i
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR PADA
ANAK KELOMPOK B RA GUPPI LEGUNDI PLANJAN SAPTOSARI GUNUNG KIDUL
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun oleh: Febrian Wahyu Wulandari
NIM 12111241049
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIK ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
ii
PERSETUJUAN
Skripsi yang berjudul “PENINGKATAN KEMAMPUAN 12111241049 ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.
Pembimbing I,
Sungkono, M. Pd.
NIP. 19611003 198703 1 001
Yogyakarta, Maret 2017 Pembimbing II,
Nur Hayati, M. Pd.
iii
PERNYATAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.
Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan ini adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.
Yogyakarta, 18 Mei 2017 Yang Menyatakan
iv
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B RA GUPPI LEGUNDI PLANJAN SAPTOSARI GUNUNGKIDUL” yang disusun oleh Febrian Wahyu Wulandari, NIM. 12111241049 ini telah di pertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 13 April 2017 dan dinyatakan lulus.
DEWAN PENGUJI
Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal
Sungkono, M. Pd. Ketua Penguji ………. ……….
Rina Wulandari, M. Pd. Sekretaris Penguji ………. ………. Dr. Ch. Ismaniati, M. Pd. Penguji Utama ………. ……….
Nur Hayati, M. Pd. Penguji Pendamping ………. ……….
Yogyakarta, ………... Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri
Yogyakarta Dekan
Dr. Haryanto, M. Pd.
v
MOTTO
„„Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha
Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qolam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya‟‟.
vi
PERSEMBAHAN
Dengan penuh puji syukur dan ridho Allah SWT, karya Skripsi ini ku
persembahkan untuk :
1. Bapak dan Ibuku tercinta yang senantiasa mendukung penulisan skripsi ini
dengan tulus dan sepenuh hati.
2. Anakku tercinta yang selalu menjadi penyemangat agar Skripsi ini selesai
3. Almamaterku Fakultas Ilmu Pendidikan yang membanggakan
vii
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR PADA
ANAK KELOMPOK B RA GUPPI LEGUNDI PLANJAN SAPTOSARI GUNUNG KIDUL
Oleh
Febrian Wahyu Wulandari NIM 12111241049
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan menggunakan media kartu kata bergambar pada anak Kelompok B RA Guppi Legundi Planjan Saptosari Gunung Kidul. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kemampuan membaca permulaan anak, sehingga diperlukan lebih banyak stimulasi pada anak agar kemampuan anak dapat meningkat sesuai dengan tahap perkembangan yang seharusnya.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif dengan menggunakan model penelitian dari Kemmis dan Tagart, dimana peneliti bekerja sama dengan guru kelas selama 2 Siklus. Subjek penelitian ini berjumlah 15 anak usia antara 5-6 tahun yang tergabung dalam Kelompok B RA Guppi Legundi, diantaranya 6 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Sedangkan Objek dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca permulaan menggunakan media kartu kata bergambar. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dan dokumentasi, sedangkan analisis data menggunakan teknik dekriptif kualitatif-kuantitatif. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila anak yang berkategori Berkembang Sangat Baik minimal sebanyak 76%.
Hasil Penelitian menunjukkan kemampuan membaca permulaan dapat ditingkatkan melalui penggunaan media kartu kata bergambar. Hal tersebut ditunjukkan dengan kondisi awal saat Pra Tindakan kemampuan membaca permulaan anak pada kategori Berkembang Sangat Baik sebanyak 6,67% meningkat pada Siklus I menjadi sebanyak 40,00%, kemudian dilanjutkan lagi pada Siklus II menjadi 100,00%. Adapun langkah-langkah untuk mencapai target kriteria keberhasilan yaitu anak bermain kartu kata bergambar sesuai instruksi dari guru, di antaranya (1) mengucapkan bunyi huruf (2) membedakan bentuk huruf (3) menyebutkan huruf awal yang sama (4) melafalkan kata dengan tepat dan jelas.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat, hidayat,
serta karunia-Nya sehingga penulis selesai menyusun Tugas Akhir Skripsi ini
sebagai persyaratan guna memperoleh gelas sarjana pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kerja
sama dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih
setulus-tulusnya kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi kesempatan
untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberi ijin penelitian
3. Koordinator Program Studi PG-PAUD yang telah memberi arahan dalam
penyusunan penulisan skripsi
4. Bapak Sungkono, M. Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah memberi
bimbingan, arahan, serta motivasi dalam penulisan skripsi ini
5. Ibu Nur Hayati, M. Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah memberi
bimbingan, arahan, serta motivasi dalam penulisan skripsi ini.
6. Ibu Isma Hidayati, S. Pd. I, selaku kepala RA Guppi Legundi serta Ibu
Yeni Astuti, S. Pd, selaku guru kelas yang telah memberi ijin serta bantuan
ix
7. Segenap keluargaku tercinta (Anindya, Dito Saputra, Bapak Awan
Purnomo, S. E, Ibu Siti Rahayu, Khafid Pradana, Saiful Islam , Dra. Sri
Haryanti, Bapak Ngadikin, S. Pd) yang telah memberikan motivasi dan
semangat agar penulisan skripsi ini selesai.
8. Sahabat-sahabatku (Mira, Ninik, Nurul, dan Vivi) serta teman-temanku
PG-PAUD Kelas A Angkatan 2012 yang selalu memberikan do‟a dan dukungan.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penulisan
skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga do‟a, dukungan, dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal
ibadah dan mendapat balasan yang sempurna dari Allah SWT. Penulis berharap
semoga tugas akhir skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan dunia pendidikan.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun penulis harapkan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Yogyakarta, 18 Mei 2017 Penulis
x A. Latar Belakang Masalah ………... 1
B. Identifikasi Masalah ……….. 6
C. Batasan Masalah……… 6
D. Rumusan Masalah ………. 7
E. Tujuan Penelitian ………. 7
F. Manfaat penelitian ………. 7
G. Definisi Operasional ………. 9
BAB II. KAJIAN TEORI A. Aspek Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini ………. 10
1. Pengertian Bahasa ………. 10
2. Perkembangan Anak Usia Dini ………. 11
3. Tahapan Perkembangan Bahasa Anak ……….. 12
B. Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini ………. 15
xi
2. Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini……….. 16
3. Tahap Perkembangan Membaca Anak Usia Dini ………….……… 17
4. Perilaku Membaca Anak Usia Dini ………. 22
5. Karakteristik Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini ... 24
C. Hakikat Anak Usia Dini ……… 27
1. Pengertian Anak Usia Dini ………... 27
2. Karakteristik Anak Usia Dini ……… 28
D. Kajian Mengenai Media Kartu Kata Bergambar ………. 30
1. Pengertian Media ……….. 30
2. Jenis-jenis Media ……….. 31
3. Pengertian Kartu Kata Bergambar ……… 32
4. Kelebihan Media Kartu Kata Bergambar ……….. 33
5. Langkah-langkah Penggunaan Media Kartu Kata Bergambar …….. 34
E. Landasan Teoritis Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan melalui Media Kartu Bergambar ……….. 36
1. Teori Pengalaman Belajar Anak ……… 36
2. Teori Pemrosesan Informasi ………. 37
3. Teori Pembelajaran dalam Pengajaran Membaca Permulaan Melalui Media Kartu Kata Bergambar ………. 38
F. Penelitian yang Relevan …...……… 40
G. Kerangka Pikir ………. 41
H. Hipotesis ………. 43
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………. 44
B. Rancangan Penelitian ……… 45
C. Rancangan Tindakan ………. 47
D. Subjek dan Objek Penelitian ………. 49
E. Setting Penelitian ...………. 49
F. Teknik Pengumpulan Data ……… 50
G. Pengembangan Instrumen Penelitian ……….. 51
H. Teknik Analisis Data ……… 52
xii
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ………. 54
1. Lokasi Penelitian ……… 54
2. Kemampuan Membaca Permulaan saat Pra Tindakan ……… 54
3. Hasil Pengamatan Kemampuan Membaca Permulaan setelah Tindakan ……….. 58
1) Tindakan Siklus I ………. 58
a. Perencanaan ……….. 58
b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus I ………. 59
c. Refleksi ………. 70
2) Tindakan Siklus II ………. 72
a. Perencanaan ………... 72
b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus I ……….. 72
c. Refleksi ……….. 83
D. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 84
E. Keterbatasan Penelitian ………. 88
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 89
B. Saran ………. 90
DAFTAR PUSTAKA……….. 91
xiii
DAFTAR TABEL
hal Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen Observasi Kemampuan Membaca
Permulaan ………. 5
Tabel 2 Kriteria Keberhasilan ……… 53
Tabel 3 Rekapitulasi Data Kemampuan Membaca Permulaan pada
Pra Tindakan……….. 55
Tabel 4 Data Perkembangan Membaca Permulaan Anak pada Pra
Tindakan……… 56
Tabel 5 Rekapitulasi Data Kemampuan Membaca Permulaan pada
Siklus I ………. 65
Tabel 6 Data Perkembangan Membaca Permulaan Anak pada Pertemuan 1 Siklus I ………... 66
Tabel 7 Hasil Observasi Kemampuan Membaca Permulaan Siklus I ………. 69
Tabel 8 Rekapitulasi Data Kemampuan Membaca Permulaan pada
Siklus II ……… 77
Tabel 9 Data Perkembangan Membaca Permulaan Anak pada Pertemuan 1 Siklus II ……… 78
Tabel 10 Hasil Observasi Kemampuan Membaca Permulaan Siklus II ………. 81
Tabel 11 Perbandingan Kemampuan Membaca Permulaan pada saat Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II……….. 82
Tabel 12 Instrumen Observasi (Checklist) Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Kartu Kata Bergambar ………. 104
Tabel 13 Rubrik Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan ….
