• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI ANAK ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER DALAM MEMBACA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI ANAK ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER DALAM MEMBACA."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI ANAK ATTENTION DEFICIT

HYPERACTIVITY DISORDER DALAM MEMBACA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh:

Anggi Euis Siti Sa’adah 0607105

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGARUH MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI ANAK ATTENTION DEFICIT

HYPERACTIVITY DISORDER DALAM MEMBACA

Oleh

Anggi Euis Siti Sa’adah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Khusus

© Anggi Euis Siti Sa’adah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang – undang

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

ANGGI EUIS SITI SA’ADAH

0607105

PENGARUH MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI ANAK ATTENTION DEFICIT

HYPERACTIVITY DISORDER DALAM MEMBACA

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Drs. H. Maman Abdurahman SR, M.Pd

NIP. 19570613 198503 1 001

Pembimbing II

Dr. Iding Tarsidi, M.Pd

NIP. 19660104 199301 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus

(4)

ABSTRAK

PENGARUH MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI ANAK ATTENTION DEFICIT

HYPERACTIVITY DISORDER DALAM MEMBACA

(Anggi Euis Siti Sa’adah 0607105)

Subjek NF merupakan merupakan anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian yang seringkali ditemui pada anak. Gangguan Hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia tujuh tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif. Dengan kata lain, ia tidak bisa diam dalam waktu lama dan mudah teralihkan perhatiannya terhadap suara yang berada disekitarnya. Gangguan ADHD ini tentunya menggangu bahkan menghambat proses kegiatan belajar mengajar, sehingga guru sulit untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah direncanakan. Hambatan ini mengakibatkan kemampuan konsentrasinya terganggu. Subjek membutuhkan waktu yang sangat lama untuk bisa berkonsentrasi . Membaca merupakan hal yang cukup sulit untuk dipelajari subjek. Maka untuk dapat membaca permulaan, subjek memerlukan metode yang sesuai. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan media kartu kata bergambar dalm pembelajaran. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen Single Subject Research dengan desain A-B-A. Teknik pengumpulan data menggunakan tes lisan. Teknik analisis data menggunakan statistik deskiptif dan ditampilkan dalam bentuk grafik. Komponen-komponen yang dianalisis meliputi analisis dalam kondisi dan antar kondisi. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan subjek NF dalam konsentrasi membaca persentase

mean level kemampuan subjek NF yaitu pada fase baseline-1 (A-1) adalah sebesar

27,5%, meningkat pada saat fase intervensi (B) sebesar 41,125%, dan meningkat lagi pada saat fasebaseline-2 (A-2) sebesar 42%(hasil tersebut menunjukkan adanya perubahan positif yaitu perubahan terhadap kemampuan konsentrasi dalam membaca permulaan. Maka dapat disimpulkan bahwa pemberian intervensi media kartu kata bergambar dapat meningkatkan kemampuan konsentrasi dalam membaca pada subjek NF. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pendidik untuk dapat menjadikan media kartu kata bergambar sebagai salah satu alternatif media pembelajaran bagi anak ADHD.

(5)

ABSTRACT

THE WORDS CARD MEDIA EFFECT ON THE IMPROVEMENT OF

CONCENTRATION FOR CHILDREN WITH ATTENTION DEFICIT

HYPERACTIVITY DISORDER

(Anggi Euis Siti Sa’adah 0607105)

NF is the subject of a child with attention deficit disorder are often found in children . Hyperkinetic disorders in children is a disorder that arises during early development ( before the age of seven years ) with primary characteristic is not able to focus , hyperactivity and impulsivity . In other words , he can not sit still for a long time and easily distracted to sounds that are around . ADHD is certainly interfere with or impede the process of learning , so that teachers teaching is difficult to achieve the planned objectives . These barriers lead to impaired concentration ability . Subject requires a very long time to be able to concentrate . Reading is hard enough to learn the subject . So to be able to read the beginning , the subject requires a suitable method . One effort to do that is by using a media card picture word learning preformance . The method used is the Single Subject Research experiments with ABA design . Data collection techniques using oral tests . Using statistical data analysis techniques deskiptif and displayed in graphical form . The components are analyzed include the analysis and inter- state conditions. The results show the ability of NF subjects in the mean percentage concentration level reading ability is subject to the phase baseline NF - 1 ( A - 1 ) amounted to 27.5 % , increased during the intervention phase ( B ) of 41.125 % , and increased again during fasebaseline - 2 ( A - 2 ) by 42 % ( these results indicate a positive change is a change in the concentration of the ability to read the beginning . then it can be concluded that the administration of said picture card media interventions can improve concentration in reading on the subject of NF . study is expected can be input for educators to be able to make a picture says a media card as an alternative medium of learning for children with ADHD .

