commit to user
LAPORAN TUGAS AKHIR
PEMBUATAN ALAT SPRAY DRYER UNTUK ZAT WARNA ALAMI
TIPE KONTINYU BERLAWANAN ARAH
MENGGUNAKAN UDARA PANAS
Disusun oleh :
1. Bambang Wahyu S. I8309006
2. Hanung Sakti H. I8309018
3. Julia Eka Kartika I8309023
4. Yuanita Kristiani I8309043
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT ynag telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir (TA) ini
dengan baik. Laporan ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi pada Progam Diploma III Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dengan selesainya Tugas Akhir ini dan tersusunnya laporan Tugas Akhir
ini, maka kami menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Sunu H Pranolo, selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Bregas STS, S.T., M.T., selaku Ketua Progam Studi Diploma III
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Bapak Ir.Paryanto,M.S selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Progam
Diploma III Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
terselesainya Tugas Akhir ini.
Untuk pengembangan laporan kearah lebih baik, kritik dan saran atas
laporan Tugas Akhir ini sangat kami harapkan. Akhir kata semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi penyusun maupun pembaca yang memerlukannya.
Surakarta, Juli 2012
commit to user
B. Kerangka Pemikiran ... 17
BAB III METODE PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ……… 18
A. Bahan yang Digunakan ………... 18
B. Lokasi ... 18
C. Spesifikasi Alat ... 18
D. Cara Kerja ... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …...……….. 21
A. Hasil ... …….………….………. 21
B. Pembahasan ... 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
A. Kesimpulan …...……….………... 29
B. Saran ... 30
DAFTAR PUSTAKA ……….. 31
LAMPIRAN
commit to user vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tray Dryer ………...…………..8
Gambar 2.2 Rotary Dryer ………...…....8
Gambar 2.3 Spray Dryer ………...…...…….9
Gambar 2.4 Pohon Mahoni...12
Gambar 2.5 Pohon Soga Jambal...14
Gambar 2.6 Pohon Tegeran...16
Gambar 4.1 Rangkaian Alat Spay Dryer...21
Gambar 4.2 Tangki Pengering ... 22
Gambar 4.3 Cyclone...23
Gambar 4.4 Serbuk mahoni ...24
Gambar 4.5 Serbuk tegeran ...25
Gambar 4.6 Serbuk Jambal...25
Gambar 4.7 Aplikasi Zat Warna dari Kulit Kayu Mahoni... 25
Gambar 4.8 Aplikasi Zat Warna dari Kayu Tegeran...26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Pembuatan Serbuk dari ekstrak mahoni……...……….24
Table 4.2 Hasil Pembuatan Serbuk dari Ekstrak Tenger……...………24
commit to user
BAMBANG WAHYU S, HANUNG SAKTI H, JULIA EKA KARTIKA, YUANITA KRISTIANI, 2012. LAPORAN TUGAS AKHIR “MANUFACTURE
EQUIPMENT SPRAY DRYER FOR DYE NATURAL WITH
UNIDIRECTIONAL CONTINUOUS TYPES BY USING HOT AIR” PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK KIMIA, FAKULTAS TEKNIK,
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA.
Dye powder is produced from natural materials such as mahogany leather,
tegeran wood and jambal wood leather. And then materials dried with a tool called
spray dryer. Extract of the dye dissipated in a dryer tank with hot air blown by certain
temperature so that evaporation occurs until the dye solution turned into dust particles
and fall be dye powder.
produce as much as 2.74 grams of powder, and then jambal wood leather, contained
of dye 2.39 grams of produce as much as 2.05 grams of powder.
In the application of the dye was done by using immersion dyeing with the
same amount two times dipping in the dye powder that has been diluted with water in
comparison concentration 1:30, 1:50 and 1:70. And the best results are obtained on
immersion dyeing with 1:50 ratio.
To lock the color that does not fade during washing process performed by
using fixation process with tunjung leaf (FeSO4), alum and lime. Of the three kinds
of fixation mentioned the best result was obtained using lime because the result
inclined not change from the step before fixation.
From the experiment results for several types of materials are leather of
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
for the mahogany leather of 86.54%, and yield of wood tegeran obtained by 89.54%
commit to user
1
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring kemajuan teknologi dengan ditemukannya zat warna sintetis maka
penggunaan zat warna alami semakin terkikis. Pewarna sintetis mempunyai
keuntungan yang nyata dibandingkan pewarna alami yaitu mempunyai warna
yang lebih mencolok,lebih seragam,dan lebih praktis dalam penggunaanya,akan
tetapi di dalam zat warna sintetis ini banyak terdapat logam yang berbahaya bagi
lingkungan. Untuk itu sebagai upaya untuk menggangkat kembali penggunaan
zat warna alam maka dilakukan pengembangan zat warna alam dengan
melakukan eksplorasi sumber-sumber zat warna alam.