106
Tabel 14 Lembar Instrumen Observasi saat Pra Tindakan ……… 123
xiv
Tabel 16 Lembar Instrumen Observasi saat Siklus II ………. 125
Tabel 17 Instrumen Pengumpulan Data pada Saat Pra Tindakan.. 126
Tabel 18 Instrumen Pengumpulan Data pada saat Siklus I
……….. 127
Tabel 19 Instrumen Pengumpulan Data pada saat Siklus II
xv
DAFTAR GAMBAR
hal Gambar 1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale ……… 36
Gambar 2 Skema Kerangka pikir ……….. 42
Gambar 3 Model Penelitian ……… 46
Gambar 4 Grafik Perbandingan Kemampuan Membaca Permulaan
saat Pra Tindakan, Siklus I,dan Siklus II ……… 83
Gambar 5 Guru Memberi Penjelasan dan Contoh Bermain Kartu
Kata Bergambar ……… 130
Gambar 6 Anak Berkelompok Bergantian Maju ke Depan Kelas
untuk Bermain Kartu Kata Bergambar……….... 130
Gambar 7 Anak Bermain Kartu Kata Bergambar Sesuai dengan
Indikator Kemampuan Membaca Permulaan ………… 131
Gambar 8 Guru Menunjukkan Kartu Kata Kemudian Anak
Mengucapkan Bunyi Huruf yang Ditunjuk……… 131
Gambar 9 Anak Menjodohkan Tulisan dengan Gambar yang
Terdapat di Papan Kartu ……… 132
Gambar 10 Anak Berkreasi dengan Menggambar Gambar Benda Yang Ada di Kartu Kemudian Menyalin Tulisa yang
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ………. 96
Lampiran2 Surat Keterangan Penelitian ………. 99
Lampiran 3 Surat Pernyataan Validasi ……… 101
Lampiran 4 Instrumen Lembar Observasi ……….. 103
Lampiran 5 Rubrik Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan ….. 105
Lampiran 6 Rencana Kegiatan Harian ……… 109
Lampiran 7 Lembar Observasi Hasil Penelitian ……….. 122
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Usia dini merupakan masa fundamental bagi anak usia dini, hal ini
sebagaimana yang diungkapkan oleh Yuliani Nurani Sujiono (2009: 6)
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak pada masa-masa fundamental, yaitu sejak anak lahir hingga anak berusia 6
tahun. Pada masa ini anak-anak berada pada fase perkembangan yang sangat
pesat. Di dalamnya terdapat tahap-tahap perkembangan kemampuan awal yang
dapat distimulasi dengan pemberian rangsangan pendidikan secara maksimal.
Selanjutnya rangsangan tersebut dapat membantu anak dalam mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangannya, baik itu fisik maupun rohani sehingga anak
memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama bagi anak
usia dini yang berada pada masa emas ditahap perkembangannya (golden age). Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
Nasional Pasal 28 ayat 3 menyatakan bahwa Taman Kanak-kanak (TK)
merupakan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang bertujuan
membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik
yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, kemandirian,
kognitif, bahasa, fisik/ motorik, dan seni untuk siap memasuki Sekolah Dasar
2
Di dalam setiap proses pembelajarannya, anak merupakan individu yang
aktif sehingga setiap stimulasi yang diberikan kepada anak kemudian diserap dan
dieksplor. Namun tidak terlepas dari hal tersebut, setiap anak memiliki
karakteristik yang berbeda antara satu sama lain, hal tersebut pada nantinya
menentukan bagaimana strategi pendidik atau orang dewasa yang ada di sekitar
anak. Seperti yang diungkapkan oleh John Locke bahwa anak usia dini adalah
ibarat kertas kosong tanpa coretan. Kertas kosong tersebut akan diisi dengan
coret-coretan orang dewasa yang ada di sekitar anak. Oleh karena itu
pertumbuhan dan perkembangan anak akan berkembang tergantung dari
bagaimana orang dewasa di sekitar anak memberi stimulasi.
Aspek perkembangan yang perlu distimulasi pada anak sejak dini adalah
perkembangan bahasa. Salah satu bagian dari perkembangan bahasa tersebut
adalah kemampuan membaca. Dalam Hermawita (2012: 03) berpendapat bahwa
dewasa ini orang tua menganggap bahwa kemampuan membaca harus dimiliki
anak sejak usia pra sekolah. Penyebabnya yaitu adanya tuntutan pada jenjang
sekolah dasar terhadap calon siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian Ari
Musodah (2014: 3) yang mengatakan bahwa syarat anak untuk memasuki
pendidikan formal lanjut harus memiliki kemampuan membaca. Mengingat
tingkat kemampuan setiap anak berbeda serta daya konsentrasi anak usia dini
masih terbatas pada satu topik bahasan, hal ini tentu tidak sesuai dengan prinsip
anak usia dini yang mengedepankan pembelajaran dengan pendekatan yang
menyenangkan dan tanpa paksaan.
Kemampuan membaca khususnya membaca permulaan penting
3
generasi yang gemar membaca. Anak yang memiliki kegemaran membaca buku
pada nantinya akan memiliki rasa kebahasaan yang sangat tinggi, seperti yang
diungkapkan Montessori dan Hainstock bahwa pada usia 4-5 tahun anak sudah
bisa diajarkan membaca dan menulis (Leonhart dalam Nurbiana Dhieni, 2009:
5.4).
Moleong dalam Nurbiana Dhieni (2009 : 5.3) berpendapat bahwa salah
satu aspek kemampuan yang harus dikembangkan anak TK adalah kemampuan
membaca. Dalam Martha Christianti (2013: 313) mengungkapkan bahwa
membaca bertujuan untuk membantu anak mengkomunikasikan ide dan
perasaannya kepada orang lain serta melakukan interpretasikan dari komunikasi
yang sudah terjalin. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca dapat
digunakan sebagai dasar untuk menguasai berbagai bidang. Dalam artian bahwa
dengan membaca anak akan memperoleh informasi serta pengetahuan, sehingga
kemampuan membaca khususnya permulaan dapat distimulasikan kepada anak
sejak Taman Kanak-kanak.
Kemampuan membaca berdasarkan Pedoman Pengembangan Kurikulum
2013 Raudhatul Athfal (2015: 120) dalam lingkup perkembangan keaksaraan
yaitu mengenal suara huruf awal, menyebutkan lambang-lambang huruf sesuai
suara/ bunyi, menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi atau huruf
awal yang sama, mengenal arti kata gabungan beberapa huruf konsonan dan
vocal, membaca nama sendiri, dan mengenal perubahan bunyi dan arti
berdasarkan perubahan huruf dan posisi huruf.
Dari data yang diperoleh pada saat wawancara guru dan pengamatan pada
4
perkembangan bahasa seperti menyimak, menulis, bercerita, kecuali membaca
telah sesuai dengan tingkat pencapaian seharusnya. Maka dari itu permasalahan
pada anak Kelompok B RA Guppi Legundi Planjan Saptosari Gunungkidul lebih
ditekankan pada kemampuan membaca khususnya permulaan. Hal ini
dikarenakan hanya 1 dari 15 anak yang sudah berkembang sesuai dengan tingkat
pencapaian seharusnya.
