• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE GLOBAL DENGAN KARTU KATA BERGAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNA GRAHITA RINGAN KELAS V SLB NEGERI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE GLOBAL DENGAN KARTU KATA BERGAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNA GRAHITA RINGAN KELAS V SLB NEGERI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008 2009"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENERAPAN METODE GLOBAL DENGAN KARTU KATA BERGAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN

PADA ANAK TUNA GRAHITA RINGAN KELAS V SLB NEGERI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009

Skripsi Oleh : SUHARJO

X5107633

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENERAPAN METODE GLOBAL DENGAN KARTU KATA BERGAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN

PADA ANAK TUNA GRAHITA RINGAN KELAS V SLB NEGERI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009”

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa

Jurusan Ilmu Pendidikan

Oleh : SUHARJO

X5107633

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Munzayanah Drs. Rahmad Djatun, M.Pd

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Selasa

Tanggal : 5 Oktober 2010

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. A. Salim Choiri, M.Kes. ………..

Sekretaris : Drs. Maryadi, M.Ag. ………..

Anggota I : Dra. Munzayanah .………..

Anggota II : Drs. R. Djatun, M.Pd. ………..

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

(5)

commit to user

v ABSTRAK

SUHARJO. PENERAPAN METODE GLOBAL DENGAN KARTU KATA

BERGAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA

PERMULAAN PADA ANAK TUNA GRAHITA RINGAN KELAS V SLB NEGERI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009”. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Surakarta, 2009.

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan meningkatkan kemampuan membaca permulaan melalui penerapan metode global dengan kartu kata bergambar pada anak tuna grahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta tahun ajaran 2008/ 2009.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Subjek yang memperoleh perlakuan dalam penelitian ini ialah siswa tuna grahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta yang berjumlah 5 orang anak. Variabel bebas dalam penelitian tindakan kelas ini penerapan metode global dengan kartu kata bergambar. Sedangkan variabel terikatnya ialah kemampuan membaca permulaan siswa. Teknik pengumpulan data dengan tes dan obesrvasi, yang diterapkan dalam prasiklus, siklus I dan siklus II.

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

SUHARJO. APPLICATION OF GLOBAL METHOD BY PICTURED WORD CARD TO INCREASE THE ABILITY OF READING REGINVERS ON LIGHT MENTALLY RETARDED CLASS V SLB NEGERI SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR 2008/2009. Thesis, Surakarta: The Faculty of Teacher Training and Science Education, Sebelas Maret University, 2010.

The aim of this classroom action research is to know the role of application of global method by pictured work card to increase the ability of reading beginners on light mentally retarded class V SLB Negeri Surakarta in the school year 2008/2009.

This study uses classroom action research. The subject that gets treatment in this study is 5 light mentally retarded class V SLB Negeri Surakarta that consists of 5 students. The free variable in this classroom action research is application of global method by pictured word card. Where as the restricted variable is the ability of reading beginners.

The techniques of collecting data in this study ara test and observation, that applied in the pre cycle, cycle I, and cycle II.

The result of the classroom action research that application of global method by pictured word card can increase the reading ability of light mentally retarded class V SLB Negeri Surakarta in the school year 2008/2009.

(7)

commit to user

vii

MOTTO

“Bacalah jika kamu ingin paham, cobalah agar kamu bisa”

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Almarhum dan almarhunah Bapak Ibu R. Soemardi Dirjosaroyo atas segala pengorbanan yang telah mereka

berikan.

Bapak ibu mertua tercinta

Istriku tercinta atas semua dukungan, pengertian dan kesetiannya.

Kedua anakku tercinta, terima kasih atas dukungan dan semangat yang diberikan

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan, untuk memenuhi

sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Dalam penulisan skripsi ini, banyak hambatan dan kesulitan yang penulis

alami demi terselesaikannya penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan serta

dukungan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi.

Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang terbesar-besarnya kepada

pihak-pihak yang telah memberikan bantuan yang sangat berarti kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Bapak Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd.

3. Ketua Pogram Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta Bapak Drs. A. Salim Choiri, M. Kes.

4. Ibu Dra. Munzayanah selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dalam menyusun skripsi.

5. Bapak Drs. R. Djatun, M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dalam menyusun skripsi.

6. Bapak H. Sukamto, SE selaku Kepala SLB Negeri Surakarta yang telah

memberikan izin penulis untuk dapat melaksanakan penelitian di Sekolah

yang dipimpinnya.

7. Ibu dan bapak tercinta yang selalu mendo‟akan saya dalam setiap do‟anya.

8. Teman-teman mahasiswa program studi Pendidikan Luar Biasa Universitas

Sebelas Maret tahun 2008/2009.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada skripsi ini, oleh karena

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

skripsi ini penulis juga berharap skripsi ini dapat bermanfaat sekali bagi penulis

pada khususnya dan para pembaca pada umumnya serta bagi perkembangan ilmu

pengetahuan.

Surakarta, September 2010

(11)

commit to user

A. Latar Belakang Masalah ...

B. Perumusan Masalah ...

C. Tujuan Penelitian ...

D. Manfaat Penelitian ...

BAB II LANDASAN TEORI ...

A. Tinjauan Pustaka ...

1. Anak Tuna Grahita Ringan ...

a. Pengertian Anak Tuna Grahita Ringan ...

b. Penyebab Anak Tuna Grahita ………...

c. Karakteristik Anak Tuna Grahita Ringan ...

d. Proses Pembelajaran Bagi Anak Tuna Grahita...

2. Media Kartu Bergambar ...

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Pembelajaran Membaca Permulaan Dengan Metode Global ……..

a. Pengertian Membaca Permulaan ………

b. Proses Penerapan Membaca Permulaan ………...

c. Metode Mengajar Membaca Permulaan

d. Langkah-langkah Penerapan Metode Global

B. Kerangka Pemikiran ...

E. Teknik Analisis Data ………

F. Indikator Kinerja ………

G. Prosedur Penelitian ………

BAB IV HASIL PENELITIAN ………

A. Pelaksanaan Penelitian ………...

B. Hasil Penelitian………...

C. Pembahasan Hasil Penelitian ………..

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ………...

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ………

Tabel 2. Daftar Nilai Bahasa Indonesia Semester I ………...

Tabel.3. Nilai Kemampuan Membaca Siklus Pertama ...

Tabel 4. Nilai Partisipasi Aktis Siswa Siklus Pertama ... Tabel 5. Profil Hasil Keberhasilan Penelitian Siklus Pertama ...

Tabel 6. Nilai Kemampuan Membaca Siklus Kedua ...

Tabel 7. Nilai Partisipasi Aktis Siswa Siklus Kedua ...

Tabel 8. Profil Hasil Keberhasilan Penelitian Siklus Kedua ...

23

35

35

36

37

38

38

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR SKEMA

Halaman

(15)

commit to user

xv

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1. Nilai Kemampuan Membaca Siswa Siklus Pertama ...

Grafik 2. Prosentase Hasil Keberhasilan Penelitian Siklus Pertama ...

Grafik 3. Grafik Nilai Kemampuan Membaca dan Partisipasi Aktif

Siswa Siklus Kedua ...

Grafik 4. Prosentase Hasil Keberhasilan Penelitian Siklus Kedua ...

36

37

39

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran...

Lampiran 2. Media Kartu Kata Bergambar Dalam Meningkatkan

Kemampuan Membaca Permulaan Dengan Metode Gobal

...

Lampiran 3. Penyusunan Instrumen Tes Kemampuan Membaca

Permulaan (Metode Global) ...

