perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
PENYEMPURNAAN PENGAWASAN PERBANKAN
PASCA PEMBENTUKAN OTORITAS JASA KEUANGAN
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011
TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DAN THE CORE
PRINCIPLES FOR EFFECTIVE BANKING SUPERVISION
Oleh :
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk
Melengkapi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S1) dalam
Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
HUSNIA LULUK FARIDA
NIM E 0011158
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
MOTTO
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi
Maha Melihat. (QS. An-Nisaa’:58).
Aku boleh Ragu, Kalian boleh Ragu, Mereka boleh Ragu, tapi semua Keraguan tak
akan menghapus kebenaran firman Tuhan
(Hadratus Syeikh K.H. Hasyim Asy’ari).
Semakin besar ujian yang kita hadapi dan apabila kita ikhlas menjalaninya maka pada
akhirnya kebahagiaan yang akan kita terima
(Penulis).
Sopo wonge kang isoh ngrumat ilmu kanti sae pesti urippe bakal dirumat
karo ilmune kui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan syukur, Penulis mempersembahkan karya ini kepada :
Allah SWT yang memberikan hidup dan jalan penerang bagi setiap umat yang
beriman dan bertakwa.
Bapak Edi Sujito,B.Sc. dan Ibu Siti Syamsiyah Nur Rohmah, tak pernah lelah
memberikan cinta dan kasih sayang yang selalu tercurah serta semangat moril dan
spiritual kepada Penulis.
Keluarga besarku, Mbah Asiyah Ardani, Mbah Kakung Putri Diyono, Mas Oni Luthfi
Afian,S.Pd., Adek Nadia Farikhati, dan Adek Himmatul Ulya. Semoga keluarga kita
selalu diberkahi Allah SWT. Amin.
Keluarga Besar KSP “Principium” yang telah memberikan pengalaman, persahabatan, kekeluargaan, dan ilmu yang tidak mungkin terlupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
ABSTRAK
Husnia Luluk Farida. E 0011158. Penyempurnaan Pengawasan Perbankan Pasca Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan dan The Core Principles for Effective Banking Supervision. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulisan hukum ini bertujuan untuk mengetahui konsep pengawasan terhadap perbankan sebelum pembentukan lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan mengetahui penyempurnaan dalam pengawasan perbankan pasca pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam perspektif Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan dan The Core Principles for Effective Banking Supervision.
Penulisan hukum ini menggunakan penelitian hukum normatif. Penelitian hukum ini bersifat preskriptif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual. Sumber bahan hukum menggunakan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang berkaitan dengan isu hukum yang dikaji. Bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim sedangkan bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan dokumen resmi. Teknik pengumpulan data menggunakan studi pustaka baik dari media cetak maupun media elektronik (internet) serta teknik analisis yang digunakan adalah logika deduktif.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan kesimpulan bahwa pengawasan perbankan sebelum pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dilaksanakan oleh Bank Indonesia (BI), kemudian Bank Indonesia (BI) membentuk sebuah blueprint yaitu Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Pada tahun 2011, pemerintah Indonesia membentuk lembaga pengawasan perbankan yang baru yaitu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (UU OJK). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dibentuk dengan maksud menyempurnakan pengawasan perbankan yang telah dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) hingga pada akhirnya diciptakan sebuah pengawasan perbankan yang efektif dan efisien. Pembentukan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (UU OJK) juga telah mengakomodasi secara seksama dan keseluruhan prinsip pengawasan perbankan yang efektif yaitu The Core Principles for Effective Banking Supervision, dimana prinsip tersebut merupakan prinsip yang diakui oleh sistem perbankan seluruh dunia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
ABSTRACT
Husnia Luluk Farida, E 0011158, The Banking Supervision Improvement After The Financial Service Authority based on Law Number 21 of 2011 on The Financial Service Authority and The Core Principle for Effective Banking Supervision, Faculty Of Law Of Sebelas Maret University Surakarta.
This legal research aims to find out what the concept of supervision of banking institutions before the establishment of the financial services authority (OJK) and knowing the refinement in the banking supervision after the establishment of the financial services authority (OJK) in the perspective of Law Number 21 of 2011 on the financial services authority and The Core Principles for Effective Banking Supervision.
The research method used in this legal writing included: normative type of research, prescriptive nature of research, statute and conceptual approaches, technique of analyzing law materials used was interpretation method, the law material was collected by looking for legislation about or relating to the issue and primary, secondary and tertiary law materials. The legal study source from primary law material consisted of legislation, official publication or treatise in legislation and
judge’s verdicts as well as secondary law material constituting all publications about
the law not belonging to official document.
Based on the results of research and discussion generated conclusion that banking supervision before the establishment of the financial services authority (OJK) implemented by Indonesian Bank(BI), then Indonesian Bank (BI) form a blueprint that is Indonesia's banking Architecture (API). In 2011, the Government of Indonesia to form a new banking oversight agencies, namely the financial services authority (OJK) which is based on Law Number 21 of 2011 on the financial services authority (UU OJK). The financial services authority (OJK) was formed with the intention of improving banking supervision that has been done by Indonesian Bank (BI) to ultimately created a banking supervision is effective and efficient. The formation of Law Number 21 of 2011 on the financial services authority (UU OJK) also incorporates carefully and the overall principle of effective banking supervision are The Core Principles for Effective Banking Supervision, where the principle is a principle recognized by banking systems around the world.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya, serta sholawat dan salam senantiasa penulis haturkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya karena
bimbingan dan suri tauladan dari Beliau kita mendapatkan pencerahan dalam
kehidupan ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul :
Penyempurnaan Pengawasan Perbankan Pasca Pembentukan Lembaga
Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011
Tentang Otoritas Jasa Keuangan dan The Core Principles for Effective Banking
Supervision. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat memperoleh
gelar kesarjanaan dalam ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Penyususunan penulisan hukum ini merupakan sebuah hasil dari penelitian
yang berdasarkan pada pengawasan perbankan yang telah beralih dari Bank Indonesia
kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam perkembangannya, terbukti
bahwasanya pengawasan perbankan yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia memiliki
beberapa kekurangan, dan kekurangan tersebut menjadi landasan untuk mengalihkan
pengawasan perbankan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Melalui penulisan
hukum ini pula, telah diketahui bahwasanya telah dilaksanakan penyempurnaan
pengawasan perbankan setelah dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
dibandingkan dengan pengawasan perbankan oleh Bank Indonesia dan dimana
penyempurnaan ini berdasarkan pula international best practice yaitu The Core
Principle for Effective Banking Supervision.
Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan,
bimbingan, dorongan, saran dan nasehat dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
1. Ibu Prof. Dr Hartiwiningsih, S.H.,M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Dr. Pujiyono,S.H,M.Hum selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membantu Penulis dimulai dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Djuwityastuti,S.H.,M.H. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membantu
dalam menyempurnakan skripsi ini.
4. Ibu Adriana Grahani Firdausy, S.H.,M.H selaku Pembimbing Akademik, yang
telah membantu dan mendampingi Penulis dalam proses awal hingga akhir masa
studi di FH UNS.