Kelemahan dalam hal membaca permulaan pada anak Kelompok B RA
Guppi Legundi Saptosari Gunungkidul ditunjukkan dari kurangnya pemahaman
anak mengenai konsep huruf dan membaca kata yang diajarkan oleh guru. Di
antaranya seperti anak belum mampu mengucapkan bunyi huruf sesuai dengan
simbol huruf, anak belum mampu membedakan bentuk simbol huruf, anak belum
mampu menyebutkan huruf awal yang sama, serta anak belum dapat melafalkan
kata dengan jelas dan tepat.
Hal tersebut diperlihatkan pada saat kegiatan pembelajaran, ketika anak
diajari oleh guru anak kesulitan dalam mengenal bentuk dan bunyi huruf. Setelah
diamati, penyebab dari pembelajaran yang tidak efektif tersebut adalah belum
optimalnya penggunaan media pembelajaran sehingga pembelajaran yang
dilakukan tidak menarik bagi anak dan tidak mendukung proses kegiatan
pembelajaran. Teknik yang masih konvensional yaitu guru menjadi pusat
pembelajaran dan bukan anak yang aktif membuat anak tidak tertarik untuk
mengikuti pembelajaran. Guru hanya menggambar di papan tulis kemudian
menulis kata-kata di sampingnya, gambarnya pun sederhana, tidak berwarna dan
cenderung membuat anak bosan. Mengenalkan kosa kata kepada anak dengan
5
gaduh dan ribut sendiri karena tidak tertarik dengan penyampaian materi
pembelajaran yang ada. Hal ini sesuai dengan Sukmawati (2012: 10) yang
mengungkapkan bahwa faktor yang mempengaruhi rendahnya pemusatan
perhatian anak adalah media yang kurang menarik.
Di dalam mengembangkan aspek kemampuan membaca permulaan
hendaknya dilakukan melalui aktivitas belajar sambil bermain, dan bermain
sambil belajar. Menurut Slamet Suyanto (2005: 114) bermain merupakan faktor
penting dalam kegiatan pembelajaran dan esensi bermain harus menjadi jiwa dari
setiap kegiatan pembelajaran anak usia dini. Oleh karena itu, sebaiknya
pembelajaran yang digunakan oleh guru dilakukan melalui pendekatan informal
seperti permainan kartu kata, tebak-tebakan, atau pun melalui metode lainnya.
Dengan demikian tahap mengembangkan aspek kemampuan bahasa di Taman
Kanak-kanak dapat dilakukan dengan mengintegrasikan antara bermain seraya
belajar melalui media pembelajaran (Sharifah Nor Puteh dan Aliza Ali, 2011: 5).
Media pembelajaran berfungsi untuk memberikan kesempatan untuk
mendapatkan pengetahuan dan memperkaya anak dengan menggunakan berbagai
pilihan media belajar, selain itu juga untuk membantu mengenalkan anak pada
lingkungan serta mengajarkan anak untuk dapat mengenal kekuatan maupun
kelemahan dirinya. Dengan menggunakan media belajar memungkinkan anak
untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan dapat menumbuhkan
motivasi belajar anak sehingga perhatian anak menjadi meningkat.
Dalam Yulinar (12 : 2012) mengungkapkan bahwa salah satu media yang
dapat digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran secara optimal yaitu
6
untuk mengenalkan gambar-gambar dan kata-kata yang nantinya memudahkan
proses penyampaian materi, terutama dalam membaca permulaan. Media kartu
kata bergambar ini dapat dikreasikan menjadi sebuah media visual yang menarik,
misalnya dari warna, gambar, dan bentuk tulisan-tulisan yang beraneka ragam
dapat menarik perhatian untuk diamati anak. Selain itu media ini dapat dielaborasi
oleh guru guna menstimulasi anak untuk mengenal abjad, fonem, dan menambah
perbendahaan kosa kata. Walaupun anak belum dapat membaca secara lancar
namun anak dapat membaca melalui gambar yang terdapat pada kartu.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan berbagai hal yang telah diuraikan di dalam latar belakang,
maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
1. Anak masih mengalami kesulitan dalam mengenal bunyi huruf.
2. Anak masih mengalami kesulitan dalam membedakan bentuk huruf.
3. Anak belum memahami konsep membaca kata.
4. Pembelajaran masih terpusat pada guru bukan pada anak sehingga anak tidak
aktif.
5. Media yang digunakan kurang menarik perhatian anak sehingga kesiapan
anak untuk mengikuti pembelajaran masih kurang.
C. Batasan Masalah
Agar pembahasan masalah mengarah pada tujuan yang akan di capai maka
dari latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas dibuat batasan
7
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah yang telah diuraikan di atas maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut. “Bagaimana meningkatkan kemampuan membaca permulaan melalui
media kartu kata bergambar pada anak Kelompok B RA Guppi Legundi
Saptosari Gunungkidul ?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat ditetapkan tujuan penelitian
yaitu untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan melalui media kartu
kata bergambar pada anak Kelompok B RA Guppi Legundi Saptosari
Gunungkidul ”.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan peneliti lain dalam menggunakan teori yang mengkaji tentang
kemampuan membaca permulaan dan media kartu kata bergambar. Selain itu,
penelitian ini diharapkan untuk menambah wawasan dan ilmu dalam
8 2. Praktis
a) Bagi sekolah
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu
dan kualitas pendidikan siswa di RA Guppi Legundi Saptosari Gunungkidul,
khususnya dalam pembelajaran dalam rangka menstimulasi perkembangan
kemampuan membaca pada anak kelompok B dengan penggunaan media
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan yang dapat menunjang
proses pembelajaran siswa, serta kemajuan sekolah dapat tercapai.
b)Bagi guru
Penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki serta meningkatkan
pembelajaran yang dikelola guru, sehingga keterampilan guru dapat
berkembang dengan menciptakan pembelajaran yang kreatif, menarik, dan
menyenangkan.
c) Bagi anak didik
Dengan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
membaca permulaan serta meningkatkan minat anak Kelompok B RA Guppi
Legundi Saptosari Gunungkidul dalam kegiatan membaca. Oleh karena itu,
kemampuan dan hasil belajar anak sesuai dengan tahapan perkembangan
9
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari kemungkinan meluasnya penafsiran terhadap
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka perlu disampaikan
definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Kemampuan membaca permulaan
Kemampuan membaca permulaan adalah kecakapan anak pada
perkembangan aspek bahasa, khususnya membaca permulaan. Hal tersebut
dilakukan pada anak usia pra sekolah atau anak Taman Kanak-kanak secara
terpadu dengan menitik beratkan kegiatan mengajarkan anak pada kemampuan
pengucapan bunyi huruf, kemampuan membedakan bentuk huruf, kemampuan
menyebutkan huruf awal yang sama, dan kemampuan melafalkan kata dengan
jelas dan tepat. Ke empat kemampuan tersebut diinterpretasikan dalam 4 kategori
predikat, diantaranya Belum Berkembang (BB), Mulai Berkembang (MB),
Berkembang Sesuai Harapan (BSH), dan Berkembang Sangat Baik (BSB).
2. Media Kartu Kata Bergambar
Media kartu kata bergambar adalah kertas tebal berukuran 15 cm x 10
cm. Kartu tersebut hanya satu sisinya saja yang digunakan. Sisi tersebut berupa
gambar kemudian di bawahnya tertera huruf yang membentuk kata. Gambar yang
digunakan pada kartu ini merupakan gambar benda-benda yang sesuai dengan
10
BAB II KAJIAN TEORI
A. Aspek Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
1. Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan suatu hal yang sangat penting karena bahasa
merupakan suatu alat komunikasi yang mendasari bagaimana individu dapat
berinteraksi dengan individu lainnya. Bahasa menurut Mohammad Zain dan
Badudu (1996: 107) adalah sistem lambang bunyi yang arbiter yang digunakan
oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan
mengidentifikasikan diri. Hal ini juga diungkapkan oleh Syamsu Yusuf (2006:
118) bahwa bahasa merupakan kemampuan komunikasi dengan orang lain. Dalam
pengertian ini tercakup cara untuk berkomunikasi sehingga pikiran, perasaan
dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu
pengertian.