Lampiran 4. Tabulasi Instrumen Tes Kemampuan Membaca Permulaan

...

Lampiran 5. Instrumen Observasi Partisipasi Anak dalam Pembelajaran

Membaca Permulaan Metode Global dengan media kartu

kata bergambar...

Lampiran 6. Hasil Penelitian Tindakan Kelas “Penerapan Metode

Global dengan Kartu Kata Bergambar dalam

Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan”Siklus I

………

47

48

49

50

52

(17)

commit to user

xvii

To analyze the data this study uses descriptive qualitative analysis technique. The result of this study shows: 1) From the data of pre cycle result the value of reading ability is 48. 2) From the data of this action result in the cycle I this average value of reading ability is 52. 3) From the data of action result in the cycle II the average value of reading ability is 83. the result of the classroom

action research expresses that there is an increase of the student‟s reading ability

in earch cycle and the result has fulfilled the indicator of success that has been fixed before. So it can be concluded that application of global method by pictured word card can increase the reading ability of light mentally retarded class V SLB Negeri Surakarta in the school year 2008/2009.

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan di semua jenis

jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar, menengah hingga pendidikan

tinggi memegang peranan penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.

Namun dalam kenyataannya pengajaran Bahasa Indonesia di jenjang pendidikan

dasar, khususnya dalam pembelajaran membaca di kelas hasilnya masih kurang

optimal. Hal tersebut juga terjadi pada hasil pembelajaran Bahasa Indonesia siswa

kelas V tuna grahita ringan di SLB Negeri Surakarta, nilainya rendah di bawah

rata-rata ketuntasan belajar (daftar nilai kelas V), bahkan sudah berada di kelas V

pun masih banyak anak yang tidak dapat membaca. Oleh sebab itu, guru kelas V

memegang peranan penting dalam bidang pengajaran Bahasa Indonesia

khususnya membaca. Tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai sejak

dini maka anak akan mengalami kesulitan belajar di kemudian hari. Kemampuan

membaca menjadi dasar yang utama tidak saja bagi pengajaran Bahasa Indonesia

sendiri, akan tetapi juga bagi pengajaran mata pelajaran lain. “Dengan

mendapatkan pengajaran membaca siswa akan memperoleh pengetahuan yang

bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan daya nalar, sosial, dan

emosinya” (Depdikbud, 1996: 2). Mengingat pentingnya peranan membaca tersebut bagi perkembangan siswa maka cara guru mengajar membaca haruslah

memilih metode yang tepat dan benar sehingga mudah dipahami anak yang

mungkin selama ini cara-cara penyampaian guru kurang tepat. Dalam pengajaran

baik metode maupun strategi pendekatan hasil yang diperoleh siswa kelas V

relatif rendah serta anak kurang berminat dalam pengajaran Bahasa Indonesia.

Dari berbagai permasalahan di atas maka layanan bimbingan dirasakan amat

berperan dalam membantu proses dan pencapaian tujuan pendidikan secara

bertahap diantaranya pendidikan peran guru. Di sini peneliti akan membahas dan

menguraikan mengenai cara memberikan bimbingan belajar membaca permulaan

dengan ”metode global” pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Membaca merupakan salah satu ketrampilan yang berkaitan erat dengan

ketrampilan dasar manusia yaitu bahasa. Dengan membaca memungkinkan

(19)

commit to user

2

manusia dapat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Keterampilan

membaca adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia termasuk bagi

anak tuna grahita. Dengan ketrampilan membaca yang dimilikinya anak tuna

grahita dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan juga sebagai dasar untuk

menguasai berbagai bidang studi.

Tahapan pelajaran membaca bagi anak tuna grahita ringan dimulai dengan

membaca permulaan. Pada tahap membaca permulaan siswa dimulai

diperkenalkan dengan berbagai simbol huruf, mulai dari simbol huru /a/ sampai

dengan huruf /z/. Caranya bergantung teknik pendekatan yang digunakan guru,

yaitu dapat dimulai dari pengolahan kata dari sebagian untuk seluruh atau

kemudian dicerai menjadi bagian-bagian huruf yang terkecil.

Ketatabahasaan intelegensi anak tuna grahita sangat berpengaruh dalam

proses pembelajaran membaca permulaan bagi anak tersebut. Maka dari itu,

dalam pelajaran membaca permulaan bagi anak tuna grahita dibutuhkan metode

yang tepat agar dapat mengasah ketrampilan anak dalam membaca. Salah satu

metode yang dikembangkan yaitu metode global. Di dalam metode ini anak akan

membaca kalimat secara utuh.

Di dalam penerapan metode global untuk meningkatkan kemampuan

membaca permulaan anak tuna grahita akan ditemukan masalah/hambatan yang

harus dipecahkan oleh guru agar pelajaran membaca tetap berjalan optimal dan

berhasil. Di dalam penelitian tindakan kelas ini, penulis telah mengindentifikasi

masalah mendasar yang terjadi di kelas V SLB Negeri Surakarta yaitu:

1. Penerapan metode global dalam membaca permulaan di kelas V SLB Negeri

Surakarta mengalami hambatan berupa: anak-anak ragu-ragu dalam membaca,

anak sulit membedakan huruf, siswa tidak mengetahui makna kata atau

kalimat yang dibacakan.

2. Hambatan yang dialami oleh anak tuna grahita tersebut akan mempersulit dan

memperlambat kemampuan membacanya.

3. Untuk mengatasinya dibutuhkan strategi (metode) dan media yang tepat dalam

penerapan metode global untuk pembelajaran membaca permulaan anak tuna

grahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta.

Untuk mengatasi hambatan yang dialami anak, maka penulis berusaha

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

global untuk membaca permulaan anak tuna grahita. Media yang dipilih yaitu

media kartu kata bergambar. Dengan media kartu kata bergambar diharapkan

dapat mempermudah penerapan “metode global” membaca permulaan bagi anak tuna grahita.

Dengan berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis berusaha

mengangkat permasalahan tersebut menjadi sebuah penelitian tindakan kelas

dengan judul: “Penerapan Metode Global dengan Kartu Kata Bergambar dalam

Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Tuna Grahita

Ringan Kelas V SLB Negeri Surakarta tahun ajaran 2008/2009.

B. Rumusan Masalah

Berkaitan dengan permasalahan pokok yang terdapat di kelas V SLB

Negeri Surakarta dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut,

“Apakah penerapan metode global dengan kartu kata bergambar dapat

meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tuna grahita V SLB Negeri

Surakarta ?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

membaca permulaan melalui metode global dengan kartu kata bergambar pada

anak tuna grahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh setelah penulis melaksanakan PTK

ini yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Dengan penerapan metode global kartu kata bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tuna grahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta.

2. Manfaat Praktis

(21)

commit to user

4

a. Meningkatkan perhatian, minat dan rasa senang siswa tunagrahita ringan

dalam proses pembelajaran membaca.

b. Mempermudah anak tunagrahita ringan dalam menyerap materi

pembelajaran membaca.

c. Mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran membaca.

d. Memudahkan bagi guru dalam memfasilitasi para siswa tunagrahita ringan

dalam pembelajaran membaca.

e. Mendorong guru-guru untuk lebih kreatif dalam mengelola pembelajaran

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Anak Tuna Grahita Ringan

a. Pengertian Anak Tuna Grahita Ringan

Anak tuna grahita ringan disebut juga anak tuna grahita mampu didik,

anak debil, moron, semi dependent atau bisa juga disebut dengan marginally

retarded. Istilah tersebut pada dasarnya mempunyai pengertian yang sama,

hanya saja dalam penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan sudut

pandang dari ahli yang bersangkutan. Dalam dunia pendidikan istilah yang

sering digunakan adalah tuna grahita ringan. Di bawah ini akan dikemukakan

pendapat beberapa ahli mengenai pengertian anak tuna grahita ringan. Menurut

Munzayanah (2000: 22), anak tuna grahita ringan adalah:

Mereka yang masih mampu mempunyai kemungkinan untuk memperoleh pendidikan dalam bidang membaca, menulis dan menghitung pada suatu tingkat tertentu di sekolah khusus. Biasanya untuk kelompok ini dapat mencapai tingkat tertentu, setingkat dengan kelas IV Sekolah Dasar, serta dapat mempelajari ketrampilan-ketrampilan yang sederhana.

