• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. KERANGKA TEORI. 6 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. KERANGKA TEORI. 6 Universitas Kristen Petra"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

6 2.1 Teori

2.1.1 Komunikasi Massa

“Menurut para ahli komunikasi, komunikasi massa adalah komunikasi yang melalui media massa. sedangkan menurut pendapat ahli psikologi, Komunikasi massa tidak selalu menggunakan media massa, pidato di hadapan sejumlah orang banyak, juga dapat dikatakan sebagai komunikasi massa” (Effendy, 2002,p. 20). Komunikasi massa ditujukan ke arah khalayak luas, yang heterogen dan anonim.

2.1.1.1 Komunikasi Massa Media Televisi

Komunikasi massa media televisi adalah proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Paradigma Harold Lasswell menggambarkan, bahwa proses komunikasi seseorang memerlukan media. Sesuai dengan paradigma Lasswell dalam komunikasi massa media televisi, secara tegas memperlihatkan bahwa dalam setiap pesan yang disampaikan televisi, tentu saja mempunyai tujuan khalayak sasaran serta akan mengakibatkan umpan balik, baik secara langsung maupun tidak langsung (Kuswandi, 1996).

2.1.1.2 Fungsi Komunikasi Massa

2.1.2.1.1 Adapun fungsi komunikasi massa yang lain yaitu: • (Pengawasan (Surveillance)

Menurut Joseph R. Dominick, surveillance mengacu pada apa yang kita kenal sebagai peranan berita dan informasi dari media massa. Media mengambil tempat para pengawal yang pekerjaannya menagadakan pengawasan. Orang-orang media itu yakni para wartawan surat kabar dan majalah, reporter audio dan televisi, koresponden kantor media, dan lain-lain berada dimana-mana di

(2)

seluruh dunia, mengumpulkan informasi yang buat kita yang tidak bisa kita peroleh. Fungsi pengawasan sendiri dibagi menjadi 2 yakni:

1. Pengawasan peringatan 2. Pengawasan Instrumental • Penafsiran (Interpretation)

Yang berkaitan erat dengan fungsi pengawasan adalah fungsi interpretasi. Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data, tetapi juga tetapi juga informasi beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu.

• Pertalian (Linkage)

Media massa mampu menghubungkan unsur-unsur yang terdapat di dalamnya masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran perorangan. Fungsi ini berpengaruh di masyarakat sehingga dijuluki “public making” ability of the mass media. Atau kemampuan membuat sesuatu menjadi umum dari media massa. • Penyebaran nilai-nilai (transmission of values)

Mengacu kepada cara-cara dimana seseorang mengadopsi perilaku dan nilai-nilai dari suatu kelompok. Media massa menyajikan penggambaran masyarakat, dan dengan membaca, mendengarkan, dan menonton maka seseorang mempelajari bagaimana khalayak berperilaku dan nilai-nilai apa yang penting.

Diantara jenis-jenis media massa, televisi termasuk media yang daya pervasinya yang paling kuat, terutama dikalangan anak-anak dan remaja.

• Entertainment

Hiburan merupakan fungsi media massa. Mengenai hal ini memang jelas tampak pada televisi, film, dan rekaman suara. Media massa lainnya, seperti surat kabar dan majalah, meskipun fungsi utamanya adalah informasi berbentuk pemberitaan, rubrik hiburan selalu ada. Bagi pembaca rubrik hiburan memang penting untuk melepaskan saraf-saraf setelah membaca berita-berita berat.

(3)

Dari paparan diatas, fungsi-fungsi komunikasi dan komunikasi massa itu disederhanakan menjadi empat fungsi saja, yakni:

1. Menyampaikan informasi (to inform), 2. Mendidik (to educate),

3. Menghibur (to entertain), 4. Mempengaruhi (to influence).

(Effendy, Uchjana, 2002, p.26) 2.1.2 Televisi

2.1.2.1 Definisi Televisi

”Televisi merupakan perkembangan medium berikutnya setelah radio yang diketemukan dengan karakternya yang spesifik yaitu audio visual. Perkembangan teknologi pertelevisian sampai saat ini sudah berkembang sedemikian pesat sehingga dampak siarannya menyebabkan seolah-olah tidak ada lagi batasan antara satu negara dengan negara yang lainnya” (Iskandar Muda, 2003, p.4).