Zat warna alami adalah zat warna (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan,
hewan atau sumber-sumber mineral. Zat warna ini telah sejak dahulu digunakan
untuk pewarna tekstil, makanan,dan kosmetik,sampai sekarang umumnya
penggunaannya dianggap lebih aman dari pada zat warna sintetis. Keuntungan
zat warna alami dibanding dengan zat warna sintetis adalah zat warna alami
lebih ramah lingkungan karena tidak beracun dan tidak mencemari lingkungan.
Zat warna alam pada umunya diperoleh dari tumbuhan antara lain kunyit
warna akan menjamur dan membusuk.
Untuk menanggulangi masalah tersebut dalam penyimpanan zat warna alami
yang biasanya disimpan dalam bentuk cair zat warna alami dapat disimpan
dalam bentuk serbuk. Pembuatan serbuk zat warna alami dengan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tugas Akhir Pembuatan Alat Spray Dryer untuk Zat Warna Alami Tipe Kontinyu Searah Dengan Menggunakan Udara Panas
2
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
mengeringkan ekstrak zat warna alami dengan salah satu alat pengering yaitu
spray dryer.
Spray dryer adalah jenis alat pengering yang menggunakan metode
penghamburan larutan suspensi atau pasta yang dikontakkan dengan udara
pengering secara langsung.
B. PERUMUSAN MASALAH
Spray dryer dapat digunakan untuk membuat serbuk dari berbagai macam
ekstrak zat warna alam, misalnya ekstrak kayu mahoni, biji kesumba, kayu
secang, dan lain-lain. Pada pembuatan alat spray dryer ini bahan yang digunakan
adalah stainless steel dan sebagai sampel adalah ekstrak dari kayu mahoni.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka permasalahan dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana pembuatan alat pengering zat warna alami (spray dryer) tipe
kontinyu searah dengan menggunakan pemanas udara, dengan pemasukan
dan pengeluaran secara kontinyu.
2. Bagaimana unjuk kerja spray dryer yang diperoleh untuk menghasilkan
serbuk zat warna alami dan hasil pengaplikasianya pada kain.
C. TUJUAN
Tujuan tugas akhir ini adalah :
1. Membuat alat pengering zat warna alami (spray dryer) tipe kontinyu
searah dengan menggunakan pemanas udara, dengan pemasukan dan
pengeluaran secara kontinyu.
2. Menghasilkan serbuk zat warna alami dan aplikasinya.
commit to user
3
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
D. MANFAAT
Pembuatan rangkaian alat ini diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai
berikut :
1. Mahasiswa dapat menambah wawasan dan keterampilan dalam
mengaplikasikan disiplin ilmu Teknik Kimia yang didapat terutama
tentang proses pengeringan pada alat spray dryer.
2. Masyarakat dapat memanfaatkan serbuk zat warna alam yang telah
dihasilkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tugas Akhir Pembuatan Alat Spray Dryer untuk Zat Warna Alami Tipe Kontinyu Searah Dengan Menggunakan Udara Panas
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
A.1 Pengertian Pengeringan
Pengeringan adalah pengambilan cairan dari suatu bahan padatan yang
lembab dengan cara menguapkan cairan tersebut dan membuang uap yang
terbentuk. Karena memerlukan panas, proses ini disebut pengeringan termal.
Setiap pengeringan termal ditandai oleh adanya perpindahan panas dan
massa yang berlangsung bersamaan (Bernasconi,dkk., 1995).
A.2 Perpindahan Panas Pada Pengeringan
Kuantitas panas yang diperlukan untuk pengeringan terdiri atas :
- Panas untuk memanaskan bahan yang dikeringkan hingga mencapai suhu
pengeringan.
- Panas penguapan untuk mengubah cairan ke fase uap.
- Panas yang hilang ke lingkungan.
Panas diberikan pada bahan yang akan dikeringkan dengan konduksi,
konveksi atau radiasi. Pertukaran panas dapat terjadi secara langsung atau
tidak langsung. Media pemanas yang digunakan antara lain udara dan steam.
a. Pengeringan Konveksi
Panas yang diperlukan dipindahkan secara langsung ke bahan yang
akan dikeringkan oleh suatu gas panas (biasanya udara). Dalam hal ini
bahan yang akan dikeringkan dapat dikontakkan dengan udara panas
menurut cara yang berbeda-beda misalnya fluidisasi dan penghamburan
(spray).
Suatu pertukaran panas yang baik dapat tercapai, bila antar udara
panas dan bahan yang dikeringkan terdapat selisih kecepatan yang besar.
