• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL MENGAJAR MENGINDUKSI PERUBAHAN KONSEP (M3PK) SIMSON TARIGAN TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASAN REAKSI REDUKSI OKSIDASI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL MENGAJAR MENGINDUKSI PERUBAHAN KONSEP (M3PK) SIMSON TARIGAN TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASAN REAKSI REDUKSI OKSIDASI."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL MENGAJAR MENGINDUKSI PERUBAHAN KONSEP (M3PK) SIMSON TARIGAN TERHADAP HASIL

BELAJAR KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASAN R E A K S I R E D U K S I O K S I D A S I

Oleh:

Basril Simbarta Tarigan NIM. 409331005

Program Studi Pendidikan Kimia

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Allah Yang Maha

Kuasa karena berkat kasih, karunia Allah, dan anuhgerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Mengajar Menginduksi Perubahan Konsep (M3PK) Simson Tarigan Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa

Pada Pokok Bahasan Reaksi Reduksi Oksidasi”. Penyusunan skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Dalam penyusunan skripsi ini tentunya penulis tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr.

Simson Tarigan, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak

memberikan bimbingan, pengarahan, saran, motivasi dan waktunya kepada

penulis sejak perencanaan penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi

ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Jamalum Purba,

M.Si, Bapak Drs. Rahmat Nauli, M.Si dan Ibu Dra. Ani Sutiani, M.Si sebagai

dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran demi perbaikan

skripsi ini. Ucapan terima kasih kepada ibu Dra. Arisa Martina Simanjuntak

selaku guu pamong di tempat penelitian, Bapak Drs. Marudut Sinaga, M.Si selaku

dosen PA, Bapak Agus Kembaren S.Si, M.Si selaku Ketua jurusan kimia dan Ibu

dosen staff pegawai jurusan kimia yang telah membantu penulis selama

perkuliahan.

Ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya dan teristimewa kepada

kedua orangtua saya Ayah tercinta Suruhen Tarigan dan Ibu tersayang Maslena

Br Sitepu yang selalu memberi nasehat dan motivasi, menjadi penyemangat,

penguat, yang senantiasa mendoakan penulis, yang telah mengorbankan banyak

hal untuk penulis dan telah memberikan begitu banyak kasih sayang, waktu, dan

materi yang dengan apapun tidak akan terbalaskan dan berjuang keras dalam

(4)

v

sarjana. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Kakak tercinta Andy

(5)

iii

PENGARUH MODEL MENGAJAR MENGINDUKSI PERUBAHAN KONSEP (M3PK) SIMSON TARIGAN TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA

PADA POKOK BAHASAN REAKSI REDUKSI OKSIDASI

Basril Simbarta Tarigan (409331005) Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kimia siswa yang diajar menggunakan M3PK dengan hasil belajar kimia siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Populasi dalam penelitian siswa kelas XI SMK Perguruan Indonesia Membangun 1 Medan yang terdiri dari 6 kelas. Sampel penelitian adalah 2 kelas, yaitu kelas XI Teknik Komputer Jaringan (TKJ) 2 sebagai kelas eksperimen yang diajar menggunakan M3PK dan kelas XI Teknik Komputer Jaringan (TKJ) 1 sebagai kelas kontrol yang diajar tanpa menggunakan model pembelajaran konvensional. Masing-masing kelas bejumlah 36 orang diambil secara purpossive sampling. Data penelitian diolah untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menggunakan uji-t dan hasil penelitian terlebih dahulu diolah untuk mencari rata-rata dan Standart Deviasi (SD). Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar kimia siswa yang diajar menggunakan M3PK dengan hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. Nilai rata-rata pre-test siswa kelas eksperimen adalah 30,27 dengan Standart Deviasi 8,53 dan nilai rata-rata post-test sebesar 82,36 dengan standart deviasi 7,317. Nilai rata-rata pre-test siswa kelas kontrol adalah 31,666 dengan Standart Deviasi 10,555 dan nilai rata-rata post-test sebesar 76,11 dengan Standart Deviasi 7,378. Dari pengujian hipotesis taraf signifikan α = 0,05 untuk data post-test diperoleh thit 3,6269 sedangkan ttab1,6736 sehingga thitung > ttabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Hasil belajar siswa yang diajar menggunakan M3PK Simson Tarigan lebih tinggi dari hasil belajar kimia siswa menggunakan model pembelajaran konvensional pada pokok bahasan reaksi reduksi oksidasi.