“Televisi, disamping sebagai media yang amat menghibur, juga menjadi saluran komunikasi dua arah yang efektif. Berdasarkan “qube system” yang diperkenalkan pada tahun 1977 di kota Colombus-Ohio, seseorang bisa mengadakan kontak langsung (secara”live”) dengan stasiun televisi, menjawab “quiz show”, menayangkan berbagai macam persoalan, menjawab “polling” yang diadakan televisi” (Kuswandi, 1996, p. 20).

2.1.2.2 Karakteristik Khusus Televisi

Adapun karakteristik media televisi yakni sebagai berikut:

1. Selain menghasilkan suara, televisi juga menghasilkan gerakan, visi dan warna.

2. Di inggris fungsi utama televisi adalah sebagai media hiburan. Namun di beberapa negara berkembang, televisi juga merupakan simbol status. Perkembangan ini justru membawa konsekuensi pada jenis acara yang ditayangkan.

(4)

4. Karena mengandalkan tayangan secara visual, maka segala sesuatu yang nampak harus dibuat semenarik mungkin.

5. Dibanding dengan media lainnya, televisi memang relatif jauh lebih mahal. Dukungan teknologi dan finansial yang dibutuhkan juga jauh lebih besar. Jikalau seorang reporter koran hanya membutuhkan kertas dan pena, seorang reporter radio hanya membutuhkan alat perekam, reporter televisi membutuhkan sejumlah besar peralatan, mulai dari kamera, baterai cadangan, hingga sejumlah personil yang mendukung. Peliputan media televisi juga dituntut bersifat menyeluruh. Oleh karena itu, peliputan yang dilakukan suatu stasiun televisi nampak menonjol atau bahkan mendominasi ruangan.

(Yadin, 2004, p. 106-108) 2.1.3 Program Televisi

Program televisi diproduksi untuk dikonsumsi pemirsa televisi. Secara umum program televisi dibagi menjadi dua jenis yakni cerita dan non cerita. Jenis cerita dibagi menjadi dua kelompok, kelompok fiksi dan non fiksi. Kelompok fiksi memproduksi film serial (TV series), film Televisi atau FTV (populer lewat saluran televisi SCTV) dan film pendek. Kelompok nonfiksi menggarap aneka program pendidikan, film dokumenter, profil tokoh daerah tertentu, sedangkan program non cerita sendiri menggarap variety show, reality show, tv quiz,

talkshow, dan liputan berita. (Effendy, 2002).

2.1.3.1 Materi Program Televisi

Program acara televisi terdiri dari materi-materi pokok sebagai berikut: 1. Buletin Berita Nasional.

2. Liputan-liputan khusus yang mengupas tentang berbagai masalah terbaru secara mendalam, contohnya: Panorama dan World In Action.

3. Program olah raga.

4. Acara yang mengenai topik-topik khusus yang bersifat informatif, misalnya acara mengenai cara berkebun, memasak, dan hiburan (kuis).

(5)

5. Drama, yang terdiri dari film, Sandiwara, dan sinetron. 6. Acara musik.

7. Acara keagamaan.

8. Acara bincang-bincang (chat show). Pada acara ini si pewawancara mengajukan berbagai pertanyaan yang menarik mengenai kehidupan sehari-hari atau profesi dari seorang tokoh terkenal.

9. Acara untuk anak-anak. 10. Program ilmu pengetahuan. 11. Program pendidikan.

Setiap stasiun televisi memang harus menyiapkan berbagai macam program acara untuk menarik khalayak pemirsa. Karena sama halnya dengan fitur di media cetak, setiap berita dapat dikaitkan dengan promosi produk dan jasa, minat, hobi-hobi khusus, kepribadian ataupun karakter tokoh dan berbagai hal lainnya yang bisa membentuk kaleidoskop program televisi.