Key words : Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD), beginning of reading, the words card media

(6)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5

1. Tujuan Penelitian ... 5

2. Kegunaan Penelitian... 5

BAB II KONSENTRASI BELAJAR MEMBACA ANAK ADHD DENGAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR ... 7

A. Konsep Dasar Anak ADHD ... 7

B. Definisi Membaca ... 11

C. Media Kartu Kata Bergambar ... 14

1. Media Pembelajaran ... 14

2. Kartu Kata Bergambar ... 15

D. Kerangka Berfikir dan Penelitian yang Relevan ... 16

1. Kerangka Berfikir ...16

2. Penelitian yang Relevan ...17

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

A. Variabel Penelitian ... 18

1. Definisi Konsep Variabel ... 18

(7)

B. Metode Penelitian ... 20

C. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 22

1. Subjek Penelitian ... 22

2. Lokasi Penelitian ... 22

D. Prosedur Penelitian ... 22

E. Teknik Pengumpulan Data ... 24

F. Instrumen Penelitian ... 26

G. Uji Validitas ... 28

H. Tenik Pengolahan Data dan Analis Data ... 29

1. Pengolahan Data ... 30

2. Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Hasil Penelitian ... 34

a. Panjang Kondisi(Condition Length) ... 41

b. Estimasi Kecenderungan Arah ... 41

c. Kecenderungan Stabilitas ... 43

d. Kecenderungan Jejak Data ... 50

e. Level dan Batas Rentang ... 51

f. Level Perubahan( Level Change) ... 51

2. Analisis antar Kondisi ... 53

a. Jumlah Variabel yang Diubah ... 53

b. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya ... 53

c. Perubahan Kecenderungan Stabilitas ... 54

d. Perubahan Level Data ... 54

e. Presentase Overlap ... 54

C. Pembahasan ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 59

A. Kesimpulan ... 59

B. Rekomendasi ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

ADHD merupakan kependekan dari attention deficit hyperactivity disorder, (Attention = perhatian, Deficit = berkurang, Hyperactivity = hiperaktif, dan

Disorder = gangguan). Atau dalam bahasa Indonesia, ADHD berarti gangguan

pemusatan perhatian disertai hiperaktif. Sebelumnya, pernah ada istilah ADD, kependekan dari attention deficit disorder yang berarti gangguan pemusatan

perhatian. Pada saat ditambahkan 'hiperactivity/hiperaktif’ penulisan istilahnya

menjadi beragam. Ada yang ditulis ADHD, AD-HD, ada pula yang menulis ADD/H. Tetapi, sebenarnya dari tiga jenis istilah ini memberikan gambaran tentang suatu kondisi medis yang disahkan secara internasional mencakup disfungsi otak, di mana individu mengalami kesulitan dalam mengendalikan impuls, menghambat perilaku, dan tidak mendukung rentang perhatian atau rentang perhatian mudah teralihkan.

Jadi Anak ADHD merupakan anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian yang seringkali ditemui pada anak. Anak dengan gangguan ADHD tidak bisa berkomunikasi lebih lama dari lima menit. Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan Hiperkinetik. Gangguan Hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia tujuh tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa. Dengan kata lain, ia tidak bisa diam dalam waktu lama dan mudah teralihkan perhatiannya terhadap suara yang berada disekitarnya. Gangguan ADHD ini tentunya menggangu bahkan menghambat proses kegiatan belajar mengajar, sehingga guru sulit untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah direncanakan.

(9)

ditimbulkan dari pemberi pesan ataupun dari penerima pesan. Hambatan atau gangguan dalam peristiwa komunikasi itu bisa bermacam-macam. Dalam proses pengajaran hambatan itu dapat diakibatkan karena keterbatasan peserta didik secara fisik maupun psikologis, Cultural maupun lingkungan. Gangguan ADHD merupakan salah satu yang menghambat konsentrasi anak untuk belajar, dengan konsentrasi yang tinggi perhatian para anak akan fokus pada kegiatan pembelajaran, sehingga akan berpengaruh positif pada proses dan hasil belajarnya. Untuk meredam, memperkecil, mengatasi, atau menghilangkan beragam keterbatasan dalam komunikasi itu.

Mendidik anak untuk bisa menjadi pintar mungkin bisa dilakukan oleh siapa saja. Tetapi mendidik anak untuk mempunyai emosi yang stabil, tidak semua orang bisa melakukannya. Dibutuhkan orang tua dan guru yang sabar, serius, ulet, serta mempunyai semangat dedikasi tinggi dalam memahami dinamika kepribadian anak.

Hasil observasi awal pada anak ADHD disekolah inklusi SD BPI, bahwa anak tersebut cenderung memperlihatkan hambatan dalam memusatkan perhatian (konsentrasi) serta menunjukan impulsifitas dan hiperaktif yang mempengaruhi pada kemampuan belajar membaca. Selain itu, anak ADHD tidak mampu duduk dengan tenang, dan kurang mempertahankan perhatiannya dalam jangka waktu lima menit pada saat pembelajaran membaca. Perhatiannya selalu tertuju pada lingkungan luar dan berusaha untuk lari mencari sumber suara.

Selalu mencoba untuk lari mengelilingi kelas tanpa tujuan, bahkan sering melamun ketika diberi tugas, sehingga menghambat proses pembelajarannya serta menghambat dalam menyerap informasi atau intruksi dari guru pada saat kegiatan belajar dan mengajar di kelas.

(10)

maka beberapa detik kemudian anak kembali berlari-lari lagi keliling ruang kelas sambil mengganggu temannya bahkan terkadang keluar kelas. Ketika teman-temannya belajar mewarnai atau menggambar maka anak itu akan meninggalkan kertas gambarnya dalam keadaan kosong atau dengan sedikit coretan yang terlihat asal-asalan. Selain itu ketika guru menjelaskan materi pembelajaran, maka anak ADHD tersebut tidak mendengarkan hingga selesai. Akibatnya materi tidak dapat diterima anak dengan baik. Hal tersebut terbukti dengan tidak mampunya anak dalam menjawab pertanyaan dari guru. Bahkan secara implisit guru anak ADHD tersebut mengajukan saran supaya anak tersebut sebaiknya dipindahkan ke sekolah lain yang dapat menanganinya dengan lebih baik.