Menurut The New American Webster dalam Moh. Amin ( 1995: 37)

dijelaskan bahwa, ” Moron (debile) is a person whose mentality does not develop beyond the 12 years old level. Maksud dari kalimat tersebut yaitu, tuna

grahita ringan adalah seorang anak yang memiliki kecerdasan mental paling

tinggi sama dengan anak normal usia 12 tahun”.

Menurut Usa Sutisna (1984:54) yang dimaksud dengan anak tuna

grahita ringan adalah “Anak yang mempunyai intelegensi setingkat lebih

rendah dibandingkan dengan anak lamban belajar, IQ berkisar antara 50/55 –

70/75 yang masih mampu mengikuti pendidikan sekolah khusus.

Sedangkan menurut J.B. Suparlan (1983: 30) menyatakan bahwa

“Anak tuna grahita ringan adalah anak yang masih dapat dididik tentang tugas -tugas dalam bidang sosial dan intelektual sampai batas-batas tertentu”.

(23)

commit to user

6

Menurut Dr. Lelly Resna, Sp. KJ. (Psikiater di RSJP Bandung) dan

Drs. A.G. Sundjaya, M. Pd. (Dosen JPTB-FPTK UPI) retardasi mental ringan

adalah keadaan di mana seorang anak agak terlambat dalam belajar bahasa tapi

sebagian besar dapat berbicara untuk keperluan sehari-hari, bercakap-cakap,

dan diwawancarai; dapat mandiri (makan, mandi, berpakaian, buang air besar,

dan buang air kecil) dan terampil dalam pekerjaan rumah tangga. Namun,

biasanya mereka mengalami kesulitan dalam pelajaran sekolah, misalnya

dalam membaca dan menulis, ini sering disebabkan oleh kekurangan kronik

stimulasi intelektual. (http: //pikiran rakyat/cyber media/edisi 2002)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat ditegaskan bahwa

anak tuna grahita ringan adalah anak yang mempunyai intelektual di bawah

rata-rata, memiliki IQ 50/55 – 70/75 yang setingkat lebih rendah dibandingkan

dengan anak lambat belajar, kemampuan berpikirnya rendah, perhatian dan

ingatannya lemah, tetapi masih memiliki potensi yang dapat dikembangkan

dalam bidang akademis yang sederhana seperti membaca, menulis dan

menghitung. Selain itu mereka masih dapat bersosialisasi dengan lingkungan

dan bila dilatih dapat memiliki ketrampilan tertentu yang dapat dijadikan bekal

hidup bagi dirinya setelah dewasa.

b. Penyebab Anak Tuna Grahita

Menurut Yannet dalam buku Gangguan Psikiatrik pada Anak Dengan

Retardasi Mental oleh Triman Prasadio dalam Munzayanah (2000: 14-15),

bahwa penyebab retardasi mental digolongkan menjadi 2 kelompok yaitu

1) Kelompok Biomedik yaitu meliputi: a) Prenatal, dapat terjadi karena

(1)Infeksi pada ibu pada waktu mengandung

(2)Gangguan metabolisme

(3)Iradiasi sewaktu umur kehamilan antara 2-6 minggu

(4)Kelainan kromosom

(5)Malnutrisi

b) Natal, antara lain berupa (1)Anaksia

(2)Asphysia

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

(4)Kerusakan otak

c) Pos natal, dapat terjadi karena (1) Malnutrisi

(2) Infeksi : meningitis dan encephalis (3) Trauma

2) Kelompok Sosio Cultural : psikologi atau lingkungan

Kelompok etiologi ini dipengaruhi oleh proses psikososial dalam keluarga. Dalam hal ini ada tiga macam teori yaitu:

a) Teori Stimulasi

Pada umumnya penderita retardasi mental yang tergolong ringan, disebabkan kekurangan rangsang atau kesempatan dari keluarga.

b) Teori gangguan

Kegagalan keluarga dalam memberikan proteksi yang cukup terhadap stress pada masa kanak-kanak, sehingga mengakibatkan gangguan pada proses mental.

c) Teori Keturunan

Teori ini mengemukakan bahwa hubungan antara orang tua dan anak sangat lemah akan mengalami disorganisasi, sehingga apabila anak mengalami stress akan bereaksi dengan cara yang bermacam-macam untuk dapat menyesuaikan diri. Atau dengan kata lain “Security System” sangat lemah di dalam keluarga.

Menurut Tredgold dalam Munzayanah (2000:15) klasifikasi penyebab

tuna grahita dibedakan menjadi dua yaitu:

1) Primary Amentia

Artinya kelompok retardasi mental yang disebabkan karena faktor

keturunan.

2) Secondery Amentia

Artinya kelompok retardasi mental yang disebabkan karena faktor eksternal

atau sesudah lahir

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat

kita ambil kesimpulan bahwa banyak faktor-faktor penyebab yang dapat

mengakibatkan terjadinya ketunaan pada anak, yaitu faktor keturunan, faktor

makanan dan minuman serta faktor lingkungan. Dalam hal ini faktor-faktor

tersebut dapat mempengaruhi terjadinya ketunagrahitaan baik pada saat

(25)

commit to user

8

c. Karakteristik Anak Tuna Grahita Ringan

Kondisi fisik anak tuna grahita ringan tidak berbeda dengan anak

normal pada umumnya, yang membedakan dengan anak normal ialah

kemampuan psikisnya. Dan anak tuna grahita ringan memiliki karakteristik

yang khusus dibandingkan dengan anak normal. Menurut Moh. Amin (1995:

37) karakteristik anak tuna grahita ringan meliputi kelancaran berbicara

meskipun kurang perbendaharaan katanya, mengalami kesukaran berpikir

abstrak, tetapi masih bisa mengikuti pelajaran akademik baik di sekolah biasa

maupun di sekolah khusus.

Menurut Munzayanah (2000: 23) ciri-ciri/karakteristik anak tuna

grahita ringan adalah sebagai berikut :

1) Dapat dilatih tentang tugas-tugas yang ringan.

2) Mempunyai kemampuan yang terbatas dalam bidang intelektual sehingga hanya mampu dilatih untuk membaca, menulis dan menghitung pada batas-batas tertentu.

3) Dapat dilatih untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang rutin maupun ketrampilan.

4) Mengalami kelainan bicara atau speech defect, sehingga sulit untuk diajak berkomunikasi.

5) Mengalami gangguan dalam bersosialisasi. 6) Peka terhadap penyakit.

Karakteristik anak tunagrahita menurut Brown et al, 1991; Wolery &

Haring, 1994 pada Exceptional Children, fifth edition, p.485-486, 1996 adalah

sebagai berikut:

1) Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru, mempunyai kesulitan dalam

mempelajari pengetahuan abstrak atau yang berkaitan, dan selalu cepat lupa

apa yang dia pelajari tanpa latihan yang terus menerus.

2) Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.

3) Anak tunagrahta ringan dapat bermain bersama dengan anak regular.

(www.ditplb.or.id, diakses 13 Februari 2009)

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat

disimpulkan bahwa secara umum anak tuna grahita ringan mempunyai

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

rendah, perhatian dan ingatannya lemah, sehingga mengalami kesulitan

untuk mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan fungsi mental dan

intelektualnya, anak menjadi pelupa, cepat bosan, sulit konsentrasi dan

sifatnya yang kekanak-kanakan.

3) Kondisi sosial anak tuna grahita ringan tidak dapat atau kurang dapat

bersosialisasi dengan baik dalam lingkungannya.

Ditinjau dari segi perkembangan ciri-ciri fisik dan psikis tersebut

menjadi hambatan bagi anak dalam meningkatkan kemampuan membaca

materi pelajaran yang diajarkan oleh guru dalam mata pelajaran Bahasa

Indonesia.

d.Proses Pembelajaran Bagi Anak Tunagrahita

Sesuai dengan karakteristik anak tunagrahita sebagaimana telah

dibahas di atas maka dalam proses pembelajarannya pun harus disesuaikan

dengan keberadaan anak tunagrahita. Yang dimaksud dengan karakteristik di

sini adalah sebagai aspek atau kualitas masing-masing siswa. Aspek tersebut

dapat berupa bakat, motivasi, prilaku, kebiasaan, kemampuan, status sosial, dan

sebagainya (Depdiknas: 2007: 65).

”Proses pembelajaran pada intinya adalah pemberian layanan kepada

setiap individu siswa agar mereka berkembang secara maksimal sesuai dengan

potensi yang mereka miliki” (Depdiknas, 2002: 66). Menelaah pengertian

proses pembelajaran yang dikemukakan tersebut telah sejalan dengan

paradigma baru dalam proses pembelajaran, yakni harus berpusat pada siswa.

Dengan demikian segala tindakan yang dilakukan dan berbagai kriteria yang

ditentukan merupakan hasil pertimbangan terhadap siswa yang dilayani.

Dengan demikian proses pembelajaran bagi anak tunagrahita harus

(27)

commit to user

10

motivasi belajar rendah, dan prilaku yang kekanak-kanakan walaupun usianya

sudah dewasa dapat terdorong dan tetap mau mengikuti pembelajaran dengan

perasaan senang.

2. Media Kartu Bergambar

a. Pengertian Media Kartu Bergambar

Media kartu kata bergambar atau fla sh ca r ds menurut House

(1997:54) berukuran 1 2 x 8 cm, sangat bagus dan ukuran dapat diatur. Begitu

pula Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001:30) mengatakan bahwa "Flash

cards berisi kata-kata, gambar atau kombinasinya dan dapat digunakan untuk

mengembangkan perbendaharaan kata-kata dalam mata pelajaran bahasa".

Metode ini dikembangkan oleh Glenn Doman yang lulus dari

Universitas Pennsylvania tahun 1940 jurusan physical ther apy. Pada

awalnya metode ini digunakan untuk memberikan pengajaran membaca

(maupun tematik) kepada anak-anak yang mengalami cedera otak. Dengan

metode ini ternyata anak-anak tersebut bahkan menunjukkan kemampuan

lebih dibandingkan anak-anak normal. Glenn Doman bersama putrinya

Jannet Doman akhirnya mendedikasikan waktunya untuk membantu para

balita untuk mencerdaskan otak sejak dini.

(

http://lintangkusumaning.blog5Pot.com/2009/02/mengajar-balita-membaca-dengan-homemade.html, diakses 5 Februari 2009)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media kartu bergambar

adalah kartu yang berukuran 12 x 8 cm yang berisi kata, gambar atau

kombinasinya. Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lembaran kertas

karton yang berukuran 1 2 X 8 cm, setiap lembaran kartu tersebut berisi

gambar-gambar, baik yang dibuat sendiri maupun mengambil kartu

bergambar yang telah ada. Pada bagian bawah setiap gambar diberi

keterangan yang berupa kosakata bahasa Indonesia.

Flashcard adalah alat bantu untuk anak agar bisa belajar membaca.

Flashcard sendiri terdiri dari lembaran-lembaran kertas putih berbentuk

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

nama binatang, benda-benda di sekitar kita dan sebagainya. Metodenya

sendiri yaitu dengan ditunjukkan kartu-kartu tersebut di hadapan si balita

sambil kita menyebutkan kata yang tertera di kartu tersebut.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media kartu bergambar

adalah kartu yang berukuran 12 x 8 cm yang berisi kata, gambar atau

kombinasinya. Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lembaran kertas

karton yang berukuran 1 2 X 8 cm, setiap lembaran kartu tersebut berisi

gambar-gambar, baik yang dibuat sendiri maupun mengambil kartu

bergambar yang telah ada. Pada bagian bawah setiap gambar diberi

keterangan yang berupa kosakata bahasa Indonesia.

b. Kelebihan dan Kekurangan Media Kartu Bergambar

Dalam pembelajaran menerapkan media kartu bergambar, terdapat

beberapa kelebihan dan kekurangannnya. Berdasarkan beberapa literatur

dapat dijelaskan sebagai berikut:

Kelebihan penggunaan media kartu bergambar menurut Arief S. Sadiman,

dkk (2006: 29) adalah sebagai berikut:

1) Sifatnya konkrit, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah

dibandingkan dengan media verbal semata.

2) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda,

objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, tetapi gambar dapat selalu

dibawa kemana-mana.

3) Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.

4) Dapat memperjelas suatu masalah, dalain bidang apa saja dan uriluk

tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah/membetulkan

kesalahpahaman.

5) Murah harganya dan gampang didapat serta digunakan, tanpa

memerlukan peralatan khusus.

Menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001:29) media kartu

bergambar sebagai media visual mempunyai kelebihan:

(29)

commit to user

12

2) Mudah didapat

3) Mudah digunakannya

4) Dapat memperjelas suatu masalah

5) Lebih realistis

6) Dapat membantu mengatasi keterbatasan pengamatan

7) Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kelebihan media

kartu bergambar jika dibandingkan dengan media pembelajaran yang lain

adalah harganya murah, mudah digunakan dalam kegiatan belajar

mengajar, mudah untuk mendapatkannya serta dapat digunakan untuk

mengatasi keterbatasan indera pengamatan.

Kelemahan media kartu bergambar menurut Arief S. Sadiman, dkk

(2006:31) adalah sebagai berikut:

1) Kartu bergambar hanya menekankan persepsi indera mata.

2) Kartu bergambar kurang efektif jika menerangkan gambar yang terlalu

kompleks.

3) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

Menurut Latuhem (1988:42) keterbatasan dari media kartu

bergambar adalah sebagai berikut :

1) Untuk memperbesar kartu bergambar memerlukan suatu proses dan

memerlukan biaya yang cukup besar.

2) Pada umumnya hanya dua dimensi yang nampak pada suatu kartu

gambar, sedangkan dimensi yang Jainnya tidak jelas.

3) Tidak dapat memperlihatkan suatu pola gerakan secara utuh untuk suatu

gambar, kecuali jika menampilkan sejumlah gambar dalam suatu urutan

peristiwa pada pola gerak terlentu.

4) Tanggapan bisa berbeda terhadap gambar yang sama.

Adanya kekurangan media gambar ini, maka cara untuk mengurangi

kelemahan media kartu bergambar antara lain:

1) Gunakan kartu bergambar yang sesuai dengan pertumbuhan dan

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

2) Saat memegang atau memperlihatkan kartu bergambar, usahakan agar

kartu bergambar tersebut jangan sampai bergerak.

