji statistik

dengan nilai signifikan yang ditentukan, dalam penelitian ini ditetapkan nilai

signifikan α sebesar 0,05 atau 5 %. Jika t hitung > t tabel maka Ha tidak dapat

diterima dan jika t hitung < t tabel maka Ha diterima.

b. Uji-F

Sehubungan dengan uji regresi linier berganda, uji hipotesis ditentukan dengan

menggunakan uji F. Pengujian ini dilakukan untuk menentukan signifikansi

pengaruh variabel-variabel bebas secara simultan terhadap variabel dependen.

Adapun persamaannya sebagai berikut :

Fh =

(1-R²) / (n-k-1) R² / k .

Dimana:

Fh = nilai F hitung

(49)

Pengujian ini akan membandingkan nilai signifikan dari hasil pengujian data

dengan membandingkan nilai signifikan yang telah ditetapkan α sebesar 0,05

(5%).

Jika nilai signifikan α > dari 0,05 maka Ha tidak dapat diterima dan jika α < dari

(50)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Data

Deskripsi data penelitian dari masing-masing variabel yang meliputi nilai

mean, standar deviasi, maksimum dan minimum dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Deskripsi Data Penelitian

Dari Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa variabel Kebijakan Deviden (DPR) terendah

adalah sebesar -1,010 dan tertinggi sebesar 1,780, dimana terjadi penurunan rata-rata

pembayaran deviden setiap tahunnya sebesar -0.363. Untuk variabel Laba, dimana

angka terendah adalah sebesar -0.850 dan tertinggi sebesar 2.770 dimana terjadi

kenaikan laba sebesar 0,083 setiap tahun. Untuk variabel Arus Kas Bebas (AKB) nilai

terendah adalah -1,290 dan nilai tertinggi adalah 2,540 dan terjadi penurunan arus kas

bebas sebesar -0.106 setiap tahun. Sedangkan untuk variabel kebijakan hutang

(KEBHUT), nilai terendah adalah -1,350 dan nilai tertinggi adalah 2,650 dimana

Descriptive Statistics

79 -1.0100 1.7800 -.036329 .9564319

79 -.8500 2.7700 .083544 1.0635741 79 -1.2900 2.5400 -.106582 .6889343

79 -1.3500 2.6500 .039114 .9820089 79

DPR

LABA AKB

KEBHUT Valid N (listwise)

(51)

5.1.2. Pengujian Asumsi Klasik

Berikut ini penulis akan melakukan uji atas data yang penulis peroleh yang

disebut dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji

heteroskedastisitas, uji multikolinearitas dan uji autokorelasi.

5.2.1.1 Uji normalitas

Pengujian normalitas data dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan

menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dan melihat grafik histogram. Uji

normalitas dengan uji statistik Kolmogorov – Smirnov maksudnya ialah apabila

probabilitas signifikansinya diatas 0.05 berarti variabel tersebut berdistribusi normal.

Hasil uji Kolmogorov – Smirnov dapat dilihat pada berikut ini :

Tabel 5.2. Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov (Sebelum Data Outlier dikeluarkan)

Dari Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa nilai Kolmogorov – Smirnov sebelum data

outlier dikeluarkan berdistribusi tidak normal, disebabkan probabilitas signifikansi

sebesar 0.00, dimana jika probabilitas signifikansi lebih kecil dari α 0.05, hal itu berarti

data tidak berdistribusi normal. Apabila variabel tidak berdistribusi normal, maka

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Test distribution is Normal. a.

(52)

harus dilakukan transformasi data. Transformasi data dapat dilakukan dengan cara

Logaritma Natural (Ln) maupun SQRT (akar kuadrat). Tetapi karena data penelitian

mempunyai data yang bernilai negatif dan jika ditransformasikan ke dalam bentuk

Logaritma Natural (Ln) akan menjadi missing data, maka hal tersebut tidak dilakukan,

dan tahap selanjutnya adalah mendeteksi adanya Outlier pada data yang ada. Outlier

adalah kasus atau data yang memiliki karakteristik unik yag terlihat sangat jauh

berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim.

Adapun penyebab timbulnya data outlier adalah : (1) kesalahan dalam meng-entri data,

(2) gagal menspesifikasi adanya missing value dalam program komputer, (3) outlier

bukan merupakan anggota populasi yang kita ambil sebagai sampel, dan (4) outlier

berasal dari populasi yang kita amabil sebagai sampel, tetapi distribusi dari variabel

dalam populasi tersebut memiliki ekstrim dan tidak terdistribusi secara normal.