(Yadin, 2004, p. 105-106) 2.1.4 Reality Show

Reality show adalah suatu acara yang menampilkan realitas kehidupan

seseorang yang bukan selebriti (orang awam), lalu disiarkan melalui jaringan TV, sehingga bisa dilihat masyarakat. Reality show tidak sekedar mengekspos kehidupan orang tetapi juga menjadi ajang kompetisi, bahkan menjahili orang. (www.wartaekonomi.com)

2.1.4.1 Pengkategorian Reality show

Pengkategorian reality show ada enam jenis yakni:

1. Celebrity reality vs ordinary reality

Celebrity reality adalah tayangan reality show yang menampilkan

kehidupan aktor atau aktris dalam lingkungan keluarga, teman-teman pekerjaan dalam kesehariannya. Contoh: Newlyweds, The

Anna Nicole Show, House Of Carters

Ordinary reality adalah tayangan reality show yang menempatkan

(6)

sehingga orang biasa ini menjadi selebritis yang diidolakan penonton. Contoh: Joe Miliuner Indonesia.

2. Hidden Camera

Mengutip dari: (http://en.wikipedia.org/wiki/reality_television)

“Another type of reality programming features hidden cameras rolling when random passerby encounter a staged situation. The reactions of thr passerby can be funny to watch, but also reveal truth about the human condition”

Jenis lain dari program reality yang dimana gambar diambil melalui kamera tersembunyi yang merekam secara acak orang lewat dalam situasi yang sudah ditentukan sebelumnya. Reaksi orang yang diambil gambarnya akan menjadi tayangan yang lucu untuk ditonton, tetapi juga menampilkan sisi manusia yang sesungguhnya.

Pengambilan gambar hidden camera dilakukan secara diam-diam, tanpa sepengetahuan orang yang diambil gambar dan suaranya tersebut. Sehingga kejadian yang ditampilkan di layar televisi adalah spontanitas atau reaksi sebenarnya. Reaksi dari orang-orang yang diambil gambarnya untuk hidden camera bermacam-macam, marah, sedih, tertawa, dan secara langsung hidden camera juga dapat mengungkap rahasia atau kehidupan pribadi seseorang tanpa pengetahuan orang tersebut. Contoh: MTV Punk’d, Spontan di SCTV.

3. Game Shows

Mengutip dari (http://en.wikipedia.org/wiki/reality_television):

“Another type of reality t is so called reality game shows, in which participants are filmed on nearly-constant basis in an’enclosed environment while competing to win aprize. <...> one of aspect that makes these shows more like reality television than other game shows is that the viewing public can play an active role in deciding the outcome. Usually this done by eliminating participants”.

(7)

Program reality show ini, menempatkan pendukung acara sebagai peserta dalam lingkungan yang terisolasi dan hanya ada kamera yang mengawasi gerak-gerik peserta. Dalam lingkungan tersebut, peserta akan berkompetisi dalam sebuah permainan (fisik, logika, yang telah disusun produser acara. Nantinya, peserta yang memenangkan permainan akan mendapat hadiah dan juga dukungan dari penonton. Agar ada kedekatan antara penonton dan peserta, maka aktivitas dari masing-masing peserta akan ditayangkan di televisi. Sehingga melalui kamera pengawas yang sudah terpasang di lokasi tesebut. Penonton juga ikut terlibat mengawasi dan mengenal masing-masing peserta. Melalui proses eliminasi, penonton menjadi juri dan berkuasa untuk menyingkirkan peserta yang tidak disukai dan mempertahankan peserta yang diidolakan atau dijagokan. Contoh: Indonesian Idol, AFI.

4. Dating Shows

Program reality show ini adalah bentuk mencari jodoh. Melalui serangkaian tahap seleksi yang dilakukan. Maka pada akhirnya akan terpilih satu orang yang dirasa cocok. Contoh: Kontak Jodoh di SCTV.

Mengutip dari (http://en.wikipedia.org./wiki/reality_telvision):

“Another form of reality tv is the relationship reality show, which follows contestant choosing the hand of group of suitors. Over the course of the season, the suitors are eliminated one by one until the end, when only the contestant and the final suitor remains”.

5. Sports Shows

Hampir sama dengan game show, tetapi sport show lebih mengutamakan untuk pencarian atlet dan penyisihan peserta yang ‘tidak layak’ bukan melalui proses eliminasi yang dilakukan penonton. Dengan melalui serangkaian ‘permainan’ yang

(8)

bertemakan olahraga atau fisik, nantinya peserta yang tidak bisa bertahan akan gugur. Contoh: Fear Factor.