3) Hindari penggunaan kartu bergambar dalam jumlah dan jenis yang

terlampau banyak; sebab hal ini cenderung membingungkan siswa.

Kecuali jika ingin membandingkan beberapa kartu bergambar, maka

perlihatkanlah kartu bergambar itu satu persatu agar perhatian siswa

hanya tertuju pada kartu bergambar yang sedang diamati.

4) Arahkan perhatian siswa pada sebuah kartu bergambar, kemudian

ajukan beberapa pertanyaan langsung sehubungan dengan kartu

bergambar tersebut.

5) Jika ingin memperlihatkan kartu bergambar pada siswa tanpa

pengawasan secara khusus dari guru, usahakan agar ada keterangan

tertulis pada bagian bawah dari kartu bergambar tersebut. Keterangan

tersebut harus singkat tetapi jelas (tidak membuat siswa bingung dan

bertanya-tanya pada dirinya sendiri atau pada orang lain).

6) Adalah lebih baik jika guru menulis penanyaan-pertanyaan dan

jawabannya di samping kartu bergambar tersebut, tetapi tutupilah

jawabannya dengan kertas.Biarkan setiap siswa menguji sendiri

kebenaran. (Latuheru, 1988:43)

Menurut Amir Hamzah Sulaiman (1988:29) bahwa penggunaan

media kartu bergambar dalam pembelajaran harus memperhatikan:

1) Gambar harus bagus, menarik, jelas dan mudah dimengerti.

2) Apa yang digambar harus cukup penting dan cocok untuk hal yang

sering dipelajari.

3) Gambar harus benar artinya dapat menggambarkan situasi yang serupa

jika dilihat pada keadaan yang sebenarnya.

4) Gambar memiliki kesederhanaan dalam arti tidak rumit sehingga sulit

dipahami siswa.

5) Gambar harus sesuai dengan kecerdasan orang yang melihatnya.

(31)

commit to user

14

Dari berbagai kelemahan tersebut dapat disimpulkan bahwa secara

umum kelemahan kartu bergambar adalah hanya menekankan pada

indera mata, ukurannya sangat terbatas pada kelompok besar, tidak

memperlihatkan suatu pola gerakan yang utuh serta tanggapan siswa dapat

berbeda-beda terhadap kartu gambar yang sama.

c. Pentingnya Media atau Alat Peraga dalam Proses Pembelajaran

Penggunaan media atau alat peraga dalam proses pembelajaran

merupakan unsur yang sangat penting, terlebih dalam pembelajaran bagi anak

tunagrahita. Sangat jelas, inti dari penggunaan media atau alat peraga adalah

untuk meningkatkan mutu pendidikan menuju ke arah yang lebih baik.

Mengenai pentingnya media atau alat peraga dikemukakan oleh Nana

Sudjana (2002 : 43) sebagai beriklut : ”Alat peraga dalam mengajar memegang

peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar

yang efektif.” Lebih lanjut Nana Sudjana (2002: 99-100) mengemukakan tentang fungsi alat peraga dalam proses pembelajaran sebagai berikut:

1) Penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran bukan

merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif. 2) Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari

keseluruhan proses pembelajaran.

3) Alat peraga dalam pembelajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pembelajaran.

4) Alat peraga dalam proses pembelajaran bukan sebagai pelengkap.

5) Alat peraga dalam pembelajaran utamanya untuk mempercepat dan

membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan.

6) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk

mempertinggi mutu pembelajran.

7) Dengan alat peraga dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir, sehingga dapat mengurangi terjadinya verbalisme.

8) Dengan alat peraga dapat menambah minat dan perhatian siswa untuk belajar.

9) Dengan alat peraga dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap.

10)Alat peraga memberikan pengalaman yang nyata dan dapat

menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa.

11)Alat peraga dapat menumbuhkan pemikiran yang teratur dan

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

12) Alat peraga membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu

berkembangnya kemampuan berbahasa.

13)Alat peraga memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna.

Penggunaan media atau alat peraga dalam proses pembelajaran, bagi

anak tunagrahita perlu digarisbawahi selain berfungsi sesuai dengan

uraian-uraian di atas akan lebih penting peranannya dalam upaya menarik minat dan

menumbuhkan rasa senang untuk mau belajar. Tanpa ada ketertarikan dan rasa

senang dalam proses pembelajaran, tentu siswa tunagrahita akan merasa malas,

bersikap apatis, atau berontak, bahkan bisa jadi mogok belajar. Oleh karena

itulah upaya-upaya untuk menarik perhatian siswa dan mengusahakan adanya

rasa senang mutlak harus dilakukan oleh seorang guru. Dalam buku Model

Pembelajaran Pendidikan Khusus (Depdiknas, 2007: 6) dijelaskan bahwa

dalam pembelajaran bagi anak tunagrahita harus memperhatikan daya tarik.

Yakni daya tarik pembelajaran yang dapat diukur dengan mengamati adanya

kecenderungan peserta didik untuk tetap dapat terus belajar. Yang perlu diingat

oleh pendidik dalam mengajar harus memperhatikan PAKEM yakni dapat

menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Berdasarkan pendapat ahli pada uraian-uraian di atas dapat disimpulkan

bahwa penggunaan media atau alat peraga dalam proses pembelajaran

merupakan suatu hal yang sangat penting guna mencapai suatu tujuan dalam

proses pembelajaran yang dilakukan. Namun demikian sebelum menggunakan

media atau alat peraga dalam proses pembelajaran, guru harus

mempertimbangkan dan dapat memilih alat peraga yang akan digunakan agar

betul-betul relevan dengan materi pembelajaran yang disampaikan.

3. Pembelajaran Membaca Permulaan Dengan Metode Global

a. Pengertian Membaca Permulaan

Membaca merupakan salah satu ketrampilan yang berkaitan erat dengan

(33)

commit to user

16

Menurut Tarigan (1994: 7), “Membaca adalah suatu proses yang

dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang

hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata”.

Menurut W.J.S Purwodarminto (1980: 112), „Membaca adalah melihat

sambil melisankan suatu tulisan dengan tujuan mengetahui isinya.”

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1990: 62) membaca adalah:

1) Melihat serta memahami apa yang tertulis

2) Mengeja atau melafalkan apa yang tertulis

3) Mengucapkan bahan tertulis ke dalam kata-kata

Membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca permulaan

dalam teori ketrampilan, maksudnya menekankan pada proses penyandian

membaca secara mekanikal. Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah

membaca merupakan proses recoding dan decoding (Anderson, 1972: 209).

Membaca merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses

yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual. Dengan

indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi

serta kombinasinya. Melalui proses recoding, pembaca mengasosiasikan

gambar gambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan bunyi-bunyinya.

Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya menjelma menjadi

rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata, dan kalimat

yang bermakna. Di samping itu, pembaca mengamati tanda-tanda baca untuk

mrmbantu memahami maksud baris-baris tulisan. Proses psikologis berupa

kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Melalui proses decoding,

gambar-gambar bunyi dan kombinasinya diidentifikasi, diuraikan kemudian

diberi makna. Proses ini melibatkan knowledge of the world dalam skemata

yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang

tersimpan dalam gudang ingatan (Syafi‟ie, 1999: 7).

Membaca permulaan adalah pengajaran membaca awal yang diberikan

kepada siswa yang belum bisa membaca dengan tujuan agar siswa terampil

membaca serta mengembangkan pengetahuan bahasa dan ketrampilan

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai

moral, kemampuan bernalar dan kreativitas anak didik (Akhadiah, 1992 : 29).