Sedangkan pendapat dari Badudu (Dhieni, 2009: 1.11) mengungkapkan
bahwa bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat
yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan
keinginannya. Sejalan dengan pendapat Hurlock (2000 : 176) bahasa merupakan
sarana komunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam pergaulannya dengan
menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk disampaikan kepada orang lain.
Sedangkan menurut Jo Ann Brewer (2007:268) mengatakan :
11
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa
merupakan suatu alat yang dijadikan sebagai sarana komunikasi antara manusia
satu dengan yang lainnya dalam sebuah masyarakat. Bahasa tersebut bisa berupa
dalam bentuk lambang atau simbol baik berupa lisan maupun tulisan guna
mengekspresikan pikiran, perasaan, maupun keinginan manusia tersebut.
2. Perkembangan Bahasa pada Anak Usia Dini
Menurut Nurbiana Dhieni (2009: 3.1) perkembangan bahasa sebagai salah
satu dari kemampuan dasar yang harus dimiliki anak yang terdiri dari beberapa
tahapan yang sesuai dengan dengan usia dan karakteristik anak. Dalam hal ini,
menurut Martini Jamaris (2006: 30) menekankan bahwa anak usia dini berada
dalam fase perkembangan bahasa secara ekspresif. Hal ini menunjukkan bahwa
anak telah dapat mengungkapkan keinginan, penolakan, maupun pendapatnya
dengan menggunakan bahasa dalam bentuk verbal atau pun kata-kata yang
bermakna.
Sejalan dengan pendapat sebelumnya, menurut Rita Eka Izzaty (2008:
107) kemampuan bahasa anak terus tumbuh pada masa anak usia dini karena pada
masa ini anak mampu menginterpretasikan komunikasi dalam lisan dan tulisan.
Pada masa ini kemampuan perbendaharaan anak semakin beraneka ragam,
kemudian diterapkan pada penggunaannya, misalnya penggunaan kata kerja yang
tepat untuk menjelaskan suatu tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa anak
tumbuh secara pragmatis dalam komunikasi.
Menurut Slamet Suyanto (2005a: 120) anak sudah menggunakan bahasa
12
seperti ketika anak mengucapkan kata-kata seakan-akan bercakap-cakap dengan dirinya sendiri. Hal ini menggambarkan anak sedang “membahasakan” apa yang
ada di dalam pikirannya.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia dini
sudah memiliki kecakapan bahasa bahkan sejak anak itu lahir di dunia. Semakin
anak berkembang maka kemampuan bahasa anak juga semakin meningkat dan
lebih kompleks. Seperti halnya anak yang baru lahir telah berbahasa melalui
tangisan, ketika anak mulai tumbuh maka kemampuan bahasanya semakin
berkembang. Pada masa usia dini inilah kemampuan bahasa anak berada dalam
fase yang krusial karena anak sudah mampu berbahasa dengan tujuan
mengungkapkan pikiran anak.
3. Tahapan Perkembangan Bahasa Anak
Dalam perkembangan bahasanya, anak usia dini melewati tahap-tahap
perkembangan bahasa sesuai dengan usia dan karakterisiknya. Menurut Dhieni
(2009: 3.1) anak usia dini sudah mampu mengembangkan kosa kata secara
mengagumkan. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan pengulangan, yaitu
sering mengulang-ulang kosakata yang baru dan unik walaupun anak belum
memahami arti dan makna kata tersebut. Pada masa inilah anak mulai
mengkombinasikan suku kata menjadi kata dan kata menjadi kalimat.
Pada usia 4-5 tahun anak rata-rata sudah dapat menggunakan 900 sampai
1000 kosa kata yang berbeda. Anak dapat menggunakan 4-5 kata dalam sebuah
kalimat dalam berbagai bentuk kalimat, baik itu pernyataan atau pertanyaan
13
berkembang lagi dimana kosa kata yang digunakan lebih banyak dan rumit.
Serupa dengan pendapat Templin (Slamet Suyanto, 2005b: 162) bahwa anak usia
5 tahun ke atas mampu menguasai 14.000 kosa kata sehingga pada prinsipnya
anak sudah dapat berkomunikasi dengan baik.
Menurut Vigotsky (Martini Jamaris, 2006: 34) mengemukaan bahwa tahap perkembangan bahasa anak harus mempertimbangkan 3 hal, diantaranya:
a. Tahap eksternal
Anak harus menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain, dalam hal ini yang dimaksud adalah kemampuan bahasa secara eksternal dan menjadi dasar bagi kemampuan berkomunikasi kepada dirinya sendiri.
b. Tahap Internal
Transisi dari kemampuan berkomunikasi secara eksternal kepada kemampuan berkomunikasi secara internal membutuhkan waktu yang lebih lama.
c. Tahap egosentris
Pada perkembangan selanjutnya anak akan bertindak tanpa berbicara. Hal ini menunjukkan bahwa anak mampu menginternalisasi percakapan egosentris ke dalam percakapan di dalam diri sendiri.
Secara umum proses perkembangan bahasa anak dibagi ke dalam beberapa
rentang usia, yang masing-masing menunjukkan ciri-ciri tersendiri. Menurut
Guntur (Ahmad Susanto 2011: 75) menyatakan bahwa tahap perkembangan
bahasa anak sebagai berikut :
a. Tahap I (pralinguistik), yaitu antara 0-1 tahun. Tahun ini trerdiri dari :
1) Tahap meraba-1 (pralinguistik pertama). Tahap ini dimulai dari anak lahir
sampai anak usia enam bukan, pada masa ini anak sudah mulai tertawa,
menangis, dan menjerit.
2) Tahap meraba-2 (pralinguistik kedua). Pada tahap ini anak mulai
menggunakan kata, tetapi masih kata yang belum ada maknanya dari bulan
14
b. Tahap II (linguistik kedua). Tahap ini terdiri dari tahap I dan II, yaitu :
1) Tahap-1 holafrastik (1tahun), pada tahap ini anak mulai menyataakan
makana keseluruhan kalimat dalam satuan kata. Perbendahaaan kata yang
dimiliki anak kurang lebih 50 kosa kata.
2) Tahap-2 frase (1-2 tahun), pada tahap ini anak dapat mengucapkan dua kata,
perbendaharaan kata anak sampai dengan rentang 50-100 kosa kata.
c. Tahap III (pengembangan tata bahasa, yaitu anak prasekolah dasar 3, 4, 5
tahun). Pada tahap ini anak sudah dapat membuat kalimat. Dilihat dari asoek
perkembangan tata bahasa seperti: S-P-O, anak dapat memperpanjang kata
menjadi suatu kalimat.
d. Tahap IV (tata bahaasa menjelang dewasa, yaitu 6-8 tahun). Tahap ini
kemampuan anak upsudah lebih sempurna, anak sudah dapat menggabungkan
kalimat sederhana dan kalimat kompleks.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan
perkembangan bahasa anak sesuai dengan perkembangan usia. Dimulai dari anak
mengenal tangisan, jeritan, maupun tertawa pada usia 0-6 bulan, kemudian
tahapan selanjutnya pada usia anak di atas 6 bulan perkembangan bahasa anak
mulai tumbuh pesat hingga usia 3 tahun seperti perbendaharaan kosa kata yang
semakin banyak serta dapat membuat frasa-frasa sederhana. Selanjutnya pada usia
3 tahun ke atas anak sudah mulai berkomunikasi lancar dengan orang dewasa
dengan membuat kalimat dari beberapa kata.
15
1. Pengertian Kemampuan Membaca
Menurut Mohammad Zain dan Badudu (1996:854) kemampuan diartikan
sebagai kesanggupan atau kecakapan seseorang melakukan sesuatu. Sedangkan
menurut Nurbiana Dhieni (2009: 3.16) membaca erat kaitannya dengan
perkembangan bahasa pada anak usia ini, karena membaca merupakan suatu
proses yang menggunakan bahasa reseptif yang membentuk arti. Pada masa ini
anak-anak akan berfikir mengenai kata-kata dan berkurangnya kaitan antara
kegiatan dan dimensi pengamatan yang berhubungan dengan kata menjadi lebih
analitis dalam hal penggunaan kata-kata (Rita Eka Izzaty, 2008: 108).