6. Analysis

Jenis reality show ini ‘mengarahkan’ peserta pada konsep acara produser. Artinya lokasi syuting, permainan, skenario, dan susana dalam acara ini ‘sengaja’ dibuat seperti itu. Dan nantinya peserta yang terlibat akan menunjukkan sifat ‘asli’-nya dan menciptakan konflik secara ‘tidak disengaja’. Karena lingkungan sekitarnya ‘mendukung’. Contoh: Penghuni terakhir, paradise city E!

Channel

Indonesian Idol termasuk dalam kategori game show, karena kontestan ditempatkan dalam lingkungan yang terisolasi dari kehidupan sehari-harinya. Kontestan Indonesian Idol yang ada dalam lingkungan tersebut akan berkompetisi dalam show spektakuler. Melalui proses eliminasi, penonton menjadi “juri” dan “berkuasa” untuk menyingkirkan kontestan yang tidak disukai dan mempertahankan kontestan yang diidolakan atau dijagokan.

2.1.5 Kombinasi Kualitas Program

Setiap program yang dirancang untuk ditayangkan ditujukan untuk memperoleh jumlah pemirsa yang lebih banyak dan memberikan kepuasan, hiburan, dan informasi bagi pemirsa. Sebuah program harus memiliki konsep dan kualitas tertentu. Bukanlah suatu jaminan kesuksesan bila program mempunyai konsep dan kualitas yang kuat, tetapi bila tidak ada hal tersebut dapat dipastikan program tersebut akan gagal. Program akan berhasil jika ada integrasi yang kuat dari setiap aspek program. Untuk mencapai tujuan dan keberhasilan tersebut,

programming membutuhkan beberapa kombinasi kualitas program menurut Vane

and Gross, yakni,

1. Conflict

Inti terpenting dalam programming adalah konflik. Ini akan menarik perhatian pemirsa, baik dalam program bincang-bincang misalnya, atau komedi. Pembuat komedi akan menghasilkan stimulus bila mampu menempatkan para pemerannya dalam sebuah konflik.

(9)

2. Durability

Ide yang direncanakan untuk sukses jangka panjang belum tentu berhasil pada tayangan pertama. Pemirsa cenderung cepat bosan, perancang program harus mampu mempertahankan perhatian pemirsa, antara lain dengan menilik pemeran dan penulisan cerita. Faktor keuangan juga penting dalam ketahanan program.

3. Likeability

Pemirsa akan senang atau merasa nyaman dengan pameran yang mereka sukai. Orang yang menarik, penampilan baik, dan mengaggumkan akan menyenangkan pemirsa.

4. Consistency

Yang paling penting dipahami dalam konsistensi adalah bahwa sebuah program mempunyai keterbatasan, yaitu tidak dapat meraih semua orang. Berusaha memperluas jangkauan pemirsa dengan menambahkan unsur-unsur yang tidak tepat, bukannya menambah jumlah penonton, tetapi justru dapat akan menyebabkan program itu ditinggalkan oleh pemirsanya karena tidak konsisten.

5. Energy

Diperlukan sesuatu yang dapat menambah rangsangan untuk memasuki tahap program berikutnya. Energi tidak diartikan sebagai gerakan, tetapi gambar atau adegan yang membuat pemirsa enggan meninggalkan sebuah program. Misalnya adegan percintaan, sorotan mata yang indah, atau dapat pula kostum dari pendukungnya.

6. Professional Staffing

Keberhasilan Program bisa juga disebabkan oleh staf yang membangun sebuah program, misalnya kekuatan dalam membuat konsep, pemilihan pemeran (casting) dan lainnya.

7. Timing

Sebuah program akan berhasil juga tergantung dari ketepatan waktu penayangan.

(10)

8. Trend Awareness

Kesuksesan program ditentukan oleh kemampuan para penyusun program dalam melihat dan mempelajari trend di masyarakat.

9. Adequate Budget

Para programmer harus menyediakan dana cukup kepada produser untuk membuat sebuah program.

10. Salability

Dalam dunia TV swasta, daya jual sebuah program akan efektif bila melalui 3 tahapan, yaitu, ketika pembuat program mencari distributor; ketika distributor mencari iklan; dan ketika pembuat program dan distributor berusaha memperoleh penonton.

11. One Voice of Authority

Meskipun berbagai pihak dapat meyumbangkan ide-ide, namun tetap dibutuhkan satu orang saja yang berwenang untuk mengambil keputusan.

