• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR SISWA KELAS I SD NEGERI GEMBONGAN SENTOLO KULON PROGO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR SISWA KELAS I SD NEGERI GEMBONGAN SENTOLO KULON PROGO."

Copied!
207
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR

SISWA KELAS I SD NEGERI GEMBONGAN SENTOLO KULON PROGO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Mustatiroh NIM 12108241152

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

Bismillahirrahmanirrahim...

Bacalah dengan nama Tuhan-mu yang menciptakan. Ia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, karena Tuhan-mu lah yang Maha Mulia.

Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan ridho Allah SWT, sebagai pengabdian dengan penuh kasih, karya ini penulis persembahkan.

1. Kedua orang tua yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan doa dalam penyelesaian skripsi ini.

(7)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR

SISWA KELAS I SD NEGERI GEMBONGAN SENTOLO KULON PROGO

Oleh Mustatiroh NIM 12108241152

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan proses pembelajaran membaca permulaan dan (2) meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas I SD Negeri Gembongan Sentolo Kulon Progo menggunakan media kartu kata bergambar.

Penelitian ini merupakan Tindakan Kelas kolaboratif menggunakan model penelitian dari Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Gembongan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian yakni siswa kelas I SD Negeri Gembongan yang terdiri dari 29 siswa. Objek penelitian yakni kemampuan membaca permulaan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, catatan lapangan dan dokumentasi. Data kuantitatif dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Proses pembelajaran membaca permulaan menggunakan media kartu kata bergambar meliputi: (1) siswa mengamati kartu kata bergambar (2) bertanya jawab (3) membaca kartu kata bergambar (4) bermain estafet kartu kata bergambar (5) membaca dengan metode SAS (5) diskusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media kartu kata bergambar dalam pembelajaran membaca permulaan dapat meningkatkan proses pembelajaran membaca permulaan. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya persentase aktivitas siswa yaitu kondisi awal 41,59%, pada siklus I 52,37% dan pada siklus II 71,23%. Pada siklus I, sebagian besar siswa belum berani menyampaikan pendapat dan pertanyaan. Pada siklus II, siswa lebih berani menyampaikan pendapat dan pertanyaan. Di samping itu, penggunaan media kartu kata bergambar dalam pembelajaran membaca permulaan dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya kemampuan membaca permulaan yakni pada kondisi awal, siswa yang tuntas 17,24% atau sejumlah 5 siswa, pada siklus I, siswa yang tuntas 41,38% atau 12 siswa dan pada siklus II, siswa yang tuntas 82,75% atau 24 siswa.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Alloh Swt berkat limpahan rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan karya ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya, dan semoga kita termasuk umat yang akan bersamanya kelak bertemu dengan Sang Pencipta. Amin.

Karya ini tersusun atas bimbingan, bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan peneliti melakukan penelitian.

2. Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan melakukan penelitian.

3. Ketua Program Studi PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan pengarahan, dorongan dalam menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi

4. Dosen Pembimbing, Murtiningsih, M. Pd. yang telah dengan sabar membimbing dan memotivasi sehingga karya ini selesai.

5. Kepala SD Negeri Gembongan Sentolo Kulon Progo yang telah memberikan izin SD Negeri Gembongan sebagai tempat penelitian.

6. Guru Kelas I SD Negeri Gembongan Sentolo Kulon Progo yang telah membantu proses penelitian.

7. Teman-teman PGSD 2012 yang telah memberikan dorongan dan semangat.

8. Semua pihak yang memberikan bantuan, doa dan motivasi.

(9)

Semoga karya ini bermanfaat.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.

(10)

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Definisi Operasional ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Membaca Permulaan ... 10

1. Pengertian Membaca Permulaan ... 10

2. Hakikat Membaca Permulaan ... 11

3. Tujuan Membaca Permulaan ... 12

4. Manfaat Membaca Permulaan ... 13

5. Unsur-unsur Membaca Permulaan ... 14

(11)

7. Metode Pembelajaran Membaca Permulaan ... 17

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Permulaan ... 23

C. Media Kartu Kata Bergambar ... 29

1. Pengertian Media Kartu Kata Bergambar ... 29

2. Karakteristik Kartu Kata Bergambar ... 30

3. Kelebihan Media Kartu Kata Bergambar ... 30

D. Proses Pembelajaran Menggunakan Media Kartu Kata Bergambar ... 31

E. Penelitian yang Relevan ... 34

F. Kerangka Pikir ... 34

G. Hipotesis Tindakan ... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37

B. Subjek Penelitian ... 37

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

D. Desain Penelitian ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 40

F. Instrumen Penelitian ... 41

G. Teknik Analisis Data ... 44

H. Kriteria Keberhasilan ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48

1. Kondisi Awal ... 48

2. Deskripsi Laporan Hasil Penelitian Siklus I ... 50

3. Deskripsi Laporan Hasil Penelitian Siklus II ... 69

B. Pembahasan ... 88

1. Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan... 88

2. Peningkatan Proses Pembelajaran ... 91

3. Keterbatasan Penelitian ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 93

(12)

xii

(13)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-kisi Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan ... 41

Tabel 2. Rubrik Penilaian kemampuan Membaca Permulaan ... 42

Tabel 3. Kisi-kisi Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Membaca Permulaan ... 43

Tabel 4. Rubrik Observasi Aktivitas Siswa ... 44

Tabel 5. Konversi Skor Kemampuan Membaca Permulaan ... 46

Tabel 6. Persentase Hasil Observasi Siswa ... 46

Tabel 7. Hasil Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan Kondisi Awal Siswa Kelas I ... 48

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Kondisi Awal ... 49

Tabel 9. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Membaca Permulaan Kondisi Awal ... 50

Tabel 10. Data Hasil Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Siklus I ... 63

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Siklus I ... 64

Tabel 12. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Membaca Permulaan Siklus I ... 65

Tabel 13. Data Hasi Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Siklus II ... 83

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Siklus II ... 83

Tabel 15. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Membaca Permulaan Siklus II ... 84

Tabel 16. Perbandingan Nilai Kemampuan Membaca Permulaan ... 86

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Anak sedang menyiram tanaman ... 20 Gambar 2. Anak sedang berenang ... 20 Gambar 3. Bagan Kerangka Pikir ... 36 Gambar 4. Desain Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan

Mc. Taggart ... 38 Gambar 5. Diagram peningkatan kemampuan membaca permulaan ... 87 Gambar 6. Diagram peningkatan persentase aktivitas siswa dalam

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Lembar penilaian kemampuan membaca permulaan ... 98

Lampiran 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Membaca Permulaan ... 99

Lampiran 3. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Membaca Permulaan Kondisi Awal ... 100

Lampiran 4. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I... 101

Lampiran 5. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II ... 102

Lampiran 6. Perbandingan Skor Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 103

Lampiran 7. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 104

Lampiran 8. Hasil Penilaian Peneliti terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Kondisi Awal ... 105

Lampiran 9. Hasil Penilaian Guru terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Kondisi Awal Baru ... 106

Lampiran 10. Hasil Penilaian Peneliti terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Siklus I ... 107

Lampiran 11. Hasil Penilaian Guru terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Siklus I ... 108

Lampiran 12. Hasil Penilaian Peneliti terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Siklus II ... 109

Lampiran 13. Hasil Penilaian Guru terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Siklus II ... 110

Lampiran 14. Konversi Penilaian Guru dan Peneliti pada Kondisi Awal ... 111

Lampiran 15. Konversi Penilaian Guru dan Peneliti pada Siklus I ... 112

Lampiran 16. Konversi Penilaian Guru dan Peneliti pada Siklus II ... 113

Lampiran 17. Perubahan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Sebelum dan Sesudah Diberi Tindakan ... 114

Lampiran 18. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Kondisi Awal ... 115

(16)

xvi

Lampiran 20. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kemampuan

Membaca Permulaan Siswa Kelas I Siklus II ... 117

Lampiran 21. Catatan Lapangan ... 118

Lampiran 22. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 134

Lampiran 23. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran... 182

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahasa memiliki

fungsi utama sebagai alat komunikasi manusia di masyarakat (Muhammad

Rohmadi dan Aninditya Sri Nugraheni, 2011: 33). Manusia saling

berinteraksi dengan manusia lain melalui bahasa. Manusia dapat saling

berhubungan, bertukar pikiran, berbagi pengalaman dan belajar. Tanpa

bahasa, manusia tidak dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Belajar

bahasa adalah salah satu kegiatan manusia yang tidak dapat dipisahkan dalam

kehidupannya. Belajar bahasa bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan

menggunakan bahasa untuk berbagai keperluan. Belajar bahasa dapat

dilakukan melalui berbagai aktivitas. Salah satu aktivitas belajar bahasa

adalah membaca.