Udara panas tidak hanya digunakan untuk memanaskan bahan basah,
tetapi juga untuk menyerap dan mengeluarkan uap yang terjadi. Oleh
commit to user
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
karena itu pada saat memasuki alat pengering, udara harus sekering
mungkin (daya serap udara terhadap uap jenuh lebih besar pada suhu
yang lebih tinggi). Selama berlangsungnya proses pengeringan, udara
panas berubah menjadi dingin (panas diberikan pada bahan yang
dikeringkan).
b. Pengeringan Konduksi
Panas yang dibutuhkan diberikan kepada bahan dengan
penghantaran panas tak langsung. Dalam hal ini bahan yang dikeringkan
diletakkan pada permukaan yang telah dipanasi (misalnya dalam drum
dryer, lemari pengering vakum) atau dilewatkan melalui permukaan
serupa itu satu kali ataupun berulang-ulang (misalnya dalam alat disk
dryer, alat pengering kerucut ganda, alat pengering serok).
Pengeringan konduksi sesuai untuk pasta-pasta, untuk bahan yang
berbentuk granular atau yang berupa cairan dengan viskositas yang
rendah. Pengeringan kontak biasanya dilakukan dalam kondisi vakum.
Pada tekanan yang rendah, titik didih cairan menjadi turun, sehingga
bahan-bahan yang peka terhadap suhu, yang mudah terbakar atau yang
mudah terdegradasi juga dapat dikerjakan.
c. Pengeringan Radiasi
Panas yang diperlukan dipindahkan secara langsung sebagai radiasi
inframerah dari suatu sumber panas ke bahan yang akan dikeringkan.
Untuk memindahkan kuantitas panas yang besar temperatur radiasi harus
tinggi (400-2000oC), dengan suhu tersebut waktu pengeringan dapat
menjadi singkat (Bernasconi, dkk., 1995).
A.3. Teori Pengeringan Fase Cair
Pada pengeringan fase cair ini bahan yang akan dikeringkan
dihamburkan dengan menggunakan nozzle. Nozzle merupakan alat hambur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tugas Akhir Pembuatan Alat Spray Dryer untuk Zat Warna Alami Tipe Kontinyu Searah Dengan Menggunakan Udara Panas
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
suspensi atau pasta yang sehomogen mungkin. Nozzle digunakan untuk
mengubah fase kontinyu menjadi discret, dari bentuk cairan menjadi
potongan-potongan cairan (padatan) atau kabut.
a. Nozzle Bertekanan
Atomisasi nozzle bertekanan yaitu dengan menekan cairan di bawah
tekanan yang tinggi dan dengan putaran pipa kecil yang terus menerus.
Tekanan antara 2700-6900 kpa/m2, tergantung pada derajat atomisasi,
kapasitas dan peralatan. Diameter pipa nozzle mempunyai ukuran antara
0,25-0,4 mm tergantung pada tekanan yang diinginkan untuk memberikan
kapasitas dan derajat yang diinginkan.
b. Nozzle Dua Aliran
Nozzle dua aliran tidak beroperasi secara efisien sehingga tidak dapat
digunakan untuk aliran dengan kapasitas besar. Keuntungan dari nozzle dua
aliran mampu beroperasi pada tekanan yang relatif rendah yaitu antara
0-400 kpa/m2, selama mengatomisasi cairan tekanannya tidak lebih dari 700
kpa/m2. Cairan diatomisasi dalam bentuk steam atau udara.
c. Nozzle Cakram Sentrifugal
Nozzle cakram sentrifugal mengatomisasi cairan dengan
memperluasnya dalam lembaran tipis dengan kecepatan yang tinggi dari
sekeliling cakram. Diameter cakram berkisar antara 5 cm dalam skala kecil
sampai 35 cm untuk pengering tanaman. Kecepatan putaran cakram antara
3.000-50.000 rad/menit. Keuntungan dari atomisasi cakram sentrifugal
adalah mampu mengatomisasi suspensi atau campuran yang mengkikis dan
menyumbat nozzle (Perry, 1999).
commit to user
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
A.4. Alat Pengeringan
A.4.1. Kriteria Pemilihan Alat Pengering
Disamping pertimbangan ekonomi, pemilihan alat pengering juga
ditentukan oleh faktor-faktor berikut :
- Kondisi bahan yang dikeringkan (bahan padat alat pengering juga pasta,
suspensi).
- Sifat-sifat bahan yang dikeringkan (misalnya apakah menimbulkan bahaya
kebakaran, ketahanan panas, bersifat oksidasi).
- Jenis cairan yang terkandung dalam bahan yang dikeringkan (air, pelarut
organik, bahan mudah terbakar, korosif , beracun).
- Kuantitas bahan yang dikeringkan.
- Operasi kontinyu atau tidak kontinyu (Bernasconi, dkk., 1995).