Deteksi terhadap univariate outlier dapat dilakukan dengan batas yang akan

dikategorikan sebagai data outlier yaitu dengan cara mengkonversi nilai data kedalam

skor standardized atau yang biasa disebut z-score, dan untuk sampel > 80 standar skor

dinyatakan outlier jika data tersebut nilainya lebih besar dari 3 (Ghozali, 2007),

Penelitian ini data awalnya adalah sebanyak 120 unit analisis tetapi setelah dijalankan

dengan program SPSS ada 32 unit analisis data yang mempunyai nilai yang sangat

ekstrim mungkin dikarenakan kesalahan dalam pengentrian data. Oleh karena itu harus

dikeluarkan dari data penelitian karena akan mempengaruhi hasil penelitian. Setelah

(53)

Tabel 5.3. Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov (Setelah Data Outlier dikeluarkan)

Dari tabel diatas, kita melihat bahwa variabel penelitian sudah berdistribusi

normal, dengan probabilitas signifikansi sebesar 0.506 dimana probabilitas tersebut

lebih besar dari α 0.05 yang artinya variabel penelitian telah berdistribusi normal.

5.2.1.2. Uji multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Toleran dan

Varian Inflation Factor (VIF) masing-masing variabel. Adapun hasil pengujian

multikolinearitas dapat dilihat pada Tabel 5.4:

Tabel 5.4. Uji Multikolinearitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Coefficientsa

-.072 .096 -.754 .453

.400 .104 .444 3.854 .000 .742 1.348 .015 .139 .011 .109 .914 .990 1.010

.107 .112 .110 .959 .341 .748 1.337 (Constant)

t Sig. Tolerance VIF

Dependent Variable: DPR a.

(54)

Tabel 5.4 diatas menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan untuk

melihat pengaruh laba, arus kas bebas, dan kebijakan hutang terhadap kebijakan

deviden memiliki permasalahan multikolinieritas, oleh karena nilai VIF tidak lebih

dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1. maka tidak terjadi multikolinieritas

dan model regresi layak dipakai untuk melihat pengaruh laba, arus kas bebas dan

kebijakan hutang terhadap kebijakan deviden.

5.2.1.3. Uji heteroskedastisitas

Suatu model regresi dapat dikatakan bebas dari permasalahan heteroskedasitas

jika:

a. Titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0.

b. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang, melebar

kemudian menyempit dan melebar kembali.

(55)

Gambar 5.1. Grafik Scatterplot

Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta

tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

5.2.1.4. Uji autokorelasi

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Model

regresi yang terbebas dari permasalahan otokorelasi jika nilai Durbin-Watson (D-W)

berada di antara -2 sampai +2. Secara umum angka D-W yang dapat digunakan untuk

mendeteksi autokorelasi adalah:

a. Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif

b. Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi

3 2

1 0

-1 -2

Regression Studentized Residual

3

2

1

0

-1

Value

(56)

c. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi positif

Tabel 5.5. Uji Autokorelasi

Hasil uji autokorelasi pada model regresi menunjukkan bahwa nilai D-W

adalah 1,690 . Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak terdapat permasalahan

autokorelasi pada model regresi.

5.1.3. Analisis Persamaan Regresi

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi

berganda dengan persamaan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3

Dari hasil pengolahan data dengan perangkat lunak SPSS diperoleh hasil pada

Tabel 5.6 :

X3 + e

Tabel 5.6. Analisa Persamaan Regresi

Model Summaryb

.572a .327 .255 .1736991 1.690

Model

Predictors: (Constant), Kebijakan Hutang, AKB, Laba a.

Dependent Variable: DPR b.

Coefficientsa

-.072 .096 -.754 .453

.400 .104 .444 3.854 .000 .742 1.348

.015 .139 .011 .109 .914 .990 1.010 .107 .112 .110 .959 .341 .748 1.337 (Constant)

t Sig. Tolerance VIF

Dependent Variable: DPR a.

(57)

Dari Tabel 5.6 di atas maka persamaan regresi berganda dapat dituliskan

sebagai berikut:

Kebijakan Deviden = -0,072 + 0.400 LABA + 0.015 AKB + 0.107

KEBIJAKAN HUTANG + e

Dari hasil persamaan regresi tersebut dapat dilihat bahwa variabel yang

berpengaruh terhadap kebijakan deviden adalah adalah laba, dimana thitung sebesar

3,854 dengan tingkat signifikansi 0,000, dimana tingkat signifikansi tersebut jauh lebih

kecil dari α 0.05. Laba memiliki koefisien sebesar 0,400 yang artinya secara parsial

kenaikan laba akan meningkatkan probabilitas pembayaran deviden sebesar 0,400.