Farida Rahim (2008: 2) mengungkapkan bahwa pada hakikatnya membaca
adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar
melafalkan tulisan melainkan juga melibatkan aktivitas visual, berfikir,
psikolinguistik, dan metakognitif. Sedangkan menurut Burns (Mohammad Fauzil
Addhin, 2004: 25) membaca merupakan sebuah proses yang kompleks. Dalam hal
ini tidak hanya proses membaca itu saja yang kompleks, melainkan setiap aspek
yang ada selama proses membaca juga bekerja dengan sangat kompleks.
Hartati dalam buku yang dikutip Ahmad Susanto (2011: 84)
mengungkapkan bahwa membaca pada hakikatnya merupakan kegiatan fisik dan
mental untuk menemukan makna dari tulisan, meskipun dalam kegiatannya yang
terjadi adalah pengenalan huruf-huruf. Menurut Crawley dan Mountain (Farida
Rahim, 2008: 3) mengungkapkan bahwa membaca merupakan gabungan proses
perceptual dan kognitif. Sejalan dengan hal tersebut, pendapat Klein (Farida
Rahim, 2008: 3) mengatakan bahwa definisi membaca mecakup 3 hal, di
16
membaca adalah interaktif, sehingga dari ketiganya dapat membaca merupakan
suatu proses yang dimaksudkan sebagai informasi dari teks dan pengetahuan yang
dimiliki oleh pembaca yang peranan utamanya untuk membentuk sebuah makna.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
membaca merupakan kemampuan dalam memproduksi bahasa reseptif berwujud
aktivitas kompleks yang melibatkan berbagai aspek baik mental maupun fisik.
Pada anak usia dini, membaca merupakan kegiatan yang bersifat analitis berkaitan
dengan kata, huruf sebagai lambang bunyi, fonem, dan lainnya sebagainya yang
apabila dianalisa terdapat makna di dalamnya.
2. Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini
Steinberg dalam Ahmad Susanto (2011: 83) mengungkapkan membaca
dini adalah membaca yang diajarkan secara terprogram kepada anak prasekolah.
Program ini menumpukkan pada perkataan-perkataan utuh, bermakna dalam
konteks pribadi anak-anak dan bahan-bahan yang diberikan melalui permainan
dan kegiatan yang menarik sebagai perantara pembelajaran. Sabarti Akhadiah,
dkk (1993: 11), mengungkapkan bahwa pengajaran membaca permulaan lebih
ditekankan pada pengembangan kemampuan dasar membaca. Kemampuan dasar
membaca tersebut yaitu kemampuan untuk dapat menyuarakan huruf, suku kata,
kata dan kalimat yang disajikan dalam bentuk tulisan ke dalam bentuk lisan.
Sejalan Anderson (Nurbiana Dhieni, dkk 2009:5.5) mengungkapkan
membaca permulaan adalah membaca yang diajarkan secara terpadu, yang
menitik beratkan pada pengalaman huruf dan kaya, menghubungkan dengan
17
Sedangkan menurut Slamet Suyanto (2005b: 165) mengungkapkan bahwa
membaca bagi anak usia dini merupakan hal yang masih sulit bagi anak, karena
anak harus belajar huruf (morfem) dan bunyi huruf (fonem). Selanjutnya pengenalan cara membaca bagi anak usia dapat dilakukan dengan cara fonik, yaitu
mengajarkan anak mulai dari lembaga huruf. Menurut Elliason, et al. dalam Ahmad Susanto (2011: 86) menjelaskan bahwa membaca membutuhkan waktu
dan kesiapan dan kesabaran, seperti anak yang menyukai gambar dan huruf sejak
awal perkembangannya akan mempunyai keinginan membaca lebih besar karena
mereka tahu bahwa membaca, membuka pintu baru, membenahi informasi, dan
menyenangkan. Maka dari itu, bahan-bahan untuk membaca dini harus sesuai
dengan bahasa dan pengalaman anak.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca
permulaan pada anak usia dini merupakan kecakapan membaca pada anak usia pra
sekolah atau anak Taman Kanak-kanak yang dilakukan secara terpadu dengan
menitik beratkan kegiatan mengajarkan anak mengenal huruf, menyuarakan huruf,
suku kata, dan kata yang disajikan dalam bentuk tulisan ke dalam bentuk lisan.
Dalam penelitian ini indikator yang digunakan kemampuan pengucapan bunyi
huruf, kemampuan membedakan bentuk huruf, kemampuan menyebutkan huruf
awal yang sama, dan kemampuan melafalkan kata dengan jelas
3. Tahap Perkembangan Membaca Anak Usia Dini
Steinberg (1982: 28) mengatakan bahwa kemampuan membaca anak usia
dini terdiri atas 4 tahap perkembangan, di antaranya :
18
Pada tahap ini, anak mulai belajar menggunakan buku dan menyadari bahwa
buku ini penting, melihat-lihat buku dan membalik-balikkan buku,
kadang-kadang anak membawa buku kemana-mana tempat kesenangannya.
b) Tahap membaca gambar
Anak usia Taman Kanak-kanak sudah bisa memandang dirinya sebagai
pembaca, dan mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura
membaca buku, memberi makna gambar, membaca buku dengan
menggunakan bahasa buku walaupun tidak cocok dengan tulisannya. Anak
Taman Kanak-kanak juga menyadari bahwa sebuah buku memiliki
karakteristik khsusus, seperti judul, halaman, huruf, kata dan kalimat serta
tanda baca walaupun anak belum paham semua.
c) Tahap pengenalan bacaan
Pada tahap ini anak TK telah dapat menggunakan tiga sistem bahasa, seperti
fronem (bunyi huruf), semantik (arti kata), dan sintaksis (aturan kata atau
aturan kalimat) secara bersama-sama. Anak yang sudah dapat tertarik pada
bahan bacaan mulai mengingat kembali bentuk huruf dan konteksnya. Anak
mulai mengenal tanda-tanda yang ada pada benda-benda di lingkungannya.
d) Tahap membaca lancar
Pada tahap ini anak sudah dapat membaca secara lancar berbagai jenis buku
yang berbeda dan bahan-bahan yang langsung berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari.
Sejalan dengan pendapat Chocraine Efal (Slamet Suyanto, 2005b: 168 ) perkembangan membaca anak yaitu terdiri dari beberapa tahap, diantaranya sebagai berikut :
a) Tahap Magis
19
bacaan yang ia sukai dan membawanya kemana pun anak mau. Anak usia dua tahun biasanya sudah memperlihatkan tahap ini. Orang tua maupun guru dapat memacu perkembangan tahap ini dengan membacakan cerita atau bacaan kepada anak.
b) Tahap Konsep Diri
Pada tahap ini anak memandang dirinya sudah dapat membaca (padahal belum). Sering berpura-pura membaca buku. Ia sering menerangkan isi atau gambar dalam buku yang ia sukai kepada anak lain seakan sudah dapat membaca. Anak usia tiga tahun biasanya sudah bisa mencapai tahap ini.
c) Tahap Membaca Peralihan
Anak mulai mengingat huruf atau kata yang sering ia jumpai, misalnya buku cerita yang sering diceritakan orangtuanya. Ia dapat menceritakan kembali alur cerita dalam buku sebagaimana yang diceritakan orangtuanya kepadanya. Ia juga mulai tertarik tentang jenis-jenis huruf dalam alphabet. Anak usia dini empat tahun biasanya sudah mencapai tahap ini.
d) Tahap Membaca Lanjut
Anak mulai sadar akan fungsi bacaan dan cara membacanya. Ia mulai tertarik dengan berbagai huruf atau bacaan yang ada di lingkungannya. Misalnya, anak mulai mengeja dan membaca kata dalam papan iklan yang ada gambar anak bertanya atau menjawab pertanyaan orangtuanya dengan mengeja tulisan.
e) Tahap Membaca Mandiri
Anak mulai dapat membaca secara mandiri. Ia mulai sering membaca buku sendirian. Ia juga mencoba memahami makna dari apa yang ia baca. Ia mencoba menghubungkan apa yang ia baca dengan pengalamannya. Anak usia 6-7 tahun biasanya sudah mencapai tahap membaca mandiri.