Kondisi siswa yang demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena perilaku anak yang sulit untuk bersikap tenang, juga karena anak ADHD sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaran guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya. Selain itu juga, prestasi belajar anak ADHD juga tidak bisa maksimal.

Untuk itulah dibutuhkan suatu pendekatan untuk membantu anak ADHD tersebut supaya dapat memaksimalkan potensi diri dan meningkatkan prestasinya. Bentuk pendekatan tersebut yaitu dengan adanya bimbingan konseling berupa layanan atau treatment yang sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga dengan demikian, diharapkan setiap anak akan memperoleh haknya untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik tanpa terkecuali, karena pengajaran yang diberikan telah disesuaikan dengan kemampuan dan kesulitan yang dimilikinya.

Berdasarkan berbagai hambatan yang telah diuraikan di atasa maka, anak tersebut memiliki hambatan konsentrasi atau kesulitan dalam memusatkan perhatian yang dijabarkan dalam DSM-IV (Diagnostik and Statistical of Mental

Disorders ke IV). Untuk itu dalam permasalahan-permasalahan yang muncul

(11)

Kartu kata bergambar adalah kartu berisi/bertuliskan huruf-huruf, suku kata, dan kata, bahkan kalimat. Menurut Rose and Roc (1990) media kartu kata bergambar untuk latihan menyusun huruf menjadi suku kata, kemudian menjadi kata. Guru dapat menggunakan strategi permainan membaca misalkan dengan mencocokkan kata, mengucapkan kata, atau menemukan kata melalui kartu kata bergambar. Media kartu kata berisi kata-kata, atau gambar yang diperkenalkan oleh Glenn Doman seorang dokter ahli bedah otak dari Philadelfia. Gambar-gambar pada media kartu kata berGambar-gambar dikelompok-kelompokkan antara lain : seri binatang, buah-buahan, pakaian, warna, bentuk-bentuk angka dan sebagainya. Dari berbagai hambatan yang muncul pada anak ADHD yang diamati oleh peneliti, maka perlu dilakukan suatu upaya berupa membaca dengan media kartu kata bergambar dengan harapan dapat meningkatkan konsentrasi anak ADHD dalam pembelajaran membaca. Karena penggunaan media kartu kata bergambar adalah teknik yang dapat memberikan motivasi kepada anak.

Sesuai dengan jenjang pendidikan anak yang diamati, maka tahapan membaca yang akan diterapkan dengan media kartu kata bergambar adalah tahap membaca. Suku kata yang dipilih adalah kata-kata yang disukai anak. Misalnya, ko-dok, mo-bil, mo-tor , ku-da, pis-tol, se-pa-tu, se-pe-da , ke-re-ta, bo-ne-ka, le-ma-ri, dan seterusnya.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang bagaimana pengaruh media kartu kata bergambar terhadap peningkatan konsentrasi anak ADHD.

B. Identifikasi Masalah

Dari pemaparan pada latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

(12)

2. Media kartu kata bergambar dapat digunakan untuk meningkatkan konsentrasi anak ADHD karena meningkatkan motivasi anak dalam pembelajaran membaca.

3. Pembelajaran membaca merupakan materi yang penting bagi semua siswa termasuk anak ADHD. Sedangkan perilaku anak ADHD mempunyai kesulitan dalam berkonsentrasi sehingga dapat mempengaruhi penguasaan materi dalam pembelajaran membaca.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dalam penelitian ini masalah yang paling menonjol adalah siswa tidak bisa berkonsentrasi dalam waktu lama didalam pembelajaran. Untuk menghindari kesalah pahaman dalam menafsirkan masalah yang diteliti dan untuk memperjelas arah penelitian, maka peneliti membatasi masalah penelitian ini pada pengaruh media kartu kata bergambar terhadap peningkatan konsentrasi anak ADHD dalam membaca.

D.Rumusan Masalah

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian, maka masalah ini

dirumuskan sebagai berikut : “Apakah pengaruh media kartu kata bergambar membawa pengaruh terhadap peningkatan konsentrasi anak Attention Defisit

Hyperactivity Disorder “ dalam membaca.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan media kartu kata bergambar terhadap konsentrasi anak ADHD dalam membaca permulaan pada anak kelas 2 SD di SD BPI.

2. Kegunaan Penelitian

(13)

a. Bagi guru sebagai bahan masukan bagi sekolah khususnya guru yang menangani anak ADHD dalam meningkatkan mutu pengajaran untuk anak mampu berkonsentrasi dalam pembelajaran.

b. Bagi anak, sebagai bantuan pada anak yang mengalami ADHD untuk meningkatkan konsentrasi dalam pembelajaran membaca sebagai langkah awal untuk semangat anak belajar.

c. Bagi sekolah, selanjutnya sebagai bahan kajian ulang tentang pengunaan media kartu kata bergambar serta menemukan metode pembelajaran yang tepat untuk anak ADHD.