Seseorang akan memperoleh pengetahuan dan wawasan yang

bermanfaat bagi kehidupannya melalui membaca. Dalam aktivitas belajar,

siswa membaca untuk mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang disajikan

melalui berbagai sumber belajar tertulis, seperti buku pelajaran, buku bahan

penunjang dan lain-lain. Hal ini didukung oleh pendapat Farida Rahim (2008:

1) bahwa proses belajar yang efektif antara lain dilakukan melalui membaca.

Oleh karena itu, maka kegiatan membaca sangat diperlukan dalam aktivitas

(18)

2

Berdasarkan hasil observasi, kegiatan membaca permulaan di kelas I

SD Negeri Gembongan masih kurang, karena dalam kegiatan pembelajaran

membaca permulaan siswa kurang aktif. Sebagian besar siswa belum berani

bertanya, menanggapi pertanyaan atau membaca secara individu di depan

teman-temannya atas kemauan sendiri. Ketika kegiatan membaca individu,

guru menunjuk siswa satu per satu untuk maju membaca. Ahmad Susanto

(2014: 17-18) menyatakan bahwa suasana pengajaran yang tenang, terjadinya

dialog yang kritis antara siswa dengan guru, dan menumbuhkan suasana yang

aktif di antara siswa tentunya akan memberikan nilai lebih pada proses

pengajaran.

Rita Eka Izzaty, dkk. (2008: 108) mengungkapkan bahwa membaca

memiliki peran penting dalam pengembangan bahasa. Berikutnya, Soenjono

Dardjowidjojo (2005: 299) mengungkapkan bahwa dalam masyarakat

moderen membaca (dan menulis) merupakan bagian yang tidak dapat

dikesampingkan karena tanpa kemampuan ini dunia kita akan tertutup dan

terbatas hanya pada apa yang ada di sekitar kita. Berdasarkan pendapat di

atas, maka kemampuan membaca bagi siswa sangat penting. Hal ini karena

dengan membaca, siswa dapat mengembangkan keterampilan berbahasa yang

lain meliputi menyimak, berbicara dan menulis. Selain itu, dengan membaca

siswa juga dapat memperluas wawasan dan pengetahuannya.

Berdasarkan hasil pengamatan, kemampuan membaca permulaan siswa

kelas I SD Negeri Gembongan masih rendah. Hal ini dapat dibuktikan dengan

(19)

rata-rata kemampuan membaca permulaan tersebut merupakan nilai terendah dari

nilai-nilai kemampuan berbahasa yang lain. Nilai rata-rata kelas kemampuan

menyimak siswa sebesar 65. Nilai rata-rata kelas kemampuan menulis

permulaan siswa sebesar 68. Nilai rata-rata kelas kemampuan berbicara siswa

sebesar 60.

Kemampuan membaca harus sudah dikuasai oleh siswa sejak semester

satu kelas I SD untuk kelancaran proses pembelajaran dalam semua bidang

studi (Amitya Kumara, dkk. 2014: 57). Berdasarkan pendapat tersebut, siswa

kelas I seharusnya sudah memiliki kemampuan membaca permulaan yang

baik untuk menunjang aktivitas belajarnya.

Selanjutnya, Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996/1997: 50)

mengemukakan bahwa kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca

permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut.

Sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan membaca permulaan

merupakan dasar bagi kemampuan membaca lanjut. Jika dasar itu tidak kuat,

maka pada tahap membaca berikutnya peserta didik akan mengalami

kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca memadai.

Kemampuan membaca dipengaruhi oleh berbagai faktor. Farida Rahim

(2008: 19) mengatakan bahwa motivasi merupakan faktor kunci dalam belajar

membaca. Itu artinya, dari beberapa faktor yang berpengaruh terhadap

kemampuan membaca, motivasi merupakan faktor yang memiliki pengaruh

besar terhadap kemampuan membaca seseorang. Jika motivasi membaca

(20)

4

Berdasarkan hasil pengamatan, motivasi membaca siswa kelas I masih

rendah. Rendahnya motivasi siswa tersebut, salah satunya dapat dilihat dari

keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Selama kegiatan pembelajaran

membaca sebagian besar siswa lebih sering sibuk sendiri dengan bermain

atau berbicara dengan temannya dan kurang memperhatikan. Berdasarkan hal

tersebut, maka keterlibatan siswa dalam pembelajaran dapat dikatakan rendah

sehingga motivasi siswa pun rendah. Keterlibatan siswa dalam belajar yang

sangat tinggi menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa juga tinggi

(Sugihartono, dkk. 2012: 78). Dengan demikian, jika keterlibatan siswa

rendah maka motivasi siswa pun rendah.

Motivasi membaca siswa salah satunya dipengaruhi oleh suasana

pembelajaran. Suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan akan

membangkitkan motivasi dan konsentrasi siswa dalam membaca. Farida

Rahim (2008: 23) menyatakan bahwa suasana belajar yang kondusif dan

menyenangkan akan mengoptimalkan kerja otak siswa. Berdasarkan pendapat

tersebut, maka dapat dikatakan bahwa siswa dapat membaca secara optimal

apabila suasana pembelajaran kondusif dan menyenangkan. Dari hasil

pengamatan, suasana pembelajaran membaca di kelas I kurang

menyenangkan dan kurang kondusif. Saat pembelajaran, siswa kurang tertarik

dan lekas bosan dalam membaca sehingga sebagian besar siswa lebih

memilih bermain dan berbicara dengan temannya. Hal tersebut menyebabkan

(21)

Suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan salah satunya

dapat diciptakan dengan bantuan media pembelajaran. Penggunaan media

pembelajaran dapat membantu penyajian materi menjadi lebih menarik dan

mudah dipahami siswa. Dalam pembelajaran membaca, hendaknya media

yang digunakan bervariasi. Artinya, pembelajaran tidak menggunakan media

yang sama secara terus menerus. Dengan demikian siswa tidak akan lekas

bosan dalam membaca.

Berdasarkan hasil pengamatan, pembelajaran membaca permulaan di

kelas I belum memanfaatkan media yang bervariasi. Media yang sering

digunakan adalah buku teks. Menurut Dadan Djuanda (2006: 103) dengan

menggunakan berbagai media, diharapkan siswa dapat dengan mudah

mengamati, dan menirukan langkah-langkah suatu prosedur yang harus

dipelajari dari media tersebut. Berdasarkan pendapat tersebut, maka

penggunaan media yang bervariasi dalam pembelajaran membaca permulaan

sangat penting untuk memudahkan siswa mengamati dan mempelajari materi

yang disajikan melalui media tersebut.

Ada beberapa media yang dapat digunakan dalam pembelajaran

membaca permulaan, diantaranya yaitu papan selip atau papan flanel, kartu

kalimat, kartu kata, kata huruf, dan kartu gambar (Darmiyati Zuchdi dan

Budiasih, 1996/1997: 56). Salah satu media yang dapat digunakan dalam

pembelajaran membaca permulaan di kelas I yaitu kartu kata bergambar. Hal

ini didukung oleh pendapat Azhar Arsyad (2009: 120-121) yang menyatakan

(22)

6

sebagainya) dapat digunakan untuk melatih siswa mengeja dan memperkaya

kosa kata. Artinya kartu kata bergambar dapat digunakan untuk menunjang

keberhasilan membaca permulaan siswa kelas I. Dari hasil observasi lebih

lanjut, diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan di

kelas I belum menggunakan media kartu kata bergambar.