12. Inovation and Freshness

Kebutuhan kualitas akan inovasi (hal-hal yang baru) dan kesegaran sangat diperlukan dalam sebuah program. Apabila tidak ada sesuatu yang baru, tentunya orang malas untuk menonton.

Vane dan Gross (1994, p. 109-119) Dari dua belas kombinasi kualitas program, hanya enam saja yang digunakan sebagai indikator program, antara lain sebagai berikut:

1. Likeability

Likeability digunakan karena peneliti ingin mengetahui sejauh mana

perasaan pemirsa terhadap program Indoensian Idol. 2. Consistency

Consistency digunakan karena peneliti ingin mengetahui apakah

Indonesian Idol mempunyai konsep yang tetap di mata pemirsa, setiap program tentunya mempunyai keterbatasan. Penambahan unsur untuk memperluas jangkauan pemirsa akan membuat sebuah program akan ditinggalkan pemirsa, dalam Indonesian Idol pergantian juri yang sering terjadi pada Indonesian Idol, maka dari itu peneliti ingin mengetahui

(11)

apakah pergantian juri sebagai akan memberi pengaruh pada peningkatan kualitas Indonesian Idol.

3. Energy

Energy digunakan karena banyak contoh rangsangan sebagai bentuk energy yang diberikan program Indonesian Idol pada pemirsa untuk

memasuki tahap selanjutnya. 4. Timing

Timing digunakan sebagai indikator untuk mengetahui tepat atau tidaknya

jam penayangan ulang Indonesian Idol, mengingat program tersebut tayang pada malam hari.

5. Trend Awareness

Trend Awareness digunakan sebagai indikator untuk mengukur penilaian

pemirsa terhadap program Indonesian Idol, apakah program ini berhasil menjadi sebuah trend di masyarakat.

6. Inovation and Freshness

Inovation and Freshness digunakan sebagai indikator karena digunakan

untuk mengetahui apakah program Indonesian Idol mempu menghasilkan sebuah inovasi di bidang tarik suara. karena dengan adanya sesuatu yang baru pada sebuah program akan membuat pemirsa semangat untuk menonton.

Tidak semua dua belas kombinasi kualitas program dipakai didalam penelitian ini, adapun yang tidak dipakai sebagai indikator adalah sebagai berikut:

1. Conflict

Conflict tidak digunakan sebagai indikator karena pengertian dari Conflict sendiri yaitu perselisihan dan pertentangan. Dalam tayangan Indonesian Idol, tidak menampilkan conflict antar kontestan, melainkan

persaingan untuk menjadi Idol. 2. Durability

3. Professional staffing 4. Adequate Budget 5. Salability

(12)

Untuk Durability, Professional staffing, Adequate Budget, Salability,dan

One Voice Of Authority, tidak digunakan dalam penelitian ini karena peneliti

hanya meneliti tampilannya saja di televisi , tidak meliputi pembuatannya, karena yang ingin diketahui adalah pengaruh program tayangan Indonesian Idol terhadap sikap pemirsa.

2.1.6 Efek Komunikasi Massa

Pendekatan uses and gratification mempersoalkan apa yang dilakukan orang pada media, yakni menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya. Umumnya kita lebih tertarik bukan pada apa yang kita lakukan pada media, tetapi apa yang media lakukan pada kita Kita ingin tahu bukan untuk apa kita membaca surat kabar atau menonton televisi, tetapi bagaimana surat kabar dan televisi menambah pengetahuan, mengubah sikap, atau menggerakkan perilaku kita. Inilah yang disebut sebagai efek komunikasi massa. Ada suatu saat ketika media massa dipandang sangat berpengaruh, tetapi ada saat lain ketika media massa dianggap sedikit. Perbedaan pandangan ini tidak saja disebabkan karena perbedaan latar belakang teoritis, atau latar belakang historis, tetapi juga karena perbedaan mengartikan “efek”.

Seperti yang dinyatakan Donald K. Robert (Schramm dan Roberts, 1977, p. 359) ada yang beranggapan bahwa efek hanyalah “perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa”. Karena fokusnya pesan, maka efek haruslah berkaitan dengan pesan yang disampaikan media massa.