5. Bapak Muhammad Rustamaji,S.H.,M.H dan Ibu Lushiana
Primasari,S.H.,M.Hum, selaku pembimbing KSP “Principium” yang telah membimbing mengenai penulisan dan penelitian hukum selama menjadi keluarga di KSP “Principium”.
6. Bapak Edi Sujito,B.Sc. dan Ibu Siti Syamsiyah Nur Rohmah yang telah
memberikan semangat yang luar biasa, doa, nasihat kepada penulis sehingga
penulis dapat kuat dan sabar dalam menjalani proses pengerjaan skripsi ini serta
kakak penulis, Mas Oni Luthfi Afian,S.Pd. dan adik-adik tersayangku Nadia
Farikhati dan Himmatul Ulya yang memberikan kebahagiaan dan canda tawanya
kepada Penulis.
7. Pihak Kantor Pusat Otoritas Jasa Keuangan, Bapah Rudi Agus Purnomo
Raharjo,S.H.,M.H. selaku Direktur Mediasi Perbankan di OJK, Bapak Toni
selaku Kepala Departemen Pengembangan dan Pengawasan Manajemen Krisis di
OJK, Ibu Dian Purwaningsih selaku bagian Departemen penelitian dalam bidang
Basel Accord di OJK, yang telah membantu dan memberikan materi dalam
penulisan hukum ini.
8. Teman-teman satu perjuangan Interest Group: Resti Dhian Luthviati, Fitri
Melany, Nikolas Wicaksono Prakoso Putro, dan Buana Indrapura, kalian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
9. Keluarga besar KSP “Principium” FH UNS, Mas Danang, Mas Indra, Mas Bryan, Mas Luki, Mbak Rifzki, Mbak Prita, Mbak Intan, Mbak Hani, Mbak
Vina, Wienda, Samto, Bima, Adhela, Mirel, Himawan, Dyah Ayu S, Sintha,
Lelyanna, Nabila, Enty, Sonia, Wulan, Thamrin, Satria, Aditama, Tegar, Ikhsan,
dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu, kalian
memberikan pengalaman dan pembelajaran yang berharga bagi penulis.
10. Keluarga Cemara (Klucem): Diah, Nadia, Sintha, Tyan, Zelika, dan Tifany
terima kasih Support dan pertemanannya selama ini.
11. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) Desa Kerten, Kecamatan Gantiwarno,
Kabupaten Klaten: Annisa, Ita, Leni, Dewi KN, Dewi NK, Galih, Eka, dan Tri
yang sudah memberikan arti sebuah pengabdian dan perjuangan di masyarakat.
12. Teman Kegiatan Magang Mahasiswa (KMM) di Kepolisian Daerah (Polda)
Provinsi Jateng: Inung, Nela, Mefta, dan Frendi, terima kasih untuk satu bulan
menemani magang di Polda.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuannya bagi penulis dalam penyelesaian penulisan hukum ini.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu penulis berharap kritik dan saran dari pembaca. Akhirnya penulis berharap skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca
pada umumnya. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga apa yang
penulis susun dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Surakarta, Maret 2015
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAH PENGESAHAN PENGUJI ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Metode Penelitian ... 10
F. Sistematika Penulisan Hukum ... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15
A. Kerangka Teori ... 15
1. Tinjauan tentang Perbankan ... 15
2. Tinjauan tentang Pengawasan ... 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
4. Tinjauan tentang The Core Principles for Effective
Banking Supervision ... 42
B. Kerangka Pemikiran ... 59
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62
A. Pengawasan Perbankan Sebelum Terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ... 62
B. Penyempurnaan Pengawasan Perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan serta Pengaruh The Core Principles for Effective Banking Supervision (The Basel Core Principles) ... 86
BAB IV PENUTUP ... 149
A. Kesimpulan ... 149
B. Saran ... 150
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
DAFTAR TABEL
A. Tabel 1. Perbandingan The Basel Core Principles tahun 2006
dan tahun 2012 ... 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
DAFTAR GAMBAR
A. Gambar 1. Siklus Pengawasan Perbankan ... 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Tentang Perbankan
a. Pengertian Perbankan
Menurut kamus istilah hukum oleh Andrea Fockema (Andrea
Fockema, 1985:40), yang dimaksud dengan bank adalah suatu
lembaga atau orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam
menerima dan memberikan uang dari dan kepada pihak ketiga.
Berhubung dengan adanya cek hanya dapat diberikan kepada bankir
sebagai tertarik, maka bank dalam arti luas adalah orang atau
lembaga yang dalam pekerjaannya secara teratur menyediakan uang
untuk pihak ketiga.
Adrian Sutedi menyatakan bahwa bank merupakan bagian
dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu negara, bahkan
pada era globalisasi sekarang ini, bank juga telah menjadi bagian
dari sistem keuangan dan sistem pembayaran dunia. Pada saat suatu
bank telah memperoleh izin berdiri dan beroperasi dari otoritas
moneter negara yang bersangkutan, bank tersebut menjadi milik
masyarakat. Eksistensinya bukan saja harus dijaga oleh para pemilik
bank itu sendiri, tetapi juga oleh masyarakat nasional dan global
(Adrian Sutedi, 2007:1).
Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang
keuangan. Membahas mengenai bank maka tidak akan terlepas dari
masalah keuangan. Aktivitas perbankan yang pertama adalah
menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah
di dunia perbankan adalah kegiatan funding. Menghimpun dana
dimaksudkan sebagai upaya mengumpulkan atau mencari dana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Menurut Budi Untung, usaha perbankan pada dasarnya
merupakan suatu usaha simpan pinjam demi dan untuk kepentingan
pihak ketiga tanpa memperhatikan bentuk hukumnya apakah
perorangan ataukah badan hukum. Usaha perbankan harus didirikan
dalam bentuk badan hukum atau tidak boleh dalam bentuk usaha
perseorangan. (Budi Untung, 2005:13)
Tugas suatu bank diantaranya (Budi Untung, 2005:16):
1) Menyediakan safe custody terhadap dana pihak ketiga;
2) Menyediakan rekening-rekening untuk pihak nasabah;
3) Bertindak sebagai agen untuk pungutan-pungutan tertentu;
4) Untuk membayar cek yang ditarik oleh nasabah.
Tugas dan tanggung jawab dari suatu bank dapat juga diperinci
sebagai berikut:
1) Menerima cash dan membayar dokumentasi yang mesti dibayar
oleh nasabah seperti terhadap cek, pengiriman uang, bills of
change dan lain-lain instrumen perbankan.
2) Membayar kembali uang nasabah yang ditempatkan di bank
tersebut apabila diminta oleh pihak nasabah.
3) Meminjamkan uang kepada nasabah.
4) Menjaga kerahasiaan account nasabah dalam hubungan dengan
kerahasiaan bank, kecuali apabila ditentukan lain oleh
undang-undang.