A.4.2. Jenis Alat Pengering
1. Tray Dryer (alat pengering rak)
Alat pengering berbentuk persegi dan didalamnya berisi rak-rak yang
digunakan sebagai tempat bahan yang akan dikeringkan. Udara pengering
dihasilkan dari blower yang dihembuskan melewati heater untuk memanaskan
udara yang selanjutnya dialirkan menuju rak-rak yang didalamnya berisi bahan
yang akan dikeringkan.Tray dryer cocok digunakan untuk bahan yang
berbentuk padat dan butiran. Alat ini sering digunakan untuk produk yang
jumlahnya tidak terlalu besar. Lama pengeringan dengan tray dryer selama
10-60 menit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tugas Akhir Pembuatan Alat Spray Dryer untuk Zat Warna Alami Tipe Kontinyu Searah Dengan Menggunakan Udara Panas
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
Gambar II. 1 Tray dryer
2. Rotary Dryer
Pengering kontak langsung yang beroperasi secara kontinyu,
terdiri atas silinder yang berputar perlahan, biasanya dimiringkan beberapa
derajat dari bidang horizontal untuk membantu perpindahan umpan basah
yang dimasukkan pada atas ujung drum. Bahan yang akan dikeringkan
umumnya diumpankan dari bagian atas silinder dan bahan yang kering
menuju ke bagian bawah silinder. Rotary dryer umumnya digunakan untuk
bahan padat dan butiran.
Gambar II. 2 Rotary dryer
commit to user
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Spray Dryer
Padatan dan cairan yang dipompakan dihamburkan ke dalam media
pengering. Area spesifik yang luas dari partikel kecil mengikuti aliran larutan
untuk dipekatkan dengan cepat, kemudian berubah menjadi serbuk. Produk
kering dan udara pengering dihilangkan pada bagian bawah menara pengering
an produk dipisahkan di dalam siklon pemisah. Spray dryer digunakan untuk
mengeringkan bahan jenis larutan, suspensi dan pasta (Brown, 1955).
Gambar II. 3 spray dryer
A.6. Zat Warna Alami
Zat warna alami adalah zat warna yang diperoleh dari alam atau
tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara tradisional
zat warna alami diperoleh dengan ekstraksi atau perebusan tanaman yang
ada disekitarnya. Bagian-bagian tanaman yang dapat digunakan untuk zat
warna alami antara lain kulit, ranting, daun, akar,bunga,biji, atau getah. Zat
warna alami mempunyai efek warna yang indah dan khas, sehingga masih
banyak orang yang menyukainya dan merupakan pendukung produk-produk
eksklusif dan bernilai seni tinggi, namun pewarnaan ini melalui proses yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tugas Akhir Pembuatan Alat Spray Dryer untuk Zat Warna Alami Tipe Kontinyu Searah Dengan Menggunakan Udara Panas
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
Beberapa contoh zat warna alami yang biasa digunakan untuk
mewarnai makanan (Nur Hidayat dan Elfi Anis, 2006), yaitu :
KAROTEN, menghasilkan warna jingga sampai merah. Biasanya
digunakan untuk mewarnai produk-produk minyak dan lemak seperti
minyak goreng dan margarin. Dapat diperoleh dari wortel dan pepaya. BIKSIN, memberikan warna kuning seperti mentega. Biksin diperoleh
dari biji pohon Bixa orellana yang terdapat di daerah tropis dan sering
digunakan untuk mewarnai mentega, margarin, minyak jagung dan salad
dressing.
KARAMEL, berwarna coklat gelap dan merupakan hasil dari hidrolisis (pemecahan) karbohidrat, gula pasir, laktosa dan sirup malt. Karamel
terdiri dari 3 jenis, yaitu karamel tahan asam yang sering digunakan untuk
minuman berkarbonat, karamel cair untuk roti dan biskuit, serta karamel
kering. Selain sebagai pemanis, gula kelapa juga membrikan warna merah
kecoklatan pada minuman.
KLOROFIL, menghasilkan warna hijau,diperoleh dari daun-daunan.
Penggunaan paling banyak pada makanan. Pigmen klorofil banyak
terdapat pada daun-daunan, misanya daun suji dan daun pandan. Selain
sebagai penghasil warna hijau juga memiliki harum yang khas.
ANTOSIANIN, penghasil warna merah, orange,ungu dan biru. Banyak
terdapat pada bunga dan buah-buahan seperti bunga mawar, pacar air,
kembang sepatu,bunga kana, krisan dan buah apel,ceri,anggur, strawberri.
KURKUMIN, berasal dari kunyit sebagai salah satu bumbu dapur
sekaligus pemberi warna kuning.
Zat warna alami yang umumnya digunakan untuk pewarna batik
antara lain :
1. Kayu Mahoni (Swietenia mahogani).
commit to user
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pohon mahoni selama ini dikenal sebagai penyejuk jalanan atau sebagai
bahan untuk membuat segala bentuk furniture. Berdasarkan penelitian di
laboratorium,pohon mahoni (Swietenia mahogany),termasuk pohon yang
bisa mengurangi polusi udara sekitar 47-69%.
Mahoni merupakan tanaman yang berasal dari Hindia barat dan
Afrika, dapat tumbuh subur bila tumbuh dipasir payau dekat dengan pantai.
