• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYEMPURNAAN PENGAWASAN PERBANKAN PASCA PEMBENTUKAN OTORITAS JASA KEUANGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DAN THE CORE PRINCIPLES FOR EFFECTIVE BANKING SUPERVISION.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENYEMPURNAAN PENGAWASAN PERBANKAN PASCA PEMBENTUKAN OTORITAS JASA KEUANGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DAN THE CORE PRINCIPLES FOR EFFECTIVE BANKING SUPERVISION."

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user i

PENYEMPURNAAN PENGAWASAN PERBANKAN

PASCA PEMBENTUKAN OTORITAS JASA KEUANGAN

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011

TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DAN THE CORE

PRINCIPLES FOR EFFECTIVE BANKING SUPERVISION

Oleh :

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S1) dalam

Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

HUSNIA LULUK FARIDA

NIM E 0011158

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

MOTTO

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak

menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia

supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran

yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi

Maha Melihat. (QS. An-Nisaa’:58).

Aku boleh Ragu, Kalian boleh Ragu, Mereka boleh Ragu, tapi semua Keraguan tak

akan menghapus kebenaran firman Tuhan

(Hadratus Syeikh K.H. Hasyim Asy’ari).

Semakin besar ujian yang kita hadapi dan apabila kita ikhlas menjalaninya maka pada

akhirnya kebahagiaan yang akan kita terima

(Penulis).

Sopo wonge kang isoh ngrumat ilmu kanti sae pesti urippe bakal dirumat

karo ilmune kui

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan syukur, Penulis mempersembahkan karya ini kepada :

Allah SWT yang memberikan hidup dan jalan penerang bagi setiap umat yang

beriman dan bertakwa.

Bapak Edi Sujito,B.Sc. dan Ibu Siti Syamsiyah Nur Rohmah, tak pernah lelah

memberikan cinta dan kasih sayang yang selalu tercurah serta semangat moril dan

spiritual kepada Penulis.

Keluarga besarku, Mbah Asiyah Ardani, Mbah Kakung Putri Diyono, Mas Oni Luthfi

Afian,S.Pd., Adek Nadia Farikhati, dan Adek Himmatul Ulya. Semoga keluarga kita

selalu diberkahi Allah SWT. Amin.

Keluarga Besar KSP “Principium” yang telah memberikan pengalaman, persahabatan, kekeluargaan, dan ilmu yang tidak mungkin terlupakan

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

ABSTRAK

Husnia Luluk Farida. E 0011158. Penyempurnaan Pengawasan Perbankan Pasca Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan dan The Core Principles for Effective Banking Supervision. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulisan hukum ini bertujuan untuk mengetahui konsep pengawasan terhadap perbankan sebelum pembentukan lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan mengetahui penyempurnaan dalam pengawasan perbankan pasca pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam perspektif Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan dan The Core Principles for Effective Banking Supervision.

Penulisan hukum ini menggunakan penelitian hukum normatif. Penelitian hukum ini bersifat preskriptif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual. Sumber bahan hukum menggunakan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang berkaitan dengan isu hukum yang dikaji. Bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim sedangkan bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan dokumen resmi. Teknik pengumpulan data menggunakan studi pustaka baik dari media cetak maupun media elektronik (internet) serta teknik analisis yang digunakan adalah logika deduktif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan kesimpulan bahwa pengawasan perbankan sebelum pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dilaksanakan oleh Bank Indonesia (BI), kemudian Bank Indonesia (BI) membentuk sebuah blueprint yaitu Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Pada tahun 2011, pemerintah Indonesia membentuk lembaga pengawasan perbankan yang baru yaitu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (UU OJK). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dibentuk dengan maksud menyempurnakan pengawasan perbankan yang telah dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) hingga pada akhirnya diciptakan sebuah pengawasan perbankan yang efektif dan efisien. Pembentukan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (UU OJK) juga telah mengakomodasi secara seksama dan keseluruhan prinsip pengawasan perbankan yang efektif yaitu The Core Principles for Effective Banking Supervision, dimana prinsip tersebut merupakan prinsip yang diakui oleh sistem perbankan seluruh dunia.

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

ABSTRACT

Husnia Luluk Farida, E 0011158, The Banking Supervision Improvement After The Financial Service Authority based on Law Number 21 of 2011 on The Financial Service Authority and The Core Principle for Effective Banking Supervision, Faculty Of Law Of Sebelas Maret University Surakarta.

This legal research aims to find out what the concept of supervision of banking institutions before the establishment of the financial services authority (OJK) and knowing the refinement in the banking supervision after the establishment of the financial services authority (OJK) in the perspective of Law Number 21 of 2011 on the financial services authority and The Core Principles for Effective Banking Supervision.

The research method used in this legal writing included: normative type of research, prescriptive nature of research, statute and conceptual approaches, technique of analyzing law materials used was interpretation method, the law material was collected by looking for legislation about or relating to the issue and primary, secondary and tertiary law materials. The legal study source from primary law material consisted of legislation, official publication or treatise in legislation and

judge’s verdicts as well as secondary law material constituting all publications about

the law not belonging to official document.

Based on the results of research and discussion generated conclusion that banking supervision before the establishment of the financial services authority (OJK) implemented by Indonesian Bank(BI), then Indonesian Bank (BI) form a blueprint that is Indonesia's banking Architecture (API). In 2011, the Government of Indonesia to form a new banking oversight agencies, namely the financial services authority (OJK) which is based on Law Number 21 of 2011 on the financial services authority (UU OJK). The financial services authority (OJK) was formed with the intention of improving banking supervision that has been done by Indonesian Bank (BI) to ultimately created a banking supervision is effective and efficient. The formation of Law Number 21 of 2011 on the financial services authority (UU OJK) also incorporates carefully and the overall principle of effective banking supervision are The Core Principles for Effective Banking Supervision, where the principle is a principle recognized by banking systems around the world.

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karuniaNya, serta sholawat dan salam senantiasa penulis haturkan kepada junjungan

kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya karena

bimbingan dan suri tauladan dari Beliau kita mendapatkan pencerahan dalam

kehidupan ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul :

Penyempurnaan Pengawasan Perbankan Pasca Pembentukan Lembaga

Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011

Tentang Otoritas Jasa Keuangan dan The Core Principles for Effective Banking

Supervision. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat memperoleh

gelar kesarjanaan dalam ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Penyususunan penulisan hukum ini merupakan sebuah hasil dari penelitian

yang berdasarkan pada pengawasan perbankan yang telah beralih dari Bank Indonesia

kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam perkembangannya, terbukti

bahwasanya pengawasan perbankan yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia memiliki

beberapa kekurangan, dan kekurangan tersebut menjadi landasan untuk mengalihkan

pengawasan perbankan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Melalui penulisan

hukum ini pula, telah diketahui bahwasanya telah dilaksanakan penyempurnaan

pengawasan perbankan setelah dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

dibandingkan dengan pengawasan perbankan oleh Bank Indonesia dan dimana

penyempurnaan ini berdasarkan pula international best practice yaitu The Core

Principle for Effective Banking Supervision.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan,

bimbingan, dorongan, saran dan nasehat dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

1. Ibu Prof. Dr Hartiwiningsih, S.H.,M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Dr. Pujiyono,S.H,M.Hum selaku Dosen Pembimbing I yang telah

membantu Penulis dimulai dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Djuwityastuti,S.H.,M.H. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membantu

dalam menyempurnakan skripsi ini.