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Identifikasi Masalah 4

1.3. Batasan Masalah 5

1.4. Rumusan Masalah 5

1.5. Tujuan Penelitian 5

1.6. Manfaat Penelitian 5

1.7. Defenisi Oprasional 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7

2.1. Kerangka Teoritis 7

2.1.1. Hekekat Kimia 7

2.1.2. Pengertian Belajar 8

2.1.3. Hasil Belajar 10

2.2. Model Mengajar 10

2.2.1. Pengajaran Konstruktivisme 11

2.2.2. Pemikiran konstruktivisme 12

2.2.3. Model Mengajar Menginduksi Perubahan Konsep (M3PK)

(7)

vii

2.2.4. Konsep Alternatif 17

2.2.5. Kondisi Untuk Melakukan Perubahan Konsep 17

2.2.6. Konsep Baru dan Kemungkinan yang Terjadi 19

2.2.7. Keunggulan Model Mengajar Menginduksi Perubahan

Konsep 20

2.2.8. Penerapan Model Mengajar Menginduksi Perubahan Konsep 20

2.2.9. Pebelajaran Konvensional 22

2.3. Materi Bahasan Reaksi Reduksi Oksidasi 24

2.3.1. Reaksi Reduksi Oksidasi 24

2.4. Kerangka Konseptual 30

2.5. Hipotesis Penelitian 31

BAB III METODE PENELITIAN 32

3.1. Lokasi Penelitian 32

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 32

3.2.1. Populasi Penelitian 32

3.2.2. Sampel Penelitian 32

3.3. Variabel Penelitian 32

3.3.1. Variabel Bebas 32

3.3.2. Variabel Terikat 33

3.3.3. Variabel Kontrol 33

3.4. Rancangan Penelitian 33

3.5. Alat Pengumpul Data 34

3.5.1. Validitas Test 35

3.5.2. Reabilitas Test 36

3.5.3. Tingkat Kesukaran Soal 36

3.5.4. Daya Pembeda Soal 37

3.6. Teknik Pengumpulan Data 37

3.7. Teknik Analisis Data 38

3.7.1. Uji Normalitas 38

(8)

viii

3.7.3. Peningkatan Hasil Belajar 39

3.7.4. Uji Hipotesis 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41

4.1. Alat Pengumpulan Data 41

4.1.1. Validitas Instrumen Tes 41

4.1.2. Reabilitas Instrumen Tes 41

4.1.3. Tingkat kesukaran Instrumen Tes 42

4.1.4. Daya Pembeda Instruen Tes 42

4.2. Daskripsi Data Hasil Penelitian 42

4.2.1. Hasil Menginduksi Perubahan Konsep (M3PK) Pada Pokok

Bahasan Reaksi Reduksi Oksidasi 43

4.2.2. Deskripsi Nilai Pre Tes Siswa 47

4.2.3. Deskripsi Nilai Pos Tes Siswa 48

4.3. Analisis Data Hasil Penelitian 49

4.3.1. Uji Normalitas 49

4.3.2. Uji Homogenitas 49

4.3.3. Peningkatan Hasil Belajar 50

4.3.4. Uji Hipotesi Penelitian 50

4.4. Pembahasan 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 55

5.1. Kesimpulan 55

5.2. Saran 55

(9)

x

DAFTAR TABEL

[image:9.595.82.525.107.652.2]