Mahoni dikelompokkan menjadi dua, mahoni berdaun kecil (Switenia
mahogany Jacq.) dan mahoni berdaun besar (Swietenia macrophylla King).
Keduanya termasuk kedalam keluarga Meliaceae. Sifat ekologis yang
sangat penting untuk membedakan Switenia mahogani dari Swietenia
macrophylla yaitu kemampuan tumbuh didaerah kering. Jenis ini secara
alami dijumpai pada iklim dengan curah hujan tahunan 580-800 mm.
Pohon mahoni selalu hijau sampai semi hijau, tinggi mencapai 30-35
m. Penyebarannya dengan biji, setelah umurnya antara 7-8 tahun mahoni
sudah mulai berbunga. Kulit abu-abu dan halus ketika masih muda,berubah
menjadi coklat tua, membumbung (beralur) dan mengelupas setelah tua.
Daun bertandan,licin,tidak berbulu,panjang 12-15 cm majemuk menyirip
dengan 2-4 pasang daun. Daun bulat telur,ujung lancip,panjang 5-6 cm,
lebar 2-3 cm hijau tua ,licin ,tidak berbulu. Bunga berkelamin tunggal, kecil,
putih, panjang 8-15 cm malai ramping. Benih berwarna coklat yang
panjangnya 4-5 cm. Kotiledon berada pada dua pertiga panjang sisi benih.
coklat yang panjangnya 4-5 cm. Kotiledon berada pada dua pertiga panjang
sisi benih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tugas Akhir Pembuatan Alat Spray Dryer untuk Zat Warna Alami Tipe Kontinyu Searah Dengan Menggunakan Udara Panas
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
Gambar II.4 Pohon Mahoni
Sistematika Tumbuhan Mahoni
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan mahoni diklasifikasikan sebagai berikut,
Kingdom : Plantae
Batang : Tegak, berkayu, ujung cabang berbulu, putih kotor.
Daun : Majemuk, menyirip genap, bulat telur, ujung dan pangkal
runcing,tepi rata,panjang 3-15 cm, masih muda merah setelah
tua menjadi hijau
Bunga : Majemuk, dalam karangan, di ketiak daun, ibu tangkai bunga
silindris,kuning kecoklatan, benang sari melekat pada
mahkota, kepala sari putih, kuning kecoklatan.
commit to user
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
Buah : Kotak, bulat telur, berlekuk lima, coklat
Biji : Pipih, hitam atau coklat
Akar : Tunggang, coklat
2.Kulit Soga Jambal (Pelthophorum Ferruginum)
Soga (Peltophorum pterocarpum) adalah nama pohon penghasil bahan
pewarna batik yang penting. Tumbuhan ini termasuk ke dalam suku
polong-polongan (Fabaceae, atau Leguminosae). Soga hidup di lingkungan tropis dengan
1–3 bulan kering (kemarau) di hutan hujan atau vegetasi pantai dengan musim
kemarau yang jelas, atau di lingkungan sabana berpohon, dengan kisaran curah
hujan antara 1.500–4.500 mm pertahun. Soga juga dapat tumbuh hingga
ketinggian 1.600 m.Secara alami menyebar luas mulai dari Srilanka, Asia
Tenggara, Kepulauan Nusantara, hingga ke Papua Nugini. Dalam agroforestri,
soga ditanam sebagai pohon peneduh, penahan angin, pengikat nitrogen, serta
sebagai pupuk hijau. Soga juga ditanam sebagai tanaman pengisi di hutan-hutan
tanaman jati dan mahoni. Di samping itu, daun-daunnya bisa dimanfaatkan sebagai
pakan ternak dan bunga-bunganya di India menghasilkan serbuk sari untuk
budidaya lebah.
melekuk atau meruncing kecil, pangkalnya sangat tak simetris; agak seperti kertas,
sisi bawah atau kedua-dua permukaan berambut amat halus.Perbungaan bentuk
malai terminal, tegak, besar, hingga 18 inci; dengan sumbu berambut beledu
cokelat kemerahan, dan daun pelindung yang lekas gugur. Diameter kuntum bunga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tugas Akhir Pembuatan Alat Spray Dryer untuk Zat Warna Alami Tipe Kontinyu Searah Dengan Menggunakan Udara Panas
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
pangkalnya; benangsari kuning belerang dengan serbuksari berwarna jingga. Buah
polong cokelat merah keunguan, 2,5–5,5 × 1 inci, berisi 1–5 biji
Gambar II.5 Pohon Soga Jambal
Sistematika Tumbuhan Sogo Jambal
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan Sogo Jambal diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Sub divisi : Fabales
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Fabaceae
Suku : Caesalpinioideae
Marga : Peltophorum
Jenis : P. pterocarpum
Nama umum/dagang : Soga Jambal
Habitus : Pohon, tahunan, tinggi 30-50 m
commit to user
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
Daun: Menyirip berganda, 6–16 inci panjangnya, dengan 5–11 pasang sirip;
daun penumpu kecil bentuk garis, lekas tanggal. Anak daun 9–20
pasang pada sirip yang tengah; lonjong, 0,5–0,7 × 0,3 inci, ujungnya
melekuk atau meruncing kecil, pangkalnya sangat tak simetris; agak
seperti kertas, sisi bawah atau kedua-dua permukaan berambut amat
halus.