Sedangkan menurut Tadkiroatun Musfiroh (2009: 36) perkembangan
membaca terdiri dari beberapa tahapan, di antaranya :
a. Tahap diferensiasi yaitu pada tahap ini anak memperhatikan tulisan dan
membedakan dengan gambar. Anak dapat menyebut gambar dan tulisan
sebagai tulisan.
b. Tahap membaca pura-pura yaitu terdapat 2 tahapan di antaranya :
1) Tahap atensi menulis yaitu pada tahap ini anak memperhatikan
berbagai model tulisan di berbagai media yang dilihat dan tertarik
20 membawa ke sana ke mari.
2) Tahap membaca diskursif yaitu pada tahap ini anak mengetahui
bahwa tulisan dapat dilafalkan dan memiliki informasi
c. Tahap membaca gambar yaitu anak memperhatikan tanda-tanda visual
seperti gambar tetapi belum menguasai simbol. Anak “membaca” Koran dengan melihat gambar, membaca label, dengan memperhatikan barang
dan gambarnya. Anak menjabarkan gambar/ informasi visual lain dalam
bentuk satu kalimat atau lebih.
d. Tahap membaca acak yaitu pada tahap ini terdapat 2 tahap, di antaranya :
1) Tahap membaca acak total yaitu anak menanyakan tulisan yang
menarik perhatiannya, seperti label, nama, judul. Anak memperhatikan
gaya tulisan, dan fitur-fitur lainnya. Anak dapat mengenal kembali
tulisan tersebut. Apabila menemukan tulisan yang dikenal anak
membaca kata tersebut dan menebak tulisan selanjutnya.
2) Tahap membaca semi acak yaitu ketertarikan anak terhadap tulisan di
televise (nama stasiun TV), nama took, nama majalah, nama merk
sepatu, merk alat elektronik sangat terlihat. Anak aktif bertanya dan
cepat mengenali tulisan. Pada tahap ini anak mungkin mengira kalau
kata tertentu hanya engacu pada benda tertentu. Anak terkejut ketika
mendapati kata Sony pada pembungkus kaos dalam, padahal
sebelumnya mengenal tulisan Sony pada kkamera dan televisi. Anak
mengenal huruf dan mencoba menggabungkan menjadi suku kata
21
e. Tahap membaca lepas landas yaitu pada tahap ini terdiri dari 3 sub tahap,
di antaranya :
1) Tahap mengeja huruf lepas yaitu pada tahap ini anak dapat membaca
dengan mengeja kata-kata yang dikenal sebelumnya. Anak dapat
menggabungkan huruf menjadi suku kata terbuka (tapi terhambat dalam
suku kata tertutup).
2) Tahap mengeja silabel kata yaitu anak dapat mengeja kata-kata baru.
Anak dapat menggabungkan suku kata menjadi kata. Anak bisa
mengeja suku terbuka tetapi lambat dalam suku kata tertutup.
3) Membaca Lambat tanpa nada yaitu anak dapat membaca teks baru
secara lambat tetapi relatif cepat untuk kata yang sudah dikenal. Anak
mungkin berhenti beberapa saat pada kata baru yang belum dikenal
(bentuk maupun maknanya). Anak tidak langsung dapat memahami apa
yang dibaca, tetapi pengulanangan dapat membantu mereka memahami
tulisan pendek. Sementara itu, lagu kalimat juga belum diperoleh secara
alamiah. Anak masih berfokus pada pelafalan teks.
f. Tahap independen yaitu pada tahap ini dapat dikategorikan dalam 2 tahap,
diantaranya :
1) Tahap independen awal yaitu hasil bacaan masih lambat, tetapi anak
dapat memahami apa yang dbaca. Sudah ada lagu kalimat (koma dan
titik), meskipun belum sempurna. Tahap ini dikenal sebagai tahap
hamper sempurna. Tahap ini ditemukan pada sebagian kecil anak TK
22
2) Tahap independen yaitu hasil bacaan anak relative cepat, sudah
memiliki lagu dan nada yang tepat. Anak sudah menguasai komponen
tanda baca dan makna teks juga sudah diperoleh.
Dari uraian di atas, disimpulkan tahapan-tahapan membaca dari beberapa
ahli sebenarnya hampir sama, dimulai dari anak memperhatikan tulisan dan
gambar. Selanjutnya anak mulai membaca gambar dengan memaknai gambar
yang dilihat, kemudian anak mulai mengenal simbol dan bunyi huruf yang
membentuk tulisan. Setelah itu anak mulai mengeja tulisan yang membentuk kata
dan terakhir anak dapat membaca secara lancar. Pada penelitian anak berada pada
tahap mulai mengenal simbol dan bunyi huruf yang membentuk tulisan.
4. Perilaku Membaca Anak Usia Dini
Menurut Nurbiana Dhieni (2009: 5.17), anak TK yang memiliki kesiapan
membaca dapat ditunjukkan dengan beberapa perilaku, yaitu diantaranya :
a. Mampu memahami bahasa lisan, dalam hal ini anak mampu memahami
kalimat sederhana dalam konteks komunikasi dan sesuai perkembangan
bahasa anak
b. Melafalkan kata dengan jelas, anak mampu dengan jelas mengatakan kata dan
dapat dimengerti oleh orang lain.
c. Mengingat kata yang didengar, anak mampu mengulang atau mengingat kata
yang telah didengarnya, sehingga apabila ia ditanya kembali anak mampu
mengingat dan menjawabnya.
d. Mampu melafalkan bunyi huruf, anak mampu melafalkan huruf huruf abjad
23
e. Mampu membedakan bunyi dengan baik, kemampuan yang dimaksud yaitu
penglihatan dan pendengaran. Anak dapat membedakan bunyi huruf karena
anak mengetahui bentuk huruf.
Sedangkan Tzu (Ahmad Susanto, 2011: 84) mengungkapkan bahwa agar
dapat membaca dengan baik maka perlu disertai dengan persiapan membaca yang
dapat diidentifikasi dari berbagai perilaku yang diperlihatkan anak, seperti sebagai
berikut :
a) Rasa ingin tahu tentang benda-benda di dalam lingkungan, manusia, proses,
dan sebagainya.
b) Mampu menerjemahkan atau membaca gambar dengan mengidentifikasi dan
menggambarnya.
c) Menyeluruh dalam pembelajaran.
d) Melalui kemampuan berkomunikasi dengan bahasa percakapan khususnya
dalam kalimat.
e) Memiliki kemampuan untuk membedakan persamaan dan perbedaan dalam
suara secara cukup baik untuk mencocokkan atau suara dengan lainnya.
f) Memiliki kematangan emosional yang cukup untuk dapat konsentrasi dan
terus menerus dalam suatu tugas.
g) Memiliki percaya diri dan stabilitas emosi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca
permulaan dapat diterapkan pada usia Taman Kanak-kanak. Anak yang memiliki
kesiapan untuk membaca permulaan menunjukkan perilaku-perilaku yang
menggambarkan anak siap untuk menerima stimulasi dari guru, diantaranya
24
Dengan anak memiliki kesiapan membaca maka anak lebih mudah untuk
menyerap stimulasi yang guru berikan pada anak.
5. Karakteristik Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini
Martini Jamaris (2006: 53) mengemukakan bahwa karakteristik
kemampuan dasar membaca pada anak usia Taman Kanak-kanak antara lain:
a) Kemampuan dalam melakukan koordinasi gerakan visual dan koordinasi
gerakan motorik. Gerakan ini secara khusus dapat dilihat pada waktu anak
menggerakan bola matanya bersamaan dengan tangan dalam membalik buku
gambar atau buku lainnya
b) Kemampuan dasar membaca dapat dilihat dari kemampuan anak tersebut
dalam melakukan diskriminasi secara visual. Kemampuan ini sebagai dasar
untuk dapat membedakan bentuk-bentuk huruf.
c) Kemampuan dalam kosa kata. Anak usia Taman Kanak-kanak telah memiliki
kosa kata yang cukup luas.
d) Kemampuan diskriminasi auditoria atau kemampuan membedakan suara yang
didengar. Kemampuan ini berguna untuk membedakan suara atau bunyi huruf.
Kemampuan dasar membaca ini merupakan fondasi yang melandasi
pengembangan kemampuan membaca.