5) Jika pihak nasabah mempunyai dua rekening, maka ada
kewajiban moral bagi bank untuk membuat rekening tersebut
terpisah satu sama lain.
6) Jika rekening ditutup, maka bank harus mempunyai alasan yang
reasonable untuk menutup rekening tersebut.
Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan merangkum berbagai pengertian perbankan
dengan menyebutkan bahwa pengertian Bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Pasal 1 ayat (1) memaparkan mengenai pengertian Perbankan, bahwa “Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.” b. Asas, Fungsi dan Tujuan Perbankan
Asas perbankan yang dianut di Indonesia dapat dilihat pada
ketentuan Pasal 2 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang mengemukakan bahwa, ”Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan
menggunakan prinsip kehati-hatian”. Menurut penjelasan resminya, yang dimaksud dengan demokrasi ekonomi adalah demokrasi
ekonomi berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Pengertian mengenai demokrasi ekonomi Indonesia,
Mubyarto pada ceramah di Gedung Kebangkitan Nasional tanggal
16 Mei 1981 merumuskan bahwa demokrasi ekonomi Indonesia
sebagai Demokrasi Ekonomi Pancasila mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut (Hermansyah, 2005:18):
1) Dalam sistem ekonomi Pancasila koperasi ialah soko guru
perekonomian.
2) Perekonomian Pancasila digerakkan oleh
rangsangan-rangsangan ekonomi, sosial dan yang paling penting ialah
moral.
3) Perekonomian Pancasila ada hubungannya dengan Tuhan Yang
Maha Esa sehingga dalam Pancasila terdapat solidaritas sosial.
4) Perekonomian Pancasila berkaitan dengan persatuan Indonesia,
yang berarti nasionalisme menjiwai tiap kebijakan ekonomi.
Sedangkan sistem perekonomian kapitalis pada dasarnya
kosmopolitanisme, sehingga dalam mengejar keuntungan tidak
mengenal batas-batas negara.
5) Sistem perekonomian Pancasila tegas dan jelas adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
tekanan pada desentralisasi di dalam pelaksanaan kegiatan
ekonomi.
Prinsip kehati-hatian sebagaimana disebutkan dalam
ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Perbankan tidak terdapat
penjelasan secara resmi, namun dapat dikemukakan bahwa bank dan
orang-orang yang terlibat di dalamnya, terutama dalam membuat
kebijaksanaan dan menjalankan kegiatan usahanya wajib
menjalankan tugas dan wewenangnya masing-masing secara cermat,
teliti, dan profesional sehingga memperoleh kepercayaan
masyarakat. Dalam membuat kebijaksanaan dan menjalankan
kegiatan usahanya, bank harus selalu mematuhi seluruh peraturan
perundang-undangan yang berlaku secara konsisten dengan didasari
oleh itikad baik. Kepercayaan masyarakat merupakan kunci utama
bagi perkembangan suatu bank, tanpa adanya kepercayaan dari
masyarakat maka suatu bank tidak akan mampu menjalankan
kegiatan usahanya (Hermansyah, 2005:19).
Fungsi perbankan dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 3
Undang-Undang Perbankan yang menyatakan bahwa, “Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat”. Dari ketentuan ini tercermin fungsi bank sebagai perantara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus of
funds) dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana
(lacks of funds).
Perbankan di Indonesia mempunyai tujuan yang strategis dan
tidak semata-mata berorietasi ekonomis, tetapi juga berorientasi
kepada hal-hal yang non-ekonomis seperti masalah menyangkut
stabilitas nasional yang mencakup antara lain stabilitas politik dan
stabilitas sosial. Secara lengkap mengenai hal ini diatur dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak” (Hermansyah, 2005:20).
c. Jenis-jenis Bank
Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari fungsi bank
serta kepemilikan bank. Dari segi fungsi perbedaan yang terjadi
terletak pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang dapat
ditawarkan maupun jangkauan wilayah operasinya. Sedangkan
kepemilikan perusahaan dilihat dari segi pemilikan saham yang ada
serta akta pendiriannya. Perbedaannya dilihat dari segi siapa nasabah
yang dilayani apakah masyarakat luas atau masyarakat dalam lokasi
tertentu. Jenis perbankan juga dibagi ke dalam caranya menentukan
harga jual dan harga beli.
1) Dilihat dari Segi Fungsinya
Bank sebagai lembaga keuangan diarahkan untuk
berperan sebagai agen pembangunan (agent of development),
yaitu sebagai lembaga yang bertujuan mendukung pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan
stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat
banyak. Dengan demikian bank di Indonesia ditugaskan oleh
pemerintah guna mengembangkan sektor-sektor perekonomian
tertentu, atau memberikan perhatian yang lebih besar pada
koperasi tertentu, atau memberikan perhatian yang lebih besar
kepada koperasi dan pengusaha golongan ekonomi
lemah/pengusaha kecil dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak (Budi Untung, 2005:14).
Pembagian jenis bank berdasarkan fungsi menurut
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998
adalah:
a. Bank Umum
Bank umum merupakan bank yang melaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan
adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa
perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah
operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah. Bak umum
sering disebut bank komersil (commercial bank).
Melihat fungsinya, bank umum mempunyai fungsi
sebagai berikut:
(1) Mengumpulkan dana yang sementara menganggur
untuk dipinjamkan pada pihak lain, atau membeli
surat-surat berharga (financial investment).
(2) Mempermudah lalu lintas pembayaran uang.
(3) Menjamin keamanan uang masyarakat yang sementara
belum digunakan, misalnya menghindari risiko hilang,
kebakaran, dan lain-lain.
(4) Menciptakan kredit (credit money deposit), yaitu
dengan cara menciptakan demand deposit (deposito
yang sewaktu-waktu dapat diuangkan) dari kelebihan
cadangannya (excess reserves) (Budi Untung,
2005:15-16).
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya di
sini kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan
dengan kegiatan bank umum (Kasmir, 2004:33).
2) Dilihat dari Segi Kepemilikannya
Kepemilikan ini dapat dilihat dari akta pendirian dan
penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis
bank berdasarkan segi kepemilikan diantaranya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Klasifikasi bank milik pemerintah dapat dilihat
berdasarkan akta pendirian maupun modal yang dimiliki
oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank juga
dimiliki oleh pemerintah. Contoh bank milik pemerintah
diantaranya Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat
Indonesia (BRI), dan Bank Tabungan Negara (BTN).
Sedangkan bank milik pemerintah daerah terdapat pada
masing-masing ibukota provinsi dari masing-masing
daerah, seperti BPD DKI Jakarta, BPD Jawa Barat, BPD
Jawa Tengah, BPD Jawa Timur, BPD Sumatera Utara, BPD
Sumatera Selatan, BPD Sulawesi Selatan, dan BPD lainnya.
b) Bank milik swasta nasional
Bank dengan jenis milik swasta nasional, seluruh
atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta
akta pendiriannyapun didirikan oleh swasta, begitu pula
pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta.