Menurut Steven M. Chaffee (Dalam Wilhoit dan Harold de Bock, 1980, p. 78) ini adalah pendekatan pertama dalam melihat efek media massa. Pendekatan kedua ialah melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa-penerimaan informasi, perubahan perasaan atau sikap, dan perubahan perilaku atau dengan istilah lain, perubahan kognitif, afektif, dan behavioral. Pendekatan ketiga meninjau satuan observasi yang dikenai efek komunikasi massa-Individu, kelompok, orgnisasi, masyarakat dan bangsa.

Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang kau ketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau informasi lain. Efek afektif timbul

(13)

bila ada perubahan yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungan dengan emosi, sikap, atau nilai. Efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku (Rakhmat, 2003, p. 217).

2.1.7 Teori Sikap 2.1.7.1 Definisi Sikap

“Para ahli psikologi seperti Louis Thurstone (1928), RensisLikert (1932), dan Charles Osgood, menurut mereka, sikap adalah bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut (Berkowitz, 1972)” (Azwar, 2007, p.4-5).

2.1.7.2 Struktur Sikap

Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif, komponen afektif, komponen konatif. Berikut penjabarannya:

• Komponen Kognitif

Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan datang dari apa telah kita lihat, yang kemudian akan membentuk suatu ide atau gagasan mengenai karakteristik umum suatu objek. Sekali kepercayaan itu terbentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dari objek tertentu. Dengan demikian interaksi kita dengan pengalaman masa datang serta prediksi kita mengenai pengalaman tersebut akan mempunyai arti dan keteraturan. Kepercayaan akan menyederhanakan dan mengatur apa yang kita lihat dan temui.

”Menurut Fisher, dari segi psikologi komunikasi, respon yang terjadi di masa lalu dapat meramalkan respon yang akan datang. Dari respons masa lalu tersebut timbul perhatian pada gudang memori (memory

storage) & set yang kemudian terjadi dengan peneguhan yang disebut feedback” (Rakhmat, 2003, p.9).

(14)

• Komponen Afektif

Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun, pengertian perasaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap.

Reaksi emosional yang merupakan komponen afektif ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar dan berlaku bagi objek yang termaksud

(Azwar, 2007, p. 26) • Komponen Konatif

Komponen konatif merupakan kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang terhadap objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Maksudnya adalah bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.

Pengertian kecenderungan berperilaku menunjukkan bahwa komponen konatif meliputi bentuk perilaku yang tidak hanya dapat dilihat secara langsung saja, akan tetapi meliputi pula bentuk-bentuk perilaku berupa pernyataan dan perkataan yang diucapkan seseorang.

Seseorang mempunyai sikap positif terhadap mode rambut remaja masa kini tidak harus dicerminkan oleh ikut sertanya ia memotongkan rambutnya dengan mode rambut masa kini. Akan tetapi dapat disimpulkan dari pernyataan yang mengatakan bahwa ia mau memotongkan rambutnya menurut model tersebut andaikan ia masih remaja atau dari pernyataannya yang tidak menentang mode rambut tersebut. Tidak adanya jaminan bahwa kecenderungan berperilaku itu akan benar-benar ditampakkan

(15)

dalam bentuk perilaku yang sesuai apabila individu berada dalam situasi yang termaksud

(Azwar, 1995, p. 27). Maka sikap pemirsa dijadikan indikator berdasarkan ketiga komponen diatas yang meliputi sebagai berikut:

1. Pengetahuan, 2. Kepercayaan, 3. Pikiran, 4. Perasaan, 5. Perilaku

2.1.7.3 Interaksi Komponen Sikap

Bila ketiga komponen sikap tersebut berinteraksi maka akan selaras dan konsisten, dikarenakan apabila dihadapkan dengan satu objek sikap yang sama maka ketiga komponen itu harus mempolakan arah sikap yang seragam.

Azwar mengatakan apabila salah satu saja diantara ketiga komponen sikap tidak konsisten maka akan terjadi ketidakselarasan yang menyebabkan timbulnya mekanisme perubahan sikap sedemikian rupa sehingga konsistensi itu tercapai kembali. (Azwar, 1995, p. 28)

2.1.7.4 Pembentukan Sikap

“Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar adanya kontak sosial dan hubungan individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota masyarakat” (Azwar, 1995, p. 30). 2.1.7.5 Pengalaman Pribadi

Apa yang sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk mempunyai tanggapan dan penghayatan,

(16)

seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Apakah kemudian penghayatan itu akan membentuk sikap positif maupun negatif, akan tergantung berbagai faktor lain. Middlebrook (1974) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.