Berdasarkan masalah-masalah di atas, diperlukan adanya solusi. Salah

satu solusinya adalah dengan menggunakan media kartu kata bergambar

dalam proses pembelajaran membaca permulaan di kelas I. Kartu kata

bergambar memiliki beberapa keunggulan diantaranya yaitu mudah dibuat

dan digunakan, harganya murah, menarik dan dapat memudahkan siswa

dalam belajar membaca.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, peneliti berminat untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Membaca

Permulaan Menggunakan Media Kartu Kata Bergambar Siswa Kelas I SD

Negeri Gembongan Sentolo Kulon Progo”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini dapat

diidentifikasi sebagai berikut.

1. Kegiatan membaca permulaan di kelas I masih kurang, karena dalam

kegiatan pembelajaran membaca permulaan siswa kurang aktif.

2. Kemampuan membaca permulaan siswa kelas I masih rendah karena nilai

(23)

3. Motivasi membaca siswa masih rendah, terlihat ketika pembelajaran

membaca permulaan berlangsung sebagian besar siswa lebih sering

sibuk sendiri dengan bermain atau berbicara dengan temannya dan

kurang memperhatikan.

4. Suasana pembelajaran membaca permulaan di kelas I kurang

menyenangkan serta kurang kondusif karena sebagian besar siswa kurang

tertarik dan lekas bosan dalam membaca serta lebih memilih bermain dan

berbicara dengan temannya sehingga suasana kelas menjadi gaduh.

5. Pembelajaran membaca permulaan kelas I belum memanfaatkan media

yang bervariasi karena media yang sering digunakan hanya buku teks.

6. Pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan di kelas I belum

menggunakan media kartu kata bergambar yang dapat menunjang

keberhasilan membaca permulaan siswa kelas I.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada masalah “Meningkatkan proses pembelajaran membaca permulaan dan meningkatkan kemampuan membaca

permulaan menggunakan media kartu kata bergambar siswa kelas I SD

Negeri Gembongan Sentolo Kulon Progo.”

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Bagaimanakah media kartu kata bergambar dapat meningkatkan proses

(24)

8

pembelajaran membaca permulaan kelas I SD Negeri Gembongan Sentolo

Kulon Progo?

2. Bagaimanakah meningkatkan kemampuan membaca permulaan

menggunakan media kartu kata bergambar siswa kelas I SD Negeri

Gembongan Sentolo Kulon Progo?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk meningkatkan proses pembelajaran membaca permulaan

menggunakan media kartu kata bergambar kelas I SD Negeri Gembongan

Sentolo Kulon Progo.

2. Untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan menggunakan

media kartu kata bergambar siswa kelas I SD Negeri Gembongan Sentolo

Kulon Progo.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk mendapatkan pengetahuan tentang

pembelajaran membaca permulaan menggunakan media pembelajaran

yang sederhana akan tetapi menarik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

(25)

membaca permulaan lebih menarik bagi siswa. Siswa akan lebih

termotivasi dan aktif dalam belajar membaca. Sehingga diharapkan

kemampuan membaca permulaan siswa akan meningkat dan menjadi

lebih baik.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru dalam memperjelas

pembelajaran membaca permulaan.

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi warga sekolah bahwa sekolah

perlu mempersiapkan berbagai sarana dan prasarana yang memadai untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih baik.

G. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman pengertian antara peneliti dan

pembaca maka perlu dijelaskan definisi operasional variabel pada judul

penelitian.

1. Kemampuan membaca permulaan adalah suatu kemampuan yang

dimiliki siswa yang dinilai dengan teknik observasi mencakupi indikator

kejelasan lafal, ketepatan intonasi, kelancaran, keberanian, dan kewajaran

sikap saat membaca.

2. Media kartu kata bergambar adalah media dua dimensi berupa kertas

tebal berbentuk persegi panjang berisi gambar berwarna disertai kata

(26)

10

BAB II KAJIAN TEORI

A. Membaca Permulaan

1. Pengertian Membaca Permulaan

Saleh Abbas (2006: 101) mengatakan bahwa membaca merupakan

salah satu jenis kemampuan berbahasa yang bersifat resepstif. Pendapat

tersebut sejalan dengan Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996/1997: 49) yang

mengatakan bahwa membaca merupakan salah satu jenis kemampuan

berbahasa tulis, yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan

membaca, seseorang akan dapat memperoleh informasi, memperoleh ilmu

dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru. Sementara itu, Dalman

(2014: 5) menjelaskan bahwa membaca merupakan suatu kegiatan atau proses

kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat

dalam tulisan.

Berikutnya, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia „permulaan‟ berarti awal; yang pertama sekali; yang paling dahulu. Selanjutnya, Dalman

(2014: 85) mendefinisikan membaca permulaan sebagai suatu keterampilan

awal yang harus dipelajari atau dikuasai oleh seorang pembaca.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa membaca

permulaan adalah suatu keterampilan berbahasa tulis awal yang harus

dipelajari atau dikuasai oleh anak agar ia dapat menemukan berbagai

(27)

2. Hakikat Membaca Permulaan

Brata, 2009; Staovich dan West, 1989 (dalam Amitya Kumara, dkk.

2014: 1) menjelaskan bahwa pembelajaran membaca tingkat permulaan

merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem

tulisan sebagai representasi visual bahasa. Penekanan membaca pada tahap

permulaan ialah proses perseptual, yaitu pengenalan korespondensi rangkaian

huruf dengan bunyi-bunyi bahasa (Farida Rahim, 2008: 2). Di samping itu,

Puji Santosa, dkk. (2007: 3.19) mengutarakan bahwa melalui membaca

permulaan ini, diharapkan siswa mampu mengenali huruf, suku kata, kata,

kalimat, dan mampu membaca dalam berbagai konteks.

Berikutnya, Soenjono Dardjowidjojo (2005: 300) berpendapat bahwa

membaca tahap pemula adalah tahap mengubah manusia dari tidak dapat

membaca menjadi dapat membaca. Pada tahap ini, anak perlu memperhatikan

dua hal, yaitu: (1) keteraturan bentuk dan (2) pola gabungan huruf. Bader,

1988 (dalam Amitya Kumara, 2014: 5) menjelaskan bahwa kemampuan

membaca awal yang dipelajari oleh anak adalah kemampuan decoding. Anak

membutuhkan kemampuan decoding untuk mampu membaca kata dengan

benar.

Menurut Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996/1997: 50) pembelajaran

membaca di kelas I dan kelas II itu merupakan pembelajaran membaca tahap

awal. Kemampuan membaca yang diperoleh siswa di kelas I dan kelas II

(28)

12

Di kelas I, pembelajaran membaca permulaan ditekankan pada kemampuan

membaca teknik yang masih terbatas pada kewajaran lafal dan intonasi

(Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 1996/1997: 122).

Selanjutnya, Dalman (2014: 73) menyatakan bahwa membaca

permulaan dianggap sebagai membaca tingkat dasar yang mengutamakan

kegiatan jasmani atau fisik. Kegiatan yang dilakukan berupa menyuarakan

lambang-lambang bahasa tulis serta menangkap makna yang berada di balik

lambang-lambang tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa hakikat

membaca permulaan adalah membaca tingkat dasar yang ditekankan pada

kemampuan pengenalan huruf, suku kata, kata dan kalimat serta kemampuan

menyuarakannya dengan lafal dan intonasi yang wajar.

3. Tujuan Membaca Permulaan

Menurut Herusantosa (dalam Saleh Abbas 2006: 103) tujuan

pembelajaran membaca menulis permulaan adalah sebagai berikut.

a. Pembinaan dasar-dasar mekanisme membaca;

b. Mampu memahami dan menyuarakan kalimat sederhana yang ditulis dengan intonasi yang wajar; dan

c. Anak dapat membaca dan menulis kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat dalam waktu yang relatif singkat.

Selanjutnya, Wardani (1995: 56) menyatakan bahwa tujuan utama dari

membaca menulis permulaan adalah agar anak dapat mengenal tulisan

sebagai lambang atau simbol bahasa sehingga anak-anak dapat menyuarakan

(29)

Sejalan dengan pendapat tersebut, Sabarti Akhadiah M. K., dkk.