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Variabel Penelitian

1. Definisi Konsep Variabel

Variabel penelitian dapat diartikan sebagai (1) atribut mengenai sesuatu yang diamati dalam penelitian, (2) suatu konsep yang memiliki variasi nilai, (3) ciri dari individu, objek, gejala, peristiwa yang dapat terukur secara kuantitatif maupun kualitatif. Sesuai pernyataan dari Hatch dan Farhady (Sugiyono, 2011 : 60) „Variabel dapat didefinisikan sebagai atribut, atau objek, yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek lainnya‟. Variabel terbagi menjadi dua yakni variabel bebas dan variabel terikat, adapun penjelasannya sebagai berikut:

a. Variabel Independen (Bebas)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat yang dikenal dengan istilah intervensi atau perlakuan.

b. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi variabel oleh variabel bebas yang dikenal dengan istilah perilaku sasaran atau target behavior. (Sunanto, 2006:12)

2. Definisi Operasional Variabel

a. Variabel Bebas

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah ”

media kartu kata bergambar”. Karena dalam penelitian ini peningkatan konsentrasi

(15)

b. Variabel Terikat

Variabel terikat dari penelitian ini adalah konsentrasi anak ADHD dalam membaca. dimana konsentrasi anak ADHD ini masih belum stabil hubungan kedua variabel tersebut digambarkan sebagai berikut:

Bagan 3.1 Variabel X dan Y

Kemampuan konsentrasi anak yang akan penulis teliti pada penelitian ini adalah konsentrasi pada pembelajaran membaca yang dialami anak ADHD kelas I SD BPI Bandung. Keaadaan anak yang diperoleh saat ini adalah:

a. Cenderung menghindar dari tugas-tugas yang dirasakan berat sehingga jarang sekali mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan.

b. Semangat belajar yang terlihat pada anak ini sangat rendah, hal tersebut terlihat karena anak tidak mampu berkonsentrasi terhadap objek dengan durasi waktu yang lama.

c. Tidak dapat mengikuti pembelajaran khususnya pelajaran yang mengharuskan anak memilki keterampilan membaca seperti yang lain karena sulit mengikuti pembelajaran membaca yang guru ajarkan yang pada akhirnya anak tidak dapat menyelesaikan tugasnya.

d. Ketidak percayaan diri anak sangat minim, terutama ketika dalam melakukan suatu tugas seperti dalam kehidupan sehari-hari dikelas menghapus papan tulis, ketika di suruh oleh guru untuk membaca didepan kelas.

e. Setiap kali dalam pembelajaran anak selalu mudah teralihkan dengan suara-suara yang terdengar disekitar itu menyebabkan anak tidak mampu berkonsentrasi dan akan tiba-tiba lari untuk mencari sumber suara.

Variabel X

Media Kartu kata bergambar

Variabel Y

(16)

B.Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2011: 2) metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media kartu bergambar terhadap peningkatan konsentrasi anak ADHD dalam membaca.

Arikunto (1997: 3) menyatakan bahwa, eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud melihat akibat dari suatu kelakuan.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan subjek tunggal atau Single

Subject Research (SSR) yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

dari perlakuan yang diberikan kepada subjek secara berulang-ulang pada waktu tertentu. Desain yang SSR yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain A-B-A.

Tampilan desain A-B-A dapat dilihat pada gambar berikut.

T

ar

ge

t behavi

or

Baseline 1 (A1) Intervensi (B) Baseline 2 (A2)

Sesi

Grafik 3.1 Desain A-B-A

(17)

(A1) dengan periode tertentu sampai data menjadi stabil, kemudian intervensi (B) diberikan,kemudian dilakukan juga pengukuran pada kondisi baseline 2 (A2) sebagai kontrol untuk kondisi intervensi sehingga akan menghasilkan kesimpulan yang lebih kuat.

A1 (Baseline-1)

Merupakan keadaan subjek sebelum mendapat perlakuan. Subjek diperlakukan secara alami tanpa treatmen dan diberikan secara berulang-ulang. Pada kegiatan ini peneliti memberikan soal test berisikan 5 gambar dan dilakukan sebanyak empat sesi.

B (Intervensi)

Merupakan keadaan treatmen. Subjek diberikan perlakuan secara berulang-ulang. Tujuannya untuk melihat tingkah laku berkaitan dengan kompetensi yang menjadi sasaran pembelajaran yang terjadi selama proses kegiatan pembelajaran. Tahap selanjutnya adalah peneliti melaksanakan intervensi (B) yaitu menerapkan penggunaan kartu kata didalam pembelajaran. Adapun proses penerapannya adalah sebagai berikut :

1. Diperlihatkan kartu pertama yang bergambar “Gajah” dengan gambar jelas yang

bertuliskan suku kata “ga jah”.

2. Diperlihatkan kartu kedua yang bergambar “Gajah” dengan gambar buram

bertuliskan suku kata “ga jah”.

3. Diperlihatkan kartu ketiga tanpa gambar hanya tinggal tulisan suku kata “ga jah”.

A2 (Baseline 2)

(18)

C. Subjek dan Lokasi Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah 1 orang siswa kelas I SD DI SD BPI Bandung dengan hambatan ADHD yang mengalami hambatan konsentrasi .

Nama : NF

Jenis Kelamin : laki-laki

Kelas : I SD

Tempat tanggal lahir : Bandung, 9 Juli 2005

Alamat : Jalan Pasundan No. 40 Bandung

Kondisi anak saat ini anak tersebut cenderung memperlihatkan hambatan dalam memusatkan perhatian (konsentrasi) serta menunjukan impulsifitas dan hiperaktif yang mempengaruhi pada kemampuan belajar.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD BPI Bandung yang beralamat di Jalan Halimun No.40 Bandung.

D.Prosedur Penelitian

1. Observasi pendahuluan, Studi pendahuluan lapangan yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk mengetahui subjek dan memperoleh informasi tentang permasalahan yang dimilikinya.