Halaman

Tabel 3.1. Desain Penelitian 33

Tabel 4.1. Perbedaan Nilai Pre tes Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen 47

Tabel 4.2. Perbedaan Nilai Post tes Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen 48

Tabel 4.3. Pengujian Normalitas Data Penelitian 49

(10)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Silabus Mata Pelajaran Kimia 58

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 60

Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrumen Tes 72

Lampiran 4. Instrumen Penelitian pada pokok bahasan reduksi oksidasi 74

Lampiran 5. Reaksi Reduksi Oksidasi 79

Lampiran 6. Soal 85

Lampiran 7. Tabel Pemetaan Kemampuan Siswa 86

Lampiran 8.Soal 90

Lampiran 9. Soal 91

Lampiran 10. Soal 92

Lampiran 11. Soal 93

Lampiran 12. Soal 94

Lampiran 13. Soal 97

Lampiran 14. Soal 100

Lampiran 15. Soal 101

Lampiran 16. Soal 102

Lampiran 17. Soal 103

Lampiran 18. Soal 104

Lampiran 19. Soal 107

Lampiran 20. Tabel Validitas dan Reabilitas Instrumen Tes 111

Lampiran 21. Perhitungan Validitas 112

Lampiran 22. Perhitungan Reabilitas 114

Lampiran 23. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal 115

Lampiran 24. Tabel Analisis Varian Butir Soal 117

Lampiran 25. Perhitungan Daya Pembeda Tes 118

Lampiran 26. Instrumen Tes (VALID) 120

Lampiran 27. Hasil Menginduksi Perubahan Konsep (M3PK)

Pada Pokok Bahasan Reaksi Reduksi Oksidasi 123

(11)

xii

Lampiran 29. Tabel Pemetaan Kemampuan Siswa 132

Lampiran 30. Tabel Nilai Pretes dan Postes 137

Lampiran 31. Perhitungan Rat-Rata, Simpangan Baku, Varians Kelas

Kontrol dan Kelas Eksperimen 139 Lampiran 32. Perhitungan Normalitas 141

Lampiran 33. Perhitungan Uji Homogenitas 144

Lampiran 34. Perhitungan Persentase Peningkatan Hasil Belajar 147

Lampiran 35. Perhitungan Uji Hipotesis 150

Lampiran 36. Dokumentsai Penelitian 152

Lampiran 37. Tabel Nilai-Nilai r-ProductMoment 160

Lampiran 38. Tabel Nilai Kritis L untuk Uji Liliefors 162

Lampiran 39. Tabel Nilai Kritis Distribusi F (Tabel F) 168

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah jelas nyata arah

dan tujuan pendidikan yakni; untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Harapan ini

didukung oleh batang tubuh dan pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945

menyatakan bahwa pemerintahan akan melaksanakan pendidikan bermutu bagi

setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Untuk menjamin terlaksananya

roh dan jiwa Undang-Undang Dasar 1945, maka dibuatlah undang-undang

pendidikan sebagai pedoman dan praktik pelaksanaan pendidikan. Tujuan

pendidikan semakin dipertegas dan diperjelas substansi dan arahnya yakni

manusia yang cerdas, berbudi luhur, berakhlak mulia dan lainnya (Tim Pengajar,

2011).

Serta didalam Undang–Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

terncana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa

secara aktif mengembangkan potensi diri siswa untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. (Sanjaya,

2010).

Untuk merealisasikan tujuan ini, para guru umumnya dan guru IPA pada

khususnya. Memiliki visi dan persepsi yang jelas tentang tugas dan profesi guru.

Sehingga dalam guru timbul rasa cinta dan dedikasi yang tinggi terhadap tugas

dan profesi yang diemban guru tersebut. Selain itu, dalam diri guru senantiasa ada

dorongan untuk semakin meningkatkan kemampuan professional guru.