(1992/1993: 31) mengemukakan bahwa tujuan membaca permulaan adalah

agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan

intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Berikutnya,

Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996/1997: 122) mengatakan bahwa tujuan

pembelajaran pada tahap membaca permulaan di kelas I ini, terutama

ditekankan pada kemampuan membaca teknik yang masih terbatas pada

kewajaran lafal dan intonasi.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat dinyatakan bahwa

tujuan membaca permulaan adalah agar anak dapat memahami dan

menyuarakan tulisan dengan intonasi dan lafal yang wajar.

4. Manfaat Membaca Permulaan

Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996/1997: 50) mengatakan bahwa

kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat

berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Kemampuan membaca

permulaan harus sudah dikuasai siswa sejak semester satu kelas 1 SD untuk

kelancaran proses pembelajaran dalam semua bidang studi (Amitya Kumara,

dkk. 2014: 57). Kemampuan membaca yang tidak dikuasai lebih dahulu oleh

siswa akan berdampak pada kelambanan penguasaan materi pelajaran

lainnya.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa manfaat

(30)

14

tingkat lanjut dan untuk membantu kelancaran siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran pada semua bidang studi.

5. Unsur-unsur Membaca Permulaan

Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996/1997: 123) menyebutkan

butir-butir yang perlu diperhatikan dalam evaluasi pembelajaran membaca di kelas

I SD. Butir-butir tersebut adalah sebagai berikut.

a. Ketepatan menyuarakan tulisan

b. Kewajaran lafal

c. Kewajaran intonasi

d. Kelancaran

e. Kejelasan suara

f. Pemahaman isi/makna bacaan.

Selanjutnya Amitya Kumara, dkk. (2014: 6) memaparkan bahwa pada

tahap membaca awal anak harus mampu atas hal-hal berikut ini.

a. Mengembangkan kemampuan asosiatif yaitu kemampuan mengaitkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, contoh: kaitan apa yang telah diucapkan anak dengan simbolnya dalam bentuk huruf. b. Kematangan kemampuan neurobiologi yaitu kemampuan

memanfaatkan memori serial yaitu mengelola berbagai informasi yang masuk.

c. Menguasai sistem fonologi bahasa tersebut, artinya anak secara intuitif mampu melakukan kombinasi bunyi, cara menuliskan, dan mampu membacanya.

d. Menguasai sintaksis, artinya dalam struktur bacaan ada Subjek-Predikat-Objek.

(31)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, unsur-unsur membaca

permulaan dapat dimodifikasi menjadi kejelasan lafal, ketepatan intonasi,

kelancaran, keberanian, dan kewajaran sikap saat membaca.

6. Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Permulaan

Ada beberapa prosedur/langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran

membaca permulaan. Sabarti Akhadiah M.K., dkk. (1992/1993: 34-38)

menyebutkan langkah-langkah pembelajaran membaca permulaan adalah

sebagai berikut.

a. Langkah I

Pada langkah pertama, yang perlu dilakukan adalah menentukan tujuan

pokok bahasan yang akan diberikan. Tujuan ini dapat diambil dari GBPP.

b. Langkah II

Langkah ini adalah langkah mengembangkan bahan pengajaran. Dalam

mengembangkan bahan pengajaran, perlu diperhatikan huruf apa saja

yang telah diajarkan. Setelah itu, tentukan kata-kata yang akan anda

tuliskan pada kartu kalimat. Selain itu, perlu disediakan juga kartu-kartu

kata dan huruf.

c. Langkah III

Setelah bahan pelajaran dan bahan latihan disusun, perlu dipikirkan

bagaimana cara menyampaikannya, bagaimana urutan pemberian

bahan-bahannya, dan bagaimana cara mengaktifkan siswa. Pada tahap ini, perlu

juga ditentukan metode yang akan digunakan dalam pembelajaran

(32)

16 d. Langkah IV

Selanjutnya adalah tahap latihan. Guru dapat membuat kombinasi baru,

baik dengan kata maupun suku kata dan huruf. Hal ini mudah dilakukan

dengan menggunakan kartu-kartu yang tersedia. Siswa juga dapat diajak

bermain dengan kartu-kartu tersebut misalnya membentuk suku kata,

kata, atau pun kalimat. Kegiatan latihan dengan kartu ini dapat dilakukan

dalam kelompok.

e. Langkah V

Untuk memantau apakah siswa telah mencapai tujuan yang telah

ditetapkan, guru membuat tes formatif. Dalam hal ini guru dapat

menggunakan berbagai cara, misalnya menyuruh siswa membaca kalimat

baru yang menggunakan huruf-huruf yang sudah diajarkan, memasangkan

kartu kalimat di bawah gambar-gambar, atau memberikan gambar yang

tepat untuk kalimat yang tersedia.

Langkah-langkah pembelajaran membaca permulaan pada penelitian ini

didasarkan pada pendapat Sabarti Akhadiah M. K., dkk. (1992/1993: 34-38)

yaitu meliputi:

a. langkah I: menentukan tujuan;

b. langkah II: mengembangkan bahan pengajaran;

c. langkah III: merencanakan kegiatan pembelajaran;

d. langkah IV: memberikan latihan pada siswa;

(33)

7. Metode Pembelajaran Membaca Permulaan

Ada beberapa metode pembelajaran membaca permulaan, diantaranya

yaitu: (1) metode abjad, (2) metode bunyi, (3) metode kupas rangkai suku

kata, (4) metode kata lembaga, (5) metode global, dan (6) metode struktural

analitik sintetik (SAS) (Akhadiah dalam Darmiyati Zuchdi dan Budiasih,

1996/1997: 53). Penjelasan dan contoh penerapan metode-metode tersebut

adalah sebagai berikut.

a. Metode Abjad dan Metode Bunyi

Pada metode abjad, pelajaran membaca dimulai dengan

pengenalan abjad “a”, “be”, “ce”, “de” dan seterusnya. Pada metode

bunyi, pelaksanaanya hampir sama dengan metode abjad. Akan tetapi,

huruf-huruf tidak disebut dengan nama abjadnya, melainkan dengan

bunyinya.

Menurut Akhadiah (dalam Darmiyati Zuchdi dan Budiasih

1996/1997: 53) metode abjad dan metode bunyi merupakan

metode-metode yang sudah sangat tua. Dalam penerapannya, kedua metode-metode

tersebut sering menggunakan kata-kata lepas. Contoh penerapannya

sebagai berikut.

1) Metode abjad: bo-bo --- bobo

la-ri --- lari

2) Metode bunyi: na-na --- nana

(34)

18

b. Metode Kupas Rangkai Suku Kata dan Metode Kata Lembaga

Metode kupas rangkai suku kata dan metode kata lembaga, dalam

penerapannya menggunakan cara mengurai dan merangkaikan. Contoh

penerapannya adalah berikut ini.

1) Metode kupas rangkai suku kata

Cara untuk memperkenalkan huruf kepada siswa, suku kata yang sudah

dikenal oleh siswa diuraikan menjadi huruf, kemudian huruf dirangkai

lagi menjadi suku kata. Contoh:

ma  m – a  m – a  ma 2) Metode kata lembaga:

Contoh:

bola – bo-la --- b-o-l-a ---- bo-la --- bola

Guru menyajikan kata-kata: kata-kata yang digunakan adalah kata yang

sudah dikenal oleh siswa. Kata tersebut diuraikan menjadi suku kata,

suku kata diuraikan menjadi huruf. Setelah itu huruf dirangkai lagi

menjadi suku kata, dan suku kata dirangkai menjadi kata.

c. Metode Global

Dalam penerapannya, metode ini memperkenalkan kepada siswa

beberapa kalimat, untuk dibaca. Sesudah siswa dapat membaca

kalimat-kalimat itu, salah satu di antaranya dipisahkan untuk dikaji, dengan cara

menguraikannya atas kata, suku kata, huruf-huruf. Sesudah siswa dapat

(35)

terbentuk suku kata, suku-suku menjadi kata, dan kata-kata menjadi kalimat

lagi. Contohnya sebagai berikut.