4. Ibu Adriana Grahani Firdausy, S.H.,M.H selaku Pembimbing Akademik, yang

telah membantu dan mendampingi Penulis dalam proses awal hingga akhir masa

studi di FH UNS.

5. Bapak Muhammad Rustamaji,S.H.,M.H dan Ibu Lushiana

Primasari,S.H.,M.Hum, selaku pembimbing KSP “Principium” yang telah membimbing mengenai penulisan dan penelitian hukum selama menjadi keluarga di KSP “Principium”.

6. Bapak Edi Sujito,B.Sc. dan Ibu Siti Syamsiyah Nur Rohmah yang telah

memberikan semangat yang luar biasa, doa, nasihat kepada penulis sehingga

penulis dapat kuat dan sabar dalam menjalani proses pengerjaan skripsi ini serta

kakak penulis, Mas Oni Luthfi Afian,S.Pd. dan adik-adik tersayangku Nadia

Farikhati dan Himmatul Ulya yang memberikan kebahagiaan dan canda tawanya

kepada Penulis.

7. Pihak Kantor Pusat Otoritas Jasa Keuangan, Bapah Rudi Agus Purnomo

Raharjo,S.H.,M.H. selaku Direktur Mediasi Perbankan di OJK, Bapak Toni

selaku Kepala Departemen Pengembangan dan Pengawasan Manajemen Krisis di

OJK, Ibu Dian Purwaningsih selaku bagian Departemen penelitian dalam bidang

Basel Accord di OJK, yang telah membantu dan memberikan materi dalam

penulisan hukum ini.

8. Teman-teman satu perjuangan Interest Group: Resti Dhian Luthviati, Fitri

Melany, Nikolas Wicaksono Prakoso Putro, dan Buana Indrapura, kalian

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

9. Keluarga besar KSP “Principium” FH UNS, Mas Danang, Mas Indra, Mas Bryan, Mas Luki, Mbak Rifzki, Mbak Prita, Mbak Intan, Mbak Hani, Mbak

Vina, Wienda, Samto, Bima, Adhela, Mirel, Himawan, Dyah Ayu S, Sintha,

Lelyanna, Nabila, Enty, Sonia, Wulan, Thamrin, Satria, Aditama, Tegar, Ikhsan,

dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu, kalian

memberikan pengalaman dan pembelajaran yang berharga bagi penulis.

10. Keluarga Cemara (Klucem): Diah, Nadia, Sintha, Tyan, Zelika, dan Tifany

terima kasih Support dan pertemanannya selama ini.

11. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) Desa Kerten, Kecamatan Gantiwarno,

Kabupaten Klaten: Annisa, Ita, Leni, Dewi KN, Dewi NK, Galih, Eka, dan Tri

yang sudah memberikan arti sebuah pengabdian dan perjuangan di masyarakat.

12. Teman Kegiatan Magang Mahasiswa (KMM) di Kepolisian Daerah (Polda)

Provinsi Jateng: Inung, Nela, Mefta, dan Frendi, terima kasih untuk satu bulan

menemani magang di Polda.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

bantuannya bagi penulis dalam penyelesaian penulisan hukum ini.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk

itu penulis berharap kritik dan saran dari pembaca. Akhirnya penulis berharap skripsi

ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca

pada umumnya. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga apa yang

penulis susun dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Surakarta, Maret 2015

Penulis

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAH PENGESAHAN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Metode Penelitian ... 10

F. Sistematika Penulisan Hukum ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

A. Kerangka Teori ... 15

1. Tinjauan tentang Perbankan ... 15

2. Tinjauan tentang Pengawasan ... 26

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiii

4. Tinjauan tentang The Core Principles for Effective

Banking Supervision ... 42

B. Kerangka Pemikiran ... 59

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Pengawasan Perbankan Sebelum Terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ... 62

B. Penyempurnaan Pengawasan Perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan serta Pengaruh The Core Principles for Effective Banking Supervision (The Basel Core Principles) ... 86

BAB IV PENUTUP ... 149

A. Kesimpulan ... 149

B. Saran ... 150

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiv

DAFTAR TABEL

A. Tabel 1. Perbandingan The Basel Core Principles tahun 2006

dan tahun 2012 ... 48

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xv

DAFTAR GAMBAR

A. Gambar 1. Siklus Pengawasan Perbankan ... 65

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Perbankan

a. Pengertian Perbankan

Menurut kamus istilah hukum oleh Andrea Fockema (Andrea

Fockema, 1985:40), yang dimaksud dengan bank adalah suatu

lembaga atau orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam

menerima dan memberikan uang dari dan kepada pihak ketiga.

Berhubung dengan adanya cek hanya dapat diberikan kepada bankir

sebagai tertarik, maka bank dalam arti luas adalah orang atau

lembaga yang dalam pekerjaannya secara teratur menyediakan uang

untuk pihak ketiga.

Adrian Sutedi menyatakan bahwa bank merupakan bagian

dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu negara, bahkan

pada era globalisasi sekarang ini, bank juga telah menjadi bagian

dari sistem keuangan dan sistem pembayaran dunia. Pada saat suatu

bank telah memperoleh izin berdiri dan beroperasi dari otoritas

moneter negara yang bersangkutan, bank tersebut menjadi milik

masyarakat. Eksistensinya bukan saja harus dijaga oleh para pemilik

bank itu sendiri, tetapi juga oleh masyarakat nasional dan global

(Adrian Sutedi, 2007:1).

Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang

keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang

keuangan. Membahas mengenai bank maka tidak akan terlepas dari

masalah keuangan. Aktivitas perbankan yang pertama adalah

menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah

di dunia perbankan adalah kegiatan funding. Menghimpun dana

dimaksudkan sebagai upaya mengumpulkan atau mencari dana

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Menurut Budi Untung, usaha perbankan pada dasarnya

merupakan suatu usaha simpan pinjam demi dan untuk kepentingan

pihak ketiga tanpa memperhatikan bentuk hukumnya apakah

perorangan ataukah badan hukum. Usaha perbankan harus didirikan

dalam bentuk badan hukum atau tidak boleh dalam bentuk usaha

perseorangan. (Budi Untung, 2005:13)

Tugas suatu bank diantaranya (Budi Untung, 2005:16):

1) Menyediakan safe custody terhadap dana pihak ketiga;

2) Menyediakan rekening-rekening untuk pihak nasabah;

3) Bertindak sebagai agen untuk pungutan-pungutan tertentu;

4) Untuk membayar cek yang ditarik oleh nasabah.

Tugas dan tanggung jawab dari suatu bank dapat juga diperinci

sebagai berikut:

1) Menerima cash dan membayar dokumentasi yang mesti dibayar

oleh nasabah seperti terhadap cek, pengiriman uang, bills of

change dan lain-lain instrumen perbankan.

2) Membayar kembali uang nasabah yang ditempatkan di bank

tersebut apabila diminta oleh pihak nasabah.

3) Meminjamkan uang kepada nasabah.

4) Menjaga kerahasiaan account nasabah dalam hubungan dengan

kerahasiaan bank, kecuali apabila ditentukan lain oleh

undang-undang.

5) Jika pihak nasabah mempunyai dua rekening, maka ada

kewajiban moral bagi bank untuk membuat rekening tersebut

terpisah satu sama lain.