Dengan mewawancarai guru mata pelajaran kimia kelas XI SMK

Perguruan Indonesia Membangun 1 Medan. Nilai hasil belajar siswa banyak tidak

memenuhi kreteria kelulusan minimum (KKM) dengan KKM 65 dan minat

belajar siswa juga terhadap mata pelajaran kimia masih kurang, hal ini disebabkan

penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat, konsep pengetahuan awal

siswa masih kurang tepat, kondisi lingkungan siswa dan banyak hal lainnya.

(13)

2

Untuk itu perlu adanya perbaikan aspek-aspek yang berkaitan dengan sistem

pendidikan di sekolah ini. Dari keseluruhan perangkat tenaga penggerak sektor

pendidikan, guru merupakan pelaksana yang sangat menentukan.

Para pakar dan peneliti pendidikan, juga para guru yang memandang

tugas pendidikan sebagai suatu profesi yang dinamis dan senantiasa berubah dan

berkembang: pada umumnya sepakat bahwa tugas guru bukan hanya sebagai

penyampai informasi pengetahuan tetapi lebih dari itu seorang guru berperan

memupuk pengertian dan membimbing siswa belajar sendiri sehingga siswa

menemukan pengertian-pengertian dan prinsip-prinsip yang seharusnya siswa

ketahui.

Arthur Costa dalam Tarigan (2012) mendukung pendapat diatas, dengan

mengatakan peranan guru yang utama adalah menciptakan situasi dan iklim yang

sebaik mungkin, yang memungkinkan siswa memahami proses dan struktur yang

tercakup dalam materi yang diajarkan, memahami sistematika dan urutan

kronologis (Sequence) dan menolong siswa pada saat dan cara yang tepat. Peranan

guru lebih tepat disebut sebagai fasilitator dan siswa adalah pelaksana

(programmer) dari belajar.

Berangkat dari penjelasan diatas, timbul semacam asumsi yang

beranggapan bahwa siswa yang belajar (learner) sebenarnya merupakan

perancang/pembangun (architect) dari pengetahuannya sendiri. Jadi siswa

memiliki hak untuk memilih bahan-bahan yang siswa perlukan dalam melakukan

pembangunan tersebut. Dengan perkataan lain, siswa hanya menyerap

materi/konsep yang berguna bagi siswa. Jadi penekanan belajar sebenarnya tidak

lagi bisa dipandang sebagai penjelajahan dengan menekankan otoritas eksternal,

tetapi lebih bersifat negoisasi dengan berlandaskan kepentingan pribadi siswa.

Dari berbagai penelitian disimpulkan bahwa seorang siswa cenderung

membangun persepsi dan makna-makna (meanings) yang sifatnya konsisten

dengan apa yang telah dipelajari siswa sebelumnya. Sejak kecil dalam diri siswa

terdapat skema-skema penafsiran (interpretative schemes) yang sangat

mempengaruhi pola pandang dan pola pikir siswa terhadap lingkungannya. Skema

(14)

3

mempengaruhi pemahaman siswa tentang konsep dan gagasan IPA yang dibaca

atau diterima oleh siswa (Tarigan, 2012).

Pada sains, banyak gagasan yang seringkali disalah tafsirkan. Hal ini

dapat menyebabkan siswa meniru dengan membuat pengetian dari konsep abstrak.

Juga karena sains terus menerus mengalami perubahan untuk beradaptasi dengan

penemuan dan metode baru. Beberapa kesalahan konsep mungkin seharusnya

pada ide-ide atau tulisan lama. Karena konsep baru meupakan bangunan dasar

dari sesuatu yang telah lama.

Driver dalam Tarigan (2007) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa : “seorang siswa, walaupun masih sangat muda sudah meliliki konsep-konsep/ ide-ide tantang hal yang telah ditemui siswa dalam kehidupannya. Dan ide ini memainkan peranan penting dalam pengalaman belajar.” Seperti halnya topik bahasan termokimia pada kelas XI. Topik yang sarat dengan konsep-konsep dan

bersifat abstrak. Siswa tidak dapat melihat secara langsung bentuk dari

termokimia tersebut secara utuh.