Berdasarkan Pedoman Pengembangan Kurikulum 2013 Raudhatul Athfal
(2015: 120), mengemukakan Kompetensi Dasar aspek bahasa dalam lingkup
perkembangan keaksaraan sebagai indikator kemampuan membaca permulaan
anak usia 5-6 tahun (Kelompok B) sebagai berikut: a) menunjuk bentuk-bentuk
lambang-25
lambang huruf sesuai suara/ bunyi; d) menulis huruf-huruf dari nama sendiri; e)
menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi atau huruf awal yang sama;
f) mengenal arti kata gabungan beberapa huruf konsonan dan vocal; g) membaca
nama sendiri; h) mengenal perubahan bunyi dan arti berdasarkan perubahan huruf
dan posisi huruf; i) menulis cerita sendiri berdasarkan karya yang dibuat; dan j)
menyebut angka bila diperlihatkan lambang bilangan (menyebutkan bunyi
lambang bilangan).
Rubin dalam Ahmad Rofi‟uddin dan Darmiyati Zuchdi yang dikutip oleh
Ratna Arini Dewi (2012: 17), mengatakan bahwa pengajaran membaca yang
paling baik adalah pengajaran yang didasarkan pada kebutuhan anak dan
mempertimbangkan apa yang telah dikuasai anak. Anak usia Taman Kanak-kanak
sudah mampu mengikuti kegiatan-kegiatan pengajaran membaca seperti di bawah
ini, yaitu:
a) Peningkatan Ucapan
Pada kegiatan ini difokuskan pada peningkatan kemampuan anak
mengucapkan bunyi-bunyi bahasa. Anak yang mengalami kesulitan dalam
mengucapkan bunyi tertentu perlu dilatih secara terpisah.
b) Kesadaran Fonemik (Bunyi)
Pada kegiatan ini difokuskan untuk menyadarkan anak bahwa kata dibentuk
oleh fonem atau bunyi yang membedakan.
c) Hubungan antara Bunyi-huruf
Syarat utama untuk dapat membaca adalah mengetahui tentang hubungan
bunyi-bunyi. Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu dengan menghubungkan
26
mengalami kesulitan dalam hal hubungan bunyi huruf maka pengajaranya
secara terpisah.
d) Membedakan Bunyi-bunyi
Membedakan bunyi-bunyi merupakan kemampuan yang penting dalam
pemerolehan bahasa, khususnya membaca.
e) Kemampuan Mengingat
Kemampuan mengingat yang dimaksud lebih mengarah pada kemampuan
untuk menilai apakah dua bunyi atau lebih itu sama atau berbeda.
f) Membedakan huruf
Membedakan huruf adalah kemampuan membedakan huruf-huruf (lambang
bunyi). Jika anak masih kesulitan membedakan huruf, berarti ia belum siap
untuk membaca.
g) Orientasi dari Kiri ke Kanan
Anak perlu disadarkan bahwa kegiatan membaca dalam bahasa Indonesia
menggunakan sistem dari kiri ke kanan.
h) Keterampilan Pemahaman
Anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan kognitifnya juga
mengalami kesulitan dalam membaca, sebab membaca pada dasarnya
merupakan kegiatan berpikir.
i) Penguasaan Kosa Kata
Pengenalan kata merupakan proses yang melibatkan kemampuan
mengidentifikasi simbol tulisan, mengucapkan dan menghubungkan dengan
27
Dari uraian di atas maka didapat kesimpulan bahwa pembelajaran
membaca permulaan diterapkan pada anak Taman Kanak-kanak dengan
didasarkan pada kebutuhan dan karakteristik anak. Indikator yang digunakan oleh
peneliti mengacu pada beberapa pendapat tersebut. Oleh karena itu, indikator
yang dipakai dalam upaya meningkatkan membaca permulaan adalah kemampuan
pengucapan bunyi huruf, kemampuan membedakan bentuk huruf, kemampuan
menyebutkan huruf awal yang sama, dan kemampuan melafalkan kata dengan
jelas dan tepat .
C. Hakikat Anak Usia Dini
1. Pengertian Anak Usia Dini
Batasan tentang masa anak cukup bervariasi. Dalam pandangan yang
mutakhir yang lazim dianut di Negara maju istilah anak usia dini (early childhood) adalah anak yang berkisar antara usia 0-8 tahun (Ernawulan Syaodih, 2005 : 7). Pada masa anak usia dini merupakan suatu fase yang sangat penting
dan berharga, dan merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan
manusia. Maka dari itu masa anak usia dini seperti ini sering dipandang sebagai
masa emas bagi penyelenggara pendidikan. Hal ini dikarenakan pada anak
berusia dini merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan dini
karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan
dan pengembangan pribadi seseorang (Soemiarti, Padmonodewo, 2003: 11).
Hal sejalan juga seperti yang diungkapkan oleh Harun Rasyid (2012: 54)
bahwa masa anak usia dini merupakan masa keemasan (golden age). Pada masa
28
kecerdasan yang dimiliki anak. Hal serupa juga diungkapan oleh National Assosiation Education for Young Children (NAEYC) bahwa pada usia dini anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek, baik itu
fisik, kognitif, sosioal-emosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi khususnya
sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui anak tersebut (Sofia Hartati, 2005: 8).
Bila dilihat jari jenjang pendidikan yang berlaku di Indonesia, maka yang
termasuk dalam kelompok anak usia dini adalah meliputi anak usia SD kelas
rendah, taman kanak-kanak, kelompok bermain. Masa Indonesia Biechler dan
Snowman (Soemiarti Padmonodewo, 2003: 19) mengungkapkan bahwa pada usia
3-6 tahun anak berada pada tahap prasekolah pada jenjang Taman Kanak-kanak.
Pada masa tersebut anak adalah sosok individu yang sedang dalam suatu proses
perkembangan yang sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan
selanjutnya (Ernawulan Syaodih, 2005: 12).
2. Karakteristik Anak Usia Dini
Menurut pandangan psikologis anak usia dini memiliki karakteristik yang
khas dan berbeda dengan anak lain yang berada di atas usia 8 tahun. Menurut
Richard D. Kellough (Martini Jamaris, 2006: 8) mengungkapkan bahwa
karakteristik anak usia dini yang khas yaitu seperti : (a) bersifat egosentris, (b)
memiliki rasa ingin tahu yang besar, (c) anak merupakan makhluk sosial, (d) anak
bersifat unik, (e) anak kaya akan fantasi, (f) memiliki daya konsentrasi yang
29
Hal serupa juga diungkapkan oleh Kartini Kartono (1986: 113) bahwa
anak usia dini memiliki karakter yaitu sebagai berikut :
a. Bersifat Egosentris
Anak belum dapat memahami bahwa suatu peristiwa tertentu bagi orang lain
mempunyai arti berbeda, yang lain dengan pengertian anak tersebut.
b. Relasi Sosial yang Primitif
Anak belum dapat membedakan antara kondisi dirinya dengan kondisi orang
lain atau anak lain di luar dirinya.
c. Kesatuan jasmani dan rohani Penghayatan anak terhadap sesuatu dikeluarkan
atau diekspresikan secara bebas, spontan, dan jujur baik mimic, tingkah laku
maupun bahasanya. Anak tidak dapat berbohong atau bertingkah laku
pura-pura, anak mengekspresikannya secara terbuka.
d. Sifat hidup fisiognomis
Anak belum dapat membedakan antara benda mati dan benda hidup. Di sini
anak menganggap segala sesuatu yang ada disekitarnya merupakan makhluk
hidup yang memiliki jiwa secara jasmani maupun rohani, seperti dirinya
sendiri. Oleh karena itu, anak pada usia ini sering bercakap-cakap denga
binatang, boneka, dan sebagainya.
Dari uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak
usia dini meliputi aspek fisik, sosial-emosional, kognitif, bahasa, dan mental.
Pada usia 5-6 tahun anak berada pada fase pra operasional sehingga anak mulai
berpikir simbolis. Anak mulai dapat berpikir mengenai suatu objek atau peristiwa
meskipun objek dan peristiwa tersebut tidak dilihat secara nyata. Dengan
30
pengetahuan sehingga kemampuan anak berkembangan dengan peast.