6) Jika rekening ditutup, maka bank harus mempunyai alasan yang

reasonable untuk menutup rekening tersebut.

Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang Perbankan merangkum berbagai pengertian perbankan

dengan menyebutkan bahwa pengertian Bank adalah badan usaha

yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak. Pasal 1 ayat (1) memaparkan mengenai pengertian Perbankan, bahwa “Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.” b. Asas, Fungsi dan Tujuan Perbankan

Asas perbankan yang dianut di Indonesia dapat dilihat pada

ketentuan Pasal 2 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang mengemukakan bahwa, ”Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan

menggunakan prinsip kehati-hatian”. Menurut penjelasan resminya, yang dimaksud dengan demokrasi ekonomi adalah demokrasi

ekonomi berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Pengertian mengenai demokrasi ekonomi Indonesia,

Mubyarto pada ceramah di Gedung Kebangkitan Nasional tanggal

16 Mei 1981 merumuskan bahwa demokrasi ekonomi Indonesia

sebagai Demokrasi Ekonomi Pancasila mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut (Hermansyah, 2005:18):

1) Dalam sistem ekonomi Pancasila koperasi ialah soko guru

perekonomian.

2) Perekonomian Pancasila digerakkan oleh

rangsangan-rangsangan ekonomi, sosial dan yang paling penting ialah

moral.

3) Perekonomian Pancasila ada hubungannya dengan Tuhan Yang

Maha Esa sehingga dalam Pancasila terdapat solidaritas sosial.

4) Perekonomian Pancasila berkaitan dengan persatuan Indonesia,

yang berarti nasionalisme menjiwai tiap kebijakan ekonomi.

Sedangkan sistem perekonomian kapitalis pada dasarnya

kosmopolitanisme, sehingga dalam mengejar keuntungan tidak

mengenal batas-batas negara.

5) Sistem perekonomian Pancasila tegas dan jelas adanya

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

tekanan pada desentralisasi di dalam pelaksanaan kegiatan

ekonomi.

Prinsip kehati-hatian sebagaimana disebutkan dalam

ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Perbankan tidak terdapat

penjelasan secara resmi, namun dapat dikemukakan bahwa bank dan

orang-orang yang terlibat di dalamnya, terutama dalam membuat

kebijaksanaan dan menjalankan kegiatan usahanya wajib

menjalankan tugas dan wewenangnya masing-masing secara cermat,

teliti, dan profesional sehingga memperoleh kepercayaan

masyarakat. Dalam membuat kebijaksanaan dan menjalankan

kegiatan usahanya, bank harus selalu mematuhi seluruh peraturan

perundang-undangan yang berlaku secara konsisten dengan didasari

oleh itikad baik. Kepercayaan masyarakat merupakan kunci utama

bagi perkembangan suatu bank, tanpa adanya kepercayaan dari

masyarakat maka suatu bank tidak akan mampu menjalankan

kegiatan usahanya (Hermansyah, 2005:19).

Fungsi perbankan dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 3

Undang-Undang Perbankan yang menyatakan bahwa, “Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat”. Dari ketentuan ini tercermin fungsi bank sebagai perantara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus of

funds) dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana

(lacks of funds).

Perbankan di Indonesia mempunyai tujuan yang strategis dan

tidak semata-mata berorietasi ekonomis, tetapi juga berorientasi

kepada hal-hal yang non-ekonomis seperti masalah menyangkut

stabilitas nasional yang mencakup antara lain stabilitas politik dan

stabilitas sosial. Secara lengkap mengenai hal ini diatur dalam

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak” (Hermansyah, 2005:20).

c. Jenis-jenis Bank

Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari fungsi bank

serta kepemilikan bank. Dari segi fungsi perbedaan yang terjadi

terletak pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang dapat

ditawarkan maupun jangkauan wilayah operasinya. Sedangkan

kepemilikan perusahaan dilihat dari segi pemilikan saham yang ada

serta akta pendiriannya. Perbedaannya dilihat dari segi siapa nasabah

yang dilayani apakah masyarakat luas atau masyarakat dalam lokasi

tertentu. Jenis perbankan juga dibagi ke dalam caranya menentukan

harga jual dan harga beli.

1) Dilihat dari Segi Fungsinya

Bank sebagai lembaga keuangan diarahkan untuk

berperan sebagai agen pembangunan (agent of development),

yaitu sebagai lembaga yang bertujuan mendukung pelaksanaan

pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan

pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan

stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat

banyak. Dengan demikian bank di Indonesia ditugaskan oleh

pemerintah guna mengembangkan sektor-sektor perekonomian

tertentu, atau memberikan perhatian yang lebih besar pada

koperasi tertentu, atau memberikan perhatian yang lebih besar

kepada koperasi dan pengusaha golongan ekonomi

lemah/pengusaha kecil dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat banyak (Budi Untung, 2005:14).

Pembagian jenis bank berdasarkan fungsi menurut

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998

adalah:

a. Bank Umum

Bank umum merupakan bank yang melaksanakan

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan

adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa

perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah

operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah. Bak umum

sering disebut bank komersil (commercial bank).

Melihat fungsinya, bank umum mempunyai fungsi

sebagai berikut:

(1) Mengumpulkan dana yang sementara menganggur

untuk dipinjamkan pada pihak lain, atau membeli

surat-surat berharga (financial investment).

(2) Mempermudah lalu lintas pembayaran uang.

(3) Menjamin keamanan uang masyarakat yang sementara

belum digunakan, misalnya menghindari risiko hilang,

kebakaran, dan lain-lain.

(4) Menciptakan kredit (credit money deposit), yaitu

dengan cara menciptakan demand deposit (deposito

yang sewaktu-waktu dapat diuangkan) dari kelebihan

cadangannya (excess reserves) (Budi Untung,

2005:15-16).

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya di

sini kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan

dengan kegiatan bank umum (Kasmir, 2004:33).

2) Dilihat dari Segi Kepemilikannya

Kepemilikan ini dapat dilihat dari akta pendirian dan

penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis

bank berdasarkan segi kepemilikan diantaranya:

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Klasifikasi bank milik pemerintah dapat dilihat

berdasarkan akta pendirian maupun modal yang dimiliki

oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank juga

dimiliki oleh pemerintah. Contoh bank milik pemerintah

diantaranya Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat

Indonesia (BRI), dan Bank Tabungan Negara (BTN).

Sedangkan bank milik pemerintah daerah terdapat pada

masing-masing ibukota provinsi dari masing-masing

daerah, seperti BPD DKI Jakarta, BPD Jawa Barat, BPD

Jawa Tengah, BPD Jawa Timur, BPD Sumatera Utara, BPD

Sumatera Selatan, BPD Sulawesi Selatan, dan BPD lainnya.

b) Bank milik swasta nasional

Bank dengan jenis milik swasta nasional, seluruh

atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta

akta pendiriannyapun didirikan oleh swasta, begitu pula

pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta.

Contoh bank milik swasta nasional diantaranya Bank

Central Asia (BCA), Bank Danamon, Bank Niaga.

c) Bank milik koperasi

Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh

perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Sebagai

contoh bank milik koperasi adalah Bank Umum Koperasi

Indonesia.

d) Bank milik asing

Bank milik asing merupakan cabang dari bank

yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau

pemerintah asing. Kepemilikannya juga merupakan

kepemilikan pihak luar negeri. Bank asing yang terdapat

di Indonesia seperti Bank of America, Bank of Tokyo,

Bangkok Bank, City Bank.