Berdasarkan pendapat ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

membaca permulaan merupakan suatu proses ketrampilan dan kognitif. Proses

ketrampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang

fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan

lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau

kalimat.

b. Proses Penerapan Membaca Permulaan

Menurut La Barge dan Samuels (dalam Downing and Leong, 1982:

206) proses membaca permulaan melibatkan tiga komponen, yaitu (a) visual

memory (vm), (b) phonological memory (pm), dan (c) semantic memory (sm).

Lambang-lambang fonem tersebut adalah kata, dan kata dibentuk menjadi

kalimat. Proses pembentukan tersebut terjadi pada ketiganya. Pada tingkat

VM, huruf, kata dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis, sedangkan pada

tingkat PM terjadi proses pembunyian lambang. Lambang tersebut juga dalam

bentuk kata, dan kalimat. Proses pada tingkat ini bersumber dari VM dan PM.

Akhirnya pada tingkat SM terjadi proses pemahaman terhadap kata dan

kalimat. Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk memperoleh kemampuan

membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a)

lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c)

memasukkan makna dalam kemahiran bahasa. Pada tingkatan membaca

permulaan, pembaca belum memiliki ketrampilan kemampuan membaca yang

sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh

ketrampilan/kemampuan membaca. Membaca pada tingkatan ini merupakan

kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut

dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut, untuk

memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan

membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk

(35)

commit to user

18

Tujuan membaca permulaan adalah agar siswa memiliki kemampuan

memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai

dasar untuk dapat membaca lanjut (Akhadiah, 1992: 31). Pembelajaran

membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca

untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan

ini sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning to read).

Membaca lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk

memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan. Tingkatan ini disebut

sebagai membaca untuk belajar (reading to learn). Kedua tingkatan tersebut

bersifat kontinum, artinya pada tingkatan membaca permulaan yang fokus

kegiatannya penguasaan sistem tulisan, telah dimulai pula pembelajaran

membaca lanjut dengan pemahaman walaupun terbatas. Demikian juga pada

membaca lanjut menekankan pada pemahaman isi bacaan, masih perlu

perbaikan dan penyempurnaan penguasaan teknik membaca permulaan

(Syafi‟ie, 1999: 16).

Melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai

moral, kemampuan bernalar dan kreativitas anak didik (Akhadiah, 1992: 29).

Berdasarkan kurikulum pendidikan dasar 1994, materi pembelajaran membaca

permulaan yang tertuang dalam GBPP mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk

siswa Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:

1) Persiapan (pra membaca)

Pada tahap awal ini, pada awal catur wulan I, kepada siswa diajarkan :

(1). Sikap duduk yang baik,

(2). Cara meletakkan atau menempatkan buku di meja, (3). Cara memegang buku,

(4). Cara membalik halaman buku yang tepat,

(5). Melihat atau memperhatikan gambar atau tulisan. 2) Setelah pra membaca, siswa diajarkan :

(1). Lafal dan intonasi kata dan kalimat sederhana (menirukan guru), (2). Huruf-huruf yang digunakan dalam kata dan kalimat sederhana yang

sudah di kenal siswa (huruf-huruf diperkenalkan secara bertahap sampai dengan 14 huruf).

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

- e, t, p ; misalnya kata : itu, pita, ema; kalimat : itu pita ema. - o, d ; misalnya kata : itu, bola, didi; kalimat : itu bola didi. - k, s ; misalnya kata : kuda, papa, satu; kalimat : kuda papa satu.

3) Kata-kata baru yang bermakna (menggunakan huruf-huruf yang sudah

dikenal), misalnya : toko, ubi, boneka, mata, tamu.

c. Metode Mengajar Membaca Permulaan

Bagi siswa tuna grahita ringan yang belum lancar membaca, penting

sekali bagi guru untuk menggunakan metode membaca. Depdiknas (2000: 4)

menawarkan berbagai metode yang diperuntukkan bagi anak yang belajar

membaca, antara lain : metode eja/bunyi, metode kata lembaga, metode global

dan metode SAS.

Keempat Metode pembelajaran di atas dapat diterapkan pada siswa

kelas rendah (I dan II) di sekolah dasar. Guru dianjurkan memilih salah satu

metode yang cocok dan sesuai untuk diterapkan pada siswa. Menurut hemat

penulis, guru sebaiknya mempertimbangkan pemilihan metode pembelajaran

yang akan digunakan sebagai berikut:

1) Dapat menyenangkan siswa

2) Tidak menyulitkan siswa untuk menyerapnya

3) Bila dilaksanakan, lebih efektif dan efisien

4) Tidak memerlukan fasilitas dan sarana yang lebih rumit

Metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf

demi huruf. Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah pendekatan

harfiah. Siswa mulai diperkenalkan dengan lambing-lambang huruf.

Pembelajaran metode eja terdiri dari pengenalan huruf atau abjad A sampai

dengan 2 dan pengenalan bunyi huruf atau fonem.

Metode kata lembaga didasarkan atas pendekatan kata, yaitu cara

memulai mengajarkan membaca dan menulis permulaan dengan menampilan

(37)

commit to user

20

Metode global adalah belajar membaca kalimat secara utuh. Adapun

pendekatan yang dipakai dalam metode global ini adalah pendekatan kalimat.

Selanjutnya metode SAS (Struktural Analitik dan Sintetik) adalah metode

belajar membaca yang didasarkan atas pendekatan cerita.

Salah satu metode pembelajaran membaca permulaan yang akan

diangkat dalam penelitian tindakan kelas ini adalah metode global. Menurut

Purwanto (1997: 32), „Metode global adalah metode yang melihat segala

sesuatu sebagai keseluruhan. Penemu metode ini ialah seorang ahli ilmu jiwa

dan ahli pendidikan bangsa Belgia yang bernama Declory”.

Kemudian Depdiknas (2000:6) mendefinisikan bahwa metode global

adalah cara belajar membaca kalimat secara utuh. Metode global ini

didasarkan pada pendekatan kalimat. (http://tarmizi.wordpress.com, diakses

20 Februari 2009)

Peneliti memilih metode global sebagai strategi belajar/ metode

membaca permulaan dengan pertimbangan bahwa dengan metode ini anak

tuna grahita ringan dengan mudah menerima pembelajaran membaca yang

diberikan secara menyeluruh (mulai dari menguraikan kalimat menjadi kata).

e. Langkah-Langkah Penerapan Metode Global

Penerapan metode global diberikan dengan menampilkan kata/ kalimat

di bawah kartu kata bergambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat

menjadi kata, menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku

kata menjadi huruf.

Cara penerapan metode global ini didasarkan pada pendekatan kalimat.

Caranya ialah guru mengajarkan membaca dan menulis dengan menampilkan

kalimat di bawah gambar. Metode global dapat juga diterapkan dengan

kalimat tanpa bantuan gambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

kata menjadi huruf. (http://endangraspita.strategi-belajar-membaca.org,

diakses 20 April 2009)

Adapun cara pelaksanaannya dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Beberapa minggu yang pertama anak-anak diberinya kalimat-kalimat yang

merupakan cerita singkat, urnumnya yang mudah-mudah dan berhubungan

dengan diri anak-anak, yang sudah dikenal. Kalimat-kalimat itu ditulis

dengan huruf-huruf tulis, yang tiap-tiap hari dapat diulanginya.