2. Menentukan dan menetapkan perilaku yang akan diubah sebagai target behavior yaitu meningkatkan kemampuan konsentrasi anak ADHD dalam membca dan membuat program intervensi yaitu mendesain dan membuat media kartu kata bergambar.

3. Pengurusan surat izin

(19)

b. Permohonan surat pengantar dari fakultas kepada rektor untuk membuat surat pengantar kepada Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Pemerintah Kabupaten Bandung.

c. Permohonan izin Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Pemerintah Kabupaten Bandung sebagai rekomendasi penelitian di SD Inklusi BPI Bandung. d. Surat pernyataan telah melaksanakan penelitian di SD Inklusi BPI Bandung. 4. Tahap pelaksanaan

Pada tahap Pelaksanaan ini dilaksanakan dalam desain A-B-A yang mana memiliki langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menetapkan kemampuan dasar atau kondisi baseline-1 kemampuan penjumlahan sebanyak 4x sesi. Langkah pertama mengkondisikan subjek pada situasi belajar dengan subjek duduk dan berhadapan dengan peneliti, subjek diminta mengerjakan soal test yang sudah dipersiapkan.

b. Melakukan perlakuan pada siswa atau intervensi penggunaan Media kartu kata bergambar terhadap kemampuan konsentrasi anak ADHD dalam membaca. Kegiatan ini dilakukan selama delapan kali intervensi, penilaian dilakukan pada saat intervensi pembelajaran (evaluasi proses pembelajaran). Adapun proses

treatment (Langkah operasional media kartu kata bergambar) yang lebih jelas

digambarkan sebagai berikut:

(1) Anak diperkenalkan materi (media kartu bergambar), cara bermain, dan aturan media kartu kata bergambar.

(2) Diperlihatkan kartu pertama yang bergambar “kuda” dengan gambar jelas yang

bertuliskan suku kata “kuda”.

(3) Diperlihatkan kartu kedua yang bergambar “kuda” dengan gambar buram

bertuliskan suku kata “kuda”.

(4) Diperlihatkan kartu ketiga tanpa gambar hanya tinggal tulisan suku kata “kuda

”.( peneliti mencatat soal dan berapa lama anak bisa diam).

(20)

pengulangan dari baseline-1 yaitu pemberian soal tes dan dilakukan sebanyak empat kali tes tanpa adanya perlakuan atau penggunaan media kartu kata bergambar.

E. Teknik Pengumpulan Data

Menyusun instrumen adalah pekerjaan yang penting dilakukan dalam penelitian namun sebelum menyusun instrumen kita perlu mengetahui teknik pengumpulan datanya agar memperoleh hasil sesuai dengan variable yang ditentukan. Pada penelitian ini teknik pengumpulan data dibagi kedalam 3 fase yaitu:

1. Fase baseline A, pada fase ini pengukuran membaca permulaan dilakukan beberapa sesi yang setiap harinya dilaksanakan tes satu sesi sampai menemui batas keajegan presentase kemampuan membaca. Pengumpulan data dilakukan dengan dengan cara memberikan tes membaca permulaan yang langsung kepada subyek. Peneliti akan melihat respond dan kemampuan dalam membaca permulaan dengan komponen penguasaan kosakata dengan menggunakan presentase. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada peningkatan kemampuan membaca permulaan dengan menggunakan media kartu kata bergambar.

Tabel 3.1 Tabel Instrumen

NO Suku Kata

Durasi

Sesi 1 Sesi 2 Sesi 3 Sesi 4 Dst. 1 Gajah

(21)

6 macan 7 Ular 8 Srigala 9 Bebek 10 Jerapah

2. Fase Intervensi (B), yaitu memberikan treatmen dengan menggunakan media kartu kata bergambar dilakukan sebanyak 8 sesi. Perlakuan yang diberikan terhadap subjek adalah gambar pertama jelas dengan tulisan kata jelas yang kemudian pada kartu berikutnya gambar memudar hingga tinggal katanya saja. Subjek diminta untuk membaca setiap kartu kata dari kartu kata pertama hingga kartu keempat yang hanya katanya saja. Pada fase intervensi diberikan perlakuan sebagai berikut :

1. Mempersiapkan subjek dalam suasana yang tenang, memposisikan subjek didepan penelitian.

2. Pelaksanaan treatmen tes membaca dengan media kartu kata bergambar seperti dibawah ini.

Gambar 3.1 Contoh kartu bergambar

(22)

Durasi waktu subyek mampu bersikap diam dan konsentrasi dalam menjalankan tahapan ini dicatat kedalam format peniaian.

3. Fase baseline A2, yaitu dilakukan kembali pengukuran konsentrasi dalam membaca kepada subjek yang sama seperti pada fase baseline A yang dilakukan sebanyak empat sesi. Dimana setiap sesianya dilakukan dalam satu hari didalam kelas pada jam pelajaran.

Seperti pada fase baseline A1, pada fase baseline A2 juga hasil durasi konsentrasi subyek dicatat pada format presentase A2.

Dengan tes dan prosedur penghitungan konsentrasi yang sama dapat ditarik kesimpulan dari hasil keseluruhan penelitian yang telah dilakukan. Sehingga dapat mengidentifikasi variable bebas (kartu kata bergambar) mempengaruhi variable terikat (konsentrasi) pada subjek penelitian yang didapat dari pengolahan data yang dikumpulkan.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arikunto (2006: 222) tentang teknik pengumpulan data dalam penelitian bahwa

“Hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta maupun angka. Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara observasi, yaitu mencatat perilaku subyek ketika perilaku itu terjadi, yaitu dengan tes membaca yang pengolahannya menggunakan desain ABA (Baseline A1, Intervensi, dan Baseline A2), yaitu berupa persentase durasi konsentrasi subyek.

F. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur

(23)

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Instrumen dalam penelitian ini yang digunakan adalah berupa soal tes, dan format isian soal yang akan keluar (melalui teknik observasi). untuk mengetahui kemampuan awal (sesi A-1) menggunakan soal test, pada saat intervensi (B) format isian soal yang keluar, dan kemampuan akhir sebagai evaluasi (sesi A-2) menggunakan soal test. Untuk mempermudah pembuatan instrumen, peneliti membuat beberapa langkah yaitu:

a. Membuat kisi-kisi

Pembuatan kisi kisi berguna untuk untuk memberikan gambaran untuk menyusun pembuatan butir soal pada variabel yang telah ditentukan (terlampir).

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Perencanaan pembelajaran atau biasa disebut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas.

RPP digunakan untuk mempermudah penelitian karena rancangan atau skenario dapat ditentukan terlebih dahulu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Secara teknis rencana pembelajaran mencakup komponen-komponen berikut :

(1)Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar. (2)Tujuan pembelajaran.

(3)Materi pembelajaran.

(4)Pendekatan dan metode pembelajaran. (terlampir)

c. Pembuatan butir soal dan format isian soal yang akan keluar

Pembuatan butir soal disesuaikan dengan indikator yang telah ditentukan pada kisi-kisi soal. Dari tujuan tersebut dibuat bentuk soal tes dan format isian soal yang akan keluar yang jumlah masing-masing sebanyak 5 soal (terlampir)

(24)

Penilaian butir soal terdiri dari dua kategori atau skala pengukuran yang diambil dari skala Guttman. Menurut Sugiyono (2011: 139) “skala pengukuran tipe dengan

tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya - tidak”; “benar-salah”; “pernah -

tidak pernah”; “positif – negatif”; dan lain-lain”, Peneliti pun memilih dua kategori

penilaian yaitu benar-salah, Kategori benar diberi skor 1 dan kategori salah mampu diberi skor 0.

G.Uji Validitas Instrumen

Instrumen yang baik adalah instrument yang pengukurannya sesuai dengan apa yang hendak diukur, sesuai pernyataan dari Gay (Sukardi, 2003: 121) bahwa „suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur‟.

Validitas tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dengan teknik penilaian (judgement) menurut Margono (2007 : 188) “penentuan suatu alat ukur mempunyai validitas isi, biasanya dapat juga didasarkan pada penilaian para ahli dalam bidang tersebut”. Validitas isi dengan teknik penilaian ini digunakan untuk menentukan apakah tes tersebut sesuai antara tujuan dengan butir soal yang dibuat. Uji validitas dilakukan dengan cara menyusun butir soal yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, kemudian diminta penilaian (judgement) kepada tiga orang guru penilai yaitu guru SD BPI Bandung dan satu dosen Pendidikan Luar Biasa.

Uji validitas dilakukan dengan cara menyusun soal-soal membca permulaan yakni dengan memecahkan variabel menjadi sub-variabel dan indikator setelah itu dituangkan dalam butir-butir pertanyaan atau soal kemudian diminta penilaian (judgement) kepada para ahli. Setelah instrumen dinilai (judgement), data yang terkumpul dinilai validitasnya dengan menggunakan rumus:

(25)

P : persentasi F : jumlah cocok

N : jumlah penilai ahli / guru mata pelajaran

Apabila semua item dinyatakan valid oleh para ahli dan tidak ada yang diperbaiki maka instrumen tersebut dapat digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan (adapun hasil expert-judgement dalam penelitian ini terlampir).

H. Teknik Pengolahan Data dan Analis Data

Proses pengelolaan dan analisis data yang sudah dikumpulkan melalui penelitian SSR ini menggunakan statistik deskriptif dengan tujuan memperoleh gambaran secara jelas tentang hasil intervensi dalam jangka waktu tertentu dengan mengguanakan grafik untuk memeperjelas gambaran dari pelaksanaan eksperimen sebelum diberikan perlakuan maupun setelah diberikan perlakuan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah memahami data, adakah peningkatan kemampuan konsentrasi anak ADHD dalam membaca setelah diberikan perlakuan tertentu, dalam jangka waktu tertentu dengan penggunaan media kartu kata bergambar. Sedangkan datanya dijabarkan dalam bentuk grafik. Adapun grafik yang digunakan adalah bentuk grafik garis. Mengenai analisis dan grafik ini Sunanto (2005: 36) menyatakan bahwa “dalam penelitian subjek tunggal banyak mempresentasikan data ke dalam bentuk grafik khususnya grafik garis”. Grafik memegang peranan utama dalam menganalisis data sebagaimana yang dikemukakan Sunanto (2005: 35) fungsi grafik diantaranya:

a. Absis: garis horizontal (x) yang memberikan keterangan waktu (sesi, hari dan tanggal).

b. Ordinat: garis vertikal (y) sebagai variabel terikat (persentase, frekuensi dan durasi)

c. Titik Awal: merupakan pertemuan antara sumbu X dan sumbu Y sebagai suatu titik awal satuan variabel bebas dan terikat

(26)

e. Label kondisi: keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen, misalnya kondisi satu ke kondisi lainnya.

f. Garis perubahan kondisi: yaitu garis vertikal yang menunjukan adanya perubahan kondisi ke kondisi lainnya

g. Judul grafik: judul yang menunjukan hubungan antara variabel bebas dan terikat.

1. Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan pengukuran persentase.

“Persen atau persentase yang merupakan suatu pengukuran variabel terikat yang biasa

digunakan oleh peneliti dan guru untuk mengukur perilaku dalam bidang akademik maupun sosial (Sunanto, 2005: 16). Persentase (%) dihitung dengan cara jumlah soal yang benar dibagi seluruh soal dikalikan seratus

tes yang dikerjakan dengan benar 100% jumlah soal

NO Waktu / detik Keterangan 1. 0 - 11.9 Sangat buruk 2. 12 - 23.9 Buruk 3. 24 - 35.9 Kurang 4. 36 - 47.9 Sedang 5. 48 - 59.9 Baik

6. ≥ 60. Sangat baik

Tabel 3.2

Data Pengkategorian Kemampuan Konsentrasi anak ADHD

(27)

2. Analisis Data

Analisis data merupakan tahap terakhir sebelum menarik kesimpulan. Setelah terkumpul, maka data tersebut kemudian diolah dan dianalisis ke dalam statistik deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran secara jelas dalam jangka waktu tertentu. Penyajian data diolah dengan menggunakan grafik atau diagram. Penggunaan analisis dengan grafik ini diharapkan dapat lebih menjelaskan gambaran dari pelaksanaan eksperimen, sebelum diberikan perlakuan (baseline) maupun pada saat setelah diberikan perlakuan (treatment) dan pelaksanaan pengukuran data dilakukan dalam kurun waktu tertentu.

Grafik merupakan suatu cara untuk menggambarkan suatu keadaan yang bersangkutan dengan bilangan agar lebih mudah untuk mengerti dan ditafsirkan. Grafik bermacam-macam jenisnya seperti grafik garis (poligon), grafik batang (histogram), grafik lingkaran dan grafik gambar. Grafik garis digunakan untuk menggambarkan keadaan yang senantiasa berubah, digunakan juga untuk mengadakan suatu perbandingan antara beberapa jenis selama periode tertentu. Desain SSR ini, menggunakan tipe garis yang sederhana.

Sebelum membuat grafik ada empat prinsip dasar yang membantu agar grafik dapat mengkomunikasikannya informasi kepada pembaca, yaitu kejelasan, kesederhanaan, penampilan dan desainnya. Sebelum membuat grafik perlu memahami komponen-komponen dasar grafik. Menurut Sunanto (2005: 36) grafik yang baik itu adalah:

a) Akan menampilkan secara jelas perbedaan antara setiap data dan arahnya. b) Secara jelas memisahkan kondisi eksperimen

c) Menghindari tumpang tindih dua data dalam satu grafik d) Memberikan keterangan pada label dan legend.

e) Menggunakan proporsi dan skala yang tidak membingungkan pembaca.

(28)

menganalisis data setiap kondisi dan antar kondisi. Analisis dalam kondisi memiliki komponen yang meliputi:

a. Panjang kondisi

Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi yang juga menggambarkan banyaknya sesi dalam kondisi tersebut.

b. Kecenderungan arah

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam kondisi dimana banyaknya data yang berada di atas dan di bawah garis yang sama banyak.

c. Tingkat stabilitas (level stability)

Menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Tingkat kestabilan dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data yang berada di dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean.

d. Tingkat perubahan (level change)

Tingkat perubahan menunjukkan besarnya perubahan data diantara dua data. Tingkat perubahan merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir. e. Jejak data (data path)

Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu kondisi dengan tiga kemungkinan yaitu menaik, menurun, dan mendatar.

f. Rentang

Rentang adalah jarak antara data pertama dengan data terakhir sama halnya pada tingkat perubahan (level change).

Sedangkan analisis antar kondisi meliputi komponen sebagai berikut: a. Variabel yang diubah

Merupakan variabel terikat atau sasaran yang difokuskan. b. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya

(29)

c. Perubahan stabilitas dan efeknya

Stabilitas data menunjukkan tingkat kestabilan perubahan dari sederetan data. d. Perubahan level data

Menunjukkan seberapa besar data diubah. e. Data yang tumpang tindih

Data yang tumpang tindih antara dua kondisi terjadi akibat dari keadaan data yang sama pada kedua kondisi.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data tersebut adalah: a. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-1.

b. Menskor hasil penilaian pada kondisi treatmen/intervensi. c. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-2.

d. Membuat tabel penilaian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi baseline-1, kondisi intervensi, dan kondisi baseline-2.

e. Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1, skor intervensi, dan skor pada kondisi baseline-2.

f. Membuat analisis dalam bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat secara langsung perubahan yang terjadi dari ketiga fase.

(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis terhadap keseluruhan data yang diperoleh di lapangan atau perhitungan persentase pada fase baseline-1, intervensi, dan baseline-2 secara umun dapat disimpulkan bahwa penggunaan media kartu kata bergambar cukup efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan konsentrasi dalam membaca permulaan anak ADHD di SD Inklusi Bandung kelas I.

Perolehan mean level kemampuan konsentrasi dalam membaca permulaan pada

baseline-1 (A-1) adalah 27.5 (kemampuan konsentrasi dalam membaca sangat

kurang, anak belum mampu berkonsentrasi, dan masih memerlukan bantuan penuh), pada intervensi (B) meningkat menjadi 41.125 (kemampuan konsentrasi dalam membaca anak kurang lancar namun dapat dikondisikan selama pembelajaran), dan pada baseline-2 meningkat lagi menjadi 42 (anak mampu berkonsentrasi dalam membaca lebih lama dan terarah ).

Berdasarkan hasil analisis data secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa media kartu kata bergambar dapat meningkatkan kemampuan konsentrasi dalam membaca permulaan pada subjek NF yaitu seorang anak yang mengalami kondisi ADHD dengan hambatan konsentrasi dan hiperaktif.

Peneliti tidak mengesampingkan adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi meningkatnya kemampuan konsentrasi dalam membaca pada subjek, adapun faktor internal subjek seperti kondisi kesehatan dan kondisi emosi subjek sedangkan faktor ekternal seperti pengulangan pembelajaran yang dilakukan orang tua subjek di rumah serta faktor lingkungan tempat pelaksanaan intervensi.

B. Rekomendasi

(31)

1. Untuk Pihak guru

Pihak sekolah khususnya guru perlu mempertimbangkan media kartu kata bergambar dalam menggunakan media pada pembelajaran indonesia, khususnya dalam mengembangkan kemampuan membaca permulaan , sehingga media ini menjadi pilihan alternatif lain dalam pengembangan kemampuan membaca permulaan anak ADHD.

2. Untuk peneliti selanjutnya

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Alimin, Z. (2007). Hambatan dan Perkembangan Anak dengan Gangguan

Kog-nitif/Kecerdasan. [Online].Tersedia:http//file.upi.edu/Direktori/FIP/

JUR_PEND._LUAR _BIASA/ 195903241984031-ZAENAL_ALIMIN/ MODUL_3_UNIT_1.pdf. [3 November 2012].

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bineka Cipta.

Akhadiah, S. (1992). Bahasa Indonesia III. Jakarta. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Andayani, dkk. (2009). Materi Pokok Pemantapan Kemampuan Profesional.

Jakarta. Universitas Terbuka.

Arsyad, A. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Baihaqi, M dan Sugiarmin, M. (2008). Memahami Dan Membantu Anak

ADHD. Bandung : Refika Aditama.

Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung : PT. Refika Aditama.

Daryanto. (2011). Media Pembelajaran. Bandung : CV. YramaWidya.

Darmiyati. Z, dkk. (1999). Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia di Kelas

Rendah, Jakarta. Dirjen Dikti. Depatemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Depdiknas. (2003). Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis. (1983). Petunjuk Khusus

Bidang Pengajaran Bahasa Indonesia Buku II Pengembangan dan Pengadminstrasian Program. Jakarta. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. (1991). Petunjuk Pengajaran

(33)

Mikarsa, H.L, dkk. (2007). Materi Pokok Pendidikan Anak di SD Edisi 1. Jakarta. Universitas Terbuka.

Huda, M. S. (2001). Mengenal Anak Hiperaktif (gangguan hiperkinetik) http://www.kafka.web.id.

Musfiqon, H. M. (2011). Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta : Prestasi Pustaka Publiser.

Santoso, P, dkk. (2009). Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta. Universitas Terbuka.

Rusna, R. A. (2010). Pedoman Penyusunan Laporan Tindakan Kelas

(Classroom Action Research). Departemn Pendidikan Nasional. Jakarta.

Universitas Terbuka.

Sumantri, M. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Maulana. Suyatno. H, dkk. (2008). Indahnya Bahasa Dan Sastra Indonesia. Jakarta.

Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Sunanto, J., et al (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung: UPI Press.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : CV. Alfabeta.

Suryadi. (2007). Cara Efektif Mamahami Perilaku Anak Usia Dini.

Singgih, D. G. (1978). Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta : BPK Gunung Mulia.

Tarigan. D, dkk. (2006). Materi Pokok Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia. Jakarta.Universitas Terbuka.

Tarigan, H. G. (2008). Membaca Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.

(34)

Winataputra, H dan Udin S, dkk. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Universitas Terbuka.

Mustikasari, (2008). Pengaruh Media Kartu Kata Bergambar Dalam

Meningkatkan Kosa Kata Pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas V di SLB Sejahtera Bogor. Skripsi Sarjana PLB FIP UPI Bandung: Tidak di

terbitkan.

Gambar

Grafik 3.1 Desain A-B-A
Tabel 3.1 Tabel Instrumen
Gambar 3.1 Contoh kartu bergambar
Tabel 3.2

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah “Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan media kartu kata bergambar dapat meningkatkan kemampuan

PENGGUNAAN MEDIA KARTU KALIMAT BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Jadi untuk meningkatkan ketrampilan membaca pada siswa kelas II SD dapat menggunakan media kartu pintar bergambar, agar siswa lebih gemar membaca dan lebih mudah

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan proses dan hasil pembelajaran menggunakan media kartu kata bergambar dapat meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Arab

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PERMAINAN KARTU KATA BERGAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK SATU ATAP.

Perbedaan hasil membaca permulaan antara anak yang diberikan perlakuan dengan metode suku kata dengan media kartu kata bergambar dengan anak yang tidak diberikan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil perbaikan pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode tebak kata berbantuan media kartu bergambar

Hasil pengamatan yang diperoleh pada siklus 2 sebagai berikut : dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak kelompok B peneliti membuat media kartu kata bergambar