Siswa membaca kalimat berikut ini:

ini nani

ini nina

ini nana

ini nini

Setelah kalimat-kalimat tersebut dibaca oleh siswa, lalu salah satu kalimat

dikaji. Misalnya pada kalimat “ini nani”. Kalimat tersebut diuraikan menjadi berikut ini.

ini nani

ini nani

i – ni na – ni

i – n – i n – a – n – i i – ni na – ni

ini nani

ini nani

d. Metode Struktur Analitik Sintetik (SAS)

Pelaksanaan metode SAS dibagi dalam dua tahap. Dua tahap tersebut

meliputi tahap tanpa buku dan tahap menggunakan buku. Contohnya adalah

sebagai berikut.

Pada tahap tanpa buku, pembelajaran dilaksanakan dengan cara-cara

(36)

20 (1) Merekam bahasa siswa

Guru merekam bahasa yang digunakan siswa sehari-hari sebagai bahan

bacaan. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak akan mengalami kesulitan

karena bahasa yang ada dalam bacaan adalah bahasa siswa sendiri.

(2) Menampilkan gambar sambil bercerita

Dalam hal ini, guru memperlihatkan gambar kepada siswa sambil bercerita

sesuai dengan gambar tersebut. Kalimat yang digunakan guru untuk bercerita

digunakan juga sebagai pola dasar bahan membaca. Contoh: guru

memperlihatkan gambar seorang anak sedang menyiram tanaman, sambil

bercerita. Kalimat cerita ditulis di papan tulis dan digunakan sebagai bahan

bacaan.

Gambar 1. Anak sedang menyiram tanaman

ini tini.

tini sedang di kebun.

tini menyiram bunga.

(3) Membaca gambar

Contoh: guru memperlihatkan gambar seorang

anak sedang berenang, sambil mengucapkan

kalimat, “ini toni”. Siswa melanjutkan membaca

gambar tersebut dengan bimbingan guru.

(4) Membaca gambar dengan kartu kalimat Gambar 2. Anak

(37)

Setelah siswa dapat membaca gambar dengan lancar, guru menempatkan

kartu kalimat di bawah gambar. Untuk memudahkan pelaksanaannya dapat

digunakan media berupa papan selip atau papan flanel, kartu kalimat, kartu

kata, kartu huruf, dan kartu gambar. Dengan menggunakan kartu-kartu dan

papan selip atau papan flanel, untuk menguraikan dan menggabungkan

kembali akan lebih mudah.

Contoh:

ini toni ini papa toni

ini tini ini mama tini

(5) Membaca kalimat secara struktural (s)

Setelah siswa mulai dapat membaca tulisan di bawah gambar, sedikit

demi sedikit gambar dikurangi sehingga akhirnya mereka dapat membaca

tanpa dibantu gambar. Dalam kegiatan ini yang digunakan kartu-kartu

kalimat serta papan selip atau papan flanel. Dengan dihilangkannya gambar

maka yang dibaca siswa adalah kalimat:

(38)

22 ini toni

ini papa toni

ini tini

ini mama tini

(6) Proses analitik (A)

Sesudah siswa dapat membaca kalimat, mulailah menganalisis kalimat

itu menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf. Contohnya

sebagai berikut.

ini toni

ini toni

i - ni to - ni

i - n - i t - o - n - i

(7) Proses sintetik (S)

Setelah siswa mengenal huruf-huruf dalam kalimat yang diuraikan,

huruf-huruf itu dirangkaikan lagi menjadi suku kata, suku menjadi kata, dan

kata menjadi kalimat seperti semula. Contohnya adalah sebagai berikut.

i - n - i t - o - n - i

i - ni to - ni

ini toni

ini toni

(39)

ini toni

ini toni

i - ni to - ni

i - n - i t - o - n - i

i - ni to - ni

ini toni

ini toni

Dalam penelitian ini, metode pembelajaran membaca permulaan

difokuskan pada metode SAS.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Permulaan

Kemampuan membaca dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut

Soenjono Dardjowidjojo (2005: 300) kemampuan anak untuk memahami

akan adanya keteraturan bentuk huruf mempunyai prasyarat yang sifatnya

psikologis dan neruologis. Prasyarat yang sifatnya psikologis meliputi atensi,

motivasi dan kemampuan asosiatif. Sedangkan dari segi neurologis, anak

tidak akan mungkin dapat mulai membaca sebelum neuro-biologinya

memungkinkannya.

Wulan (dalam Amitya Kumara, dkk. 2014: 54-55) mengatakan bahwa

ada tiga faktor yang memengaruhi kemampuan kelancaran membaca.

Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Inteligensi

Agar anak dapat membaca dengan lancar dan memahami isi bacaan, anak

(40)

24

usianya. Dengan kata lain, inteligensi seorang anak harus normal agar ia

dapat membaca dan memahami isi bacaan dengan baik. Namun demikian,

inteligensi yang tinggi belum tentu diikuti kemampuan membaca yang lebih

baik..

2. Kondisi Fisiologis

Faktor fisiologis, antara lain, ialah apabila terdapat gangguan pada alat

bicara, alat pendengaran, dan alat penglihatan yang dapat memperlambat

kemajuan belajar membaca anak (Rahim, dalam Amitya Kumara, dkk.

2014: 55).

3. Faktor Eksternal

Bannatyne, Burns, Roe dan Ross dalam Wulan (dalam Amitya Kumara,

dkk. 2014: 55) menyebutkan bahwa faktor eksternal, seperti pengajaran,

fasilitas yang tersedia, dan keterampilan sosial akan memengarui

kemampuan dan kelancaran membaca, termasuk metode atau program yang

diberikan kepada siswa dalam membaca.

Sementara itu, pendapat lain menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi membaca meliputi faktor fisiologis, intelektual, lingkungan, dan

psikologis, Lamb dan Arnold (dalam Farida Rahim, 2008: 16). Adapun

faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.

1. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan

jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan

(41)

2. Faktor Intelektual

Penelitian Ehansky (1968) dan Muehl dan Forrell (1973) yang dikutip oleh

Harris dan Sipay (1980) (dalam Farida Rahim, 2008: 17) menunjukkan

bahwa secara umum ada hubungan positif (tetapi rendah) antara kecerdasan

yang diindikasikan oleh IQ dengan rata-rata peningkatan remedial membaca.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa keberhasilan anak dalam membaca

permulaan tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh inteligensi anak.

3. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Latar belakang dan pengalaman anak di rumah

Farida Rahim (2008: 18) mengemukakan bahwa lingkungan dapat

membentuk pribadi, sikap, nilai dan kemampuan bahasa anak. Suasana di

rumah mempengaruhi pribadi dan penyesuaian diri anak di masyarakat.

Kondisi tersebut juga berpengaruh terhadap belajar membaca anak, baik

dapat membantu atau justru menghalangi. Anak yang tinggal dalam

keluarga yang harmonis, penuh kasih sayang tidak akan menemukan

kendala yang berarti dalam membaca.

Rumah juga berpengaruh terhadap sikap anak terhadap buku dan

membaca. Orang tua yang gemar membaca, mengoleksi buku,

menghargai membaca, dan senang membacakan cerita untuk anak-anak

mereka, umumnya menghasilkan anak-anak yang gemar membaca. Minat

orang tua yang tinggi terhadap kegiatan sekolah anaknya, akan memacu

(42)

26 b. Faktor sosial ekonomi

Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa status sosioekonomi siswa

mempengaruhi kemampuan verbal siswa. Semakin tinggi status

sosioekonomi siswa semakin tinggi kemampuan verbal siswa. Anak-anak

yang mendapat contoh bahasa yang baik dari orang dewasa serta orang

tua yang berbicara dan mendorong anak-anak mereka berbicara akan

mendukung perkembangan bahasa dan inteligensi anak, Farida Rahim

(2008: 19).

4. Faktor Psikologis

Faktor psikologis dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Motivasi

Dimyati dan Mudjiono (2006: 42) berpendapat bahwa motivasi

adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.

Selanjutnya, Farida Rahim (2008: 19) mengatakan bahwa motivasi

adalah faktor kunci dalam belajar membaca.