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh

pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan

sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara

Indonesia. Contoh bank campuran antara lain, Bank

Finconesia, Mitsubishi Buana Bank, Sumitono Niaga

Bank, Bank Merincorp, Inter Pasific Bank, Ing Bank

(Kasmir, 2004;34-35).

3) Dilihat dari Segi Statusnya

Menilik dari segi kemampuan dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat, maka bank umum dapat

diklasifikasikan ke dalam 2 jenis. Pembagian jenis demikian

disebut juga pembagian berdasarkan kedudukan atau status

bank yang bersangkutan.

Kedudukan atau status bank demikian menunjukkan

ukuran kemampuan bank dalam memberikan pelayanan bagi

masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun

kualitas pelayanannya. Oleh karena itu untuk memperoleh

status tersebut diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria

tertentu. Status bank yang dimaksud adalah:

a) Bank devisa

Bank devisa merupakan bank yang dapat

melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang

berhubungan dengan mata uang asing secara

keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke

luar negeri, traveller cheque, pembukaan dan

pembayaran Letter of credit dan transaksi lainnya.

Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan

oleh Bank Indonesia.

b) Bank non devisa

Bank non devisa merupakan bank yang belum

mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi bank non

devisa merupakan kebalikan daripada bank devisa,

karena transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas

negara (Kasmir, 2004:37)

4) Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga

a) Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional

Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia

merupakan bank yang berorientasi pada prinsip

konvensional. Kondisi demikian berkaitan erat dengan

sejarah bangsa Indonesia yang pernah diduduki Belanda,

kolonial Belanda datang ke Indonesia dengan membawa

pengaruh terkait dengan perbankan. Metode yang

digunakan bank yang berprinsip konvensional dalam

mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para

nasabah diantaranya:

(1) Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk

simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito.

Demikian pula harga untuk produk pinjamannya

(kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku

bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan

istilah spread based. Apabila suku bunga simpanan

lebih tinggi dari suku bunga pinjaman maka dikenal

dengan nama negative spread, hal ini telah terjadi di

akhir tahun 1998 dan sepanjang tahun 1999.

(2) Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan barat

menggunakan atau menerapkan berbagai

biaya-biaya dalam nominal atau prosentase tertentu.

Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah

fee based.

b) Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah

Bagi bank yang mendasarkan kegiatannya pada

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

dangat berbeda dengan bank berdasarkan prinsip

konvensional. Bank berdasarkan prinsip syariah

menjalankan perjanjian berdasarkan aturan hukum Islam

antar bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana

atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.

Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi

bank yang berdasarkan Prinsip Syariah adalah sebagai

berikut:

(1) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil

(mudharabah).

(2) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal

(musharakah).

(3) Prinsip jual beli barang dengan memperoleh

keuntungan (murabahah).

(4) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni

tanpa pilihan (ijarah).

(5) Adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang

yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah

wa iqtina) (Kasmir, 2004:39).

d. Hukum Perbankan

Munir Fuady merumuskan hukum perbankan adalah

seperangkat kaidah hukum dalam bentuk peraturan

perundang-undangan, yurisprudensi, doktrin, dan lain-lain sumber hukum, yang

mengatur masalah-masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek

kegiatannya sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh

suatu bank, perilaku petugas-petugasnya, hak, kewajiban, tugas dan

tanggung jawab para pihak yang tersangkut dengan bisnis

perbankan, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank,

eksistensi perbankan, dan lain-lain yang berkenaan dengan dunia

perbankan (Munir Fuady, 1999:14).

Menurut Muhammad Djumhana, hukum perbankan adalah

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

lembaga keuangan bank yang meliputi segala aspek, dilihat dari segi

esensi, dan eksistensinya, serta hubungannya dengan bidang

kehidupan yang lain. Pengaturan di bidang perbankan menyangkut

beberapa hal, diantaranya (Muhammad Djumhana, 2000:1):

1) Dasar-dasar perbankan, menyangkut asas-asas kegiatan

perbankan seperti norma efisiensi, keefektifan, kesehatan bank,

profesionalisme pelaku perbankan, maksud dan tujuan lembaga

perbankan, serta hubungan, hak dan kewajibannya.

2) Kedudukan hukum pelaku di bidang perbankan seperti:

kaidah-kaidah mengenai pengelolanya seperti dewan komisaris, direksi

karyawan, maupun pihak yang terafiliasi. Termasuk pula

mengenai bentuk badan hukum pengelolanya, serta mengenai

kepemilikannya.

3) Kaidah-kaidah perbankan yang secara khusus memperhatikan

kepentingan umum seperti kaidah-kaidah yang mencegah

persaingan yang tidak wajar, antitrust, perlindungan terhadap

konsumen (nasabah), dan lain-lainnya. Di Indonesia bahkan

memiliki kekhususan sendiri, yaitu bahwa perbankan nasional

harus memperhatikan keserasian, keselarasan, dan

keseimbangan unsur-unsur pemerataan pembangunan,

pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional.

4) Kaidah-kaidah yang meyangkut struktur organisasi, yang

mendukung kebijakan ekonomi dan moneter pemerintah, seperti

Dewan Moneter dan Bank Sentral.

5) Kaidah-kaidah yang mengarahkan kehidupan perekonomian yag

berupa dasar-dasar untuk perwujudan tujuan-tujuan yang hendak

dicapainya melalui penetapan sanksi, insentif, dan sebagainya.

6) Keterkaitan satu sama lainnya dari ketentuan dan kaidah-kaidah

hukum tersebut sehingga tidak mungkin berdiri sendiri, malahan

keterkaitannya merupakan hubungan logis dari bagian-bagian

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Bertitik tolak dari pengertian perbankan sebagai segala

sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan,

kegiatan usaha, serta cara dan proses melaksanakan kegiatan

usahanya, maka pada prinsipnya hukum perbankan adalah

keseluruhan norma-norma tertulis maupun norma-norma yang tidak

tertulis yang mengatur tentang bank, mencakup kelembagaan,

kegiatan usaha, serta cara, dan proses melaksanakan kegiatan

usahanya. Berkaitan dengan pengertian ini, kiranya dapat dijelaskan

bahwa yang dimaksud dengan norma-norma tertulis dalam

pengertian diatas adalah seluruh peraturan perundang-undangan

yang mengatur mengenai bank, sedangkan norma-norma yang tidak

tertulis adalah hal-hal atau kebiasaan-kebiasaan yang timbul dalam

praktik perbankan (Hermansyah, 2005:39).

2. Tinjauan Tentang Pengawasan

a. Pengertian Pengawasan

Berbagai fungsi manajemen dilaksanakan oleh para

pimpinan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Fungsi-fungsi

yang ada didalam manajemen diantaranya adalah fungsi perencanaan

(Planning), fungsi pengorganisasian (Organizing), fungsi

pelaksanaan (Actuating), dan fungsi pengawasan (Controlling)

menurut Griffin (Griffin,2004:44). Keempat fungsi manajemen

tersebut harus dilaksanakan oleh seorang manajer secara

berkesinambungan, sehingga dapat merealisasikan tujuan organisasi.

Pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen yang

berupaya agar rencana yang sudah ditetapkan dapat tercapai dengan

efektif dan efisien.