5.1.4. Pengujian Hipotesis Penelitian

Untuk membuktikan hipotesis penelitian (Ha) secara simultan dan parsial maka

digunakan alat uji sebagai berikut:

5.1.4.1. Uji simultan (uji F)

Pengujian simultan dilakukan untuk melihat apakah terdapat pengaruh laba,

arus kas bebas (free cash flow), dan kebijakan hutang secara bersama-sama terhadap

kebijakan deviden. Ringkasan hasil pengujian hipotesis secara simultan dapat dilihat

pada Tabel 5.7 dan 5.8 berikut ini :

Tabel 5.7. Nilai Adjusted R Square

Model Summaryb

.572a .327 .255 .1736991 1.690

Model

Predictors: (Constant), Kebijakan Hutang, AKB, Laba a.

(58)

Tabel 5.8. Hasil Uji Hipotesis Simultan (Uji F)

Dari Tabel 5.7 dapat dilihat angka Adj. R sebesar 0.255, yang berarti bahwa

variabel laba, arus kas bebas, dan kebijakan hutang memiliki hubungan yang cukup

kuat yaitu sekitar 57,2% dengan deviden pay out ratio (DPR). Sedangkan nilai

koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0.572 mengandung arti bahwa

variabel independen yang terdiri dari laba, arus kas bebas (free cash flow) dan

kebijakan hutang hanya mampu menjelaskan variabel dependen yaitu kebijakan

deviden sebesar 57,2%. Dengan kata lain sebesar 57,2 % kebijakan deviden mampu

dijelaskan oleh variabel laba, arus kas bebas (free cash flow) dan kebijakan hutang.

Sedangkan sisanya sebesar 42,8 % dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat

dijelaskan dalam model ini.

Dari Tabel 5.8, dapat dilihat dari tabel hasil uji hipotesis secara simultan (Uji

F), didapat hasil Fhitung sebesar 4,53 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.01, jauh

lebih kecil dari α 0.05, yang berarti bahwa secara simultan Ha diterima yaitu terdapat

pengaruh laba, arus kas bebas (free cash flow), dan kebijakan hutang terhadap

kebijakan deviden.

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Kebijakan Hutang, AKB, Laba a.

(59)

5.1.4.2. Uji parsial (uji t)

Pengujian secara parsial adalah untuk melihat apakah terdapat pengaruh laba,

arus kas bebas (free cash flow), dan kebijakan hutang secara individual terhadap

kebijakan deviden. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.9. Uji Hipotesis Parsial (Uji t)

Hasil dari pengujian secara parsial terhadap variabel independen adalah sebagai

berikut:

1. Pengaruh laba terhadap kebijakan deviden

Dari Tabel 5.9 diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0.00, yang mana jauh lebih

kecil dari α =0.05. Ini artinya secara parsial variabel laba berpengaruh terhadap

kebijakan deviden. Dari persamaan regresi diatas dapat dijelaskan bahwa koefisien

regresi (X1) yaitu laba bertanda positif yaitu 0,400 yang artinya kenaikan laba

sebesar 1% akan meningkatkan probabilitas pembayaran deviden sebesar 0.400%.

2. Pengaruh arus kas bebas terhadap kebijakan deviden

Dari Tabel 5.9 diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0.914, jauh lebih besar dari α

=0.05. Hal ini mengandung arti bahwa secara parsial variabel arus kas bebas tidak

berpengaruh terhadap kebijakan deviden. Dari persamaan regresi dapat dilihat

Coefficientsa

-.072 .096 -.754 .453

.400 .104 .444 3.854 .000 .742 1.348 .015 .139 .011 .109 .914 .990 1.010

.107 .112 .110 .959 .341 .748 1.337 (Constant)

t Sig. Tolerance VIF

Dependent Variable: DPR a.

Gambar

Tabel 2.1. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
Tabel 4.1. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Tabel 5.1. Deskripsi Data Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Namun, penelitian yang dilakukan oleh Ramli dan Arfan (2011) menyatakan bahwa laba bersih, arus kas operasi, arus kas bebas, dan dividen kas tahun sebelumnya

Sehubungan dengan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang diberi judul “ Pengaruh Laba Bersih Dan Arus Kas Operasi Terhadap

Analisis Pengaruh Kebijakan Deviden, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan (Study Empiris Pada Perusahaan MAnufaktur Yang Terdaftar

Berdasarkan hasil pengujian pengaruh simultan, diketahui pengaruh simultan seluruh variabel, yakni laba dan arus kas terhadap financial distress signifikan.Sementara pada

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa laba bersih, arus kas operasi, arus kas bebas, dan dividen kas tahun

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai apakah laba atau arus

PENGARUH ARUS KAS BEBAS DAN LABA BERSIH TERHADAP RETURN SAHAM (Studi Empiris Perusahaan Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia).. Diajukan untuk

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tentang “Pengaruh Arus Kas Bebas,