Kunci motivasi adalah guru harus mendemonstrasikan kepada

siswa praktik pengajaran yang relevan dengan minat dan pengalaman

anak sehingga anak memahami belajar itu sebagai suatu kebutuhan.

Berikutnya, Soenjono Dardjowidjojo (2005: 300) mengungkapkan bahwa

atensi dan motivasi merupakan bekal kognitif yang perlu sudah tumbuh

untuk dapat mengembangkan kemampuan membaca. Sementara itu,

(43)

siswa yang memiliki motivasi tinggi, yaitu

sebagai berikut.

1) Adanya kualitas keterlibatan siswa dalam belajar yang sangat tinggi;

2) Adanya perasaan dan keterlibatan afektif siswa yang tinggi dalam belajar;

3) Adanya upaya siswa untuk senantiasa memelihara atau menjaga agar senantiasa memiliki motivasi belajar tinggi.

Agar siswa termotivasi dalam belajar, penyampaian materi dalam

pembelajaran hendaknya terstruktur sesuai dengan tingkat perkembangan

kognitif siswa (Farida Rahim, 2008: 22). Eanes dalam Farida Rahim

(2008: 24) menyarankan berbagai kegiatan yang bisa memotivasi siswa

membaca. Kegiatan tersebut adalah sebagai berikut.

1) Menekankan kebersamaan dan kebaruan (novelty)

2) Membuat isi pelajaran relevan dan bermakna melalui kontroversi

3) Mengajar dengan fokus antarmata pelajaran

4) Membantu siswa memprediksi dan melatih mereka membuat sendiri pertanyaan tentang bahan bacaan yang dibacanya 5) Memberikan wewenang kepada siswa dengan memberikan

pilihan-pilihan

6) Memberikan pengalaman belajar yang sukses dan menyenangkan

7) Memberikan umpan balik yang positif sesegera mungkin 8) Memberikan kesempatan belajar mandiri

9) Meningkatkan tingkat perhatian

10) Meningkatkan keterlibatan siswa dalam belajar.

b. Minat

Farida Rahim (2008: 28) mendefinisikan minat baca sebagai keinginan

yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang yang

(44)

28

untuk mendapat bahan bacaan, kemudian membacanya atas kesadaran

sendiri.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan minat

anak, yaitu sebagai berikut.

1) Pengalaman sebelumnya 2) Konsepsinya tentang diri 3) Nilai-nilai

4) Mata pelajaran yang bermakna 5) Tingkat keterlibatan tekanan

6) Kekompleksitasan materi pelajaran (Frymeir dalam Crawley dan Mountain dalam Farida Rahim, 2008: 28).

c. Kematangan sosio dan emosi serta penyesuaian diri

Terdapat tiga aspek kematangan emosi dan sosial, yaitu stabilitas

emosi, kepercayaan diri dan kemampuan berpartisipasi dalam kelompok.

Seorang siswa harus mempunyai pengontrolan emosi pada tingkat tertentu.

Anak-anak yang mudah marah, menangis, atau bereaksi secara berlebihan

ketika mereka tidak mendapatkan sesuatu, atau menarik diri, atau

mendongkol akan mendapat kesulitan dalam pelajaran membaca.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan membaca permulaan

diantaranya meliputi faktor fisiologis, intelektual, psikologis dan faktor

eksternal. Penelitian ini lebih memfokuskan faktor psikologis yang

mencakupi motivasi dan minat membaca; dan faktor eksternal meliputi media

(45)

C. Media Kartu Kata Bergambar

1. Pengertian Media Kartu Kata Bergambar

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia „kartu‟ diartikan sebagai

kertas tebal berbentuk persegi panjang (untuk berbagai keperluan).

Sedangkan gambar adalah wujud tiruan dari segala sesuatu seperti orang,

satwa, tumbuhan, berbagai ide dan solusi yang ada atau tidak ada di alam

nyata yang dapat dibuat dengan menggunakan suatu alat tertentu untuk

membuat coretan (outline) pada media tradisional mau pun media baru (M. S.

Gumelar, 2015: 10). Berikutnya, Hastuti (dalam Dadan Djuanda, 2006: 104)

berpendapat bahwa melalui gambar siswa dapat menerjemahkan ide-ide

abstrak dalam bentuk lebih realistis.

Media kartu kata bergambar merupakan salah satu media yang tepat

diterapkan agar anak lebih mudah memahami materi pembelajaran (Apriana

Dewi, Siti Zulaikha dan Wayan Sujana, 2014: 4). Dalam hal ini, materi

pembelajaran berkaitan dengan aktivitas membaca. Melalui media kartu kata

bergambar anak dapat secara langsung melihat gambar dan memahami kata

yang terdapat pada kartu. Sejalan dengan hal tersebut, Azhar Arsyad (2009:

120-121) mengatakan bahwa kartu yang berisi gambar-gambar (benda-benda,

binatang, dan sebagainya) dapat digunakan untuk melatih siswa mengeja dan

memperkaya kosa kata. Kartu-kartu tersebut menjadi petunjuk dan

(46)

30

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa media

kartu kata bergambar adalah media dua dimensi berupa kertas tebal berbentuk

persegi panjang berisi gambar disertai kata yang berkaitan dengan gambar.

2. Karakteristik Kartu Kata Bergambar

Ahmad Susanto (2011: 108) menjelaskan bahwa kartu kata bergambar

merupakan salah satu media yang mengembangkan aspek kemampuan

membaca, dengan cara menampilkan gambar disertai kata yang menerangkan

nama gambar untuk membantu anak mengenal susunan huruf dan

meresponnya secara lisan maupun tertulis. Berdasarkan pendapat tersebut,

dapat diketahui bahwa media kartu kata bergambar berisi gambar yang

disertai kata yang menerangkan atau menjelaskan gambar.

Dalam penelitian ini, media kartu kata bergambar digunakan bersama

media lain yang menunjang pembelajaran membaca permulaan, yaitu

meliputi kartu gambar, kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata dan kartu

kalimat sederhana. Media ini digunakan dengan menggunakan papan flanel

untuk menempel. Selain itu media ini juga digunakan melalui sebuah

permainan. Seri kartu kata bergambar bermacam-macam sesuai dengan tema

dan subtema yang diajarkan.

3. Kelebihan Media Kartu Kata Bergambar

Media kartu kata bergambar memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan

kartu kata bergambar sebagai media gambar menurut Wina Sanjaya (2011:

214) diantaranya yaitu sifatnya konkret, lebih realistis dibandingkan dengan

(47)

untuk usia muda maupun tua; murah harganya dan tidak memerlukan

peralatan khusus dalam penyampaiannya.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Arief S. Sadiman, dkk. (2006: 29)

menyebutkan beberapa kelebihan media gambar foto yang lain dijelaskan di

bawah ini.

1. Sifatnya konkret.

2. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.

3. Media gambar/foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.

4. Foto dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk

tingkat usia berapa saja.

5. Foto harganya murah dan mudah didapat serta digunakan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa

kelebihan media kartu kata bergambar sebagai media gambar diantaranya

meliputi: (1) media bersifat konkret, sehingga dapat membangkitkan motivasi

dan minat siswa terhadap materi pembelajaran; (2) dapat mengatasi batasan

ruang dan waktu; (3) dapat mengatasi batasan pengamatan; (4) dapat

memperjelas masalah apa saja dan untuk usia berapa saja; dan (5) harganya

murah dan mudah digunakan, sehingga memudahkan guru dan siswa.

D. Proses Pembelajaran Menggunakan Media Kartu Kata Bergambar

Proses pembelajaran menggunakan media kartu bergambar dalam

penelitian ini diawali dengan penyusunan tujuan pembelajaran. Selanjutnya,

guru mengembangkan bahan pengajaran. Dalam mengembangkan bahan

(48)

32

media kartu kata bergambar dan media lain yang menunjang proses

pembelajaran, seperti papan flanel, kartu gambar, kartu huruf, kartu suku

kata, kartu kata dan kartu kalimat sederhana.