Menurut Schermerhorn dalam Ernie dan Saefullah (Ernie dan

Saefullah,2005:317), mendifinisikan pengawasan merupakan sebagai

proses dalam menetapkan ukuran kinerja dalam pengambilan

tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

menurut Mathis dan Jackson (Mathis dan Jackson, 2006: 303),

menyatakan bahwa pengawasan merupakan sebagai proses

pemantauan kinerja karyawan berdasarkan standar untuk mengukur

kinerja, memastikan kualitas atas penilaian kinerja dan pengambilan

informasi yang dapat dijadikan umpan balik pencapaian hasil yang

dikomunikasikan ke para karyawan. Defenisi ini tidak hanya terpaku

pada apa yang direncanakan, tetapi mencakup dan melingkupi tujuan

organisasi. Hal tersebut akan mempengaruhi sikap, cara, sistem, dan

ruang lingkup pengawasan yang akan dilakukan oleh seorang

manajer. Pengawasan sangat penting dilakukan oleh perusahaan

dalam kegiatan operasionalnya untuk mencegah kemungkinan

terjadinya penyimpangan–penyimpangan dengan melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan tersebut untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebelumnya.

Menurut Harahap (Harahap, 2001: 14), Pengawasan adalah

keseluruhan sistem, teknik, cara yang mungkin dapat digunakan oleh

seorang atasan untuk menjamin agar segala aktivitas yang dilakukan

oleh dan dalam organisasi benar-benar menerapkan prinsip efisiensi

dan mengarah pada upaya mencapai keseluruhan tujuan organisasi.

Sedangkan menurut Maringan (Maringan, 2004: 61), pengawasan

adalah proses dimana pimpinan ingin mengetahui hasil pelaksanaan

pekerjaan yang dilakukan bawahan sesuai dengan rencana, perintah,

tujuan, kebijakan yang telah ditentukan. Selain itu menurut Dessler

(Dessler, 2009: 2), menyatakan bahwa pengawasan (Controlling)

merupakan penyusunan standar - seperti kuota penjualan, standar

kualitas, atau level produksi; pemeriksaan untuk mengkaji prestasi

kerja aktual dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan;

mengadakan tindakan korektif yang diperlukan.

Berdasarkan penjelasan para ahli diatas, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa pengawasan merupakan suatu tindakan

pemantauan atau pemeriksaan kegiatan perusahaan untuk menjamin

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

sebelumnya dan melakukan tindakan korektif yang diperlukan untuk

memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada sebelumnya.

Pengawasan yang efektif membantu usaha dalam mengatur

pekerjaan agar dapat terlaksana dengan baik. Fungsi pengawasan

merupakan fungsi terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini terdiri

dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi aktivitas perusahaan

agar target perusahaan tercapai. Dengan kata lain fungsi pengawasan

menilai apakah rencana yang ditetapkan pada fungsi perencanaan

telah tercapai.

Menurut G.R Terry dalam Hasibuan (Hasibuan, 2001: 242)

mengemukakan hal sebagai berikut :

“Controlling can be defined as the process of

determining what is to be accomplished, that is the standard; what is being accomplished, that is the performance, evaluating the performance and if necessary applying corrective measure so that performance takes place according to plans, that is, in conformity with the standard.”.

Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang

harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu

pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan melakukan

perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras

dengan standar.

Menurut Henry Fayol dalam Harahap (Harahap, 2001: 10)

mengartikan pengawasan sebagai berikut:

“Control consist in verifying whether everything

occurs in conformity with the plan adopted, the instruction issued and principles established. It has objective to point out weaknesses and errors in

order to rectify then prevent recurrance”.

Pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi

sesuai dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan,

dan prinsip yang dianut .

Juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan

kesalahan agar dapat dihindari kejadiannya dikemudian hari.

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

memantau aktivitas pekerjaan karyawan untuk menjaga perusahaan

agar tetap berjalan kearah pencapaian tujuan dan membuat koreksi

jika diperlukan. Pengawasan secara umum berarti pengendalian

terhadap perencanaan apakah sudah dilaksanakan sesuai tujuan atau

penyimpangan dari tujuan yang diinginkan. Jika terjadi

penyimpangan, pihak manajemen yang terkait dalam pengawasan

harus memberikan petunjuk untuk melakukan perbaikan kerja, agar

standar perencanaan tidak jauh menyimpang dari hasil yang

diperoleh pada saat pelaksanaan.

b. Sistem Pengawasan

Sistem pengawasan yang efektif harus memenuhi beberapa

prinsip pengawasan yaitu adanya rencana tertentu dan adanya

pemberian instruksi serta wewenang-wewenang kepada bawahan.

Rencana merupakan standar atau alat pengukur pekerjaan yang

dilaksanakan oleh bawahan. Rencana tersebut menjadi petunjuk

apakah sesuatu pelaksanaan pekerjaan berhasil atau tidak. Pemberian

instruksi dan wewenang dilakukan agar sistem pengawasan itu

memang benar-benar dilaksanakan secara efektif. Wewenang dan

instruksi yang jelas harus dapat diberikan kepada bawahan, karena

berdasarkan itulah dapat diketahui apakah bawahan sudah

menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Atas dasar instruksi yang

diberikan kepada bawahan maka dapat diawasi pekerjaan seorang

bawahan.

Sistem pengawasan akan efektif bilamana sistem pengawasan

itu memenuhi prinsip fleksibilitas. Ini berarti bahwa sistem

pengawasan itu tetap dapat dipergunakan, meskipun terjadi

perubahan terhadap rencana yang diluar dugaan. Menurut Duncan

dalam Harahap (Harahap, 2001: 246) mengemukakan bahwa

beberapa sifat pengawasan yang efektif sebagai berikut :

1) Pengawasan harus dipahami sifat dan kegunaannya dan harus

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Masing-masing kegiatan membutuhkan sistem

pengawasan tertentu yang berlainan dengan sistem pengawasan

bagi kegiatan lain. Sistem pengawasan untuk bidang penjualan

dan sistem untuk bidang keuangan akan berbeda. Oleh karena

itu sistem pengawasan harus dapat merefleksi sifat-sifat dan

kebutuhan dari kegiatan yang harus diawasi. Pengawasan

dibidang penjualan umumnya tertuju pada kuantitas penjualan,

sementara pengawasan dibidang keuangan tertuju pada

penerimaan dan penggunaan dana.

2) Pengawasan harus mengikuti pola yang dianut organisasi.

Titik berat pengawasan sesungguhnya berkisar pada

manusia, sebab manusia itulah yang melakukan kegiatan dalam

badan usaha atau organisasi yang bersangkutan. Karyawan

merupakan aspek intern perusahaan yang kegiatan-kegiatannya

tergambar dalam pola organisasi, maka suatu sistem

pengawasan harus dapat memenuhi prinsip berdasarkan pola

organisasi.

Ini berarti bahwa dengan suatu sistem pengawasan ,

penyimpangan yang terjadi dapat ditunjukkan pada organisasi

yang bersangkutan.

3) Pengawasan harus dapat mengidentifikasi masalah organisasi.