Contoh: ini bu ani

ibu ani masak nasi

ani makan nasi

b. Setelah beberapa lama, anak-anak hafal bunyi kalimat-kalimat itu dan

dapat membedakan kata-kata yang sama atau hampir sama. Alangkah

baiknya jika tiap-tiap kalimat disertai gambarnya.

c. Setelah dapat membedakan kata-kata dalam kalimat-kalimat yang sudah

diberikan (hal ini biasanya dengan tidak disadari), maka berangsur-angsur

anak-anak itu akan dapat pula membedakan suku-suku kata (hafal).

Kemudian mengerti huruf-huruf dengan bunyi sekaligus.

d. Setelah hafal dan mengerti bunyi-bunyi huruf itu, dapat pula

merangkaikannya menjadi kata-kata, dan dari kata-kata menjadi kalimat

B. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran merupakan suatu arah penalaran agar dapat

diperoleh pemberian jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan.

(39)

commit to user

22

C. Perumusan Hipotesis

Perumusan hipotesis yang penulis rumuskan dalam penelitian tindakan

kelas ini adalah: “Penerapan metode global dengan kartu kata bergambar dapat

meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tuna grahita ringan

kelas V SLB Negeri Surakarta tahun ajaran 2008/2009”

Kondisi awal kemampuan membaca

Kemampuan membaca siswa tunagrahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta rendah

Tindakan Guru menerapkan metode global

dengan kartu bergambar (Siklus I dan Siklus II)

Kondisi Akhir

Kemampuan membaca siswa tunagrahita ringan kelas V SLB Negeri

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di Sekolah Luar Biasa Negeri

Surakarta yaitu di kelas V. Kelas ini adalah kelas yang penulis ajar.

2. Waktu Penelitian

Untuk rincian waktu dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Tahapan Waktu Pelaksanaan Kegiatan

1) Penyusunan

proposal

Februari 2009  Menyusun proposal penelitian

tindakan kelas yang akan diterapkan

2) Perencanaan April 2009, minggu 1-2

April 2009, minggu 3-4

 Menyusun skenario pembelajaran

dan RPP

 Perencanaan tindakan siklus 1  Implementasi dan observasi siklus 1  Interpretasi dan refleksi siklus 1  Perencanaan tindakan siklus 2  Implementasi dan observasi siklus 2  Interpretasi dan refleksi siklus

4) Penyusunan

(41)

commit to user

24

B. Subjek Penelitian

Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa dan guru kelas V

Sekolah Luar Biasa Negeri Surakarta. Siswa yang dijadikan obyek penelitian ini

adalah siswa tuna grahita ringan kelas V.

C. Data dan Sumber Data

Data penelitian yang dikumpulkan adalah berupa informasi tentang

kemampuan membaca yang dimiliki oleh anak, ketertarikan siswa dalam

pembelajaran membaca Bahasa Indonesia, serta kemampuan guru dalam

menyusun rencana pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran membaca

bahasa indonesia, termasuk di dalamnya penerapan media kartu kata bergambar

dalam membaca permulaan Bahasa Indonesia di kelas V bagi anak tuna grahita

ringan.

Data yang dikumpulkan berasal dari beberapa sumber meliputi:

1. Informan atau nara sumber. Yaitu siswa tuna grahita kelas V dan guru kelas

yang mengajar.

2. Catatan khusus dan dokumentasi (foto) selama berlangsungnya penerapan

media kartu kata bergambar untuk meningkatkan kemampuan membaca

permulaan oleh teman sejawat (guru lain).

3. Arsip administrasi berupa kurikulum yang digunakan, RPP, nilai hasil

pembelajaran membaca permulaan anak.

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode penelitian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

observasi, tes, dan dokumentasi.

1. Metode Observasi

a. Pengertian Observasi

Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan

(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

maupun psikologi dengan pencatatan. Format yang disusun berisi item-item

tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi (Suharsimi

Arikunto, 2006: 229).

Menurut Supardi (2008: 127), observasi adalah kegiatan pengamatan

(pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah

mencapai sasaran.

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa observasi

adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) secara langsung mengenal

fenomena-fenomena dan gejala psikis maupun psikologi dengan pencatatan

untuk memotret seberapa jauh efek tidakan telah mencapai sasaran.

b. Macam-macam Observasi

Observasi ini dilakukan untuk mengamati secara langsung proses dan

dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah

perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Dalam melakukan observasi proses,

menurut Retno Winarni (2009: 84-85) ada 4 metode observasi yaitu:

1) Observasi Terbuka, pengamat tidak menggunakan lembar observasi,

melainkan hanya menggunakan kertas kosong merekam pelajaran yang

diamati.

2) Observasi Terfokus, ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari

pembelajaran. Misalnya: yang diamati kesempatan bagi siswa untuk

berpartisipasi.

3) Observasi Terstruktur, observasi menggunakan instrumen yang terstruktur

dan siap pakai, sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda (V)

pada tempat yang disediakan.

4) Observasi Sistematik, observasi sistematik lebih rinci dalam kategori yang

diamati. Misalnya dalam pemberian penguatan, data dikategorikan

menjadi penguatan verbal dan nonverbal.

c. Observasi yang Digunakan

Dalam penelitian in digunakan observasi terstruktur, dimana observasi

menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat

(43)

commit to user

26

lembar pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran

kemampuan membaca melalui metode global dengan kartu kata bergambar.

Alasan digunakan observasi terstruktur adalah untuk mempermudah observer

melakukan pengamatan dan observasi tertruktur sesuai dengan masalah yang

diteliti.

2. Metode Tes 1. Pengertian Tes

Berdasarkan literatur yang diperoleh, pengertian tes dapat dijelaskan

menurut beberapa pendapat sebagai berikut:

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 224), “tes adalah alat ukur atau

prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam

suasana, dengan cara dan aturan yang sudah ditentukan“. Sedangkan menurut

Winkel (2001: 325) “Tes adalah suatu seri pertanyaan atau soal yang harus

dijawab atau dipecahkan“.

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu

alat untuk mengukur sesuatu yang berupa pertanyaan atau tugas yang harus

diselesaikan oleh seseorang individu yang akan diukur kemampuannya itu

dengan standar penilaian tertentu pula.

2. Tipe Tes

Tes terdiri dari beberapa tipe dalam proses pembelajaran. Menurut

Suharsimi Arikunto (2006: 225) “Bentuk tes ada dua, yaitu tes subyektif dan tes obyektif“. Penjelasan dari kedua bentuk tes tersebut adalah sebagai berikut: a) Tes subyektif pada umumnya berbentuk essay atau uraian. Tes

subyektif ini untuk mengukur kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.

b) Tes obyektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara obyektif. Tes obyektif ini macamnya adalah: a) Tes benar-salah (truefalse); b) Tes pilihan ganda (multiple choice test); c) Tes menjodohkan (matchingtest); 4). Tes Isian (Completion test).

3. Tes yang digunakan

Tes yang digunakan adalah tes subyektif. Pelaksanaan tes dimaksudkan

untuk mengukur sejauh mana hasil pembelajara siswa tuna grahita ringan kelas

(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

menggunakan kartu kata bergambar. Tes dilaksanakan pada awal penelitian

untuk mengetahui sejauh mana kemampuan membaca anak dan pada awal dan

akhir siklus untuk mengetahui perkembangan membaca anak

3. Metode Dokumentasi a. Pengertian Dokumentasi

Berdasarkan literatur yang diperoleh, pengertian dokumentasi dapat

dijelaskan menurut beberapa pendapat sebagai berikut:

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 200) “dokumentasi yaitu data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, notulen, legger, agenda,

dsb”. Menurut Margono (2009: 161), “metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk

juga buku-buku pentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum dan lain-lain

yang berhubungan dengan masalah penelitian.”