Setelah tujuan pembelajaran disusun dan bahan pengajaran disiapkan,

dilanjutkan proses perencanaan kegiatan pembelajaran. Kegiatan

pembelajaran diawali dengan pengondisian siswa. Pengondisian siswa dapat

dilakukan dengan melakukan apersepsi seperti mengajak siswa bernyanyi,

bercerita, bertanya-jawab dan sebagainya. Setelah pengondisian, guru

menyampaikan pada siswa tentang tema yang akan dipelajari dan tujuan yang

akan dicapai.

Selanjutnya, kegiatan inti. Pada kegiatan inti, hal pertama yang

dilakukan guru adalah menunjukkan sebuah kartu kata bergambar pada siswa.

Siswa dan guru bertanya jawab tentang kartu kata bergambar yang

ditunjukkan guru. Berikutnya, siswa membaca tulisan kata “mata” yang terdapat pada kartu tersebut secara klasikal dengan bimbingan guru. Proses

membaca diawali dengan membaca huruf per huruf, suku kata per suku kata,

kemudian membaca kata tersebut. Selain itu, guru juga mencontohkan dan

membimbing siswa untuk membaca dengan sikap/posisi tubuh yang benar.

Lalu, guru bertanya pada siswa tentang hal yang berkaitan dengan

benda yang terdapat pada kartu kata bergambar tersebut. Misalnya, guru

bertanya pada siswa tentang bagian tubuh manusia selain mata. Jawaban

siswa akan bermacam-macam. Selanjutnya, siswa diminta menempel kartu

(49)

membaca kata yang terdapat pada kartu kata bergambar. Setelah itu, kartu

kata bergambar dilepas dan ditumpuk.

Selanjutnya, siswa menyanyikan sebuah lagu untuk mengawali

permainan. Siswa menyanyikan lagu sambil mengestafetkan tumpukan kartu

kata bergambar. Siswa berhenti bernyanyi ketika guru mengatakan “Stop”.

Siswa yang terakhir memegang tumpukan kartu saat guru mengatakan “Stop” wajib mengocok kartu dan mengambil salah satu kartu. Siswa tersebut juga

wajib membaca kata yang terdapat pada kartu kata bergambar. Begitu

seterusnya hingga tumpukan kartu kata bergambar habis.

Berikutnya, kartu kata bergambar ditempel kembali pada papan flannel.

Siswa menempel kartu kalimat di samping masing-masing kartu kata

bergambar yang sesuai. Guru meminta siswa membaca kalimat-kalimat

tersebut. Berikutnya, guru melepaskan kartu kata bergambar dari papan

flanel, sedangkan kartu kalimat tetap dibiarkan pada tempatnya. Siswa

diminta membaca kalimat-kalimat tersebut. Setelah itu, siswa bersama guru

menguraikan kalimat menjadi kata. Siswa menempel kartu-kartu kata di

papan flanel. Siswa membaca masing-masing kata. Lalu, kata diuraikan

menjadi suku kata, dan suku kata diuraikan menjadi huruf. Setelah siswa

diajarkan membaca kata, suku kata, dan huruf, siswa bersama guru

menggabungkan kembali huruf-huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi

kata, dan kata menjadi kalimat sederhana.

Selanjutnya, siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 6 siswa.

(50)

34

Masing-masing kelompok menjodohkan kartu kata dan kartu gambar yang

sesuai, kemudian menempelkannya pada kolom yang telah disediakan.

Setelah selesai, siswa bersama guru mengoreksi bersama.

Kegiatan yang terakhir adalah kegiatan refleksi dan evaluasi. Kegiatan

refleksi dapat dilakukan dengan mengajak siswa untuk membaca kalimat

dengan kata-kata yang sudah dipelajari. Sedangkan pada kegiatan evaluasi,

guru dapat meminta setiap siswa untuk membaca sebuah kalimat sederhana

secara bergiliran. Setelah itu, siswa diminta untuk mengekspresikan

perasaannya setelah mengikuti pembelajaran.

E. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian oleh Ririn Nur Hidayati yang berjudul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan Menggunakan Media

Kartu Kata Bergambar Siswa Kelas I SD Negeri 2 Kalipetir Pengasih Kulon

Progo DIY Tahun Ajaran 2010/2011” hasilnya bahwa menggunakan media

kartu kata bergambar dapat meningkatkan keterampilan membaca permulaan

siswa.

F. Kerangka Pikir

Kemampuan membaca merupakan kemampuan berbahasa yang harus

dimiliki oleh siswa selain kemampuan menyimak, berbicara dan menulis.

Kemampuan membaca sangat diperlukan siswa untuk mempelajari semua

materi pelajaran. Di kelas I, siswa sudah harus menguasai kemampuan

(51)

Kemampuan membaca permulaan siswa kelas I SD Negeri Gembongan

masih rendah. Nilai rata-rata kelas dalam membaca baru mencapai 54. Dalam

proses pembelajaran siswa kurang aktif, kurang memperhatikan dan lekas

bosan. Siswa lebih sering bermain dan berbicara dengan temannya daripada

memperhatikan dan terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

Melihat hal seperti ini, peneliti mencoba untuk meningkatkan

kemampuan membaca permulaan siswa kelas I SD Negeri Gembongan.

Untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan, proses pembelajaran

permulaan di kelas I juga perlu ditingkatkan. Proses pembelajaran membaca

permulaan di kelas I perlu didesain sedemikian rupa dengan memperhatikan

beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan membaca permulaan

siswa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca permulaan

meliputi faktor fisiologis, intelektual, psikologis, dan faktor eksternal.

Penelitian ini lebih memfokuskan pada faktor psikologis dan faktor eksternal.

Faktor psikologis diantaranya mencakupi motivasi dan minat membaca.

Sementara faktor eksternal difokuskan pada media pembelajaran dan proses

pembelajaran.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, guru dapat menggunakan media

pembelajaran yang menarik untuk mendukung proses pembelajaran membaca

permulaan. Media pembelajaran membaca permulaan yang dapat digunakan

salah satunya adalah media kartu kata bergambar. Media ini sangat menarik

(52)

36

disertai tulisan yang jelas, sehingga dapat memotivasi siswa dan membantu

pemahaman siswa dalam belajar membaca permulaan.

Penggunaan media kartu kata bergambar dalam proses pembelajaran

membaca permulaan dilakukan melalui permainan dan bimbingan. Dengan

menerapkan permainan dalam pembelajaran, siswa akan lebih terlibat aktif

dalam pembelajaran. Siswa juga akan lebih memperhatikan pembelajaran dan

tidak akan lekas bosan. Melalui bimbingan, siswa akan dilatih dan diarahkan

oleh guru agar dapat membaca dengan benar dan lancar. Dengan menerapkan

proses pembelajaran yang demikian, maka kemampuan membaca siswa kelas

I akan meningkat optimal. Apabila kerangka pikir ini divisualisasikan dalam

[image:52.595.123.521.375.533.2]

sebuah bagan, maka seperti berikut ini.

Gambar 3. Bagan Kerangka Pikir Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Menggunakan Media Kartu Kata Bergambar

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan uraian serta permasalahan penelitian yang

dirumuskan dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut. Penggunaan

media kartu kata bergambar dapat meningkatkan proses pembelajaran

membaca permulaan dan meningkatkan kemampuan membaca permulaan

siswa kelas I SD Negeri Gembongan Sentolo Kulon Progo.

Kemampuan membaca permulaan siswa rendah

Melaui proses pembelajaran yang

menyenangkan

Dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor fisiologis, intelektual,

lingkungan, dan psikologis.

Media kartu kata bergambar Kemampuan membaca

permulaan siswa meningkat

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas

(classroom action research). Pardjono, dkk. (2007: 12) mengartikan

penelitian tindakan kelas sebagai salah satu jenis penelitian tindakan yang

dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas model

kolaboratif. Penelitian tindakan kelas kolaboratif merupakan model penelitian

tindakan kelas dimana di dalam proses penelitian terdapat kolaborasi antara

guru dengan peneliti. Dalam penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan guru

kelas I SD Negeri Gembongan. Guru berperan sebagai pihak yang melakukan

tindakan, sedangkan peneliti melakukan pengamatan terhadap

berlangsungnya proses tindakan.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I SD Negeri

Gembongan yang berjumlah 29, terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 12 siswa

perempuan.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas I SD Negeri Gembongan,

Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 pada bulan

(54)

38

D. Desain Penelitian

Desain penelitian menggunakan model yang dikembangkan oleh

Kemmis dan Mc. Taggart. Adapun alur pelaksanaan penelitian tindakan kelas

dalam setiap siklus dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 4. Desain Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc. Taggart

Empat komponen yang menunjukkan penelitian tindakan kelas yaitu

perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi

(reflecting). Adapun tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut.