Berikut ini adalah salah satu contoh dimaksud untuk menghasilkan

sebuah kesadaran dari kesalahan konsep pada sains. Contoh kesalahan konsep,

sebuah lilin dibakar adalah proses endotermik, karena panas diperlukan untuk

memulai reaksi. Konsep yang benar adalah panas diperlukan untuk inisiasi, atau

aktivasi reaksi. Ketika aktivasi proses reaksi tanpa pemasukan energi lebih lanjut,

dan pembebasan energi dalam bentuk cahaya, oleh karena itu pembakaran lilin

adalah reaksi eksoterm (Suyanti, 2010).

Namun demikian masih sering ditemukan pola pembelajaran yang tidak

efektif sebagai penyajian materi dan penyelesaian soal-soal yang berbau rumus

dan hapalan, hal ini menyebabkan siswa kurang meminati pelajaran kimia dan

menganggap pelajaran kimia adalah pelajaran yang sulit, terkesan menakutkan

dan tidak jarang siswa merasa kurang mampu untuk mempelajari kimia. Dampak

yang timbul adalah banyak siswa yang tidak menguasai konsep dasar kimia.

Dengan demikian salah satu yang memungkinkan siswa untuk dapat memahami

pelajaran kimia adalah dengan menerapkan model mengajar yang melibatkan

(15)

4

Sebelum memulai pembelajaran, guru perlu melakukan satu perlakuan

untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. Konsep yang salah yang salah pada

siswa tentu akan menyebabkan efek yang negatif pada siswa. Untuk itu guru harus

mampu meluruskan kembali konsep siswa tersebut dengan cara menerapkan

strategi perubahan konsep sehingga siswa dapat melihat kekeliruan konsepnya

dan beralih pada konsep baru yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan

secara ilmiah.

Beberapa penelitian yang telah menggunakan model mengajar

menginduksi perubahan konsep (M3PK). Pertama, Maria (2007) menemukan

bahwa M3PK memiliki pengaruh positif terhadap hasil belajar kimia siswa.

Kedua, Hermawan Purba (2011) yang menggunakan M3PK dalam mengajar

sistem priodik unsur kelas XI, di SMA Swasta Teladan Pemantang Siantar

menunjukkan peningkatan nilai terhadap hasil belajar kimia siswa. Ketiga, Wiro

Naibaho (2012) menyimpulkan siswa yang diajar dengan menggunaan M3PK

dalam belajar kimia mimiliki nilai lebih tinggi dibandingkan siswa yang diajar

dengan model belajar konvensional.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Peneliti perlu untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Mengajar Menginduksi Perubahan Konsep (M3PK) Simson Tarigan Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Pokok Bahasan Reaksi Reduksi Oksidasi.”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Rendahnya hasil belajar siswa.

2. Adanya siswa yang memiliki konsep yang salah mengenai materi pelajaran.

3. Guru tidak menggunakan model yang tepat dalam mengajarkan materi

(16)

5

1.3. Batasan Masalah

Adapun yang menjadi batasan masalah yaitu:

1. Penelitian ini, dilakukan pada di kelas XI SMK Perguruan Indonesia

Membangun 1 Medan pada pokok bahasan reaksi reduksi oksidasi.

2. Dalam penelitian ini, peneliti menenggunakan M3PK dan membandingkannya

dengan model konvensional di SMK Perguruan Indonesia Membangun 1

Medan.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

“ Apakah hasil belajar dengan menggunakan M3PK lebih tinggi dari hasil belajar kimia siswa tanpa menggunakan M3PK pada pokok bahasan reaksi

reduksi oksidasi kelas XI SMK Perguruan Indonesia Membangun 1 Medan 2014/2015”.