Contoh bank milik swasta nasional diantaranya Bank
Central Asia (BCA), Bank Danamon, Bank Niaga.
c) Bank milik koperasi
Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh
perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Sebagai
contoh bank milik koperasi adalah Bank Umum Koperasi
Indonesia.
d) Bank milik asing
Bank milik asing merupakan cabang dari bank
yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau
pemerintah asing. Kepemilikannya juga merupakan
kepemilikan pihak luar negeri. Bank asing yang terdapat
di Indonesia seperti Bank of America, Bank of Tokyo,
Bangkok Bank, City Bank.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh
pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan
sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara
Indonesia. Contoh bank campuran antara lain, Bank
Finconesia, Mitsubishi Buana Bank, Sumitono Niaga
Bank, Bank Merincorp, Inter Pasific Bank, Ing Bank
(Kasmir, 2004;34-35).
3) Dilihat dari Segi Statusnya
Menilik dari segi kemampuan dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat, maka bank umum dapat
diklasifikasikan ke dalam 2 jenis. Pembagian jenis demikian
disebut juga pembagian berdasarkan kedudukan atau status
bank yang bersangkutan.
Kedudukan atau status bank demikian menunjukkan
ukuran kemampuan bank dalam memberikan pelayanan bagi
masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun
kualitas pelayanannya. Oleh karena itu untuk memperoleh
status tersebut diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria
tertentu. Status bank yang dimaksud adalah:
a) Bank devisa
Bank devisa merupakan bank yang dapat
melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang
berhubungan dengan mata uang asing secara
keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke
luar negeri, traveller cheque, pembukaan dan
pembayaran Letter of credit dan transaksi lainnya.
Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan
oleh Bank Indonesia.
b) Bank non devisa
Bank non devisa merupakan bank yang belum
mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi bank non
devisa merupakan kebalikan daripada bank devisa,
karena transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas
negara (Kasmir, 2004:37)
4) Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga
a) Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia
merupakan bank yang berorientasi pada prinsip
konvensional. Kondisi demikian berkaitan erat dengan
sejarah bangsa Indonesia yang pernah diduduki Belanda,
kolonial Belanda datang ke Indonesia dengan membawa
pengaruh terkait dengan perbankan. Metode yang
digunakan bank yang berprinsip konvensional dalam
mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para
nasabah diantaranya:
(1) Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk
simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito.
Demikian pula harga untuk produk pinjamannya
(kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku
bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan
istilah spread based. Apabila suku bunga simpanan
lebih tinggi dari suku bunga pinjaman maka dikenal
dengan nama negative spread, hal ini telah terjadi di
akhir tahun 1998 dan sepanjang tahun 1999.
(2) Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan barat
menggunakan atau menerapkan berbagai
biaya-biaya dalam nominal atau prosentase tertentu.
Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah
fee based.
b) Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah
Bagi bank yang mendasarkan kegiatannya pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
dangat berbeda dengan bank berdasarkan prinsip
konvensional. Bank berdasarkan prinsip syariah
menjalankan perjanjian berdasarkan aturan hukum Islam
antar bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana
atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.
Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi
bank yang berdasarkan Prinsip Syariah adalah sebagai
berikut:
(1) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
(mudharabah).
(2) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal
(musharakah).
(3) Prinsip jual beli barang dengan memperoleh
keuntungan (murabahah).
(4) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni
tanpa pilihan (ijarah).
(5) Adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang
yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah
wa iqtina) (Kasmir, 2004:39).
d. Hukum Perbankan
Munir Fuady merumuskan hukum perbankan adalah
seperangkat kaidah hukum dalam bentuk peraturan
perundang-undangan, yurisprudensi, doktrin, dan lain-lain sumber hukum, yang
mengatur masalah-masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek
kegiatannya sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh
suatu bank, perilaku petugas-petugasnya, hak, kewajiban, tugas dan
tanggung jawab para pihak yang tersangkut dengan bisnis
perbankan, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank,
eksistensi perbankan, dan lain-lain yang berkenaan dengan dunia
perbankan (Munir Fuady, 1999:14).
Menurut Muhammad Djumhana, hukum perbankan adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
lembaga keuangan bank yang meliputi segala aspek, dilihat dari segi
esensi, dan eksistensinya, serta hubungannya dengan bidang
kehidupan yang lain. Pengaturan di bidang perbankan menyangkut
beberapa hal, diantaranya (Muhammad Djumhana, 2000:1):
1) Dasar-dasar perbankan, menyangkut asas-asas kegiatan
perbankan seperti norma efisiensi, keefektifan, kesehatan bank,
profesionalisme pelaku perbankan, maksud dan tujuan lembaga
perbankan, serta hubungan, hak dan kewajibannya.
2) Kedudukan hukum pelaku di bidang perbankan seperti:
kaidah-kaidah mengenai pengelolanya seperti dewan komisaris, direksi
karyawan, maupun pihak yang terafiliasi. Termasuk pula
mengenai bentuk badan hukum pengelolanya, serta mengenai
kepemilikannya.
3) Kaidah-kaidah perbankan yang secara khusus memperhatikan
kepentingan umum seperti kaidah-kaidah yang mencegah
persaingan yang tidak wajar, antitrust, perlindungan terhadap
konsumen (nasabah), dan lain-lainnya. Di Indonesia bahkan
memiliki kekhususan sendiri, yaitu bahwa perbankan nasional
harus memperhatikan keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan unsur-unsur pemerataan pembangunan,
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional.
4) Kaidah-kaidah yang meyangkut struktur organisasi, yang
mendukung kebijakan ekonomi dan moneter pemerintah, seperti
Dewan Moneter dan Bank Sentral.
5) Kaidah-kaidah yang mengarahkan kehidupan perekonomian yag
berupa dasar-dasar untuk perwujudan tujuan-tujuan yang hendak
dicapainya melalui penetapan sanksi, insentif, dan sebagainya.
6) Keterkaitan satu sama lainnya dari ketentuan dan kaidah-kaidah
hukum tersebut sehingga tidak mungkin berdiri sendiri, malahan
keterkaitannya merupakan hubungan logis dari bagian-bagian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Bertitik tolak dari pengertian perbankan sebagai segala
sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses melaksanakan kegiatan
usahanya, maka pada prinsipnya hukum perbankan adalah
keseluruhan norma-norma tertulis maupun norma-norma yang tidak
tertulis yang mengatur tentang bank, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara, dan proses melaksanakan kegiatan
usahanya. Berkaitan dengan pengertian ini, kiranya dapat dijelaskan
bahwa yang dimaksud dengan norma-norma tertulis dalam
pengertian diatas adalah seluruh peraturan perundang-undangan
yang mengatur mengenai bank, sedangkan norma-norma yang tidak
tertulis adalah hal-hal atau kebiasaan-kebiasaan yang timbul dalam
praktik perbankan (Hermansyah, 2005:39).