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode

dokumentasi adalah cara pengumpulan data mengenal hal-hal atau variabel

melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku

pentang pendapat, teori, dalil, catatan, notuler, legger, agenda, atau

hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian

b. Dokumentasi yang Digunakan

Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk

memperoleh data tentang hal-hal variabel berupa perangkat kurikulum daftar

nilai awal siswa. Dokumentasi dalam penelitian ini diperoleh dari:

1) Perangakat kurikulum yang diterapkan di sekolah (silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia unrtuk kelas V SDLB.

2) Nilai hasil tes awal kemampuan membaca Bahasa Indonesia anak.

3) Nilai hasil akhir (setelah tindakan) kemampuan membaca Bahasa

Indonesia anak.

4) Foto-foto saat tindakan berlangsung di SLB Negeri Surakarta.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data-data hasil

(45)

commit to user

28

yaitu teknik deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat

menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan

tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa dan juga untuk

mengetahui respon/aktivitas siswa terhadap kegiatan pembelajaran membaca

permulaan. Peneliti membandingkan hasil kemampuan membaca sebelum diberi

tindakan (penggunaan kartu kata bergambar) dengan sesudah diberi tindakan pada

setiap siklus I , siklus II, dst.

Data yang diperoleh melalui observasi per siklus dianalisa dengan mean

(rata-rata) untuk menentukan kriteria kelebihan atau kelemahan tindakan

(penggunaan media kartu bergambar dalam membaca permulaan dengan metode

global). Melalui kegiatan refleksi, setiap indikator dicermati, sehingga diperoleh

kesimpulan untuk program perbaikan pada siklus berikutnya. Untuk memperjelas

hasil analisa data, baik hasil observasi maupun peningkatan kemmapuan membaca

permulaan siswa, keduanya ditampilkan dalam diagram batang.

F. Indikator Kinerja

Penerapan metode global dengan kartu kata bergambar dapat dikatakan

berhasil apabila terdapat peningkatan nilai rata-rata kemampuan membaca anak

dari 5 menjadi 7 dan anak yang memperoleh nilai 7 lebih dari 80% jumlah siswa

di kelas.

G. Prosedur Penelitian

Penerapan metode global dengan kartu kata bergambar untuk

meningkatkan kemampuan membaca pada siswa tunagrahita ringan kelas V SLB

Negeri Surakarta melalui prosedur sebagai berikut:

1. Persiapan tindakan

a. Menyusun skenario/langkah-langkah tindakan berupa rencana

pembelajaran.

b. Menyusun kartu kata bergambar

(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

2. Menyusun indikator kerja

3. Implementasi tindakan

4. Observasi

5. Analisis dan refleksi

Jika hasil pembelajaran membaca permulaan metode global dengan kartu kata

bergambar masih jelek, perlu diulang dengan siklus II dan seterusnya.

Langkah-langkah penggunaan kartu kata bergambar dalam membaca

permulaan dengan metode global, contoh permainan kartu kata bergambar dalam

pembelajaran membaca permulaan (Metode Global):

1. Apersepsi dan penyampaian tujuan pembelajaran.

2. Pemasangan kartu kata bergambar yang ditampilkan di papan tulis.

3. Guru menerangkan dengan membaca semua kartu kata bergambar yang

ditempelkan di papan tulis.

4. Guru mengajak anak mencoba membaca kartu kata bergambar yang ada di

papan tulis.

5. Guru mengacak antara kartu kata bergambar dengan keterangannya.

6. Anak menggabungkan kembali antara kartu kata bergambar dengan

keterangannya.

7. Anak mengucapkan kartu kata bergambar yang ditunjuk oleh guru.

Langkah-langkah penerapan metode global adalah sebagai berikut:

1. Siswa membaca kalimat dengan bantuan gambar. Jika sudah lancar, siswa

membaca tanpa bantuan gambar, misalnya:

Ini bulan

2. Menguraikan kalimat dengan kata-kata: /ini/ /bulan/

3. Menguraikan kata-kata menjadi suku kata: i – ni bu – lan

4. Menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf,

(47)

commit to user

30

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas mengambil setting di SLB Negeri Surakarta,

pelaksanaanya mengikuti alur sebagai berikut:

1. Perencanaan, meliputi penetapan materi pembelajaran Bahasa Indonesia

dengan alokasi waktu pelaksanannya dari bulan April s/d Mei 2009.

2. Tindakan, meliputi seluruh proses kegiatan belajar mengajar membaca

permulaan dengan metode global pada pelajaran Bahasa Indonesia dengan

menggunakan media kartu kata bergambar.

3. Observasi, dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran, meliputi

aktivitas siswa, pengembangan materi, dan hasil belajar siswa.

4. Refleksi, meliputi kegiatan analisis akhir pembelajaran dan sekaligus

menyusun rencana perbaikan pada siklus berikutnya.

Pelaksanaan penelitian dilakukan secara kolaborasi dengan guru kelas,

yang membantu dalam pelaksanaan observasi dan refleksi selama penelitian

berlangsung, sehingga secara tidak langsung kegiatan penelitian bisa terkontrol

sekaligus menjaga kevalidan hasil penelitian.

Hasil dari penelitian ini disajikan secara lengkap dari setiap siklus,

sehingga memberikan gambaran yang jelas tentang perubahan/ perbaikan yang

diperoleh dari hasil kegiatan observasi, menyangkut berbagai aspek yang

berkaitan dengan penelitian. Sajian data ini dapat dibuat dalam bentuk tabel dan

grafik.

Dalam penelitian tindakan kelas ini, guru dijadikan sebagai peneliti dan

penanggung jawab penuh. Guru, dalam hal ini peneliti, terlibat secara penuh

dalam perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi pada tiap-tiap siklusnya.

Keempat tindakan tersebut saling terkait dan berkelanjutan. Penelitian tindakan

kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Waktu tersebut dianggap mampu

memenuhi kepuasan peneliti dalam mencapai hasil yang diinginkan dan

mengatasi persoalan yang ada.

Gambar

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ……………………………
Grafik 3. Grafik Nilai Kemampuan Membaca dan Partisipasi Aktif
Tabel 2. Daftar Nilai Pembelajaran Bahasa Indonesia Semester I
Tabel 4. Nilai Partisipasi Aktis Siswa Siklus I
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data hasil penelitian tindakan kelas tersebut maka hipotesis tindakan yang menyatakan “ Dengan menggunakan permainan kartu bergambar dapat

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kartu kata fokus warna berpegaruh terhadap kemampuan belajar membaca permulaan anak tunagrahita ringan yang dibuktikan dengan

Berdasarkan data hasil penelitian tindakan kelas tersebut maka hipotesis tindakan yang menyatakan “ Dengan menggunakan permainan kartu bergambar dapat

Oleh karena itu, disarankan agar media kartu kata bergambar dapat digunakan sebagai salah satu media pembelajaran di kelas untuk membantu anak meningkatkan kemampuan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa melalui media kartu kata bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada

PENGGUNAAN MEDIA KARTU KALIMAT BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Penggunaan kartu kata bergambar pada pembelajaran Bahasa Indonesia aspek membaca dapat meningkatkan kemampuan dan motivasi belajar siswa kelas awal hal ini terbukti dengan

Perbedaan hasil membaca permulaan antara anak yang diberikan perlakuan dengan metode suku kata dengan media kartu kata bergambar dengan anak yang tidak diberikan