Bunga :Perbungaan bentuk malai terminal, tegak, besar, hingga 18 inci
dengan sumbu berambut beledu cokelat kemerahan, dan daun
pelindung yang lekas gugur. Diameter kuntum bunga sekitar 1,5 inci
mahkota kuning menggelombang, berambut cokelat di pangkalnya
benangsari kuning belerang dengan serbuksari berwarna jingga. Buah
polong cokelat merah keunguan, 2,5–5,5 × 1 inci, berisi 1–5 biji.
3. Pohon Tegeran
Tegeran adalah tumbuhan dengan panjang batang dapat mencapai 10 m,
menggantung pada tumbuhan lain tapi tidak merambat. Permukaan batang kasar
dan berduri. Percabangan tidak teratur, menggantung, melingkar pada tumbuhan
lain atau pada tumbuhannya sendiri, merupakan semak-semak yang berduri. Daun
tunggal letaknya di atas duri-duri dari cabang. Helaian daun bundar telur sampai
bundar telur terbalik, ujung tumpul, pangkal runcing, tepi rata. Bunga tunggal
kecil terdapat di ketiak daun atau di ujung batang, buah berbentuk buah batu.
Soga tegeran tumbuh di hutan-hutan dataran rendah tropika pada ketinggian ±
100 m dpl. Tumbuhan ini terdapat di Jawa (Barat, Tengah, Timur), Madura, di
hutan-hutan Kalimantan dan Sulawesi. Kayu tengeran menghasilkan warna kuning
yang bisa digunakan sebagai pewarna alami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tugas Akhir Pembuatan Alat Spray Dryer untuk Zat Warna Alami Tipe Kontinyu Searah Dengan Menggunakan Udara Panas
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
Gambar II.6 Pohon Tegeran
Sistematika Tumbuhan Sogo Jambal
Sistematika tumbuhan tengeran.
Dalam sistematika ( taksonomi ) tmbuhan tengaran diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Sub divisi : Fabales
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Fabaceae
Suku : Caesalpinioideae
Family : Moraceae
Jenis : Cudrania
Species : javanensis
commit to user
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
B.KERANGKA PEMIKIRAN
Alat ini menggunakan tangki berbentuk silinder yang terbuat dari stainless
steel. Tangki ini digunakan sebagai tempat pengeringan. Alat ini terdiri dari valve
yang digunakan untuk mengatur keluar aliran larutan yang dikabutkan atau
dihamburkan oleh nozzle, termometer, penyedia udara panas untuk mengeringkan
ekstrak zat warna dan komponen yang digunakan untuk menekan ekstrak zat warna
agar dapat dikabutkan
Studi literatur/ pustaka tentang spray dryer
Studi literatur tentang spray dryer yang dirancang oleh angkatan 2007
Merancang pembuatan alat spray dryer
Fabrikasi peralatan yang dibutuhkan untuk menyempurnakan alat spray dryer
Menguji kerja spray dryer tipe kontinyu searah
Mengaplikasikan serbuk yang dihasilkan
Menyusun laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tugas Akhir Pembuatan Alat Spray Dryer untuk Zat Warna Alami Tipe Kontinyu Searah Dengan Menggunakan Udara Panas
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
BAB III
METODE PEMBUATAN DAN PENGUJIAN
A. Bahan yang digunakan adalah sebagai berkut :
a. Bahan Utama
1. Plat Galvanis
2. Aluminium
3. Seng
4. Bahan baku ekstrak zat warna
5. Selang benang
B. Lokasi
Pembuatan alat spray dryer berupa menara pengering dan cyclone dikerjakan oleh
bengkel mesin Somin yang beralamatkan di Pucang Sawit, Surakarta. Tempat yang
digunakan untuk pelaksanaan kegiatan penyempurnaan dan pengujian alat dilakukan
di Laboratorium Aplikasi Teknik Kimia.
C. Spesifikasi Alat
1. Nozzle
Fungsi : menyemprotkan larutan umpan menjadi partikel-partikel kecil.
2. Heater
Daya : 350 watt
Fungsi : Sumber panas
3. Hair dryer
Daya :350 watt
Fungsi : meniup udara panas
4. Cyclone
Fungsi : memisahkan partikel padatan dengan uap pembawanya
commit to user
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
5. Tangki pengering
Fungsi: sebagai tempat pengeringan
D. Cara kerja
1. Mengekstraksi Zat Warna
a. Menimbang kulit kayu mahoni sebanyak 500 gram kemudian
menambahkan 5 liter air.
b. Mengekstrak kulit mahoni dengan menggunakan alat ekstraktor zat warna
sambil dilakukan pengadukan dengan pengaduk tipe paddle.
c. Pengekstrakan dilakukan selama 1 jam hingga larutan menjadi lebih pekat.
d. Memisahkan padatan dengan ekstrak dengan cara penyaringan.