Pembentukan kesan atau tanggapan terhadap objek merupakan proses kompleks dalam diri individu yang melibatkan individu yang bersangkutan, situasi dimana tanggapan itu terbentuk dan atribut atau ciri-ciri objektif yang dimiliki stimulus.

Untuk menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus memberikan kesan yang kuat. Karena itu sikap terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosiona (Azwar, 1995).

2.1.7.6 Teori Fungsional Katz

Untuk memahami sikap menerima dan menolak perubahan haruslah berangkat dari dasar motivasional sikap itu sendiri. Fungsi sikap bagi manusia telah dirumuskannya menjadi empat macam, yaitu:

1. Fungsi Instrumental, Fungsi Penyesuaian, atau Fungsi Manfaat Individu dengan sikapnya berusaha untuk memaksimalkan hal-hal yang diinginkan dan meminimalkan hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan demikian individu akan membentuk sikap positif terhadap hal-hal yang dirasakannya akan mendatangkan keuntungan dan membentuk sikap negatif terhadap hal-hal yang dirasanya akan merugikan dirinya.

2. Fungsi Pertahanan Ego

Sewaktu individu mengalami hal yang tidak menyenangkan dan dirasa akan mengancam egonya, maka sikapnya dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego yang melindunginya dari kepahitan kenyataan tersebut.

3. Fungsi Pernyataan Nilai

Nilai adalah konsep dasar mengenai apa yang dipandang sebagai baik dan diinginkan. Nilai-nilai terminal merupakan preferensi

(17)

mengenai keadaan akhir tertentu seperti persamaan kemerdekaan, hak asasi, dll. Nilai-nilai instrumental merupakan preferensi atau pilihan mengenai berbagai perilaku dan sifat pribadi seperti kejujuran, keberanian, kepatuhan, akan aturan. Dengan fungsi seperti ini seseorang seringkali mengembangkan sikap tertentu untuk memperoleh kepuasan dalam menyatakan nilai yang dianutnya yang sesuai dengan penilaian pribadi dan konsep dirinya. Sikap digunakan sebagai sarana ekspresi nilai sentral dalam dirinya. 4. Fungsi Pertahanan

Menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur-unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun dan ditata kembali atau diubah sedemikian rupa sehingga tercapai suatu konsistensi. Sikap digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap fenomena luar yang ada dan mengorganisasikannya.

(Azwar, 2007, p.53-54) 2.1.8 Pemirsa

2.1.8.1 Definisi Pemirsa

Pemirsa adalah orang-orang yang menjadi sasaran media komunikasi massa. Dalam hal ini istilah pemirsa merujuk ke arah penonton televisi. audiens yang terbesar adalah populasi yang tersedia untuk menerima “tawaran” komunikasi tertentu dan menurut McQuail audiens dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pendengar, pembaca, pemirsa berbagai media atau komponen isinya.

Dengan demikian, semua yang memiliki pesawat televisi adalah audiens tv dalam artian tertentu. (McQuail, 1987)

2.1.8.2 Konsep Diri Pemirsa

Hampir sebagian besar acara televisi TVRI, RCTI, TPI, selalu menyajikan acara yang terbaik bagi pemirsa di rumah. Keberadaan berbagai macam pola acara

(18)

ini akan mempengaruhi pemirsa untuk membuka dirinya dalam menerima nilai-nilai budaya dan moral yang ditayangkan acara televisi.

Konsep diri pemirsa setelah menyaksikan tayangan acara televisi, jelas menentukan seberapa jauh media televisi itu mempunyai dampak yang menyentuh aspek kepribadian pemirsa secara emosional, intelektual, maupun sosial (Kuswandi, 1996).