Tujuan utama dari pengawasan ialah mengusahakan agar

apa yang direncanakan menjadi kenyataan. Oleh karena itu, agar

sistem pengawasan benar-benar efektif, artinya dapat

merealisasi tujuannya, maka suatu sistem pengawasan

setidaknya harus dapat dengan segera mengidentifikasi

kesalahan yang terjadi dalam organisasi. Dengan adanya

identifikasi masalah atau penyimpangan, maka organisasi dapat

segera mencari solusi agar keseluruhan kegiatan operasional

benar-benar dapat atau mendekati apa yang direncanakan

sebelumnya.

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Suatu sistem pengawasan adalah efektif, bilamana sistem

pengawasan itu memenuhi prinsip fleksibilitas. Ini berarti bahwa

pengawasan itu tetap dapat dipergunakan, meskipun terjadi

perubahan-perubahan terhadap rencana diluar dugaan.

5) Pengawasan harus ekonomis.

Sifat ekonomis dari suatu sistem pengawasan

sungguh-sungguh diperlukan. Tidak ada gunanya membuat sistem

pengawasan yang mahal, bila tujuan pengawasan itu dapat

direfleksikan dengan suatu sistem pengawasan yang lebih

murah. Sistem pengawasan yang dianut perusahaan-perusahaan

besar tidak perlu ditiru bila pengawasan itu tidak ekonomis bagi

suatu perusahaan lain. Hal yang perlu dipedomani adalah

bagaimana membuat suatu sistem pengawasan dengan

benar-benar merealisasikan motif ekonomi.

Pengawasan yang efektif tergantung pada situasi dan kondisi

yang dihadapi. Tidak ada satu sistem pengawasan yang berlaku

untuk semua situasi dan semua perusahaan.

c. Tujuan Pengawasan

Pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan memerlukan pengawasan agar perencanaan yang telah

disusun dapat terlaksana dengan baik. Pengawasan dikatakan sangat

penting karena pada dasarnya manusia sebagai objek pengawasan

mempunyai sifat salah dan khilaf. Oleh karena itu manusia dalam

organisasi perlu diawasi, bukan mencari kesalahannya kemudian

menghukumnya, tetapi mendidik dan membimbingnya. Menurut

Husnaini (Husnaini, 2001: 400), tujuan pengawasan adalah sebagai

berikut :

1) Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan,

penyelewengan, pemborosan, dan hambatan.

2) Mencegah terulang kembalinya kesalahan, penyimpangan,

pemborosan, dan hambatan.

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

4) Melakukan tindakan koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan

dalam pencapaian kerja yang baik.

Menurut Maringan (Maringan, 2004: 61) menyatakan tujuan

pengawasan adalah sebagai berikut:

1) Mencegah dan memperbaiki kesalahan, penyimpangan,

ketidaksesuaian dalam pelaksanaan tugas yang dilakukan.

2) Agar pelaksanaan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana

yang telah ditetapkan sebelumnya.

Tujuan perusahaan dapat tercapai, jika fungsi pengawasan dilakukan

sebelum terjadinya penyimpangan-penyimpangan sehingga lebih

bersifat mencegah (prefentive control). Dibandingkan dengan

tindakan-tindakan pengawasan sesudah terjadinya penyimpangan,

maka tujuan pengawasan adalah menjaga hasil pelaksanaa kegiatan

sesuai dengan rencana. Ketentuan-ketentuan dan infrastruktur yang

telah ditetapkan benar-benar diimplementasikan. Sebab pengawasan

yang baik akan tercipta tujuan perusahaan yang efektif dan efisien.

d. Jenis-Jenis Pengawasan

Menurut Maringan (Maringan, 2004: 62), Pengawasan

terbagi 4 yaitu:

1) Pengawasan dari dalam perusahaan

Pengawasan yang dilakukan oleh atasan untuk

mengumpul data atau informasi yang diperlukan oleh

perusahaan untuk menilai kemajuan dan kemunduran

perusahaan.

2) Pengawasan dari luar perusahaan

Pengawasan yang dilakukan oleh unit diluar perusahaan.

Ini untuk kepentingan tertentu.

3) Pengawasan Preventif

Pengawasan dilakukan sebelum rencana itu dilaksakaan.

Dengan tujuan untuk mengacah terjadinya kesalahan/kekeliruan

dalam pelaksanaan kerja.

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Pengawasan Yang dilakukan setelah adanya pelaksanaan

pekerjaan agar hasilnya sesuai dengan yang direncanakan.

Menurut Ernie dan Saefullah (Ernie dan Saefullah, 2005:

327), jenis pengawasan terbagi atas 3 yaitu:

1) Pengawasan Awal

Pengawasan yang dilakukan pada saat dimulainya

pelaksanaan pekerjaan. Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya

penyimpangan dalam pelaksanaan perkerjaan.

2) Pengawasan Proses

Pengawasan dilakukan pada saat sebuah proses

pekerjaan tengah berlangsung untuk memastikan apakah

pekerjaan tengah berlangsung untuk memastikan apakah

pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan ang

ditetapkan.

3) Pengawasan Akhir

Pengawasan yang dilakukan pada saat akhir proses

pengerjaan pekerjaan.

e. Fungsi Pengawasan

Menurut Ernie dan Saefulah (Ernie dan Saefullah, 2005: 12),

fungsi pengawasan adalah :

1) Mengevaluasi keberhasilan dan pencapaian tujuan serta target

sesuai dengan indikator yang di tetapkan.

2) Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan

yang mungkin ditemukan.

3) Melakukan berbagai alternatife solusi atas berbagai masalah

yang terkait dengan pencapaian tujuan perusahaan.

Menurut Maringan (Maringan, 2004: 62), fungsi pengawasan

adalah :

1) Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang

diserahi tugas dan wewenang dalam melaksanakan pekerjaan.

2) Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

3) Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, penyelewengan,

kelalaian, dan kelemahan agar tidak terjadi kerugian yang tidak

diinginkan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa pengawasan adalah mengevaluasi hasil dari

aktifitas pekerjaan yang telah dilakukan dalam perusahaan dan

melakukan tindakan koreksi bila diperlukan.

3. Tinjauan Tentang Pengawasan Perbankan

a. Bank Indonesia

Bank Indonesia berasal dari De Javasche Bank N.V. yang

merupakan salah satu bank milik pemerintah Belanda. De Javasche

Bank N.V. didirikan pada zaman penjajahan Belanda, tepatnya pada

tanggal 10 Oktober 1827 dalam rangka membantu pemerintah

Belanda untuk mengurus keuangannya di Hindia Belanda pada

waktu itu. Kemudian De Javasche Bank N.V. dinasionalisasi

pemerintah Republik Indoneisa tanggal 6 Desember 1951 dengan

Undang-undang Nomor 24 Tahun 1951 menjadi bank milik

pemerintah Republik Indonesia (Kasmir, 2004:167).

Peranan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral sangat penting

dan sangat dibutuhkan keberadaannya. Tugas Bank Indonesia

sebagai bank to bank adalah mengatur, mengkoordinasi, mengawasi

serta memberikan tindakan kepada dunia perbankan. Peranan lain

Bank Indonesia adalah dalam upaya menyalurkan uang terutama

uang kartal (kertas dan logam), Bank Indonesia mempunyai hak

tunggal untuk menyalurkan uang kartal. Selanjutnya mengendalikan

jumlah uang yang beredar dan suku bunga dengan maksud untuk

menjaga kestabilan nilai rupiah. Hubungan bank Indonesia dengan

pemerintah dalam hal ini adalah sebagai pemegang kas pemerintah.