2. Tinjauan Tentang Pengawasan
a. Pengertian Pengawasan
Berbagai fungsi manajemen dilaksanakan oleh para
pimpinan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Fungsi-fungsi
yang ada didalam manajemen diantaranya adalah fungsi perencanaan
(Planning), fungsi pengorganisasian (Organizing), fungsi
pelaksanaan (Actuating), dan fungsi pengawasan (Controlling)
menurut Griffin (Griffin,2004:44). Keempat fungsi manajemen
tersebut harus dilaksanakan oleh seorang manajer secara
berkesinambungan, sehingga dapat merealisasikan tujuan organisasi.
Pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen yang
berupaya agar rencana yang sudah ditetapkan dapat tercapai dengan
efektif dan efisien.
Menurut Schermerhorn dalam Ernie dan Saefullah (Ernie dan
Saefullah,2005:317), mendifinisikan pengawasan merupakan sebagai
proses dalam menetapkan ukuran kinerja dalam pengambilan
tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
menurut Mathis dan Jackson (Mathis dan Jackson, 2006: 303),
menyatakan bahwa pengawasan merupakan sebagai proses
pemantauan kinerja karyawan berdasarkan standar untuk mengukur
kinerja, memastikan kualitas atas penilaian kinerja dan pengambilan
informasi yang dapat dijadikan umpan balik pencapaian hasil yang
dikomunikasikan ke para karyawan. Defenisi ini tidak hanya terpaku
pada apa yang direncanakan, tetapi mencakup dan melingkupi tujuan
organisasi. Hal tersebut akan mempengaruhi sikap, cara, sistem, dan
ruang lingkup pengawasan yang akan dilakukan oleh seorang
manajer. Pengawasan sangat penting dilakukan oleh perusahaan
dalam kegiatan operasionalnya untuk mencegah kemungkinan
terjadinya penyimpangan–penyimpangan dengan melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan tersebut untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebelumnya.
Menurut Harahap (Harahap, 2001: 14), Pengawasan adalah
keseluruhan sistem, teknik, cara yang mungkin dapat digunakan oleh
seorang atasan untuk menjamin agar segala aktivitas yang dilakukan
oleh dan dalam organisasi benar-benar menerapkan prinsip efisiensi
dan mengarah pada upaya mencapai keseluruhan tujuan organisasi.
Sedangkan menurut Maringan (Maringan, 2004: 61), pengawasan
adalah proses dimana pimpinan ingin mengetahui hasil pelaksanaan
pekerjaan yang dilakukan bawahan sesuai dengan rencana, perintah,
tujuan, kebijakan yang telah ditentukan. Selain itu menurut Dessler
(Dessler, 2009: 2), menyatakan bahwa pengawasan (Controlling)
merupakan penyusunan standar - seperti kuota penjualan, standar
kualitas, atau level produksi; pemeriksaan untuk mengkaji prestasi
kerja aktual dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan;
mengadakan tindakan korektif yang diperlukan.
Berdasarkan penjelasan para ahli diatas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa pengawasan merupakan suatu tindakan
pemantauan atau pemeriksaan kegiatan perusahaan untuk menjamin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
sebelumnya dan melakukan tindakan korektif yang diperlukan untuk
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada sebelumnya.
Pengawasan yang efektif membantu usaha dalam mengatur
pekerjaan agar dapat terlaksana dengan baik. Fungsi pengawasan
merupakan fungsi terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini terdiri
dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi aktivitas perusahaan
agar target perusahaan tercapai. Dengan kata lain fungsi pengawasan
menilai apakah rencana yang ditetapkan pada fungsi perencanaan
telah tercapai.
Menurut G.R Terry dalam Hasibuan (Hasibuan, 2001: 242)
mengemukakan hal sebagai berikut :
“Controlling can be defined as the process of
determining what is to be accomplished, that is the standard; what is being accomplished, that is the performance, evaluating the performance and if necessary applying corrective measure so that performance takes place according to plans, that is, in conformity with the standard.”.
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang
harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu
pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan melakukan
perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras
dengan standar.
Menurut Henry Fayol dalam Harahap (Harahap, 2001: 10)
mengartikan pengawasan sebagai berikut:
“Control consist in verifying whether everything
occurs in conformity with the plan adopted, the instruction issued and principles established. It has objective to point out weaknesses and errors in
order to rectify then prevent recurrance”.
Pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi
sesuai dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan,
dan prinsip yang dianut .
Juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan
kesalahan agar dapat dihindari kejadiannya dikemudian hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
memantau aktivitas pekerjaan karyawan untuk menjaga perusahaan
agar tetap berjalan kearah pencapaian tujuan dan membuat koreksi
jika diperlukan. Pengawasan secara umum berarti pengendalian
terhadap perencanaan apakah sudah dilaksanakan sesuai tujuan atau
penyimpangan dari tujuan yang diinginkan. Jika terjadi
penyimpangan, pihak manajemen yang terkait dalam pengawasan
harus memberikan petunjuk untuk melakukan perbaikan kerja, agar
standar perencanaan tidak jauh menyimpang dari hasil yang
diperoleh pada saat pelaksanaan.
b. Sistem Pengawasan
Sistem pengawasan yang efektif harus memenuhi beberapa
prinsip pengawasan yaitu adanya rencana tertentu dan adanya
pemberian instruksi serta wewenang-wewenang kepada bawahan.
Rencana merupakan standar atau alat pengukur pekerjaan yang
dilaksanakan oleh bawahan. Rencana tersebut menjadi petunjuk
apakah sesuatu pelaksanaan pekerjaan berhasil atau tidak. Pemberian
instruksi dan wewenang dilakukan agar sistem pengawasan itu
memang benar-benar dilaksanakan secara efektif. Wewenang dan
instruksi yang jelas harus dapat diberikan kepada bawahan, karena
berdasarkan itulah dapat diketahui apakah bawahan sudah
menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Atas dasar instruksi yang
diberikan kepada bawahan maka dapat diawasi pekerjaan seorang
bawahan.
Sistem pengawasan akan efektif bilamana sistem pengawasan
itu memenuhi prinsip fleksibilitas. Ini berarti bahwa sistem
pengawasan itu tetap dapat dipergunakan, meskipun terjadi
perubahan terhadap rencana yang diluar dugaan. Menurut Duncan
dalam Harahap (Harahap, 2001: 246) mengemukakan bahwa
beberapa sifat pengawasan yang efektif sebagai berikut :
1) Pengawasan harus dipahami sifat dan kegunaannya dan harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Masing-masing kegiatan membutuhkan sistem
pengawasan tertentu yang berlainan dengan sistem pengawasan
bagi kegiatan lain. Sistem pengawasan untuk bidang penjualan
dan sistem untuk bidang keuangan akan berbeda. Oleh karena
itu sistem pengawasan harus dapat merefleksi sifat-sifat dan
kebutuhan dari kegiatan yang harus diawasi. Pengawasan
dibidang penjualan umumnya tertuju pada kuantitas penjualan,
sementara pengawasan dibidang keuangan tertuju pada
penerimaan dan penggunaan dana.
2) Pengawasan harus mengikuti pola yang dianut organisasi.