2. Menentukan kadar padatan
a. Menimbang sampel hasil pemekatan zat warna sebanyak 10 ml dan
memasukkan ke dalam cawan.
b. Memasukkan cawan ke dalam oven.
c. Mengatur suhu oven sekitar 90oC
d. Mengoven selama 30 menit sekali.
e. Memasukkan hasil oven kedalam desikator selama 5 menit kemudian
menimbang dan mencatat perubahan massa ekstrak zat warna.
f. Memasukkan kembali cawan ke dalam oven
g. Mengulangi cara kerja diatas hingga berat zat warna konstan.
3. Cara pengoperasian alat spray dryer
a. Merangkai alat dan menyiapkan hasil ekstrak .
b. Memasukkan ekstrak zat warna sebanyak 1 liter ke dalam tangki
pengkabut, kemudian tangki diberi udara tekan yang berasal dari
kompresor hingga tekanannya menjadi 0,4 mPa.
c. Menyalakan elemen pemanas dan hair dryer untuk menaikkan suhu udara
pemanas dalam menara pengering.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tugas Akhir Pembuatan Alat Spray Dryer untuk Zat Warna Alami Tipe Kontinyu Searah Dengan Menggunakan Udara Panas
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
d. Menyalakan rangakian pemanas namun tidak mengalirkan ekstrak zat
warna karena diperlukan suhu yang tinggi dan konstan sebelum dilakukan
proses pengeringan.
e. Mengatur kran atau bukaan kran pada tangki pengkabut agar kabut larutan
dapat menyemprot dengan efisien sehingga diperoleh serbuk yang
berkualitas baik dan tidak hangus.
4. Menentuka efisiensi alat
a. Menghitung panas yang diserap untuk menguapkan air pada bahan.
b. Menghitung panas yang dilepaskan udara pemanas.
Efisiensi alat = ���� ���� � ��
���� ���� � �� �� × 100%
commit to user
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Hasil
4.1.1 Rangkaian alat overall
Gambar IV.1 Rangkaian Alat Spray Dryer
Keterangan gambar :
1. Kompresor udara 6. Nozzle (alat penghambur|)
2. Tangki pengkabut 7. Tangki pengering
3. Kaleng pemanas 8. Cyclone
4. Elemen pemanas
5. Dryer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tugas Akhir Pembuatan Alat Spray Dryer untuk Zat Warna Alami Tipe Kontinyu Searah Dengan Menggunakan Udara Panas
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
4.1.2 Tangki Pengering
Tinggi : 60 cm
Diameter : 30 cm
Tebal : 0,1 cm
Gambar IV.2. Tangki Pengering
commit to user
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
4.1.3 Cyclone
Tinggi : 40 cm
Diameter : 10 cm
Tebal : 0,1 cm
Diameter pipa masuk : 5 cm
Gambar IV.3 Cyclone
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tugas Akhir Pembuatan Alat Spray Dryer untuk Zat Warna Alami Tipe Kontinyu Searah Dengan Menggunakan Udara Panas
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
4.1.4 Data Percobaan
Tabel IV.1 Hasil pembuatan serbuk dari ekstrak Mahoni
Proses
Tabel IV.2 Hasil pembuatan serbuk dari ekstrak teger
Proses
Tabel IV.3 Hasil pembuatan serbuk dari ekstrak jambal
Proses
4..4.2 Hasil aplikasi serbuk zat warna pada kain batik
Gambar IV.4 serbuk mahoni
commit to user
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
Gambar IV.5 serbuk teger
Gambar IV.6 serbuk jambal
Hasil dari pencelupan kain batik
Gambar IV.7 Aplikasi zat warna dari kayu mahoni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tugas Akhir Pembuatan Alat Spray Dryer untuk Zat Warna Alami Tipe Kontinyu Searah Dengan Menggunakan Udara Panas
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
Gambar IV.8 Aplikasi Zat warna dari kayu teger
Gambar IV.9 Aplikasi zat warna dari kayu jambal
4.1.5 Hasil percobaan
Kapasitas total tangki pengering : 50 Liter
Diameter tangki : 30 cm
Tebal bahan : 0,1 cm
% padatan bahan baku : 0,82 %
% kehilangan padatan : 13,45 %
Kecepatan laju alir udara panas : 10174 ml/detik
Panas yang diserap : 68,65 cal/detik
Panas yang dilepaskan : 131,65 cal/detik
Efisiensi alat : 52,15%
Jumlah serbuk yang diperoleh : 3,28 g/500ml
commit to user
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
4.2Pembahasan
Pengeringan ekstrak zat warna dari kayu mahoni dilakukan dengan
menggunakan alat spray dryer. Ekstrak zat warna diperoleh dengan merebus
bahan dengan menggunakan pelarut air. Perebusan dilakukan selam 1 jam.