Demikian pula hubungan keuangan dengan dunia internasional juga

ditangani oleh Bank Indonesia seperti menerima pinjaman luar

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Bank Indonesia juga mengurus dana yang dihimpun dari

masyarakat agar disalurkan kembali ke masyarakat benar-benar

efektif penggunaannya sesuai dengan tujuan pembangunan.

Kemudian disamping mengurus dana perbankan, Bank Indonesia

juga mengatur dan mengawasi kegiatan perbankan secara

keseluruhan (Jamal Wiwoho, 2011:10).

Tujuan bank Indonesia seperti tertuang dalam

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Bab III Pasal 7 adalah untuk

mencapai dan memelihara kestabilan rupiah. Mata uang rupiah perlu

dijaga dan dipelihara mengingat dampak yang ditimbulkan apabila

suatu mata uang tidak stabil sangatlah luas. Salah satu akibat

ketidakstabilan nilai rupiah adalah terjadinya inflasi yang sangat

memberatkan masyarakat luas. Oleh karena itu tugas Bank Indonesia

untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah sangatlah

penting.

Maksud dari kestabilan rupiah yang menjadi tujuan dari Bank

Indonesia adalah (Kasmir, 2004:208):

1) Kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa yang dapat

diukur dengan atau tercermin dari perkembangan laju inflasi.

2) Kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain. Hal ini

dapat diukur dengan atau tercermin dari perkembangan nilai

tukar rupiah terhadap mata uang negara lain.

Stabilnya nilai mata uang rupiah akan memberikan banyak

manfaat terutama untuk mendukung pembangunan ekonomi yang

berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Agar

kestabilan nilai rupiah dapat tercapai dan terpelihara, maka Bank

Indonesia memiliki tugas antara lain:

1) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.

2) Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.

3) Mengatur dan mengawasi bank.

Pengawasan terhadap bank oleh Bank Indonesia sebagai

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

langsung. Yang dimaksud pengawasan langsung adalah bentuk

pemeriksaan yang disertai dengan pengawasan tindakan tindakan

perbaikan. Sedangkan yang dimaksud dengan pengawasan tidak

langsung terutama dalam bentuk pengawasan dalam bentuk

penelitian, analisis, evaluasi laporan bank (Jamal Wiwoho. 2011:13).

Prinsip-prinsip pengawasan Bank Indonesia di dunia

perbankan yang efektif adalah (Jamal Wiwoho, 2011:14):

1) Sistem informasi manajemen yang dimiliki bank mampu

mengidentifikasi konsentrasi portofolio dan pengawasan harus

menetapkan batasan kehati-hatian bagi setiap nasabah peminjam

terkait atau grup terkait.

2) Untuk menghindari penyelewengan, pengawas bank harus

menetapkan persyaratan bahwa bank yang akan memberikan

pinjaman pihak yang terkait harus berdasarkan transaksi di

pasar, pemberian kredit tersebut harus dimonitor secara efektif

dan langkah-langkah yang harus diambil dalam rangka

mengawasi dan mengurangi resiko.

3) Tersedia kebijakan dan prosedur untuk identifikasi, monitoring

and controlling, country risk, dan transfer risk yang dimiliki

bank dalam menyalurkan pinjaman dan investasi internasional,

serta menyediakan cadangan yang cukup untuk resiko tersebut.

4) Bank harus memiliki sistem yang dapat secara tepat mengukur,

memonitor dan mengawasi resiko pasar yang dihadapi

bank-bank. Pengawas harus memiliki kewenangan untuk mengenakan

batasan spesifik atau denda spesifik terhadap eksposure resiko

pasar.

5) Pengawas bank harus menetapkan bahwa bank memiliki

internal control yang cukup sesuai dengan skala bisnisnya. Hal

ini harus mencakup pengaturan yang jelas tentang pendelegasian

wewenang dan tanggung jawab, pemisahan fungsi diantara

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

6) Pengawas bank harus menetapkan bahwa bank memiliki

kebijakan praktek dan prosedur termasuk ketentuan know your

consumen, yang menciptakan standar etika dan profesionalisme

yang tinggi dan mencegah penggunaan secara sengaja maupun

tidak sengaja oleh unsur-unsur kriminal.

7) Pengawasan bank harus menetapkan persyaratan modal yang

hati-hati dan cukup untuk seluruh bank. Persyaratan tersebut

harus mencerminkan resiko yang dihadapi bank dan harus

menentukan komponen modal dengan memperhatikan

kemampuan menyerap kerugian.

8) Bagian terpenting dari sistem pengawasan adalah evaluasi

kebijaksanaan, praktik, dan prosedur bank yang berkaitan

dengan pemberian pinjaman dan investasi serta pelaksanaan

manajemen portofolio pinjaman dan investasi. Pengawas harus

yakin bahwa bank memiliki dan taat pada kebijaksanaan,

praktek dan prosedur evaluasi kualitas aset dan ketentuan

kerugian pinjaman dan cadangan.

b. Otoritas Jasa Keuangan

Pengertian Otoritas Jasa Keuangan diatur pada Pasal 1 ayat

(1) Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) disebutkan bahwa, “Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen dan

bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas,

dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan

penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini. OJK

adalah lembaga yang independen dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak lain, kecuali untuk

hal-hal yang secara tegas diatur dalam Undang-undang OJK, senada

dengan yang termuat dalam Pasal 2.

OJK memiliki tujuan yang diatur pada Pasal 4 adalah agar

keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan dapat

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan

stabil dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan

masyarakat. Dalam penjelasan resminya dipaparkan bahwa dengan

tujuan ini, OJK diharapkan dapat mendukung kepentingan sektor

jasa keuangan nasional sehingga mampu meningkatkan daya saing

nasional. Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan

nasional, antara lain meliputi sumber daya manusia, pengelolaan,

pengendalian, dan kepemilikan di sektor jasa keuangan, dengan tetap

mempertimbangkan aspek positif globalisasi.

Fungsi OJK yang diatur pada Pasal 5 adalah untuk

menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang

terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa

keuangan. Tugas pokok OJK selanjutnya untuk melaksanakan tugas

pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di

sektor Perbankan, kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal dan

kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun,

Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya

sebagaimana tercantum pada Pasal 6. Pengintegrasian sistem

pengawasan ini dilakukan agar mekanisme pengawasan dapat

dilakukan satu atap oleh sebuah lembaga independen yang

sebelumnya fungsi pengawasan lembaga keuangan dilakukan secara

terpisah oleh Bapepam dalam pengawasan Pasar Modal dan Bank

Indonesia dalam pengawasan Perbankan.

Undang-undang OJK juga memaparkan terkait dengan

wewenang OJK yang diatur pada Pasal 6 diantaranya:

1) Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang

meliputi:

a) Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank,

anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan

dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

b) Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan

dana, produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa;

2) Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang

meliputi:

a) Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio

kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian

kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan

bank;

b) Laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja

bank;

(1) sistem informasi debitur.

(2) pengujian kredit (credit testing).

(3) standar akuntansi bank.

3) Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank,

meliputi: manajemen risiko, tata kelola bank, prinsip mengenal

nasabah dan anti pencucian uang, dan pencegahan pembiayaan

terorisme dan kejahatan perbankan, dan pemeriksaan bank.