Titik berat pengawasan sesungguhnya berkisar pada
manusia, sebab manusia itulah yang melakukan kegiatan dalam
badan usaha atau organisasi yang bersangkutan. Karyawan
merupakan aspek intern perusahaan yang kegiatan-kegiatannya
tergambar dalam pola organisasi, maka suatu sistem
pengawasan harus dapat memenuhi prinsip berdasarkan pola
organisasi.
Ini berarti bahwa dengan suatu sistem pengawasan ,
penyimpangan yang terjadi dapat ditunjukkan pada organisasi
yang bersangkutan.
3) Pengawasan harus dapat mengidentifikasi masalah organisasi.
Tujuan utama dari pengawasan ialah mengusahakan agar
apa yang direncanakan menjadi kenyataan. Oleh karena itu, agar
sistem pengawasan benar-benar efektif, artinya dapat
merealisasi tujuannya, maka suatu sistem pengawasan
setidaknya harus dapat dengan segera mengidentifikasi
kesalahan yang terjadi dalam organisasi. Dengan adanya
identifikasi masalah atau penyimpangan, maka organisasi dapat
segera mencari solusi agar keseluruhan kegiatan operasional
benar-benar dapat atau mendekati apa yang direncanakan
sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Suatu sistem pengawasan adalah efektif, bilamana sistem
pengawasan itu memenuhi prinsip fleksibilitas. Ini berarti bahwa
pengawasan itu tetap dapat dipergunakan, meskipun terjadi
perubahan-perubahan terhadap rencana diluar dugaan.
5) Pengawasan harus ekonomis.
Sifat ekonomis dari suatu sistem pengawasan
sungguh-sungguh diperlukan. Tidak ada gunanya membuat sistem
pengawasan yang mahal, bila tujuan pengawasan itu dapat
direfleksikan dengan suatu sistem pengawasan yang lebih
murah. Sistem pengawasan yang dianut perusahaan-perusahaan
besar tidak perlu ditiru bila pengawasan itu tidak ekonomis bagi
suatu perusahaan lain. Hal yang perlu dipedomani adalah
bagaimana membuat suatu sistem pengawasan dengan
benar-benar merealisasikan motif ekonomi.
Pengawasan yang efektif tergantung pada situasi dan kondisi
yang dihadapi. Tidak ada satu sistem pengawasan yang berlaku
untuk semua situasi dan semua perusahaan.
c. Tujuan Pengawasan
Pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan memerlukan pengawasan agar perencanaan yang telah
disusun dapat terlaksana dengan baik. Pengawasan dikatakan sangat
penting karena pada dasarnya manusia sebagai objek pengawasan
mempunyai sifat salah dan khilaf. Oleh karena itu manusia dalam
organisasi perlu diawasi, bukan mencari kesalahannya kemudian
menghukumnya, tetapi mendidik dan membimbingnya. Menurut
Husnaini (Husnaini, 2001: 400), tujuan pengawasan adalah sebagai
berikut :
1) Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan,
penyelewengan, pemborosan, dan hambatan.
2) Mencegah terulang kembalinya kesalahan, penyimpangan,
pemborosan, dan hambatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
4) Melakukan tindakan koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan
dalam pencapaian kerja yang baik.
Menurut Maringan (Maringan, 2004: 61) menyatakan tujuan
pengawasan adalah sebagai berikut:
1) Mencegah dan memperbaiki kesalahan, penyimpangan,
ketidaksesuaian dalam pelaksanaan tugas yang dilakukan.
2) Agar pelaksanaan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tujuan perusahaan dapat tercapai, jika fungsi pengawasan dilakukan
sebelum terjadinya penyimpangan-penyimpangan sehingga lebih
bersifat mencegah (prefentive control). Dibandingkan dengan
tindakan-tindakan pengawasan sesudah terjadinya penyimpangan,
maka tujuan pengawasan adalah menjaga hasil pelaksanaa kegiatan
sesuai dengan rencana. Ketentuan-ketentuan dan infrastruktur yang
telah ditetapkan benar-benar diimplementasikan. Sebab pengawasan
yang baik akan tercipta tujuan perusahaan yang efektif dan efisien.
d. Jenis-Jenis Pengawasan
Menurut Maringan (Maringan, 2004: 62), Pengawasan
terbagi 4 yaitu:
1) Pengawasan dari dalam perusahaan
Pengawasan yang dilakukan oleh atasan untuk
mengumpul data atau informasi yang diperlukan oleh
perusahaan untuk menilai kemajuan dan kemunduran
perusahaan.
2) Pengawasan dari luar perusahaan
Pengawasan yang dilakukan oleh unit diluar perusahaan.
Ini untuk kepentingan tertentu.
3) Pengawasan Preventif
Pengawasan dilakukan sebelum rencana itu dilaksakaan.
Dengan tujuan untuk mengacah terjadinya kesalahan/kekeliruan
dalam pelaksanaan kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Pengawasan Yang dilakukan setelah adanya pelaksanaan
pekerjaan agar hasilnya sesuai dengan yang direncanakan.
Menurut Ernie dan Saefullah (Ernie dan Saefullah, 2005:
327), jenis pengawasan terbagi atas 3 yaitu:
1) Pengawasan Awal
Pengawasan yang dilakukan pada saat dimulainya
pelaksanaan pekerjaan. Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
penyimpangan dalam pelaksanaan perkerjaan.
2) Pengawasan Proses
Pengawasan dilakukan pada saat sebuah proses
pekerjaan tengah berlangsung untuk memastikan apakah
pekerjaan tengah berlangsung untuk memastikan apakah
pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan ang
ditetapkan.
3) Pengawasan Akhir
Pengawasan yang dilakukan pada saat akhir proses
pengerjaan pekerjaan.
e. Fungsi Pengawasan
Menurut Ernie dan Saefulah (Ernie dan Saefullah, 2005: 12),
fungsi pengawasan adalah :
1) Mengevaluasi keberhasilan dan pencapaian tujuan serta target
sesuai dengan indikator yang di tetapkan.
2) Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan
yang mungkin ditemukan.
3) Melakukan berbagai alternatife solusi atas berbagai masalah
yang terkait dengan pencapaian tujuan perusahaan.
Menurut Maringan (Maringan, 2004: 62), fungsi pengawasan
adalah :
1) Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang
diserahi tugas dan wewenang dalam melaksanakan pekerjaan.
2) Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
3) Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, penyelewengan,
kelalaian, dan kelemahan agar tidak terjadi kerugian yang tidak
diinginkan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa pengawasan adalah mengevaluasi hasil dari
aktifitas pekerjaan yang telah dilakukan dalam perusahaan dan
melakukan tindakan koreksi bila diperlukan.