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil

belajar kimia siswa yang diajar dengan menggunakan Model Mengajar

Menginduksi Perubahan Konsep (M3PK) Simson Tarigan dengan pembelajaran

Konvensional pada pokok bahasan Reaksi Reduksi Oksidasi kelas XI SMK

Perguruan Indonesia Membangun 1 Medan 2014/2015”..

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi siswa, dapat lebih memahami materi pelajaran dan dapat meningkatkan

hasil belajar dengan menggunakan M3PK.

2. Bagi guru dan calon guru, berguna sebagai bahan masukan dalam hal memilih

model mengajar menginduksi perubahan konsep sebagai salah satu model

(17)

6

3. Bagi sekolah, bermanfaat untuk mengambil keputusan yang tepat bagi

peningkatan kualitas pengajaran serta sebagai perkembangan atau bahan

rujukan untuk meningkatkan kemampuan siswa khusus dalam pengajaran

kimia.

1.7. Defenisi Operasional 1.7.1. M3PK

M3PK adalah merupakan salah satu model pelajaran menginduksi

perubahan konsep, di dalam model ini perubahan konsep ditekankan pada tiga

aspek utama, yaitu intelliglibity yang artinya konsep itu memiliki arti/makna

dalam diri siswa. Aspek yang kedua adalah Plausible yang artinya siswa yakin

konsep yang diterima siswa benar. Sedangkan aspek yang ketiga yaitu Fruitfull

yang artinya konsep itu memberikan buah bagi diri siswa. Dengan kata lain

konsep tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

1.7.2. Model Konvensional

Pembelajaran model konvensional menggunakan:

1. Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan lisan atau penjelasan langsung pada sekelompok siswa.

2. Metode penugasan adalah cara pembelajaran yang melibatkan peserta untuk menyelesaikan tugas-tugas baik tertulis atau pun secara lisan, yang harus

dikerjakan di luar pertemuan yang khusus

3. Metode tanya jawab adalah suatu cara pembelajaran yang dilakukan untuk memperoleh kejelasan suatu informasi dan isu-isunya, dengan cara pengajuan

(18)

55

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil belajar kimia siswa dengan menggunakan Model Mengajar

Menginduksi Perubahan Konsep Simson Tarigan lebih tinggi dari hasil

belajar kimia siswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional

dengan selisih 9.709%.

5.2. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis menyarankan :

1. Agar guru kimia khusunya di SMK Perguruan Indonesia Membangun 1

Medan bukan hanya menguasai bahan ajar tetapi berkenan mencoba

mengajarkan materi pokok menggunakan Model Mengajar Menginduksi

Perubahan Konsep Simson Tarigan yang tujuannya sebagai salah satu

alternatif untuk meningkatkan hasil belajar kimia siswa.

2. Bagi para pembaca dan peneliti lainnya, sebagai informasi dan masukan

untuk menambah informasi dan referensi apabila hendak melakukan

penelitian yang sejenis pada tempat dan waktu yang berbeda.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang relevan dengan pokok bahasan

yang berbeda sebagai langkah nyata untuk meningkatkan mutu pendidikan

khususnya mata pelajaran kimia.

(19)

56

DAFTAR PUSTAKA

Anonim., (2013), http://belajar-nonstop.blogspot.com/2013/03/metode-pembelajaran konvensional. html diakses pada 20 mei 2014 pukul 10.00

Dimyati., dan Mudjiono., (2002), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta

Fautanu, Idzam.,(2012), Filsafat Ilmu, Refrensi, Jakarta.

Istriani., (2012), 58 Model Pemblajaran Inovatif, Media Persada, Medan.

Muijs, D., dan Reynolds, D., (2008), Efective Teacing Teori dan Aplikasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Muslim, Farhan F., (2006), Kimia Kelompok Teknologi dan Pertanian untuk SMK, Grafindo Media Pratama, Bandung.