1. Perencanaan (planning)

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menentukan fokus

penelitian. Selanjutnya guru mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran yang

telah berlangsung sebelumnya, mendata kelemahan-kelemahannya,

diidentifikasi dan dianalisis kelayakannya untuk diatasi dengan penelitian

tindakan kelas. Setelah itu peneliti merumuskan rencana tindakan yang

akan dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan proses

pembelajaran, perilaku, sikap, dan prestasi belajar siswa. Rencana yang

dibuat harus bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan

dalam pelaksanaannya.

Hal yang dilakukan peneliti dalam tahap ini adalah sebagai berikut.

Keterangan: Siklus I

1 = perencanaan I

2 = tindakan dan observasi I 3 = refleksi I

Siklus II

4 = perencanaan II

(55)

a. Menentukan materi pelajaran Bahasa Indonesia bersama guru.

b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bersama guru.

c. Menyiapkan media pembelajaran bersama guru.

d. Menyiapkan instrumen pengamatan berupa kisi-kisi penilaian

kemampuan membaca permulaan, dan lembar observasi aktivitas

siswa dalam proses pembelajaran.

2. Tindakan (acting)

Tahap ini adalah tahap melaksanakan tindakan berdasarkan rencana

tindakan yang telah direncanakan. Pelaksanaan tindakan berdasarkan

rencana yang tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah

disusun sebelumnya. Dalam hal ini, guru berperan sebagai pelaksana

tindakan, sedangkan peneliti sebagai pengamat proses berlangsungnya

tindakan.

Secara garis besar langkah-langkah tindakan yang akan dilaksanakan

adalah sebagai berikut.

a. Guru memberikan motivasi dan apersepsi pada siswa.

b. Guru menyampaikan tema dan tujuan pembelajaran.

c. Guru menunjukkan kartu kata bergambar pada siswa.

d. Guru membimbing siswa untuk membaca.

e. Guru mengajak siswa bermain menggunakan kartu kata bergambar.

f. Guru memberikan latihan membaca untuk siswa melalui kegiatan

(56)

40

g. Guru memberikan evaluasi mengenai kemampuan membaca

permulaan siswa.

3. Observasi (Observation)

Pada tahap ini, peneliti mengamati dan mencatat dampak atau hasil

dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Apakah

berdasarkan tindakan yang dilaksanakan itu memberikan pengaruh yang

meyakinkan terhadap perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran dan

kemampuan membaca permulaan siswa atau tidak. Pengumpulan data

dilakukan menggunakan format observasi/penilaian yang telah disusun.

4. Refleksi (Reflection)

Tahap refleksi adalah tahap mengkaji dan mempertimbangkan secara

menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang

terkumpul. Setelah itu, dilakukan evaluasi untuk menyempurnakan

tindakan berikutnya. Jika pada siklus pertama hasil penelitian belum

memuaskan maka akan dilakukan penelitian siklus ke dua. Pada siklus II

rencana pembelajaran sudah diperbaiki berdasarkan pertimbangan

kekurangan-kekurangan yang ada dalam siklus pertama.

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Observasi

Peneliti menggunakan observasi sistematis dan non sistematis. Observasi

(57)

instrumen pengamatan. Observasi ini digunakan untuk mengamati proses

pembelajaran dan kemampuan membaca permulaan yang sesuai dengan

indikator penilaian. Sedangkan observasi non sistematis dilakukan tanpa

menggunakan instrumen pengamatan.

2. Catatan lapangan

Peneliti mencatat semua peristiwa yang terjadi, yang didengar maupun

yang dilihat selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa data

jumlah siswa kelas I SD Negeri Gembongan, data tentang nilai

kemampuan membaca permulaan siswa dan foto kegiatan siswa saat

proses pembelajaran berlangsung.

F. Instrumen Penelitian

Dalam rangka pengumpulan data, pengukuran dilakukan dengan

menggunakan instrumen penelitian (Purwanto, 2012: 6). Instrumen yang

digunakan berupa kisi-kisi penilaian membaca permulaan siswa dan kisi-kisi

aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Untuk mendapatkan data tentang sejauh mana peningkatan kemampuan

membaca siswa menggunakan media kartu kata bergambar digunakan

[image:57.595.144.512.642.736.2]

kisi-kisi penilaian membaca permulaan siswa sebagai berikut.

Tabel 1. Kisi-kisi Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan

No. Variabel Indikator Skor Maksimal 1 Kemampuan Membaca

Permulaan

Kejelasan lafal 25

2 Ketepatan intonasi 25

3 Keberanian 20

4 Kelancaran 20

(58)

42

Kisi-kisi penilaian kemampuan membaca permulaan tersebut

berdasarkan modifikasi dari pendapat Darmiyati Zuchdi dan Budiasih dan

Amitya Kumara, dkk. Adapun rubrik penilaian kemampuan membaca

[image:58.595.142.526.208.611.2]

permulaan adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Rubrik Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan Aspek yang

Dinilai Deskripsi

Skor Maksimal

Kejelasan lafal

Mengucapkan lafal dengan sangat jelas. 25

Mengucapkan lafal dengan jelas tetapi terbata-bata. 20

Mengucapkan lafal dengan kurang jelas dan terbata-bata. 10

Mengucapkan lafal dengan tidak jelas. 5

Ketepatan intonasi

Mengucapkan kata dan kalimat dengan nada, irama dan jeda

yang sangat tepat. 25

Mengucapkan kata dan kalimat dengan nada, irama atau jeda

dengan tepat. 20

Mengucapkan kata dan kalimat dengan nada, irama dan jeda

dengan kurang tepat. 10

Mengucapkan kata dan kalimat dengan nada, irama atau jeda

dengan tidak tepat. 5

Keberanian

Membaca dengan sangat berani dan atas kemauan sendiri. 20

Membaca atas kemauan sendiri tetapi ragu-ragu. 15

Membaca dengan ragu-ragu dan bukan kemauan sendiri. 10

Tidak berani dan tidak mau membaca. 5

Kelancaran

Mengucapkan kata dan kalimat dengan sangat lancar. 20

Mengucapkan kata dan kalimat dengan lancar dan sedikit

Gambar

Gambar 3. Bagan Kerangka Pikir Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Menggunakan Media Kartu Kata Bergambar
Tabel 1. Kisi-kisi Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan Variabel Indikator Skor Maksimal
Tabel 2. Rubrik Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan
Tabel 3. Kisi-kisi Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian melalui penggunaan kartu bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca anak TK PGRI

Efektivitas penggunaan metode Bermain (kartu huruf dan gambar) untuk meningkatkan prestasi belajar membaca anak berkesulitan belajar membaca siswa kelasII sekolah

Penggunaan Media Kartu Suku Kata Bergambar dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Dini Anak Kelompok B TK Negeri Pembina Manggar ...57.. Peningkatan Kemampuan Membaca Dini

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa melalui media kartu kata bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah “Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan media kartu kata bergambar dapat meningkatkan kemampuan

Berdasarkan hasil analisis data secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa media kartu kata bergambar dapat meningkatkan kemampuan konsentrasi dalam membaca

Setelah pembelajaran menggunakan media kartu gambar hasil menunjukkan bahwa kemampuan membaca meningkat menjadi 87,38% meliputi: aspek kemampuan anak membaca gambar

Jurnal Pendidikan Tambusai 6117 Tabel 1 Rekapitur Data Kemapuan Membaca Pada AUD Melalui Media Kartu Bergambar No Pencapaian Presentase Kemampuan Membaca Jumlah Anak 1 Anak yang