3. Tinjauan Tentang Pengawasan Perbankan
a. Bank Indonesia
Bank Indonesia berasal dari De Javasche Bank N.V. yang
merupakan salah satu bank milik pemerintah Belanda. De Javasche
Bank N.V. didirikan pada zaman penjajahan Belanda, tepatnya pada
tanggal 10 Oktober 1827 dalam rangka membantu pemerintah
Belanda untuk mengurus keuangannya di Hindia Belanda pada
waktu itu. Kemudian De Javasche Bank N.V. dinasionalisasi
pemerintah Republik Indoneisa tanggal 6 Desember 1951 dengan
Undang-undang Nomor 24 Tahun 1951 menjadi bank milik
pemerintah Republik Indonesia (Kasmir, 2004:167).
Peranan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral sangat penting
dan sangat dibutuhkan keberadaannya. Tugas Bank Indonesia
sebagai bank to bank adalah mengatur, mengkoordinasi, mengawasi
serta memberikan tindakan kepada dunia perbankan. Peranan lain
Bank Indonesia adalah dalam upaya menyalurkan uang terutama
uang kartal (kertas dan logam), Bank Indonesia mempunyai hak
tunggal untuk menyalurkan uang kartal. Selanjutnya mengendalikan
jumlah uang yang beredar dan suku bunga dengan maksud untuk
menjaga kestabilan nilai rupiah. Hubungan bank Indonesia dengan
pemerintah dalam hal ini adalah sebagai pemegang kas pemerintah.
Demikian pula hubungan keuangan dengan dunia internasional juga
ditangani oleh Bank Indonesia seperti menerima pinjaman luar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Bank Indonesia juga mengurus dana yang dihimpun dari
masyarakat agar disalurkan kembali ke masyarakat benar-benar
efektif penggunaannya sesuai dengan tujuan pembangunan.
Kemudian disamping mengurus dana perbankan, Bank Indonesia
juga mengatur dan mengawasi kegiatan perbankan secara
keseluruhan (Jamal Wiwoho, 2011:10).
Tujuan bank Indonesia seperti tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Bab III Pasal 7 adalah untuk
mencapai dan memelihara kestabilan rupiah. Mata uang rupiah perlu
dijaga dan dipelihara mengingat dampak yang ditimbulkan apabila
suatu mata uang tidak stabil sangatlah luas. Salah satu akibat
ketidakstabilan nilai rupiah adalah terjadinya inflasi yang sangat
memberatkan masyarakat luas. Oleh karena itu tugas Bank Indonesia
untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah sangatlah
penting.
Maksud dari kestabilan rupiah yang menjadi tujuan dari Bank
Indonesia adalah (Kasmir, 2004:208):
1) Kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa yang dapat
diukur dengan atau tercermin dari perkembangan laju inflasi.
2) Kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain. Hal ini
dapat diukur dengan atau tercermin dari perkembangan nilai
tukar rupiah terhadap mata uang negara lain.
Stabilnya nilai mata uang rupiah akan memberikan banyak
manfaat terutama untuk mendukung pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Agar
kestabilan nilai rupiah dapat tercapai dan terpelihara, maka Bank
Indonesia memiliki tugas antara lain:
1) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.
2) Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.
3) Mengatur dan mengawasi bank.
Pengawasan terhadap bank oleh Bank Indonesia sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
langsung. Yang dimaksud pengawasan langsung adalah bentuk
pemeriksaan yang disertai dengan pengawasan tindakan tindakan
perbaikan. Sedangkan yang dimaksud dengan pengawasan tidak
langsung terutama dalam bentuk pengawasan dalam bentuk
penelitian, analisis, evaluasi laporan bank (Jamal Wiwoho. 2011:13).
Prinsip-prinsip pengawasan Bank Indonesia di dunia
perbankan yang efektif adalah (Jamal Wiwoho, 2011:14):
1) Sistem informasi manajemen yang dimiliki bank mampu
mengidentifikasi konsentrasi portofolio dan pengawasan harus
menetapkan batasan kehati-hatian bagi setiap nasabah peminjam
terkait atau grup terkait.
2) Untuk menghindari penyelewengan, pengawas bank harus
menetapkan persyaratan bahwa bank yang akan memberikan
pinjaman pihak yang terkait harus berdasarkan transaksi di
pasar, pemberian kredit tersebut harus dimonitor secara efektif
dan langkah-langkah yang harus diambil dalam rangka
mengawasi dan mengurangi resiko.
3) Tersedia kebijakan dan prosedur untuk identifikasi, monitoring
and controlling, country risk, dan transfer risk yang dimiliki
bank dalam menyalurkan pinjaman dan investasi internasional,
serta menyediakan cadangan yang cukup untuk resiko tersebut.
4) Bank harus memiliki sistem yang dapat secara tepat mengukur,
memonitor dan mengawasi resiko pasar yang dihadapi
bank-bank. Pengawas harus memiliki kewenangan untuk mengenakan
batasan spesifik atau denda spesifik terhadap eksposure resiko
pasar.
5) Pengawas bank harus menetapkan bahwa bank memiliki
internal control yang cukup sesuai dengan skala bisnisnya. Hal
ini harus mencakup pengaturan yang jelas tentang pendelegasian
wewenang dan tanggung jawab, pemisahan fungsi diantara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
6) Pengawas bank harus menetapkan bahwa bank memiliki
kebijakan praktek dan prosedur termasuk ketentuan know your
consumen, yang menciptakan standar etika dan profesionalisme
yang tinggi dan mencegah penggunaan secara sengaja maupun
tidak sengaja oleh unsur-unsur kriminal.
7) Pengawasan bank harus menetapkan persyaratan modal yang
hati-hati dan cukup untuk seluruh bank. Persyaratan tersebut
harus mencerminkan resiko yang dihadapi bank dan harus
menentukan komponen modal dengan memperhatikan
kemampuan menyerap kerugian.
8) Bagian terpenting dari sistem pengawasan adalah evaluasi
kebijaksanaan, praktik, dan prosedur bank yang berkaitan
dengan pemberian pinjaman dan investasi serta pelaksanaan
manajemen portofolio pinjaman dan investasi. Pengawas harus
yakin bahwa bank memiliki dan taat pada kebijaksanaan,
praktek dan prosedur evaluasi kualitas aset dan ketentuan
kerugian pinjaman dan cadangan.
b. Otoritas Jasa Keuangan
Pengertian Otoritas Jasa Keuangan diatur pada Pasal 1 ayat
(1) Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) disebutkan bahwa, “Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen dan
bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas,
dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan
penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini. OJK
adalah lembaga yang independen dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak lain, kecuali untuk
hal-hal yang secara tegas diatur dalam Undang-undang OJK, senada
dengan yang termuat dalam Pasal 2.
OJK memiliki tujuan yang diatur pada Pasal 4 adalah agar
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan
stabil dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan
masyarakat. Dalam penjelasan resminya dipaparkan bahwa dengan
tujuan ini, OJK diharapkan dapat mendukung kepentingan sektor
jasa keuangan nasional sehingga mampu meningkatkan daya saing
nasional. Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan
nasional, antara lain meliputi sumber daya manusia, pengelolaan,
pengendalian, dan kepemilikan di sektor jasa keuangan, dengan tetap
mempertimbangkan aspek positif globalisasi.