2.1.8.3 Konsep Alternatif Audiens

1. Audiens sebagai kumpulan penonton, pembaca, pendengar, dan pemirsa. Kumpulan ini merupakan bentuk yang paling dikenali dan versi yang diterapkan dalam hampir seluruh penelitian media itu sendiri. Terfokus pada jumlah total orang yang dapat dijangkau oleh ’satuan isi’ media tertentu

2. Audiens sebagai massa.

Pandangan tentang audiens ini menekankan pada ukurannya yang besar, heterogenitas, penyebaran, dan anonimitasnya serta lemahnya organisasi sosial dan komposisinya yang berubah dengan cepat dan tidak konsisten. 3. Audiens sebagai publik atau kelompok sosial

Unsur pentingnya adalah praeksistensi dari kelompok sosial yang aktif, interaktif, dan sebagian besar otonom yang dilayani media tertentu, tetapi keberadaannya tidak bergantung pada media. Kita dapat mengatakan bahwa audiens yang terutama dipandang sebagai publik atau kelompok sosial akan memiliki tingkat kesadaran tertentu, jati diri bersama, dan kemungkinan untuk berinteraksi secara internal dan mempengaruhi pasok komunikasi.

4. Audiens sebagai pasar

Yang menimbulkan konsep audiens sebagai pasar adalah perkembangan ekonomi abad terakhir. Produk media merupakan komoditi atau jasa yang akan ditawarkan untuk dijual pada sekumpulan konsumen tertentu yang potensial, yang bersaing dengan produk media lainnya.

(19)

2.2 Nisbah antar konsep

Televisi mempunyai kelebihan dari media massa yang lain, yakni sifatnya yang audio visual sehingga dapat memenuhi kebutuhan khalayak tanpa harus mengalami gangguan jarak. Televisi merupakan bagian dari komunikasi massa karena televisi mempunyai tujuan khalayak sasaran yakni untuk memberi informasi, mendidik, menghibur dan mempengaruhi serta akan mengakibatkan umpan balik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Program televisi baik fiksi maupun non fiksi diproduksi untuk dikonsumsi oleh pemirsa televisi. Indonesian Idol termasuk tayangan non fiksi yang bergenre interactive reality

game show. Indonesian Idol termasuk program yang sukses, hal ini terbukti

dengan terpilihnya Indonesian Idol sebagai Music and Variety show terbaik oleh

Panasonic Award. Keberhasilan Program ini tentunya tidak terlepas dari

kombinasi kualitas program, adanya integrasi yang kuat dari setiap aspek programlah yang membuat sebuah program akan berhasil. Program televisi, merupakan wujud komunikasi dari media televisi yang akan memberikan efek pada sikap pemirsanya. Sikap pemirsa terdiri dari 3 komponen yakni kognitif, afektif, dan konatif, yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, pikiran, perasaan dan perilaku.

(20)

2.3 Kerangka pemikiran

2.4 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

Ho : Diduga tidak ada pengaruh antara program “ Indonesian Idol” yang di RCTI terhadap sikap pemirsa di Surabaya.

H1 : Diduga ada pengaruh antara program “ Indonesian Idol” yang di RCTI terhadap sikap pemirsa di Surabaya.

Program “Indonesian Idol” di RCTI

Sikap: 1. Pengetahuan 2. Kepercayaan 3. Pikiran 4. Perasaan 5. Perilaku Program : 1. Likeability 2. Consistency 3. Energy 4. Timing 5. Trend Awareness 6. Inovation and Freshness

Referensi

Dokumen terkait

Dokter keluarga adalah dokter yang memiliki tanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama serta pelayanan kesehatan yang menyeluruh yang

Seberapa besar pengaruh informasi laba, kebijakan dividen dan profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode

Metode peramalan merupakan cara untuk memperkirakan secara kuantitatif apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan dasar kata yang releven pada masa lalu.. Dengan kata

Musyawarah Desa/Musyawarah Antar Desa, penasihat, pelaksana operasional, pengawas, wewenang dan tugas masing-masing perangkat Organisasi BUM Desa/BUM Desa bersama,

Dalam rangka penerimaan calon santri baru di pesantren Mukmin Mandiri Sidoarjo, dilakukan tes seleksi penerimaan santri baru. Tes seleksi sering dikenal dengan istilah

Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) pada Laporan Tahunan Perusahaan; Studi Empiris pada Perusahaan Publik yang

Satu satunya indikasi mineralisasi logam di Kabupaten Bener Meriah berdasarkan basis data Pusat Sumber Daya Geologi, ditemukan di bagian barat berbatasan dengan Kabupaten

Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan