commit to user
PENERAPAN METODE GLOBAL DENGAN KARTU KATA BERGAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN
PADA ANAK TUNA GRAHITA RINGAN KELAS V SLB NEGERI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009
Skripsi Oleh : SUHARJO
X5107633
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENERAPAN METODE GLOBAL DENGAN KARTU KATA BERGAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN
PADA ANAK TUNA GRAHITA RINGAN KELAS V SLB NEGERI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009”
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa
Jurusan Ilmu Pendidikan
Oleh : SUHARJO
X5107633
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Munzayanah Drs. Rahmad Djatun, M.Pd
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Selasa
Tanggal : 5 Oktober 2010
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. A. Salim Choiri, M.Kes. ………..
Sekretaris : Drs. Maryadi, M.Ag. ………..
Anggota I : Dra. Munzayanah .………..
Anggota II : Drs. R. Djatun, M.Pd. ………..
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
commit to user
v ABSTRAK
SUHARJO. PENERAPAN METODE GLOBAL DENGAN KARTU KATA
BERGAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN PADA ANAK TUNA GRAHITA RINGAN KELAS V SLB NEGERI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009”. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Surakarta, 2009.
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan meningkatkan kemampuan membaca permulaan melalui penerapan metode global dengan kartu kata bergambar pada anak tuna grahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta tahun ajaran 2008/ 2009.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Subjek yang memperoleh perlakuan dalam penelitian ini ialah siswa tuna grahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta yang berjumlah 5 orang anak. Variabel bebas dalam penelitian tindakan kelas ini penerapan metode global dengan kartu kata bergambar. Sedangkan variabel terikatnya ialah kemampuan membaca permulaan siswa. Teknik pengumpulan data dengan tes dan obesrvasi, yang diterapkan dalam prasiklus, siklus I dan siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
SUHARJO. APPLICATION OF GLOBAL METHOD BY PICTURED WORD CARD TO INCREASE THE ABILITY OF READING REGINVERS ON LIGHT MENTALLY RETARDED CLASS V SLB NEGERI SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR 2008/2009. Thesis, Surakarta: The Faculty of Teacher Training and Science Education, Sebelas Maret University, 2010.
The aim of this classroom action research is to know the role of application of global method by pictured work card to increase the ability of reading beginners on light mentally retarded class V SLB Negeri Surakarta in the school year 2008/2009.
This study uses classroom action research. The subject that gets treatment in this study is 5 light mentally retarded class V SLB Negeri Surakarta that consists of 5 students. The free variable in this classroom action research is application of global method by pictured word card. Where as the restricted variable is the ability of reading beginners.
The techniques of collecting data in this study ara test and observation, that applied in the pre cycle, cycle I, and cycle II.
The result of the classroom action research that application of global method by pictured word card can increase the reading ability of light mentally retarded class V SLB Negeri Surakarta in the school year 2008/2009.
commit to user
vii
MOTTO
“Bacalah jika kamu ingin paham, cobalah agar kamu bisa”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Almarhum dan almarhunah Bapak Ibu R. Soemardi Dirjosaroyo atas segala pengorbanan yang telah mereka
berikan.
Bapak ibu mertua tercinta
Istriku tercinta atas semua dukungan, pengertian dan kesetiannya.
Kedua anakku tercinta, terima kasih atas dukungan dan semangat yang diberikan
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan, untuk memenuhi
sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Dalam penulisan skripsi ini, banyak hambatan dan kesulitan yang penulis
alami demi terselesaikannya penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan serta
dukungan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang terbesar-besarnya kepada
pihak-pihak yang telah memberikan bantuan yang sangat berarti kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada yang terhormat:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Bapak Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd.
3. Ketua Pogram Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta Bapak Drs. A. Salim Choiri, M. Kes.
4. Ibu Dra. Munzayanah selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dalam menyusun skripsi.
5. Bapak Drs. R. Djatun, M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dalam menyusun skripsi.
6. Bapak H. Sukamto, SE selaku Kepala SLB Negeri Surakarta yang telah
memberikan izin penulis untuk dapat melaksanakan penelitian di Sekolah
yang dipimpinnya.
7. Ibu dan bapak tercinta yang selalu mendo‟akan saya dalam setiap do‟anya.
8. Teman-teman mahasiswa program studi Pendidikan Luar Biasa Universitas
Sebelas Maret tahun 2008/2009.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada skripsi ini, oleh karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
skripsi ini penulis juga berharap skripsi ini dapat bermanfaat sekali bagi penulis
pada khususnya dan para pembaca pada umumnya serta bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
Surakarta, September 2010
commit to user
A. Latar Belakang Masalah ...
B. Perumusan Masalah ...
C. Tujuan Penelitian ...
D. Manfaat Penelitian ...
BAB II LANDASAN TEORI ...
A. Tinjauan Pustaka ...
1. Anak Tuna Grahita Ringan ...
a. Pengertian Anak Tuna Grahita Ringan ...
b. Penyebab Anak Tuna Grahita ………...
c. Karakteristik Anak Tuna Grahita Ringan ...
d. Proses Pembelajaran Bagi Anak Tuna Grahita...
2. Media Kartu Bergambar ...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Pembelajaran Membaca Permulaan Dengan Metode Global ……..
a. Pengertian Membaca Permulaan ………
b. Proses Penerapan Membaca Permulaan ………...
c. Metode Mengajar Membaca Permulaan
d. Langkah-langkah Penerapan Metode Global
B. Kerangka Pemikiran ...
E. Teknik Analisis Data ………
F. Indikator Kinerja ………
G. Prosedur Penelitian ………
BAB IV HASIL PENELITIAN ………
A. Pelaksanaan Penelitian ………...
B. Hasil Penelitian………...
C. Pembahasan Hasil Penelitian ………..
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ………...
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ………
Tabel 2. Daftar Nilai Bahasa Indonesia Semester I ………...
Tabel.3. Nilai Kemampuan Membaca Siklus Pertama ...
Tabel 4. Nilai Partisipasi Aktis Siswa Siklus Pertama ... Tabel 5. Profil Hasil Keberhasilan Penelitian Siklus Pertama ...
Tabel 6. Nilai Kemampuan Membaca Siklus Kedua ...
Tabel 7. Nilai Partisipasi Aktis Siswa Siklus Kedua ...
Tabel 8. Profil Hasil Keberhasilan Penelitian Siklus Kedua ...
23
35
35
36
37
38
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR SKEMA
Halaman
commit to user
xv
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1. Nilai Kemampuan Membaca Siswa Siklus Pertama ...
Grafik 2. Prosentase Hasil Keberhasilan Penelitian Siklus Pertama ...
Grafik 3. Grafik Nilai Kemampuan Membaca dan Partisipasi Aktif
Siswa Siklus Kedua ...
Grafik 4. Prosentase Hasil Keberhasilan Penelitian Siklus Kedua ...
36
37
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran...
Lampiran 2. Media Kartu Kata Bergambar Dalam Meningkatkan
Kemampuan Membaca Permulaan Dengan Metode Gobal
...
Lampiran 3. Penyusunan Instrumen Tes Kemampuan Membaca
Permulaan (Metode Global) ...
Lampiran 4. Tabulasi Instrumen Tes Kemampuan Membaca Permulaan
...
Lampiran 5. Instrumen Observasi Partisipasi Anak dalam Pembelajaran
Membaca Permulaan Metode Global dengan media kartu
kata bergambar...
Lampiran 6. Hasil Penelitian Tindakan Kelas “Penerapan Metode
Global dengan Kartu Kata Bergambar dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan”Siklus I
………
47
48
49
50
52
commit to user
xvii
To analyze the data this study uses descriptive qualitative analysis technique. The result of this study shows: 1) From the data of pre cycle result the value of reading ability is 48. 2) From the data of this action result in the cycle I this average value of reading ability is 52. 3) From the data of action result in the cycle II the average value of reading ability is 83. the result of the classroom
action research expresses that there is an increase of the student‟s reading ability
in earch cycle and the result has fulfilled the indicator of success that has been fixed before. So it can be concluded that application of global method by pictured word card can increase the reading ability of light mentally retarded class V SLB Negeri Surakarta in the school year 2008/2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan di semua jenis
jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar, menengah hingga pendidikan
tinggi memegang peranan penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.
Namun dalam kenyataannya pengajaran Bahasa Indonesia di jenjang pendidikan
dasar, khususnya dalam pembelajaran membaca di kelas hasilnya masih kurang
optimal. Hal tersebut juga terjadi pada hasil pembelajaran Bahasa Indonesia siswa
kelas V tuna grahita ringan di SLB Negeri Surakarta, nilainya rendah di bawah
rata-rata ketuntasan belajar (daftar nilai kelas V), bahkan sudah berada di kelas V
pun masih banyak anak yang tidak dapat membaca. Oleh sebab itu, guru kelas V
memegang peranan penting dalam bidang pengajaran Bahasa Indonesia
khususnya membaca. Tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai sejak
dini maka anak akan mengalami kesulitan belajar di kemudian hari. Kemampuan
membaca menjadi dasar yang utama tidak saja bagi pengajaran Bahasa Indonesia
sendiri, akan tetapi juga bagi pengajaran mata pelajaran lain. “Dengan
mendapatkan pengajaran membaca siswa akan memperoleh pengetahuan yang
bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan daya nalar, sosial, dan
emosinya” (Depdikbud, 1996: 2). Mengingat pentingnya peranan membaca tersebut bagi perkembangan siswa maka cara guru mengajar membaca haruslah
memilih metode yang tepat dan benar sehingga mudah dipahami anak yang
mungkin selama ini cara-cara penyampaian guru kurang tepat. Dalam pengajaran
baik metode maupun strategi pendekatan hasil yang diperoleh siswa kelas V
relatif rendah serta anak kurang berminat dalam pengajaran Bahasa Indonesia.
Dari berbagai permasalahan di atas maka layanan bimbingan dirasakan amat
berperan dalam membantu proses dan pencapaian tujuan pendidikan secara
bertahap diantaranya pendidikan peran guru. Di sini peneliti akan membahas dan
menguraikan mengenai cara memberikan bimbingan belajar membaca permulaan
dengan ”metode global” pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Membaca merupakan salah satu ketrampilan yang berkaitan erat dengan
ketrampilan dasar manusia yaitu bahasa. Dengan membaca memungkinkan
commit to user
2
manusia dapat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Keterampilan
membaca adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia termasuk bagi
anak tuna grahita. Dengan ketrampilan membaca yang dimilikinya anak tuna
grahita dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan juga sebagai dasar untuk
menguasai berbagai bidang studi.
Tahapan pelajaran membaca bagi anak tuna grahita ringan dimulai dengan
membaca permulaan. Pada tahap membaca permulaan siswa dimulai
diperkenalkan dengan berbagai simbol huruf, mulai dari simbol huru /a/ sampai
dengan huruf /z/. Caranya bergantung teknik pendekatan yang digunakan guru,
yaitu dapat dimulai dari pengolahan kata dari sebagian untuk seluruh atau
kemudian dicerai menjadi bagian-bagian huruf yang terkecil.
Ketatabahasaan intelegensi anak tuna grahita sangat berpengaruh dalam
proses pembelajaran membaca permulaan bagi anak tersebut. Maka dari itu,
dalam pelajaran membaca permulaan bagi anak tuna grahita dibutuhkan metode
yang tepat agar dapat mengasah ketrampilan anak dalam membaca. Salah satu
metode yang dikembangkan yaitu metode global. Di dalam metode ini anak akan
membaca kalimat secara utuh.
Di dalam penerapan metode global untuk meningkatkan kemampuan
membaca permulaan anak tuna grahita akan ditemukan masalah/hambatan yang
harus dipecahkan oleh guru agar pelajaran membaca tetap berjalan optimal dan
berhasil. Di dalam penelitian tindakan kelas ini, penulis telah mengindentifikasi
masalah mendasar yang terjadi di kelas V SLB Negeri Surakarta yaitu:
1. Penerapan metode global dalam membaca permulaan di kelas V SLB Negeri
Surakarta mengalami hambatan berupa: anak-anak ragu-ragu dalam membaca,
anak sulit membedakan huruf, siswa tidak mengetahui makna kata atau
kalimat yang dibacakan.
2. Hambatan yang dialami oleh anak tuna grahita tersebut akan mempersulit dan
memperlambat kemampuan membacanya.
3. Untuk mengatasinya dibutuhkan strategi (metode) dan media yang tepat dalam
penerapan metode global untuk pembelajaran membaca permulaan anak tuna
grahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta.
Untuk mengatasi hambatan yang dialami anak, maka penulis berusaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
global untuk membaca permulaan anak tuna grahita. Media yang dipilih yaitu
media kartu kata bergambar. Dengan media kartu kata bergambar diharapkan
dapat mempermudah penerapan “metode global” membaca permulaan bagi anak tuna grahita.
Dengan berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis berusaha
mengangkat permasalahan tersebut menjadi sebuah penelitian tindakan kelas
dengan judul: “Penerapan Metode Global dengan Kartu Kata Bergambar dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Tuna Grahita
Ringan Kelas V SLB Negeri Surakarta tahun ajaran 2008/2009.
B. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan permasalahan pokok yang terdapat di kelas V SLB
Negeri Surakarta dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut,
“Apakah penerapan metode global dengan kartu kata bergambar dapat
meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tuna grahita V SLB Negeri
Surakarta ?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
membaca permulaan melalui metode global dengan kartu kata bergambar pada
anak tuna grahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh setelah penulis melaksanakan PTK
ini yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Dengan penerapan metode global kartu kata bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tuna grahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta.
2. Manfaat Praktis
commit to user
4
a. Meningkatkan perhatian, minat dan rasa senang siswa tunagrahita ringan
dalam proses pembelajaran membaca.
b. Mempermudah anak tunagrahita ringan dalam menyerap materi
pembelajaran membaca.
c. Mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran membaca.
d. Memudahkan bagi guru dalam memfasilitasi para siswa tunagrahita ringan
dalam pembelajaran membaca.
e. Mendorong guru-guru untuk lebih kreatif dalam mengelola pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Anak Tuna Grahita Ringan
a. Pengertian Anak Tuna Grahita Ringan
Anak tuna grahita ringan disebut juga anak tuna grahita mampu didik,
anak debil, moron, semi dependent atau bisa juga disebut dengan marginally
retarded. Istilah tersebut pada dasarnya mempunyai pengertian yang sama,
hanya saja dalam penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan sudut
pandang dari ahli yang bersangkutan. Dalam dunia pendidikan istilah yang
sering digunakan adalah tuna grahita ringan. Di bawah ini akan dikemukakan
pendapat beberapa ahli mengenai pengertian anak tuna grahita ringan. Menurut
Munzayanah (2000: 22), anak tuna grahita ringan adalah:
Mereka yang masih mampu mempunyai kemungkinan untuk memperoleh pendidikan dalam bidang membaca, menulis dan menghitung pada suatu tingkat tertentu di sekolah khusus. Biasanya untuk kelompok ini dapat mencapai tingkat tertentu, setingkat dengan kelas IV Sekolah Dasar, serta dapat mempelajari ketrampilan-ketrampilan yang sederhana.
Menurut The New American Webster dalam Moh. Amin ( 1995: 37)
dijelaskan bahwa, ” Moron (debile) is a person whose mentality does not develop beyond the 12 years old level. Maksud dari kalimat tersebut yaitu, tuna
grahita ringan adalah seorang anak yang memiliki kecerdasan mental paling
tinggi sama dengan anak normal usia 12 tahun”.
Menurut Usa Sutisna (1984:54) yang dimaksud dengan anak tuna
grahita ringan adalah “Anak yang mempunyai intelegensi setingkat lebih
rendah dibandingkan dengan anak lamban belajar, IQ berkisar antara 50/55 –
70/75 yang masih mampu mengikuti pendidikan sekolah khusus.
Sedangkan menurut J.B. Suparlan (1983: 30) menyatakan bahwa
“Anak tuna grahita ringan adalah anak yang masih dapat dididik tentang tugas -tugas dalam bidang sosial dan intelektual sampai batas-batas tertentu”.
commit to user
6
Menurut Dr. Lelly Resna, Sp. KJ. (Psikiater di RSJP Bandung) dan
Drs. A.G. Sundjaya, M. Pd. (Dosen JPTB-FPTK UPI) retardasi mental ringan
adalah keadaan di mana seorang anak agak terlambat dalam belajar bahasa tapi
sebagian besar dapat berbicara untuk keperluan sehari-hari, bercakap-cakap,
dan diwawancarai; dapat mandiri (makan, mandi, berpakaian, buang air besar,
dan buang air kecil) dan terampil dalam pekerjaan rumah tangga. Namun,
biasanya mereka mengalami kesulitan dalam pelajaran sekolah, misalnya
dalam membaca dan menulis, ini sering disebabkan oleh kekurangan kronik
stimulasi intelektual. (http: //pikiran rakyat/cyber media/edisi 2002)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat ditegaskan bahwa
anak tuna grahita ringan adalah anak yang mempunyai intelektual di bawah
rata-rata, memiliki IQ 50/55 – 70/75 yang setingkat lebih rendah dibandingkan
dengan anak lambat belajar, kemampuan berpikirnya rendah, perhatian dan
ingatannya lemah, tetapi masih memiliki potensi yang dapat dikembangkan
dalam bidang akademis yang sederhana seperti membaca, menulis dan
menghitung. Selain itu mereka masih dapat bersosialisasi dengan lingkungan
dan bila dilatih dapat memiliki ketrampilan tertentu yang dapat dijadikan bekal
hidup bagi dirinya setelah dewasa.
b. Penyebab Anak Tuna Grahita
Menurut Yannet dalam buku Gangguan Psikiatrik pada Anak Dengan
Retardasi Mental oleh Triman Prasadio dalam Munzayanah (2000: 14-15),
bahwa penyebab retardasi mental digolongkan menjadi 2 kelompok yaitu
1) Kelompok Biomedik yaitu meliputi: a) Prenatal, dapat terjadi karena
(1)Infeksi pada ibu pada waktu mengandung
(2)Gangguan metabolisme
(3)Iradiasi sewaktu umur kehamilan antara 2-6 minggu
(4)Kelainan kromosom
(5)Malnutrisi
b) Natal, antara lain berupa (1)Anaksia
(2)Asphysia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
(4)Kerusakan otak
c) Pos natal, dapat terjadi karena (1) Malnutrisi
(2) Infeksi : meningitis dan encephalis (3) Trauma
2) Kelompok Sosio Cultural : psikologi atau lingkungan
Kelompok etiologi ini dipengaruhi oleh proses psikososial dalam keluarga. Dalam hal ini ada tiga macam teori yaitu:
a) Teori Stimulasi
Pada umumnya penderita retardasi mental yang tergolong ringan, disebabkan kekurangan rangsang atau kesempatan dari keluarga.
b) Teori gangguan
Kegagalan keluarga dalam memberikan proteksi yang cukup terhadap stress pada masa kanak-kanak, sehingga mengakibatkan gangguan pada proses mental.
c) Teori Keturunan
Teori ini mengemukakan bahwa hubungan antara orang tua dan anak sangat lemah akan mengalami disorganisasi, sehingga apabila anak mengalami stress akan bereaksi dengan cara yang bermacam-macam untuk dapat menyesuaikan diri. Atau dengan kata lain “Security System” sangat lemah di dalam keluarga.
Menurut Tredgold dalam Munzayanah (2000:15) klasifikasi penyebab
tuna grahita dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Primary Amentia
Artinya kelompok retardasi mental yang disebabkan karena faktor
keturunan.
2) Secondery Amentia
Artinya kelompok retardasi mental yang disebabkan karena faktor eksternal
atau sesudah lahir
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat
kita ambil kesimpulan bahwa banyak faktor-faktor penyebab yang dapat
mengakibatkan terjadinya ketunaan pada anak, yaitu faktor keturunan, faktor
makanan dan minuman serta faktor lingkungan. Dalam hal ini faktor-faktor
tersebut dapat mempengaruhi terjadinya ketunagrahitaan baik pada saat
commit to user
8
c. Karakteristik Anak Tuna Grahita Ringan
Kondisi fisik anak tuna grahita ringan tidak berbeda dengan anak
normal pada umumnya, yang membedakan dengan anak normal ialah
kemampuan psikisnya. Dan anak tuna grahita ringan memiliki karakteristik
yang khusus dibandingkan dengan anak normal. Menurut Moh. Amin (1995:
37) karakteristik anak tuna grahita ringan meliputi kelancaran berbicara
meskipun kurang perbendaharaan katanya, mengalami kesukaran berpikir
abstrak, tetapi masih bisa mengikuti pelajaran akademik baik di sekolah biasa
maupun di sekolah khusus.
Menurut Munzayanah (2000: 23) ciri-ciri/karakteristik anak tuna
grahita ringan adalah sebagai berikut :
1) Dapat dilatih tentang tugas-tugas yang ringan.
2) Mempunyai kemampuan yang terbatas dalam bidang intelektual sehingga hanya mampu dilatih untuk membaca, menulis dan menghitung pada batas-batas tertentu.
3) Dapat dilatih untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang rutin maupun ketrampilan.
4) Mengalami kelainan bicara atau speech defect, sehingga sulit untuk diajak berkomunikasi.
5) Mengalami gangguan dalam bersosialisasi. 6) Peka terhadap penyakit.
Karakteristik anak tunagrahita menurut Brown et al, 1991; Wolery &
Haring, 1994 pada Exceptional Children, fifth edition, p.485-486, 1996 adalah
sebagai berikut:
1) Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru, mempunyai kesulitan dalam
mempelajari pengetahuan abstrak atau yang berkaitan, dan selalu cepat lupa
apa yang dia pelajari tanpa latihan yang terus menerus.
2) Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.
3) Anak tunagrahta ringan dapat bermain bersama dengan anak regular.
(www.ditplb.or.id, diakses 13 Februari 2009)
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa secara umum anak tuna grahita ringan mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
rendah, perhatian dan ingatannya lemah, sehingga mengalami kesulitan
untuk mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan fungsi mental dan
intelektualnya, anak menjadi pelupa, cepat bosan, sulit konsentrasi dan
sifatnya yang kekanak-kanakan.
3) Kondisi sosial anak tuna grahita ringan tidak dapat atau kurang dapat
bersosialisasi dengan baik dalam lingkungannya.
Ditinjau dari segi perkembangan ciri-ciri fisik dan psikis tersebut
menjadi hambatan bagi anak dalam meningkatkan kemampuan membaca
materi pelajaran yang diajarkan oleh guru dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
d.Proses Pembelajaran Bagi Anak Tunagrahita
Sesuai dengan karakteristik anak tunagrahita sebagaimana telah
dibahas di atas maka dalam proses pembelajarannya pun harus disesuaikan
dengan keberadaan anak tunagrahita. Yang dimaksud dengan karakteristik di
sini adalah sebagai aspek atau kualitas masing-masing siswa. Aspek tersebut
dapat berupa bakat, motivasi, prilaku, kebiasaan, kemampuan, status sosial, dan
sebagainya (Depdiknas: 2007: 65).
”Proses pembelajaran pada intinya adalah pemberian layanan kepada
setiap individu siswa agar mereka berkembang secara maksimal sesuai dengan
potensi yang mereka miliki” (Depdiknas, 2002: 66). Menelaah pengertian
proses pembelajaran yang dikemukakan tersebut telah sejalan dengan
paradigma baru dalam proses pembelajaran, yakni harus berpusat pada siswa.
Dengan demikian segala tindakan yang dilakukan dan berbagai kriteria yang
ditentukan merupakan hasil pertimbangan terhadap siswa yang dilayani.
Dengan demikian proses pembelajaran bagi anak tunagrahita harus
commit to user
10
motivasi belajar rendah, dan prilaku yang kekanak-kanakan walaupun usianya
sudah dewasa dapat terdorong dan tetap mau mengikuti pembelajaran dengan
perasaan senang.
2. Media Kartu Bergambar
a. Pengertian Media Kartu Bergambar
Media kartu kata bergambar atau fla sh ca r ds menurut House
(1997:54) berukuran 1 2 x 8 cm, sangat bagus dan ukuran dapat diatur. Begitu
pula Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001:30) mengatakan bahwa "Flash
cards berisi kata-kata, gambar atau kombinasinya dan dapat digunakan untuk
mengembangkan perbendaharaan kata-kata dalam mata pelajaran bahasa".
Metode ini dikembangkan oleh Glenn Doman yang lulus dari
Universitas Pennsylvania tahun 1940 jurusan physical ther apy. Pada
awalnya metode ini digunakan untuk memberikan pengajaran membaca
(maupun tematik) kepada anak-anak yang mengalami cedera otak. Dengan
metode ini ternyata anak-anak tersebut bahkan menunjukkan kemampuan
lebih dibandingkan anak-anak normal. Glenn Doman bersama putrinya
Jannet Doman akhirnya mendedikasikan waktunya untuk membantu para
balita untuk mencerdaskan otak sejak dini.
(
http://lintangkusumaning.blog5Pot.com/2009/02/mengajar-balita-membaca-dengan-homemade.html, diakses 5 Februari 2009)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media kartu bergambar
adalah kartu yang berukuran 12 x 8 cm yang berisi kata, gambar atau
kombinasinya. Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lembaran kertas
karton yang berukuran 1 2 X 8 cm, setiap lembaran kartu tersebut berisi
gambar-gambar, baik yang dibuat sendiri maupun mengambil kartu
bergambar yang telah ada. Pada bagian bawah setiap gambar diberi
keterangan yang berupa kosakata bahasa Indonesia.
Flashcard adalah alat bantu untuk anak agar bisa belajar membaca.
Flashcard sendiri terdiri dari lembaran-lembaran kertas putih berbentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
nama binatang, benda-benda di sekitar kita dan sebagainya. Metodenya
sendiri yaitu dengan ditunjukkan kartu-kartu tersebut di hadapan si balita
sambil kita menyebutkan kata yang tertera di kartu tersebut.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media kartu bergambar
adalah kartu yang berukuran 12 x 8 cm yang berisi kata, gambar atau
kombinasinya. Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lembaran kertas
karton yang berukuran 1 2 X 8 cm, setiap lembaran kartu tersebut berisi
gambar-gambar, baik yang dibuat sendiri maupun mengambil kartu
bergambar yang telah ada. Pada bagian bawah setiap gambar diberi
keterangan yang berupa kosakata bahasa Indonesia.
b. Kelebihan dan Kekurangan Media Kartu Bergambar
Dalam pembelajaran menerapkan media kartu bergambar, terdapat
beberapa kelebihan dan kekurangannnya. Berdasarkan beberapa literatur
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Kelebihan penggunaan media kartu bergambar menurut Arief S. Sadiman,
dkk (2006: 29) adalah sebagai berikut:
1) Sifatnya konkrit, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah
dibandingkan dengan media verbal semata.
2) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda,
objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, tetapi gambar dapat selalu
dibawa kemana-mana.
3) Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.
4) Dapat memperjelas suatu masalah, dalain bidang apa saja dan uriluk
tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah/membetulkan
kesalahpahaman.
5) Murah harganya dan gampang didapat serta digunakan, tanpa
memerlukan peralatan khusus.
Menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001:29) media kartu
bergambar sebagai media visual mempunyai kelebihan:
commit to user
12
2) Mudah didapat
3) Mudah digunakannya
4) Dapat memperjelas suatu masalah
5) Lebih realistis
6) Dapat membantu mengatasi keterbatasan pengamatan
7) Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kelebihan media
kartu bergambar jika dibandingkan dengan media pembelajaran yang lain
adalah harganya murah, mudah digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar, mudah untuk mendapatkannya serta dapat digunakan untuk
mengatasi keterbatasan indera pengamatan.
Kelemahan media kartu bergambar menurut Arief S. Sadiman, dkk
(2006:31) adalah sebagai berikut:
1) Kartu bergambar hanya menekankan persepsi indera mata.
2) Kartu bergambar kurang efektif jika menerangkan gambar yang terlalu
kompleks.
3) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.
Menurut Latuhem (1988:42) keterbatasan dari media kartu
bergambar adalah sebagai berikut :
1) Untuk memperbesar kartu bergambar memerlukan suatu proses dan
memerlukan biaya yang cukup besar.
2) Pada umumnya hanya dua dimensi yang nampak pada suatu kartu
gambar, sedangkan dimensi yang Jainnya tidak jelas.
3) Tidak dapat memperlihatkan suatu pola gerakan secara utuh untuk suatu
gambar, kecuali jika menampilkan sejumlah gambar dalam suatu urutan
peristiwa pada pola gerak terlentu.
4) Tanggapan bisa berbeda terhadap gambar yang sama.
Adanya kekurangan media gambar ini, maka cara untuk mengurangi
kelemahan media kartu bergambar antara lain:
1) Gunakan kartu bergambar yang sesuai dengan pertumbuhan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2) Saat memegang atau memperlihatkan kartu bergambar, usahakan agar
kartu bergambar tersebut jangan sampai bergerak.
3) Hindari penggunaan kartu bergambar dalam jumlah dan jenis yang
terlampau banyak; sebab hal ini cenderung membingungkan siswa.
Kecuali jika ingin membandingkan beberapa kartu bergambar, maka
perlihatkanlah kartu bergambar itu satu persatu agar perhatian siswa
hanya tertuju pada kartu bergambar yang sedang diamati.
4) Arahkan perhatian siswa pada sebuah kartu bergambar, kemudian
ajukan beberapa pertanyaan langsung sehubungan dengan kartu
bergambar tersebut.
5) Jika ingin memperlihatkan kartu bergambar pada siswa tanpa
pengawasan secara khusus dari guru, usahakan agar ada keterangan
tertulis pada bagian bawah dari kartu bergambar tersebut. Keterangan
tersebut harus singkat tetapi jelas (tidak membuat siswa bingung dan
bertanya-tanya pada dirinya sendiri atau pada orang lain).
6) Adalah lebih baik jika guru menulis penanyaan-pertanyaan dan
jawabannya di samping kartu bergambar tersebut, tetapi tutupilah
jawabannya dengan kertas.Biarkan setiap siswa menguji sendiri
kebenaran. (Latuheru, 1988:43)
Menurut Amir Hamzah Sulaiman (1988:29) bahwa penggunaan
media kartu bergambar dalam pembelajaran harus memperhatikan:
1) Gambar harus bagus, menarik, jelas dan mudah dimengerti.
2) Apa yang digambar harus cukup penting dan cocok untuk hal yang
sering dipelajari.
3) Gambar harus benar artinya dapat menggambarkan situasi yang serupa
jika dilihat pada keadaan yang sebenarnya.
4) Gambar memiliki kesederhanaan dalam arti tidak rumit sehingga sulit
dipahami siswa.
5) Gambar harus sesuai dengan kecerdasan orang yang melihatnya.
commit to user
14
Dari berbagai kelemahan tersebut dapat disimpulkan bahwa secara
umum kelemahan kartu bergambar adalah hanya menekankan pada
indera mata, ukurannya sangat terbatas pada kelompok besar, tidak
memperlihatkan suatu pola gerakan yang utuh serta tanggapan siswa dapat
berbeda-beda terhadap kartu gambar yang sama.
c. Pentingnya Media atau Alat Peraga dalam Proses Pembelajaran
Penggunaan media atau alat peraga dalam proses pembelajaran
merupakan unsur yang sangat penting, terlebih dalam pembelajaran bagi anak
tunagrahita. Sangat jelas, inti dari penggunaan media atau alat peraga adalah
untuk meningkatkan mutu pendidikan menuju ke arah yang lebih baik.
Mengenai pentingnya media atau alat peraga dikemukakan oleh Nana
Sudjana (2002 : 43) sebagai beriklut : ”Alat peraga dalam mengajar memegang
peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar
yang efektif.” Lebih lanjut Nana Sudjana (2002: 99-100) mengemukakan tentang fungsi alat peraga dalam proses pembelajaran sebagai berikut:
1) Penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran bukan
merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif. 2) Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari
keseluruhan proses pembelajaran.
3) Alat peraga dalam pembelajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pembelajaran.
4) Alat peraga dalam proses pembelajaran bukan sebagai pelengkap.
5) Alat peraga dalam pembelajaran utamanya untuk mempercepat dan
membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan.
6) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk
mempertinggi mutu pembelajran.
7) Dengan alat peraga dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir, sehingga dapat mengurangi terjadinya verbalisme.
8) Dengan alat peraga dapat menambah minat dan perhatian siswa untuk belajar.
9) Dengan alat peraga dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap.
10)Alat peraga memberikan pengalaman yang nyata dan dapat
menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa.
11)Alat peraga dapat menumbuhkan pemikiran yang teratur dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
12) Alat peraga membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu
berkembangnya kemampuan berbahasa.
13)Alat peraga memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna.
Penggunaan media atau alat peraga dalam proses pembelajaran, bagi
anak tunagrahita perlu digarisbawahi selain berfungsi sesuai dengan
uraian-uraian di atas akan lebih penting peranannya dalam upaya menarik minat dan
menumbuhkan rasa senang untuk mau belajar. Tanpa ada ketertarikan dan rasa
senang dalam proses pembelajaran, tentu siswa tunagrahita akan merasa malas,
bersikap apatis, atau berontak, bahkan bisa jadi mogok belajar. Oleh karena
itulah upaya-upaya untuk menarik perhatian siswa dan mengusahakan adanya
rasa senang mutlak harus dilakukan oleh seorang guru. Dalam buku Model
Pembelajaran Pendidikan Khusus (Depdiknas, 2007: 6) dijelaskan bahwa
dalam pembelajaran bagi anak tunagrahita harus memperhatikan daya tarik.
Yakni daya tarik pembelajaran yang dapat diukur dengan mengamati adanya
kecenderungan peserta didik untuk tetap dapat terus belajar. Yang perlu diingat
oleh pendidik dalam mengajar harus memperhatikan PAKEM yakni dapat
menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Berdasarkan pendapat ahli pada uraian-uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa penggunaan media atau alat peraga dalam proses pembelajaran
merupakan suatu hal yang sangat penting guna mencapai suatu tujuan dalam
proses pembelajaran yang dilakukan. Namun demikian sebelum menggunakan
media atau alat peraga dalam proses pembelajaran, guru harus
mempertimbangkan dan dapat memilih alat peraga yang akan digunakan agar
betul-betul relevan dengan materi pembelajaran yang disampaikan.
3. Pembelajaran Membaca Permulaan Dengan Metode Global
a. Pengertian Membaca Permulaan
Membaca merupakan salah satu ketrampilan yang berkaitan erat dengan
commit to user
16
Menurut Tarigan (1994: 7), “Membaca adalah suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang
hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata”.
Menurut W.J.S Purwodarminto (1980: 112), „Membaca adalah melihat
sambil melisankan suatu tulisan dengan tujuan mengetahui isinya.”
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1990: 62) membaca adalah:
1) Melihat serta memahami apa yang tertulis
2) Mengeja atau melafalkan apa yang tertulis
3) Mengucapkan bahan tertulis ke dalam kata-kata
Membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca permulaan
dalam teori ketrampilan, maksudnya menekankan pada proses penyandian
membaca secara mekanikal. Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah
membaca merupakan proses recoding dan decoding (Anderson, 1972: 209).
Membaca merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses
yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual. Dengan
indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi
serta kombinasinya. Melalui proses recoding, pembaca mengasosiasikan
gambar gambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan bunyi-bunyinya.
Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya menjelma menjadi
rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata, dan kalimat
yang bermakna. Di samping itu, pembaca mengamati tanda-tanda baca untuk
mrmbantu memahami maksud baris-baris tulisan. Proses psikologis berupa
kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Melalui proses decoding,
gambar-gambar bunyi dan kombinasinya diidentifikasi, diuraikan kemudian
diberi makna. Proses ini melibatkan knowledge of the world dalam skemata
yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang
tersimpan dalam gudang ingatan (Syafi‟ie, 1999: 7).
Membaca permulaan adalah pengajaran membaca awal yang diberikan
kepada siswa yang belum bisa membaca dengan tujuan agar siswa terampil
membaca serta mengembangkan pengetahuan bahasa dan ketrampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai
moral, kemampuan bernalar dan kreativitas anak didik (Akhadiah, 1992 : 29).
Berdasarkan pendapat ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
membaca permulaan merupakan suatu proses ketrampilan dan kognitif. Proses
ketrampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang
fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan
lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau
kalimat.
b. Proses Penerapan Membaca Permulaan
Menurut La Barge dan Samuels (dalam Downing and Leong, 1982:
206) proses membaca permulaan melibatkan tiga komponen, yaitu (a) visual
memory (vm), (b) phonological memory (pm), dan (c) semantic memory (sm).
Lambang-lambang fonem tersebut adalah kata, dan kata dibentuk menjadi
kalimat. Proses pembentukan tersebut terjadi pada ketiganya. Pada tingkat
VM, huruf, kata dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis, sedangkan pada
tingkat PM terjadi proses pembunyian lambang. Lambang tersebut juga dalam
bentuk kata, dan kalimat. Proses pada tingkat ini bersumber dari VM dan PM.
Akhirnya pada tingkat SM terjadi proses pemahaman terhadap kata dan
kalimat. Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk memperoleh kemampuan
membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a)
lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c)
memasukkan makna dalam kemahiran bahasa. Pada tingkatan membaca
permulaan, pembaca belum memiliki ketrampilan kemampuan membaca yang
sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh
ketrampilan/kemampuan membaca. Membaca pada tingkatan ini merupakan
kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut
dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut, untuk
memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan
membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk
commit to user
18
Tujuan membaca permulaan adalah agar siswa memiliki kemampuan
memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai
dasar untuk dapat membaca lanjut (Akhadiah, 1992: 31). Pembelajaran
membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca
untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan
ini sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning to read).
Membaca lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk
memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan. Tingkatan ini disebut
sebagai membaca untuk belajar (reading to learn). Kedua tingkatan tersebut
bersifat kontinum, artinya pada tingkatan membaca permulaan yang fokus
kegiatannya penguasaan sistem tulisan, telah dimulai pula pembelajaran
membaca lanjut dengan pemahaman walaupun terbatas. Demikian juga pada
membaca lanjut menekankan pada pemahaman isi bacaan, masih perlu
perbaikan dan penyempurnaan penguasaan teknik membaca permulaan
(Syafi‟ie, 1999: 16).
Melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai
moral, kemampuan bernalar dan kreativitas anak didik (Akhadiah, 1992: 29).
Berdasarkan kurikulum pendidikan dasar 1994, materi pembelajaran membaca
permulaan yang tertuang dalam GBPP mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk
siswa Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:
1) Persiapan (pra membaca)
Pada tahap awal ini, pada awal catur wulan I, kepada siswa diajarkan :
(1). Sikap duduk yang baik,
(2). Cara meletakkan atau menempatkan buku di meja, (3). Cara memegang buku,
(4). Cara membalik halaman buku yang tepat,
(5). Melihat atau memperhatikan gambar atau tulisan. 2) Setelah pra membaca, siswa diajarkan :
(1). Lafal dan intonasi kata dan kalimat sederhana (menirukan guru), (2). Huruf-huruf yang digunakan dalam kata dan kalimat sederhana yang
sudah di kenal siswa (huruf-huruf diperkenalkan secara bertahap sampai dengan 14 huruf).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
- e, t, p ; misalnya kata : itu, pita, ema; kalimat : itu pita ema. - o, d ; misalnya kata : itu, bola, didi; kalimat : itu bola didi. - k, s ; misalnya kata : kuda, papa, satu; kalimat : kuda papa satu.
3) Kata-kata baru yang bermakna (menggunakan huruf-huruf yang sudah
dikenal), misalnya : toko, ubi, boneka, mata, tamu.
c. Metode Mengajar Membaca Permulaan
Bagi siswa tuna grahita ringan yang belum lancar membaca, penting
sekali bagi guru untuk menggunakan metode membaca. Depdiknas (2000: 4)
menawarkan berbagai metode yang diperuntukkan bagi anak yang belajar
membaca, antara lain : metode eja/bunyi, metode kata lembaga, metode global
dan metode SAS.
Keempat Metode pembelajaran di atas dapat diterapkan pada siswa
kelas rendah (I dan II) di sekolah dasar. Guru dianjurkan memilih salah satu
metode yang cocok dan sesuai untuk diterapkan pada siswa. Menurut hemat
penulis, guru sebaiknya mempertimbangkan pemilihan metode pembelajaran
yang akan digunakan sebagai berikut:
1) Dapat menyenangkan siswa
2) Tidak menyulitkan siswa untuk menyerapnya
3) Bila dilaksanakan, lebih efektif dan efisien
4) Tidak memerlukan fasilitas dan sarana yang lebih rumit
Metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf
demi huruf. Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah pendekatan
harfiah. Siswa mulai diperkenalkan dengan lambing-lambang huruf.
Pembelajaran metode eja terdiri dari pengenalan huruf atau abjad A sampai
dengan 2 dan pengenalan bunyi huruf atau fonem.
Metode kata lembaga didasarkan atas pendekatan kata, yaitu cara
memulai mengajarkan membaca dan menulis permulaan dengan menampilan
commit to user
20
Metode global adalah belajar membaca kalimat secara utuh. Adapun
pendekatan yang dipakai dalam metode global ini adalah pendekatan kalimat.
Selanjutnya metode SAS (Struktural Analitik dan Sintetik) adalah metode
belajar membaca yang didasarkan atas pendekatan cerita.
Salah satu metode pembelajaran membaca permulaan yang akan
diangkat dalam penelitian tindakan kelas ini adalah metode global. Menurut
Purwanto (1997: 32), „Metode global adalah metode yang melihat segala
sesuatu sebagai keseluruhan. Penemu metode ini ialah seorang ahli ilmu jiwa
dan ahli pendidikan bangsa Belgia yang bernama Declory”.
Kemudian Depdiknas (2000:6) mendefinisikan bahwa metode global
adalah cara belajar membaca kalimat secara utuh. Metode global ini
didasarkan pada pendekatan kalimat. (http://tarmizi.wordpress.com, diakses
20 Februari 2009)
Peneliti memilih metode global sebagai strategi belajar/ metode
membaca permulaan dengan pertimbangan bahwa dengan metode ini anak
tuna grahita ringan dengan mudah menerima pembelajaran membaca yang
diberikan secara menyeluruh (mulai dari menguraikan kalimat menjadi kata).
e. Langkah-Langkah Penerapan Metode Global
Penerapan metode global diberikan dengan menampilkan kata/ kalimat
di bawah kartu kata bergambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat
menjadi kata, menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku
kata menjadi huruf.
Cara penerapan metode global ini didasarkan pada pendekatan kalimat.
Caranya ialah guru mengajarkan membaca dan menulis dengan menampilkan
kalimat di bawah gambar. Metode global dapat juga diterapkan dengan
kalimat tanpa bantuan gambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
kata menjadi huruf. (http://endangraspita.strategi-belajar-membaca.org,
diakses 20 April 2009)
Adapun cara pelaksanaannya dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Beberapa minggu yang pertama anak-anak diberinya kalimat-kalimat yang
merupakan cerita singkat, urnumnya yang mudah-mudah dan berhubungan
dengan diri anak-anak, yang sudah dikenal. Kalimat-kalimat itu ditulis
dengan huruf-huruf tulis, yang tiap-tiap hari dapat diulanginya.
Contoh: ini bu ani
ibu ani masak nasi
ani makan nasi
b. Setelah beberapa lama, anak-anak hafal bunyi kalimat-kalimat itu dan
dapat membedakan kata-kata yang sama atau hampir sama. Alangkah
baiknya jika tiap-tiap kalimat disertai gambarnya.
c. Setelah dapat membedakan kata-kata dalam kalimat-kalimat yang sudah
diberikan (hal ini biasanya dengan tidak disadari), maka berangsur-angsur
anak-anak itu akan dapat pula membedakan suku-suku kata (hafal).
Kemudian mengerti huruf-huruf dengan bunyi sekaligus.
d. Setelah hafal dan mengerti bunyi-bunyi huruf itu, dapat pula
merangkaikannya menjadi kata-kata, dan dari kata-kata menjadi kalimat
B. Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran merupakan suatu arah penalaran agar dapat
diperoleh pemberian jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan.
commit to user
22
C. Perumusan Hipotesis
Perumusan hipotesis yang penulis rumuskan dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah: “Penerapan metode global dengan kartu kata bergambar dapat
meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tuna grahita ringan
kelas V SLB Negeri Surakarta tahun ajaran 2008/2009”
Kondisi awal kemampuan membaca
Kemampuan membaca siswa tunagrahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta rendah
Tindakan Guru menerapkan metode global
dengan kartu bergambar (Siklus I dan Siklus II)
Kondisi Akhir
Kemampuan membaca siswa tunagrahita ringan kelas V SLB Negeri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di Sekolah Luar Biasa Negeri
Surakarta yaitu di kelas V. Kelas ini adalah kelas yang penulis ajar.
2. Waktu Penelitian
Untuk rincian waktu dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tahapan Waktu Pelaksanaan Kegiatan
1) Penyusunan
proposal
Februari 2009 Menyusun proposal penelitian
tindakan kelas yang akan diterapkan
2) Perencanaan April 2009, minggu 1-2
April 2009, minggu 3-4
Menyusun skenario pembelajaran
dan RPP
Perencanaan tindakan siklus 1 Implementasi dan observasi siklus 1 Interpretasi dan refleksi siklus 1 Perencanaan tindakan siklus 2 Implementasi dan observasi siklus 2 Interpretasi dan refleksi siklus
4) Penyusunan
commit to user
24
B. Subjek Penelitian
Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa dan guru kelas V
Sekolah Luar Biasa Negeri Surakarta. Siswa yang dijadikan obyek penelitian ini
adalah siswa tuna grahita ringan kelas V.
C. Data dan Sumber Data
Data penelitian yang dikumpulkan adalah berupa informasi tentang
kemampuan membaca yang dimiliki oleh anak, ketertarikan siswa dalam
pembelajaran membaca Bahasa Indonesia, serta kemampuan guru dalam
menyusun rencana pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran membaca
bahasa indonesia, termasuk di dalamnya penerapan media kartu kata bergambar
dalam membaca permulaan Bahasa Indonesia di kelas V bagi anak tuna grahita
ringan.
Data yang dikumpulkan berasal dari beberapa sumber meliputi:
1. Informan atau nara sumber. Yaitu siswa tuna grahita kelas V dan guru kelas
yang mengajar.
2. Catatan khusus dan dokumentasi (foto) selama berlangsungnya penerapan
media kartu kata bergambar untuk meningkatkan kemampuan membaca
permulaan oleh teman sejawat (guru lain).
3. Arsip administrasi berupa kurikulum yang digunakan, RPP, nilai hasil
pembelajaran membaca permulaan anak.
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode penelitian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
observasi, tes, dan dokumentasi.
1. Metode Observasi
a. Pengertian Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
maupun psikologi dengan pencatatan. Format yang disusun berisi item-item
tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi (Suharsimi
Arikunto, 2006: 229).
Menurut Supardi (2008: 127), observasi adalah kegiatan pengamatan
(pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah
mencapai sasaran.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa observasi
adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) secara langsung mengenal
fenomena-fenomena dan gejala psikis maupun psikologi dengan pencatatan
untuk memotret seberapa jauh efek tidakan telah mencapai sasaran.
b. Macam-macam Observasi
Observasi ini dilakukan untuk mengamati secara langsung proses dan
dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah
perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Dalam melakukan observasi proses,
menurut Retno Winarni (2009: 84-85) ada 4 metode observasi yaitu:
1) Observasi Terbuka, pengamat tidak menggunakan lembar observasi,
melainkan hanya menggunakan kertas kosong merekam pelajaran yang
diamati.
2) Observasi Terfokus, ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari
pembelajaran. Misalnya: yang diamati kesempatan bagi siswa untuk
berpartisipasi.
3) Observasi Terstruktur, observasi menggunakan instrumen yang terstruktur
dan siap pakai, sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda (V)
pada tempat yang disediakan.
4) Observasi Sistematik, observasi sistematik lebih rinci dalam kategori yang
diamati. Misalnya dalam pemberian penguatan, data dikategorikan
menjadi penguatan verbal dan nonverbal.
c. Observasi yang Digunakan
Dalam penelitian in digunakan observasi terstruktur, dimana observasi
menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat
commit to user
26
lembar pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran
kemampuan membaca melalui metode global dengan kartu kata bergambar.
Alasan digunakan observasi terstruktur adalah untuk mempermudah observer
melakukan pengamatan dan observasi tertruktur sesuai dengan masalah yang
diteliti.
2. Metode Tes 1. Pengertian Tes
Berdasarkan literatur yang diperoleh, pengertian tes dapat dijelaskan
menurut beberapa pendapat sebagai berikut:
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 224), “tes adalah alat ukur atau
prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
suasana, dengan cara dan aturan yang sudah ditentukan“. Sedangkan menurut
Winkel (2001: 325) “Tes adalah suatu seri pertanyaan atau soal yang harus
dijawab atau dipecahkan“.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu
alat untuk mengukur sesuatu yang berupa pertanyaan atau tugas yang harus
diselesaikan oleh seseorang individu yang akan diukur kemampuannya itu
dengan standar penilaian tertentu pula.
2. Tipe Tes
Tes terdiri dari beberapa tipe dalam proses pembelajaran. Menurut
Suharsimi Arikunto (2006: 225) “Bentuk tes ada dua, yaitu tes subyektif dan tes obyektif“. Penjelasan dari kedua bentuk tes tersebut adalah sebagai berikut: a) Tes subyektif pada umumnya berbentuk essay atau uraian. Tes
subyektif ini untuk mengukur kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.
b) Tes obyektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara obyektif. Tes obyektif ini macamnya adalah: a) Tes benar-salah (true–false); b) Tes pilihan ganda (multiple choice test); c) Tes menjodohkan (matchingtest); 4). Tes Isian (Completion test).
3. Tes yang digunakan
Tes yang digunakan adalah tes subyektif. Pelaksanaan tes dimaksudkan
untuk mengukur sejauh mana hasil pembelajara siswa tuna grahita ringan kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
menggunakan kartu kata bergambar. Tes dilaksanakan pada awal penelitian
untuk mengetahui sejauh mana kemampuan membaca anak dan pada awal dan
akhir siklus untuk mengetahui perkembangan membaca anak
3. Metode Dokumentasi a. Pengertian Dokumentasi
Berdasarkan literatur yang diperoleh, pengertian dokumentasi dapat
dijelaskan menurut beberapa pendapat sebagai berikut:
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 200) “dokumentasi yaitu data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, notulen, legger, agenda,
dsb”. Menurut Margono (2009: 161), “metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk
juga buku-buku pentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum dan lain-lain
yang berhubungan dengan masalah penelitian.”
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode
dokumentasi adalah cara pengumpulan data mengenal hal-hal atau variabel
melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku
pentang pendapat, teori, dalil, catatan, notuler, legger, agenda, atau
hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian
b. Dokumentasi yang Digunakan
Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk
memperoleh data tentang hal-hal variabel berupa perangkat kurikulum daftar
nilai awal siswa. Dokumentasi dalam penelitian ini diperoleh dari:
1) Perangakat kurikulum yang diterapkan di sekolah (silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia unrtuk kelas V SDLB.
2) Nilai hasil tes awal kemampuan membaca Bahasa Indonesia anak.
3) Nilai hasil akhir (setelah tindakan) kemampuan membaca Bahasa
Indonesia anak.
4) Foto-foto saat tindakan berlangsung di SLB Negeri Surakarta.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data-data hasil
commit to user
28
yaitu teknik deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat
menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan
tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa dan juga untuk
mengetahui respon/aktivitas siswa terhadap kegiatan pembelajaran membaca
permulaan. Peneliti membandingkan hasil kemampuan membaca sebelum diberi
tindakan (penggunaan kartu kata bergambar) dengan sesudah diberi tindakan pada
setiap siklus I , siklus II, dst.
Data yang diperoleh melalui observasi per siklus dianalisa dengan mean
(rata-rata) untuk menentukan kriteria kelebihan atau kelemahan tindakan
(penggunaan media kartu bergambar dalam membaca permulaan dengan metode
global). Melalui kegiatan refleksi, setiap indikator dicermati, sehingga diperoleh
kesimpulan untuk program perbaikan pada siklus berikutnya. Untuk memperjelas
hasil analisa data, baik hasil observasi maupun peningkatan kemmapuan membaca
permulaan siswa, keduanya ditampilkan dalam diagram batang.
F. Indikator Kinerja
Penerapan metode global dengan kartu kata bergambar dapat dikatakan
berhasil apabila terdapat peningkatan nilai rata-rata kemampuan membaca anak
dari 5 menjadi 7 dan anak yang memperoleh nilai 7 lebih dari 80% jumlah siswa
di kelas.
G. Prosedur Penelitian
Penerapan metode global dengan kartu kata bergambar untuk
meningkatkan kemampuan membaca pada siswa tunagrahita ringan kelas V SLB
Negeri Surakarta melalui prosedur sebagai berikut:
1. Persiapan tindakan
a. Menyusun skenario/langkah-langkah tindakan berupa rencana
pembelajaran.
b. Menyusun kartu kata bergambar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2. Menyusun indikator kerja
3. Implementasi tindakan
4. Observasi
5. Analisis dan refleksi
Jika hasil pembelajaran membaca permulaan metode global dengan kartu kata
bergambar masih jelek, perlu diulang dengan siklus II dan seterusnya.
Langkah-langkah penggunaan kartu kata bergambar dalam membaca
permulaan dengan metode global, contoh permainan kartu kata bergambar dalam
pembelajaran membaca permulaan (Metode Global):
1. Apersepsi dan penyampaian tujuan pembelajaran.
2. Pemasangan kartu kata bergambar yang ditampilkan di papan tulis.
3. Guru menerangkan dengan membaca semua kartu kata bergambar yang
ditempelkan di papan tulis.
4. Guru mengajak anak mencoba membaca kartu kata bergambar yang ada di
papan tulis.
5. Guru mengacak antara kartu kata bergambar dengan keterangannya.
6. Anak menggabungkan kembali antara kartu kata bergambar dengan
keterangannya.
7. Anak mengucapkan kartu kata bergambar yang ditunjuk oleh guru.
Langkah-langkah penerapan metode global adalah sebagai berikut:
1. Siswa membaca kalimat dengan bantuan gambar. Jika sudah lancar, siswa
membaca tanpa bantuan gambar, misalnya:
Ini bulan
2. Menguraikan kalimat dengan kata-kata: /ini/ /bulan/
3. Menguraikan kata-kata menjadi suku kata: i – ni bu – lan
4. Menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf,
commit to user
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas mengambil setting di SLB Negeri Surakarta,
pelaksanaanya mengikuti alur sebagai berikut:
1. Perencanaan, meliputi penetapan materi pembelajaran Bahasa Indonesia
dengan alokasi waktu pelaksanannya dari bulan April s/d Mei 2009.
2. Tindakan, meliputi seluruh proses kegiatan belajar mengajar membaca
permulaan dengan metode global pada pelajaran Bahasa Indonesia dengan
menggunakan media kartu kata bergambar.
3. Observasi, dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran, meliputi
aktivitas siswa, pengembangan materi, dan hasil belajar siswa.
4. Refleksi, meliputi kegiatan analisis akhir pembelajaran dan sekaligus
menyusun rencana perbaikan pada siklus berikutnya.
Pelaksanaan penelitian dilakukan secara kolaborasi dengan guru kelas,
yang membantu dalam pelaksanaan observasi dan refleksi selama penelitian
berlangsung, sehingga secara tidak langsung kegiatan penelitian bisa terkontrol
sekaligus menjaga kevalidan hasil penelitian.
Hasil dari penelitian ini disajikan secara lengkap dari setiap siklus,
sehingga memberikan gambaran yang jelas tentang perubahan/ perbaikan yang
diperoleh dari hasil kegiatan observasi, menyangkut berbagai aspek yang
berkaitan dengan penelitian. Sajian data ini dapat dibuat dalam bentuk tabel dan
grafik.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, guru dijadikan sebagai peneliti dan
penanggung jawab penuh. Guru, dalam hal ini peneliti, terlibat secara penuh
dalam perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi pada tiap-tiap siklusnya.
Keempat tindakan tersebut saling terkait dan berkelanjutan. Penelitian tindakan
kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Waktu tersebut dianggap mampu
memenuhi kepuasan peneliti dalam mencapai hasil yang diinginkan dan
mengatasi persoalan yang ada.