Naibaho, W., (2012), The Implementation Model Of Teacing To Induce Conceptual Change (M3PK) Simsion Tarigan To Increase Students’ Chemistry Achievment In Teacing Colligative Properties Of Solution.,Skripsi, FMIPA, Universitas Negeri Medan, Medan.

Purba, H., (2011), Pengaruh Model Mengajar Menginduksi Perubahan Konsep (M3PK) Simson Tarigan Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas Xi IPA Sma Swasta Teladan P. Siantar., Skripsi, FMIPA, Universitas Negeri Medan, Medan.

Sanjaya, wina., (2010), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Prenada Media Grup, Jakarta.

Slameto., (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Rineka Cipta, Jakarta.

Silitonga, Pasar M., (2011), Statistik Teori Aplikasi dalam Penelitian, FMIPA Universitas Negeri Medan, Medan.

Sudjana, N., (2009), Metoda Statistika, PT Tarsito, Bandung.

Sudjana, N., (2009), Penelian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

(20)

57

Suyanti, Retno Dwi., (2010), Strategi Pembelajaran Kimia, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Tarigan, S., (2007), Tindak Lanjut Penelitian Penerapan Model Mengaja Menginduksi Perubahan Konsep (M3PK) Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Pokok Bahasan Termokimia, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains ISSN : 1907-7157.

Tarigan, S.,(2012), Strategi Belajar Mengajar Kimia, Program Pasca Sarjana Univesitas Negeri Medan, Medan.

Tim Pengajar., (2011), Filsafat Pendidikan,Universitas Negeri Medan, Medan.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI., (2007), Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, PT Imperial Bhakti Utama, Bandung.

Widodo, A & Nurhayati, L. (2005). Tahapan pembelajaran yang konstruktivis: Bagaimanakah pembelajaran sains di sekolah. Seminar Nasional Pendidikan IPA, September 2005.

(21)

ii

RIWAYAT HIDUP

Basril Simbarta Tarigan dilahirkan di Kabanjahe, pada tanggal 08 april 1991,

Ayah bernama Suruhen Tarigan dan Ibu bernama Maslena Br Sitepu, S.pd,

merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Pada tahun 1997 penulis masuk SD

Negeri 047174 Desa Kutarayat, dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003

penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Berastagi, dan lulus pada Tahun

2006. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan Sekolah di SMA Negeri 1 Berastagi,

dan lulus pada Tahun 2009 . Pada tahun 2009, penulis diterima di Program Studi

Pendidikan Kimia Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam. Penulis aktif dibeberapa organisasi selama perkuliahan diantaranya IKBKK

(Ikatan Keluarga Besar Kristen Kimia), PMPPKN (Persekutuan Mahasiswa

Pemuda Pelajar Kristiani Nasional). Penulis aktif pada kegiatan Jurusan Kimia

dan pernah menjadi asisten laboratorium pada mata kuliah Praktikum Kimia

Gambar

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

*Dokumen terkendali jika disimpan di tempat penyimpanan dokumen yang ditentukan dan divalidasi oleh

siswa serta metode yang digunakan dalam proses pembelajaran.

[r]

Inti dari penelitian ini adalah memperoleh formula untuk sediaan tablet hisap ekstrak kemangi dengan menggunakan metode granulasi basah, metode ini dipilih karena selain sudah

1) Altruism (perilaku menolong), merupakan perilaku menolong, seperti: membantu menyelesaikan tugas orang lain yang tidak masuk kerja, membantu pegawai lain

Yogyakarta: Yayasan Pembina Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.. Psikologi Manajemen: Penuntun

Wortel dan bawang daun merupakan sayuran yang paling banyak dibudidayakan di kawasan agropolitan Cianjur dengan produksi sebesar 25.547,1 ton tahun 2005 menjadi 7.157 ton

The result of the present study is that corporate social performance (CSP/CSR) has no effect on corporate financial performance (CFP) under slack resource and good