Setelah itu disaring untuk memisahkan padatan dengan ekstrak zat warna. Hasil
ekstrak yang sudah disaring lalu dimasukkan ke tangki ekstrak untuk selanjutnya
dikabutkan di tangki pengering. Spray dryer tersebut menggunakan udara panas
untuk mengeringkan ekstrak zat warna menjadi serbuk. Udara panas yang
dihasilkan oleh elemen pemanas dihisap oleh hair dryer untuk dipanaskan lebih
lanjut sehingga diperoleh udara panas dengan suhu tinggi yang selanjutnya
dihamburkan ke dalam tangki dryer. Dari hasil pengeringan dengan spray dryer
didapatkan serbuk kulit kayu mahoni sebesar 3,28 gram, serbuk kayu tegeran
sebesar 2,74 gram, dan serbuk kulit kayu jambal sebesar 2,05 gram. Dari hasil
percobaan diperoleh efisiensi alat sebesar 52,15 %. Udara panas sebagian hilang
ke lingkungan (terbawa oleh udara panas yang keluar dari siklon dan ke dinding
tangki pengering). Dari hasil pengeringan ekstrak zat warna kayu mahoni dengan
menggunakan pelarut air didapatkan zat warna cokelat berbentuk serbuk.
Pengujian ekstrak zat warna pada kain tekstil dilakukan dengan cara melarutkan
serbuk zat warna dengn air. Perbandingan campuran berat antara serbuk zat
warna dengan air adalah 1:30, 1:50,dan 1:70. Pada perbandingan campuran berat
diatas yang paling baik adalah 1:50. Karena warna yang dhasilkan pada
perbandingan 1:50 tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Sehingga dari segi
ekonomi dan hasil lebih baik daripada perbandingan 1:30 dan 1:70. Dan
selanjutnya kain yang sudah dimordanting ( pori-pori kain dilebarkan)
dicelupkan ke dalam larutan zat warna pada masing-masing konsentrasi.
Pencelupan dilakukan sebanyak 2x pada masing-masing konsentrasi kemudian
dikeringkan. Setelah kering kain difiksasi dengan larutan kapur, tunjung (FeSO4)
dan tawas. Tujuan dari fiksasi adalah mengunci warna pada kain sehingga warna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tugas Akhir Pembuatan Alat Spray Dryer untuk Zat Warna Alami Tipe Kontinyu Searah Dengan Menggunakan Udara Panas
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
didapat karakterisktik hasil yang berbeda, yaitu tunjung cenderung membuat
warna pada kain menjadi lebih gelap, tawas cenderung memudarkan warna pada
kain, dan kapur yang cenderung mempertahankan warna awal kain sebelum
dilakukan proses fiksasi.
commit to user
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan capat diambil kesimpulan antara lain :
1. Spray dryer yang dirancang telah berhasil membuat serbuk pewarna alami
dari zat warna alami.
2. Hasil serbuk yang didapat dari 500 ml ekstrak adalah: Hasil serbuk dari ekstrak mahoni sebesar 3,28 gram. Hasil serbuk dari ekstrak tegeran sebesar 2,74 gram Hasil serbuk dari ekstrak jambal sebesar 2,05 gram.
3. Dari percobaan yang telah dilakukan didapat hasil yang paling banyak adalah
pada ekstrak mahoni yaitu sebesar 3,28 gram
4. Ada 3 macam proses fiksasi yang dilakukan yaitu dengan menggunakan
tunjung (FeSO4), tawas (Al2(SO4)3), kapur (CaCO3).
5. Dari ketiga macam fiksasi tersebut didapat hasil dengan karakteristik yang
berbeda, yaitu:
- Tunjung merubah warna pada kain menjadi lebih gelap
- Tawas merubah warna pada kain menjadi lebih muda
- Kapur mempertahankan warna pada kain.
6. Dari hasil pencelupan dengan menggunakan perbandingan serbuk dan air
sebesar 1:30, 1:50, dan 1:70 didapat hasil terbaik pada pencelupan dengan
perbandingan 1:50 dengan hasil warna yang tidak terlalu muda dan tidak
terlalu tua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tugas Akhir Pembuatan Alat Spray Dryer untuk Zat Warna Alami Tipe Kontinyu Searah Dengan Menggunakan Udara Panas
Program D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta
B. Saran
1. Sebaiknya pemanas menggunakan burner yang menggunakan api sebagai
sumber panas agar suhu yang dihasilkan dari alat pemanas dapat maksimal
dan proses pengeringan dapat lebih efektif.
2. Sebaiknya ditambahkan satu siklon pemisah lagi agar debu serbuk dapat
dipsahkan kembali sehingga hasil pengeringan dapat maksimal.