Pasal 39 memaparkan bahwa dalam melaksanakan tugasnya,

OJK berkoordinasi dengan Bank Indonesia dalam membuat

peraturan pengawasan di bidang Perbankan antara lain:

1) kewajiban pemenuhan modal minimum bank.

2) sistem informasi perbankan yang terpadu.

3) kebijakan penerimaan dana dari luar negeri, penerimaan dana

valuta asing, dan pinjaman komersial luar negeri.

4) produk perbankan, transaksi derivatif, kegiatan usaha bank

lainnya.

5) penentuan institusi bank yang masuk kategori systemically

important bank.

6) data lain yang dikecualikan dari ketentuan tentang kerahasiaan

informasi.

Dalam penjelasan umum UU OJK dikemukakan bahwa

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

kegiatan jasa keuangan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara

secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta mampu

mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan

stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan

masyarakat. Dengan tujuan ini, OJK diharapkan dapat mendukung

kepentingan sektor jasa keuangan nasional sehingga mampu

meningkatkan daya saing nasional. Selain itu, OJK harus mampu

menjaga kepentingan nasional, antara lain, meliputi sumber daya

manusia, pengelolaan, pengendalian, dan kepemilikan di sektor jasa

keuangan, dengan tetap mempertimbangkan aspek positif

globalisasi.

Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dan dilandasi dengan

prinsip-prinsip tata kelola yang baik, yang meliputi independensi,

akuntabilitas, pertanggungjawaban, transparansi, dan kewajaran

(fairness). Secara kelembagaan, Otoritas Jasa Keuangan berada di

luar Pemerintah, yang dimaknai bahwa Otoritas Jasa Keuangan tidak

menjadi bagian dari kekuasaan Pemerintah. Namun, tidak menutup

kemungkinan adanya unsur-unsur perwakilan Pemerintah karena

pada hakikatnya Otoritas Jasa Keuangan merupakan otoritas di

sektor jasa keuangan yang memiliki relasi dan keterkaitan yang kuat

dengan otoritas lain, dalam hal ini otoritas fiskal dan moneter. Oleh

karena itu, lembaga ini melibatkan keterwakilan unsur-unsur dari

kedua otoritas tersebut secara Ex-officio. Keberadaan Ex-officio ini

dimaksudkan dalam rangka koordinasi, kerja sama, dan harmonisasi

kebijakan di bidang fiskal, moneter, dan sektor jasa keuangan.

Keberadaan Ex-officio juga diperlukan guna memastikan

terpeliharanya kepentingan nasional dalam rangka persaingan global

dan kesepakatan internasional, kebutuhan koordinasi, dan pertukaran

informasi dalam rangka menjaga dan memelihara stabilitas sistem

keuangan.

Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan tugas dan

(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

1) asas independensi, yakni independen dalam pengambilan

keputusan dan pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang OJK,

dengan tetap sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku;

2) asas kepastian hukum, yakni asas dalam negara hukum yang

mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan dan

keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan Otoritas Jasa

Keuangan;

3) asas kepentingan umum, yakni asas yang membela dan

melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat serta

memajukan kesejahteraan umum;

4) asas keterbukaan, yakni asas yang membuka diri terhadap hak

masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan

tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan Otoritas Jasa

Keuangan, dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak

asasi pribadi dan golongan, serta rahasia negara, termasuk

rahasia sebagaimana ditetapkan dalam peraturan

perundang-undangan;

5) asas profesionalitas, yakni asas yang mengutamakan keahlian

dalam pelaksanaan tugas dan wewenang Otoritas Jasa

Keuangan, dengan tetap berlandaskan pada kode etik dan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

6) asas integritas, yakni asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai

moral dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam

penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan; dan

7) asas akuntabilitas, yakni asas yang menentukan bahwa setiap

kegiatan dan hasil akhir dari setiap kegiatan penyelenggaraan

Otoritas Jasa Keuangan harus dapat dipertanggungjawabkan

kepada publik.

Sejalan dengan prinsip-prinsip tata kelola dan asas-asas di

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

pemisahan yang jelas antara fungsi, tugas, dan wewenang

pengaturan dan pengawasan. Fungsi, tugas, dan wewenang

pengaturan serta pengawasan dilakukan oleh Dewan Komisioner

melalui pembagian tugas yang jelas demi pencapaian tujuan Otoritas

Jasa Keuangan. Tugas anggota Dewan Komisioner meliputi bidang

tugas terkait kode etik, pengawasan internal melalui mekanisme

dewan audit, edukasi dan perlindungan konsumen, serta fungsi,

tugas, dan wewenang pengawasan untuk sektor Perbankan, Pasar

Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan

Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.

4. Tinjauan Tentang The Core Principles of Banking Supervision

a. Latar Belakang The Basel Committee on Banking Supervision

The Basel Committee on Banking Supervision (Komite Basel)

adalah sebuah komite otoritas pengawas perbankan yang didirikan

oleh gubernur-gubernur bank sentral dari negara-negara Group of

Ten (G-10) pada tahun 1974. Lembaga ini terdiri dari wakil-wakil

senior dari otoritas pengawas perbankan dan bank sentral Belgia,

Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Luxemburg, Belanda,

Swedia, Swiss, Inggris, dan Amerika Serikat. Lembaga ini biasanya

bertemu di Bank for International Settlement (BIS) di kota

Basel-Swiss, yang juga merupakan lokasi sekretariat tetapnya komite basel

dan tempat melakukan pertemuan berkala setiap tga bulan sekali

(Sigit Triandaru,2006:18).

Komite Basel telah melaksanakan tugasnya sejak lama dalam

rangka upaya meningkatkan pengawasan perbankan terutama di

negara-negara anggota G-10 dan di tingkat intenasional. Dalam

melaksanakan tugasnya tersebut, komite melakukan pertemuan dan

berhubungan dengan berbagai otoritas pengawas perbankan di

berbagai negara. Beberapa tahun terakhir komite berupaya

meyakinkan semua negara bagaimana pentingnya memperkuat

Gambar

Tabel 1. Perbandingan The Basel Core Principles Tahun 2006 dengan Tahun
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan

Referensi

Dokumen terkait

UPAYA PEMBUKTIAN PENUNTUT UMUM ATAS DASAR VISUM ET REPERTUM DAN PERTIMBANGAN HAKIM MEMUTUS TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA (Studi Putusan Pengadilan Negeri

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tipe kepribadian dengan strategi penyelesaian konflik dalam organisasi Pagar Nusa di Universitas

pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh pasien. Sistem dapat menangani pendaftaran pemeriksaan pasien kolektif. Tidak menangani proses penyerahan komisi dokter pengirim,

Permasalahan yang menjadi fokus perhatian dalam tulisan ini tentang studi arkeologi di wilayah kepulauan khususnya di Laut Cina Selatan yang dipandang patut diteliti untuk

Haryasudirja Kampus ITNY, di dapat nilai tertinggi pada bagian sistem utilitas dengan nilai mean 2,900 pada item sistem listrik darurat yang diperoleh dari

Template Dokumen ini adalah milik Direktorat Pendidikan - ITB Dokumen ini adalah milik Program Studi PSPA-SF ITB. Dilarang untuk me-reproduksi dokumen ini tanpa diketahui

Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien tertentu disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi, biasanya dapat

Hasil analisis pakar menunjukkan: (1) terdapat isi uraian modul yang tidak penting bahkan salah; (2) beberapa pargraf yang tidak baik susunannya atau tidak memenuhi