D. Kajian Media Kartu Kata Bergambar
1. Pengertian Media
Kata media diambil dari bahasa latin, yang merupakan bentuk jamak dari
kata medium, yang memiliki arti sesuatu yang terletak di tengah atau suatu alat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 880) diijelaskan bahwa media
merupakan alat atau perantara. Media disebut juga sebagai alat komunikasi untuk
menyampaikan pesan atau informasi. Menurut Mudhofir dalam Nelva Rolina
(2012: 1) menjelaskan bahwa yang dimaksud informasi atau pesan dapat berupa
sumber belajar seperti pengetahuan atau pengalaman yang digunakan untuk
memecahkan masalah belajar, sehingga media dijadikan sebagai wahana untuk
mendekatkan persepsi dan pemahaman guru dengan daya tangkap anak. Selain itu
media berfungsi sebagai alat bantu untuk mengirim pesan, yang dalam hal ini guru
adalah pengirim pesan dan anak merupakan penerima pesan. (Nurbiana Dieni,
2009: 10.1)
Selain itu, Slamet Suyanto (2005b: 144), mengungkapkan media belajar
anak usia dini umumnya merupakan alat permainan, dan penggunaan media
belajar di Taman Kanak-kanak berguna untuk memudahkan anak belajar
memahami atau menyederhanakan sesuatu yang sulit dan kompleks. Media
belajar anak usia dini tidak harus mahal, dan dapat diperoleh dari benda-benda
31
2. Jenis-jenis Media
Arief S. Sadiman, dkk. (2006: 28), mengemukakan bahwa terdapat
beberapa jenis media yang biasa digunakan di Indonesia yaitu:
a) media grafis merupakan media visual yang sederhana, mudah dan relatif
murah untuk diperoleh, salah satunya adalah gambar atau foto.
b) media audio yaitu media yang berkaitan dengan indera pendengaran. Media
yang termasuk media audio antara lain radio, alat perekam pita magnetik,
piringan hitam; dan
c) media proyeksi diam yaitu media yang menyajikan rangsangan visual, namum
media proyeksi harus diproyeksikan dulu dengan proyektor agar dapat dilihat
oleh sasaran. Jenis-jenis media proyeksi antara lain film bingkai, media
transparasi, film, televisi, dan video.
Dari jenis-jenis media yang telah dijelaskan tersebut, media yang paling
disukai anak adalah media gambar. Cucu Eliyawati (2005:114) mengungkapkan
bahwa media gambar juga sering digunakan oleh guru pendidikan anak usia dini
untuk dapat menyampaikan isi dari tema pembelajaran yang sedang disampaikan.
Seperti yang diungkapkan oleh Levio dan Lentz (Azhar Arsyad, 2007: 17)
menjelaskan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar tujuan memahami
dan mengingat informasi dan pesan yang terkandung dalam gambar, media visual
(gambar) juga dapat mempermudah anak yang sedang belajar atau membaca teks
yang bergambar. Selain itu, Bredecam dan Copple dalam Masitoh dkk (2005: 1.12 – 1.13) mengungkapkan bahwa anak usia dini memiliki daya perhatian yang
pendek. Untuk itu media menjadi solusi permasalahan tersebut, sebagaimana
32
Arsyad (2007: 25) mengatakan bahwa salah satu fungsi media adalah untuk
memperbesar perhatian anak. Hal serupa juga diungkapkan oleh Levio dan Lentz
(1982) bahwa media pembelajaran memiliki fungsi atensi yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi pada isi pelajaran yanag
berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi
pelajaran.
3. Pengertian Kartu Kata Bergambar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 621), kartu adalah kertas
tebal, berbentuk persegi panjang dapat digunakan untuk berbagai keperluan.
Sedangkan menurut Agus Haryanto (2009: 34) mengungkapkan bahwa kartu
adalah tempat menuliskan kata dan atau gambar yang tercetak cukup besar serta
dapat ditunjukkan secara cepat kepada anak. Dalam penelitian ini, media yang
digunakan merupakan pengembangan dari kartu kata dan kartu gambar.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 625) kata adalah unsur
bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan suatu
perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa. Dari segi bahasa kata
diartikan sebagai kombinasi morfem yang dianggap sebagai bagian terkecil dari
kalimat. Sedangkan morfem sendiri adalah bagian terkecil dari kata yang memiliki
makna dan tidak dapat dibagi lagi ke bentuk yang lebih kecil. Sedangkan menurut
Amir Hamzah Sulaiman (1985: 27) gambar merupakan alat visual yang penting
dan mudah didapat serta konkret dengan masalah yang digambarkannya.
Pada penelitian ini kartu kata bergambar yaitu media kartu yang berupa
33
sisi depan dan tulisan kata di sisi belakang. Gambar yang digunakan pada kartu ini
merupakan gambar benda-benda yang sesuai dengan tema pembelajaran saat hari
itu.
4. Kelebihan dan Kelemahan Media Kartu Kata Bergambar
Kelebihan media kartu kata bergambar sebagai media gambar menurut
Arief S. Sadiman dkk (2006: 29) mengemukakan sebagai berikut:
a) Sifatnya konkrit gambar atau foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah
dibandingkan dengan media verbal semata.
b) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.
c) Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas dan tidak
selalu bisa dibawa (diperlihatkan) ke obyek peristiwa tersebut
d) Media gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan.
e) Dapat memperjelas suatu masalah dibidang apa saja dan untuk tingkat usia
berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membentuk pemahaman.
f) Murah harganya dan mudah untuk didapat dan digunakan tanpa memerlukan
peralatan khusus.
Sejalan dengan pendapat Amir Hamzah Sulaiman (1985:22) yang
menyatakan bahwa kelebihan kartu kata bergambar sebagai media gambar yaitu:
a) Gambar mudah untuk diperoleh, gambar dapat digunting dari majalah atau di buat sendiri dan mudah untuk digunakannya. b) Penggunakan gambar merupakan hal yang wajar
c) Koleksi gambar dapat diperoleh terus
34
Selain kelebihan-kelebihan di atas, kartu kata bergambar juga mempunyai
beberapa kelemahan sebagai media gambar. Arif Sadiman (2006: 31), mengatakan
bahwa kelemahan tersebut antara lain:
a. Hanya menekankan persepsi indera mata atau hanya bisa untuk dilihat karena
media ini berupa gambar dan disertai tulisan. Penggunaan media gambar tidak
mampu untuk didengar, dirasa, diraba, dan dibau.
b. Terlalu kompleks dan kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.
c. Ukurannya sangat terbatas bila dilakukan saat proses pembelajaran dalam
kelompok besar.
5. Langkah-langkah Penggunaan Media Kartu Kata Bergambar
Menurut Slamet Suyanto (2005b: 180), langkah penggunaan media kartu bergambar dalam pembelajaran membaca sebagai berikut:
a. Bahan-bahan
1) Sediakan berbagai kartu gambar yang namanya cukup pendek, beberapa dimulai dari huruf yang sama dan tidak ada konsonan ganda, seperti topi, toko, bola, baju, paku, pipa, kaca, kue, meja, dan mata.
2) Menyediakan kartu kata dengan tulisan nama-nama benda tadi. b. Prosedur
1) Gunakan permainan ini dalam kelompok
2) Menyediakan kartu gambar dan kartu nama benda
3) Guru menunjukan gambar benda dan anak diajak mencari kartu nama benda tersebut.
35
Berdasarkan langkah-langkah yang dikemukaan di atas, maka penelitii
mengembangkan langkah penggunaan media kartu kata bergambar dalam
pembelajaran di antaranya sebagai berikut :
a) mempersiapkan media yang akan digunakan sesuai dengan tema hari ini dan
tema sebelumnya yang belum dikuasai oleh anak.
b) Anak dikondisikan sebelum pembelajaran dimulai dengan membagi kelas
menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 3 anak
c) guru menjelaskan tema dan permainan yang akan dilakukan hari ini
d) kartu kata dikocok acak kemudian dibagikan satu per satu kepada anak, anak
yang mendapat kartu yang sama maju ke depan kelas, permainan ini
dimainkan secara bergilir
e) anak memilih salah satu kartu gambar yang berada di kantung papan
membaca dengan posisi kata tertutup dan meminta anak menyebutkan nama
benda pada gambar tersebut
f) kartu gambar yang telah dipilih anak kemudian diambil, kemudian anak
menyebutkan huruf yang membentuk kata gambar tersebut secara berurut.
g) anak menyebutkan kartu yang memiliki huruf awal yang sama seperti kartu
yang dipilih
h) guru menyebutkan secara acak huruf yang tertera di kartu kemudian anak
menunjuk huruf tersebut sesuai huruf yang disebut guru
i) guru meminta anak membaca kata dengan dengan melafalkan suku kata,