Fungsi OJK yang diatur pada Pasal 5 adalah untuk
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan. Tugas pokok OJK selanjutnya untuk melaksanakan tugas
pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di
sektor Perbankan, kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal dan
kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun,
Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya
sebagaimana tercantum pada Pasal 6. Pengintegrasian sistem
pengawasan ini dilakukan agar mekanisme pengawasan dapat
dilakukan satu atap oleh sebuah lembaga independen yang
sebelumnya fungsi pengawasan lembaga keuangan dilakukan secara
terpisah oleh Bapepam dalam pengawasan Pasar Modal dan Bank
Indonesia dalam pengawasan Perbankan.
Undang-undang OJK juga memaparkan terkait dengan
wewenang OJK yang diatur pada Pasal 6 diantaranya:
1) Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang
meliputi:
a) Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank,
anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan
dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
b) Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan
dana, produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa;
2) Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang
meliputi:
a) Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio
kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian
kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan
bank;
b) Laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja
bank;
(1) sistem informasi debitur.
(2) pengujian kredit (credit testing).
(3) standar akuntansi bank.
3) Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank,
meliputi: manajemen risiko, tata kelola bank, prinsip mengenal
nasabah dan anti pencucian uang, dan pencegahan pembiayaan
terorisme dan kejahatan perbankan, dan pemeriksaan bank.
Pasal 39 memaparkan bahwa dalam melaksanakan tugasnya,
OJK berkoordinasi dengan Bank Indonesia dalam membuat
peraturan pengawasan di bidang Perbankan antara lain:
1) kewajiban pemenuhan modal minimum bank.
2) sistem informasi perbankan yang terpadu.
3) kebijakan penerimaan dana dari luar negeri, penerimaan dana
valuta asing, dan pinjaman komersial luar negeri.
4) produk perbankan, transaksi derivatif, kegiatan usaha bank
lainnya.
5) penentuan institusi bank yang masuk kategori systemically
important bank.
6) data lain yang dikecualikan dari ketentuan tentang kerahasiaan
informasi.
Dalam penjelasan umum UU OJK dikemukakan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
kegiatan jasa keuangan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara
secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta mampu
mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan
stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan
masyarakat. Dengan tujuan ini, OJK diharapkan dapat mendukung
kepentingan sektor jasa keuangan nasional sehingga mampu
meningkatkan daya saing nasional. Selain itu, OJK harus mampu
menjaga kepentingan nasional, antara lain, meliputi sumber daya
manusia, pengelolaan, pengendalian, dan kepemilikan di sektor jasa
keuangan, dengan tetap mempertimbangkan aspek positif
globalisasi.
Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dan dilandasi dengan
prinsip-prinsip tata kelola yang baik, yang meliputi independensi,
akuntabilitas, pertanggungjawaban, transparansi, dan kewajaran
(fairness). Secara kelembagaan, Otoritas Jasa Keuangan berada di
luar Pemerintah, yang dimaknai bahwa Otoritas Jasa Keuangan tidak
menjadi bagian dari kekuasaan Pemerintah. Namun, tidak menutup
kemungkinan adanya unsur-unsur perwakilan Pemerintah karena
pada hakikatnya Otoritas Jasa Keuangan merupakan otoritas di
sektor jasa keuangan yang memiliki relasi dan keterkaitan yang kuat
dengan otoritas lain, dalam hal ini otoritas fiskal dan moneter. Oleh
karena itu, lembaga ini melibatkan keterwakilan unsur-unsur dari
kedua otoritas tersebut secara Ex-officio. Keberadaan Ex-officio ini
dimaksudkan dalam rangka koordinasi, kerja sama, dan harmonisasi
kebijakan di bidang fiskal, moneter, dan sektor jasa keuangan.
Keberadaan Ex-officio juga diperlukan guna memastikan
terpeliharanya kepentingan nasional dalam rangka persaingan global
dan kesepakatan internasional, kebutuhan koordinasi, dan pertukaran
informasi dalam rangka menjaga dan memelihara stabilitas sistem
keuangan.
Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan tugas dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
1) asas independensi, yakni independen dalam pengambilan
keputusan dan pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang OJK,
dengan tetap sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
2) asas kepastian hukum, yakni asas dalam negara hukum yang
mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan dan
keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan Otoritas Jasa
Keuangan;
3) asas kepentingan umum, yakni asas yang membela dan
melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat serta
memajukan kesejahteraan umum;
4) asas keterbukaan, yakni asas yang membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan
tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan Otoritas Jasa
Keuangan, dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak
asasi pribadi dan golongan, serta rahasia negara, termasuk
rahasia sebagaimana ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan;
5) asas profesionalitas, yakni asas yang mengutamakan keahlian
dalam pelaksanaan tugas dan wewenang Otoritas Jasa
Keuangan, dengan tetap berlandaskan pada kode etik dan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
6) asas integritas, yakni asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai
moral dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam
penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan; dan
7) asas akuntabilitas, yakni asas yang menentukan bahwa setiap
kegiatan dan hasil akhir dari setiap kegiatan penyelenggaraan
Otoritas Jasa Keuangan harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada publik.
Sejalan dengan prinsip-prinsip tata kelola dan asas-asas di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
pemisahan yang jelas antara fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan dan pengawasan. Fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan serta pengawasan dilakukan oleh Dewan Komisioner
melalui pembagian tugas yang jelas demi pencapaian tujuan Otoritas
Jasa Keuangan. Tugas anggota Dewan Komisioner meliputi bidang
tugas terkait kode etik, pengawasan internal melalui mekanisme
dewan audit, edukasi dan perlindungan konsumen, serta fungsi,
tugas, dan wewenang pengawasan untuk sektor Perbankan, Pasar
Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan
Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.
4. Tinjauan Tentang The Core Principles of Banking Supervision
a. Latar Belakang The Basel Committee on Banking Supervision
The Basel Committee on Banking Supervision (Komite Basel)
adalah sebuah komite otoritas pengawas perbankan yang didirikan
oleh gubernur-gubernur bank sentral dari negara-negara Group of
Ten (G-10) pada tahun 1974. Lembaga ini terdiri dari wakil-wakil
senior dari otoritas pengawas perbankan dan bank sentral Belgia,
Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Luxemburg, Belanda,
Swedia, Swiss, Inggris, dan Amerika Serikat. Lembaga ini biasanya
bertemu di Bank for International Settlement (BIS) di kota
Basel-Swiss, yang juga merupakan lokasi sekretariat tetapnya komite basel
dan tempat melakukan pertemuan berkala setiap tga bulan sekali
(Sigit Triandaru,2006:18).
Komite Basel telah melaksanakan tugasnya sejak lama dalam
rangka upaya meningkatkan pengawasan perbankan terutama di
negara-negara anggota G-10 dan di tingkat intenasional. Dalam
melaksanakan tugasnya tersebut, komite melakukan pertemuan dan
berhubungan dengan berbagai otoritas pengawas perbankan di
berbagai negara. Beberapa tahun terakhir komite berupaya
meyakinkan semua negara bagaimana pentingnya memperkuat